eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/11201/1/JURNAL FIKS.doc · Web view(2013) bahwa sari kurma...
Transcript of eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/11201/1/JURNAL FIKS.doc · Web view(2013) bahwa sari kurma...
PENGARUH PERBEDAAN LAMA WAKTU PRA PEMBEKUAN DALAM KEMASAN AMPUL TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS
SPERMATOZOA KAMBING KACANG YANG DIBERISARI KURMA
PUBLIKASI ILMIAH
Diserahkan Guna Memenuhi Syarat yang DiperlukanUntuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
Pada Program Studi Peternakan
Oleh
SYAMSUDDINB1D 014 272
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS MATARAM
MATARAM2018
i
PENGARUH PERBEDAAN LAMA WAKTU PRA PEMBEKUAN DALAM KEMASAN AMPUL TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS
SPERMATOZOA KAMBING KACANG YANG DIBERISARI KURMA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh
SYAMSUDDINB1D 014 272
Diserahkan Guna Memenuhi Syarat yang DiperlukanUntuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
Pada Program Studi Peternakan
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
Menyetujui: Pembimbing Utama,
Prof. Ir. H. Chairussyuhur A, M.Sc, Ph.D NIP. 19510608 197602 1002
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS MATARAM
MATARAM2018
ii
PENGARUH PERBEDAAN LAMA WAKTU PRA PEMBEKUAN DALAM KEMASAN AMPUL TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS
SPERMATOZOA KAMBING KACANG YANG DIBERISARI KURMA
ABSTRAK
SYAMSUDDINB1D 014 272
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sari kurma dan lama pra pembekuan terhadap kualitas semen beku kambing kacang. Penelitian ini dilaksanakan di Batu Ringgit dan Laboratorium Reproduksi Fakultas Peternakan Universitas Mataram selama 2 bulan. Materi yang digunakan adalah semen yang di peroleh dari 5 ekor kambing kacang. Semen di tampung dengan menggunakan vagina buatan dua kali seminggu. Metode digunakan adalah eksperimental laboratorik dengan 3 perlakuan (15, 20 dan 25 menit) dan 5 kali ulanagn. Variabel yang diamati meliputi motilitas progresif dan viabilitas spermatozoa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji “t”. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh perbedaan yang signifikan (p<0,05) dalam hal motilitas dan viabilitas spermatozoa kambing kacang sebelum dan sesudah pemberian sari kurma, dan diantara ketiga perlakuan lama pra pembekuan semen beku, yang terbaik adalah lama pra pembekuan 20 menit. Pada lama pra pembekuan 20 menit, motilitas progresif spermatozoa beku sebelum pemberian sari kurma adalah 31,50±2,73 dan meningkat secara nyata (p<0,05) hingga mencapai 50,50±2,73 setelah pemberian sari kurma. Demikian pula dengan viabilitas, sebelum pemberian sari kurma jumlahnya 34,60±2,74 dan setelah pemberian sari kurma meningkat secara nyata (p<0,05) menjadi 52,80±2, Kata Kunci : kambing kacang, sari kurma, lama pra pembekuan, semen beku
iii
THE EFFECT OF DIFFERENCES IN LENGTH OF PRE-FREEZING IN AMPOULE PACKAGED ON THE MOTILITY AND VIABILITY
OF KACANG GOAT SPERMATOZOA CONSUMED DATE EXTRACT
ABSTRACT
SYAMSUDDINB1D 014 272
The study aims to determine the effect of date extract and thawing length on the quality of frozen kacang goat semen. Research was carried out in Batu Ringgit and Reproductive Laboratory of the Faculty of Animal Husbandry, University of Mataram for 2 months. The material used was semen from 5 kacang goats. Which was collected using artificial vagina once a week. The method used was laboratory experimental with 3 treatments of thawing length (15, 20 and 25 minutes) and 5 replications. The variables observed included progressive motility and viability of spermatozoa. The data obtained were analyzed using the "t"-Test. Results showed that there were significant effects (p<0.05) of before and after supplementation of date extract on progressive motility and normal viability of kacang goat spermatozoa before and after supplementation of date extract, and among the three treatments of pre freezeng length of frozen semen, the best was pre freezeng 20 minutes. At pre freezeng length 20 minutes, the progressive motility of spermatozoa before supplementation of date extract was 31.00±6.99% and increased significantly (p<0.05) to reach 63.00±7.15% after supplementation. Likewise, before supplementation of date extract the proportion of viability was 63.20±11.86% and increased significantly (p<0.05) to 83.50±4.00% following supplementation.
Key words: kacang goat, date extract, pre freezeng, frozen semen
iv
PENDAHULUAN
Permintaan produk peternakan khususnya daging di Indonesia akhir-
akhir ini semakin meningkat, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk
tujuan ekspor dalam bentuk ternak hidup. Ternak kambing merupakan salah satu
jenis ternak yang memiliki prospek pengembangan yang cukup baik dalam
menyuplai kebutuhan tersebut. Produktivitas kambing lokal (kambing kacang)
perlu ditingkatkan untuk menunjang kebutuhan daging tersebut. Kambing kacang
merupakan ternak kambing asli Indonesia dengan populasi cukup tinggi dan
tersebar luas di Indonesia. Kegunaan utama kambing kacang adalah sebagai
penghasil daging (Devendra dan Burns, 1994). Kambing kacang diketahui
memiliki potensi genetik sebagai penghasil daging yang baik sehingga merupakan
aset yang perlu terus ditingkatkan produktivitasnya (Susilawati, 2011). Salah satu
cara untuk meningkatkan produktivitas kambing kacang adalah melalui
pemanfaatan tekhnologi inseminasi buatan.
Inseminasi buatan (IB) adalah salah satu tekhnologi reproduksi yang
terbukti mampu dan berhasil meningkatkan perbaikan mutu genetik ternak,
sehingga dalam waktu pendek dapat menghasilkan anak dengan kualitas baik
dalam jumlah besar melalui penggunaan pejantan unggul sebanyak-banyaknya
(Susilawati, 2013). Pelaksanaan IB dapat dilakukan dengan menggunakan semen
cair maupun semen beku yang telah dicairkan kembali (thawing). Inounu (2014)
menyatakan, bahwa semen yang umum digunakan dalam program IB adalah
semen beku. Keberhasilan IB antara lain ditentukan oleh mutu semen beku yang
harus terjaga dengan baik agar fertilitasnya tinggi. Semen beku yang kualitasnya
tinggi ditandai oleh persentase motilitas dan viabilitas spermatozoa hidup yang
tinggi.
Pembekuan merupakan proses pengawetan fisik yang meliputi dua tahap,
yaitu pre-freezing (pra-pembekuan) dan freezing (pembekuan). Pra-pembekuan
merupakan awal dari proses pembekuan. Pada proses pembekuan, semen akan
mengalami cold shock dan terjadi perubahan intraseluler yang berkaitan dengan
pembentukan kristal-kristal es, sehingga meningkatkan konsentrasi elektrolit di
dalam sel. Selanjutnya melarutkan selubung lipoprotein dinding sel spermatozoa
1
dan pada waktu thawing akan terjadi perubahan permeabilitas membran plasma
sehingga mematikan spermatozoa (Toelihere, 1985).
Kualitas dan kuantitas semen sebelum pengenceran dapat mempengaruhi
kualitas akhir semen, baik motilitas maupun viabilitas spermatozoa serta
karakteristik lainnya setelah penyimpanan dan pembekuan. Kualitas semen juga
dapat dipengaruhi oleh pakan yang mengandung nutrisi tinggi. Salah satu
suplemen pakan yang memiliki nilai nutrisi tinggi adalah sari kurma.
Buah kurma merupakan makanan yang mengandung energi tinggi dengan
komposisi ideal, di dalamnya terkandung karbohidrat, triptofan, omega-3, vitamin
C, vitamin B6, Ca2+, Zn dan Mg. Buah kurma mengandung serat yang sangat
tinggi, kalium, mangan, fosfor, besi, belerang, kalsium dan magnesium yang
sangat baik untuk dikonsumsi. Kandungan zat besinya bisa meningkatkan kadar
haemoglobin dalam tubuh (Nugroho dkk., 2017). Adanya kandungan nutrisi yang
tinggi pada sari kurma tersebut, maka diperlukan pengkajian untuk melihat
kualitas spermatozoa kambing kacang setelah diberikan suplemen sari kurma.
Kehidupan spermatozoa pada proses pembekuan dan penyimpanan
ditentukan oleh lama waktu pra pembekuan yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap motilitas dan viabilitas pasca thawing. Lama proses pra-pembekuan
semen di atas uap N2 cair (-110oC) adalah 5 sampai 9 menit (Ditjenak, 2007;
Feradis, 2010). Pratiwi dkk. (2014) menyatakan, bahwa semen yang terdedah oleh
waktu pra-pembekuan yang singkat (5-8 menit) menunjukan motilitas
spermatozoa yang lebih rendah dibandingkan dengan waktu pra-pembekuan yang
lebih panjang (9 menit). Hal ini disebabkan spermatozoa banyak mengalami
kematian akibat penurunan suhu yang terlalu cepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan
lama waktu pra pembekuan dalam kemasan ampul terhadap motilitas dan
viabilitas spermatozoa beku kambing kacang yang diberi sari kurma.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari bulan juli sampai
september. Penampungan semen kambing dilakukan di kandang individu
2
kelurahan Batu Ringgit dan pemeriksaan semen dilakukan di Laboratorium
Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Semen di koleksi
menggunakan vagina buatan dua kali seminggu sebanyak lima kali ulangan.
Melakukan evaluasi terhadap kualitas semen segar meliputi : volume, warna, bau,
konsistensi, pH, motilitas massa, progresif motilitas individu, konsentrasi dan
viabilitas.
Perlakuan lama waktu pra pembekuan dan suplementasi sari kurma adalah
pemberian sari kurma (K) yaitu: K0 (Tanpa pemberian sari kurma) dan K1
(sesudah diberikan sari kurma), dengan lama waktu pra pembekuan (P) sebagai
berikut : P1 : 15 menit, P2 : 20 menit, dan P3 : 25 menit. Pemberian sari kurma
yaitu dengan memberikan secara peroral langsung pada ternak kambing kacang
dengan dosis 15 ml per kali pemberian. Proses pra pembekuan yang dilakukan
adalah dengan pengenceran semen segar 1 berbanding 10 lalu di isi dalam ampul,
kemudian dimasukan kedalam kulkas suhu 5oc selama 3 jam. Dilakukan pra
pembekuan dan dibekukan kedalam container suhu -196 oc.
Langkah selanjutnya dilakukan pencairan kembali (thawing) selama 2
menit. Evaluasi dan diamati menggunakan mikroskop cahaya untuk memperoleh
data progresif motilitas dan viabilitas spermatozoa. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis Varian’s (ANOVA) berdasarkan rancangan acak lengkap
pola faktorial. Selanjutnya hasil yang berbeda nyata (p<0,05) diuji lanjut dengan
uji Duncan’s SPSS 16.
3
HASL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Semen Segar Sebelum dan Setelah Pemberian Sari Kurma
Hasil pengamatan karakteristik makroskopis dan mikroskopis semen
segar dari 5 ekor kambing kacang ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan Semen Segar Kambing Kacang Sebelum dan Setelah
Pemberian Sari Kurma.
KarakteristikPerlakuan
Sebelum Sesudah
Volume (ml) 0,72±0,13 0,80±0,13
Warna Putih Susu Cream
Bau Khas semen Khas Semen
Konsistensi Sedang Kental
Ph 6,6±0,23 6,8±0,29
Motilitas massa +++ +++
Konsentrasi (x107/ml semen 258,0±50,81 291,0±28,31
Motilitas individu (%) 78,60±1,29 82,50±1,76
Viabilitas (%) 83,3±1,30 90,4±2,23
Sumber : Data primer diolah (2018)
Rataan volume semen segar kambing kacang yang ditampung sebelum
pemberian sari kurma yaitu 0,72±0,13 ml, sedangkan volume semen setelah
pemberian sari kurma sebesar 0,80±0,13, volume semen setelah pemberian sari
kurma terdapat peningkatan dimana volume tersebut memberikan hasil diatas 0,5
ml artinya masih dalam standar volume semen kambing pada umumnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sekosi dkk. (2016) yang menyatakan bahwa volume
semen kambing setiap kali ejakulasi berkisar antara 0,5-1,5 ml. Menurut Hafez
and Hafez (2008), volume semen kambing berkisar antara 0,5-1,2 ml/ ejakulat.
Volume semen berbeda menurut bangsa, umur, ukuran badan, frekuensi
penampungan, lingkungan, kondisi dari ternak itu sendiri, waktu penampungan
dan pakan (Kusumawati dkk. 2017).
Warna semen yang diperoleh pada penelitian ini sebelum pemberian sari
kurma adalah putih susu, namun setelah pemberian sari kurma semen didapati
4
warna krem. Hal ini sesuai dengan pendapat Sekosi dkk. (2016) yang
mengemukakan bahwa warna semen segar kambing yang normal adalah putih
hingga krem. Semen pada penelitian ini dapat dikatakan normal dikarenakan tidak
ada campuran warna kemerahan dan warna coklat yang menandakan semen
terkontaminasi darah, ataupun warna kehijauan yang merupakan tanda adanya
bakteri pembusuk dalam semen.
Semen segar kambing kacang sebelum dan setelah pemberian sari kurma
pada penelitian ini berbau khas semen yang menunjukkan semen dalam keadaan
normal dan tidak terdapat kontaminasi. Semen dengan keadaan normal umumnya
mempunyai bau yang khas disertai bau dari hewan tersebut (Inonie, 2016). Hal ini
sesuai dengan pendapat Kartasudjana (2001) yang menyatakan bahwa semen
normal umumnya memiliki bau yang khas dari hewan tersebut, apabila terdapat
bau busuk menunjukkan semen bercampur dengan nanah.
Konsistensi atau kekentalan merupakan salah satu sifat semen yang
memiliki hubungan dengan konsentrasi spermatozoa di dalamnya. Semen
kambing kacang yang ditampung sebelum pemberian sari kurma menunjukan
konsistensi yang sedang, namun setelah pemberian sari kurma terdapat konsistensi
yang kental. Menurut Evans dan Maxwell (1987) bahwa derajat kekentalan
semen memiliki korelasi positif terhadap kandungan spermatozoa didalam semen
sehingga apabila dalam pengamatan ditemukan semen yang terlalu encer maka
dapat diduga bahwa semen tersebut memiliki konsentrasi spermatozoa yang
rendah.
Hasil pengamatan terhadap derajat keasaman (pH) semen kambing kacang
sebelum pemberian sari kurma adalah 6,6±0,23, sedangkan setelah pemberian sari
kurma yaitu 6,8±0,29 dan nilai derajat keasaman ini masih berada pada kisaran
pH semen kambing yang normal yaitu 6,2-6,8 (Susilawati, 2011).
Motilitas massa spermatozoa sebelum dan setelah pemberian sari kurma
pada penelitian ini memiliki skor positif 3 (+++), artinya sangat baik yang
ditandai oleh adanya gelombang spermatozoa yang sangat tebal dan gerakan yang
sangat cepat. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Tambing (1999), bahwa
gerakan massa dapat memberikan gambaran tentang daya gerak spermatozoa,
5
dimana semakin tebal dan besar gelombangnya serta pergerakan semakin cepat
menandakan motilitasnya baik.
Penilaian konsentrasi spermatozoa tiap mililiter semen sangat penting,
karena faktor ini dipakai sebagai kriteria penentu kualitas semen untuk
menentukan tingkat pengenceran. Hasil penelitian didapati konsentrasi sebelum
pemberian sari kurma sebesar 258,0±50,81x 107/ml sedangkan konsentrasi setelah
pemberian sari kurma didapati hasil 291,0±28,31. Hal ini menunjukkan bahwa
konsentrasi spermatozoa kambing tersebut cukup baik dan berada dalam kisaran
normal. Seperti yang dinyatakan oleh Evans dan Maxwell (1987), bahwa semen
kambing yang mempunyai kualitas baik memiliki konsentrasi sekitar 1000-1500
juta sel/ml dan 2500-5000 juta sel/ml.
Pada penelitian ini rataan motilitas individu sebelum pemberian sari kurma
yang didapat adalah 78,60±1,29 %, setelah pemberian sari kurma motilitas
individu sebesar 82,50±1,76 %. Hasil penelitian ini sedikit lebih rendah
dibandingkan hasil penelitian Inonie (2016), bahwa rataan persentase motilitas
kambing kacang adalah 85,0±1,40 %. Rendahnya persentase motilitas tersebut
kemungkinan adanya pengaruh perbedaan umur ternak, pakan dan lingkungan.
Persentase viabilitas spermatozoa sebelum pemberian sari kurma hasil
penelitian yaitu 83,3±1,30 %, setelah pemberian sari kurma persentase viabilitas
yaitu 90,4±2,23. Hasil penelitian ini sedikit lebih kecil dibandingkan dengan hasil
penelitian Kusumawati (2017) yang juga menggunakan kambing kacang yaitu
sebesar 95,8 %. Namun viabilitas ini masih bisa dikatakan bagus karena
memenuhi standar persentase viabilitas minimal. Menurut Toelihere (1993) bahwa
standar persentase viabilitas minimal adalah 70% dari perhitungan 200 sel
spermatozoa per preparat. Hal ini dapat diketahui dari pemeriksaan mikroskopis
menggunakan pewarna eosin-nigrosin dengan melihat jumlah spermatozoa yang
tidak menyerap warna.
Motilitas progresif spermatozoa beku pasca thawing sebelum dan setelah
pemberian sari kurma
Kualitas spermatozoa yang bagus dapat ditentukan oleh motilitas progresif
yang tinggi sehingga spermatozoa tersebut mampu bergerak menuju ke tempat
6
fertilitas dalam waktu yang cepat. Pemeriksaan motilitas spermatozoa adalah satu-
satunya cara penentuan kualitas semen sesudah pengenceran. Hasil penilaian
motilitas spermatozoa beku kambing kacang pada waktu pra pembekuan yang
berbeda sebelum pemberian sari kurma disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Motilitas spermatozoa beku kambing kacang pada waktu pra
pembekuan yang berbeda sebelum dan setelah pemberian sari kurma
(Rata-rata ± SD, n = 45)
Lama Waktu Pra Pembekuan
(Menit)
Sebelum Pemberian
SK
Setelah Pemberian
SK
15 26,50±2,23a 42,50±2,50b
20 31,50±2,73a 50,50±2,73b
25 26,00±1,36a 42,00±2,10b
Total Rataan 28,00±3,27 45,00±4,62
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan
yang nyata (P< 0,05)
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
motilitas spermatozoa (p<0,05) pada berbagai waktu pra pembekuan terhadap
spermatozoa beku kambing kacang sebelum dan setelah pemberian sari kurma.
Pada Tabel 3 terlihat bahwa waktu pra pembekuan 15 menit berbeda nyata dengan
20 menit, demikian pula antara 25 menit dengan 20 menit. Namun pada pra
pembekuan 15 dan 25 menit perbedaannya tidak nyata.
Pada pra pembekuan 20 menit persentase motilitas progresif spermatozoa
beku kambing kacang sebelum dan setelah pemberian sari kurma didapati paling
tinggi dibandingkan dengan kedua perlakuan yaitu 15 dan 25 menit. Secara
statistik yang paling rendah dari ketiga perlakuan tersebut yaitu 25 menit dan
disusul oleh perlakuan 15 menit.
Dari ketiga perlakuan tersebut yang paling bagus persentase motilitasnya
yaitu pada perlakuan dua (20 menit). Namun hasil penelitian ini masih lebih
rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Nurcholis (2016) yang menggunakan
semen domba garut yang disuplementasi omega-3 minyak ikan salmon
menghasilkan persentase motilitas sebesar 53,75 %. Rendahnya persentase
motilitas spermatozoa beku kambing kacang pada perlakuan 15 dan 25 menit
7
kemungkinan waktu pra pembekuan pada perlakuan 15 menit terlalu singkat dan
waktu pra pembekuan 25 menit terlalu lama, sehingga persentase motilitasnya
rendah. Seperti yang dinyatakan oleh Munazaroh (2013), bahwa semen kambing
mudah mengalami kerusakan selama proses pembekuan, karena terjadinya
pembentukan kristal-kristal es yang dapat menyebabkan kematian spermatozoa.
Lebih lanjut Qureshi dkk. (2013) menyatakan, bahwa semen kambing yang
dibekukan rentan terhadap kerusakan seluler secara ultrastruktur, biokimia dan
fungsional akibat terbentuknya kristal es.
Persentase motilitas spermatozoa sebelum pemberian sari kurma didapati
rata-rata 28,00±3,27, hasil ini kurang dari 40 % artinya tidak memenuhi
persentase motilitas untuk standar IB. Namun demikian persentase motilitas
spermatozoa setelah pemberian sari kurma didapati rata-rata 45,00±4,62. Hasil ini
memenuhi standar persentase motilitas yang biasa digunakan untuk IB. Hasil
persentase motilitas setelah pemberian sari kurma lebih tinggi dibandingkan
dengan sebelum pemberian sari kurma. Ini artinya bahwa motilitas spermatozoa
beku kambing kacang setelah pemberian sari kurma memiliki peningkatan
dibandingkan dengan sebelum pemberian sari kurma. Hasil penelitian ini sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian Adinda (2016) yang
menggunakan glutathione, dimana hasil tertinggi post thawing pada semen
kambing PE yaitu 44,36±2%.
Tingginya persentase motilitas spermatozoa beku kambing kacang setelah
pemberian sari kurma menandakan bahwa kandungan sari kurma memberikan
pengaruh yang baik terhadap spermatozoa, sehingga cocok digunakan untuk
meningkatkan kualitas spermatozoa kambing kacang. Karena dalam kurma itu
sendiri terdapat kandungan antioksidan yang tinggi. Antioksidan merupakan
senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan cara mengikat radikal
bebas dan molekul yang sangat reaktif. Antioksidan berfungsi melindungi sistem
biologi terhadap suatu efek yang berpotensi merusakan dari suatu proses atau
reaksi yang menyebabkan oksidasi yang meluas (Lenzi dkk., 2002). Salah satu
bentuk senyawa oksigen reaktif adalah radikal bebas, senyawa ini terbentuk di
dalam tubuh dan dipicu oleh bermacam-macam faktor. Antioksidan bekerja
8
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
sehingga aktifitas senyawa oksidan tersebut bisa terhambat (Winarsi, 2007).
Selain itu sari kurma juga mengandung nutrisi yang tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Jahromi dkk. (2007) yang disitasi oleh Zen dkk. (2013) bahwa
sari kurma mengandung protein, serat, glukosa, vitamin, biotin, niasin dan asam
folat. Dengan demikian persentase motilitas terjadi peningkatan karena pakan
yang memiliki nutrisi dan energi tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas
spermatozoa.
Viabilitas spermatozoa beku pasca thawing sebelum dan pemberian sari
kurma
Viabilitas (daya tahan hidup spermatozoa) adalah kemampuan
spermatozoa untuk tetap tahan hidup sejak awal penyimpanan hingga spermatozoa
mati dengan batasan bahwa spermatozoa yang hidup tidak menyerap warna pada
bagian kepala, sedangkan spermatozoa yang mati akan menyerap warna karena
permeabilitas dindingnya meningkat (Toelihere, 1981).
Pada penelitian ini, perbedaan afinitas zat warna antara sel sperma yang
mati dan yang hidup digunakan untuk menghitung jumlah spermatozoa hidup
secara objektif. Jumlah spermatozoa yang hidup dan mati diamati pada beberapa
bidang pandang sehingga diperoleh 100 sel spermatozoa. Viabilitas hasil
penelitian pada kambing kacang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 4. Viabilitas spermatozoa beku kambing kacang pada waktu pra
pembekuan yang berbeda sebelum dan setelah pemberian sari kurma
(Rata-rata ± SD, n = 45).
Lama Waktu Pra Pembekuan
(Menit)
Sebelum Pemberian SK Setelah Pemberian
SK
15 31,10±1,94a 47,80±2,51b
20 34,60±2,74a 52,80±2,08b
25 30,00±1,70a 45,30±2,61b
Total Rataan 31,90±2,86 48,63±3,92
Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan
yang nyata (P< 0,05)
9
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
viabilitas spermatozoa (p<0,05) pada berbagai waktu pra pembekuan terhadap
spermatozoa beku kambing kacang sebelum dan setelah pemberian sari kurma.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa waktu pra pembekuan 15 menit berbeda nyata dengan
20 menit, demikian pula antara 25 menit dengan 20 menit. Namun pada pra
pembekuan 15 dan 25 menit perbedaannya tidak nyata.
Persentase viabilitas spermatozoa beku kambing kacang yang tertinggi
yaitu pada perlakuan pra pembekuan 20 menit, sedangkan yang paling rendah
adalah perlakuan 25 menit. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan
hasil penelitian Tambing (1999) yang melaporkan bahwa persentase viabilitas
semen beku kambing PE sebesar 64,36 ±6,92 %.
Rendahnya persentase viabilitas pada perlakuan 25 menit berarti tidak
terdapat suhu yang optimal terhadap spermatozoa, sehingga menyebabkan banyak
spermatozoa yang mati karena membran kepala yang telah rusak akibat cold
shock selama proses pembekuan. Menurut Elder dan Dale (2011), selama proses
pembekuan, sel spermatozoa memiliki kecenderungan mengalami stres seluler
yang disebabkan karena pengaruh langsung akibat penurunan suhu secara drastis
dan perubahan secara fisik akibat terbentuknya kristal es, sehingga tanpa adanya
pelindung sel spermatozoa mudah mengalami kematian. Senada dengan pendapat
tersebut Ariantie dkk. (2014) juga menyatakan bahwa rendahnya kualitas
spermatozoa kambing diduga akibat keberadaan enzim phospholipase A yang
terkandung di dalam bulbourethral gland secretion (BUS) yang dapat
menghidrolisis fosfolipid kuning telur dalam medium pengencer, sehingga kuning
telur kehilangan daya kriopreservasinya yang menyebabkan kematian
spermatozoa.
Dari ketiga perlakuan tersebut memperlihatkan hasil yang berbeda nyata
(p<0,05) antara pra pembekuan 15, 20 dan 25 menit. Dimana pada semua
perlakuan sebelum pemberian sari kurma terdapat persentase yang lebih rendah
dengan nilai rata-rata 31,90±2,86 dibandingkan dengan perlakuan setelah
pemberian sari kurma yang mendapatkan hasil rata-rata sebesar 48,63±3,92.
Dari segi praktis, IB dengan semen beku memenuhi standar jumlah atau
persentase spermatozoa hidup adalah 80 %. Namun demikian dalam penelitian ini
10
jumlah spermatozoa hidup didapati rata-rata 48 %. Hasil penelitian ini lebih
rendah dibandingkan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Nurcholis
(2016) yang melaporkan bahwa kriopreservasi semen domba garut menggunakan
tris kuning telur yang disuplementasi omega-3 minyak ikan salmon menghasilkan
spermatozoa hidup sebesar 60,75%.
Secara umum persentase spermatozoa hidup hasil penelitian ini masih
rendah, faktor yang menyebabkan persentase spermatozoa hidup rendah
kemungkinan adanya pengaruh pada saat thawing dan banyaknya asam laktat dari
hasil metabolisme spermatozoa. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Janur dkk.
(2015) bahwa faktor yang menyebabkan rendahnya persentase hidup spermatozoa
pasca dilakukan thawing adalah akibat banyaknya asam laktat dari hasil
metabolisme spermatozoa yang tidak dapat dioksidasi. Menumpuknya asam laktat
ini mengakibatkan meningkatnya kadar keasaman larutan yang berakibat buruk
bagi spermatozoa karena bersifat racun.
KESIMPULAN
1. Lama waktu pra pembekuan dalam kemasan ampul dan pemberian suplemen
sari kurma berpengaruh terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa kambing
kacang.
2. Waktu pra pembekuan yang terbaik untuk mempertahankan motilitas dan
viabilitas spermatozoa kambing kacang adalah 20 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Adinda L. P., S. Darodjah dan R. Setiawan., 2016. Pengaruh Level Glutathione
Dalam Pengencer Tris-Sitrat Kuning Telur Terhadap Motilitas Dan
Abnormalitas Sperma Kambing Peranakan Etawah Post Thawing. Laporan
Penelitian Fakultas Peternakan Unpad.
Agustin, M.F., M.N. Ihsan dan N. Isnaini. 2014. Pengaruh Lama Simpan Semen
dengan Pengencer Tris Aminomethan Kuning Telur pada Suhu Ruang
11
terhadap Kulitas Spermatozoa Kambinr Boer. Jurnal Ternak Tropika 15
(2) : 1–6.
Ariantie O. S., T. L. Yusuf., D. Sajuthi dan R. I. Arifiantini., 2014. Kualitas
Semen Cair Kambing Peranakan Etawah dalam Modifikasi Pengencer Tris
dengan Trehalosa dan Rafinosa. Jurnal Veteriner. 15 (1) : 11-22
Devendra, C., dan M. Burns., 1994. Produksi kambing di daerah tropis. Institut
Tekhnologi Bandung. Bandung.
Ditjenak, 2007. Juknis produksi dan distribusi semen beku. Direktorat Jenderal
Peternakan. Kementerian Pertanian RI.
Elder, K., and B. Dale. 2011. In Vitro Fertilization 3rd Edition. Cambridge
University Press. New York, USA.
Evans, g. and W.M.C. Maxwell. 1987. Salamon's Artificial Insemination of Sheep
and Goats. Butterworths. London.
Feradis, 2010 Bioteknologi reproduksi pada ternak. Alfabeta Bandung
Hafez, E. S. E., and B. Hafez. 2008. X and Y Chromosome-Bearing Spermatozoa.
In: Hafez E.S.E and Hafez B., editors. Reproduction In Farm Animals 7__
ed. Australia: Blackwell Publishing. pp: 390-394.
Inonie R. I., L. O. Baa., Takdir S, 2016. Kualitas Spermatozoa Kambing Boerawa
Dan Kambing Kacang Pada Penggunaan Tris-Kuning Telur Yang
Berbeda. Jitro Vol 1 No.1 : 52-64
Inounu, I., 2014. Upaya Meningkatkan keberhasilan inseminasi buatan pada
ternak ruminansia kecil. Wartazoa 24 (4) : 201-209
Janur G. H., M. N. Ihsan dan N. Isnaini,. 2015. Pengaruh Berbagai Metode
Thawing Terhadap Kualitas Semen Beku Kambing Peranakan Etawa (PE).
Laporan Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Jakarta.
Kusumawati, E.D., K.N. Utomo., A.T.N. Krisnaningsih. dan S. Rahadi, 2017.
Kualitas semen kambing kacang dengan lama simpan yang berbeda pada
suhu ruang menggunakan pengencer tris aminomethan kuning telur.
Jitro 4 (3) : 42-51
Lenzi, A., L. Gandini, F. Lombardo, M. Picardo, V. Maresca, E. Panfili, F.
Tramer, C. Boitani And F. Dondero. 2002. Polyunsaturated Fatty Acids Of
12
Germ Cell Membranes, Glutathione And Glutathionedependent Enzyme-
Phgpx: From Basic To Clinic. Contraception 65: 301 – 304.
Lukman, H.Y., W. Busono., S. Wahyuningsih dan S. Suyadi. 2014. Sperm
Motility and Viability after α-Tocopherol Dilution in Tris Aminomethane-
Base Extender During Cold Storage in Bali Bull. International Journal of
ChemTech Reseach 6 (14) : 5726-5732
Mumu, M.I., 2009 viabilitas sapi simental yang dibekukan menggunakan
krioprotektan gliserol. Jurnal Agroland, volume : 16 Nomor : 2, Halaman
172-179.
Munazaroh A. M., S. Wahyuningsih dan G. Ciptadi., 2013. Uji Kualitas
Spermatozoa Kambing Boer Hasil Pembekuan Menggunakan MR. Frosty
Pada Tingkat Pengenceran Andromedberbeda. Jurnal Ternak Tropika. 14
(2) : 63-71.
Nugroho S.M., Masruroh, M. Lenna., 2017. Sari kurma (phoenix dactylifera)
sebagai suplemen nutrisi untuk menambah kadar haemoglobin pada tikus
putih betina (ratus norvegicus). Jurnal Medika Respati 12 (2) : 1907 -
3887
Nurcholis., R. I. Arifiantini., M. Yamin., 2016. Kriopreservasi Semen Domba
Garut Menggunakan Tris Kuning Telur yang Disuplementasi Omega-3
Minyak Ikan Salmon. Jurnal Veteriner. 17 (2) : 309-315
Pamungkas, A.H., F. Fahmilia dan S. Elieser. 2008. Perbandingan Karakteristik
Semen Kambing Boer dengan Kacang. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner tahun 2008 : 367 – 370
Permatasari, W.D., E.T. Setiatin dan D. Samsudewa. 2013. Studi tentang
Pengencer Kuning Telur dan Pengaruhnya terhadap Kualitas Semen Beku
Sapi Jawa Brebes. Animal Agriculture Journal 2 (1) : 143–151
Pratiwi, R.I., S. Suharyatib., M. Hartono., 2014. Analisis kualitas semen beku sapi
simmental menggunakan pengencer andromed dengan variasi waktu pre
freezing. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
13
Qureshi, M.S., D. Khan, A. Mushtaq, and S.S. Afridi. 2013. Effect of Extenders,
Postdilution Intervals and Seasons on Semen Quality in Dairy Goats. Turk
J. Vet. Anim. Sci. (37) : 147-152
Restegarnia, A., A. Shahverdi., T. R. Topraggaleh., B. Ebrahimi dan V. Shafipour.
2013. Effect of Different Thawing Rates on Post-Thaw Viability,
Kinematic Parameters and Chromatin Structure of Buffalo (Babalus
babalis) Spermatozoa. Cell Journal (Yakhteh) 4 (4) : 306-313
Sekosi, P. P. P., E.D. Kusumawati. dan A.T.N. Krisnaningsih., 2016. Motilitas
dan Viabilitas Semen Segar Kambing Peranakan Etawa (PE) dengan
Menggunakan Pengencer Cauda Epididymal Plasma (CEP-2) pada Lama
dan Suhu Simpan yang Berbeda. Jurnal Sains Peternakan. 4(1): 34-49.
Susilawati T., 2011a. Agribisnis Kambing. UB Press. Universitas Brawijaya.
Malang.
Susilawati T., 2011b. Spermatology. Malang: UB Press
Susilawati T., 2013. Pedoman inseminasi buatan pada ternak. UB Press.
Universitas Brawijaya. Malang.
Tambing S.N., R. Mozes., Toelihere., T. L.Yusuf., Dan I. K. Sutama., 1999.
Motilitas, Daya Hidup dan Tudung Akrosom Utuh Semen Kambing
Peranakan Etawa pada Berbagai Suhu Thawing. Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner 1999 : 236-243
Tambing, S.N., M.R. Toelihere., T.L. Yusuf dan I.K Sutama. 2000. Pengaruh
Gliserol dalam Pengencer Tris Terhadap Kualitas Semen Beku Kambing
Peranakan Etawa. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 5 (2) : 1–8
Tambing, S.N., M.R. Toelihere., T.L. Yusuf., B. Purwantara., I.K. Sutama dan
P.Z. Situmorang. 2003. Pengaruh Frekuensi Ejakulasi Terhadap
Karakteristik Semen Segar dan Kemampuan Libido Kambing Saanen.
Jurnal Sain Veteriner 21 (2) : 57–65
Toelihere, M. R. 1981. Inseminasi buatan pada ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung
Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi buatan pada ternak. Penerbit Mutiara, Bandung.
Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi buatan pada ternak. Penerbit Angkasa.
Bandung
14
Winarsi, Herry. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
Zen A.T.H., Danis P., Chodidjah., 2013. Pengaruh pemberian sari kurma
(Phoenix dactylifera) terhadap kadar hemoglobin studi eksperimental
pada tikus putih jantan galur wistar yang diberi diet rendah zat besi
(Fe). Sains Medika 5 (1) : 17-19
15