Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

16
JUDUL (ditulis dengan huruf kapital kecuali nama latin) Nama, NPM ( tidak Kapital dan tidak di bold ) ABSTRAK (maksimal 200 kata, spasi 1 pt tidak italic) Kata kunci : (italic) Selain abstrak (Pendahuluan sampai Daftar Pustaka) spasi 1,5 pt PENDAHULUAN (tujuan dijelaskan dalam bentuk paragraf deskriptif) METODOLOGI Berisi: -Alat dan Bahan dijelaskan dalam bentuk paragraf deskriptif -Prosedur dibuat bagan alir dengan kalimat pasif (tidak perlu diberi sub judul) HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi: -Tabel (berupa tabel hasil pengamatan kelompok dan lab) -Pembahasan (pembahasan kelompok, bandingkan dengan kelompok lain dengan sampel yang sama namun perlakuan berbeda) (tidak perlu diberi sub judul) KESIMPULAN (dalam bentuk paragraf, bukan per poin)

description

Lapak Biokim

Transcript of Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

Page 1: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

JUDUL (ditulis dengan huruf kapital kecuali nama latin)Nama, NPM ( tidak Kapital dan tidak di bold )

ABSTRAK(maksimal 200 kata, spasi 1 pt tidak italic)

Kata kunci : (italic)

Selain abstrak (Pendahuluan sampai Daftar Pustaka) spasi 1,5 pt

PENDAHULUAN(tujuan dijelaskan dalam bentuk paragraf deskriptif)

METODOLOGIBerisi:-Alat dan Bahan dijelaskan dalam bentuk paragraf deskriptif-Prosedur dibuat bagan alir dengan kalimat pasif (tidak perlu diberi sub judul)

HASIL DAN PEMBAHASANBerisi:-Tabel (berupa tabel hasil pengamatan kelompok dan lab)-Pembahasan (pembahasan kelompok, bandingkan dengan kelompok lain dengan sampel yang sama namun perlakuan berbeda)(tidak perlu diberi sub judul)

KESIMPULAN(dalam bentuk paragraf, bukan per poin)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

*jika ada gambar spasi gambar dan sumber 1 pt*ABSTRAK dibuat dalam 1 paragraf* Setelah ABSTRAK dilanjutkan Pendahuluan dalam halaman yang sama

Page 2: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

HIDROLISIS PATI ENZIMATIS

Dannisa Ixora, 230210130093

ABSTRAK

Hidrolisis adalah pemecahan molekul air menjadi H+ dan OH-. Hidrolisis dapat memecah polimer menjadi monomer. Pati dapat dihidrolisis dengan bantuan enzim α-amilase. Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pati, sebagai polisakarida, merupakan polimer dari 1-4- α-glukosa. Untuk menentukan konsentrasi glukosa dari sampel yang dihidrolisis perlu dibuat kurva standar glukosa. Kurva standar tersebut menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya. Kurva standar glukosa ditentukan berdasarkan beberapa larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda. Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, didapat persamaan Y= a + bX yang dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi glukosa pada sampel.

Kata kunci: enzim amylase, glukosa, hidrolisis, kurva standar, larutan standar

PENDAHULUAN

Karbohidrat adalah senyawa makromolekul yang berperan sebagai sumber energi

utama bagi tubuh. Karbohidrat menyumbangkan energi sebesar 4 kkal/gram. Karbohidrat

tersusun dari atom C, H, dan O. Oleh karena itu, karbohidrat merupakan senyawa organik

karena memiliki atom C. Berdasarkan jumlah unit gula, karbohidrat dikelompokkan menjadi

monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida.

Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida, hanya tersusun oleh 1 unit gula dan

tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lain. Contoh monosakarida adalah glukosa,

galaktosa, dan fruktosa. Disakarida adalah kelompok karbohidrat yang tersusun dari dua

molekul monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosidik. Contoh disakarida adalah

sukrosa, maltose, dan laktosa. Polisakarida merupakan karbohidrat paling kompleks karena

tersusun dari beberapa ratus hingga ribu monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan

glikosidik. Polisakarida harus dihidrolisis terlebih dahulu agar dapat diserap tubuh. Contoh

polisakarida adalah pati, glikogen, selulosa, dan kitin.

Pati merupakan salah satu jenis karbohidrat polisakarida yang berfungsi sebagai

cadangan makanan. Pati tidak larut dalam air, tidak berbau, dan tawar. Pati tersusun atas

amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki struktur lurus dan tersusun dari monomer

glukosa, setiap monomer dihubungkan oleh ikatan 1,6 glikosidik. Amilosa bereaksi dengan

iodin menghasilkan warna ungu. Amilopektin memiliki struktur bercabang dan tersusun dari

monomer α-glukosa. Amilopektin memiliki struktur yang mirip dengan glikogen. Pada

Page 3: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

glikogen percabangannya lebih rapat. Amilopektin tidak bereaksi dengan iodin. Pati

merupakan karbohidrat yang kompleks sehingga untuk diserap tubuh perlu dipecah menjadi

senyawa yang lebih sederhana.

Hidrolisis adalah reaksi pemecahan molekul air menjadi H+ dan OH-. Proses ini dapat

memecah polimer menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Jenis-jenis hidrolisis

antara lain hidrolisis garam, hidrolisis polisakarida, hidrolisis ester dan amida, hidrolisis

ATP, dan hidrolisis ion logam dalam air.

Hidrolisis pati enzimatis merupakan pemecahan pati menjadi glukosa dengan bantuan

enzim α-amilase menghasilkan 1-4- α-glukosa Sebelum diubah menjadi glukosa, pati

terlebih dahulu diubah menjadi dekstrin. Dekstrin memiliki struktur yang lebih sederhana

dibandingkan pati tetapi memiliki sifat relatif sama. Hidrolisis pati secara lengkap

menghasilkan glukosa sebagai produk akhir.

Enzim α-amilase adalah enzim yang dapat membantu proses hidrolisis pati enzimatis.

Enzim ini bekerja aktif pada suhu kisaran 25-95oC. Aktivator enzim ini dapat berupa ion

kalsium dan klorida. Enzim α-amilase memotong ikatan glikosidik α 1,4 pada pati sehingga

terbentuk molekul-molekul karbohidrat yang lebih sederhana.

Praktikum ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pati, sebagai polisakarida,

merupakan polimer dari 1-4- α-glukosa. Prinsip dari praktikum ini adalah pemecahan pati

menjadi monomernya, yaitu 1-4- α-glukosa dengan bantuan enzim α-amilase.

METODOLOGI

Alat yang digunakan pada praktikum adalah hot plate, incubator, gelas kimia, gelas

ukur, pipet tetes, spektrofotometer, tabung reaksi, dan spatula. Hot pate berfungsi untuk

memanaskan sampel agar pati larut dengan air dan agar aktivitas enzim amylase berhenti,

incubator berfungsi untuk memberikan perlakuan suhu optimal pada sampel agar kerja enzim

optimal, gelas kimia berfungsi sebagai wadah penampung sampel, gelas ukur berfungsi untuk

mengukur volume sampel, pipet tetes berfungsi untuk meneteskan cairan (iodin dan enzim

amylase) pada sampel, spektrofotometer berfungsi untuk mengukur absorbansi sampel,

tabung reaksi sebagai tempat mereaksikan sampel, dan spatula berfungsi untuk mengambil

padatan.

Bahan yang digunakan adalah aquades, enzim amylase, glukosa, reagen iodine, tepung

aci, tepung beras, tepung maizena, dan tepung terigu. Aquades berfungsi sebagai pelarut,

enzim amylase berfungsi untuk menghidrolisis pati secara enzimatis, glukosa berfungsi untuk

Page 4: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

pembuatan larutan standar, reagen iodine berfungsi untuk menguji amilosa pada pati, tepung

aci, tepung beras, tepung maizena, dan tepung terigu berfungsi sebagai sampel.

a. Penyiapan larutan pati 0,2 %

b. Penyiapan larutan standar glukosa

c. Pembuatan kurva standar

d. Pengujian aktivitas amilase

Pati ditimbang sebanyak 0,2 g

Pati dimasukkan ke gelas kimia lalu ditambahkan 10 ml aquades

Sampel dipanaskan perlahan hingga mendidih selama 15 menit, lalu didinginkan pada suhu ruang sambil terus diaduk

Pati dipisahkan, 0,1 ml untuk tabung 1 dan 2, 0,25 ml untuk tabung 3 dan 4

Glukosa ditimbang sebanyak 0,5 g

Glukosa dituangkan ke dalam labu ukur lalu ditambahkan akuades sampai volume tepat 10 ml

Dibuat pengenceran glukosa dengan konsentrasi 100 ppm pada tabung 1; 1000 ppm pada tabung 2; 10000 ppm pada tabung 3; 100000 ppm pada tabung 4. Digunakan rumus pengenceran

Nilai absorbansi diukur dengan menggunakan spektrofotometer panjang gelombang 600 m

0,1 ml enzim amylase ditambahkan pada pati tabung 1 dan 3

Page 5: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelompok Sampel Tabung 1 (6 tetes) Tabung 2 (10 tetes) Absorbansi

1 Glukosa

Tabung 1: 0,131 (100 ppm)

Tabung 2: 0,156 (100 ppm)

Tabung 3: 0,176 (100.000 ppm)

2Tepung Beras

Setelah penambahan iodine, warna menjadi hitam keunguan, tidak berbau.

Setelah penambahan amilase tidak terjadi perubahan warna, terdapat bau amilase.

Setelah inkubasi, cairan berubah menjadi berwarna hijau kehitaman dan terdapat endapan hitam setelah dipanasi, warnanya memudar

Setelah penambahan iodine, warna menjadi hitam keunguan, tidak berbau.

Setelah penambahan amilase tidak terjadi perubahan warna, terdapat bau amilase.

Setelah inkubasi cairan berubah menjadi warna hijau kehitaman dan terdapat endapan hitam setelah dipanasi, warnanya memudar.

Tabung 1 (4 ml) :0,139

Tabung 2 (5 ml) : 0,141

0,2 ml enzim amylase ditambahkan pada tabung 2 dan 4

Sampel diinkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit

Iodine ditambahkan sebanyak 2 tetes

Sampel dipanaskan pada suhu mendidih selama 5 menit

Sampel diukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer panjang gelombang 600 nm

Page 6: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

3Tepung

Aci

Setelah penambahan iodin warna menjadi hitam pekat. Tidak terjadi perubahan warna setelah penambahan amilase.

Setelah inkubasi terdapat 2 fase warna yaitu cokelat dan bening.

Setelah pemanasan pada bagian atas warnanya bening kecoklatan, di bagian bawah terdapat endapan cokelat

Setelah penambahan iodin warna menjadi biru pekat. Tidak terdapat perubahan warna setelah penambahan amilase.

Setelah inkubasi terdapat 2 fase warna, pada bagian atas biru keunguan dan bening, di bagian bawa cairan lebih pekat dan terdapat endapan.

Setelah pemanasan pada bagian atas cairan bening di bagian bawah terdapat endapan biru.

Tabung 1 (4ml): 1,397

Tabung 2 (5 ml): 1,197

4Tepung Maizena

Setelah penambahan iodin warna berubah menjadi biru pekat, tidak terjadi perubahan warna saat penambahan amilase.

Setelah inkubasi warna berubah menjadi kuning kecoklatan dan terdapat endapan biru pekat.

Warna cairan memudar setelah dilakukan pemanasan

Setelah penambahan iodin warna berubah menjadi biru pekat, tidak terjadi perubahan warna saat penambahan amilase.

Setelah inkubasi terdapat 3 gradasi warna pada cairan yaitu abu-ungu-cokelat, terdapat endapan biru pekat.

Setelah pemanasan gradasi warna menjadi bening-kuning dan terdapat endapan biru pekat.

Tabung 1: 0,434

Tabung 2: 0,643

Tabel 1. Hasil Pengamatan Percobaan Hidrolisis Pati Enzimatis

Tabel di atas menunjukkan hasil pengamatan praktikum hidrolisis pati enzimatis. Pada

percobaan tersebut dilakukan pembuatan larutan standar glukosa dan pengujian aktivitas

enzim amylase pada sampel yang berbeda.

Pada praktikum ini dilakukan pembuatan larutan standar glukosa. Larutan standar

adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan standar berfungsi untuk analisis

volumetrik. Selain pembuatan larutan standar glukosa, pembuatan kurva standar juga

dilakukan. Kurva standar adalah kurva yang dibuat dari sederetan larutan standar yang masih

dalam batas linieritas sehingga dapat diregresilinierkan. Fungsi kurva standar adalah untuk

Page 7: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

mengetahui konsentrasi larutan hasil pengukuran. Kurva standar menunjukkan hubungan

antara konsentrasi larutan (sumbu x) dan nilai absorbansi larutan (sumbu y).

Pembuatan larutan standar glukosa dilakukan dengan cara membuat larutan glukosa

dengan konsentrasi 100000 ppm dalam 10 ml. Larutan tersebut kemudian diencerkan menjadi

10000 ppm dalam 10 mL, 1000 ppm dalam 10 ml, dan 100 ppm dalam 10 mL.

1. Penghitungan Pengenceran dari 100000 ppm menjadi 10000 ppm dalam 10 mL

N1.V1 = N2.V2

100000 x V1 = 10000 x 10

V1 = 1 mL

Jadi, diambil 1 ml dari larutan 100000 ppm, kemudian ditambah 9 ml aquades

sehingga volume larutan menjadi 10 ml.

2. Penghitungan pengenceran dari 10000 ppm menjadi 1000 ppm dalam 10 mL

N1.V1 = N2.V2

10000 x V1 = 1000 x 10

V1 = 1 mL

Jadi, diambil 1 ml dari larutan 10000 ppm, kemudian ditambah 9 ml aquades

sehingga volume larutan menjadi 10 ml.

3. Penghitungan pengenceran dari 1000 ppm menjadi 100 ppm dalam 10 mL

N1.V1 = N2.V2

1000 x V1 = 100 x 10

V1 = 1 mL

Jadi, diambil 1 ml dari larutan 1000 ppm, kemudian ditambah 9 ml aquades

sehingga volume larutan menjadi 10 ml.

Keempat larutan standar dengan konsentrasi berbeda tersebut diukur nilai

absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. Diperoleh nilai absorbansi sebagai

berikut :

1. Konsentrasi 100 ppm = 0,131

2. Konsentrasi 1000 ppm = 0,156

3. Konsentrasi 10000 ppm = 0,129

4. Konsentrasi 100000 ppm = 0,176

Konsentrasi berbanding lurus dengan nilai absorbansi. Semakin tinggi konsentrasi

maka nilai absorbansinya semakin tinggi. Pada larutan konsentrasi 10000 ppm, nilai

absorbansinya lebih kecil dibandingkan dengan larutan standar konsentrasi 1000 ppm.

Kesalahan dapat berasal dari alat dan praktikan yang kurang cermat atau ketika penggunaan

Page 8: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

spektrofotometer praktikan tidak menghadapkan kuvet ke sumber cahaya sehingga cahaya

yang dilewatkan hanya sedikit. Pada akhirnya larutan konsentrasi 10000 ppm tidak

dicantumkan dalam pembuatan kurva standar.

No X ( Konsentrasi)Y

(Absorbansi) XY X2

1 0.0001 0.1310.000013

10.0000000

12 0.001 0.156 0.000156 0.0000013 0.1 0.176 0.0176 0.01

Jumlah 0.1011 0.4630.017769

10.0100010

1Tabel 2. Tabel Larutan Standar Glukosa

a = ∑ (¿ x2)∑ y−∑ x∑ xy

n∑x

2−¿¿¿

a = (0.01000101)(0.463)−(0.1011)(0.0177691)

3 (0.01000101 )−(0.1011)(0.1011)

a = 0.002834012 / 0.01978182 = 0.143263442

b = n∑ xy−∑ x∑ y

n∑x

2−¿¿

b = 3 (0.0177691 )−(0.1011)(0.463)

3 (0.01000101 )−(0.1011)(0.1011)

b = 0.006498 / 0.01978182 = 0.328483426

Y = a + bx sehingga Y = 0.1433 + 0.3285x

Persamaan di atas dapat digunakan untuk menentukan kurva standar.

Page 9: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

Grafik 1. Kurva Standar Glukosa

Kurva di atas merupakan hasil dari persamaan Y = 0,143 + 0,33X. Nilai R2 dari grafik

di atas adalah 0,6998. R2 merupakan koefisien korelasi yang menggambarkan hubungan dari

variable sumbu X dan sumbu Y. Nilai koefisien korelasi grafik di atas menunjukkan bahwa

korelasi antara variable sumbu X dan sumbu Y kuat. Variabel sumbu X, yaitu konsentrasi

larutan, berhubungan kuat dengan variable sumbu Y yaitu nilai absorbansi.

Persamaan Y = 0,143 + 0,33X dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi

glukosa dalam sampel.

Y = Nilai Absorbansi

X = Konsentrasi glukosa (g/ml)

Perhitungan konsentrasi glukosa pada sampel adalah sebagai berikut

Kelompok SampelKonsentrasi Glukosa

tabung 1 tabung 2

2 Tepung beras -0.012 -0.006

3 Tepung aci 3,8 3,194

4 Tepung maizena 0.881 1.515Tabel 3. Perhitungan konsentrasi glukosa pada sampel

Tabel di atas menunjukkan hasil perhitungan konsentrasi glukosa pada sampel.

Sampel dengan konsentrasi glukosa terbanyak adalah tepung aci, kedua terbanyak adalah

tepung maizena. Terdapat kejanggalan pada konsentrasi glukosa tepung aci yang bernilai

negatif. Kesalahan dapat terjadi ketika sampel tepung beras diukur nilai absorbansinya, ketika

penggunaan spektrofotometer praktikan tidak menghadapkan kuvet ke sumber cahaya

sehingga cahaya yang dilewatkan hanya sedikit sehingga nilai absorbansi yang dimasukkan

ke persamaan salah, menghasilkan konsentrasi larutan yang salah pula.

0.0001 0.001 0.01 0.10.1

0.12

0.14

0.16

0.18

0.2

f(x) = 0.328483425690862 x + 0.143263441887551R² = 0.699831245947285

Kurva Standar Glukosa

AbsorbanLinear (Absorban)Linear (Absorban)Linear (Absorban)

Konsentrasi

Absorbansi

Page 10: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

Pada sampel tepung aci an maizena, dapat disimpulkan bahwa hidrolisis pati

enzimatis terjadi karena ada nilai konsentrasi glukosa. Pada sampel tepung beras tidak dapat

dianalisis apakah hidrolisis terjadi atau tidak.

KESIMPULAN

Hidrolisis pati secara enzimatis dibantu oleh enzim amilase. Untuk mengetahui

konsentrasi glukosa pada sampel perlu dibuat beberapa larutan standar glukosa dengan

konsentrasi yang berbeda-beda. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah

diketahui. Larutan standar berfungsi untuk analisis volumetrik. Setelah dibuat larutan standar,

kurva standar glukosa dapat ditentukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Kurva

standar adalah kurva yang dibuat dari sederetan larutan standar yang masih dalam batas

linieritas sehingga dapat diregresilinierkan. Fungsi kurva standar adalah untuk mengetahui

konsentrasi larutan hasil pengukuran. Kurva standar menunjukkan hubungan antara

konsentrasi larutan (sumbu x) dan nilai absorbansi larutan (sumbu y). Nilai R2 yang didapat

dari kurva adalah 0,6998, menunjukkan korelasi antara konsentrasi larutan (variable sumbu

x) dan nilai absorbansi (variable sumbu y) kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Eliasson, Anne-Charlotte. 2004. Starch in food: Structure, function and applications.

Woodhead Publishing.

Kurniawan, M. H. 2011. Hidrolisis Enzimatis. Jatinangor : Universitas Padjadjaran

Rindit, Pambaylun, dkk. 1998. Laporan Penelitian : Mempelajari Hidrolisis Pati

Gadung (Dioscoreahispida Dernst) dengan Enzim α-amilase dan Gluko amilase untuk

Pembuatan Sirup Glukosa. Fakultas Pertanian UNSRI. Palembang.

Page 11: Format Lapak Hidrolisis Pati Enzimatis

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Standar Glukosa