FORMULASI KRIM ETIL VITAMIN C DENGAN KOMBINASI ENHANCER KIMIA PROPILENGLIKOL DAN ENHANCER FISIKA...

45
HALAMAN PENGESAHAN Proposal skripsi dengan judul : “FORMULASI KRIM ETIL VITAMIN C DENGAN KOMBINASI ENHANCER KIMIA PROPILENGLIKOL DAN ENHANCER FISIKA IONTOPHORESIS SEBAGAI KRIM ANTI AGING”. Yang disusun oleh : Penulis 1 Penulis 2 Nama :Muhammad Hafizh Nama : Puryanto NIM : I21112003 NIM : I21112006 Fakultas : Kedokteran Fakultas : Kedokteran Prodi : Farmasi Prodi : Farmasi Pontianak, April 2015 ii

description

makalah ini berisi formulasi krim anti aging dengan etil vitamin C, dimana penggunaannya menggunakan Iontophoresis

Transcript of FORMULASI KRIM ETIL VITAMIN C DENGAN KOMBINASI ENHANCER KIMIA PROPILENGLIKOL DAN ENHANCER FISIKA...

HALAMAN PENGESAHAN

Proposal skripsi dengan judul : FORMULASI KRIM ETIL VITAMIN C DENGAN KOMBINASI ENHANCER KIMIA PROPILENGLIKOL DAN ENHANCER FISIKA IONTOPHORESIS SEBAGAI KRIM ANTI AGING.Yang disusun oleh :Penulis 1Penulis 2 Nama:Muhammad Hafizh Nama: PuryantoNIM: I21112003 NIM: I21112006Fakultas: Kedokteran Fakultas: KedokteranProdi: Farmasi Prodi: Farmasi

Pontianak, April 2015 Dosen PembimbingPenulis 1

Wintari Taurina, M.Sc., Apt Muhammad Hafizh

Penulis 2

Puryanto

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :Penulis 1Penulis 2 Nama: Muhammad Hafizh Nama: PuryantoNIM: I21112003 NIM: I21112006Fakultas: Kedokteran Fakultas: KedokteranProdi: Farmasi Prodi: Farmasi

Menyatakan bahwa tugas proposal skripsi ini adalah karya kami sendiri. Apabila dikemudiaan hari ditemukan adanya kesalahan, manipulasi dan bentuk-bentuk kecurangan lainnya, kami bersedia menerima sanksi dalam bentuk apapun dari Dosen Pengampu.

Pontianak, April 2015 Dosen Pembimbing Penulis 1

Wintari Taurina, M.Sc., Apt Muhammad Hafizh Penulis 2

Puryanto

KATA PENGANTARAssalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT semesta alam, berkat rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal skripsi ini. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam sunnahnya hingga akhir zaman. Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah Sistem Penghantaran Obat, dengan judul FORMULASI KRIM ETIL VITAMIN C DENGAN KOMBINASI ENHANCER KIMIA PROPILENGLIKOL DAN ENHANCER FISIKA IONTOPHORESIS SEBAGAI KRIM ANTI AGING. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian proposal skripsi ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Wintari Taurina, M.Sc., Apt selaku Dosen Pengampu mata kuliah Sistem Penghantaran Obat.2. Teman-teman farmasi angkatan 2012 atas segala ilmu dan diskusi-diskusi yang telah banyak membantu dan memacu penulis selama menyelesaikan tugas mata kuliah Sistem Penghantaran Obat ini.3. Kepada pihak-pihak lain yang telah begitu banyak membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi kita semua, terima kasih untuk bantuannya selama ini, semoga juga dapat menjadi amal amalibadah di hadapan-Nya. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan proposal skripsi ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di kemudian hari. Akhir kata, semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian.

Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

DAFTAR ISI

Halaman PengesahaniiHalaman Pernyataan Keaslian TulisaniiiKata pengantarivDaftar Isi viDaftar Tabel viiiDaftar GambarixBAB I PENDAHULUAN 11. Latar Belakang12. Rumusan masalah23. Tujuan24. Manfaat3BAB II TINJAUAN PUSTAKA41. Anatomi dan Fisiologi Kulit41.1 Sel Epidermis, Berlapis, Berpembuluh Darah41.2 Dermis61.3 Hipodermis62. Stratum korneum Sebagai Barier Permeasi pada Kulit63. Jalur Penetrasi Obat73.1 Jalur Appendgeal83.2 Jalur Transepidermal84. Faktor Penghantar Obat Transdermal84.1 Sifat Fisikokimia dari Permeasi84.2 Sifat Fisikokimia Penghantar Obat104.3 Faktor Fisiologi115. Obat125.1 Sifat Fisikokimia135.2 Sifat Biologi136. Enhancer Permeasi147. Iontophoresis148. Monografi Bahan168.1 Etil Vitamin C168.3 Cera Alba168.3 Paraffin Cair178.4 Sodium Tetraborat178.5 Propilenglikol188.6 Aquadest18BAB III METODOLOGI191. Alat dan Bahan191.1 Alat191.2 Bahan192. Formula193. Cara Pembuatan193.1 Preparasi Etil Vitamin C Cream193.2 Preparasi Elektroda203.3 Preparasi Iontophoresis20DAFTAR PUSTAKA21DAFTAR TABEL

Tabel 1. Variasi permeabilitas stratum korneum pada tiap kulit di tubuh5Tabel 2. Formula yang Diajukan19

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kulit Manusia4Gambar 2. Model kulit multilayer menunjukkan urutan permeasi transdermal7Gambar 3. Jalur permeasi melalui kulit7Gambar 4. Prinsip dasar iontophoresis.16Gambar 5. Diagram Iontophoresis Arus Konstan20

iv

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangSeiring dengan bertambahnya usia, kulit akan mengalami penuaan dengan tanda-tanda kulit terasa kasar, kusam, dan bersisik serta berbecak-bercak(1). Untuk membantu memulihkan penampilan kulit, terdapat beberapa cara penanganan, antara lain dengan penggunaan antioksidan atau dengan melakukan proses pengangkatan sel-sel kulit mati(1,2) . Pengangkatan sel-sel kulit mati dapat dilakukan dengan cara pengelupasan kulit, yang dapat merangsang pembentukan sel-sel kulit yang baru, membersihkan pori-pori kulit yang tersumbat, serta mempermudah penetrasi produk-produk perawatan topikal, serta menciptakan kulit yang sehat dan bercahaya. Proses pengelupasan kulit yang dilakukan secara teratur dapat membantu memperbaiki kerusakan kulit(3).Selain dengan pengelupasan kulit, penampilan kulit yang rusak juga dapat diperbaiki dengan penggunaan antioksidan. Salah satu antioksidan yang dapat digunakan sebagai zat antipenuaan dan pencerah kulit adalah vitamin C. Karena vitamin C memiliki stabilitas kimia yang kurang baik, telah dikembangkan senyawa turunan vitamin C yang lebih stabil dan mampu meningkatkan kemampuan absorpsi pada kulit(4). Untuk mengatasi ketidakstabilan senyawa kimia vitamin C, adalah menggunakan turunan vitamin C dalam bentuk garamnya seperti ascorbyl palmitate atau magnesium ascorbyl phosphate, atau sebagai ester 3-O-ethyl-L-ascorbic acid/ ethyl Vitamin C(5). Untuk meningkatkan fungsi zat aktif, memudahkan penyampaian obat, dan mengurangi beberapa sifat yang tidak diinginkan, khususnya pada proses pengelupasan kulit, telah dikembangkan berbagai sistem penghantaran obat(6).Etil vitamin C dapat diformulasi dalam sediaan topikal untuk mencapai fungsi dermatologis; yang meningkatkan biosintesis kolagen, menyediakan fotoproteksi, menyebabkan pengurangan melanin, dan scavenges radikal bebas(7). Bagaimanapun, stratum korneum mempunyai barier untuk sebagian besar absorpsi obat secara perkutan ke dalam tubuh. Kemampuan obat untuk berpenetrasi pada stratum korneum dapat ditingkatkan menggunakan metode fisikal dan kimia(8). Kombinasi antara peningkat penetrasi kimia dan metode fisika seperti iontophoresis dan phonophoresis telah menunjukan peningkatan penetrasi kulit secara subtansial untuk beberapa permeasi (9). Menggunakan kombinasi dari propilen glikol dan iontophoresis menghasilkan efek sinergis yang memberikan difusi etil vitamin C lebih tinggi dari pada senyawa peningkat penetrasi atau metode iontophoresis secara terpisah(10). Dalam studi in vitro sebelumnya menunjukkan bahwa Etil vitamin C krim dengan 6% propilen glikol dapat meningkatkan 7% permeasi perkutan Etil vitamin C (11) . Propylene glikol sebagai enhancer penetrasi menunjukkan efek sinergis dengan metode iontophoresis terhadap difusi preparasi krim etil vitamin C in vitro(12) .. 2. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:1) Apakah Enhancer Kimia Propilenglikol dapat meningkatkan kemampuan Permeasi Etil Vitamin C?2) Apakah Enhancer Fisika Iontophoresis dapat meningkatkan kemampuan Penetrasi Etil Vitamin C?3) Apakah kombinasi Propilenglikol dan Iontophoresis dapat meningkatkan kemampuan Penetrasi Etil Vitamin C?

3. TujuanBerdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, maka di dapatkan tujuan penelitian ini, yaitu:1) Untuk mengetahui pengaruh Enhancer Kimia Propilenglikol terhadap kemampuan Permeasi Etil Vitamin C.2) Untuk mengetahui pengaruh Enhancer Fisika Iontophoresis terhadap kemampuan Penetrasi Etil Vitamin C.3) Untuk mengetahui pengaruh kombinasi Propilenglikol dan Iontophoresis terhadap kemampuan Penetrasi Etil Vitamin C.

4. ManfaatManfaat yang diperoleh dari pembahasan program ini adalah sebagai berikut:1) Bagi peneliti sebagai informasi untuk mengetahui Formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan Krim Etil Vitamin C.2) Bagi institusi untuk menambah data penelitian mengetahui Formula yang dapat dijadikan acuan untuk pembuatan sediaan krim lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi KulitKulit adalah salah satu organ yang paling luas di tubuh manusia yang meliputi wilayah sekitar 2 m2 pada rata-rata manusia dewasa. Organ berlapis-lapis ini menerima kira-kira sepertiga dari seluruh darah yang beredar melalui kulit tubuh(13). Kulit manusia terdiri dari tiga jaringan yang berbeda tetapi saling tergantung :a. Sel epidermis, berlapis, berpembuluh darah.b. Dermis yang mendasari dari jaringan ikat.c. Lapisan subkutan atau hipodermis.Setiap lapisan memiliki fungsi sendiri dan masing-masing penting dalam menjaga integritas kulit dan dengan demikian keseluruhan struktur tubuh(14).

Gambar 1. Struktur kulit manusia (15)

1.1. Sel Epidermis, Berlapis, Berpembuluh Darah Epidermis berlapis-lapis bervariasi ketebalannya tergantung pada ukuran sel dan jumlah lapisan sel epidermis, mulai dari 0,8 mm pada telapak tangan dan telapak kaki sampai 0,06 mm pada kelopak mata. Tabel 1 memberikan ketebalan, permeabilitas air dan difusivitas air melalui epidermis. Yang terdiri dari stratum korneum bagian terluar dan epidermis viable(16). Epidermis yang dihasilkan dari epitel aktif populasi sel basal dan ketebalan sekitar 150 mikrometer . Ini adalah lapisan kulit terluar dan proses hasil diferensiasi dalam migrasi sel dari lapisan basal terhadap kulit permukaan. Di bawah lapisan ini adalah lapisan lain epidermis-stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum germinativum. Bersama-sama, lapisan lainnya merupakan epidermis yang viable(13).

Tabel 1. Variasi permeabilitas stratum korneum pada tiap kulit di tubuh(15)a. Stratum korneumIni adalah lapisan terluar kulit juga disebut sebagai lapisan tanduk. ketebalan sekitar 10 mm ketika kering tapi membengkak beberapa kali ketebalan ketika sepenuhnya terhidrasi. Mengandung 10 sampai 25 lapisan kulit mati, sel-sel keratin yang disebut sebagai corneocytes. Fleksibel tetapi relatif kedap. stratum korneum adalah penghalang utama untuk penetrasi obat. Arsitektur lapisan tanduk mungkin dimodelkan sebagai struktur awall-like. Didalam model, sel-sel keratinisasi berfungsi sebagai protein "batu bata" yang tertanam dalam lipid "semen"(16).b. Viable epidermisIni adalah terletak di bawah lapisan stratum korneum dan bervariasi dalam ketebalan dari 0.06 mm pada kelopak mata hingga 0.8 mm pada telapak tangan. Pergi ke arah dalam, terdiri berbagai lapisan seperti stratum lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basal. Pada lapisan basal, mitosis dari sel-sel terus memperbaharui epidermis dan proliferasi ini mengkompensasi hilangnya sel-sel mati tanduk dari permukaan kulit(16).

1.2. DermisDermis adalah 3 sampai 5mm lapisan tebal dan terdiri dari matriks jaringan ikat, yang berisi pembuluh darah, pembuluh getah bening dan saraf. Suplai darah kulit memiliki fungsi penting dalam regulasi suhu tubuh. Hal ini juga menyediakan nutrisi dan oksigen ke kulit sementara mengeluarkan racun dan produk limbah. Kapiler terbentang dalam 0,2 mm dari permukaan kulit dan memberikan kondisi sink untuk kebanyakan molekul menembus penghalang kulit(16).

1.3. HipodermisHipodermis atau jaringan lemak subkutan mendukung dermis dan epidermis. Berfungsi sebagai tempat penyimpanan lemak. Lapisan ini membantu mengatur suhu, menyediakan dukungan nutrisi dan perlindungan mekanik. Membawa pembuluh darah utama dan saraf pada kulit dan mungkin berisi organ sensorik tekanan. Untuk transdermal pemberian obat, obat harus menembus melalui semua tiga lapisan tersebut dan mencapai ke dalam sirkulasi sistemik sedangkan dalam kasus pemberian obat topikal hanya penetrasi melalui stratum korneum sangat penting dan maka retensi obat dalam lapisan kulit yang diinginkan(16).

2. Stratum korneum Sebagai Barier Permeasi pada KulitKulit manusia rata-rata mengandung 40-70 folikel rambut dan 200-250 saluran keringat per sentimeter persegi. Terutama zat larut dalam air melewati lebih cepat melalui saluran ini; tetap saluran tersebut tidak berkontribusi banyak untuk permeasi kulit. Oleh karena itu molekul yang paling netral lewat melalui stratum korneum berdasarkan difusi pasif. Variasi Regional dalam permeabilitas air stratum korneum ditunjukkan pada Tabel 1 dan permeasi molekul obat melalui kulit ditunjukkan pada Gambar 2(16).Serangkaian langkah secara berurutan:a. Serapan molekul penetran pada lapisan permukaan stratum korneum.b. Difusi melewatinya dan layak epidermis dan akhirnya mencapai ke dermis dan kemudian.c. Molekul diambil ke dalam mikrosirkulasi untuk sistemik distribusi.

Gambar 2. Model kulit multilayer menunjukkan urutan permeasi transdermal(15)

Daerah intra seluler dalam stratum korneum dipenuhi dengan lipid yang kaya material amorf. Dalam stratum korneum kering volume intraseluler mungkin 5% sampai 1% dalam sepenuhnya stratum korneum terhidrasi(16).

3. Jalur Penetrasi ObatAda tiga cara kritis di mana molekul obat dapat melintasi lapisan utuh korneum: melalui pelengkap kulit (shunt rute); melalui domain lipid interseluler; atau dengan rute transelular (Gambar 3). Sebuah obat tertentu cenderung menembus dengan kombinasi rute-rute ini, dengan kontribusi relatif dari jalur ke aliran kasar diatur oleh sifat fisikokimia dari molekul(14).

Gambar 3. Jalur permeasi melalui kulit(15)3.1. Rute AppendgealJalur transappendageal terdiri transportasi melalui kelenjar keringat dan sepanjang folikel rambut dengan kelenjar sebaceous terkait. Daerah fraksi mereka tersedia untuk transportasi obat hanya sekitar 0,1% dari total luas permukaan kulit(17).

3.2. Rute TransepidermalJalur transepidermal terdiri dari rute interseluler, di mana obat berdifusi melalui domain lipid antara corneocytes, dan rute transelular, di mana obat berdifusi melintasi corneocytes dan matriks lipid. Rute interseluler diyakini menjadi jalur utama untuk permeasi obat(17). Obat memasuki kulit melalui rute transelular melewati corneocytes. corneocytes mengandung keratin sangat hidrat menyediakan lingkungan berair yang mana obat hidrofilik bisa lewat. Jalur difusi untuk obat melalui rute transelular membutuhkan jumlah partisi dan langkah difusi(15).

4. Faktor Penghantar Obat Transdermal4.1. Sifat Fisikokimia dari Permeasia. Koefisien PartisiMolekul dengan koefisien partisi menengah (log K 1sampai 3) dan molekul dengan sifat lipofilik tinggi (log K > 3), rute interseluler merupakan jalur yang banyak digunakan untuk melintasi stratum korneum. Namun, untuk molekul-molekul ini perlu pertimbangan lebih lanjut kemampuan untuk partisi dari stratum korneum ke jaringan viable epidermis berair. Untuk molekul yang lebih hidrofilik (log K 65 tahun ). Corneocyte menunjukan peningkatan pada area permukaan yang mana mungkin mempunyai implikasi untuk fungsi stratum korneum disebabkan oleh hasil menurunnya volume dari ruang antar corneocyte per unit volume dari stratum korneum. Kandungan pelembab kulit manusia menurun seiring dengan usia. Ada perataan sambungan dermoepidermal dan, akibatnya, area yang tersedia untuk difusi ke dalam dermis berkurang(14).c. RasPerbedaan rasial antara kulit hitam dan kulit putih ditunjukan dalam beberapa fungsi anatomi dan fisiologi kulit walaupun datanya relatif kurang. Pada kulit hitam, kohesi intraselular meningkat, kandungan lipid tinggi dan tingkat resistan elektrikal kulit tinggi dibandingkan kulit putih yang telah didemonstrasikan. Kulit hitam menampakan penurunan rentan iritasi cutaneous, tetapi perbedaan ini tidak terdeteksi melalui instripped skin, menunjukkan stratum korneum memodulasi respon ras yang berbeda terhadap iritasi. Kulit hitam merespon dengan menurunkan aliran darah dan sebab itu mengurangi erythematic daripada Hispanics atau Caucasians(14).d. Bagian TubuhHal ini tampak jelas bahwa struktur kulit bervariasi untuk beberapa derajat di atas tubuh manusia. Namun, permeabilitas relatif dari bagian kulit yang berbeda tidak sederhana sebuah fungsi ketebalan stratum korneum sebagai permeasi yang berbeda menunjukan tingkatan variasi melalui bagian kulit yang berbeda. Ini tampak jelas bahwa jaringan genital biasanya memberikan tempat lebih permeabel untuk penghantaran obat transdermal. Kulit kepala dan leher juga relatif permeabel dibandingkan bagian lain pada tubuh seperti lengan dan kaki(14).e. Temperatur KulitTubuh manusia menjaga gradien temperatur melewati kulit dari sekitar 37oC hingga sekitar 32oC pada bagian permukaan. Ketika difusi melalui stratum korneum adalah proses pasif, ketinggian temperatur kulit dapat menyebabkan perubahan struktur dalam stratum korneum. Dan modifikasi ini dapat juga meningkatkan difusi melalui jaringan(14).f. Kondisi KulitAsam dan alkali, banyak pelarut seperti kloroform, methanol merusak sel kulit dan promosi penetrasi. Bagian sakit dari pasien mengubah kondisi kulit. Kulit utuh lebih barier tetapi kondisi yang telah disebutkan di atas mempengaruhi penetrasi(16).g. Suplai DarahPerubahan sirkulasi perifer dapat mempengaruhi absorpsi transdermal(16).h. Metabolisme KulitKulit memetabolisme steroid, hormon, senyawa kimia karsinogen dan beberapa obat. Jadi, metabolisme kulit ukuran efikasi dari permeasi obat melalui kulit(16).

5. ObatKriteria yang paling penting untuk TDDS adalah obat harus mempunyai sifat fisikokimia dan farmakokinetik yang benar2. Pemilihan obat untuk penghantaran obat transdermal tergantung berbagai faktor, antara lain (19):

5.1. Sifat Fisikokimia Obat harus memiliki beberapa derajat kelarutan didalam minyak dan air (idealnya lebih besar daripada 1 mg/ml ). Senyawa harus memiliki titik lebur kurang dari 200oF. Gradien konsentrasi melewati membran secara langsung sebanding dengan log kelarutan obat dalam fase lipid membran, yang secara langsung diganti secara proporsional berbanding terbalik dengan titik lebur. Senyawa yang tepat memiliki berat molekul kurang dari 1000 unit. Larutan jenuh dalam air dari obat harus memiliki nilai pH diantara 5 dan 9. Obat-obat dengan keasaman atau kebasaan yang tinggi dalam larutan tidak cocok untuk TDD; karena dapat terionisasi dengan cepat pada pH fisiologi. Ikatan hidrogen harus kurang dari 2. Koefisien partisi (Log P) harus diantara 1 dan 3. Koefisien permeabilitas kulit harus kurang dari 0,5 x 10-3 cm/h.

5.2. Sifat Biologi Obat harus sangat poten. Harus efektif dalam beberapa mgs per hari (ldealnya kurang dari 25 mg/hari). Obat harus memiliki waktu paruh biologi pendek. Obat harus tidak mengiritasi dan tidak menyebabkanalergi terhadap kulit manusia. Obat harus stabil ketika kontak dengan kulit. Obat harus tidak menstimulasi reaksi imun terhadap kulit. Toleransi terhadap obat harus tidak boleh berkembang di bawah profil pelepasan dekat orde nol penghantar transdermal. Obat harus tidak berikatan irreversibel pada jaringan subkutan. Obat harus tidak dimetabolisme secara ekstensif di kulit. Obat, yang terdegradasi pada GIT atau inaktif oleh first-pass effect, kandidat yang tepat untuk penghantaran transdermal. Obat, yang harus diberikan untuk periode waktu yang panjang atau yang menyebabkan adverse effects ke jaringan non-target dapat juga diformulasi untuk penghantaran transdermal. Indeks terapi harus rendah.

6. Enhancer PermeasiPeningkatan permeabilitas stratum korneum sehingga untuk mencapai tingkatan terapi yang tinggi dari peningkatan penetrasi obat berinteraksi dengan komponen struktural dari stratum korneum itu adalah, protein atau lipid. Peningkatan absorpsi dari obat larut lipid rupanya karena perusakan lipid epidermal melalui enhancer senyawa kimia, menghasilkan perbaikan pembasahan kondisi kulit dan untuk penetrasi transepidermal dan transfolikular. Kelarutan dan sifat larutan dari enhancer yang digunakan dapat bertanggung jawab untuk peningkatan permeasi transdermal dari obat larut air(20).Klasifikasi enhancer penetration(21) :Terpenes (Minyak Esensial):Nerodilol, menthol, 1-8-cineol, limonene, carvone dll.

Pyrrolidones:N-methyl-2-pyrrolidone (NMP), azone dll.

Asam Lemak dan Ester:asam oleat, asam linoleat, asam laurat, acid capric dll.

Sulfoksida dan Senyawa yang sama:Dimetil sulfoksida (DMSO), N,N-dimetil formamida.

Alkohol, Glikol, dan Gliserida:Etanol, Propilen glikol, Oktil alkohol dll.

Micellaneous enhancers:Fosfolipid, siklodekstrin, derivat asam amino, enzim dll.

7. Iontophoresis Metode ini melibatkan permeasi agen terapi yang digunakan secara topikal berdasarkan penerapan arus listrik tingkat rendah baik secara langsung pada kulit atau tidak langsung melalui bentuk sediaan. Parameter yang mempengaruhi desain sistem pengantaran ionophoretic melaui kulit termasuk jenis elektroda, intensitas arus, pH sistem. Peningkatan permeasi obat sebagai hasil dari metodologi ini dapat dikaitkan dengan salah satu atau kombinasi dari mekanisme berikut: Elektro-repulsi (untuk larutan bermuatan), elektro-osmosis (untuk larutan tidak bermuatan) dan elektro-perturbasi (baik bermuatan dan tidak bermuatan) (22). Obat yang diberikan melalui sistem ini luput dari metabolisme first-pass dan mempertahankan skenario steady state mirip continuous intravenous infusion untuk beberapa hari. Namun, sifat kedap kulit yang sangat baik menawarkan tantangan terbesar untuk keberhasilan penghantaran molekul obat dengan memanfaatkan konsep iontophoresis. Penelaahan ini berkaitan dengan prinsip dan inovasi terbaru di lapangan dari sistem penghantaran obat iontophoresis bersama-sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem. Sistem penghantaran ini menggunakan arus listrik sebagai motor penggerak untuk permeasi ionik dan non-ionik obat. Alasan di balik menggunakan teknik ini adalah mengubah penghalang sifat kulit secara reversibel, yang mungkin bisa meningkatkan penetrasi obat-obatan seperti protein, peptida dan makromolekul lainnya untuk meningkatkan penghantaran sistemik senyawa berat molekul tinggi dengan mengendalikan masukan kinetika dan variabilitas antar-subjek minimum.(23).

Gambar 4. Prinsip dasar iontophoresis.(23)

8. Monografi Bahan8.1. Etil vitamin CEtil vitamin C bentuk anionik dalam pH 7.4, sehingga aliran ion demgan penreapan iontophoresis akan terjadi dari katoda ke anoda. Kawat Ag sebagai anoda ditempatkan dalam kompartemen reseptor, dan katoda AgCl dalam kompartemen donor. Senyawa turunan vitamin C tersebut salah satunya adalah etil vitamin C. Derivat vitamin C ini dapat larut dalam basis lemak maupun air, mudah berpenetrasi ke dalam kulit, mampu menghambat pembentukan melanin, mencegah dermatitis, serta meningkatkan elastisitas dan warna kulit, sehingga sangat potensial digunakan dalam sediaan kosmetik(24).

8.2. Cera AlbaPemerian:Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis; bau khas lemah dan bebas bau tengik. Bobot jenis lebih kurang 0,95(25).

Kelarutan:Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dingin. Etanol mendidih melarutkan asam serotat dan bagian dari mirisin, yang merupakan kandungan malam putih. Larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri. Sebagian larut dalam benzena dingin dan dalam karbon disulfida dingin. Pada suhu lebih kurang 30 larut sempuma dalam benzena, dan dalam karbon disulfida(23).

Titik Leleh:61 65 C(26).

Inkompatibilitas:Inkompatibel dengan pengoksidasi(26).

Kegunaan:Controlled-release agent; stabilizing agent; stiffening agent(26).

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik(25).

8.3. Paraffin CairPemerian:Cairan minyak yang transparan, tak berwarna, dan kental. Tidak berasa, dan tidak berbau jika dingin, dan bau petrol yang kuat jika dipanaskan(26).

Kelarutan:Praktis tidak larut dalam ethanol (95%), gliserin, dan air; larut dalam aseton, benzene, kloroform, karbon disulfide, eter, dan petroleum eter. Membentuk misel dengan minyak atsiri dan minyak lemak(26).

Inkompatibilitas:Inkompatibel dengan agen Pengoksidasi kuat(26).

Kegunaan:Emollient; lubricant; oleaginous vehicle; solvent; vaccine adjuvant(26).

Penyimpanan:Dalam wadah kedap udara, kering, dan terlindung dari cahaya(26).

8.4. Sodium TetraboratPemerian:Serbuk Kristal putih, keras, bergranul tak berbau(26).

Kelarutan:Larut dalam 1 bagian gliserin, dalam 1 bagian air mendidih, dan dalam 16 bagian air; praktis tidak larut dalam ethanol (95%), ethanol (99.5%), dan dietil eter(26).

Titik Leleh:75 C(26).

Inkompatibilitas:Inkompatibel dengan asam, logam, dan garam basa(26).

Kegunaan:Alkalizing agent; antimicrobial preservative; buffering agent; disinfectant; emulsifying agent; stabilizing agent(26).

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik, kering, dan sejuk(26).

8.5. PropilenglikolRumus Molekul:C3H8O2 (26).

Rumus Struktur:

Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau (26).

Kelarutan:Membentuk misel dengan aseton, kloroform, ethanol (95%), glicerin, dan air; larut dalam 6 bagian eter; tidak membentuk misel dengan minyak mineral, terlarut dalam minyak esensial(26).

Titik leleh:-59 C(26).

Inkompatibilitas:Inkompatibel dengan pengoksidasi kuat, seperti Potasium Permanganat(26).

Kegunaan:Antimicrobial preservative; disinfektan; pembasah; plasticizer; pelarut; stabilizing agent; water-miscible cosolvent(26).

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat, kering dan dingin, terlindungi dari cahaya(26).

8.6. AquadestPemerian:Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa(27).

Kegunaan:Pelarut(27).

Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik (27).

BAB IIIMETODOLOGI

1. Alat dan Bahan1.1. AlatAlat yang digunakan dalam formulasi ini adalah gelas ukur, gelas beker, mortir dan stamper, timbangan analitik, magnetik strier, spatula dan sendok penyu. 1.2. BahanBahan yang digunakan dalam formulasi ini adalah Kawat perak (Ag) 99,99% (PT. Antam TBK), Kawat Platina (Pt) (PT. Antam TBK). Cera alba (Brataco), ethy vitamin C (CHEMLAND Co., Ltd.), KCl 0,1 M (Merck), KH2PO4 0,2 M (Brataco), sodium tetraborat (Brataco), parafin liquidum (CV Quadrant), propylene glicol (Bratachem), and NaOH 0,2 N (Brataco).

2. Formula BahanPenimbangan

Ethyl vitamin C 1000 mg

Cera alba 1600 mg

Parafin liquidum5000 mg

Sodium tetraborat 800 mg

Propilene glycol 6000 mg

Aquades Ad 100 mL

Tabel 2. Formula yang Diajukan

3. Cara Pembuatan3.1. Preparasi Etil Vitamin C creamFase air (Sodium tetraborat, ethyl vitamin C, and propylene glicol) dan fase minyak (liquid paraffin oil dan cera alba dicampur pada suhu 70 C) dicampur secara hati-hati hingga didapat massa bentuk krim dan homogen.3.2. Preparasi elektrodaKonduksi iontophoresis menggunakan perak/elektroda perak klorida. Elektroda perak klorida disiapkan mengikuti : kawat perak (diameter 0,1 cm ; panjang 3.1 cm ) dicelupkan dalam larutan 0.1 N HCl dan dihubungkan ke anoda pada keadaan amperostatic (1 mA) dan waktu elektrolisis 6 jam dengan 0,1 M KCl.

3.3. Preparasi IontophoresisAlat iontophoresis yang baru dirancang di penelitian ini, bekerja sama dengan Biomedis Laboratorium Teknik, Sekolah Teknik Elektro Teknik dan Informatika, Institut Teknologi Kota Bandung. Serial ini ditetapkan untuk menghasilkan konstankerapatan arus 0,5 mA / m2. Amperemeter yang digunakan untuk kalibrasi arus konstan sebelum percobaan dilaksanakan.

Gambar 5. Diagram Iontophoresis Arus Konstan

DAFTAR PUSTAKA

1. Wasitaatmadja SM. Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta : UI Press ; 1997. hal. 197-9.

2. Brown A. What is exfoliation?. Diambil dari http:// spas.about.com/od/spatreatmentbasics/a/exfoliation. htm. Diakses tanggal 4 April 2015.

3. Goldfaden. Exfoliation restores a youthful appearance. 2006. Diambil dari http://www.cosmesisskincare.com/skin.html. Diakses tanggal 4 April 2015.

4. Lee Z, Beom ENB-VCE. 3-O-ethyl ascorbyl ether. Korea: CHEMLAND Co. Ltd; 2006.

5. Yang, J.H.. Efficient Transdermal Penetration and Improved Stability of L-Ascorbic Acid Encapsulated in an Inorganic Nanocapsule. Bull Korean Chem. Soc. 2003, 24(4): 499.

6. Ansel HC.,Pengantar bentuk sediaan farmasi. Edisi ke-4. Jakarta: UI-Press; 1989. hal. 45-8, 390-1, 490-4.

7. Machlin, L. J. Handbook of Vitamins, 2nd Ed.; Marcel Dekker, Inc.: 1991.

8. Karande P., Jain A., Mitragotri S., Multicomponent Formulation of Chemical Penetration Enhancer, in : Dermatologic, Cosmeceutic, and Cosmetic Development Therapeutic and Novel Approaches.Walter,K,A., Roberts,M.S., USA: Informa Healthcare USA, Inc. 2008. 505

9. Trommer, H., Neubert, R. H. H. Overcoming the stratum corneum: the modulation of skin penetration. A review. Skin Pharmacology and Physiology. 2006.19, 106-121.

10. Wathoni, Nasrul et al. Effect of iontophoresis and propylene glycol on the in vitro diffusion of ethyl vitamin c cream. Int. Res J Pharm. App Sci., 2012; 2(4): 31-34.

11. Trianasari, N.. Effect of Propylene Glicol Variation on the in vitro Diffusion of ethyl vitamin C Cream. Theses. Jatinangor: Faculty of Pharmacy Universitas Padjadjaran. 2009

12. Bounoure, F., Skiba, M.L., Besnard, M., Arnaud, P., Mallet, E., and M. Skiba.. Effect of Iontophoresis and Penetration Enhancers on Transdermal Absorption of Metopimazine. Journal of Dermatologic Science. 2008, 52. 170-177.

13. Patel RP and Baria AH: Formulation and evaluation considerations of transdermal drug delivery system. International Journal of Pharmaceutical Research 2011; 3: 1-9.

14. Vinod KR, Sarvani P, Banji D and Teja BB: Transdermal drug delivery systemover coming challenges of popular drug delivery system. International Journal of Pharma World Research 2010; 1: 1-14.

15. Patel, harunusman et al. TRANSDERMAL DRUG DELIVERY SYSTEM AS PROMINENT DOSAGE FORMS FOR THE HIGHLY LIPOPHILIC DRUGS. IJPRBS, 2012; Volume 1 (3) : 42-65

16. Sharma N, Agarwal G, Rana AC, Bhat Z and Kumar D: A Review: Transdermal drug delivery system: A tool for novel drug delivery system. International Journal of Drug Development and Research 2011; 3: 70-84.

17. Otberg, N., Patzelt, A., Rasulev, U., Hagemeister, T., Linscheid, M. Sinkgraven, R., Sterry, W. and Lademann, J. The role of hair follicles in the percutaneous absorption of caffeine. British Journal of Clinical Pharmacology. 2008. 65, 488-492.

18. Jadhav JK and Sreenivas SA: Development, characterization and pharmacotechnical evaluation of transdermal drug delivery system: A review. International Journal of Drug Formulation Research 2011; 2: 71-92.

19. Patel D, Patel N, Parmar M and Kaur N: Transdermal drug delivery system: Review. International Journal of Biopharm and Toxicological Research 2011; 1: 61- 80.

20. Saroha, Kamal et al\. TRANSDERMAL PATCH: A DISCRETE DOSAGE FORM. Int J Curr Pharm Res. 2011 Vol 3, Issue 3, 98108.

21. Parivesh S, Dwivedi Sumeet , Dwivedi Abhishek.. Design, Evaluation, Parameters and arketed Products of transdermal patches: A Review. Journal of Pharmacy Research 2010: 3 (2) :235-240.

22. Guy RH, KaliaYN, Delgado-Charro MB, Merino V, Lopez A, Marro D. Iontophoresis: electro repulsion and electroosmosis. J control release. 2000; 64:129-132.

23. Bhowmik, debjit et al. Recent Trends in Dermal and Transdermal Drug Delivery Systems: Current and Future Prospects. THE PHARMA INNOVATION JOURNAL. 2013. Vol. 2 No. 6. Hal 1-6.

24. Su S. 2005. Ethyl ascorbic acid. Diambil dari http://www. infochems.com/market/general_content.asp?idx=4506&ctype=sell&ltype=list&list=all&inx=E&search_option=n&search_keyword=n&lorder=regi_date&page=1. Diakses tanggal 4 April 2015.

25. Depkes RI. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 1995.

26. Rowe RC, Paul JS, dan Paul JW. Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th. USA : Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association. 2009.

27. Depkes RI. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 1979.