LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB...

49
i LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI B2P2TOOT DAN PT. JAVA PLANT 28 JULI 2015 Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah praktik kegiatan lapangan (PKL) Disusun oleh: Mudrika Yulianti E0014015 PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKES BHAMADA SLAWI 2015

Transcript of LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB...

Page 1: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

i

LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN

DI B2P2TOOT DAN PT. JAVA PLANT

28 JULI 2015

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah praktik kegiatan lapangan (PKL)

Disusun oleh:

Mudrika Yulianti

E0014015

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES BHAMADA SLAWI

2015

Page 2: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik kegiatan lapangan ini telah disetujui oleh dosen

pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Ketua Prodi S1Farmasi

Endang Istriningsih, S. Farm, Apt

NIPY : 1983.02.09.11.066

Dosen Pembimbing

Dinar Anggia Zen, M.Si, Apt

NIPY : 1990.11.09.14.086

Page 3: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “ Laporan Praktik

Kerja Lapangan di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ”.

Penulis mengucapkan banyakterimakasih kepada :

1. Endang Istriningsih, S. Farm, Apt selaku ketua prodi S1 Farmasi Bhamada.

2. Dinar Anggia Zen, M.Si, Apt selaku dosen pembimbing kegiatan praktik

kerja lapangan ( PKL ).

3. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan moral maupun

material.

4. Seluruh staf dan karyawan B2P2TOOT dan PT. Javapalant

5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

sehingga kunjungan dan laporan ini dapat terlaksana.

Penulis menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

segala kritik serta saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan

untuk masa yang akan datang.

Slawi, Agustus 2015

Penyusun

Page 4: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

DAFTAR BAGAN .................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 2

C. Tujuan....................................................................................... 2

D. Manfaat..................................................................................... 3

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat

Dan Obat Tradisional ( B2P2TOOT ) ...................................... 4

B. PT. JAVAPLANT .................................................................... 17

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 30

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 34

B. Saran ......................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 36

LAMPIRAN ................................................................................................ 37

Page 5: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

v

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Struktur organisai B2P2TOOT ....................................................... 8

Bagan 2. Proses produksi simplisia ................................................................ 12

Bagan 3. Struktur organisasi PT. Javaplant ................................................... 19

Bagan 4. Fase – fase proses pembuatan eksrtak ............................................ 23

Page 6: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Etalase tanaman obat .............................................................. 38

Lampiran 2. Museum jamu ......................................................................... 39

Lampiran 3. Contoh tanaman dirumah kaca ............................................... 40

Lampiran 4. Laboratorium pasca panen ...................................................... 41

Lampiran 5. Kebun produksi ...................................................................... 42

Lampiran 6. Javaplant ................................................................................ 43

Page 7: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kedua terkaya di dunia dalam hal

keanekaragaman hayati. Terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah

diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi

biofarmaka yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi

sebagai obat, makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan

maupun tanaman. Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar

untuk menjadi salah satu negara terbesar dalam industri obat tradisional dan

kosmetika alami berbahan baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya

pun cukup besar. (Anonim, 2010)

Dunia farmasi kini mulai mencoba untuk memanfaatkan obat–obatan

herbal. Salah satu contoh yaitu adanya klinik Hortus Medicus yang melayani

pasien dengan meresepkan obat herbal. Obat herbal tersebut telah mengalami

standardisasi dan uji klinik sehingga dapat dinyatakan aman untuk

dikonsumsi. Oeh karena itu, sebagai mahasiswa farmasi sebaiknya mulai

mengetahui manfaat dari obat herbal tersebut.

B2P2TOOT adalah pusat penelitian obat tradisional dibawah naungan

Badan Litbang Kementrian Kesehatan RI dengan tugas pokok melaksanakan

penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional.

Pengembangan obat tradisional di Indonesia berlangsung pesat. Salah satunya

Page 8: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

2

yaitu sediaan obat berupa ekstrak. Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional

yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa

tanaman obat, binatang, maupun mineral. (Depkes RI, 1995).

Proses ekstraksi membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan

berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan

pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Beberapa perusahaan

memproduksi ekstrak dari tanaman obat salah satu contohnya adalah PT.

Javaplant yang merupakan produsen ekstrak bahan aktif berkhasiat dari

tanaman.

Kunjungan ke B2P2TOOT dan PT. Javaplant merupakan salah satu

cara untuk mengembangkan pengetahuan mahasiswa farmasiSTIKes

Bhamada dalam bidang obat tradisional.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya B2P2TOOT dan PT. Javaplant ?

2. Bagaimana proses produksi di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ?

3. Apa saja produk yang dihasilkan di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ?

C. Tujuan Praktik Kegiatan Lapangan

Tujuan dari praktik kerja lapangan ini adalah :

1. Mengetahui sejarah berdirinya B2P2TOOT dan PT. Javaplant.

2. Mengetahui bagaimana proses produksi obat herbal di B2P2TOOT dan

PT. Javaplant.

Page 9: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

3

3. Mengetahui hasil produksi obat herbal di B2P2TOOT dan PT. Javaplant.

D. Manfaat Pratik Kegiatan Lapangan

Dengan dilakukannya praktik kerja lapangan ini maka manfaat yng diperoleh

antara lain :

1. Mahasiswa dapat mengetahui lebih lanjut tentang tanaman obat yang ada

di B2P2TOOT.

2. Mahasiswa dapat mengetahui cara memperoleh ekstrak tanaman obat di

PT. Javaplant.

3. Memberikaninspirasi kepada institusi tentang budidaya tanaman obat

terutama untuk institusi yang menganut ilmu obat herbal.

4. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat keunggulan

obat herbal.

Page 10: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Dan

ObatTradisional (B2P2TOOT)

1. SejarahB2P2TOOT

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Tradisional (B2P2TOOT), Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI

pada awalnya tahun 1948 berupa rintisan koleksi tanaman obat Hortus

Medicus Tawangmangu.

Pada tahun 1963-1968 berada dibawah koordinasi Badan

Pelayanan Umum Farmasi dan kemudian pada tahun 1968-1975 dibawah

Direktorat Jenderal Farmasi (Lembaga Farmasi Nasional). Pada tahun

1975-1979 kebijakan Pemerintah menetapkan Hortus Medicus dibawah

pengawasan Direktorat Pengawasan Obat Tradisionil, Ditjen POM,

Depkes RI.

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 149/Menkes/SK/IV/78

pada tanggal 28 April 1978 status kelembagaan berubah menjadi Balai

Penelitian Tanaman Obat (BPTO) yang merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Badan Litbang Kesehatan. Selanjutnya berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 491/Per/Menkes/VII/2006

tertanggal 17 Juli 2006, BPTO meningkat status kelembagaanya

Page 11: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

5

menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan

Obat Tradisional (B2P2TOOT).

Era persaingan, globalisasi dan keterbukaan mendorong manusia

dan negara, menggali, memanfaatkan, mengembangkan budaya

kesehatan dan sumber daya lokal untuk membangun kesehatan. Ini

berdampak pada transformasi B2P2TOOT, dengan permenkes no. 003

tahun 2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi jamu

Penelitian Berbasis Pelayanan. Sejak tahun 2010 B2P2TOOT

memprioritaskan pada Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis

Pelayanan Kesehatan untuk menjamin jamu aman, bermutu dan

berkhasiat. Bahan yang digunakan berupa simplisia yang telah terbukti

khasiat dan keamanannya melalui uji praklinik.

Sejak tanggal 30 April 2012 klinik saintifaksi jamu “ Hortus

medicus” menempati gedung baru sebagai rintisan rumah riset jamu

sebagai tempat uji klinik dilengkapi dengan rawat inap. (Anonim, 2012)

2. Profil B2P2TOOT

B2P2TOOT merupakan pusat penelitian obat tradisional dibawah

naungan Badan Litbang Kementrian Kesehatan RI yang resmi menjadi

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depkes RI sejak tahun 1978 dengan tugas

pokok melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan

obat tradisional. B2P2TOOT bermula dari kebun koleksi Tanaman Obat

(TO), dirintis oleh Romo Santoso sejak awal tahun kemerdekaan,

Page 12: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

6

menggambarkan semangat dari seorang anak bangsa Nusantara yang

tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang. Beliau

mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948,

secara resmi Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di

bawah lembaga Eijkman dan diberi nama “Hortus Medicus

Tawangmangu”.B2P2TOOT berlokasi di Jl. Raya Lawu No. 11

Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. (Anonim, 2014).

3. Visi Dan Misi

Visi : “Masyarakatsehatdenganjamu yang aman dan berkhasiat”

Misi :

a. Meningkatkan mutu litbang tanaman obat dan obat tradisional

b. Mengembangkan hasil litbang tanaman obat dan obat tradisional

c. Meningkatkan pemanfaatan hasil litbang tanaman obat dan obat

tradisional.

Motto: Ramah, Informatif dan Terpercaya

B2P2TOOT mempunyai tugas untuk melaksanakan penelitian dan

pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. Untuk melaksanakan

tugas tersebut, Balai Besar penelitian dan pengembangan tanaman obat

dan obat tradisional menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi penelitian dan atau

pengembangan di bidang tanaman obat dan obat tradisional.

Page 13: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

7

b. Pelaksanaan eksplorasi, invertariasi dan identifikasi plasma nutfah

tanaman obat.

c. Pengembangan IPTEK standarisasi TO dan OT

d. Pengembangan jejaring kerjasama dan kemitraan di bidang TO dan

OT

e. Pelaksanaan pelatihan teknis dibidang pembibitan, budidaya, pasca

panen, analisis, koleksi specimen tanaman obat, serta uji keamanan

dan manfaat obat tradisional.

f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan usaha rumah tangga

4. Struktur Organisasi

SDM di B2P2TOOT Tawangmangu berjumlah 88 orang, meliputi

77 PNS dan 11 CPNS. Bidang ilmu antara lain biologi, agronomi,

agribisnis, teknologi pertanian, biokimia, farmakologi, kedokteran,

kefarmasian, analis kesehatan, kesehatan masyarakat dan komunikasi.

Sesuai dengan Panduan CPOTB yang dikeluarkan oleh BPOM personalia

hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan

kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam

jumlah yang cukup. (BPOM, 2012)

Page 14: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

8

Berikut adalah struktur organisasi B2P2TOOT.

Bagan 1. Struktur organisasi B2P2TOOT

Kepala

Indah Yuning Prapti, SKM, M.ScPH

Ka. Bagian Tata Usaha

Akhmad Saikhu, SKM, M.ScPH

Ka.Subag. Umum

Ka.Subag. Keuangan

Edwin F. Setyawan,SKM

Ka. Bidang Program, Kerjasama

dan Informasi

Nagiot C. Tambunan, ME

Ka. Sie Kerjasama dan

Informasi

Fanie I. Mustofa, S.Si

Ka. Sie Program dan

Evaluasi

Harto Widodo, M. biotech

Ka. Bidang Pelayanan Penelitian

Drs. Slamet Wahyono, Apt

Ka. Sie Sarana

Penelitian

Nita Supriyati,

M.Biotech,. Apt

Ka. Sie Pelayanan

Penelitian

Awal Prichatin

K.D. M.Si

Instalasi dan

Laboratorium Kelompok Jabatan

Fungsional

Page 15: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

9

Keterangan :

a. Bagian Tata Usaha.

Melaksanakan urusan bagian perlengkapan umum serta pengelolaan

keuangan.

b. Bidang Program Kerjasama dan Informasi

Melaksanakan penyusunan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan

evaluasi program dan anggaran, kerjasama dan kemitraan, penyediaan

dan desiminasi informasi serta evaluasi dan pelaporan

c. Bidang Pelayanan Penelitian

Melaksanakan koordinasi pelaksanaan dan evaluasi pelayanan penelitian

d. Instalasi

Merupaka fasilitas penunjang penyelenggaraan litbang dibidang TO dan

OT

e. Kelompok Fungsional Peneliti

Melakukan kegiatan sesuai jabatan fungsional peneliti berdasar peraturan

perundang undangan yang berlaku.

5. Fasilitas dan Sarana

a. Gedung laboratorium terpadu 3 lantai

b. Gedung kantor untuk manajemen litbang 3 lantai

c. Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus yang telah ditetapkan

sebagai Klinik Tipe A

d. Gedung pertemuan berdaya tampung 400 orang

Page 16: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

10

e. Perpustakaan dengan 1.238 koleksi pustaka berupa jurnal ilmiah,

majalah ilmiah dan buku – buku terbitan dalam dan luar negeri.

f. Laboratorium pasca panen.

g. Rumah kaca 2 unit untuk adaptasi dan pelestarian.

h. Kebun penelitian, Etalase Tanaman Obat dan Kebun Produksi:

1) Kebun Karangpandan seluas 1,8 Ha pada ketinggian 600m dpl

2) Kebun Kalisoro dengan luas sekitar 2 Ha pada ketinggian 1200 m

dpl

i. Sinema Fitomedika, untuk visualisasi penyebarluasan informasi

j. Museum Mini Obat Tradisional Herbarium kering dan basah

6. Produk B2P2TOOT

a. CPOB dan CPOTB

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk

menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB

mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.(BPOM,

2012)

SedangkanCara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik

(CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat

tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang

dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah

ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk

Page 17: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

11

tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu,

bangunan, peralatan dan personalia yang menangani.

Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar

untuk menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia

internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklahdibangun, dimantapkan

dan diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang

diinginkan dapat dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB

merupakan nilai tambah bagi produk obat tradisional Indonesia agar

dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik di pasar

dalam negeri maupun internasional.

Mengingat pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah

secara terus menerus memfasilitasi industri obat tradisional baik skala

besar maupun kecil untuk dapat menerapkan CPOTB melalui langkah-

langkah dan pentahapan yang terprogram. Dengan adanya

perkembangan jenis produk obat bahan alam tidak hanya dalam

bentuk obat tradisional (jamu), tetapi juga dalam bentuk Obat Herbal

Terstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula

diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar

dan Fitofarmaka.

b. Proses Produksi

Pembuatan produk di B2P2TOOT membutuhkan bahan baku

yang berupa simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang

dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum mengalami

Page 18: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

12

pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan

yang dikeringkan. ( BPOM, 2012 )

Bagan 2. Proses pembuatan simplisia.

Adapun tahap – tahap proses produksi simplisia :

1) Pengumpulan bahan baku

Pengadaan bahan baku diperoleh melalui proses penanaman

di B2P2TOOT dilakukan pada lahan seluas 19 hektar yang terdiri

dari 950 spesies tanaman obat. Berbagai jenis spesies tanaman obat

ini berasal dari Indonesia dan juga luar negeri. Lahan tersebut

tersebar di beberapa daerah tergantung dari kebutuhan tiap tanaman

akan suhu yang optimum dan kondisi tanah yang sesuai. Hal ini

mempengaruhi kandungan zat aktif yang terdapat di dalam tanaman

obat tersebut. Penanaman yang dilakukan oleh B2P2TOOT

bekerjasama dengan para petani binaan di daerah sekitar sehingga

dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk penduduk sekitar dan

meningkatkan taraf hidupnya. Penanaman yang dilakukan di

B2P2TOOT dilakukan pada dua area yaitu di rumah kaca dan juga

Pengumpulan bahan

baku Sortasi basah pencucian

perajangan pengeringan

Pengepakan dan

penyimpanan

Sortasi kering

Page 19: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

13

di lahan terbuka. Penanaman yang dilakukan di rumah kaca

berujuan untuk adaptasi dan pelestarian tanaman.

2) Sortasi basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran

atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya

pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-

bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar

yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Sortasi

basah dilakukan langsung setelah bahan baku datang dari petani

tanaman obat dilakukan dilaboratorium pasca panen.

3) Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan

pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian

dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur

atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang

mudah larut didalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan

dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Proses pencucian di B2P2TOOT dilakukan dengan sumber

air mengalir. Kemudian setelah dicuci simplisia ditiriskan lebih

dahulu sebelum dilakukan perajangan.

Page 20: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

14

4) Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses

perajangan.Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk

mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.

Di B2P2TOOTsendiri perajangan dilakukan dengan mesin perajang

khusus. Proses perajangan ini mempengaruhi proses pengeringan.

Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat

penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan

tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan

berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah

menguap.

5) Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang

tidak mudah rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang

lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan

reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan

simplisia. Di B2P2TOOT pengeringan dilakukan dengan matahari

tetapi tidak secara langsung yaitu dibagian atapnya ada lapisan

kaca bening, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya face

hardening yaitu simplisia hanya kering sebagian. Pengeringan

dilakukan di dalam oven dengan suhu 300

– 450 C.

Page 21: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

15

6) Sortasi kering.

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahapan

akhir dari pembutan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk

memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak

diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang yang masih ada

dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum

simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan.

7) Pengepakan dan penyimpanan.

Setelah dilakukan sortasi kering simplisia di bungkus dan

disimpan. Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang

sesuai memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena

dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan hewan

serangga atau insekta. Di B2P2TOOT sendiri simpisia disimpsn

dalam wadah plastik tertutup rapat dan diletakan di gudang

penyimpanan. Penyebab utama pada kerusakan simplisia yang

utama adalah air dan kelembaban. Kelemaban udara di ruang

penyimpanan simplisia kering, sebaiknya diusahakan serendah

mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air.

(Bambang, 1997)

Page 22: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

16

c. Hasil ProduksiB2T2OOT

Tanaman obat hasil panen yang telah diolah sesuai dengan cara

pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) akan menghasilkan

simplisia yang berkualitas dan terstandar. B2P2TOOT hanya

menerima tanaman obat sebagai bahan baku yang ditanam oleh para

petani binaan dengan lokasi penaman di sekitar wilayah B2P2TOOT.

Tanaman obat tersebut akan di olah segera setelah bahan baku ini

datang. Setelah bahan baku mengalami serangkaian proses produksi

akan menghasilkan simplisia yang sudah kering. Simplisia – simplisia

tersebut akan di simpan dan di distribusikan ke klinik Hortus Medicus.

Diklinik tersebut simplisia akan racik dan diserahkan pada pasien.

Beberapa contoh jamu diklinik hortus medicus antara lain :

a. Jamu Hipertensi

b. Jamu Hiperglikemi

c. Jamu Hiperkolesterolemi

d. Jamu Hiperurisemi

7. Lay Out Bangunan

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Tradisional (B2P2TO2T) tawangmangu terletak di wilayah Kalisoro,

kecamatan Tawangmangu,kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

B2P2TO2T terletak pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut

(dpl). Suhu pada pagi hari sekitar 17oC, siang hari 25

oC, dan pada malam

Page 23: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

17

hari ialah 22oC. Kelembaban udara sekitar 85 % dan intensitas

penyinaran 18 % serta curah hujan mencapai 3149,9 mm/tahun.

Jenis tanah di B2P2TO2T adalah andosol dengan pH tanah sekitar

5,7. Tanah jenis andosol ini berwarna coklat muda,berstruktur.

Kandungan bahan organik dalam tanah rendah sehingga perlu

penambahan pupuk kandang maupun hijau.

B. PT. JAVAPLANT

1. Sejarah PT. Javaplant.

Tahun 1996 Junius menyelesaikan studi di Universitas Oregon,

Amerika Serikat dan pulang ke Indonesia. Junius pada akhirnya

dipercaya oleh orangtuanya untuk memegang perusahaan teh berlabel

Teh Sepeda Balap pada 1997. Tahun 1998 terjadi krisis moneter yang

menyebabkan hampir semua perusahaan nasional mengalami kesulitan,

hal ini dimanfaatkan Mulyo Rahardjo (kakak Junius) untuk

mengembangkan PT.Deltomed Laboratories melalui hasil produksi

utama yaitu Antangin.

Pesatnya perkembangan PT.Deltomed Laboratories menjadi awal

lahirnya Javaplant.karena kapasitas PT.Deltomed tidak mencukupi

kebutuhan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang besar.

Javaplant didirikan pada tahun 2002 untuk menyuplai bahan herbal yang

dibutuhkan PT. Deltomed. Dan Junius memegang peran sebagai

marketing Java plant.

Page 24: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

18

Tahun 2006 Javaplant mulai berkembang pesat ketika konsumen

dari luar negeri tertarik dengan ekstrak Javaplant dan

menjadi supplier ekstrak herbal yang memasok ke berbagai industri

kimia besar di Indonesia dan luar negeri.(Anonim, 2012).

2. Profil PT. Javaplant.

Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari

tanaman asli indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan guna memenuhi

kebutuhan akan bahan utamadan tambahan bagi industri farmasi,

kesehatan dan kosmetik dan ekstrak botani lainnya untuk memenuhi

kebutuhan industri makanan dan minuman. Javaplant menyediakan

ekstak bahan aktif alam ddalam berbagai macam rupa diantaranya vacum

dried extracts, essensial oils oleoresin untuk berbagai aplikasi kedalam

produk jadi.Javaplant menggunakan berbagai spesfikasi, standar dan

metode sesuai keinginan para pelanggan.

Tahun 2000 javaplant menggunakan sistem evaporasi dan

pengeringan secara vakum kedalam proses ekstraksi bahan aktif alam.

Sistim vakum tersebut adalah salah satu yang pertama di perkenalkan

diindustri ekstrak bahan alam menjadi ekstrak konsentrat dan

mengeringkan esktrak konsentarat menjadi ekstrak bubuk kering dengan

temperatur yang relatif rendah sehingga kandungan aktif dalam ekstarak

bahan alam tidak rusak dan tetap terjaga mutunya. Sistem vakum

Page 25: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

19

menjadikan javaplant pelopor produsen ekstrak bahan aktif alam

berkhasiat asli indonesiasejak tahun 2000. (Anonim, 2012).

3. Visi dan Misi

Visi : “PT. Tri Rahardja menjadi produsen ekstrak terbaik dan

menguasai pasar dunia”.

Misi : Dengan optimasi management dan pemanfaatan sumber daya

perusahaan yang baik, kita hasilkan produk yang berkualitas

dan aman untuk mewujudkan kepuasan pelanggan, keuntungan

semua pihak dan kesejahteraan karyawan.

4. Struktur Organisasi

Berikut adalah struktur organisasi PT. Javaplant.

Bagan 3. Struktur organisasi Javaplant.

Director R&D Javaplant

Ir. Budi Santoso

Direktur Pengelola Deltomed Laboratories

Mulyo Rahardjo

Chief Operating Officer (CEO)

Junius Rahardjo

Page 26: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

20

Berikut adalah penjelasan tentang tugas dari direktur R&D,

direktur pengelola, dan COO Javaplant.Hal-hal yang harus dilakukan

oleh Direktur R&D, yaitu:

a) Mencari tahu berbagai informasi dan trend produk secara intensif

untuk memperkuat pengetahuan yang dapat menyokong

implementasi dari perkembangan proyek dan riset – riset dasar.

b) Mengkoordinir dan memonitor proses perkembangan produk, riset

dasar, dan riset konsumen yang dilakukan oleh unit-unit yang

bersangkutan.

c) Membantu para karyawan pabrik untuk mengatasi masalah yang

berkaitan dengan perumusan/ resep, bahan baku, proses secara

teknis, material pengemasan, dan proses sanitasi.

d) Mengecek dokumen dan mengawasi operasi yang berkaitan dengan

SOP, proses produksi, pemanduan analisis, dan kehalalan produk.

e) Memonitor seluruh pengeluaran dan mencocokkannya dengan

budget.

Tugas dan fungsi komisaris ekstrak center Javaplant, Mulyo

Rahardjo adalah mengkoordinir dan memonitor proses pembuatan

ekstrak yang selanjutnya ekstrak tersebut akan di suplai ke PT.

Deltomed.

Tugas dan Fungsi Chief Operating Officer (COO), Junius

Rahardjo Javaplant adalah memimpin Javaplant. Selain itu, mengamati,

mengikuti dan memilih bahan baku, serta memprosesnya menjadi

produk berkualitas, hingga memasarkannya

Page 27: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

21

5. Produk

a. CPOB dan CPOTB

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk

menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB

mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. (BPOM,

2012)

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi

seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang

bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa

memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan

tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal,

proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan

personalia yang menangani.(BPOM, 2012)

Berikut ini asperk – aspek CPOTB meliputi :

1) Personalia

Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman,

ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan

fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka

hendaklah dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang

dibebankan kepadanya.

Page 28: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

22

2) Bangunan

Bangunan industri obat tradisional hendaklahmenjamin

aktifitas industri dapat berlangsung dengan aman.Lokasi

yangterhindar dari pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan

serta bangunan industri obat tradisional memenuhi persyaratan

higiene dan sanitasi. (BPOM, 2012).

3) Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk

hendaklahmemiliki rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran

yang memadai serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang

dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam dari bets ke

bets, serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.

4) Pengawasan mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara

pembuatan obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan

tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan

adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai dari

bahan awal sampai pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut

bagian pengawasan mutu hendaklah merupakan bagian yang

tersendiri. ( BPOM, 2012 )

Page 29: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

23

b. Proses Produksi

Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat

dari tanaman. Proses utama dalam ekstraksi itu terdiri dari tiga fase

dan tahapan. Yaitu, fase ekstraksi, fase evaporasi, dan fase drying.

Dalam hal ini, Javaplant menambahkan proses purifikasi dalam

produksinya. Sebuah proses pemisahan kandungan-kandungan zat

aktif yang terdapat pada sebuah biofarmaka atau satu raw material

yang sedang diolah. Proses ini dilakukan sebelum masuk ke proses

evaporasi. Dengan catatan jika produk yang akan diproduksi hanyalah

salah satu zat aktif yang terkandung dalam sebuah biofarmaka atau

satu raw material yang sedang diolah. Berikut ini merupakan tahapan

dan fase-fase proses produksi ekstrak di Javaplant.

Bagan 4. Fase fase produksi ekstrak di Javaplant

Fase Uji Coba

Semua proses produksi di Javaplant diawali dari laboratorium.

Sebelum di bawa ruang produksi ekstrak. Di ruangan steril yang di isi

oleh 12 orang staff laboratorium, setiap produk akan mengalami

serangkaian uji coba di laboratorium terlebih dahulu, untuk diketahui

kandungan zat dan kadarnya. Tujuannya adalah untuk menghasilkan

ekstraksi berkualitas dan terstandar. Mengidentifikasi senyawa aktif

menggunakan beragam instrumen seperti spektrometer, high

Fase uji coba Fase produksi Fase purifikasi

Page 30: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

24

performance liquid chromatography (HPLC), dan ultraperformance

liquid chromatography (UPLC), dan insrtumen lainnya. Javaplant juga

menguji kandungan sisa pelarut, mikroba, dan logam berat pada ekstrak

karena menyangkut keamanan produk. Misalnya seperti Residu alkohol

yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi kehalalan produk, contoh lain

seperti pelarut heksan, timbel (Pb), raksa (Hg), dan arsenik (Ar), yang

membahayakan. Setelah menemukan prosedur ekstraksi yang optimal

dalam skala laboratorium dilakukan uji coba ekstraksi dalam skala lebih

besar yakni skala pilot. Dalam skala pilot metode ekstraksi adalah

perkolasi. Hasil ekstrak kemudian mengalir ke destilator dalam kondisi

vakum untuk menghilangkan pelarut. Selanjutnya yaitu melakukan uji

kandungan senyawa aktif dan bahan berbahaya. Jika hasil ektraksi skala

pilot sesuai, baru proses ekstraksi skala produksi dimulai.

Fase Produksi

Semua raw material dimasukkan dalam mesin ekstraktor dengan

kapasitas 8000 liter. Mesin ini memiliki 4 buah tabung besar dengan

kapasitas masing-masing 2000 liter, yang masing-masing terhubung

oleh pipa-pipa besar dengan posisi tabung menggantung. Hasil ekstrak

yang masih berupa crude extract tersebut dimasukkan dalam sebuah

tangki besar yang kemudian dari tangki tersebut crude extract diproses

lagi melalui pipa-pipa penghubung menuju mesin evaporator yang

memiliki kapasitas 1000 liter/jam. Semua bahan produksi, mulai dari

Page 31: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

25

berbentuk raw material yang dimasukkan ke dalam mesin ekstrak,

crude extract, resin, maupun liquid, semuanya terproses secara otomatis

dan mechanical, Sehingga raw material yang telah menjadi resin atau

konsentrat benar – benar higienis, sama sekali tidak tersentuh tangan

maupun terproses di udara terbuka. Terdapat 2 mesin evaporator yang

letaknya bersebelahan dengan mesin ekstrak di ruang produksi pabrik

Javaplant ini. sehingga untuk memproduksi crude extract yang

dialirkan melalui pipa – pipa dari mesin ekstrak yang berkapasitas 8000

liter, dibutuhkan waktu 4 jam. Di mesin evaporator inilah mulai

ditentukan, apakah produk tersebut akan dijadikan resin saja, menjadi

konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau akan dijadikan

produk powder.

Proses Purifikasi

Javaplant memiliki kapabilitas untuk melakukan proses purifikasi.

Mesin yang bernama liquid to liquid extraction ini memiliki sebuah

tabung kaca besar dan panjang dengan posisi horizontal yang berada di

atas rangkaian mesinnya. Pada proses ini javaplant di lebih menunjukan

proses ekstraksi temulawak yang akan diambil kandungan xanthorrizole

nya. Hasil ekstrak temulawak dilarutkan bersama solvent organic

dengan menggunakan proses pelarut separasi kemudian terjadi

pemisahan antara xanthorrizole dengan curcumin serta zat lain yang

terkandung dalam temulawak.

Page 32: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

26

Fase Sterilisasi

Dalam proses produksi terdapat proses tambahan sebelum

pengeringan hasil ekstrak, yakni proses sterilisasi. Pada proses itu hasil

ekstrak dialirkan melalui pipa bersuhu 130 derajat celsius selama 2

detik untuk mematikan mikroba, serta menetralisir kandungan –

kandungan berbahaya dari pelarut. Dalam proses produksi pengeringan

menggunakan mesin vacuum belt drying (VBD). Konsentrat yang pekat

dialirkan ke di sabuk berjalan vakum bertekanan udara 13 milibar. Pada

tekanan itu hasil mesin extractor dan mesin evaporator yg dimiliki

Javaplant ekstrak akan kering dalam suhu kurang dari 20 derajat

celcius. Dengan alat ini menjamin senyawa aktif tidak rusak. Dengan

berbagai teknologi yang dimiliki inilah Javaplant menghasilkan ekstrak

herbal terstandar internasional sesuai dengan standarisasi yang

ditetapkan oleh CPOTB BPOM Indonesia dan National Sanitary

Foundation USA, ISO, FDA (Food and Drugs Administration) di

Amerika, serta standart produk Halal dari MUI. Sehingga produk -

produk yang dihasilkan oleh Javaplant dipastikan memiliki kualitas

yang tinggi.

c. Hasil Produksi Javaplat.

Javaplant hanya fokus memproduksi ekstrak bahan alam

berkhasiat asli Indonesia. Diantara begitu banyak bahan alam

berkhasiat asli Indonesia, Javaplant menarget spesialisasi,

Page 33: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

27

mengekstrak dan mempromosikan 6 bahan yaitu jahe, temulawak,

kunyit, habbatussauda, purwoceng dan tongkat ali. Produk – produk

hasil ekstraksi Javaplant banyak digunakan sebagai bahan baku dalam

industri kosmetik, suplemen kesehatan, obat tradisional, dan farmasi.

Untuk hasil ekstraksi javaplant berinvestasi dengan fasilitas

dan teknologi untuk menghasilkan produk yang berkualitas.

Khususnya untuk produksi xanthorrhizol, yang dihasilkan dari proses

ekstraksi temulawak (Curcuma xanthorrhiza).Ekstrak xanthorrhizol

yang dibutuhkan biasanya memiliki tingkat kemurnian tinggi. Dengan

peralatan dan metode ekstraksi yang dimiliki, Javaplant mampu

mengekstraksi xanthorrhizol dengan tingkat kemurnian 96%. Selain

temulawak, Javaplant juga dikenal mampu mengekstraksi bahan –

bahan lain seperti kayu manis, buah kopi, dan tongkat ali. Produk –

produk yang dipasarkan tidak selalu dalam bentuk murni, tetapi bisa

juga berbentuk serbuk ekstrak (powder).

Produk terbaru dari Javaplant adalah zirzak 26000 yang

mengandung anti oksidan tinggi dan dapat diaplikasikan dalam produk

farmasi, kosmetik, makanan dan minuman dalam bentuk tablet, kaplet,

kapsul dan cair.

6. Lay Out Bangunan

Bangunan industri obat tradisional hendaklahmenjamin aktifitas

industri dapat berlangsung dengan aman.Lokasi yangterhindar dari

Page 34: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

28

pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan serta bangunan industri

obat tradisional memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi. (BPOM,

2012).

Pemilihan lokasi pabrik, diupayakan harus bebas dari polusi, bebas

banjir, penyerapan air tanah baik, jauh dari tempat pembuangan akhir,

jauh dari permukaan penduduk yang kumuh, system pembuangan air

baik, tidak memberi peluang hidup binatang (serangga, hama, mikroba),

jauh dari lingkungan yang kotor.

Lingkungan dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara

sampah buangan pabrik dikumpulkan sementara atau tempat khusus dan

segera dibuang atau didaur ulang sehingga tidak menumpuk atau

meninbulkan hama, tempat pembuangan sampah harus tutup supaya tidak

bau dan tidak menimbulkan pencemaran.

Bangunan danfasilitas pabrik terbuat dari bahan yang mudah

disanitasi, lantai ruangan harus rapat, kedap air, permukaan rata, tidak

berpori dan halus. Lantai ruangan cuci dan pembilasan mempunyai

kemiringan yang cukup kearah pembuangan air dan mempunyai lubang

pembuangan yang dilengkapi dengan penahan bau. Permukaan dinding

disebelah dalam harus rata, halus, tahan lama, tidak mengelupas, tidak

beracun mudah dibersihkan sudut mati tetapi membentuk sudut

lengkung, langit-langit tahan lama, tahan air, tidak mudah bocor dan

mengelupas.

Page 35: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

29

Ruang produksi javaplant dibuat L-line. Memiliki 2 pintu yaitu

pintu utama dan pintu kedua yang terhubung dengan ruang purufikasi.

Bahan baku yang sudah diproses menuju ruang purifikasi melalui pintu

kedua, hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi silang. Desain

pintu dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah terjadinya

kecelakaan (misalnya: kebakaran).

Ruang produksi Javaplant memiliki permukaan dinding yang tidak

bersiku. Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang

lain didesain dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan

pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan.

Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak menempel pada

dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak

cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh.

Page 36: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

30

BAB III

PEMBAHASAN

Praktik Kerja Lapangan (PKL) kali ini dilakukan di Balai Penelitian Dan

Pengawasan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) dan PT Javaplant

pada tanggal 28 Juli 2015. Kunjungan Pertama yaitu diB2P2TOOT yang

merupakan pusat penelitian obat tradisional dibawah naungan Badan Litbang

Kementrian Kesehatan RI, dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan

pengembangantanaman obat dan obat tradisional.

Kunjungan diawali dengan mahasiswa memasuki ruang “sinema

fitomedika” dimana kami memperoleh perkenalan dan penjelasan mengenai

B2P2TOOT dan perkembangannya, termasuk beragam spesies tanaman obat yang

dikembangkan. Kemudian mahasiswa dibagi dalam 3 kelompok yang masing –

masing kelompok secara bergantian dipandu untuk berkeliling mengunjungi

tempat – tempat di B2P2TOOT. Beberapa tempat yang dikunjungi antaralain

greenhouse, kebun produksi,museum jamu, etalase tanaman obat dan

laboratorium pascapanen.

Greenhouse atau rumah kaca merupakan tempat tumbuh tanaman obat

dengan kategori khusus.B2P2TOOT memiliki 2 unit rumah kaca yaitu untuk

adaptasi dan pelestarian. Rumah kaca adaptasi di gunakan untuk jenis tanaman

seperti hasil eksplorasi, tanaman koleksi baru, tanaman yang belum teridentifikasi,

tanaman yang belum beradaptasi dengan lingkungan tawangmangu. Sedangkan

rumah kaca pelestarian digunakan untuk tanaman obat langka, tanaman obat

Page 37: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

31

koleksi yang populasinya sangat sedikit dan tanaman obat yang tidak tahan

dengan perubahan iklim.

Kebun produksi merupakan tempat produksi tanaman obat dalam jumlah

banyak. B2P2TOOT memiliki 2 kebun produksi yaitu karangpandan yang

memiliki luas 1,8 Ha dengan ketinggian 600m dpl dan kalisoro memiliki luas 2

Ha dengan ketinggian 1200m dpl. Kebun tersebut merupakan tempat

dilakukannya pembibitan dan budidaya tanaman obat secara optimal terutama

untuk tanaman yang tumbuh didataran menengah sampai dataran tinggi. Beberapa

contoh tanaman dikebun ini antaralain tempuyung, binahong korea, sambang

colok, purwaceng cemara kipas dll. Dikebun ini juga terdapatarea narkotika

dengan lahan yang sempit yang dikelilingi pagar besi dan dililitkan kawat tajam.

Museum jamu merupakan rintisan istana jamu sebagai sarana

pembelajaran nonformal yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

untuk melestarikan jamu bagi generasi penerus. Didalam museum jamu kita

menemukan banyak menemukan herbarium basah dan kering. Dimuseum ini

terdapat Rumah Riset Jamu (RRJ) dimana terdapat koleksi jamu kuno, koleksi

naskah kuno dan menyimpan ramuan jamu kekayaan leluhur.

Etalase tanaman obat merupakan wahana pembelajaran dan peningkatan

pengetahuan wisata alamiah berupa tanaman obat. Pemandangan dari ratusan

koleksi tanaman obat yang di pamerkan dengan tatanan yang menarik terdiri dari

aromatic garden dan sub tropic garden. Setiap tanaman diberi nama daerah, nama

ilmiah dan khasiatnya. Koleksi tanaman obat disini mayoritas merupakan tanaman

asli indonesia.

Page 38: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

32

Laboratorium pasca panen. Gedung ini memiliki 4 lantai. Lantai

1merupakan tempat dilakukannya penimbangan, sortasi basah, pencucian,

penirisan dan pengubahan bentuk. Lantai 2 merupakan ruang formulasi dan ruang

transit simplisia. Lantai 3 merupakan ruang oven, ruang sortasi kering,

penimbangan dan pengemasan serta terdapat gudang induk. Lantai 4 merupakan

area pengeringan dengan sinar matahari, dengan naungan dan bed dryer.

Kunjungan dilanjutkan ke PT. Javapalnt yag berlokasi tidak jauh dari

B2P2TOOT yaitu karanganyar tawangmangu. Javaplant adalah produsen ekstrak

bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman asli indonesia. ekstrak yang di produksi

memiliki 2 tipe yaitu ekstrak kering dan cair. Mahasiswa mengunjugi 3 tempat di

Javaplant antara lain plant 1, plant 2, dan laboratorium Javaplant.

Plant 1 merupakan ruang produksi ekstrak cair. Tanaman yang di buat

ekstrak cair khusus tanaman obat herbal contohnya temulawak, jahe dan kunyit.

Terdapat mesin ekstraktor dengan kapasitas 8000 liter yang memiliki 4 tabung

perkolator yang masing masing berkapasitas 2000 liter. Diruang produksi ini

terdapat 2 mesin evaporator yang letaknya bersebelahan dengan mesin ekstrak.

Mesin evaporator digunakan untuk menentukan apakah produk akan di jadikan

resin, konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau dijadikan produk powder.

Plant 2 merupakan ruang produksi ekstrak kering. Contoh bahan baku

pembuatan ekstrak kering antara lain kopi, teh dan kayu manis. Mesin diruang

produksi ekstrak kering sama dengan mesin diruang produksi ekstrak cair, hanya

saja hasil evaporasi yang dihasilkan berupa ekstrak kering.

Page 39: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

33

Tempat terakhir yang dikunjungi yaitu laboratorium. Javaplant

mengoperasikan laboratorium yang menggunakan instrumen serta teknologi yang

canggih untuk menciptakan produk – produk yang berkualitas tertinggi dan

berkhasiat seperti laboratorium fitokimia, mikrobiologi, dan laboratorium

instrumen. Laboratorium fitokimia merupakan tempat dilakukannya uji kadar air,

uji kadar aqua, uji kelarutan dalam alkohol, uji kelarutan dalam air. Sedangkan

laboratorium mikrobiologi merupakan tempat dilakukannya uji untuk mengetahui

berapa banyak bakteri menggunakan ALT dan berapa banyak jamur dan kapang

dalam suatu produk menggunakan alat AKK. Javaplant memiliki laboratorium

instrumen yang didalam nya terdapat beberapa instrumen canggih. Beberapa

contohnya antara lain :

Spektro UV / Vis = untuk menganalisa zat aktif pergolongan

TLC = untuk uji kuantitatif

AAS = untuk analisa logam berat

KCKT = untuk menganalisa kandungan zat aktif.

Page 40: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

34

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktik Kunjungan Lapangandi

B2P2TOOT dan PT. Javaplant diantaranya yaitu :

1. B2P2TOOTadalahpusatpenelitianobattradisionaldibawahnaunganBalitban

gkementrianKesehatan RI, dengan tugas pokok melaksanakan penelitian

dan pengembangantanaman obat dan obat tradisional.

2. B2P2TOOT mempunyai tugas untuk melaksanakan penelitian dan

pengembangan tanaman obat dan obat tradisional.

3. Proses prosuksi simplisia meliputi pengumpulan bahan baku, sortasi

basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan

penyimpanan.

4. Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari

tanaman asli indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan guna memenuhi

kebutuhan akan bahan utamadan tambahan bagi industri farmasi,

kesehatan dan kosmetik dan ekstrak botani lainnya untuk memenuhi

kebutuhan industri makanan dan minuman.

5. Proses utama dalam ekstraksi itu terdiri dari tiga fase dan tahapan. Yaitu,

fase ekstraksi, fase evaporasi, dan fase drying.

Page 41: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

35

B. SARAN

Saran dari Praktik Kunjungan Lapangan yang dapat saya paparkan

diantaranya adalah :

1. Lebih meningkatan pelayanan dan kinerja.

2. Meningkatkan pemanfaatan lahan yang tersisa.

3. Melestarikan tanaman herbal yang sudah langka.

4. Melestarikan tanaman herbal sehingga ababila ingin dijadikan sebagai

sampel pembuatan simplisia, maka tanaman tersebut tidak akan punah.

Page 42: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

36

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Fitofarmaka. http://wikipedia.html/fitofarmaka-obat-herbal.

Diakses pada tanggal 8 agustus 2015

Anonim. 2011. Javaplant carrying indonesia originbotanicals. http://indonesia-

pharmacomunity.com. Diakses pada tanggal 8 agustus 2015.

Anonim. 2012. B2P2TOOT. http://www.b2p2toot.litbang.depkes.go.id/. Diakses

pada tanggal 8 agustus 2015

Anonim. 2014. Javapalant gebrakan diindustri ekstrak herbal.

http://www.javaplant.co.id/. Diakses pada tanggal 8 agustus 2015.

Anonim. 2014. Javaplant raja ekstrak herbal. http://www.javaplant.co.id/. Diakses

pada tanggal 8 agustus 2015.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM]. 2012. Cara pembuatan obat yang

baik.Indonesia. BPPOM RI.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM]. 2012. Cara pembuatan obat

tradisional yang baik. Indonesia, BPPOM RI.

Departemen kesehatan Republik Indonesia,1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.

Jakarta.

Nurul, Indah. 2014. Profil B2P2TOOT. http://www.scribd.com/doc. Diakses pada

tanggal 8 agustus 2015.

Sutrisno, Bambang. 1997. Ikhtisar Farmakognosi Edisi IV. Jakarta.

Pharmascience pasific.

Page 43: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

37

LAMPIRAN

Page 44: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

38

Lampiran 1. Etalase tanaman obat B2P2TOOT

Page 45: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

39

Lampiran 2. Museum jamu

Ruang herbarium basah dan kering

Ruang budaya

Page 46: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

40

Lampiran 3. Contoh tanaman dirumah kaca

Contoh tanaman diruang adaptasi

Contoh tanaman diruang pelestarian

Page 47: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

41

Lampiran 4. Laboratorium pasca panen.

Page 48: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

42

Lampiran 5. Kebun produksi

Page 49: LAPORAN PRAKTIK KEGIATAN LAPANGAN DI · PDF fileTerstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

43

Lampiran 6. Javaplant