Final Jadi BPJS Kesehatan
description
Transcript of Final Jadi BPJS Kesehatan
BPJS KESEHATAN
Pengertian BPJS
Menurut Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyeleggara
jaminan sosial pasal 7 ayat (1) dan Ayat (2), pasal 9 ayat (1) dan Undang-undang
No. 40 Tahun 2011 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Pasal 1 Angka 8,
Pasal 4 dan Pasal 5 ayat (1). Didapatkan pengertian Badan Penyeleggara jaminan
sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah badan hukum publik yang bertanggung
jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan
kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 (enam) Bulan di Indonesia.
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)
merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah
untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan
TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama
Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS
Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS
Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang
dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011
tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak
tanggal 1 Januari 2014.
Visi BPJS Kesehatan adalah " CAKUPAN SEMESTA 2019 "
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki
jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
Misi BPJS Kesehatan :
1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong
partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang
efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang
optimal dengan fasilitas kesehatan.
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program.
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip
tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai
untuk mencapai kinerja unggul.
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan
evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh
operasionalisasi BPJS Kesehatan.
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.
Landasan Hukum BPJS Kesehatan
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. UU No. 23/1992 tentang Kesehatan
3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan
Nomor 56/MENKES/SK/I/2005,
Sejarah Singkat BPJS Kesehatan :
Tahun1968- Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang secara jelas
mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun
(PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus di
lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana
Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada
waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai cikal-bakal Asuransi
Kesehatan Nasional.
Tahun 1984 - Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah
menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan
Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil,Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat
Negara) beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum
Husada Bhakti.
Tahun 1991 - Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991,
kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum
Husada Bhakti ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta
anggota keluarganya. Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan
kepesertaannya ke badan usaha dan badan lainnya sebagai peserta sukarela.
Tahun 1992 - Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status
Perum diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan
fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat
dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih
mandiri.
Tahun 2005 - PT. Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemerintah melalui
Departemen Kesehatan RI, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005, sebagai
Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
(PJKMM/ASKESKIN).
Prinsip Penyelenggaraan mengacu pada :
a. Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas gotong
royong sehingga terjadi subsidi silang.
b. Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.
d. Program diselenggarakan dengan prinsip nirlaba.
e. Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada
peserta.
f. Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan
mengutamakan prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.
g. 2014 - Mulai tanggal 1 Januari 2014, PT Askes Indonesia (Persero)
berubah nama menjadi BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang
no. 24 tahun 2011 tentang BPJS.
Siapakah Peserta BPJS Kesehatan atau JKN ?
Peserta BPJS Kesehatan terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan adalah peserta
Jaminan Kesehatan untuk fakir miskin dan orang tidak mampu yang
iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan
Kesehatan. yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui peraturan
pemerintah. Yang berhak menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan lainnya
adalah yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu
2. Bukan PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan terdiri dari,
Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, Pekerja bukan penerima
upah dan anggota keluarganya, Bukan pekerja dan anggota keluarganya.
BPJS Kesehatan hanya dapat menanggung paling banyak 5 (lima) anggota
keluarga dan apabila Peserta yang memiliki anggota keluarga lebih dari 5 (lima)
orang termasuk peserta, dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain
dengan membayar iuran tambahan. Dampak yang terjadi jika anda tidak menjadi
peserta BPJS adalah Ketika sakit dan harus berobat atau dirawat maka semua
biaya yang timbul harus dibayar sendiri dan kemungkinan bisa sangat mahal
diluar kemampuan anda
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai secara bertahap
pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh warga Indonesia sudah memiliki
jaminan kesehatan tersebut.
Kelompok Peserta JKN
Pentahapan Kepesertaan Jaminan Kesehatan
PBI (Jamkesmas)TNI/POLRIAskes SosialJPK JAMSOSTEKTahap pertama mulai tanggal 1 Januari 2014Seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 1 Januari 2019Tahap Selanjutnya
Pendaftaran Peserta BPJS dan Aktifasi Kartu BPJS Kesehatan
Dari informasi yang diperoleh dari website BPJS Kesehatan, disampaikan
beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh masyarakat mengenai Pendaftaran
Peserta BPJS dan Aktifasi Kartu BPJS Kesehatan sebagai berikut:
a. Peserta wajib memiliki NIK yang tercantum pada Kartu Tanda Penduduk
(e-KTP) atau Kartu Keluarga.
b. Atau peserta dapat juga menggunakan KTP non elektronik yang masih
berlaku, sepanjang NIK pada KTP tersebut sama dengan NIK Kartu
Keluarga dan dapat ditemukan pada data Kependudukan dan Catatan Sipil
(Dukcapil).
c. Peserta dapat mendaftar di Kantor Cabang BPJS Kesehatan dimana saja,
walaupun KTP peserta yang bersangkutan tidak sesuai dengan wilayah
kerja Kantor Cabang BPJS Kesehatan setempat.
d. Peserta dapat memilih Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai
dengan alamat domisili terakhir (tidak harus sama dengan alamat pada
KTP Peserta).
e. Selanjutnya perlu diinformasikan Petunjuk Teknis Pendaftaran dan
Penjaminan Peserta Perorangan BPJS Kesehatan. Sesuai Peraturan Direksi
BPJS Kesehatan, masa berlaku kartu 7 hari, hanya diberlakukan untuk
peserta perorangan dengan hak manfaat pelayanan di ruang perawatan
kelas I dan II. Dengan kata lain, bahwa ketentuan masa berlaku kartu 7
hari TIDAK BERLAKU, untuk :
f. Bayi baru lahir yang merupakan anak dari peserta PBI atau bayi baru lahir
yang merupakan anak dari Peserta penduduk yang didaftarkan oleh
Pemerintah Daerah, yang menjadi Peserta Perorangan dengan hak manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas III;
g. Peserta dan bayi baru lahir dari Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) yang ditetapkan oleh Kementrian Sosial dan telah didaftarkan
sebagai Peserta BPJS Kesehatan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas III; atau
h. Peserta dan bayi baru lahir dari Peserta Perorangan yang tidak mampu dan
mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan dengan hak manfaat pelayanan
di ruang perawatan Kelas III serta menunjukkan surat rekomendasi dari
Dinas Sosial setempat.
i. Dalam Peraturan Direksi BPJS Kesehatan tersebut, disebutkan juga bahwa
bayi baru lahir yang didaftarkan menjadi Peserta BPJS Kesehatan, tidak
wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK), namun tetap wajib
mencantumkan Nomor Kartu Keluarga orang tuanya.
j. Informasi penting Pendaftaran Peserta BPJS dan Aktifasi Kartu BPJS
Kesehatan disebarluaskan, sebagai wujud komitmen BPJS Kesehatan
untuk meningkatkan percepatan dan kenyamanan dalam proses
pendaftaran peserta.
KETENTUAN UMUM (PERPRES JK pasal 1 )
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah.Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
Gaji atau upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Ketentuan Kepesertaan JKN Jumlah peserta dan anggota
keluarga yang ditanggung oleh Jaminan Kesehatan paling banyak 5 orang (Keluarga Inti)
Peserta yang memiliki jumlah keluarga lebih dari 5 orang termasuk peserta, dapat mengikutsertakan anggota keluarga lain dengan membayar iuran tambahan
Sesuai Perpres Jaminan Kesehatan no 12/20131
2
Ketentuan Kepesertaan JKN
(2) Anggota keluarga sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf a meliputi:
Istri atau suami yang sah dari pesertaAnak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan kriteria:Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiriBelum berusia 21 (Dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (Dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal
Sesuai Perpres Jaminan Kesehatan no 12/2013
Tempat Pendaftaran Peserta1Melalui Kantor BPJS Kesehatan
Alamat kantor ada di www.ptaskes.comPilih menu info peserta
2Pendaftaran melalui webWWW.bpjs-kesehatan.go.id *
3Melalui Mobile Customer Service * BPJS Corner di instansi terpilih
Proses pendaftaran sudah online dengan DUKCAPIL
* Sedang dalam proses dan direncanakan mulai berjalan 1 Januari 2014
Pendaftaran Peserta1Pendaftaran secara
berkelompok/ KolektifMengisi Formulir daftar isian peserta Melampirkan foto peserta dan anggota keluarga 1lembar ukuran 3x4 cmSurat pengantar dari unit kerja
2Pendaftaran perorangan/Datang langsung ke kantor BPJS KesehatanMengisi Formulir daftar isian peserta Melampirkan foto peserta dan anggota keluarga 1 lembar ukuran 3x4 cmMenunjukkan persyaratan
Iuran Yang Dibayarkan Ke Bank Sesuai Dengan Jenis Kepesertaan :
Pendaftaran Anggota Keluarga LainnyaTambahan anggota keluarga
dari Pekerja Penerima Upah (PPU) Keluarga tambahan dari PPU terdiri dari:Anak ke 4 dan seterusnyaOrang tua kandung (Ayah dan/atau Ibu)Mertua
Keluarga tambahan dari PPU terdiri dari keponakan, kerabat lain, asisten rumah tangga dan lainnya, ditetapkan sesuai manfaat yang dipilih:
1Besaran iuran sebesar 1% dari gaji atau upah orang/bulan2Kelas III : Rp. 25.500,- orang/bulanKelas II : Rp. 42.500,- orang/bulanKelas I : Rp. 59.500,- orang/bulan
Contoh Desain Kartu Peserta
Sebelum kartu BPJS tercetak maka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, Peserta dapat menggunakan Kartu JPK Jamsostek yang saat ini ada
Iuran
Besaran IuranDibayar Pemerintah : 19,225/pmpm
1 Jan 2014 s/d 30 Jun 2015
4% Pemberi
Kerja
1% Pekerja
1 Juli 2015 dst
BESARAN IURAN NON PBI
Catatan: Batas atas upah (ceiling wage) untuk pekerja penerima upah swasta ditetapkan 2 kali PTKP-K1 (Rp 4.725.000,-) sedangkan Batas bawah upah adalah UMK di masing-masing kabupaten
Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta PPU yang terdiri dari PNS, anggota TNI-Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri sebesar 5 % (Lima persen) dari Gaji atau Upah perbulan dengan ketentuan sebagai berikut:
3%
Dibayar oleh Pemberi Kerja/Pemerintah2
%Dibayar oleh Peserta
Gaji atau Upah perbulan : Gaji Pokok + Tunjangan Tetap
Dengan adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS bertujuan
untuk memberikan perlindungan kesehatan agar setiap peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan . Pengertian definisi jaminan kesehatan, dengan
prinsip asuransi sosial berdasarkan:
a. Kegotongroyongan antara masyarakat kaya dan miskin, yang sehat dan
sakit, yang tua dan muda, dan yang beresiko tinggi dan rendah.
b. Anggota yang bersifat wajib dan tidak selektif.
c. Iuran yang dibayarkan per bulan berdasarkan persentase upah /
penghasilan.
d. Jaminan Kesehatan Nasional Bersifat nirlaba.
e. Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip ekuitas adalah kesamaan
anggota dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
yang terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Dan ini adalah bagian
dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang masuk dalam program
kesehatan Pemerintah Indonesia pada tahun 2014 oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) nantinya.
Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan
a. Hak dan kewajiban peserta BPJS Kesehatan, sampai saat ini juga belum
banyak diketahui oleh pada pendaftar. BPJS sebagai pelaksana JKN
Jaminan Kesehatan Nasional tentu harus memberikan informasi yang
paling mudah dipahami bagi masyarakat mengenai program jaminan
kesehatan tersebut. Hal ini tentu agar tidak menimbulkan kesalahpahaman
di waktu yang akan datang.
b. Dalam UU nomor 40 tahun 2004, dinyatakan bahwa program jaminan
sosial bersifat wajib untuk mengakomodasi seluruh penduduk.
Pencapaiannya dilakukan secara bertahap. Lalu seluruh rakyat wajib
menjadi peserta tanpa kecuali. Jaminan sosial yang diprioritaskan adalah
program jaminan kesehatan.
Hak Peserta BPJS Kesehatan
a. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan.
b. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta
prosedur pelayanan kesehatan BPJS sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas yang bekerja sama dengan
BPJS kesehatan dalam waktu 24 jam.
d. Menyampaikan keluhan / pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau
tertulis ke kantor BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara resmi JKN.
Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan
a. Mendaftarkan diri sebagai peserta, dan membayar iuran yang besarnya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Apabila ada perubahan data peserta, baik karena pernikahan, penceraian,
kematian, kelahiran pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat
1, maka segera lakukan pelaporan.
c. Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh
orang yang tidak berhak mendapatkan fasilitas JKN.
d. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan mulai dari
pendaftaran, alur pelayanan dan pembayaran iuran.
Manfaat Dan Pelayanan Yang Didapat Peserta JKN ( BPJS ).
Manfaat JKN mencakup pelayanan pencegahan dan pengobatan termasuk
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
Seperti misalnya untuk pelayanan pencegahan (promotif dan preventif), peserta
JKN akan mendapatkan pelayanan:
a. Penyuluhan kesehatan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri pertusis
tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB), Polio dan Campak.
c. Keluarga Berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi
dan tubektomi
d. Skrining kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko
penyakit tertentu.
e. Jenis penyakit kanker, bedah jantung, hingga dialisis (gagal ginjal).
Manfaat Jaminan Kesehatan Bersifat Pelayanan Perseorangan yg Mencakup Pelayanan Kesehatan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif, termasuk Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai Yang Diperlukan.
PAKET MANFAAT JKN
Pelayanan yang dibatasi meliputi; kaca mata, alat bantu dengar (hearing aid), alat bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan korset),
Pelayanan yg tidak dijamin; Tidak sesuai prosedur Pelayanan diluar Faskes Yg bekerjasama dng BPJSPelayanan bertujuan kosmetik, General check up, pengobatan alternatif,Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, Pengobatan Impotensi, Pelayanan Kes Pada Saat Bencana Dan
MANFAAT JKN
PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF
MANFAAT KESEHATAN - PROMPREV
PERPRES NO 12 TAHUN 2013 pasal 21
PENYULUHAN KESEHATAN PERORANGANpenyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat. IMUNISASI DASARBaccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak. KELUARGA BERENCANAmeliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. SKRINING KESEHATANdiberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.Ketentuan mengenai tata cara pemberian pelayanan skrining kesehatan jenis penyakit, dan waktu pelayanan skrining kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri
Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
PELAYANAN KESEHATAN TK PERTAMA
PELAYANAN KESEHATAN TK LANJUTAN
MANFAAT KESEHATAN-KURATIF & REHABILITATIF
PERPRES NO 12 TAHUN 2013 pasal 22
Pelayanan kesehatan Non Spesialistik:
Administrasi pelayananPelayanan promotif dan preventif.Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medisTindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatifPelayanan obat dan bahan medis habis pakaiTransfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis.Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi
RAWAT JALANAdministrasi pelayanan Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;Pelayanan alat kesehatan implantPelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medisRehabilitasi medis Pelayanan darahPelayanan kedokteran forensikPelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
RAWAT INAPPerawatan Inap non IntensifPerawatan Inap di Ruang Intensif
PELAYANAN KATASTROPIKseluruh biaya pelayanan yang timbul akibat penyakit Katastropik
PELAYANAN YANG TIDAK DIJAMINPelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat;Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja;Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik; Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;Perbekalan kesehatan rumah tangga;Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah; danBiaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan.
PERPRES NO 12 TAHUN 2013 pasal 25
SISTEM PELAYANAN JKNBadan Penyelenggara Jaminan Sosial
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu
pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan, kesehatan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ( Pasal 24 Ayat 3 UU Nomor 40 Tahun 2004)
Managed Care Sebagai Landasan Operasional BPJS Kesehatan Gatekeeper concept Pelayanan Primer Quality Assurances Credentialing & Recredentialing Manfaat komprehensif Fokus pada promotif dan preventif Sistem Rujukan berjenjang Formularium Obat Nasional Sistem Pembayaran Prospektif (Kapitasi, INA CBG’s) Utilization review (Prospektif, Konkuren dan retrospektif)
Semua keluhan
kesehatan, promotif, preventif, survailans
Tersier
Sekunder
Primer (Gatekeeper)
Equity ↓↓
Biaya sangat mahalBiaya mahal
Equity ↓= tergantung income
Equity besar (aksesibel bagi semua
golongan)Biaya terjangkau
Cost
Quantitas(Referensi: Starfield B, 1999)
Penanganan
subspesialistikPenanganan
spesialistik
DRG/INA
CBG’SDRG/INA
CBG’S
Kapitasi Pay
for Performanc
e
Model Sistem Pelayanan Kesehatan BPJS
Persyaratan Faskes Untuk Menjadi Provider
Sesuai dg Ketentuan Menteri Kesehatan
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan pelayanan kesehatan yang terstruktur dan berjenjang yang dimulai dari strata pelayanan primer, strata pelayanan sekunder, strata pelayanan tersier dan strata pelayanan khusus yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh pasien peserta BPJS Kesehatan, dan seluruh fasilitas kesehatan
Mekanisme pelayanan rujukan Berjenjang mengacu pada :Permenkes 001 tahun 2012;Pedoman Sistem Rujukan NasionalPedoman BPJS Sistem Rujukan Berjenjang
ALUR PELAYANAN KESEHATAN
Pasien
Puskesmas/Dokkel
RS
Pasien pulang
Perlu pemeriksaan/ tindakan spesialis
Rujukan
Gawat Darurat
Pelayanan 0bat
Perlu rawat Inap RITL
RJTL
Pasien pulang
ya
tidaktidak
ya
PasienPasien
Rujuk Balik
Sistem Rujukan merupakan kunci sistem pelayanan bermutu, efektif dan efisien !
Pelayanan Rawat Inap
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan tidak diperkenankan memilih kelas
yang lebih tinggi dari haknya.
b. Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak peserta penuh, peserta
dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi.
c. BPJS Kesehatan membayar kelas perawatan peserta sesuai haknya
Merupakan pusat kendali layanan (Point of Services) di RS dengan fungsi pokok terdiri dari :Layanan Administrasi eligibilitas pesertaPemberian informasi dan penanganan keluhanKoordinasi pelayananKoordinasi klaim
Dilaksanakan melalui kolaborasi petugas Askes dan petugas RSAskes Center di RS terutama RS Rujukan Utama dikoordinir seorang Koordinator mempercepat layanan, meningkatkan akuntabilitas, sebagai pengambil keputusan
PENGHARGAAN :ISSA Good Practice Awards Asia and The Pacific Competition 2012, Awarded to Health Insurance For Government employees Indonesia for an Integrated Administration Service for Insured members at hospital Pelayanan administrasi terintegrasi bagi peserta di RS
Askes Center BPJS Center
d. Apabila kelas perawatan sesuai hak peserta telah tersedia, maka
peserta ditempatkan di kelas perawatan yang menjadi hak peserta.
e. Perawatan satu tingkat lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lama 3 (tiga) hari.
f. Dalam hal terjadi perawatan lebih dari 3 (tiga) hari, selisih biaya
tersebut menjadi tanggung jawab Fasilitas Kesehatan yang
bersangkutan atau berdasarkan persetujuan pasien dirujuk ke Fasilitas
Kesehatan yang setara.
Pelayanan Rujukan Parsial
a. Setiap faskes yang mengirim rujukan pelayanan yang merupakan bagian
dari paket INA CBG’s seperti rujukan pemeriksaan penunjang/specimen
dan tindakan saja, maka beban biaya menjadi tanggung jawab faskes
perujuk
b. Faskes perujuk membayar biaya tersebut ke faskes penerima rujukan atas
pelayanan yang diberikan
c. BPJS Kesehatan membayar paket INA CBG’s ke faskes perujuk
Pelayanan Yang Tidak Dijamin
a. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;
b. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
c. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan
kerja sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan
kerja;
d. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan
lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program
jaminan kecelakaan lalu lintas;
e. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri, kecuali biaya
pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan standar tarif yang ditetapkan
oleh Menteri;
f. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
g. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
h. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
i. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;
j. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
k. pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);
l. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan
(eksperimen);
m. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
n. perbekalan kesehatan rumah tangga;
o. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat,
kejadian luar biasa/wabah; dan
p. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat
Jaminan Kesehatan yang diberikan.
Koordinasi Manfaat / Coordination of Benefit (COB)
a. Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada
haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan
tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh
BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan
kelas perawatan.
b. Dalam hal Fasilitas Kesehatan tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan,
maka mekanisme penjaminannya disepakati bersama antara BPJS
Kesehatan dengan asuransi kesehatan tambahan atau penjamin lainnya.
c. Ketentuan mengenai tata cara koordinasi Manfaat diatur dalam perjanjian
kerjasama antara BPJS Kesehatan dengan penyelenggara program asuransi
kesehatan tambahan.
d. Pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja
atau hubungan kerja dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja
sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan kerja,
sisanya ditanggung BPJS;
e. Pelayanan kesehatan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib dijamin
oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas sampai nilai yang ditanggung
oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas, sisanya ditanggung BPJS
f. BPJS Kesehatan melakukan koordinasi manfaat dengan program jaminan
sosial di bidang kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas.
g. BPJS sebagai ‘pembayar kedua’ dan ‘penanggung kedua’, BPJS
Ketenagakerjaan dan Jasa Raharja sebagai ‘pembayar pertama’ dan
‘penanggung pertama’
h. BPJS Kesehatan membayar tagihan dari BPJS Ketenagakerjaan dan Jasa
Raharja, sisa yang ditanggungnya, dengan penggantian maksimal tarip Ina
CBG’s
INA-CBG ( Indonesian Case base groups )
• Merupakan Sistem Casemix yang di Implementasikan di Indonesia saat ini
• Dasar Pengelompokan dengan menggunakan :
• ICD – 10 Untuk Diagnosa (14.500 kode)
• ICD – 9 CM Untuk Prosedur/Tindakan (7.500 kode)
Dikelompokkan menjadi 1077 kode group INA-CBG (789 kode
rawat inap dan 288 kode rawat jalan)
Dijalankan dengan menggunakan UNU-Grouper dari UNU-IIGH (United
Nation University Internasional Institute for Global Health)
Berupa tarif paket, meliputi seluruh komponen biaya RS
Berbasis pada data costing dan data coding penyakit
Basis kode mengacu kepada International Classification of Diseases (ICD)
yang disusun oleh WHO, yang digunakan adalah ICD 10 untuk diagnosis
sejumlah 14.500 kode dan ICD 9 Clinical Modifications sejumlah 7.500
kode.
Tarif INA-CBG terdiri dari 1.077 kode CBG (789 rawat inap dan 288
rawat jalan), dengan 3 tingkat keparahan
Grouping casemix menggunakan United Nation University (UNU)-CBG
grouper
Besaran tarif dan sistem secara periodik disesuaikan dan diperbaiki
Sudah digunakan untuk pola pembayaran program Jamkesmas
Akan digunakan pada seluruh RS jaringan JKN 2014 untuk tarif kelas I,II
dan kelas III
CASE-MIX SEBAGAI SUATU PEMBAYARAN DI PELAYANAN TINGKAT LANJUTAN :Sistem casemix adalah suatu sistem yang mengklasifikasikan episode penanganan pasien untuk membentuk group-group dimana tiap group memiliki kesamaan dalam katakteristik klinis dan penggunaan sumber daya yang sama.
CASE-MIX :Karakter klinis antara lain:Diagnosa utama (diagnosa primer)Diagnosa penyerta dan penyulit (diagnosa sekunder)Tingkat keparahan (severitas)Adanya tindakan medis (prosedur)
Sumber daya antara lain:Akomodasi, biaya listrikMakananObat dan bahan medis habis pakaiPenunjang diagnostik Hal lain yang digunakan dalam penanganan pasien
Metode Pembayaran INA-CBG’s dalam
Jaminan Kesehatan Nasional
Sesuai amanat UU No 40 tahun 2004 tentang SJSN dan UU No 24 tahun 2011 tentang BPJS, Jaminan Kesehatan Nasional harus diselenggarakan sejak 1 Januari 2014.
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan salah satu program dari 5 jaminan sosial dalam SJSN yang bertujuan memberikan perlindungan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dasar di bidang kesehatan.
Sesuai amanat Perpres No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan pasal 39 pola pembayaran pada fasilitas lanjutan dengan INA-CBG’s
SISTEM PEMBAYARAN JKN
Besaran Dan Waktu Pembayaran
Pasal 37 Perpres Nomor 12 Tahun 2013Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan BPJS Kesehatan dengan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri.Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri memutuskan besaran pembayaran atas program Jaminan Kesehatan yang diberikan.Asosiasi Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 38 Perpres Nomor 12 Tahun 2013BPJS wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap.
Jaminan Kesehatan Nasional
Regulator
BPJS Kesehat
an
Peserta
Jaminan Kes
Fasilitas
Kesehatan
Mencari Pelayanan
Memberi Pelayanan
Regulasi Sistem
Pelayanan Kesehatan
(rujukan, dll)
Regulasi (standarisasi)
Kualitas Yankes, Nakes, Obat,
AlkesRegulasi Tarif Pelayanan Kesehatan,Ke
ndal
i Bia
ya &
kua
litas
Yan
kes
Pemerintah
Sistem Rujukan
Pembayar tunggal, regulasi, kesetaraan
Pola pembayarn keFaskes lanjutan INA-CBG’s
ADMINISTRASI KLAIM DALAM JKN / BPJS
Syarat pengajuan klaim:
1. Formulir pengajuan klaim.
2. Rekapitulasi pelayanan à luaran aplikasi.
3. Berkas pendukung masing-masing pasien terdiri dari:
a. Surat Eligibilitas Peserta (SEP).
b. Surat perintah rawat inap.
c. Resume medis.
d. Bukti pelayanan lain (misal: protokol terapi, blangko legalisasi
pelayanan Special CMG’s, dll) .
FASILITAS KESEHATAN DAN POLA
PEMBAYARAN JKN
Fasilitas Kesehatan Primer (Puskesmas, Dokter Praktek, Bidan Praktek, Klinik Pratama, RS Pratama)KapitasiNon KapitasiALUR APLIKASI DI KANTOR CABANG
TAGIHAN*) Aplikasi Verifikasi PELAYANAN*) Aplikasi INA CBGsSURAT ELIGIBILITAS*) Aplikasi SEPALUR APLIKASI DI RUMAH SAKIT
Administrasi Klaim INA-CBG
a. Rangkaian proses penyiapan berkas/dokumen pelayanan, dilanjutkan
dengan pengajuan klaim oleh RS dan penilaian kelayakan atas klaim yang
diajukan melalui proses verifikasi klaim sampai pembayaran klaim.
b. Administrasi klaim merupakan satu kesatuan utuh dimulai dari proses di
RS (pengajuan klaim), dan di BPJS (verifikasi dan pembayaran klaim) .
c. RS menggunakan aplikasi INA-CBG untuk pengajuan klaim .
d. RS mengajukan klaim kepada BPJS dalam bentuk hard copy (rekapitulasi)
dan soft copy (data individual klaim) .
e. Verifikator dari BPJS melakukan verifikasi atas klaim yang diajukan RS
dengan menggunakan aplikasi verifikasi klaim .
f. Jika telah sepakat dibuat berita acara à layak untuk pembayaran klaim
oleh BPJS sesuai dengan ketentuan .ALUR KLAIM INA-CBG DI RUMAH SAKIT BERBASIS
PADA OUTPUT
KLAIM KE BPJS
PULANG
Verifikasi Klaim
a. Kegiatan nenguji kebenaran pertanggungjawaban pelayanan/klaim
Jaminan Kesehatan yang dilaksanakan oleh Faskes, antara yang tertera
dalam data dan pada berkas pelayanan.
b. Kegiatan verifikasi meliputi verifikasi administrasi dan verifikasi non
administrasi.
Verifikasi administrasi : Kelengkapan berkas klaim.
Verifikasi Code CBG membandingkan dengan
Resume medis atau bahkan rekam medis pada kasus tertentu.
Verifikasi Coder dokter
Verifikator mengecek kebenaran hasil kode dari coder RS dengan
berdasarkan Resume dan rekam medis.
Apakah bisa melakukan konfirmasi ke dokter ?
Tugas dan Tanggung Jawab Verifikator
a. Melakukan verifikasi dengan Aplikasi Verifikasi
b. Melakukan verifikasi sesuai kaidah INA CBG dan ketentuan yang
telah ditetapkan (misal: Pedoman Pelaksanaan, Petunjuk Teknis, Surat
Edaran dll) .
c. Melakukan koordinasi dengan Faskes dalam menyiapkan dan
memverifikasi pengajuan klaim .
d. Menjaga kerahasiaan data medis pengajuan klaim .
e. Melakukan pemeliharaan data berkas pengajuan klaim .
f. Memastikan Faskes mengajukan klaim tepat waktu .
g. Melakukan pengiriman pelaporan dan pertanggungjawaban verifikasi
sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan .
Wewenang Verifikator
a. Wewenang verifikator adalah meminta klarifikasi, memeriksa kesesuaian
berkas, meminta kelengkapan berkas pendukung (SJP, resume medis,
laporan operasi), melakukan pengecekan ke Medical Record jika
diperlukan .
b. Scanning, konfirmasi, komparasi, rekonsiliasi, tracing.
Pelaksanaan INA-CBG di RS
a. Langkah-Langkah Pada Dokter yang bertanggung jawab dalam pelayanan
pasien tersebut.
• Menuliskan nama dokter secara jelas.
• Menuliskan diagnosa utama dan sekunder secara jelas menurut ICD-10
dan ICD-9 CM.
• Menandatangani setiap diagnose?
b. Langkah-Langkah yang dilakukan oleh Coder /TI.
• Pengecekan diagnosa menurut ICD-10 dan/atau ICD-9 CM. (jika
diperlukan konfirmasi).
• Melakukan input pada software INA-CBG .
• Keluaran dari proses pada software INA-CBG adalah :
- Laporan data per pasien (individual klaim) .
- Laporan rekapitulasi .
PERAN PENULISAN DIAGNOSIS DAN KODE INA-DRG
Penulisan diagnosis tdk lengkap Pengkodean salah
Tarif rumah sakit salah
Kode INA-CBGsalah
Praktisi Medis,
Paramedis
dan Koder
Berperan penting dalam
penerapan sistem kode
INA-CBG
KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA
Penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan kesehatan dilakukan
secara menyeluruh meliputi pemenuhan standar mutu fasilitas kesehatan,
memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai standar yang ditetapkan,
serta pemantauan terhadap luaran kesehatan peserta.Ketentuan mengenai
penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan kesehatan sebagaimana
dimaksud diatur dalam peraturan BPJS.
Sistem Jaga Mutu JKN / BPJS ( Pasal 42 PerPres Nomor 12/2013)
a. Pelayanan kesehatan kepada Peserta Jaminan Kesehatan harus
memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan pasien,
efektifitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta efisiensi
biaya.
b. Penerapan sistem kendali mutu pelayanan Jaminan Kesehatan dilakukan
secara menyeluruh meliputi pemenuhan standar mutu Fasilitas Kesehatan,
memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai standar yang
ditetapkan, serta pemantauan terhadap luaran kesehatan Peserta.
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya, Menteri Kesehatan
bertanggung jawab untuk:
1. Penilaian teknologi kesehatan (Health Technology Assessment)
2. Pertimbangan klinis (clinical advisory) dan manfaat jaminan kesehatan
3. Perhitungan standar tarif
4. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan.
Dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan
jaminan kesehatan , Menteri Kesehatan berkordinasi dengan Dewan Jaminan
Sosial Nasional (DJSN). Dewan Jaminan Sosial Nasional adalah Dewan yang
berfungsi untuk membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan
sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya oleh BPJS Kesehatan
dilakukan melalui:
1. BPJS Kesehatan membentuk tim kendali mutu dan kendali biaya yang
terdiri dari unsur organisasi profesi, akademisi, dan pakar klinis.
2. Tim kendali mutu dan kendali biaya dapat melakukan:
a. sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan
praktik profesi sesuai kompetensi;
b. utilization review dan audit medis; dan/atau
MANAJEMEN FASKESPasal 35 Perpres 12/2013 (Ketersediaan)Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas ketersediaan fasilitas kesehatanPasal 36 Perpres 12/2013 (Pelayanan Kesehatan)Faskes Pemerintah/Pemda yang memenuhi persyaratan
Wajib kerjasama dengan BPJS Kesehatan.Faskes swasta yang memenuhi persyaratan
dapat kerjasama dengan BPJS Kesehatan.Kerja sama membuat perjanjian tertulis.Persyaratan Faskes BPJS PERATURAN MENTERI.Pasal 42 Perpres 12/2013 (Kinerja Faskes)Memperhatikan mutu pelayanan Orientasi aspek keamanan pasien Efektifitas tindakanKesesuaian kebutuhan pasien Efisiensi biaya
SELEKSI FASKES(Kredensialin
g)
PENILAIAN KINERJA FASKES
(komponen utama rekredensialing)
c. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan.
AUDIT MEDIS
3. Pada kasus tertentu, tim kendali mutu dan kendali biaya dapat meminta
informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan Peserta dalam bentuk
salinan/fotokopi rekam medis kepada Fasilitas Kesehatan sesuai
kebutuhan.
4. Menteri Kesehatan membentuk Tim Pertimbangan Klinis (clinical
advisory)
a. terdiri atas unsur organisasi profesi dan akademisi kedokteran.
b. bertugas memberikan rekomendasi terkait dengan permasalahan
teknis medis pelayanan kesehatan.
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya, Langkah-Langkah Yang
Harus Dilakukan Rumah Sakit
1. Meningkatkan efisiensi.
Kurangi atau hilangkan Potensi Inefisiensi Pelayanan Rumah Sakit
• Farmasi
VERIFIKATOR
CODER
DOKTER
Diagnosa Utama :Diagnosis SekunderTreatment khusus (CMG)
Membaca Resume MedisMenentukan Diagnosa Utama dan sekunder
MEMASTIKAN DIAGN
OSA SUDAH SESUAI
• Alat medik habis pakai
• Pemeriksaan penunjang
• Lama rawat (LOS)
• overhead cost dll
2. Perbaiki mutu rekam medik
3. Perbaiki kecepatan dan mutu klaim pelayanan JAMKESMAS/INA-CBG
Medical Record
CBGGroup
Coding
4. Melakukan standarisasi
Berpengaruh pada cash flow RS
jadwal pembayaran
hutang RS, jasa profesi dll
Input proses outputClinical Pathway
Biaya pelayanan kesehatan semakin hari semakin meningkat dimana pembiayaan RS merupakan komponen terpenting Perlu dilakukan pengendalian biaya dengan tetap menjamin mutu pelayanan melalui kebijakan metode pembayaran RS dengan pola INA-CBG’sINA-CBG, adalah metoda pembayaran paket prospektif yang akan digunakan BPJS untuk membayar RS era JKN.Berbagai permasalahan yang masih ada terkait besaran dan sistem perlu terus diperbaiki dengan menyiapkan data yang makin baik dan melakukan adjustment dengan melibatkan pemangku kepentingan.Perlu dibangun sistem review/monitoring post claim yang baik
Perbandingan Bpjs Kesehatan Dengan Asuransi Kesehatan.
BPJS : Jaminan kesehatan ini punya keunggulan iuran murah dengan manfaat
lengkap yang tanpa pre-exisiting condition, tanpa medical check-up dan
tidak ada batasan plafond. Tanpa plafond, essentially, semua tagihan
rumah sakit akan dicover oleh BPJS selama mengikuti prosedur dan kelas
kamar. Sejumlah keunggulan ini yang sulit didapatkan di asuransi
kesehatan swasta, yang preminya lebih mahal, manfaat terbatas hanya
rawat inap dan ada batasan plafond. Namun, tantangannya di BPJS adalah
proses berbelit, antrian panjang dan terbatasnya pilihan rumah sakit.
Proses di BPJS masih jauh dari convenience buat peserta.
Asuransi Kesehatan: Asuransi unggul dalam hal kecepatan, kemudahan dan
fleksibilitas memilih rumah sakit. Pengobatan di semua rumah sakit pada
dasarnya diterima oleh asuransi, baik itu yang kerjasama (cashless) dan
tidak kerjasama (reimbursement). Kekurangannya, manfaat lebih terbatas
(tidak ada rawat jalan, kehamilan, gigi dan optik), larangan pre-exisiting
condition jika punya penyakit bawaan (terutama usia – usia tua), premi
mahal dan ada plafond yang bisa membuat tagihan tidak semua dibayar
(jika melebihi plafond), terutama pengobatan yang biayanya mahal (yang
justru jadi alasan kenapa kita membeli asuransi in the 1st place). Anda bisa
cek lebih lanjut di situs Manulife dan Allianz, jika ingin tahu lebih lanjut.
Setelah melihat perbandingan ini, kita melihat bahwa BPJS dan asuransi
kesehatan memiliki kelebihan sendiri. Keduanya sebenarnya saling melengkapi.
Bebarapa saran skala prioritas pilihan sebagai berikut:
Prioritas 1. BPJS + Asuransi Kesehatan. Jika tidak ada kendala keuangan,
idealnya punya BPJS dan Asuransi Kesehatan. Keduanya saling
melengkapi. Jika opsi ini dipilih, pastikan ambil asuransi yang bisa double
– claim, supaya tagihan bisa diklaim di keduanya.
Prioritas 2. Asuransi Kesehatan. Buat saya, kecepatan, kemudahan dan
fleksibilitas itu yang utama dalam proses berobat. Keterbatasan pilihan
rumah sakit merupakan kendala serius buat saya karena pindah dokter tidak
semudah pindah bengkel atau pindah toko. Makanya, asuransi kesehatan
lebih saya pilih. Tapi ini penilaian subjektif. Anda mungkin punya
pertimbangan lain yang berbeda.
Prioritas 3. BPJS. Jika budgetnya terbatas, karena premi asuransi kesehatan yang
mahal, BPJS adalah pilihannya. Memiliki jaminan kesehatan adalah hal
wajib karena biaya berobat yang mahal dan semakin mahal. Harapannya
proses di BPJS bisa semakin baik, sehingga kualitas dan coverage rumah
sakitnya bisa sebaik asuransi kesehatan.
Tantangan BPJS Kesehatan Ke Depan
1. Perubahan sistem pembayaran dari retrospektif payment system (Fee For
Services) menjadi prospektif payment system (Ina CBG’s) .
2. Komitmen Faskes dalam mengelola Rekam Medis secara profesional.
3. Program promotif dan preventif belum optimal.
4. Peserta Jamkesmas/masyarakat belum paham rujukan berjenjang.
5. Koordinasi antara Medis, Paramedis, tenaga administratif dan
manajemen RS dengan BPJS Kesehatan dalam proses penagihan dan
verifikasi klaim.
6. Komitmen Faskes untuk melakukan penagihan tepat waktu (N+10).
7. Audit Medis akan dilakukan di era BPJS Kesehatan.
8. Pemahaman seluruh stakeholder tentang program Jaminan Kesehatan
Nasional.
9. Masyarakat miskin adalah target program Jamkesmas, bagaimana
mekanisme verifikasi kriteria.
10. Memperluas cakupan menuju kepesertaan semesta.
Strategi BPJS Kesehatan Ke Depan
1. UU No. 24 tahun 2011, berfokus pada pengembangan sistem nasional
terintegrasi .
2. Yang menjadi isu utama :
a. Pengembangan cakupan .
b. Penentuan paket layanan .
c. Pembuatan mekanisme pembayaran provider.
3. Diperlukan aturan-aturan lebih operasional .
4. Yang harus diperhitungkan , keberlangsungan/kecukupan pembiayaan :
perhitungan premi selama ini dihitung 1 USD dilakukan penghitungan
kembali ( Rp 5.500) , harmonisasi dan sinkronisasi dari bermacam-macam
skema sebelumnya.
Harapan Terhadap Pelaksanaan BPJS Kesehatan Ke Depan :
1. Sinergi seluruh stakehulder dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional.
2. Kesamaan persepsi stakeholder tentang JKN yang dilaksanakan oleh BPJS
Kesehatan ( benefit, prosedur pelayanan, besaran tarif ) .
3. Pemahaman dan pelaksanaan Rumah Sakit dalam pelaksanaan JKN .
Tentang rujukan berjenjang,rujuk balik, alur pelayanan dan percepatan
penagihan dengan sistem INA-CBG‘s.