Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

44
Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara I. Mekanisme Mastikasi Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit, mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas yang terintegrasi dari otot rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan laring. Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang bukan secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama penguyahan yang secara relatif merupakan pergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme pergerakan menggerinda simple yang mana merupakan pengurangan ukuran makanan. Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya dan dicampur dengan saliva sebagai tahap awal dari proses digesti. I.1 Pergerakan Pengunyahan 1

description

makalah tutorial FKG Unpad 2007 untuk blok DSP-3

Transcript of Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Page 1: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara

I. Mekanisme Mastikasi

Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam

mengigit, mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalam

berbicara. Aktivitas yang terintegrasi dari otot rahang dalam merespon

aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di pergerakan mandibular

yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan bawah.

Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah

dan otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan laring.

Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot

rahang bukan secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir

secara bilateral. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembukaan dan

penutupan rahang selama penguyahan yang secara relatif merupakan

pergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb sebagai penggerak.

Bagaimanapun, pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang kompleks

dan tidak hanya berupa mekanisme pergerakan menggerinda simple yang

mana merupakan pengurangan ukuran makanan. Selama mastikasi,

makanan dikurangi ukurannya dan dicampur dengan saliva sebagai tahap

awal dari proses digesti.

I.1 Pergerakan Pengunyahan

Pemahaman mengenai pola pergerakan rahang telah menjadi topic

yang menarik dalam hal klinis di kedokteran gigi, terutama dalam bidang

orthodonti dan prostodonti. Salah satu tujuan memugar bentuk oklusal

adalah untuk memastikan kontak gigi terintegrasi dengan pola pergerakan

rahang. Oleh karena itu, beberapa penelitian dimaksudkan untuk

menjelaskan bagian mandibula selama pengunyahan dan untuk

mengidentifikasikan posisi mandibula setelahnya. Dokter gigi mencari

posisi stabil mandibula untuk menfasilitasi penelitian tentang rahang pada

alat yang bernama simulator atau artikulator.

1

Page 2: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan

kekuatan di gigi incidor sebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200

pounds. Gigi dirancang untuk mengunyah, gigi anterior (incisors) berperan

untuk memotong dan gigi posterior ( molar) berperan untuk menggiling

makanan.

Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial

ke lima dan proses pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi

dari area spesifik retikular di batang otak pusat rasa akan menyebabkan

pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi area di

hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral dekat dengan area dengan

area sensori untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan

pengunyahan.

Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah,

yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi

refleks penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahang

bawah turun.

2. penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks

melonggarkan otot rahang memimpin untuk mengembalikan

kontraksi.

3. secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi

juga menekan bolus lagi, melawan lining mulut, yang menghambat

otot rahang sekali lagi, membuat rahang turun dan mengganjal

(rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.

4. pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua

makanan, khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran

berserat karena mereka memiliki membrane selulosa yang tidak

tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan

sebelum makanan dapat dicerna.

2

Page 3: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan

alasan sebagai berikut:

- enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan,

sehingga tingkat pencernaan bergantung pada area permukaan

keseluruhan yang dibongkar oleh sekresi pencernaan.

- Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah

penolakan dari gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan

untuk mengosongkan makanan dari lambung ke usus kecil,

kemudian berturut-turut ke dalam semua segmen usus.

I.1.1 Pergerakan

Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka

dan menutup. Tingkat dan pola pergerakan rahang dan aktivitas otot

rahang telah diteliti pada hewan dan juga manusia. Pola pergerakan

rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya. Pengulangan

pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan penelanan.

Selama mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang sangat

bergantung pada tingkatan penghancuran makanan. Urutan kunyah dapat

dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan ditransportasikan

ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam

periode reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode

yaitu sebelum penelanan. Pergerakan rahang pada ketiga periode ini

dapat berbeda tergantung pada bentuk makanan dan spesiesnya. Selama

periode reduksi terdapat fase opening, fast-opening dan slow-opening.

Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase selama rahang

membuka dan dua fase selama rahang menutup.

Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam

mengontrol pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk

makanan yang dihancurkan, diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan

otot buccinators pada pipi diantara oklusal permukaan gigi. Makanan yang

padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh lidah. Selama

3

Page 4: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan

memperluas permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali

tertarik selama fase fast-opening dan fase-closing, membuat gelombang

yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada rongga

mulut. Ketika makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut,

akan berpindah ke belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari

lidah. Lidah amat penting dalam pengumpulan dan penyortiran makanan

yang bias ditelan, sementara mengembalikan lagi makanan yang masih

dalam potongan besar ke bagian oklusal untuk pereduksian lebih lanjut.

Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar mengenai

pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas ini.

I.1.2 Aktivitas Otot

Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi

terdiri dari aktivitas pola asynchronous dengan variabilitas yang luas pada

waktu permulaan, waktu puncak, tingkat dimana mencapai puncak, dan

tingkat penurunan aktivitas. Pola aktivitas ditentukan oleh factor-faktor

seperti spesies, tipe makanan, tingkat penghancuran makanan, dan faktor

individu. Otot penutupan biasanya tidak aktif selama rahang terbuka,

ketika otot pembuka rahang sangat aktif. Aktivitas pada penutupan rahang

dimulai pada awal rahang menutup. Aktivitas dari otot penutup rahang

meningkat secara lambat seiring dengan bertemunya makanan di antara

gigi. Otot penutupan pada sebelah sisi dimana makanan akan

dihancurkan, lebih aktif daripada otot penutupan rahang kontralateral.

I.2 Struktur batang otak dalam control mastikasi

Pergerakan-pergerakan yang terlibat dalam mastikasi

membutuhkan gabungan aktivitas beberapa otot, yaitu trigeminal,

hypoglossal, fasial, dan nuclei motorik lain yang memungkinkan dari

batang otak. Struktur batang otak lain seperti formasi reticular juga terlibat.

4

Page 5: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

I.2.1 Nukleus Trigeminal Sensorik

Nukleus trigeminal sensorik merupakan kolom neuron yang berada

di sepanjang batas lateral batang otak, dari pons sampai spinal cord. Porsi

rostral paling banyak dari nucleus ini disebut nucleus sensorik principal

(kadang lebih sering sering disebut nucleus sensorik utama) dan sisanya

adalah nucleus spinal trigeminal. Nukleus spinal dibagi lagi dari rostral ke

kaudal menjadi subnukleus oralis, interpolaris, dan kaudalis.

Inervasi perifer dari kolom sel ini muncul dari nervus trigeminus.

Cabang utama akan bercabang menjadi limb ascending dan descending,

atau secara sederhana turun memasuki batang otak untuk membentuk

traktus trigeminal menutupi sekeliling aspek lateral dari nucleus sensori

utama, sementara secara kaudal limb descending membentuk traktus

spinal trigeminal di sepanjang aspek lateral nucleus spinal. Cabang akson

kolateral meninggalkan traktus trigeminal dan memasuki nucleus sensori

untuk membentuk sumbu terminal pada beberapa nucleus dengan tingkat

yang berbeda. Akson yang menginervasi rostral mulut dan wajah berakhir

di medial dan akson yang menyuplai wajah kaudal berakhir lebih lateral.

Nukleus terdiri dari kelas-kelas neuron yang berbeda. Sirkuit

neuron local mempunyai akson yang dibatasi area batang otak; proyeksi

neuron akan mengirimkan akson ke rostral nuclei batang otak yang lain;

dan interneuron termasuk ke interkoneksi dalam nucleus sensorik.

Berdasarkan pada perbedaan morfologi neuron dan pola proyeksi,

subnukleus oralis terdiri dari 3 subdivisi utama: ventrolateral, dorsomedial,

dan garis batas. Divisi ventrolateral terdiri dari interneuron dan 2 populasi

neuron proyeksi (satu yang memproyeksi spinal cord, dan satu lagi yang

mengirimkan akson ke tanduk dorsal medular). Di dalam subdivisi

dorsomedial, terdapat seri neuron proyeksi korteks cerebral. Sedangkan

grup neuron pada garis batas memproyeksi cerebellum dan tanduk dorsal

medullar.

Nukleus sensori utama berada pada tingkat nucleus trigeminal

motorik, dan dikelilingi oleh akar trigeminal motorik di medial, serta oleh

5

Page 6: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

akar trigeminal sensorik di lateral. Nukleus sensori utama dapat dibedakan

dengan nukleus spinal dari kepadatan neuronnya yang lebih rendah, dan

rendahnya populasi neuron besar dengan dendrit primer yang tebal,

panjang, dan lurus. Perbedaan lain antara nucleus spinal dan nucleus

utama adalah adanya sejumlah gelondong akson bermyelin pada nucleus

spinal. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya dan electron menunjukkan

adanya neuron berbentuk fusiform, triangular, dan multipolar pada nucleus

sensori utama. Pada cabang dendritnya pun relative sederhana. Dendrit

primer berasal dari sedikit perpanjangan badan sel atau secara langsung

dari badan sel. Dendrit sekunder lebih panjang, tapi terlihat tidak melebihi

batas nucleus.

I.2.2 Nukleus Trigeminal Mesencefalic

Badan sel dari serabut aferen yang menginervasi gelondong otot penutup

rahang dan badan sel dari ligament periodontal, gingival, dan

mekanoreseptor palatal berlokasi di dalam nucleus mesencefalic.

Penyusunannya unik di dalam sistem saraf pusat. Nukleus neuron

mesencefalic berupa unipolar; akson tunggal yang bercabang 2 menjadi

cabang perifer dan sentral. Cabang sentral mengeluarkan sejumlah

cabang kolateral yang berakhir di nucleus motorik, spinal cord, dan area

lain dari batang otak. Badan sel neuron yang menginervasi gelondong

otot, ditemukan di sepanjang nucleus, dan badan sel yang berasal dari

reseptor ligament periodontal dibatasi setengah kaudalnya.

I.2.3 Nukleus Tigeminal Motorik

Motoneuron yang mengatur otot-otot mastikasi terdapat pada

nucleus trigeminal motorik. Analisis distribusi ukuran soma motoneuron

menandakan bahwa nucleus trigeminal motorik terdiri dari motoneuron

gamma dan alfa. Sejumlah studi pembuktian neural mendemostrasikan

bahwa motoneuron gamma yang menginervasi otot-otot mastikasi

dipisahkan secara anatomi di dalam nucleus; Motoneuron penutup rahang

6

Page 7: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

berlokasi di dorsolateral, sedangkan motoneuron pembuka rahang

berlokasi di divisi ventromedial nucleus. Pengamatan intraselular dan

ekstraselular terhadap motoneuron mastikasi menunjukkan bahwa input

sinaps untuk motoneuron pembuka dan penutup rahang berbeda.

Contohnya adalah aktivitas yang memulai gelondong otot untuk menutup

rahang tidak mempengaruhi motoneuron pembuka rahang, tapi aktivitas

neural yang memulai mekanoreseptor pada regio oral dan fasial akan

menghambat otot penutup rahang dan meningkatkan aktivitas otot

pembuka rahang.

Dendrit dari motoneuron trigeminal ekstensif dan kompleks. Dendrit

dari semua grup motoneuron yang berbeda, memperpanjang di luar batas

nucleus motorik, tapi di sini terdapat sedikit tumpang tindih antara dendrite

motoneuron di region dorsolateral dan ventromedial nucleus motorik.

Teknik ini menghasilkan gambaran yang lebih rinci dari struktur mikro

nucleus trigeminal motorik, dan penting untuk memahami mekanisme

reflek mastikasi.

I.2.4 Nukleus Hipoglosal Motorik

Nukleus hipoglosal motorik yang mengatur otot lidah lebih

homogen daripada nucleus trigeminal motorik. Ia terbentuk dari

motoneuron yang besar dan multipolar dan sebuah populasi dari

interneuron-interneuron kecil. Dendrit-dendrit motoneuron besar melintasi

garis tengah ke nucleus hipoglosal kontralateral atau berseberangan

dalam formasi reticular. Interneuron-interneuron kecil memiliki hanya satu

atau dua dendrite yang terdiri oleh nucleus secara total.

I.2.5 Nukleus Fasial Motorik

Nukleus fasial motorik terdiri atas tiga kolom longitudinal

motoneuron. Kolom-kolom medial dan lateral yang lebih besar terpisah

oleh kolom intermediet yang lebih kecil. Studi pembuktan neural

menunjukkan bahwa otot fasial direpresentasikan secara topografi di

7

Page 8: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

dalam nucleus. Otot yang mengontrol bibir atas dan nares mempunyai

motoneuron sendiri pada bagian ventral dan dorsal kolom sel lateral. Otot

bibir bawah disuplai oleh motoneuron pada kolom sel intermediet. Otot-

otot yang berhubungan dengan telinga dikontrol oleh motoneuron pada

kolom sel medial. Terdapat perbedaan utama pada pola dendrit antara

motoneuron di 3 kolom sel. Dendrit pada motoneuron fasial secara luas

berada di subdivisi yang sama yang mengandung soma, tapi terkadang

meluas di luar batas nucleus fasial motorik.

I.2.6 Kontrol Mastikasi

Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki

peranan yang yang sangat penting dalam proses pengontrolan mastikasi.

Pola dasar oscillatory pergerakan mastikasi berawal dari generator neural

yang terdapat di brain stem. Input sensori afferent yang terjadi pada nuclei

ini juga merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalam pembentukan

proses mastikasi. Dan faktor yang berpengaruh besar lagi adalah pusat

otak akan mempengaruhi system koordinasi brain stem mastikatori.

Setelah sekian banyak penelitian dilakukan, tiga hal inilah yang

merupakan faktor utama yang berpengaruh besar terhadap pengontrolan

proses mastikasi.

I.3 Aktivitas brain stem selama mastikasi

Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori

dalam kavitas oral, fakta menunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas

dan bawah berasal dari dalam brain stem. Hasil percobaan juga

membuktikan bahwa faktor-faktor pemicu gerakan mastikasi adalah

adanya hubungan dari sirkuit neural yang membentuk jaringan neural

oscillatory yang mampu merangsang terjadinya pola gerakan mastikasi.

Neural oscillator ini disebut sebagai generator pola mastikasi atau pusat

mastikasi. Selain mastikasi, brain stem juga bertanggung jawab dalam

proses respiratori dan proses penelanan. Selain adanya neural generator,

8

Page 9: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

mastikasi juga terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi oleh

stimulasi dari strukur orofacial.

Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam,

termasuk juga gerak lidah, facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam

gerak refleks orofacial ini terdapat sekurang-kurangnya satu motor

nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana bila

dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang lebih kompleks (sebagai

contohnya proses penelanan).

Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak

refleks pada jaw-closing dan refleks jaw-jerk, yang dapat terjadi dengan

mengetuk ujung dagu. Saat mengetuk ujung dagu ini, muscle spindle

pada otot-otot jaw-closing tertarik dan menhasilkan input sensori yang

akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang singkat (sekitar 6

detik) electromyography (EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi

pada otot masseter dan temporalis. EMG juga menunjukkan output

berupa gerak motorik pada otot yang akan menutup rahang. Karena waktu

terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan gerak knee-

jerk refleks dimana hanya satu sinaps yang bekerja (refleks

monosynaptic). Input refleks jaw-closing selain muscle spindle adalah

stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll dapat menimbulkan refleks jaw-

closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan percobaan

anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan

input tapi tidak menghentikan refleks.

Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament

periodontal dan mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan

eksitasi otot jaw-opening dan inhibisi pada otot jaw-closing. Proses ini

tidak termasuk refleks monosynaptic dan sekurang-kurangnya satu

interneuron bekerja.

Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang

menyokong otot jaw-closing dan jaw-opening. Begitu kompleks proses

terjadinya gerak mastikasi, pada intinya ritme mastikasi dihasilkan dari

9

Page 10: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

generator pada brain stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu dengan

input peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan

frekuensi yang sesuai dengan input yang terjadi.

Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti

menggunakan aktivitas itrasel dari motoneuron α yang mengontrol otot

masseter (jaw-closing) dan digastrics (jaw-opening). Motoneuron

masseter depolarisasi saat fase closing dan hiperpolarisasi (inhibisi) saat

fase opening. Motoneuron digastrics depolarisasi saat opening, akan

tetapi tidak hiperpolarisasi saat closing.

II Penelanan

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai

proses memasukkan makanan kedalam tubuh melalui mulut “the process

of taking food into the body through the mouth”.

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang

memerlukan setiap organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi

dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama

yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang

otot menelan.

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari

rongga mulut ke dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada

deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus

makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.

 

 II.1 Neurofisiologi menelan

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal

dan fase esophageal.

 

II.1.1 Fase oral

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang

dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva

10

Page 11: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran

yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara disadari. Proses ini

bertahan kira-kira 0.5 detik

 

Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Mandibula

 

 

Bibir

 

 

 

 

 

Mulut & pipi

 

 

Lidah

n. V.2 (maksilaris)

 

 

n. V.2 (maksilaris)

 

 

 

 

 

n.V.2 (maksilaris)

 

 

n.V.3 (lingualis)

N.V : m. Temporalis, m.

maseter, m. pterigoid

 

n. VII : m.orbikularis oris, m.

zigomatikum, m.levator labius

oris, m.depresor labius oris, m.

levator anguli oris, m.

depressor anguli oris

 

n.VII: m. mentalis, m. risorius,

m.businator

 

n.XII : m. hioglosus, m.

mioglosus

 

 

 

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring

segera terjadi, setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan

bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah

terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian anterior lidah

menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding

posterior faring sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring

terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

11

Page 12: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

 

Peranan saraf kranial fase oral

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Bibir

 

 

 

Mulut & pipi

 

 

 

Lidah

 

Uvula

n. V.2 (mandibularis), n.V.3

(lingualis)

 

 

n. V.2 (mandibularis)

 

 

 

n.V.3 (lingualis)

 

n.V.2 (mandibularis)

n. VII : m.orbikularis oris, m.levator

labius oris, m. depressor labius,

m.mentalis

 

n.VII: m.zigomatikus,levator anguli

oris, m.depressor anguli oris,

m.risorius. m.businator

 

n.IX,X,XI : m.palatoglosus

 

n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring

 

 

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan

nV.3 sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII

sebagai serabut efferen (motorik).

 

 

II.1.2 Fase Faringeal

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring

anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada

fase faringeal ini terjadi :

1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X

dan n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat,

kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup

daerah nasofaring.

12

Page 13: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX)

m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan

aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena

kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan

n.servikal I).

4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m.

Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor

faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah

yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus

esofagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan

bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal

esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk

menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

 

Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Organ Afferen Efferen

Lidah

 

 

 

 

Palatum

 

 

 

Hyoid

 

 

n.V.3

 

 

 

 

n.V.2, n.V.3

 

 

n.Laringeus

superior cab

internus (n.X)

 

n.V :m.milohyoid, m.digastrikus

n.VII : m.stilohyoid

n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

n.XII :m.stiloglosus

 

n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

n.V :m.tensor veli palatini

 

n.V  : m.milohyoid, m. Digastrikus

n.VII : m. Stilohioid

n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

 

13

Page 14: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Nasofaring

 

Faring

 

 

 

 

Laring

 

Esofagus

 

n.X

 

n.X

 

 

 

 

n.rekuren (n.X)

 

n.X

n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

 

n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring,

m.konstriktor faring sup, m.konstriktor

ffaring med.

n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

 

n.IX :m.stilofaring

 

n.X  : m.krikofaring

 

 

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan

n.X sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII

sebagai serabut efferen.

 

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase

faringeal, meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang

waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume

bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,

pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter

esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai

dengan umur.

 

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel

dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang

ditimbulkan tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke

orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m.konstriktor faring. 

2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan

negatif akibat terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding

14

Page 15: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

posterior faring, sehingga bolus terisap ke arah sfingter esofagus

bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh

m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot

longitudinal esofagus bagian superior.

 

 

II.1.3 Fase Esofageal

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari.

Bolus makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

 

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1.       Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang

peristaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot

sirkuler dinding esofagus bagian proksimal. Gelombang peristaltik

pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang

merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

2.       Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf

pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot

sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya

secara teratur menuju ke distal esofagus.

 

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun

karena gerak peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal

transit time bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-

otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

 

 

II.1.4 Peranan sistem saraf dalam proses menelan

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

15

Page 16: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke

dalam orofaring langsung akan berespons dan menyampaikan

perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang

otak (kedua sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi

utuk mengatur fungsi motorik proses menelan) dan nukleus

ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke motor

neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.

3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

  

II.2 Gangguan deglutasi/ menelan

          Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia

atau sulit menelan, yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik

oleh pasien dewasa, lansia ataupun anak-anak.

          Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak

kurang lebih 2000 kali, sehingga masalah disfagia merupakan masalah

yang sangat menggangu kualitas hidup seseorang.

          Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus

makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.

Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik

sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta

gangguan emosi. Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut

odinofagia.

Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan

Boeis) disfagia dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga

mulut, orofaring, esofagus atau berdasarkan mekanismenya yaitu dapat

menelan tetapi enggan, memang dapat menelan atau tidak dapat menelan

sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau

kelainannya hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.

 

16

Page 17: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

III Berbicara

Percakapan digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk

menyempurnakan proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian

penting dalam percakapan dan bahasa adalah cerebral cortex yang

berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan pada orang

dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic

bukan hal yang perlu untuk perkembangan area pusat saraf dalam sistem

percakapan.

Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di

otak, dengan produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral

otak.

Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara.

Pada bicara yang normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi

menyediakan aliran berkesinambungan dari udara dengan volume yang

17

Page 18: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat) untuk phonasi.

Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial

dan struktur oral dan memberikan peningkatan terhadap simbol suara

yang dikenal sebagai bicara

III.1 Struktur fungsional organ pengucapan

III.1.1 Laring

Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didisain untuk

memproduksi suara (fonasi). Laring ini terdiri dari 9 kartilago, 3 kartilago

yang berpasangan dan 3 yang tidak berpasangan. Organ ini terletak pada

midline didepan cervikal vertebra ke 3 sampai c 6.

Organ ini dibagi ke dalam 3 regio:

* Vestibule

* Ventricle

* Infraglotitic

Vocal fold (true cord) dan vestibular fold (false cord) terletak pada regio

ventricle.

Didalam faring ini terdapat pita suara yang dapat menghasilkan

gelombang suara yang nantinya akan di modifikasi oleh resonator dan

articulator yang kemudian dihasilkan suara yang seperti kita ucapkan

sehari-hari. Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi dan tension)

dipengaruhi oleh otot-otot yang terdapat disekitar laring, dimana fungsi

otot-otot tersebut adalah:

M. Cricothyroideu menegangkan pita suara

M. Tyroarytenoideus (vocalis) relaksasi pita suara

M. Cricoarytenoideus lateralis adduksi pita suara

M. Cricoarytenoideus posterior abduksi pita suara

M. Arytenoideus transversus menutup bagian posterior

rima glotidis

III.1.2 Vocal Tract

18

Page 19: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Vocal tract pada manusia merupakan acoustic tube dari cross section

dengan panjang sekitar 17 cm dari vocal fold hingga bibir. Area cross

section ini bervariasi dari 0-20 cm2 dengan penempatan bibir, rahang,

lidah, dan velum(soft palate). Perangkap (trap-door action) yang dibuat

sepasang velum pada vocal tract membuat secondary cavity yang

berpartisipasi dalam speech production- nasal tract. Nasal cavity memiliki

panjang sekitar 12 cm dan luas 60 cm3.

Untuk bunyi suara, sumber rangsang adalah velocity volume dari udara

yang melewati vocal cords. Vocal tract bertindak pada sumber ini sebagai

filter dengan frekuensi yang diinginkan, berkorespondensi dengan

resonansi akustik dari vocal tract

III.1.3 Voiced Sounds (Suara)

Suara, contohnya huruf vokal (a,i,u,e,o), diproduksi dengan meningkatkan

tekanan udara di paru-paru dan menekan udara untuk bergerak ke glottis

(lubang antara vocal cords), sehingga vocal cords bergetar.

Getaran tersebut mengganggu aliran udara dan menyebabkan getaran

broad spectrum quasi-periodic yang berada di vocal tract. Ligament yang

bergetar dari vocal cords memiliki panjang 18 mm dan glottal yang secara

khusus bervariasi dalam area dari 0-20 mm2. Otot laryngeal yang

mengatur vocal folds dibagi menjadi tensors, abductors, dan adductors.

Naik dan turunnya pitch dari suara dikontrol oleh aksi dari tensor – crico-

thyroid dan otot vocalis. Variasi dalam tekanan subglottal juga penting

untuk mengatur derajat getaran laryngeal.

III.1.4 Artikulasi dan Resonansi

Ketika suara dasar dihasilkan oleh vocal tract, suara tersebut

dimodifikasi untuk menghasilkan suara yang jelas dengan proses

resonansi dan artikulasi

19

Page 20: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Dengan kegunaan sifat-sifat resonant dari vocal tract, bunyi suara

dasar disaring. Kualitas akhir dari suara tergantung dari ukuran dan

bentuk berbagai cavitas yang berhubungan dengan mulut dan hidung.

Bentuk dari beberapa cavitas ini bisa diubah oleh berbagai macam

aktivitas bagian yang dapat bergerak dari pharynx dan cavitas oral.

Cavitas yang berhubungan dengan dengan hidung adalah cavitas nasal,

sinus, dan nasopharynx. Nasopharynx dengan cepat berubah-ubah dan

variasi ini dihasilkan oleh kontraksi otot-otot pharyngeal dan gerakan dari

palatum lunak.

Cavitas yang berhubungan dengan mulut adalah cavitas oral dan

oropharynx. Kedua cavitas ini bisa diubah-ubah oleh kontraksi dari otot-

otot. Semua cavitas ini mengambil dan memperkuat suara fundamental

yang dihasilkan oleh getaran dari vocal cords. Fungsi ini dikenal dengan

sebutan resonansi. Pergerakan dari palatum lunak, laring, dan pharynx

membuat manusia dapat mencapai keseimbangan yang baik antara

resonansi oral dan nasal yang akhirnya menjadi karakteristik dari suara

tiap-tiap individu.

Artikulasi adalah proses penghasilan suara dalam berbicara oleh

pergerakan bibir, mandibula, lidah, dan mekanisme palatopharyngeal

dalam kordinasi dengan respirasi dan phonasi

Fungsi dari mekanisme pengucapan adalah untuk mengubah

bentuk dari tonsil laryngeal dan untuk membuat suara dalam rongga

mulut. Suara yang penting terbentuk adalah pengucapan konsonan, yang

ditekankan sebagai iringan suara oleh gesekan bunyi. Konsonan dibentuk

dari gelombang udara yang berkontak dari arah yang berlawanan.

Misalnya pada kontak antara dua bibir saat pengucapan huruf “p” dan “b”.

Contoh lainnya juga pada lidah yang menyentuh gigi dan palatum saat

pengucapan huruf “t” dan “d”.

Tanpa kemampuan (kapasitas) pengucapan, suara yang dihasilkan

hanya berupa faktor kekuatan, volume, dan kekuatan, seperti suara yang

hanya dihasilkan oleh huruf vocal. Hal ini terbukti secara klinis ketika

20

Page 21: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

kemampuan berbicara seseorang hilang pada penderita paralytic stroke.

Kemampuan berbicaranya hanya seperti pengucapan huruf vocal saja

dengan sedikit konsonan.

Disamping menyuarakan suara-suara, sistem vokal dapat

menghasilkan dua macam suara-suara yang tak terdengar: fricative

sounds dan plosive sounds.

Fricative sounds dicontohkan oleh konsonan s,sh, f, dan th, yang

dihasilkan ketika traktus vokal setengah tertutup pada beberapa titik dan

udara tertekan melewati konstriksi pada kecepatan yang cukup tinggi

untuk menghasilkan turbulensi. Konsonan fricative membutuhkan

sangat sedikit penyesuaian pada artikulator, dan sering terdengar tidak

sempurna pada kasus maloklusi atau penggunaan denture.

Plosive sounds, konsonan p, t, dan k, diproduksi ketika traktus

vokal tertutup seluruhnya ( biasanya dengan bibir atau lidah), membiarkan

tekanan udara meningkat saat menutup, dan kemudian membuka dengan

tiba-tiba. Untuk beberapa suara, seperti fricative consonant v dan z yang

terdengar, adanya kombinasi dari dua sumber suara.

Pembentukan pada pergerakan untuk kemampuan bicara berkaitan

dengan fungsi kontinyu dari sensorik informasi dari reseptor otot dan

mechanoreceptor cutaneous yang didistribusikan sepanjang respiratosy,

laringeal, dan sistem orofacial.

III.2 Vokalisasi

21

Page 22: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang

bergetar adalah pita suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring

ke arah tengah dari glotis. pita suara ini diregangkan dan diatur posisinya

oleh beberapa otot spesifik pada laring itu sendiri.

Gambar 37-10B menggambarkan pita suara. Selama pernapasan

normal, pita akan terbuka lebar agar aliran udara mudah lewat. Selama

fonasi, pita menutup bersama-sama sehingga aliran udara diantara

mereka akan menghasilkan getaran (vibrasi). Kuatnya getaran terutama

ditentukan oleh derajat peregangan pita, juga oleh bagaimana kerapatan

pita satu sama lain dan oleh massa pada tepinya.

Gambar 37-10A memperlihatkan irisan pita suara setelah

mengangkat tepi mukosanya. Tepat di sebelah dalam setiap pita terdapat

ligamen elastik yang kuat dan disebut ligamen vokalis. Ligamen ini

melekat pada anterior dari kartilago tiroid yang besar, yaitu kartilago yang

menonjol dari permukaan anterior leher dan (Adam’s Apple”). Di posterior,

ligamen vokalis terlekat pada prosessus vokalis dari kedua kartilago

aritenoid. Kartilago tiroid dan kartilago aritenoid ini kemudian berartikulasi

pada bagian bawah dengan kartilago lain, yaitu kartilago krikoid.

Pita suara dapat diregangkan oleh rotasi kartilago tiroid ke depan

atau oleh rotasi posterior dari kartilago aritenoid, yang diaktivasi oleh otot-

22

Page 23: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

otot dari kartilago tiroid dan kartilago aritenoid menuju kartilago krikoid.

Otot-otot yang terletak di dalam pita suara di sebelah lateral ligamen

vokalis, yaitu otot tiroaritenoid, dapat mendorong kartilago aritenoid ke

arah kartilago tiroid dan, oleh karena itu, melonggarkan pita suara.

Pemisahan otot-otot ini juga dapat mengubah bentuk dan massa pada tepi

pita suara, menajamkannya untuk menghasilkan bunyi dengan nada tinggi

dan menumpulkannya untuk suara yang lebih rendah (bass).

Akhirnya, masih terdapat beberapa rangkaian lain dari otot laringeal

kecil yang terletak di antara kartilago aritenoid dan kartilago krikoid, yang

dapat merotasikan kartilago ini ke arah dalam atau ke arah luar atau

mendorong dasarnya bersama-sama atau memisahkannya, untuk

menghasilkan berbagai konfigurasi pita suara.

IV Basis neural bahasa

Salah satu perbedaan terpenting antara manusia dan binatang rendah

adalah adanya fasilitas pada manusia untuk berkomunikasi dengan

sesamanya. Selanjutnya, karena tes neurologic dapat dengan mudah

menaksir seberapa besar kemampuan seseorang untuk berkomunikasi

satu sama lain, maka kita dapat mengetahui lebih banyak tentang sistem

sensorik dan motorik yang berkaitan dengan proses komunikasi daripada

mengenai fungsi segmen kortikal lainnya.

Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, yaitu: aspek

sensorik (input bahasa), melibatkan telinga dan mata, dan kedua, aspek

motorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.\

IV.1 Aspek Sensorik pada Komunikasi

Pada korteks bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi

visual, bila mengalami kerusakan, maka dapat menimbulkan

ketidakmampuan untuk mengerti kata-kata yang diucapkan dan kata-kata

yang tertulis. Efek ini secara berturut-turut disebut sebagai afasia reseptif

auditorik dan afasia reseptif visual atau lebih umum, tuli kata-kata dan

23

Page 24: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

buta kata-kata (disleksia). Studi dari afasia ini mempunyai peran penting

pada pemahaman neural basis dari bahasa. Penyebab paling sering ialah

trauma kepala (head trauma). Penyebab selanjutnya ialah stroke: 40%

major vascular events pada hemisfer cerebral yang mengakibatkan

language disorders.

Afasia anomik (Anomic aphasia)

Pada afasia ini, satu-satunya gangguan ialah pada

kemampuan untuk menemukan kata-kata yang benar. Ini

merupakan bentuk afasia yang tidak biasa. Akan tetapi, biasanya

merupakan lesi pada aspek posterior dari lobus temporal inferior

kiri, dekat dengan garis temporal-occipital.

Afasia Wernicke dan Afasia Global

Beberapa orang mampu mengerti kata-kata yang diucapkan

ataupun kata-kata yang dituliskan namun tak mampu

menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan walaupun saat

mendengar music atau suara nonverbal akan normal. Biasanya

pasien berbicara sangat cepat baik ritme, grammar, dan artikulasi.

Apabila tidak benar-benar didengarkan, akan terdengar hampir

normal. Keadaan ini sering terjadi bila area Wernicke yang

terdapat di bagian posterior hemisfer dominan girus temporalis

superior mengalami kerusakan. Oleh karena itu, tipe afasia ini

disebut afasia Wernicke.

Bila lesi pada are Wernicke ini meluas dan menyebar (1) ke

belakang ke region girus angular, (2) ke inferior ke area bawah

lobus temporalis, (3) ke superior ke tepi superior fisura sylvian dari

hemisfer kiri, maka penderita tampak seperti benar-benar

terbelakang secara total (totally demented) untuk mengerti bahasa

atau berkomunikasi, dan karena itu dikatakan menderita afasia

global.

Transcortical sensory aphasia

24

Page 25: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Merupakan pemutusan area Wernicke dari posterior parietal

temporal association area. Hal ini menyebabkan fluent aphasia

dengan kurangnya pemahaman dan juga kecacatan saat berpikir

ataupun mengingat arti dari suatu tanda atau kata-kata. Pasien

tidak dapat membaca, menulis dan juga ditandai dengan

kesusahannya mendapat kata-kata, tetapi dapat mengulang apa

yang telah dibicarakan dengan mudah dan fasih.

IV.2 Aspek Motorik Komunikasi

Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental:

1. Membentuk buah pikiran untuk diekspresikan dan memilih

kata-kata yang akan digunakan, kemudian

2. mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari

vokalisasi itu sendiri.

Pembentukan buah pikiran dan bahkan pemilihan kata-kata

merupakan fungsi area asosiasi sensorik otak. Sekali lagi, area Wernicke

pada bagian posterior girus temporalis superior merupakan hal yang

penting untuk kemampuan ini. Oleh karena itu, penderita yang mengalami

afasia Wernicke atau afasia global tak mampu memformulasikan

pikirannya untuk dikomunikasikan. Atau bila lesinya tak begitu parah,

maka penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun tak

mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-

sama untuk mengekspresikan pikirannya. Seringkali, penderita fasih

berkata-kata namun kata-kata yang dikeluarkannya tidak berurutan.

Afasia Motorik akibat Hilangnya Area Broca.

Kadang-kadang, penderita mampu menentukan apa yang

ingin dikatakannya, dan mampu bervokalisasi, namun tak dapat

mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain

suara ribut. Efek ini, disebut afasia motorik, disebabkan oleh

kerusakan pada area bicara Broca, terletak di regio prefrontal dan

25

Page 26: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

fasial premotorik korteks (kira-kira 95% kelainannya di hemisfer

kiri). Oleh karena itu, pola keterampilan motorik yang dipakai untuk

mengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan otot-otot lainnya

yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah ini.

Artikulasi

Berarti gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita suara, dan

sebagainya, yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu, dan

perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Regio fasial dan

laryngeal korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini, dan serebelum,

ganglia basalis, dan korteks sensorik semuanya membantu

mengatur urutan dan intensitas kontraksi otot, dengan mekanisme

umpan balik serebelar dan fungsi ganglia basalis. Kerusakan setiap

regio ini dapat menyebabkan ketidakmampuan parsial atatu total

untuk berbicara dengan jelas.

Lesi yang tidak mempengaruhi cerebral cortex, khususnya lesi

vascular pada basal ganglia dan thalamus, dapat juga menyebabkan

afasia yang disebut afasia subcortical.

Lesi kecil pada otak dapat merusak kemampuan untuk membaca

dan/atau menulis, tanpa menganggu bicara ataupun fungsi kognitif

lainnya. Alexia (ketidakmampuan untuk membaca) dengan agraphia

(ketidakmampuan menulis) berhubungan dengan lesi kortex pada lobus

parietal kiri, dibelakang cortex area auditorik. Alexia tanpa agraphia

berhubungan dengan lobus occipital kiri.

IV.3 Lokalisasi pusat kontrol bahasa

Vokalisasi mamalia membutuhkan koordinasi pergerakan

pernapasan, laryngeal artikulatori (supralaryngeal). Moto neuron

bertanggung jawab untuk pergerakan respiratori yang berada dalam corda

spinalis lumbar atas, toraxic dan servikal. Kontrol – kontrol ditemukan

26

Page 27: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

dalam nucleus ambiguus. Neuron yang bertanggung jawab untuk kontrol

pergerakan artikulator terlokalisasi dalam nukleus motorik trigeminal,

nukleus facial, rostal nucleus ambiguus, nucleus hipoglosal, dan corda

spinalis servical atas. Demikian, bahkan pada tingkat kontrol efferen

kontrksi otot (jalur final) yang umum, vokalisasi melibatkan suatu satuan

ekstensive pada motoneuron yang bersambung dari pons ke corda

spinalis.

Transeksi pusat otak diatas nucleus motorik trigeminal pada hewan

mengakibatkan hewan” ini bisu. Karena itu, pertukaran informasi sraf

antara nuclei motor cranial, motoneuron respiratorius spinalis, dan

informasi somato sensorik yang memasuki batang otak bawah dan corda

spinalis tidak cukup u8ntuk menginisiai vokalisasi. Input koordinasi dari

pusat cerebral yang lebih tinggi diperlukan. Dengan beberapa penelitian

behavioral yang hati” pada produksi bahasa, para neurologis telah

mendeskripsikan beberapa aphasia yang biasanya terlibat dalam area

berbeda di hemisver otak. Salah satu aphasia yang paling awal,

wernicke’s aphasia, yang mana pasien dapat berbicara sangat cepat,

tanpa peduli irama, pola kalimat, dan artikulasi. Kata”, jika tidak

didengarkan secara baik”, dapat terdenga hampir normal. Pasien gagal

menggunakan kata” yang benar dan justur menggunakan frase

circumlacutory. Karakteristik lain parafrasia, yang mana satu kata atau

frase disubsitusi untuk yang lain, terkadang pada makasud yang terkait,

ataupun tidak terkait. Pasien ini dapat memiliki kehilangan percakapan

yang parah walaupun pendengaran suara non verbal dan musik bisa jadi

sepenuhnya normal. Lesi saraf ini berhubungan dengan gangguan

linguistik asosiasi seperti ketidak mampuan membaca (aleksia) dan

ketidak mampuan menulis (agrafia).

Pada Broca’s apasia , kata-kata terjadi secara perlahan, artikulasi

tidak rapi, dan kata” gramatikal kecil dan akhiran huruf mati dan kata kerja

bersambung jadi kata-kata diucapkan memiliki gaya telegrafik. Lesi ini

terlokalisasi dalam zona bahasa anterior, dan bukan lesi kombinasi.

27

Page 28: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Conduction aphasia, menyerupai Wernicke’s aphasia pada

keberadaan kata” yang kebanyakan normal dan lancar tapi repetisi yang

buruk, juga kompensasi auditori yang baik. Lesi ini mengkompromisasi

struktur yang cecara normal mentransfer informasi auditori ke sistem

motor, langkah fisiologis diperlukan untuk tindakan mengulangi kalimat.

Pasien dengan global aphasia tidak dapat berbicara atau

memahami bahasa. Mereka tidak dapat membaca, menulis, mengulangi,

atau menyebutkan nama barang-barang. Lesi ini ektensive dan yang

secara esensial di suplai oleh cabang cortical pada arteri tengah otak

mengarahnkan semua perisylvian territory pada hemisver kiri.

Pada anomic aphasia, satu-satunya gangguan adalah dalam

menemukan kata” yang tepat. Ini adalah bentuk aphasia yang tidak biasa

yang secara khas mengikuti lesi di aspek posterior lobus temporalis

inferior kiri, dekat border temporal-occipital.

Transcortical motor aphasia dihasilkan dari lesi yang memutuskan

hubungan area broca’s dari cortex motori suplementer. Pasien akan

melakukan percakapan tapi hanya dapat mengucapkan sedikit syllables.

Transcortical sensory mengikuti diskoneksi dari Wernicke’s area

pada area asosiasi temporal parietal posterior. Ini menyebabkan aphasia

lancar dengan pemahaman yang defektif, dan defek dalam berfikir atau

mengingat maksud sinyal dan tanda-tanda.

Pasien tidak bisa membaca dan menulis dan juga memiliki

kesulitan dalam menemukan kata-kata tapi dapat mengulangi kata-kata

verbal secara mudah dan lancar.

Lesi yang tidak mempengaruhi cortex cerebral, biasanya lesi

vaskuler dalam ganglia basalis dan talamus, dapat juga dihasilkan dalam

aphasia yang biasanya disebut subcortical aphasia.

IV.4 Dominasi Cerebral

28

Page 29: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

Kerusakan di area korespondensi di sisi lain otak meninggalkan

kemampuan berbahasa yang utuh. Hanya sedikit keruskan di hemisfer

kanan otak menyebabkan kerusakan bahasa. 97% dari mereka memiliki

kerusakan di hemisver kiri otaknya. Kontrol unilateral pada fungsi tertentu

disebut dominasi cerebral.

Tanda bahasa juga menyediakan pengertian untuk produksi

bahasa. Tidak seperti kata-kata, penandaan terdiri atas serangkaian

bahasa tubuh yang di interpretasikan oleh sistem visual daripada sistem

auditorial. Pengertian tanda juga dilokalisasi dihemisver kiri. Lesi pada

otak kiri menyebabkan individu tuli menjadi aphasic pada bahasa tanda.

IV.5 Teori pemrosesan bahasa

Berdasarkan pembelajaran ekstensive pada kelainan berbahasa

dan lesi anatomis terasosiasi, dibuatlah model aktivitas otak selama

produksi bahasa. Teori para connectionist menjelaskan bahwa ketika

sebuah kata terdengar, output dari area auditorial primer pada cortex

diterima oleh Wernicke’s area. Jika kata-kata tersebut adalah untuk

diucapkan, polanya ditranmisikan dari Wernicke’s area ke Broca’s area

dimana bentuk artikulatori dibangun dan dikirim ke area motorik yang

mengontrol pergerakan otot-otot berbicara. Jika kata-kata yang digunakan

dieja, pola auditorial dikirim ke cortex agranular, dimana ia mendapatkan

pola visualnya. Saat sebuah kata dieja, output dari area visual primer

melewati gyrus anguler, yang pada gilirannya membangkitkan bentuk

auditori korespondensi pada kata dalam Wernick’s area.

Bahasa mengandung banyak tipe informasi linguistik termasuk

informasi yang mengenali struktur suara dari ungkapan (fonologi),

informasi tentang bentuk tata kalimat (sintaksis), dan informasi yang

mengenali maksud ungkapan (semantik). Bukti-bukti tekah menujukkan

bahwa area cortical yang terlibat dengan bahasa tidaklah bekerja sendiri,

tapi kemungkinan dibagi-bagi menjadi area terpisah untuk menangani

bahasa yang berbeda, karena ada lesi-lesi pada orang-orang multilingual

29

Page 30: Fisiologi Pengunyahan, Penelanan dan BIcara

yang meninggalkan hanya satu keutuhan. Area-area terpisah ini juga

dijelaskan sebagai yang memegang taspek-aspek tata bahasa berbeda.

Berdasarkan penelitian ini yang lainnya, teori para connectionist telah

digantikan oleh teori moduler dimana bahasa diproses secara paralel

dengan banyak area berbeda yang bertanggung jawab untuk tugas-tugas

kognitif yang berbeda.

30