fix.docx

8
PENGARUH EFEK OBAT ANTIKONVULSAN DAN ANTIDEPRESAN TERHADAP HEWAN UJI MENCIT (Mus musculus) Tisar Tumari Effendi, Aprilda, Febriana Ma’tang, Apurwanti Pramida, Elfin Pairunan, dan Mukarramah Laboratorium Biofarmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Telah dilakukan percobaan uji profil farmakodinamika obat-obat sistem saraf pusat yaitu golongan obat antidepresan dan antikonvulsan terhadap mencit (Mus Musculus). Mencit yang digunakan diberi perlakuan secara oral. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat efek obat fenitoin dan luminal sebagai obat antikonvulsan pada mencit, setelah diberikan perlakuan ditunggu selama 1 jam. Dilakukan pula pemberian obat anti depresi pada kelompok hewan lainnya. Obat yang diberikan merupakan obat dari golongan (Tryciclic Antydepressant)TCA yaitu Amitripitilin dan Imipramint. Frekuensi depressant menunjukkan efek dari obat golongan TCA. Mencit yang diberi perlakuan secara oral diberi perlakuan dengan menggunakan Na-CMC sebagai kontrol. Dari percobaan didapatkan hasil yang tidak signifikan pada antikonvulsan dan signifikan pada antidepresi , dimana nilai F crit lebih besar dari pada nilai F, dan nilai alfa (0,05) lebih kecil dari pda nilai P-Value. Kata Kunci : SSP, Antikonvulsan,Antidepressant PENDAHULUAN Depresi adalah penyakit alam perasaan yang menyimpang, mengganggu energi, pola tidur, nafsu makan, libido, dan kemampuan bekerja. Gejala depresi berupa perasaan sedih yang sangat mendalam, tak berdaya, kecewa, dan tidak dapat merasakan kesenangan dalam aktivitas biasa. Mania dicirikan sebagai tingkat yang bertentangan, yaitu gembira, pemikiran dan bicara cepat berlebihan, dan percaya diri yang berlebihan serta gangguan pertimbangan. Semua antidepresi yang berguna di klinik (juga disebut timoleptika) memperkuat, langsung atau tidak, kerja norepinefrin, dopamine dan/atau serotonin otak. (1) Antidepresan merupakan obat- obat yang efektif pada pengobatan depresi, meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa sejak lahir. Adapun pengolongan dari obat anti depresan yaitu a. Antidepresi Trisiklik/Polisiklik Antidepresi Trisiklik/Polisiklik menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin ke neuron. Terapi jangka panjang dapat menyebabkan perubahan- perubahan dalam reseptor-reseptor SSP tertentu. Contoh obat penting dalam golongan ini adalah imipramin, amitriptilin, desipramin, nortriptilin, protriptilin dan doksepin. (1) b. Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI) Diduga SSRI meningkatkan 5-HT di celah sinaps, pada awalnya akan meningkatkan aktivitas autoreseptor yang justru menghambat pelepasan 5- HT sehingga kadarnya turun dibanding sebelumnya. Tetapi pada pemberian terus menerus autoreseptor akan mengalami desensitisasi sehingga hasilnya 5-HT akan meningkat dicelah sinaps di area forebrain yang

Transcript of fix.docx

PENGARUH EFEK OBAT ANTIKONVULSAN DAN ANTIDEPRESAN TERHADAP HEWAN UJI MENCIT (Mus musculus)Tisar Tumari Effendi, Aprilda, Febriana Matang,Apurwanti Pramida, Elfin Pairunan, dan MukarramahLaboratorium Biofarmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, MakassarABSTRAKTelah dilakukan percobaan uji profil farmakodinamika obat-obat sistem saraf pusat yaitu golongan obat antidepresan dan antikonvulsan terhadap mencit (Mus Musculus). Mencit yang digunakan diberi perlakuan secara oral. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat efek obat fenitoin dan luminal sebagai obat antikonvulsan pada mencit, setelah diberikan perlakuan ditunggu selama 1 jam. Dilakukan pula pemberian obat anti depresi pada kelompok hewan lainnya. Obat yang diberikan merupakan obat dari golongan (Tryciclic Antydepressant)TCA yaitu Amitripitilin dan Imipramint. Frekuensi depressant menunjukkan efek dari obat golongan TCA. Mencit yang diberi perlakuan secara oral diberi perlakuan dengan menggunakan Na-CMC sebagai kontrol. Dari percobaan didapatkan hasil yang tidak signifikan pada antikonvulsan dan signifikan pada antidepresi , dimana nilai F crit lebih besar dari pada nilai F, dan nilai alfa (0,05) lebih kecil dari pda nilai P-Value. Kata Kunci : SSP, Antikonvulsan,AntidepressantPENDAHULUANDepresi adalah penyakit alam perasaan yang menyimpang, mengganggu energi, pola tidur, nafsu makan, libido, dan kemampuan bekerja. Gejala depresi berupa perasaan sedih yang sangat mendalam, tak berdaya, kecewa, dan tidak dapat merasakan kesenangan dalam aktivitas biasa. Mania dicirikan sebagai tingkat yang bertentangan, yaitu gembira, pemikiran dan bicara cepat berlebihan, dan percaya diri yang berlebihan serta gangguan pertimbangan. Semua antidepresi yang berguna di klinik (juga disebut timoleptika) memperkuat, langsung atau tidak, kerja norepinefrin, dopamine dan/atau serotonin otak. (1)Antidepresan merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan depresi, meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa sejak lahir.Adapun pengolongan dari obat anti depresan yaitu1. Antidepresi Trisiklik/PolisiklikAntidepresi Trisiklik/Polisiklik menghambat ambilan norepinefrin dan serotonin ke neuron. Terapi jangka panjang dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam reseptor-reseptor SSP tertentu. Contoh obat penting dalam golongan ini adalah imipramin, amitriptilin, desipramin, nortriptilin, protriptilin dan doksepin. (1)1. Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI)Diduga SSRImeningkatkan 5-HT di celah sinaps, pada awalnya akan meningkatkan aktivitas autoreseptor yang justru menghambat pelepasan 5-HT sehingga kadarnya turun dibanding sebelumnya. Tetapi pada pemberian terus menerus autoreseptor akan mengalami desensitisasi sehingga hasilnya 5-HT akan meningkat dicelah sinaps di area forebrain yang menimbulkan efek terapetik. Contoh obat-obat yang tergolong SSRI diantaranya adalah fluoxetine,, paroxetine, dansertraline (2).

1. Monoamine oxidase inhibitor (MAO inhibitor)MAOIs secara nonselektif mengeblok MAO A dan B isoenzym dan memiliki efek antidepresan yang mirip dengan antidepresan trisiklik. Namun, MAOIs bukan obat pertama terapi antidepresan karena pasien yang menerima harus disertai dengan diet rendah tiramin untuk mencegah krisis hipertensi karena MAOIs membawa resiko interaksi obat dengan obat lain. MAOI tidak bersifat spesifik dan akan menurunkan metabolisme barbiturate, analgesic opioid dan alkohol. Meclobamidmenghambat MAO A secara selektif dan reversible, relative aman dengan efek samping utama pusing, insomnia, dan mual. Contoh obat-obat MAOIs diantaranyaphenelzine, dantranylcypromine (2).Epilepsi adalah suatu kelainan kejang kambuhan yang berbeda-beda yang memiliki persamaan yaitu lepasan saraf otak yang mendadak, berlebihan dan tidak normal. Ini menyebabkan gerakan-gerakan atau presepsi yang abnormal yang berlangsung singkat tetapi cenderung untuk berulang. Tempat lepasan listrik yang terjadi menentukan gejala yang timbul, misalnya serangan epilepsi bias menyebabkan kejang-kejang jika motor korteks yang terlibat. Serangan-serangan bias mencakup halusinasi penglihatan, pendengaran, ataupun penciuman jika korteks parietal atau oksipital yang terlibat. Adapun pengolongan dari obat anti epilepsi yaitu:1. Parsial (Lokal)Gejala tiap jenis kejang tergantung pada tempat terjadinya lepasan saraf dan luasnya penyebaran aktivitas listrik ke saraf-saraf lainnya dalam otak, kejang parsial bisa berkembangmenjadi kejang tonik klonik umum. Kejang parsial dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Parsial sederhana1. Parsial yang kompleks

1. GeneralisataKejang ini mulai lokal, tetapi menyebar dengan cepat, menghasilkan lepasan listrik abnormal di seluruh kedua hemisfer otak. Serangan umum bisa berupa kejang atau non kejang. Penderita tersebut biasanya kehilangan kesadaran dengan segera. Kejang generalisata dibagi menjadi 5 yaitu:1. Tonik-klonik (grand mal)1. Absence (petit mal)1. Miokloni1. Kejang demam1. Status epileptikusPada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadapa mencit (Mus musculus), dimana dalam hal ini hewan coba diberikan perlakuan dengan obat antiepilepsi yaitu fenitoin dan selanjutnya disuntikkan dengan obat induksi kejang. (1)METODE PENELITIANAlat dan BahanAlat-alat yang digunakan adalah spoit 1 ml, kanula, handscoon, kandang hewan, timbangan hewan, botol vial, Erlenmeyer,toples ukuran besar berisi air 3/4. Bahan yang digunakan antara lain,luminal,aminitriptilin,fenitoin,imipramin,Skrinin,akuades hangat (700C) dan NaCMC. ]

Pembuatan larutan koloidal NaCMCSerbuk NaCMC sebanyak 2,5 g dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam air aquades hangat (700C) sambil digerus dalam lumpang hingga terbentuk larutan koloidal yang homogen, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentu ukur dan volumenya dicukupkan hingga 250 ml. 50 ml digunakan sebagai kontrol dan 200 ml lainnya untuk melarutkan obat fenitoin,luminal ,imipramin dan amitriptilinPembuatan Larutan fenitoinDigerus tablet fenitoin lalu ditimbang sebanyak 15 mg kemudian dilarutkan dalam 50 ml NaCMC. Larutan kemudian dimasukan dalam botol vial. Dosis 3-4 mg/kg berat badan Pembuatan larutan AmitriptilinDigerus tablet amitriptilin lalu ditimbang sebanyak 15 mg kemudian dilarutkan dalam 50 ml NaCMC.larutan kemudian dimasukan dalam botol vial. Dosis 1-2 mg/kg berat badan

Pembuatan larutan ImipraminDigerus tablet imipramin lalu ditimbang sebanyak 15 mg kemudian dilarutkan dalam 50 ml NaCMC.larutan kemudian dimasukan dalam botol vial. Dosis 2-3 mg/kg berat badan

Pembuatan larutan LuminalDigerus tablet luminal lalu ditimbang sebanyak 15 mg kemudian dilarutkan dalam 50 ml NaCMC.larutan kemudian dimasukan dalam botol vial. Dosis 4-5 mg/kg berat badan

Pembuatan larutan Skrinin ( Penginduksi Kejang )

Pemilihan Hewan UjiHewan yang dipilih adalah mencit (Mus musculus) dengan bobot badan yang bervariasi berkisar antara 17-24 g. Sebelum perlakuan mencit ditimbang terlebih dahulu dan dipuasakan sehari sebelum diuji.Perlakuan Terhadap Hewan UjiMencit yang masuk dalam kelompok control diberi suspensi NaCMC 1% b/v. kelompok uji dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu yang diberi obat anti-konvulsan dan anti-depresan. Untuk kelompok uji anti-konvulsan diberi larutan luminal,fenitoin, dan penginduksi kejang.Sementara kelompok uji anti-depresan diberi larutan imipramin dan amitriptilin.volume pemberian yang bervariasi berdasarkan rumus 0,1/10 g BB. Untuk mencit dengan berat 17 g diberi larutan uji sebanyak 0,17 ml, mencit dengan berat 24 g diberi larutan uji sebanyak 0,24 ml dan seterusnya berdasarkan rumus. Setelah diberi larutan uji dan larutan control, untuk kelompok uji anti-konvulsan setelah diberikan larutan uji ditunggu hingga 1 jam lalu diberikan penginduksi kejang. Dihitung waktu dari pemberian induksi kejang hingga hewan uji mengalami kejang ( onset ) dan waktu selama hewan uji mengalami kejang ( durasi ). Kelompok uji anti-depresan setelah diberikan larutan uji didiamkan selama 15 menit lalu dimasukan kedalam toples besar berisi air sekitar nya lalu diamati gerakan hewan uji di dalam toples.dihitung waktu dari hewan uji berenang-renang hingga diam ( onset ) dan waktu dari diam hingga berenang-renang kembali ( durasi ).Untuk kelompok 1 dan 2 hewan uji diberikan larutan fenitoin (anti-konvulsan) secara peroral dan ditunggu 1 jam lalu diberikan skrinin secara intra peritonial ( penginduksi kejang ) dihitung onset dan durasinya. Kelompok 3 dan 4 hewan uji diberikan lauran luminal ( anti-konvulsan ) secara peroral dan ditunggu 1 jam lalu diberikan skrinin ( penginduksi kejang ) dihitung onset dan durasinya. Untuk kelompok 5 dan 6 hewan uji diberikan larutan amitriptilin secara peroral dan ditunggu selama 15 menit lalu dimasukan dalam toples berisi air dihitung onset dan durasinya. Kelompok 7 dan 8 hewan uji hewan uji diberikan larutan imipramine secara peroral dan ditunggu selama 15 menit lalu dimasukan dalam toples berisi air dihitung onset dan durasinya. Kelompok 9 hewan uji diberikan Na-CMC sebagai control pada percobaan ini

HASIL DAN PEMBAHASANPada penelitian ini dilakukan pengamatan mengenai efektifitasobat antikonvulsi dan antidepresi terhadap rangsangan yang diberikan obat antikonvulsi yaitu fenitoin dan luminal dengan digunakan NaCMC 1% sebagai pembanding atau kontrol dan pada obat antidepresi obat uji yang digunakan yaitu amitriptilin dan imipramin.Hasil yang diperoleh dari uji efektifitas antikonvulsi dapat dilihat pada gambar 1. Didapatkan bahwa pembanding memiliki onset kejang yang lebih tinggi dari pada obat uji dengan dosis yang berbeda. Sedangkan pada obat uji Fenitoin dan Luminal menunjukkan bahwa perbedaan selisih onset kejang dari keduanya tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena pembanding atau kontrol tidak diberikan obat antikonvulsan, maka dari itu ketika diberi strignin akan terjadi kejang-kejang hingga strignin memberikan efek.

Sedangkan hasil yang diperoleh dari uji efektifitas antidepresi dapat dilihat pada gambar 2. Didapatkan bahwa pembanding atau kontrol .Lampiran-Lampiran

Sedangkan hasil yang diperoleh dari uji efektifitas antidepresi dapat dilihat pada gambar 2. Didapatkan bahwa pembanding atau kontrol memiliki onset kejang yang lebih tinggi dari pada kedua obat yang diujikan.

Gambar 2. Pengaruh obat anti depresi terhapap hewan uji (Mus musculus)

KESIMPULANPada percobaan ini dilakukan uji efektivitas obat fenitoin dan luminal sebagai antikonvulsan, serta obat Amitripitilin dan Imipramint sebagai antidepresan pada hewan uji mencit (Mus musculus) secara peroral. Dari penelitian ini didapatkan hasil yang tidak signifikan pada antikonvulsan dan signifikan pada antidepresi, dimana nilai F crit lebih besar dari pada nilai F, dan nilai alfa (0,05) lebih kecil dari pda nilai P-Value.

DAFTAR PUSTAKA

0. Mycek, mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2. Jakarta : Widya Medika.

0. Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika ObatEdisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung.

0. Antikonvulsan

Rata-rata[X1-X2]LSD

fenitoin46.67luminal43.333.333333349.09FALSEtidak signifikan

46.67naCMC103.675749.09TRUEsignifikan

luminal43.33naCMC103.6760.33333349.09TRUEsignifikan

Anova: Single Factor

SUMMARY

GroupsCountSumAverageVariance

fenitoin314046.66667358.3333333

luminal313043.3333314.33333333

Kontrol3311103.66672500.333333

ANOVA

Source of VariationSSdfMSFP-valueF crit

Between Groups6900.22222223450.1113.6026221140.0938025055.143253

Within Groups57466957.67

Total12646.222228

0. Anti depresi[X1-X2]LSD

Amitriptilin39.67 imipramin53.0013.3338.2FALSEtidak signifikan

39.67Kontrol83.3343.6738.2TRUEsignifikan

imipramin53.00Kontrol83.3330.3338.2FALSEtidak signifikan

Anova: Single Factor

SUMMARY

GroupsCountSumAverageVariance

Amitriptilin311939.66667600.3333333

imipramin3159531

Kontrol325083.3333394.33333333

ANOVA

Source of VariationSSdfMSFP-valueF crit

Between Groups3004.66666721502.3336.4786775280.0317044725.143253

Within Groups1391.3333336231.8889

Total43968