fitofarmaka

8
2.1 Pengertian Fitofarmaka Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk jadinya telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004 ). Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah. 2.2 Dasar pengembangan fitofarmaka 2.2.1 Pedoman pengembangan Fitofarmaka Kep. Menkes RI No.760/MENKES/SK/IX/1992 ttg Pedoman Fitofarmaka SK Menkes RI No. 0584/MENKES/SK/VI/1995 ttg Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional Kep. Menkes RI no.56/MENKES/SK/I/2000 ttg Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional Kep. Kepala Badan POM RI no : HK.00.05.4.1380 tgl 2 Maret 2005 ttg Pedoman CPOTB 2.2.2 Dasar Pemikiran pengembangan Obat Tradisional menjadi Fitofarmaka Saat ini meskipun obat tradisional cukup banyak digunakan oleh masyarakat dalam usaha pengobatan sendiri (self-medication), profesi kesehatan atau dokter umumnya masih enggan untuk meresepkan ataupun menggunakannya. Alasan utama keengganan profesi kesehatan untuk meresepkan atau menggunakan obat tradisional karena bukti ilmiah mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional pada manusia masih kurang. Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu digali, diteliti dan dikembangkan agar dapat digunakan lebih luas oleh masyarakat. Untuk itulah dikembangkan Obat Tradisional menjadi fitofarmaka. 2.3 proses standarisasi fitofarmaka 2.3.1 Kriteria Fitofarmaka a. Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku 2.3.2Tahap-tahap pengembangan dan pengujian fitofarmaka (Dep. Kes RI) 1. Tahap seleksi Proses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan skala prioritas sebagai berikut: · Jenis obat alami yang diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama · Jenis obat alamai yang memberikan khasiat dan kemanfaatan berdasar pengalaman pemakaian empiris sebelumnya ·Jenis OA yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk penyakit-penyakit yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya. 2. Tahap biological screening, untuk menyaring: ·Ada atau tidaknya efek farmakologi calon fitofarmaka yang mengarah ke khasiat terapetik (pra klinik in vivo) ·Ada/ tidaknya efek keracunan akut (single dose), spectrum toksisitas jika ada, dan sistem organ yang mana yang paling peka terhadap efek keracunan tersebut (pra klinik, in vivo) 3. Tahap penelitian farmakodinamik ·Untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing-masing sistem biologis organ tubuh ·Pra klinik, in vivo dan in vitro, ·Tahap ini dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon fitofarmaka. 4. Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses) · Toksisitas Subkronis · Toksisitas akut · Toksisitas khas/ khusus

description

fito

Transcript of fitofarmaka

Page 1: fitofarmaka

2.1 Pengertian Fitofarmaka            Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk jadinya telah di standarisir (Badan POM. RI., 2004 ).            Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.2.2 Dasar pengembangan fitofarmaka2.2.1 Pedoman pengembangan Fitofarmaka

•         Kep. Menkes RI No.760/MENKES/SK/IX/1992 ttg Pedoman Fitofarmaka •         SK Menkes RI No. 0584/MENKES/SK/VI/1995 ttg Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional •         Kep. Menkes RI no.56/MENKES/SK/I/2000 ttg Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional •         Kep. Kepala Badan POM RI no : HK.00.05.4.1380 tgl 2 Maret 2005 ttg Pedoman CPOTB

2.2.2 Dasar Pemikiran pengembangan Obat Tradisional menjadi Fitofarmaka          Saat ini meskipun obat tradisional cukup banyak digunakan oleh masyarakat dalam usaha pengobatan sendiri (self-medication), profesi kesehatan atau dokter umumnya masih enggan untuk meresepkan ataupun menggunakannya. Alasan utama keengganan profesi kesehatan untuk meresepkan atau menggunakan obat tradisional karena bukti ilmiah mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional pada manusia masih kurang. Obat tradisional Indonesia merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu digali, diteliti dan dikembangkan agar dapat digunakan lebih luas oleh masyarakat. Untuk itulah dikembangkan Obat Tradisional menjadi fitofarmaka.2.3 proses standarisasi fitofarmaka

2.3.1 Kriteria Fitofarmakaa.     Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkanb.     Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinikc.      Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadid.     Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku

2.3.2Tahap-tahap pengembangan dan pengujian fitofarmaka (Dep. Kes RI)1. Tahap seleksiProses pemilihan jenis bahan alam yang akan diteliti sesuai dengan skala prioritas sebagai berikut:

·  Jenis obat alami yang diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama· Jenis obat alamai yang memberikan khasiat dan kemanfaatan berdasar pengalaman pemakaian empiris sebelumnya·Jenis OA yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk penyakit-penyakit yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya.

2. Tahap biological screening, untuk menyaring:·Ada atau tidaknya efek farmakologi calon fitofarmaka yang mengarah ke khasiat terapetik (pra klinik in vivo)·Ada/ tidaknya efek keracunan akut (single dose), spectrum toksisitas jika ada, dan sistem organ yang mana yang paling peka

terhadap efek keracunan tersebut (pra klinik, in vivo)3. Tahap penelitian farmakodinamik

·Untuk melihat pengaruh calon fitofarmaka terhadap masing-masing sistem biologis organ tubuh·Pra klinik, in vivo dan in vitro,·Tahap ini dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon

fitofarmaka.4. Tahap pengujian toksisitas lanjut (multiple doses)

· Toksisitas Subkronis· Toksisitas akut· Toksisitas khas/ khusus

5. Tahap pengembangan sediaan (formulasi)· Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan, dan estetika untuk pemakaian pada manusia.

Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik- Teknologi farmasi tahap awal- Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan OA- Parameter standar mutu: bahan baku OA, ekstrak, sediaan OA

6. Tahap uji klinik pada manusiaAda 4 fase yaitu:

Fase 1 : dilakukan pada sukarelawan sehatFase 2 : dilakukan pada kelompok pasien terbatasFase 3 : dilakukan pada pasien dengan jumlah yang lebih besar dari fase 2Fase 4: post marketing survailence, untuk melihat kemungkinan efek samping yang tidak terkendali saat uji pra klinik maupun saat uji klinik fase 1-3.

Yang terlibat dalam pengujian •         Komisi Ahli Uji Fitofarmaka : menyusun & mengusulkan protokol uji fitofarmaka •         Sentra Uji Fitofarmaka : Instalasi pelayanan, spt Rumah Sakit, Laboratorium Pengujian atau lembaga penelitian kesehatan •         Pelaksana Uji Fitofarmaka : Tim multidisipliner yg tdd dokter,apoteker dan tenaga ahli lainnya yg mempunyai fasilitas, bersedia

serta mampu melaksanakan uji fitofarmaka

2.3.3 Keuntungan Strandarisasi Fitofarmaka :•         Menghasilkan efek terapetik yang konsisten, reproducible & derajat keamanannya tinggi (dosis terkontrol).•         Semakin banyak obat tradisional dengan efikasi klinis yang dapat diuji pra klinik maupun klinik.

Page 2: fitofarmaka

•         Kebanyakan uji klinik telah menggunakan ekstrak terstandar.2.4  Jenis Uji Fitofarmaka

1.      Uji toksisitas Uji toksisitas dibedakan menjadi tiga :

-Uji Toksisitas Akut Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji (menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemberian (misalnya oral dan intravena). hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi (dikonversi) pada manusia. (LD50 adalah pemberian dosis obat yang menyebabkan 50 ekor dari total 100 ekor hewan uji mati oleh pemerian dosis tersebut)- Uji Toksisitas Sub AkutUji toksisitas sub akut adalah pengujian untuk menentukan organ sasaran tempat kerja dari obat tersebut, pengujian selama 1-3 bulan, menggunakan 2 spesies hewan uji, menggunakan 3 dosis yang berbeda. toksisitas sub-akut sebagai adanya perubahan berat badan serta perubahan lainnya dari hewan percobaan.- Uji Toksisitas KronikUji toksisitas kronik pada tujuannya sama dengan uji toksisitas sub akut, tapi pengujian ini dilakukan selama 6 bulan pada hewan rodent (pengerat) dan non-rodent (bukan hewan pengerat). uji ini dilakukan apabila obat itu nantinya diproyeksikan akan digunakan dalam jangka waktu yang cukup panjang.

2. Uji farmakodinamik/efek farmakologik Tahap ini dimaksudkan untuk lebih mengetahui secara lugas penqaruh farmakologik pada berbagai system biologik. Bila diperlukan , penelitian dikerjakan pada hewan coba yang sesuai, baik secara invitro atau invivo. Bila calon fitofarmaka sudah menjalani uji penapisan biologic (tahap 2) dan dipandang belum bias atau belum mungkin untuk dikerjakan pengujian farmakodinamik , maka hal ini seyogyanya tidak merupakan penghambat untuk lebih lanjut. Tahap pengujian farmakodinamik akan lebih banyak tergantung pada sarana dan prasarana yang ada, baik perangkat lunak maupun perangkat keras.

3. Uji klinik Uji klinik Fitofarmaka adalah pengujian pada manusia, untuk mengetahui atau memastikan adanya efek farmakologi tolerabilitas, keamanan dan manfaat klinik untuk pencegahan penyakit, pengobatan penyakit atau pengobatan segala penyakit.

Tujuan pokok uji klinik fitofarmaka adalah: - Memastikan keamanan dan manfaat klinik fitofarmaka pada manusia dalam pencegahan atau pengobatan penyakit maupun gejala

penyakit. - Untuk mendapatkan fitofarmaka yang dapat dipertanggung jawabkan keamanan dan manfaatnya.

Jenis Fitofarmaka1.      Nodiar (POM FF 031 500 361)

Tradisional Psidii Folium Ekstrak dan Ekstrak Curcuma domestica Rhizoma digunakan untuk menyembuhkan diare. Folium Ekstrak Psidii dikenal memiliki efek farmakodinamik yang bekerja di otot polos usus sementara yang terkandung tannin meliputi mukosa usus terutama pada usus oleh penyerapan toksin dan protein curah hujan. Curcuma domestica Rhizoma bekerja dengan efek sebagai anti spasmolytical daya oleh non kompetitif antagonis pada reseptor asetilkolin. Komposisi diperkuat dengan Attapulgite. Attapulgite melindungi usus dan menyerap toksin bakteri dan juga meningkatkan konsistensi tinja oleh penyerapan cairan di lumen intestinals.Komposisi:

       Attapulgite (bahan kimia, obat untuk diare), 300 mg       Psidii folium ekstrak (daun jambu biji), 50 mg       Curcumae domesticae rhizoma ekstrak (kunyit),  7.5 mg

Indikasi (Khasiat) : Diare yang tidak spesifik, Ekstrak Folium Psidii dikenal memiliki efek farmakodinamik yang bekerja di otot polos usus. Attapulgite melindungi usus dan menyerap racun bakteri dan juga meningkatkan konsistensi feses dengan penyerapan cairan di lumen intestinals. Curcuma domestica Rhizoma bekerja dengan efek sebagai anti spasmolytical non kompetitif antagonis pada reseptor asetilkolin.

2.      X-Gra (POM FF 031 300 011, POM FF 031 300 021)Komposisi:

         Ganoderma lucidum (jamur ganoderma), 150 mg         Eurycomae radix (akar pasak bumi), 50 mg         Panacis ginseng radix (akar ginseng), 30 mg         Retrofracti fructus (buah cabe jawa), 2.5 mg         Royal jelly 5 mg

Indikasi (Khasiat): Meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh, membantu meningkatkan stamina pria, membantu mengatasi disfungsi ereksi dan juga ejakulasi dini.Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap bahan yang dikandung dalam X-gra, kanker prostat, hipertensi berat dan gagal ginjal.

Page 3: fitofarmaka

3.      Stimuno (POM FF 041 300 411, POM FF 041 600 421)STIMUNO® adalah imunomodulator dari herbal alami membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Stimuno terdaftar sebagai

FITOFARMAKA , dibuat dari ekstrak tanaman Phyllanthus niruri (meniran) yang terstandarisasi dan telah melalui berbagai uji pra-klinik dan klinik. Sebagai imunomodulator (pengatur sistem imun), Stimuno membantu merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh agar daya tahan tubuh bekerja optimal. Komposisi : Tiap 5 ml Stimuno Sirup mengandung ekstrak Phyllanthus niruri 25mg.Tiap kapsul Stimuno mengandung Phyllanthus niruri 50 mgIndikasi: Membantu memperbaiki dan meningkatkan daya tahan tubuh

4.      Tensigard Agromed  (POM FF 031 300 031, POM FF 031 300 041)Komposisi:

·           Apii Herba ekstrak (seledri), 95 mg·           Orthosiphon folium ekstrak (daun kumis kucing), 28mg

Indikasi: Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolikobat ini gabungan dari komposisi daun kumis kucing dan daun seledri, disini yang berperan sebagai agen penurun tekanan darah tinggi adalah extrak daun seledri, sedangkan untuk daun kumis kucing (Orthosiphon Folium) lebih ke infeksi ginjal, saluran kemih, dll.

5.      Rheumaneer (POM FF 032 300 351)Komposisi:

·           Curcumae domesticae rhizoma (temulawak), 95 mg·           Zingiberis rhizoma ekstrak (kunyit), 85 mg·           Curcumae rhizoma ekstrak, (temulawak) 120 mg·           Panduratae rhizoma ekstrak, (temu kunci) 75 mg·           Retrofracti fructus ekstrak, (buah cabe jawa), 125 mg

Indikasi: Membantu mengurangi  nyeri persendian. 

Deskripsi Tanaman Obat

1.    Jambu BijiNama latin : Psidium guadjava

Deskripsi tanaman: Tanaman perdu, tinggi 5-10 meter. batang berkayu, bulat, kulit kayu licin, mengelupas, bercabang, warna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, pertulangan menyirip, warna hijau kekuningan. Bunga tunggal di ketiak daun, mahkota bulat telur, panjang 1,5 cm, warna putih kekuningan. Buah buni, bulat telur, warna putih kekuningan. Kandungan kimia: Zat samak; Minyak atsiri; Tri terpinoid; Leukosianidin; Kuersetin; Asam arjunalot; Resin; Minyak lemak Manfaat : Antiinflamasi; hemostatik; astringen

2.    KunyitNama Latin : Curcuma domesticaTanaman kunyit tumbuh dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.Manfaat: Bagian yang sering dimanfaatkan adalah rimpangnya. Penggunaannya biasanya sebagai jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, anti diabetes, pencegah kanker, anti tumor, mengobati tifus, usus buntu, disentri, memperlancar asi, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah. Kandungan Kimia: Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin serta zat-zat bermanfaat lainnya. Kandungan kurkuminoid : Kurkumin : R1 = R2 = OCH3 10 %, Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1 – 5 %, Bisdemetoksikurkumin: R1 = R2 = H, sisanya Minyak asiri / Volatil oil (Keton

Page 4: fitofarmaka

sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil ), Lemak 1 -3 %, Karbohidrat 3 %, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, Garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium).

3.    Temulawak Nama latin : Curcuma xanthorrhiza

Deskripsi tanaman : Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cmKandungan kimia: Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri Manfaat :Dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba.

4.    Temu Kunci Nama latin : Kaempheria pandurataDeskripsi tanaman : Temu kunci tidak memliki batang. Tingginya dapat mencapai 30 cm. Tempat tumbuhnya banyak ditemukan di hutan jati dan tempat yang bertanah liat. Daun temu kunci berjumlah 4-5 helai per tanaman. Panjang tangkai 30 cm. Bunganya berwarna putih, tetapi terkadang merah muda. Kandungan kimia: Temu kunci mengandung minyak asiri (sineol, kamper, d-borneol, d-pinen sesquiterpen, zingiberen, kurkumin, dan zedoarin) serta zat pati.Manfaat : Rimpang temu kunci berkhasiat mengatasi gangguan pencernaan. Daunnya diketahui memiliki efek antiracun.

5.    Cabe Jawa Nama latin : Piper retrofractumDeskripsi tanaman : Bentuk tanamannya seperti sirih, merambat, memanjat, membelit, dan melata. Daunnya berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau membulat, ujung daun runcing dengan bintik-bintik kelenjar. buahnya majemuk bulir, bentuknya bulat panjang atau silindris, dan ujungnya mengecil. Buah yang belum tua berwarna kelabu, kemudian menjadi hijau, selanjutnya kuning, merah, serta lunak. Rasanya pedas dan tajam aromatisKandungan kimia: Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmitic acids, tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3,4-methylenedioxy benzene, piperidin, rninyak asiri, isobutyideka-trans-2-trans-4-dienamide, dan sesamin. Piperine mempunyai daya antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf pusat. Bagian akar mengandung piperine, piplartine, dan piperlonguniinine.Manfaat : Buah cabai jamu memiliki khasiat sebagai obat sakit perut, masuk angin, beri-beri, rematik, tekanan darah rendah, kolera, influenza, sakit kepala, lemah syahwat, bronkitis, dan sesak napas.

6.    Meniran Nama latin : Phylantus urinariaDeskripsi tanaman : Morfologi Meniran : Batang : Berbentuk bulat berbatang basah dengan tinggikurang dari 50 cm. Daun : Mempunyai daun yang bersirip genap setiap satutangkai daun terdiri dari daun majemuk yang mempunyai ukuran kecil danberbentuk lonjong. Bunga : Terdapat pada ketiak daun menghadap kearahbawah. Syarat Tumbuh : Meniran tumbuhan berasal dari daerah tropis yangtumbuh liar di Hutan-hutan, ladang-ladang, Kebun-kebun maupun pekaranganhalaman rumah, pada umumnya tidak dipelihara, karena dianggap tumbuhanrumput biasa. Meniran tumbuh subur ditempat yang lembab pada dataran rendahsampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.Kandungan kimia: Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan Meniran : - Zat Filantin - Kalium - Mineral - Damar - Zat PenyamakManfaat : Sakit kuning (lever), Malaria, Demam, Ayan, Batuk, Haid lebih; Disentri, Luka bakar, Luka koreng, Jerawat;

7.    Seledri Nama latin : Apium graveolensDeskripsi tanaman : Seledri (Apium graveolens L.) adalah herba tegak, dapat tumbuh lebih dari dua tahun, daun berpangkal pada batang dekat tanah, bertangkai, dan di bagian bawah sering terdapat daun muda di kedua sisi tangkainya, helaian daun berbentuk lekuk tangan, tidak

Page 5: fitofarmaka

terlalu dalam, panjang 2-5 cm, lebar 1,5-3 cm, baunya sedap, khas. Batang kaku dan bersiku, berupa batang semu, tinggi tanaman mencapai 25-100 cm. Bunga tersusun majemuk, bertangkai pendek-pendek, bergerombol kecil, berwarna putih sampai hijau keputihan. Buah membulat, panjang 1-2 mm, berwarna coklat lemah sampai coklat kehijauan suram. Tanaman ini sangat mudah dikenal karena secara luas digunakan sebagai sayuran atau lalapan oleh masyarakat di IndonesiaKandungan kimia: Herba seledri mengandung flavonoid, saponin, tanin 1 %, minyak atsiri 0,033 %, flavo-glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagine, zat pahit, vitamin (A,B, dan C). Setiap 100 g herba seledri mengandung air sebanyak 93 ml, protein 0,9 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 4 g, serat 0,9 g, kalsium 50 mg, besi 1 mg, fosfor 40 mg, yodium 150 mg, kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin A 130 IU, vitamin C 15 mg, riboflavin 0,05 mg, tiamin 0,03 mg. Akar mengandung asparagin, manit, zat pati, lendir, minyak atsiri, pentosan, glutamin, tirosin. Biji mengandung apiin, minyak menguap, apigenin, dan alkaloidManfaat : Herba Apium graveolens berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi, obat masuk angin, dan penghilang rasa mual. Rematik Menyuburkan rambut, wajah berminyak

8.    Kumis KucingNama latin : Orthosiphon stamineuDeskripsi tanaman :Kumis Kucing adalah salah satu jenis tumbuhan  berbatang basah, batang pohon Kumis Kucing berbentuk segi empat, dan sangat mudah untuk dipatahkan, Kumis Kucing dapat mencapai ketinggian sekitar satu setengah meter, daun Kumis Kucing berbentuk bulat telur, sedangkan bunganya berwarna putih mirip dengan Kumis Kucing, maka dari itulah tumbuhan ini disebut dengan Kumis Kucing.Kandungan kimia: Tumbuhan kumis kucing menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid dan senyawa fenol seperti diterpenoid jenis isopimaran, flavonoid, benzokromen, dan turunan asam organik. Ciri khas senyawa diterpenoid yang diisolasi dari kumis kucing adalah mempunyai kerangka karbon jenis isopimaran yang terdiri dari tiga cincin dan mengandung banyak gugus fungsi oksigen (utamanya pada C-1, 2, 3, dan 7). Cincin C mengandung gugus hidroksi tersier pada C-8 dan gugus karbonil pada C-14 dan dapat pula mengandung gugus fungsi oksigen pada C-11, 12, dan 20. Gugus-gugus fungsi hidroksi ini seringkali teresterifikasi dengan asam asetat dan benzoateManfaat : Batu ginjal, asam urat, batuk, encok, masuk angin, sembelit, radang ginjal, kencing manis, albuminuria, dan juga sifilis

9.     Jamur ganodermaNama latin : Ganoderma lucidumKandungan kimia: Tubuh Ganoderma lucidum mengandung lebih dari 200 senyawa aktif yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama, yakni 30% senyawa larut dalam air, 65% senyawa larut dalam pelarut organik, dan 5% senyawa volatil. Polisakarida dan germanium organik merupakan senyawa larut dalam air. Adenosin dan terpenoid adalah senyawa yang larut dalam pelarut organik, sedangkan asam ganoderat termasuk senyawa volatil.Manfaat : Ling zhi memiliki sifat rasa pedas, pahit, dan hangat. Mengonsumsi ramuan dari ling zhi memiliki efek bersifat melindungi organ tubuh, membangun (constructive), mengobati, dan berdampak positif terhadap penyembuhan organ lain yang sakit. Sejauh ini belum pernah ditemukan efek negatif yang ditimbulkan setelah mengonsumsi ramuan ling zhi.Dari berbagai penelitian yang dilakukan di berbagai negara, ling zhi berkhasiat sebagai herbal anti-diabetes, anti-hipertensi, anti-alergi, antioksidan, anti-[inflamasi], anti-hepatitis, analgesik, anti-HIV, serta perlindungan terhadap liver, ginjal, hemoroid atau wasir, anti-tumor, dan sistem imunitas (kekebalan tubuh)

10.     Pasak bumi Nama latin : Eurycoma longifoliaDeskripsi tanaman : Pasak Bumi dapat mencapai ketinggian sehingga 10 meter di dalam rimbunan hutan tanah rendah. Biasanya, daunnya rimbun pada ujung batang. Kebanyakan pohon ini tidak bercabang, jika bercabang pun terlalu sedikit yaitu satu atau dua cabang saja. Bunganya tersusun padat pada tangkai yang bercabang, yang keluar dari pangkal daunKandungan kimia: Aervin, kampesterol, kantin-6-on,9-hidroksi, kantin-6-on,9-hidroksi,n-oksida, kantin-6-on, 9-metoksi, kantin-6-on,9-metoksi,n-oksida, karbolina, -1-asid propionik, karbolina, -7-metoksi, 1-asid propionik, eurikomalakton, eurikomanol, eurikomanol,-18-dihidro, eurikomanol,-2, -D-glukosida eurikomanon, eurikomanona, 13-21-dihidro, eurikomanona, 13-beta-21-dihidroksi, klaineanon, 14-15-beta-dihidroksi, klaineanon, 14-15-dihidroksi, longilaston, -sitosterol, stigmasterol, saponin, alkaloid, tannin, brusin, strichninManfaat : Pasak Bumi merupakan sejenis tumbuhan yang dikatakan mempunyai bahan yang membantu mereka yang menghadapi masalah syahwat.

11.     GinsengNama tanaman asal: Panax schinsengKandungan kimia: Glukosida panakuilon, minyak atsiri, damar, panaks, sapoginolManfaat :

Page 6: fitofarmaka

Amara dan stimulansia. Akar tanaman ini dapat memperbaiki aliran dan meningkatkan produksi sel darah merah, serta membantu pemulihan dari penyakit, efektif melawan kanker dan penyakit, sebagai tonik, bahan makanan, minuman kesehatan dan sebagainya.

12.     Royal jelly  Deskripsi : Royal jelly adalah sejenis zat yang disekresikan atau diproduksi dari kelenjar pharyngeal lebah pekerja pada hari ke-6 dan ke-12 hidupnya. Hasil sekresi ini diketahui kaya akan vitamin dan mineral yang bisa bermanfat untuk kesehatan seseorang.Kandungan kimia: Royal jelly mengandung 20 macam asam amino, dengan kandungan eysteine yang terbanyak, disusul lysine, Dan arginine, vitamin B kompleks, Acytylcholine.Manfaat : Membantu peremajaan, meningkatkan kemampuan untuk berpikir jernih, keseimbangan hormone dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.