Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

13
|90| LOCAL WISDOM, 9 (1): 90 -102, 2017 Local Wisdom Scientific Online Journal ISSN: 2086-3764 Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kasepuhan Sinar Resmi Sari Mawaddahni 1* 1 Program Magister Arsitektur Lingkungan Binaan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya *[email protected] Abstrak Kasepuhan Sinar Resmi merupakan masyarakat adat yang tinggal di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), di wilayah kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Aturan adat leluhur menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan keseharian masyarakat kasepuhan. Sebagai masyarakat peladang, masyarakat kasepuhan taat terhadap aturan leluhur dengan menjalankan berbagai ritual tradisi yang menyangkut kegiatan pertanian. Filosofi hidup yang sederhana, menghargai serta menyatu dengan alam merupakan wujud kearifan lokal yang dipegang teguh oleh masyarakat kasepuhan. Derasnya arus perkembangan teknologi dan informasi dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif pada keberlanjutan nilai-nilai tradisi pada kehidupan masyarakat kasepuhan. Kajian terhadap objek studi dilakukan untuk mengidentifikasi potensi-potensi nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat kasepuhan Sinar Resmi. Untuk mengkaji nilai-nilai kearifan lokal pada kasepuhan Sinar Resmi, digunakan metode deskriptif- kualitatif dengan menganalisa dan mengumpulkan literasi data sekunder. Abstract Kasepuhan Sinar Resmi are indiheneous people that settled in the area of National Park of Halimun Salak Mountain, on Kabupaten Sukabumi, West Java. The customs and tradition from the ances- tors being unseparatable part on the community’s life. As a farming community, the people of kasepuhan obey the ancestral rules by carried out the ritual tradition, especially those related in farming activity. Live in humble and respect nature are their philosophy of life that became the local wisdom and adhered to the kasepuhan people. The rapid flow of technology and information have an impact on the continuity of the local values. The aim of the study are to identify the potencies of Kasepuhan Sinar Resmi’s local wisdom. The method used is descriptive-qualitative by analyzing secondary data from the gathered literature. Kata kunci: kasepuhan, filosofi hidup, kearifan lokal Keyword: kasepuhan, philosophy of life, local wisdom @ 2017 The Authors. Published by GKAK UNMER Malang *Corresponding Author: [email protected]

Transcript of Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

Page 1: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

|90|

LOCAL WISDOM, 9 (1): 90 -102, 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

ISSN: 2086-3764

Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan LokalMasyarakat Adat Kasepuhan Sinar Resmi

Sari Mawaddahni1*

1 Program Magister Arsitektur Lingkungan Binaan Fakultas TeknikUniversitas Brawijaya*[email protected]

Abstrak

Kasepuhan Sinar Resmi merupakan masyarakat adat yang tinggal di kawasan TamanNasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), di wilayah kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.Aturan adat leluhur menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan keseharianmasyarakat kasepuhan. Sebagai masyarakat peladang, masyarakat kasepuhan taatterhadap aturan leluhur dengan menjalankan berbagai ritual tradisi yang menyangkutkegiatan pertanian. Filosofi hidup yang sederhana, menghargai serta menyatu denganalam merupakan wujud kearifan lokal yang dipegang teguh oleh masyarakat kasepuhan.Derasnya arus perkembangan teknologi dan informasi dikhawatirkan akan memberikandampak negatif pada keberlanjutan nilai-nilai tradisi pada kehidupan masyarakatkasepuhan. Kajian terhadap objek studi dilakukan untuk mengidentifikasi potensi-potensinilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat kasepuhan Sinar Resmi. Untuk mengkajinilai-nilai kearifan lokal pada kasepuhan Sinar Resmi, digunakan metode deskriptif-kualitatif dengan menganalisa dan mengumpulkan literasi data sekunder.

Abstract

Kasepuhan Sinar Resmi are indiheneous people that settled in the area of National Park of HalimunSalak Mountain, on Kabupaten Sukabumi, West Java. The customs and tradition from the ances-tors being unseparatable part on the community’s life. As a farming community, the people ofkasepuhan obey the ancestral rules by carried out the ritual tradition, especially those related infarming activity. Live in humble and respect nature are their philosophy of life that became thelocal wisdom and adhered to the kasepuhan people. The rapid flow of technology and informationhave an impact on the continuity of the local values. The aim of the study are to identify thepotencies of Kasepuhan Sinar Resmi’s local wisdom. The method used is descriptive-qualitativeby analyzing secondary data from the gathered literature.

Kata kunci:kasepuhan, filosofihidup, kearifanlokal

Keyword:kasepuhan,philosophy of life,local wisdom

@ 2017 The Authors. Published by GKAK UNMER Malang*Corresponding Author: [email protected]

International Office
Typewritten Text
International Office
Typewritten Text
International Office
Typewritten Text
International Office
Typewritten Text
International Office
Typewritten Text
Page 2: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 91 |

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang terdiridari 17.504 pulau dengan 633 kelompok suku besaryang dapat dibagi menjadi 1.331 suku (termasuksub suku, sub sub-suku dan nama alias)1,2. Denganbanyaknya jumlah suku dan pulau, Indonesia men-jadi negara yang kaya akan ragam budaya. Suku-suku tersebut tinggal secara tersebar di seluruhwilayah Indonesia, baik di pulau kecil serta besar,di daerah pesisir laut, dataran hingga pegunungan.Kebudayaan Indonesia terbentuk melalui prosesyang sangat panjang dan dalam jangka waktu yanglama. Unsur-unsur budaya yang tumbuh dan ber-kembang di tengah kehidupan masyarakat antaralain agama, bahasa, norma, pengetahuan, ekonomi,kesenian, peralatan hidup, serta budaya bermukim3.Diversitas suku maupun masyarakat adat besertapermukimannya menjadi khasanah budaya Indo-nesia yang harus dijaga keberlanjutannya. Tekno-logi dan informasi yang terus berkembang, menye-babkan terjadinya pergeseran nilai budaya leluhuryang diwariskan untuk generasi penerusnya.

Kasepuhan Sinar Resmi, merupakan salahsatu masyarakat adat yang tinggal di kawasanTaman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS),Jawa Barat. Tatali paranti karuhun menjadi dasarbudaya masyarakat kasepuhan untuk tetap memper-tahankan kearifan lokal sebagai implementasi filo-sofi hidupnya dalam bentuk religi, pandanganhidup, mata pencaharian dan aktivitas sosialbudaya yang berjalan dari generasi satu ke gene-rasi selanjutnya.

Tujuan dari kajian ini adalah: 1) Mengiden-tifikasi filosofi hidup dan sistem sosial budaya padamasyarakat Kasepuhan Sinar Resmi; 2) Mengiden-tifikasi kearifan lokal masyarakat Kasepuhan SinarResmi serta implementasinya dalam kehidupan ke-seharian.

Hasil dari kajian ini diharapkan dapat mem-berikan manfaat berupa: 1) Pemahaman filosofihidup sebagai dasar kearifan lokal masyarakat; 2)

Sebagai pertimbangan dalam penentuan kebijakanyang berkaitan dengan masyarakat adat.

2. METODE

Kajian dilakukan dengan analisa secara des-kriptif-kualitatif untuk mendapatkan pandangan-pandangan dan makna kearifan lokal masyarakatkasepuhan. Data sekunder diperoleh melalui literasipustaka maupun video wawancara mengenai temadan lokasi studi yang terkait.

3. MAKNA KEARIFAN LOKAL

Permana menyebutkan adanya keterkaianantara kearifan lokal dengan masyarakat lokal, dandalam bahasa asing disebut sebagai local wisdom(kebijakan setempat), local knowledge (pengetahuansetempat), atau local genius (kecerdasan setempat).Pandangan hidup, pengetahuan serta berbagai stra-tegi kehidupan yang berwujud aktivitas yang di-lakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawabberbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhanmereka, meliputi seluruh unsur kehidupan; agama,ilmu dan teknologi, organisasi sosial, bahasa dankomunikasi, serta kesenian merupakan wujudkearifan lokal. Masyarakatnya memiliki pemaham-an, program, kegiatan, pelaksanaan terkait untukmemper-tahankan, memperbaiki, dan mengem-bangkan unsur kebutuhan dan cara pemenuhan-nya, dengan memper-hatikan sumber daya ma-nusia dan sumber daya alam di sekitarnya4.

Lebih lanjut, Permana menyebutkan bahwakearifan lokal memiliki enam dimensi, yaitu: [1]Dimensi pengetahuan lokal; [2] Dimensi nilai lokal;[3] Dimensi keterampilan lokal sebagai kemampuanbertahan hidup (survival). Keterampilan lokalbiasanya hanya cukup dan mampu memenuhi ke-butuhan keluarganya masing-masing atau disebutdengan ekonomi subsistensi; [4] Dimensi sum-berdaya lokal, penggunaannya sesuai dengan ke-butuhan, tidak melakukan eksploitasi secara besar-

Page 3: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Wisata Kerajinan Tangan di Dusun Rejoso Kota BatuBaskoro Azis

| 92 |

besaran atau dikomersialkan. Terdapat pembagianwilayah seperti hutan, kebun, sumber air, lahanpertanian, dan permukiman, dan kepemilikan sum-berdaya lokal bersifat kolektif. [5] Dimensi meka-nisme pengambilan keputusan lokal. Setiap masya-rakat pada dasarnya memiliki pemerintahan lokalsendiri atau disebut pemerintahan kesukuan; [6]Dimensi solidaritas kelompok lokal. Suatu masya-rakat umumnya dipersatukan oleh ikatan komunal,ikatan komunikasi untuk membentuk solidaritaslokal. Setiap masyarakat mempunyai media-me-dia untuk mengikat warganya yang dapat dila-kukan melalui ritual keagamaan atau acara danupacara adat lainnya4.

Dalam kearifan lokal terwujud upaya penge-lolaan dan konservasi sumberdaya alam dan ling-kungan. Nababan mengemukakan prinsip-prinsippengelolaan dan konservasi sumberdaya alamsecara tradisional meliputi: [1] Rasa hormat yangmendorong keselarasan hubungan manusia denganalam sekitarnya. Masyarakat tradisional cende-rung memandang dirinya sebagai bagian darialam, [2] Rasa memiliki yang eksklusif bagi ko-munitas atas suatu kawasan atau jenis sumberdayaalam tertentu sebagai hak kepemilikan bersama(communal property resource), [3] Sistem pengetahuanmasyarakat setempat memberikan kemampuan ke-pada masyarakat untuk memecahkan masalah da-lam memanfaatkan sumberdaya alam yang ter-batas, [4] Daya adaptasi dalam penggunaan tekno-logi sederhana yang tepat guna dan hemat energisesuai dengan kondisi alam setempat, [5] Sistemalokasi dan penegakan aturan-aturan adat yangbisa mengamankan sumberdaya milik bersamadari penggunaan berlebihan, baik oleh masyarakatsendiri maupun oleh masyarakat luar (pendatang),[6] Mekanisme pemerataan (distribusi) hasil panenatau sumber daya milik bersama yang dapat men-cegah munculnya kesenjangan dalam masyarakat4.Keteraturan sosial mencegah terjadinya pelang-garan terhadap aturan adat yang berlaku dalammasyarakat.

A. Definisi Masyarakat Adat

Hazairing mendefinisikan masyarakat adatsebagai sebuah kesatuan hukum, kesatuan penguasadan kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hakbersama atas tanah dan air bagi semua warganya5.Hal ini sejalan dengan pendapat dari AliansiMasyarakat Adat Nusantara (AMAN) dalam drafRUU Pengakuan dan Perlindungan MasyarakatAdat, dengan menambahkan faktor asal-usul lelu-hur secara turun temurun pada wilayah geografistertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi, eko-nomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri6.Masyarakat adat dapat disebut juga sebagaimasyarakat tradisional, dengan mencirikan ada-nya: [1] Ikatan yang erat antara masyarakat denganlingkungan, [2] Sikap hidup dan tingkah laku yangmagis religius, [3] Adanya kehidupan gotong-royong, [4] Memegang tradisi dengan kuat, [5]Menghormati para sesepuh, [6] Kepercayaan padapimpinan lokal dan tradisional, [7] Organisasi ke-masyarakatan yang relatif statis, dan [8] Nilai sosialyang tinggi7.

B. Permukiman Sebagai Wujud Sosial-Budaya

Altman mengartikan lingkungan sebagairona (setting) fisik yang menjadi tempat manusiamelaksanakan kehidupan dan kebudayaannya.Arti lingkungan di sini lebih pada kondisi fisik alamdan buatan. Dengan menempatkan arsitektur seba-gai benda fisik buatan manusia dari produk budayamaterial, maka terdapat interaksi (hubungan) dia-logis antar keduanya8. Sedangkan Habraken men-jelaskan bahwa tatanan fisik permukiman meru-pakan satu kesatuan sistem yang terdiri dari: spa-tial system, physical system dan stylistic system. Spa-tial system, yaitu sistem yang berkaitan denganorganisasi ruang, mencakup: hubungan ruang,orientasi, pola hubungan ruang dan sebagainya.Physical system, yaitu sistem mengenai penggunaankonstruksi dan material, sedangkan stylistic sys-

Page 4: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 93|

tem merupakan kesatuan yang mewujudkan bentukmeliputi: fasad atau muka bangunan, bentuk pintudan jendela serta unsur-unsur ragam hias (craftman-ship), baik di dalam maupun di luar9.

4. Pembahasan

Kondisi Geografis Desa Sirna Resmi

Batas wilayah:- Sebelah utara : Sungai Cibareno- Sebelah Selatan : Dusun Cibongbong- Sebelah Timur : Dusun Cikaret- Sebelah Barat : Desa Cicadas

Kawasan Taman Nasional Gunung HalimunSalak (TNGHS) merupakan kawasan hujan tropisalam terbesar di Jawa Barat – Banten. Ada 15 kase-puhan yang bermukim di kawasan TNGHS, di-sebut sebagai Kasepuhan Banten Kidul dengancakupan wilayah meliputi Sukabumi Selatan, BogorSelatan dan Lebak10. Kasepuhan menunjuk pada

adat istiadat lama yang masih dipertahankan dalamkehidupan sehari-hari. Kasepuhan merupakan suatuhimpun-an dari banyak lembur (permukiman) dankampung-kampung kecil dan besar yang terikatsecara adat dan budaya11. Dari segi sosiobudaya,karakteristik masyarakatnya menyerupai budayaSunda abad ke-1612.

Masyarakat kasepuhan Banten Kidul beradadi Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, KabupatenSukabumi, Propinsi Jawa Barat. Secara geografisdesa ini terletak antara 106° 27’ - 106° 33’ BT dan6° 52’ - 6° 44’ LS dengan luas wilayah 4.917

Ha. Desa Sirna Resmi berada pada rangkaianpegunungan vulkanis gunung Halimun, bagiandari rantai Bukit Barisan di Pulau Sumatera dangunung api pulau Jawa bagian barat. MorfologiTNGHS bergelombang sampai berbukit dengankemiringan 21% - 45% sehingga warga kasepuhanmengupaya-kan penyangga erosi dalam bentuksengkedan (terasering) dan tanaman pelindung se-perti bambu, pisang dan aren yang berakar serabutserta pohon jeungjing bodas (sengon).

Gambar 1 Peta Kabupaten Sukabumi(Sumber: www.peta-kota.blogspot.co.id, 2016)

Gambar 2. Peta Kasepuhan Banten Kidul(Sumber: www.budaya-sukabumi.blogspot.co.id, 2016)

Page 5: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Wisata Kerajinan Tangan di Dusun Rejoso Kota BatuBaskoro Azis

| 94 |

Kondisi iklim termasuk tipe A (Iklim hujantropis) dengan curah hujan tahunan sebesar 3.500-4.500 mm/tahun. Rata-rata curah hujan bulanan >100 mm, dengan bulan terkering (+200 mm) padaJuni sampai September dan terbasah (+ 550 mm)antara Oktober dan Maret, sehingga dapat digo-longkan beriklim selalu basah, kelembaban udararata-rata 88 %. Suhu rata-rata bulanan 22,50°Cdengan suhu terendah 19,7°C dan suhu tertinggi31,8°C. Kondisi tersebut mendukung ekosistemkawasan TNGHS sehingga terdapat flora danfauna yang beragam10.

A. Filosofi Hidup

Filosofi hidup masyarakat Kasepuhan SinarResmi adalah sebagai Pancer pangawinan, yaitumempersatukan manusa jeung kemanusaanna (manu-sia dengan kemanusiaannya), dan menjadi dasardalam tindakan sehari-hari yang disebut ngaji diri(mawas diri) atau memahami diri sendiri. Bersikapmawas diri artinya selalu berhati-hati dalam bersi-kap dan berbicara terhadap sesama manusia. Ngajidiri menjadi pilar kehidupan masyarakat dalammembina hubungan antar sesama masyarakat kase-puhan, yakni dalam tekad, ucap jeung lampah (kemauan/niat, perkataan dan perilaku). Niat merupakan titikawal dalam melakukan sesuatu yang tercermin da-lam perkataan dan perilaku seseorang, sehinggaketidaksesuaian antar ketiganya menimbul-kanperilaku munafik. Dalam berucap harus selalusopan dan berhati-hati, ‘saur kedah diukur, nyabdakedah diuger’ agar tidak menimbulkan salah pahamdan menyinggung perasaan orang lain13.

Masyarakat kasepuhan sangat bergantungpada sumberdaya alam di sekitarnya. Dalam istilah‘mipit kudu amit ngala kudu menta’, masyarakatdiwajibkan untuk memohon izin, yang diawali de-ngan doa untuk meminta keberkahan, keselamat-an dan keberhasilan saat memetik atau memanen

di huma atau sawahnya. ‘Ngereut jeung neundeunkeur jaga ning isuk’ bermakna menyisihkan untukhari depan, sehingga akan berkecukupan di masamendatang. Hal ini diwujudkan dalam bentuk leuitatau lumbung padi yang wajib dimiliki oelh setiapmasyarakat kasepuhan. ‘Saeutik, mahi loba nyesa halaldidaharna’ artinya sedikit ataupun cukup banyakhasil panen, harus menyisakan dan halal dimakan.Ungkapan-ungkapan tersebut mengandung maknabahwa masyarakat kasepuhan memiliki sikap hidupbersahaja dan sederhana, dengan pemuas kebu-tuhan yang terbatas harus dapat mencukupi ke-butuhan hidup, namun saat memiliki kelebihanmateri harus menyisihkan serta mendapatkansesuatu harus dengan cara yang halal13.

B. Sosial-Budaya Kasepuhan Banten Kidul

Makna yang tersirat dari sebuah kasepuhanadalah adanya pelestarian dari nilai-nilai tradisiyang diwariskan oleh nenek moyang, dalam masya-rakat kasepuhan disebut sebagai tatali parantikaruhun. Sebuah kasepuhan dipimpin oleh tutunggulyang ditunjuk berdasarkan petunjuk gaib (wangsit)dari tutunggul sebelumnya. Ketua kasepuhan tidakboleh menjabat dalam struktur pemerintahan desaagar tidak terjadi kerancuan dalam melestarikantatali paranti karuhun. Incu putu (keturunan) masya-rakat adat Kasepuhan Banten Kidul tersebar diberbagai wilayah di Sukabumi, Bogor, Lebak,Banten Selatan, Bandung, Jakarta, Cirebon,Kuningan maupun di beberapa kota di luar Jawa.

Jumlah incu putu tiap tahun dapat berbeda,karena setiap warga dapat memiliki keyakinanakan kasepuhan yang dituakan. Sebagai contoh,warga hidup di lingkungan Kasepuhan Sinar Resmi,tetapi menuakan Kasepuhan Ciptagelar. Merekaberanggapan bahwa kesemuanya merupa-kan bariskolot Kesatuan Masyarakat Adat Banten Kidulketurunan Pancer pangawinan.

Page 6: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 95 |

Jabatan Tugas Tutunggul Memimpin kasepuhan Sabah (penasehat) Memberikan nasehat pada Tutunggul Lembur Girang Serat Bertugas mengatur keperluan/acara adat Bendahara Mengatur keuangan kasepuhan Dukun Mengobati orang sakit dan mencegah wabah Ma Beurang Menolong ibu melahirkan Cancli Padaringan Mengambil beras dari tempat penyimpanan beras untuk dimasak pada acara adat

terutama selamatan dan juga membantu untuk memasaknya Bengkong Mengkhitan anak-anak Paninggaran Melakukan perburuan Panghulu Memimpin do’a saat kegiatan adat dilaksanakan Juru Pamakayaan Tani

Mengatur kegiatan pertanian, di sawah dan di huma

Kolot Lembur Memimpin kampung/dusun

Tabel 1. Jabatan dan Tugas Dalam Lembaga Adat

Sumber: Ningrat, 2004

Kasepuhan Banten Kidul merupakan sebuahlembaga adat yang memiliki struktur lembaga di-mana masing-masing fungsi memiliki tugas sesuaidengan aturan adat istiadat yang telah dijalankansecara turun temurun. Abah selaku ketua kasepuhanmenggunakan lembaga adat dalam menata hu-bungan yang stabil antara sesama warga (kese-larasan sosial), serta antara masyarakat denganalam dan lingkungan (keselarasan alam) yangmerupakan sumber kehidupan utama. Dengandemikian, akan tercipta perilaku arif dalam ling-kungan sosial, menjaga alam dan lingkungan sertakerukunan antar masyarakat.

Masyarakat kasepuhan Sinar Resmi meru-pakan masyarakat yang terbuka terhadap dunialuar serta kehidupan modern. Hal ini sejalan de-ngan mulai berkembangnya akses jalan yang lebihmudah, listrik dan sarana komunikasi yang telahmenjangkau permukiman warga. Masyarakat jugamenjunjung tinggi hukum dan peraturan negara,yang tercermin pada pemakaian ikat kepala bagikaum laki-laki. Ikat kepala menggunakan kain segi-empat yang merupakan lambang dari empat arahmata angin. Kain dilipat menjadi bentuk segitiga,melambangkan tiga hukum (adat, negara dan

agama). Dalam setiap pemilihan baik tingkatdaerah maupun negara, masyarakat selalu ber-partisipasi.

C. Implementasi Sosial-Budaya PadaPermukiman

Tata ruang spasial pada permukiman kase-puhan Sinar Resmi dikategorikan menjadi: [1] Poladan orientasi permukiman (makro); [2] Hubunganantar bangunan (meso); [3] Hubungan antar ruang(mikro). Batas, secara tidak langsung menjaditameng bagi aktivitas penghuni di dalamnya. Disamping itu, batas juga memiliki makna kesadaranuntuk menghormati hak-hak tetangga di sekitar-nya, artinya mereka akan merasa aman dan tenangapabila berada dalam lingkungan komunitasnya.Batas pada permukiman kasepuhan terbagi menjadidua, yakni batas fisik dan batas non fisik. Batasfisik pada permukiman kasepuhan Sinar Resmi be-rupa sungai, hutan, sawah kebun, bukit, talun,maupun pagar bambu. Sedangkan yang menjadibatas non fisik berhubungan dengan kepercayaanwarga terhadap hal-hal yang tidak kasat mata.Batas non fisik sulit untuk dibuktikan, karena ber-

Page 7: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Wisata Kerajinan Tangan di Dusun Rejoso Kota BatuBaskoro Azis

| 96 |

kaitan dengan keyakinan warga, tetapi dapat dira-sakan seperti: takut, angker, menyeramkan danlain-lain. Tempat-tempat yang jarang atau tidakpernah dimasuki oleh manusia dipercaya memilikikekuatan jahat, seperti leuweung tutupan, makamdan pohon besar. Kepercayaan warga terhadaproh-roh halus, secara tidak langsung menjadi bataspermukiman dan merupakan bukti pengakuanmereka akan eksistensi serta hubungan erat antarayang kasat mata dengan yang tidak kasat mata.Hubungan tersebut terlihat pada pelaksanaan ber-bagai upacara ritual dan pemberian sesajen dengan

tujuan untuk menghormati atau mengharapberkah. Menurut Adimihardja, hal tersebut meru-pakan ciri masyarakat tradisional yang masih mem-percayai larangan, seperti adanya makhluk-makh-luk atau wujud-wujud yang sakral, bersifat gaib,tidak dapat dibuktikan secara eksperimental ten-tang keberada-annya, karena bagi yang tidak tahudan tidak percaya menganggap hal itu tidak ada.Namun bagi yang mempercayainya perasaan ka-gum dan tunduk pada objek-objek yang disakral-kan tetap menjadi landasan hubungan denganyang disakralkan12.

Gambar 3. Pola Tata Massa Bangunan Pada Kampung Kasepuhan Sinar Resmi(Sumber: Google Earth, 2016) Pola Dan Orientasi Permukiman (Makro)

Gambar 4. Posisi Bumi Ageung Terhadap Rumah Warga(Sumber: Nuryanto & Widaningsih, 2008)

Gambar 5. Bumi Ageung Kasepuhan Sinar Resmi(Sumber: Google Images, 2016)

Page 8: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 97 |

Berdasarkan letak geografisnya yang beradadi kaki pegunungan di kawasan Taman NasionalGunung Halimun Salak (TNGHS), kampung kase-puhan Sinar Resmi termasuk dalam kampung pegu-nungan. Sedangkan berdasarkan mata penca-harian, dalam hal ini merupakan basis kehidupanmasyarakat kasepuhan Sinar Resmi, maka dikatego-rikan sebagai kampung pertanian. Ditinjau darisudut pengelompokan bangunannya, seperti: ru-mah tinggal, lumbung padi, tempat menumbukpadi, kandang ternak, bale desa, musholla, baleadat dan lain-lain, pola massa bangunan di kam-pung kasepuhan Sinar Resmi adalah pola linier danmenyebar. Pola linier terdapat pada bangunanyang berhadapan dengan jalan, sedangkan untukbangunan-bangunan yang terdapat di belakangrumah tersebut tata massanya mengikuti konturlahan sehingga terkesan tidak beraturan. Bangunan-bangunan yang berhadapan dengan jalan ditatasecara linier mengikuti alur jalan pada kampung.Sedangkan bangunan-bangunan di belakangnya,

memiliki pola memusat dengan bumi ageung (rumahketua kasepuhan) sebagai orientasinya.

Tata ruang bumi ageung disebut juga denganistilah daerah girang (paling tinggi), sedangkanbumi warga dikenal dengan sebutan daerah hilir,karena posisinya di bawah girang. Pembagiangirang dan hilir didasarkan pada dua alasan, per-tama: girang merupakan tempat kedudukan (tem-pat tinggal) pimpinan adat yang harus dihormati,sedangkan hilir merupakan tempat kedudukanwarga kasepuhan yang harus tunduk dan patuh padapimpinannya. Kedua, berdasarkan pada konturtanah yang tidak rata.

Pada tata ruang secara makro dan meso, bumiageung harus diletakkan pada sumbu utara-selatan,atau bagian depannya menghadap ke selatan.Dalam pandangan warga, selatan atau kidul diper-caya sebagai tempat ngancikna atau bersema-yamnya Nyi Sri Pohaci (Dewi Padi) yang setiapsaat ’memberikan’ kesuburan pangan bagi warga

Gambar 6. Pola Tata Massa Pada Kampung Kasepuhan Sinar Resmi Berdasarkan Kontur Lahan(Sumber: Hasil Analisis, 2016)

Page 9: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Wisata Kerajinan Tangan di Dusun Rejoso Kota BatuBaskoro Azis

| 98 |

kasepuhan. Arah selatan juga memiliki makna kaindung (ibu) sedangkan utara ka bapa (bapak). Halini merupakan perwujudan makna bahawa setiapanak harus menghormati kedua orang tuanya se-suai peribahasa: “indung tunggulna rahayu, bapatangkalna darajat”, artinya ibu sumber kesejahteraandan bapak sumber keselamatan.

Secara makro, makam berada di tempat yangtinggi berdekatan dengan hutan, dengan orientasibarat-timur. Hal ini berkaitan dengan pandanganmasyarakat kasepuhan, barat sebagai simbolkabinasaan (kematian) dan timur sebagai simbolkahirupan (kehidupan). Barat atau kulon merupakantempat surupna panon poe atau batara surya (terbe-namnya matahari), sedangkan timur atau wetanmerupakan tempat bijilna panon poe (terbitnyamatahari).

Secara makro, terbentuk ruang sakral danprofan pada kampung kasepuhan Sinar Resmi.Hutan dan makam merupakan ruang sakral, se-dangkan permukiman merupakan ruang profan.Posisi ketinggian menjadi batas secara fisik antararuang sakral dengan profan, dan kepercayaan dankepatuhan warga terhadap larangan untuk me-masuki hutan menjadai batas non fisik. Makammenjadi area yang sakral karena sebelum memulaisebuah ritual tradisi, misalnya seren taun. Wargamendatangi makam leluhur untuk memohon restuagar apa yang diharapkan dapat berjalan lancarsesuai harapan.

D. Hubungan Antar Bangunan (Meso)

Pada kampung kasepuhan Sinar Resmi,masing-masing bangunan memiliki fungsi tertentu.Berdasarkan fungsi publik-privat, bangunan-bangunan pada kampung kasepuhan Sinar Resmidapat dibagi sesuai bagan pada gambar 6. Berda-sarkan gender pelaku, bangunan yang boleh di-akses ditunjukkan sesuai bagan pada gambar 7.

makna manusa ka Gustina: “usik malikna manusa ukur

Gambar 7. Fungsi Publik – Privat PadaBangunan di Kawasan Permukiman

(Sumber: Hasil Analisa, 2016)

E. Hubungan Antar Ruang (Mikro)

Bentuk rumah panggung dalam pandanganmasyarakat kasepuhan dipercaya sebagai simboltangtungan jelema (tubuh manusia) yang terdiri dari3 (tiga) bagian utama: suku, awak dan hulu. Sukuyaitu kaki menyimbolkan pondasi, awak merupakanbadan melambangkan dinding dan lantai, sedang-kan hulu adalah kepala sebagai simbol atap. Bagiansuku memiliki makna kabinasaan: “hiji mangsa urangbakal tinemu ajal, numatak kudu inget”, artinya suatusaat kita akan mati, oleh karena itu harus ingatpada kematian: “hirup ka ukur ku tangtung, paeh teunyaho di mangsa”, artinya hidup manusia seumurtubuhnya, sedangkan kematian tidak mengenalwaktu dan tempat. Bagian awak mengandung maknakahirupan: “gumelarna manusa keur hirup jeung kahi-rupannana”, artinya manusia lahir di dunia untukhidup dan kehidupannya. Bagian hulu memiliki

Page 10: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

|99 |

Gusti nu kagungan”. Rumah masyarakat kasepuhanharus memiliki tiga ruang penting yaitu pangdaring-an, hawu, dan sepen.

Gambar 8. Aksesibilitas Pengguna BangunanBerdasarkan Gender

(Sumber: Hasil Analisa, 2016)

a. Pangdaringan, berbentuk segi empat, terbuatdari bahan kayu, dan ditutupi tirai ‘kasang’(pintu dari kayu)

b. Hawu, berbentuk segi empat, dibuat dari bahansemen yang dicetak dan dilubangi di bagiantengahnya agar api dapat bekerja dengan baik.Letaknya di goah (dapur) dan di atasnya ter-dapat rak dari kayu untuk meletakkan per-lengkapan dapur maupun bibit dan alat per-tanian.

c. Sepen, berfungsi sebagai ruang tidur, dibatasidengan dinding kayu dengan ‘kasang’ sebagaitirai.

Gambar 9. Pola Tata Ruang Pada Rumah Tinggal(Sumber:Nuryanto & Widaningsih, 2008)

Page 11: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Wisata Kerajinan Tangan di Dusun Rejoso Kota BatuBaskoro Azis

| 100 |

Organisasi ruang pada rumah panggung ter-diri dari 3 (tiga): tepas imah, tengah imah dan pawon.Tepas imah (depan) merupakan daerah laki-laki,karena aktifitasnya cenderung dilakukan oleh laki-laki, tengah imah (tengah) menjadi daerah umum,karena laki-laki dan perempuan dapat melakukanaktifitas bersama-sama, sedangkan pawon (bela-kang) merupakan daerah perempuan, karena selu-ruh aktifitasnya dilakukan oleh perempuan.

aktifitasnya, sedangkan pembagian depan, tengahdan belakang didasarkan pada tata letak ruang.Wanita menempati daerah belakang dan dalam,sedangkan laki-laki berada pada daerah depan dansamping. Bagian depan sebagai daerah laki-laki,karena laki-laki bersifat di luar, terlibat politik danhubungan eksternal. Tengah bersifat netral, ter-buka bagi laki-laki dan perempuan, sedangkan be-lakang merupakan daerah perempuan, padaringandan goah khusus untuk perempuan dan menjadidaerah terlarang bagi laki-laki. Organisasi ruangjuga memiliki makna simbolik yang berhubungandengan tangtungan jelema. Tepas imah merupakanbagian hulu (kepala) mengandung makna manusaka Gustina, terlihat pada fungsi halaman rumahyang dipakai untuk perayaan berbagai upacararitual sebagai wujud syukur kepada Tuhan.

Tengah imah berarti awak (badan) memilikimakna kahirupan, terlihat pada fungsi ruang ke-luarga dan kamar tidur sebagai pusat kegiatan inti(hidup) penghuni, seperti: beristirahat, melakukanhubungan suami-istri, melahirkan, membesarkananak, bercengkrama dan sebagainya. Pawon adalahsuku (kaki) maknanya kabinasaan yang didasarkanpada kepercayaan masyarakat terhadap adat,bahwa apabila seseorang meninggal, maka rohnyaberada di pawon selama empat puluh hari, kemu-dian pindah dan berada di atas suhunan pawon se-lama tujuh hari. Selama roh berada di pawon, ke-luarga diharuskan mengirim doa agar yang ber-sangkutan segera kembali ke Penciptanya.

Komponen bangunan berhubungan dengansimbol tangtungan jelema pada bentuk panggungyang terdiri dari: lelemahan, pangadeg dan suhunan,yang disusun berdasarkan sistem struktur dankonstruksi panggungnya. Ketiga komponen bangun-an tersebut dimungkinkan memiliki keterkaitanyang erat dengan pembagian tiga jenis dunia yangdikenal di kalangan Masyarakat Baduy (buananyungcung, panca tengah dan buana larang). Lelemahanyang berada paling bawah merupakan buana larang,pangadeg yang terletak di tengah-tengah adalah

Gambar 10. Zoning PadaRumah Tinggal Berdasarkan gender(Sumber:Nuryanto & Widaningsih, 2008)

Gambar 11. Simbolisme Pada Struktur Bangunan(Sumber: Nuryanto & Widaningsih, 2008)

Pembagian daerah laki-laki dan perempuantersebut didasarkan pada fungsi ruang dan jenis

Page 12: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 101 |

buana panca tengah, sedangkan suhunan yang me-nempati hirarki paling atas merupakan buana nyung-cung. Lelemahan merupakan bagian suku memilikimakna kematian, karena identik dengan tanahmeliputi: tanah dasar dan pondasi umpak; pangadegtermasuk bagian awak yang mengandung maknakahirupan, terdiri dari: dinding dan lantai, sedang-kan suhunan merupakan bagian dari hulu yangmempunyai makna manusa ka Gustina, terdiri dariatap.

Masyarakat kasepuhan pantang menggunakanpenutup atap dari bahan tanah (genteng), karenadilarang oleh adat leluhur. Dalam pandangan wargakasepuhan, menggunakan atap genteng sama artinyamengubur diri hidup-hidup, karena hanya orangmati yang pantas di kubur. Di samping itu, meng-gunakan atap tersebut berarti telah menistakanibu, karena menurut warga, tanah artinya bumiyang memiliki makna ka indung: “manusa hirup tinasaripatina taneuh”, artinya manusia hidup dari sari-patinya (inti) tanah. Taneuh atau tanah juga me-miliki makna kematian. Warga yang menggunakanatap dari genteng akan kabendon (mendapat murka)dari leluhur.

5. KESIMPULAN

Permukiman masyarakat Kasepuhan SinarResmi memiliki bentuk tatanan yang spesifik se-bagai peninggalan dari leluhur (karuhun), tidakhanya dalam aspek fisik, namun juga pada tatanansosial budayanya. Baik aspek fisik dan sosial bu-dayanya dipengaruhi oleh adanya kepercayaan,religi serta tradisi sebagai manifestasi dari nilai-nilai ajaran leluhur yang telah berjalan dari gene-rasi satu ke generasi selanjutnya.

Daya dari sosial budaya masyarakat KasepuhanSinar Resmi merupakan faktor yang mampumempengaruhi dan menjaga keberlanjutan tatananlingkungan permukiman tersebut. Selain dipenga-ruhi oleh nilai adat tradisi, keberadaan pemimpinadat merupakan faktor penentu, karena pemimpinadat memiliki peranan sangat penting dalam me-

nata dan mengatur kehidupan masyarakat. Selainitu kepercayaan masyarakat bahwa pemimpin adatsebagai titisan dari leluhur terdahulu sehinggamenjadi sosok yang sangat disegani oleh masya-rakatnya. Dengan tetap menjalankan tradisi ritualupacara terutama yang berkaitan dengan kegiatanpertanian, maka kehidupan sosial budaya yangdiwariskan leluhur tetap terjaga kelestariannya,dengan beberapa adaptasi sesuai perkembanganlingkungan sosial budayanya.

Wujud tatanan fisik tetap mempertahankanbentuk asli yakni rumah panggung yang meru-pakan implementasi dari nilai simbolis yang dianutmasyarakat kasepuhan. Dalam perkembangannya,ada perubahan hanya dari segi material bangunanyang acapkali sebagai strategi adaptasi terhadapketersediaan material bangunan yang mulai ter-batas, atau akibat meningkatnya status ekonomimasyarakat. Bumi Ageung sebagai rumah dari pe-mimpin adat, menjadi orientasi arah hadap bagiwarganya. Kondisi kontur lahan juga mempenga-ruhi pola permukiman masyarakat dan memberi-kan batasan berupa zoning secara vertikal, dimanaBumi Ageung menempati kontur tertinggi. BumiAgeung menghadap ke arah Selatan dimana di-percaya sebagai tempat hidup dan bersemayamnyaRaja Padjajaran yang merupakan leluhur darimasyarakat Kasepuhan Sinar Resmi.

DAFTAR PUSTAKA1BPS. (Update 2015). Luas Daerah dan Jumlah Pulau,

2002–2014. https:// www.bps.go.id /linkTabelStatis/view/id/1366. (diakses 26 No-vember 2016).

2BPS. (2015). Mengulik data Suku di Indonesia.https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/127.(diakses 26 November 2016).

3Soedigdo, D., Harysakti, A., Usop, T. B. (2014). Elemen-Elemen Pendorong Kearifan Lokal PadaArsitektur Nusantara. Jurnal Perspektif Arsitektur.9 (1): 37-47.

Page 13: Filosofi Hidup sebagai Wujud Kearifan Lokal Masyarakat ...

Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Wisata Kerajinan Tangan di Dusun Rejoso Kota BatuBaskoro Azis

| 102 |

4Suparmini, Setyawati, S., Sumunar, D. R. S. (2012).Pelestarian Lingkungan Masyarakat BaduyBerbasis Kearifan Lokal. Jurnal PenelitianHumaniora. 18(1):8-22.

5Haba, J. (2010). Realitas Masyarakat Adat di Indonesia:Sebuah Refleksi. Jurnal Masyarakat & Budaya. 12(2): 255-276.

6Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.(2013). Masyarakat Adat di Indonesia : MenujuPerlindungan Sosial yang Inklusif. Jakarta: DirektoratPerlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat.

7Ningrat, A. A. (2004). Karakteristik Lanskap Tradisional,di Halimun Selatan dan Faktor -Faktor yangMempengaruhinya: Sebuah Studi padaKampung Kasepuhan di Kesatuan Adat BantenKidul, Kampung Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi,Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, JawaBarat. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Bogor:Departemen Agronomi dan Hortikultura, FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.

8Permatasari, I., Antariksa & Rukmi, W.I. 2008.Permukiman Perdesaan Di Desa TrowulanKecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto.Arsitektur e – journal. 1 (2):77-93.

9Bukit, E. S., Hanan, H., Arif Sarwo Wibowo, A. S. (2012).Aplikasi Metode N.J. Habraken pada StudiTransformasi Permukiman Tradisional. JurnalLingkungan Binaan Indonesia. 1(1):51-62.

10Niswah, Z. K., Adiwibowo, S. (2013). Strategi NafkahMasyarakat Adat Kasepuhan Sinar Resmi diTaman Nasional Gunung Halimun Salak. Sodal-ity: Jurnal Sosiologi Pedesaan. 1(1): 78-84.

11Kusdiwanggo, S. (2016). Konsep Pola SpasialPermukiman di Kasepuhan Ciptagelar. JurnalPermukiman. 11(1): 43-56.

12Nuryanto & Machpudin, I. (2008). Kajian Pola Kampungdan Rumah Tinggal: Warga Kasepuhan KesatuanAdat Banten Kidul di Sukabumi-Jawa Barat. ArtikelHasil Penelitian. Bandung: Universitas PendidikanIndonesia.

13Hermanto, Pasya, G. K., Al Muchtar, S. & Sumaatmadja,N. (2012). Filosofi Hidup Sebagai Basis KearifanLokal (Studi Pada Masyarakat Adat KasepuhanBanten Kidul). Jurnal Gea. 12(1):1-14.