File

29
 LAPORAN AKHIR  PRA – SAGA : PEMBERDAYAAN WANITA TANI DI DESA POOR FARMER KABUPATEN DONGGALA Oleh : Muh. Rusdi Zaenaty S Muljadi Syamsul B Asni A Saidah Abdi N Lintje H Syamsiah G I Ketut Suwitra BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN JAKARTA DEPARTEMEN PERTANIAN 2005 1

Transcript of File

  • LAPORAN AKHIR

    PRA SAGA : PEMBERDAYAAN WANITA TANI DI DESA POOR FARMER

    KABUPATEN DONGGALA

    Oleh :

    Muh. Rusdi Zaenaty S Muljadi

    Syamsul B Asni A Saidah Abdi N

    Lintje H Syamsiah G

    I Ketut Suwitra

    BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH

    BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN JAKARTA

    DEPARTEMEN PERTANIAN 2005

    1

  • PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL SOCIO ECONOMIC AND

    GENDER ANALYSIS ( PRA SAGA ) : PEMBERDAYAAN WANITA TANI DI DESA POOR FARMER

    KABUPATEN DONGGALA Muh. Rusdi, Zaenaty S., Syamsul B.,Muljadi, Asni A., Saidah,

    Abdi N., Lintje H., dan Syamsiah G.

    ABSTRAK Participatory Rural Appraial (PRA) dikembangkan untuk pembangunan masyarakat

    (Community Empowerment) yang akan mendukung pembangunan manusia berkelanjutan (Human Sustainable Development). Paradigma pembangunan yang berfokus pada manusia ataupun masyarakat sebagai subyek pembangunan dan mereka harus aktif di dalam pembangunan itu. Dengan demikian dalam PRA, masyarakat didorong untuk mengembangkan pilihan atau alternatif didalam pemecahan masalah dan bukan sebagai pengguna ataupun konsumen pemecahan masalah yang ditawarkan oleh fihak luar.

    Pendekatan Gender (SAGA) dalam pembangunan pertanian adalah pendekatan yang mengintegrasikan kebijakan dan strategi program peningkatan peran wanita ke dalam kebijakan dan strategi pembangunan di berbagai bidang dalam sektor pertanian. Dengan demikian, pembangunan pertanian yang didasarkan pada pendekatan gender diarahka pada upaya mencegah terjadinya kesenjangan hak, kedudukan, kemampuan dan kesempatan berperan antara pria dan wanita serta menghindari adanya upaya yang dapat merugikan pihak pria atau wanita.

    Berdasarkan data dari BPS (2002) bahwa jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi meningkat dari 444.000 jiwa pada tahun 2000 menjadi 472.300 jiwa pada tahun 2001, atau terjadi kenaikan sebesar 1,11 %. Dari jumlah tersebut, Kabupaten Donggala menduduki urutan teratas diantara Kabupaten lainnya yang ada di wilayah Sulawesi Tengah. Menurut Data BPS Bappenas (2000), bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Donggala sebesar 227.900 jiwa atau kurang lebih setengahnya dari total penduduk miskin di Sulawesi Tengah. Kabupaten Donggala merupakan salah satu daerah dari 5 (lima) Kabupaten di Indonesia yang terpilih untuk melaksanakan program Poor Farmer.

    Hasil penelitian yang dilakukan dengan pendekatan wanita tidak selalu merubah kedudukan sosial-politik-ekonomi-budaya wanita di masyarakat. Pendekatan gender, fokusnya pada hubungan yang timpang antara wanita dan pria. Dengan demikian, melalui pendekatan gender ada upaya untuk meningkatkan posisi sosial-polotik-ekonomi-budaya wanita yang timpang tersebut sehingga tercapai kesetaraan dan keadilan gender.

    Tujuan yang hendak dicapai dalam pengkajian/survai ini adalah mengidentifikasi aspek sosial ekonomi dan budaya gender (utamanya wanita) tani sejauhmana peranannya, faktor-faktor yang mempengaruhi dan masalah yang diahadapi wanita tani dalam kegiatan usahatani pada setiap cluster/grouping wilayah poor farmer.

    Metode yang akan digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan PRA berperspektif gender (PRA-SAGA). Data yang diperoleh dari hasil survai di tabulasi dan analisis kemudian di interpretasi dalam bentuk diskriptif. Untuk menghitung tingkat pendapatan rumah tangga (RT) petani digunakan analisa B/C ratio. Kata Kunci : PRA-SAGA, Wanita tani, Poor Farmer.

    2

  • 1. LATAR BELAKANG Participatory Rural Appraial (PRA) dikembangkan untuk pemberdayaan

    masyarakat (Community Empowerment) yang akan mendukung pembangunan manusia

    berkelanjutan (Human Sustainable Development). Paradigma pembangunan yang

    berfokus pada manusia ataupun masyarakat sebagai subyek pembangunan dan mereka

    harus aktif di dalam pembangunan itu, dan sebagai peneliti seharusnya mengungkapkan

    permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan dari masyarakat. Sebagai perencana

    seharusnya akan membuat program-program untuk memecahkan masalah, apabila sebagai

    pelaksana pembangunan maka sayogianya melakukan monitoring dan evaluasi dari

    program yang dikembangkan untuk masyarakat itu sendiri. Dengan demikian dalam PRA,

    seharusnya masyarakat didorong untuk mengembangkan pilihan ataupun alternatif

    didalam pemecahan masalah dan bukan sebagai pengguna ataupun konsumen pemecahan

    masalah yang ditawarkan oleh fihak luar.

    Penelitian yang berperspektif Gender (SAGA) di bidang pertanian belum banyak

    dilakukan para peneliti di Indonesia. Beberapa penelitian dan kajian wanita, kebanyakan

    masih menggunakan pendekatan wanita, belum menggunakan pendekatan gender.

    Pendekatan wanita menitik beratkan pada masalah yang dihadapi wanita, seperti misalnya;

    peningkatan pendapatan, kesehatan wanita dan lain sebagainya. Hasil penelitian yang

    dilakukan dengan pendekatan wanita tidak selalu merubah kedudukan sosial-politik-

    ekonomi wanita di masyarakat. Pendekatan gender, fokusnya pada hubungan yang

    timpangan antara wanita dan pria. Dengan demikian, melalui pendekatan gender ada

    upaya untuk meningkatkan posisi sosial-polotik-ekonomi-budaya wanita yang timpang

    tersebut sehingga tercapai kesetaraan dan keadilan gender.

    Pendekatan Gender dalam pembangunan pertanian adalah pendekatan yang

    mengintegrasikan kebijakan dan strategi program peningkatan peran wanita ke dalam

    kebijakan dan strategi pembangunan di berbagai bidang dalam sektor pertanian. Dengan

    demikian, pembangunan pertanian yang didasarkan pada pendekatan gender diarahka

    pada upaya mencegah terjadinya kesenjangan hak, kedudukan, kemampuan dan

    kesempatan berperan antara pria dan wanita serta menghindari adanya upaya yang dapat

    merugikan pihak pria atau wanita.

    Strategi nasional pembangunan pertanian jangka panjang yang telah dipersiapkan

    oleh Pemerintah Indonesia, menyediakan suatu titik tolak untuk mengembangkan strategi

    yang bermakna. Strategi ini dapat digunakan untuk meningkatkan peran dan status wanita

    dalam sektor pertanian.

    3

  • Wanita tani mencakup setengah dari total populasi masyarakat desa. Mereka

    memainkan peran penting, baik dalam produksi pertanian subsisten maupun komersial dan

    berkontribusi pada ketahanan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Kontribusi

    mereka akan sia-sia jika bantuan teknis pertanian secara tuntas tidak dapat disediakan

    untuk memungkinkan mereka (wanita) berpartisipasi penuh dan diuntungkan oleh proses

    pembangunan pertanian.

    Menurut Repelita VI, kegunaan mempertimbangkan peningkatan dan lebih

    memperdayakan peran wanita dalam keseluruhan pembangunan dalam sektor pertanian.

    Karena itu, tujuan utama dari kebijakan dan strategi pembangunan nasional, termasuk

    kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian, seharusnya mengoptimalisasikan dan

    memperluas peran wanita. Strategi peningkatan ini seharusnya mencakup produk

    pertanian berskala usaha besar dan kecil (pengolahan dan pemasaran) untuk memastikan

    kesinambungan pertumbuhan dari sumberdaya pertanian, proses sosial, dan peningkatan

    kesejahteraan keluarga tani.

    Upaya pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan terus digalakkan dari tahun

    ke tahun. Menyadari akan hal tersebut maka pendekatan partisipatif dalam pembangunan

    pertanian terus dikembangkan. Salah satu metoda atau pendekatan yang lebih praktis

    digunakan adalah dengan teknik-teknik PRA. Melalui cara ini akan mendorong

    masyarakat mengambil bagian atau bersama-sama turut serta meningkatkan dan

    menganalisis kondisi kehidupan mereka sendiri agar dapat membuat rencana dan tindakan

    yang dibutuhkan. Dengan kata lain, masyarakat didorong untuk mengembangkan pilihan

    (opsi) didalam pemecahan masalah dan bukan sebagai pengguna masalah yang ditawarkan

    dari fihak luar. Tujuannya adalah pemberdayaan masyarakat sehingga mampu mendukung

    pembangunan manusia secara berkelanjutan (Community Sustainable Development).

    Berdasarkan data dari BPS (2002) bahwa jumlah penduduk miskin di Propinsi

    Sulawesi meningkat dari 444.000 jiwa pada tahun 2000 menjadi 472.300 jiwa pada tahun

    2001, atau terjadi kenaikan sebesar 1,11 %. Dari jumlah tersebut, Kabupaten Donggala

    menduduki urutan teratas diantara Kabupaten lainnya yang ada di wilayah Sulawesi

    Tengah. Menurut Data BPS Bappenas (2000), bahwa jumlah penduduk miskin di

    Kabupaten Donggala sebesar 227.900 jiwa atau kurang lebih setengahnya dari total

    penduduk miskin di Sulawesi Tengah. Kabupaten Donggala merupakan salah satu daerah

    dari 5 (lima) Kabupaten di Indonesia yang terpilih untuk melaksanakan program

    Poor Farmer.

    Kabupaten Donggala adalah salah satu kabupaten di wilayah Propinsi Sulawesi

    Tengah, memiliki 239 desa dalam kategori miskin berdasarkan survei dengan pendekatan

    4

  • PRA yang telah dilakukan pada beberapa desa Poor Farmer. Potensi dan masalah telah

    didapatkan sebagai dasar dalam menentukan penerapan inovasi teknologi pada setiap

    cluster/grouping wilayah Poor Farmer. Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat

    termasuk gender (pria dan wanita) tani di wilayah ini sangat menentukan di dalam

    pengembangan pembangunan pertanian. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kegiatan

    pengkajian dan pemahaman gender (khusus wanita) tani secara detail dan mendalam.

    Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka kegiatan pengkajian pemberdayaan

    wanita tani perlu melibatkan partisipasi masyarakat sebagai pengguna (user) teknologi

    pertanian. Sedangkan area pengkajian tersebut diantaranya, adalah: (1) mempertahankan

    pertumbuhan produksi pangan, (2) intensifikasi lahan yang masih kurang termanfaatkan,

    (3) meningkatkan nilai tambah teknologi melalui diversifikasi produk dengan nilai lebih

    tinggi, (4) meningkatkan akses, kontrol dan partisipasi kelurga petani (terutama wanita)

    tani didalam pengelolaan usahatani dan pemasaran produk pertanian, dan (5) teknologi

    pertanian tepat guna yang dapat memberdayakan kelurga petani yang tergolong miskin.

    2. DASAR PERTIMBANGAN Aspek gender dalam masyarakat tani merupakan dasar utama dalam perencanaan

    dan penyebaran suatu teknologi pertanian. Karena kurangnya informasi tentang kegiatan

    gender mengarah pada kurangnya informasi tentang kerumitan faktor-faktor sosial budaya

    dan karakteristik lingkungan yang mempengaruhi peran wanita dalam pertanian sebagai

    populasi sasaran dalam sektor pertanian. Apalagi, semua karakteristik berpengaruh belum

    diberi pertimbangan serius atau bahkan masih dilupakan oleh kebanyakan rencana kerja

    penelitian dan pengembangan pertanian yang disusun. Adanya pengabaian kegiatan

    spesifik wanita dalam proses pengembangan pertanian, karena sudah di mainstream pada

    pembangunan pertanian secara umum, sehingga di asumsikan telah menghapus semua

    kesempatan wanita berpartisipasi dalam proses pembangunan pertanian.

    Pengembangan Social Economic and Gender Analysis (SAGA) dilakukan setelah

    ketiga lembaga dunia (FAO, UNDP dan Bank Dunia, 1993) dan telah melakukan

    pelatihan-pelatihan gender dan melakukan evaluasi terhadap pendekatan pembangunan

    yang menggunakan Women in Development (WID) dan Gender and Development (GAD).

    SAGA dilandasi oleh suatu kebutuhan untuk mengetahui bagaimana kebijakan

    pembangunan dan program-programnya akan mempengaruhi aktivitas ekonomi dan

    hubungan sosial diantara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.

    Peran Gender merupakan kunci dalam proses pembangunan apabila proses

    tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ataupun prioritas pada wanita dan pria.

    5

  • Hasil-hasil studi yang pernah dilakukan menujukkan bahwa wanita mengalami

    ketidakuntungan pada pembangunan yang lebih besar dibandingkan dengan pria.

    Pengalaman pembangunan menunjukkan bahwa wanita merupakan kelompok

    marginalisasi baik di bidang ekonomi, sosial, politik maupun pengetahuan.

    Oleh karena itu, kelompok-kelompok yang kurang beruntung terutama kelompok

    wanita mestinya merupakan prioritas sasaran untuk mengemilinir kemiskinan yang sangat

    penting untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development).

    Faktor sosial ekonomi akan mempengaruhi diskriminasi, partisipasi/kontribusi dan juga

    akan memperburuk situasi kelompok yang kurang beruntung. Pada kelompok yang kurang

    beruntung tersebut akan mengalami kekurangan sumberdaya yang dipergunakan untuk

    memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti: makanan, air, kesehatan maupun perumahan.

    Fokus analisis adalah wanita dan pria, bukan hanya pada wanita. Oleh karena itu,

    analisis gender digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan prioritas yakni;

    mengklarifikasi relevansi gender yang berkaitan dengan umur, kesejahteraan, etnis, strata

    sosial, agama dan lain sebagainya.

    3. TUJUAN a. Mengidentifikasi aspek sosial ekonomi dan budaya gender (utamanya wanita) tani

    sejauhmana partisipasinya dalam kegiatan usahatani di Desa Poor Farmer.

    b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peran wanita tani dalam kegiatan

    pertanian dan sosial kemasyarakatan.

    c. Menidentifikasi masalah dan kendala dialami wanita tani dalam berpartisipasi pada

    kegiatan pembangunan pertanian.

    4. KELUARAN

    a. Data/informasi aspek sosial ekonomi dan budaya gender (utamanya wanita) tani

    berpatisipasi dalam kegiatan usahatani di Desa Poor Farmer.

    b. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi peranan wanita tani dalam kegiatan

    pertanian dan sosial kemasyarakatan.

    c. Teridentifikasinya masalah dan kendala yang dialami wanita tani dalam kegiatan

    pembangunan pertanian.

    6

  • 5. MANFAAT

    Dengan teridentifikasinya aspek soial ekonomi dan budaya gender khususnya

    wanita tani pada setiap cluster/gruping wilayah Poor Farmer, diharapkan pengkajian ini

    memberikan manfaat sebagai berikut :

    a. Teknologi introduksi akan lebih mudah di adopsi oleh petani, sehingga percepatan

    terjadinya transfer teknologi pertanian karena sesuai dengan kondisi sosial eknomi dan

    budaya gender (wanita dan pria), serta lingkungan setempat.

    b. Mengoptimalisasikan peran/partispasi wanita dan pria pada kegiatan usahatani yang

    diharapakan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga petani.

    c. Aktivitas wanita tani dapat lebih ditingkatkan baik pada kegiatan produktif maupun

    komersial guna membantu memberi nilai tambah pendapatan keluarganya.

    6. METODOLOGI

    Didalam pelaksanaan kegiatan pengkajian ini, metode yang digunakan untuk

    menjaring dan mengumpulkan data dari suatu masalah yang akan diteliti tentu saja

    berdasarkan metode yang berperspektif gender. Metode ini dikembangkan sejalan dengan

    perkembangan pembangunan wanita yang dilakukan dengan melalui pendekatan Gender

    And Devolepment (GAD).

    Untuk menggali informasi/data ataupun pemecahan permasalahan yang terkait

    dengan isu gender, maka akan digunakan metode atau analisis gender. Dengan demikian,

    akan diketahui sejauhmana ketimpangan gender terjadi, sejauhmana partisipasi wanita dan

    pria, sejauhmana akses dan kontrol wanita dan pria terhadap sumberdaya pembangunan

    maupun manfaat pembangunan, sejauhmana program atau proyek memberikan

    keuntungan bagi wanita dan pria dan lain sebagainya.

    Metode yang akan digunakan berdasarkan beberapa pendekatan atau instrumen

    dan analisis yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

    6.1. Pendekatan

    Pendekatan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah pendekatan didasarkan

    atas paradigma positivis yang melalui pendekatan secara kuantitatif melalui survei

    ataupun wawancara terstruktur, dan juga didasarkan atas paradigma fenomenologis yang

    melakukan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam (in-depth interview).

    Pendekatan kuantitatif (paradigma positivis) melihat realita sosial sebagai entitas obyektif,

    sedangkan pendekatan kualitatif (paradigma fenomenologis) melihat realita sosial sebagai

    fenomena subyektif. Melalui kedua pendekatan ini, diharapkan mendapatkan gambaran

    7

  • umum tentang kondisi sosial eknomi dan budaya gender (utamanya wanita) tani dan

    lingkungan pada setiap cluster/grouping wilayah Poor Farmer.

    6.2. Ruang Lingkup Kegiatan

    Ruang lingkup kegiatan dalam pengkajian ini merupakan tahapan-tahapan

    kegiatan yang terencana dan terprogram terdiri dari :

    a. Rencana Kegiatan 1. Persiapan

    Pada tahapan ini dilakukan pembuatan Proposal, Seminar, Juknis (Petunjuk

    Teknis) /ROPP dan pengumpulan data pendukung.

    2. Perancangan Kuesioner Pada tahapan ini dilakukan pembuatan kuesioner, selanjutnya di diskusikan

    dengan seluruh anggota tim survei.

    3. Perancangan Model PRA-SAGA Pada tahapan ini dilakukan pembuatan instrumen teknik-teknik PRA berprespektif

    gender (PRA-SAGA) dan implementasinya.

    4. Pemilihan Lokasi Pengkajian Pada tahapan ini dilakukan penetapan lokasi yang representatif bagi wilayah poor

    farmer pada setiap cluster/grouping.

    5. Pelaksanaan Survei Pada tahapan ini merupakan aplikasi pengisian kuesioner dan pelaksanaan metode

    PRA-SAGA secara partisipatif yang telah disusun.

    6. Tabulasi dan Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil survei, selanjutnya di olah, di tabulasi kemudian

    dianalisis berdasarkan metode analisa gender yang telah dipersiapkan.

    7. Pelaporan Pembuatan laporan merupakan interpretasi data/informasi yang telah peroleh

    kemudian disusun dalam bentuk diskriptif.

    8. Seminar Hasil Laporan hasil kegiatan yang sudah disusun kemudian di seminarkan untuk

    memperbaiki sekaligus melengkapi lapaoran akhir kegiatan pengkajian/survai.

    b. Lingkup Kegiatan 1. Penetapan lokasi pengkajian

    2. Pemilihan responden

    8

  • 3. Pelaksanaan survei dengan menggunakan teknik PRA-SAGA, pengisian kuesioner

    dan wawancara mendalam (In-depth interview) kepada responden.

    c. Parameter Survei 1. Identifikasi sosial ekonomi dan budaya gender (utamanya wanita) tani

    2. Identifikasi peranan wanita tani dalam kegiatan usahatani

    3. Identifikasi permasalahan yang dialami gender (pria dan wanita) tani

    4. Identifikasi kesetaraan dan keadilan gender antara pria dan wanita tani

    5. Mengetahui strata sosial petani dan interaksi dengan lembaga pedesaan

    6. Analisa pendapatan rumah tangga (RT) petani di desa poor farmer.

    6.3. Metode

    a. Lokasi Survai Lokasi survai ditetapkan pada wilayah poor farmer di Kabupaten Donggala

    Propinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten Donggala mempunyai 239 desa miskin yang

    dibagi dalam 8 (delapan) cluster/grouping. Masing-masing cluster/grouping dipilih

    1 (satu) kecamatan yang mewakili 2 (dua) desa, jadi jumlah keseluruhan 16 desa. Dari

    setiap desa ditentukan 10 (sepuluh) responden sehingga jumlah responden keseluruhan

    160 orang wanita dan gender (pria dan wanita) 5 KK/desa. Penentuan responden

    dipilih secara sengaja (purposive sampling) agar tujuan dan sasaran kegiatan survai

    dapat tercapai.

    b. Metode Pengumpulan Data

    Dalam kegiatan survai ini akan dikumpulkan data/informasi primer dan

    sekunder dengan menggunakan model PRA berspektif gender (PRA-SAGA).

    Data primer di peroleh melalui wawancara langsung dengan responden

    menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) semi struktur, dan melakukan

    wawancara mendalam (In-depth interview) kepada informan key yakni; tokoh

    masyarakat, PPL, lembaga dan aparat desa masing-masing 1 orang, dengan

    mempersiapkan beberapa pertanyaan terlebih dahulu tentang pokok-pokok

    permasalahan yang akan dikaji/disurvai.

    Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, yakni: Kantor Kecamatan, Kantor

    Desa, BPP setempat dan lembaga-lembaga desa yang ada serta data-data dari hasil-

    hasil kajian maslaha gender.

    Untuk mengetahui secara mendalam tentanag kondisi sosial ekonomi dan

    budaya gender (pria dan wanita) tani serta keadaan lingkungan dan permasalahannya

    9

  • maka digunakan metode teknik-teknik PRA-SAGA dengan melibatkan kelompok

    tani secara partisipatif. Melalui metode ini kelompok tani secara aktif dan terlibat

    langsung merumuskan; perencanaan, panggalian masalah, pemecahan masalah,

    menyusun kebijaksanaan dan melaksanakan monitoring serta evaluasi terhadap

    perkembangan pembangunan pertanian di wilayahnya. Dengan demikian, alternatif

    pemecahan permasalahan (solusi) lebih mudah diatasi, disamping itu transfer dan

    adopsi inovasi teknologi pertanian lebih mudah diterima oleh petani karena

    introduksi teknologi akan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya gender

    dan lingkungannya/agroekosistem.

    c. Analisa Data

    Data/informasi yang telah diperoleh digunakan analisa gender kemudian di

    interpretasi dalam bentuk diskriptif yang akan memberikan gambaran secara umum

    kondisi sosial ekonomi dan budaya gender (pria dan wanita) tani pada wilayah

    poor farmer. Untuk mengetahui tingkat pendapatan rumah tangga (RT) petani

    digunakan analisa B/C ratio.

    7. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan survei dipilih secara sengaja di wilayah Poor Farmer dalam rangka

    mengidentifikasi pemberdayaan wanita, sejauhmana partisipasi dan peran serta mereka

    baik dalam kegiatan usahatani Padi sawah dan Kakao maupun pada kegiatan sosial

    kemasyarakatan. Survei tersebut bertujuan untuk menggali data/informasi tentang

    aktivitas wanita tani dan pria serta tokoh masyarakat dan aparat desa serta

    mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan masyarakat tani dapat diketahui, sehingga

    diharapkan kedepan alternatif pemecahannya akan dilaksanakan.

    I. KARAKTERISTIK RESPONDEN Karakteristik Wanita tani (Responden) di Desa Poor Farmer memiliki pola hidup,

    sikap dan prilaku yang cukup bervariasi pada masing-masing wilayah. Dari hasil survei di

    8 Kecamatan terdiri 16 Desa dengan memilih 160 Wanita tani dan 5 KK serta 2 tokoh

    masyarakat, 1 orang Kepala Desa dan 1 orang PPL per-desa. Adapun karateristik

    responden adalah sebagai berikut :

    10

  • a. Identitas Wanita Tani Tabel 1. Identitas Responden (Wanita Tani) Di Wilayah Poor Farmer Kabupaten

    Donggala, Tahun 2005. Rata-Rata Identitas Wanita Tani

    No.

    Kecamatan/Desa

    Usaha Tani Utama

    Umur (Thn)

    Agama ( % )

    Suku ( % )

    Pend. Akhir (%)

    Pengal. (Thn)

    1. PALOLO 1. Patimbe 2. Uenuni

    Kakao

    Padi

    30,7

    28,6

    Islam 100 Islam 40 Kristen 50 Protestan 10

    Kaili 100 Kaili 50 Daa 20

    SD 10 SMP 60 SMA 30 SD 60 SMP 30 D-3 10

    6,8

    14,2

    2. KULAWI SELATAN 1. Salutome 2. Lempelero

    Kakao

    Kakao

    42,1

    33,9

    Kristen 100 Kristen 90 Islam 10

    Rampi 100 Uma 100

    SD 60 SMP 20 SMA 20 SD 100

    17,9

    12,0

    3. BALAESANG 1. M e l i 2. Labean

    Padi

    Padi

    32,4

    32,6

    Islam 100 Islam 100

    Kaili 70 Bugis 30 Kaili 90 Bugis 10

    SD 50 SMP 20 SMA 30 SD 70 SMP 10 SMA 20

    9,8

    11,0

    4. MARAWOLA 1. Porame 2. Uwemanje

    Padi

    Padi

    42,0

    34,5

    Islam 100 Islam 40 Kristen 60

    Kaili 60 Daa 40 Kaili 40 Daa 60

    SD 50 SMP 50 SD 30 SMP 50 SMA 20

    20,0

    16,3

    5. SIRENJA 1. Tondo 2. Lompio

    Kakao

    Kakao

    31,3

    40,2

    Islam 90 Kristen 10 Islam 100

    Kaili 80 Bugis 20 Kaili 100

    SD 50 SMP 40 SMA 10 SD 70 SMP 10 SMA 20

    8,3

    14,1

    6. SINDUE 1. L e r o 2. Dalaka

    Kakao

    Padi

    32,6

    42,3

    Islam 100 Islam 100

    Kaili 90 Bugis 10 Kaili 100

    SD 50 SMP 10 SMA 40 SD 80 SMP 10 SMA 10

    9,2

    21,4

    7. BANAWA 1. Lalombi 2. Limboro

    Kakao

    Padi

    32,3

    45,8

    Islam 100 Islam 100

    Kaili 90 Bugis 10 Kaili 100

    SD 70 SMP 20 SMA 10 SD 40 SMP 20 SMA 40

    9,7

    17,5

    8. RIOPAKAVA 1. Pantolobete 2. Panca Mukti

    Kakao

    Kakao

    30,0

    34,0

    Islam 50 Kristen 50 Islam 50 Kristen 30 Hindu 20

    Kaili 100 Bali 50 Jawa 50

    SD 90 SMP 10 SD 70 SMP 20 SMA 10

    8,9

    7,7

    Sumber : Data primer setelah diolah, 2005.

    11

  • Identitas Wanita tani dari masing-masing desa mempunyai ciri khas tertentu.

    Identitas dapat berpengaruh terhadap pengambilan sikap dan keputusan terhadap

    aktivitas produktif, reproduktif (domestik) dan aktivitas sosial kemasyarakatan.

    b. Jenis Pekerjaan dan Susunan Anggota Rumah Tangga Pada umumnya jenis pekejaan para responden adalah bertani merupakan perekjaan

    pokok dan pekerjaam samping sebahagian besar berdagang dan sebahagian kecil

    mencari rotan dan mebuat kasur atau buruh tani.

    Susunan dan jumlah anggota rumah tangga responden rata-rata sekitar 2-4 orang

    dengan perbandingan jenis kelamin antara pria dan wanita, yakni; rata-rata sekitar 2-3

    orang kaum pria dan 2-3 orang kaum wanita/KK.

    Tabel 2. Jenis Pekerjaan dan Susunan Anggota RT Wanita Tani di Wilayah Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005.

    Jenis Pekerjaan

    Susunan Anggota RT.

    (Org)

    No.

    Kecamatan/Desa

    Pokok % Sampingan % Laki Wanita 1. PALOLO

    1. Patimbe 2. Uenuni

    Tani Tani

    90

    100

    Dagang Dagang

    10

    0

    2 2

    2 3

    2. KULAWI SELATAN 1. Salutome 2. Lempelero

    Tani Tani

    100

    80

    Dagang Dagang

    0

    20

    3 2

    2 2

    3. BALAESANG 1. M e l i 2. Labean

    Tani Tani

    80 50

    Dagang Dagang

    20 50

    2 3

    2 2

    4. MARAWOLA 1. Porame 2. Uwemanje

    Tani Tani

    60 50

    Dagang Dagang

    40 50

    3 3

    2 2

    5. SIRENJA 1. Tondo 2. Lompio

    Tani Tani

    50 70

    Dagang Dagang

    50 30

    2 3

    3 3

    6. SINDUE 1. L e r o 2. Dalaka

    Tani Tani

    70 90

    Dagang Buat Kasur

    30 10

    3 3

    3 3

    7. BANAWA 1. Lalombi 2. Limboro

    Tani Tani

    100

    70

    Dagang Dagang

    0

    30

    2 3

    3 3

    8. RIOPAKAVA 1. Pantolobete 2. Panca Mukti

    Tani Tani

    70 90

    Dagang Dagang

    30 10

    4 2

    2 2

    Sumber : Data primer setelah diolah, 2005.

    12

  • II. ASPEK SOSIAL EKONOMI RESPONDEN 1. Keadaan Rumah Tempat Tinggal a. Luas Pekarangan dan Rumah

    Luas pekarangan yang dimiliki responden rata-rata sekitar 50 m2 400 m2,

    sehingga disekitar rumah mereka ditanami bermacam-macam tanaman, seperti;

    tanaman kakao, mangga, pisang, nangka dan lain sebagainya. Sedangkan luas

    bangunan rumah rata-rata sekitar 20 m2 50 m2 yang dihuni anggota rumah tangga

    rata-rata sekitar 3 5 orang/KK.

    b. Jenis Dinding, Lantai dan Atap Rumah Pada umumnya jenis dinding rumah mereka rata-rata terbuat dari papan bambu

    40%, papan kayu 35%, dan dinding tembok 25%. Lantai rumah rata-rata terdiri

    tanah 45%, papan 35% dan semen 20%. Atap rumah mereka rata-rata terbuat dari

    rumbia 40%, seng 35% dan genteng 25% dari seluruh jumlah responden sebanyak

    160 orang.

    c. Sanitasi dan Penerangan Rumah Sanitasi rumah mereka miliki belum memenuhi syarat kesehatan, karena pada

    umumnya rumah mereka masih sedikit yang memiliki WC, kamar mandi dan sumur.

    Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata hanya sekitar 3-4% memiliki WC, Sumur

    4-5% dan kamar mandi 2-3% dari jumlah responden (160 orang). Pada umumnya

    penerangan rumah mereka relatif terbatas, penerangan yang digunakan adalah lampu

    lantera rata-rata sekitar 55-60%, petromak 35-40% dan listrik PLN sekitar 10-20%

    responden.

    2. Kepemilikan Janis dan Nilai Asset Rumah Tangga Jenis dan jumlah asset rumah tangga/RT yang dimiliki responden sperti; radio,

    TV, meja kursi tamu, meja kursi makan, lemari, tempat tidur dan lain sebagainya

    relatif masih sangat terbatas. Dan juga nilai asset tersebut relatif cukup rendah,

    karena umumnya asset-asset tersebut terbuat dari bahan kayu daerah dan usianya

    sudah lama. Kepemilikan jenis dan nilai asset rumaha tangga/RT pada Tabel 3.

    3. Kepemilikan Jenis Lahan, Alat Pertanian dan Nilai

    a. Penguasaan Asset Lahan Usahatani

    Lahan Sawah Irigasi Hasil survei menunjukkan bahwa penguasaan asset lahan sawah irigasi

    masyarakat pada 16 desa di 8 kecamatan memiliki luas lahan rata-rata sekitar

    13

  • 0,25 ha 1,5 ha dengan jumlah antara 1-2 persil/KK. Umumnya ditanami padi 1-

    2 kali setahun (tergantung musim hujan) dengan varietas lokal bersumber dari

    sesama petani (tanpa label). Produksi yang diperoleh petani rata-rata 2-3 ton/ha

    GKG/MT. Harga beras ditingkat petani rata-rata sekitar Rp.2.500 Rp.2.900/kg

    (tergantung dari jenis varietas dan mutu hasil beras serta fluktusi harga)

    Lahan Kebun Kakao Penguasaan asset lahan kebun oleh petani rata-rata sekitar 1,0 ha 2,0 ha

    dan umumnya diusahakan tanaman kakao. Jenis varietas masih tergolong lokal

    karena sumber dan nama varietas tidak diketahui oleh petani, hanya diperoleh

    dengan cara membeli dari pedagang atau pihak swasta. Produksi biji kakao yang

    diperoleh petani rata-rata sekitar 200 kg 500 kg/ha/tahun, dengan harga

    ditingkat petani rata-rata sekitar Rp. 6.000 Rp.11.000/kg biji kering kakao

    (tergantung dari mutu dan fluktuasi harga dipasaran).

    b. Kepemilikan Jenis Alat Pertanian dan Nilai

    Pada umumnya jenis dan jumlah alat-alat pertanian yang dimiliki petani

    relatif belum memadai karena keterbatasan modal petani untuk membeli. Umur

    dari pada alat-alat pertanian tersebut sudah lama rata-rata sekitar 2-5 tahun

    sehingga nilainya relatif cukup rendah. Kepemilikan jenis dan nilai asset alat-alat

    pertanian disajikan pada Tabel 3.

    4. Kepemilikan Jenis Ternak dan Nilai Jenis ternak yang banyak dipelihara oleh responden, adalah; kambing, Babi,

    Ayam Kampung, Itik/bebek dan lain sebagainya, merupakan pekerjaan sampingan

    bagi mereka. Sistem pemeliharaan masih sederhana yakni dilepas secara bebas

    tanpa pemberian pakan ternak tambahan (makanan alami). Ternak tersebut

    dipelihara untuk kebutuhan konsumsi dan juga sebagian dijual guna membeli

    kebutuhan hidup sehari-hari. Kepemilikan asset ternak dan nilai dilihat pada Tabel 3.

    5. Kepemilikan Jenis Transportasi dan Nilai

    Jenis transportasi yang sering ditemukan di lokasi, seperti; mobil, sepeda

    motor, sepeda, dan gerobak. Transportasi tersebut merupakan alat pengangkutan

    yang digunakan oleh masyarakat untuk pengangkutan barang dan jasa penduduk.

    Hasil survei menunjukkan bahwa kepemilikan jenis transpotasi oleh responden

    semua menyatakan mereka belum memiliki mobil. Sedangkan kepemilikan sepeda

    14

  • motor hanya rata-rata sekitar 1%, dan kepemilikan sepeda dan gerobak rata-rata

    sekitar 1-2% saja dari jumlah responden 160 orang.

    Nilai harga sepeda motor yang dimiliki responden rata-rata bernilai sekitar

    Rp.1.000.000 Rp.2.500.000/unit, sepeda sekitar Rp.150.000 Rp.200.000/unit,

    dan nilai harga gerobak sekitar Rp.250.000 Rp.300.000/unit diluar harga sapi.

    Sedangkan nilai harga sapi dewasa sekitar Rp.3.000.000 Rp.4.000.000/ekor.

    Kepemilikan jenis transportasi dan nilai disajikan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Rata-Rata Kepemilikan Jenis Asset dan Nilai Asset Responden (Wanita Tani) di Wilayah Poor Farmer Kabupaten Donggala, 2005.

    Rata-rata Jenis Asset dan Nilai Asset (Rp) No.

    Kecamatan/Desa Parabot

    RT. Ternak Alat

    Transp. Alat-Alat Pertan.

    Jumlah (Rp)

    1. Palolo 1. Patimbe 2. Uenuni

    1.815.500 2.048.000

    576.670 993.000

    7.500.000 6.893.750

    665.000 173.300

    10.557.170 10.108.050

    2. Kulawi Selatan 1. Salutome 2. Lempelero

    980.000 735.000

    850.000 700.770

    5.420.000 2.100.000

    520.000 310.500

    7.770.000 3.846.270

    3. Balaesang 1. M e l i 2. Labean

    1.152.500 1.566.700

    1.286.000 370.000

    2.500.000 4.015.000

    665.000 168.100

    5.603.500 6.119.800

    4. Marawola 1. Porame 2. Uwemanje

    1.374.000 1.685.000

    5.708.000 6.250.000

    7.000.000 7.500.000

    145.500 215.250

    14.227.500 15.650.250

    5. Sirenja 1. Tondo 2. Lompio

    1.026.500 3.256.400

    1.386.000 6.604.000

    2.620.000 6.665.000

    425.000 336.500

    5.457.500 16.861.900

    6. Sindue 1. L e r o 2. Dalaka

    2.981.570 2.048.000

    1.613750 1.821.970

    5.358.300 10.650.000

    272.200 652.820

    10.225.820 15.172.790

    7. Banawa 1. Lalombi 2. Limboro

    2.850.450 1.780.000

    975.000 1.286.000

    6.768.750 7.500.000

    173.000 665.000

    10.767.200 11.231.000

    8. Riopakava 1. Pantolobete 2. Panca Mukti

    786.500 1.352.800

    503.300 603.000

    6.211.000 1.689.445

    230.000 272.250

    7.730.800 3.917.495

    Sumber : Data primer setelah diolah, 2005.

    III. ASPEK SOSIAL BUDAYA RESPONDEN

    Keadaan sosial budaya responden (Wanita tani) berbeda antar etnis yang satu

    dengan etnis lainnya dalam suatu komunitas masyarakat pada setiap wilayah. Perbedaan

    ini dipengaruhi oleh antara lain adat istiadat setempat, suku, agama dan lingkungan alam

    sekitarnya. Sosial budaya merupakan fenomena masyarakat yang sangat berpengaruh

    terhadap sikap, prilaku, tindakan dan keyakinan seseorang untuk mengambil suatu

    keputusan dalam melakukan sesuatu kegiatan/aktivitas baik pada kegiatan usahatani

    maupun pada kegiatan sosial kemasyarakatan.

    15

  • Dalam kegiatan usahatani sangat erat kaitannya dengan kedaan sosial budaya

    responden, sehingga dapat mempengaruhi responden ikut berperan serta (berpartispasi)

    mereka berbuat atau bertindak untuk melakukan suatu aktivitas sehari-sehari.

    Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa ada beberapa faktor

    yang mempengaruhi mereka ikut berperan serta (berpartisipasi) khususnya pada

    kegiatan usahatani padi sawah dan kakao, adalah sebagai berikut.

    a. Motivasi Responden Berpartisipasi Pada Kegiatan Usahatani Dari jumlah 160 orang responden (Wanita tani) mengemukakan bahwa dorongan

    (motivasi) atau yang mempengaruhi mereka ikut berpartisipasi (terlibat) dalam kegiatan

    usahatani dengan alasan sebagai berikut :

    1. Untuk menambah pendapatan rumah tangga/RT, ada sekitar 60% responden 2. Rasa tanggung jawab terhadap keluarga. Ada sekitar 10% responden 3. Membantu suami di sawah atau di kebun, ada sekitar 20% responden 4. Waktu luang banyak, ada sekitar 5% responden 5. Tenaga masih kuat, ada sekitar 3% responden 6. Kewajiban bagi isteri, ada sekitar 2% responden.

    b. Upacara Ritual Dalam Kegiatan Usahatani

    Pada umumnya responden melakukan upacara ritual hubungannya dengan

    kegiatan usahatani baik di sawah (Padi) maupun di kebun (Kakao). Responden

    mengemukakan bahwa uapacara ritual sering dilakukan pada saat sebelum tanam dan

    sesudah panen di sawah atau di kebun.

    Prosesi upacara ritual tersebut, yaitu sebelum menanam tanaman padi ataupun

    kakao, pihak kelurga memotong ayam kemudian mengndang tokoh agama, ketua adat

    atau kepala desa melakukan acara doa bersama dilanjutkan makan bersama di lahan

    pertanian atau di rumah responden. Maksud dan makna dari pada upacara tersebut,

    mereka menyatakan bahwa bermohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar tanaman

    terhindar dari gangguan hama atau penyakit dan diharapkan dapat tumbuh dan berhasil

    atau tanaman berproduksi dengan baik/meningkat.

    Sesudah panen, mereka juga melakukan acara doa bersama dan makan bersama

    dengan maksud mengucapakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Kuasa atas hasil yang

    diperoleh semoga musim panen berikutnya bisa lebih meningkat lagi. Maksud lain dari

    acara tersebut adalah wadah pertemuan atau silaturahmi antar anggota masyarakat untuk

    lebih mempererat hubungan persaudaraan. Upacara ritual/adat tersebut diatas dilakukan

    oleh umat Islam, umat Hindu dan umat Kristen yang ada di lokasi survei.

    16

  • Menurut responden (Wanita tani) bahwa waktu sangat sibuk melakukan aktivitas

    di sawah atau di kebun pada saat musim tanam dan musim panen. Alokasi waktu pada

    aktivitas tanam dan panen digunakan rata-rata antara 4 5 jam/hari, bila dibanding

    dengan aktivitas lain hanya waktunya rata-rata antara 23 jam/hari saja.

    c. Peraturan/Norma Agama dan Adat serta Sangsi Peraturan/norma agama dan adat yang umum ditetapkan dalam masyarakat

    belum ada secara terulis (hanya lisan), namun demikian anggota masyarakat sangat

    mematuhi aturan/norma tersebut dan berusaha untuk tidak melanggarnya. Menurut

    tokoh agama dan ketua adat setempat bahwa peraturan agama yang berlaku sejalan

    dengan peraturan adat dan tidak terdapat pertentangan berarti satu dengan yang lain.

    Adapun beberapa aturan/norma diberlakukan, kaitannya dengan aktivitas usahatani,

    adalah sebagai berikut :

    1. Larangan mengambil hasil di sawah atau di kebun, sangsinya denda berupa uang sebesar nilai yang dicuri ditambah denda berupa barang, seperti sarung atau ternak kemudian diberi nasehat kepada yang bersangkutan.

    2. Dilarang memasuki lahan pertanian tanpa seizin yang punya lahan, sangsinya, yaitu; denda berupa barang seperti sarung dan lain sebagainya.

    IV. PARTISIPASI RESPONDEN PADA KEGIATAN USAHATANI Partisipasi responden (Wanita tani) pada kegiatan usahatani padi dan usahatani

    kakao dari hasil wawancara sebanyak 160 orang mengemukakan bahwa jenis kegiatan

    yang mereka turut terlibat (berpartisipasi) didalamnya adalah sebagai berikut :

    a. Jenis Kegiatan Usahatani 1. Mencabut bibit padi, rata-rata 20% responden 2. Menanam padi, rata-rata 10% responden 3. Menyiang/paras di kebun kakao, rata-rata 10% responden 4. Memanen di sawah atau di kebun, rata-rata 15% responden 5. Mengangkut hasil padi atau kakao, rata-rata 10% responden 6. Menjemur gabah atau biji kakao, rata-rata 15% responden 7. Memasukkan hasil di karung/mengepak, rata-rata 5% responden 8. Memasarkan beras atau biji kakao, rata-rata 15% responden

    Adapun jenis kegiatan usahatani yang belum ikut berpartisipasi (terlibat) oleh

    kaum wanita tani adalah membuat pesemaian, mencangkul, memupuk, memangkas

    dan menyemprot. Alasan mereka belum bisa berpatisipasi (terlibat) dalam kegiatan

    tersebut disebabkan karena umumnya mereka mengaku belum mengetahui/belum ahli

    melakukan hal itu dan juga mereka takut keracunan dari bahan kimia pestisida.

    17

  • b. Kegiatan Penyuluhan dan Pelatihan Partisipasi/keterlibatan responden (Wanita tani) pada kegiatan penyuluhan dan

    pelatihan yang dilaksanakan oleh Petugas Pertanian relatif masih sangat rendah, hanya

    rata-rata sekitar 1-2% dari jumlah responden 160 orang. Dan ada sekitar 98%

    responden belum pernah dilibatkan pada kegiatan tersebut. Menurut responden bahwa

    mereka tidak terlibat/berpartisipasi pada kegiatan penyuluhan dan pelatihan di bidang

    pertanian karena mereka tidak di undang oleh petugas pertanian ataupun aparat desa.

    Namun demikian sebahagian besar responden berminat mengikuti kegiatan tersebut.

    c. Alokasi Waktu dan Upah Harian Alokasi waktu yang dipakai kaum wanita dari masing-masing kegiatan

    usahatani relatif masih kurang, rata-rata sekitar 2-3 jam/hari, kecuali pada saat tanam

    dan panen, rata-rata sekitar 4-5 jam/hari. Upah harian yang umum diterima kaum

    wanita tani rata-rata sebesar Rp. 15.000/hari (6-7 jam/hari), sedangkan upah harian

    yang diterima kaum laki-laki rata-rata sebesar Rp.20.000/hari (7-8 jam/hari), baik

    aktivitas di sawah maupun di kebun.

    V. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI PARTISIPASI RESPONDEN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi responden turut berpartisipasi pada

    kegiatan usahatani ataupun kegiatan sosial kemasyarakat sebagai berikut :

    a. Kegiatan Usahatani Dari jumlah 60 orang responden (Wanita tani) menyatakan bahwa adapun yang

    mempengaruhi mereka ikut terlibat pada kegiatan usahatani adalah :

    1. Ingin menambah pendapatan rumah tangga, rata-rata 45% responden 2. Ingin memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, rata-rata 40% responden 3. Ingin membiayai pendidikan anak-anak, rata-rata 10% responden 4. Ingin membiayai kesehatan anak-anak, rata-rata 5% responden

    b. Kegiatan Sosial Masyarakat

    Faktor-faktor yang mempengaruhi responden (Wanita tani) sehingga ikut

    terlibat/berpartisipasi pada kegiatan sosial kemasyarakatan adalah sebagai berikut :

    1. Ingin menambah ilmu pengetahuan, rata-rata 5% responden 2. Menjalin hubungan sosial yang lebih akrab, rata-rata 45% responden 3. Membagi pengalaman sesama anggota masyarakat, rata-rata 40% responden 4. Kewajiban bagi setiap anggota masyarakat, rata-rata 10% responden

    18

  • VI. MASALAH/KENDALA RESPONDEN Hasil wawancara kepada 160 responden mengemukakan bahwa ada beberapa

    masalah/kendala yang dialami kaum wanita dalam turut berpartisipasi pada kegiatan

    usahatani adalah sebagai berikut:

    a. Masalah/Kendala Sosial 1. Pengalaman dan pengetahuan relatif masih rendah, rata-rata 21,4% responden 2. Belum dilibatkan dala kegiatan peyuluhan pertanian, rata-rata 28,2% responden 3. Belum pernah ikut pada kegiatan pelatihan pertanian, rata-rata 28,2% responden 4. Kurangnya mendapat informasi teknologi pertanian, rata-rata 22,2% responden

    b. Masalah/Kendala Ekonomi 1. Terbatasnya modal usahatani yang mereka miliki, rata-rata 24,0% responden 2. Harga hasil pertanian masih rendah, rata-rata 15,2% responden 3. Harga sarana produksi (saprodi) cukup tinggi, rata-rata 24,0% responden 4. Fluktuasi harga hasil pertanian cukup tinggi, rata-rata 17,8% responden 5. Belum ada jaminan harga hasil produksi yang pasti, rata-rata 19,0% responden.

    c. Masalah/Kendala Budaya Menurut responden (Wanita tani) bahwa masalah/kendala budaya kaitannya

    dengan usahatani padi dan kakao menyatakan bahwa belum pernah ada masalah (100%).

    d. Masalah/Kendala Teknis 1. Belum mengetahui teknologi budidaya secara lengkap, rata-rata 24,5% responden 2. Belum pernah ikut sekolah lapang/SL, rata-rata 25,2% responden 3. Belum pernah ikut kegiatan demplot, rata-rata 25,8% responden 4. Benih unggul belum tersedia, rata-rata 24,5% responden.

    e. Masalah/Kendala Kelembagaan

    1. Belum ada kios saprodi, rata-rata 16,8% responden 2. Kios belum menyiapkan saprodi dengan lengkap, rata-rata 15,1% responden 3. Belum ada penangkar benih, rata-rata 17,7% responden 4. Penyuluhan dan pembinaan belum intensif, rata-rata 15,9% responden 5. Lembaga keuangan belum berfungsi, rata-rata 16,8% responden 6. Kelompok wanita tani belum ada, rata-rata 17,7% responden

    VII. ASPEK GENDER Aktivitas sehari-hari gender (Pria dan Wanita) di Desa Poor Farmer berbeda-

    beda tingkatannya menurut jenis kegiatan yang mereka lakukan. Aktivitas antara pria

    dan wanita di analisa dengan menggunakan metode PRA-SAGA (Paticipatory Rural

    Appraisal dan Socio Economic and Gender Analysis). Metode ini bertujuan untuk

    mengetahui sejauhmana besarnya perbandingan aktivitas antara pria dan wanita, baik

    pada aktivitas produkif (usaha pertanian), aktivitas reproduktif/domestik (non pertanian)

    maupun aktivitas sosial kemasyarakatan.

    Analisa perbandingan tingkat aktivitas antara laki-laki dan wanita akan di bahas

    pada uraian berikut ini.

    19

  • 1. Aktivitas Produktif (Usaha Pertanian) Aktivitas produksi antara pria dan wanita (Gender) pada usahatani padi dan

    kakao dibagi dalam 3 tingkat pembahasan pokok, yakni; partisipasi, akses dan kontrol.

    Adapun aktivitas produksi gender disajikan pada tabel dibawah ini.

    Tabel 4. Rata-Rata Aktivitas Produksi Gender di Desa Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005.

    Partispasi (%)

    Akses (%)

    Konrol (%)

    Aktivitas Produksi Pd. Wd.

    Selisih

    (%) Pd. Wd.

    Selisih

    (%) Pd. Wd.

    Selisih

    (%)

    Pesemaian 100 0 100 100 0 100 100 0 100

    Hambur Benih 75 25 50 80 20 60 100 0 100

    Cabut Bibit 30 70 -40 25 75 -50 60 40 20

    Membajak 100 0 100 100 0 100 100 0 100

    Menanam 20 80 -60 30 70 -40 90 10 80

    Menyiang 60 40 20 70 30 40 80 20 60

    Memupuk 80 20 60 90 10 80 100 0 100

    Menyemprot 100 0 100 100 0 100 100 0 100

    Menyulam 60 40 20 55 45 10 65 35 25

    Memangkas 65 35 30 90 10 80 100 0 100

    Memanen 45 55 -10 40 60 -20 60 40 20

    Merontok 40 60 -20 35 65 -30 80 20 60

    Membelah Biji 30 70 -40 55 45 -10 90 10 80

    Mengangkut 80 20 60 75 25 50 100 0 100

    Menjemur 25 75 -50 20 80 -60 70 30 40

    Menggiling 15 85 -70 25 75 -50 20 80 -60

    Memasarkan 30 70 -40 20 80 -60 25 75 -50

    Rata-rata 56 44 12 59 41 18 79 21 58

    Sumber : Data primer setelah di olah, 2005. Ket : - Angka dalam kolom telah ditabulasi dan dianalisa dari 16 desa

    - Partispasi = keterlibatan - Pd = pria dewasa - Akses = peluang/kesempatan - Wd = wanita dewasa - Kontrol = pengambil keputusan

    Pada aktivitas produksi pada usahatani Padi dan Kakao, dimana tingkat

    perbandingan partisipasi (keterlibatan) antara pria dan wanita (gender), masih

    didominasi oleh kaum pria. Partisipasi kaum pria masih lebih besar bila dibanding kaum

    wanita dengan selisih rata-rata 12%. Akses (peluang) dengan selisih rata-rata 18%, dan

    kontrol (pengambil keputusan) selisih rata-rata 58% antara pria dan wanita. Artinya

    20

  • tingkat partispasi, akses dan kontrol pihak pria masih lebih besar pada aktivitas

    produktif (usaha pertanian).

    2. Aktivitas Reproduktif (Domestik/Non Pertanian)

    Aktivitas reproduktif (domestik) gender disajikan pada tabel dibawah ini.

    Tabel 5. Rata-Rata Aktivitas Reproduksi/Domestik Gender di Desa Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005.

    Partispasi (%)

    Akses (%)

    Konrol (%)

    Aktivitas

    Reproduksi Pd. Wd.

    Selisih

    (%) Pd. Wd.

    Selisih

    (%) Pd. Wd.

    Selisih

    (%)

    Memasak 0 100 -100 0 100 -100 0 100 -100

    Mencuci pakaian 10 90 -80 0 100 -100 0 100 -100

    Mencuci Piring 0 100 -100 0 100 -100 0 100 -100

    Menyapu Rumah 30 70 -40 10 90 -80 0 100 -100

    M. Pekarangan 40 60 -20 15 85 -70 0 100 -100

    Mengambil Air 50 50 0 35 65 -30 0 100 -100

    Ambil K. Bakar 70 30 40 90 10 80 0 100 -100

    Perbaiki Rumah 100 0 100 100 0 100 75 25 50

    Beri Mkn Ternak 50 50 0 65 35 30 100 0 100

    Mengasuh Anak 20 80 -60 10 90 80 15 85 -70

    Beli Parabot Rmh 25 75 -50 25 75 -50 0 100 -100

    Membeli Pakaian 40 60 -20 25 75 -50 25 75 -50

    Beli Makanan 30 70 -40 20 80 -60 20 80 -60

    Urus Pendidikan 35 65 -30 50 50 0 50 50 0

    Urusan Listrik 50 50 0 50 50 0 50 50 0

    Rata-rata 37 63 -26 33 67 -34 22 78 -56

    Sumber : Data primer setelah di olah, 2005.

    Ket : - Angka dalam kolom telah ditabulasi dan dianalisa dari 16 desa - Partispasi = keterlibatan - Pd = pria dewasa - Akses = peluang/kesempatan - Wd = wanita dewasa - Kontrol = pengambil keputusan

    Dalam aktivitas reproduktif (domestik), dimana tingkat perbandingan

    partisipasi (keterlibatan) dan akses (peluang) serta kontrol (pengambil keputusan)

    antara pria dan wanita (gender) didominasi oleh kaum wanita. Peran serta wanita

    pada aktivitas reproduktif (domestik) masih lebih besar bila dibanding kaum pria

    dengan selisih rata-rata (-26%) partisipasi dan ( 34%) akses serta (- 56%)

    21

  • kontrol. Artinya tingkat aktivitas reproduktif (domestik) masih lebih besar kaum

    wanita bila dibanding kaum pria.

    3. Aktivitas Sosial Kemasyarakatan Perbandingan aktivitas sosial kemasyarakatan antara kaum pria dan kaum wanita

    (gender), disajikan pada tabel dibawah ini :

    Tabel 6. Rata-Rata Aktivitas Sosial Kemasyarakatan Gender di Desa Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005.

    Partispasi (%)

    Akses (%)

    Konrol (%)

    Aktivitas Sosial

    Kemasyarakatan Pd. Wd.

    Selisih

    (%) Pd. Wd.

    Selisih

    (%) Pd. Wd.

    Selisih

    (%)

    Perkawinan 50 50 0 40 60 -20 50 50 0

    Pemakaman 50 50 0 75 25 50 65 35 30

    Penyuluhan 95 5 90 80 20 60 75 25 50

    Siskamling 100 0 100 100 0 100 100 0 100

    Kerja Bakti Sosial 75 25 50 75 25 50 65 35 30

    Rapat Desa 70 30 40 80 20 60 100 0 100

    A r i s a n 10 90 -80 40 60 -20 45 55 -10

    Keg. Keagamaan 50 50 0 50 50 0 50 50 0

    Rata-rata 62,5 37,5 25,0 67,5 32,5 35,0 68,5 31,0 37,5

    Sumber : Data primer setelah di olah, 2005.

    Ket : - Angka dalam kolom telah ditabulasi dan dianalisa dari 16 desa - Partispasi = keterlibatan - Pd = pria dewasa - Akses = peluang/kesempatan - Wd = wanita dewasa - Kontrol = pengambil keputusan

    Dalam aktivitas sosial kemasyarakatan, tingkat perbandingan partisipasi

    (keterlibatan) dan akses (peluang) serta kontrol (pengambil keputusan) antara kaum pria

    dan kaum wanita (gender), tetap didominasi oleh kaum pria. Peran serta kaum pria

    masih lebih besar bila dibanding kaum wanita dengan selisih rata-rata 25% partisipasi,

    35% akses dan 37,5% kontrol. Artinya tingkat partispasi dan akses serta kontrol masih

    didominasi oleh kaum pria.

    VIII. PERANAN TOKOH MASYARAKAT DAN APARAT Peranan Tokoh masyarakat (Tokoh Agama dan Adat), aparat desa dan petugas

    pertanian terhadap kegiatan usahatani Padi dan Kakao, penanggulangan kemiskinan, dan

    pembinaan SDM umumnya dilakukan melalui cermah/khotbah, pertemuan desa dan

    kegiatan penyuluhan atau pelatihan pertanian, namun demikian mereka belum

    22

  • melaksanakan secara rutin dan intensif. Kegiatan tersebut hanya dilakukan apabila ada

    program Pemda atau Dinas Pertanian. Oleh karena itu, peranan dan fungsi tokoh

    masyarakat dan aparat terhadap kegiatan penyuluha dan pembinaan kepada masyarakat

    masih relatif rendah.

    Adapun peranan tokoh masyarakat dan aparat desa akan dibahas dibawah ini:

    1. Peranan Tokoh Agama

    a. Peranan Pada Kegiatan Usahatani 1. Memberikan motivasi dan semangat kepada petani melalui doa bersama 2. Menghimbau kepada para petani untuk kerja yang baik dan berdoa 3. Melalui ceramah/khotbah menyampaikan informasi pertanian.

    b. Peranan Pada Masalah Kemiskinan

    1. Membagikan zakat kepada kelurga yang betul-betul miskin 2. Menghimbau kepada anggota masyarakat untuk kerja keras dan jangan

    tergantung kepada pemberian orang lain 3. 3. Menghimbau menanam berbagai jenis tanaman untuk menambah pengahasilan

    pertanian sekaligus meningkatkan pendapatan rumah tangga. 4.

    c. Peranan Pada Pembinaan SDM 1. Menghimbau kepada ketua kelompok tani untuk membina anggota dengan baik 2. Menghimbau kepada para petani mengikuti penyuluhan dan pelatihan 3. Mengajak kepada masyarakat memperbaiki moralitas dan berusaha yang benar 4. Memberikan arahan dan dorongan agar taat beragama.

    d. Penilaian Terhadap Keterlibatan Wanita Dalam Usahatani

    Pada umumnya para Tokoh Agama memberi penilaian dengan baik dan mendukung keterlibatan wanita pada kegiatan usahatani, dengan alasan : 1. Agar isteri menyadari bahwa pekerjaan suami cukup berat 2. Agar isteri dapat membantu suami meningkatkan pendapatan rumah tangga 3. Isteri dapat mendorong semangat kerja kepada suaminya.

    2. Peranan Tokoh Adat

    a. Peranan Pada Kegiatan Usahatani 1. Memberikan motivasi kepad para petani turut serta melakukan kegiatan gotong

    royong secara bergilir membersihkan lahan pertanian 2. Memberi informasi tentang hal-hal baru untuk perbaikan usahatani 3. Menganjurkan kepada masyarakat memanfaatkan lahan yang masih kosong 4. Menhimbau kepada masyarakat bekeja sesuai porsinya dan mengikuti cara-cara

    bertani yang benar yang diberikan oleh PPL.

    b. Peranan Pada Masalah Kemiskinan 1. Menganjurkan agar supaya rajin bekerja di sawah atau di kebun 2. Jangan selalu bergantung atau mengharap bantuan dari pemerintah dan harus

    mencari modal sendiri 3. Menganjurkan tanam komoditas yang mempunyai peluang pasar tinggi 4. Menghimbau kepada petani agar bekerja keras untuk meningkatkan taraf

    hidupnya.

    23

  • c. Peranan Pada Pembinaan SDM 1. Memberi dukungan dan berpatisipasi dalam kegiatan penyuluhan, pelatihan/SL

    dan pembinaan kepada petani yang dilakukan oleh petugas pertanian 2. Turut mendukung aparat desa memberikan motivasi kepada masyarakat agar

    belajar dan bekerja serta menjalin kerukunan antar umat beragama.

    d. Penilaian Terhadap Keterlibatan Wanita Dalam Usahatani Memberikan penilaian denga baik dan mendukung, dengan alasan :

    1. Isteri jangan selalu bergantung kepada suami 2. Agar isteri menambah luas wawasan tentang pertanian 3. Isteri memberi dukungan kepada suami agar lebih giat kerja 4. Agar isteri dapat membantu menambah pendapatan RT.

    3. Peranan Kepala Desa

    a. Peranan Pada Kegiatan Usahatani 1. Memberikan informasi pertanian tentang teknologi baru kepada para petani 2. Memberikan motivasi kepada petani agar kegiatan gotong royong digalakkan

    dan dilakukan secara bergilir antar anggota kelompok tani untuk perbaikan lahan pertanian dan irigasi

    3. Mendukung program pembangunan pertanian dan siap membantu PPL untuk menyebarluaskan informasi pertanian kepada masyarakat petani

    4. Memotivator proyek Poor Farmer untuk membuka jalan usahatani 5. Menghimbau kepada para petani agar memelihara tanaman dengan baik untuk

    mendapatkan hasil yang lebih banyak.

    b. Peranan Pada Masalah Kemiskinan 1. Menghimbau kepada petani untuk membentuk kelompok tani dan lebih giat

    bekerja agar hasil pertanian lebih meningkat sekaligus dapat memperbaiki taraf hidup keluarganya

    2. Mengintruksikan kepada anggota Jamaat Gereja untuk memberikan bantuan ternak Babi dan Ayam buras kepada keluarga betul-betul miskin

    3. Mengintruksikan kepada masyarakat membuka lahan baru untuk diusahakan tanaman kakao dan tanaman lainnya

    4. Menghimbau kepada masyarakat untuk mencari kerja di perusahaan sebagai tenaga kerja upah harian agar bisa memenuhi belanja kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya.

    c. Peranan Pada Pembinaan SDM dan Permasalahannya

    1. Memberikan fasilitas terhadap kegiatan pelatihan atau sekolah lapang 2. Memberikan dukungan moral dan fasilitas kepada petani untuk ikut pada setiap

    kegiatan penyuluhan, pelatihan atau SL pertanian untuk menambah ilmu pengetahuan dan ketrampilan di bidang pertanian

    3. Menyebarkan luaskan informsi pertanian kepada para petani melalui kepala dusun/ketua RT tentang bertani yang baik dan benar.

    Masalah/kendala yan dihadapi kepala Desa dalam kegaiatan pembinaan kepada masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Umumnya tingkat pendidikan mereka relatif masih rendah (rata-rata SD tamat) 2. Tingkat pengetahuan tentang teknologi budidaya tanaman masih sangat rendah 3. Respon masyarakat terhadap informasi yang diberikan relatif rendah 4. Belum ada kelompok wanita tani pada masing-masing desa 5. Pembinaan tidak ditindaklanjuti oleh masyarakat.

    24

  • d. Penilaian Terhadap Keterlibatan Wanita Dalam Usahatani Memberikan penilaian dengan baik dan mendukung, dengan alasan :

    1. Isteri dapat membantu menambah pendapatan rumah tangga/RT 2. Dapat mengurangi sedikit demi sedikit ketergantungan isteri terhadap suami 3. Isteri dapat memberikan motivasi kepada suami untuk lebih giat bekerja 4. Dapat mengurangi beban kerja suami di sawah atau di kebun.

    4. Peranan Petugas Penyuluh Lapang (PPL)

    a. Peranan Pada Kegiatan Usahatani 1. Memberikan informasi teknologi budidaya tanaman kepada kelompok tani

    melalui kegiatan penyuluhan 2. Memberi motivasi kepada petani melalui kegiatan demplot 3. Membina dan membimbing petani tentang cara-cara bertani yang baik.

    b. Peranan Pada Masalah Kemiskinan

    1. Ikut berpatisipasi pada Program Pemberdayaan Masyarakat Keluarga Miskin (PPMKM) dan memberikan bantuan ternak Babi dan benih jagung secara bergulir kepada kelompok tani untuk dikembangkan

    2. Membimbing anggota masyarakat untuk meningkatkan etos kerja agar hasil pertanian meningkat agar supaya pendapatan juga meningkat

    3. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk membangun sarana dan prasarana jalan usahatani dan irigasi agar pembangunan pertanian dapat dikembangkan untuk kepentingan petani khususnya.

    c. Peranan Pada Pembinaan SDM dan Permasalahannya

    1. Memberikan penyuluhan dan pelatihan atau SL untuk menambah ilmu pengetahuan dan ketrampilan masyarakat petani

    2. Menganjurkan kepada masyarakat agar selalu ikut serta pada setiap kegiatan pertanian dan pembangunan desa

    Masalah/kendala dalam pembinaan kepada masyarakat adalah : 1. Tingkat pendidikan masyarakat relatif rendah, sehingga tingkat adopsi

    tekonologi pertanian masih sangat rendah 2. Terbatasnya modal yang dimiliki petani 3. Kepemilikan lahan pertanian relatif sempit.

    d. Penilaian Terhadap Keterlibatan Wanita Dalam Usahatani

    Memberikan penilaian dengan baik dan mendukung, dengan alasan : 1. Isteri dapat mengangkat semangat dan efektivitas kerja suami lebih besar 2. Isteri dapat membantu suami menambah penghasilan keluarga 3. Dapat meringankan beban kerja suami 4. Dapat menambah pengalaman wanita pada usahatani.

    25

  • IX. ANALISA USAHATANI

    1. Analisa Usahatani Padi Sawah dan Kakao Tabel 7. Rata-Rata Pendapatan Petani Pada Masing-Masing Desa Di Wilayah

    Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005.

    Kecamatan/Desa Usahatani

    Rata-rata Penerimaan (Rp/Ha/Th)

    Rata-Rata Biaya

    (Rp/Ha/Th)

    Rata-Rata Pendapatan (Rp/Ha/Th)

    Rata-Rata

    B/C ratio PALOLO 1. Patimbe 2. Uenuni

    Kakao Padi

    10.800.0002.500.000

    7.676.000 1.675.000

    3.124.000835.000

    1.41 1.59

    KULAWI SELATAN 1. Salutome 2. Lempelero

    Kakao Kakao

    7.128.0006.120.000

    1.880.000 1.950.000

    5.248.0004.170.000

    3.75 3,14

    BALAESANG 1. M e l i 2. Labean

    Padi Padi

    4.436.7003.142.300

    1.922.670 1.567.200

    2.514.0001.575.100

    2,31 2,01

    MARAWOLA 1. Porame 2. Uwemanje

    Padi Padi

    2.315.2502.754.910

    979.800

    1.130.320 1.335.4501.624.590

    2,36 2,44

    SIRENJA 1. Tondo 2. Lompio

    Kakao Kakao

    2.427.3402.618.750

    1.264.600 1.345.500

    1.162.7401.273.250

    1.92 1,95

    SINDUE 1. L e r o 2. Dalaka

    Kakao Padi

    3.536.2603.850.000

    1.587.900 1.243.000

    1.948.3602.607.000

    2,23 3.10

    BANAWA 1. Lalombi 2. Limboro

    Kakao Padi

    2.800.0006.960.000

    1.108.000 2.850.000

    1.692.0004.110.000

    2.53 2.44

    RIOPAKAVA 1. Pantolobete 2. Panca Mukti

    Kakao Kakao

    1.200.0001.500.000

    575.000 610.000

    625.000890.000

    2,09 2,46

    Sumber : Data primer setelah di analisa, 2005.

    X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

    1. Karakteristik responden (wanita tani) masing-masing desa cukup bervariasi, baik

    agama, suku, pendidikan maupun pengalaman berusahatani berbeda satu sama lain.

    2. Aspek sosial ekonomi responden (wanita tani), yakni keadaan rumah tempat tinggal,

    kepemilikan asset RT dan nilai, kepemilikan lahan, alat-alat pertanian dan nilai,

    kepemilikan jenis ternak dan nilai, serta kepemilikan jenis kendaraan dan nilainya

    relatif masih sangat terbatas baik jumlah maupun nilai harganya.

    3. Aspek sosial budaya responden (wanita tani), yakni motivasi, dan partisipasi pada

    kegiatan usahatani umumnya masih berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan

    hidup sehari-harri (konsumtif) belum berorientasi komersial (bisnis). Upacara

    26

  • adat/agama masih dilaksanakan secara turun-temurun terutama pada saat tanam dan

    setelah panen.

    4. Partisipasi responden (wanita tani) pada jenis-jenis aktivitas usahatani dan alokasi

    waktu yang digunakan relatif masih cukup rendah. Dan umumnya responden belum

    pernah mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian, karena mereka tidak

    di undang.

    5. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau mendorong responden ikut mengambil

    peranan dalam kegiatan usahatani, pada umumnya bertujuan untuk membantu suami

    menambah pendapatan RT dan biaya pendidikan anak-anak. Peranan pada kegiatan

    sosial kemasyarakatan, pada umumnya bertujuan untuk menjalin hubungan sosial

    yang lebih akrab dan untuk membagi pengalaman sesama anggota masyarakat.

    6. Masalah dan kendala yang dihadapi responden ikut berpatisipasi pada kegiatan

    usahatani, yaitu pengetahuan dan pengalaman dibidang pertanian relatif masih

    rendah, modal usaha dimiliki relatif terbatas, informasi teknologi pertanian masih

    kurang, dan peran dan fungsi lembaga pedesaan masih rendah.

    B. Saran

    1. Perlunya pembentukan kelompok wanita tani di masing-masing desa agar pembinaan

    lebih intensif mudah dilakukan, karena setiap desa (lokasi survei) belum ada

    kelompok wanita tani

    2. Kegiatan penyuluhan, sekolah lapang dan pelatihan sebaiknya ditingkatkan dan

    dilakukan secara rutin diharapkan ilmu pengetahuan dan teknologi petani lebih

    meningkat sehingga mereka dapat mengelola usahataninya secara profesional.

    3. Wanita tani sebaiknya di undang atau diikusertakan pada semua kegiatan

    penyuluhan dan pelatihan pertanian, agar mereka termotivasi berpartispasi secara

    penuh dalam kegiatan usahatan.

    4. Peran dan fungsi lembaga pedesaan lebih ditingkatkan, agar sarana dan prasarana

    pertanian yang dibutuhkan oleh petani dapat terpenuhi.

    5. Peranan dan partisipasi tokoh masyarakat, aparat desa dan petugas pertanian perlu

    lebih ditingkatkan lagi untuk memotivasi dan dukungan kepada petani sehingga

    mereka lebih giat bekerja dan dapat mengelola usahataninya lebih baik.

    6. Perlunya kerjasama antar lembaga atau instansi terkait untuk melakukan suatu

    program kerja secara terpadu untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi

    masyarakat khususnya petani untuk memperbaiki taraf hidup mereka sekaligus

    diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan di pedesaan.

    27

  • DAFTAR PUSTAKA

    Achmad Suryana, 1998. Percepatan Transfer Teknologi Pertanian Kepada Petani. Extensia, Volume 7, Tahun V, Pebruari 1998.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Tim Ahli BPTP-PAATP), 1998. Panduan

    Lokakarya Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif (Participatory Rural Appraisal). Makalah Disampaikan Pada Lokakarya Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif di BPTP Biromaru, 28 Pebruari-28 April 2000.

    BPS., 2001. Sulawesi Tengah Dalam Angka. Palu, Propinsi Sulawsi Tengah. Chambers, R., 1996. PRA, Memahami Desa Secara Partisipatif. Penerbit Konisius,

    Yoyakarta. Driyamedia, 1996. Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal, Berbuat Bersama

    Berperan Setara. Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara. Emmy Susanti Hendrarso, 1998. Pendekatan Analisis Gender Dalam Studi Sosiologi.

    Makalah Disampaikan pada Lokakarya Kajian Wanita di Perguruan Tinggi Solo. Endang S. Thohari, 1999. Kebijaksanaan Program Pembangunan Pertanian Berperspektif

    Gender. Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Metodologi Penelitian Berprespektif Gender Dalam Bidang Pertanian Untuk Staf Badan Litbang yang Sedang Mengikuti S-2 di UGM. Kerjasama Antara ARMP-II Badan Litbang dengan Pusat Studi Wanita (PSW) UGM, Yogyakarta, 29 Nopember-7 Dessember1999.

    H. Rusidi, 2000. Sosiologi Pedesaan Dalam Pemahaman Aspek Sosial Budaya

    Masyarakat Bagi Perencanaan dan Penerapan Teknologi. Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Pemahaman Aspek Sosial Budaya Masyarakat Bagi Perencanaan dan Penerapan Teknologi. Universitas Padjajaran, Jatinangor, Bandung, 28 Pebruari-28 April 2000.

    Magniesyah, Sugiah, M., 1999. Pemberdayaan Sumberdaya Wanita dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Makalah Seminar Pembangunan yang Berwawasan Kemitrsetaraan antara Wanita dan Pria dengan Analisis Gender, Jakarta.

    Mary Astuti, 1999. Filosofi dan Perinsip Participatory Rural Apraisal (PRA). Makalah

    Disampaikan Pada Pelatihan Metodologi Penelitian Berprespektif Gender Dalam Bidang Pertanian Untuk Staf Badan Litbang yang Sedang Mengikuti S-2 di UGM. Kerjasama Antara ARMP-II Badan Litbang dengan Pusat Studi Wanita (PSW) UGM, Yogyakarta, 29 Nopember-7 Desember1999.

    Mary Astuti, 1999. Konsep SAGA. Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Metodologi

    Penelitian Berprespektif Gender Dalam Bidang Pertanian Untuk Staf Badan Litbang yang Sedang Mengikuti S-2 di UGM. Kerjasama Antara ARMP-II Badan Litbang dengan Pusat Studi Wanita (PSW) UGM, Yogyakarta, 29 Nopember-7 Des. 1999.

    28

  • Mary Astuti, 1999. Metodologi Penelitian Berperspektif Gender. Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Metodologi Penelitian Berprespektif Gender Dalam Bidang Pertanian Untuk Staf Badan Litbang yang Sedang Mengikuti S-2 di UGM. Kerjasama Antara ARMP-II Badan Litbang dengan Pusat Studi Wanita (PSW) UGM, Yogyakarta, 29 Nopember-7 Desember 1999.

    Nasikun, 1996. Perspektif Gender Dalam Metoda Penelitian Kualitatif. Makalah

    Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian Kajian Wanita, Yoyakarta.

    Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1995. Metode Penelitian Survai. Edisi Kedua, LP3ES, Jakarta.

    Sri Suharni Siwi, Sunihardi, Ani Musaddad dan Herman Supriadi, 1994. Peranan Wanita

    Dalam Usahatani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

    29

    LAPORAN AKHIR PEMBERDAYAAN WANITA TANI DI DESA POOR FARMER KABUPATEN DONGGALABALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN JAKARTAKABUPATEN DONGGALAABSTRAKKata Kunci : PRA-SAGA, Wanita tani, Poor Farmer.