Finishing Politur

27
MAKALAH FINISHING POLITUR Dosen Pembimbing: Ir. H. M. Amarullah Disusun oleh: Muhamad Fajar Abrori (21401051013) FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

description

tugas pak amar

Transcript of Finishing Politur

Page 1: Finishing Politur

MAKALAH

FINISHING POLITUR

Dosen Pembimbing:Ir. H. M. Amarullah

Disusun oleh:Muhamad Fajar Abrori (21401051013)

FAKULTAS TEKNIKJURUSAN SIPIL

UNIVERSITAS ISLAM MALANG2014

Page 2: Finishing Politur

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai

pengetahuan dan kemampuan yang kami peroleh dari sumber referensi. Kami juga berterima

kasih kepada Ir. H. M. Amarullah atas bimbingan dan pengarahan selaku dosen Mata Kuliah

Teknologi Bahan Konstruksi.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kami. Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat

kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan di masa depan.

Malang, 15 Desemberber 2014

Penyusun

Page 3: Finishing Politur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangunan Rumah pada umumnya tidak terlepas dari bahan kayu sebagai pelengkap

bangunan rumah seperti misalnya Pintu, Kusen, Jendela, Jalusi, Roster dan lain sebagainya.

Kayu untuk bahan kusen atau pintu biasanya kayu yang kualitasnya bagus seperti bahan kayu

Jati misalnya. Kayu ini mempunyai serat kayu yang unik dan indah sehingga sangat

disayangkan apabila serat kayunya ditutupi dengan cat yang pastinya serat kayunya akan

ketutup. Untuk itu pemakaian politur kayu adalah solusinya agar serat kayu tetap terlihat

sehingga keindahan serta kealamiannya tetap terjaga.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa itu politur?

b. Bagaimana cara pembuatan politur?

c. Bagaimana cara pengerjaan politur?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui apa itu politur.

2. Mengetahui bagaimana cara pembuatan politur, baik dari bahan baku, pembuatan

adonan, dll.

3. Mampu mengetahui bagaimana cara pengerjaan politur.

Page 4: Finishing Politur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Politur

Shellac (politur) merupakan bahan finishing yang sangat popular dan banyak dipakai

pada abad 19 sampai pada awal abad 20 ketika mulai digantikan oleh nitrocellulose dan

bahan-bahan finishing yang lain. Shellac dibuat dari bahan resin alam yang dihasilkan dari

suatu jenis serangga yang hidup dari tumbuhan yang ada di India. Shellac bisa menghasilkan

lapisan film yang bisa berfungsi untuk melindungi permukaan kayu dibawahnya.

Di Indonesia politur ini merupakan bahan yang sangat popular sebelum pada akhirnya

mulai digantikan dengan bahan finishing modern berupa pintura (coating). Pada jaman dulu

shellac ini merupakan satu-satunya bahan finishing yang bisa digunakan untuk proses

finishing pada kayu yang bisa menghasilkan finishing dengan warna transparan yang bisa

menampilkan keindahan warna dan serat kayu. Bahkan sekarang finishing dengan warna

transparan masih disebut sebagai warna politur.

Shellac banyak tersedia dalam bentuk keping-kepingan yang tipis. Untuk dapat

diaplikasikan, kepingan-kepingan shellac tersebut perlu dilarutkan dalam alcohol atau etanol

sampai semuanya mencair. Shellac yang berbentuk cairan ini disini dinamakan politur dan

merupakan bahan finishing yang banyak digunakan untuk proses finishing pada kayu.

Spiritus merupakan pelarut yang banyak dipakai untuk membuat politur di sini karena

harganya yang lebih murah.

Shellac sebenarnya tersedia juga dalam bentuk cairan, tetapi biasanya cairan shellac

ini tidak banyak tersedia di toko karena tidak tahan lama. Shellac akan dapat tahan lebih lama

apabila disimpan dalam bentuk kepingan dan dilarutkan seperlunya saja pada saat akan

digunakan.

Politur ini secara alami mempunyai warna coklat kekuning-kuningan, karena itu

aplikasi dengan politur ini akan menghasilkan lapisan film yang berwarna coklat kekuningan.

Hal ini tentu saja akan mempengaruhi warna finishing akhir yang dihasilkan. Warna finishing

yang dihasilkan akan merupakan hasil dari perpaduan antara warna coklat kekuningan dari

lapisan politur dengan warna dasar kayu di bawahnya. Warna finishing akhir yang dihasilkan

dari politur akan menjadi semakin kuning apabila lapisan politur yang diaplikasikan semakin

tebal.

Page 5: Finishing Politur

Apabila diinginkan politur dengan warna yang lebih kuat maka bisa ditambahkan

pigmen warna ke dalam larutannya. Oker merupakan pigmen yang sering ditambahkan ke

dalam campuran politur karena bahan ini realtif murah dan mudah didapat. Penambahan

warna sebaiknya jangan terlalu banyak. Karena apabila terlalu banyak pigmen didalam

campuran akan dapat mengurangi kekuatan politur. Total pigmen yang ditambahkan ke

dalam campuran sebaiknya tidak boleh lebih dari 10% dari total campuran. Untuk finishing

dengan warna yang lebih tua maka sebaiknya aplikasi politur ini dikombinasikan dengan

stain. Lakukan aplikasi stain pada kayu mentah sesuai dengan warna yang diinginkan,

(gunakan prinsip segitiga warna untuk pemilihan dan pencampuran stain) tunggu kering

kemudian baru lakukan aplikasi politur di atasnya sampai diperoleh ketebalan yang

diinginkan.

2.2.Manfaat Politur

Politur bukan sekadar melapisi dan mengkilapkan permukaan kayu, melainkan juga

mempertajam dan memperingan pola serat Kayu, serta yang paling penting menjaga

kestabilan kayu dari pengaruh cuaca di luar lingkungannya.

Pemolituran yang tepat juga rnengurangi reaksi kayu terhadap suhu dan kelembaban

sekitarnya. Zat cair atau uap air dalam udara bebas tidak dapat masuk Ke dalam pori-pori

kayu karena politur yang dilapiskan merupakan film atau lapisan yang membungkus dan

mengisolasi pori-pori pada bidang permukaan luar. Penutupan pori-pori oleh politur,-

mempersulit jalan uap air keluar atau penguapan air dari dalam kayu. Kayu yang telah

dipolitur seluruh permukaannya akan menjadi stabii baik bentuk ataupun ukurannya.

Sering terjadi selembar papan yang masih mentah (belum dipolitur) cepat

mengembang, menyusut bahkan melengkung bila .ditaruh ditempat bebas dalam keadaan

terlindung maupun diterpa sinar matahari langsung. Namun, papan yang sama akan kurang

menunjukkan reaksi bila telah dipolitur pada keseluruhan permukaannya. Memang kadang-

kadang ada pelengkungan atau reaksi, tetapi persentase reaksinya tidak sebesar papan yang

masih dalam keadaan mentah.

Guna menunjang keindahan penampilan kayu atau perabot serta kerajinan, dapat juqa

diiakukan pemolituran berwarna. Warna-warna yang dipakai akan menimbulkan kesan

harmonis dengan barang-barang interior di sekitarnya. Kayu yang "dipolitur akan

memberikan Kesan hangat, halus dan anggun Kesan hangat, timbul karena pola Serat masih

tampil. Reka oles politur membentuk lapisan transparan natural atau transparan berwarna.

Page 6: Finishing Politur

Ada pula politur yang berwarna kedap hingga menutup gambar pola serat. Namun,

pemolituran hanya dilakukan pada bagian kecil dari bidang perabot, sekadar sebagai aksen

pemanis bentuk, menunjang desain perabot.

Dengan memolitur kayu, kayu menjadi lebih awet meskipun politur sendiri bukan

bahan pengawet. Politur menghambat Kerusakan kayu, kayu terlindung dan cahaya dan panas

yang langsung maupun tak langsung. Kayu tetap terlindung dari sinar ultra violet matahari.

Mungkin lapisan politur benda akan kusam dan menua, sehingga dengan perbaikan lapisan

politurnya saja, keindahan reka oles bisa dikembalikan. Kayu yang dipolitur juga tidak

diserang cendawan atau jarnur serta bebas dari pelapukan Karena kayu itu tetap stabil dan

kering akibat perlindungan yang telah diberikan lapisan selak.

2.3.Bahan Baku Politur

Politur dibuat dari selak dengan pelarut spiritus, menggunakan warna pigmen atau

dyestuff yang larut alcohol atau pewarna larut air. Campuran ini kemudian dioleskan dengan

kuas atau dioleskan dengan kain bal (kaos perca) pada permukaan perabot dan kerajinan.

a. Selak

Selak atau shellac dibuat fari lak, sejenis dammar atau getah hasil sekresi.

Kutu lak ( laccifer kerr ) yang hidupnya parasitis pada tumbuhan tertentu. Hasil

sekresi tersebut dikeluarkan disekeliling badan kutu sebagai proteksi terhadap musuh

dari luar dan keadaan alam sekitarnya. Lak berasal dari kata laksa ( sansekerta )

artinya 100.000 yaitu ungkapan karena begitu banyak jumlah larva yang menetas dan

berkembang biak.

Kutu lak atau laccifer kerr yang dikembangkan di Yogyakarta seluas 1.300 Ha

dan di Probolinggo seluas 3.750 Ha berasal dari India dan dapat dibudidayakan pada

pohon-pohon kesambi ( Schleisbera oleosa Merr ) dan akasia ( Acacia villosa wild ).

Jenis lain yang dapat dipakai sebagai pohon inang adalah ploso ( Butea

monosperma ) , widara ( Ziziphus jujube Lam ).

Ternyata pohon kesambi yang terbaik sebab tahan terhadap musim kering,

mempunyai daya tunas yang baik dan dapat tumbuh bagus ditanah yang trendah

kesuburannya.

Berdasarkan sistematika biologi, kutu lak termasuk kelas Insecta, ordo

Rhynchota, family Coccidea, genus laccifer. Selain species Laccifer Kerr, dikenal

juga species lain yaitu Laccifer javahus Chamo yang hidup di pohon .durian (Durio

Page 7: Finishing Politur

Spp) dan Tachardia aurantiaca Cockl yang hidup di pohon kesambi dan sonokeling

(Dalbergia 'latifolia Roxb).

Pembiakan kutu lak berlaku generatif dan secara partenogenesis. Cara

generatif yaitu cara pembiakan dengan pembuahan oleh kutu jantan, sedang cara

partenogenesis adalah produksi telur dari larva oleh kutu lak betina tanpa pembuahan

oleh kutu jantan.

Partenogenesis terjadi pada musim hujan atau kalau kutu jantan mati atau

punah semuanya. Cara partenogenesis akan menghasilkan larva dengan dua jenis

keiamin, jantan dan betina serta dua-.duanya menghasilkan bahan selak.

Partenogenesis merupakan anugerah alam sehingga kutu lak terhindar dari

kemusnahan total.

Kutu lak menetap pada cabang yang masih muda. Kemudian, ditusukkannya

probos-cinya (seperti jarum) ke dalam jaringan phloem dan xylin (Xylem) yang

terdapat dalam jaringan batang tanaman dan dihisapnya cairan makanan.

Pada umumnya koloni lak menetap di sisi bawah cabang. Jumlah larva lak

biasanya 150-200ekortiapjarak2,5 cm dan setelah berumur 5 bulan stoklak (koloni

lak) sudah dapat dipungut, dan dikerok menjadi seedlak atau butiran lak. Dari seedlak

ini kemudian dilakukan metode pelelehan yang lazim dilakukan di India. Cara yang

cedua adalah melarutkan seedlak dalam alkohol dan cara yang terakhir melarutkan

seedlak dalam alkali atau bahan basa, menyaring larutan tadi, kemudian memisahkan

larutan lak dari zat pelarutnya dengan metode presipitasi.

Dengan hasil lebih dari 16 ton per tahun, maka sejak tahun 1956 didirikan

pabrik selak di Probolinggo hingga kini.

Dari seedlak dihasilkan selak (shellac) yang berwarna kuning berbentuk

serpihan .(selak emping) dan dijual di toko besi sebagai resin politur. Hasil

politurannya bernuansa kuning hingga kayu berkesan tua; tidak diperlukan zat

pewarna.

Selain itu, dijual pula selak putih dalam bentuk batangan. Selak putih

didapatkan dengan cara memproses bahan selak kuning menjadi selak putih, sehingga

hasil pemolituran menjadi tetap alami (natural). Bahan ini sangat baik bagi kayu yang

berwarna muda seperti ramin, mahoni, mindi, pinus dan kayu lam yang diinginkan

tetap cerah seperti warna kayu aslinya.

Pemucatan bahan selak kuning melalui proses pencucian, pelelehan dan titrasi

asam, tidak kita bahas secara rinci dalam buku ini. Dapat disebutkan antara lain

Page 8: Finishing Politur

bahan-bahannya, adalah soda abu (Na2CO3), kaporit (CaCICX,), asam sulfat

(H2SO<t).

Selak putih dijual di toko besi dalam bentuk batangan, rata-rata beratnya 3

ons, da-pat dilarutkan dalam 3 liter spiritus. Batangan itu harus dibungkus atau

disimpan rdalam tempat yang tertutup, sehingga tidak mudah teroksidasi udara.

Oksidasi ini akan menyebabkan warna selak putih tadi menjadi kemerah-merahan

atau putih agak kotor bahkan kuning sekali, serta dapat pula mati sehingga sulit

dilarutkan dalam alkohol atau spiritus.

b. Spiritus

Spiritus merupakan pelarut selak umumnya berwarna biru. Warna biru

menandakan bahwa spiritus adalah golongan ethyl alcohol (ethanol) sejenis alkohol

yang tidak bisa dimakan ( edible ).

Di beberapa kota di Sumatra, Medan misalnya, orang memolitur dengan

pelarut alkohol putih tanpa dibirukan. Hal itu sebenarnya sangat baik karena tak

berpengaruh pada selak putih, hingga warna kayu yang terang tidak menjadi kebiru-

biruan.

Dalam perdagangan, spiritus dijual dalam drum berisi 200 liter. Namun, di

toko-toko besi, Alkohol diencerkan pula dalam kemasan 1 liter dan juga kemasan

Kecil 0,5 liter. Yang populer adalah spiritus dari kota Comal karena memang banyak

tetes tebu di sekitar kota itu. Kemudian, produksi kota lain juga memakai nama Comai

untuk memantapkan produksi dan pemasaran spiritusnya.

Hal yang perlu diperhatikan agar mendapatkan larutan politur yang baik ialah

di samping selak yang baik, juga pemilihan spiritus yang baik. Spiritus dikatakan baik

apabila kandungan airnya hanya 5%, selebihnya adalah ethanol atau alkohol (95%).

Kadar alkohol yang rendah menyebabkan spiritus tersebut mempunyai daya

kelarutan atau mendispersi selak rendah, kecepatan menguapnya berkurang, hingga

lapisan film selak tidak dapat mengkilap sempurna. Hal itu akan lebih terlihat pada

pemolituran di musim penghujan, atau di daerah yang berkelembaban tinggi. Di

samping kurang mengkilap, lapisan politur juga akan memutih (ngampo), yang sangat

sulit diperbaiki. Hasil pemoliturannya tidak cemerlang dan serat-serat kayu kusam

mati.

Pemilihan spiritus yang baik, dilakukan dengan cara organoleptik penggunaan

organ atau alat pengindera. Cara yang lain ialah dengan cara instrumentik yaitu

pengamatan dengan peralatan ukur atau cara tera.

Page 9: Finishing Politur

c. Pewarna politur

Warna yang dipakai dalam pekerjaan politur ada dua macam, yang pertama

larut dalam air dan lainnya larut dalam pelarut non air misalnya alkohol, thinner,

afdunner, dan minyak.

Pewarna larut air yang dipakai dalam politur, misalnya naphtol, teres

( pewarna makanan ), dan tepung pigmen misalnya jelaga (Carbon lamp) untuk warna

hitam, oker untuk warna kuning kecoklatan, daocu untuk warna merah maroon, dan

banyak lainnya. Pewarna yang larut minyak atau solvent, misalnya tepung cat dengan

berbagai warnanya. Demikian pula migrosin yang berwarna merah, malachite yang

berwarna hijau, serta bahan dyestuff berbahan aniline yang dijual dalam bentuk

cairan.

Bahan pewarna pigmen pada umumnya menutup serat sehingga hasil

pewarnaan politur kedap warna, dan pola serat kayu tidak kelihatan lagi. Adapun

warna aniline atau pewarna tanpa endapan memungkinkan hasil politurannya

menampilKan serat kayu asli walau berwarna sehingga akan kelihatan lebih indah.

2.4.Pembuatan adonan politur

Adonan Politur disiapkan dari pencampuran shellac dan spiritus dalam perbandingan

1 kg shellac : 4,5 liter spiritus. Untuk keperluan yang sedikit dapat dicampurkan antara 125

gram – 225 gram : 1 liter spiritus. Pencampuran 1 : 45 adalah cukup kental yang biasanya

dilakukan untuk pekerjaan tangan.

Pencampuran sebaiknya dilakukan pada tempat yang terbuat dari keramik atau gelas /

kaca, untuk menghindari penguapan, tempat harus ditutup dan kedap udara. Politur yang

tersimpan pada botol sering terjadi melekat pada mulut botol karena setiap kali menuang

akan tertinggal padanya, sehingga tutup botol susah dibuka dan harus memecah tutup

tersebut.

Sering kali dilakukan penyaringan politur terutama sekali untuk keperluan kualitas

hasil polituran yang tinggi. Politur disaring dengan kertas saring atau (kertas screem) yang

sejenis, tidak dibenarkan memakai kertas Koran atau yang sejenis karena warna kertas

tersebut akan mencemari warna politur.

Politur yang terbuat dari orange shellac dan white shellac sulit disaring karena

mengandung wax, untuk itu dilakukan dengan pemanasan sehingga wax tersebut meleleh dan

mengapung di permukaan politur yang akan disaring.

Page 10: Finishing Politur

2.5.Alat untuk politur

Alat-alat yang lazim dipakai untuk melapisi dan mengoleskan politur yaitu kaus perca

dan kuas lebar dikaleng kosong untuk mencampur selak dengan spiritus pelarutnya.

Kita pilih kuas yang berbulu halus dan lembut supaya kuas itu tidak meninggalkan

garis bekas kuas. Kuas yang baik ujung bulunya bercabang dua atau tiga.

Penggunaan kaus afal atau kaus perca harus dari bahan katun atau benang kapas. Hal

ini sangat penting karena bahan politur dapat terserap dengan awet dan baik. Dengan

penyerapan yang baik, kaus tidak terlalu sering dicelupkan ke dalam politur.

Lain halnya apabila kaus yang dipakai adalah dari bahan halus, misalnya serat

polyester, ni Ion, atau serat-serat sintetik lainnya. Penyerap an politur tidak baik, daya

serapnya tidak awet serta licin dipegang. Kaus pengoles berkali-kali lepas dari pegangan kita.

Karena itu, terjadi bercak tak halus pada permukaan politur, bekas lipatan kaus basah yang

lepas dari tangan.

Hal yang perlu diperhatikan lagi dalam menyiapkan kaus perca untuk memolitur yaitu

memilih kaus yang polos dan berwarna putih atau terang. Hal itu perlu djperhatikan

mengingat adanya pewarna tekstil yang mudah luntur serta menimbulkan warna yang tidak

dikehendaki pada permukaan perabot kita.

2.6.Proses politur kayu

Memolitur benda kerja. kayu, misalnya perabot dan benda kerajinan kayu, sedikit

berbeda dari cara memolitur benda kerja yang terbuat dari bambu maupun rotan, yaitu pada

pengisian pori-pori kayu dengan filler. Benda kerja yang terbuat dari bambu dan rotan tak

memerlukan pengisian pori. Tahapan proses pemolituran, pewarnaan, dan pengkilapan kedua

golongan itu sama.

Memolitur mebel dan benda kerajinan kayu dibagi atas beberapa jenis hasilnya. Hasil

yang pertama adalah politur natural; Kedua, politur warna transparan dan yang terakhir

politur denqan warna yanq Kedap atau warna yang menutup pola serat.

Politur warna alami atau natural tanpa warna dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut.

1. Mengamplas kayu

Page 11: Finishing Politur

Pertama-tama kita membersihkan bidang permukaan kayu yang akan dipolitur

dengan kertas gosok atau kertas amplas untuk memotong serat yang berdiri dan kasar.

Di samping itu juga untuk membersihkan noda lem, minyak, garis pensil, yang

mengganggu keindahan permukaan. Pengamplasan atau penggosokan itu dilakukan

dengan kertas amplas nomor 80 - 180, dan harus searah serat kayu.

2. Pengisian pori-pori

Tahap berikutnya, yaitu pengisian pori-pori kayu bagi jenis kayu bertekstur kasar,

misalnya jati, sungkai, kamfer, mahoni, mindi dan lainnya. Sedangkan kayu yang

teksturnya halus seperti pinus, agathis, pulai, jelutung, tidak memerlukan tahapan ini.

Sampai 1965, orang melakukan pengisian pori dengan cara ngarangi, yaitu kayu

di-gosok dengan batu apung yang diimpor dari Cina. Batu apung digosokkan pada

kapur dempul dan oker. Ketiga macam serbuk itu ditekan ke dalam pori kayu.

Sekarang cara kerja ini sangat langka di-lakukan.

Batu apung yang ada di pasaran adalah hasil lokal, yang banyak mengandung

pasir. Pasir ini akan menggores kayu sehingga mengurangi keindahan penampilan

permukaan.

Bahan pengisi pori kayu (wood filler) yang dipakai sekarang adalah bubur filler

yang dapat dibeli di toko besi, baik yang berpelarut air maupun yang berpelarut

solvent atau minyak. Bubur filler tersebut juga dapat dibuat sendiri Kita membuat

adonan kapur dempul putih atau talk halus, ditambah secukupnya dengan tepung

pigmen yang disesuaikan dengan warna kayunya, misalnya kayu jati dengan tepung

oker. Perlu ditambahkan lem perekat sebagai resin atau pengikatnya. Pada pembuatan

filler berpelarut air dapat dipakai lem PVAC atau lem putih sebanyak 5% dari berat

kedua tepung tadi. Kemudian, aduk serta encerkan dengan air hingga adonan kental

seperti bubur, dan siap diusapkan ke kayu.

Pengisian bubur filler ke dalam pori kayu dapat dila-kukan dengan kape atau

sekerap tembok, dengan digosok kain bekas, hingga pori kenyang. Filler kita biarkan

kering dalam beberapa menit.

Pengisian pori-pori pada benda kerja ukiran dapat dilakukan dengan kuas. Namun,

bubur filler harus lebih encer hingga dapat masuk ke celah-celah ukiran.

Setelah dikuaskan, biarkan bubur setengah kering, lalu sikat dengan sikat ijuk

kuat-kuat hingga kering. Pada pengisian pori benda ukiran, sebaiknya digunakan jenis

bubur filler solvent base atau yang larut.

Page 12: Finishing Politur

Langkah selanjutnya adalah pembersihan bubur filler kering yang rnasih terdapat

di permukaan kayu dengan amplas nomor 150-180, sehingga permukaan kayu bersih

serta rata. Yang tersisa adalah filler kering yang ada dalam pori saja.

Pengisian pori ini sangat penting karena akan mempercepat dan mempersingkat

pekerjaan politur. Di samping itu, terjadi penghematan bahan politur karena

mengurangi penyerapan bahan politur oleh pori-pori kayu pada jenis kayu bertekstur

kasar.

Di antara kesalahan yang terjadi adalah penggunaan tepung oker yang tidak sesuai

dengan warna kayu sehingga permukaan akan kelihatan buruk. Karena itu, pemilihan

warna tepung harus djlakukan dengan seksama.

3. Pelapisan dasar

Proses ini merupakan tahapan ketiga dari pekerjaan memolitur. Pada tahap ini

lapisan dasar diberikan untuk mengeraskan serat, serta mengikat filler supaya tidak

terangkat lepas dari pori-pori.

Pendasaran dilakukan dengan dikuaskan, selapis demi selapis tipis-rata serta tanpa

meninggalkan bekas kuas. Pendasaran dilakukan dengan politur, yang terbuat dari

selak dilarutkan ke dalam spiritus dengan perbandingan 1 ons selak dengan 1 liter

spiritus. Pemakaian selak putih atau kuning tergantung pada Selera hanya.saja, bila

kita menggunakan selak putih perlu memilih spiritus yang tidak terlalu biru sehingga

warna asli dan alami serat kayu tidak berubah menjadi kebiru-biruan. Selak emping

langsung dapat dilarutkan karena bentuknya yang seperti emping. Selak putih perlu

kita hancurkan dulu dengan ditumbuk atau diserut dengan ketam ka-sar sehingga

menjadi serpihan halus dan mudah larut.

Setelah 15 menit, permukaan bidang hasil pendasaran akan menjadi kering. Akan

terlihat di beberapa tempat tertinggal bekas-bekas penguasan yang tak rata dan serat-

serat kayu halus yang muncul di permukaan.

Serat-serat itu muncul karena pembasahan oleh spiritus, sering tidak tampak,

namun apabila di-raba dengan tangan akan terasa kasar. Mun-culan serat dan bekas

kuas harus diamplas rata sampai permukaannya terasa halus. Untuk pengamplasan

dipakai kertas amplas nomor 180 - 240.

Baik dan tidaknya hasil pemolituran sangat di-tentukan oleh pengamplasan pada

tahap pendasaran ini.

Page 13: Finishing Politur

Selesai tahap pendasaran, pada umumnya dilakukan perbaikan permukaan. Kayu

yang berlubang karena mata kayu busuk atau bekas pukulan dan pecah-pecah

sambungan ditutup dengan dempul yang telah disesuaikan warnanya.

Pembuatan dempul sangat sederhana, yaitu dengan cara merebus sebungkah

parafin atau lilin putih di dalam kaleng yang dipanaskan hingga lilin cair. Bubuhkan

talk serta oker atau tepung pigmen yang sesuai dengan warna kayu dan aduk hingga

campuran homogen betul, kemudian dinginkan. Setelah itu, dempulkan hasil itu pada

cacat lubang bidang politur dengan kape at.au sekerap hingga padat menutup lubang

yang rusak.

Melalui tahap penguasan politur berulang-ulang, maka kerataan permukaan

dempul serta kekilapannya akan sama dengan bidang politur di sekitarnya.

4. Pengolesan lapisan politur

Pengolesan lapisan politur pada permukaan dengan kaus perca merupakan proses

tahap berikutnya. Keuntungan penggunaan kaus pada tahap ini, yaitu bekas garis-garis

usapan politur seperti pada pe-makaian kuas, tidak tampak. Sudut tumpul kaus perca

yang digulung padat, tidak memutus pelapisan atau tidak lepas dari bidang polituran

secara mengejut, hingga bekasnya halus.

Kaus perca untuk peng-uasan ini dilipat sepadat mungkin kemudian oleskan

secara berputar beberapa kali hingga terdapat pelapisan yang menutup.Untuk

meratakan beberapa garis bekas putaran, usap dan oleskan politur berulang-

ulang .searah serat kayu dengan sedikit lebih ditekan.

Yang perlu diperhatikan dalam penguasan dengan kain kaus perca ini yaitu

pemerasan kaus harus apuh, tidak boleh terlalu basah, lembab-lembab saja. Lipatan

kaus, setelah dicelupkan ke kaleng tempat politur, diperas kuat-kuat sampai tidak

menetes. Penguasan dengan kaus sangat basah bisa melunakkan kembali lapisan

sebelumnya. Lapisan itu akan terkelupas mentah (botak), kelihatan kayunya. Cacat ini

sangat sulit diperbaiki. Areal yang terkelupas hanya kecil, maka perbaikannya harus

dilakukan secara khusus pada tempat yang terkelupas itu. Baru setelah hasil perbaikan

itu sama dengan bidang sekitar pemolituran boleh diperlakukan menyeluruh sampai

rata.

5. Pengamplasan

Page 14: Finishing Politur

Pada tahap yang kelima kita lakukan pengamplasan secara basah dengan amplas

nomor 180 – 240, yang tahan terhadap air.

Pengamplasan dilakukan apabila penampilan bidang politur sudah menuti 50%.

Permukaan yang sudah mengkilap cukup tebal, namun pori-pori masih belum tertutup

semua.

Bagi pemula, langkah kelima ini sangat sulit diterima karena lapisan yang sudah

mengkilap harus dikurangi dan diratakan dengan amplas. Pengamplasan base dengan

air ini sangat penting karena akan meratakan bekas usapan putar pada tahap keempat.

Demikian pula dikurangi lapisan politur yang terlalu tebal beberapa tempat, karena

pada bidang yang sama masih ada pori-pori yang belum tertutup.

Tahap pemolituran yang terakhir ini adalah pelapisan denqan memakai kaus

seperti tahap-tahap sebelumnya, namun dengan campuran politur lebih encer.

Pelapisannya harus dilakukan secara apuh serta searah serat, tidak dengan

memutar karena akan meninggalkan kesan kurang halus. Campuran politur akhir ini

harus encer. Campuran yang dipakai untuk pelapisan pendasaran boleh diencerkan

dua setengah kalinya, atau dengan menambahkan spiritus baru sebanyak 150%.

Bila kita harus membuat politur baru, dapat dengan perbandingan selak

spiritusnya 1 ons dengan 2,5 liter spiritus.

Beberapa tukang tradisional sering menutup lapisan akhir politur ini dengan

campuran lama, yang diendapkan satu malam, sehingga endapan terpisah dengan

spiritus jernihnya. Kemudian, yang jernih ditiriskan dan diarnbil sebagai larutan

pelapis akhir. Hasilnya sangat memuaskan.

Pengausan pada tahap akhir ini dilakukan dengan tekanan, hingga hasilnya padat.

Semakin padat lapisan politur dioleskan, reaksi serat-serat kayu semakin berkurang.

Daya hidup serat-serat kayu pada permukaan terhambat oleh lapisan politur yang

semakin padat melapisi permukaan itu. Serat-serat kayu tidak mungkin berdiri lagi.

Dalam pengausan akhir, selain keapuhan kaus, perlu juga diperhatikan lagi bahwa

kaus tidak terlipat terbalik. Kaus kasar harus di bagian dalam. Kalau lipatan kaus

terbalik, bulu-bulu kaus akan terlepas dan menempel di permukaan bidang poiitur

serta berakibat buruk. Hasilnya kasar, tidak mengkilap.

Tebal tipisnya lapisan politur juga mempengaruhi bidang permukaan kayu.

Lapisan yang tipis akan lebih hemat, tetapi sering pori-pori tidak tertutup sama sekali.

Pada lapisan politur yang terlalu tebal, pori-pori akan tertutup dengan baik, namun

penggunaan politur akan lebih banyak dan boros serta waktunya panjang. Lapisan

Page 15: Finishing Politur

politur yang ideal adalah tidak terlalu tebal dan juga tidak terlalu tipis. Yang penting

tidak mengubah identitas kayu, namun kayu menjadi lebih indah. Sisi teknik pun

mudah dicapai.

Apabila serat-serat kayu tidak berdiri lagi, pori-pori sudah tertutup rata dan

hasilnya mengkilap, dapat dikatakan tahap ini telah selesai dan pekerjaan memolitur

pun usai.

2.7.Penyimpanan Politur

Politur yang disimpan pada wadah atau container metal akan cepat berubah warna

menjadi gelap karena terjadi korosi, maka dianjurkan untuk menyimpannya pada botol atau

container yang terbuat dari kaca atau plastik.

Pelarutan shellac juga dipengaruhi oleh usia shellac tersimpan. Shellac yang

tersimpan pada waktu yang cukup lama, praktis pelarutannyapun akan lambat dan terjadi

prubahan bentuk berupa agar – agar, untuk mempercepat pelarutannya shellac tersebut harus

dipecahkan.

Page 16: Finishing Politur

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Shellac (politur) merupakan bahan finishing yang sangat popular dan banyak dipakai

pada abad 19 sampai pada awal abad 20 ketika mulai digantikan oleh nitrocellulose dan

bahan-bahan finishing yang lain. Shellac dibuat dari bahan resin alam yang dihasilkan dari

suatu jenis serangga yang hidup dari tumbuhan yang ada di India. Shellac bisa menghasilkan

lapisan film yang bisa berfungsi untuk melindungi permukaan kayu dibawahnya.

Politur bukan sekadar melapisi dan mengkilapkan permukaan kayu, melainkan juga

mempertajam dan memperingan pola serat Kayu, serta yang paling penting menjaga

kestabilan kayu dari pengaruh cuaca di luar lingkungannya.

Politur dibuat dari selak dengan pelarut spiritus, menggunakan warna pigmen atau

dyestuff yang larut alcohol atau pewarna larut air. Campuran ini kemudian dioleskan dengan

kuas atau dioleskan dengan kain bal (kaos perca) pada permukaan perabot dan kerajinan.

Adonan Politur disiapkan dari pencampuran shellac dan spiritus dalam perbandingan

1 kg shellac : 4,5 liter spiritus. Untuk keperluan yang sedikit dapat dicampurkan antara 125

gram – 225 gram : 1 liter spiritus. Pencampuran 1 : 45 adalah cukup kental yang biasanya

dilakukan untuk pekerjaan tangan.

Alat-alat yang lazim dipakai untuk melapisi dan mengoleskan politur yaitu kaus perca

dan kuas lebar dikaleng kosong untuk mencampur selak dengan spiritus pelarutnya.

Memolitur benda kerja. kayu, misalnya perabot dan benda kerajinan kayu, sedikit

berbeda dari cara memolitur benda kerja yang terbuat dari bambu maupun rotan, yaitu pada

pengisian pori-pori kayu dengan filler. Benda kerja yang terbuat dari bambu dan rotan tak

memerlukan pengisian pori. Tahapan proses pemolituran, pewarnaan, dan pengkilapan kedua

golongan itu sama.

Politur yang disimpan pada wadah atau container metal akan cepat berubah warna

menjadi gelap karena terjadi korosi, maka dianjurkan untuk menyimpannya pada botol atau

container yang terbuat dari kaca atau plastik.

Page 17: Finishing Politur

3.2.Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan

lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber

yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk

menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian

terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang

daftar pustaka makalah.

Page 18: Finishing Politur

DAFTAR PUSTAKA

1. Fatori, Muhammad. "Finishing Konstruksi Kayu". 5 Desember 2014.

http://belajar.ditpsmk.net/wp-content/uploads/2014/09/FINISHING-KONSTRUKSI-

KAYU-XI-3.pdf.

2. Rosa, Geger Perbowo. "Jenis-Jenis Bahan Finishing Furniture Disain Interior". 4

Desember 2014. http://www.scribd.com/doc/131195062/12032-9-885659482862.

3. Karyono, Yono. “Cara Pelitur Kayu atau Perabotan Rumah Supaya Mengkilap dan

Kinclong”. 4 Desember 2014. http://www.mangyono.com/2014/01/cara-pelitur-kayu-

atau-perabotan-rumah.html.

4. Wisno. “Finishing Politur”. 4 Desember 2014.

http://www.tentangkayu.com/2010/07/finishing-politur.html.