Fisiologi THT

download Fisiologi THT

of 6

Transcript of Fisiologi THT

Fisiologi THT

Fisiologi pendengaranProses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Gambar : Fisiologi Pendengaran 1

FISIOLOGI PENGHIDU Tidak seperti fotoreseptor mata dan mekanoreseptor telinga, reseptor untuk pengecapan dan penghidu (penciuman) adalah kemoreseptor yang menghasilkan sinyal saraf apabila berikatan dengan zat kimiawi tertentu dari lingkungan. Pada manusia, indera penghidu kurang peka dan sangat kurang berperan dalam mempengaruhi perilaku kita. Penghidu adalah indera khusus yang paling kurang dipahami. Jaras olfaktorius terdiri epithelium olfaktorius, bulbus olfaktorius, dan traktus olfaktorius. A. Epithelium olfaktorius Epithelium olfaktorius (penghidu/penciuman) terletak di langit-langit rongga hidung dengan luas sekitar 5 cm2 dan menutupi bagian superior concha nasalis dan septum nasale. Epithelium olfaktorius mengandung tiga jenis sel, yaitu: 1. Reseptor olfactorius Dengan jumlah 10-20 juta sel dan berfungsi sebagai neuron ordo pertama dalam jaras olfaktorius. 2. Sel penunjang Sel-sel penunjang bersama dengan kelenjar Bowmann menghasilkan mukus yang melapisi saluran hidung. 3. Sel basal Sel basal adalah pekursor untuk sel-sel reseptor olfaktorius yang baru, yang diganti sekitar dua bulan. Hal ini sungguh luar biasa, karena tidak seperti reseptor indera lainnya, reseptor olfaktorius merupakan ujung-ujung aferen khusus, bukan sel-sel tersendiri. Neuron keseluruhan, termasuk akson aferen yang menuju ke otak, diganti. Sel ini adalah satu-satunya neuron yang mengalami pembelahan sel. B. Bulbus olfaktorius Axon dari sel olfaktorius akan melewati lempeng kribiformis dari tulang ethmoid dan memasuki bulbus olfaktorius dalam bentuk fila olfaktorius. Dalam bulbus olfaktorius, axon sel olfaktorius akan berkontak dengan dendrite dari sel kitral dan sel berumbai membentuk unit sinaps yang disebut dengan glomeruli olfaktori. Masing-masing glomeruli olfaktori hanya menerima sinyal dari reseptor yang mendeteksi bau, maka glomerulus berperan sebagai arsip bau. Karena itu, glomerulus berperan sebagai stasiun pemancar utama untuk pemrosesan informasi bau, berperan kunci dalam pengorganisasian ersepsi bau. Sel mitral dan sel berumbai kemudian akan mengirimkan sinyalnya menuju cortex olfaktorius. Pada bulbus olfaktorius juga terdapat sel periglomerular yang merupakan neuron inhibitorik yang menghubungkan glomerulus dengan glomerulus lain, dan juga sel granular yang tidak memiliki axon dan membentuk sinaps dengan dendrite lateral dari sel mitral dan sel berumbai.

Pada sinaps tersebut, sel mitral dan sel berumbai mengeksitasi sel granular melalui pelepasan glutamate dan sel granular akan menginhibisi sel mitral dan sel berumbai melalui pelepasan GABA. C. Traktus olfaktorius Axon dari sel mitral dan sel berumbai akan keluar dari bulbus olfaktorius dan melanjutkan diri menuju cortex olfaktorius sebagai traktus olaktorius. Traktus olfaktorius memasuki otak pada sambungan anterior antara mesencephalon dan cerebrum, disini traktus akan terbagi menjadi dua jaras tua dan satu jaras baru, yaitu: 1) Jaras olfaktorius paling tua yang diwakili oleh stria olfaktori medial. Stria olfaktori medial mencapai nucleus olfaktori anterior, lalu menyilang di komisura anterior dan bersinaps dengan sel mitral kontralateral kemudian berproyeksi pada hemisfer kontralateral. 2) Jaras olfaktorius tua yang diwakili oleh stria olfaktori lateral. Stria olfaktori lateral akan memproyeksikan diri ke korteks olfaktorius primer yang terdiri dari korteks prepiriformis, korteks piriformis, tuberculum olfaktorium, dan bagian kortikal nuclei amigdaloid. Dari daerah tersebut sinyal juga disebarkan ke system limbic, e.g. hipokampus yang berperan penting dalam pembelajaran untuk menyukai/tidak menyukai suatu bau. System ini juga berhubungan dengan system perilaku limbic yang menyebabkan seseorang mengembangkan sikap antipatinya terhadap bau yang menyebabkan mual dan muntah. 3) Jaras yang lebih baru, ditemukan bahwa sinyal olfaktorius berjalan melalui thalamus, melewati dorsomedial nucleus thalamik kemudian ke kuadran laterosuperoir korteks orbitofrontalis, korteks ini berperan dalam diskriminasi bau secara sadar.

Syarat suatu bahan dapat dibaui, yaitu ; 1. Cukup mudah menjadi gas (mudah menguap), sehingga sebagian molekulnya dapat masuk ke hidung dalam udara yang dihirup 2. Cukup mudah larut-air, sehingga dapat larut ke dalam lapisan mukus yang melapisi mukosa olfaktorius Molekul-molekul harus dilarutkan agar dapat dideteksi oleh reseptor penghidu Pengikatan molekul odoriferosa ke tempat khusus di silia Pembukaan saluran Na+ dan K+ Perpindahan ion-ion yang menimbulkan depolarisasi potensial reseptor Potensial aksi di serat aferen

Terdapat enzim-enzim pemakan-bau di mukosa penghidu yang mungkin berfungsi sebagai pembersih molekuler, yang membersihkan molekul-molekul odoriferosa Enzim ini memilili fungsi ganda : 1. Membersihkan mukosa olfaktorius dari odoran-odoran lama 2. Mengubah zat-zat kimia yang mungkin berbahaya menjadi molekul yang tidak membahayakan (mirip enzim detoksifikasi yang ada di hati)

Fisiologi MenelanSaat bolus mencapai faring, akan mengaktifkan reseptor tekanan, menimbulkan impuls aferen ke pusat menelan di medulla yang akan mengaktifkan otot-otot menelan. Saat menelan, ada dua fase, yaitu fase orofaring, dan fase esophageal. Pada fase orofaring, lidah akan menekan bolus ke palatum durum, uvula akan terangkat sehingga menutupi saluran hidung di faring dan makanan tidak masuk hidung. Elevasi laring, penutupan erat pita suara melintasi glottis, akan menutup glottis, dibantu dengan peutupan epiglottis. Inhibisi pernapasan, menyebabkan apnea sementara saat bolus masuk esophagus (Sherwood, 2001).

Sumber : Soepardi & Iskandar (1990), Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. edisi 5. Balai penerbit FKUI. Jakarta