Fragmentasi Pusat turun ke daerah - Biro Hukum Bappenas

30
Wariki Sutikno Direktur Otonomi Daerah Disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) Implementasi Regulasi Perencanaan Pembangunan dalam Mewujudkan Sinergitas Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah

Transcript of Fragmentasi Pusat turun ke daerah - Biro Hukum Bappenas

Wariki SutiknoDirektur Otonomi Daerah

Disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) Implementasi Regulasi Perencanaan Pembangunan dalam Mewujudkan Sinergitas Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah

Potensi Fragmented Governance

1. Karena multi-actors rules dengan relasi yang horisontal, maka kebutuhan terhadap koordinasi dan sinergi semakin besar.

2. Pemerintah akan semakin sulit untuk mengkoordinasikan aktor governance (state-civil society-business) jika tidak mampu mengkoordinasikan dirinya sendiri.

3. Oleh karena itu, koordinasi internal pemerintah adalah krusial & menentukan.

Potensi Fragmented Government

Fenomena kontemporer pemerintahan Indonesia: masih menghadapi fragmentasi pemerintah:1.Fragmentasi di pusat:

pendekatan sektoral yang cenderung terlalu kuat; masing2 kementerian relatif otonom; diperparah oleh afiliasi politik Menteri yang beragam, & koalisi pemerintah yang rapuh.

2.Fragmentasi Pusat turun ke daerah:Masing-masing kementerian hadir sendiri-sendiri di daerah.

3.Fragmentasi antar Level Pemerintahan:Pusat hadir di daerah dengan Dekonsentrasinya, Provinsi & Kabupaten/Kota dengan otonominya (produk desentralisasi pusat)

PEMBANGUNAN NASIONAL =PEMBANGUNAN OLEH PUSAT+PEMBANGUNAN OLEH DAERAH+

PEMBANGUNAN OLEH SELURUH AKTOR PEMBANGUNAN LAINNYA

Pembangunan Daerah Sebagai Penjabaran Pembangunan Nasional

Pembangunan daerah merupakan sinergi dari 3 elemen pembangunan, yaitu :

Alasan Mengapa Perlu Sinergi dalam Pembangunan

Untuk mempercepat

pencapaian Target

Pembangunan

“Sinergi Pusat – Daerah”dalam RPJMN 2010 - 2014

Sinergi pusat-daerah dan antar-daerah dilakukan dalam

seluruh proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup : kerangka

kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan

pengembangan wilayah.

PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN BUKU III RPJMN 2010-2014

Reformasi Birokrasi; Substansi Inti “Sinergi antara Pusat dan

Daerah, Kegiatan Prioritas “Penetapan & Penerapan Sistem Indikator Utama

Pelayanan Publik yang selaras antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah

Buku I Prioritas NasionalBuku II Prioritas Bidang

“Sinergi Pusat – Daerah”dalam RPJMN 2010 - 2014

Sinergi Perencanaan Kebijakan

Strategi: mengoptimalkan penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di semua tingkatan pemerintahan

ARAH SINERGI

Kaidah Pelaksanaan Sinergi Pusat - Daerah

Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Pemerintah Pusat & Daerah

Kementerian/Lembaga wajib melaksanakan fokus-fokus dan kegiatan serta mempertimbangkan dokumen perencanaan pembangunan nasional

Dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)yang merupakan penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah wajibmempertimbangkan dokumen perencanaan pembangunan nasional

Kementerian/Lembaga beserta pemerintah daerah wajib menjagakonsistensi antara Buku III RPJMN 2010-2014, Rencana Strategis (Renstra)Kementerian/Lembaga 2010-2014, dan Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah (RPJMD).

KEGIATAN/KEGIATAN/OUTPUTOUTPUT

INDIKATOR INDIKATOR OUTCOMEOUTCOME

SASARAN SASARAN UTAMAUTAMA

SASARAN SASARAN ANTARAANTARA

Manajemen: Penyuluhan;

Alsintan;Pengendalian HPT

INPUT/ INPUT/ DUKUNGANDUKUNGAN

Untuk mensukseskan surplus 10juta ton tahun 2014, peran Pemda sangat sentral terutama:(1) Dalam penyediaan lahan; (2) Mendorong terjadinya diversifikasi olahan pangan lokal; (3) Memfasilitasi penyuluhan kepada para petani; (4) mempercepat pembangunan jaringan irigasi sekunder dan tersier.

UPAYA SINERGI NASIONAL DAN DAERAH DALAM PENCAPAIAN SURPLUS BERAS 10 JT TON

Slide - 11

12

CONTOH SINERGI

• Dalam mencapai sasaran pembangunan dibutuhkan sinergi Pusat dan Daerah• Dalam PP No.38/2007 telah dengan detail membagi kewenangan antara pusat dan

Daerah• Sinergi harus dilaksanakan tepat secara kewenangan dan tidak ada overlap pendanaan

CONTOH PRIORITAS NASIONAL KETAHANAN PANGAN

SASARAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN/THN•PADI (3,2%)•JAGUNG (10,2%)•KEDELAI (20,1%)•GULA (12,6%)•SAPI (7,3%)

LAHAN

INFRA

LITBANG

SUBSIDI

ADAPTASI PERUBAHAN

IKLIM

PANGAN DAN GIZI

Kementan, BPN

Kementan, KKP, Kem.PU

Kementan, KKP, LIPI, BPPT, KRT

Kementan, KKP, Kemenkeu

Kementan, KKP, Kemenkes

Kementan, KKP, KLH, BMKG

BIDANG DAK KEGIATAN

PERTANIAN • Cetak sawah; • penyediaan sarana dan

prasarana balai perbenihan/perbibitan tanaman pangan/ holtikultura/ perkebunan/peternakan;

• Jalan produksi perdesaan

INFRA. IRIGASI

Pembangunan/peningkatan/rehabilitasi jaringan irigasi

KELAUTAN DAN PERIKANAN

• Sarana dan prasarana pelabuhan perikanan kelas PPI;

• Sarana dan prasarana perbenihan.

PUSAT DAK

PRIORITAS NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN

CONTOH SINERGI BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

13

Klaster IPKH

RaskinSSM

JamkesmasKB

Klaster IIPNPM MANDIRI

Klaster IIIUMKM, KUR

PRIORITAS NASIONAL BIDANG PENDIDIKAN:

akses pendidikan berkualitas, terjangkau,

relevan, dan efisien

PRIORITAS NASIONAL BIDANG KESEHATAN:

pendekatan preventif melalui peningkatan kesehatan

masyarakat dan lingkungan

PRIORITAS NASIONAL BIDANG PANGAN:

Peningkatan ketahanan pangan

dan lanjutan revitalisasi pertanian

dan perikanan

PRIORITAS NASIONAL BIDANG INFRASTRUKTUR:

Pembangunan infrastruktur yang memiliki daya dukung dan daya gerak terhadap pertumbuhan

ekonomi dan sosial

PRIORITAS NASIONAL BIDANG DAERAH

TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-

KONFLIK

PRIORITAS NASIONAL BIDANG KESEJAHTERAAN

RAKYAT

Contoh Matriks Sinergi Isu Strategis Provinsi

PN Isu Strategis Provinsi

Kebutuhan Dukungan

Pemerintah Pusat

Pemerintah Prov/Kab/Kota

BUMN/BUMD/Swasta Pendanaan Target

6

Perkuatan Domestic ConnectivityPembangunan Jalan dari akses jembatan suramadu menuju pelabuhan socah

KemenPUAPBD Provinsi Jatim PT. Misi Pusat: ...

Diharapkan pembangunannya selesai tahun 2014

Pembebasan Lahan pembangunan akses ke pelabuhan socah 750 km (APBN-Balai V)

Penyusunan AMDAL, FS & DED

Pembebasan Lahan pemb akses ke Pel Socah 2.500 km

Daerah:....Pengaspalan 5 km, lebar 14 m (4 jalur) APBN, Nalai V TA 2012

Pembebasan lahan pemb akses ke Pel Socah 10.475 km

BUMN/BUMD/Swasta: ....Total: ....

Isu Strategis

K/L

Kegiatan Strategis -> Dijabarkan lagi dalam rincian: Program, Kegiatan, Sasaran, Indikator Sasaran, Lokasi

APBD Prov

Dirinci dalam program dan Kegiatan APBD

Diisi menjadi 1 catatan dalam kolom isian BUMN/BUMD/Swasta

UPAYA SINERGI NASIONAL DAN DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

1. Dalam desentralisasi dan otonomi daerah, peran Pemda menjadi sentral untuk:a. Mengoptimalkan sinergi berbagai program pusat dan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pelayanan publik, dan daya

saing ekonomi lokal.b. Mengendalian inflasi daerah sebagai natural protection untuk orang miskin (agar peningkatan pendapatan orang miskin efektif bagi

peningkatan kesejahteraannya).c. Mensinergikan kegiatan dan anggaran program sektor dan daerah untuk membuka keterisolasian wilayah, peningkatan keberdayaan

masyarakat, dan revitalisasi perdesaan.

2. Peningkatan pro-poor planning and budgeting:a. Ketepatan sasaran/penerima program (RT dan wilayah miskin) dengan menyepakati penggunaan unified database berdasarkan hasil

PPLS2011.b. Kegiatan-kegiatan yang langsung menangani permasalahan kemiskinan (gizi buruk, putus sekolah, air bersih, permukiman kumuh, dll).c. Meningkatkan pertisipasi masyarakat melalui integrasi perencanaan partisipatif ke dalam perencanaan reguler, termasuk

melaksanakan monevnya.d. Koordinasi penyusunan SPKD sebagai dasar penyusunan RPJMD di bidang penanggulangan kemiskinan.

3. Penguatan kapasitas dan kualitas kelembagaan untuk koordinasi penanggulangan kemiskinana. Peningkatan kapasitas aparat dalam merespon aspirasi/potensi lokal (berkembangnya sense of urgency terhadap berbagai masalah

kemiskinan)b. Membangun kerja sama kemitraan dengan stakeholders (pemerintah, dunia usaha, masyarakat) untuk mengembangkan ekonomi lokal

dan mobilisasi berbagai sumberdayac. Menjaga keberlanjutan kapasitas dan lembaga masyarakat yang terbangun untuk mengoptimalkan/mengawal implementasi berbagai

program dan hasilnyad. Penyederhanaan berbagai prosedur -› penyaluran dana, supervisi pelaksanaan program, penanganan pengaduan masyarakat, audit,

dan pengembangan prinsip-prinsip good governance

Slide - 15

Sinergi Kerangka Regulasi

Strategi :(1) Konsultasi dan koordinasi dalam penyusunan peraturan perundangan; (2) Pembentukan forum koordinasi lintas instansi: baik penyusunan

peraturan baru maupun review atas peraturan yang sudah ada; (3) Fasilitasi proses legislasi guna mengurangi jumlah Perda yang

bermasalah.

ARAH SINERGI

HARAPAN: HARMONISASI UU 32/2004 DENGAN UU 25/2004ISU UU No 25 Tahun

2004UU No 32 Tahun 2004 Usulan Penyempurnaan

(Catatan BappenasPerbedaan pengesahan RPJMD.

Ditetapkan dengan Perkada

Ditetapkan dengan Perda Perlu harmonisasi agar tidak terjadi “kebingungan “di daerah.Diusulkan paling lama 3 (tiga) bulan pertama harus ditetapkan dalam Perkada, kemudian 6 (enam) bulan harus disahkan dengan Perda.

ISU UU No 32 Tahun 2004

Draft Revisi UU No 32 Tahun 2004 Usulan Penyempurnaan(Catatan Bappenas)

Peran BAPPEDA dalam Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan (RPJPD, RPJMD dan RKPD)

Pasal 140 ayat (2) : “Perencanaan Pembangunan daerah disusun oleh pemerintahan daerah Provinsi, Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh BAPPEDA”

Pasal 142 ayat (2): “ Rencana Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan, disinergikan dan diharmonisasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah”Pasal ini mereduksi peran BAPPEDA dalam Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (RPJPD, RPJMD dan RKPD).

Isi dari Draft Revisi UU No 32 Tahun 2004 pasal 142 ayat (2) diubah menjadi: “ Rencana Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun, dikoordinasikan, disinergikan dan diharmonisasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah” Hal ini juga sejalan dengan UU No 25 Tahun 2004 4 tentang SPPN (ditambahkan kata “disusun”)

Tidak adanya pendekatan politik dalam perencanaan pembangunan daerah

Tidak diatur pendekatan perencanaan pembangunan daerah

Pasal 143 ayat (1)Perencanaan pembangunan daerah menggunakan pendekatan teknokratik, partisipatif, atas-bawah dan bawah-atas.(Menurut UU 25/ 2004 ada “ Pendekatan Politik”)Pemilihan langsung dipandang sebagai proses perencanaan karena menghasilkan rencana pembangunan

Memasukkan pendekatan politik dalam perencanaan pembangunan daerah secara utuh.Sesuai dengan penjelasan UU No 25 Tahun 2004 bahwa perencanaan pembangunan menggunakan pendekatan teknokratik, politik, partisipatif, atas-bawah dan bawah-atas.

Rekapitulasi Evaluasi PerdaPerda yang Direkomendasikan dibatalkan per provinsi 2010-2011

Sumber: Biro Hukum Kemendagri, 2012

Jumlah Perda yang Dibatalkan Oleh Kemendagri, kebanyakan adalah Perda yang menyebabkan high cost economy

Sinergi Sinergi Perencanaan dan Perencanaan dan Penganggaran Pusat dan DaerahPenganggaran Pusat dan Daerah

Sistem berbeda saling berinteraksi secara tepat

menghasilkan outcome dan impact yang lebih besar

SINERGI

Prioritas Nasional

Dana BUMN/BUMD/Swasta

MP3EI, MP3KI, RAN GRK, DLL

STRATEGI SINERGI DALAM KERANGKA ANGGARAN

Penataan dan Penguatan Kerangka Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

21

WILAYAHDANA DEKON +

TPDANA

PERIMBANGANINVESTASI PMA

RATA-RATA 2005-2009(Rp. Juta)

SHARE

(%)RATA-RATA 2005-2009

(Rp. Juta)

SHARE

(%)RATA-RATA 2005-2008(US $ JUta)

SHARE

(%)

SUMATERA 37.213 15,65 62.138 27,65 1.133 11,29 JAWA-BALI 157.630 66,31 78.519 34,94 8.516 84,91 KALIMANTAN 11.721 4,93 30.487 13,57 283 2,82 SULAWESI 15.950 6,71 23.811 10,60 76 0,76 NUSA TENGGARA 5.995 2,52 9.965 4,43 8 0,08 MALUKU 4.278 1,80 5.889 2,62 7 0,07 PAPUA 4.942 2,08 13.890 6,18 5 0,05 TOTAL 237.729 100,00 224.698 100,00 10.030 100,00

ALOKASI SUMBERDAYA ANTARWILAYAH

Sumber: Diolah dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia dan BKPM WILAYAH

INVESTASI PMDN KREDIT PERBANKAN

KKREDIT MIKRO KECIL MENENGAH

RATA-RATA 2005-2008(Rp.

MIliar)

SHARE

(%)RATA-RATA 2007-2009(Rp.

MIliar)

SHARE

(%)RATA-RATA 2007-2009(Rp.

MIliar)

SHARE

(%)

SUMATERA 8.400 31,52 193.749 15,44 117.393 18,79 JAWA-BALI 14.729 55,26 913.352 72,78 408.768 65,43 KALIMANTAN 1.916 7,19 67.483 5,38 33.704 5,40 SULAWESI 1.402 5,26 56.483 4,50 43.281 6,93 NUSA TENGGARA 21 0,08 12.436 0,99 11.971 1,92 MALUKU 0,3 0,00 4.006 0,32 3.523 0,56 PAPUA 185 0,70 7.442 0,59 6.068 0,97 TOTAL 26.654 100 1.254.951 100 624.708 100,00

Distriusi Dana Perimbangan (%):1. Jawa-Bali dan Sumatera: 62,592. Kalimantan: 13,573. Sulawesi: 10,604. Maluku dan Nusa Tenggara: 9,305. Papua: 6,18

Distribusi Kredit Perbankan (%):1. Jawa-Bali dan Sumatera: 88,222. Kalimantan: 5,183. Sulawesi: 4,504. Maluku dan Nusa Tenggara: 1,215. Papua: 0,59

Distriusi Dana Dekon+TP (%):

1. Jawa-Bali dan Sumatera: 81,69

2. Kalimantan: 4,933. Sulawesi: 6,714. Maluku dan Nusa

Tenggara: 4,325. Papua: 2,08

Distriusi Investasi PMDN (%):1. Jawa-Bali dan Sumatera: 86,782. Kalimantan: 7,193. Sulawesi: 5,264. Maluku dan Nusa Tenggara: 0,085. Papua: 0,70

21

OPTIMALISASI ALOKASI SUMBER DAYA ANTARWILAYAH

2222

54797.00 (minimum)

245594.00

398937.00 (median)

639154.00

1339115.00 (maximum)

Pembangunan Wilayah SUMATERA

Pembangunan Wilayah JAWA-BALI Pembangunan

Wilayah NUSA TENGGARA

Pembangunan WilayahMALUKU

Pembangunan WilayahPAPUA

Pemerintah Pusat

Pemda Pemda Pemda Pemd

aPemda

(+)

Dana Dekonsentrasi/TP + Dana Perimbangan + Dana Otsus + Pinjaman/Hibah+ Swasta

(-)

(+) (+) (+) (+)

(-)

(-)

(-) (-)

Dampak alokasi sumberdaya terhadap perkonomian daerah(+)

(+)

(+)(+)

(+)

Pengeluaran Pemerintah Daerah = Penguatan Perekonomian daerah

Seluruh alokasi sumber daya didorong untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam mengurangi kesenjangan antarwilayah

22

Pembangunan Wilayah KALIMANTAN

Pembangunan WilayahSULAWESI

Pemda

Pemda

(+)(+)

Alokasi sumber daya K/Lmemperhatikan prioritas wilayah

Sinergi dalam Kerangka Kelembagaan dan Aparatur Daerah

Strategi: Tata Kelola Kelembagaan Pemerintahan Daerah dan Meningkatkan Kapasitas Aparatur Daerah.

Sinergi dalam Kerangka Pengembangan Wilayah

Penataan, Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang

25

PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PERENCANAAN TATA RUANG

PERENCANAAN SEKTORAL

Nasional

Provinsi

Kabupaten/Kota

Kecamatan

RENCANA PEMBANGUNANJANGKA PANJANG (RPJPD)

RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKPD)

RENCANA TATA RUANG

NASIONAL

RENCANA TATA RUANG

PROVINSI

RENCANA TATA RUANG

KABUPATEN/KOTA

RENCANA TATA RUAG KECAMATAN

JARINGAN INFRASTRUKTUR

ANTARPULAU DAN ANTAR-

PROVINSI

JARINGAN INFRASTRUKTUR

ANTARKABUPATENANTARKOTA

JARINGAN INFRASTRUKTUR

ANTARDESA

RENCANA PEMBANGUNANJANGKA MENENGAH (RPJMD)

RENCANA PEMBANGUNANJANGKA PANJANG (RPJPD)

RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKPD)

RENCANA PEMBANGUNANJANGKA MENENGAH (RPJMD)

RENCANA PEMBANGUNANJANGKA PANJANG (RPJP)

RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP)

RENCANA PEMBANGUNANJANGKA MENENGAH (RPJMN)

PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PERENCANAAN TATA RUANG

DAN PERENCANAAN SEKTORAL

JARINGAN INFRASTRUKTUR

ANTARKECAMATAN

RTRWP

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI (RTRWP)

disusun dengan memperhatikan

perkembangan permasalahan nasional & hasil pengkajian implikasi penataan ruang provinsi

upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi provinsi

keselarasan aspirasi pembangunan provinsi & pembangunan kabupaten/kota

daya dukung & daya tampung lingkungan hidup RPJPD RTRWP yang berbatasan RTR kawasan strategis provinsi RTRWK

tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi

rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya & sistem jaringan prasarana wilayah provinsi

rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi

penetapan kawasan strategis provinsi arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi

yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan

arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi

jangka waktu

penyusunan RPJPD penyusunan RPJMD pemanfaatan ruang &

pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah provinsi

mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, & keseimbangan perkembangan antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor

penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi

penataan ruang kawasan strategis provinsi

penataan ruang wilayah kabupaten/kota

pedoman untuk20 tahun

ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun

ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun, dalam hal:

perubahan kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar; dan/atau

perubahan batas teritorial negara dan/atau provinsi

Peraturan Daerah Provinsi

memuat

ditetapkan dengan

RTRWN pedoman bidang

penataan ruang RPJPD

mengacuPs. 22 ayat (1)

Ps. 22 ayat (2)

Ps. 23 ayat (1)

Ps. 23 ayat (2)Ps. 23 ayat (3)

Ps. 23 ayat (4)

Ps. 23 ayat (5)

Ps. 23 ayat (6)

Ps. 22

BHK-DJPR/Presentasi/DR

Peraturan Perundang-undangan

Kapasitas Aparatur PemdaKelembagaan/Institusi

APA YANG DIHARAPKAN?

Peraturan perundang-undanganHarmonisasi

Keterkaitan antara dokumen perencanaan pembangunan tahunan daerah (RKPD),

dokumen perencanaan pembangunan lima tahunan daerah (RPJMD) dan dokumen

perencanaan pembangunan jangka panjang atau 20 (dua puluh) tahunan

(RPJPD).

Sinergitas Keterkaitan antara RKPD, RPJMD, dan RPJPD dengan dokumen perencanaan lainnya seperti RTRW serta dokumen penganggaran KUA-PPAS dan APBD

Konsistensi Keterkaitan antara rencana pembangunan yang

telah termuat dalam RKPD, RPJMD, RPJPD, RTRW dengan implementasinya, serta keterkaitan

rencana pembangunan antar tahunnya

Kualitas Dokumen Indikator-indikator yang disusun

dalam rencana pembangunan tersebut (SMART).

BAGAIMANA MELAKUKAN SINERGI PUSAT-DAERAH

Review Regulasi

PENGUATAN PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI

(PP 19 Tahun 2010 jo PP 23 tahun 2011)