Foreign Policy & Decision Making Process

7
Nama : Maleona Sarah L.C. NIM : 070912042 Mata Kuliah : Teori Hubungan Internasional Foreign Policy & Decision Making Process Saat membicarakan mengenai Foreign Policy (FP), pasti ingat kembali kepada bab sebelumnya mengenai National Interest (NI). Mengapa? Sebab NI merupakan faktor pendorong yang penting bagi keberadaaan FP. Sebuah negara melakukan FP sebagai strategi dalam melaksanakan atau memenuhi NI-nya. FP berjalan sebagai sebuah alat dalam pelaksanaan strategi ‘kemenangan total’ menurut Sun Tzu. Ia mengatakan dalam bukunya Art of War bahwa kemenangan total hanya dapat dicapai apabila mampu memenangkan perang tanpa harus bertarung. Bisa dikatakan bahwa negara berusaha untuk menghindarkan perang yang tidak perlu namun tetap mempertahankan NI-nya. Oleh karena itulah, FP dibutuhkan sebagai alat mencapai tujuan. Menurut penulis, FP juga berfungsi sebagai alat pengukur kepekaan terhadap hal-hal yang terjadi. Jadi, ia menjadi sosok yang bereaksi terhadap suatu aksi yang terjadi guna mempertahankan apa yang sudah dimiliki atau untuk mencapai dan memaksimasi kesempatan-kesempatan, untuk mendapatkan yang baru dan berkaitan dengan apa yang dicapai melalui pemerintahannya. Menurut Graham Evans & Jerry NewnHam, FP adalah a ktivitas aktor negara dalam bentuk aksi, reaksi, dan interaksi yang diimplementasikan di lingkungan eksternal. Sedangkan menurut Jack 1

description

Menurut Graham Evans & Jerry NewnHam, FP adalah aktivitas aktor negara dalam bentuk aksi, reaksi, dan interaksi yang diimplementasikan di lingkungan eksternal. Sedangkan menurut Jack C. Plano & Roy Olton, FP adalah strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional. Menurut Paul R. Viotti & Mark V. Kauppy, FP ialah keputusan dan perilaku yang ditempuh oleh negara-negara dalam interaksinya dengan negara lain atau dalam organisasi internasional. Menurut Michael Mendlebaum, FP bisa dilihat melalui dua sisi yaitu sebagai perluasan dari kebutuhan dalam negeri (inside-out perspective), atau sebagai respon terhadap dinamika internasional (outside-in perspective). Dikatakan oleh B.Raman, FP has four aspects---political, internal and external security-related, economic including commercial, and societal.

Transcript of Foreign Policy & Decision Making Process

Page 1: Foreign Policy & Decision Making Process

Nama : Maleona Sarah L.C.

NIM : 070912042

Mata Kuliah : Teori Hubungan Internasional

Foreign Policy & Decision Making Process

Saat membicarakan mengenai Foreign Policy (FP), pasti ingat kembali kepada bab

sebelumnya mengenai National Interest (NI). Mengapa? Sebab NI merupakan faktor pendorong

yang penting bagi keberadaaan FP. Sebuah negara melakukan FP sebagai strategi dalam

melaksanakan atau memenuhi NI-nya. FP berjalan sebagai sebuah alat dalam pelaksanaan

strategi ‘kemenangan total’ menurut Sun Tzu. Ia mengatakan dalam bukunya Art of War bahwa

kemenangan total hanya dapat dicapai apabila mampu memenangkan perang tanpa harus

bertarung. Bisa dikatakan bahwa negara berusaha untuk menghindarkan perang yang tidak perlu

namun tetap mempertahankan NI-nya. Oleh karena itulah, FP dibutuhkan sebagai alat mencapai

tujuan. Menurut penulis, FP juga berfungsi sebagai alat pengukur kepekaan terhadap hal-hal

yang terjadi. Jadi, ia menjadi sosok yang bereaksi terhadap suatu aksi yang terjadi guna

mempertahankan apa yang sudah dimiliki atau untuk mencapai dan memaksimasi kesempatan-

kesempatan, untuk mendapatkan yang baru dan berkaitan dengan apa yang dicapai melalui

pemerintahannya.

Menurut Graham Evans & Jerry NewnHam, FP adalah aktivitas aktor negara dalam

bentuk aksi, reaksi, dan interaksi yang diimplementasikan di lingkungan eksternal. Sedangkan

menurut Jack C. Plano & Roy Olton, FP adalah strategi atau rencana tindakan yang dibentuk

oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik

internasional. Menurut Paul R. Viotti & Mark V. Kauppy, FP ialah keputusan dan perilaku yang

ditempuh oleh negara-negara dalam interaksinya dengan negara lain atau dalam organisasi

internasional. Menurut Michael Mendlebaum, FP bisa dilihat melalui dua sisi yaitu sebagai

perluasan dari kebutuhan dalam negeri (inside-out perspective), atau sebagai respon terhadap

dinamika internasional (outside-in perspective). Dikatakan oleh B.Raman, FP has four aspects---

political, internal and external security-related, economic including commercial, and societal.

Dalam prakteknya, FP sendiri terbagi-bagi menjadi bermacam-macam variabel. James E.

Dougherty and Robert L. Pfaltzgraff, jr. mengatakan bahwa FP merupakan bagian dari

1

Page 2: Foreign Policy & Decision Making Process

individual, sub-national groups, nation-state, transnational groups and organization not made

up of state, international group and organization with states or their representative as member.,

international system, dan politic economy and interdependence. Sedangkan Kenneth Waltz

membatasi FP menjadi individual, state, dan international system. Pemikiran yang lebih ringkas

dan lengkap disajikan oleh James N.Rosenau. Ia membatasi variable-variabel FP menjadi

individu (sifat dan sikap pemimpin negara), peranan (perilaku para pengambil keputusan),

birokratis (persaingan antardepartemen yang merumuskan kebijakan), nasional (situasi dan

kondisi dalam negeri) serta sistem international (situasi dan kondisi lingkungan internasional).

Dalam menjalankan FP, tidak semudah yang dibayangkan. Dibutuhkan sebuah proses

yang dinamakan dengan Decision Making Process (DMP). Proses ini menganalisa seluruh data

yang ada baik di masa lalu maupun hal-hal yang terjadi pada saat itu, saat keputusan FP akan

diambil. DMP sangat penting dalam pelaksanaan FP sebab ia berguna sebagai upaya-upaya yang

dilakukan agar FP berjalan lancar dan IN yang didapat maksimal. Lalu, apakah DMP itu sendiri?

Menurut John T. Rourke, decision making is complex process (pembuatan keputusan adalah

sesuatu yang kompleks). Menurut Michael Brecher & Jonathan Wilkenfeld, making foreign

policy dipengaruhi oleh situasi. Mengapa? Sebab situasi merupakan salah satu variabel yang

menentukan sifat yang tepat dalam proses kebijakan luar negeri. Misalnya jika terjadi situasi

krisis dimana FP akan dibuat, maka dapat sangat mempengaruhi keberhasilan FP tersebut.

Lalu manakah dari pendapat para ahli yang paling sesuai dengan hubungan FP dan DMP?

Menurut penulis, pendapat Rosenau akan sangat menarik untuk dibahas sebab ia tidak

memfokuskan FP yang bersifat domestik maupun bersifat internasional. Ia menganggap bahwa

individu, peranan, birokrasi, sistem nasional dan sistem internasional merupakan variabel-

variabel penting dalam FP.

Individu, sangat terkait erat dengan persepsi dan karakteristik kepribadian seorang

decision-maker. Variabel ini banyak dilakukan di negara-negara monarki dimana sebuah FP

sangat bergantung dari kepribadian pemimpinnya seperti raja, presiden dan perdana menteri.

Menurut Coulombis, variabel ini banyak dilakukan di negara-negara otoriter dan totaliter

daripada negara-negara demokrasi. Apabila sosok pemimpinnya diktaktor, maka FP yang

digunakan akan menguntungkan pihak-pihak tertentu saja bahkan tidak menutup kemungkinan

keuntungan pribadi sang decision-maker. Hal ini terlihat saat rezim Soeharto, yaitu saat ia

mengumpulkan pundi-pundi uang bagi keluarga besarnya dari hasil memeras uang negara.

2

Page 3: Foreign Policy & Decision Making Process

Pertanyaannya, bagaimana sebuah negara demokrasi dapat dikendalikan oleh seorang individu?

Bukankah Couloumbis mengatakan bahwa hanya negar-negara otoriter dan totaliter saja yang

dapat dikendalikan oleh variabel ini? Jawabannya terletak pada ketidakberadaan check-and-

balance pemerintah, pers yang bebas, opini publik dan kelompok penekan yang mampu

menyuarakan suaranya dengan bebas pada Rezim Soeharto.

Peranan, adalah hal yang abstrak dan susah dipaparkan secara rinci. Peranan banyak

berada pada negara-negara demokrasi yang memperbolehkan banyak individu bersifat kritis dan

mampu mempengaruhi keputusan yang akan dilaksanakan. Anggapannya, jika para decision

maker membuka diri terhadap kritikan-kritikan, maka FP yang didapatkan akan menjadi semakin

baik. Kritikan-kritikan tersebut dapat berasal dari individu, pers, maupun interest groups.

Kelompok/Groups adalah bagian yang amat penting dalam FP. Menurut Rourke, interest groups

mengalami spesialisasi menjadi cultural groups, dan economic groups sehingga akan

memudahkan pengambilan keputusan kebijakan luar negeri. Sebab kelompok-kelompok tersebut

telah mengkaji suatu bidang tertentu dengan detail sehingga akan diketahui apakah pelaksanaan

FP tersebut akan menghasilkan manfaat atau tidak. Karena pengaruh FP akan menyangkut

keuntungan yang diperoleh dari interest groups itu sendiri.

Menurut Couloumbis, birokrasi menyangkut struktur dan proses pemerintahan serta

efeknya terhadap FP yang meliputi struktur organisasi pemerintah, standar prosedur pelaksanaan

perwakilan-perwakilan birokratis yang besar (tentang pemerintahan), DMP pada berbagai

peringkat perumusan kebijakan, dll. Dijelaskan oleh Rourke bahwa birokrasi mempengaruhi

pembuatan FP melalui 3 cara yaitu filtering information, recommendations, dan implementation.

Filtering information adalah saat para birokrat menyaring setiap kebijakan yang dilakukan oleh

negaranya. Recommendations, terkait dengan posisi birokrasi sebagai lembaga yang menimbang

keputusan pelaksanaan FP untuk mendorong apakah FP akan tetap diputuskan atau tidak.

Sedangkan implementation terkait dengan upaya birokrasi untuk mengimplementasikan suatu

kebijakan dengan cara mengubah arah kebijakan agar kekuasaan apar birokrat untuk

mempertimbangkan FP semakin luas.

Variabel nasional meliputi variabel lingkungan seperti luas, lokasi geografis, tipe daerah,

iklim dan SDA negara serta populasi. Selain itu adapula GNP, hasil pertanian dan industri,

tingkat pertumbuhan ekonomi, sistem politik, ekonomi dan sosial dll sangat mempengaruhi

pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam melakukan FP. Berbagai pengaruh dalam

3

Page 4: Foreign Policy & Decision Making Process

sistem domestik menjadi pengaruh dalam pergerakan suatu negara dalam dunia internasional.

Tak dapat dipungkiri bahwa sistem nasional suatu negara adalah salah satu faktor penting dalam

pengambilan keputusan kebijakan luar negeri. Jadi, variabel ini tidak dapat dipandang sebelah

mata. Disebutkan oleh Rosenau bahwa tidak ada kelompok pembuat keputusan yang bersifat

tunggal. Tidak ada politik luar negeri yang dibuat tanpa mengaitkannya dengan konsekuensi-

konsekuensi domestik dan demikian pula sebaliknya. Seluruh struktur dan proses internasional

menjadi sangat penting saat antara politik luar negeri dan politik domestik memiliki hubungan

yang sangat erat sekali dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Variabel global meliputi

kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan negara lain yang dapat merangsang respons politik

negara lain. Kesimpulannya, tidak mungkin menjelaskan FP secara sederhana. Setuju dengan

John. T. Rourke yang menyebutkan bahwa FP adalah sesuatu yang kompleks. Berbagai faktor-

faktor saling mempengaruhi satu sama lain. Semuanya berkaitan dengan tujuan satu yaitu

melaksanakan National Interest.

Referensi :

Couloumbis, T.A. & J.H.Wolfe. 1981. Introduction to International Relations, Power

and Justice. Prentice Hall.

Plano, J.C. & R. Olton. 1969. International Relations Dictionary. New York: Rinehart

and Winston

Raman, B. Decision-Making in Foreign Policy

Rosenau, J.N. 1980. Pre Theories and Theories of Foreign Policy in The Scientific Study

of Foreign Policy. United States of America

Tourke, J.T. 2001. International Politics on The World Stage. United States of America:

McGraw-Hill/Dushkin

4