fraktur (case report)

41
BAB I PENDAHULUAN Anjing (Canis familiaris) memiliki keunikan dalam hubungan antar spesies. Keunikan ini ditandai dengan banyaknya peran anjing terhadap manusia, diantaranya sebagai pekerja, penggembala, pelacak, penuntun tuna netra, pelayan, bahkan ada olahraga anjing yang memamerkan kemampuan alami mereka seperti berburu. Anjing juga bekerja dan tinggal bersama manusia dengan banyak peran sehingga mereka digelari teman terbaik manusia (Panton, 2004). Berdasarkan taksonomi, anjing digolongkan dalam ordo carnivora dan termasuk keluarga canidae serta genus canis , satu genus dengan serigala. Anjing yang kini dijumpai disebut anjing modern atau canis familiaris. Anjing merupakan hewan sosial sama seperti halnya manusia. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialiasi dengan manusia dan anjing yang lain. Anjing memiliki otot yang kuat, tulang pergelangan kaki yang bersatu, sistem kardiovaskuler yang mendukung ketahanan fisik serta kecepatan berlari, dan gigi untuk menangkap dan mencabik mangsa. Bila dibandingkan dengan struktur tulang kaki manusia, secara teknis anjing 1

description

k

Transcript of fraktur (case report)

BAB I

PENDAHULUAN

Anjing (Canis familiaris) memiliki keunikan dalam hubungan antar

spesies. Keunikan ini ditandai dengan banyaknya peran anjing terhadap manusia,

diantaranya sebagai pekerja, penggembala, pelacak, penuntun tuna netra, pelayan,

bahkan ada olahraga anjing yang memamerkan kemampuan alami mereka seperti

berburu. Anjing juga bekerja dan tinggal bersama manusia dengan banyak peran

sehingga mereka digelari teman terbaik manusia (Panton, 2004). Berdasarkan

taksonomi, anjing digolongkan dalam ordo carnivora dan termasuk keluarga

canidae serta genus canis , satu genus dengan serigala. Anjing yang kini dijumpai

disebut anjing modern atau canis familiaris. Anjing merupakan hewan sosial sama

seperti halnya manusia. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia

menjadikan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan

diajak bersosialiasi dengan manusia dan anjing yang lain. Anjing memiliki otot

yang kuat, tulang pergelangan kaki yang bersatu, sistem kardiovaskuler yang

mendukung ketahanan fisik serta kecepatan berlari, dan gigi untuk menangkap

dan mencabik mangsa. Bila dibandingkan dengan struktur tulang kaki manusia,

secara teknis anjing berjalan berjingkat dengan jari-jari kaki (Budiana 2008).

Suatu sistem musculoskeletal memiliki arti yang sangat vital oleh karena

secara primer sistem ini membangun tegak berdiri. Sistem musculoskeletal terdiri

atas tulang rangka atau skeleton,persendian-persendian dan sinsitium, tendo,

ligamentum, dan otot-otot rangka atau otot skeleton. Gangguan yang terjadi pada

sistem musculoskeletal akan menimbulkan gangguan pada tegak berdiri.

1

Gangguannya bisa terjadi pada syaraf, sendi, otot atau pertulangnnya.

Gangguan pada sistem pertulangan cukup sering terjadi pada anjing hal ini bisa

disebabkan oleh berbagai penyebab, termasuk karena trauma. Salah satu jenis

gangguan pada sistem pertulangan yaitu fraktur atau patah tulang. Seperti yang

terjadi dalam kasus ini, ditemukan gangguan pada sistem musculoskeletal pada

seekor anjing lokal yaitu terjadinya fraktur atau patah tulang complete pada os

femur sinistra karena tertabrak sepeda motor.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Musculoskeletal

Sistem musculoskeletal memiliki arti yang sangat vital oleh karena secara

primer sistem ini membangun tegak berdiri dan bersama syaraf melawan gravitasi

bumi untuk suatu gerak langkah ringan. sistem musculoskeletal terdiri atas tulang

rangka atau skeleton,persendian-persendian dan sinsitium, tendo, ligamentum, dan

otot-otot rangka atau otot skeleton (Widodo, 2011).

2.1.1 Tulang Rangka

Tulang rangka atau skeleton terbagi atas tulang rangka axial atau tulang

penyangga utama dan tulang rangka abaxial atau appendiks atau assesori atau

tambahan. Tulang rangka axial dimulai dari tengkorak, hyoideus, tulang leher,

tulang punggung,tulang panggul sampai tulang ekor. Termasuk didalamnya

adalah tulang-tulang rusuk dan sternum. Tulang rangka appendiks atau abaxial

adalah bangun pertulangan ekstremitas mulai dari scapula sampai dengan falang

atau digit untuk ekstremitas depan dan mulai dari pelvis sampai falang untuk

ekstremitas belakang. Tulang rangka ekstremmitas depan terdiri atas (dari atas ke

bawah) skapula, humerus, radius-ulna, karpus, metacarpus dan falang.

Sedangkan tulang rangka ekstremitas belakang terdiri atas pelvis, femur, tibia-

fibula, tarsus, metatarsus, dan falang (Widodo, 2011).

2.1.2 Persendian

Persendian atau articulation merupakan penghubung di antara bagian-

bagian tulang-tulang. Sebagian persendian dapat dengan leluasa atau bebas

bergerak, sebagian yang lainnya dapat bergerak dengan keleluasaan terbatas dan

ada pula persendian yang sangat tidak mudah digerakkan. Secara umum terdapat

tiga tipe persendiaan yaitu persendian fibrosa, persendian synovial dan persendian

kartilago. Pada tipe fibrosa persendiannya tidak dapat digerakkan atau bersifat

sangat kencang atau ketat. Hampir seluruh bagian-bagian tulang tengkorak dan

persendian-persendian tulang metacarpal dan metatarsal dipersatukan oleh

3

jaringan fibrosa. Pada tipe synovial persendiannya dapat digerakkan dengan

keleluasaan terbatas misalkan persendian bahu. persendian ini meliputi permukaan

sendi pada permukaan tulang dengan sifat halus dan tipis, kartilago artikuler yang

tipis, halus dan berupa selaput hyaline yang menutupi permukaan sendi dan

rongga sendi yang berisi cairan sendi dan terbungkus oleh kapsul persendian.

rongga sendi terdiri atas membrane synovial yang mneghasilkan cairan synovial

dan bertindak sebagai lubrikan sendi. Diantara tulang-tulang yang membentuk

sendi ditahan oleh jaringan ikat. Gerakan persendian synovial terdiri atas fleksio,

ekstensio, rotation, adduction, abduktio dan sirkumduktio. Jika digerakkan

persendian synovial hanya memiliki kemampuan fleksio dan ekstensio maka

persendian ini disebut persendian hinge. Contohnya adalah persendian siku. Jika

gerakan persendian synovial memiliki kemampuan fleksio, ekstensio, addictio,

dan abductio, disebut sebagai persendian Gliding. Persendian pivot adalah nama

persendian yang melakukan gerakan rotation atau berputar dan ini hanya dimiliki

oleh persendian cervical I dan cervical II tulang leher. Sedangkan persendian Ball-

Sachet merupakan persendian synovial yang sempurna dalam mengadakan

gerakan dari fleksio sampai dengan sirkumduktio. Sebagai contoh adalah

persendian coxofemoralis.Tipe persendian ketiga adalah persendian kartilago

yaitu persendian dengan ketiadaan keleluasaan bergerak, misalkan symphysis

pubis, symphisis mandibula, dan diskus intervertebralis. Persendian kartilago

sangat stabil meskipun berada pada wilayah gerak (Widodo, 2011).

2.1.3 Tendo dan Ligamenta

Tendo adalah bundle elastic, fibrotis dan padat yang menghubungkan

ujung otot dan tulang atau kartilago dan terdiri atas jaringan fibrosa yang

berwarna putih. Beberapa tendo berupa bundel bulat, yang lainnya bundelan pipih

atau oval/elips. Tendo dikelilingi selaput atau membrane yang mirip dengan

membrane rongga persendian atau disebut membrane synovial. serat atau selaput

tendo melintas dan menembus serat atau selaput periosteum yang membungkus

atau melapisi tulang dan kemudian menyatu. Pada anjing dan kucing , tendo yang

terlihat jelas pada saat adspeksi adalah tendo achiles, tendo otot tricep dan tendo

4

flexiocarpi ulnaris. Tendo achiles merupakan bundel terbesar dari semua tendo

yang ada.

Kecederaan tendo paling sering terjadi dan disebabkan oleh kejadian

sesaat dari tiap aktivitas tendo itu sendiri yaitu ketika tendo melakukan ekstensio

berlebihan. Konsekuensi ini adalah timbulnya perlukaan sampai dengan robek

pembuluh darah sekitar serat tendo. Akibatnya adalah perembesan sampai dengan

penimbunan darah koagulatif di antara serta tendo. Tendo menjadi menebal pada

titik yang cedera dan pada umumnya bersifat longitudinal atau mamanjang. Fibrin

yang terjadi dari perjalanan koagulasi darah ekstravaskuler dalam tendo ini

tertinggal untuk waktu yang lama. Sifat elastis tendo dengan demikian menjadi

berkurang sampai dengan hilang sama sekali dan tendo menjadi besar secara

diameter. Dalam perjalanan waktu jika terjadi persembuhan , tendo akan menebal

permanen, kaku dank eras.Tenosynovitis adalah suatu nama peradangan tendodan

bungkusnya disertai pembesaran diameter dan menurunkan fungsinya.

2.1.4 Otot

Otot merupakan salah satu dari empat jaringan tubuh. Jaringan lainnya

adalah kulit atau integument, jaringan ikat, dan system syaraf. Terdapat tiga jenis

otot yaitu otot skelet atau otot rangka, otot jantung dan otot polos. Otot skelet

menggerakan tulang rangka yang memungkinkan terjadi suatu gerakan atau

langkah.Gerakan ini bersifat sadar dan terkendali. Tiap bagian otot dibungkus

oleh selaput otot berupa jaringan fibrosa, dikenal sebagai fascia atau epimisium.

Epimisium akan berubah menjadi perimisium ketika selaput otot ini masuk ke

dalam otot-otot, sehingga bundel-bundel yang membungkus otot berupa bundel

serabut. Secara diagnostic klinik otot rangka berikut fascianya yang dapat

diperiksa secara inspeksi atau adspeksi serta palpasi adalah otot-otot

superficialisnya (Widodo, 2011).

2.2 Pemeriksaan Klinik Sistem Musculoskeletal

Pemeriksaan klinik hewan (Widodo, 2011) :

1. Inspeksi /adspeksi : hewan dalam posisi berdiri, hewan dalam kondisi tenang

dan rileks (pemilik dilibatkan langsung) inspeksi dilakukan pada hewan

bersangkutan, diamati :

5

Perbandingan tinggi kaki-kaki depan dan belakang, kiri dan kanan

Kesimetrisan lekuk otot-otot antara kaki kiri dan kanan

Tidak ada tremor atau mioklonia

Ketegasan dan lekuk liku tulang yang miskin perototan

2. Palpasi

Dalam pemeriksaan tulang-tulang perlu ditinjau apakah suatu deformitas

terdapat secara umum pada semua tulang-tulang nya ataukah hanya bersifat lokal

saja. Tulang-tulang diperiksa secara palpasi untuk mengetahui konformitas atau

ketegasan, konsistensi dan kesimetrisan serta kehadiran deformitasnya.

Deformitas tulang terdiri dari deformitas primer dan sekunder. Yang primer

adalah deformitas congenital atau herediter seperti brakhignathia kongenital atau

mandibula lebih pendek dari maxilla atua prognathia congenital atau mandibula

lebih panjang dari maxilla.Hal demikian sering dijumpai pada hewan ras

brakhisefalik. Deformitas sekunder adalah perubahan bentuk tulang secara

didapat atau acquisatasebagai akibat dari penyakit primernya. Pada kejadian

sekunder pada umumnya yang paling berubah pertama kali adalah tulang-tulang

tengkorak. Pemeriksaan palpasi pada tulang-tulang panjang hewan muda, pada

umumnya ditunjukkan untuk melihat adanya deformitas pertulangan (osssifikasi).

Generasi tulang dapat gagal dalam masa pertumbuhan embrional sampai dengan

masa neonatorum menjadi bentuk tulang degenerasi. Keadaan demikian disebut

sebagai rakhitisdan pada masa dewasa disebut osteomalacia. Tanda-tandanya

adalah kurvatura mayor tulang-tulang pipa yang abnormal kebengkakan

persendian dan salah bentuk pada tulang-tulang panjangnya. Dari palpasi dapat

diperiksa daerah epifisis dari tulang-tulang panjang tersebut melebar,

persambungan costo-chondral tualng-tulang iga membesar, sehingg tampak

seakan-akan sebagai untaian tasbih. Sering terjadi pada rachitis hewan mengalami

kepincangan dan kesakitan pada sendi-sendi tertentu. Pada keadaan ragu-ragu

untuk meneguhkan diagnosis perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan

rontgenologis. Kerapuhan tulang juga sering dijumpai pada hewan yang sedang

tumbuh. Hal ini dapat diawali dari kekurangan kalsium atau fosfor dalam pakan

hewan tersebut.

6

2.3 Kelainan pada Sistem Musculoskeletal

Adapun macam kelainan pada sistem musculoskeletal, yaitu :

1) Rachitis dan osteomalacia

2) Tumor tulang

3) Tuberkulosis tulang dapat terjadi pada kucing, menyerang tulang-tulang

vertebre atau pada tulang-tulang paha. Osteotis tuberculosis ini biasanya

dapat sampai menjadikan tulang mudah patah. Sekali-sekali kerusakannya

dapat menembus ke luar kulit dan dari pupukan eksudatnya ditemukan

bakteri Mycobacterium tuberculosis.

4) Spondilitis adalah peradangan pada spondylus tulang punggung terutama

bila terjadi pada vertebrae lumbalis. Peradangan ini oleh karena meminta

perluasan ruang menjadikan ruas tulang bertemu dan menyebabkan tulang

rawan sebagai bantalan ruas tulang tergencet dan mencari tempat yang

lebih leluasa. Perjalanan selanjutnya adalah tulang rawan akan menjadi

degenerative dan terjadi pengapuran. Pengapuran tulang rawan ini

beresiko pada penekanan pada system saraf di tulang belakang. Gambaran

klinis spondylosis adalah kelumpuhan pada kaki belakang, paresis samapai

paralisis ekstremitas bagian belakang. Diagnosis tepatnya dapat ditentukan

dengan rontgenologis di mana pada regio tulang punggung anjing terlihat

sebagai perlekatan antara tulang vertebrae.

5) Osteodistrofi fibrotika sering terjadi pada hewan anjing sebagai akibat dari

gagal ginjal kronis stadium lanjut namun hewannya bertahan hidup cukup

lama . Keadaan yang terjadi adalah kehilangan kalsium melalui urin

sebagai akibat kerusakan morfologi ginjal sehingga menghasilkan kondisi

kekurangan kalsium dalam darah dalam jangka panjang.

6) Osteitis

Peradangan tulang disebut dengan osteitis, namun lebih sering disebut

dengan osteomielitis, sangat umum terjadi pada anjing dan kucing.

7

Osteomielitis pada najing dan kucing disebabkan oleh infeksi miksosis

sistemik, stafilokokkus aureus dan brucella canis.

8

7) Fraktur atau Patah tulang

Pemeriksaan rontgenologi sanagt besar artinya bagi diagnosis

deformitas tulang yang seringkali tidak dapat ditegakkan hanya dengan

temuan dari pemeriksaan klinis semata. Diagnosis secara klinis harus

didasarkan atas gejala-gejala sebagai berikut : terjadi suatu kesakitan

secara mendadak setelah terjatuh, tertabrak, dipukul, dan sebagainya atau

setelah bergerak badan berlebihan dan kepincangan . Palpasi di tempat

yang diperiksa intensif terasa kelemahan otot-otot, hewan tidak berdiri

atau tidak menumpu pada kaki yang mengalami patah tulang kompleta

(kecuali pada fraktur inkompleta). Bila terjadi pergeseran fragmen-

fragmen tulang akan dijumpai salah bentuk. Bila terjadi pergeseran

fragmen-fragmen tulang akan dijumpai salah bentuk.Bila terjadi frkatur

kompleta pada salah satu ekstremitas, pergerakan hewannya menjadi

berubah sekali dan berjalan seperti tidak wajar. Dan biasanya terjadi

krepitasi, namun tidak selalu demikian. Kebengkakan yang terjadi karena

ekstravasasi serum darah dan bila ringan tidak dapat terlihat adanya

kebengkakan. Sering kali dijumpai keadaan fraktur di mana diagnosis

secara klinis menjadi sangat sulit dibuat. Adanya fraktur yang hebat dapat

dikaburkan oleh terjadinya hemorrhagia, kebengkakan akibat peradangan

yang terjadi disertai oleh oedem radang. Hewan akan melawan bila bagian

yang bengkak atau fraktur dipegang dan menjadikan pemeriksaan secara

klinis sangat sulit. Krepitasi atau suara- suara beradunya fragmen-fragmen

tulang yang patah hanya merupakan salah satu dari gejala-gejala fraktur

tulang, gejala-gejala lainnya adalah hilangnya pergerakan atau fungsi kaki

yang cedera.

8) Perubahan Sendi

Perubahan sendi dapat berupa kongenital dan defek degenerative. Defek

congenital dapat berupa dislokasio dan dysplasia persendian misalkan

Hipdisplasia.

9

9) Kepincangan

Deformitas gerak langkah ditandai dengan kepincangan.

Kepincangan dapat dilihat dari tipenya, derajat keparahannya dan

lokasinya. Dari tipenya kepincangan dikraatenali kepincangan tumpu di

mana kepincangannya teramati terjadi pada saat kaki ditumpukkan ke

lantai datar dan beban berat mulai dirasakan. Kedua adalah kepincangan

gerakan yang dapat diamati terjadi pada saat fase suspense atau fase

menggantung atau melangkah. Kepincangan campuran terjadi ketika

lokasi atau titik menjadi penyebab kepincangan memberikan peluang

kejadian kepincangan pada fase menumpu dan fase suspense. Derajat

keparahan kepincangan dapat diamati dari tahapan atau tingkat

ketidakmampuan ekstremitas yang mengalami kepincangan untuk

memikul beban berat ragawi. Derajat dua ditunjukkan kaki yang

mengalami kepincangan dengan keterbataan menahan beban. Kepincangan

derajat tiga adalah derajat dua dengan lebih berat dalam menahan beban

sedangkan derajat empat adalah kepincangan kaki dengan menunjukkan

ketidakmampuan atau penolakkan menahan beban. Lokasi kepincangan

dapat ditentukan pada satu kaki saja, dua kaki atau sisi atau dua kaki depan

atau dua kaki belakang. Hendaknya diperhatikan juga apakah kepincangan

bersifat setempat atau terlokalisir dan dapat pula menyebar pada

keseluruhan kaki yang pincang.

10) Kelainan pada Jari Kaki

Kelainan pada jari kaki yang dapat ditemui yaitu kejadian

polidaktilia, adaktilia, ng pera ranonikhia . Pada keadaan kurang

perawatan atas kuku-kuku yang sering terjadi adalah kuku menjadi

panjang dan melengkung sampai dengan masuk ke dalam falangnya

sendiri, dan menghasilkan keadaan abses kuku.

11) Kelainan pada Otot

Tonus otot diperiksa secara palpasi.Bila kondisi tubuh seekor

hewan dalam keadaan baik, penampilan otot-otot akan terlihat licin dan

bulat. Ada beberapa gangguan pada otot-otot diantaranya fatique atau

10

kram, atrofi musculorum, miositis-miopathi, miositis-eosinofilia, ischemia

miopathi, distrofi miophati, distrofi miophati, mialgia, spasmus dan

tremor.

2.4 Fraktur Tulang

Fraktur adalah gangguan pada gangguan konstinuitas tulang (Pendit,

2006). Menurut Black dan Matasarin (1997), fraktur dibagi berdasarkan dengan

kontak dunia luar, yaitu meliput fraktur tertutup dan terbuka. Fraktur tertutup

adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar

melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena

adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka sangat berpotensi

menjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi lagi menjadi tiga grade, yaitu Grade I, II,

dan III. Grade I adalah robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot. Grade II

seperti grade 1 dengan memar kulit dan otot. Grade III luka sebesar 6-8 cm

dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf, kulit dan otot. Fraktur dapat di bagi

menjadi: Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar. Fraktur fibula adalah terputusnya hubungan tulang

fibula (Helmi, 2012). Fraktur atau patahan tulang dapat terjadi karena beberapa

penyebab. Para ahli juga telah merumuskan berapa hal sebagai penyebab fraktur

tersebut, diantaranya adalah di kemukakan oleh Helmi (2012) adalah :

a. Fraktur akibat peristiwa traumatik

Disebabkan oleh trauma yang tiba – tiba mengenai tulang dengan kekuatan

yang besar.

b. Fraktur patologis

Disebabkan oleh kelainan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di

dalam tulang.

c. Fraktur stress.

Disebabkan oleh trauma yang terus - menerus pada suatu tempat tertentu.

11

Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma

tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang,

biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor

langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik

tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar

mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang

itu sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis

(Sjamsuhidayat dan Wim de Jong, 2010). Fraktur terjadi bila interupsi dari

kontinuitas tulang, biasanya fraktur disertai cidera jaringan disekitar ligament,

otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan. Tulang yang rusak mengakibatkan

periosteum pembuluh darah pada korteks dan sumsum tulang serta jaringan lemak

sekitarnya rusak. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses

penyembuhan untuk memperbaiki cidera. Tahap ini merupakan tahap awal

pembentukan tulang. Berbeda dengan jaringan lain, tulang dapat mengalami

regenerasi tanpa menimbulkan bekas luka.

Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :

a) Rekognisi

Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur.

b) Reduksi

Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak

asalnya.

c) Retensi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau

dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi

penyatuan.

12

d) Rehabilitasi

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari

atrofi atau kontraktur. Mobilisasi dini harus segera dimulai dan dilakukan

latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi

jika keadaan memungkinkan.

Pembedahan yang biasanya dilakukan pada klien fraktur dibagi menjadi

ORIF dan OREF. Kedua tindakan terebut merupakan gabungan antara reduksi dan

retensi pada penatalaksanaan fraktur.

1) ORIF (open reduction and internal fixation) yaitu memperbaiki fungsi

dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas serta mengurangi nyeri dan

disabilitas. Alat yang digunakan untuk fiksasi interna adalah dalam bentuk

pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam. Alat-alat tersebut

dipasang pada sisi tulang atau dipasang melalui fragmen tulang atau

langsung ke rongga sumsum tulang (Smeltzer & Bare, 2001).

2) OREF (open reduction and external fixation) yaitu fiksasi eksternal

digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan

lunak. Cara yang dilakukan pada OREF adalah dengan mereduksi garis

fraktur, kemudian disejajarkan dan dimobilisasi dengan sejumlah pin yang

dimasukkan ke dalam fragmen tulang. Pin yang telah terpasang, dijaga

tetap dalam posisinya yang dikaitkan pada kerangkanya (Smeltzer & Bare,

2001).

13

Gambar 1.Jenis Fiksasi Internal

(Sumber : Manilkara, 2012)

2.5 Proses Kesembuhan Fraktur

Pada kasus fraktur untuk mengembalikan struktur dan fungsi tulang secara

cepat maka perlu tindakan operasi dengan imobilisasi.Imobilisasi yang sering

digunakan yaitu plate and screw. Pada kondisi fraktur fisiologis akan diikuti

proses penyambungan. Proses penyambungan tulang menurut Apley dibagi dalam

5 fase. Fase hematoma terjadi selama 1-3 hari. Pembuluh darah robek dan

terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Tulang pada permukaan

fraktur, yang tidak mendapat pesediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua

milimeter. Fase proliferasi terjadi selama 3 hari sampai 2 minggu. Dalam 8 jam

setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi dibawah periosteum

dan didalam saluran medula yang tertembus ujung fragmen dikelilingi jaringan sel

yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan-lahan

diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang dalam daerah fraktur. Fase

pembentukan kalus terjadi selama 2-6 minggu. Sel yang berkembang, memiliki

potensi untuk menjadi kondrogenik dan osteogenik selain itu akan membentuk

tulang kartilago dan osteoklas.

14

Massa tulang akan menjadi tebal dengan adanya tulang dan kartilago juga

osteoklas yang disebut dengan kalus. Kalus terletak pada permukaan periosteum

dan endosteom. Prosesnya terjadi selama 4 minggu. Fase penyembuhan terjadi

dalam waktu 3 minggu –6 bulan. Tulang fibrosa atau anyaman tulang menjadi

padat jika aktivitas osteoklas dan osteoblastik masih berlanjut maka anyaman

tulang berubah menjadi tulang lamelar. Pada saat ini osteoblast tidak

memungkinkan untuk menerobos melalui reruntuhan garis fraktur karena sistem

ini cukup kaku. Celah-celah diantara fragmen dengan tulang baru akan diisi oleh

osteoblas. Perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup untuk menumpu berat

badan normal. Kemudian memasuki fase yang terakhir yaituf fase remodeling

yang berlangsung selama 6 minggu hingga 1 tahun. Pada fase ini, fraktur telah

dihubungkan oleh tulang yang padat, tulang yang padat tersebut akan diresorbsi

dan lamelar akan terus-menerus terbentuk berlanjut seingga akan menjadi lebih

tebal, dibentuk rongga sumsum tulang dan akhirnya akan memperoleh bentuk

tulang seperti normalnya. Proses ini terus berlanjut sampai beberapa bulan bahkan

sampai beberapa tahun.

15

(A) Fase Inflamasi (B) Fase Proliferasi

(C) Fase Pembentukan Callus (D) Fase Remodeling

Gambar 2. Fase Penyembuhan Tulang

Sumber : (Jay dkk., 2005)

16

BAB III

REKAM MEDIK

3.1 Signalement

Dilakukan pemeriksaan terhadap seekor anjing lokal, berjenis kelamin

jantan, berwarna hitam, bernama Gio, berumur empat bulan dengan bobot badan

5,1 kg. Anjing tersebut milik Nonya Fany dan dirawat di jalan Waturenggong.

3.2 Anamnesis

Berdasarkan hasil anamnesis yang dilakukan, anjing bernama Gio

dipelihara sejak berumur empat bulan. Pemilik memiliki dua ekor anjing dan

dipelihara dilepaskan di sekitar rumah. Anjing tersebut belum divaksinasi. Selama

pemeliharaan, anjing tersebut diberi pakan nasi dan daging ayam. Awalnya anjing

dalam kondisi baik, akan tetapi setelah ditabrak seped motor, anjing tersebut

mengalami pincang pada kaki kiri belakang. Pemeriksaan dilakukan satu minggu

pasca anjing ditabrak.

3.2 Etiologi

Penyebab terjadinya kepincangan anjing bernama Gio dalam kasus ini adalah

karena mengalami kecelakaan yakni ditabrak kendaraan (sepeda motor).

17

Gambar 3. Gambaran fisik anjing Gio pada hari keenam (Hewan terlihat berbaring)

3.4 Pemeriksaan Fisik dan Hematologi

Pada pemeriksaan fisik hewan terlihat enggan untuk melangkah dan berdiri,

cermin hidung agak lembab, mukosa mata normal, turgor kulit baik, CRT dibawah 2

detik yang mengindikasikan kondisi normal atau sehat. Suhu tubuh anjing adalah 37,6˚C

dengan pulsus 128 x/menit dan frekuensi nafas 56 x/menit dengan bobot badan 5,1 kg.

Saat dilakukan palpasi pada kaki kiri belakang yang mengalami kepincangan, anjing

tersebut melawan, menandakan ada rasa nyeri yang ditimbukan saat dilakukan palpasi

pada daerah tersebut terutama pada daerah os femur. Namun pemeriksaan fisik tidak

cukup untuk menentukan gangguan musculoskeletal apa yang dialami pasien ini. Maka

dari itu, perlu dilakukan pemeriksaan radiologi untuk meneguhkan diagnosis.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi

Keterangan : hasil pemeriksaan darah menunjukkan hasil normal.

18

Hematologi Rutin

Hasil Rujukan

Hemoglobin 14g% 12-18g%

Leukosit 10 ×10³/ml 6-17×10³/ml

Eritrosit 6,5×10/ml 5,5-8,5×10/ml

PCV 39% 37-55%

3.5 Hasil Pemeriksaan Rontgen

Untuk meneguhkan diagnosis terhadap gangguan system musculoskeletal anjing

Gio maka dilakukan pemeriksaan radiologi dan diperoleh hasil sebagai berikut :

(a) Lateral Recumbency (b) Dorso-Ventral Recumbency

Gambar 3. (a ) dan (b) Terlihat Fraktur Complete pada Os Femur Kiri Anjing Gio

3.6 Diagnosis

Berdasarkan hasil anamnesa, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan

rontgen, maka dapat disimpulkan anjing Gio tersebut didiagnosis menderita fraktur

complete os femur kiri.

3.7 Prognosis

Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gejala yang tampak serta kondisi hewan

pada saat pemeriksaan, anjing Gio dalam kondisi fisik cukup baik, akan tetapi dengan

mempertimbangkan kondisi fraktur yang cukup parah, maka prognosis untuk kasus ini

adalah dobius.

3.8 Terapi dan Rencana Pembedahan

Berdasarkan diagnosis yang sudah ditetapkan, maka penanganannya yang tepat

pada kasus ini yaitu dilakukan tindakan pembedahan. Dalam tindakan pembedahan

dilakukan reposisi secara operatif dikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan

pemasangan fiksasi interna. Fiksasi interna yang dipakai berupa pen di dalam sumsum

19

a

b

tulang panjang pilihan lain yang dapat digunakan yaitu menggunakan plat dengan skrup

di permukaan tulang. Keuntungan reposisi secara operatif adalah dapat dicapai reposisi

sempurna, dan bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak diperlukan

pemasangan gips lagi dan segera bisa dilakukan imobilisasi. Indikasi pemasangan fiksasi

interna adalah fraktur tidak bisa di reduksi kecuali dengan operasi, fraktur yang tidak

stabil dan cenderung terjadi displacement kembali setelah direduksi (Wicaksono, 2013).

Tindakan pembedahan yang dilakukan terhadap anjing Gio menggunakan fiksasi

internal dengan pemasangan pen. Olmstead dkk, (1995) mengatakan pemakaian pen

harus berukuran tepat agar dapat menahan beban atau muatan yang ada pada sisi atau

lokasi patah tulang selama proses penyembuhan patah tulang. Pemakaian pen yang

berdiameter berbeda akan memberikan kesembuhan yang berbeda terhadap kasus patah

tulang. Mc Clure dkk. (1994) mengatakan bahwa pen-pen yang memiliki diameter besar

akan meminimalkan komplikasi, lebih kaku atau mantap, dan mengalami defleksi atau

pembelokan yang lebih kecil. Dalam tindakan pembedahan anjing Gio, digunakan pen

dengan diameter 2mm.

Dalam tindakan pembedahan ini digunakan anastesi umum dengan kombinasi

ketamine dan xylasin dan premedikasi atropine sulfat. Pemberian atropine sulfat untuk

mencegah bradicardii dan disritmea jantung. Atropin sulfat merupakan antikolinergik

yang paling sering digunakan. Keuntungan antikolinergik sebagai

premedikasi adalah mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama bila

dipakai obat anastetik yang menimbulkan hipersekresi kelenjar saliva,

menurunkan keasaman cairan gastrium, menghambat bradikardia,

menurunkan motilitas intestinal, dan menyebabkan bronchodilatasi

(Sardjana dan Kusumawati, 2004). Atropine sulfat merupakan obat

yang dapat memblokir kerja syaraf parasimpatik. Efeknya mampu

mengurangi aktivitas traktus digestivus, menekan urinasi dan aksi

nervus vagus, kerugiannya adalah peningkatan kecepatan

metabolisme, peningkatan denyut jantung, dapat menyebabkan

bradikardia atau takikardia dan dilatasi pupil (Lane and Cooper, 2003).

Pemilihan anastesi yang tepat dan cara pemakaian yang tepat

akan menimbulkan efek samping yang minimal terhadap sistem tubuh,

20

karena cara yang kurang tepat akan mempengaruhi sistem respirasi,

kardiovaskular dan temperature tubuh. Hal ini disebabkan karena

hampir semua jenis anastesi menimbulkan efek samping terhadap

system respirasi, kardivaskular dan temperature tubuh (Hall dan

Clarke, 1983). Kombinasi anastesi umum yang dipilih dalam tindakan

pembedahan anjing Gio yaitu kombinasi ketamine dan xylasin.

Ketamin merupakan jenis obat anstesi yang dapat digunakan ada

hampir semua jenis hewan. Ketamin dapat menimbulkan efek yang

membahayakan, yaitu takikardia, hipersalivasi, meningkatkan ketegangan otot, nyeri

pada tempat penyuntikan dan bila berlebihan dosis akan menyebabkan pemulihan

berjalan lamban dan bahkan membahayakan. Efek samping yang tidak diharapkan dari

suatu pembiusan itu dapat diatasi dengan mengkombinasikan obat-obatan dan melihat

kelebihan masing-masing sifat obat yang dinginkan. Kombinasi yang paling sering

digunakan untuk ketamin adalah xylazine. Kedua obat ini merupakan agen kombinasi

yang saling melengkapi antara efek analgesik dan relaksasi otot, Ketamin memberikan

analgesik sedangkan xylazine menyebabkan relaksasi otot yang baik. Penggunaan

xylazine akan mengurangi sekresi saliva dan peningkatan tekanan darah yang diakibatkan

oleh penggunaan ketamine. Penggunaan kombinasi ketamin-xylazine sebagai anestesi

umum juga mempunyai banyak keuntungan, antara lain : mudah dalam pemberian,

ekonomis, induksinya cepat begitu pula dengan pemulihannya, mempunyai pengaruh

relaksasi yang baik dan jarang menimbulkan komplikasi klinis (Yuiniayanti dkk., 2010).

Selama tindakan pembedahan dilakukan anjing Gio diberikan infuse ringer laktat

(RL). RL merupakan cairan yang fisiologis. RL banyak digunakan sebagai replacement

therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar. Laktat yang

terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat yang

berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. Akan tetapi kadar

kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh sehari-

hari, terutama untuk kasus defisiensi kalium. Larutan RL tidak mengandung glukosa,

sehingga bila dibutuhkan, dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah

terjadinya ketosis. Larutan RL yang beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit

Na+(130 mEq/L), Cl-(109 mEq/L), Ca+(3 mEq/L),dan laktat (28 mEq/L).

21

Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L. Sediaannya adalah 500 ml dan 1.000 ml. Indikasi

penggunaan RL sebagai pengganti cairan elektrolit dan sumber kalori, sebagai penambah

volume darah pada keadaan shock, dehidrasi dan perdarahan, serta untuk mengatasi

alkalosis dan asidosis (menormalkan pH darah) (Kirk dan Bistner, 1985).

Selain itu juga disiapkan kombinasi penstrep untuk diberikn pada area jahitan

luka operasi. Penstrep merupakan obat campuran antara penicillin dan streptomisin

sehingga diharapkan daya kerjanya berspektrum luas. Penicillin bekerja dengan

menghambat kerja enzim transpeptidase pada pembentukan dinding sel bakteri sehingga

hanya efektif pada bakteri gram positif. Sedangkan streptomisin bekerja dengan

menghambat sintesa protein bakteri langsung pada ribosom sub unit 30 S dan

mengganggu penerjemahan kode genetik sehingga efektif terhadap bakteri gram negatif

(Brander,1991).

Pemberian terapi pasca operasi berupa betamox injeksi serta terapi suportif berupa

pemberian calvidog dan livron B-pleks. Betamox mengandung amoxycilin 150mg/ml

dosis pemberiannya 0,1 ml/kgBB. Diberikan dua kali sehari karena bersifat longacting

dengan dosis 0,5ml. Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan

stabil dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada

saluran pencernaan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam urin (Siswandono, 2000).

Amoksisilin mempunyai spektrum antibiotic serupa dengan ampisilin. Beberapa

keuntungan amoksisilin dibanding ampisilin adalah absorbsi obat dalam saluran cerna

lebih sempurna, sehingga kadarnya dalam plasma lebih tinggi (Siswandono, 2000).

Penunjang lain yang dibrikan yaitu livron B-pleks yang merupakan vitamin B kompleks

yang diindikasikan untuk anemia serta suplemen dalam masa penyembuhan suatu

penyakit atau beberapa penyakit infeksi (IAI, 2013).

Pemberian calvidog juga dilakukan untuk membantu proses kesembuhan karena

mengandung vitamin dan mineral terutama calcium yang baik untuk pertumbuhan tulang.

Sesuai dengan yang dikemukakan Price dan Wilson (2002) bahwa pemberian suplemen

kalsium pada hewan pasca operasi patah tulang dapat membantu proses pembentukan

callus, sehingga mempercepat proses kesembuhan tulang. Asam Mefenamat sebagai

antinflamasi dan analgesic juga diberikan pada anjing Gio. Sebagai antiinflamasi non-

22

streroid (AINS) asam mefenamat mampu mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan

kesadaran (Tjay dan Raharja, 2007).

Selain terapi berupa pengobatan, memberikan makanan bernutrisi juga

menunjang kesembuhan dan kondisi pasien. Hewan yang mengkonsumsi makanan yang

bergizi mempunyai pembentukan urat daging dan pertumbuhan tulang yang lebih baik

disertai dengan konsumsi vitamin dan mineral yang cukup. Hewan yang mengalami

kekurangan mineral yang berfungsi untuk komponen tulang seperti fosfor dan kalsium

makan tulangnya akan menjadi rapuh. Maka dari itu diperlukan nutrisi yang baik dan

seimbang bagi anjing Gio untuk mendukung proses kesembuhan pasca operasi. Lebih

lanjut Frandson (1996) mengatakan bahwa penyembuhan patah tulang akan terjadi

dengan cepat terutama pada hewan muda, terutama jika antar fragmen tulang yang patah

terfiksasi dengan baik, dan sisi-sisi dari tulang yang patah mempunyai suplai darah yang

baik.

Terapi lain yang memungkinkan yaitu latihan berjalan. Pada manusia latihan

pasca operasi menurut beberapa penelitan akan sangat membantu kekuatan otot. Seperti

yang disampaikan Waher,Salmond & Pellino (2002), latihan gerak sendi dapat segera

dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot dan ketahanan otot (endurance) sehingga

memperlancar aliran darah serta suplai oksigen untuk jaringan sehingga akan

mempercepat proses penyembuhan. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu ambulasi yang

berarti aktivitas berjalan. Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan

segera pada pasien pasca operasi. Pengaruh ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan

dan fleksibilitas sendi. dan keuntungan dari latihan secara perlahan dapat meningkatkan

toleransi aktivitas otot (Kozier, 2010). Hal ini mungkin dapat diterapkan pada pasien

(hewan) pasca pembedahan orthopedic seperti pada kasus fraktur femur , walaupun hanya

sekedar gerakan ringan dengan mengajak hewan berlatih untuk berjalan.

23

BAB IV

PEMBAHASAN

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam kasus ini anjing mengalami

fraktur complete pada os femur kiri. Dilakukan pemeriksaan fisik dan palpasi hal ini

dilakukan sesuai dengan saran pemeriksan yang dianjurkan Widodo (2011). Selain itu

dilanjutkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien fraktur tersebut yaitu

dilakukan pemeriksaan rontgen. Tujuan pemeriksaan ini yaitu untuk menentukan lokasi /

luasnya fraktur / trauma (Tucker, 1998).

Fraktur terjadi bila terdapat interupsi dari kontinuitas tulang, biasanya fraktur

disertai cidera jaringan disekitar ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan

persyarafan. Tulang yang rusak mengakibatkan periosteum pembuluh darah pada korteks

dan sumsum tulang serta jaringan lemak sekitarnya rusak. Ketika terjadi kerusakan

tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera. Tahap

ini merupakan tahap awal pembentukan tulang. Berbeda dengan jaringan lain, tulang

dapat mengalami regenerasi tanpa menimbulkan bekas luka.

Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah rekognisi (mengenali),

reduksi (mengembalikan), retensi (mempertahankan), dan rehabilitasi. Agar

penanganannya baik, perlu diketahui kerusakan apa saja yang terjadi, baik pada

jaringan lunaknya maupun tulangnya. Mekanisme trauma juga harus diketahui,

apakah akibat trauma tumpul atau tajam, langsung atau tak langsung. (Mahartha dkk. ,

2011).

Pada kasus ini dilakukan penanganan berupa tindakan pembedahan dengan

pemasangan pen. Pasca pembedahan Kondisi pasien anjng Gio mulai membaik akan

tetapi mengalami kepincangan permanent yaitu kaki yang mengalami cedera lebih

pendek daripada kaki yang lainnya. Menurut Adams (1992) pemendekan pada tulang

pasca pembedahan dapat disebabkan oleh mal union (mal union adalah penyambungan

fragment patahan tulang pada posisi yang tidak sempurna), loss of bone, gangguan pada

ephyfiseal pada umur muda serta dapat disebabkan oleh karena salah satu atau kedua sisi

tulang berhenti tumbuh sebelum tumbuh secara sempurna.Jika seluruh tulang panjang

berhenti bertumbuh secara sempurna maka akan megakibatkan pendeknya salah satu

24

tulang panjang dibandingkan tulang panjang lainnya (Kasron, 2012). Selain itu, apabila

suplai nutrisi terhenti ke bagian yang mengalami fraktur maka proses kesembuhan tulang

juga akan terganggu.

Proses penyembuhan tulang merupakan proses yang kompleks, umumnya

membutuhkan waktu 6 sampai 8 minggu untuk menyembuhkan ke tingkat yang

signifikan. Kecepatan dan keberhasilan berbeda antara individu dan waktu yang

diperlukan untuk penyembuhan tulang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk

jenis fraktur, usia pasien, kondisi medis yang mendasari, dan status gizi. Proses

penyembuhan tulang memiliki tiga tahap yaitu peradangan, produksi tulang, dan

remodeling tulang (American college of foot an ankle surgeons, 2008). Lebih lanjut

sesuai yang disampaikan Untoro (2004) bahwa hal lain yang mempengaruhi kesembuhan

patah tulang yaitu umur hewan. Pada hewan muda penyembuhan akan lebih cepat

terutama jika antar fragment patahan tulang terfiksasi dengan baik dan sisi-sisi dari tulang

yang mengalami patahan mendapatkan suplai darah yang cukup. Dalam menunjang

proses kesembuhan diperlukan terapi yang tepat. Dalam kasus anjing Gio diterapi dengan

pemberian antibiotik, analgesik dan antiinflamasi serta terapi penunjang berupa

pemberian vitamin dan mineral mengandung Calsium pasca operasi.

25

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C. J., 1992; Outline of Fracture Including Joint Injuries; Tenth Edition, Churchill Livingstone, New York, hal. 48-67, 235-237.

American college of foot and ankle surgeons.2008.bone healing

Brander, D.M. Pugh, R.J. Bywater and W.L. Jenkins.1991. Depolarizing blocking agents. In: Veterinary Applied Pharmacology&Therapeutics. Baillière Tindall, London, pp. 94-96

Capulli, A.K., Kazanovicz, A.J., Kuhn, M.P., dan Partridge, K.E.2011. Internal Splint For Fracture Fixation In Canines. A Major Qualifying Project Report Submitted to the Faculty of Worcester Polytechnic Institute In Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Bachelor of Science

Helmi, N.Z. (2012). Buku Ajar : Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta : Salemba Medika

Pendit, B.U. (2006), Buku Ajar : Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC

Kirk dan Bistner, S.I.1985.Hand Book of Veterinary Prosedures and Emergency Treatment. Fourth edition.W.B.Saunders Company

Hall,L. Wand K.W. Clarke.1983.Veterinary Anaesthesia9th.Ed.Bailiere Tindall.London.58, 60, 308

Jay R. Lieberman MD, Gary E. Friedlaender MD2005 .Bone Regeneration and Repair. Biology and Clinical Applications

Lennon, Paddy .2008.American college of foot and ankle surgeons. Bone healing. The Canine Hindlim Original Photos Courtesy of Mary Ferguso Students at University College Dublin, School of Veterinary Med

Maharta GRA, Maliawan S, Kawiyana KS. 2011. Manajemen fraktur pada trauma muskeletal. Bali: FK Udayana Bali

Manilkara.2012.Penatalaksanaan Fraktur danLuka.http://raramanilkarazapota .blogspot. com/ 2012/04/penatalaksanaan-fraktur-dan luka

Olmstead, M.L., E.L.Egger, A.L. Johnson and L.J. Wallace.1995.Principales of Frakture Reapir in Small Animal Orthopedi.Mosby year Book Inc.,St. Louis Pp.111-159

Price, S.A. dan L.M., Wilson.2002.Pathophysiologi: Clinical Concepts of Disease Process.6 th ed., vol, 1, Elsevier Science.Tennesee

Rudi,M. M.2006.Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat dibandingkan NaCl 0,9% terhadap Keseimbangan Asma-Basa pada Pasien Sectio Caesaria dengan Anastesi Regional

26

diajukan sebagai Syarat untuk Menempuh Pendidikan Magister Biomedis-Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Anesthesiologi.

Sfeir C, Ho L, Doll BA, Azari K, Hollinger JO. 2005. Fraktur repair, Human Pess Inc, Totowa,

NJ.

Sjamsuhidayat R, Jong W. 2010. Buku ajar ilmu bedah edisi 3. Jakarta: Jakarta.

Siswandono. (2000). Kimia Medicinal. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 124

Tucker, SM. 1998. Standar perawatan pasien: proses keperawatan, diagnosa dan evaluasi. Edisi V. Jakarta: EGC.

Tjay, T.H. dan Kirana, R.2007.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya.Edisi keenam,Jakarta : Elex Media Komputindo

Untoro, M., Syafrudin dan Santosa, A.B.2004.Radiografi Patah Tulang Paha Setelah Pemakaian Pen Intramedular pada Anjing.Sain Vet XXII(1)

Wicaksono, Adhitya.2013.Opeatif Dibandingkan dengan Kontralateral.Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Jember

Yudaniyanti, S.I.,Maulana, E.MAaruf., Maulana, E.2010.Profil Penggunaan Kombinasi Ketamin-Xylasin dan Ketamin Midazolam seagai Anastesi Umum terhadap Gambaran Fisiologis Tubuh pada Kelinci Jantan Vol.3, No.1 Fakultas Kedokteran Hewan Unair

27