Fix

download Fix

of 27

description

audit brinks rangkuman

Transcript of Fix

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangAuditor sangat dituntut akan kemampuannya memberikan jasa yang terbaik dalam setiap pengauditan, dan sesuai dengan yang dibutuhkan serta diperintahkan oleh pimpinan tertinggi instansi atau badan. Agar audit dapat bermanfaat bagi para pemakainya, auditor independen memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan pendapat yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki obyektivitas yang tinggi. Oleh karena itu sebelum menjalankan proses audit, tentu saja proses audit harus direncakan terlebih dahulu. Salah satu tahap audit ialah perencanaan (audit planning). Perencanaan dalam audit adalah suatu tahapan yang terperinci, menyangkut prosedur dan rencana auditor yang akan digunakan dalam pelaksanaan suatu audit. Tujuan audit, jadwal kerja audit, dan staf yang akan diikutsertakan dalam proses audit, harus diterangkan secara jelas dalam perencanaan audit. Tujuan audit planning ialah untuk menentukan pada area mana, bagaimana, kapan serta oleh siapa (anggota tim yang mana) audit akan dilakukan. Langkah penting dalam audit planning mengidentifikasikan faktor risiko. Untuk itu auditor menyiapkan rencana kerja audit (audit program) mengenai batas, jadwal, dan prosedur untuk mencapai sasaran audit. Setelah audit program disusun dan team auditor telah dibentuk, selanjutnya para anggota team harus melakukan pengenalan terhadap sistem yang akan diaudit. Oleh karena itu, paper ini akan membahas mengenai langkah kedelapan yang merupakan langkah terakhir dalam fase perencanaan audit. Langkah yang paling penting ini karena akan menentukan keseluruhan program audit yang akan diikuti oleh auditor, termasuk semua prosedur audit, ukuran sampel, unsur-unsur yang dipilih serta waktunya. Pentingnya membuat keputusan yang tepat dalam membentuk perencanaan audit secara keseluruhan dan mengembangkan suatu program audit yang terperinci dengan mempertimbangkan efektivitas bukti maupun efisiensi audit. Dimana keseluruhan perencanaan audit didiskusikan, yang berarti auditor akan memilih gabungan dari kelima jenis pengujian yang akan menghasilkan audit yang efektif dan efisien. Hal ini mencakup pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari setiap jenis pengujian, termasuk pertimbangan biaya dari setiap jenis pengujian tersebut. Setelah memutuskan gabungan jenis pengujian yang paling menghemat biaya, auditor akan merancang program audit secara terperinci.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka penyaji mengajukan pertanyaan sebagai berikut:1. Bagaimanakah pengukuran efektivitas kinerja internal audit dalam planning dan performance audit internal?.2. Bagaimanakah peran audit universe terkait dengan planning dan performance audit internal?

1.3. Tujuan PaperTujuan dari paper ini adalah untuk:1. Mengetahui pengukuran efektivitas kinerja internal audit dalam planning dan performance audit internal.2. Mengetahui peran audit universe terkait dengan dalam planning dan performance audit internal.

BAB IIDASAR TEORI

2.1. INTERNAL AUDITPanduan untuk audit internal yang dikeluarkan oleh Institute Audit Internal Australia (2010) menyatakan bahwa audit internal merupakan pilar utama dari tata kelola yang baik. Hal ini berkaitan dengan kecukupan manajemen risiko dan sistem pengendalian internal, efisiensi dan efektifitas penilaian kegiatan operasi, perlindungan terhadap aset dan kepatuhan terhadap peraturan. Audit internal memberikan pandangan independen pada komite audit dan manajemen eksekutif mengenai apakah organisasi memiliki risiko dan lingkungan pengendalian internal yang sesua sementara audit internal itu sensiri bertindak sebagai katalis untuk strong-risk dan compliance culture dalam organisasi.

2.1.1. DEFINISI INTERNAL AUDITTerdapat beberapa definisi audit internal, diantaranya:Menurut Institut Audit Internal (IIA) (2004):

Internal audit is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization`s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate an improve the effectiveness of risk management, control an governance process.

Menurut Morariu et all (2009):Internal audit is an independent and objective activity that gives insurance to the entity regarding the degree of operations control, guiding it in order to improve its operations and that contributes to the creation of added value.

Menurut Peraturan Otorisasi Jasa Keuangan nomor IX.7 tentang pembentukan dan pedoman penyusunan piagam unit Audit Internal, definisi Audit Internal adalah:Suatu kegiatan pemberian keyakian (assurance) dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan, melalui pendekatan yang sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perusahaan.

Sawyer (2005:10) mendefinisikan lingkup audit modern yang luas dan tak terbatas, yaitu:Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, (2) resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi, (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti, (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit internal tidak hanya mencakup peranan dan tujuan internal auditor, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab. Definisi-definisi tersebut juga memaparkan ruang lingkup yang luas dari internal auditor modern yang lebih menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan risiko, tata kelola, dan kontrol.Berdasarkan definisi-definisi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengawasan (control) dan pemeriksaan (audit) tersebut tidaklah semata-mata untuk mencari kesalahan seseorang/manajemen saja, tetapi juga mempunyai jangkauan yang lebih luas yaitu dalam bentuk penyampaian jasa yang protektif dan konstruktif. Kesimpulan lain yaitu bahwa audit merupakan kegiatan yang diperlukan secara berkesinambungan walaupun di dalam perusahaan tersebut tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan, tetapi tetap diperlukan untuk penyampaian informasi kepada manajemen perusahaan untuk membantu dalam pengambilan keputusan.

2.2. EFEKTIVITASEfektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Efektivitas merupakan unsur pokok untukmencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya.

2.2.1. DEFINISI EFEKTIVITASPengertian efektivitas memiliki makna yang berbeda bagi setiap organisasi tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Bagi seorang ahli ekonomi efektivitas organisasi adalah keuntungan dan laba investasi, dan bagi seorang ilmuan di bidang riset efektivitas dijabarkan dalam jumlah paten, penemuan atau produk baru. Sedangkan bagi sejumlah sarjana ilmu sosial, efektivitas sering ditinjau dari segi kualitas kehidupan pekerja.Menurut Kamus Bahasa Indonesia pengertian efektivitas, yaitu Keberhasilan suatu tindakan yang diukur berdasarkan pencapaian tujuan tindakan tersebut.. Efektivitas menurut Bayangkara (2008:14), sebagai tingkat keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Sementara menurut Handayaningrat dalam Rizal (2009), efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, maka sasaran dan tujuan tersebut efektif.

Menurut Mulyadi dalam Rizal (2009), efektivitas diartikan sebakai berikut:

Pengukuran efektivitas dan efisiensi perusahaan didasarkan pada apakah sumber daya organisasi telah diperoleh dan digunakan secara ekonomis dalam artian tidak terjadi pemborosan, kebocoran, salah alokasi, salah sasaran dalam mencapai tujuan.

Menurut Sawyer (2005: 211):

Efektivitas menekankan hasil aktual dari dampak atau kekuatan untuk menghasilkan dampak tertentu.

Untuk menilai efektivitas menurut Bayangkara dalam Lilin (2010) dijelaskan bahwa auditor menekankan perhatiannya pada: 1) Pencapaian tujuan program dan kegiatan yang sudah ditetapkan. 2) Pemanfaatan hasil program atau kegiatan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Penilaian efektivitas didasarkan atas suatu lingkup atau luas tujuan suatu organisasi dalam menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Auditor internal harus memperhatikan aspek ketaatan dalam melakukan penilaian efektifitas yang diinginkan. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas menyangkut derajat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Singkatnya efektivitas adalah melakukan sesuatu yang benar. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

2.2.2. FAKTOR PENCAPAIAN EFEKTIVITAS INTERNAL AUDITMenurut Tugiman (1997) untuk mencapai fungsi audit internal yang efektif, terdapat lima faktor atau syarat yang harus dipertimbangkan, antara lain:a. Akses, berkaitan dengan masalah ketersediaan informasi yang diperlukan oleh auditor internal untuk melaksanakan audit. Aksesnya dapat bersumber dari: Fasilitas, meliputi seluruh realitas fisik yang mungkin dapat memberikan informasi bagi auditor yang melakukan observasi langsung. Catatan, yang mewakili realitas walaupun bukan realitas itu sendiri. Orang, terutama bila fasilitas dan catatan kurang mendukung.b. Objektivitas, merupakan keadaan jiwa yang memungkinkan seseorang untuk merasakan sesuatu realitas seperti apa adanya. Hal tersebut dapat dicapai melalui kesadaran, pengetahuan formal, pengetahuan berdasarkan pengalaman (ketekunan) dan tidak adanya kecondongan emosional.c. Kebebasan berpendapat, merupakan suatu keadaan yang memungkinkan suatu auditor untuk menyatakan sesuatu yang diketahuinya tanpa rasa takut adanya konsekuensi yang buruk bagi status dan pemisahan organisasional sangat membantu kebebasan berpendapat.d. Ketekunan, pada umumnya ketekunan merupakan kualitas yang berasal dari dalam diri auditor sehingga dapat dipengaruhi untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk. Ketekunan dapat diperkuat dengan pemberian isyarat menyangkut maksud atasan sesungguhnya serta status organisasional yang memadai.e. Ketanggapan, menurut perhatian auditor terhadap berbagai temuan dan pembuatan keputusan. Adanya tindakan korektif apabila dipandang perlu. Ketanggapan sangat dipengaruhi oleh status organisasional auditor internal.

2.2.3. INDIKATOR EFEKTIVITAS INTERNAL AUDITMenurut Standar Profesi Audit Internal (SPAI) yang terdapat dalam Hiro Tugiman (1997) terdapat sembilan indikator efektivitas audit internal, antara lain dijelaskan sebagai berikut:a. Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya (reasonable and meaningful findings and recommendations). Tolak ukur ini untuk melihat apakah suatu temuan dan rekomendasi dari audit internal dapat memberikan nilai tambah bagi auditee dan apakah dapat dipergunakan oleh manajemen sebagai suatu informasi yang berharga.b. Respon dari objek yang diperiksa (auditees response and feedback). Berkaitan dengan tolak ukur pertama tetapi berkenaan dengan umpan balik dan respon dari auditee. Apakah temuan atau rekomendasi tersebut dapat diterima dan dioperasionalisasikan oleh auditee?. Temuan pemeriksaan dan rekomendasi dari auditor yang tidak dapat dioperasionalisasikan dan tidak mendapat respon dari auditee kemungkinan pula terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau sebab-sebab lainnya.c. Profesionalisme auditor (profesionalism of the internal audit department). Kriteria dari profesionalisme adalah: Independensi Integritas seluruh personil pemeriksaan Kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa Penampilan, sikap, dan perilaku pemeriksa Kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan auditee atas permasalahan yang diajukan Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan didapatnya tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen puncak Pendidikan dan keahlian para pemeriksad. Peringatan dini (absence of surprise). Auditor dapat memberikan laporan peringatan dini baik dalam bentuk formal maupun informal mengenai kelemahan atau permasalahan operasi perusahaan serat kelemahan pengendalian manajemen.e. Kehematan biaya pemeriksaan (cost effectiveness of the internal audit department). Output dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat diukur. Bila pemeriksaan yang dilakukan mampu meminimalisasi biaya tanpa mengurangi nilai tambah yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah efektif ditinjau dari tolak ukur ini.f. Pengembangan personil (development of people). Jika pemngembangan personil dianggap menjadi peran yang penting, maka pimpinan auditor akan menggunakan waktunya dalam pembinaan untuk penempatan dan pengembangan stafnya.g. Umpan balik dari manajemen lainnya (operating managements feedback). Umpan balik dari manajemen lainnya bersifat subjektif dan sangat dipengaruhi oleh profesi auditor itu sendiri. Sampai sejauh mana dukungan yang diberikan oleh para manajemen lainnya terhadap para auditor dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan.h. Meningkatnya jumlah pemeriksaan (number of requests for audit work). Semakin baik dan semakin meningkatnya kemampuan auditor maka manfaat dari audit ini akan semakin dirasakan, dengan semakin dirasakannya manfaat tersebut, maka jumlah pemeriksaan pun akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan.i. Tercapainya program pemeriksaan. Meliputi tindakan evaluasi terhadap risiko objek yang diperiksa serta jaminan bahwa bidang-bidang yang berisiko tinggi telah ditempatkan sebagai prioritas utama dalam perencanaan pemeriksaan.

2.2.4. KRITERIA UNTUK MENGEVALUASI EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS Setiap perusahaan yang melaksanakan kegiatan usahanya harus dievaluasi kinerjanya sebagai hasil dari implementasi strategi bisnis yang dijalannya. Manajemen perusahaan perlu mengetahui efektifitas dan efesiensi sumber daya yang digunakan pada masing-masing departemen dengan melakukan audit terhadap semua fungsi manajemen di perusahaan. Efektifitas mengacu pada percapaiaan tujuan sedangkan efesiensi mengacu pada sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. Suatu contoh efektivitas adalah produksi suku cadang tanpa cacat. Sedangkan efesiensi berkaitan dengan apakah suku cadang tersebut diproduksi pada biaya yang minimum.Menurut Laery (1996), ada tiga kata kunci utama dari audit kinerja (performance audit), yaitu ekonomis, efisiensi, dan efektifitas. Tiga kata kunci tersebut didefenisikan sebagai berikut:

Economy mean the acquisition of the appropriate quality and quantity of financial human and physical resource at the appropriate times and at the lowest cost.

Efficiency means the use of financial, human and physical resources such that output is maximized for any given set of resource inputs, or input is minimized for any given quantity and quality of output.

Effectiveness means the achievement of the objectives or other intended effect of the objectives or other intended effects of the programmes, operations or activities.

Audit efisiensi mencakup penilaian seperti: usaha organisasi untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi. Dengan audit efisiensi memungkinkan suatu entitas untuk me-manage sumber daya secara efisien. Beberapa manfaat audit efisiensi menurut Bagus (2003). Membantu manajer dan staf menjadi lebih sensitif akan kewajiban mereka dalam rangka mengadakan efisiensi. Menggarisbawahi pentingnya pengukuran efisiensi dan pemakaian informasi untuk memanage operasi dan mendapatkan akuntabilitasi. Mendemonstrasikan cakupan yang ada agar bias menurunkan biaya pada program yang ada tanpa mengurangi kuantitas dan kualitas output atau tingkat pelayananya. Meningkatkan kuantitas atau memperbaiki kualitas atau output dan tingkat pelayanan tanpa disertai peningkatan pembelanjaan. Mengidentifikasikan perbaikan yang diperlukan pada pengendalian, sistem operasional dan proses kerja yang ada dalam rangka penggunaan sumber daya yang lebih baik.Menurut Arent and Loebbecke (2000), salah satu pendekatan untuk menyusun keriteria audit operasional adalah dengan menetapkan tujuannya untuk menentukan apakah beberapa aspek unit usaha dapat dibuat lebih husus biasanya diperlukan sebelum audit operasional dimulai.Beberapa jenis ketidakefisien sering terjadi tetapi tidak terungkap melalui performance audit. Berikut ini beberapa contoh mengenai ketidakefisiensinnya.KETIDAKEFISIENANCONTOH

Biaya perolehan barang atau jasa sangat tinggiPenawaran untuk pembelian tidak diwajibkan

Tidak tersedianya bahan baku untuk produksi ketika dibutuhkanSeluruh jalur perakitan harus dihentikan karena bahan yang diperlukan tidak disorder

Pekerjaan dilakukan tanpa tujuan Catatan produksi yang sama disimpan oleh bagian akuntansi maupun bagian produksi, karena mereka tidak mengetahui masing-masing tugasnya satu sama lain.

Pekerjaan dilakukan tanpa tujuanTembusan faktur penjualan dan laporan penerimaan dikirimkan ke bagian produksi yang menyimpan dokumen itu tanpa paernag digunakan

Terlalu banyak pengawaiPekerjaan kantor dapat dilakukan lebih efektif bila satu orang sekretaris dikurangi

2.3. PENGERTIAN PERFORMANCE AUDITKonsep performance audit (dengan istilah apapun) terkesan masih sangat baru. Pemikiran mengenai performance audit menurut T.G Rose dalam Yusuf kumpulan Bacaan Manajemen Audit sudah dimulai sejak 1932 di Britania Raya. Namun sampai saat ini masih terdapat beberapa konsep yang berbeda mengenai performance audit, seperti adanya ketidakseragaman istilah yang digunakan.Performance audit merupakan evaluasi secara independen dan berorientasi ke masa depan atas berbagai kegiatan operasional suatu organisasi guna membantu manajemen dalam meningkatkan efektifitas pencapaian hasil dan tujuan yang ditetapkan. Performance audit juga dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, yang mempunyai fungsi membantu meyakinkan terdapatnya akuntanbilitas dan mengidentifikasikan cara-cara memperbaiki operasi perusahaan. Secara umum, pengertian audit telah memiliki arti suatu proses sistematik untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan asersi/fakta dan kondisi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan pada performance audit, bukti-bukti mengenai fakta atau kondisi dikumpulkan untuk dievaluasi keefektifannya. Performance audit dapat dilaksanakan dengan dua pendekatan dasar: (1) Organizational dan (2) Functional. Dengan pendekatan organisasi, auditor berkepentingan terhadap pengelolaan suatu unit organisasi. Pengujian bukan hanya dilakukan terhadap fungsi atau kegiatan dalam suatu satuan organisasi, tetapi juga dengan pengorganisasian itu sendiri. Pusat perhatian adalah apa yang berlaku dan terjadi dalam suatu unit organisasi tertentu. Melalui pendekatan fungsional, auditor berkepentingan dengan suatu kegiatan utama dan rangkaian kegiatan, sejak awal dimulainya kegiatan sampai kegiatan berakhir. Pengujian dilakukan bukan hanya pada satu unit organisasi saja tetapi pada beberapa unit organisasi yang terkait. Pusat perhatian adalah pelaksanaan kegiatan kegiatan dalam suatu fungsi tertentu, bukan pada unit organisasi yang melaksanakan kegiatan tersebut. Pelaksanaan audit sendiri dapat dilakukan dengan suatu metode yang menurut Sawyer (2003) meliputi tahapan berikut: Pengenalan Verifikasi Evaluasi dan rekomendasi Pelaporan kepada manajemenMenurut Boynton (1996) pelaksanaan audit kinerja/audit operasional dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :1. Tahap Select AuditeePada dasarnya, studi pendahuluan merupakan suatu proses penyaringan yang menghasilkan suatu peringkat dari auditee yang potensial. Dalam memilih auditee dimulai dari survey pendahuluan untuk suatu entitas guna mengidentifikasi aktivitas aktivitas yang mempunyai potensial paling tinggi dalam arti memperbaiki efektifitas , efisiensi dan ekonomis. Sawyer menyatakan ada tujuh tahapan pada pelaksanaan survey awal yaitu intial study, documenting, meeting, gathering information, observing, flowcharting, and reporting. Selain hal tersebut yang perlu dipertimbangkan juga adalah budgeting the survey. 2. Tahap Plan AuditPerencanaan audit yang hati hati merupakan hal sangat penting agar tujuan audit operasional untuk menilai tingkat efisiensi dan efektifitas dapat tercapai. Berdasarkan perencanaan audit maka disusun program yang berisi tentang prosedur yang didesain untuk mencapai tujuan audit. Menurut Cangemi and Singleton (2003), perencanaan internal audit diimplementasikan untuk special audit, special assignment atau other activity. Perencanaan menggambarkan aspek penting dari suatu pemeriksaan dan diharapkan sesuai dengan standar pekerjaan lapangan. Untuk tiap jenis pekerjaan, penetapan koordinasi antara manajemen dan staf internal audit perlu dituangkan dalam dokumen planning memo. Dokumen ini menjamin bahwa tujuan dan skedul pemeriksaan dapat dikomunikasikan dan dipahami oleh mereka yang terlibat dalam pemeriksaan. Dengan demikian auditor/manajemen bisa mempertimbangkan scope dan procedure yang menjadi prioritas pekerjaanya.3. Tahap Perform AuditDengan cara yang sama seperti audit keuangan, auditoraudit kinerja harus mengumpulkan bukti bukti yang cukup kompeten agar dapat dijadikan dasar yang layak untuk menarik suatu simpulan terhadap objek yang diuji. 4. Tahap Report FindingLaporan audit kinerja disampaikan kepada manajemen, dengan salinan kepada unit yang diaudit dan tidak secara khusus diperuntukkan kepada pihak ketiga sehingga laporan audit kinerja kata katanya tidak dibakukan. Keragaman audit kinerja memerlukan penyusunan laporan secara khusus untuk menyajikan ruang lingkup audit, temuan dan rekomendasi.5. Tahap Perform Follow upTahap ini merupakan tindak lanjut dari rekomendasi atau temuan yang diusulkan kepada manajemen. Tujuan pada tahap ini untuk mengetahui apakah perubahan yang direkomndasikan telah dilakukan dan bila tidak, apa penyebabnya.

Berikut ini tahap-tahap pelaksanaan audit manajemen seperti yang dijelaskan di atas:

Select AuditeePlan AuditPerform AuditReport finding to ManagementPerform Follow up

Sebelum melakukan audit, auditor terlebih dahulu harus memperoleh informasi umum organisasi guna mendapatkan pemahaman yang memadai tentang lingkungan organisasi yang diaudit, struktur organisasi, misi organisasi, proses kerja, serta sistem informasi dan pelaporan. Pemahaman lingkungan masing-masing organisasi akan memberikan dasar untuk memperoleh penjelasan dan analisis yang lebih mendalam mengenai sistem pengendalian manajemen.Berdasarkan hasil analisis terhadap kelemahan dan kekuatan sistem pengendalian dan pemahaman mengenai keluasan (scope), validitas dan realibilitas informasi kinerja yang dihasilkan entitas atau organisasi, auditor kemudian menetapkan kriteria audit dan mengembangkan ukuran ukuran kinerja yang tepat. Berpedoman kepada rencana yang telah dibuat, auditor kemudian melakukan pengauditan, mengembangkan hasil-hasil temuan audit, dan membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil temuan kemudian dilaporkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan disertai dengan rekomendasi yang diusulkan oleh auditor. Rekomendasi-rekomendasi yang diusulkan oleh auditor pada akhirnya akan ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berwenang.

2.3.1. PERFORMANCE AUDIT DI INDONESIA Performance audit mulai dikenal di Indonesia pada sektor swasta melalui internal audit di perusahaan-perusahaan asing seperti BPM, Stanvac, Shell dan Unilever. Sejak tahun 1940-an atau 1950-an, aspek performance audit mulai muncul meskipun tidak secara utuh dan terarah seperti definisinya sekarang ini. Pada sektor pemerintahan, DJPKN telah merintis performance audit sejak awal tahun 1970-an, dan mulai dilaksanakan secara terprogram pada tahun 1980-an. Pada tanggal 21-24 oktober 1984 Asean Federation of Accountants (AFA) mengadakan kongres IV di Jakarta, dimana salah satu topiknya mengenai performance audit. Sejak itu perkembangan performance audit menjadi cukup baik di Indonesia. Berdasarkan UU No 5 tahun 1973 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), lembaga ini memiliki mandate untuk melaksanakan audit kinerja (performance audit) pada sektor pemerintahan, untuk keperluan petunjuk teknis pelaksanaan ditetapkan berdasarkan SK BPK No. 08/SK/K/1996 tanggal 18 Maret 1996 (Hasanudin:2002). Sedangkan pada sector swasta dilaksanakan oleh internal auditor maupun eksternal auditor.Permasalahan dalam pelaksanaan performances audit di Indonesia, dapat diidentifikasikan secara umum maupun khusus. Permasalahan umum yaitu tidak terdapatnya kriteria standar yang dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi obyek pemeriksaan, misalnya tidak ada kriteria khusus untuk menilai efisiensi, rasio tenaga administrasi terhadap tenaga produksi dan ROL. Sasarannya lebih bersifat kualitatif dan hasil proses manajemen seringkali baru dapat diketahui dalam jangka panjang, misalnya kaberhasilan suatu perencanaan perusahaan.Permasalahan khusus yaitu permasalahan berdasarkan pengamatan lapangan, yang baru merupakan hipotesa dan perlu dibuktikan kebenarannya. Contoh, keengganan mengubah sistem dan produser operasi yang telah baku sejak puluhan tahun tanpa mempertimbangkan perubahan lingkungan dan tekhnologi. Contoh lainnya system pengendalian intern (SPI) seringkali dijabat oleh orang yang kurang berkompeten. Selayaknya jabatan ini dipegang oleh tenaga senior yang berpengetahuan, berpengalaman luas, bijak dan jujur. Namun kenyataannya di lapangan SPI sering dijadikan tempat pembuangan orang yang kurang berhasil di bidang fungsi lini.

2.3.2. MANFAAT PERFORMANCE AUDITAudit kinerja dalam pelaksanaannya dapat mengidentifikasi berbagai masalah yang menuntut adanya pemerikasaan lebih rinci (Kosasih, 1994), antara lain: Penggunaan standar atau penetapan penjabaran tujuan oleh manajemen dalam pengukuran hasil kerja, produktifitas. Efisiensi, atau pengunaan barang/jasa yang kurang tepat. Tiadanya kejelasan prosedur tertulis atau produser berbelit-belit. Sehingga bias ditafsirkan salah atau tidak konsisten dan menambah pelayanan menjadi terlalu lama. Personil yang kurang cakap, sehingga menimbulkan kelambatan dan kekurangan lainnya, termasuk kegagalan menerima tanggung jawab yang besar. Beberapa pekerjaan duplikasi atau tumpang tindih, sehingga terjadi pemborosan dan saling lempar tanggung jawab Pola pembiayaan mewah atau berlebihan yang sebenarnya tidak perlu. Penggunaan pekerjaan tertangguh, menumpuk dan penyelesaian terlambat. Banyak pekerjaan terlalu besar, koordinasi buruk dan personil banyak tidak punya tugas. Pengorganisasian terlau besar, koordinasi buruk dan personil banyak tidak punya tugas. Pengadaan barang terlalu banyak dengan harga dengan harga mahal dan persediaan menumpuk. Pemberian kredit tidak tepat, sehingga piutang tidak tertagih dan cukup besar. Dengan adanya audit kinerja, kondisi seperti tersebut di atas segera dapat ditanggulangi. Masalah masalah di atas dapat diuji dan dianalisis serta dicari jalan keluarnya agar di masa yang akan dating kondisinya dapat lebih baik. Dengan demikian manfaat audit kinerja seperti yang dinyatakan Kosasih (1994), yaitu: Kehati hatian/ kewaspadaan dan kebijakan yang tepat dalam penggunaan sumber daya dengan selalu membandingkan berbagai alternative biaya dengan manfaatnya. Kesadaran biaya para pejabat aksekutif yang cukup tinggi dalam penggunaan dana perusahaan. Kesadaran biaya para pejabat dalam melaksanakan berbagai pekerjaan/prosedur. Perencanaan akan semakin baik dengan terarah dan terpadu. Para pegawai akan semakin kompoten, rajin dan disiplin. Prosedur menjadi sederhana dan efisien, tetapi aman, sehingga pelaksanaan yang lancer. Supervise kinerja para pejabat akan semakin efektif Ketidakkompetenan, ketidakberesan, pemborosan, ketidakefesienan dan kecurangan akan mudah terdeteksi.

2.4. Audit Programs and Establishing the Audit UniverseFungsi internal audit butuh mendefinisikan area yang mereka pertimbangkan dalam audit internal. Daftar seluruh area potensial untuk diaudit dinamakan audit universe. Dengan review dan persetujuan dari komite audit dan senior management, audit universe merupakan populasi entitas yang dapat diaudit bagi fungsi internal audit manapun. Audit universe tidak meliputi seluruh unit dalam sebuah perusahaan, ada yang terlalu kecil, risiko terlalu rendah, atau terlalu kompleks untuk dikenakan review audit internal. Namun ketika area potensial sudah ditetapkan, CAE dan member lain dari tim audit dapat langsung menetapkan analisis risiko dan mengembangkan rencana audit.

2.5. Defining the Scope and Objectives of the Internal Audit UniverseUntuk mendefinisikan audit universe, audit internal harus mereview dan memahami entitas yang potensial, dalam arti unit bisnis/area operasi dan unit yang dapat diaudit dalam unit bisnis tersebut.Contoh auditable activities: Peraturan, prosedur, praktek Manufaktur, distribusi, supply chain Sistem informasi Lini produk Function seperti pembelian, akuntansi, finance, marketing dllDalam mendeksripsikan audit universe, CAE dan supporting internal audit team memulai dengan bagan organisasi yang mendetail untuk mendeskripsikan entitas tsb. Tim audit juga harus menentukan focal point dari audit.Contoh dari titik focal point tersebut, misalnya:1. IT access controls2. System security configuration3. Monitoring and incident response4. Security management and administration5. Focal point dalam IT infrastructure universe misalnya:6. Structure and strategy7. Methodologies and procedures8. Measurement and reporting9. Tools and technologyUnit perusahaan yang auditable harus terus diupdate sebagai bagian dari proses perencanaan audit internal.

2.6. Assessing Internal Audit Capabilities and ObjectivesDaftar mendetail dan panjang mengenai daftar entitas yang dapat diaudit akan sia-sia tanpa kemampuan dan sumber daya untuk melaksanakan audit. Internal audit harus realistis dalam membuat daftar audit universe. Auditor harus memahami risiko kontrol dalam setiap entitas yang hendak diaudit. Internal audit harus menganalisis potensi dari entitas yang hendak diaudit berdasarkan: Ciptakan control objective yang tinggi untuk setiap kandidat audit universe Nilai risiko dari setiap kandidat Koordinasikan internal audit dengan kepentingan audit dan tata kelola lainnya Ciptakan control objective yang tinggi untuk setiap item dalam audit universe Buat kuesioner untuk preliminary control assessmentHasil dari review dan analisis, auditor harus membuat audit universe schedule yang menunjukkan area yang potensial untuk direview.

2.7. Audit Universe Time and Resource LimitationsDalam daftar potensial auditable entity, mungkin ada entitas yang tidak mungkin untuk direview, karena adanya keterbatasan ukuran, batasan dan budget. Langkah yang harus dilakukan adalah melihat daftar preliminary audit universe dan tentukan mana yang basisnya annual atau semi annual. Langkah selanjutnya adalah melihat sisa di daftar dan tentukan apakah waktu dan sumber daya memungkinkan untuk review mereka. Range waktu yang ideal adalah 3-5 tahun. Selain waktu, jika butuh sumber daya spesialis lain, hal ini harus didokumentasikan. Semua data ini akan membantu internal audit untuk membentuk preliminary audit universe. Dokumen ini akan direview oleh senior management dan disetujui oleh komite audit.

2.8. Selling the Audit Universe to the Audit Committee and ManagementKomite audit yang memiliki wewenang untuk mereview dan menyetujui audit universe. Audit universe schedule harus disiapkan dan diupdate per tahun untuk review dan persetujuan komite audit. Perubahan-perubahan dapat terjadi atas keinginan komite audit. Namun, komite audit tidak sering bersentuhan langsung engan proses audit, di sini CAE sebagai perpanjangan tangan yang diandalkan komite untuk melakukan audit dan melapporkan hasilnya pada komite audit. CAE akan mempresentasikan dan meyakinkan komite audit untuk menyetujui konsep yang telah disusun.

2.9. Assembling Audit Programs: Audit Universe Key ComponentsAgar konsisten, auditor menggunakan program audit untuk melaksanakan prosedur audit secara konsisten dan efektif untuk tipe audit yang sama. Program audit merupakan alat untuk merencanakan, mengarahkan dan mengontrol kerja audit dengan menyebutkan secara spesifik langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit. Fungsi internal audit yang baik akan memiliki program audit untuk aktivitas audit yang sering berulang. Namun program audit tidak dapat diterapkan jika sifat prosedur unik dan berbeda.a. Audit Program Formats and Their PreparationAudit program adalah prosedur yang mengambarkan langkah yang harus dilakukan auditor dalam fieldwork. Program harus selesai setelah penyelesaian survey lapangan namun sebelum melaksanakan prosedur audit. Program audit ditujukan sebagai petunjuk bagi auditor internal yang kurang berpengalaman maupun yang telah berpengalaman. Bergantung pada tipe audit yang direncanakan, program audit biasanya mengikuti salah satu dari ketiga format berikut : (1) set prosedur umum audit, (2) prosedur audit dengan instruksi detail bagi auditor, atau (3) checklist untuk compliance reviews.Audit program dengan bentuk checklist memiliki kelemahan, yaitu : auditor yang belum memiliki banyak pengalaman mungkin akan melewatkan masalah karena hanya menyelesaikan checklist tanpa menggali masalah lebih dalam. Audit program sebaiknya menempatkan follow up inquiries pada area yang mungkin menimbulkan pertanyaan. Kelemahan lain adalah auditor mungkin akan melewatkan memeriksa bukti penting karena hanya menjawab pertanyaan. Akan mudah menjawab ya tanpa memikirkan bukti apa yang mendukung pernyataan tersebut.Teknik audit advanced dapat diterapkan jika memungkinkan, seperti computer-assisted audit tools and techniques (CAATTs). Penggunaan prosedur statistical sampling akan membuat auditor lebih mudah meng-extract data dari populasi besar. Tidak ada program audit yang standard dan dapat selalu digunakan di semua kondisi. Intinya suatu program harus menjadi dokumen yang dapat mengarahkan auditor dan dapat mendokumentasikan aktivitas yang dilakukan.

b. Types of Program Audit EvidenceProgram audit yang bagus akan menuntun auditor dalam proses pengumpulan bukti. Salah satu bukti yang paling kuat adalah hasil observasi auditor atau konfirmasi pihak independen. Respon kasual dari audittee dianggap sebagai bukti yang lemah, dari bukti tertulis yang ditandatangani. Dalam melakukan survey lapangan, sebaiknya adalah seorang personel senior/auditor in charge. Langkah audit yang dilakukan akan berbeda tergantung karakteristik entitas yang diaudit. Meski begitu, keseluruhan audit internal harus dilaksanakan.

2.10. Audit Universe and Program MaintenanceDokumen audit universe adalah deskripsi umum atas seluruh unit audit yang dapat direview fungsi internal audit. Selanjutnya perencanaan akan menentukan kedalaman dan batasan dalam aktivitas audit. Universe menjadi peta besar yang meliputi teritori dan batasan internal audit. Hal ini dapat menjadi basis komunikasi ke komite audit dan untuk perencanaan aktivitas audit ke depan.Dokumen audit universe tidak harus selalu berubah sesuai perubahan kecil, namun yang penting tetap update. Audit universe yang efektif akan mendefinisikan perencanaan audit tahunan dan menjadi media untuk mendeskripsikan aktivitas dari audit. Audit internal perlu mengembangkan format program audit standard untuk semua review aktivitas audit yang sifatnya repetitive dan regular. Audit program dapat menjadi learning tool dan mekanisme untuk mempersiapkan audit internal yang lebih konsisten dan efektif. Memahami bagaimana membangun dan menggunakan audit universe serta program audit pendukung merupakan kunci Common Body Of Knowledge (CBOK) yang harus dimiliki internal auditor.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. PENGUKURAN EFEKTIVITAS KINERJA INTERNAL AUDITPerformance audit adalah perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Performance audit merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektifitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut. Hal-hal yang terkaitperformance audit, salah satunya adalah efektivitas. Audit efektivitas disebut program audit. Dikenal juga istilah lain bagi performance audit, yaitu 3Es audit(economy, efficiency, and effectiveness audit). Bagi kedua pendekatan yang telah disebutkan, terdapat lima tahap dalam pelaksanaan audit, yaitu 1) Perencanaan audit, 2) me-review sistem akuntansi dan pengendalian interen. 4) pelaksanaan audit, 5) Penyampaian laporan. Efektivitas berarti tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai. Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan.Menurut Audit Commission (1986) disebutkan bahwa efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar, memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan dan tujuannya (Mardiasmo, 2002). Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah. Tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah:a. Menilai tujuan program apakah sudah memadai dan tepat, baik kepada program yang baru akan berjalan, maupun yang sudah berjalan;b. Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;c. Menilai efektivitas program dan/atau unsur-unsur program secara terpisah/sendiri-sendiri;d. Mengidentifikasi factor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan memuaskan;e. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan dengan biaya yang lebih rendah;f. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih, atau bertentangan dengan program lain yang terkait;g. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik;h. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk program tersebut;i. Menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program;j. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa. Untuk mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia, auditor bekerja sama dengan manajemen puncak dan badan pembuat keputusan untuk menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program. Meskipun efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program, yaitu mengukur dampak/pengaruh, evaluasi oleh konsumen dan evaluasi yang menitikberatkan pada proses, bukan pada hasil.Tingkat komplain dan tingkat permintaan dari pengguna jasa dapat dijadikan sebagai pengukuran standar kinerja yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau realistis, apakah ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.

3.2. PERAN AUDIT UNIVERSE Dalam mengembangkan rencana audit aktivitas audit internal, banyak pimpinan organisasi auditor internal memandang penting untuk pertamatama mengembangkan atau memperbarui peta audit (audit universe). Peta audit adalah daftar semua kemungkinan audit yang dapat dilakukan. Pimpinan organisasi auditor internal dapat memperoleh masukan atas peta audit dari manajemen puncak. Peta audit mencakup komponenkomponen dari rencana strategis organisasi, meliputi:1. Struktur organisasi2. Proyek3. Kegiatan organisasi (unit usaha, fungsi, proses, dan lain-lain)4. Klasifikasi asetDengan mencakup komponenkomponen dari rencana strategis organisasi, peta audit telah mempertimbangkan dan mencerminkan tujuan bisnis secara keseluruhan. Rencana strategis juga cenderung mencerminkan sikap organisasi terhadap risiko dan tingkat kesulitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Peta audit biasanya akan dipengaruhi oleh hasil proses manajemen risiko. Rencana strategis organisasi itu juga mempertimbangkan lingkungan di mana organisasi beroperasi. Faktor-faktor lingkungan yang sama kemungkinan akan berdampak terhadap peta audit dan penilaian risikorisiko terkait. Pimpinan organisasi auditor internal menyiapkan rencana audit berdasarkan peta audit, masukan dari manajemen puncak dalam organisasi, serta penilaian risiko dan eksposur yang memengaruhi organisasi. Tujuan utama audit adalah untuk memberikan keyakinan (assurance) dan informasi bagi manajemen puncak dalam organisasi untuk membantu mereka mencapai tujuan organisasi, termasuk penilaian efektivitas kegiatan manajemen risiko dari manajemen puncak. Peta audit dan rencana audit yang terkait akan diperbarui untuk mencerminkan perubahan dalam arah, tujuan, penekanan, dan fokus manajemen. Disarankan untuk menilai peta audit setidaknya setiap tahun, sehingga mencerminkan strategi dan arah organisasi terkini. Dalam beberapa situasi, rencana audit mungkin perlu diperbarui lebih sering (misalnya, triwulanan) untuk merespons terhadap perubahan dalam bisnis organisasi, operasi, program, sistem, dan pengendalian.

BAB IVKESIMPULAN

4.1. PENGUKURAN EFEKTIVITAS KINERJA INTERNAL AUDITInternal audit memainkan peran penting baik dalam pemerintahan maupun operasional dari suatu organisasi. Ketika efektifitas diimplementasikan, dioperasikan, dan dikelola dengan baik dan benar, hal tersebut akan menjadi elemen penting dalam membantu organisasi mencapai tujuannya. Organisasi yang efektif mampu menggunakan audit internal secara maksimal untuk mengidentifikasi risiko bisnis dan proses bisnis serta sistem yang tidak efisiens, mengambil tindakan korektif yang tepat, dan pada akhirnya mendukung perbaikan terus-menerus. Untuk menjaga dan meningkatkan kredibilitas audit internal, efektivitas dan efisiensi harus dipantau. Dengan demikian, penetapan ukuran kinerja sangat penting dalam menentukan apakah suatu kegiatan audit memenuhi tujuan dan sasaran, konsisten dengan praktek kualitas tertinggi dan standar. Panduan praktek ini memberikan panduan untuk kegiatan audit internal pada pengukuran efektivitas dan efisiensi, dan tingkat layanan pelanggan yang mereka berikan kepada para pemangku kepentingan.Langkah pertama adalah mengidentifikasi ukuran kinerja sebagai kunci dari kegiatan stakeholder yang percaya dapat menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Contoh stakeholder termasuk dewan, manajemen eksekutif, badan-badan pemerintah dan regulator eksternal, auditor eksternal, serta kegiatan audit internal itu sendiri. Sumber yang perlu dipertimbangkan ketika mengidentifikasi efektivitas kinerja dan efisiensi pengukuran kunci dari kegiatan audit internal meliputi IIA Internasional profesional Praktek Framework (IPPF), piagam audit internal dan misi, hukum dan peraturan yang berlaku, dan strategi audit dan rencana.Efektivitas dan efisiensi pengukuran dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Selain memenuhi Standar Internasional IIA untuk Praktik Profesional Audit Internal (Standar), ukuran kinerja aktivitas audit dapat mencakup:a. Tingkat kontribusi terhadap peningkatan manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.b. Pencapaian tujuan dan sasaran utama.c. Evaluasi kemajuan terhadap rencana kegiatan audit.d. Peningkatan produktivitas staf.e. Peningkatan efi siensi dari proses audit.f. Peningkatan jumlah rencana aksi untuk perbaikan proses.g. Kecukupan perencanaan dan pengawasan keterlibatan.h. Efektivitas dalam memenuhi kebutuhan stakeholders.i. Hasil penilaian jaminan kualitas dan program-program berkualitas aktivitas audit internal perbaikan.j. Efektivitas dalam melakukan audit.k. Kejelasan komunikasi dengan klien audit (sering disebut sebagai "auditee") dan papan.Setelah kunci pengukuran efektivitas dan efisiensi telah diindentifikasi, proses monitoring dan metode pelaporan kepada para pemangku kepentingan harus ditetapkan (misalnya, format, waktu, dan metrik). Hal ini penting untuk aktivitas audit internal untuk mendapatkan umpan balik dari para pemangku kepentingan utama dalam efektivitas audit.

4.2. PERAN AUDIT UNIVERSE Audit universe memiliki peran peran penting di dalam pengembangan rencana audit, aktivitas audit internal, dimana audit universe ini memberikan setiap kemungkinan audit yang dapat dilakukan. Audit universe akan mempertimbangkan tujuan-tujuan bisnis secara keseluruhan dari rencana strategies organisasi. Audit universe biasanya akan dipengaruhi oleh hasil proses manajemen risiko. Pimpinan organisasi auditor internal akan menyiapkan rencana audit berdasarkan peta audit universe. Hal ini sesuai dengan tujuan utama audit, yaitu memberikan keyakinan (assurance) dan informasi bagi manajemen puncak dalam organisasi untuk membantu mereka mencapai tujuan organisasi, termasuk penilaian efektivitas kegiatan manajemen risiko dari manajemen puncak. Setiap tahun, setidaknya diadakan penilaian peta audit karena rencana audit mungkin perlu perbaruan untuk merespon setiap perubahan dalam bisnis organisasi, operasi, program, sistem, dan pengendalian.

Page 21