Final - Laporan Dasqua
-
Upload
tenny-faradiba-aveiro -
Category
Documents
-
view
155 -
download
2
Transcript of Final - Laporan Dasqua
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai potensi sektor perikanan yang sangat besar, namun
produksinya baru sekitar 10 juta ton selama tahun 2009. Produksi tersebut
diharapkan bisa ditingkatkan minimal menjadi 12 juta ton dalam tahun 2010.
Potensi perikanan budidaya Indonesia sebenarnya jauh di atas China jika dilihat
dari ketersediaan lahan budidaya dan spesies komersial yang berhasil
dibudidayakan. Dilihat dari potensi, Indonesia jauh mengungguli China. Sebagai
contoh, panjang garis pantai China hanya 32 ribu km, Indonesia lebih dari 95 ribu
km. Perairan teluk China hanya 168 ribu ha, sedangkan Indonesia memiliki 4,2
juta ha. Luas sungai China yang dapat digunakan budidaya air tawar 371 ribu ha
dibandingkan Indonesia yang memiliki luas sungai sebesar 5,9 juta ha. Potensi
perikanan di Indonesia dapat ditingkatkan dengan cara pembudidayaan perikanan
dan meningkatkan nilai konsumsi terhadap ikan.
Konsekuensi dari peningkatan usaha budi daya berbagai jenis ikan ekonomis
penting, dalam skala nasional maupun internasional telah menyebabkan terjadinya
peningkatan kebutuhan akan benih dan induk dalam jumlah yang besar. Benih
dan induk sangat diperlukan dalam proses budi daya perikanan dan merupakan
sarana produksi yang sangat penting bagi kelanjutan dan keberhasilan usaha budi
daya ikan itu sendiri.
Salah satu ikan yang mudah dibudidayakan yaitu ikan nila (Oreochromis
niloticus). Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar kesukaan masyarakat luas
baik untuk dikonsumsi maupun untuk dibudidayakan. Selain karena rasa
dagingnya yang lezat dan nilai jual yang tinggi, pertumbuhan ikan nila sangat
pesat, mudah dipelihara, bobot tubuhnya lebih besar, serta toleransinya yang
tinggi terhadap lingkungan. Oleh karena itu, ikan nila memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi dibanding ikan air tawar lainnya. Bukan hanya itu saja, ikan
nila merupakan jenis ikan ekonomis dan sudah dibudidayakan secara intensif
karena dalam pengembangannya, pemerintah menyiapkan beberapa program
khusus untuk komoditas ikan nila.
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan sebagai generasi muda sudah
seharusnya ikut meningkatkan potensi perikanan di Indonesia. Salah satu cara
meningkatkan potensi perikanan di Indonesia adalah dengan cara
membudidayakan perikanan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan
praktikum ini sebagai bekal dasar dalam meningkatkan potensi perikanan di
Indonesia dalam masa yang akan datang.
I.2 Tujuan
Mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip akuakultur di lapangan dan
mampu memproduksi benih ikan nila dengan cara yang benar dan tepat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Trewavas (1982), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Kelas : Pises
Sub Kelas : Acanthopterigii
Ordo : Percomorphi
Sub Ordo : Percoidea
Famili : Chiclidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
Menurut Sucipto (2007), memaparkan bahwa komoditas ikan nila memiliki
sifat biologi seperti a) memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan
penyakit, b) memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan c) memiliki
kemampuan yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan
organik, limbah domestik dan pertanian, d) memiliki kemampuan tumbuh yang baik,
dan e) mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif
Ikan nila merupakan ikan yang dapat beradaptasi dalam perbedaan salinitas
yang cukup besar, sehingga ikan ini dapat beradaptasi di air tawar dan air payau. Dari
segi bentuknya, ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih yaitu lebar tubuhnya
lebih kecil daripada panjang tubuh. Berdasarkan jenis siripnya, ikan nila memiliki
sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), sirip anal (anal fin), sirip perut
(vebtral fin), dan sirip dada (pectoral fin). Sedangkan kelengkapan sirip linea lateralis
adalah lengkap tidak terputus. Maksudnya garis yang dibentuk oleh pori-pori ikan
nila pada siripnya ada dan tidak terputus (Affandi dkk 1992).
Pertumbuhan semua jenis ikan nila relatif sangat cepat dan mudah
berkembang biak. Pertumbuhan yang capat terjadi ketika berat ikan berukuran sedang
atau sekitar 150-250 gram. Hal ini dikarenakan dengan ukuran tersebut bukaan mulut
ikan lebih besar dari pada saat larva, dan frekuensi pertumbuhan akan menurun ketika
ikan nila sudah berukuran besar atau sekitar diatas 500 gram. Hal ini terjadi karena
hormon-hormon pertumbuhan sudah mulai berkurang kinerjanya. Kemampuan
mengkonsumsi pakan buatan juga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan. Dengan
mudahnya adaptasi terhadap pakan buatan dengan kandungan nutrisi yang tinggi akan
mengakibatkan laju pertumbuhannya semakin cepat dan ukuran maksimumnya pun
akan sedikit bertambah (Effendi 2004).
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kecerahan air
yang baik untuk tempak di kolam ataupun tambak adalah antara 20-35 cm dari
permukaan. Berdasarkan debit air untuk kolam air tenang yaitu 8-15 liter/detik/ha.
Sehingga tercipta kondisi perairan tenang dan bersih, Hal ini karena ikan nila tidak
dapat berkembang biak dengan baik di air arus yang terlalu deras (Sugiarto 1988).
Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5.
Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8. Suhu air yang optimal
berkisar antara 25-30 derajat C. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil
(Sugiarto 1988).
Kandungan oksigen yang terdapat pada air harus cukup karena ikan nila
bernafas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Semakin banyak
oksigen yang terkandung dalam air, maka akan semakin bagus kualitas air tersebut.
Oksigen ini dapat berasal dari hasil fotosintesis yang terjadi dengan bantuan
fotosintesis ataupun dengan cara buatan yaitu dengan pemasangan alat berupa aerator,
agar konsentrasi oksigen untuk ikan selalu terpenuhi. Kandungan oksigen yang baik
untuk ikan nila minimal 4 ml/ liter air, sedangkan kandungan karbondioksidanya
kurang dar i5 mg/liter air (Arifin 2002).
Senyawa yang harus dihindari adalah senyawa-senyawa beracun yang dapat
menimbulkan penyakit dan menurunkan kualitas air. Contoh senyawa tersebut adalah
amoniak. Kandungan yang berlebihan akan mengakibatkan kualitas air menurun, pH
menurun, kadar oksigen menurun, sedangkan karbondioksida meningkat. Hal ini
karena adanya proses metabolisme dari proses pembusukan bahan organik yang
dilakukan oleh bakteri. Batas kandungan amoniak yang dapat mematikan ikan adalah
0,1 – 0,3 mg/liter air (Arifin 2002).
Langkah pertama dalam budidaya ikan nila ialah penyiapan sarana dan
peralatan untuk budidaya, serta pemilihan induk ikan yang akan dibiakkan. Sebagai
induk dipilih ikan-ikan yang telah cukup umurnya dan siap memijah. Rasio ideal
antara induk jantan dan betina adalah 1:3. Padat penebarannya disesuaikan dengan
wadah atau kolam pemeliharaan. Setelah itu dilakukan pemeliharaan pembesaran,
panen serta pasca panen. Ikan nila yang dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi,
pertumbuhannya kurang pesat. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di
dasar kolam juga akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan
air disebabkan oleh adanya plankton, air yang kaya plankton dapat berwarna hijau
kekuningan dan hijau kecoklatan karena banyak mengandung diatom. Plankton ini
baik sebagai makanan ikan nila, sedangkan plankton biru kurang baik. Tingkat
kecerahan air karena plankton harus dikendalikan.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan pembenihan ikan nila dilakukan setiap hari Kamis, pukul 15.00-
18.00 WIB pada saat praktikum Dasar-Dasar Akuakultur yang diadakan di kolam
BDP (Budidaya Perairan), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor di Darmaga Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Wadah yang digunakan untuk pembenihan ini adalah bak beton dengan
ukuran 3 m x 2 m x 1 m. Kolam ini akan digunakan dari mulai pematangan gonad
dan pemijahan, sedangkan wadah untuk pemeliharaan larva menggunakan akuarium.
Serok yang dapat membantu dalam pengambilan larva dan alat-alat lainnya yang
berhubungan dengan pembenihan seperti ember sebagai wadah pada waktu
pemanenan larva dan sendok besar (centong) untuk memudahkan mengambil nila
sehingga ikan tersebut tidak luka. Timbangan untuk mengukur jumlah pakan yang di
butuhkan perharinya. Sedangkan bahan yang di gunakan adalah ikan nila dengan
perbandingan 3:1, ikan nila jantan 3 ekor dan ikan nila betina 9 ekor . Pakan yang
digunakan yaitu pakan buatan berupa pelet.
3.3 Prosedur kerja
3.3.1 Persiapan Wadah
Dalam proses pembenihan, wadah merupakan salah satu indikator dalam
keberhasilan pembenihan ikan. Hal ini dikarenakan kolam akan menjadi habitat atau
tempat tinggal ikan tersebut selama proses pembenihan. Wadah yang digunakan
dalam praktikum adalah kolam yang berupa bak beton berukuran 3 x 2 x 1 m.
Sebelum digunakan terlebih dahulu kolam tersebut harus dipersiapkan terlebih
dahulu. Adapun langah-langkah dalam mempersiapkan kolam adalah: mengeringkan
kolam dan menjemur kolam di bawah sinar matahari, hal ini dimaksudkan agar hama
dan penyakit bisa mati sehingga tidak mengganggu proses pembenihan. Setelah itu
proses pembersihan dan proses airasi yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan
air yang ada di kolam.
3.3.2 Pemilihan Induk
Induk nila yang akan ditebar harus diseleksi terlebih dahulu, morfologi dan
kelaminnya. Induk betina umumnya memiliki perut yang lebih besar dan lubang
urogenital ada 3, yaitu lubang anus, lubang telur dan lubang urine. Sedangkan induk
jantan lebih ramping dan lubang urogenital 2, yaitu lubang anusvdan lubang sperma
sekaligus lubang urine yang berbentuk meruncing.
3.3.3 Penebaran Induk
Dalam praktikum kali ini, komposisi dalam penebaran benih yaitu 3:1 yaitu
ikan jantan sebanyak 3 ekor dan ikan betina sebanyak 9 ekor.
3.3.4 Pemeliharaan Induk
Untuk praktikum ini, induk yang sudah ditebar ke dalam kolam diberi pakan
buatan berupa pelet sebanyak 2-3% dari bobot tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan
sebanyak 2 kali sehari pada pagi hari pukul 07.00 dan sore hari pukul 15.00.
Pakan merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan ikan. Untuk
merangsang pertumbuhan ikan yang optimal di perlukan jumlah dan mutu makanan
yang tersedia dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kondisi perairan. (Aswawi
1983).
3.3.5 Pemanenan Larva
Induk yang telah memijah akan menghasilkan larva yang akan dipelihara
menjadi benih yang siap untuk dibudidayakandan dipelihara. Selanjutnya larva
dipindahkan dari bak semen ke dalam akuarium yang telah disiapkan. Sebelum larva
dipindahkan harus melalui proses aklimatisasi terlebih dahulu, tujuannya adalah agar
larva tidak depresi dan dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya.
SR = (Nt/No) x 100%
Larva yang sudah dipelihara di wadah akuarium tersebut selanjutnya akan
disortasi menjadi 3 kelompok, yaitu larva yang berukuran kurang dari 3 cm,
berukuran 3-5 cm, dan larva yang berukuran 5 cm. Menurut ukuran panjangnya, hal
ini bertujuan agar ukuran larva tumbuh bersama-sama dan seragam, sehingga larva
yang tumbuh lebih cepat tidak memakan ataupun menyerang larva yang berukuran
lebih kecil.
3.3.6 Penanganan Kualitas Air
Kualitas air meliputi sifat-sifat fisika dan kimia yang dapat mempengaruhi
kelayakan suatu perairan. Suhu air berpengaruh terhadap kejenuhan oksigen yang
terlarut dalam air dan akan mempengaruhi tingkat selera makan ikan. Wohlfarth dan
Hulata (1983) mengemukakan bahwa suhu normal untuk pertumbuhan ikan adalah
20-30º C, sedangkan suhu maksimum yang dapat ditolerir + 37-42º C. Oleh karena itu
aerasi yang baik sangat di perlukan dalam pembenihan ini karena aerasi menjaga
keseimbangan dan pertukaran air di dalam kolam.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) merupakan persentase
jumlah ikan yang hidup setelah dipelihara dalam waktu tertentu terhadap jumlah ikan
pada awal pemeliharaan dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir percobaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal percobaan (ekor).
3.4.2 FR Koreksi
FR koreksi adalah tingkat perbandingan dari jumlah pakan yang diberikan
dikurangi jumlah pakan yang tersisa di bagi biomassa induk. Sehingga dapat
diketahui jumlah pakan yang dikonsumsi secara nyata oleh ikan. FR koreksi
merupakan FR yang sebenarnya dilakukan pada saat kegiatan pembenihan
berlangsung. FR koreksi ini muncul karena ada kondisi dimana induk mengerami
telur dalam mulutnya atau menurunnya nafsu makan. FR koreksi dapat dihitung
dengan rumus :
FR=(∑pakan perhari perhari - ∑pakan tersisa)/biomassa induk
Keterangan:
FR koreksi : Nilai FR selama pembenihan (%)
∑❑pakan : Jumlah pakan yang terpakai selama pembenihan (gram)
FR=( ∑ pakan perhari - ∑ pakan tersisa) / biomassa induk
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut ini adalah grafik hasil produksi larva sebagai output dari kegiatan
pembenihan ikan nila yang diambil dari kelima departemen yang ada di FPIK IPB
berdasarkan data keseluruhan di bawah ini.
Kelas ∑ Tebar ∑ Panen SR (%)
BDP 1604 1398 87,157
MSP 634 588 92,744
THP 369 333 90.244
PSP 1103 928 84,134
ITK 1967 1802 91,612
Tabel 1. Data Pembenihan Nila (Oreochromis niloticus) dari 5 Departemen
Dari tabel dapat kita interpretasikan bahwa jumlah tebar dan jumlah panen
larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) SR departemen MSP lebih tinggi
dibandingkan dengan departemen lain.
BDP MSP THP PSP ITK788082848688909294
SR (%)
SR (%)
Gambar 1. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Dari grafik dapat kita interpretasikan bahwa tingkat kelangsungan hidup Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) departemen PSP lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat kelangsungan hidup departemen lain.
Keterangan Jumlah Pakan (gram) Koreksi FR
Pakan yang disiapkan 2200 1,32%
Pakan aktual (pakan yang
disiapkan-pakan sisa)
1122 1,32%
Biomassa akhir induk 4248 1,32%
Tabel 2. Koreksi FR ikan Nila
Berdasarkan tabel diatas pakan yang disiapkan berjumlah 2200 gram dengan
koreksi FR 1,32%, pakan aktual berjumlah 1122 gram dengan koreksi FR 1,32%, dan
biomassa akhir induk berjumlah 4248 gram dengan koreksi FR 1,32%.
4.2 Pembahasan
Kelangsungan hidup atau survival rate adalah tingkat perbandingan jumlah
ikan yang hidup pada akhir dan awal penelitian. Melalui parameter ini, kita dapat
mengetahui bagaimana daya tahan larva hasil pembenihan terhadap kondisi
lingkungnya, apakah itu suhu, pH, kandungan oksigen, dan sebagainya. Nilai SR bisa
dikatakan juga penting, karena melalui nilai SR dapat dilihat apakah input larva yang
ditebar jumlahnya sesuai dengan output panen. Karena hal ini dapat menentukan nilai
keberhasilan dari pemijahan dan proses pembenihan itu sendiri.
Pada grafik kedua yaitu grafik tingkat kelangsungan hidup (SR). Nilai SR
yang besar menunjukkan bahwa daya tahan larva terhadap lingkungan untuk
berkembang menjadi benih cukup besar dan menunjukkan jumlah larva yang mati
sedikit. Dilihat dari data bahwa nilai SR larva terbesar ada pada departemen PSP
yaitu sebesar 99.53%, sedangkan SR terkecil ada pada departemen ITK yaitu 44.18%.
Kita dapat analisa bahwa nilai output produksi yang besar tidak menjamin
nilai SR-nya juga besar apabila data ini dikaitkan dengan data jumlah produksi
sebelumnya. Karena semakin besar jumlah individu yang terdapat dalam suatu
wadah, memungkinkan terjadinya kompetisi dalam memperoleh pakan ataupun
kebutuhan hidupnya, seperti oksigen. Sehingga dari kompetisi inilah banyak larva
yang mati. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi dari SR tersebut karena nilai
SR dari departemen ITK kecil, dapat dianalisis bahwa kondisi lingkungan tempat
larva itu berkembang juga buruk, seperti suhu dan pH yang mungkin tidak sesuai.
FR koreksi adalah tingkat perbandingan dari jumlah pakan yang diberikan
dikurangi jumlah pakan yang tersisa di bagi biomassa induk, sehingga dapat diketahui
jumlah pakan yang dikonsumsi secara nyata oleh ikan. Jumlah FR koreksi antara PSP
dengan departemen lain lebih tinggi sehingga menghabiskan jumlah pakan yang
banyak.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah kita melakukan praktikum ini kita mengetahui bahwa ikan nila
merupakan spesies yang mudah untuk dibudidayakan, apalagi secara intensif karena
ikan nila cepat tanggap terhadap pemeliharaan intensif, terutama faktor pemberian
pakan dalam jumlah yang memadai dan kualitasnya tinggi. Kemudian pertumbuhan
tubuhnya tergantung dari faktor fisika, kimia perairan, dan interaksi menyesuaikan
diri dengan lingkungan, penanganan manusia, jumlah populasi, kompetitor, penyakit,
umur serta ada atau tidaknya predator
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum ini terdapat banyak sekali kesalahan yang
dikarenakan kurang tanggapnya respon terhadap pembenihan, sehingga sangat
berpengaruh terhadap hasil yang di dapat. Jadi untuk kedepannya kita dianjurkan agar
dapat menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi Ridwan, Sjafei D.S, Rahardjo M.F, Sulistiono.1992. Iktiologi. Departemen
Pendidikan dan Kebudidayaan,IPB.
Effendi Rizal.2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya : Jakarta.
Sucipto Adi.2007. Pembenihan Ikan Nila. Sukabumi: Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya, Balai Besar Pengembangan Sukabumi.
Sugiarto Ir. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Jakarta: CV Simplex
Trewavas, F. 1982. In The Biology and Culture of Tilapia. Philipina: International
Center of Living Aquatic Resource Management.
Laporan Praktikum Hari, Tanggal : Kamis, 18 November 2010
m.k . Dasar-Dasar Akuakultur Asisten : Rona A. N. G Puguh W Baehaki Fajri Ibnu A. Dendi Hidayatullah Aminah
PEMBENIHAN IKAN NILAOreochromis niloticus
Disusun oleh :TENNY FARADIBA
C34090035
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2010