FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKELrepository.usd.ac.id/11373/2/134114026_full.pdfii Skripsi...

126
FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL KARYA DEE LESTARI: PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indoneisa Program Studi Sastra Indonesia Oleh Scholastica Pratiwi Putri Nastiti NIM: 134114026 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Juni 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKELrepository.usd.ac.id/11373/2/134114026_full.pdfii Skripsi...

  • FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL

    KARYA DEE LESTARI:

    PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indoneisa

    Program Studi Sastra Indonesia

    Oleh

    Scholastica Pratiwi Putri Nastiti

    NIM: 134114026

    PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    Juni 2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL

    KARYA DEE LESTARI:

    PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indoneisa

    Program Studi Sastra Indonesia

    Oleh

    Scholastica Pratiwi Putri Nastiti

    NIM: 134114026

    PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    Juni 2017

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    Skripsi

    FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL

    KARYA DEE LESTARI:

    PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI

    Oleh

    Scholastica Pratiwi Putri Nastiti

    NIM: 134114026

    Telah disetujui oleh

    Pembimbing I

    Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. Tanggal ………………..

    Pembimbing II

    Drs. B. Rahmanto, M.Hum. Tanggal ……………….

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    Skripsi

    FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL

    KARYA DEE LESTARI:

    PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI

    Dipersiapkan dan ditulis oleh

    Scholastica Pratiwi Putri Nastiti

    NIM: 134114026

    Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

    pada tanggal 13 Juni 2017

    Dan dinyatakan memenuhi syarat

    Susunan Panitia Penguji

    Nama Lengkap Tanda Tangan

    Ketua : S.E Peni Adji, S.S., M.Hum. ………………

    Sekretaris : Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. ……………...

    Anggota 1 : Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. ……………...

    Anggota 2 : Drs. B. Rahmanto, M.Hum. ……………...

    Yogyakarta, 30 Juni 2017

    Fakultas Sastra

    Universitas Sanata Dharma

    Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum.

    Dekan Fakultas Sastra

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 30 Juni 2017

    Penulis

    Scholastica Pratiwi Putri Nastiti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah

    untuk Kepentingan Akademis

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Scholastica Pratiwi Putri Nastiti

    NIM : 134114026

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul FORMASI

    IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL KARYA DEE LESTARI:

    PERSPEKTIF ANTONIO GRAMSCI.

    Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam

    bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan

    mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan

    akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada

    saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarta

    Pada tanggal 30 Juni 2017

    Yang menyatakan,

    Scholastica Pratiwi Putri Nastiti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Karya ini kupersembahkan kepada orangtuaku Norbertus Sukirno

    dan Valentina R.R. Sri Tuti Mulatsih

    Saudara terkasihku Willybrodus Dani Prabowo dan Y.C. Awang Adhy Wibowo

    Serta semua orang yang saya cintai dan mencintai saya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    MOTO

    “Urip iku urup”

    (Pepatah Jawa)

    Coba pelajari sesuatu tentang apapun dan apapun tentang sesuatu.

    (Thomas Henry Huxley)

    Tidak ada hal yang betul-betul salah,

    bahkan jam rusak pun benar dua kali dalam sehari.

    (Paulo Coelho)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih

    karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang

    berjudul Formasi Ideologi dalam Novel Partikel Karya Dee Lestari: Perspektif

    Antonio Gramsci ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar sarjana (S-1) Program Studi Sastra Indonesia di Fakultas

    Sastra, Universitas Sanata Dharma.

    Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari banyak pihak,

    skripsi ini tidak akan selesai pada waktunya. Oleh karena itu, dari hati yang paling

    dalam, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. yang telah bersedia menjadi

    pembimbing I dan memberikan banyak masukan berharga. Penulis

    menyadari bahwa semangat dan bimbingan beliau mempengaruhi

    arah penulisan skripsi ini.

    2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah

    menyempatkan diri untuk menilik dan mengarahkan penyusunan

    skripsi ini.

    3. S.E Peni Adji, S.S., M.Hum. selaku Kaprodi yang telah dengan

    sabar ikut mendorong dan menyemangati penulis.

    4. Seluruh jajaran pejabat dan dosen Program Studi Sastra Indonesia,

    Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Sastra; S.E

    Peni Adji, S.S., M.Hum; Drs. Hery Antono, M.Hum. (Alm); Prof.

    Dr. Praptomo Baryadi Isodorus, M.Hum. yang telah banyak

    memberikan petuah dan dukungan; Sony Cristian Sudarsono, S.S.,

    M.A. yang juga turut memberikan semangat dan dukungan kepada

    penulis.

    5. Seluruh staf dan karyawan Sekretariat Fakultas Sastra, khususnya

    Theresia Rusmiyati yang telah membantu penulis dalam hal

    kesekretariatan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    6. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Sanata Dharma yang telah

    membantu penulis memperoleh referensi yang dibutuhkan.

    7. Kedua orang tuaku, Norbertus Sukirno dan Valentina R.R. Sri Tuti

    Mulatsih yang telah memberikan dukungan doa, perhatian,

    motivasi, dan materiil.

    8. Kedua masku, Willybrodus Dani Prabowo dan Y.C. Awang Adhy

    Wibowo yang dengan segala keusilannya telah memberikan

    banyak motivasi, perhatian, dan dukungan kepada penulis.

    9. Seluruh teman Program Studi Sastra Indonesia angkatan 2013,

    khususnya Vero, Cici, Rendra, Dandy, Galang, dan Beto untuk

    kebersamaan serta ceritanya; Paula, Nicko, Catrin, Esti, Anna,

    Egha, Rite, dan There yang telah berjuang bersama dan saling

    mendukung.

    10. Terima kasih juga kepada Bella Belinda untuk doa, dukungan, dan

    semangatnya; Patrick Ardina Barata, Dea Ramantika DD, dan

    Scholastica Novena untuk dukungan dalam bentuk apapun.

    11. Seluruh keluarga besar HMPS dan Bengkel Sastra yang telah

    mendewasakan saya dalam pengalaman berorganisasi dan bersastra

    di luar kelas.

    Penulis menyadari bahwa banyak lagi yang belum sempat disebutkan.

    Semoga semua orang di atas jasa baik mereka diberkati oleh Tuhan Yang Maha

    Kuasa. Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap

    kiranya skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi perkembangan

    pendidikan Sastra Indonesia.

    Penulis

    Scholastica Pratiwi Putri Nastiti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    ABSTRAK

    Nastiti, Scholastica Pratiwi Putri. 2017. Formasi Ideologi dalam Novel Partikel

    Karya Dee Lestari: Perspektif Antonio Gramsci. Skripsi Strata Satu (S-

    1). Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata

    Dharma.

    Penelitian ini mengangkat topik formasi ideologi dalam novel Partikel

    karya Dee Lestari. Tujuan penelitian ini (1) mendeskripsikan struktur penceritaan,

    (2) mendeskripsikan mengenai formasi ideologi berdasarkan perspektif Antonio

    Gramsci. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan. 1) Pendekatan objektif

    untuk menganalisis struktur intrinsik yaitu tokoh-penokohan dan latar. 2)

    Pendekatan Sosiologi Sastra dengan teori ideologi Gramsci untuk melihat formasi

    ideologi. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

    kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka.

    Hasil analisis penceritaan (tokoh penokohan, dan latar) dan formasi

    ideologi. Tokoh utama dalam novel ini adalah Zarah Amala dan Firas. Sedangkan

    tokoh tambahan terdiri dari Aisyah, Abah Hamid dan Pak Simon Hardiman.

    Novel Partikel berlatar tempat di Bogor dan Tanjung Puting yang terletak di

    Indonesia dan juga London dan Glastonbury yang terletak di Inggris. Latar waktu

    terjadi di antara rentang tahun 1979-2003. Latar sosial dalam novel ini adalah latar

    mengenai sistem pendidikan di Indonesia, latar spiritual mengenai takhayul dan

    latar mengenai fenomena crop circle dan UFO yang terjadi di Inggris.

    Ada lima ideologi dominan yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu 1)

    Liberalisme, 2) Konservatisme, 3) Teisme, 4) Panteisme, dan 5) New Age.

    Formasi ideologi dari kelima ideologi tersebut adalah 1) Ideologi konservatisme

    berkorelasi dengan ideologi teisme. 2) Ideologi panteisme berkorelasi dengan

    ideologi liberalisme dan juga ideologi new age. 3) Ideologi liberalisme

    bertentangan dengan ideologi konservatisme. 4) Ideologi teisme bertentangan

    dengan ideologi panteisme dan juga ideologi new age. Sedangkan formasi

    ideologi tokohnya adalah 1) Zarah memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan

    juga new age, ideologi dominan yang dimiliki Zarah adalah panteisme. 2) Firas

    memiliki ideologi liberalisme, panteisme dan juga new age, ideologi dominannya

    adalah liberalisme. 3) Aisyah memiliki ideologi teisme dan konservatisme,

    ideologi dominannya adalah konservatisme. 4) Abah Hamid memiliki ideologi

    yang sama dengan Aisyah, namun ideologi dominannya adalah teisme. 5) Pak

    Simon memiliki ideologi panteisme dan new age, ideologi dominannya adalah

    new age.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    ABSTRACT

    Nastiti, Scholastica Pratiwi Putri. 2017. Ideology Formation in Dee Lestari‟s

    Partikel: Antonio Gramsci‟s Perspective. Undergraduate Thesis.

    Yogyakarta: Indonesian Literature. Faculty of Letters. Sanata Dharma

    University.

    The topic of this thesis was ideology formation in Dee Lestari‟s Partikel.

    The aims of this thesis were (1) to describe the story-telling structure and (2) to

    describe the ideology formation based on Antonio Gramsci‟s perspective. This

    thesis used two approaches. 1) Objective approach for analyzing the intrinsic

    elements which were character-characterization and setting. 2) Sociological

    approach with Gramsci‟s theory of ideology for analyzing the ideology formation.

    The method used in this thesis was qualitative descriptive method. The data

    collecting used the bibliographical technique.

    The result of the story-telling (character, characterization, and setting)

    and ideology formation. The main characters in this novel were Zarah Amala and

    Firas. The other additional characters were Aisyah, Abah Hamid dan Pak Simon

    Hardiman. Partikel had setting in Bogor and Tanjung Puting which located in

    Indonesia, and also in London and Glastonbury which located in England. The

    setting of time of this novel was 1979-2003. The setting of society in this novel

    was the background of the education system in Indonesia, the spiritual

    background about superstition, and the background of crop circle phenomena and

    UFO which happened in England.

    There were five dominant ideologies found in this thesis, they were 1)

    Liberalism, 2) Conservatism, 3) Theism, 4) Pantheism, and 5) New Age. The

    ideology formation of those ideologies were 1) The correlation between

    conservatism and theism. 2) The correlation between pantheism and liberalism

    and new age. 3) The contradiction between liberalism and conservatism. 4) The

    contradiction between theism and pantheism and new age. While the ideology

    formation of the characters was 1) Zarah embraced liberalism, pantheism, and

    new age. Her most dominant ideology was pantheism. 2) Firas embraced

    liberalism, pantheism, and new age. His most dominant ideology was liberalism.

    3) Aisyah embraced theism and conservatism ideology. Her most dominant

    ideology was conservatism. 4) Abah Hamid embraced the same ideology with

    Aisyah, but his most dominant ideology was theism. 5) Pak Simon embraced

    pantheism and new age ideology. His most dominant ideology was new age.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ....................... iv

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .......... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

    MOTO .............................................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

    ABSTRAK ...................................................................................................... x

    ABSTRACT ...................................................................................................... xi

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 1

    1.2 Rumusan Masalah ………………………………………...………… 9

    1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 9

    1.4 Manfaat Hasil Penelitian …………………………………………… 10

    1.4.1 Manfaat Teoretis ………..............................................…...... 10

    1.4.2 Manfaat Praktis ……..............................................……….... 10

    1.5 Tinjauan Pustaka ……………………………………………………. 10

    1.6 Landasan Teori …………………………………………………...… 13

    1.6.1 Kajian Struktural ……………………………………................ 14

    1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan …………................................ 15

    1.6.1.2 Latar ………………………………...……………...... 19

    1.6.2 Formasi Ideologi dalam Perspektif Gramsci ……………….... 23

    1.6.2.1 Ideologi menurut Antonio Gramsci ………..……….... 24

    1.6.2.2 Formasi Ideologi ……………………………………... 27

    1.7 Metode Penelitian …………………………………………………… 28

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    1.7.1 Pendekatan ................................................................................ 28

    1.7.2 Metode Pengumpulan Data ……………………...…………….. 29

    1.7.3 Metode Analisis Data ................................................................. 30

    1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data …..……….……………. 30

    1.8 Sumber Data …………………………………..…..………………… 31

    1.9 Sistematika Penyajian …………………….…………………………. 31

    BAB II STRUKTUR PENCERITAAN DALAM NOVEL PARTIKEL .... 33

    2.1 Pengantar ……………………………………………………………. 33

    2.2 Tokoh dan Penokohan ………………………………………………. 34

    2.2.1 Tokoh Utama …………………………………….……...…… 35

    2.2.2 Tokoh Tambahan ………………………………….………..... 45

    2.3 Latar …………………………………………………………………. 56

    2.3.1 Latar Tempat …………………………………………….….... 56

    2.3.2 Latar Waktu …………………………………………….…….. 61

    2.3.3 Latar Sosial ………….............................................................. 65

    2.4 Rangkuman ………………………………………………………….. 70

    BAB III FORMASI IDEOLOGI DALAM NOVEL PARTIKEL .............. 73

    3.1 Pengantar ……………………………………………………………. 73

    3.2 Ideologi dalam Novel Partikel ……………………………………… 74

    3.2.1 Ideologi Liberalisme ……………………………………........ 75

    3.2.2 Ideologi Konservatisme ………………………………...…… 79

    3.2.3 Ideologi Teisme ……………………………………………… 82

    3.2.4 Ideologi Panteisme …………………………………………... 85

    3.2.5 Ideologi New Age ……………………………………………. 88

    3.3 Formasi Ideologi dalam novel Partikel ………………………………… 94

    3.4 Rangkuman …………………………………………………………. 97

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 100

    4.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 100

    4.2 Saran ………………………………………………………………… 104

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105

    LAMPIRAN .................................................................................................... 108

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 ……………………………………………………………………. 70

    Tabel 2 ……………………………………………………………………. 97

    Tabel 3 …………………………………………………………………..... 99

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan

    dimanfaatkan masyarakat (pembaca). Sastra menampilkan gambaran kehidupan,

    dan kehidupan itu sendiri merupakan kenyataan sosial dalam suatu lingkungan

    pergaulan (Damono, 1984:1). Gambaran kehidupan yang direpresentasikan dalam

    karya sastra merupakan hasil produksi pandangan pengarang terhadap kondisi

    masyarakat pada masa tertentu. Sastra bukanlah sekadar permainan imajinasi yang

    pribadi sifatnya, tetapi merupakan rekaman tata cara zamannya, suatu perwujudan

    macam pikiran tertentu (Tanie dalam Saraswati, 2003: 27). Novel misalnya adalah

    cerminan yang bisa dibawa ke mana pun dan paling cocok untuk memantulkan

    segala aspek kehidupan dan alam.

    Partikel adalah sebuah novel karya Dee Lestari yang diterbitkan pada tahun

    2012. Partikel merupakan episode keempat dari tujuh episode novel Supernova

    karya Dee Lestari. Episode Supernova pertama berjudul Ksatria, Puteri, dan

    Bintang Jatuh yang terbit pada 16 Februari 2001. Kemudian pada 16 Oktober

    2002, Dee meluncurkan episode kedua Akar, dilanjutkan Petir (2004), Partikel

    (2012), Gelombang (2014) dan yang terakhir adalah Inteligensi Embun Pagi

    (2016). Novel Supernova secara keseluruhan merupakan novel yang tergolong

    dalam jenis novel fiksi ilmiah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Supernova karya Dee lestari sempat menjadi nominasi pada Katulistiwa

    Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books. Ia bersaing dengan

    sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto, Dorothea Rosa

    Herliany, Sutardji Calzoum Bachri, dan Hamsad Rangkuti. Baru-baru ini,

    Sepernova episode terakhir, yakni Intelegensi Embun Pagi mendapat penghargaan

    Book Of The Year 2016 oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

    Novel-novel karya Dee Lestari kebanyakan merupakan novel yang

    membutuhkan riset-riset yang mendalam. Dari hasil riset-riset tersebut selain

    dapat menikmati latar cerita yang menarik, pembaca juga diberikan pengetahuan-

    pengetahuan baru yang mencerdaskan. Terutama dalam novel Partikel ini, Dee

    melakukan riset yang mendalam mengenai Fungi¹. Dee menghabiskan waktu

    hampir sekitar delapan tahun untuk menerbitkan episode keempat dari

    Supernovanya.

    Partikel merupakan kisah petualangan Zarah Amala dalam mencari

    ayahnya, yaitu Firas yang hilang begitu saja. Zarah adalah anak pertama dari Firas

    dan Aisyah. Firas adalah seorang dosen dan ahli mikologi di Institut Pertanian

    Bogor (IPB). Mereka juga memiliki seorang anak perempuan lagi bernama Hara.

    ¹ Tumbuhan tanpa daun atau klorofil, hidup dari bahan tumbuhan atau

    binatang lain, dapat terdiri atas satuan sel, dapat menyebabkan penyakit pada

    tumbuhan atau binatang, dapat membusukkan kayu, makanan, dsb; cendawan;

    jamur (KBBI,2007: 322).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Firas dan Aisyah sebenarnya adalah anak dari Abah Hamid dan Umi.

    Namun, Firas adalah anak angkat Abah, sedangkan Aisyah adalah anak kandung.

    Masalah pernikahan Firas dan Aisyah ini merupakan awal permasalahan dari

    kurang harmonisnya keluarga besar ini. Namun, masalah pernikahan itu bukanlah

    permasalahan utama dalam novel yang ditulis oleh Dee Lestari ini.

    Kisah dalam Partikel berawal dari Zarah yang sangat menyayangi ayahnya

    lebih dari apa pun. Ia bahkan mengumpamakan ayahnya adalah seorang dewa.

    Sejak ia kecil, Zarah dididik dengan cara yang berbeda dari anak-anak lain yang

    seumuran dengannya. Zarah hingga umurnya 12 tahun belum pernah merasakan

    pendidikan formal seperti teman-temannya. Ia hanya dididik sendiri oleh Firas di

    rumah. Firas tidak mau Zarah masuk sekolah formal seperti anak-anak sebayanya.

    Ideologi yang dimiliki oleh Firas tersebut yang menimbulkan pelbagai konflik

    dalam hidupnya. Firas menganggap bahwa sekolah formal seperti yang telah ada

    sekarang itu tidak banyak membantu untuk anak perempuannya. Firas tidak

    pernah suka sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Sebenarnya Firas sendiri

    adalah dosen IPB, tapi ia tidak suka dengan sistem pendidikan di Indonesia. Ia

    memiliki pemikirannya sendiri mengenai pendidikan yang pantas untuk anaknya.

    Kutipan berikut ini menujukkan ideologi yang dimiliki oleh tokoh Firas dan

    Zarah tentang sistem pendidikan di Indonesia.

    (1) “Tidak perlu Aisyah. Zarah akan jauh lebih pintar kalau aku yang

    mengajarkannya langsung.” Begitu selalu katanya (Lestari, 2014: 17).

    (2) Aku mengerjakannya sambil setengah tidak percaya. Untuk inikah

    anak-anak itu disekap berjam-jam di kelas? Lebih baik mereka semua

    ikut Ayah ke Kebun Raya dan mendengarkan cerita-ceritanya tentang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    alam semesta. Nilaiku sempurna. Dengan setengah tidak percaya pula,

    mereka akhirnya mengizinkanku bersekolah di sana (Lestari, 2012: 95).

    Kutipan di atas menujukkan bahwa Firas memiliki sebuah pemikiran dan

    kesadaran bahwa pendidikan tidak harus didapatkan dari bangku sekolah. Jika

    seorang anak dididik dengan baik dan benar, diberi pelajaran setiap hari tanpa

    harus berada di kelas, maka sekolah formal bukan sebuah hal yang wajib.

    Kemudian Zarah membuktikan apa yang dikatakan ayahnya mengenai pendidikan

    informal.

    Selain ideologi mengenai sistem pendidikan, novel ini juga memiliki

    ideologi mengenai hubungan alam semesta dan manusia.

    (3) Dengan tegas Ayah menandaskan, “Umat manusia selamanya

    berhutang budi kepada kerajaan fungi. Kita bisa ada hari ini karena

    fungi melahirkan kehidupan buat kita.”

    Bagi Ayah, fungi adalah orang tua alam ini (Lestari, 2012: 21).

    (4) Berkesempatan melihat tanah airku dari ribuan kaki di atas permukaan

    laut menyadarkanku atas kebenaran kata-kata Ayah dulu. Hutan

    Kalimantan tidak selebat yang kubayangkan. Tampak bolong-bolong

    luas di mana-mana. Hutan yang tinggal jadi sejarah. Tebaran atap serta

    padatnya permukiman manusia terlihat bagai sel kanker yang

    menyebar. Menggerogoti hijaunya hutan. Dari atas sini, aku melihat

    Kalimantan yang terluka (Lestari, 2012: 178).

    (5) “Kalau bumi ini hidup seperti kita, maka dia pun akan punya sistem

    meridian, dia punya chakra. Jadi, bagi saya, ley lines, teori World

    Crystalline, teori World Gird menunjukkan bahwa ada aspek lain dari

    Bumi kita yang belum sepenuhnya kita kenali. Aspek yang

    menunjukkan Bumi kita adalah makhluk hidup yang berkesadaran

    (Lestari, 2012: 421).”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Kutipan tersebut di atas merupakan beberapa contoh ideologi yang terdapat

    dalam Partikel mengenai alam semesta. Bahwa bumi adalah makhluk hidup yang

    berkesadaran. Dan bumi yang dipijak manusia saat ini tengah mengalami

    kerusakan akibat eksploitasi sumber daya yang dilakukan oleh manusia. Selain hal

    tersebut, juga muncul pemikiran tentang fungi dan perannya yang amat besar bagi

    alam semesta.

    Kisah Zarah tidak hanya berhenti di situ. Petualangan Zarah semakin

    menarik ketika seseorang yang ia dewakan, yaitu Firas hilang. Hilangnya Firas

    membawanya dalam sebuah pelarian yang tidak ada hentinya. Ia pergi ke Tanjung

    Puting hingga akhirnya ia ke London. Di London ia bertemu dengan Pak Simon,

    koresponden Firas. Dari Pak Simon, Zarah mendapatkan titik terang akan keadaan

    Firas. Dari Pak Simon juga, Zarah mempelajari hal-hal mengenai Ayahnya yang

    selama ini hanya ia pahami ala kadarnya.

    Karya sastra memiliki peran penting, baik dalam usahanya untuk menjadi

    pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala

    kemasyarakatan (Ratna, 2012: 334). Sastra memberikan gambaran atas situasi

    sosial, ideologi, dan harapan-harapan individu yang sesungguhnya

    mempresentasikan kebudayaan bangsanya. Dalam karya sastra, pengarang

    membawa gagasan-gagasan tertentu. Gagasan-gagasan tersebut mencerminkan

    ideologi pengarang yang ditransfer dalam karyanya melalui dialog tokoh, latar,

    peristiwa, maupun karakter tokoh. Melalui hal-hal tersebut, pengarang dapat

    menyampaikan tujuannya menciptakan sebuah karya sastra. Penelitian ini tidak

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    membahas mengenai ideologi pengarang, namun membahas mengenai ideologi

    yang ada di dalam sebuah karya sastra.

    Para tokoh dalam Partikel memiliki beberapa konflik mengenai persoalan

    dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu konfilk muncul ketika Firas menolak

    permintaan Abah dan Umi agar Zarah masuk sekolah formal. Persoalan tersebut

    kemudian menjadi sebuah konflik berkepanjangan antara Firas dan Abah, Umi,

    serta isterinya, Aisyah. Selain itu, konflik juga dihadapi Firas dalam hal Bukit

    Jambul. Masyarakat dan Abah mengira Bukit Jambul itu adalah tempat angker,

    sehingga tidak ada yang boleh memasuki area terlarang tersebut. Namun, bagi

    Firas Bukit Jambul adalah aset yang harus dijaga, maka ia dapat keluar masuk

    Bukit Jambul karena ia mengetahui kebenarannya.

    Pemikiran tokoh yang satu dan pemikiran tokoh-tokoh lainnya kadang

    bertentangan. Dengan pelbagai pemikiran tersebut mengisyaratkan adanya

    pertentangan ideologi terkait pelbagai sisi kehidupan. Pertentangan ideologi yang

    terjadi karena adanya perbedaan gagasan dan pemikiran antartokoh yang satu

    dengan tokoh lainnya tersebut memunculkan gejala dan upaya dari ideologi yang

    tertindas untuk melakukan perlawanan terhadap ideologi yang mendominasi.

    Upaya perlawanan terhadap dominasi ideologi menujukkan adanya usaha

    negosiasi yang dilakukan untuk mencapai kesepakatan bersama demi kesatuan

    sosial.

    Ideologi oleh Gramsci didefinisikan sebagai kesadaran yang aktif. Sama

    seperti Lukacs, ia tidak menyetujui pendefinisian ideologi oleh Marx sebagai

    kesadaran palsu, melainkan kesadaran sebagai sesuatu yang aktif (Takwin, 2003:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    79-83). Menurut Gramsci, ideologi adalah manifestasi dari bekerjanya sistem dan

    proses kekuasaan (Simon, 2004: 86). Ideologi terbentuk melalui proses sejarah

    yang panjang yang melahirkan suatu keadaan di mana kelompok atau individu

    yang dikuasai seolah-olah menerima hubungan dominasi yang ada. Kekuasaan itu

    merasuk dan ideologi diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

    kehidupan sehari-hari seakan-akan terjadi “consensus” antara kelompok atau

    pihak tersubordinasi dan penguasa. Kondisi penguasaan negara ini dalam

    pemikiran Gramsci dikenal dengan istilah hegemoni (Takwin, 2003: 84).

    Gagasan-gagasan dan opini-opini tidak lahir begitu saja dari otak individu,

    melainkan punya pusat informasi, iradiasi, penyebaran, dan persuasi (Faruk, 2012:

    132). Ide-ide tentang sebuah ideologi tidak dapat dilepaskan dari praktik-praktik

    kultural dalam hal penyebaran dan persuasinya. Puncak dari keberhasilan upaya

    penyebaran dan persuasi tersebut dikenal sebagai hegemoni. Faruk (Ibid., 136)

    berpendapat bahwa hegemoni menyangkut cara-cara serangkaian kompleks dan

    menyeluruh dari praktik-praktik kultural, politisi, ideologis yang bekerja untuk

    „menyemen‟ masyarakat menjadi kesatuan yang relatif. „Menyemen‟ dalam hal ini

    memiliki artian mengikat kelas-kelas yang sebenarnya bersifat antagonistik

    menjadi satu kesatuan yang seakan-akan rukun dan harmonis.

    Berdasarkan kerangka pikiran di atas, teori ideologi menurut perspektif

    Gramsci dirasa relevan untuk menganalisis ideologi yang terdapat dalam Partikel.

    Teori ini dipilih karena menjelaskan relasi ideologi secara mendalam. Dalam teori

    Gramsci, ideologi memiliki peran penting untuk mengikat pelbagai kelompok

    sosial yang berbeda-beda dalam satu wadah sebagai sarana penyatu sosial.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Dengan menggunakan teori ideologi Gramsci, diharapkan ideologi-ideologi yang

    ada dalam Partikel dapat dipahami lebih terfokus dan lebih mendalam.

    Peneliti memilih topik mengenai formasi ideologi karya sastra dalam novel

    Partikel karya Dee Lestari ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama,

    berdasarkan observasi peneliti, topik yang membahas mengenai formasi ideologi

    pada Partikel belum banyak ditemukan dan dilakukan. Hasil searching peneliti,

    Partikel pernah dikaji dengan kajian psikologi sastra yaitu kepribadian dan

    aktualisasi diri tokoh utamanya, dan juga kajian feminis.

    Kedua, ideologi yang dimiliki para tokoh dalam Partikel adalah sesuatu

    permasalahan menarik dalam novel ini. Perbedaan ideologi yang dialami oleh para

    tokoh tersebut menyebabkan pertentangan dan konflik dalam masyarakat yang

    berkepanjangan. Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk menelusuri lebih dalam

    mengenai formasi ideologi yang ada di dalam novel Partikel karya Dee Lestari

    ini.

    Ketiga, peneliti ingin melihat lebih terperinci mengenai permasalahan

    formasi ideologi yang ada di dalam Partikel yang juga termasuk ke dalam

    fenomena sosial yang tengah terjadi di dalam masyarakat dewasa ini. Ada

    pelbagai permasalahan dalam novel ini yang ternyata banyak dialami oleh

    masyarakat dewasa ini, hanya saja masyarakat tidak begitu mengambil pusing

    tentang fenomena yang terjadi di sekitar mereka.

    Novel Partikel karya Dee Lestari ini merupakan teks sastra yang akan

    dijadikan bahan penelitian. Teks-teks sastra dalam novel tersebut akan dianalisis

    tokoh, penokohan, dan latarnya terlebih dahulu. Kemudian akan dibahas lebih

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    jauh mengenai bagaimana formasi ideologi yang ada dalam Partikel yang

    kemudian diasumsi merupakan ideologi yang dimiliki oleh novel Partikel.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana struktur penceritaan novel Partikel karya Dee Lestari?

    2. Bagaimana formasi ideologi yang ada dalam novel Partikel karya Dee

    Lestari?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan formasi ideologi

    dalam novel Supernova: Episode Partikel karya Dee Lestari. Secara khusus tujuan

    penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

    1. Mendeskripsikan struktur penceritaan novel Partikel karya Dee Lestari.

    Struktur penceritaan yang akan dianalisis adalah tokoh, penokohan, dan

    latar dalam novel Partikel. Kemudian hasil analisis dari struktur

    penceritaan novel Partikel akan dibahasa pada bab II.

    2. Mendeskripsikan formasi ideologi yang ada dalam novel Partikel karya

    Dee Lestari. Formasi ideologi yang digunakan untuk menganalisis

    Partikel ini adalah formasi ideologi dalam perspektif Antonio Gramsci.

    Hasil analisis formasi ideologi ini kemudian akan dibahas dalam bab

    III.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    1.4 Manfaat Hasil Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoretis

    1.4.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu

    pengetahuan di bidang sosiologi sastra yaitu memberikan contoh kajian

    penerapan teori tokoh, penokohan, dan latar dalam karya sastra. Karya

    sastra yang diteliti di sini adalah novel Partikel karya Dee Lestari.

    1.4.1.2 Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang studi sastra

    mengenai ideologi berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Gramsci

    khususnya mengenai teori ideologi dalam perspektif Gramsci.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai rujukan penelitian

    tentang studi ideologi dalam bidang karya sastra. Dengan demikian, diharapkan

    penelitian ini dapat membantu pembaca dalam memahami novel Partikel karya

    Dee Lestari secara lebih dalam. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat

    digunakan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra,

    khususnya novel Partikel.

    1.5 Tinjauan Pustaka

    Topik mengenai ideologi dalam karya sastra pernah dijadikan topik skripsi

    S-1 oleh Nanang Syaiful Rohman, dalam skripsinya berjudul “Ideologi

    Perempuan dalam Novel Tempurung Karya Oka Rusmini” (2011). Hasil

    penelitiannya menyimpulkan bahwa ada dua bagian ideologi yakni ideologi yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    bersumber dari budaya tradisional Bali yang terdiri dari ideologi umum, ideologi

    familialisme, dan ideologi ibuisme dan ideologi yang bersumber dari budaya

    tradisional Bali yang dipadukan dengan budaya modern yang terdiri dari ideologi

    matriarki, ideologi familialisme. Terdapat beberapa tokoh yang memiliki ideologi

    lebih dari satu. Hal ini terjadi karena tokoh-tokoh perempuan tersebut menghadapi

    pelbagai masalah dalam kehidupan yang sangat kompleks, sehingga menyebabkan

    ideologi yang dianut sebelumnya beralih ke ideologi lain. Ideologi-ideologi yang

    dimiliki tokoh perempuan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini tampak

    dalam pandangan tokoh perempuan terhadap dirinya sendiri, pandangan tokoh

    perempuan terhadap perempuan lain, dan pandangan tokoh perempuan terhadap

    laki-laki. Pandangan tersebut tercermin dalam kutipan unit teks yang terinci dalam

    monolog, dialog, dan narasi tokoh.

    Kemudian formasi ideologi juga pernah dijadikan topik skripsi oleh Ardila

    Chandra, dalam skripsi yang berjudul “Formasi Ideologi dan Negosiasi dalam

    Novel Burung-Burung Rantau Karya Y.B. Mangunwijaya: Analisis Hegemoni

    Gramsci” (2015). Di dalam penelitiannya, Chandra menyimpulkan bahwa terdapat

    dua belas ideologi dalam novel BBR. Keduabelas ideologi tersebut yaitu

    humanisme, patriarkat, feminisme, tradisionalisme, konvensionalisme, teisme,

    realisme, rasionalisme, nasionalisme, materialisme, kapitalisme, dan liberalisme.

    Kedua belas ideologi tersebut memiliki korelasi, pertentangan, dan subordinasi.

    Untuk mencapai hegemoni, dibutuhkan negosiasi yang bisa terjadi melalui dialog

    antartokoh dan melalui perenungan diri sendiri. Dalam hal ini, terdapat sepuluh

    negosiasi ideologi dalam novel Burung Burung Rantau (BBR). Melalui BBR,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    pengarang ingin memperkenalkan gagasannya mengenai pascanasional dan

    menyebarkan jiwa humanis. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa

    novel BBR adalah usaha pengarang untuk memperlihatkan kekompleksan

    permasalahan manusia pada era globalisasi. Kekompleksan permasalahan tersebut

    ditunjukkan melalui ideologi-ideologi para tokoh. Pengarang menceritakan

    kegelisahan-kegelisahan pikirannya terkait humanisme melalui kehidupan Neti

    sebagai tokoh utama. Pengarang menonjolkan ideologi humanisme untuk

    menyuarakan kemanusiaan dan kesetaraan bagi semua manusia.

    Novel Partikel karya Dee Lestari sebelumnya pernah menjadi objek

    penelitian skripsi S-1 oleh Kartika Nurul Nugraheni yang berjudul “Kepribadian

    dan Aktualisasi Diri Tokoh Utama dalam Novel Supernova Episode Partikel

    Karya Dewi Lestari” (2014) menganalisis novel Partikel dengan tinjauan

    psikologi sastra. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa pertama, kepribadian

    yang menonjol pada tokoh utama bernama Zarah dalam novel Partikel karya

    Dewi Lestari adalah cerdas, pemberontak, dan keras kepala. Kedua, konflik batin

    yang dialami tokoh utama bernama Zarah dalam novel Partikel karya Dewi

    Lestari adalah keinginan yang tidak sesuai kenyataan dan pertentangan batin.

    Konflik yang paling utama adalah pelarian Zarah dari kekangan kebudayaan di

    masyarakat karena perbedaan ideologi. Ketiga, aktualisasi diri pada tokoh Zarah

    dalam novel Partikel karya Dewi Lestari terdiri dari dua tujuan, yaitu keinginan

    untuk menemukan Firas (ayahnya), memiliki pemikiran yang konsisten, dan teguh

    pendirian untuk mempertahankan hasil riset Firas (ayahnya).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Sedangkan Nurlinda, dkk melakukan kajian nilai-nilai terhadap novel

    Patikel karya Dee Lestari. Judul yang mereka pakai adalah “Nilai-nilai dalam

    Novel Partikel Karya Dewi Lestari (DEE). Dalam penelitian tersebut disimpulkan

    bahwa nilai-nilai yang terdapat dalam novel karya Dee Lestari ini terdiri dari nilai

    pendidikan, religius, sosial, dan individu. Nilai pendidikan itu meliputi nilai setia

    kawan, toleransi, kebulatan tekad, menjaga kelestarian hewan dan alam, dan

    tolong menolong. Nilai religiusnya adalah keyakinan kepada Tuhan Maha Esa;

    Mengerjakan Salat, puasa, dan membaca Alquran; Berdoa kepada Allah;

    Menghormati ibu; Manusia makhluk lemah; Setan musuh manusia; dan Percaya

    kepada takdir Allah; Nilai sosial meliputi, pengorbanan, kemenangan, kasih

    sayang, kegotongroyongan, dan kepedulian. Kemudian nilai individunya adalah

    bijaksana, keteguhan, keberanian, perjuangan, keegoisan, kerja keras, kejujuran,

    kesadaran, kegelisahan, penderitaan, dan kesedihan.

    Beberapa hasil penelitian di atas kemudian akan dijadikan tinjauan untuk

    mendukung kajian dalam penulisan penelitian ini. Berbeda dengan penelitian-

    penelitian sebelumnya, penelitian ini menekankan pembahasan mengenai formasi

    ideologi yang ada dalam Partikel. Dialog, tokoh, peristiwa, dan latar dalam

    Partikel menunjukkan pertentangan pikiran dan ideologi masing-masing tokoh,

    oleh karena itu penelitian ini dikaji menggunakan teori ideologi Gramsci.

    1.6 Landasan Teori

    Suatu penelitian memerlukan teori-teori atau pendekatan yang tepat dan

    sesuai dengan objeknya. Landasan teori dalam penelitian ini memaparkan tokoh,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    penokohan, dan latar dalam drama, kajian sosiologi sastra, dan teori ideologi

    menurut perspektif Antonio Gramsci dalam karya sastra.

    1.6.1 Kajian Struktural

    Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan

    Strukturalisme Praha. Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum

    formalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh pelbagai

    unsur (pembangun)-nya.

    Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan

    dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendekripsikan fungsi dan hubungan

    antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis strukruktural dilakukan

    dengan mengidentifikasi peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut

    pandang, dan lain-lain. Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat

    mungkin fungsi dan ketertarikan antarpelbagai unsur karya sastra yang secara

    bersama menghasilkan sebuah keseluruhan.

    Dalam konteks penelitian ini, peneliti membatasi kajian struktural hanya

    pada tokoh dan penokohan serta latar tempat, waktu dan sosial. Hal ini dilakukan

    karena peneliti berupaya melakukan studi yang efisien dan efektif. Selain itu, hasil

    dari analisis tokoh dan penokohan tersebut membantu peneliti untuk merumuskan

    formasi ideologi yang terdapat dalam Partikel. Kemudian latar tempat, waktu, dan

    sosial melengkapi dan menjelaskan bagaimana keadaan masyarakat sosial dalam

    Partikel.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan

    Dalam penelitian ini digunakan teori tokoh dan penokohan untuk

    menganalisis novel Partikel. Analisis unsur tokoh dan penokohan akan membantu

    peneliti untuk mendalami sifat-sifat tokoh dalam novel Partikel dan menemukan

    ideologi yang dimiliki oleh setiap tokoh. Hasil analisis tokoh dan penokohan

    tersebut akan digunakan oleh peneliti untuk mendalami ideologi yang ada di

    dalam novel Partikel karya Dee Lestari ini.

    Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti

    tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi

    secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah-istilah

    tersebut sebenarnya tidak menyaran pada pengertian yang persis sama, atau paling

    tidak dalam tulisan ini akan dipergunakan dalam pengertian yang berbeda,

    walaupun memang ada di antaranya yang sinonim. Ada istilah yang pengertiannya

    menyaran pada tokoh cerita dan atau “teknik” pengembangannya dalam sebuah

    cerita (Nurgiyantoro, 1995:164-165).

    Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai

    jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel itu?”, atau “Ada

    berapa orang jumlah pelaku novel itu?”, dan sebagainya. Penokohan dan

    karakterisasi menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak (-

    watak) tertentu dalam sebuah cerita. Atau seperti dikatakan oleh Jones (1968: 33),

    penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

    ditampilkan dalam sebuah cerita (Ibid., 165).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Penggunaan istilah “karakter” (character) sendiri dalam berbagai literatur

    bahasa Inggris menyarankan pada dua pengertian berbeda, yaitu sebagai tokoh-

    tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi,

    dan prinsup moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut (Staton dalam

    Nurgiyantoro, 1995: 165). Dengan demikian, character dapat berarti „pelaku

    cerita‟ dan dapat pula berarti „perwatakan‟. Antara seseorang tokoh dan

    perwatakan yang dimilikinya memang merupakan sebuah kepaduan yang utuh

    (Ibid.’ 165).

    Tokoh cerita (character) menurut Abrams (1981) adalah orang(-orang) yang

    ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan

    memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan

    dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut juga

    dapat diketahui antara seseorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan

    dalam penerimaan pembaca. Dalam hal ini, khususnya dari pandangan teori

    resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti semuanya. Berkaitan dengan

    kasus kepribadian sang tokoh, pemaknaan itu dilakukan berdasarkan kata-kata

    (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). Pembedaan antara tokoh yang satu

    dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara

    fisik. Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada

    “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh

    cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya

    dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada

    pembaca (Nurgiyantoro, 1995: 165-166).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Tokoh adalah pemegang peran (peran utama) dalam roman atau drama

    (KBBI, 2007: 1203). Abrams dalam Nurgiyantoro (2007: 165) mengungkapkan

    bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya

    naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

    kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

    dilakukan dalam tindakan.

    Penelitian ini akan menganalisis tokoh dalam novel Partikel karya Dee

    Lestari yang diklasifikasikan berdasarkan perannya, yakni tokoh utama dan tokoh

    tambahan. Teori tokoh utama dan tokoh tambahan lebih dipilih daripada teori

    lainnya karena hasil analisis tokoh utama dan tokoh tambahan akan

    mencerminkan mengenai bagaimana ideologi utama dalam Partikel.

    1.6.1.1.1 Tokoh Utama

    Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel

    yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik

    sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2007: 176-

    177). Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan

    dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan latar secara

    keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan

    konflik penting yang mempengaruhi perkembangan latar (Ibid., 177).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    1.6.1.1.2 Tokoh Tambahan

    Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita

    lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya

    dengan tokoh utama, secara langsung atau tidak langsung (Ibid., 177). Dominasi

    tokoh tambahan dalam cerita ada di bawah tokoh utama, sehingga mereka dapat

    dipadang sebagai tokoh tambahan, walau harus dicatat: ada tokoh tambahan yang

    utama (Ibid., 178).

    Apa yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pembedaan antara

    tokoh utama dan tokoh tambahan tidak dapat dilakukan secara eksak. Pembedaan

    itu lebih bersifat gradasi. Kadar keutamaan tokoh-tokoh itu beringkat: tokoh

    utama (yang) utama, tokoh tambahan, tokoh tambahan utama, tokoh tambahan

    (yang memang) tambahan. Dalam penelitian ini, hanya dibatasi pada tokoh-tokoh

    yang memiliki pengaruh besar pada tokoh utama.

    Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam karya susastra (KBBI,

    2007: 1203). Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan

    “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana

    perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita

    sehingga sanggup memberikan gambaran jelas kepada pembaca. Penokohan

    sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam

    sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2007: 166).

    Teknik pelukisan tokoh yang digunakan oleh Dee dalam Partikel adalah

    teknik dramatik. Teknik dramatik adalah teknik pelukisan tokoh secara tidak

    langsung. Nurgiyantoro (2007: 198) mengungkapkan bahwa teknik dramatik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    artinya adalah pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap

    serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk

    menunjukkan kediriannya sendiri melalui pelbagai aktivitas yang dilakukan, baik

    secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan

    juga melalui peristiwa yang terjadi.

    1.6.1.2 Latar

    Penelitian ini menggunakan teori latar yang meliputi latar tempat, latar

    waktu, dan latar sosial. Hasil analisis latar digunakan untuk lebih memahami

    bagaimana kondisi latar dalam cerita. Bagaimana latar waktu, tempat dan sosial

    yang ada dalam masyarakat novel dapat menjelaskan ideologi yang terkandung

    dalam karya sastra tersebut.

    Abrams dalam (Nurgiyantoro, 2010: 216) mengungkapkan bahwa latar atau

    setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian

    tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-

    peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara kongkret dan

    jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,

    menciptakan susasna tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.

    Jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan

    perwatakannya ke dalam cerita, makan pembaca akan dimudahkan untuk

    mengoperasikan daya imajinasinya.

    Nurgiyantoro (2010: 227-236) mengungkapkan bahwa unsur latar dapat

    dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan

    dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling

    memengaruhi satu dengan yang lainnya.

    Unsur latar menjadi penting untuk dianalisis dalam penelitian ini karena

    latar menjelaskan dan mengungkapkan bagaimana keadaan dan kondisi

    masyarakat sesungguhnya yang menjadi latar belakang cerita tersebut.

    Nurgiyantoro (2010: 100) menjelaskan bahwa dalam sebuah karya fiksi sering

    dijumpai peristiwa-peristiwa dan permasalahan yang diceritakan. Karena

    kelihaian dan kemampuan imajinasi pengarang, cerita fiksi menjadi tampak

    kongkret dan seperti benar-benar ada dan terjadi.

    Unsur latar dalam Partikel merupakan latar-latar yang nyata, walaupun

    ceritanya fiksi, namun latar yang digunakan adalah latar faktual. Misalnya latar

    tempat yang ada di dunia nyata, yaitu Bogor, Tanjung Putting, London,

    Glastonbury, dll. Beberapa peristiwa juga merupakan peristiwa nyata misalnya

    Simposium yang dilaksanakan di Glastonbury pada 2003. Peristiwa itu benar-

    benar terjadi dan membahas mengenai biokimia dan molekul genetik

    (https://bmg.med.virginia.edu/events/past-simposia/bmg-symposium-2003/)

    1.6.1.2.1 Latar Tempat

    Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

    dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa

    tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu

    tanpa nama jelas.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    https://bmg.med.virginia.edu/events/past-simposia/bmg-symposium-2003/

  • 21

    Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah

    mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan

    geografis tempat yang bersangkutan. Ketidaksesuaian deskripsi antara keadaan

    tempat secara realistis dengan yang ada di novel dapat menyebabkan karya yang

    bersangkutan kurang meyakinkan jika pembaca mengenalinya. Deskripsi tempat

    secara teliti dan realistis ini penting untuk mengesani pembaca seolah-olah hal

    yang diceritakan sungguh ada dan terjadi.

    Perlu dikemukakan bahwa latar tempat dalam sebuah novel biasanya

    meliputi pelbagai lokasi. Ia akan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain

    sejalan dengan perkembangan plot dan tokoh. Dari sekian banyak tempat yang

    disebut, tentu sajaa tidak semuanya fungional dan sama pentingnya. Jika latar

    tempat dikemukakan secara terperinci, makan latar tempat tersebut merupakan

    latar tempat yang penting.

    1.6.1.2.2 Latar Waktu

    Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

    peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut

    biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat

    dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap

    waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam

    suasana cerita. Latar waktu dalam fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional

    jika digarap dengan teliti, terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Lama waktu cerita dalam karya fiksi juga sering dihubungkan dengan

    lamanya waktu yang dipergunakan dalam cerita. Dalam hal ini terdapat variasi

    pada pelbagai novel yang ditulis pengarang. Ada novel yang membutuhkan waktu

    panjang, katakanlah (hampir) sepanjang hayat tokoh, ada pula yang relatif pendek

    misalnya hanya beberapa hari atau bahkan hanya beberpa jam.

    1.6.1.2.3 Latar Sosial

    Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

    kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

    Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup pelbagai masalah dalam lingkup

    yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,

    keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang

    tergolong latar spiritual.

    Untuk mengangkat latar tempat tertentu ke dalam karya fiksi, pengarang

    perlu menguasai medan. Hal itu juga terlebih berlaku untuk latar sosial, tepatnya

    sosial budaya. Latar sosial berperan menentukan apakah sebuah latar, khususnya

    latar tempat, menjadi khas dan tipikal atau sebaliknya bersifat netral. Dengan kata

    lain, untuk menjadi tipikal dan lebih fungsional, deskripsi latar tempat harus

    sekaligus disertai latar sosial, tingkah laku kehidupan sosial masyarakat di tempat

    yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2010: 234).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    1.6.2 Formasi Ideologi dalam Perspektif Antonio Gramsci

    Kajian tentang formasi ideologi dalam perspektif Antonio Gramsci ini

    merupakan bidang kajian dengan pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra

    adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; telaah

    tentang lembaga sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat

    dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan

    mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah perekonomian,

    keagamaan, politik dan lain-lain (yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial),

    kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan

    lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang

    menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing (Damono, 1979:

    7).

    Seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam

    masyarakat: usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk

    mengubah masyarakat itu. Dalam hal isi, sesungguhnya sosiologi dan sastra

    berbagi masalah yang sama. Dengan demikian, novel merupakan genre utama

    sastra dalam zaman industri ini, dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan

    kembali dunia sosial ini: hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya,

    politik, negara, dan sebagainya. Dalam pengertian dokumenter murni, jelas

    tampak bahwa novel berurusan dengan tekstur sosial, ekonomi, dan politik- yang

    juga menjadi urusan sosiologi (Ibid., 8)

    Kemudian Ratna (2004: 334) mengungkapkan bahwa hubungan karya sastra

    dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    merupakan hubungan yang hakiki. Karya sastra mempunyai tugas penting, baik

    dalam usahanya menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan

    terhadap suatu gejala kemasyarakatan. Melalui teori sosiologi sastra, peneliti

    dapat mengkonstruksikan mengenai formasi ideologi dalam novel Partikel karya

    Dee Lestari.

    1.6.2.1 Ideologi menurut Antonio Gramsci

    Secara etimologis, ideologi berasal dari kata idea (ide, gagasan) dan ology

    (logos, ilmu). Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan,

    keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas,

    ideologi adalah pedoman normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai

    dasar cita-cita, nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.

    Konsep ideologi bagi Gramsci itu melewati arti “ilmu pengetahuan

    gagasan” dan seperangkat doktrin (Gramsci, 2013: 527). Ideologi adalah penanda

    cara manusia meninggalkan peran mereka dalam masyarakat-kelas, nilai, ide, dan

    imaji-imaji yang mengikat mereka pada fungsi sosial (Elgeton, 2002: 20).

    Gramsci mengungkapkan bahwa ideologi lebih dari sekedar sistem ide karena

    memberikan arah dan tujuan bagi kelangsungan hidup individu maupun kelompok

    (Gramsci, 2013: 528).

    Bagi Gramsci, ideologi secara historis memiliki keabsahan yang bersifat

    psikologis. Artinya ideologi „mengatur‟ manusia dan memberikan tempat bagi

    manusia untuk bergerak, mendapatkan kesadaran akan posisi mereka, perjuangan

    mereka dan sebagainya. Ideologi bagi Gramsci berfungsi untuk mengatur manusia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    dan memberikan tempat bagi manusia untuk bergerak mendapatkan kesadaran

    tentang posisinya dan perjuangan mereka.

    Gramsci menganggap dunia gagasan, kebudayaan, superstruktur, bukan

    hanya refleksi atau ekspresi dari struktur kelas ekonomik atau infrastruktur yang

    bersifat material, melainkan sebagai salah satu kekuatan material itu sendiri.

    Sebagai kekuatan material, dunia gagasan atau ideologi berfungsi mengorganisasi

    massa manusia, menciptakan suatu tanah lapang yang di atasnya manusia

    bergerak. Persoalan kultural dan formasi ideologi menjadi penting bagi Gramsci

    karena di dalamnya pun berlangsung proses yang rumit.

    Ideologi terbentuk melalui proses sejarah yang panjang yang melahirkan

    suatu keadaan di mana kelompok atau individu yang dikuasai seolah-olah

    menerima hubungan dominasi yang ada. Kekuasaan itu merasuk dan ideologi

    diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari seakan-

    akan terjadi “consensus” antara kelompok atau pihak tersubordinasi dan penguasa.

    Kondisi penguasaan negara ini dalam pemikiran Gramsci dikenal dengan istilah

    hegemoni (Takwin, 2003: 84).

    Ideologi menurut Gramsci (dalam Harjito, 2001: 33) mengandung empat

    elemen. Empat elemen tersebut yaitu elemen kesadaran, elemen material, elemen

    solidaritas-identitas, dan elemen kebebasan.

    Elemen kesadaran menandakan bahwa ideologi memberi tempat bagi

    manusia untuk bergerak dan mendapatkan kesadaran tentang posisi mereka, baik

    dalam bidang ekonomi, politik, sosial, maupun perjuangan untuk menjadi kelas

    hegemoni. Titik awal kesadaran adalah pemikiran awam (common sense).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Pemikiran awam berasal dari pelbagai sumber dan kejadian masa lalu yang

    membuat masyarakat menerima kebiasaan, kekuasaan, ketidakadilan, dan

    penindasan sebagai hal yang alamiah, produk alam, kehendak Tuhan, dan tidak

    dapat diubah (Simon, 2004: 33). Gramsci menggunakan istilah pendapat umum

    (common sense) untuk menunjukkan cara orang awam yang tidak kritis dan tidak

    sadar dalam memahami dunia (Ibid., 27). Pemikiran ini merupakan tempat

    dibangunnya ideologi dan menjadi tempat perlawanan ideologi.

    Elemen material adalah wujud eksistensi dalam pelbagai aktivitas praktis

    dan menjelma dengan cara hidup kolektif masyarakat. Ideologi bukanlah fantasi

    atau angan-angan seseorang, tetapi menjelma dalam kehidupan keseharian

    masyarakat, lembaga, ataupun organisasi di tempat praktik sosial berlangsung,

    misalnya dalam partai politik, serikat dagang, masyarakat sipil, aparat negara,

    perusahaan komersial, atau lembaga keuangan (Simon, 2004: 83-86).

    Elemen solidaritas identitas merupakan tanda bahwa ideologi mampu

    mengikat sebagai pondasi penyatuan sosial pelbagai kelompok yang berbeda ke

    dalam satu wadah. Dengan demikian, kelompok-kelompok lain diikutsertakan,

    termasuk ideologinya, guna mendapatkan dukungan. Pernyataan tersebut secara

    tidak langsung mengakui adanya pluralitas ideologi di masyarakat karena terdapat

    pelbagai kelompok sosial. Untuk merangkul pelbagai kelompok sosial, dalam

    menyusun ideologi baru tidak harus menyingkirkan semua sistem ideologi yang

    berbeda, tetapi justru melakukan transformasi ideologi dengan mempertahankan

    dan menyusun kembali beberapa unsur yang paling tangguh. Istilah untuk

    menggambarkan keadaan ini disebut negosiasi (Harjito, 2001: 35).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    Elemen kebebasan menjelaskan bahwa ideologi menghasilkan kebebasan

    maksimal kepada individu untuk merealisasikan dirinya. Kebebasan memberi

    peluang kepada masyarakat demi menghilangkan penindasan tersebut (Ibid., 36).

    Keempat elemen tadi tidak harus muncul bersamaan. Elemen yang harus

    muncul adalah elemen solidaritas-identitas, elemen kebebasan yang berwujud

    pelbagai aktivitas praktis dan terjelma dalam kehidupan keseharian, cara hidup

    kolektif masyarakat, lembaga, serta organisasi tempat praktik sosial berlangsung.

    1.6.2.2 Formasi Ideologi

    Formasi adalah suatu susunan (KBBI, 2007: 320). Ideologi adalah sistem

    berpikir, kepercayaan, praktik-praktik simbolik yang berhubungan dengan

    tindakan sosial dan politik. Menurut Thompson (2003: 17) ideologi adalah sistem

    gagasan yang mempelajari keyakinan dan hal-hal ideal filosofis, ekonomis,

    politis, dan sosial. Ideologi dalam hal ini disebut neutral conception. Dari kedua

    pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa formasi ideologi adalah suatu

    susunan sistem gagasan yang mempelajari keyakinan dan hal-hal ideal filosofis,

    ekonomis, politis, dan sosial. Formasi ideologi tidak hanya membahas ideologi

    apa saja yang terdapat di dalam teks, akan tetapi juga membahas bagaimana relasi

    antar ideologi tersebut.

    Formasi ideologi dalam teks muncul melalui tokoh, latar (yang mencakup

    tempat, waktu, dan sosial). Dalam perspektif kajian ini, semua elemen tersebut

    merupakan representasi ideologi yang melekat pada setiap elemen tadi. Oleh

    karena itu, karya sastra disebut juga sebagai situs ideologi. Hal tersebut

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    disebabkan karena teks sastra merupakan dialektika pemikiran pengarang itu

    sendiri yang dimunculkan melalu tokoh, latar, serta peristiwa.

    Novel Partikel karya Dee Lestari memiliki beberapa ideologi dan ideologi

    tokoh utamanya tersebut bertentangan dengan ideologi yang ada di dalam

    masyarakat sekitarnya. Ideologi yang dimiliki Partikel antara lain alalah sebagai

    berikut, pertama ideologi liberalisme dalam sistem pendidikan. Bahwa tidak

    selamanya pendidikan harus dilakukan secara formal (dengan belajar di sekolah

    dan disekap beberpa jam di kelas). Kedua, pandangan mengenai alam semesta.

    Beberapa tokohnya percaya bahwa alam semesta ini adalah makhluk yang

    memiliki kesadaran. Selain itu, ada beberapa ideologi lagi yang menyimpang dari

    ideologi yang sudah ada. Berdasarkan teori di atas, peneliti akan melihat dan

    menganalisis lebih dalam mengenai formasi ideologi yang terdapat dalam

    Partikel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bagaimana formasi ideologi

    karya sastra dalam Partikel.

    1.7 Metode Penelitian

    Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu (i) pendekatan, (ii)

    pengumpulan data, (iii) analisis data, dan (iv) penyajian hasil analisis data.

    1.7.1 Pendekatan

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif

    dan pendekatan ssiologis. Pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata

    pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik (Ratna, 2012: 73).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Analisis tokoh dan penokohan adalah unsur intrinsik yang dipakai oleh peneliti

    untuk lebih mendalami tokoh. Pendalaman tokoh tersebut dipakai untuk

    mengetahui ideologi-ideologi yang terdapat dalam novel Partikel karya Dee

    Lestari.

    Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah hubungan hakiki antara karya

    sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan

    oleh: (i) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, (ii) pengarang itu sendiri adalah

    anggota masyarakat, (iii) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam

    masyarakat, dan (iv) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat

    (Ibid., 60).

    Pendekatan sosiologis memiliki implikasi metodologis berupa pemahaman

    mendasar mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat. Maka dalam

    penelitian ini diasumsikan bahwa ideologi yang ada dalam Partikel merupakan

    cerminan kondisi masyarakat sesungguhnya saat itu. Yang dimaksud dengan

    cermin dalam pendekatan sosiologis adalah sastra yang cenderung mengangkat

    hal ihwal sebagai pantulan hidup. Sastra memancarkan seluruh aset sosial

    (Endraswara, 2011: 169).

    1.7.2 Metode Pengumpulan Data

    Objek penelitian ini adalah formasi ideologi dalam novel Partikel karya Dee

    Lestari yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2012.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa studi pustaka.

    Peneliti membaca pelbagai pustaka, termasuk karya sastra yang menjadi objek

    penelitian secara cermat.

    1.7.3 Metode Analisis Data

    Analisis data merupakan bagian terpenting dalam sebuah metode penelitian,

    karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna

    dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 2014:304). Fungsi dari tahap

    analisis data adalah mencari hubungan antardata yang tidak akan pernah

    dinyatakan sendiri oleh data yang bersangkutan (Faruk, 2012: 25). Dalam

    penelitian ini, peneliti menggunakan metode formal dan deskriptif kualitatif.

    Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek

    formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur karya sastra. Ciri-ciri utama metode

    formal adalah analisis terhadap unsur-unsur karya sastra, kemudian bagaimana

    hubungan antara unsur-unsur tersebut dengan totalitasnya (Ratna, 2012, 49-50).

    Metode formal ini digunakan untuk menganalisis tokoh, penokohan, dan latar

    dalam Partikel.

    Metode deskriptif kualitaif adalah metode yang secara keseluruhan

    memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi

    yang dikaitkan dengan hakikat penafsiran. Metode yang memberi perhatian

    terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya.

    Metode deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menganalisis bagaimana formasi

    ideologi yang ada di dalam novel Partikel karya Dee Lestari.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

    Setelah dianalisis secara mendalam, hasil penelitian perlu dilaporkan secara

    lengkap dan sistematis. Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan

    deskriptif kualitatif. Di mana hasil analisis data dideskripsikan dalam bentuk

    paragraf.

    1.8 Sumber Data

    Data merupakan bahan penelitian. Karya sastra yang menjadi objek

    penelitian adalah sebuah novel dengan identitas sebagai berikut:

    judul : Supernova Episode: Partikel

    pengarang : Dee Lestari

    cetakan : ketiga

    tahun terbit : 2016

    penerbit : Bentang Pustaka

    tebal : x + 494 halaman

    ukuran : 20 cm

    1.9 Sistematika Penyajian

    Penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Sistematika penelitian ini dirinci

    sebagai berikut.

    Bab I berisi pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi

    menjadi sembilan sub bab, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

    penelitian, sumber data, dan sistematika penyajian.

    Bab II berisi deskripsi hasil analisis tokoh, penokohan, dan latar dalam

    novel Partikel karya Dee Lestari. Bab III berisi deskripsi ideologi karya sastra

    dalam novel Partikel karya Dee Lestari. Kemudian Bab IV berupa kesimpulan

    yang berisi kesimpulan dan saran.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    BAB II

    STRUKTUR PENCERITAAN DALAM NOVEL PARTIKEL

    KARYA DEE LESTARI

    2.1 Pengantar

    Tokoh, penokohan, dan latar merupakan bagian penting dalam sebuah

    cerita. Tokoh dan penokohan tersebut mencerminkan gagasan-gagasan dan

    ideologi yang ada di dalam karya sastra. Tokoh dan penokohan dikategorikan

    berdasarkan pembedaan sudut pandang, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

    Tokoh utama dan tokoh tambahan digunakan untuk menganalisis penokohan

    karena dari tokoh utama dan tokoh tambahan akan didapatkan ideologi utama

    dalam karya sastra. Pada bab ini, peneliti membatasi kajian tokoh tambahan.

    Tidak semua tokoh tambahan yang berada di dalam Partikel akan dianalisis.

    Tokoh tambahan yang dianalisis adalah tokoh-tokoh yang memiliki peran penting

    dalam menjelaskan formasi ideologi yang terdapat di dalam Partikel.

    Latar atau sering disebut dengan setting juga menjadi salah satu hal penting

    untuk mengungkapkan formasi ideologi yang ada di dalam Partikel. Melalui latar

    tempat, waktu, dan sosial, diketahui latar belakang cerita dalam karya sastra.

    Analisis latar kemudian digunakan untuk menjelaskan mengenai bagaimana

    ideologi yang ada di dalam masyarakat umum Partikel. Peneliti juga melakukan

    pembatasan dalam analisis latar. Peneliti hanya menganalisis latar yang memiliki

    hubungan dengan analisisi formasi ideologi dalam Partikel.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    2.2 Tokoh dan Penokohan

    Secara umum, teknik pelukisan tokoh yang digunakan oleh Dee dalam

    Partikel adalah teknik dramatik. Teknik dramatik adalah teknik pelukisan tokoh

    secara tidak langsung. Nurgiyantoro (2007: 198) mengungkapkan bahwa teknik

    dramatik artinya adalah pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat

    dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita

    untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui pelbagai aktivitas yang dilakukan,

    baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku,

    dan juga melalui peristiwa yang terjadi.

    Berhubung sifat kedirian tokoh tidak dideskripsikan secara jelas dan

    lengkap, ia akan hadir kepada pembaca secara sepotong-sepotong, dan tidak

    sekaligus. Ia menjadi “lengkap” barangkali setelah pembaca menyelesaikan cerita.

    Dalam teknik ini, pembaca dituntut untuk dapat menafsirkan sendiri bagaimana

    karakter atau sifat tokoh.

    Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik.

    Dalam sebuah karya fiksi, biasanya pengarang mempergunakan pelbagai teknik

    itu secara bergantian dan saling mengisi, walaupun ada perbedaan frekuensi

    penggunaan masing-masing teknik. Mungkin sekali ada satu teknik yang lebih

    sering dipergunakan dibanding teknik-teknik lainnya. Tentunya hal tersebut sesuai

    dengan selera pengarang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    Tokoh-tokoh yang dihadirkan tersebut selanjutnya dikategorikan

    berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan. Tokoh-tokoh dalam Partikel

    akan dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

    2.2.1 Tokoh Utama

    Seperti yang telah dijelaskan pada poin 1.6.1.1 bahwa tokoh utama adalah

    tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia

    merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian

    maupun yang dikenai kejadian. Dalam novel Partikel, tokoh utamanya terdiri dari

    dua orang, yaitu Zarah dan Firas (ayah Zarah). Mereka dikategorikan menjadi

    tokoh utama dan tokoh utama (yang) tambahan karena keduanya merupakan

    penggerak alur cerita. Jika tidak ada kedua tokoh tersebut, cerita tidak berjalan.

    2.2.1.1 Zarah Amala

    Zarah merupakan tokoh utama dalam novel Partikel. Zarah adalah tokoh

    penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga mendominasi sebagian besar

    cerita. Zarah menjadi salah satu tokoh penggerak alur.

    Zarah merupakan seorang perempuan keturunan Arab dan Sunda. Darah

    Arab jelas ia dapatkan dari Abah Hamid yang bercampur dengan darah Sunda dari

    Umi. Untuk ukuran orang Indonesia, Zarah termasuk perempuan yang tinggi

    dengan paras yang cantik. Zarah juga termasuk orang yang cuek dengan

    penampilan. Ia terbiasa mengenakan setelan santai dan simpel yang tidak ribet.

    Berikut ini adalah kutipan penjelas argumen tersebut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    (6) “Aku menjelaskan bahwa darahku campuran Arab dan Sunda (Lestari,

    2012: 311).”

    (7) Usiaku dan Paul terpaut sepuluh tahun. Badanku yang tingginya 172 cm

    seperti bonsai jika berada di sebelahnya (Lestari, 2012: 7).”

    (8) Selama ini aku sudah terlalu nyaman dengan celana kargo, kaus oblong,

    kemeja lengan panjang, dan sepatu botku, hingga lupa bahwa ada

    peristiwa sosial lain di kehidupan ini yang perlu busana berbeda

    (Lestari, 2012: 302).”

    Zarah merupakan anak pertama dari Firas dan Aisyah. Zarah tumbuh besar

    dalam lingkungan orang tua yang sangat mencintai dan menjaga kelestarian

    lingkungan. Ayahnya, Firas adalah seorang dosen dan ahli mikologi dari Institut

    Pertanian Bogor (IPB). Keluarga Zarah merupakan keluarga yang disegani di

    desanya karena keberhasilan Ayah Zarah dalam mengajari warga dalam hal

    pertanian. Hal tersebut terbukti melalui kutipan berikut ini:

    (9) Bersama Ayah di sisinya, visi Abah masuk ke jalur cepat. Pertanian di

    Batu Luhur maju pesat karena berhasil ditekan biayanya. Ayah

    menemukan cara untuk mengadakan pupuk dan obat-obatan sendiri. Ia

    mendayakan ibu-ibu untuk mengumpulkan semak kirinyuh dan sampah-

    sampah organik, lalu membangun mesin-mesin pengolah kompos dengan

    mesin kayuh (Lestari, 2012: 12).”

    (10) “Dan tidak Cuma itu, satu pohon di Bukit Jambul adalah rumah bagi

    puluhan bahkan ratusan spesies, termasuk fungi-fungi langka yang

    berpotensi besar menyelamatkan bumi. Satu saja pohon di Bukit Jambul

    ditebang, semua spesies tadi ikut hilang. Tugas kita, Zarah, adalah

    melindungi hutan di Bukit Jambul dari manusia (Lestari, 2012: 70).”

    Zarah tumbuh dalam didikan seorang Firas. Bahkan ia menanggap ayahnya

    adalah dewa. Dengan begitu, sifat Zarah hampir sama persis seperti sifat Firas.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Zarah adalah seseorang yang cerdas. Namun, ia juga seorang yang sangat keras

    kepala dan memiliki pendirian teguh. Berikut ini adalah gambarannya pada

    kutipan di bawah ini

    (11) “Atas permintaan ibuku, mereka memberikan variasi soal mulai level 6

    SD sampai pelajaran kelas 3 SMA.

    Aku mengerjakannya dengan setengah tidak percaya. Untuk inikah

    anak-anak itu disekap berjam-jam di kelas? Lebih baik mereka semua

    ikut Ayah ke Kebun Raya dan mendengarkan cerita-ceritanya tentang

    alam semesta. Nilaiku sempurna. Dengan setengah tidak percaya pula,

    mereka akhirnya mengizinkanku bersekolah di sana (Lestari, 2012:

    95).”

    (12) “Nilaimu bagus, Zarah. Kalau bukan karena nilai PMP dan agamamu

    yang jeblok, kamu pasti masuk tiga besar. Kenapa kamu mau tinggal

    kelas? (Bu Kartika, 2012: 116).”

    Sifat keras kepala Zarah juga terbukti dalam kutipan di bawah ini:

    (13) “Kenapa kamu begitu bodoh Zarah? Kenapa kamu begitu keras kepala?

    Nggak cukup ayahmu menyiksa keluarga kita? Masih harus kamu ikut-

    ikutan? Nggak kasihan kamu sama Ibu? (Lestari, 2012: 106).”

    (14) Secepat kilat aku menyambar tiket di tangannya. Dan untuk bisa

    merampas dari tangan Paul, aku harus melompat tinggi seolah

    membidik ring basket. “No. You return this ticket. Now. Saya pergi

    sendiri.”

    “Kenapa sih, kamu keras kepala banget jadi orang?” seru Paul gemas.

    “You’ve done so much already, Paul,” kataku lembut. Kukembalikan

    tiketnya baik-baik. “Perjalanan yang satu ini adalah jatah saya

    sendirian,” tegasku lagi (Lestari, 2012: 380).

    Zarah juga merupakan seseorang yang tegas dalam mengambil keputusan. Ia

    selalu berpegang teguh pada apa yang ia yakini. Sikap tegasnya dalam mengambil

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    keputusan ini kemudian banyak menuai konflik dari orang-orang yang ada di

    sekitarnya. Hal tersebut terbukti dalam kutipan:

    (15) “S—saya… tetap mau tinggal kelas bu,” aku tergagap sambil beranjak.

    Tatapan itu berhasil mendesakku keluar.

    Sebagaimana yang sudah kuduga dan kuantisipasi, Ibu mengamuk

    habis-habisan. Aku juga tak berupaya menjelaskan panjang lebar

    alasanku. Aku yakin Ibu tak akan mengerti (Lestari, 2012: 118).

    (16) Malam itu juga kuputuskan, aku tak pulang lagi ke Jawa.

    Esok harinya, keputusanku untuk tidak pulang menggemparkan seisi

    kelotok. Melalui pertengkaran sengit yang berakhir dengan aku

    menandatangani surat perjanjian pelepasan tanggung jawab, aku

    berhasil tinggal (Lestari, 2012: 194).

    (17) Yang kutahu, kemarahan Ibu bukan karena aku memilih orangutan

    ketimbang keluargaku sendiri. Kemarahan Ibu hari ini adalah

    kemarahan yang tertunda. Yang terakumulasi sejak perang dingin kami

    dimulai dan aku memilih tinggal di saung Batu Luhur setahun lalu.

    Kemarahan Ibu adalah karena anaknya melihat segala tempat di dunia

    ini, entah itu saung tak berdinding di tengah ladang, atau teras

    bangunan kayu di tengah hutan belantara, seolah lebih baik dari

    rumahnya sendiri. Rumah yang telah ibu wujudkan dan pertahankan

    dengan air mata dan jerih payah (Lestari, 2012: 218).

    Selain cuek dengan penampilannya, Zarah juga memiliki sifat yang cuek

    terhadap apa yang dipikirkan orang lain. Ia tidak begitu ambil pusing tentang apa

    yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Hal itu terbukti dari reaksinya ketika ia

    dianggap native oleh teman-temannya dan juga ia tidak ambil pusing ketika

    orang-orang tidak percaya kepada apa yang ditulis ayahnya, sedangkan ia sangat

    percaya pada ayahnya. Berikut ini adalah kutipan penjelasnya.

    (18) Zach roboh ke tanah dan tertawa terguling-guling melihat pemandangan

    itu. Antara Valerie yang rela kencan dengan sepuluh orangutan demi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    masuk short list pendamping WWF yang secara berkala memboyong

    selebritas Hollywood masuk hutan, dengan aku yang berkali-kali

    ditawari ikut, tapi selalu menolak tanpa tahu apa yang sebenarnya

    kulewatkan. Tahun lalu, mereka membawa Julia—something—

    Roberts? Lupa lagi. Zach membodoh-bodohiku selama sebulan karena

    ia sendiri rela melakukan apa saja demi memotret senyum maut Julia di

    pagi hari. Seakan-akan panjang gigi perempuan itu bakal bertambah

    atau berkurang seinci, tergantung sinar matahari (Lestari, 2012: 4).

    (19) “Kamu menyembah apa?”

    “Jamur”

    Semenjak hari itu mereka menganggapku sinting. Keuntungan ada di

    pihakku, karena teror pernyataan mereka mereda (Lestari, 2012: 98).

    (20) Maka, kuputuskan untuk diam. Untuk apa menabrak-nabrakkan diri ke

    benteng batu? Hanya akan mengundang masalah, dan aku tak punya

    cukup ruang untuk itu. Tujuanku jelas dan pasti: mencari Ayah. Yang

    lain hanya berisikan. Tak perlu didengar (Lestari, 2012: 105).

    Zarah juga menuruni sifat Firas yang pemberani dan pemberontak. Jika ia

    mengetahui sesuatu yang salah (tidak sesuai dengan apa yang ia percaya), tidak

    segan-segan ia mengeluarkan pendapatnya dan mengatakan kesungguhannya

    walaupun itu menyakiti hati orang lain. Hal ini mungkin bisa disebut dengan

    nama ceplas-ceplos. Hal tersebut dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut:

    (21) “Karena kebenaran hanya ada satu,” potong Abah, “Kebenaran Allah

    subhanahu wa taala”.

    “Kalau kenenaran cuma ada satu, kenapa ada banyak agama? Abah

    sendiri bilang, Islam banyak alirannya. Berarti nggak cumma satu

    dong,” balasku. “Kalau yang benar cuma Islamnya Abah, berarti teman-

    temanku yang dari agama lain, dari Islam aliran lain, juga harusnya

    diskors. Kenapa cuma Zarah? Padahal, Zarah nggak percaya apa-apa.

    Zarah cuma menceritakan apa yang Zarah baca (Lestari, 2012: 103).”

    (22) “Loh, apa salahnya bilang begitu?” tanyaku bingung.

    “Memang apa buktinya Allah pasti ada? (Lestari, 2012: 130).”

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Zarah memang banyak mewarisi sifat Firas. Salah satunya adalah tidak

    mudah percaya pada suatu hal. Apalagi jika itu menyangkut tentang agama. Ia

    selalu mempertanyakan kebenaran tentang agama. Dan hal ini yang menyebabkan

    pelbagai macam konflik di dalam keluarganya. Zarah, dalam hal kepercayaan, ia

    menganut ideologi ayahnya mengenai alam semesta. Berikut ini adalah kutipan

    penjelasnya.

    (23) “Karena apa yang kamu ceritakan tidak sesuai dengan pelajaran Agama.

    Tidak sesuai dengan Islam.”

    “Cerita saya itu memang belum tentu benar, Pak. Namanya juga cerita.

    Yang diceritakan Bu Aminah tentang Adam dan Hawa, kan, belum

    tentu benar juga— (Lestari, 2012: 102).”

    (24) “Zarah tak pernah bilang Zarah beriman pada tulisan Ayah, Zarah cuma

    cerita. Apa salahnya? Kenapa nggak boleh?”

    “Karena kebenaran cuma ada satu,” potong Abah, “Kebenaran Allah

    subhanahu wa taala.”

    “Kalau kebenaran cuma satu, kenapa ada banyak agama? Abah sendiri

    bilang, Islam banyak alirannya. Berarti nggak cuma satu dong,”

    balasku. “Kalau kebenaran cuma Islamnya Abah, berarti teman-

    temanku yang dari agama lain, dari Islam aliran lain, juga harusnya

    diskors. Kenapa cuma Zarah? Padahal Zarah nggak percaya apa-apa.

    Zarah cuma menceritakan apa yang Zarah baca (Lestari, 2012: 104).”

    (25) Aku pun merasakan luapan amarah dalam hatiku. Mengapa mereka

    harus meradang karena pertanyaan-pertanyaanku? Seolah-olah semua

    yang kuucapkan adalah hinaan? Kenapa mereka tidak bisa melihat

    semata-mata sebagai pertanyaan? Mengapa kata “agama” dan “Tuhan”

    menyulut api dalam setiap hati orang yang kutemui? Dan sungguh aku

    muak dengan satu kata itu. Atheis. Bagiku ini bukan soal percaya atau

    tidak percaya, melainkan tidak adanya kesempatan untuk

    mempertanyakan.

    “Zarah buka Ateis. Zarah percaya sama alam ini, tapi nggak peduli

    siapa yang bikin.” (Lestari, 2012: 131).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Zarah juga merupakan seseorang yang tangguh dalam menghadap pelbagai

    masalah. Dibuktikan dengan ia tetap kuat ketika kehilangan ayahnya. Ketika ia

    juga menghadapi masalah tentang kelahiran adeknya yang disebut tumbal. Zarah

    merupakan sosok yang mewarisi sifat dan watak Firas, ayahnya.

    2.2.1.2 Firas

    Firas adalah tokoh utama (yang) tambahan. Hal itu karena, jika tidak ada

    Firas, maka alur cerita yang menceritakan pencarian Zarah tidak akan pernah ada.

    Firas juga merupakan seorang tokoh yang menggerakkan alur dalam novel

    Partikel. Firas memegang peranan penting dalam novel, karena dominasinya

    dalam cerita ada di bawah Zarah.

    Firas adalah ayah Zarah dan Hara. Ia adalah angkat dari Abah Hamid dan

    Umi. Firas juga merupakan menantu Abah dan Umi, karena ia menikahi Aisyah,

    anak kandung Abah dan Umi. Firas bekerja sebagai dosen mikologi di IPB.

    (26) Firas adalah seorang laki-laki yang cerdas. Kepandaiannya melampaui

    semua anak di Batu Luhur pada masanya. Dengan kepandaiannya, ia

    mampu meraih pelbagai beasiswa hingga tingkat perguruan tinggi.