Foreign Policy & Decision Making Process
-
Upload
maleona-sarah -
Category
Documents
-
view
105 -
download
15
description
Transcript of Foreign Policy & Decision Making Process
Nama : Maleona Sarah L.C.
NIM : 070912042
Mata Kuliah : Teori Hubungan Internasional
Foreign Policy & Decision Making Process
Saat membicarakan mengenai Foreign Policy (FP), pasti ingat kembali kepada bab
sebelumnya mengenai National Interest (NI). Mengapa? Sebab NI merupakan faktor pendorong
yang penting bagi keberadaaan FP. Sebuah negara melakukan FP sebagai strategi dalam
melaksanakan atau memenuhi NI-nya. FP berjalan sebagai sebuah alat dalam pelaksanaan
strategi ‘kemenangan total’ menurut Sun Tzu. Ia mengatakan dalam bukunya Art of War bahwa
kemenangan total hanya dapat dicapai apabila mampu memenangkan perang tanpa harus
bertarung. Bisa dikatakan bahwa negara berusaha untuk menghindarkan perang yang tidak perlu
namun tetap mempertahankan NI-nya. Oleh karena itulah, FP dibutuhkan sebagai alat mencapai
tujuan. Menurut penulis, FP juga berfungsi sebagai alat pengukur kepekaan terhadap hal-hal
yang terjadi. Jadi, ia menjadi sosok yang bereaksi terhadap suatu aksi yang terjadi guna
mempertahankan apa yang sudah dimiliki atau untuk mencapai dan memaksimasi kesempatan-
kesempatan, untuk mendapatkan yang baru dan berkaitan dengan apa yang dicapai melalui
pemerintahannya.
Menurut Graham Evans & Jerry NewnHam, FP adalah aktivitas aktor negara dalam
bentuk aksi, reaksi, dan interaksi yang diimplementasikan di lingkungan eksternal. Sedangkan
menurut Jack C. Plano & Roy Olton, FP adalah strategi atau rencana tindakan yang dibentuk
oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik
internasional. Menurut Paul R. Viotti & Mark V. Kauppy, FP ialah keputusan dan perilaku yang
ditempuh oleh negara-negara dalam interaksinya dengan negara lain atau dalam organisasi
internasional. Menurut Michael Mendlebaum, FP bisa dilihat melalui dua sisi yaitu sebagai
perluasan dari kebutuhan dalam negeri (inside-out perspective), atau sebagai respon terhadap
dinamika internasional (outside-in perspective). Dikatakan oleh B.Raman, FP has four aspects---
political, internal and external security-related, economic including commercial, and societal.
Dalam prakteknya, FP sendiri terbagi-bagi menjadi bermacam-macam variabel. James E.
Dougherty and Robert L. Pfaltzgraff, jr. mengatakan bahwa FP merupakan bagian dari
1
individual, sub-national groups, nation-state, transnational groups and organization not made
up of state, international group and organization with states or their representative as member.,
international system, dan politic economy and interdependence. Sedangkan Kenneth Waltz
membatasi FP menjadi individual, state, dan international system. Pemikiran yang lebih ringkas
dan lengkap disajikan oleh James N.Rosenau. Ia membatasi variable-variabel FP menjadi
individu (sifat dan sikap pemimpin negara), peranan (perilaku para pengambil keputusan),
birokratis (persaingan antardepartemen yang merumuskan kebijakan), nasional (situasi dan
kondisi dalam negeri) serta sistem international (situasi dan kondisi lingkungan internasional).
Dalam menjalankan FP, tidak semudah yang dibayangkan. Dibutuhkan sebuah proses
yang dinamakan dengan Decision Making Process (DMP). Proses ini menganalisa seluruh data
yang ada baik di masa lalu maupun hal-hal yang terjadi pada saat itu, saat keputusan FP akan
diambil. DMP sangat penting dalam pelaksanaan FP sebab ia berguna sebagai upaya-upaya yang
dilakukan agar FP berjalan lancar dan IN yang didapat maksimal. Lalu, apakah DMP itu sendiri?
Menurut John T. Rourke, decision making is complex process (pembuatan keputusan adalah
sesuatu yang kompleks). Menurut Michael Brecher & Jonathan Wilkenfeld, making foreign
policy dipengaruhi oleh situasi. Mengapa? Sebab situasi merupakan salah satu variabel yang
menentukan sifat yang tepat dalam proses kebijakan luar negeri. Misalnya jika terjadi situasi
krisis dimana FP akan dibuat, maka dapat sangat mempengaruhi keberhasilan FP tersebut.
Lalu manakah dari pendapat para ahli yang paling sesuai dengan hubungan FP dan DMP?
Menurut penulis, pendapat Rosenau akan sangat menarik untuk dibahas sebab ia tidak
memfokuskan FP yang bersifat domestik maupun bersifat internasional. Ia menganggap bahwa
individu, peranan, birokrasi, sistem nasional dan sistem internasional merupakan variabel-
variabel penting dalam FP.
Individu, sangat terkait erat dengan persepsi dan karakteristik kepribadian seorang
decision-maker. Variabel ini banyak dilakukan di negara-negara monarki dimana sebuah FP
sangat bergantung dari kepribadian pemimpinnya seperti raja, presiden dan perdana menteri.
Menurut Coulombis, variabel ini banyak dilakukan di negara-negara otoriter dan totaliter
daripada negara-negara demokrasi. Apabila sosok pemimpinnya diktaktor, maka FP yang
digunakan akan menguntungkan pihak-pihak tertentu saja bahkan tidak menutup kemungkinan
keuntungan pribadi sang decision-maker. Hal ini terlihat saat rezim Soeharto, yaitu saat ia
mengumpulkan pundi-pundi uang bagi keluarga besarnya dari hasil memeras uang negara.
2
Pertanyaannya, bagaimana sebuah negara demokrasi dapat dikendalikan oleh seorang individu?
Bukankah Couloumbis mengatakan bahwa hanya negar-negara otoriter dan totaliter saja yang
dapat dikendalikan oleh variabel ini? Jawabannya terletak pada ketidakberadaan check-and-
balance pemerintah, pers yang bebas, opini publik dan kelompok penekan yang mampu
menyuarakan suaranya dengan bebas pada Rezim Soeharto.
Peranan, adalah hal yang abstrak dan susah dipaparkan secara rinci. Peranan banyak
berada pada negara-negara demokrasi yang memperbolehkan banyak individu bersifat kritis dan
mampu mempengaruhi keputusan yang akan dilaksanakan. Anggapannya, jika para decision
maker membuka diri terhadap kritikan-kritikan, maka FP yang didapatkan akan menjadi semakin
baik. Kritikan-kritikan tersebut dapat berasal dari individu, pers, maupun interest groups.
Kelompok/Groups adalah bagian yang amat penting dalam FP. Menurut Rourke, interest groups
mengalami spesialisasi menjadi cultural groups, dan economic groups sehingga akan
memudahkan pengambilan keputusan kebijakan luar negeri. Sebab kelompok-kelompok tersebut
telah mengkaji suatu bidang tertentu dengan detail sehingga akan diketahui apakah pelaksanaan
FP tersebut akan menghasilkan manfaat atau tidak. Karena pengaruh FP akan menyangkut
keuntungan yang diperoleh dari interest groups itu sendiri.
Menurut Couloumbis, birokrasi menyangkut struktur dan proses pemerintahan serta
efeknya terhadap FP yang meliputi struktur organisasi pemerintah, standar prosedur pelaksanaan
perwakilan-perwakilan birokratis yang besar (tentang pemerintahan), DMP pada berbagai
peringkat perumusan kebijakan, dll. Dijelaskan oleh Rourke bahwa birokrasi mempengaruhi
pembuatan FP melalui 3 cara yaitu filtering information, recommendations, dan implementation.
Filtering information adalah saat para birokrat menyaring setiap kebijakan yang dilakukan oleh
negaranya. Recommendations, terkait dengan posisi birokrasi sebagai lembaga yang menimbang
keputusan pelaksanaan FP untuk mendorong apakah FP akan tetap diputuskan atau tidak.
Sedangkan implementation terkait dengan upaya birokrasi untuk mengimplementasikan suatu
kebijakan dengan cara mengubah arah kebijakan agar kekuasaan apar birokrat untuk
mempertimbangkan FP semakin luas.
Variabel nasional meliputi variabel lingkungan seperti luas, lokasi geografis, tipe daerah,
iklim dan SDA negara serta populasi. Selain itu adapula GNP, hasil pertanian dan industri,
tingkat pertumbuhan ekonomi, sistem politik, ekonomi dan sosial dll sangat mempengaruhi
pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam melakukan FP. Berbagai pengaruh dalam
3
sistem domestik menjadi pengaruh dalam pergerakan suatu negara dalam dunia internasional.
Tak dapat dipungkiri bahwa sistem nasional suatu negara adalah salah satu faktor penting dalam
pengambilan keputusan kebijakan luar negeri. Jadi, variabel ini tidak dapat dipandang sebelah
mata. Disebutkan oleh Rosenau bahwa tidak ada kelompok pembuat keputusan yang bersifat
tunggal. Tidak ada politik luar negeri yang dibuat tanpa mengaitkannya dengan konsekuensi-
konsekuensi domestik dan demikian pula sebaliknya. Seluruh struktur dan proses internasional
menjadi sangat penting saat antara politik luar negeri dan politik domestik memiliki hubungan
yang sangat erat sekali dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Variabel global meliputi
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan negara lain yang dapat merangsang respons politik
negara lain. Kesimpulannya, tidak mungkin menjelaskan FP secara sederhana. Setuju dengan
John. T. Rourke yang menyebutkan bahwa FP adalah sesuatu yang kompleks. Berbagai faktor-
faktor saling mempengaruhi satu sama lain. Semuanya berkaitan dengan tujuan satu yaitu
melaksanakan National Interest.
Referensi :
Couloumbis, T.A. & J.H.Wolfe. 1981. Introduction to International Relations, Power
and Justice. Prentice Hall.
Plano, J.C. & R. Olton. 1969. International Relations Dictionary. New York: Rinehart
and Winston
Raman, B. Decision-Making in Foreign Policy
Rosenau, J.N. 1980. Pre Theories and Theories of Foreign Policy in The Scientific Study
of Foreign Policy. United States of America
Tourke, J.T. 2001. International Politics on The World Stage. United States of America:
McGraw-Hill/Dushkin
4