Filsafat Hukum

27
MAKALAH FILSAFAT HUKUM PERTIMBANGAN PEMBERIAN GRASI OLEH PRESIDEN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA (GRASI KEPADA BANDAR NARKOBA OLEH PRESIDEN) NOFRY HARDI 1220113030 FAKULTAS HUKUM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

Transcript of Filsafat Hukum

Page 1: Filsafat Hukum

MAKALAH FILSAFAT HUKUM

PERTIMBANGAN PEMBERIAN GRASI OLEH PRESIDEN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

(GRASI KEPADA BANDAR NARKOBA OLEH PRESIDEN)

NOFRY HARDI

1220113030

FAKULTAS HUKUM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2012

Page 2: Filsafat Hukum

BAB I

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini kita menyaksikan berbagai persidangan yang menyita energi pikiran kita.

Kasus-kasus remeh temeh seperti pencurian listrik cas HP, pencurian semangka, pencurian

semangko, kasus e-mail Prita, pencurian sandal disidangkan dan menimbulkan persoalan serius

dalam tataran filsafat hukum. Nurani tergugah. Persoalan antara penerapan hukum dalam kajian

positivisme hukum berhadapan dengan keadilan disisi lain.

Dalam kajian Filsafat Hukum yang terus menerus menggugat “ketidakadilan” dan terus

menerus mempersoalkan “keadilan”, isu hukum menjadi salah satu topik yang menarik untuk

didiskusikan. Banyak lahir pemikiran besar yang terus menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dari perkembangan ilmu hukum.

Kita kemudian mengenal Immanual Kant, Hans Kelsen, Hart, Thomas Aquinas, John

Locke, Hugo Grotius sekedar menyebutkan nama yang mempengaruhi pemikiran besar dalam

perkembangan filsafat hukum. Dalam ranah filsafat hukum, secara sederhana dirumuskan,

Menegakkan keadilan harus menjadi tujuan negara (Plato). Keadilan sebagai nilai yang paling

sempurna/lengkap. Hukum harus membela kepentingan atau kebaikan bersama/Common good

(Aristoteles). hukum sebagai sistem harus adil (H. L. A. Hart).

Dalam perkembangan dalam abad pertengahan yang sangat theosentris yang dicanangkan

oleh Agustinus dan Thomas Aquinas, hukum yang tidak adil sama sekali bukan hukum. Dalam

lingkungan hukum islam, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Sina dan Ibnu Rushd (hanya

beberapa tokoh pemikiran Islam), Hukum dalam Fiqh bersifat theosentris yang didasarkan

Page 3: Filsafat Hukum

kepada wahyu Illahi. Inilah yang disebut hukum Islam. Pemikiran Aquinas diteruskan

pengikutnya seperti ahli hukum Belanda seperti Hugo Grotius.

Sedangkan pada abad 17 – 19 yang ditandai perkembangan industri dan perkembangan

ilmu pengetahuan yang begitu dahsyat (sebagian menamakan sebagai abad pencerahan),

pemikiran ini kemudian digagas dari Inggris David Hume dan John Locke. Pada masa inilah

kemudian lahir mahzab “positivisme hukum”. Mazhab ini kemudian menemukan bentuknya

ketika Thomas Hobbes dan Immanual Kant yang meletakkan eksitensi negara pada hukum

positif diatas keadilan kontraktual.

Menurut Hobbes, keadilan sama dengan hukum positif, maka hukum positif menjadi

satu-satunya norma untuk menilai apa yang benar dan salah, atau adil dan tidak adil. Pemikiran

ini kemudian tampak dalam Immanual Kant. Menurutnya, hak atas kebebasan individu pada titik

sentral konsepnya tentang keadilan. Keadilan akan terjamin apabila warga mengatur perilaku

dengan berpedoman pada nilai-nilai universal. Pada akhir abad ke-19, perkembangan filsafat

hukum ditandai dengan aliran baru yang dikenal dengna nama mazhab Historis. Menurut Hegel,

hukum merupakan realitas politik harus dilihat sebagai tatanan etis yang secara normatif

mengarahkan perilaku manusia. Sedangkan Savigny, hukum sebagai refleksi etika sosial

masyarakat. Hukum yang baik, harus merupakan refleksi dari nilai etika masyarakat.

Mazhab ini kemudian menjadi inspirasi bagi aliran hukum mazhab sosiologis. Hukum

tidak dapat dipahami secara tepat tanpa pemahaman sistematis mengenai tujuan yang melahirkan

hukum, yang dapat ditemukan dalam kehidupan social.

Selanjutnya lahir pemikiran hukum mazhab realisme hukum. Menurut Roscoe Pound

yang dikenal sebagai social engineering, hukum tidak dapat diterapkan sesuai dengan kitab

Page 4: Filsafat Hukum

hukum. Hukum harus memuat ajaran dan sekaligus ideal yang mendorong masyarakat ke masa

depan yang lebih baik. Hukum harus menjadi alat perekayasa sosial (social engineering). Ini

diperkuat oleh Ronald Dworkin yang menegaskan, jika memahami hukum, maka kita harus

memperhatikan bagaimana hukum itu diterapkan oleh hakim. Hukum baru menjadi hukum

yang sebenarnya ketika digunakan hakim untuk menyelesaikan kasus hukum.

Berangkat dari pernyataan Ronald Dworkin yang telah menegaskan “hukum baru

menjadi hukum” yang sebenarnya ketika digunakan hakim untuk menyelesaikan kasus hukum”

dan pertikaian teoritis antara rasionalitas dan Empirisisme yang berhasil didamaikan oleh

Immanuel Kant dalam bukunya “Kritik der Reinen Vernunfft (kritik atas rasio murni), maka kita

akan dapat mengidentifikasi pemikiran hakim sebelum menjatuhkan putusannya. Menurut

Immanuel Kant, pengetahuan kita merupakan sintesis antara unsur-unsur a priori (lepas dari

pengalaman) dan a posteriori (berdasarkan pengalaman).

Dengan menggunakan pendekatan Ronald Dworkin dan pernyataan Immanuel Kant

kemudian dapat dirumuskan bagaimana pemikiran hakim sebelum menjatuhkan putusan.

Pertanyaan akan muncul. Apakah hakim sebelum menjatuhkan putusan (didalam pertimbangan

vonis) akan bersikap independent atau akan bersikap dependent. Dalam kajian filsafat hukum,

tentu saja kita akan mudah menjawabnya, hakim harus netral, imparsial dan menggunakan

pendekatan ilmu hukum normatif untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi.

Namun fakta-fakta membuktikan sebaliknya. Dalam berbagai kasus yang sering kita lihat

di berbagai media, pengetahuan hakim berangkat dari a priori dan a posteriori. Tuntutan publik

agar pelaku dihukum berat, ada ketakutan membebaskan pelaku korupsi, semangat anti korupsi

Page 5: Filsafat Hukum

yang terus menerus dikampanyekan merupakan salah satu dependent yang mempengaruhi hakim

sebelum menjatuhkan putusan.

Belum lagi pendidikan, pengalaman, pekerjaan, lingkungan pergaulan, pandangan politik,

jenis kelamin, struktur sosial yang juga mempengaruhi hakim didalam putusannya. Berangkat

dari sintesis a priori dan a posteriori dalam lingkup independent dan dependent hakim sebelum

memutuskan perkara, pertimbangan hakim mempunyai bahan kajian yang menarik untuk selalu

didiskusikan. Dari ranah inilah kemudian kita dapat melihat bagaimana hukum dapat

“mewarnai” berbagai perkembangan hukum yang tentu saja memberikan pengetahuan didalam

menyelesaikan berbagai persoalan sehari-hari.

Dalam kenyataan yang terjadi pada saat ini sering dijumpai ketidak sesuaian antara

hukum dan kenyataan dimana orang yang melakukan perbuatan hukum ringan dihukum

sedemikian beratnya namun orang yang melakukan perbuatan hukum yang berat diberikan

hukuman yang ringan. Bahkan sampai diberikan grasi oleh Presiden, seperti yang terjadi pada

Meirika Franola yang diberikan pengurangan hukuman oleh Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono dari hukuman mati menjadi hukuman penjara seumur hidup.

Yang kemudian menjadi polemik dalam penegakan hukum karena penerima grasi masih

melakukan tindak pidana dari balik penjara yang semestinya menjadi tempat untuk merenungi

kesalahannya. Dalam makalah ini penulis akan mengangkat permasalahan pemberian grasi oleh

Presiden terhadap pelaku tindak pidana narkotika yang masih melakukan tindak pidana dari

dalam jeruji tahanan.

Page 6: Filsafat Hukum

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Grasi

Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau

penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Presiden terhadap

terpidana yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap.1 Presiden berhak mengabulkan atau menolak permohonan grasi yang

diajukan terpidana setelah mendapat pertimbangan dari Mahkamah Agung. Pemberian

grasi oleh Presiden dapat berupa:

a. peringanan atau perubahan jenis pidana;

b. pengurangan jumlah pidana; atau

c. penghapusan pelaksanaan pidana.2

Pemberian grasi memang seyogyanya adalah hak presiden namun dalam pemberian grasi

yang terjadi pada Meirika Franola alias ola yang terjadi beberapa waktu lalu banyak menuai

pro dan kontra sehingga menimbulkan kerancuan hukum dalam masyarakat. Pemberian grasi

hanya ditujukan kepada terpidana yang menjadi korban bukan diberikan kepada pengedar

ataupun gembong narkoba.

Grasi adalah salah satu dari lima hak yang dimiliki kepala negara di bidang yudikatif.

Grasi adalah Hak untuk memberikan pengurangan hukuman, pengampunan, atau bahkan

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi, pasal 1

2 Ibid, pasal 4

Page 7: Filsafat Hukum

pembebasan hukuman sama sekali. Sebagai contoh yaitu mereka yang pernah mendapat

hukuman mati dikurangi menjadi bebas dari hukuman sama sekali . Di Indonesia, grasi

merupakan salah satu hak presiden di bidang yudikatif sebagai akibat penerapan sistem

pembagian kekuasaan. 3

B. Polemik Pemberian Grasi

Meirika Franola (Ola) ditangkap saat menyelundupkan 3 kilogram kokain dan 3,5 kg

heroin di Bandara Soekarno-Hatta pada 12 Januari 2000. Vonis hukuman mati yang

dijatuhkan kepadanya berkekuatan hukum tetap (inkracht) setelah Mahkamah Agung

menolak peninjauan kembali kasusnya pada 27 Februari 2003. Namun, Presiden Yudhoyono

mengampuninya dan memberikan grasi pada 26 September 2011 sehingga hukuman yang

harus dijalaninya diubah menjadi hukuman pidana penjara seumur hidup.

Ola yang masih mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Tangerang belakangan

ditengarai terlibat lagi dan bahkan mengotaki peredaran narkoba dengan jaringan dari luar

negeri. Kasus ini tengah ditangani Badan Narkotika Nasional (BNN).

Ola adalah terpidana mati kasus penyelundupan kokain dan heroin di Bandara Soekarno-

Hatta pada Januari 2000. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi grasi sehingga

hukuman matinya dikurangi menjadi penjara seumur hidup. Setelah mendapat grasi, Ola,

yang masih mendekam di penjara wanita Tangerang, diduga terlibat dalam kasus narkoba

lagi. Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Eva Sundari, meminta presiden

tidak lagi memberikan grasi kepada terpidana narkoba. Untuk membuktikan diri kalau istana

3 Dikutip dari https.www.wikipedia.com

Page 8: Filsafat Hukum

bersih dari mafia. Selain melawan kepentingan umum, juga tidak membuat jera,4 Pemberian

grasi untuk Franola alias Ola, tak lepas dari pemberian grasi sebelumnya bagi terpidana

narkoba asal Australia, Schapelle Corby. Menurut Eva, pihak yang pantas mendapatkan

pengampunan adalah korban atau pemakai, bukan yang terlibat perdagangan seperti kurir.

Namun, ia menolak hukuman mati. Eva merekomendasikan alternatif pemberatan hukuman

berupa pelayanan sosial seumur hidup.

Ola bahkan disebut-sebut sebagai otak pengedaran narkotik setelah Badan Narkotika

Nasional menangkap Nur Aisyah pada 4 Oktober lalu di Bandung. Nur, yang membawa sabu

seberat 775 gram, mengaku sebagai kurir Ola. Anggota Komisi Hukum DPR mencatat

sejumlah kejanggalan dari pemberian grasi Ola. Salah satu keanehan adalah sikap presiden

yang menyatakan bahwa Ola hanyalah seorang kurir. Padahal, dalam fakta persidangan dan

putusan hakim, baik Pengadilan Negeri Tangerang, pengadilan Tinggi, maupun Mahkamah

Agung, diputuskan bahwa Ola merupakan bagian dari sindikat peredaran narkoba.

Badan Narkotika Nasional tidak turut memberikan masukan atau pertimbangan dalam

pemberian grasi tersebut. Sesuai Undang-Undang dalam pemberian grasi hanya meminta

pertimbangan Mahkamah Agung.5

Juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengaku tidak mengetahui secara pasti

proses saat pemberian grasi. Grasi untuk Ola itu kan diberikan September 2011, pasti sudah

ada rekomendasi masukan untuk memberi grasi,. Ia tidak tahu masukannya dari siapa saja,

tetapi tentunya itu komprehensif dari internal, laporan dari Politik, Hukum, dan Keamanan.

Julian memastikan Presiden tidak akan menoleransi, apalagi memberi keleluasaan untuk

4 Tempo Minggu 11 November 2012.5 Kepala Bagian Humas dan Dokumentasi Badan Narkotika Nasional Sumirat Dwiyanto sebagaimana

dikutip dari detik.com

Page 9: Filsafat Hukum

gembong narkoba. Hak tiap individu yang terpidana untuk memohon grasi, Ola tidak dalam

klasifikasi sebagai gembong narkoba.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Amir Syamsudin meminta agar publik tidak

menyalahkan presiden soal grasi Ola. Pemberian grasi merupakan kewenangan presiden.

Lagi pula didasari pertimbangan. Ola adalah satu dari 127 terpidana yang mengajukan grasi

ke presiden.6

Pihak Istana seharusnya tidak perlu emosional dalam menanggapi pernyataan Ketua

Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD terkait adanya mafia narkoba di lingkungan Istana.

Hal ini lantaran pemberian grasi terhadap Meirika Franola (Ola) memang penuh dengan

kejanggalan dan terkesan dipaksakan.7

Keempat kejanggalan pemberian grasi terhadap Ola itu,

1. Terkait fakta persidangan dan pertimbangan hukum putusan hakim mulai dari pengadilan

negeri, pengadilan tinggi, hingga Mahkamah Agung. Ketiganya memiliki penilaian yang

sama bahwa Ola merupakan bagian dari sindikat peredaran narkoba, bukan seperti yang

disampaikan presiden bahwa Ola hanya seorang kurir.

2. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan telah dikuatkan dengan

putusan MK, hukuman mati merupakan hukuman yang konstitusional. Dengan demikian,

keputusan Presiden menghilangkan hukuman mati untuk Ola tidak tepat lantaran hanya

karena melihat tren di negara lain yang cenderung hukuman mati menurun.

3. Rasa kemanusiaan dan keadilan atas jutaan korban narkoba dan keluarga yang

ditinggalkan seharusnya tidak diabaikan Presiden hanya demi seorang Ola.

6 http://hukum.kompasiana.com/2012/11/13/polemik-pemberian-grasi-meirika-franola-502841.html7 http://www.merdeka.com/peristiwa/menkum-ham-bela-sby-soal-pemberian-grasi-ola.html.2012-11-16

Page 10: Filsafat Hukum

4. Mahkamah Agung juga telah menyatakan tidak cukup alasan untuk memberikan grasi

kepada Ola, tetapi kenapa presiden dan para stafnya terkesan mengabaikan rekomendasi

MA tersebut. Sekarang semua semakin jelas dan tidak bisa dibantah lagi.

Ada beberapa jenis kriminal atau kejahatan yang sebenarnya pantas diancam dengan

hukuman mati. Adalah narkoba dan pembunuhan, menurutnya kejahatan-kejahatan yang

selayaknya diberikan hukuman mati, dan itu juga ada diatur dalam konteks agama.

Namun hukuman mati bisa dilaksanakan bila proses yudisial dan hukumnya sudah tidak

diragukan lagi. Jika proses yudisial dan hukumnya masih diragukan dan memerlukan

pembuktian-pembuktian lagi, hukuman mati belum boleh dilakukan. Dalam kasus yang

menimpa Meirika Franola alias Ola, wajar bila dilaksanakan hukuman mati. Hal itu ia

utarakan karena yang bersangkutan melakukan kesalahan fatal, di mana meracuni generasi

anak bangsa dengan narkoba. Penanggungjawab atas pemberian grasi kepada Ola yang

tadinya dihukum mati menjadi hukuman pidana penjara seumur hidup adalah Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY). Hal itu didasari karena presidenlah yang memiliki hak

prerogratif pemberian grasi kepada Ola ketika itu. Jika pemberian grasi itu suatu kekeliruan

maka kedepan harus memperbaiki sistem pemberian grasi pada kasus selanjutnya. Meski

grasi hak preogratif presiden, tentu grasi diberikan sesuai dengan nilai-nilai kebijakan yang

diemban olehnya.8

Meski sampai saat ini hukuman mati dalam beberapa kasus masih pro dan kontra, dalam

perspektif agama ia menjelaskan hukuman mati itu ada dan diperbolehkan. Hal itu dilakukan

untuk pidana tertentu dan kemudian sudah melalui proses yudisial dan hukum yang tidak

8 http://medan.tribunnews.com/2012/11/10/rektor-iain-sumut-pemberian-grasi-oleh-sby-keliru

Page 11: Filsafat Hukum

diragukan lagi. Kebijakan negara yang ingin memberantas narkoba membuat pemberian grasi

haruslah sangat selektif.

Narapidana kasus narkoba yang menerima grasi dari presiden Susilo Bambang

Yudhoyono, Meirika Franola, ternyata masih aktif mengendalikan bisnis narkoba dari balik

jeruji penjara. Keterlibatan Meirika franola alias Ola diketahui dari keteranga seorang kurir

narkoba Nur Aisyah alias NA, 40, yang ditangkap di Bandara Husein Sastranegara, Bandung,

Minggu 4 november 2012. Ia diringkus saat tiba dari India dengan membawa tas punggung

yang di dalamnya berisi sabu seberat 775 gram. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN)

Provinsi Jawa barat Anang Pratanto mengatakan dalam pemeriksaan Nur Aisyah mengaku

direkrut pacarnya yang mendekam di Lembaga Permasyarakatan Tanjung Balai, Asahan,

Sumatera Utara lau kemudian diserahkan kepada Franola. Grasi untuk Ola terungkap lewat

keterangan juru bicara Mahkamah Agung Djoko Sarwoko yang mengatakan bahwa grasi

yang diterima Ola berupa pengurangan hukuman dari hukuman mati menjadi hukuman

penjara seumur hidup berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 35/G/2012 yang

ditandatangani presiden pada 26 September 2011. Dari penangkapan terhadap Aisyah turut

disita buku tabungan atas nama SN, satu kartu ATM, telepon seluler, dokumen perjalanan

dan papor atas nama tersangka. Berbagai Non Government Organisation menatakan bahwa

grasi tersebut bias menjadi boomerang bagi presiden karena menyangkut dengan hajt hidup

orang banyak yang terkena dampak narkoba. Presiden harus lebih hati-hati dalam

memberikan grasi. Kalau bisa pemberian grasi terhadappengedar narkoba dihapuskan.

Namun Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsudin mengatakan grasi untuk Franola sudah

berlaku dan tidak bisa ditarik kembali dan apabila terbukti Ola melakukan bisnis narkoba

dari dalam penjaramaka ia harus diadili dalam perkara tersendiri tanpa mengurangi masa

Page 12: Filsafat Hukum

hukuman. Kalau terbukti maka ia harus dihukum lebih berat. Namun ia berkata ke depannya

pemberian grasi akan lebih diperhitungkan.

C. Kronologis kasus Meirika Franola

12 Januari 2000

Meirika Franola ditangkap saat menyelundupkan3 kg kokain dan 3,5 heroin di Bandara

Soekarno-Hatta

22 Agustus 2000

Pengadilan Negeri Tangerang memvonis mati Meirika Franola

18 Agustus 2001

Mahkamah Agung memperkuat vonis mati Pengadilan Negeri Tangerang

27 Februari 2003

Mahkamah Agung dalam putusan Peninjauan Kembali menolak kasasi Meirika Franola

26 September 2011

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani grasi untuk terpidana mati atas

nama Meirika Franola dengan pidana penjara seumur hidup

5 November 2012

Meirika Franola diduga terlibat dalam penyelundupan sabu atas nama tersangka Nur Aisyah

yang tertangkap di Bandung.9

9 Dikutp dari Media Indonesia tertanggal Selasa 6 November 2012

Page 13: Filsafat Hukum

Daftar penerima grasi kasus narkoba

1. Schapelle Leigh Corby (Australia)

2. Deni Satia Maharwan (WNI)

3. Meirika Franola (WNI)

4. Rani Adriani (WNI)

5. Peter Achim Franz Grobman (Jerman)

6. Indra Bahadur Tamal (Nigeria)

D. Peran Filsafat Hukum Dalam Mengatasi Polemik Pemberian Grasi

Berpijak dari masalah diatas maka dalam penyelesaiannya harus kembali lagi pada teori

hukum dan filsafat hukum. Filsafat hukum adalah filsafat yang objeknya khusus hukum.

Pokok kajian filsafat hukum :

1. Ontologi hukum yaitu ilmu tentang segala sesuatu (Merefleksi hakikat hukum dan

konsep-konsep fundamental dalam hukum, seperti konsep demokrasi, hubungan

hukum dan kekuasaan, hubungan hukum dan moral).

2. Aksiologi hukum yaitu ilmu tentang nilai (Merefleksi isi dan nilai-nilai yang termuat

dalam hukum seperti kelayakan, persamaan, keadilan, kebebasan, kebenaran, dsb)

3. Ideologi hukum yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang mengangkut cita manusia

(Merefleksi wawasan manusia dan masyarakat yang melandasi dan melegitimasi

kaidah hukum, pranata hukum, sistem hukum dan bagian-bagian dari sistem hukum).

4. Teleologi hukum yaitu ilmu tentang tujuan hukum yang menyangkut cita hukum itu

sendiri (Merefleksi makna dan tujuan hukum)

Page 14: Filsafat Hukum

5. Epistemologi yaitu ilmu tentang pengetahuan hukum (Merefleksi sejauhmana

pengetahuan tentang hakikat hukum dan masalah-masalah fundamental dalam filsafat

hukum mungkin dijalankan akal budi manusia)

6. Logika hukum yaitu ilmu tentang berpikir benar atau kebenaran berpikir (Merefleksi

atran-aturan berpikir yuridik dan argumentasi yuridik, bangunan logical serta struktur

sistem hukum)10

Dalam pemberian grasi tersebut maka pokok kajian yang terdapat pada filsafat hukum

adalah logika hukum dimana dalam penjatuhan suatu keputusan dan pemberian suatu aturan

harus didasarkan kepada logika hukum. Terkait dengan benar atau tidaknya putusan yang

akan dibuat, apa dampaknya bagi masyarakat, dampak bagi pembuat keputusan, maupun

dampak untuk keadaan yang akan datang.

Dalam mempelajari Filsafat Hukum juga berkaitan dengan Hakekat hukum. Filsafat

Hukum Dalam Kaitan dengan Hakekat Hukum. Filsafat hukum merupakan ilmu pengetahuan

yang berbicara tentang hakekat hukum atau keberadaan hukum. Hakekat hukum meliputi :

1) Hukum merupakan perintah (teori imperatif)

Teori imperatif artinya mencari hakekat hukum. Keberadaan hukum di alam

semesta adalah sebagai perintah Tuhan dan Perintah penguasa yang berdaulat. Aliran

hukum alam dengan tokohnya Thomas Aquinas dikenal pendapatnya membagi

hukum (lex) dalam urutan mulai yang teratas, yaitu :

10 Soerjono Soekanto, Renungan Tentang Filsafat Hukum, Raja Grafindo Indo Persada, Jakarta, 1994.

Page 15: Filsafat Hukum

a. Lex aeterna (Rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh manusia, yang

disamakan hukum abadi)

b. Lex divina (Rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh manusia)

c. Lex naturalis (Penjelmaan dari Lex aeterna dan Lex divina)

d. Lex positive (hukum yang berlaku merupakan tetesan dari Lex divina kitab suci)11

2) Kenyataan sosial yang mendalam (teori indikatif)

Mahzab sejarah : Carl von savigny beranggapan bahwa hukum tidak dibuat

melainkan tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat. Aliran

sociological jurisprudence dengan tokohnya Eugen Eurlich dan Roscoe Pound

dengan konsepnya bahwa “hukum yang dibuat agar memperhatikan hukum yang

hidup dalam masyarakat (living law) baik tertulis malupun tidak tertulis”.

3) Tujuan hukum (teori optatiif)

1. Keadilan, menurut Aristoteles sebagai pendukung teori etis, bahwa tujuan

hukum utama adalah keadilan yang meliputi :

Distributive, yang didasarkan pada prestasi

Komunitatif, yang tidak didasarkan pada jasa

Vindikatif, bahwa kejahatan harus setimpal dengan hukumannya

Kreatif, bahwa harus ada perlindungan kepada orang yang kreatif

Legalis, yaitu keadilan yang ingin dicapai oleh undang-undang

2. Kepastian

11 Abdul Halim Barkatullah, Teguh Prasetyo, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum:Pemikiran Menuju

Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermatabat , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012

Page 16: Filsafat Hukum

Hans kelsen dengan konsepnya (Rule of Law) atau Penegakan Hukum. Dalam

hal ini mengandung arti :

Hukum itu ditegakan demi kepastian hukum.

Hukum itu dijadikan sumber utama bagi hakim dalam memutus perkara.

Hukum itu tidak didasarkan pada kebijaksanaan dalam pelaksanaannya.

Hukum itu bersifat dogmatic.

3. Kemanfaatan

Menurut Jeremy Bentham, sebagai pendukung teori kegunaan, bahwa

tujuan hukum harus berguna bagi masyarakat untuk mencapai kebahagiaan

sebesar-besarnya.12

Pemberian grasi harus mempertimbangkan ketiga tujuan hukum di atas

yaitu kepastian, keadilan, dan kemanfaatan agar tidak terjadi lagi kesenjangan

antara terpidana yang menerima grasi dan rakyat yang direkayasa hukum.

BAB III

PENUTUP

Pemberian grasi harus diberikan secara tepat kepada orang yang benar-benar

membutuhkan pengurangan, peringanan, dan pembebasan hukuman oleh Presiden melalui

berbagai pertimbangan-pertimbangan dan persetujuan dari lembaga-lembaga hukum yang

berwenang. Jangan sampai pemberian grasi menjadi senjata bagi penerima grasi untuk kembali

12 Soerjono Soekanto, Renungan Tentang Filsafat Hukum, Raja Grafindo Indo Persada, Jakarta, 1994.

Page 17: Filsafat Hukum

mengulangi perbuatan melanggar hukumnya yang akan menyengsarakan masyarakat dan

menjatuhkan wibawa pemberi grasi. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 Tentang

Grasi telah dinyatakan bahwa grasi memang merupakan hak Presiden namun grasi harus

dibatalkan apabila penerima grasi terbukti kembali melakukan perbuatan melanggar hukum

yang sama atau tindakan lain yang lebih berat ancaman hukumannya. Namun dalam peraturan

perundang-undangan grasi yang telah diberikan tidak dapat ditarik kembali dan penerima grasi

yang kembali melakukan perbuatan melanggar hukum harus diadili secra terpisah dengan tidak

membatalkan grasi yang telah diterimanya. Pada akhinya kita hanya bisa berharap bahwa untuk

kedepannya pemberian grasi harus diberikan melalui pertimbangan yang benar-benar matang dan

melalui prosedur persetujuan dan pengesahan yang seformal-formalnya dengan memperhatikan :

1. Kondisi psikologis penerima grasi

2. Pertimbangan kelakuan penerima grasi selama menjalani hukuman

3. Dampak pemberian grasi bagi masyarakat

4. Kewibawaan dan martabat pemberi grasi

5. Pemantauan secara berkelanjutan terhadap penerima grasi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Barkatullah, Teguh Prasetyo, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum:Pemikiran

Menuju Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermatabat , Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2012

Soerjono Soekanto, Renungan Tentang Filsafat Hukum, Raja Grafindo Indo Persada,

Jakarta, 1994.

Page 18: Filsafat Hukum

Undang-Undang :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi

Internet :

http;/detik.com

http://hukum.kompasiana.comhttp://medan.tribunnews.com

http://merdeka.com/peristiwa

https:/wikipedia.comMedia Cetak :

Media Indonesia

Tempo