Fraktur Print

88
FRAKTUR Pembimbing : dr. Sumono Handoyo, Sp.OT, FICS Disusun Oleh : Sakina J.H.Saleh Rio Oktabyantoro Tri Fitri Sari ILMU BEDAH RS ISLAM PONDOK KOPI JAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN & KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

description

hh

Transcript of Fraktur Print

Page 1: Fraktur Print

FRAKTUR

Pembimbing :

dr. Sumono Handoyo, Sp.OT, FICS

Disusun Oleh :

Sakina J.H.Saleh

Rio Oktabyantoro

Tri Fitri Sari

ILMU BEDAH RS ISLAM PONDOK KOPI JAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN & KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

Page 2: Fraktur Print

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul fraktur sesuai pada

waktu yang telah ditentukan.

Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta

para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan ini kami buat sebagai dasar kewajiban dari

suatu proses kegiatan yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktik

kehidupan sehari-hari.

Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pembimbing yang telah membantu kami

dalam kelancaran pembuatan laporan ini, dr. Sumono Handoyo, Sp.OT, FICS. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah kesempurnaan

laporan kami.

Jakarta, Januari 2015

Penyusun

Page 3: Fraktur Print

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di

pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini

(2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah

karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut

WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar

korbannya adalah remaja atau dewasa muda.

Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan

bisa komplet atau inkomplet atau diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh gaya yang

melebihi elastisitas tulang. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur

akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis,

yang menyebabkan fraktur yang patologis.

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi

yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha).

Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa

nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi

kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

1

Page 4: Fraktur Print

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah

pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga

epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan

berhenti.

Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian

paling atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung

tulang panjang, yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis merupakan

bagian tulang panjang yang di bentuk dari pusat osifikasi primer.

Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang

mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan

transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi

dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses

penyembuhan suatu tulang yang patah.

2.2 DEFINISI

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang

patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang

menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung,

misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal

patah.

Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya.

Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah

2

Page 5: Fraktur Print

dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di

dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang

disebut fraktur dislokasi.

2.3 KLASIFIKASI

Fraktur menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar

dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup jika kulit

diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut

fraktur terbuka. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat

ringannya luka dan berta ringannya patah tulang.

Derajat Luka Fraktur

I Laserasi <2 cm Sederhana, dislokasi fragmen minimal

II Laserasi >2 cm, kontusi otot

disekitarnya

Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar, rusak hebat, atau

hilangnya jaringan di sekitarnya

Kominutif, segmental, fragmen tulang ada

yang hilang

Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustillo dan Anderson ( 1976 )

Tipe Batasan

I Luka bersih dengan panjang luka < 1 cm

II Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat

III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental terbuka,

trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi, fraktur terbuka di

pertanian, fraktur yang perlu repair vaskuler dan fraktur yang  lebih dari 8

jam setelah kejadian.

Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 1976) oleh Gustillo,

Mendoza dan Williams (1984):

3

Page 6: Fraktur Print

Tipe Batasan

IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan

lunak yang luas

IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi  berat, periosteal striping

atau terjadi bone expose

IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa melihat tingkat

kerusakan jaringan lunak.

Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal tibia dibagi

menjadi lima tipe :

Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh.

Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali dari

metafisis.

Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi

Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram epifisis

Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari

sebagian cakram tersebut.

4

Page 7: Fraktur Print

Menurut Penyebab terjadinya

Faktur Traumatik   :  direct atau indirect

Fraktur Fatik atau Stress

Trauma berulang, kronis,  misal: fr. Fibula pd olahragawan

Fraktur patologis  : biasanya terjadi secara spontan

Menurut hubungan dg jaringan ikat sekitarnya

Fraktur Simple    :  fraktur tertutup

Fraktur Terbuka  :  bone expose

Fraktur Komplikasi  : kerusakan pembuluh darah, saraf, organ visera

Menurut Mansjoer (2000 : 346-347) dan menurut Appley Solomon (1995 : 238-239) fraktur

diklasifikasikan menjadi :

1. Berdasarkan garis patah tulang

a. Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok.

b. Transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang.

c. Spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi tungkai/lengan tulang.

d. Obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring membentuk sudut melintasi tulang.

5

Page 8: Fraktur Print

2. Berdasarkan bentuk patah tulang

a. Complet, yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan fragmen tulang

biasanya tergeser.

b. Incomplet, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang.

c. Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang terdorong ke arah permukaan tulang lain.

d. Avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligamen.

e. Communited (Segmental), fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa bagian.

f. Simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh.

g. Fraktur dengan perubahan posisi, yaitu ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat

yang patah.

h. Fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal.

i. Fraktur Complikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang terlihat.

2.4 ETIOLOGI

Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut

kekuatannya melebihi kekuatan tulang.  2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur

6

Page 9: Fraktur Print

Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan

kekuatan trauma.

Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan,

dan densitas tulang.

Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal dan

kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang

akan  mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang

lebih luas.

Trauma tidak langsung mengakibatkan  fraktur terletak jauh dari titik trauma dan

jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan, penari dan

tentara  dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau  metatarsal yang disebabkan oleh

karena trauma yang berulang.

Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada penyakit

Paget dengan energi  yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Sedang pada orang

normal hal tersebut belum tentu menimbulkan  fraktur.

2.5 PATOFISIOLOGI FRAKTUR

Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan seseorang mempunyai

keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan berat badan. Fraktur yang terjadi dapat berupa

fraktur tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan

lunak disekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jarigan lunak

seperti otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah.

Tekanan yang kuat atau berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena dapat

menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka

dan akan menyebabkan peradangan dan memungkinkan untuk terjadinya infeksi.

Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. Tertariknya

7

Page 10: Fraktur Print

segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan

disposisi pada tulang, sebab tulang berada pada posisi yang kaku.

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Menurut Blach (1989) manifestasi klinik fraktur adalah :

1. Nyeri

Nyeri kontinue/terus-menerus dan meningkat semakin berat sampai fragmen tulang tidak

bisa digerakkan.

2. Gangguan fungsi

Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung

menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur karena

fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang tersebut saling

berdekatan.

3. Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah Deformitas/kelainan

bentuk

Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang yang diketahui ketika

dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.

4. Pemendekan

Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang

disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah lokasi fraktur.

5. Krepitasi

Suara detik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur digerakkan.

6. Bengkak dan perubahan warna

Hal ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

8

Page 11: Fraktur Print

2.7 DIAGNOSIS

Riwayat

Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan

kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur

sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok,

riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.

Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi / Look

Deformitas :  angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan,  bengkak

Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo

b. Palpasi / Feel  ( nyeri tekan (tenderness), Krepitasi)

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada

daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera,

daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi

Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna kulit, pengembalian

cairan kapler (Capillary refill test) sensasi

c. Gerakan / Moving

Dinilai apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang berdekatan dengan lokasi

fraktur.

d. Pemeriksaan trauma di tempat lain  : kepala, toraks, abdomen, pelvis

Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol

ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation. Perlindungan

pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan dengan pemeriksaan

klinis dan radiologis. Saat pasien stabil, maka dilakukan secondary survey.

9

Page 12: Fraktur Print

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :  darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan

urinalisa.

Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :

I. 2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

II. Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur

III. Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang

tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan

sesudah tindakan.

Pergeseran fragmen Tulang ada 4  :

1. Alignment  : perubahan arah axis longitudinal, bisa membentuk sudut

2. Panjang   : dapat terjadi pemendekan (shortening)

3. Aposisi    : hububgan ujung fragmen satu dengan lainnya

4. Rotasi     : terjadi perputaran terhadap fragmen proksimal

2.8 PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan fraktur terdiri dari 4R yaitu recognition berupa diagnosis dan

penilaian fraktur, reduction, retention dengan imobilisasi, dan rehabilitation yaitu

mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint.

Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun sesudah

reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi

awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan

definitif fraktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF

maupun OREF.

10

Page 13: Fraktur Print

Tujuan pengobatan fraktur :

a. REPOSISI

Dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi. Tehnik reposisi terdiri dari

reposisi tertutup dan terbuka. Reposisi tertutup dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna

atau traksi kulit dan skeletal. Cara lain yaitu dengan reposisi terbuka yang dilakukan

padapasien yang telah mengalami gagal reposisi tertutup, fragmen bergeser, mobilisasi

dini, fraktur multiple, dan fraktur patologis.

b. IMOBILISASI / FIKSASI

Dengan tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union. Indikasi

dilakukannya fiksasi yaitu pada pemendekan (shortening), fraktur unstabel serta

kerusakan hebat pada kulit dan jaringan  sekitar

Jenis Fiksasi :

Ekternal / OREF (Open Reduction External Fixation)

Gips ( plester cast)

Traksi

Jenis traksi :

Traksi Gravitasi :  U- Slab pada fraktur humerus

Skin traksi

Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali ke

posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit akan lepas

Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.

Traksi ini dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut),   pada

tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris). Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan

11

Page 14: Fraktur Print

traksi yaitu gangguan sirkulasi darah  pada beban > 12 kg, trauma saraf peroneus (kruris) ,

sindroma kompartemen, infeksi tempat masuknya pin

Indikasi OREF  :

Fraktur terbuka derajat III

Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas

fraktur dengan gangguan neurovaskuler

Fraktur Kominutif

Fraktur Pelvis

Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF

Non Union

Trauma multiple

Internal / ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

ORIF ini dapat menggunakan K-wire, plating, screw, k-nail. Keuntungan cara ini adalah

reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.

12

Page 15: Fraktur Print

Indikasi ORIF :

a) Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya fraktur

talus dan fraktur collum femur.

b) Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur

dislokasi.

c) Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur Monteggia,

fraktur Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.

d) Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi,

misalnya : fraktur femur.

b. UNION

d.   REHABILITASI

2.9 PENYEMBUHAN FRAKTUR

Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :

1. Fase hematoma

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang

melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan

13

Page 16: Fraktur Print

akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi

oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan

hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.

fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah

cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.

2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi

penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang

berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah

endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis.

Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari

diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada

tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel

osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang

sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari

organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus

dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada

pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu

daerah radiolusen.

3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)

Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel

dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang

rawan. Tempat osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan

polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk

tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone

14

Page 17: Fraktur Print

sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan

fraktur.

4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah

menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar

dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.

5. Fase remodeling

Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang

menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase

remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses

osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus

intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus

bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sumsum.

15

Page 18: Fraktur Print

2.10 KOMPLIKASI FRAKTUR

Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri  atau akibat penanganan

fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik

a.   Komplikasi umum

Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi

pernafasan.

Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama pasca trauma

dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa

peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena

dalam (DVT), tetanus atau gas gangren

b.      Komplikasi Lokal          

Komplikasi dini

Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma, sedangkan

apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.

Pada Tulang

1. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.

16

Page 19: Fraktur Print

2. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada

fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non

union

Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada fraktur

terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi

dan berakhir dengan degenerasi

Pada Jaringan lunak

1. Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena edema.

Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan

elastik

2. Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena itu

perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol

Pada Otot

Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. Hal ini

terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan

tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan

menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley & Solomon,1993).

Pada  pembuluh darah

Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada

robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti

spontan.

Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau

manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada

pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah

tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan

17

Page 20: Fraktur Print

torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair

untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon, 1993).

Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atas

maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini

disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat

sehingga dapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot.

Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan

kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara

periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann.  Gejala klinisnya

adalah 5 P yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan

Paralisis

Pada saraf

Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan akson).

Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley & Solomon,1993).

Komplikasi lanjut

Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada pemeriksaan terlihat

deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan.

Delayed union

Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada pemeriksaan

radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung fraktur,

Terapi  konservatif selama 6 bulan  bila  gagal dilakukan  Osteotomi. Bila lebih 20 minggu 

dilakukan cancellus grafting  (12-16 minggu)

Non union

Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.

18

Page 21: Fraktur Print

Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara

fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan

melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.

Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan

sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak

akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.

Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas,

hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai,

implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang

(fraktur patologis)

Mal  union

Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.  Tindakan refraktur

atau osteotomi koreksi .

Osteomielitis

Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur

tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (infected non union).

Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi

tulang berupa osteoporosis dan atropi otot

Kekakuan sendi

Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama, sehingga

terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler, perlengketan antara otot dan

tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif

dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada

penderita dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993).

19

Page 22: Fraktur Print

2.11 FRAKTUR EKSTREMITAS ATAS

Fraktur jari-jari tangan

Ada 3 macam fraktur yang khas :

a) Basseball finger

Manifestasi : Pasien tidak dapat melakukan gerakan ekstensi ekstensi penuh pada ujung distal

falang. Ujunh distal falanh selalu dalam posisi fleksi pada sendi interfalang distal dan

terdapat hematoma pada dorsum sendi tersebut.

Penatalaksanaan : Dilakukan imobilisasi demgan gips atau metal spinting dengan posisi

ujung jari hiperekstensi pada sendi intrafalang distal sedangan sendi interfalang proksimal

dalam posisi sedikit fleksi.

b) Boxer fracture

Penatalaksanan : Reposisi tertutup dengan cara membuat sendi metakarpofalangeal dan

interfalang proksimal dalam keadaan fleksi 90°, kaput metakarpal V didorong kearah dorsal,

lalu imobilisasi dengan gips selama 3 minggu.

c) Fraktur bennet

Manifestasi : Tampak pembengkakan didaerah karpometakarpal (CMC) I, nyeri tekan dan

sakit ketika digerakkan.

Penatalaksanaan :Dilakukan reposisi tertutup dengan cara melakukan ekstensi dan abduksi

dari jari ibu tangan, lalu diimobilisasi.

Fraktur antebrakial distal

Ada 4 macam fraktur yang khas :

a) Fraktur colles

Manifestasi : Fraktur metafisis distal radius dengan jarak 2,5 cm dari permukaan sendi distal

radius.

20

Page 23: Fraktur Print

Penatalaksanaan : Diperlukan imobilisasi pemasangan gips sirkuler dibawah siku selama 4

minggu.

b) Fraktur smits

Manifestasi klinis : Penonjolan dorsal fragmen prosimal, fragmen distal disisi volar

pergelangan, dan deviasi tangan ke radial.

Penatalaksanaan : Dilakukan dengan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi

dorsofleksi ringn, deviasi ulnar, dn supinasi maksimal. Lalu di immobilisasi dengan gips di

atas siku selama 4-6 minggu.

c) Fraktur galaazzi

Manifestasi : Tampaf tangan dibagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Dalam

pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujumg distal ulna.

Penatalaksanaan : Dilakukan reposisi dengan imobilisasi dengan gips diatas siku, posisi netral

untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.

d) Fraktur montegea

Manifestasi klinis : Terdapat 2 tipe tipe ekstensi dan tipe fleksi. pada tipe ekstensi gaya yang

terjadi mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi gaya

mendorong dari depan kearah fleksi kearah fleksi yang menyebabakan fragmen ulna

mengadakan angulasi ke posterior.

Penatalaksanaan : Dilakukan reposisi tertutup.

Fraktur radius ulna

Pada ulna dan radius sangat penting gerakan-gerakan pronasi dan supinasi. Untuk

mengatur gerakan ini diperlukan otot-otot supinator, pronator teres dan pronatur quadratus.

Yang bergerak supinasi-pronasi (rotasi) adalah radius.

Gejala-Gejala

21

Page 24: Fraktur Print

Patah radius ulna mudah dilihat, adanya deformitas di daerah yang patah, bengkak,

angulasi, rotasi, (pronasi atau supinasi), perpendekan.

Radiologi

AP/LAT ditentukan garis patahnya serta dislokasinya.

Pengobatan

Dilakukan reposisi tertutup, prinsipnya dengan melakukan traksi earah distal dan

mengembalikan posisi tangan yang sudah berudah akibat rotasi. Untuk menempatkan

tangan dalam arah yang benar harus dilihat letak garis patahnya. Kaluau letak

patahnya 1/3 proksimal, posisi fragment proksimal selalu dalam posisi supinasi

karena kerja otot-otot supinator . Maka untuk mendapatkan kegarisan yang baik

fragment distal diletakkan dalam posisi supinasi. Setelah ditentukan kedudukannya

baru dilakukan imobilisasi dengan gips sirkular diatas siku. Gips dipertahankan 6

minggu. Kalau hasil resposisi tertutup baik, dilakukan tindakan operasi (open

reposisi) dengan pemasangan internal fiksasi dengan plate-screw (AO).

Komplikasi

Dapat terjadi delay ed union, non union, mal union.

Faktur radius kepala

Biasanya terjadi pada penderita muda

Manifestasi

Biasanya jatuh dalam posisi siku dalam keadaan ekstensi penuh dan ada gaya abduksi

yang kuat (valgus).Akibatnya terjadi benturan yang kuat antara permukaan concane

kapitulum humeri dengan bagian concave dari kepala radius. Kedua kartilage tersebut

biasanya patah, tetapi kerusakan selalu pada kepala radius. Patah kepala radius bisa

terjadi bebera fragment.

22

Page 25: Fraktur Print

Gejala

Dapat diraba adanya pembengkakan siku karena haemarthrosis, rasa sakit yang

progresif, gerakan pronasi dan supinasi terbatas karena sakit, nyeri tekan di daerah

kepala radius.

Radiologi

AP/LAT pada patah kepala radius comminutive cukup jelas terlihat, Pada patah jenis

undiplaced AP/LAT kadang-kadang susah terlihat, perlu ditambah posisi supinasi dan

pronasi.

Penanggulangan

Fraktur kepala radius tanpa dislokasi dimana bentuk tulang rawan sendi masih baik,

cukup ditolong dengan imobilasi.Dalam hal imobilisasi cukup dengan

mempertahankan siku yang sakit, memakai sling (digendong) dengan mitella (kain

segitiga). Imobilisasi dipertahankan cukup dengan 2 minggu. Selama dalam

gendongan, tangan masih diperbolehkan melakukan gerakan pronasi dan supinasi.

Komplikasi

Terjadi artheitis post traumatika.

Fraktur sendi siku

Manifestasi

Luka luas yang berkeping-keping, patah tulang yang membentuk sendi siku yakni

humerus, ulna dan radius disertai dengan dislokasi sendi siku.

Radiologi

AT/LAT sendi siku.

Penanggulangan

23

Page 26: Fraktur Print

Kalau frakturnya tertutup dapat dicoba dulu dengan melakukan reposisi tertutup,

kemudian dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler. Tapi umumnya hasil reposisi

tertutup kurang baik, perlu dilakukan reposisi terbuka dan dipasang fiksasi interna

dengan plate-screw. Kalau lukanya terbuka dilakukan debridement dengan dilakukan

fiksasi luar.

Komplikasi

Kekatan sendi

Osteomielitis

Kerusakan n.radialis, medianus dan ulnaris.

Non union.

Mal union.

Fraktur supra kondiler humeri

Bentuk tulang pada humerus 1/3 distal, terutama pada suprakondiler humerus

berlainan anatominya. Di daerah ini terdapat titik lemah, dimana tulang humerus menjadi

pipih disebabnkan adanya fossa olecranon di bagian posterior dab fossa coronoid di bagian

anterior.

Manifestasi trauma

Ada 2 mekanisme terjadinya mekanisme patah tulang yang menyebabkan 2 macam

tipe patah suprakondiler yang terjadi :

Tipe ekstensi. Trauma terjadi jika siku dalam posisi hiperekstensi, lengao bawah

dalam posisi supinasi. Hal ini akan menyebabkan patah pada suprakondikuler.

Tipe fleksi. Trauma terjadi ketika posisi siku dalam fleksi (40), sedang lengan bawah

dalam posisi pronasi.

Gejala klinis

24

Page 27: Fraktur Print

Pada tipe ekstensi posisi siku dalan keadaan ekstensi. Daerah siku tampak

pembengkakan kadang pembengkakan hebat sekali, kalau pembengkakan tak hebat

dapat teraba ujung fragment humerus bagian proksimal, ditambah nyeri gerak, nyeri

tekan. Pemeriksaan penunjang dengan radiolagi proyeksi AP/LAT, jelas dapat dilihat

tipe ekstensi atau fleksi.

Penaggulangan

Kalau pembengkakan tak hebat dapat dilakukan reposisi dalam narkose umum.

Penderita tidur terlentang, siku dalam posisi ekstensi penolong menukuk bagian distal,

sedang assisten menahan bagian proksimal. Dalm posisi fleksi maksimal ini dilakukan

immobilisasi dengan gips spal.

Fraktur humerus

Gejala

Ditemukan functio lasea lengan atas yang cidera, untuk menggunakan siku harus

dibantu oleh tangan yang sehat. Dengan sendirinya tanda-anda patah tulang yang jelas

ditemukan. Pada pemeriksaan neurologis harus di periksa n. radialis sering mengalami

cidera dapat berupa neuro prasia, axonotmesis atau neurotmesis.

Pemeriksaan radiologi

Sebelum pembuatan foto, lengan penderita dilakukan pemasangan bidai terlebih

dahulu. Proyeksi foto AT/ALT.

Penanggulangan

Fraktur humerus ini sangat baik daya penyembuhan tulangnya. dilakukan pemasangan

berupa U. slap.imobilisasi dilakukan selama 6 minggu.

25

Page 28: Fraktur Print

Fraktur klavikula

Gejala

Sakit disekitar daerah klavikula. Pundak yang cidera tampak lebih rendah dibanding

yang normal.

Pemeriksaan penunjang

Dengan X-ray, foto proyeksi AP.

Penanggulangan

Umumnya dengan tindakan konservatif aklan memberikan hasil yang baik.

Immobilisasi dipakai pembalut bentuk angka 8 (8 figure bandage).

Komplikasi

Dapat berupa terjadi robeknya a. subclavicula, ruptur pleksus brachialis, non union,

delayed union. Kalau terjadi komplikasi tersebut diatas diperlukan open reduksi dan

internal fiksasi.

Fraktur skapula

Gejala

Rasa sakit di daerah skapula, tampak bengkak, kulit acchymosis. Pada palpasi dapat

diraba adanya kalpitasi.

Pemeriksaan penunjang

Dengan X-ray, proyeksi AP thorak.

Penanggulangan

Umumnya dengan tindakan konservatif aka sembuh dengan baik. Lengan

diimobillisasi dengan memakai sling selama 2-3 minggu..

26

Page 29: Fraktur Print

2.12 FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH

Fraktur Kolum Femur

Klasifikasi fraktur kolum femur :

Fraktur intrakapsuler

Fraktur ekstrakapsuler

a) Fraktur Intrakapsuler (Collum Femur)

o Mekanisme Fraktur

Fraktur intrakapsuler ini (collum femur) dapat disebabkan oleh trauma

langsung (direct) dan trauma tak langsung (indirect).

o Trauma Langsung (direct)

Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring, dimana daerah trokanter

mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan)

o Trauma tak langsung (indirect)

Disebabkan gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena

kepala femur terikat kuat dengan ligament iliofemoral dan kapsul sendi,

mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur. Pada dewasa muda apabila

terjadi fraktur intrakapsuler (collum femur) berarti traumanya cukup hebat.

Sedangkan kebanyakan pada fraktur kolum ini (intrakapsuler), kebanyakan

terjadi pada wanita tua (60 tahun ke atas) dimana tulangnya sudah mengalami

osteoporotic. Trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh

kepleset di kamar mandi ).

Pada umumnya pembagian klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan :

a) Lokasi anatomi

b) Arah garis patah

27

Page 30: Fraktur Print

c) Dislokasi atau tidak dari fragmennya

a) Berdasarkan lokasi anatomi dibagi menjadi tiga :

- Fraktur Subkapital

- Fraktur trans-servikal

- Fraktur basis kolum femur

b) Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel :

- Tipe I : Sudut 30°

- Tipe II : Sudut 50°

- Tipe III : Sudut 70 °

c) Berdasarkan dislokasi atau tidak fragmen di bagi menurut Garden :

- Garden I : Incomplete (Impacted)

- Garden II : Fraktur kolum femur tanpa dislokasi

- Garden III : Fraktur kolum femur dengan sebagian dislokasi

- Garden IV : Fraktur kolum femur dan dislokasi total

Pemeriksaan Fisik

Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat (tabrakan ).

Pada penderita tua biasanya traumannya ringan (kepleset di kamar mandi ). Penderita tak

dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan

eksorotasi. Didapatkan juga adanya perpendekan dari tungkai yang cedera. Paha dalam posisi

abduksi dan fleksidan eksorotasi. Pada palpasi sering ditemukan adannya hematom di

panggul. Pada impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit yang tak

begitu hebat. Posisi tungkai masih tetap dalam posisi netral.

28

Page 31: Fraktur Print

Pemeriksaan radiologi

Proyeksi anteroposterior dan lateral kadang-kadang diperlukan aksial. Pada proyeksi

anteroposterior kadang-kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur (pada kasus yang

impacted). Untuk ini perlu dengan pemeriksaan proyeksi aksial.

Terapi

Impacted Fraktur

Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah kolum femur dibanding

fraktur tulang di tempat lain. Pada kolum femur periosteumnya sangat tipis sehingga daya

osteogenesisnya sangat kecil,sehingga seluruh penyambungan fraktur kolum femur boleh

dikata tergantung pada pembentukan kalus endosteal. Lagipula aliran pembuluh darah yang

melewati kolum femur pada fraktur kolum femur terjadi kerusakan. Lebih lagi terjadinya

hemartrosis akan menyebabkan aliran darah di sekitar fraktur tertekan alirannya. Maka

mudah dimengerti apabila terjadi fraktur intrakapsuler dengan dengan dislokasi akan terjadi

avaskuler nekrosis.

Penanggulangan

Impacted Fraktur

Pada fraktur,kolum femur yang benar-benar impacted dan stabil. Maka penderita

masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalannya ringan, sakit sedikit pada daerah

panggul. Kalau impactednya cukup kuat, penderita dirawat 3-4 minggu kemudian

diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama 8 minggu. Kalau pada X-Ray

foto impacted nya kurang kuat, ditakutkan terjadi disimpacted, penderita di anjurkan untuk

operasi dipasang internal fiksasi. Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya

dengan multi pin teknik perkutaneus.

29

Page 32: Fraktur Print

Penanggulangan Dislokasi Fraktur kolum femur

Penderita segera dirawat di Rumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan pemasangan

tarikan kulit (skin traction) dengan Buck-extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan

tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan internal fiksasi. Reposisi yang

dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu : menurut

leadbetter. Penderita terlentang di meja operasi. Asisten memfiksir pelvis. Lutut dan coxae

dibuat fleksi 90 derajat untuk mengundurkan kapsul dan otot-otot di sekitar panggul. Dengan

sedikit abduksi paha ditarik ke atas, kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan

endorotasi panggul 45 derajat. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan

melakukan gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakukan test.

Palm heel test : Tumit kaki yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi kaki

tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik.

Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi

pin perkutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulangi sampai tiga kali,dilakukan open

reduksi. Dilakukan reposisi terbuka setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi. Macm-

macam alat internal fiksasi di antaranya :

o Knowless pin

o Cancellous screw

o Plate

Pada fraktur kolum femur penderita tua (>60 tahun ) penanggulangannya agak berlainan. Bila

penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip penanggulangan : do nothing dalam

arti tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya penderita di rawat, dilakukan skin traksi

3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan

menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita bersedia dilakukan operasi, akan digunakan

30

Page 33: Fraktur Print

prinsip pengobatan do something yaitu dilakukan tindakan operasi artroplasti dengan

pemasangan protese Austine Moore.

Komplikasi

o Avaskular nekrosis

o Non union

o Infeksi

Fraktur intertrokanter femur

Merupakan fraktur antara trokanter mayor dan trokanter minor femur. Fraktur ini

termasuk fraktur ekstrakapsular. Banyak terjadi pada orang tua terutama pada wanita (diatas

usia 60 tahun ). Biasanya trauma ringan, jatuh kepleset,daerah pangkal paha ke bentur lantai.

Hal ini dapat dapat terjadi karena pada wanita tua, tulang sudah mengalami osteoporosis post

menopause. Pada orang dewasa dapat terjadi fraktur ini disebabkan oleh trauma dengan

kecepatan tinggi (tabrakan motor).

Klasifikasi

Banyak klasifikasi yang dibuat oleh para ahli. Tetapi yang banyak dianut di banyak

Negara yaitu klasifikasi dari Evan-massie. Klasifikasi Evan-Massie dibagi menjadi dua :

a) Stabil

- Garis fraktur intertrochanter-undisplaced

- Garis fraktur intertrochanter displaced menjadi varus

b) Tidak stabil

- Garis fraktur kominutiva dan displaced varus

- Garis fraktur intertrokanter dan subtrokanter

31

Page 34: Fraktur Print

Gejala klinis

Biasanya penderita wanita tua dengan riwayat setelah jatuh kepleset,penderita tak dapat jalan.

Pada pemeriksaan kaki yang cedera dalam posisi eksternal rotasi. Tungkai yang cedera lebih

pendek. Pada pangkal paha sakit dan bengkak.

Pemeriksaan radiologi

Dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dengan rontgen foto dapat ditentukan stabil atau

tidak stabil jenis patahnya.

Penanggulangan

Umumnya fraktur trokanter mudah menyambung kembali karena daerah trokanter kaya akan

avaskularisasi.

Non-Operatif

Dengan balans traksi umumnya memerlukan waktu sampai 12 sampai 16 minggu.

Pada penderita yang sudah tua diatas 60 tahun penanggulanganya dengan traksi akan

menimbulkan penyulit yaitu terjadi komplikasi berupa pneumonia

hipostatik,bronkopneumonia,dekubitus, emboli paru,thrombosis arterifemoralis untuk

menghindari hal tersebut di atas dipilih cara lain dengan jalan operatif. Teknik operasi

tergantung tipe frakturnya stabil atau tidak stabil. Pada fraktur yang tidak stabil dilakukan

tindakan medialisasi menurut Dimon dan Hughston baru dilakukan internal fiksasi

diantaranya dengan Jewett nail atau angle blade plate (Ao)

Pada tipe yang stabil, tidak perlu dilakukan medialisasi, langsung dilakukan internal fiksasi

dengan alat Jawett nail dan angle blade plate (Ao)

32

Page 35: Fraktur Print

Fraktur Subtrokanter Femur

Fraktur subtrokanter ialah fraktur dimana garis patah berada 5 cm distal dari trokanter

minor. Mekanisme fraktur biasanya karena trauma langsung, dapat terjadi pada orang tua

biasanya disebabkan oleh trauma yang ringan (jatuh kepleset). Dan pada orang muda

biasanya karena trauma dengan kecepetan.

Klasifikasi

Banyak klasifikasi yang dipakai di antaranya :

o Klasifikasi Zickel

o Klasifikasi Scinshaemer

o Klasifikasi Fielding dan magliato

Yang sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fieldinng dan magliato.

Tipe 1 : Garis fraktur satu level dengan trokanter minor

Tipe 2 : Garis patah berada 1 – 2 inch di bawah dari batas atas trokanter minor

Tipe 3 : Garis patah berada 2 – 3 inch di distal dari batas atas trochanter minor.

Pemeriksaan Fisik

Tungkai bawah yang cedera lebih pendek dan rotasi eksternal (eksorotasi) di daerah panggul

ditemukan hematoma atau ekimosis.

Radiologi

Dibuat proyeksi anterioposterior dan lateral. Pada fraktur subtrokanter dimana

trokanternya masih utuh, biasanya kedudukan fragmen bagian atas dalam posisi abduksi dan

fleksi dan fragmen distal dalam posisi abduksi.

33

Page 36: Fraktur Print

Abduksi karena tarikan dari otot-otot abductor. Fleksi karena tarikan otot iliopsoas

dan adduksi karena tarikan otot adductor magnus.

Penanggulangan

Dilakukan terapi non-operatif dan operatif.

Non-operatif

Dengan melakukan skeletal traksi dan system balans dengan posisi tungkai bagian distal

dibuat abduksi dan fleksi.

Penanggulangan ini banyak kelemahannya yaitu mordibitas lama dan mortalitas yang lebih

tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penanggulangan operasi.

Operatif

Dengan melakukan open reduksi dan pemasangan internal fiksasi.

Macam-macam alat untuk fiksasi, diantaranya :

o Angle blade plate (Ao)

o Jewett nail

o Sliding compression screw

o Zickel nail

Komplikasi

o Malunion

o Non Union

Fraktur Batang Femur (Dewasa)

Mekanisme trauma

34

Page 37: Fraktur Print

Daerah tulang-tulang ini sering mengalami patah. Biasanya terjadi karena trauma

langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari ketinggian.

Kebanyakan dialami oleh penderita laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat

menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.

Klasifikasi fraktur batang femur

Salah satu klasifikasi fraktur batang femur dubagi berdasarkan adanya luka yang

berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :

o Tertutup

o Terbuka

Fraktur femur terbuka

Ketentuan terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar. Fraktur

terbuka ini dibagi menjadi tiga derajat :

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar, timbul luka kecil,biasanya diakibatkan

tusukan fragment tulang dari dalam menembus ke luar

Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm), luka ini disebabkan karena benturan benda dari

luar

Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor,jaringan lunak banyak yang ikut

rusak (otot,saraf,pembuluh darah)

Pada umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka, dilakukan tindakan

debridement,sebaik-baiknya kemudian penanggulangan untuk tulangnya sendiri, dilakukan

tindakan yang sama seperti pada penanggulangan fraktur tertutup.

Pemeriksaan Fisik

Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functiolaesa

(tungkai bawah tidak dapat diangkat). Nyeri tekan,nyeri gerak. Tampak adanya deformitas

35

Page 38: Fraktur Print

angulasi ke lateral atau angulasi anterior,rotasi (ekso atau endo). Tungkai bawah ditemukan

adanya perpendekan tungkai. Pada fraktur 1/3 tengah femur, pada pemeriksaan harus

diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligament dari

daerah lutut. Kecuali itu juga diperiksa keadaan saraf sciatica dan arteri dorsalis pedis.

Radiologi

Cukup dengan dua proyeksi AP dan LAT. Dalam pembuatan foto harus mencakup dua

sendi : Panggul dan lutut.

Penanggulangan

Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan skin traksi dengan metode

Buck extension. Atau dilakukan dulu pemakaian Thomas Splint, tungkai ditraksi dalam

keadaan ekstensi. Tujuan skin traksi adalah untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah

kerusakan yang lebih lanjut jaringan lunak di sekitar daerah yang patah. Setelah dilakukan

traksi kulit dapat dipilih pengobatan non operatif atau operatif.

Non-Operatif

Dilakukan skeletal traksi. Yang sering digunakan ialah metode perkin dan metode balans

skeletal traksi.

Metode Perkin

Digunakan apabila fasilitas peralatan terbatas. Alat yang diperlukan : Steinman pin,

Tali, Beban katrol

Penderita tidur terlentang 1-2 jari di bawah tuberositas tibia, dibor dengan Steinman

pin, dipasang staple, ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan

36

Page 39: Fraktur Print

dipertahankan sampai lebih dari 12 minggu sampai terbentuk kalus yang cukup kuat.

Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi.

Metode balance skeletal traction

Diperlukan alat-alat yang lebih banyak

- Thomas splint

- Pearson attachment

- Steinman pin

- Tali

- Katrol

- Beban

- Frame

- Stapler

Penderita tidur terlentang, 1-2 jari di bawah tuberositas tibia dibor dengan

Steinman pin, dipasang stapler pada Steinman pin. Paha ditopang dengan

Thomas splint, sedangkan tungkai bawah ditopang oleh Pearson attachment.

Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya

membentuk kalus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih

secara aktif. Kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat, setelah

ditraksi 8 minggu kemudian dipasang gips hemispica atau cast bracing.

Operatif

Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary nail.

Terdapat bermacam-macam intramedullary nail untuk femur, diantaranya :

- Kuntscher nail

37

Page 40: Fraktur Print

- Sneider nail

- Ao nail

Diantara ke tiga nail tersebut yang paling terkenal adalah kuntscher nail. Pemasangan

intramedullary nail dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup.

Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit fasia sampai ke tulang yang patah. Pen

dipasang secara retrograde.

Cara tertutup yaitu dengan menyayat daerah yang patah. Pen dimasukkan melalui

ujung trokanter mayor dengan bantuan image intersifier (C.arm). Tulang dapat di

reposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragment bagian distal.

Keuntungan tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.

Indikasi operatif :

1) Penanggulangan non operatif gagal

2) Multipel fraktur

3) Robeknya arteri femoralis

4) Patologik fraktur

5) Orang tua

Komplikasi dini :

Yang segera terjadi dapat berupa : syok dan emboli lemak. Emboli lemak ini jarang terjadi

Komplikasi lambat :

- Delayed union

- Non union

- Mal union

- Kekakuan sendi lutut

- Infeksi

38

Page 41: Fraktur Print

Pada non union dapat diatasi dengan tandur alih tulang spongiosa (autogenesus

cancellous bone graft). Kekakuan sendi dimana, sendi lutut terbatas gerakan (ROM -0-60

atau <) dapat ditolong melakukan operasi pembebasan perlengkapan otot-otot kuadriseps dan

patella.

Fraktur Batang Femur (Anak-anak)

Pada anak-anak sering juga mengalami fraktur femur. Penyebab terbanyak ialah jatuh waktu

bermain di rumah atau di sekolah, diagnose mudah ditegakkan.

Penanggulangan

Umumnya dengan terapi non operatif akan menyambung baik. Perpendekan kurang 2

cm masih dapat diterima karena dikemudian hari perpendekan ini akan sama panjangnya

dengan tungkai yang normal.

Hal ini dimungkinkan karena anak-anak daya remodellingnya masih tinggi.

Penanggulangan non operatif dengan traksi kulit anak berumur di bawah 3 tahun.

Traksi kulit-Bryant traksi

Anak tidur terlentang di tempat tidur, kedua tungkai dipasang traksi kulit, kemudian

kedua tungkainya ditegakkan ke atas, di tarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg, sampai

kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.

Komplikasi : pemakaian Bryan traksi :

Terjadinya iskemik paralisis. Hal ini disebabkan karena terganggunya aliran darah pada

tungkai yang ditinggikan.

Anak umur 3 tahun-13 tahun :

Dilakukan pemasangan Rusell traksi,untuk traksi ini diperlukan :

- Frame

- Katrol

39

Page 42: Fraktur Print

- Tali

- Plester

Anak tidur terlentang dipasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di daerah poplitea,sling

dihubungkan dengan tali, dimana tali tersebut dihubungkan dengan beban penarik.

Untuk waktu rawat setelah 4 minggu ditraksi,kalus sudah terbentuk tetapi belum kuat benar.

Traksi dilepas kemudian dipasang gip hemispika.

Fraktur Proksimal Tibia (Bumper fraktur atau fraktur tibia plateau)

Daerah ujung proksimal tibia merupakan tulang yang lemah, terdiri dari tulang spongiosa

dan dibatasi korteks yang tipis. Kecuali pada orang tua tulangnya secara keseluruhan sudah

mengalami osteoporotic. Maka mudah dimengerti bila terjadi trauma langsung di daerah lutut

akan terjadi fraktur intraartikular tibia(tibia plateau)

Mekanisme trauma

Biasanya terjadi trauma langsung dari arah samping lutut, dimana kakinya masih terfiksir

di tanah (orang sedang berjalan ditabrak mobil dari samping-bumper fraktur)

Gaya dari samping ini menyebabkan lutut didorong sangat kuat kea rah valgus. Hal ini

menyebabkan permukaan sendi bagian lateral tibia (tibia plateau) akan menerima beban yang

sangat besar dan akhirnya menyebabkan fraktur intraartikular atau terjadi amblasnya

permukaan sendi bagian lateral tibia.

Kemungkinan yang lain, penderita jatuh dari ketinggian yang menyebabkan penekanan

vertical pada permukaan sendi tibia. Hal ini akan menyebabkan patah intrartikular berbentuk

T atau Y.

Klasifikasi

Menurut Hone M. dan Moore T.M dibagi menjadi lima tipe :

a) Split fracture

40

Page 43: Fraktur Print

b) Entire plateau fracture

c) Rim avulsion

d) Rim compression

e) Four part fracture

Gejala Klinik

Lutut yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit. Kadang-kadang ditemukan

deformitas (varus atau valgus pada lutut)

Pada permukaan lebih aktif, gerak sendi lutut terbatas karena rasa sakit atau adanya

hemartrosis. Varus dan valgus stress test kadang positif. Hal ini disebabkan karena fragmen

tulang yang amblas atau disertai dengan rupturnya ligament kolateral lateral atau lligament

kolateral medial.

Radiologi

Cukup dengan membuat dua proyeksi anteroposterior dan lateral. Dari gambar radiologi

dapat ditentukan tipe patahnya.

Penanggulangan

Terdiri dari non operatif dan operatif.

Untuk fraktur yang tidak mengalami dislokasi dapat ditanggulangi dengan beberapa cara,

diantaranya dengan memasang :

- Verband elastic (Robert Jones teknik)

- Dengan memasang gip (long leg plaster)

- Skeletal traksi

Skeletal traksi yang biasa digunakan adalah menurut cara Appley.

41

Page 44: Fraktur Print

Caranya : Penderita tidur terlentang. Pada tibia 1/3 proksimal dipasang Steinman pin,

langsung ditarik dengan beban yang cukup (>6kg). Sementara dilakukan traksi lutut penderita

yang cedera dapat digerakkan. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya kekakuan sendi.

Operatif

Apabila terjadi dislokasi yang cukup lebar atau apabila permukaan sendi tibia amblas

lebih dari 8 mm, dilakukan open reduksi dan dipasang internal fiksasi dengan buttress plate

dan cancellous screw.

Pada kasus dimana permukaan sendi tibia amblas,harus dilakukan

rekonstruksi,permukaan yang amblas diangkat kembali ke atas dan bekas lubangnya diisi

dengan tulang spongiosa dari tempat lain (autogenous bone graft)

Komplikasi

1. Kekakuan sendi lutut

Hal ini disebabkan karena terjadinya perlengketan intraartikular dan

perlengketan peri-artikular. Bila terjadi hal tersebut di atas dapat dilakukan

manipulasi dengan pemberian anestesi umum.

2. Lesi dari n.poplitea

Akibat penekanan fragmen tulang atau akibat penekanan gip

3. Artritis post traumatika

Diakibatkan karena permukaan sendi yang tidak rata.

Fraktur Tibia dan Fibula

Fraktur kruris merupakan terbanyak dari kecelakaan lalu lintas. Melihat susunan anatomis

kruris dimana permukaan medial tibia hanya dilindungi jaringan subkutan,hal ini

menyebabkan mudahnya terjadi fraktur kruris terbuka yang menimbulkan masalah dalam

pengobatan.

42

Page 45: Fraktur Print

Anatomi

Terdapat empat grup otot yang penting di kruris yaitu :

1. Otot ekstensor

2. Otot abductor

3. Otot trisep surae

4. Otot fleksor

Keempat grup otot tersebut membentuk tiga kompartemen

Group I : Membentuk kompartemen anterior

Group II : membentuk kompartemen lateral

Group III : membentuk kompartemen posterior yang terdiri dari kompartemen superficial

dan kompartemen dalam.

Arteri

- Arteri tibialis anterior

- Arteri tibialis posterior

- Arteri peroneus

Saraf

- n. Tibialis anterior dan n.Peroneus untuk mensarafi otot ekstensor dan abductor

- n. Tibialis posterior dan n.Poplitea untuk mensarafi otot fleksor dan otot trosep

surae.

Mekanisme trauma

Trauma langsung dan trauma tidak langsung

Trauma langsung-energi tinggi

43

Page 46: Fraktur Print

Akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian lebih dari 4 meter, fraktur

yang terjadi biasanya fraktur terbuka.

Trauma langsung-energi rendah

Akibat cedera pada waktu olahraga. Biasanya fraktur yang terjadi fraktur tertutup.

Trauma tidak langsung

Diakibatkan oleh gaya gerak tubuh sendiri. Biasanya berupa torsi tubuh ,kekuatan

trauma disalurkan melalui sendi. Akibat yang terjadi biasanya fraktur tibia fibula

dengan garis patah spiral dan tidak sama tinggi pada tibia di bagian distal sedang

pada fibula bagian proksimal.

Klasifikasi

- Fraktur tertutup

- Fraktur terbuka

Fraktur terbuka

Ketentuan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang yang patah dengan dunia

luar. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga derajat :

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar,timbul luka kecil,biasanya

diakibatkan tuskan fragmen tulang dari dalam menembus luar.

Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm),luka ini disebabkan karena benturan benda dari

luar.

Derajat III : Lukanya lebih luasa dari derajat II,lebih kotor,jaringan lunak banyak yang

ikut rusak (0tot,saraf,pembuluh darah)

Pada umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka dilakukan tindakan

debridement,sebaik-baiknya kemudian penanggulangan untuk tulangnya sendiri, dilakukan

tindakan yang sama seperti pada penanggulangan fraktur tertutup.

Gejala klinik

44

Page 47: Fraktur Print

Daerah yang patah tampak bengkak. Tampak deformitas angulasi atau endo/eksorotasi

ditemukan nyeri gerak,nyeri tekan pada daerah yang patah.

Radiologi

Umumnya cukup dibuat 2 proyeksi anterior posterior dan lateral.

Penanggulangan

Fraktur tertutup

Dilakukan reposisi tertutup.

Imobilisasi dengan gips. Caranya : penderita tidur terlentang diatas meja periksa. Kedua lutut

dalam posisi fleksi 90 derajat, sedangkan kedua tungkai bawah menggantung di tepi

meja.Tungkai bawah yang patah ditarik kea rah bawah. Rotasi diperbaiki, setelah tereposisi

baru dipasang gips melingkar. Ada beberapa cara pemasangan gips,yaitu :

1. Cara long leg plester :

Imobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki

sampai proksimal femur dengan sendi talokrural dalam posisi netral sedang posisi

lutut dalam fleksi 20 derajat.

2. Cara Sarmiento :

Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai diatas sendi talokrural dengan

molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas

sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada permukaan anterior

tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara ini : kaki

dapat diinjakkan lebih cepat.

Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi

angulasi,perpendekan lebih dari 2cm,tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang.

45

Page 48: Fraktur Print

Dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan internal

fiksasi.

Macam-macam internal fiksasi diantaranya :

- Screw

- Plate + screw

- Tibial nail

Fraktur Terbuka

Lukanya dilakukan debridement,kemudian tulang yang patah dilakukan reposisi secara

terbuka. Setelah itu dilakukan imobilisasi.

Bermacam-macam cara imobilisasi untuk fraktur terbuka :

Cara Trueta :

Luka setelah dilakuakn debridement tetap dibiarkan terbuka,tidak perlu dijahit.

Setelah tulangnya direposisi, gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali

pada derajat SIAS,kalkaneus dan tendo Achilles.

Gips dibuka setelah berbau dan basah

Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang

Cara long leg plaster :

Cara seperti ini telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat jendela

setelah beberapa hari di atas luka. Dari lubang jendela ini luka dirawat sampai

sembuh.

Cara dengan memakai pen di luar tulang (Fixateur externa) :

Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka kruris grade III. Dengan cara ini

perawatan luka yang luas di kruris sangat mudah.

Macam-macam bentuk fiksateur externa,diantaranya :

46

Page 49: Fraktur Print

- Judet fiksateur eksterna

- Roger Anderson Hoffman

- Screw + Methyl methacrylate (INOE teknik)

Komplikasi

Dini :

Sindrom kompartemen

Komplikasi ini terutama terjadi pada fraktur proksima tibia tertutup

Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan

vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai

bawah. Yang palin sering terjadi yaitu sindrom kompartemen anterior.

Mekanisme : Dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intrakompartemen,hal

ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen meninggi,menyebabkan aliran

balik darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan edema. Dengan adanya

edema,tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya menyumbat

arteri di intrakompartemen.

Gejala : rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraestasia. Rasa sakit akan

bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama

dapat terjadi paralise pada otot ekstensor halusis longus,ekstensor digitorum

longus dan tibial anterior.

Tekanan intrakompartemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.

Penanganan : Dalam waktu kurang dari 12 jam harus dilakukan fasiotomi.

Lanjut :

47

Page 50: Fraktur Print

Malunion : Biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang imobilisasinya

longgar,sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk memperbaiki perlu dilakukan

osteotomi.

Delayed union : Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan infeksi

atau pada fraktur yang kominutiva. Hal ini dapat diatasi dengan operasi tandur

alih tulang spongiosa.

Non union : disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia disertai

dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone grafting menurut

cara papineau.

Kekakuan sendi : Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu lama.

Pada persendian kaki dan jari-jari biasanya terjadi hambatan gerak. Hal ini dapat

diatasi dengan fisioterapi.

Fraktur dan fraktur dislokasi dari pergelangan kaki

Fraktur pada pergelangan kaki sering terjadi pada penderita yang mengalami kecelakaan

(kecelakaan lalu lintas atau jatuh). Bidang gerak sendi pergelangan kaki hanya terbatas pada

satu bidang yaitu untuk pergerakan dorsofleksi dan plantar fleksi. Maka mudah dimengerti

bila terjadi gerakan-gerakan diluar bidang tersebut,dapat menyebabkan fraktur atau fraktur

dislokasi pada daerah pergelangan kaki.

Bagian yang sering menimbulkan fraktur dan fraktur dislokasi yaitu : gaya abduksi,

adduksi,endorotasi atau eksorotasi.

48

Page 51: Fraktur Print

Anatomi pergelangan kaki

Secara anatomi sendi pergelangan kaki,dibentuk oleh 3 tulang yaitu dari tulang

tibia,fibula dan talus. Bagian dinding medial sendi berupa tulang maelleolus lateralis. Bagian

posterior dibatasi oleh tulang tibia yang melengkun, dan disebut maleolus posterior.

Persendian pergelangan kaki merupakan sendi yang kuat karena terdapatnya ligament-

ligamen yang menghubungkan antara tulang di daerah tersebut.

Antara maleolus medialis dengan tulang-tulang tarsal, dihubungkan oleh ligament. Tibio

kalkaneal,ligament tibia talar dan ligament tibio navikular.

Ketiga ligament tersebut disebut sebagai ligament deltoid. Antara maleolus lateral dan

tulang tarsal dihubungkan oleh ligament kalkaneofibular dan ligament talofibular.

Antara tibia dan fibula bagian distal dihubungkan dengan ligament,tibiofibula anterior

dan posterior.

Mekanisme trauma

Apabila terjadi gaya abduksi maka akan terjadi dorongan yang mendorong maleolus

lateral. Hal ini akan menyebabkan fraktur dari maleolus lateral setinggi permukaan sendi atau

di atasnya. Sedangkan ujung maleolus medial tertarik sangat kuat oleh ligament

deltoid,menyebabkan fraktur avulse pada ujung maleolus medialis.

Gaya adduksi : akan mendorong tulang talius pada maleolus medialis menyebabkan

fraktur maleolus medialis di atas permukaan sendi. Sedang gaya rotasi dari kaki dapat

menyebabkan fraktur kedua malleolus disertai robeknya ligament tibiofibula bagian distal.

Atau dapat disertai fraktur malleolus posterior. Kalau terjadi robekan ligament tibiafibula

bagian distal maka tulang talus akan mengalami dislokasi kea rah lateral.

Gejala klinik

49

Page 52: Fraktur Print

Pada fraktur pergelangan kaki penderita akan mengeluh sakit sekali dan tak dapat

berjalan. Di daerah pergelangan kaki sangat bengkak. Bila terjadi fraktur kedua maleolus

akan jelas tampak deformitas.

Radiologi

Umumnya dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dapat diketahui adanya fraktur di

daerah pergelangan kaki.

Penanggulangan

Fraktur Malleolus medialis

Dapat dicoba dengan reposisi tertutup. Bila berhasil baik dipertahankan dengan

imobilisasi gips di bawah lutut selama 8 minggu. Bila hasil reposisi jelek,harus dipikirkan

kemungkinan terjadinya interposisi di periosteum antara kedua fragmen. Untuk hal ini harus

dilakukan tindakan operasi,dipasang internal fiksasi dengan pemasangan screw.

Fraktur maleolus lateral

Umumnya dengan melakukan reposisi tertutup hasilnya baik. Imobilisasi dengan gips di

bawah lutut selama 6 minggu.

Fraktur maleolus lateral disertai dengan robeknya ligament deltoid. Terjadinya fraktur

maleolus lateral dan dislokasi dari tulang talus ke lateral. Pada radiologis jelas tampak jarak

maleolus medial dan tulang talus melebar. Hal ini dapat dicoba ditanggulangi dengan reposisi

tertutup. Bila hasil reposisi tertutup gagal , dilakukan tindakan open reduksi dengan

pemasangan internal fiksasi pada tulang fibula.

Fraktur maleolus lateral dan maleolus medial (Bimalleolus) : terjadi fraktur maleolus

lateral dimana garis patahnya terletak di atas permukaan sendi pergelangan kaki dan fraktur

avulse maleolus medialis. Hal ini dapat dicoba dengan reposisi tertutup kalau hasilnya jelek

dilakukan operasi reposisi terbuka dengan pemasangan internal pada kedua maleolus.

50

Page 53: Fraktur Print

Fraktur trimaleolus (Fraktur maleolus medial lateral dan posteriaor )

Prinsipnya sama dengan penanggulangan fraktur bimaleolus.

Komplikasi

Kekauan sendi (ankilosis). Hal ini disebabkan karena kerusakan ligament-ligamen ,

dapat diatasi dengan melakukan fisioterapi.

Mal union : Biasanya pada penanganan non operatif dimana terjadi reposisi yang

tidak tepat. Arteritis post traumatic disebabkan karena mal union.

Fraktur Talus

Tulang talus merupakan salah satu tulang yang sangat penting untuk menahan dan

menyebar beban berat badan. Tulang talus sering mengalami fraktur.

Mekanisme trauma

Bisa disebabkan trauma yang tak langsung, hal ini terjadi pada penderita sewaktu

mengendarai mobil mengalami kecelakaan dengan mendadak dan sekuat tenaga kaki

menginjak pijakan rem. Posisi kaki secara mendadak dalam posisi hiperdorsofleksi,hal ini

akan menyebabkan fraktur di daerah leher talus. Atau jatuh dari suatu ketinggian akan

menimbulkan gaya tekan aksial pada tulang talus. Hal ini akan menyebabkan fraktur di

daerah korpus. Kemungkinan yang lain, sewaktu posisi kaki dalam plantar fleksi terjadi

kecelakaan dimana terjadi gaya dorong pada metatarsal diteruskan ke tulang navikular yang

akhirnya menyebabkan fraktur pada kepala talus.

Klasifikasi

Berdasarkan lokalisasi garis patah :

- Fraktur leher talus

51

Page 54: Fraktur Print

- Fraktur korpus talus

- Fraktur kepala talus

Pemeriksaan fisik

Mengalami kecelakaan berat (tabrakan mobil jatuh dari ketinggian). Terasa sakit

sekali di daerah pergelangan kaki dan kaki. Daerah pergelangan kaki dan kaki sangat

membengkak.

Radiologi

Proyeksi anterioposterior dan obliqus untuk melihat daerah korpus talus. Proyeksi lateral

untuk melihat daerah leher dan kepala talus.

Penanggulangan

Bila tidak terjadi dislokasi fragmenya, dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler di

bawah lutut. Gips dipertahankan + 3 bulan sampai terjadi union. Bila terjadi dislokasi, dicoba

dengan melakukan reposisi dalam narkose. Bila kedudukan berhasil baik,dipasang imobilisasi

dengan gips sirkuler di bawah lutut. Bila kedudukan fragmennya tetap dislokasi,dilakukan

operasi open reduksi difiksasi dengan skrup.

Komplikasi

- Infeksi

- Mal union

- Avaskuler nekrosis

- Delayed union

- Artritis post traumatika

52

Page 55: Fraktur Print

Fraktur Kalkaneus

Tulang kalkaneus terdiri dari tulang spongiosa,dengan korteks yang tipis. Pada tulang

kalkaneus kaya akan vaskularisasi ,maka mudah dimengerti pada fraktur kalkaneus mudah

terjadi penyembuhan.

Mekanisme trauma

Dapat disebabkan daya puntir yang akan menyebabkan terjadinya fraktur kalkaneus

ekstraartikular. Sedangkan daya tekan vertikel akibat jatuh dari ketinggian akan

menyebabkan fraktur intrartikular.

Klasifikasi

Ekstrartikular fraktur,dimana garis patahnya tidak menembus permukaan sendi subtalar.

Intraartikular fraktur, dimana garis patah menembus permukaan sendi subtalar.

Pemeriksaan fisik

Rasa sakit dan nyeri tekan di daerah sinus tarsi. Bengkak pada jenis ekstraartikular tidak

begitu jelas. Penderita tak dapat bediri. Pada jenis intraartikular pembengkakan tumit pada

daerah yang patah lebih pendek.

Harus diperhatikan pula kemungkinan adanya nyeri di daerah lumbal atau dorsolumbal.

Kemungkinan adanya fraktur vertebra lumbal atau vertebra torakalis. Hal ini penting karena

menurut carve 10% dari fraktur kalkaneus diikuti oleh fraktur vertebra lumbal atau vertebra

torakal.

53

Page 56: Fraktur Print

Radiologi

Proyeksi anteroposterior,proyeksi lateral dan proyeksi aksial

Penanggulangan

Pada jenis ekstraartikular,bila tidak terjadi dislokasi garis patahnya cukup dilakukan

imobilisasi dengan gips sirkuler dibawah lutut. Bila terjadi dislokasi dilakukan reposisi

dengan menekan fragmen yang menonjol kea rah dalam posisi kaki dibuat equines,baru

dipasang gips sirkuler di bawah lutut. Untuk jenis intraartikular dimana permukaan sendi

subtalar amblas,harus dilakukan open reduksi. Yang amblas diangkat kembali dan daerah

yang berlubang ditanam alih tulang spongiosa,setelah itu dilakukan imobilisasi dengan gips

sirkuler di bawah lutut + 6 minggu.

Komplikasi

- Mal union

- Artritis post traumatic

Fraktur Metatarsal

Mekanisme trauma

Trauma langsung (direct), karena kejatuhan barang yang cukup berat atau karena trauma

tak langsung (indirect),hal ini dapat terjadi sewaktu kaki menginjak tanah dengan kuat secara

tiba-tiba badan melakukan gerakan putar.

Pemeriksaan fisik

Penderita mengeluh sakit di daerah pedis. Tampak pembengkakan dan ekimosis. Pada

palpasi dapat ditemukan nyeri tekan,krepitasi dan nyeri sumbu.

54

Page 57: Fraktur Print

Radiologi

- Proyeksi anteroposterior

- Proyeksi oblique

- Proyeksi lateral

Penanggulangan

Bila fragmen fraktur tak menglami dislokasi dilakukan imobilisasi dengan pemasangan

gips sirkuler (short walking cast),dipertahankan sampai 4-6 minggu. Bila terjadi dislokasi

terutama pada kepala metatarsal kea rah plantar harus dilakukan reposisi tertutup. Kalau gagl

dilakukan open reduksi dengan pemasangan internl fiksasi dengan Kirschner wire.

55

Page 58: Fraktur Print

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur menurut ada tidaknya

hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup

dan fraktur terbuka. Menurut Mansjoer (2000 : 346-347) dan menurut Appley Solomon (1995

: 238-239) fraktur diklasifikasikan Berdasarkan garis patah tulang yaitu greenstick,

transversal, spiral, dan obliq. Berdasarkan bentuk patah tulang yaitu complet, incomplet,

avulsi, comminuted, simple, dan complikata. Penyebab fraktur ini dapat berupa trauma

langsung, tak langsung, maupun penyakit yang menyertai. Untuk mendiagnosis suatu fraktur,

harus dilakukan anamnesis trauma, pemeriksaan fisik yang terdiri dari look, feel dan move,

serta pemeriksaan penunjang X-ray. Penatalaksaan dari fraktur yaitu dengan reposisi, fiksasi,

union dan rehabilitasi. Terdapat berbagai komplikasi yagn didapatkan bila penanganan

fraktur ini tidak adekuat diantaranya yaitu malunion, delayed union maupun nonunion.

56

Page 59: Fraktur Print

DAFTAR PUSTAKA

- Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7.

Jakarta, 1995. Widya Medika;

- American College of Surgeon Committee of Trauma (ACSCOT). 2008. Advanced

Trauma Life Support for Doctor. Chicago: ATLS Student Course Manual.

- 7. Reksoprodjo, S, Pemeriksaan Orthopaedi dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah

FKUI, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 453-471.

- 8. Sjamsuhidajat R, Sistem Muskuloskeletal dalam Syamsuhidajat R, de Jong W,

Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997, hal : 1124-1286

- http://www.boneandjoint.org.uk/highwire/filestream/12480/

field_highwire_article_pdf/0/150.full-text.pdf diakses pada tanggal 22 Januari 2015

57