Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis
-
Upload
dannisa-ixora -
Category
Documents
-
view
22 -
download
0
description
Transcript of Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis
JUDUL (ditulis dengan huruf kapital kecuali nama latin)Nama, NPM ( tidak Kapital dan tidak di bold )
ABSTRAK(maksimal 200 kata, spasi 1 pt tidak italic)
Kata kunci : (italic)
Selain abstrak (Pendahuluan sampai Daftar Pustaka) spasi 1,5 pt
PENDAHULUAN(tujuan dijelaskan dalam bentuk paragraf deskriptif)
METODOLOGIBerisi:-Alat dan Bahan dijelaskan dalam bentuk paragraf deskriptif-Prosedur dibuat bagan alir dengan kalimat pasif (tidak perlu diberi sub judul)
HASIL DAN PEMBAHASANBerisi:-Tabel (berupa tabel hasil pengamatan kelompok dan lab)-Pembahasan (pembahasan kelompok, bandingkan dengan kelompok lain dengan sampel yang sama namun perlakuan berbeda)(tidak perlu diberi sub judul)
KESIMPULAN(dalam bentuk paragraf, bukan per poin)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
*jika ada gambar spasi gambar dan sumber 1 pt*ABSTRAK dibuat dalam 1 paragraf* Setelah ABSTRAK dilanjutkan Pendahuluan dalam halaman yang sama
HIDROLISIS PATI ENZIMATIS
Dannisa Ixora, 230210130093
ABSTRAK
Hidrolisis adalah pemecahan molekul air menjadi H+ dan OH-. Hidrolisis dapat memecah polimer menjadi monomer. Pati dapat dihidrolisis dengan bantuan enzim α-amilase. Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pati, sebagai polisakarida, merupakan polimer dari 1-4- α-glukosa. Untuk menentukan konsentrasi glukosa dari sampel yang dihidrolisis perlu dibuat kurva standar glukosa. Kurva standar tersebut menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya. Kurva standar glukosa ditentukan berdasarkan beberapa larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda. Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, didapat persamaan Y= a + bX yang dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi glukosa pada sampel.
Kata kunci: enzim amylase, glukosa, hidrolisis, kurva standar, larutan standar
PENDAHULUAN
Karbohidrat adalah senyawa makromolekul yang berperan sebagai sumber energi
utama bagi tubuh. Karbohidrat menyumbangkan energi sebesar 4 kkal/gram. Karbohidrat
tersusun dari atom C, H, dan O. Oleh karena itu, karbohidrat merupakan senyawa organik
karena memiliki atom C. Berdasarkan jumlah unit gula, karbohidrat dikelompokkan menjadi
monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida, hanya tersusun oleh 1 unit gula dan
tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lain. Contoh monosakarida adalah glukosa,
galaktosa, dan fruktosa. Disakarida adalah kelompok karbohidrat yang tersusun dari dua
molekul monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosidik. Contoh disakarida adalah
sukrosa, maltose, dan laktosa. Polisakarida merupakan karbohidrat paling kompleks karena
tersusun dari beberapa ratus hingga ribu monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan
glikosidik. Polisakarida harus dihidrolisis terlebih dahulu agar dapat diserap tubuh. Contoh
polisakarida adalah pati, glikogen, selulosa, dan kitin.
Pati merupakan salah satu jenis karbohidrat polisakarida yang berfungsi sebagai
cadangan makanan. Pati tidak larut dalam air, tidak berbau, dan tawar. Pati tersusun atas
amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki struktur lurus dan tersusun dari monomer
glukosa, setiap monomer dihubungkan oleh ikatan 1,6 glikosidik. Amilosa bereaksi dengan
iodin menghasilkan warna ungu. Amilopektin memiliki struktur bercabang dan tersusun dari
monomer α-glukosa. Amilopektin memiliki struktur yang mirip dengan glikogen. Pada
glikogen percabangannya lebih rapat. Amilopektin tidak bereaksi dengan iodin. Pati
merupakan karbohidrat yang kompleks sehingga untuk diserap tubuh perlu dipecah menjadi
senyawa yang lebih sederhana.
Hidrolisis adalah reaksi pemecahan molekul air menjadi H+ dan OH-. Proses ini dapat
memecah polimer menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Jenis-jenis hidrolisis
antara lain hidrolisis garam, hidrolisis polisakarida, hidrolisis ester dan amida, hidrolisis
ATP, dan hidrolisis ion logam dalam air.
Hidrolisis pati enzimatis merupakan pemecahan pati menjadi glukosa dengan bantuan
enzim α-amilase menghasilkan 1-4- α-glukosa Sebelum diubah menjadi glukosa, pati
terlebih dahulu diubah menjadi dekstrin. Dekstrin memiliki struktur yang lebih sederhana
dibandingkan pati tetapi memiliki sifat relatif sama. Hidrolisis pati secara lengkap
menghasilkan glukosa sebagai produk akhir.
Enzim α-amilase adalah enzim yang dapat membantu proses hidrolisis pati enzimatis.
Enzim ini bekerja aktif pada suhu kisaran 25-95oC. Aktivator enzim ini dapat berupa ion
kalsium dan klorida. Enzim α-amilase memotong ikatan glikosidik α 1,4 pada pati sehingga
terbentuk molekul-molekul karbohidrat yang lebih sederhana.
Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pati, sebagai polisakarida,
merupakan polimer dari 1-4- α-glukosa. Prinsip dari praktikum ini adalah pemecahan pati
menjadi monomernya, yaitu 1-4- α-glukosa dengan bantuan enzim α-amilase.
METODOLOGI
Alat yang digunakan pada praktikum adalah hot plate, incubator, gelas kimia, gelas
ukur, pipet tetes, spektrofotometer, tabung reaksi, dan spatula. Hot pate berfungsi untuk
memanaskan sampel agar pati larut dengan air dan agar aktivitas enzim amylase berhenti,
incubator berfungsi untuk memberikan perlakuan suhu optimal pada sampel agar kerja enzim
optimal, gelas kimia berfungsi sebagai wadah penampung sampel, gelas ukur berfungsi untuk
mengukur volume sampel, pipet tetes berfungsi untuk meneteskan cairan (iodin dan enzim
amylase) pada sampel, spektrofotometer berfungsi untuk mengukur absorbansi sampel,
tabung reaksi sebagai tempat mereaksikan sampel, dan spatula berfungsi untuk mengambil
padatan.
Bahan yang digunakan adalah aquades, enzim amylase, glukosa, reagen iodine, tepung
aci, tepung beras, tepung maizena, dan tepung terigu. Aquades berfungsi sebagai pelarut,
enzim amylase berfungsi untuk menghidrolisis pati secara enzimatis, glukosa berfungsi untuk
pembuatan larutan standar, reagen iodine berfungsi untuk menguji amilosa pada pati, tepung
aci, tepung beras, tepung maizena, dan tepung terigu berfungsi sebagai sampel.
a. Penyiapan larutan pati 0,2 %
b. Penyiapan larutan standar glukosa
c. Pembuatan kurva standar
d. Pengujian aktivitas amilase
Pati ditimbang sebanyak 0,2 g
Pati dimasukkan ke gelas kimia lalu ditambahkan 10 ml aquades
Sampel dipanaskan perlahan hingga mendidih selama 15 menit, lalu didinginkan pada suhu ruang sambil terus diaduk
Pati dipisahkan, 0,1 ml untuk tabung 1 dan 2, 0,25 ml untuk tabung 3 dan 4
Glukosa ditimbang sebanyak 0,5 g
Glukosa dituangkan ke dalam labu ukur lalu ditambahkan akuades sampai volume tepat 10 ml
Dibuat pengenceran glukosa dengan konsentrasi 100 ppm pada tabung 1; 1000 ppm pada tabung 2; 10000 ppm pada tabung 3; 100000 ppm pada tabung 4. Digunakan rumus pengenceran
Nilai absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometer panjang gelombang 600 m
0,1 ml enzim amylase ditambahkan pada pati tabung 1 dan 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok Sampel Tabung 1 (6 tetes) Tabung 2 (10 tetes) Absorbansi
1 Glukosa
Tabung 1: 0,131 (100 ppm)
Tabung 2: 0,156 (100 ppm)
Tabung 3: 0,176 (100.000 ppm)
2Tepung Beras
Setelah penambahan iodine, warna menjadi hitam keunguan, tidak berbau.
Setelah penambahan amilase tidak terjadi perubahan warna, terdapat bau amilase.
Setelah inkubasi, cairan berubah menjadi berwarna hijau kehitaman dan terdapat endapan hitam setelah dipanasi, warnanya memudar
Setelah penambahan iodine, warna menjadi hitam keunguan, tidak berbau.
Setelah penambahan amilase tidak terjadi perubahan warna, terdapat bau amilase.
Setelah inkubasi cairan berubah menjadi warna hijau kehitaman dan terdapat endapan hitam setelah dipanasi, warnanya memudar.
Tabung 1 (4 ml) :0,139
Tabung 2 (5 ml) : 0,141
0,2 ml enzim amylase ditambahkan pada tabung 2 dan 4
Sampel diinkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit
Iodine ditambahkan sebanyak 2 tetes
Sampel dipanaskan pada suhu mendidih selama 5 menit
Sampel diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer panjang gelombang 600 nm
3Tepung
Aci
Setelah penambahan iodin warna menjadi hitam pekat. Tidak terjadi perubahan warna setelah penambahan amilase.
Setelah inkubasi terdapat 2 fase warna yaitu cokelat dan bening.
Setelah pemanasan pada bagian atas warnanya bening kecoklatan, di bagian bawah terdapat endapan cokelat
Setelah penambahan iodin warna menjadi biru pekat. Tidak terdapat perubahan warna setelah penambahan amilase.
Setelah inkubasi terdapat 2 fase warna, pada bagian atas biru keunguan dan bening, di bagian bawa cairan lebih pekat dan terdapat endapan.
Setelah pemanasan pada bagian atas cairan bening di bagian bawah terdapat endapan biru.
Tabung 1 (4ml): 1,397
Tabung 2 (5 ml): 1,197
4Tepung Maizena
Setelah penambahan iodin warna berubah menjadi biru pekat, tidak terjadi perubahan warna saat penambahan amilase.
Setelah inkubasi warna berubah menjadi kuning kecoklatan dan terdapat endapan biru pekat.
Warna cairan memudar setelah dilakukan pemanasan
Setelah penambahan iodin warna berubah menjadi biru pekat, tidak terjadi perubahan warna saat penambahan amilase.
Setelah inkubasi terdapat 3 gradasi warna pada cairan yaitu abu-ungu-cokelat, terdapat endapan biru pekat.
Setelah pemanasan gradasi warna menjadi bening-kuning dan terdapat endapan biru pekat.
Tabung 1: 0,434
Tabung 2: 0,643
Tabel 1. Hasil Pengamatan Percobaan Hidrolisis Pati Enzimatis
Tabel di atas menunjukkan hasil pengamatan praktikum hidrolisis pati enzimatis. Pada
percobaan tersebut dilakukan pembuatan larutan standar glukosa dan pengujian aktivitas
enzim amylase pada sampel yang berbeda.
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan larutan standar glukosa. Larutan standar
adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan standar berfungsi untuk analisis
volumetrik. Selain pembuatan larutan standar glukosa, pembuatan kurva standar juga
dilakukan. Kurva standar adalah kurva yang dibuat dari sederetan larutan standar yang masih
dalam batas linieritas sehingga dapat diregresilinierkan. Fungsi kurva standar adalah untuk
mengetahui konsentrasi larutan hasil pengukuran. Kurva standar menunjukkan hubungan
antara konsentrasi larutan (sumbu x) dan nilai absorbansi larutan (sumbu y).
Pembuatan larutan standar glukosa dilakukan dengan cara membuat larutan glukosa
dengan konsentrasi 100000 ppm dalam 10 ml. Larutan tersebut kemudian diencerkan menjadi
10000 ppm dalam 10 mL, 1000 ppm dalam 10 ml, dan 100 ppm dalam 10 mL.
1. Penghitungan Pengenceran dari 100000 ppm menjadi 10000 ppm dalam 10 mL
N1.V1 = N2.V2
100000 x V1 = 10000 x 10
V1 = 1 mL
Jadi, diambil 1 ml dari larutan 100000 ppm, kemudian ditambah 9 ml aquades
sehingga volume larutan menjadi 10 ml.
2. Penghitungan pengenceran dari 10000 ppm menjadi 1000 ppm dalam 10 mL
N1.V1 = N2.V2
10000 x V1 = 1000 x 10
V1 = 1 mL
Jadi, diambil 1 ml dari larutan 10000 ppm, kemudian ditambah 9 ml aquades
sehingga volume larutan menjadi 10 ml.
3. Penghitungan pengenceran dari 1000 ppm menjadi 100 ppm dalam 10 mL
N1.V1 = N2.V2
1000 x V1 = 100 x 10
V1 = 1 mL
Jadi, diambil 1 ml dari larutan 1000 ppm, kemudian ditambah 9 ml aquades
sehingga volume larutan menjadi 10 ml.
Keempat larutan standar dengan konsentrasi berbeda tersebut diukur nilai
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. Diperoleh nilai absorbansi sebagai
berikut :
1. Konsentrasi 100 ppm = 0,131
2. Konsentrasi 1000 ppm = 0,156
3. Konsentrasi 10000 ppm = 0,129
4. Konsentrasi 100000 ppm = 0,176
Konsentrasi berbanding lurus dengan nilai absorbansi. Semakin tinggi konsentrasi
maka nilai absorbansinya semakin tinggi. Pada larutan konsentrasi 10000 ppm, nilai
absorbansinya lebih kecil dibandingkan dengan larutan standar konsentrasi 1000 ppm.
Kesalahan dapat berasal dari alat dan praktikan yang kurang cermat atau ketika penggunaan
spektrofotometer praktikan tidak menghadapkan kuvet ke sumber cahaya sehingga cahaya
yang dilewatkan hanya sedikit. Pada akhirnya larutan konsentrasi 10000 ppm tidak
dicantumkan dalam pembuatan kurva standar.
No X ( Konsentrasi)Y
(Absorbansi) XY X2
1 0.0001 0.1310.000013
10.0000000
12 0.001 0.156 0.000156 0.0000013 0.1 0.176 0.0176 0.01
Jumlah 0.1011 0.4630.017769
10.0100010
1Tabel 2. Tabel Larutan Standar Glukosa
a = ∑ (¿ x2)∑ y−∑ x∑ xy
n∑x
2−¿¿¿
a = (0.01000101)(0.463)−(0.1011)(0.0177691)
3 (0.01000101 )−(0.1011)(0.1011)
a = 0.002834012 / 0.01978182 = 0.143263442
b = n∑ xy−∑ x∑ y
n∑x
2−¿¿
b = 3 (0.0177691 )−(0.1011)(0.463)
3 (0.01000101 )−(0.1011)(0.1011)
b = 0.006498 / 0.01978182 = 0.328483426
Y = a + bx sehingga Y = 0.1433 + 0.3285x
Persamaan di atas dapat digunakan untuk menentukan kurva standar.
Grafik 1. Kurva Standar Glukosa
Kurva di atas merupakan hasil dari persamaan Y = 0,143 + 0,33X. Nilai R2 dari grafik
di atas adalah 0,6998. R2 merupakan koefisien korelasi yang menggambarkan hubungan dari
variable sumbu X dan sumbu Y. Nilai koefisien korelasi grafik di atas menunjukkan bahwa
korelasi antara variable sumbu X dan sumbu Y kuat. Variabel sumbu X, yaitu konsentrasi
larutan, berhubungan kuat dengan variable sumbu Y yaitu nilai absorbansi.
Persamaan Y = 0,143 + 0,33X dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi
glukosa dalam sampel.
Y = Nilai Absorbansi
X = Konsentrasi glukosa (g/ml)
Perhitungan konsentrasi glukosa pada sampel adalah sebagai berikut
Kelompok SampelKonsentrasi Glukosa
tabung 1 tabung 2
2 Tepung beras -0.012 -0.006
3 Tepung aci 3,8 3,194
4 Tepung maizena 0.881 1.515Tabel 3. Perhitungan konsentrasi glukosa pada sampel
Tabel di atas menunjukkan hasil perhitungan konsentrasi glukosa pada sampel.
Sampel dengan konsentrasi glukosa terbanyak adalah tepung aci, kedua terbanyak adalah
tepung maizena. Terdapat kejanggalan pada konsentrasi glukosa tepung aci yang bernilai
negatif. Kesalahan dapat terjadi ketika sampel tepung beras diukur nilai absorbansinya, ketika
penggunaan spektrofotometer praktikan tidak menghadapkan kuvet ke sumber cahaya
sehingga cahaya yang dilewatkan hanya sedikit sehingga nilai absorbansi yang dimasukkan
ke persamaan salah, menghasilkan konsentrasi larutan yang salah pula.
0.0001 0.001 0.01 0.10.1
0.12
0.14
0.16
0.18
0.2
f(x) = 0.328483425690862 x + 0.143263441887551R² = 0.699831245947285
Kurva Standar Glukosa
AbsorbanLinear (Absorban)Linear (Absorban)Linear (Absorban)
Konsentrasi
Absorbansi
Pada sampel tepung aci an maizena, dapat disimpulkan bahwa hidrolisis pati
enzimatis terjadi karena ada nilai konsentrasi glukosa. Pada sampel tepung beras tidak dapat
dianalisis apakah hidrolisis terjadi atau tidak.
KESIMPULAN
Hidrolisis pati secara enzimatis dibantu oleh enzim amilase. Untuk mengetahui
konsentrasi glukosa pada sampel perlu dibuat beberapa larutan standar glukosa dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan standar berfungsi untuk analisis volumetrik. Setelah dibuat larutan standar,
kurva standar glukosa dapat ditentukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Kurva
standar adalah kurva yang dibuat dari sederetan larutan standar yang masih dalam batas
linieritas sehingga dapat diregresilinierkan. Fungsi kurva standar adalah untuk mengetahui
konsentrasi larutan hasil pengukuran. Kurva standar menunjukkan hubungan antara
konsentrasi larutan (sumbu x) dan nilai absorbansi larutan (sumbu y). Nilai R2 yang didapat
dari kurva adalah 0,6998, menunjukkan korelasi antara konsentrasi larutan (variable sumbu
x) dan nilai absorbansi (variable sumbu y) kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Eliasson, Anne-Charlotte. 2004. Starch in food: Structure, function and applications.
Woodhead Publishing.
Kurniawan, M. H. 2011. Hidrolisis Enzimatis. Jatinangor : Universitas Padjadjaran
Rindit, Pambaylun, dkk. 1998. Laporan Penelitian : Mempelajari Hidrolisis Pati
Gadung (Dioscoreahispida Dernst) dengan Enzim α-amilase dan Gluko amilase untuk
Pembuatan Sirup Glukosa. Fakultas Pertanian UNSRI. Palembang.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pembuatan Larutan Standar Glukosa