foto : Nick. T . Didukung oleh : Penanggung Jawab : Erwin K ...

8
foto : Nick. T. Didukung oleh : Penanggung Jawab : Erwin K. Alamsyah Srg, S.Hut Pimp. Redaksi : M. Jamil, SE Editor : M. Indra Kurniawan Staff Redaksi : Naumi Kharithsah, Bida Sari, Nova, Monalisa, Ismail, Binur, Mustaqim, Dicky, Herwina, Juita Design : M. Jamil, SE Fotografer : Mustaqim, Binur, Dicky Redaksi : Jl. Sei Bengawan No. 72 Medan Sumatera Utara - Indonesia Telp/Fax : +62 61 4156451 Website : www.orangutancentre.org E-mail : [email protected] Penerbit : Orangutan Information Centre Pelindung : Sumatran Orangutan Society Pembina : - Lucy Charlotte Wisdom - Helen Buckland - Panut Hadisiswoyo S.S. MA SUMATRAN ORANGUTAN SOCIETY - ORANGUTAN INFORMATION CENTRE ( S O S - O I C ) SUMATRAN ORANGUTAN SOCIETY - ORANGUTAN INFORMATION CENTRE ( S O S - O I C )

Transcript of foto : Nick. T . Didukung oleh : Penanggung Jawab : Erwin K ...

foto

: N

ick.

T.

Didukung oleh :Penanggung Jawab : Erwin K. Alamsyah Srg, S.HutPimp. Redaksi : M. Jamil, SEEditor : M. Indra KurniawanStaff Redaksi : Naumi Kharithsah, Bida Sari,

Nova, Monalisa, Ismail, Binur, Mustaqim, Dicky, Herwina, Juita

Design : M. Jamil, SEFotografer : Mustaqim, Binur, Dicky

Redaksi : Jl. Sei Bengawan No. 72 MedanSumatera Utara - Indonesia

Telp/Fax : +62 61 4156451Website : www.orangutancentre.orgE-mail : [email protected] : Orangutan Information CentrePelindung : Sumatran Orangutan SocietyPembina : - Lucy Charlotte Wisdom

- Helen Buckland- Panut Hadisiswoyo S.S. MA

SUMATRAN ORANGUTAN SOCIETY - ORANGUTAN INFORMATION CENTRE ( S O S - O I C )SUMATRAN ORANGUTAN SOCIETY - ORANGUTAN INFORMATION CENTRE ( S O S - O I C )

1PONGONews Letterwww.orangutancentre.org

Kemah Konservasi Tahura Bukit Barisan

Tahura Bukit Barisan adalah kawasan hutan lindung yang berada di 4 kabupaten (Kabupaten Karo, KabupatenDeli Serdang, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Langkat) di propinsi Sumatera Utara. Sebagai kawasanlindung, Tahura Bukit Barisan memiliki potensi keanekaragaman hayati yang sangat besar baik flora maupun faunanyayang lebih didominasi oleh jenis pegunungan baik lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Diantaranya Pinusmerkusii (pohon pinus), durian, dadap, Eucalyptus sp,Agathis sp dan lain-lain juga berfungsi sebagai daerah tangkapanair.

SOS-OIC bersama lembaga lainnya yang tergabung dalam konsorsium melaksanakan kegiatan bersamamelalui kemah konservasi Tahura Bukit Barisan sekaligus sebagai bentuk Peringatan Hari Air Sedunia tahun 2007dengan mengambil tema ”Bertahan dalam kekurangan air”. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 30 Maret –1 April 2007 bertempat di Taman Hutan Raya Bukit BarisanTongkoh ini diikuti 229 siswa/siswi SMP dan SMA

perwakilan dari Deli Serdang, Karo dan Medan.Siswa dilibatkan dalam kegiatan transek ekologi yang

disampaikan dalam bentuk permainan yaitu melakukanpengamatan pepohonan dan ekologi di sekitarnya, hubunganantara pohon, tanah, air dan udara serta hubungannya dengankeberadaan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Peserta jugamelakukan penanaman 700 bibit diantaranya jengkol, jati putihdan nangka yang ditanam di sekitar kawasan Tahura Bukit Barisandan di desa Semangat Gunung dan Doulu.

Akhir kegiatan dilakukan pemutaran film tentang keadaanDAS Deli dan banjir. Kemudian peserta diajak berdiskusi tentangkondisi lingkungan secara umum. Untuk meningkatkankapasitasnya siswa diberikan materi capacity building berupamateri yang terkait dengan leadership (kepemimpinan), komunikasidan networking.

Rangkaian Kegiatan SOS-OIC

foto : Syafrizaldi

FESTIVAL ORANGUTAN – PERINGATAN HLH SEDUNIA

Dilaksanakan dalam setiap tahunnya dalam usaha mensosialisasikan dan mengkampanyekan gerakan pendidikankonservasi alam dan lingkungan hidup. Kegiatan yang telah dilaksanakan tanggal 09 – 11 Juni 2007 di SMP Negeri

1 Deli Tua, dan tanggal 26 – 28 Juni 2007 di SMK Negeri 1 Stabat, kabupaten Langkat.Kegiatan ini dapat menjadi wadah pengembangan kreasi dan kreativitas para siswa khususnya siswa

yang berasal dari sekolah yang menjadi bagian dari program sekolah berwawasan konservasi alamdan lingkungan hidup di kabupaten Deli Serdang dan Langkat.

Beberapa rangkaian kegiatan telah dilaksanakan diantaranya Jambore Kemah konservasi,perlombaan cerdas cermat konservasi alam dan lingkungan hidup, lomba cipta dan baca puisi,

lomba majalah dinding, lomba lagu dan opini serta pentas seni bertemakan lingkungan.SOS-OIC bersama beberapa lembaga merancang sebuah pameran konservasi alam

dan lingkungan hidup dalam kegiatan mensosialisasikan informasi sekaligus memberikanpendidikan lingkungan. Upaya ikut langsung dalam konservasi dilakukan dengan

penanaman bibit penghijauan dengan melibatkan generasi muda di kegiatan ini.

foto : SOS-OIC

PELATIHAN DAUR ULANG KERTAS (HARI BUMI SEDUNIA 2007)

Dalam memperingati Hari Bumi Sedunia setiaptanggal 22 April, SOS-OIC mengisi suatu kegiatan pelatihankonservasi yang dilaksanakan oleh Himpunan MahasiswaSylva (HIMAS) Kehutanan USU dengan tema ”PengelolaanSampah Ramah Lingkungan dan Practice-nya” berupa kegiatanseminar dan praktik langsung. SOS-OIC berpartisipasi dalamkegiatan tersebut dengan memberikan pelatihan Pembuatan KertasDaur Ulang. Kegiatan pelatihan kertas daur ulang yang dilaksanakanpada tanggal 21 April 2007 bertempat di Aula DH Penny Fakultas PertanianUSU diikuti oleh 58 peserta yang terdiri dari mahasiswa berbagai fakultas diUSU dan pegawai kebersihan yang ada di USU.

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan berupa penyampaian materi teknik pembuatankertas daur ulang dan praktik langsung proses pembuatan kertas daur ulang. Kegiatan tersebutbertujuan untuk menanamkan kesadaran akan nilai positif dari mendaur ulang sampah kertas kemudian mampumengolah sampah kertas menjadi bahan yang lebih bermanfaat dan berpartisipasi mengurangi volume sampahkertas atau solusi alternatif bagi pengolahan sampah khususnya di l ingkungan kampus USU.

Dengan memperingati hari Bumi Sedunia bertujuan mengajak seluruh manusia di muka bumi ini untukmerefleksikan segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia berdampak positif pada kondisi bumi yang lestari danseimbang.

PELATIHAN KONSERVASI PESERTA KEMAH HIJAU

Pada bulan Mei 2007, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Sumatera Utara menunjuk sekolah– sekolah di Medan untuk mengirimkan perwakilannya sebagai tindak lanjut surat edaran tentang pelaksanaankegiatan kemah hijau yang dilaksanakan di Taman Buah Mekar Sari Jakarta pada tanggal 31 Mei – 02 Juni 2007dalam rangka menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2007.

Menanggapi positif kegiatan tersebut, Bapedalda Sumatera Utara mengajak partisipasi dan dukungan dariSumatran Orangutan Society-Orangutan Information Centre (SOS-OIC) untuk memberikan materi dan pelatihankepada calon peserta kemah hijau sebagai bekal pengetahuan dan pengalaman yang akan mereka bagi denganpeserta lainnya dalam kegiatan kemah hijau tersebut.

SOS-OIC dari divisi pendidikan dan penyadaran dengan tangan terbuka berpartisipasi memberikan pendidikankonservasi alam dan lingkungan hidup bagi 18 orang (8 putra,10 putri) peserta kemah hijau yang dilaksanakan padatanggal 26 Mei 2007 (Sabtu) di kantor SOS-OIC dan Taman Wisata Alam Sibolangit Kab. Deli Serdang.

Para peserta diberikan pendidikan dan wacanamengenai permasalahan sampah secara global termasuktentang permasalahan penggunaan kertas yangberlebihan dan dilanjutkan dengan materi pembibitantanaman penghijauan.

Peserta terlihat sangat antusias dan senang saatmengikuti kegiatan tracking (jelajah alam) di TamanWisata Alam Sibolangit. Mereka sangat tertarik denganberaneka ragam jenis flora dan fauna yang terdapat didalamnya dan bila ada hal yang tidak diketahui, merekabisa menanyakan kepada instruktur maupun sesamapeserta.

Dengan terlaksananya rangkaian kegiatan inidiharapkan dapat menyatukan persepsi, visi, dan misipeserta dalam upaya membangun kerjasama tim dalammelakukan kegiatan konservasi alam dan pelestarianlingkungan.

2PONGONews Letterwww.orangutancentre.org

foto : SOS-OIC

foto : SOS-OIC

Bila kita melihat Orangutan di kebun binatang, kitaakan merasa lucu dan kagum melihat tingkah orangutanyang masih muda sekali tak henti-hentinya bergumul, suatupermainan yang asyik bagi mereka; yang telah dewasatampak diam santun layaknya orang tua yang toleran dansabar melihat anak-anak mereka.

Tetapi di habitat yang asli, yaitu hutan tropis Kalimantandan Sumatera, Orangutan tidak dikenal sebagai satwa yangsuka bergaul ataupun yang mahir menggunakan alat. Berbagaikarya ilmiah menggambarkan kera merah ini sebagai tokohyang hidup menyendiri dalam lautan pepohonan hijau;menghabiskan waktu dengan melahap buah-buahan sehinggadikenal Orangutan pemakan buah yang terbesar yang pernahada berkembang di permukaan bumi ini.

Kehidupannya yang paradoks (bertentangan) dilihatbanyak memikat peneliti untuk mengamati Orangutan (pongo)di habitat aslinya. Penelitian Carel Van Schaik dan kawan– kawan di Taman Gunung Leuser, Nangroe Aceh Darussalam,mengungkap keunikan kehidupan mereka di alamnya.Bagaimana Orangutan Sumatera membuat sarangnya ditengah hutan Leuser?

Tempat yang nyaman setelah Orangutan Sumatera(Pongo abeli) bekerja keras dan letih mencari makanannya,yaitu sarangnya. Kera besar adalah satu-satunya jenissatwa yang tidur dalam tempat tidur yang dibuat baru dansegar setiap hari berarti lebih dari satu sarang setiapharinya. Terutama induk-induk dengan bayi yang masihmuda seringkali beristirahat beberapa kali sehari dalamsarang yang setiap kali dibuat baru; dan para anak orangutan

seringkali membuat sarang mainan pada waktu sedangberkumpul bersama.

Orangutan mulai memilih lokasi yang tepat.Pohon-pohon yang paling disukai mempunyai

bentuk yang khusus, dengan banyak sekalidahan-dahan horizontal yang menjulur

dari batang utamanya. Merekamenyukai pemandangan yang

agak bebas dari sarangnya,sehingga sarang itu

harus berada

dekat pucuk pohon, akan tetapi mereka juga menginginkanadanya beberapa pohon lainnya di sekitar pohon tempatsarang mereka agar mereka tidak kedinginan pada malamhari. Kriteria yang menyenangkan apabila pohon itu memilikidaun-daun lembut yang tidak terlalu besar dan tidak menjaditempat hunian semut-semut beringas yang suka menggigit.

Sarang ditopang oleh beberapa dahan kuat yangdipatahkan dan kemudian dilipat/dibengkokkan ke belakangdalam pola menyilang untuk membangun dasar panggung.Dahan-dahan yang lebih pendek kemudian dimasukkan kedalam panggung itu atau secara artistik dianyam ke dalamya.Akhirnya, ditambahkan ranting-ranting penuh dedaunanuntuk membuat kasur yang empuk.

Bila hujan akan turun atau sudah mulai turunditambahkan sebuah atap yang bisa dibongkar. Dan bisadilihat tubuh mereka selalu kering. Setelah selesai, sipemilik sarang siap merebahkan badannya dan hampir selaluberpegang kuat-kuat pada sebuah dahan dengan sebelahtangan.

Semua orangutan membangun sarang yang sederhanapada waktu siang hari, dan sarang yang lebih bagus dankokoh untuk pada malam hari. Konstruksi sarang malammembutuhkan waktu hingga sepuluh menit. Sarang-sarangmalam yang dibuat lebih baik bisa bertahan hingga berbulan-bulan, atau bahkan setahun di tempat yang kayunya rapat.Sarang seakan-akan telah direncanakan sangat baguspadahal hanya dipakai sekali saja, kecuali tak ada pilihanlain. Ini mungkin cara yang sangat baik untuk menghindardari ectoparasit dan penyakit-penyakit yang mereka bawaserta.

Keahlian membuat sarang telah dimiliki semua kerabesar dan pastilah memberikan perasaan aman. Keahlianini menjawab kecerdasan orangutan dalam beradaptasi dihabitat aslinya. Dan prilaku unik lainnya masih terus diamatipara peneliti dan dinanti pengagum saudara terdekatnya,manusia, agar memahami kehidupan mereka dan tidakmengancam keberadaanya di hutan. (NK)

Dikutip dari : Diantara orangutan Kera merah dan bangkitnya kebudayaan manusia

5PONGONews Letterwww.orangutancentre.orgfoto : Nick. T.

tanaman lain penghasil pangan, sepertisorgum, jagung, bahkan sayuran,khususnya kacang-kacangan. Pohonkelor yang memiliki kemampuanmenyerap air tanah walau darikandungan yang sangat minim membuattanah menjadi lembab subur. Pohonkelor yang sudah besar dan tinggi jugaberfungsi sebagai pohon lindung.

Di kawaan Arba Minch dan Konso,pohon kelor justru digunakan sebagaitanaman untuk penahan longsor karenaakarnya yang cukup rapat, konservasitanah dan tanaman terasering. Sehinggapada musim hujan walau dalam jumlahyang paling minimal, jatuhan air hujanakan dapat ditahan oleh sistem akarkelor, dan pada musim kemarau“tabungan” air sekitar akar kelor akanmenjadi sumber air bagi tanaman lain.

S a l a h s a t u s i f a t y a n gmenguntungkan dari tanaman kelor yaituminimnya penggunaan pupuk dan jarangdiserang hama (oleh serangga) ataupunpenyakit (oleh mikroba). Bahkan, daripengalaman para petani kelor, diketahuibahwa pupuk organik yang bahannyaberasal dari kacang-kacangan (misalkacang hijau, kacang kedelai ataupunkacang panjang) yang ditanamkansekitar pohon kelor sangat baik mutunya.(NK)

Dikutip dari berbagai sumber

6PONGONews Letterwww.orangutancentre.org

Tentu kita pernah mendengarperibahasa “dunia tidak selebar daunkelor” tetapi sedikit yang mengenaltanaman ini. Kelor adalah sejenistumbuhan yang tumbuh baik di daerahtropis dan telah banyak dikenalmasyarakat dulu sebagai sayuran danobat tradisiona.

Tanaman Kelor (Moringa oleifera,lamk) atau sinonim dari Moringapterygosperma, Gaertn berasal darifamilia Moringaceae merupakan jenistumbuhan perdu (termasuk ke dalamtumbuhan tingkat tinggi atau biasadisebut dengan pohon kecil) dengantinggi batang 7 - 11 meter, berbatanglunak dan rapuh, dengan daun sebesarujung jari berbentuk bulat telur dantersusun majemuk.

Tanaman ini berbunga sepanjangtahun berwarna putih, buah bersisisegitiga dengan panjang sekitar 30 cm,tumbuh subur mulai dari dataran rendahsampai ketinggian 700 m di ataspermukaan laut.

Menurut sejarahnya, tanaman keloratau marongghi (Moringa oleifera),berasal dari kawasan sekitar Himalayadan India, kemudian menyebar kekawasan di sekitarnya sampai ke BenuaAfrika dan Asia-Barat.

Di luar negeri, khususnya di negaraanglo-saxon, tanaman tersebut dikenal

sebagai tanaman "drumstick"karena bentuk polong buahnya yangmemanjang meskipun ada juga yangmenyebut sebagai "horseradish" karenarasa akarnya menyerupai "radish".

Di beberapa negara di Afrika,seperti di Etiopia, Sudan, Madagaskar,Somalia, dan Kenya, sekarang mulaidikembangkan pula di Arab Saudi danIsrael, menjadi bagian untuk programpemulihan tanah kering dan gersang,karena sifat dari tanaman ini mudahtumbuh pada tanah kering ataupungersang, baik dari biji maupun dari stekdan kalau sudah tumbuh maka lahan disekitarnya akan dapat ditumbuhi olehtanaman lain yang lebih kecil, sehinggapada akhirnya pertumbuhan tanamanlain akan cepat terjadi.

Di Indonesia, khususnya dilingkungan perkampungan danpedesaan, tanaman kelor baru sampaimenjadi tanaman pagar hidup, batastanah ataupun penjalar tanaman lain,tetapi manfaat dari daun dan karanganbunga serta buah muda sebagai sayuran,sudah sejak lama digunakan.Penanaman kelor yang paling umumcukup dengan cara setekan batang tuaatau cukup tua, yang langsungditancapkan ke dalam tanah

Ada sebuah laporan hasilpenelitian, kajian dan pengembanganterkait dengan pemanfaatan tanamankelor untuk penghijauan serta penahanpenggurunan di Etiopia, Somalia, danKenya oleh tim Jerman, di dalamberkala Institute for ScientificCooperat ion, Tubingen, 1993.

Seperti di Lembah Rift untuk lahanseluas satu hektar hanya ditanamkanantara 30-50 batang, karena di antarapohon kelor tersebut juga ditanam

MENGEMBALIKAN KESUBURAN TANAH

KELOR (Moringa oleifera)

foto : IPTEKnet

foto : IPTEKnet

3PONGONews Letterwww.orangutancentre.org

Oleh Panut Hadisiswoyo Founding Director,Sumatran Orangutan Society-OrangutanInformation Centre (SOS-OIC)

HUTAN ATAU KEBUN SAWIT?

Kenapa kelapa sawit menuai perhatianinternasional? Dalam beberapa tahunterakhir, banyak area hutan alami yangdibuka di seantero Asia untuk perkebunankelapa sawit. Perubahan ini telahmenurunkan keanekaragaman hayati,meningkatkan kerentanan pada bahayakebakaran, perubahan iklim lokal danberdampak pada hilangnya habitat pentingbagi satwa dilindungi seperti orangutanyang merupakan daerah tangkapan air bagikelangsungan sistem hidrologi masyarakatluas.

Rhett A Buttler (2006)1 mengungkapkanbahwa selain hilangnya ekosistem hutan,produksi minyak kelapa, seperti yang sedangdipraktekkan saat ini, pertumbuhanperkebunan sawit yang tidak terencanadengan baik dapat menyebabkan kerusakanyang cukup parah bagi lingkungan hidup.Di tahun 2001, produksi Malaysia sebanyak7 juta ton minyak kelapa mentahmenghasilkan hingga 9,9 juta ton limbahminyak padat, fiber kelapa, dan batok, serta10 juta ton limbah yang merusak dariminyak kelapa, yaitu campuran polusi daribatok yang hancur, air, dan residu lemak,yang mempunyai dampak negatif padaekosistem akuatik.

Lebih jauh lagi, penggunaan pestisida,herbisida, dan pupuk berbasis petroleumsecara bebas membuat yakin bahwakebanyakan pengolahan minyak kelapa takhanya menyebabkan polusi pada tingkatlokal, namun juga berkontribusi pada emisigas rumah kaca. Perkebunan di Indonesiasangat merusak karenanya setelah 25 tahunmasa panen, lahan kelapa sawit kebanyakanditinggalkan dan menjadi semak belukar.Tanah mungkin akan kehabisan nutrisi,terutama pada lingkungan yangmengandung asam, sehingga beberapatanaman mungkin tumbuh, menjadikanwilayah tersebut tanpa vegetasi selain

rumput-rumput liar yang akan mudah sekaliterbakar.

Karena alasan ini, para pemerhatilingkungan sangat prihatin denganmunculnya proposal dari pemerintahIndonesia untuk mengubah kawasanterpencil dan hutan hujan dengankeanekaragaman hayati di Kalimantanmenjadi perkebunan kelapa sawit. Usulankawasan monokultur yang sangat luas inidapat mengancam musnahnyakeanekaragaman hayati legendaris kawasantersebut.

Menurut Friend of Earth, di pertengahan1990an Indonesia telah menyiapkan 9,13juta hektar untuk ditanami kelapa sawit. Ditahun 2004, hanya sekitar 58 persen dariarea ini yang benar-benar ditanami, walauarea hutan hujan alami yang luas telahterlanjur dibuka demi produksi kelapa sawit.Dalam makalah milik Lesley Potter dariAustralian National University, walau hanya303.000 hektar dari 2 juta hektar lahan diKalimantan Timur yang disiapkan untukpengembangan kelapa sawit telah ditanami,namun sekitar 3,1 juta hektar hutan telahdibuka dengan kedok pembangunanperkebunan. Balok-balok kayu ternyatamenjadi motif penting dibalik ekspansi sawitdi Indonesia.

Disis lain, kenapa kelapa sawit menjadibuah panen nomor satu, mengalahkankompetitor terdekatnya, seperti jagung danpisang yang rendah hati? Jawabannya secarasederhana karena kelapa sawit adalah bibitminyak yang paling produktif di dunia. Satuhektar kelapa sawit dapat menghasilkan5.000 kg minyak mentah, atau hampir 6.000liter minyak mentah menurut data dariJourney to Forever. Sebagai pembanding,kedelai dan jagung - hasil yang kerapdigembar-gemborkan sebagai sumber bahanbakan biologis yang unggul - hanya

menghasilkan sekitar 446 dan 172 liter perhektar.(http://world.mongabay.com/indonesian/sawit.html)

Selain biofuel, kelapa sawit juga digunakanuntuk beribu-ribu kegunaan lain dari bahan-bahan makanan ke pelumas mesin hinggadasar kosmetik. Kelapa sawit telah menjadiproduk agrikultur yang sangat penting untuknegara-negara tropis di seluruh dunia,terutama saat harga minyak mentahmencapai 70 USD per barrel. Akibatknya,Indonesia saat ini merupakan negarapenghasil minyak kelapa terbesar kedua didunia, hingga perkebunanan kelapa sawitnyamencakup 5,3 juta hektar di tahun 2004,menurut laporan dari Friends of the Earth-Netherlands.

Lebih lanjut dilaporkan bahwa perkebunansawit telah menghasilkan 11,4 juta ton kubikminyak kelapa mentah dengan nilai eksporsebesar 4,43 milyar USD dan mendatangkan42,4 juta USD ke dalam kas negara.Karenanya, nilai dari minyak kelapa terusmeningkat. Harganya saat ini mencapailebih dari 400 USD per ton kubik, atausekitar 54 USD per barrel - cukup kompetitifbila dibandingkan dengan minyak mentah(petroleum).

Sri Hartati Samhadi (2006)2 menyebutkanbahwa bagi Indonesia, sawit juga

4PONGONews Letterwww.orangutancentre.org

Grafik kenaikan luas lahan perkebunan sawit di Indonesia dan Malaysia tahun 1998-2003

Grafik Pertumbuhan Perkebunan Kelapa Sawit

1998 1999 2000 2001 2002 20030

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

dala

m ju

ta h

ekta

r

MalaysiaIndonesia

menyimpan suatu ironi tersendiri. Tidakbisa dimungkiri, usaha agrobisnis sawittelah memberikan kontribusi penting bagiperekonomian negara ini, sekaliguskemakmuran besar bagi pengusaha sertapenghidupan bagi ribuan petani dan buruhyang terlibat di dalamnya. Namun, di sisilain, perkebunan dan industri sawit jugasering dituding menjadi sumber berbagaikonflik sosial dan malapetaka lingkunganbagi masyarakat sekitarnya. Dengan ratusanribu hektar perkebunan sawit yang dimiliki,industri sawit Indonesia mestinya mampumemberikan lapangan kerja luas bagi rakyat.Tetapi yang terjadi, ratusan ribu tenaga kerjaIndonesia setiap tahun harus rela menyabungnyawa jadi buruh murah di perkebunansawit Malaysia. Bukan itu saja, kini sebagianbesar kepemilikan kebun sawit di Indonesiapun jatuh ke tangan investor dari negerijiran itu.

Namun, sawit Indonesia terus tumbuh pesatbeberapa tahun terakhir. Luas areal terusbertambah, demikian pula produksi danekspor. Bahkan pemerintah menargetkantahun 2008 menjadi produsen nomor satudi dunia, melampaui Malaysia.

Siapapun tidak dapat memungkiri bahwahutan tropis Indonesia merupakan kuncidari kelangsungan jangka panjangkehidupan bangsa Indonesia dankelangsungan keanekaragaman hayati untukpemeliharaan pelayanan ekologi yang akanterus diperlukan oleh kehidupan di bumidan anak cucu di masa yang akan datang.

Beberapa kalangan LSM menuding bahwaapa yang terjadi sekarang ini membuktikanIndonesia selalu kalah langkah dan industrisawit Indonesia belum sepenuhnya mampuberkembang menjadi industri tangguh yangmampu menjawab tantangan yang ada.Kalangan industri juga mengeluhkan belumjelasnya arah kebijakan pemerintah. Jikatidak bergerak cepat, dikhawatirkan bukanhanya hutan dan keanekaragaman hayatiyang rusak, tetapi Indonesia juga hanyaakan terus menjadi pemasok bahan bakudan buruh murah bagi Malaysia.

Upaya regional untuk menekan lajupertumbuhan sawit yang tidakmenguntungkan keberlanjutan hutan tropismelalui Principles dan Criteria dariRoundtable for Sustainable Palm Oil(RSPO) harus dipandang sebagai sebuahniat baik masyarakat internasional untukikut memperhatikan nasib hutan Indonesia.Namun niat dan gerakan RSPO untuk‘mensertifikasi’ sawit yang ‘ramahlingkungan’ itu tidak akan berdampakapapun di tanah air Indonesia apabilamasyarakat Indonesia dan pemerintahTIDAK memiliki agenda lingkungan danpolitik yang lebih memihak padakepentingan ekologis.

Prospek pasar minyak sawit diprediksikanmasih akan sangat cerah, antara lain karenamasih tingginya permintaan dunia.Konsumsi dunia rata-rata tumbuh 8 persenper tahun beberapa tahun terakhir, jauh diatas kemampuan produksi sehingga hargajuga akan meningkat. Menurut Oil World,minyak sawit saat ini berada di urutan keduaminyak nabati yang paling banyakdikonsumsi di dunia, menyumbang sekitar23 persen suplai lemak dan minyak nabatidunia, setelah minyak kedelai.

Sepertinya pertempuran memperebutkanhutan tropis untuk perkebunan sawit akanterus berlanjut demi sebuah ambisikebutuhan devisa. Oleh akrena itu, tanpaperlu analisa yang rumit, pemerintahIndonesia pertama-tama harusmemfokuskan diri pada meningkatnyaproduktifitas di perkebunan yang telah ada,bukannya membuka lahan baru untuk kelapasawit. Selanjutnya, masyarakat Indonesiaharus memiliki ketegasan dalam sebuahkeputusan publik apakah memilih hutanterus dikonversi menjadi kebun sawit ataumemiliki hutan tropis sebagai cadangandevisa jangka panjang yang berkelanjutan?

1 Rhett A Buttler (2006) Kenapa kelapa sawit menggantikan hutan hujan? Kenapa biofuels menggerakkan penggundulan hutan?accessed from http://world.mongabay.com/indonesian/sawit.html2 Sri Hartati Samhadi (2006) Ironi Sawit dan Ambisi Nomor Satu Dunia. Kompas 26 Februari 2006

Bencana tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember2004 di Nanggroe Aceh Darussalam dan pulau Nias, SumateraUtara, telah merenggut korban jiwa hingga ratusan ribu jiwa.Total keseluruhan yang menjadi korban bencana ini hampirsetengah jumlah penduduk NAD sebelum terjadinya bencana.Menurut beberapa ahli, korban jiwa ini sebenarnya bisa lebihsedikit apabila kondisi hutan mangrove yang ada terjagadengan baik dan lestari.

Melalui berbagai riset, hutan mangrove yang baik ternyatamampu menahan laju energi gelombang yang langsungmenuju daratan. Artinya sekumpulan vegetasi hutanmangrove, seperti bakau, api-api, pedada, dan lain-lainnyadapat berfungsi sebagai benteng alami yang menghalangiatau meredam serangan tsunami. Beranjak dari pemikiranini, SOS-OIC bersama dengan Help-Germany berusaha untukmemberikan sumbangsih terhadap perbaikan alam khususnyakepada rehabilitasi dan rekonstruksi hutan mangrove melaluiProgram Pembibitan dan Penanaman Tanaman Bakau danTanaman Teresterial di Banda Aceh.

Program ini telah memasuki tahun kedua, dimana tahunpertama program ini dilaksanakan di desa Tibang, SyiahKuala Banda Aceh bekerjasama dengan YAGASU. Pada faseini SOS-OIC telah merehabilitasi 12,5 Hektar lahan bakauyang tersebar di areal tambak milik masyarakat serta telahmendampingi dan memberdayakan 28 orang ibu-ibu korban

tsunami untuk melaksanakan pembibitan, perawatanbakau, hingga penanaman bakau. Sedangkan

untuk tanaman-tanaman teresterial,S O S - O I C t e l a h

melaksanakan

Banda Aceh dan Aceh BesarOleh: Nova Erwina Sambas

penghijauan di beberapadaerah mulai kepadadaerah pemukimanhingga kepada jalur hijauy a n g t e r d a p a t d iperkotaan.

Untuk tahun keduaprogram ini kembalidilaksanakan, dimana kali ini program dipusatkan di desaNeuheun, Mesjid Raya, Aceh Besar. Sejak dimulai padabulan Juli 2006, program ini telah merehabilitasi lahan bakauyang tersebar di areal tambak milik masyarakat di desaNeuheun dan Lamnga. Kemudian dilanjutkan denganmerehabilitasi sepanjang garis pantai antara perbatasanLamnga dan Neuheun, dan desa Kahju, Baitussalam. Jumlahbibit bakau yang dipergunakan untuk merehabilitasi beberapakawasan ini berjumlah ± 60.000 bibit.

Selain bakau SOS-OIC juga mendistribusikan bibitteresterial sebanyak ± 35.000 bibit seperti Mahoni, Durian,Mangga, Rambutan, dan lain-lain ke beberapa desa di BandaAceh dan Aceh Besar.

Selain kegiatan rehabilitasi lahan, SOS-OIC jugamelaksanakan serangkaian kegiatan pendidikan lingkungandengan membangun fasilitas pusat pendidikan dengan diberinama “Mangrove Learning Centre”. Pusat pendidikanlingkungan ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran

dan pengembangan informasi bagi masyarakatkhususnya tingkat pelajar.

Para pelajar dapat menikmati berbagai fasilitasyang tersedia, seperti perpustakaan mini yangberisi berbagai buku-buku tentang lingkungan,mengikuti pelatihan-pelatihan yang rutindilaksanakan tiap bulannya, seperti pelatihandaur ulang kertas, kompos, pembibitan, danlain-lain. Lokasi belajar yang berada di alamterbuka menambah suasana belajar menarikbagi para pelajar yang mengikuti kegiatan.

Semoga dengan program-programseperti ini dapat menjadi nilai positif terhadapusaha-usaha rehabilitasi kawasan dankelestarian lingkungan.(NES)

7PONGONews Letterwww.orangutancentre.org

foto : SOS-OIC

foto : SOS-OIC