Fix Lap Geriatri 1

39
BAB I PENDAHULUAN Aduh....Nenekku Jatuh Seorang wanita, geriatri, dengan berat badan 55 kg, TB 163 cm, tiba-tiba jatuh. Nafsu makan menurun, keinginan untuk minum berkurang. Sejak 3 hari yang lalu lutut kanan pasien terasa sakit jika digerakkan sehingga pasien kesulitan berjalan. Dan sering bengkak- bengkak pada kedua kaki. Penderita juga mengeluh mata kabur sejak usia 60 tahun dan pendengaran juga berkurang. Penderita selama ini tinggal sendirian di rumah dengan pencahayaan yang kurang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darang 190/80 mmHg. Pada hasil laboratorium kadar gula darah sewaktu 250 mg/dl, Hb= 8.1 gr/%, kreatinin 2.3 mg/dl. Hasil pemeriksaan urin rutin: proteinuri +2. Terapi yang didapat adalah meloxicam 2x7,5 mg dan dexametason 3x1 tablet, antalgin 3x1 tablet untuk mengurangi rasa nyeri, bisoprolol 1x10 mg, furosemid 1-0-0. 1

description

berisi laporan skenario geritri satu dengan kasus seorang geriatri yang jatuh

Transcript of Fix Lap Geriatri 1

Page 1: Fix Lap Geriatri 1

BAB I

PENDAHULUAN

Aduh....Nenekku Jatuh

Seorang wanita, geriatri, dengan berat badan 55 kg, TB 163 cm, tiba-tiba

jatuh. Nafsu makan menurun, keinginan untuk minum berkurang. Sejak 3 hari

yang lalu lutut kanan pasien terasa sakit jika digerakkan sehingga pasien kesulitan

berjalan. Dan sering bengkak-bengkak pada kedua kaki. Penderita juga mengeluh

mata kabur sejak usia 60 tahun dan pendengaran juga berkurang. Penderita selama

ini tinggal sendirian di rumah dengan pencahayaan yang kurang. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darang 190/80 mmHg.

Pada hasil laboratorium kadar gula darah sewaktu 250 mg/dl, Hb= 8.1 gr/%,

kreatinin 2.3 mg/dl. Hasil pemeriksaan urin rutin: proteinuri +2. Terapi yang

didapat adalah meloxicam 2x7,5 mg dan dexametason 3x1 tablet, antalgin 3x1

tablet untuk mengurangi rasa nyeri, bisoprolol 1x10 mg, furosemid 1-0-0.

1

Page 2: Fix Lap Geriatri 1

BAB II

PEMBAHASAN

Langkah 1 : Klarifikasi istilah dan konsep

1. Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin

(kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal.

2. Antalgin: obat golongan metasulfat dan amidofirnat yang bekerja

mengurangi rasa nyeri dan pusat suhu tubuh di sistem saraf pusat, efek

analgetik dan antipiretik

3. Meloxicam: obat golongan Anti Inflamasi Non Steroid (NSAID) derivat

asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat biosintesis

prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi melalui penghambatan

cydooxygenase 2 (COX-2).

4. Bisoprolol: obat golongan beta blocker untuk mengobati penyakit jantung,

untuk pasien hipertensi.

5. Furosemid: obat golongan diuretik kuat mempunyai efek anti hipertensi.

6. Adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya

yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140

mg/m2.Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah

tertentu masih dianggap fungsional.

Langkah 2 : Menentukan/mendefinisikan permasalahan

1. Bagaimana patofisiologi dari gejala-gejala yang ada di skenario?

2. Bagaimana farmakokinetik, farmakodinamik, indikasi, kontraindikasi

dan efek samping dari: antalgin, meloxicam, bisoprolol dan

furosemide?

2

Page 3: Fix Lap Geriatri 1

3. Apa saja pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis

skenario?

4. Bagaimana hubungan pencahayaan kurang dengan kondisi pasien?

5. Bagaimana tata laksana dan edukasi yang tepat terhadap pasien?

6. Apa saja faktor yang mmpengaruhi timbulnya berbagai macam

penyakit pada geriatri?

7. Bagaimana hubungan antara faktor psikologis dengan kondisi pasien?

Langkah 3 dan 4 : Menganalisis permasalahan, membuat pernyataan

sementara mengenai permasalahan

1. Fisiologi penuaan

Proses menua merupakan proses normal dengan kecenderungan

menurunnya kapasitas fungsional baik pada tingkat seluler maupun pada

tingkat organ yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan

kematian. Namun, efek penuaan lebih terlihat setelah usia 40 tahun. Proses

menua tidak selalu menyebabkan gangguan fungsi organ atau penyakit.

Factor genetic, gaya hidup dan lingkungan lebih berpengaruh pada

gangguan fungsi organ tersebut.

Fisiologi proses menua tidak dapat dilepaskan dari konsep

homeostasis. Homeostasis yang merupakan karakteristik fisiologi penuaan

adalah keadaan penyempitan/berkurangnya cadangan homeostasis yang

terjadi seiring meningkatnya usia pada setiap organ. Seiring bertambahnya

usia, jumlah cadangan fisiologis untuk menghadapi berbagai perubahan

berkurang. Semakin besar perubahan yang terjadi maka semakin besar

cadangan fisiologis yang diperlukan untuk kembali ke homeostasis.

Dengan berkurangnya cadangan fisiologis, maka seorang usia lanjut lebih

mudah untuk mencapai suatu ambang, yang dapat berupa keadaan sakit

atau kematian akibat perubahan tersebut.

Berbagai perubahan utama sistem organ pada proses menua :

3

Page 4: Fix Lap Geriatri 1

a. Sistem endokrin : toleransi glukosa terganggu.

b. Kardiovaskuler : menurunnya curah jantung maksimal.

c. Tekanan darah : peningkatan tekanan darah sistolik, tekanan diastolic

tidak berubah.

d. Paru-paru : penurunan massa jaringan paru.

e. Hematologi : berkurangnya cadangan sum-sum tulang.

f. Ginjal : menurunnya creatinin clearance dan laju filtrasi glomerulus.

g. Saluran kemih dan kelamin : pengosongan kandung kemih yang tidak

sempurna dan peningkatan volume residual urin.

h. Regulasi suhu tubuh : berkurangnya vasodilatasi dan vasokontriksi

pembuluh darah kutaneus.

i. Otot : massa otot berkurang.

j. Tulang : melambatnya penyembuhan fraktur.

k. Sendi : terganggunya matriks kartilago.

l. Sistem saraf perifer : berkurangnya sensasi getar dan sensitivitas

termal.

m. Sistem saraf pusat : berkurangnya sedikit massa otak dan aliran darah

ke otak.

n. Gastrointestinal : terganggunya respon cedera pada mukosa lambung,

berkurangnya kontraksi kolon yang efektif.

o. Penglihatan : terganggunya adaptasi gelap, kekeruhan lensa.

p. Penghidu : deteksi penghidu berkurang.

q. Haus : terganggunya control haus (haus berkurang).

r. Keseimbangan : meningkatnya respon ambang vestibuler.

s. Pendengaran : defisit pada proses sentral.

t. Jaringan adiposa : peningkatan kemungkinan lipolisis.

u. Sistem imun : berkurangnya imunitas yang dimediasi sel.

v. Fungsi kognitif : kemampuan mengingat masa lalu lebih baik

dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

2. Interpretasi hasil pemeriksaan

a. BB 5 kg, TB 163 cm status gizi baik.

4

Page 5: Fix Lap Geriatri 1

b. Tekanan darah 190/80 mmHg hipertensi sistolik terisolasi (harga

rujukan normal, sistolik <=120 mmHg dan diastolic <=80 mmHg).

c. Kadar gula darah (GD) sewaktu 250 mg/dl kadar gula darah tinggi

(harga rujukan kadar GD sewaktu untuk kategori bukan DM : plasma

vena : <110 mg/dl, darah kapiler <90 mg/dl; untuk memastikan

apakah pasien menderita DM tipe II perlu dilakukan pemeriksaan

kadar gula darah puasa dan kadar gula darah dua jam postprandial.

d. Hb 8,1 gr% kadar hemoglobin rendah (harga rujukan normal untuk

wanita 13,2 – 17,3 gr/dl).

e. Kreatinin 2,3 mg/dl terjadi peningkatan kadar kreatinin serum;

biasanya peningkatan kreatinin menunjukkan adanya

kelainan/gangguan pada ginjal.

f. Proteinuria +2 didapatkan protein (albumin) dalam urin 500-1500

mg/24 jam; menunjukkan adanya kegagalan filtrasi glomerulus.

3. Indikasi (I) dan kontraindikasi (KI) meloxicam

I : terapi osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.

KI : perdarahan gastrointestinal dan serebrovaskuler, asma, tukak

peptic aktif, insufisiensi ginjal berat, insufisiensi hati berat, gangguan

perdarahan lain, anak < 15 tahun, hamil dan laktasi.

4. Indikasi dan kontraindikasi bisoprolol

I : terapi hipertensi (tunggal atau kombinasi).

KI : gangguan hati dan ginjal, penyakit arteri koronaria, bronkospastik,

hipoglikemia, diabetes yang mendapat insulin, anak, hamil dan laktasi.

5. Indikasi dan kontraindikasi furosemid

I : terapi pada edema yang berhubunga dengan gagal jantung kongestif,

terapi tambahan pada edema pulmonal akut.

KI : gangguan fungsi ginjal, anuria, oliguria, hipokalemia, hiponatremia,

hipotensi.

6. Prinsip pengobatan pada geriatri

a. Ketahui riwayat pengobatan lengkap geriatric, baik dari rekam medis

maupun anamnesis dengan pasien.

5

Page 6: Fix Lap Geriatri 1

b. Jangan memberikan obat sebelum waktunya.

c. Jangan menggunakan obat terlalu lama.

d. Kenali obat yang digunakan (sifat farmakologi obat dan efek

sampingnya).

e. Meminimalkan penggunaan berbagai macam obat (multi farmasi);

berikan obat hanya sesuai indikasi saja.

f. Mulai dengan dosis rendah naikkan perlahan-lahan.

g. Obati sesuai patokan.

h. Beri dorongan supaya patuh berobat.

i. Hati-hati menggunakan obat baru.

Langkah 5 : Merumuskan tujuan pembelajaran

LO :

1. Bagaimana patofisiologi gejala dalam scenario ?

2. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik dari meloxicam,

bisoprolol dan furosemid ? Apa indikasi, kontraindikasi, farmakodinamik

dan farmakokinetik ?

3. Apa saja diagnosis banding pasien ?

4. Apa saja pemeriksaan yang dibutuhkan ?

5. Apa hubungan antara pencahayaan yang kurang dengan kondisi pasien ?

6. Apa ada hubungannya dengan faktor psikologis pasien ?

7. Bagaimana tata laksana dan apa edukasi yang diberikan pada pasien ?

8. Apa saja faktor yang mempengaruhi timbulnya berbagai macam penyakit

/ gangguan pada geriatri ?

Langkah 6 : Mengumpulkan informasi baru

6

Page 7: Fix Lap Geriatri 1

Langkah 7 : Melaporkan, membahas dan menata kembali informasi baru

yang diperoleh

A. PATOFISIOLOGI

1. Jatuh

Stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh :

a. Sistem sensorik

Yang telibat dalam sistem sensorik adalah visus (penglihatan),

pendengaran, fungsi vestibuler, dan proprioseptif.

b. Sistem saraf pusat (SSP)

SSP memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik.

c. Kognitif

Beberapa penelitian mengatakan dementia diasosiasikan dengan

meningkatnya risiko jatuh.

d. Muskuloskeletal

Gangguan muskuloskletal menyebabkan gangguan gaya berjalan

(gait). Gangguan gait terjadi akibat proses penuaan tersebut antara lain

disebabkan oleh:

- Kekakuan jaringan penghubung

- Berkurangnya massa otoot

- Perlambatan konduksi saraf

- Penurunan visus / lapang pandang

- Kerusakan proprioseptif

Yang kesemuanya menyebabkan:

- Penurunan range of motion (ROM) sendi

- Penurunan kekuatan otot

- Perpanjangan waktu reaksi

- Kerusakan persepsi dalam

- Peningkatan postural sway (goyangan badan)

7

Page 8: Fix Lap Geriatri 1

Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambatan gerak,

langkah yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal.

Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang

goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah /

terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset,

tersandung, kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.

Pada lansia terjadi perubahan pada sistem pembuluh darah. Hal

ini dapat disebabkan karena pembentukan plak ateroma pada sistem

karotis. Fungsi dari circulus wilisi terganggu akibat penyempitan

pembuluh darah. Gangguan fungsi jantung pada lansia berakibat pada

penurunan cerebral blood flow (CBF). Hal ini mengakibatkan

gangguan sirkulasi serebral atau perubahan sirkulasi darah di otak.

Arteri serebralis berkelok-kelok, apabila pada gerakan leher tertentu,

arteri tersebut dapat tertekuk sehingga dapat berakibat insufisiensi

sirkulasi didaerah batang otak, gangguan aliran darah ke otak bagian

belakang dan cerebelum. Hal ini berdampak pada pusing dan

hilangnya mekanisme reflek mempertahankan postur tubuh sehingga

lansia tiba-tiba terjatuh (drop attack).

Faktor intrinsik jatuh adalah kondisi fisik dan neuropsikiatrik,

penurunan visus dan pendengaran, perubahan neuromuskuler, gaya

berjalan dan reflek postural karena proses menua, sedang faktor

ekstrinsiknya adalah obat-obatan yang diminum, alat-alat bantu

berjalan, dan lingkungan yang tidak mendukukng (berbahaya).

Beberapa penyebab jatuh pada lansia adalah kecelakaan, nyeri

kepala dan atau vertigo, hipotensi ortostatik, obat-obatan, proses

penyakit kardiovaskuler dan neurologi, idiopatik dan sinkope (drop

attack, penurunan darah ke otak secara tiba-tiba).

2. Nafsu makan menurun

8

Page 9: Fix Lap Geriatri 1

Pada lansia terjadi proses menua pada saluran cerna. Terjadi

perubahan pada rongga mulut, faring dan esofagus, lambung, usus halus,

pankreas, hati, usus besar dan rektum. Pada lambung terjadi atrofi mukosa,

sel kelenjar, sel parietal dan sel chief. Hal ini mengakibatkan penurunan

sekresi asam lambung, peptin, dan faktor intrinsik yang kesemuanya

berdampak pada berkurangnya rasa lapar atau nafsu makan. Selain itu

ukuran lambung lansia lebih kecil sehingga daya tampung makanan

semakin sedikit.

3. Lutut kanan sakit sehingga susah berjalan

Pada lansia terjadi perubahan pada sistem muskuloskelatal dan

jaringan lainnya yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya

beberapa golongan rematik. Rematik bukan suatu penyakit namun

meruapakan suatu sindrom. Rematik dapat mengakibatkan perubahan otot,

hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita

tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Ada tiga keluhan utama pada

sistem muskuloskeletal yaitu nyeri, kekakuan, dan kelemahan, serta

adanya tiga tanda utama yaitu pembengkakan sendi, kelemahan otot dan

gangguan gerak.

4. Mata kabur dan pendengaran berkurang

Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh

jaringan kelopak mata. Perubahan ini disebut juga dengan perubahan

involusional yang terjadi pada musculus orbicularis, retraktor palpebra

inferior, tarsus, tendo kantus medial/lateral, aponeurosis muskulus levator

palpebra, dan kulit. Terjadi pula proses penuaan pada kornea, perubahan

sensitivitas dan fragilitas kornea lansia, sistem lakrimal, muskulus siliaris,

produksi humor aqueous, perubahan refraksi dan perubahan struktur

jaringan dalam bola mata. Proses degenerasi dialami oleh berbagai

jaringan dalam bola mata, media refrakta menjadi kurang cemerlang dan

sel-sel reseptor berkurang, visus kurang tajam dibandingkan usia muda.

Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai

lanjutnya usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di

9

Page 10: Fix Lap Geriatri 1

organ corti berupa hilangnya sel epitel saraf yang dimulai pada usia

pertengahan, keadaan yang sama juga terjadi pada serabut aferen dan

eferen sel sensorik dari kokhlea. Disamping itu juga terjadi penurunan

elastisitas membran basalis di kokhlea dan membrana timpani. Selain itu,

pasokan darah dari reseptor neurosensorik mungkin mengalami gangguan,

sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering terganggu

akibat lanjutnya usia.

5. Sering lupa

Proses penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan

biokimiawi di susunan saraf pusat hal ini berdampak pada penurunan daya

ingat dan gangguan psikomotor. Perubahan morfologi yang tampak adalah

terjadinya penebalan meningeal, atrofi serebral (berat otak menurun 10%

antara usia 30 – 70 tahun). Sedangkan untuk perubahan histologi terjadi

mulai hilangnya tonjolan dendrit diikuti dengan pembengkakan batang

dendrit dan badan sel. Secara progresif akan terjadi fragmentasi dan

kematian sel. Pada neuron terjadi hilangnya RNA, mitokondria dan enzim

sitoplasma. Berbagai perubahan degeneratif terjadi dengan frekuensi yang

meningkat pada individu berumur >60 tahun. Perubahan morfologi

tersebut mengakibatkan berbagai perubahan secara fungsional berupa

mulai hilangnya tanggapan intelektual, agilitas mental dan daya pemikiran

abstrak. Terjadi gangguan persepsi, analisis, dan integrasi input sensorik

yang menurun. Terjadi penurunan memori jangka pendek dan kemampuan

belajar.

Akibat perubahan yang terjadi pada morfolgis dan fungsi dari

sistem saraf pusat dapat terjadi keadaan patologis berupa penurunan

cadangan intelektual yang dapat berakibat terjadinya keadaan dementia

( suatu keadaan defisit pada memori dan intelek).

(Martono, 2009)

Yang mempengaruhi sakit pada lansia adalah :

1) Genetik

10

Page 11: Fix Lap Geriatri 1

Apabila ada penyakit genetik, maka akan menambah kecenderungan untuk

menderita penyakit tersebut.

2) Gaya hidup

Apabila sejak kecil memiliki gaya hidup yang tidak sehat sepetti merokok,

minuman keras, akan berdampak saat tua nanti.

3) Makanan

Bila lansia memiliki pantangan makanan (contoh DM pantangan makan

minum manis), maka memang harus tidak boleh makan makanan tersebut

supaya tidak memperparah sakitnya.

4) Kemampuan emosi

Lansia yang temperamental akan memperparah sakit yang dideritanya.

5) Riwayat penyakit

Lansia yang dulunya memiliki riwayat jatuh atau kecelakaan yang berlebih

tentunya akan berdampak di masa lansia.

6) Lingkungan hidup

Lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan lansia juga menjadi yang

tidak baik juga dan akan menimbulkan penyakit.

7) Dukungan sosial

Lansia harus selalu mendapatkan dukungan sosial agar menjadi merasa

dibutuhkan dan menimbulkan kesehatan psikologis yang baik.

8) Perubahan homeostasis pembentukan dan perusakan cadangan faal

berkaitan dengan keseimbangan

a. Tulang : osteoklas bekrja lebih, kepadatan tulang berukurang

b. Sendi : bantalan sendi lebih kaku

c. Kulit : perusakan hebat keriput

11

Page 12: Fix Lap Geriatri 1

9) Muskuloskeletal

10) Kolagen : cross linked tidak teratur mobilitas menurun, fleksibilitas

menurun nyeri, kekuatan otot menurun, sulit bergerak

11) Kartilago : lunak dan granulasi rata kaku rentan terhadap gesekan

( sering pada sendi besar penumpu berat badan )

12) Sistem imun : sirkulasi limfosit menurun fungsi kelenjar limfe menurun

fungsi supressor sel menurun peningkatan autoantibody (risiko

penyakit autoimun), respon terhadap vaksinasi menurun

Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi pasien pada skenario :

a. Pencahayaan yang kurang terang

b. Tinggal sendiri, tidak ada pengawasan, merasa tidak diperhatikan

(Martono, 2009)

B. HIPERTENSI

1. Definisi

Definisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur, yaitu tekanan darah

sistolik (TDS) > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik (TDD) > 90 mmHg.

Hipertensi sistoldiastolik didiagnosis bila TDS ≥ 140 mmhg dan TDD ≥ 90

mmHg.

Hipertensi sistolik terisolasi (HST) adalah bila TDS ≥ 140 mmHg dengan TDD <

90 mmHg.

Berikut adalah definisi dan klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut

WHO:

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal <120 <80

Normal < 130 < 85

Normal-tinggi 130-139 85-89

12

Page 13: Fix Lap Geriatri 1

Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99

Subkelompok : boderline 140 - 149 90 – 94

Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109

Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥110

Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90

Subkelompok : boderline 140 – 149 < 90

Jika tekanan darah sistolik dan diastolik berbeda kategori, dipakai kategori yang

lebih tinggi.

Berikut ini adalah klasifikasi dan tekanan darah umur ≥ 18 tahun menurut JNC

VII dibandingkan JNC VI:

JNC 7

Kategori

Tekanan

JNC 6

Kategori

tekanan

Tekanan

darah

Sistolik

Dan/atau Tekanan

darah

diastolik

(mmHg)

Normal Optimal < 120 Dan <80

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89

- Normal <130 Dan <85

- Normal-

Tinggi

130-139 Atau 85-89

Hipertensi Hipertensi

Derajat 1 Derajat 1 140-159 Atau 90-99

Derajat 2 - >/=160 Atau >/=100

Derajat 2 160-179 Atau 100-109

Derajat 3 >/=180 Atau >/=110

2. Patofisiologi

13

Page 14: Fix Lap Geriatri 1

Patofisiologi hipertensi adalah sebagai berikut baik TDS maupun TDD

meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS meningkat secara progresif

sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD meningkat sampai umur 50-60 tahun

dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini

sangat mungkin mencerminkan adanya pengkakuan pembuluh darah`dan

penurunan kelenturan (compliance) arteri dan ini mengakibatkan peningkatan

tekanan nadi sesuai dengan umur. Seperti diketahui, tekanan nadi merupakan

predictor terbaik dari adanya perubahan struktural di dalam arteri. Mekanisme

pasti hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan

normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh

darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan

elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan

penurunan compliance aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan

pcningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan

peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas baroreseptor juga berubah

dengan umur. Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat

menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan

terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan

refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi

hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik-β

dan vasokonstriksi adrenergik-α akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi

dan selanjutnya mengakibatkan pcningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan

tekanan darah. Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi

juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Walaupun ditemukan penurunan renin

plasma dan respons renin terhadap asupan garam, sistem renin-angiotensin tidak

mempunyai peranan utama pada hipertensi pada lanjut usia. Perubahan-perubahan

di atas bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung (cardiac output),

penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas miokard, hipertrofi ventrikel

kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan

penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus.

14

Page 15: Fix Lap Geriatri 1

3. Diagnosis

Beberapa faktor yang menyebabkan salah diagnosis hipertensi pada lanjut

usia adalah:

a. Panjang cuff mungkin tidak cukup untuk orang gemuk atau

berlebihan atau orang terlalu kurus.

b. Penurunan sensitivitas reflex baroreseptor sering

menyebabkan fluktuasi tekanan darah dan hipotensi

postural.

c. Fluktuasi akibat ketegangan (hipertensi jas putih = white

coat hypertension) & latihan fisik juga lebih sering pada

lanjut usia.

d. Arteri yang kaku akibat arterosklerosis menyebabkan

tekanan darah terukur lebih tinggi.

Kesulitan pengukuran tekanan darah dapat diatasi dengan cara pengukuran

ambulatory. Bulpitt et al. (1999) menganjurkan bahwa sebelum menegakkan

diagnosis hipertensi pada lanjut usia, hendaknya paling sedikit dilakukan

pemeriksaan di klinik sebanyak tiga kali dalam waktu yang berbeda dalam

beberapa minggu.

Gejala HTS yang sering ditemukan pada lanjut seperti ditemukan pada the

SYST-EUR trial adalah: 25% dari 437 perempuan dan 21% dari 204 laki-laki

menunjukkan keluhan. Gejala yang menonjol yang ditemukan pada penderita

perempuan dibandingkan penderita laki-laki adalah; nyeri sendi tangan (35% pada

perempuan dan 22% pada laki-laki), berdebar (33% dan 17%), mata kering (16%

dan 6%), penglihatan kabur (35% dan 23%), kramp pada tungkai (43% dan 31%),

nyeri tenggorok (15% dan 7%), Nokturia merupakan gejala tersering pada kedua

jenis kelamin, 68%.

4. Penatalaksanaan

Sebelum diberikan pengobatan, pemeriksaan tekanan darah pada lanjut

usia hendaknya dengan perhatian khusus, mengingat beberapa orang lanjut usia

menunjukkan pseudohipertensi (pembacaan spigmomanometer tinggi palsu)

15

Page 16: Fix Lap Geriatri 1

akibat kekakuan pembuluh darah yang berat. Khususnya pada perempuan sering

ditemukan hipertensi jas putih dan sangat bervariasinya TDS.

a. Sasaran tekanan darah

Pada hipertensi lanjut usia, penurunan TDD hendaknya mempertimbangkan

aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Sys-Eur trial merekomendasikan

penurunan TDS < 160 mmHg sebagai sasaran intermediet tekanan darah, atau

penurunan sebanyak 20 mmHg dari tekanan darah awal.

b. Modifikasi pola hidup

Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis pada penderita hipertensi

lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita, sangat menguntungkan untuk

menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki adalah :

1) menurunkan berat badan jika ada kegemukan

2) mengurangi minum alkohol

3) meningkatkan aktivitas fisik aerobik

4) mengurangi asupan garam

5) mempertahankan asupan kalium yang adekuat

6) mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat

7) menghentikan merokok

8) mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol

Seperti halnya pada orang yang lebih muda, intervensi nonfarmakologis ini

harus dimulai sebelum menggunakan obat-obatan.

c. Terapi farmakologis

Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi

metabolisme dan distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalam

memberikan obat antihipertensi. Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis

16

Page 17: Fix Lap Geriatri 1

kecil dan kemudian ditingkatkan secara perlahan. Menurut JNC VI1 pilihan

pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretik

atau penyekat beta. Pada HST, direkomendasikan penggunaan diuretik dan

antagonis kalsium. Antagonis kalsium nikardipin dan diuretik tiazid sama dalam

menurunkan angka kejadian kardiovaskuler. Adanya penyakit penyerta lainnya

akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat antihipertensi. Pada penderita

dengan penyakit jantung koroner, penyekat beta mungkin sangat bermanfaat;

namun demikian terbatas penggunaannya pada keadaan-keadaan seperti penyakit

arteri tepi, gagal jantung/ kelainan bronkus obstruktif. Pada penderita hipertensi

dengan gangguan fungsi jantung dan gagal jantung kongestif, diuretik,

penghambat ACE (angiotensin convening enzyme) atau kombinasi keduanya

merupakan pilihan terbaik.

Obat-obatan yang menyebabkan perubahan tekanan darah postural (penyekat

adrenergik perifer, penyekat alfa dan diuretik dosis tinggi) atau obat-obatan yang

dapat menyebabkan disfungsi kognitif (agonis α 2 sentral) harus diberikan dengan

hati-hati. Karena pada lanjut usia sering ditemukan penyakit lain dan pemberian

lebih dari satu jenis obat, maka perlu diperhatikan adanya interaksi obat antara

antihipertensi dengan obat lainnya. Obat yang potensial memberikan efek

antihipertensi misalnya : obat anti psikotik terutama fenotiazin, antidepresan

khususnya trisiklik, L-dopa, benzodiapezin, baklofen dan alkohol. Obat yang

memberikan efek antagonis antihipertensi adalah: kortikosteroid dan obat

antiinflamasi nonsteroid. Interaksi yang menyebabkan toksisitas adalah:

a. tiazid: teofilin meningkatkan risiko hypokalemia, lithium risiko toksisitas

meningkat, karbamazepin risiko hiponatremia menurun

b. Penyekat beta: verapamil menyebabkan bradikardia, asistole, hipotensi,

gagal jantung; digoksin memperberat bradikardia, obat hipoglikemik oral

meningkatkan efek hipoglikemia, menutupi tanda peringatan

hipoglikemia.

17

Page 18: Fix Lap Geriatri 1

Dosis beberapa obat diuretik penyekat beta, penghambat ACE, penyekat

kanal kalsium, dan penyakat alfa yang dianjurkan pada penderita hipertensi pada

lanjut usia adalah sebagai berikut. Dosis obat-obat diuretik (mg/hari) misalnya:

bendrofluazid 1,25-2,5, klortiazid 500-100, klortalidon 25-50, hidroklortiazid

12,5-25, dan indapamid SR 1,5. Dosis obat-obat penyekat beta yang

direkomendasikan adalah: asebutolol 400 mg sekali atau dua kali sehari, atenolol

50 mg sekali sehari, bisoprolol 10-20 mg sekali sehari, celiprolol 200-400 mg

sekali sehari, metoprolol 100-2000 mg sekali sehari, oksprenolol 180-120 mg dua

kali sehari, dan pindolol 15-45 mg sekali sehari.

Dosis obat-obat penghambat ACE yang direkomendasikan adalah: kaptopril

6,25-50 mg tiga kali sehari, lisinopril 2,5-40 mg sekali sehari, perindropil 2-8 mg

sekali sehari, quinapril 2,5-40 mg sekali sehari, ramipril 1,25-10 mg sekali sehari.

Dosis obat-obat penyekat kanal kalsium yang dianjurkan adalah: amilodipin 5-10

mg sekali sehari, diltiazem 200 mg sekali sehari, felodipin 5-20 mg sekali sehari,

nikardipin 30 mg dua kali sehari, nifedipin 30-60 mg sekali sehari, verapamil 120-

240 mg dua kali sehari.

Dosis obat-obat penyekat alfa yang dianjurkan adalah doksazosin 1-16 mg

sekali sehari, dan prazosin 0,5 mg sehari sampai 10 mg dua kali sehari.

(Kuswardhani, 2006)

C. DEMENTIA

Dementia bukanlah diagnostik spesifik, melainkan suatu istilah

yang digunakan untuk mendeskripsikan kelompok gejala yang

mempengaruhi kemampuan intelektual dan sosial, yang cukup

parah,sehingga mempengaruhi kemampuan harian, terdapat banyak

penyebab dari dementia, seperti Alzheimer, yang merupakan penyebab

tersering dari dementia progresif

Menurunnya daya ingat umumnya terjadi pada kasus dementia,

namun, itu saja tidak membuat seseorang didiagnosa menderita dementia.

Dementia dideteksi dari adanya minimal 2 gangguan fungsi otak, seperti

18

Page 19: Fix Lap Geriatri 1

menurunnya ingatan, dan ketidakmampuan untuk menilai dan berbahasa.

Selain itu juga dapat menyebabkan kebingungan, ketidakmampuan

mengenali orang, perubahan kepribadian dan perilaku sosial,

ketidakmampuan mempelajari hal baru, paranoid, agitasi, halusinasi dan

beberapa kelainan psikologis lainnya, beberapa penyebab dementia dapat

disembuhkan, dan beberapa lainnya tidak.

Dementia progresif adalah dementia yang memburuk seiring

waktu, umumnya tidak dapat disembuhkan, dan terjadi pada pasien lanjut

usia. Beberapa penyakit menyebabkan hal ini, seperti Alzheimer, lewy

body dementia, dementia vaskular dan frontotemporal dementia. Selain itu

terdapat juga beberapa penyakit yang berhubungan dengan gangguan saraf

pusat sepereti Huntington's, dementia pugilistica, HIV, Creutz-jakob

disease, dan dementia sekunder, seperti oleh keadaan yang membatasi

gerakan tubuh atau penggunaan otak, seperti penyakit parkinson. Selain itu

terdapat juga penyebab dementia yang dapat disembuhkan seperti

dementia akibat infeksi atau kelainan imun, akibat kelainan metabolik dan

endokrin, defisiensi nurtisi, hematoma subdural, keracunan, tumor otak,

anoxia, masalah respirasi dan kardiovaskular atau reaksi terhadap

medikasi.

Terdapat beberapa faktor resiko pada kasus dementia, dibagi

menjadi 2, faktor resiko yang tidak dapat diubah, dan yang dapat diubah.

Faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah usia lanjut, memiliki riwayat

keluarga dementia, dan down syndrome, sedangkan yang dapat diubah

adalah konsumsi alkohol, atherosclerosis, tekanan darah, kolesterol,

depresi, diabetes, tingkat estrogen dan hemosistein, serta merokok.

Pengobatan dapat memperlambat atau membatasi perkembangan

dari gejala. Cholinesterase inhibitor, seperti donepezil, rivastigmine, dan

galantamine hydrobromide adalah pengobatan yang umumnya diberikan

pada kasus alzheimer, bekerja dengan meningkatkan senyawa transmiter

yang berhubungan dengan memori dan penilaian, dengan efek samping

seperti mual, muntah dan diare, walaupun umumnya digunakan pada kasus

19

Page 20: Fix Lap Geriatri 1

alzheimer, obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati dementia

vaskular, oleh parkinson, dan yang disebabkan oleh Lewy body.

Memantine adalah obat alzheimer yang digunakan untuk meregulasi

aktifitas glutamat, yang juga bekerja sebagai transmiter kimiawi yang

bekerja pada sebagian besar fungsi otak. Pengobatan lain umumnya

berhubungan dengan pengobatan kondisi lain yang menyebabkan

dementia. Hal lain yang tidak kalah penting adalah edukasi tentang gaya

hidup, baik pada pasien maupun pada keluarga atau orang disekitar pasien.

D. OSTEOARTHRITIS

Osteoarthritis atau sering juga disebut degeneratif arthritis adalah

jenis arthritis yang paling sering ditemui di dunia. Osteoarthritis terjadi

karena bantalan kartilago pada ujung tulang pada persendian mulai rusak

seiring waktu, sehingga ketika kartilago rusak sepenuhnya, yang ada

hanya gesekan antara tulang dengan tulang. Walaupun osteoarthritis dapat

terjadi di seluruh sendi tubuh, kelainan ini umumnya terjadi pada sendi

dimana banyak pergerakan dan tekanan, seperti tangan, leher, tulang

belakang, lutut dan pinggul. Hingga sekarang belum ditemukan obat yang

dapat menyembuhkan kondisi ini, namun tatalaksana dapat dilakukan

untuk menghambat perkembangan penyakit ini adalah dengan mengurangi

nyeri dan menjaga fungsi sendi.

Terdapat beberapa keluhan yang didapatkan dari pasien OA,

seperti nyeri, yang bisa dirasakan baik saat bergerak, maupun setelah

berhenti bergerak. Lutut atau siku yang terasa lunak. Kaku sendi, yang

umumnya terasa saat bangun tidur atau setelah beberapa saat tidak

bergerak. Kurangnya flexibilitas dari sendi. Sensasi "grating" dimana

terasa ada tulang yang bergesekan setiap kali bergerak, dan suara seperti

kayu patah. terbentuknya "bone spur" atau munculnya bagian tambahan

abnormal pada tulang, umumnya pada lutut, menyebabkan kehilangan

fleksibilitas dan nyeri.

20

Page 21: Fix Lap Geriatri 1

Terdapat beberapa faktor resiko pada kasus ini seperti usia lanjut,

gender wanita lebih sering, orang yang lahir dengan malformasi sendi atau

defek kartilago, adanya trauma pada sendi, obesitas yang menambah

banyaknya beban pada sendi, gaya hidup yang miskin gerak, beberapa

jenis pekerjaan dimana memerlukan tenaga yang kuat, gerakan yang

berulang, atau keadaan dimana tidak banyak bergerak, selain itu juga oleh

beberpa penyakit, seperti diabetes, tiroid yang kurang bekerja, gout,

penyakit Paget juga dapat meningkatkan resiko terkena osteoarthritis.

Terdapat beberapa tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien

dengan osteoarthritis, seperti medikasi dengan Acetaminophen, NSAIDS,

dan narkotik. Acetamonophen dapat mengurangi sakit namun tidak

mengurangi inflamassi, terbukti efektif bagi pasien dengan nyeri tingkat

rendah dan menengah, namun jika digunakan berlebihan dari dosis, dapat

menyebabkan kerusakan hari. NSAIDs mengurangi sakit dan inflamasi.

umumnya tersedia ibuprofen, dan naproxen, sedangkan yang lain

memerlukan resep kusus, NSAIDs dapat menyebabkan mual, tinitus,

masalah kardiovaskular, masalah perdarahan, serta kerusakan hati dan

ginjal, hal ini perlu diperhatikan karena pada usia lanjut terjadi

peningkatan resiko komplikasi. Selain itu juga bisa melalui terapi

rehabilitasi medis dan fisiologis, mencari cara mengurangi tekanan pada

sendi, memakai penahan sendi, suntikan cortisone, injeksi lubrikan,

operasi untuk mengembalikan tulang ke posisinya, dan penggantian cairan

sendi (joint replacement).

E. PEMERIKSAAN YANG DIPERLUKAN PADA KASUS

Pendekatan diagnostik pasien jatuh adalah sebagai berikut.

Direkomendasikan untuk melakukan asesmen pada semua lansia sebagai

bagian dari pemeriksaan rutin yang meliputi:

1. Semua lansia yang kontrol rutin di puskesmas / dokter / tenaga kesehatan

lain wajib untuk ditanya tentang jatuh minimal setahun sekali

21

Page 22: Fix Lap Geriatri 1

2. Semua lansia yang dilaporkan jatuh satu kali wajib diobservasi dengan

meminta untuk melakukan the get up and go test. Apabila pasien dapat

melakukan tanpa kesulitan tidak memerlukan asesmen lanjutan

3. Pasien yang mengalami kesulitan untuk melakukan tes itu memerlukan

kajian lebih lanjut

Asesmen jatuh adalah bagian dari asesmen geriatri, meliputi:

1. Riwayat Penyakit (Jatuh)

Anamnesis dilakukan terhadap penderita dan saksi mata, terdiri atas:

a) Seputar jatuh: mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset, tersandung,

berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri dari jongkok,

sedang makan, sedang buang air kecil / besar, sedang batuk / bersin,

sedang menoleh tiba-tiba / aktivitas lain.

b) Gejala yang menyertai: nyeri dada, berdebar-debar, nyeri kepala tiba-

tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinensia, sesak napas.

c) Kondisi komorbid yang relevan: pernah stroke, Parkinsonism,

osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung, rematik, depresi, defisit

sensorik.

d) Review obat-obatan yang diminum: antihipertensi, diuretik, autonomik

bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik, psikotropik.

e) Review keadaan lingkungan: tempat jauh, rumah maupun tempat-

tempat kegiatannya.

2. Pemeriksaan Fisik

a) Tanda vital: nadi, tensi, respirasi, suhu badan.

b) Kepala dan leher: penurunan visus, penurunan pendengaran,

nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan, bising.

c) Jantung: aritmia, kelainan katup.

22

Page 23: Fix Lap Geriatri 1

d) Neurologi: perubahan status mental, defisit lokal, neuropati perifer,

kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor.

e) Muskuloskeletal: perubahan sendi, pembatasan gerak sendi, problem

kaki (podiatrik), deformitas.

3. Asesmen Fungsional

Observasi atau pencarian terhadap:

a) Fungsi gait dan keseimbangan: observasi pasien ketika bangkit dari

duduk di kursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan,

ketika mau duduk di bawah.

b) Mobilitas: dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat

bantu, memakai kursi roda atau dibantu.

c) Aktivitas kehidupan sehari-hari: mandi, berpakaian, bepergian,

kontinens.

(Martono, 2009)

23

Page 24: Fix Lap Geriatri 1

BAB III

SIMPULAN

1. Pasien dalam skenario mengalami jatuh yang bisa disebabkan oleh faktor-

faktor risiko seperti gangguan visus akibat proses menua atau pencahayaan

yang kurang, gangguan gaya berjalan / gait karena gangguan

muskuloskeletal dan gangguan kognitif seperti demensia.

2. Kelainan-kelainan yang dialami pasien dalam skenario dapat merupakan

perubahan anatomik dan fisiologik akibat proses menua atau merupakan

proses patologik, yaitu:

a. Nafsu makan dan minum menurun merupakan perubahan fisiologis

pada saluran cerna lansia karena penurunan indra pengecap dan

pencium, produksi saliva, sensitivitas reseptor esophagus yang

menurun atau kelainan periodontal dan kehilangan gigi.

b. Pasien mengalami reumatik pada usia lanjut, yaitu osteoarthritis

dengan manifestasi klinik lutut kanan pasien terasa sakit ketika

digerakkan dan kesulitan berjalan.

c. Mata kabur dapat merupakan akibat proses menua fisiologik atau

patologik, seperti sklerokeratitis nekrotikans, ulkus kornea, katarak dan

glaukoma.

d. Pendengaran berkurang dapat merupakan akibat proses menua

fisiologik atau patologik, seperti tuli konduktif dan sindrom Meniere’s.

e. Pasien mengalami demensia dengan ciri penurunan kognitif yang

ditandai dengan sering lupa.

24

Page 25: Fix Lap Geriatri 1

BAB IV

SARAN

1. Semua anggota kelompok sudah berpartisipasi aktif dalam diskusi tutorial

kali ini, diharapkan keaktifan ini tetap dipertahankan dan ditingkatkan

pada diskusi-diskusi tutorial selanjutnya.

2. Langkah-langkah diskusi dan pembahasannya telah dilakukan secara

sistematis. Hal ini perlu dipertahankan.

3. Diharapkan pada diskusi-diskusi selanjutnya, khususnya pada seven jump

ke-3 dan 4 yang membahas mengenai patofisiologi dan patogenesis gejala

maupun penyakit lebih diperdalam lagi.

25

Page 26: Fix Lap Geriatri 1

DAFTAR PUSTAKA

Kuswardhani RAT (2006). Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia. J Peny

Dalam, 7:135-140.

Martono, H. Hadi.2009.Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI (Ilmu Kesehatan

Usia Lanjut) Edisi 4.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

http://www.mayoclinic.com/health/dementia/DS01131

http://www.mayoclinic.com/health/osteoarthritis/DS00019

26