Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

download Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

of 61

Transcript of Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    1/61

    Azas Desain Urban 1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan Azas Desain Urban ini

    dapat diselesaikan.

    Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan pihakpihak mata kuliah Azas Desain Urban. Kami mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ir. Jenny Ernawati, MSP., Ph. D. selaku ketua tim dosen pengampu mata kuliah Azas Desain Urban,

    2. Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, MT. selaku anggota tim dosen pengampu,

    3. Dr. Lisa Dwi Wulandari, ST, MT. selaku anggota tim dosen pengampu,

    4. Bersama semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas laporan ini,

    Kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dalam penyelesaian tugas laporan ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat

    membangun sangat dibutuhkan untuk memperbaiki diri di kemudian hari. Semoga laporan ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihakpihak

    pembaca.

    Malang, 16 Maret 2014

    Penyusun

    Kelompok D-5

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    2/61

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    3/61

    Azas Desain Urban 3

    2.4. Desain Urban ...................................................................................................................................................................................................... 17

    Pengertian Desain Urban .......................................................................................................................................................................... 17

    Peran Desain Urban .................................................................................................................................................................................. 18

    Desain Urban Sebagai Kebijakan Publik .................................................................................................................................................. 18

    2.5. Aspek Manusia Dalam Desain Urban18

    BAB III. PENUTUP ..................................................................................................................................................................................... 29

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ................................................................................. ................... 30

    LAMPIRAN ..31

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    4/61

    Azas Desain Urban 4

    Daftar Gambar

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    5/61

    Azas Desain Urban 5

    Daftar Tabel

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    6/61

    Azas Desain Urban 6

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Dewasa ini banyak disaksikan kota-kota dengan problema kemacetan, kerusakan fasilitas umum, perkampungan kumuh dan

    lainlain sehingga menimbulkan kekusutan pada jaringan perkotaan. Sebenarnya bukan keinginan masyarakat bahwa kotakota mereka

    terbentuk dengan problema yang demikian. Hal ini terjadi memang karena kondisi kota yang dibangun tanpa perencanaan yang matang

    sehingga pada akhirnya secara tidak sadar masyarakat terarah pada kondisi untuk memperburuk keadaan yang ada di kota.

    Sebenarnya siapakah yang bertanggung jawab dalam permasalahan ini? Semua yang mempunyai hubungan dengan kota adalahyang bertanggung jawab. Beberapa contoh diantaranya adalah para perancang bangunan yaitu arsitek dan para pengembang. Mereka

    adalah unsurunsur yang berpengaruh pada perkembangan sebuah konsep kota terutama dalam hal pembangunan. Proses pembangunan

    yang baik dan memenuhi aturanaturan yang berlaku akan mendukung sebuah kota untuk berkembang kea rah yang baik pula dan

    bagitu pula sebaliknya. Oleh karena itu laporan ini disusun untuk lebih mengetahui tentang selukbeluk kota dan mengetahui apa

    hubungan perancangan kota dengan desain arsitektur.

    1.2.Tujuan

    Tujuan dari penyusunan ini adalah untuk memahami konsep kota, fenomena, isuisu desain arsitektur dalam konteks kota serta

    isuisu dalam perancangan kota dewasa ini.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    7/61

    Azas Desain Urban 7

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    2.1.Konsep Dasar Kota

    2.1.1.Pengertian kota

    Kota merupakan suatu kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah yang mendominasi tata

    ruangnyadan telah memiliki aspek-aspek yang dapat menunjang kehidupan warganya secara mandiri. Pengertian kota sendiri

    sangatlah beragam. Apabila diamati, pengertian kota sendiri bergantung pada disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki sang

    penuturnya. Seorang arsitek memahami kota sebagai suatu kawasan yang syarat akan bentukan terbangun. Sedangkan seorang

    dari disiplin hukum, misalnya, akan memahami kota sebagai kumpulan manusia yang adat istiadat tradisionalnya telah pudar.

    Dengan memudarnya adat istiadat yang bersifat tradisional, norma yang dianut masyarakat kota digantikan dengan hukum, dan

    kota yang lebih kompleks memiliki masyarakat dengan kesadaran hukum yang lebih tinggi.

    Menurut Bintarto (1984: 36) yang memiliki latar belakang disiplin ilmu geografi dalam buku Sosiologi Kota Untuk

    Arsitek, beliau mendefinisikan kota sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk

    yang memiliki tingkat strata sosial ekonomi yang heterogen dan kehidupan materialistis; atau dapat diartikan sebagai bentang

    budaya yang ditimbulkan oleh unsure-unsur alami dan nonalami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar

    dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah latar belakangnya. Tampak

    definisi yang dikemukakan Bintarto merujuk pada persoalan kependudukan, sosial dan unsur alami, serta nonalami yang

    mengarah pada disiplin geografi sebagai latar belakang ilmunya.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    8/61

    Azas Desain Urban 8

    Berikut adalah beberapa definisi kota dari berbagai sudut tinjauan:

    MenurutAmos Rapoport (1977) yang berlatar belakangsosiologi, kotaadalah suatu permukiman yang relatif besar, padat,

    permanen, terdiri dari kelompok individuindividu yang heterogen dari segi sosial. Secara modern dapat didefinisikan

    suatu permukiman dirumuskan bukan dari ciri morfologi kota tetapi dari suatu fungsi yang menciptakan ruangruang

    efektif melalui pengorganisasian ruang dan hirearki tertentu.

    Menurut Arnold Tonybee (1965) yang merupakan sejarawan terkenal asal Inggris, Kota tidak hanya merupakan

    permukiman khusus tetapi merupakan suatu kekomplekan yang khusus dan setiap kota menunjukkan perwujudan

    pribadinya masing-masing.

    Menurut Kamus Tata Ruang,kota merupakan pemukiman yang memiliki penduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada

    umumnya bersifat non- agraris, kepadatan penduduk relatif tinggi.

    Menurut Permendagri No. 2/1967, kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan

    wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan

    cirri kehidupan perkotaan.

    Menurut Lingkup Fisik, kota merupakan suatu wilayah dengan wilayah terbangun (built up area) yang lebih padat

    dibandingkan dengan area sekitarnya.

    Menurut Lingkup Demografi, kota adalah wilayah dimana terdapat konsentrasi penduduk yang dicerminkan oleh jumlah

    dan tingkat kepadatan yang lrbih tinggi dibandingkan dengan area sekitarnya.

    Menurut Lingkup Sosial, kota adalah suatu wilayah dimana terdapat kelompok-kelompok sosial masyarakat yang

    heterogen (tradisional-modern, formal-informal, maju-terbelakang, dan sebagainya)

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    9/61

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    10/61

    Azas Desain Urban 10

    Dia juga menyatakan bahwa sebuah kota adalah permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen, terdiri dari

    kelompok individuindividu yang heterogen dari segi sosial.

    Amos Rapoport mengutip Jorge E. Hardoy menggunakan kriteria secara lebih spesifik untuk merumuskan kota yakni:

    1. Ukuran dan jumlah penduduknya yang besar terhadap massa dan tempat

    2. Bersifat permanen

    3. Kepadatan minimum terhadap massa dan tempat

    4. Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukkan oleh jalur jalan dan ruangruang perkotaan yang nyata

    5.

    Tempat di mana masyarakat tinggal dan bekerja

    6.

    Fungsi perkotaan minimum yang terperinci, yang meliputi sebuah pasar, sebuah pusat administrative atau

    pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah pusat militer, sebuah pusat keagamaan, atau sebuah pusat aktivitas

    intelektual bersama dengan kelembagaan yang sama

    7. Heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hierarkis pada masyarakat

    8.

    Pusat pelayanan bagi daerahdaerah lingkungan setempat

    9. Pusat penyebaran memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada massa dan tempat itu

    10. Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di tepi kota dan memproses bahan mentah

    untuk pemasaran yang lebih luas.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    11/61

    Azas Desain Urban 11

    B. Definisi modern

    Amos Rapoport juga membuat sebuah definisi baru, bahwa kota bukan hanya memiliki ciri morfologis tertentu atau

    kumpulan ciri ciri lainnya, tetapi dilihat dari segi fungsi khusus yang dimiliki kota itu sendiri yaitu menyusun sebuah

    wilayah dan menciptakan ruangruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih besar

    berdasarkan hierarkihierarki tertentu.

    Atau dengan kata-kata Shadrach Woods dalam sebuah karangannya di majalahBauen+Wohnen terbitan Zurich pada

    1966, yang isinya "Tidak mungkin dimulai dengan penemuan sebuah bentuk perkotaan, melainkan rupa bentuk tersebut

    akan terwujud dan berarti dalam penyusunanya. Maksudnya antara kota satu dengan kota lainnya tentu memiliki ciri

    ciri morfologi, bentuk, wujud yang berbeda. Bentuk suatu perkotaan dapat dianggap sebagai suatu geometri dari sebuah

    proses perubahan keadaan yang bersifat sosiospasial.

    2.1.2.Ciri Kota

    Menurut Lowrey dalam buku Elemen Tata Ruang Kota, kota memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Mata pencaharian berupa non agraris, dan heterogen,

    2. Ruang kerja yaitu tertutup,

    3.

    Musim, cuaca, iklim tidak begitu penting bagi penduduk,

    4. Keahlian yang dimiliki spesialis dan mengelompok,

    5.

    Keberadaan rumah dan tempat kerja terpisah,

    6. Kepadatan penduduk sangat tinggi,

    7. Kepadatan rumah tinggi,

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    12/61

    Azas Desain Urban 12

    8. Frekuensi kontak sosial tinggi,

    9. Stratifikasi sosial kompleks,

    10.

    Lembaga - lembaga sosial yang ada kompleks,

    11.adat istiadat tidak berpengaruh besar,

    12.Sifat masyarakatnya petembayan,

    13.Mobilitas penduduk tinggi,

    14.Sistem sosial tidak stabil.

    Suatu kawasan atau daerah dinamakan kota jika syaratsyarat yang ada terpenuhi meski syarat tersebut bersifat umum.

    Kota dapat dicirikan sebagai berikut :

    Heterogenitas penduduk,

    Pusat peradaban, pemerintahan,

    Stratifikasi sosial lebih besar,

    Individualis, kontak sosial lebih banyak,

    Mata pencahariannya berupa non agraris dan heterogen,

    Rumah ddengan tempat bekerja jauh dan terpisah,

    Kepadatan penduduk tinggi,

    Kepadatan rumah tinggi.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    13/61

    Azas Desain Urban 13

    Louds Wirth mengatakan bahwa bentuk yang luas dan gabungan-gabungan manusia, yang secara heterogen dapat hidup

    dan bekerja sama untuk mencapai apa yang diartikan sebagai komunitas. Peter J.M Nas (1986:14) memberikan lima aspek utama

    yaitu suatu lingkungan material buatan manusia, sebuah pusat produksi, komunitas sosial, komunitas budaya, dan suatu

    masyarakat terkontrol. Sedang menurut sudut pandang sistem dikatakan oleh Doxiadis (1968;109) bahwa pola suatu kota atau

    pemukiman terdiri dari empat unsur ruang:

    a) Unsur ruang pusat, adalah bagian kawasan kota yang berfungsi melayani bagian kawasan kota yakni fungsi dasar

    seperti pusat administrasi kota, lapangan, balai pertemuan, pasar, dan tempat ibadah,

    b) Unsur ruang homogen adalah bagian kawasan kota, yakni kawasan pemukiman,

    c) Unsur sistem sirkulator adalah bagian pendukung berupa jaringan yang didalamnya terdapat pergerakan manusia,

    pertukaran informasi, dan barang di dalam kota atau antar kota,

    d)

    Unsur ruang khusus, adalah kawasan kota yang bukan golongan unsur homogen, unsur ruang pusat, dan bukan unsur

    sistem sirkulator.

    a. Ukuran kota

    Ukuran kota merupakan hal yang bersifat relatif karena tergantung pada hal yang dibandingkan. Sehingga ukuran kota ini

    tidak menjadi salah satu kriteria kota atau syarat kota.

    Aldo van Eyck (1985) mungungkapkan mengenai istilah ukuran di bidang arsitektur bahwa:

    Sebuah pohon adalah sebuah daun yang besar dan sebuah daun adalah sebuah pohon yang kecil.

    Sebuah kota adalah sebuah rumah yang sangat besar dan sebuah rumah adalah sebuah kota yang sangat kecil.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    14/61

    Azas Desain Urban 14

    Artinya adalah ukuran dalam arsitektur dapat dibedakan berdasarkan skalanya saja yaitu makro dan mikro. Setiap kota harus

    memenuhi syarat yakni fleksibilitas, kompleksitas dan identitas.

    b.

    Parameter kota

    Parameter kota ini dapat dilihat dengan salah satunya perbedaan pokok antara kota dalam konteks urban modern dan dalam

    konteks rural tradisional. Dalam realita perkotaan, pembaatasan antara pembagian parameter tersebut secara tipologis lebih

    rumit karena pembatas antar kehidupan urbanmodern dan ruraltradisional sering bercampur. Bahkan saat ini parameter

    di dalam kota ini lebih kompleks karena globalisasi.

    Tabel 1.1. Tipologi uralurban dalam konteks kota dengan parameter yang bersifat tradisiona/modern (1981)

    Kota tradisional (praindustri) > rural Kota Modern (industri) > urban

    Ruang/morfologi

    Kota disusun dengan memusatkan bangunanbangunan

    simbolis dan publik, serta tempat tertentu. Simbol: istana,

    gedung religi, dan benteng. Hubungan erat dengan lingkungan

    yang dekat. Wilayahwilayah dibatasi secara jelas berdasarkan

    kelompok etnis.

    Kota disusun dengan memusatkan institusi (missal perdagangan)

    simbol: CBD (Central Businnes Distric), pencakar langit,

    gedung pemerintah, dll. Hubungan dengan lingkungan yang jauh

    lewat teknologi komunikasi dan lalu lintas.

    Ekonomi

    Sistem tukar menukar atau sistem keuangan yang sederhana.

    Kekayaan berdasarkan pemilikan tanah atau barang. Landasan

    Sistem perdagangan luas dan kompleks. Kekayaan dihitung

    dengan capital. Landasan pada teknologi industri. Keterkaitan

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    15/61

    Azas Desain Urban 15

    pada teknologi pertanian local. Masyarakat cenderung berfokus

    pada penyediaan kebutuhan sendiri. Sistem pertukangan.

    secara regional, nasional, dan internasional. Pembagian kerja

    berlangsung secara rumit dan spesifik.

    Politik

    Otoritas tradisional. Tradisitradisi rohaniah. Ahliahli

    tertentu (missal tokoh religi) memiliki monopoli pengetahuan

    walaupun ada landasan pengetahuan yang disebarkan secara

    luas. Ancaman hukuman secarainformal. Hukum bersifat

    represif. Kontrak secara informal. Kekuasaan pada elite

    religi/politik. Penting hubungannya dengan yang bekuasa. Latar

    belakang keluarga penting.

    Otoritas legal/rasional. Tradisi- tradsi sekuler. Jarak pengetahuan

    jauh Antara para ahli dan orang biasa. Kekuasaaan dikelola oleh

    kapitalis, teknokrat, dan birokrat. Ancaman hukuman secara

    insitusional. Hokum bersifat retitusi. Kontrak secara formal.

    Peghargaan lebih berdasarkan pada hasil usaha dari pada

    hubungan dengan yang berkuasa. Latar belakang keluaga

    dianggap lebih penting.

    Sosial Budaya

    Penekanan pada hubungan dalam keluarga besar (saudara,

    tetangga, teman). Rasa kebersamaan. Komunikasi secara

    berhadapan muka. Kohesi etnis. Budaya homogeny.

    Kepercayaan ritual. Status diberikan.

    Penekanan pada ibdividu sebagai unit. Peranan terpisahpisah.

    Mobilitas sosial (hubungan secara fungsional). Keterasingan.

    Status dicapai oleh diri sendiri

    Kota tidak bisa dilihat dengan ciri bentuk, morfologi dan ukuran saja dan kualitas arsitektur kota tidak tergantung dengan

    masalah estetika didalam pembentukannya, karena estetika merupakan masalah sekunder. Yang dibutuhkan adalah bentuk

    perkotaan yang dibuat berdasarkan parameterparameter tertentu.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    16/61

    Azas Desain Urban 16

    c. Dinamika Kota

    Dimensi Waktu Dalam Kota

    Dinamis memiliki arti yang berhubungan dengan benda yang bergerak, karena dinamis ini cenderung bersifat fleksibel.

    Kota tidak hanya dilihat dalam bentuknya saja, bentuk wujud tiga dimensinya, tetapi juga dinamika waktu kota

    tersebut. Keadaan masyarakat disekitarnya mengenai waktu yang mereka habiskan di kota tersebut.

    Contoh kasus, daerah Malioboro, Jalan Malioboro ini selalu tampak ramai mulai dari pagi hingga malam, karena

    Malioboro ini menjadi kawasan pusat perdagangan.

    Cara perkembangan kota

    Kota tentu tidak akanstuck dalam perkembangannya, pasti akan terus dan terus berkembang sesuai dengan

    perkembangan masyarakat yang ada di kota tersebut.

    Trancik, Roger (1986) mengamati tiga hal yang menjadi masalah dasar dalam perkembangan kawasan perkotaan yakni:

    Bangunan perkotaan lebih diperlakukan sebagai objek yang terpisah dari pada sebagi bagian dari pola yang

    lebih besar.

    Keputusan terhadap perkembangan kawasan perkotaan sering diambil berdasarkan rencana yang bersifat dua

    dimensi saja tanpa banyak memperhatikan hubungan Antara bangunan dan ruang yang terbentuk

    diantaranya, yang sebetulnya bersifat tiga dimensi.

    Kurang memahami perilaku manusia.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    17/61

    Azas Desain Urban 17

    Perkembangan di dalam kota harus memperhatikan dari dua aspek yakni kuantitas perkembangan kota dan kualitas.

    Secara teoritis perkembangan kota dibagi menjadi tiga yakni:

    1.

    Perkembangan horizontal

    Perkembangan ini mengarah keluar, artinya keadaan daerah bertambah sedang ketinggian gedung dan kuantitas

    lahan terbangun tetap. Perkembangan seperti ini sering dilakukan di daerah pinggiran kota karena lahan lebih

    murah di bangding di kota.

    2. Perkembangan vertikal

    Perkembangan ini mengarah ke atas. Daerah pembangunan dan kuantitas lahan terbangun tetap sama, sedangkan

    ketinggian bangunan bertambah. Perkembangan ini terjadi di daerah pusat kota, karena lahan yang sangat mahal

    dan di pusat kota itu menjadi pusat perdagangan yang memiliki potensi ekonomi.

    3.

    Perkembangan interstisial

    Perkembangan ini dilakukan ke dalam, daerah dan ketinggian bangunan ratarata tetap sama, sedang kuantitas

    lahan terbangun bertambah. Perkembangan seperti ini terjadi di pusat kota dan Antara pusat dan pinggir kota,

    sedang kawasan yang sudah dibatasi hanya dapat dipadatkan.

    Sehingga dinamika perkembangan suatu kawasan tergantung pada tiga kenyataan yakni:

    Perkembangan kota tidak terjadi secara abstrak, setiap perkembangan kota berlangsung di dalam tiga dimensi,

    rupa massa dan ruang berkaitan erat sebagai produknya. Perkembangan kota tidak terjadi secara langsung, setiap

    perkebangan kota membutuhkan manusia yang bertindak. Keterlibatan manusia dapat diamati dengan perspektif

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    18/61

    Azas Desain Urban 18

    kehidupan. Perspektif mata burung memperhatikan aktivita ekonomi politis, yakni sistem keuangan, kuasa, dan lain

    lain. Perspektif sudut pandang manusia, fokus pada perilaku manusia, baik cara kegiatan an pembuatannya.

    d. Susunan kota

    Arsitektur kota bersifat tiga dimensi yang terbentuk oleh susunan yang bersifat spasial. Ini diperkuat dengan

    Siegfried Gideon menulis buku tentang waktu sebagai dimensi keempat, sehingga arsitektur perkotaan sering dilihat

    sebagai susunan yang diciptakan di dalam ruang dan waktu. Dan pada akhirnya arsitektur perkotaan dapat bersifat

    statis dan dinamis tergantung dari perkembangannnya.

    Bentuk perkembangan kota kebanyakan hanya berfokus pada geometri dan organik.

    Kostof, Spiro (1991) membahas tema ini secara mendalam seperti ini:

    Penyusunan secara teknis

    Sejak zaman Renaissance, kebanyakan kota di dunia barat dirancang dalam tradisi yang menyusun kota

    secara teknis. Artinya, budaya di dunia Barat khususnya sejak waktu tersebut dirancang dengan standar

    yang mengutamakan faktor geometri sebagai hasil pengetahuan yang bersifat teknis dan teoritis. Kota

    kota yang dibangun dengan cara demikian disebut kota terencana. Kota secara itu secara keseluruhan atau

    beberapa kawasan besar dari kota tersebut dibangun dengan perencanaan tertentu yang lengkap secara

    geometris. Struktur kota ini sangat dipengaruhi oelh suatu tujuan dan rencana tertentu sehingga proses yang

    terjadi pada pembangunan kota ini tidak penting karena sebelumnya semua telah diatur perencanaanya.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    19/61

    Azas Desain Urban 19

    Penyusunan secara organis

    Sebelum zaman modern, kebanyakan kota diluar dunia Barat dibentuk oleh tradisi disusun secar organis.

    Hamper semua budaya diluar barat memakai standar perancangan kota yang mengutamakan faktor organic

    sebagai hasil pandang mereka yang bersifat tradisional dan praktis. Kotakota yang dibangun dengan cara

    itu disebut kota tumbuh, kebanyakan kotakota tersebut dibangun dalam suatu proses tanpa

    memperhatikan perancangan secara keseluruhan. Struktur kota ini sangat dipengaruhi oleh

    prosespembangunan sehingga tujuan dari rencana pembangunan ini dianggap tidak penting. Oleh sebab itu

    perkembangan kota tidak akan diatur sebelum adanya pembangunan karena kota dianggap akan

    berkembang secara organis alamiah sesuai kebetulan masyarakatnya.

    e. Jenis Daerah Perkotaan

    Sejak awal suatu daerah perkotaan telah memenuhi tujuan khusus dalam struktur sosial dan ekonomi kota. Daerah

    perkotaan tersebut mempunyai fungsi tertentu, jenisjenis perkotaan diantaranya adalah:

    1. Persimpangan jalan, bentukan kota ini adalah bentukan paling sederhana, dapat meluas atau mengecil dengan adanya

    pergerakan perdagangan dari satu tempat ke tempat lain. Tempattempat ini diantaranya tempat beristirahat, makan,

    bertukar barang dagangan,. Lokasinya bias berada di terminal transportasi.

    2.

    Daerah pertanian utama, kawasan pelayanan untuk kawasan pedesaan, bahanbahan kebutuhan pertanian dapat diperoleh

    diperkotaan ini dan hasil panennya dibawa untuk dikirimkan ke tempat pengolahan dan akhirnya sampai ke konsumen.

    3.

    Kota perdagangan, kegiatan udaha, pertukaran barang, dan transaksi dilakukan di tempat ini, sehingga kota ini menjadi

    pusat perdagangan.

    4. Kota transportasi, kota ini menjadi pusat jaringan transportasi.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    20/61

    Azas Desain Urban 20

    5. Kota rekreasi, kota ini memiliki ketertarikan sendiri bagi wisatawannya sehingga banyak menarik pengunjung.

    6. Kota pendidikan, lembaga atau kelompok lembaga pendidikan menjadi fungsi utama dari kota ini, contohnya California,

    Davis, dan New Jersey.

    7.

    Lingkungan Pertambangan, dasar dari perekonomian kota ini adalah pengambilan mineral yang ada di daerah tersebut.

    Contohnya lingkungan penambangan intan di Afrika Selatan.

    8. Lingkungan pensiunan, dimana kota yang pendapatan utamanya bersumber dari gaji dan pensiunan. Contohnya pada jalur

    matahari di Amerika Serikat.

    9. Pusat pemerintahan, dimana kota ini merupakan kota yang menjadi pusat kegiatan pemerintahan, pemberi kerja utamanya

    merupakan pemerintah.

    10.

    Kota (regional) kombinasi, kota yang memiliki sebagian fungsifungsi diatas, kota semacam ini lebih besar dan

    kompleks dari pada kotakota yang memiliki satu fungsi.

    2.1.3.Bentuk Kota

    Bentuk kota adalah pola atau wujud yang terbangun dari sebaran kawasan non pertanian/perkotaan atau disebut sebagai

    kawasan terbangun. Bentuk kota dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

    -Pola jaringan jalan,

    - Daya dukung lahan,

    - Sebaran sumberdaya alam,

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    21/61

    Azas Desain Urban 21

    - Kebijakan pemerintah.

    Berdasarkan pada penampakan morfologi kota serta jenis penyebaran areal perkotaan yang ada, Hudson dalam Yunus (1999),

    mengemukakan beberapa alternatif model bentuk atau pola kota. Pola suatu kota tersebut dapat menggambarkan arah

    perkembangan dan bentuk fisik suatu kota. Ekspresi keruangan morfologi kota secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu

    bentuk kompak dan bentuk tidak kompak (Yunus, 2000: 14). Berikut comtoh macam-macam bentuk kota diambil dari website

    http://planospace.blogspot.com/2011/03/bentuk-bentuk-kota.html

    Bentuk kompak mempunyai 7 macam bentuk, yaitu:

    a.

    Bujur sangkar (the square cities)

    Bujur sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasionil, merupakan bentuk yang statis, netral dan tidak

    mempunyai arah tertentu. Bentuk bujur sangkar merupakan bentuk kota yang bercirikan dengan pertumbuhan di

    sisi-sisi jalur transportasi dan mempunyai kesempatan perluasan ke segala arah yang relatif seimbang dan kendala

    fisikal relatif yang tidak begitu berarti. Hanya saja adanya jalur transportasi pada sisi-sisi memungkinkan

    terjadinya percepatan pertumbuhan area kota pada arah jalur yang bersangkutan.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    22/61

    Azas Desain Urban 22

    b. Kipas (fan shaped cities)

    Bentuk semacam ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke arah luar lingkaran kota

    yang bersangkutan mempunyai kesempatan berkembang yang relatif seimbang. Oleh sebab-sebab tertentu pada

    bagian-bagian lainnya terdapat beberapa hambatan perkembangan areal kekotaannya yang diklasifikasikan

    menjadi 2, yaitu :

    Hambatan-hambatan alami (natural constraints), misalnya : perairan, pegunungan.

    Hambatan-hambatan artificial (artificial constraints) : saluran buatan, zoning, ring roads.

    Batas terluar dari pada kotanya di tandai dengan green beltzoning atau growth limitation dengan ring roads.

    Dengan demikian terciptalah bentuk bulat arcificial.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    23/61

    Azas Desain Urban 23

    c. Empat persegi panjang (the rectangular cities)

    Merupakan bentuk kota yang pertumbuhannya memanjang sedikit lebih besar daripada melebar, hal ini

    dimungkinkan karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan area kota pada salah satu sisinya.

    d. Pita (ribbon shaped cities)

    Sebenarnya bentuk ini juga mirip regtangular city namun karena dimensi memanjangnya jauh lebih besar dari

    pada dimensi melebar maka bentuk ini menempati klasifikasi tersendiri dan menggambarkan bentuk pita. Dalam

    hal ini jelas terlihat adanya peranan jalur memanjang (jalur transportasi) yang sangat dominan dalam

    mempengaruhi perkembangan areal kekotaannya, serta terhambatnya peluasan areal ke samping

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    24/61

    Azas Desain Urban 24

    e. Bulat (rounded cities)

    Merupakan bentuk kota yang paling ideal, karena jarak dari pusat kota keluar kota hampir sama. Selain itu

    perkembangan pembangunan keluar kota terjadi secara cepat.

    f. Gurita/bintang (octopus shaped cities)

    Dasar dari bentuk spider web dengan linear radial biasanya mendefinisikan beberapa tipe dari ruangan terbuka.

    Contoh : Washington D.C. Peranan jalur transportasi pada bentuk ini juga sangat dominan sebagaimana dalam

    ribbon-shaped city. Hanya saja, pada bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi beberapa

    arah ke luar kota. Hal ini hanya dimungkinkan apabila daerah hinter land dan pinggirannya tidak memberikan

    halangan-halangan fisik yang berarti terhadap perkembangan areal kekotaannya.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    25/61

    Azas Desain Urban 25

    g. Tidak berpola (Unpattern cities)

    Kota dengan pola demikian merupakan kota yang terbentuk pada suatu daerah dengan kondisi geografis

    yang khusus, yaitu daerah dimana kota tersebut telah menciptakan latar belakang khusus dengan kendala-kendala

    pertumbuhan sendiri.

    Bentuk tidak kompak mempunyai empat macam bentuk, yaitu:

    a.

    Berantai(chained cities). Merupakan bentuk kota terpecah tapi hanya terjadi di sepanjang rute tertentu. Jarak

    antara kota induk dan kenampakan-kenampakan kota baru tidak terlalu jauh, maka beberapa bagian membentuk

    kesatuan fungsional yang sama (khususnya dibidang ekonomi). Bentuk ini juga bisa disebutRibbon Citydengan

    skala yang besar.Kota ini seolah-olah merupakan mata rantai yang dihubungkan oleh rute transportasi, sehingga

    peran jalur transportasi sangat dominan.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    26/61

    Azas Desain Urban 26

    b. Terpecah(fragment cities). bentuk awalnya adalah bentuk kompak namun dalam skala yang kecil,dan akhirnya

    saling menyatu dan membentuk kota yang besar. Merupakan bentuk kota dimana perluasan areal kota tidak

    langsung menyatu dengan induk, tetapi cenderung membentuk exclaves (umumnya berupa daerah permukiman

    yang berubah dari sifat perdesaan menjadi sifat perkotaan).

    c.

    Terbelah(split cities). Merupakan bentuk kota kompak namun terbelah perairan yang lebar. Kota tersebut terdiri

    dari dua bagian yang terpisah yang dihubungkan oleh jembatan-jembatan. Contoh kota yang menerapkan bentuk

    ini adalah kota Buda (barat) dan Pest (timur) di sungai Danube, sehingga dikenal sebagai kota Budapest.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    27/61

    Azas Desain Urban 27

    d. Satelit(stellar cities). Merupakan bentuk kota yang didukung oleh majunya transportasi dan komunikasi yang

    akhirnya tercipta bentuk kota megapolitan. Biasa terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota

    satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya,

    sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip telapak katak pohon.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    28/61

    Azas Desain Urban 28

    2.2. Permasalahan Perkotaan

    Secara umum permasalahan perkotaan sendiri termasuk di dalam masalah urban, yang menurut Stanley D. Brunn & Jack F.

    Williams dalam buku Cities of the World : World Regional Urban DevelopmentterbitanHarperCollins College-New York

    terdapat 15 masalah urban yang ada di perkotaan :

    1.

    Excessive size, adalah ukuran atau wadah suatu populasi tinggal dibandingkan dengan jumlah populasi, hal ini

    sebenarnya bukanlah suatu masalah, tetapi suatu hal yang akan melahirkan masalah;

    2.

    Overcrowding, adalah suatu permasalahan yang timbul dari masalah yang pertama, yaitu daya tampung suatu

    lahan;

    3. Shortage of Urban Services, adalah pelayanan listri, air bersih, dll yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat

    urban, yang sebagian besar perlu disediakan oleh pemerintah (tidak mandiri);

    4. Slums & Squatter Settlements,slumsadalah pemukiman kumuh yang timbul karenaovercrowding, sedangkan

    Squatter Settlementsadalah pemukiman liar yang menempati lahan yang seharusnya tidak diperuntukkan untuk

    pemukiman;

    5. Traffic Congestion, adalah permasalahan lalu lintas, dapat berupa kepadatan kendaraan bermotor, gas buangan

    yang dihasilkan, kurangnya sarana publik seperti zebra cross,dll, hingga perilaku penggunanya;

    6. Lack of Social Responsibility, adalah kurangnya tanggung jawab sosial antar penduduk kota. Tidak seperti di desa,

    hubungan sosial antar penduduk kota kurang erat dan cenderung individualistik, hal inilah yang mengakibatkan

    kurangnya kepedulian dan tanggung jawab sosial antar penduduk ataupun penduduk dengan lingkungannya;

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    29/61

    Azas Desain Urban 29

    7. Unemployment & Underemployment, adalah tidak adanya pengangguran dan pekerja yang berpenghasilan rendah.

    Meskipun pekerjaan di kota cenderung lebih banyak daripada di desa, tetapi tidak serta merta mengurangi tingkat

    pengangguran, hal ini dikarenakan penyebab utama pengangguran tidak hanya kurangnya lapangan pekerjaan,

    tetapi juga tidak kurangnya keahlian seseorang dalam suatu bidang, sehingga saat ada pekerjaan, kriteria pekerja

    yang diinginkan tdak ada yang memenuhi;

    8. Racial and Social Issues, di penduduk kota yang cenderung homogen dan kurangnya toleransi antar mereka tentu

    akan menimbulkan perpecahan antar kelompok-kelompok, penindasan terhadap kaum-kaum minoritas, dll;

    9. Westernization and Modernization, dapat berupa fisik maupun nonfisik adalah hilangnya nilai-nilai lokal karena

    masuknya budaya barat dan modernisasi tanpa adanya control/filter yang jelas, sehingga banyak penduduk

    (terutama remaja) yang kehilangan jati dirinya;

    10.

    Environmental Degradation, adalah kurangnya kepedulian manusia terhadap alam, sehingga munculnya berbagai

    berbagai permasalahan lingkungan yang berdampak buruk pada kehidupan penduduknya;

    11.

    Urban Expansion & Loss of Agricultural Land, adalah permasalahan yang biasa terjadi di kota-kota besar, kota

    yang pertumbuhannya tidak hanya secara vertical tetapi juga horizontal mengakibatkan pemekaran wilayah suatu

    kota sehingga memakan daerah-daerah pinggiran kota, yang pada awalnya ditujukan sebagai area hijau, pertanian,

    dll menjadi area perumahan;

    12.Administrative & Organization,adalah permasalahan birokrasi, seperti pelayanan dalam pembuatam surat-surat

    kendaraan, pembangunan, ataupun data-data kependudukan (KTP, KK, dll);

    13.Refugees & Resettlement, adalah masalah pengungsi dan tempat pengungsian saat terjadi suatu bencana atau

    kondisi tertentu, tetapi dalam hal ini refugeeslebih cenderung ke imigran gelap.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    30/61

    Azas Desain Urban 30

    14.Stagnation & No Growth;

    15.Consequences of Global Restructuring.

    Dari masalah-masalah diatas ada beberapa masalah utama yang dampaknya terasa sangat besar bagi lingkungan perkotaan

    tersebut, antara lain :

    2.2.1 Masalah Sosial dan Lingkungan

    Permasalahan di kota umumnya lebih kompleks dibanding masalah di desa. Semakin besar mobilitas masyarakatnya, maka

    akan semakin kompleks permasalahan yang timbul di lingkungan masyarakat tersebut. Sebagai contoh, banyak penduduk desa yang

    mengadu nasib ke kota karena pekerjaan di desa minim. Di kota pemuda-pemuda tersebut dan diantara mereka ada yang

    memenangkan persaingan tersebut. Pemuda yang berhasil memeanfaatkan peluang tersebut tentu akan menjadi inspirasi bagi

    pemuda-pemuda desa yang lain untuk mencari peruntungan di kota. Tetapi tentu semakin banyak urbanisasi terjadi, maka

    persaingan akan semakin sulit dan menambah konflik serta permasalahan yang terjadi di kota.

    Sedangkan di desa, permasalahan yang terjadi tidak terlalu rumit karena hubungan sosial pada masyarakat desa terjadi secara

    kekeluargaan, dan jauh menyangkut masalah-masalah pribadi, satu dengan yang lain mengenal secara rapat, menghayati secara

    mendasar. Pertemuan-pertemuan dan kerja sama untuk kepentingan individu. Segala kehidupan sehari-hari diwarnai dengan gotong

    royong.

    Contoh permasalahan di kota :

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    31/61

    Azas Desain Urban 31

    1. Kepadatan penduduk : masyarakat desa yakin jika hidup dikota maka kehidupan mereka pun akan lebih terjamin. Pemahaman

    seperti ini, yang menyebabkan urbanisasi meningkat.

    2. Kemiskinan : kemiskinan terjadi apabila sebuah individu tidak mampu atau tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pokok

    hidupnya secara umum dan kemiskinan juga dapat menjadi awal tumbuhnya masalah-masalah sosial yang lain seperti kekerasan,

    pencurian, dan berbagai tindakan kriminalitas lainnya.

    Contoh permasalahan di desa :

    1. Kurangnya fasilitas : Masih banyak desa-desa di Indonesia yang belum mendapatkan fasilitas kehidupan yang memadai seperti

    kebutuhan akan listrik.

    2. Terbatasnya lapangan pekerjaan.

    2.2.2. Masalah Ketidakseimbangan Pertumbuhan Kota

    Kawasan perkotaan di Indonesia dewasa ini cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat

    pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota semakin berat. Jumlah

    penduduk perkotaan yang terus meningkat dari waktu ke waktu tersebut akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan

    terhadap pemanfaatan ruang kota. Selain itu daya dukung lingkungan dan sosial yang ada juga menurun, sehingga tidak dapat

    mengimbangi kebutuhan akibat tekanan kependudukan.Permasalahan lainnya berkaitan dengan tingginya tingkat konversi lahan,

    terutama lahan yang seharusnya dilindungi agar tetap hijau menjadi daerah terbangun, yang menimbulkan dampak terhadap

    rendahnya kualitas lingkungan perkotaan. Lemahnya penegakan hukum dan penyadaran masyarakat terhadap aspek penataan ruang

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    32/61

    Azas Desain Urban 32

    juga merupakan masalah, seperti misalnya munculnya permukiman kumuh di bantaran sungai dan terjadinya kemacetan akibat

    terbaurnya lalu lintas regional dan lokal sebagai implikasi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukkannya (Dirjen

    Dept. PU, 2007).

    1.

    Pertumbuhan Permukiman di Kawasan Kota

    Satu bidang dimana selalu ada kekurangan baik di negara maju maupun berkembang yang diakibatkan tekanan penduduk

    ialah bidang perumahan dan permukiman. Sebagian besar permintaan akan perumahan berasal dari berjuta-juta migran luar kota

    yang datang berbondong-bondong. (Menkimpraswil, 2002). Kondisi tersebut menimbulkan permasalahan lingkungan, khususnya

    pusat kota (inner-city) dimana akan tercipta kawasan dan lingkungan kumuh (sick districtsand neighborhoods) yang dapat

    diindikasikan dengan munculnya permukiman kumuh dan liar (slum and squatters), kematian dan kerusakan kawasan bersejarah,

    kesemrawutan dan kemacetan lalulintas (traffic congestion), kerusakan kawasan tepian air, bantaran sungai dan tepian laut,

    kekacauan ruang-ruang publik (publicdomain,public space,public easement), lingkungan pedestrian, isi dan arti komunitas,

    ketidaksinambungan ekologi kota serta ketidak seragaman morfologi dan tipologi kota (Soesilowati, 2007).

    2.

    Pertumbuhan Permukiman Kota di Bantaran Tepi Sungai

    Daerah bantaran sungai merupakan lahan milik negara yang seringkali pemanfaatannya tidak sesuai dengan peraturan yang

    ada yang mana pada kawasan perkotaan seringkali telah tumbuh menjadi permukiman yang relatif padat. Maksimalisasi

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    33/61

    Azas Desain Urban 33

    penggunaan lahan hingga bantaran sungai tersebut tidak hanya menurunkan kualitas lingkungan, namun dapat membahayakan

    kehidupan manusia yang menempati lahan tersebut.Terciptanya kekumuhan juga menjadi kecenderungan permukiman padat tepi

    sungai karena perilaku masyarakat yang menjadikan sungai sebagai buangan limbah dan sampah. Sebenarnya aturan tata guna

    lahan sendiri telah diatur dalam UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dan diatur lebih lanjut dalam PP No. 36 tahun

    2005 yangsalah satu isinya tentang IMB, dimana tentu secara logika bangunan-bangunan dibantaran sungai tidak memiliki

    memiliki IMB, tetapi karena kurang sehatnya birokrasi suatu kota hal-hal tersebut tentu menjadi diabaikan.

    3. Penyediaan Ruang Publik sebagai Penataan Bantaran Sungai

    Guna menyiasati kondisi tersebut, pengembalian fungsi dan penggubahan bantaran sungai menjadi ruang publik

    merupakan strategi yang dapat memberikan beberapa keuntungan sekaligus yaitu mengembalikan fungsi ekologis, meningkatkan

    nilai ekonomi dan sosial.Banyak studi atau penelitian yang menyatakan bahwa penyediaan ruang publik terbukti telah

    meningkatkan nilai kawasan.Namun penerapannya dapat berbeda terutama terkait dengan lokasi, jenis, serta prioritas

    peruntukannya, yang dapat mempengaruhi kualitas suatu ruang publik. Penataan ruang kawasan perkotaan perlu mendapat

    perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan kawasan hunian, fasilitas umum dan sosial serta ruang-ruang

    terbuka publik di perkotaan (Dirjen Dept. PU, 2007). Penyediaan ruang publik di kawasan permukiman tepi bantaran sungai

    merupakan strategi untuk mengembalikan kualitas lingkungan maupun sosial dan diharapkan mampu meningkatkan nilai

    ekonomis bagi kawasan yang berdampak positif terhadap masyarakat.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    34/61

    Azas Desain Urban 34

    2.2.3. Masalah Dampak Fungsi Bangunan terhadap Transportasi Perkotaan

    Tidak seperti di desa yang bangunannya cenderung tersebar dan lahan terbukanya yang masih banyak, lahan di kota cenderung

    semakin menyempit karena keberadaan bangunan. Keberadaan bangunan yang semakin padat tentu juga berbanding lurus dengan

    pertumbuhan transportasi kota tersebut yang juga semakin padat. Hal inilah yang mengakibatkan diperlukannaya aturan yang

    jelas dalam pengendalian pertumbuhan/pembangunan suatu bangunan, sehingga pemerintah telah mengatur suatu aturan yang saat

    ini kita kenal dengan IMB. Selain IMB, bangunan yang memiliki kriteria tertentu juga diwajibkan menyertakan laporan

    Amdalalin, berikut adalah kriteria minimal bangunan yang diwajibkan melakukan penelitian tentang amdalalin :

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    35/61

    Azas Desain Urban 35

    Tabel 1.2. Ukuran minimal peruntukan lahan yang wajib melakukan amdalalin

    2.3. Tata Ruang Kota

    Menurut undang undang nomor 24 tahun 1992 tata ruang adalah wujud struktural dari pola pemanfaatan ruang yang direncanakan

    maupun tidak. Adanya penaatan ruang dalam suatu kota akan mempengaruhi kondisi penduduk daerah tersebut baik sosial, ekonomi, dan

    sumber daya alam. Sedang menurut undang undang nomor 22 tahun 1999, tata ruang adalah penetapankawasanperkotaanselainkawasan

    yang berstatusdaerahkota, penetapantersebutterdiridaridaerah kabupaten, kawasan perkotaan baru yang merupakan hasil pembangunan

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    36/61

    Azas Desain Urban 36

    yang mengubah kawasan pedesaan menjadi kawasan perkotaan, dan kawasan perkotaan yang merupakan bagiandaridua atau lebih yang

    berbatasan sebagai daerah satu kesatuan sosial, ekonomi, dan fisik perkotaan.

    Berikut ini prinsip dari penataan ruang dikutip dari buku Tata Ruang Kota:

    1. Pengambilan keputusan untuk menentukan pilihan;

    2. Suatu penetapan pengalihan sumber daya;

    3. Suatu penetapan dan usaha pencapaian sarana dan tujuan pembangunan;

    4. Suatu pencapaian keadaan yang lebih baik dimasa yang akan datang yaitu :

    Dapat membuat perkiraan yang baikdan menjabarkannya dalam suatu penjadwalan yang berurutan sesuai dengan

    kebutuhan dan sumber daya yang mendukungnya.

    Pelaksanaan pertahapan untuk mencapai tujuan masa mendatang disusun dalam urutan kegiatan yang logis,

    rasional, serta tertata secara bertahap dan berurutan.

    Di dalam penataan ruang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

    1) Perencanaan Tata Ruang

    Rencana tata ruang yang dilakukan disusun dengan pandangan persepektif menuju ke masa depan yang diharapkan,

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    37/61

    Azas Desain Urban 37

    Bertitik tolak berdasarkan data, informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dapatdigunakan. Dalam pasal 65 ayat 1

    penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat, ayat 2 peserta masyarakat

    sebagaimana dalam ayat 1 dilakukan melalui :

    a.

    Partisipasi dalam penyusunan tata ruang

    b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang

    c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang

    Penyusunan dan penetapan rencana tata ruang tersebut ditempuh dengan langkahlangkah :

    Menentukan arah pengembangan yang akan dicapai dilihat dari segi ekonomi, sosial budaya, daya dukung, daya

    tampung lingkungan serta tidak melupakanfungsifungsi pertahanankeamanan.

    Mengidentifikasi berbagai potensi dan masalah pembangunan dalam suatu wilayah perencanaan

    Perumusan tata ruang

    Penetapan rencana tata ruang

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    38/61

    Azas Desain Urban 38

    2) Pemanfaatan Ruang

    Pemanfaatan ruang merupakan rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang

    menurut jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang. Indikatorindikator dalam pemanfaatan ruang adalah

    sebagai berikut :

    o Perubahan nilai sosial akibat rencana tata ruang

    o Perubahan nilai tanah dan sumber daya alam lainnya

    o Perubahan status hukum tanah akibat rencana tata ruang

    o Dampak terhadap lingkungan

    o Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    3)

    Pengendalian pemanfaatan ruang

    Pengendalian pemanfaatan ruang ini dilakukan dengan pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang. Pengawasan

    ini bertujuan untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.

    Sedangkan penertibannya dilakukan dengan tujuan untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan

    dapat terwujud sesuaidengan ketetapan, dilakukan melalui pemerikasaan dan penyelidikan atas semua pelanggaran atau

    kejahatan yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, mengenai sanksinya

    berdasarkan undangundang nomor 26 tahun 2007 dan PP No. 15 tahun 2010 tentang PenyelenggaraanPenataanRuang.

    Polapikir yang digunakan dalam proses penataan ruang yaitu pola pikir pembangunan secara statis menjadi pola

    pikir secaradinamis, pendekatan yang dilakukan secara konvensional menuai dampak seperti teralu dominanya peran

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    39/61

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    40/61

    Azas Desain Urban 40

    Mengakibatkan perubahan fungsi ruang

    70 ayat (3) Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin

    pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan

    Mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau

    kerusakan barang.

    Pidana penjara paling lama 5 tahun dan

    denda maksimal Rp 1,5 milyar

    70 ayat (4)

    Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin

    pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan

    Mengakibatkan kematian orang

    Pidana penjara palig lama 15 tahun dan

    denda paling banyak 5 milyar

    71 Tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam

    persyaratan izin pemanfaatan ruang

    Pidana penjara paling lama 3 tahun dan

    denda paling banyak Rp 500 juta

    72

    Tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh

    perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum

    Pidana penjara paling lama 1 tahun dan

    denda paling banyak Rp 100 juta

    73

    Pejabat pemerintah penerbit izin; dan

    Menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tataruang

    Pidana penjara paling lama 5 tahun dan

    denda paling banyak Rp500 juta

    Dapat dikenai pidana tambahan berupa

    pemberhentian tidak hormat drai

    jabatannya.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    41/61

    Azas Desain Urban 41

    Berikut ini karakteristik sifat dan metode proses perencanaan secara konvensional :

    Top down

    Linier

    Hierarkis

    Berurutan

    Umum dan mengikat

    Pendekatan secara terpadu memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain dan menjadi satu kesatuan sehingga tidak muncul

    dominasi dari pihak manapun. Karakteristik proses dari perencanaan secara terpadu adalah :

    Tidak top down, tetapi bottom up Bagian yang satu dengan bagian lainnya

    Nonhierarkis

    Interdependen

    Tidak estafet

    Dalambuku Elemen Tata Ruang Kota, Steingengamengatakan sering terjadi kekacauan antar istilah perencanaan dengan tata

    ruang, sertaperencanaan fisikberkenaan dengan tata ruang terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :

    Perencanaan lokal

    Perencanaan lunak, yang meliputi kampung,kota kecil, dan sebagian kotabesar.

    Perencanaan mandala, lokal yang lebih luas meliputi sekelompok kampung atau kota sedang.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    42/61

    Azas Desain Urban 42

    Perencanaan wilayah, meliputi kotakota besar dan pemusatan penduduk dikotakota besar.

    Menurut administrasi perencanaan daerah, yaitu mengenai bagian-bagian suatu negara.

    Perencanaan nasional, mengenai negara dan bagiannya.

    Perencanaan sebagai benua, mengenai hubungan suatu negara degan negara lainnya.

    Sedang tingkatan perencanaan di Indonesia yang dijabarkan dariUndangundang No. 26 Tahun 2007 pasal 14 kedudukan

    RTRWN, RTRW PROVINSI, RTRW KABUPATEN/KOTA, adalah sebagai berikut :

    Produk perencanaan pada tingkat administrasi terdiri dari rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang yang digunakan

    sebagai perangkat operasional RTUTR.

    Hirarki pusat kota dalam RTRWN adalah :

    PKN (PusatKegiatanNasional), kegiatan yang diemban oleh kawasan ini berfungsi sebagai :

    Potensi sebagai gerbang kawasan Internasional

    Pusat pelayanan keuangan nasioanal atau beberapa provinsi

    Pusat pengolahan atau pengumpulan barang secara nasional atau beberapa provinsi

    Simpul transportasi nasional atau beberapa provinsi

    Jasa pemerintahan nasional atau beberapaprovinsi

    Jasa publik lainnya untuk nasional atau beberapa provinsi

    PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), kegiatan yang diambil oleh kawasan ini berfungsi sebagai berikut:

    Pusat pelayanan keuangan beberapa kabupaten atau kota

    Pusat pengolahan atau pengumpulan barang beberapa kabupaten kota

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    43/61

    Azas Desain Urban 43

    Simpul transportasi beberapa kabupaten

    Jasa pemerintahan beberapaka bupaten

    Jasa publik lainnya untuk beberapa kabupaten

    PKL (Pusat Kegiatan Lokal) kegiatan yang dilakukan dalam kawasan ini berfungsi sebagai :

    Pusat pelayanan keuangan beberapa kecamatan

    Pusat pengolahan atau pengumpulan barang beberapa kecamatan

    Simpul transportasi beberapa kecamatan

    Jasa pemerintahan beberapa kecamatan

    2.3 Desain Urban

    2.3.1 Pengertian Desain Urban

    Sebelum membahas tentang desain urban, kita bahas dahulu tentang suatu fenomena yang erat kaitannya dengan desain urban itu

    sendiri, yaitu urbanisasi.

    Muculnya Urbanisasi

    Definisi sederhana dari urbanisme atau daerah perkotaan adalah persekutuan atau penyatuan suku yang bertetangga

    yang terkumpul dalam suatu pusat, yang digunakan sebagai tempat pertemuan bersama dengan tujuan perlindungan. Daerah

    perkotaan diartikan sebagai gabungan lingkungan perumahan atau perkantoran maupun tempat umum. Selain itu definisi

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    44/61

    Azas Desain Urban 44

    perkotaan adalah lokasi dimana terdapat kemungkinan adanya suatu lingkungan kehidupan yang beraneka ragam dan gaya

    hidup berbeda.

    Istilah kota sendiri memiliki arti yakni konsentrasi dari suatu penduduk dalam wilayah geografis yang dapat menghidupi

    dirinya sendiri secara relatif permanen dari kegiatan ekonomi yang ada di wilayah tersebut. Kota itu bias merupakan kota

    industri, pendidikan, perdagangan, pemerintah atau kota mixed used.Kotakota besar kebanyakan memiliki daya ekonomi

    yang kuat dan luas, sedang kotakota kecil merupakan kota satelit yang tergantung dengan kota besar atau induknya.

    Lokasi dan Jenis Urbanisasi

    Didalam suatu penelitian mengatakan bahwa jarang sekali perkotaan yang berada di wilayah topografis yang terjal.

    Beberapa kota terletak di dataran tinggi tetapi tanahnya ralatif datar. Missal Denver, dan Mexico. Kebanyakan kota kota

    besar berada dekat jalan air besar, seperti kota New York, Seattle, Boston, dan Chicago. Dimasa yang akan datang

    menghadapkan manusia tidak hanya tinggal didaerah perkotaan dengan masalah untuk mengatasi konsekuensi dari

    perubahan teknologi.

    Pengertian desain urban menurut beberapa ahli:

    Jane Jacobs (1961)

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    45/61

    Azas Desain Urban 45

    Dalam bukunya The Death and Life of Great American Cities, Kota berdasarkanmultiple usesakan akan menghasilkan keberagaman

    dalm ekonomi dan sosial. Fenomena esensial dari kota adalah gabungan dari aktivitas yang didukung. Lebih lanjutnya, kawasan perkotaan

    hendaknya memiliki beberapa prinsip arsitektural dalam skala makro. Jika tidak maka akan timbul masalah yang cenderung buruk

    dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab jika ukuran sebuah kota dan wilayahnya tidak disusun dengan menciptakan ruang-

    ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih besar berdasarkan hirarki-hirarki tertentu, maka

    kualitas identitas masyarakat perkotaan terhadap tempat dan lingkungannya akan menurun. (Sumber: Kaitan antara keberagaman,

    Meliana, FT UI, 2008)

    Hamid Shirvani (1985)

    Dalam bukunya Urban Design Process, Urban Design (perancangan kota) merupakan kelanjutan dari urban planning

    (perencanaan kota) sebab bagaimanapun hasin perencanaan kota belum selesai atau belum dapat dilaksanakan tanpa ada

    rancang desain dari rencana yang telah disusun. Urban Design memiliki tekanan pada penataan lingkungan fisik kota.

    Elemen yang membentuk suatu kota (terutama pusat kota) adalah tata guna lahan (land use), Bentuk dan kelompok bangunan

    (Building and Mass Building), Ruang Terbuka (Open Space), Parkir dan Sirkulasi (Parking and Circulation), Tanda-tanda

    (Signage), Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways), Pendukung Kegiatan (Activity Support), dan Preservasi

    (Preservatin).(Sumber: Perancangan Kota, Design Arsitektr UNIP 2010)

    2.3.2 Elemen-elemen dalam desain urban

    1. Tata Guna Lahan (Land Use) dan Lingkungan

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    46/61

    Azas Desain Urban 46

    Seperti yang kita ketahui air, tanah dan udara merupakan unsur-unsur utama yang ada pada lingkungan hidup, kualitas

    unsur utama lingkungan ini sangat penting bagi rakyat pada umumnya. Khusus dalam mengatasi kemiskinan pemanfaatan

    unsur-unsur ini tentu perlu dikelola dengan baik. Pengembangan tata guna tanah dan tata guna ruang akan sangat berpengaruh

    pada kesejahteraan hidup orang banyak, dan oleh karena itu perlu diatur pengelolaannya dengan baik, agar hubungan dan

    interaksi antara manusia dan lingkungannya berlangsung dengan seimbang dan saling menguntungkan.

    Menurt Weisman dalam Merry (2001), terdapat 3 komponen yang ikut mempengaruhi interaksi antara manusia denagn

    lingkungannya, yaitu :

    1.

    Individu, manusia yang menggunakan setting fisik dengan tujuan tertentu.

    2.

    Setting fisik, lingkungan fisik tempat manusia beraktivitas.

    3.

    Organisasi, lembaga atau institusi di mana individu melakukan tugasnya.

    Widley dan Sceidt mengungkapkan hubungan yang lebih lanjut dari komponen-komponen tersebut membutuhkan

    adanya hal-hal berikut sebagai kebutuhan aktivitas atau kelengkapan lingkungan, dibutuhkan adanya :

    1. Kenyamanan, menyangkut keadaan lingkungan yang memberikan rasa yang sesuai dengan panca indera;

    2.

    Aksesibilitas, menyangkut kemudahan bergerak melalui dan menggunakan lingkungan sehingga sirkulasi menjadilancer dan tidak menyulitkan pemakai;

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    47/61

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    48/61

    Azas Desain Urban 48

    1. Mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatanpembangunan yang

    sesuai RTRW;

    2.

    Mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai dengan arahan fungsi kawasan dalam

    RTRW;

    3. Mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah termasuk pemeliharaan

    tanah serta pengendalian pemanfaatan tanah termasuk pemeliharaan tanah serta pengendalian pemanfaatan tanah;

    4. Menjamin kepastian hukum untuk menguasai, menggunakan dan memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang

    mempunyai hubungan hukum dengan tanah sesuai dengan RTRW yang ditetapkan.

    Penatagunaan tanah diselenggarakan terhadap:

    1. Bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya baik yang sudah terdaftar ataupun belum terdaftar;

    2. Tanah negara;

    3. Tanah ulayat masyarakat hukum adat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang maka penggunaannya tidak dapat diperluas atau

    dikembangkan tatagunanya, serta pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang sehingga tidak dapatditingkatkan pemanfaatan tanahnya.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    49/61

    Azas Desain Urban 49

    2.3.3 Peran Desain Urban

    2.3.4 Desain Urban Sebagai Kebijakan Publik

    2.4 Aspek Manusia dan Aspek Sosial dalam Desain Urban

    Kota dan pemukiman adalah contoh spesifik lingkungan binaan (Amos Rapoport, 1977), pengertian lingkungan binaan adalah

    suatu pengorganisasian empat buah unsur yang meliputi: ruang, makna, komunikasi dan waktu. Menurut Onggodipuro dalam pengantar

    sejarah perencanaan perkotaan, bahwa lingkungan tersebut dapat dilihat dari serangkaian hubungan antara elemen-elemen dengan manusia

    (antara benda dengan benda lain, benda dengan orang-orang, orang dengan orang lainnya). Rancangan dan perancangan pengaturan

    wilayah atau suatu kawasan yang besar sampai pengaturan perabot sebuah ruangan dapat dikelompokkan sebagai pengorganisasian ruang.

    Proses perkembangan kota tidak statis melainkan selalu dinamis dan seringkali susah ditebak. Banyak hal-hal yang diluar dugaan

    muncul dengan tiba-tiba. Kejadian dan perubahan, ekspresi dan improvisasi, merupakan faktor yang justru memanusiawikan lingkungan

    dan dianggap layak untuk diberi wadah maupun dikembangkan. Akibatnya ruang terbuka publik berguguran satu demi satu karena

    sebagian masyarakat tidak tahu bahwa hakekat ruang terbuka merupakan surga perkotaan. Para pengelola pembangunan kota cenderung

    lebih mendambakan terciptanya kota yang indah, dengan memanfaatkan teknologi tinggi dan perangkat keras yang kontemporer. Padahal

    sesungguhnya yang lebih penting dalam hal ini bagaimana menciptakan kota manusiawi dengan sentuhan rasa yang penuh kepekaan.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    50/61

    Azas Desain Urban 50

    Syarat-syarat yang dibutuhkan kota atau ruang publik dalam mengakomodir kebutuhan masyarakatnya antara lain adalah (Carretal,

    1992 dalam Ariyanti, 2005) :

    1. Comfortable, yaitu nyaman dan aman ketika beraktivitas di dalamnya.

    2.Relaxation, yaitu bisa merasa tenang karena tekanan aktivitas sehari-hari berkurang dengan berada di dalam ruang

    tersebut.

    3.Passive engagement, yang umumnya merupakan aktivitas melihat atau mengamati sehingga dapat menciptakan rasa

    dan kenikmatan sendiri dan bisa didukung dengan penambahan atraksi atraksi pada event-event tertentu dan didukung

    dengan bentuk fisik yang membuat orang menjadi tertarik.

    4.Responsive, yaitu dirancang dan dikelola untuk melayani kebutuhan penggunanya.

    5.Democratic, yaitu terbuka untuk semua kelompok manusia dan dapat memberikan kebebasan untuk melakukan sesuatu.

    6.Meaningfull, dapat memberikan makna tersendiri bagi manusia yang dirasakan ketika berada didalamnya dan

    memberikan hubungan yang kuat antara tempat, kehidupan pribadi dan dunia yang lebih luas.

    Widley dan Sceidt dalam Weisman mengungkapkan bahwa sebagai kebutuhan aktivitas atau kelengkapan lingkungan , dibutuhkan adanya:

    7. Kenyamanan, menyangkut keadaan lingkungan yang memberikan rasa yang sesuai dengan panca indera;

    8. Aksesibilitas, menyangkut kemudahan bergerak melalui dan menggunakan lingkungan sehingga sirkulasi menjadi lancer dan tidak

    menyulitkan pemakai;9. Legibilitas, menyangkut kemudahan bagi pemakai untuk dapat mengenal atau memahami elemen-elemen kunci dan hubungannya

    dalam suatu lingkungan dan menyebabkan orang tersebut menemukanarah atau jalan;

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    51/61

    Azas Desain Urban 51

    10.Kontrol, menyangkut kondisi suatu lingkungan untuk menyebabkan personalitas, menciptakan teritoryserta membatasi suatu ruang;

    11.Teritorialitas, menyangkut suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok

    orang terhadap suatu tempat. Pola tingkah laku ini mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar (Holahan, 1982

    dalam Hartanti, 1997);

    12.Keamanan, menyangkut rasa aman terhadap berbagai gangguan yang ada baik dari dalam maupun dari luar.

    Di samping itu, menurut Kranser dalam Andrian (1999), kebutuhan manusia terhadapsetting dipengaruhi olehpull factors (motivasi

    yang menarik) danpush factors (motivasi yang menolak).Pull and Push Factorstersebut amat berkaitan erat dengan psikologi dan ruang

    lingkungan atausetting.Oleh karena itu ruang diupayakan selalu dapat memenuhi kebutuhan manusia dan memberikan kepuasan bagi

    pemakainya

    Terkait dengan pengertian kota manusiawi dibutuhkan adanya sinergi antara pemerintah, perencana kota dan arsitek (perancang

    kota) dalam meningkatkan kualitas kota secara fisik agar kota tidak menjadi sesak dan padat oleh perabot kota, tidak terjadinya

    kemacetan di mana-mana, rancangan kota lebih teratur dan terkesan melayani lingkungannya serta tersedianya ruang publik bagi

    warganya. Jadi dalam mewujudkan kota yang manusiawi bagi warganya, kota tersebut harus tanggap dan peduli terhadap

    lingkungan.

    Kota Manusiawi Secara Visual

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    52/61

    Azas Desain Urban 52

    Minaret Branch (1995) mengemukakan bahwa di dalam perencanaan kota komprehensif, perancangan kota memiliki suatu

    makna yang khusus sehingga membedakannya dari berbagai aspek proses perencanaan kota. Perancangan kota berkaitan dengan

    tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota: penampilan visual, kualitas estetika, dan karakter spasial. Jika teori

    ini dihubungkan dengan judul penelitian dapat diinterpretasikan kalau signage erat kaitannya dengan inderawi manusia secara

    visual, dimana visibilitas (keterlihatan) papan/tanda terpengaruh oleh faktor lokasi, tiang penempatan, cat pantul dan sebagainya.

    Begitu pula kaitannya dengan legibilitas informasi (keterbacaan, kejelasan), dengan macam dan ukuran, jarak, lokasi,

    warna dasar, warna dan sebagainya sangat tergantung pada tanggapan inderawi manusia yang melihatnya. Teori mengenai

    gagasan bahwa pikiran manusia tersusun untuk menyerap lingkungan dengan suatu bagian yang berbeda dan bertalian disebut

    psikologi gestalt. Sedangkan pengaturan pola yang berlainan yang diserap disebut gestalt. Teori ini merupakan bagian proses

    perancangan mengekspresikan hubungan antara bagian-bagian rancangan. Teori gestalt memiliki seperangkat karakter yang

    digunakan untuk memperkuat atau memperlemah hubungan visual antara bagian-bagian komposisi.

    Nilai visual dapat diperoleh dari skala, pola, warna, tekstur, dan dimensi. Teori dari Gordon Cullen menjadi landasan

    teori dalam penelitian ini sebab untuk membuat konsep desainsignage yang memenuhi aspek-aspek manusiawi. Selain

    keharmonisansignage dengan arsitektur bangunan tempatnya berada, keberadaansignagejuga perlu dikendalikan sehingga

    mampu mengkomunikasikan informasi penting yang terkandung di dalamnya dengan baik kepada semua orang, baik yang

    sedang bergerak cepat maupun lambat. Penampilansignage harus disesuaikan dengan target audiencenya (manusia yang melihatobjek tersebut) sehingga tercipta keseimbangan antara pengendalian kesemrawutan dan penciptaan perhatian sekaligus

    penyampaian pesan/informasi darisignage tersebut.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    53/61

    Azas Desain Urban 53

    Menurut Kevin Lynch dalam bukunya, The Image of The City, 1960 mengemukakan bahwa salah satu keberhasilan

    pembentuk ruang untuk merancang sebuah kota adalah imageability, artinya kualitas secara fisik suatu obyek akan memberikan

    pengaruh kuat untuk menciptakan image yang dapat diterima orang. Dalam hal ini image ditekankan pada kualitas fisik suatu

    kawasan yang menghubungkan atribut identitas dengan strukturnya. Kaitan teori ini dengan penelitian yang dilakukan adalah

    mengenai image atau citra sebuah kota akibat adanyasignage dalam ruang kota.

    Selain image yang menjadi pembentukplace, begitu pula halnya dengan visual

    dansimbol conection. Visual Conection adalah hubungan yang terjadi karena

    adanya keserasian visual antara satu objek dengan objek lain dalam suatu

    kawasan, sehingga menimbulkan image tertentu (kota yang manusiawi). Dalam

    hal ini kesamaan objek dapat didefenisikan sebagai bagian dari elemen-elemen

    fisik kota termasuk di dalamnya adalahsignage.

    Fungsi Estetika Visual

    Menurut Vining dan Stevens (dalam Smardon,1994), dijelaskan yang merupakan aspek kualitas estetika diantaranya

    adalah proporsi, komposisi, pola dan tatanan. Sedangkan menurut Broadbent (1980) menyatakan bahwa faktor utama yang

    mempengaruhi kualitas fisik kota secara visual adalah bentuk yang terlihat melalui pengaturan masing-masing objek/bangunan

    dan keterkaitan satu sama lainnya melalui deretan, skala, proporsi dan hirarki. Kondisi visual koridor menurut Cullen (1961),sangat erat berkaitan dengan fenomena fisik yaitu yang berkaitan dengan penataan dan pengaturanlingkungan serta korelasi visual,

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    54/61

    Azas Desain Urban 54

    Cullen menyebutkan bahwa korelasi visual yang baik akan memberikan kepuasan estetis tertentu bagi orang yang mengamati dan

    berada di tempat tersebut

    (Gambar 2.11).

    Berdasarkan pada tujuan penelitan dengan hubungan teori ini, maka langkah tinjauan pustaka adalah untuk mendapatkan

    rumusan tentang keadaansignage yang berada di koridor jalan Gatot Subroto Medan serta kaitannya dengan fungsi estetika

    visual dalam mempengaruhi kualitas fisik kota, baik itu dalam pengaturan dimensisignage, komposisi dan pola tatanan

    perletakansignage sebagai pembentuk urban space sehingga dapat mengarahkan analisisnya.

    Karakteristik Visual

    Kualitas visual merupakan atribut khusus yang ditentukan oleh nilai-nilai kultural dan properti fisik yang hakiki

    Smardon, (1986). Menurut Krier (1979), yang menentukan karakteristik geometris koridor adalah pola fungsi, sirkulasi dandinding yang membatasi, dinding atau pembatas tersebut dapat berupa bangunan dan pepohonan.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    55/61

    Azas Desain Urban 55

    Universitas Sumatera Utara atau unsur lain yang membentuk kesan ruang. Selanjutnya dijelaskan bahwa karakter

    visual suatu kawasan ditunjukkan oleh adanya kualitas fisik yang terbentuk oleh interelasi antar elemen visual dalam landskap

    kota yang tediri dari:

    Dominasi (domination) dibentuk oleh satu atau dua elemen yang sangat kontras dan secara visual sangat

    menonjol.

    Keragaman (diversity), yang dimaksud disini tingkat keragaman visual.

    Kesinambungan (continouity) adalah kesinambungan secara visual.

    Kepaduan (intacness), yaitu integrasi dari tatanan lansekap alam maupun buatan manusia yang bebas dari

    gangguan visual.

    Kesatuan (unity), adalah harmoni secara keseluruhan yang mengacu pada kecocokan atau kesesuaian antar

    elemen visual.

    Sekuens (sequence), merupakan tatanan unit-unit visual yang tidak dijumpai di lingkungan lain.

    Keindahan (vividness), yaitu suatu penampilan secara khusus mengesankan, dibentuk oleh adanya elemen visual

    yang menonjol dan menarik.

    Keunikan (unique), yaitu kondisi atau karakter visual yang tidak dijumpai di lingkungan lain.

    Perkembangan sebuah kota terjadi dengan sangat pesat terutama sekali di kawasan-kawasan strategis,

    perkembangan ini ditunjang dengan adanya tuntutan dari kebutuhan masyarakat di kota yang semakin beranekaragam macamnya

    terutama dalam hal kenyamanan dan pelayanan serta fasilitas infrastruktur yang ada di kota. Perubahan ini mempengaruhi semua

    komponen tatanan yang ada di dalamnya seperti ruang publik, pengaruh keberadaan ruang publik dan bangunan disekitarnya.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    56/61

    Azas Desain Urban 56

    Keberadaan ruang publik ini cukup penting bagi tata ruang sebuah kota sehingga menarik untuk dikaji lebih mendalam, dalam hal

    ini dikhususkan pada kualitas ruang publik melalui teori proporsi atau skala dan enclosure

    Tinjauan Umum Ruang Publik Kota

    Ruang publik pada dasarnya ruang kosong ( open space ) yang sangat berguna, dengan adanya

    kekosongan bisa memuat berbagai aktivitas didalamnya. Selain itu pada tata ruang kota dengan adanya open space / ruang terbuka

    untuk ruang pengikat kota sehingga ada jalinan atau penghubung antar ruang didalam kota. Ruang kosong ini disebut juga

    arsitektur tanpa atap, dimana ruang ini dengan perumpamaan lantainya dari bumi dindingnya keberadaan bangunan-bangunan dan

    alam disekitarnya dan atapnya berupa langit. Sebagai contoh arsitektur tanpa atap di Piazza del Campo di Siena disana Piazza del

    Campo berfungsi sebagai pusat kota dimana suatu ruang luar yang dikelilingi oleh dinding bangunan dan tersusun memusat

    sehingga dianggap sebagai Living Room nya kota. Ruang publ ik merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat kota

    sehingga bisa terjalin interaksi sosial di masyarakat kota itu sendiri. Ruang publik secara umum terdapat beberapa fungsi yang

    antara lain adalah : - Sebagai pusat Interaksi untuk kegiatan- kegiatan masyarakat baik formal maupun informal atau digunakanuntuk event-event tertentu seperti upacara kenegaraan, sholat hari raya, acara hiburan dan lain-lain. - Sebagai ruang terbuka yang

    menampung koridor-koridor jalan yang menuju kearah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari struktur kota

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    57/61

    Azas Desain Urban 57

    serta sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan disekitarnya dan ruang untuk transit. - Sebagai tempat usaha bagi pedagang

    kaki lima. - Sebagai paru-paru kota yang semakin padat. - Selain itu ruang publik secara esensial harus memiliki 3 kriteria yaitu :

    Meaningful adalah dapat memberikan makna atau arti bagi masyarakat setempat secara individual maupun kelompok. Responsive

    adalah tanggap terhadap semua keinginan pengguna dan dapat mengakomodir kegiatan yang ada pada ruang publik tersebut.

    Democratic adalah dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa ada diskriminasi. Hamid Shirvani,

    dalam teorinya tentang perencanaan kota, juga menyampaikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan proporsi-skala sebuah

    ruang publik. Bentuk Bangunan dan Massa Bangunan Building form and massing, therefore, encompases height, bulk, floor area,

    ratio (FAR), coverage, Stree-line setbacks, style, scale, material, texture and color. Perangkat pengendalian bentuk dan massa

    bangunan meliputi : - Ketinggian bangunan Dalam konteks kota ketinggian berbagai bangunan akan membentuk skyline kota. -

    Kepejalan Bangunan Kontrol kepejalan memberikan peningkatan kondisi angin dan pengontrolan terhadap cahaya matahari pada

    jalan-jalan dan ruang-ruang terbuka dibawahnya. Hasil kontrol kepejalan berupa bentuk artikulasi dan bertingkat permukaan dan

    bentuk bangunan, dapat menurunkan masalah angin.

    Teori proporsi dan skalapada ruang publik ini ada kaitannya dengan open space dan urban space.

    Menurut pendapat Paul D. Spreiregen mengenai open space dan urban space adalah Open space is another type of space, and

    one which we should be very careful to understand. Open space generally describes park like areas of greenery in or near the

    city. It is often confused with urban space, which is a formal fokus of urban activity. Open space in informal, natural, and

    parklike. It relieves the harshness of urban form while complementing it. Urban spaces are the products of cities, specifically thejuxtaposition of buildings. The larger spaces of nature in which cities sit cannot be enclosed by urban form, but can nonetheless

    be urban spaces in the sense that they are qualified by the urban presence. The city, as a whole form, accents this vast space.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    58/61

    Azas Desain Urban 58

    Scale and Human Vision Skala didalam urban design yang dipakai adalah skala manusia agar sesuai dengan aktivitas manusia.

    Skala ini berdasarkan pada jarak dan ketinggian bangunan atau lingkup area yang ada dari sudut pandangan manusia yang antara

    sudut 30o-65o. Selain itu menurut Lynch dalam Rapoport 1971, bahwa sudut pandang yang normal adalah 270. Jadi untuk

    perbandingan D/H = 270. Ada tiga pembagian skala berdasarkan urban design antara lain skala intim, skala urban, dan skala

    monumental. Pada dasarnya sudut pandangan mata manusia secara normal pada bidang vertikal adalah 60o, tetapi bila melihat

    secara intensif maka sudut pandangan mata berkurang 1o. H. Marten, seorang arsitek Jerman, dalam papernya Scale in Civic

    Design mengatakan bahwa bila orang melihat lurus ke depan, maka bidang pandangnya vertikal di atas bidang pandangan

    horizontal mempunyai sudut 40o atau 2/3 seluruh sudut pandangan mata. Dan orang dapat melihat keseluruhan pandangan bila

    sudut pandangnya 27o atau bila D/H = 2 ( jarak dibagi dengan tinggi = 2). Werner Hegemann dan Elbert Peets dalam bukunya :

    American Vitruvius menyatakan bahwa : orang akan merasa terpisah dari bangunan bila melihat dari jarak sejauh 2 x tinggi

    bangunannya, ini berarti sudut pandangannya 27o. Bila orang ingin melihat sekelompok bangunan sekaligus maka diperlukan

    sudut 18o, ini berarti dia harus melihat dari jarak sejauh pandangan 3 x tinggi bangunan. Paul Zucker juga menggunakan gb. 2-

    1A dan 2-1B dalam bukunya Town and Square. Ketentuan-ketentuan tersebut sudah ada sejak zaman Medieval, untuk saat ini

    dianggap terlalu statis untuk diterapkan dalam disain. Tetapi yang terpenting adalah untuk mengetahui nilai dan Kualitas runag

    luar secara keseluruhan dan mepelajari prbandingan-perbandingan antara jarak dan tinggi bangunan pada potongan- potongan

    melintang.Betul tidaknya tergantung pada disain. Agar benar-benar mendapatkan inspirasi dalam membuat disain ruang luar,

    seorang arsitek tidak harus selalu memakai teori perbandingan tersebut, tetapi harus lebih bebas dalam menggunakan intuisinya

    yang kreatif. Gambar 3 Field Of Vision Menurut Camillo Sitte mengenai skala square atau plaza, bahwa besarnya square atauplaza mempunyai lebar minimum sama dengan tinggi bangunan dan tidak boleh lebih dari 2 kali tingginya. Jadi besarnya plaza :

    1< D/H

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    59/61

    Azas Desain Urban 59

    bangunan-bangunan disekitarnya begitu kuat. Bila D/H>2 maka daya mengruang pada plaza mulai berkurang. Jadi bila D/h

    terletak diantara 1 dan 2 akan menjadi proporsi yang seimbang.

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    60/61

    Azas Desain Urban 60

    BAB III

    PENUTUP

  • 8/11/2019 Fixasistensi Tugas 1 Adu d5

    61/61

    Azas Desain Urban 61

    DAFTAR PUSTAKA

    Hariyono, Paulus. 2007. Sosiologi Kota Untuk Arsitek.Jakarta: Bumi Aksara.

    Lynch, Kevin. 1960. The Image Of The City. Cambridge-Mass: The MIT Press.

    Mirsa, Rinaldi. 2012.Elemen Tata Ruang Kota.Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Planospace.2010.http://planospace.blogspot.com/2011/03/bentuk-bentuk-kota.html . Diakses pada 12/04/2014

    Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. New York: Van Nostrand ReinHold Company.

    http://planospace.blogspot.com/2011/03/bentuk-bentuk-kota.htmlhttp://planospace.blogspot.com/2011/03/bentuk-bentuk-kota.htmlhttp://planospace.blogspot.com/2011/03/bentuk-bentuk-kota.htmlhttp://planospace.blogspot.com/2011/03/bentuk-bentuk-kota.html