BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fraktur 2.1.1. Pengertian Fraktur
Fraktur Print
-
Upload
mentari-cipta-septika -
Category
Documents
-
view
243 -
download
11
description
Transcript of Fraktur Print
FRAKTUR
Pembimbing :
dr. Sumono Handoyo, Sp.OT, FICS
Disusun Oleh :
Sakina J.H.Saleh
Rio Oktabyantoro
Tri Fitri Sari
ILMU BEDAH RS ISLAM PONDOK KOPI JAKARTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN & KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul fraktur sesuai pada
waktu yang telah ditentukan.
Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta
para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan ini kami buat sebagai dasar kewajiban dari
suatu proses kegiatan yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktik
kehidupan sehari-hari.
Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pembimbing yang telah membantu kami
dalam kelancaran pembuatan laporan ini, dr. Sumono Handoyo, Sp.OT, FICS. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah kesempurnaan
laporan kami.
Jakarta, Januari 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di
pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini
(2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah
karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut
WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar
korbannya adalah remaja atau dewasa muda.
Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan
bisa komplet atau inkomplet atau diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh gaya yang
melebihi elastisitas tulang. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur
akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis,
yang menyebabkan fraktur yang patologis.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi
yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha).
Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa
nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi
kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah
pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis ini akan menghilang pada dewasa, sehingga
epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat itulah pertumbuhan memanjang tulang akan
berhenti.
Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian
paling atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung
tulang panjang, yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis merupakan
bagian tulang panjang yang di bentuk dari pusat osifikasi primer.
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang
mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan
transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi
dan keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses
penyembuhan suatu tulang yang patah.
2.2 DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang
patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang
menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung,
misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal
patah.
Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya.
Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah
2
dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di
dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang
disebut fraktur dislokasi.
2.3 KLASIFIKASI
Fraktur menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar
dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup jika kulit
diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut
fraktur terbuka. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat
ringannya luka dan berta ringannya patah tulang.
Derajat Luka Fraktur
I Laserasi <2 cm Sederhana, dislokasi fragmen minimal
II Laserasi >2 cm, kontusi otot
disekitarnya
Dislokasi fragmen jelas
III Luka lebar, rusak hebat, atau
hilangnya jaringan di sekitarnya
Kominutif, segmental, fragmen tulang ada
yang hilang
Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustillo dan Anderson ( 1976 )
Tipe Batasan
I Luka bersih dengan panjang luka < 1 cm
II Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat
III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental terbuka,
trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi, fraktur terbuka di
pertanian, fraktur yang perlu repair vaskuler dan fraktur yang lebih dari 8
jam setelah kejadian.
Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 1976) oleh Gustillo,
Mendoza dan Williams (1984):
3
Tipe Batasan
IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan
lunak yang luas
IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat, periosteal striping
atau terjadi bone expose
IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa melihat tingkat
kerusakan jaringan lunak.
Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal tibia dibagi
menjadi lima tipe :
Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh.
Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali dari
metafisis.
Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi
Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram epifisis
Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari
sebagian cakram tersebut.
4
Menurut Penyebab terjadinya
Faktur Traumatik : direct atau indirect
Fraktur Fatik atau Stress
Trauma berulang, kronis, misal: fr. Fibula pd olahragawan
Fraktur patologis : biasanya terjadi secara spontan
Menurut hubungan dg jaringan ikat sekitarnya
Fraktur Simple : fraktur tertutup
Fraktur Terbuka : bone expose
Fraktur Komplikasi : kerusakan pembuluh darah, saraf, organ visera
Menurut Mansjoer (2000 : 346-347) dan menurut Appley Solomon (1995 : 238-239) fraktur
diklasifikasikan menjadi :
1. Berdasarkan garis patah tulang
a. Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok.
b. Transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang.
c. Spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi tungkai/lengan tulang.
d. Obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring membentuk sudut melintasi tulang.
5
2. Berdasarkan bentuk patah tulang
a. Complet, yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan fragmen tulang
biasanya tergeser.
b. Incomplet, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang.
c. Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang terdorong ke arah permukaan tulang lain.
d. Avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligamen.
e. Communited (Segmental), fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa bagian.
f. Simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh.
g. Fraktur dengan perubahan posisi, yaitu ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat
yang patah.
h. Fraktur tanpa perubahan posisi, yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal.
i. Fraktur Complikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang terlihat.
2.4 ETIOLOGI
Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut
kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur
6
Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan
kekuatan trauma.
Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan,
dan densitas tulang.
Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal dan
kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang
akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang
lebih luas.
Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan
jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan, penari dan
tentara dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsal yang disebabkan oleh
karena trauma yang berulang.
Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada penyakit
Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Sedang pada orang
normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur.
2.5 PATOFISIOLOGI FRAKTUR
Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan seseorang mempunyai
keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan berat badan. Fraktur yang terjadi dapat berupa
fraktur tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan
lunak disekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jarigan lunak
seperti otot, tendon, ligamen, dan pembuluh darah.
Tekanan yang kuat atau berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena dapat
menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka
dan akan menyebabkan peradangan dan memungkinkan untuk terjadinya infeksi.
Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. Tertariknya
7
segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan
disposisi pada tulang, sebab tulang berada pada posisi yang kaku.
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Blach (1989) manifestasi klinik fraktur adalah :
1. Nyeri
Nyeri kontinue/terus-menerus dan meningkat semakin berat sampai fragmen tulang tidak
bisa digerakkan.
2. Gangguan fungsi
Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung
menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur karena
fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang tersebut saling
berdekatan.
3. Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah Deformitas/kelainan
bentuk
Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang yang diketahui ketika
dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.
4. Pemendekan
Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang
disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah lokasi fraktur.
5. Krepitasi
Suara detik tulang yang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur digerakkan.
6. Bengkak dan perubahan warna
Hal ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
8
2.7 DIAGNOSIS
Riwayat
Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan
kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau fraktur
sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok,
riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain.
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi / Look
Deformitas : angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan, bengkak
Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo
b. Palpasi / Feel ( nyeri tekan (tenderness), Krepitasi)
Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada
daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera,
daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi
Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna kulit, pengembalian
cairan kapler (Capillary refill test) sensasi
c. Gerakan / Moving
Dinilai apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang berdekatan dengan lokasi
fraktur.
d. Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, toraks, abdomen, pelvis
Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol
ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation. Perlindungan
pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan dengan pemeriksaan
klinis dan radiologis. Saat pasien stabil, maka dilakukan secondary survey.
9
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan
urinalisa.
Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :
I. 2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral
II. Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur
III. Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang
tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan
sesudah tindakan.
Pergeseran fragmen Tulang ada 4 :
1. Alignment : perubahan arah axis longitudinal, bisa membentuk sudut
2. Panjang : dapat terjadi pemendekan (shortening)
3. Aposisi : hububgan ujung fragmen satu dengan lainnya
4. Rotasi : terjadi perputaran terhadap fragmen proksimal
2.8 PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan fraktur terdiri dari 4R yaitu recognition berupa diagnosis dan
penilaian fraktur, reduction, retention dengan imobilisasi, dan rehabilitation yaitu
mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint.
Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun sesudah
reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi
awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan
definitif fraktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF
maupun OREF.
10
Tujuan pengobatan fraktur :
a. REPOSISI
Dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi. Tehnik reposisi terdiri dari
reposisi tertutup dan terbuka. Reposisi tertutup dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna
atau traksi kulit dan skeletal. Cara lain yaitu dengan reposisi terbuka yang dilakukan
padapasien yang telah mengalami gagal reposisi tertutup, fragmen bergeser, mobilisasi
dini, fraktur multiple, dan fraktur patologis.
b. IMOBILISASI / FIKSASI
Dengan tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union. Indikasi
dilakukannya fiksasi yaitu pada pemendekan (shortening), fraktur unstabel serta
kerusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar
Jenis Fiksasi :
Ekternal / OREF (Open Reduction External Fixation)
Gips ( plester cast)
Traksi
Jenis traksi :
Traksi Gravitasi : U- Slab pada fraktur humerus
Skin traksi
Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali ke
posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit akan lepas
Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.
Traksi ini dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut), pada
tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris). Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan
11
traksi yaitu gangguan sirkulasi darah pada beban > 12 kg, trauma saraf peroneus (kruris) ,
sindroma kompartemen, infeksi tempat masuknya pin
Indikasi OREF :
Fraktur terbuka derajat III
Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas
fraktur dengan gangguan neurovaskuler
Fraktur Kominutif
Fraktur Pelvis
Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF
Non Union
Trauma multiple
Internal / ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
ORIF ini dapat menggunakan K-wire, plating, screw, k-nail. Keuntungan cara ini adalah
reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
12
Indikasi ORIF :
a) Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya fraktur
talus dan fraktur collum femur.
b) Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur
dislokasi.
c) Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur Monteggia,
fraktur Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki.
d) Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi,
misalnya : fraktur femur.
b. UNION
d. REHABILITASI
2.9 PENYEMBUHAN FRAKTUR
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :
1. Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan
13
akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi
oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan
hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah
cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang
berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah
endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis.
Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari
diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada
tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel
osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang
sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari
organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus
dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada
pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu
daerah radiolusen.
3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel
dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang
rawan. Tempat osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan
polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk
tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone
14
sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan
fraktur.
4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar
dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang
menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase
remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses
osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus
intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus
bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sumsum.
15
2.10 KOMPLIKASI FRAKTUR
Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat penanganan
fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik
a. Komplikasi umum
Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi
pernafasan.
Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama pasca trauma
dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa
peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena
dalam (DVT), tetanus atau gas gangren
b. Komplikasi Lokal
Komplikasi dini
Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma, sedangkan
apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.
Pada Tulang
1. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.
16
2. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada
fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non
union
Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada fraktur
terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi
dan berakhir dengan degenerasi
Pada Jaringan lunak
1. Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena edema.
Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan
elastik
2. Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena itu
perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol
Pada Otot
Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. Hal ini
terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan
tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan
menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley & Solomon,1993).
Pada pembuluh darah
Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada
robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti
spontan.
Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau
manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada
pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah
tersebut terlepas dan terjadi trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan
17
torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair
untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon, 1993).
Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atas
maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini
disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat
sehingga dapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot.
Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan
kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara
periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann. Gejala klinisnya
adalah 5 P yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan
Paralisis
Pada saraf
Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan akson).
Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley & Solomon,1993).
Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada pemeriksaan terlihat
deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan.
Delayed union
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada pemeriksaan
radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung fraktur,
Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi. Bila lebih 20 minggu
dilakukan cancellus grafting (12-16 minggu)
Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.
18
Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara
fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan
melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.
Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan
sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak
akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.
Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas,
hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai,
implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang
(fraktur patologis)
Mal union
Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas. Tindakan refraktur
atau osteotomi koreksi .
Osteomielitis
Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur
tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (infected non union).
Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi
tulang berupa osteoporosis dan atropi otot
Kekakuan sendi
Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama, sehingga
terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler, perlengketan antara otot dan
tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif
dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada
penderita dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993).
19
2.11 FRAKTUR EKSTREMITAS ATAS
Fraktur jari-jari tangan
Ada 3 macam fraktur yang khas :
a) Basseball finger
Manifestasi : Pasien tidak dapat melakukan gerakan ekstensi ekstensi penuh pada ujung distal
falang. Ujunh distal falanh selalu dalam posisi fleksi pada sendi interfalang distal dan
terdapat hematoma pada dorsum sendi tersebut.
Penatalaksanaan : Dilakukan imobilisasi demgan gips atau metal spinting dengan posisi
ujung jari hiperekstensi pada sendi intrafalang distal sedangan sendi interfalang proksimal
dalam posisi sedikit fleksi.
b) Boxer fracture
Penatalaksanan : Reposisi tertutup dengan cara membuat sendi metakarpofalangeal dan
interfalang proksimal dalam keadaan fleksi 90°, kaput metakarpal V didorong kearah dorsal,
lalu imobilisasi dengan gips selama 3 minggu.
c) Fraktur bennet
Manifestasi : Tampak pembengkakan didaerah karpometakarpal (CMC) I, nyeri tekan dan
sakit ketika digerakkan.
Penatalaksanaan :Dilakukan reposisi tertutup dengan cara melakukan ekstensi dan abduksi
dari jari ibu tangan, lalu diimobilisasi.
Fraktur antebrakial distal
Ada 4 macam fraktur yang khas :
a) Fraktur colles
Manifestasi : Fraktur metafisis distal radius dengan jarak 2,5 cm dari permukaan sendi distal
radius.
20
Penatalaksanaan : Diperlukan imobilisasi pemasangan gips sirkuler dibawah siku selama 4
minggu.
b) Fraktur smits
Manifestasi klinis : Penonjolan dorsal fragmen prosimal, fragmen distal disisi volar
pergelangan, dan deviasi tangan ke radial.
Penatalaksanaan : Dilakukan dengan reposisi dengan posisi tangan diletakkan dalam posisi
dorsofleksi ringn, deviasi ulnar, dn supinasi maksimal. Lalu di immobilisasi dengan gips di
atas siku selama 4-6 minggu.
c) Fraktur galaazzi
Manifestasi : Tampaf tangan dibagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Dalam
pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujumg distal ulna.
Penatalaksanaan : Dilakukan reposisi dengan imobilisasi dengan gips diatas siku, posisi netral
untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi.
d) Fraktur montegea
Manifestasi klinis : Terdapat 2 tipe tipe ekstensi dan tipe fleksi. pada tipe ekstensi gaya yang
terjadi mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi gaya
mendorong dari depan kearah fleksi kearah fleksi yang menyebabakan fragmen ulna
mengadakan angulasi ke posterior.
Penatalaksanaan : Dilakukan reposisi tertutup.
Fraktur radius ulna
Pada ulna dan radius sangat penting gerakan-gerakan pronasi dan supinasi. Untuk
mengatur gerakan ini diperlukan otot-otot supinator, pronator teres dan pronatur quadratus.
Yang bergerak supinasi-pronasi (rotasi) adalah radius.
Gejala-Gejala
21
Patah radius ulna mudah dilihat, adanya deformitas di daerah yang patah, bengkak,
angulasi, rotasi, (pronasi atau supinasi), perpendekan.
Radiologi
AP/LAT ditentukan garis patahnya serta dislokasinya.
Pengobatan
Dilakukan reposisi tertutup, prinsipnya dengan melakukan traksi earah distal dan
mengembalikan posisi tangan yang sudah berudah akibat rotasi. Untuk menempatkan
tangan dalam arah yang benar harus dilihat letak garis patahnya. Kaluau letak
patahnya 1/3 proksimal, posisi fragment proksimal selalu dalam posisi supinasi
karena kerja otot-otot supinator . Maka untuk mendapatkan kegarisan yang baik
fragment distal diletakkan dalam posisi supinasi. Setelah ditentukan kedudukannya
baru dilakukan imobilisasi dengan gips sirkular diatas siku. Gips dipertahankan 6
minggu. Kalau hasil resposisi tertutup baik, dilakukan tindakan operasi (open
reposisi) dengan pemasangan internal fiksasi dengan plate-screw (AO).
Komplikasi
Dapat terjadi delay ed union, non union, mal union.
Faktur radius kepala
Biasanya terjadi pada penderita muda
Manifestasi
Biasanya jatuh dalam posisi siku dalam keadaan ekstensi penuh dan ada gaya abduksi
yang kuat (valgus).Akibatnya terjadi benturan yang kuat antara permukaan concane
kapitulum humeri dengan bagian concave dari kepala radius. Kedua kartilage tersebut
biasanya patah, tetapi kerusakan selalu pada kepala radius. Patah kepala radius bisa
terjadi bebera fragment.
22
Gejala
Dapat diraba adanya pembengkakan siku karena haemarthrosis, rasa sakit yang
progresif, gerakan pronasi dan supinasi terbatas karena sakit, nyeri tekan di daerah
kepala radius.
Radiologi
AP/LAT pada patah kepala radius comminutive cukup jelas terlihat, Pada patah jenis
undiplaced AP/LAT kadang-kadang susah terlihat, perlu ditambah posisi supinasi dan
pronasi.
Penanggulangan
Fraktur kepala radius tanpa dislokasi dimana bentuk tulang rawan sendi masih baik,
cukup ditolong dengan imobilasi.Dalam hal imobilisasi cukup dengan
mempertahankan siku yang sakit, memakai sling (digendong) dengan mitella (kain
segitiga). Imobilisasi dipertahankan cukup dengan 2 minggu. Selama dalam
gendongan, tangan masih diperbolehkan melakukan gerakan pronasi dan supinasi.
Komplikasi
Terjadi artheitis post traumatika.
Fraktur sendi siku
Manifestasi
Luka luas yang berkeping-keping, patah tulang yang membentuk sendi siku yakni
humerus, ulna dan radius disertai dengan dislokasi sendi siku.
Radiologi
AT/LAT sendi siku.
Penanggulangan
23
Kalau frakturnya tertutup dapat dicoba dulu dengan melakukan reposisi tertutup,
kemudian dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler. Tapi umumnya hasil reposisi
tertutup kurang baik, perlu dilakukan reposisi terbuka dan dipasang fiksasi interna
dengan plate-screw. Kalau lukanya terbuka dilakukan debridement dengan dilakukan
fiksasi luar.
Komplikasi
Kekatan sendi
Osteomielitis
Kerusakan n.radialis, medianus dan ulnaris.
Non union.
Mal union.
Fraktur supra kondiler humeri
Bentuk tulang pada humerus 1/3 distal, terutama pada suprakondiler humerus
berlainan anatominya. Di daerah ini terdapat titik lemah, dimana tulang humerus menjadi
pipih disebabnkan adanya fossa olecranon di bagian posterior dab fossa coronoid di bagian
anterior.
Manifestasi trauma
Ada 2 mekanisme terjadinya mekanisme patah tulang yang menyebabkan 2 macam
tipe patah suprakondiler yang terjadi :
Tipe ekstensi. Trauma terjadi jika siku dalam posisi hiperekstensi, lengao bawah
dalam posisi supinasi. Hal ini akan menyebabkan patah pada suprakondikuler.
Tipe fleksi. Trauma terjadi ketika posisi siku dalam fleksi (40), sedang lengan bawah
dalam posisi pronasi.
Gejala klinis
24
Pada tipe ekstensi posisi siku dalan keadaan ekstensi. Daerah siku tampak
pembengkakan kadang pembengkakan hebat sekali, kalau pembengkakan tak hebat
dapat teraba ujung fragment humerus bagian proksimal, ditambah nyeri gerak, nyeri
tekan. Pemeriksaan penunjang dengan radiolagi proyeksi AP/LAT, jelas dapat dilihat
tipe ekstensi atau fleksi.
Penaggulangan
Kalau pembengkakan tak hebat dapat dilakukan reposisi dalam narkose umum.
Penderita tidur terlentang, siku dalam posisi ekstensi penolong menukuk bagian distal,
sedang assisten menahan bagian proksimal. Dalm posisi fleksi maksimal ini dilakukan
immobilisasi dengan gips spal.
Fraktur humerus
Gejala
Ditemukan functio lasea lengan atas yang cidera, untuk menggunakan siku harus
dibantu oleh tangan yang sehat. Dengan sendirinya tanda-anda patah tulang yang jelas
ditemukan. Pada pemeriksaan neurologis harus di periksa n. radialis sering mengalami
cidera dapat berupa neuro prasia, axonotmesis atau neurotmesis.
Pemeriksaan radiologi
Sebelum pembuatan foto, lengan penderita dilakukan pemasangan bidai terlebih
dahulu. Proyeksi foto AT/ALT.
Penanggulangan
Fraktur humerus ini sangat baik daya penyembuhan tulangnya. dilakukan pemasangan
berupa U. slap.imobilisasi dilakukan selama 6 minggu.
25
Fraktur klavikula
Gejala
Sakit disekitar daerah klavikula. Pundak yang cidera tampak lebih rendah dibanding
yang normal.
Pemeriksaan penunjang
Dengan X-ray, foto proyeksi AP.
Penanggulangan
Umumnya dengan tindakan konservatif aklan memberikan hasil yang baik.
Immobilisasi dipakai pembalut bentuk angka 8 (8 figure bandage).
Komplikasi
Dapat berupa terjadi robeknya a. subclavicula, ruptur pleksus brachialis, non union,
delayed union. Kalau terjadi komplikasi tersebut diatas diperlukan open reduksi dan
internal fiksasi.
Fraktur skapula
Gejala
Rasa sakit di daerah skapula, tampak bengkak, kulit acchymosis. Pada palpasi dapat
diraba adanya kalpitasi.
Pemeriksaan penunjang
Dengan X-ray, proyeksi AP thorak.
Penanggulangan
Umumnya dengan tindakan konservatif aka sembuh dengan baik. Lengan
diimobillisasi dengan memakai sling selama 2-3 minggu..
26
2.12 FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
Fraktur Kolum Femur
Klasifikasi fraktur kolum femur :
Fraktur intrakapsuler
Fraktur ekstrakapsuler
a) Fraktur Intrakapsuler (Collum Femur)
o Mekanisme Fraktur
Fraktur intrakapsuler ini (collum femur) dapat disebabkan oleh trauma
langsung (direct) dan trauma tak langsung (indirect).
o Trauma Langsung (direct)
Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring, dimana daerah trokanter
mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan)
o Trauma tak langsung (indirect)
Disebabkan gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena
kepala femur terikat kuat dengan ligament iliofemoral dan kapsul sendi,
mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur. Pada dewasa muda apabila
terjadi fraktur intrakapsuler (collum femur) berarti traumanya cukup hebat.
Sedangkan kebanyakan pada fraktur kolum ini (intrakapsuler), kebanyakan
terjadi pada wanita tua (60 tahun ke atas) dimana tulangnya sudah mengalami
osteoporotic. Trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh
kepleset di kamar mandi ).
Pada umumnya pembagian klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan :
a) Lokasi anatomi
b) Arah garis patah
27
c) Dislokasi atau tidak dari fragmennya
a) Berdasarkan lokasi anatomi dibagi menjadi tiga :
- Fraktur Subkapital
- Fraktur trans-servikal
- Fraktur basis kolum femur
b) Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel :
- Tipe I : Sudut 30°
- Tipe II : Sudut 50°
- Tipe III : Sudut 70 °
c) Berdasarkan dislokasi atau tidak fragmen di bagi menurut Garden :
- Garden I : Incomplete (Impacted)
- Garden II : Fraktur kolum femur tanpa dislokasi
- Garden III : Fraktur kolum femur dengan sebagian dislokasi
- Garden IV : Fraktur kolum femur dan dislokasi total
Pemeriksaan Fisik
Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat (tabrakan ).
Pada penderita tua biasanya traumannya ringan (kepleset di kamar mandi ). Penderita tak
dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan
eksorotasi. Didapatkan juga adanya perpendekan dari tungkai yang cedera. Paha dalam posisi
abduksi dan fleksidan eksorotasi. Pada palpasi sering ditemukan adannya hematom di
panggul. Pada impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit yang tak
begitu hebat. Posisi tungkai masih tetap dalam posisi netral.
28
Pemeriksaan radiologi
Proyeksi anteroposterior dan lateral kadang-kadang diperlukan aksial. Pada proyeksi
anteroposterior kadang-kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur (pada kasus yang
impacted). Untuk ini perlu dengan pemeriksaan proyeksi aksial.
Terapi
Impacted Fraktur
Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah kolum femur dibanding
fraktur tulang di tempat lain. Pada kolum femur periosteumnya sangat tipis sehingga daya
osteogenesisnya sangat kecil,sehingga seluruh penyambungan fraktur kolum femur boleh
dikata tergantung pada pembentukan kalus endosteal. Lagipula aliran pembuluh darah yang
melewati kolum femur pada fraktur kolum femur terjadi kerusakan. Lebih lagi terjadinya
hemartrosis akan menyebabkan aliran darah di sekitar fraktur tertekan alirannya. Maka
mudah dimengerti apabila terjadi fraktur intrakapsuler dengan dengan dislokasi akan terjadi
avaskuler nekrosis.
Penanggulangan
Impacted Fraktur
Pada fraktur,kolum femur yang benar-benar impacted dan stabil. Maka penderita
masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalannya ringan, sakit sedikit pada daerah
panggul. Kalau impactednya cukup kuat, penderita dirawat 3-4 minggu kemudian
diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama 8 minggu. Kalau pada X-Ray
foto impacted nya kurang kuat, ditakutkan terjadi disimpacted, penderita di anjurkan untuk
operasi dipasang internal fiksasi. Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya
dengan multi pin teknik perkutaneus.
29
Penanggulangan Dislokasi Fraktur kolum femur
Penderita segera dirawat di Rumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan pemasangan
tarikan kulit (skin traction) dengan Buck-extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan
tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan internal fiksasi. Reposisi yang
dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu : menurut
leadbetter. Penderita terlentang di meja operasi. Asisten memfiksir pelvis. Lutut dan coxae
dibuat fleksi 90 derajat untuk mengundurkan kapsul dan otot-otot di sekitar panggul. Dengan
sedikit abduksi paha ditarik ke atas, kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan
endorotasi panggul 45 derajat. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan
melakukan gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakukan test.
Palm heel test : Tumit kaki yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi kaki
tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik.
Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi
pin perkutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulangi sampai tiga kali,dilakukan open
reduksi. Dilakukan reposisi terbuka setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi. Macm-
macam alat internal fiksasi di antaranya :
o Knowless pin
o Cancellous screw
o Plate
Pada fraktur kolum femur penderita tua (>60 tahun ) penanggulangannya agak berlainan. Bila
penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip penanggulangan : do nothing dalam
arti tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya penderita di rawat, dilakukan skin traksi
3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan
menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita bersedia dilakukan operasi, akan digunakan
30
prinsip pengobatan do something yaitu dilakukan tindakan operasi artroplasti dengan
pemasangan protese Austine Moore.
Komplikasi
o Avaskular nekrosis
o Non union
o Infeksi
Fraktur intertrokanter femur
Merupakan fraktur antara trokanter mayor dan trokanter minor femur. Fraktur ini
termasuk fraktur ekstrakapsular. Banyak terjadi pada orang tua terutama pada wanita (diatas
usia 60 tahun ). Biasanya trauma ringan, jatuh kepleset,daerah pangkal paha ke bentur lantai.
Hal ini dapat dapat terjadi karena pada wanita tua, tulang sudah mengalami osteoporosis post
menopause. Pada orang dewasa dapat terjadi fraktur ini disebabkan oleh trauma dengan
kecepatan tinggi (tabrakan motor).
Klasifikasi
Banyak klasifikasi yang dibuat oleh para ahli. Tetapi yang banyak dianut di banyak
Negara yaitu klasifikasi dari Evan-massie. Klasifikasi Evan-Massie dibagi menjadi dua :
a) Stabil
- Garis fraktur intertrochanter-undisplaced
- Garis fraktur intertrochanter displaced menjadi varus
b) Tidak stabil
- Garis fraktur kominutiva dan displaced varus
- Garis fraktur intertrokanter dan subtrokanter
31
Gejala klinis
Biasanya penderita wanita tua dengan riwayat setelah jatuh kepleset,penderita tak dapat jalan.
Pada pemeriksaan kaki yang cedera dalam posisi eksternal rotasi. Tungkai yang cedera lebih
pendek. Pada pangkal paha sakit dan bengkak.
Pemeriksaan radiologi
Dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dengan rontgen foto dapat ditentukan stabil atau
tidak stabil jenis patahnya.
Penanggulangan
Umumnya fraktur trokanter mudah menyambung kembali karena daerah trokanter kaya akan
avaskularisasi.
Non-Operatif
Dengan balans traksi umumnya memerlukan waktu sampai 12 sampai 16 minggu.
Pada penderita yang sudah tua diatas 60 tahun penanggulanganya dengan traksi akan
menimbulkan penyulit yaitu terjadi komplikasi berupa pneumonia
hipostatik,bronkopneumonia,dekubitus, emboli paru,thrombosis arterifemoralis untuk
menghindari hal tersebut di atas dipilih cara lain dengan jalan operatif. Teknik operasi
tergantung tipe frakturnya stabil atau tidak stabil. Pada fraktur yang tidak stabil dilakukan
tindakan medialisasi menurut Dimon dan Hughston baru dilakukan internal fiksasi
diantaranya dengan Jewett nail atau angle blade plate (Ao)
Pada tipe yang stabil, tidak perlu dilakukan medialisasi, langsung dilakukan internal fiksasi
dengan alat Jawett nail dan angle blade plate (Ao)
32
Fraktur Subtrokanter Femur
Fraktur subtrokanter ialah fraktur dimana garis patah berada 5 cm distal dari trokanter
minor. Mekanisme fraktur biasanya karena trauma langsung, dapat terjadi pada orang tua
biasanya disebabkan oleh trauma yang ringan (jatuh kepleset). Dan pada orang muda
biasanya karena trauma dengan kecepetan.
Klasifikasi
Banyak klasifikasi yang dipakai di antaranya :
o Klasifikasi Zickel
o Klasifikasi Scinshaemer
o Klasifikasi Fielding dan magliato
Yang sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fieldinng dan magliato.
Tipe 1 : Garis fraktur satu level dengan trokanter minor
Tipe 2 : Garis patah berada 1 – 2 inch di bawah dari batas atas trokanter minor
Tipe 3 : Garis patah berada 2 – 3 inch di distal dari batas atas trochanter minor.
Pemeriksaan Fisik
Tungkai bawah yang cedera lebih pendek dan rotasi eksternal (eksorotasi) di daerah panggul
ditemukan hematoma atau ekimosis.
Radiologi
Dibuat proyeksi anterioposterior dan lateral. Pada fraktur subtrokanter dimana
trokanternya masih utuh, biasanya kedudukan fragmen bagian atas dalam posisi abduksi dan
fleksi dan fragmen distal dalam posisi abduksi.
33
Abduksi karena tarikan dari otot-otot abductor. Fleksi karena tarikan otot iliopsoas
dan adduksi karena tarikan otot adductor magnus.
Penanggulangan
Dilakukan terapi non-operatif dan operatif.
Non-operatif
Dengan melakukan skeletal traksi dan system balans dengan posisi tungkai bagian distal
dibuat abduksi dan fleksi.
Penanggulangan ini banyak kelemahannya yaitu mordibitas lama dan mortalitas yang lebih
tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penanggulangan operasi.
Operatif
Dengan melakukan open reduksi dan pemasangan internal fiksasi.
Macam-macam alat untuk fiksasi, diantaranya :
o Angle blade plate (Ao)
o Jewett nail
o Sliding compression screw
o Zickel nail
Komplikasi
o Malunion
o Non Union
Fraktur Batang Femur (Dewasa)
Mekanisme trauma
34
Daerah tulang-tulang ini sering mengalami patah. Biasanya terjadi karena trauma
langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari ketinggian.
Kebanyakan dialami oleh penderita laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.
Klasifikasi fraktur batang femur
Salah satu klasifikasi fraktur batang femur dubagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :
o Tertutup
o Terbuka
Fraktur femur terbuka
Ketentuan terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar. Fraktur
terbuka ini dibagi menjadi tiga derajat :
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar, timbul luka kecil,biasanya diakibatkan
tusukan fragment tulang dari dalam menembus ke luar
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm), luka ini disebabkan karena benturan benda dari
luar
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor,jaringan lunak banyak yang ikut
rusak (otot,saraf,pembuluh darah)
Pada umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka, dilakukan tindakan
debridement,sebaik-baiknya kemudian penanggulangan untuk tulangnya sendiri, dilakukan
tindakan yang sama seperti pada penanggulangan fraktur tertutup.
Pemeriksaan Fisik
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functiolaesa
(tungkai bawah tidak dapat diangkat). Nyeri tekan,nyeri gerak. Tampak adanya deformitas
35
angulasi ke lateral atau angulasi anterior,rotasi (ekso atau endo). Tungkai bawah ditemukan
adanya perpendekan tungkai. Pada fraktur 1/3 tengah femur, pada pemeriksaan harus
diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligament dari
daerah lutut. Kecuali itu juga diperiksa keadaan saraf sciatica dan arteri dorsalis pedis.
Radiologi
Cukup dengan dua proyeksi AP dan LAT. Dalam pembuatan foto harus mencakup dua
sendi : Panggul dan lutut.
Penanggulangan
Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan skin traksi dengan metode
Buck extension. Atau dilakukan dulu pemakaian Thomas Splint, tungkai ditraksi dalam
keadaan ekstensi. Tujuan skin traksi adalah untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
kerusakan yang lebih lanjut jaringan lunak di sekitar daerah yang patah. Setelah dilakukan
traksi kulit dapat dipilih pengobatan non operatif atau operatif.
Non-Operatif
Dilakukan skeletal traksi. Yang sering digunakan ialah metode perkin dan metode balans
skeletal traksi.
Metode Perkin
Digunakan apabila fasilitas peralatan terbatas. Alat yang diperlukan : Steinman pin,
Tali, Beban katrol
Penderita tidur terlentang 1-2 jari di bawah tuberositas tibia, dibor dengan Steinman
pin, dipasang staple, ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan
36
dipertahankan sampai lebih dari 12 minggu sampai terbentuk kalus yang cukup kuat.
Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi.
Metode balance skeletal traction
Diperlukan alat-alat yang lebih banyak
- Thomas splint
- Pearson attachment
- Steinman pin
- Tali
- Katrol
- Beban
- Frame
- Stapler
Penderita tidur terlentang, 1-2 jari di bawah tuberositas tibia dibor dengan
Steinman pin, dipasang stapler pada Steinman pin. Paha ditopang dengan
Thomas splint, sedangkan tungkai bawah ditopang oleh Pearson attachment.
Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya
membentuk kalus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih
secara aktif. Kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat, setelah
ditraksi 8 minggu kemudian dipasang gips hemispica atau cast bracing.
Operatif
Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary nail.
Terdapat bermacam-macam intramedullary nail untuk femur, diantaranya :
- Kuntscher nail
37
- Sneider nail
- Ao nail
Diantara ke tiga nail tersebut yang paling terkenal adalah kuntscher nail. Pemasangan
intramedullary nail dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup.
Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit fasia sampai ke tulang yang patah. Pen
dipasang secara retrograde.
Cara tertutup yaitu dengan menyayat daerah yang patah. Pen dimasukkan melalui
ujung trokanter mayor dengan bantuan image intersifier (C.arm). Tulang dapat di
reposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragment bagian distal.
Keuntungan tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.
Indikasi operatif :
1) Penanggulangan non operatif gagal
2) Multipel fraktur
3) Robeknya arteri femoralis
4) Patologik fraktur
5) Orang tua
Komplikasi dini :
Yang segera terjadi dapat berupa : syok dan emboli lemak. Emboli lemak ini jarang terjadi
Komplikasi lambat :
- Delayed union
- Non union
- Mal union
- Kekakuan sendi lutut
- Infeksi
38
Pada non union dapat diatasi dengan tandur alih tulang spongiosa (autogenesus
cancellous bone graft). Kekakuan sendi dimana, sendi lutut terbatas gerakan (ROM -0-60
atau <) dapat ditolong melakukan operasi pembebasan perlengkapan otot-otot kuadriseps dan
patella.
Fraktur Batang Femur (Anak-anak)
Pada anak-anak sering juga mengalami fraktur femur. Penyebab terbanyak ialah jatuh waktu
bermain di rumah atau di sekolah, diagnose mudah ditegakkan.
Penanggulangan
Umumnya dengan terapi non operatif akan menyambung baik. Perpendekan kurang 2
cm masih dapat diterima karena dikemudian hari perpendekan ini akan sama panjangnya
dengan tungkai yang normal.
Hal ini dimungkinkan karena anak-anak daya remodellingnya masih tinggi.
Penanggulangan non operatif dengan traksi kulit anak berumur di bawah 3 tahun.
Traksi kulit-Bryant traksi
Anak tidur terlentang di tempat tidur, kedua tungkai dipasang traksi kulit, kemudian
kedua tungkainya ditegakkan ke atas, di tarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg, sampai
kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.
Komplikasi : pemakaian Bryan traksi :
Terjadinya iskemik paralisis. Hal ini disebabkan karena terganggunya aliran darah pada
tungkai yang ditinggikan.
Anak umur 3 tahun-13 tahun :
Dilakukan pemasangan Rusell traksi,untuk traksi ini diperlukan :
- Frame
- Katrol
39
- Tali
- Plester
Anak tidur terlentang dipasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di daerah poplitea,sling
dihubungkan dengan tali, dimana tali tersebut dihubungkan dengan beban penarik.
Untuk waktu rawat setelah 4 minggu ditraksi,kalus sudah terbentuk tetapi belum kuat benar.
Traksi dilepas kemudian dipasang gip hemispika.
Fraktur Proksimal Tibia (Bumper fraktur atau fraktur tibia plateau)
Daerah ujung proksimal tibia merupakan tulang yang lemah, terdiri dari tulang spongiosa
dan dibatasi korteks yang tipis. Kecuali pada orang tua tulangnya secara keseluruhan sudah
mengalami osteoporotic. Maka mudah dimengerti bila terjadi trauma langsung di daerah lutut
akan terjadi fraktur intraartikular tibia(tibia plateau)
Mekanisme trauma
Biasanya terjadi trauma langsung dari arah samping lutut, dimana kakinya masih terfiksir
di tanah (orang sedang berjalan ditabrak mobil dari samping-bumper fraktur)
Gaya dari samping ini menyebabkan lutut didorong sangat kuat kea rah valgus. Hal ini
menyebabkan permukaan sendi bagian lateral tibia (tibia plateau) akan menerima beban yang
sangat besar dan akhirnya menyebabkan fraktur intraartikular atau terjadi amblasnya
permukaan sendi bagian lateral tibia.
Kemungkinan yang lain, penderita jatuh dari ketinggian yang menyebabkan penekanan
vertical pada permukaan sendi tibia. Hal ini akan menyebabkan patah intrartikular berbentuk
T atau Y.
Klasifikasi
Menurut Hone M. dan Moore T.M dibagi menjadi lima tipe :
a) Split fracture
40
b) Entire plateau fracture
c) Rim avulsion
d) Rim compression
e) Four part fracture
Gejala Klinik
Lutut yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit. Kadang-kadang ditemukan
deformitas (varus atau valgus pada lutut)
Pada permukaan lebih aktif, gerak sendi lutut terbatas karena rasa sakit atau adanya
hemartrosis. Varus dan valgus stress test kadang positif. Hal ini disebabkan karena fragmen
tulang yang amblas atau disertai dengan rupturnya ligament kolateral lateral atau lligament
kolateral medial.
Radiologi
Cukup dengan membuat dua proyeksi anteroposterior dan lateral. Dari gambar radiologi
dapat ditentukan tipe patahnya.
Penanggulangan
Terdiri dari non operatif dan operatif.
Untuk fraktur yang tidak mengalami dislokasi dapat ditanggulangi dengan beberapa cara,
diantaranya dengan memasang :
- Verband elastic (Robert Jones teknik)
- Dengan memasang gip (long leg plaster)
- Skeletal traksi
Skeletal traksi yang biasa digunakan adalah menurut cara Appley.
41
Caranya : Penderita tidur terlentang. Pada tibia 1/3 proksimal dipasang Steinman pin,
langsung ditarik dengan beban yang cukup (>6kg). Sementara dilakukan traksi lutut penderita
yang cedera dapat digerakkan. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya kekakuan sendi.
Operatif
Apabila terjadi dislokasi yang cukup lebar atau apabila permukaan sendi tibia amblas
lebih dari 8 mm, dilakukan open reduksi dan dipasang internal fiksasi dengan buttress plate
dan cancellous screw.
Pada kasus dimana permukaan sendi tibia amblas,harus dilakukan
rekonstruksi,permukaan yang amblas diangkat kembali ke atas dan bekas lubangnya diisi
dengan tulang spongiosa dari tempat lain (autogenous bone graft)
Komplikasi
1. Kekakuan sendi lutut
Hal ini disebabkan karena terjadinya perlengketan intraartikular dan
perlengketan peri-artikular. Bila terjadi hal tersebut di atas dapat dilakukan
manipulasi dengan pemberian anestesi umum.
2. Lesi dari n.poplitea
Akibat penekanan fragmen tulang atau akibat penekanan gip
3. Artritis post traumatika
Diakibatkan karena permukaan sendi yang tidak rata.
Fraktur Tibia dan Fibula
Fraktur kruris merupakan terbanyak dari kecelakaan lalu lintas. Melihat susunan anatomis
kruris dimana permukaan medial tibia hanya dilindungi jaringan subkutan,hal ini
menyebabkan mudahnya terjadi fraktur kruris terbuka yang menimbulkan masalah dalam
pengobatan.
42
Anatomi
Terdapat empat grup otot yang penting di kruris yaitu :
1. Otot ekstensor
2. Otot abductor
3. Otot trisep surae
4. Otot fleksor
Keempat grup otot tersebut membentuk tiga kompartemen
Group I : Membentuk kompartemen anterior
Group II : membentuk kompartemen lateral
Group III : membentuk kompartemen posterior yang terdiri dari kompartemen superficial
dan kompartemen dalam.
Arteri
- Arteri tibialis anterior
- Arteri tibialis posterior
- Arteri peroneus
Saraf
- n. Tibialis anterior dan n.Peroneus untuk mensarafi otot ekstensor dan abductor
- n. Tibialis posterior dan n.Poplitea untuk mensarafi otot fleksor dan otot trosep
surae.
Mekanisme trauma
Trauma langsung dan trauma tidak langsung
Trauma langsung-energi tinggi
43
Akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian lebih dari 4 meter, fraktur
yang terjadi biasanya fraktur terbuka.
Trauma langsung-energi rendah
Akibat cedera pada waktu olahraga. Biasanya fraktur yang terjadi fraktur tertutup.
Trauma tidak langsung
Diakibatkan oleh gaya gerak tubuh sendiri. Biasanya berupa torsi tubuh ,kekuatan
trauma disalurkan melalui sendi. Akibat yang terjadi biasanya fraktur tibia fibula
dengan garis patah spiral dan tidak sama tinggi pada tibia di bagian distal sedang
pada fibula bagian proksimal.
Klasifikasi
- Fraktur tertutup
- Fraktur terbuka
Fraktur terbuka
Ketentuan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang yang patah dengan dunia
luar. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga derajat :
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar,timbul luka kecil,biasanya
diakibatkan tuskan fragmen tulang dari dalam menembus luar.
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm),luka ini disebabkan karena benturan benda dari
luar.
Derajat III : Lukanya lebih luasa dari derajat II,lebih kotor,jaringan lunak banyak yang
ikut rusak (0tot,saraf,pembuluh darah)
Pada umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka dilakukan tindakan
debridement,sebaik-baiknya kemudian penanggulangan untuk tulangnya sendiri, dilakukan
tindakan yang sama seperti pada penanggulangan fraktur tertutup.
Gejala klinik
44
Daerah yang patah tampak bengkak. Tampak deformitas angulasi atau endo/eksorotasi
ditemukan nyeri gerak,nyeri tekan pada daerah yang patah.
Radiologi
Umumnya cukup dibuat 2 proyeksi anterior posterior dan lateral.
Penanggulangan
Fraktur tertutup
Dilakukan reposisi tertutup.
Imobilisasi dengan gips. Caranya : penderita tidur terlentang diatas meja periksa. Kedua lutut
dalam posisi fleksi 90 derajat, sedangkan kedua tungkai bawah menggantung di tepi
meja.Tungkai bawah yang patah ditarik kea rah bawah. Rotasi diperbaiki, setelah tereposisi
baru dipasang gips melingkar. Ada beberapa cara pemasangan gips,yaitu :
1. Cara long leg plester :
Imobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki
sampai proksimal femur dengan sendi talokrural dalam posisi netral sedang posisi
lutut dalam fleksi 20 derajat.
2. Cara Sarmiento :
Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai diatas sendi talokrural dengan
molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas
sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada permukaan anterior
tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara ini : kaki
dapat diinjakkan lebih cepat.
Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi
angulasi,perpendekan lebih dari 2cm,tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang.
45
Dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan internal
fiksasi.
Macam-macam internal fiksasi diantaranya :
- Screw
- Plate + screw
- Tibial nail
Fraktur Terbuka
Lukanya dilakukan debridement,kemudian tulang yang patah dilakukan reposisi secara
terbuka. Setelah itu dilakukan imobilisasi.
Bermacam-macam cara imobilisasi untuk fraktur terbuka :
Cara Trueta :
Luka setelah dilakuakn debridement tetap dibiarkan terbuka,tidak perlu dijahit.
Setelah tulangnya direposisi, gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali
pada derajat SIAS,kalkaneus dan tendo Achilles.
Gips dibuka setelah berbau dan basah
Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang
Cara long leg plaster :
Cara seperti ini telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat jendela
setelah beberapa hari di atas luka. Dari lubang jendela ini luka dirawat sampai
sembuh.
Cara dengan memakai pen di luar tulang (Fixateur externa) :
Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka kruris grade III. Dengan cara ini
perawatan luka yang luas di kruris sangat mudah.
Macam-macam bentuk fiksateur externa,diantaranya :
46
- Judet fiksateur eksterna
- Roger Anderson Hoffman
- Screw + Methyl methacrylate (INOE teknik)
Komplikasi
Dini :
Sindrom kompartemen
Komplikasi ini terutama terjadi pada fraktur proksima tibia tertutup
Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai
bawah. Yang palin sering terjadi yaitu sindrom kompartemen anterior.
Mekanisme : Dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intrakompartemen,hal
ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen meninggi,menyebabkan aliran
balik darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan edema. Dengan adanya
edema,tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya menyumbat
arteri di intrakompartemen.
Gejala : rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraestasia. Rasa sakit akan
bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama
dapat terjadi paralise pada otot ekstensor halusis longus,ekstensor digitorum
longus dan tibial anterior.
Tekanan intrakompartemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.
Penanganan : Dalam waktu kurang dari 12 jam harus dilakukan fasiotomi.
Lanjut :
47
Malunion : Biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang imobilisasinya
longgar,sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk memperbaiki perlu dilakukan
osteotomi.
Delayed union : Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan infeksi
atau pada fraktur yang kominutiva. Hal ini dapat diatasi dengan operasi tandur
alih tulang spongiosa.
Non union : disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia disertai
dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone grafting menurut
cara papineau.
Kekakuan sendi : Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu lama.
Pada persendian kaki dan jari-jari biasanya terjadi hambatan gerak. Hal ini dapat
diatasi dengan fisioterapi.
Fraktur dan fraktur dislokasi dari pergelangan kaki
Fraktur pada pergelangan kaki sering terjadi pada penderita yang mengalami kecelakaan
(kecelakaan lalu lintas atau jatuh). Bidang gerak sendi pergelangan kaki hanya terbatas pada
satu bidang yaitu untuk pergerakan dorsofleksi dan plantar fleksi. Maka mudah dimengerti
bila terjadi gerakan-gerakan diluar bidang tersebut,dapat menyebabkan fraktur atau fraktur
dislokasi pada daerah pergelangan kaki.
Bagian yang sering menimbulkan fraktur dan fraktur dislokasi yaitu : gaya abduksi,
adduksi,endorotasi atau eksorotasi.
48
Anatomi pergelangan kaki
Secara anatomi sendi pergelangan kaki,dibentuk oleh 3 tulang yaitu dari tulang
tibia,fibula dan talus. Bagian dinding medial sendi berupa tulang maelleolus lateralis. Bagian
posterior dibatasi oleh tulang tibia yang melengkun, dan disebut maleolus posterior.
Persendian pergelangan kaki merupakan sendi yang kuat karena terdapatnya ligament-
ligamen yang menghubungkan antara tulang di daerah tersebut.
Antara maleolus medialis dengan tulang-tulang tarsal, dihubungkan oleh ligament. Tibio
kalkaneal,ligament tibia talar dan ligament tibio navikular.
Ketiga ligament tersebut disebut sebagai ligament deltoid. Antara maleolus lateral dan
tulang tarsal dihubungkan oleh ligament kalkaneofibular dan ligament talofibular.
Antara tibia dan fibula bagian distal dihubungkan dengan ligament,tibiofibula anterior
dan posterior.
Mekanisme trauma
Apabila terjadi gaya abduksi maka akan terjadi dorongan yang mendorong maleolus
lateral. Hal ini akan menyebabkan fraktur dari maleolus lateral setinggi permukaan sendi atau
di atasnya. Sedangkan ujung maleolus medial tertarik sangat kuat oleh ligament
deltoid,menyebabkan fraktur avulse pada ujung maleolus medialis.
Gaya adduksi : akan mendorong tulang talius pada maleolus medialis menyebabkan
fraktur maleolus medialis di atas permukaan sendi. Sedang gaya rotasi dari kaki dapat
menyebabkan fraktur kedua malleolus disertai robeknya ligament tibiofibula bagian distal.
Atau dapat disertai fraktur malleolus posterior. Kalau terjadi robekan ligament tibiafibula
bagian distal maka tulang talus akan mengalami dislokasi kea rah lateral.
Gejala klinik
49
Pada fraktur pergelangan kaki penderita akan mengeluh sakit sekali dan tak dapat
berjalan. Di daerah pergelangan kaki sangat bengkak. Bila terjadi fraktur kedua maleolus
akan jelas tampak deformitas.
Radiologi
Umumnya dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dapat diketahui adanya fraktur di
daerah pergelangan kaki.
Penanggulangan
Fraktur Malleolus medialis
Dapat dicoba dengan reposisi tertutup. Bila berhasil baik dipertahankan dengan
imobilisasi gips di bawah lutut selama 8 minggu. Bila hasil reposisi jelek,harus dipikirkan
kemungkinan terjadinya interposisi di periosteum antara kedua fragmen. Untuk hal ini harus
dilakukan tindakan operasi,dipasang internal fiksasi dengan pemasangan screw.
Fraktur maleolus lateral
Umumnya dengan melakukan reposisi tertutup hasilnya baik. Imobilisasi dengan gips di
bawah lutut selama 6 minggu.
Fraktur maleolus lateral disertai dengan robeknya ligament deltoid. Terjadinya fraktur
maleolus lateral dan dislokasi dari tulang talus ke lateral. Pada radiologis jelas tampak jarak
maleolus medial dan tulang talus melebar. Hal ini dapat dicoba ditanggulangi dengan reposisi
tertutup. Bila hasil reposisi tertutup gagal , dilakukan tindakan open reduksi dengan
pemasangan internal fiksasi pada tulang fibula.
Fraktur maleolus lateral dan maleolus medial (Bimalleolus) : terjadi fraktur maleolus
lateral dimana garis patahnya terletak di atas permukaan sendi pergelangan kaki dan fraktur
avulse maleolus medialis. Hal ini dapat dicoba dengan reposisi tertutup kalau hasilnya jelek
dilakukan operasi reposisi terbuka dengan pemasangan internal pada kedua maleolus.
50
Fraktur trimaleolus (Fraktur maleolus medial lateral dan posteriaor )
Prinsipnya sama dengan penanggulangan fraktur bimaleolus.
Komplikasi
Kekauan sendi (ankilosis). Hal ini disebabkan karena kerusakan ligament-ligamen ,
dapat diatasi dengan melakukan fisioterapi.
Mal union : Biasanya pada penanganan non operatif dimana terjadi reposisi yang
tidak tepat. Arteritis post traumatic disebabkan karena mal union.
Fraktur Talus
Tulang talus merupakan salah satu tulang yang sangat penting untuk menahan dan
menyebar beban berat badan. Tulang talus sering mengalami fraktur.
Mekanisme trauma
Bisa disebabkan trauma yang tak langsung, hal ini terjadi pada penderita sewaktu
mengendarai mobil mengalami kecelakaan dengan mendadak dan sekuat tenaga kaki
menginjak pijakan rem. Posisi kaki secara mendadak dalam posisi hiperdorsofleksi,hal ini
akan menyebabkan fraktur di daerah leher talus. Atau jatuh dari suatu ketinggian akan
menimbulkan gaya tekan aksial pada tulang talus. Hal ini akan menyebabkan fraktur di
daerah korpus. Kemungkinan yang lain, sewaktu posisi kaki dalam plantar fleksi terjadi
kecelakaan dimana terjadi gaya dorong pada metatarsal diteruskan ke tulang navikular yang
akhirnya menyebabkan fraktur pada kepala talus.
Klasifikasi
Berdasarkan lokalisasi garis patah :
- Fraktur leher talus
51
- Fraktur korpus talus
- Fraktur kepala talus
Pemeriksaan fisik
Mengalami kecelakaan berat (tabrakan mobil jatuh dari ketinggian). Terasa sakit
sekali di daerah pergelangan kaki dan kaki. Daerah pergelangan kaki dan kaki sangat
membengkak.
Radiologi
Proyeksi anterioposterior dan obliqus untuk melihat daerah korpus talus. Proyeksi lateral
untuk melihat daerah leher dan kepala talus.
Penanggulangan
Bila tidak terjadi dislokasi fragmenya, dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler di
bawah lutut. Gips dipertahankan + 3 bulan sampai terjadi union. Bila terjadi dislokasi, dicoba
dengan melakukan reposisi dalam narkose. Bila kedudukan berhasil baik,dipasang imobilisasi
dengan gips sirkuler di bawah lutut. Bila kedudukan fragmennya tetap dislokasi,dilakukan
operasi open reduksi difiksasi dengan skrup.
Komplikasi
- Infeksi
- Mal union
- Avaskuler nekrosis
- Delayed union
- Artritis post traumatika
52
Fraktur Kalkaneus
Tulang kalkaneus terdiri dari tulang spongiosa,dengan korteks yang tipis. Pada tulang
kalkaneus kaya akan vaskularisasi ,maka mudah dimengerti pada fraktur kalkaneus mudah
terjadi penyembuhan.
Mekanisme trauma
Dapat disebabkan daya puntir yang akan menyebabkan terjadinya fraktur kalkaneus
ekstraartikular. Sedangkan daya tekan vertikel akibat jatuh dari ketinggian akan
menyebabkan fraktur intrartikular.
Klasifikasi
Ekstrartikular fraktur,dimana garis patahnya tidak menembus permukaan sendi subtalar.
Intraartikular fraktur, dimana garis patah menembus permukaan sendi subtalar.
Pemeriksaan fisik
Rasa sakit dan nyeri tekan di daerah sinus tarsi. Bengkak pada jenis ekstraartikular tidak
begitu jelas. Penderita tak dapat bediri. Pada jenis intraartikular pembengkakan tumit pada
daerah yang patah lebih pendek.
Harus diperhatikan pula kemungkinan adanya nyeri di daerah lumbal atau dorsolumbal.
Kemungkinan adanya fraktur vertebra lumbal atau vertebra torakalis. Hal ini penting karena
menurut carve 10% dari fraktur kalkaneus diikuti oleh fraktur vertebra lumbal atau vertebra
torakal.
53
Radiologi
Proyeksi anteroposterior,proyeksi lateral dan proyeksi aksial
Penanggulangan
Pada jenis ekstraartikular,bila tidak terjadi dislokasi garis patahnya cukup dilakukan
imobilisasi dengan gips sirkuler dibawah lutut. Bila terjadi dislokasi dilakukan reposisi
dengan menekan fragmen yang menonjol kea rah dalam posisi kaki dibuat equines,baru
dipasang gips sirkuler di bawah lutut. Untuk jenis intraartikular dimana permukaan sendi
subtalar amblas,harus dilakukan open reduksi. Yang amblas diangkat kembali dan daerah
yang berlubang ditanam alih tulang spongiosa,setelah itu dilakukan imobilisasi dengan gips
sirkuler di bawah lutut + 6 minggu.
Komplikasi
- Mal union
- Artritis post traumatic
Fraktur Metatarsal
Mekanisme trauma
Trauma langsung (direct), karena kejatuhan barang yang cukup berat atau karena trauma
tak langsung (indirect),hal ini dapat terjadi sewaktu kaki menginjak tanah dengan kuat secara
tiba-tiba badan melakukan gerakan putar.
Pemeriksaan fisik
Penderita mengeluh sakit di daerah pedis. Tampak pembengkakan dan ekimosis. Pada
palpasi dapat ditemukan nyeri tekan,krepitasi dan nyeri sumbu.
54
Radiologi
- Proyeksi anteroposterior
- Proyeksi oblique
- Proyeksi lateral
Penanggulangan
Bila fragmen fraktur tak menglami dislokasi dilakukan imobilisasi dengan pemasangan
gips sirkuler (short walking cast),dipertahankan sampai 4-6 minggu. Bila terjadi dislokasi
terutama pada kepala metatarsal kea rah plantar harus dilakukan reposisi tertutup. Kalau gagl
dilakukan open reduksi dengan pemasangan internl fiksasi dengan Kirschner wire.
55
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur menurut ada tidaknya
hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup
dan fraktur terbuka. Menurut Mansjoer (2000 : 346-347) dan menurut Appley Solomon (1995
: 238-239) fraktur diklasifikasikan Berdasarkan garis patah tulang yaitu greenstick,
transversal, spiral, dan obliq. Berdasarkan bentuk patah tulang yaitu complet, incomplet,
avulsi, comminuted, simple, dan complikata. Penyebab fraktur ini dapat berupa trauma
langsung, tak langsung, maupun penyakit yang menyertai. Untuk mendiagnosis suatu fraktur,
harus dilakukan anamnesis trauma, pemeriksaan fisik yang terdiri dari look, feel dan move,
serta pemeriksaan penunjang X-ray. Penatalaksaan dari fraktur yaitu dengan reposisi, fiksasi,
union dan rehabilitasi. Terdapat berbagai komplikasi yagn didapatkan bila penanganan
fraktur ini tidak adekuat diantaranya yaitu malunion, delayed union maupun nonunion.
56
DAFTAR PUSTAKA
- Apley GA, Solomon L. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem Apley. Edisi ke-7.
Jakarta, 1995. Widya Medika;
- American College of Surgeon Committee of Trauma (ACSCOT). 2008. Advanced
Trauma Life Support for Doctor. Chicago: ATLS Student Course Manual.
- 7. Reksoprodjo, S, Pemeriksaan Orthopaedi dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah
FKUI, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, hal : 453-471.
- 8. Sjamsuhidajat R, Sistem Muskuloskeletal dalam Syamsuhidajat R, de Jong W,
Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997, hal : 1124-1286
- http://www.boneandjoint.org.uk/highwire/filestream/12480/
field_highwire_article_pdf/0/150.full-text.pdf diakses pada tanggal 22 Januari 2015
57