Fg 3

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perubahan dalam Kegiatan Promosi Kesehatan Promosi kesehatan merupakan suatu proses/ upaya agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan (Piagam Ottawa). Promosi kesehatan juga suatu program yang dirancang untuk mengubah prilaku organisasi masyarakat dan lingkungannya. Salah satu tujuan dan sasaran promosi kesehatan bagi petugas, program maupun institusi kesehatan ialah untuk melakukan promosi kesehatan dalam setiap program kesehatan yang diselenggarakan, mendukung tumbuhnya gerakan hidup sehat di masyarakat, serta meningkatkan mutu layanan kesehatan yang dapat memberikan kepuasan pada masyarakat. 1. Definisi dan tipe perubahan Perubahan adalah “beberapa pergantian yang terencana ataupun tidak terencana atas status quo dalam suatu organisme, situasi, dan proses. Definisi klasik ini menjelaskan bahwa perubahan bisa terjadi karena desain atau kegagalan. Dari prespektif sebuah system, perubahan berarti suatu keadaan yang berada diluar keseimbangan atau equilibrium sistem mengalami gangguan (Rowitz, 2006; Allender 2010). Teori klasik yang lainnya menjelaskan perubahan sebagai proses mengadopsi inovasi. Perubahaan akan terjadi ketika inovasi tersebut diterima, dicoba, dan diintegrasikan ke

Transcript of Fg 3

Page 1: Fg 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perubahan dalam Kegiatan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan suatu proses/ upaya agar masyarakat mampu memelihara

dan meningkatkan kesehatan (Piagam Ottawa). Promosi kesehatan juga suatu program yang

dirancang untuk mengubah prilaku organisasi masyarakat dan lingkungannya. Salah satu

tujuan dan sasaran promosi kesehatan bagi petugas, program maupun institusi kesehatan ialah

untuk melakukan promosi kesehatan dalam setiap program kesehatan yang diselenggarakan,

mendukung tumbuhnya gerakan hidup sehat di masyarakat, serta meningkatkan mutu layanan

kesehatan yang dapat memberikan kepuasan pada masyarakat.

1. Definisi dan tipe perubahan

Perubahan adalah “beberapa pergantian yang terencana ataupun tidak terencana atas

status quo dalam suatu organisme, situasi, dan proses. Definisi klasik ini menjelaskan

bahwa perubahan bisa terjadi karena desain atau kegagalan.

Dari prespektif sebuah system, perubahan berarti suatu keadaan yang berada

diluar keseimbangan atau equilibrium sistem mengalami gangguan (Rowitz, 2006;

Allender 2010). Teori klasik yang lainnya menjelaskan perubahan sebagai proses

mengadopsi inovasi. Perubahaan akan terjadi ketika inovasi tersebut diterima, dicoba,

dan diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan juga mempengaruhi

perilaku seseorang, perubahan memerlukan penyesuaian dalam pemikiran dan perilaku,

respon seseorang untuk mengubah pergantian berdasarkan presepsi mereka.

Proses perubahan dapat digambarkan sebagai perubahan yang tiba-tiba atau

drastic (revolusioner) atau secara berangsur-angsur sepanjang waktu (evolusioner).

a. Perubahan revolusioner

Perubahan revolusioner berlangsung cepat, drastic, dan tipe ancaman yang dapat

menyebabkan gangguan secara komplit terhadap keseimbangan sebuah sistem. PHK

atau pemberhentian kerja secara tiba-tiba, berhenti merokok setiap malam, kehilangan

tim sepakbola dalam sebuah kecelakaan pesawat, secara tiba-tiba memindahkan anak

dari orangtua yang melukan tindak kekerasan adalah contoh dari perubahan

revolusioner.

Page 2: Fg 3

Sesorang yang terlibat dalam perubahan revolusionari memiliki sedikit atau

bahkan tidak ada peringatan sama sekali atau tidak mempunyai waktu untuk

melakukan persiapan. Emosi yang tinggi, mental, energi fisik, dan perubahan

perubahan perilaku secara cepat diperlukan untuk beradaptasi terhadap perubahan

revolusioner.

b. Perubahan evolusioner

Perubahan evolusioner adalah perubahan yang berjalan secara berangsur-angsur

dan memerlukan penyesuaian. Bebrapa contoh dari perubahan evolusionari adalah

menjadi orangtua, secara berangsur-angsur mengurangi konsumsi rokok per hari, dan

mengurangi berat badan dengan mengeliminasi snak dan makanan pencuci mulut

seperti kue-kue.

Pada beberapa situasi lebih tepat menerapkan salah satu dari jenis perubahan di

atas. Sebagai contoh sebuah komunitas yang membutuhkan peningkatan pendapatan

informasi mengenai kesehatan melalui tekhnologi informasi bisa menggunakan tipe

perubahan evolusioner. Sedangkan pada situasi yang terancam keamanannya, seperti

adanya banjir, tanah longsor atau epidemic influenza memerlukan penerapan tipe

perubahan revolusioner.

2. Tahap-tahap perubahan

a. Unfreezing (minat untuk berubah telah muncul dan mulai berkembang)

Tahap pertama (unfreezing) terjadi ketika kebutuhan untuk berubah telah timbul

dan berkembang akibat ketidakseimbangan suatu system. Seseorang termotivasi

untuk berubah dapat berasal dari factor intrinsic atau factor ekstrinsik. Unfreezing

biasanya terjadi secara spontan; sebuah keluarga meminta pertolongan untuk

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan alkoholisme atau sebuah

komunitas yang berminat untuk dapat memcahkan masalah yang berkaitan dengan

polusi udara.

b. Changing/ Moving (ketika sebuah ide baru diterima dan diterapkan)

Tahap kedua dari proses perubahan adalah Changing/ moving. Tahap ini terjadi

ketika seseorang menguji, menerima, dan mencoba inovasi tersebut. Sebagai contoh

seorang ibu yang tengah mengandung menjadi peserta didik dalam sebuah kelas

preental melakukan exercises atau klien yang telah berusia lanjut berdiskusi dan

Page 3: Fg 3

mencoba menerapkan cara untuk membuat apartemen mereka aman dari kecelakaan

yang berisiko terjadi.

Hal yang harus diperhatikan selama tahap ini adalah membantu klien untuk

melihat nilai pada perubahan, memberanikan mereka untuk mencoba, dan

mendampingi mereka dalam mengadopsi perubahan tersebut (Cherry & Jacob, 2005;

Allender, 2012)

c. Refreezing (ketika perubahan diintegrasikan dan dilakukan secara rutin dalam

kehidupan sehari-hari)

Tahap ketiga atau tahap akhir dalam proses perubahan adalah refreezing. Terjadi

ketika perubahan diterima dan menjadi bagian secara tetap dalam sebuah sistem.

Tahap refreezing dapat dilihat ketika pada klien weight-loss secara rutin mengikuti

program diet atau ketika sebuah komunitas telah membuat tanda pemberhentian

(stop)dan menyediakan crosswalk pada persimpangan yang berbahaya,

3. Hambatan perubahan

a. Takut karena tidak tahu, merasa bingung, bertanya tentang apa yang akan saya

lakukan nanti, bertanya-tanya, apa yang diharapkan dari saya, dan apakah hal tersebut

menguntungkan saya

b. Takut karena kehilangan kemampuan, ketrampilan, atau keahlian yang berhubungan

dengan pekerjaan

c. Takut karena kehilangan kepercayaan/ kedudukan

d. Takut karena kehilangan imbalan

e. Takut karena kehilangan penghargaan, dukungan, dan perhatian

f. Takut gagal

4. Planned/ Managed Change

Planned change mempunyai tujuan/ maksud tertentu, mendesain usaha untuk

mempengaruhi kemajuan/ peningkatan dalan sebuah sistem dengan dengan bantuan dari

seorang agen perubahan. Planned change juga disebut sebagai Managed Change

(Russel, 2006; Allender, 2010) yang sangat penting untuk mengembangkan program

keperawatan kesehatan komunitas yang sukses.

Page 4: Fg 3

a. Proses perubahan terencana

Proses perubahan terencana melibatkan rangkaian aktivitas sistematis yang

mengikuti proses keperawatan. Terdapat 8 langkah yang menjadi pedoman untuk

mencapai kesuksesan management/ planned change.

1) Langkah 1: Mengkaji Gejala

Langkah pertama dalam pengaturan perubahan adalah mengenali dan

mengkaji gejala-gejala yang mengindikasikan kebutuhan untuk berubah.

Langkah ini memerlukan pengumpulan dan pengujian terhadap adanya bukti-bukti,

bukan mendiagnosis atau langsung mengatasi. Misalnya, menganggap bahwa

sekelompok klien menunjukkan ketertarikan dalam menerima bantuan dengan

keterampilan pengasuhan. Perawat tidak boleh menganggap bahwa klien tersebut

merasa inadekuat dalam perannya sebagai orangtua, dan perawat juga tidak boleh

menganggap bahwa mereka kekurangan informasi atau merasa kesulitan dengan

anak-anak mereka.

2) Langkah 2: Mendiagnosa Kebutuhan

Diagnosis melibatkan analisa terhadap gejala-gejala dan mencapai sebuah

kesimpulan mengenai apa yang perlu berubah. Pertama, deskripsikan situasi saat

ini (realitas) dan cocokkan dengan situasi yang seharusnya (ideal). Langkah

selanjutnya adalah menentukan sifat dan penyebab kebutuhan untuk berubah.

Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada klien, memeriksa literatur,

atau berkonsultasi penting untuk membuat keputusan yang lebih akurat.

3) Langkah 3: Menganalisa solusi alternatif

Setelah diagnosis dan penyebabnya ditentukan, kemudian identifikasi solusi

atau alternatif lain untuk dilakukan. Di sini, diperlukan brain storming, dan sistem

klien sebisa mungkin harus dilibatkan pada proses tersebut. Melihat kembali literatur

berguna untuk mencari solusi. Membuat daftar semua yang masuk akal, alternatif

yang luas kemudian analisis secara teliti untuk menentukan manfaat, kerugian,

konsekuansi, dan risiko yang menyertainya.

4) Langkah 4: Memilih sebuah Perubahan

Setelah semua alternatif dianalisis seluruhnya, solusi terbaik harus ditentuan.

Risiko-risiko yang muncul pada pilihan perubahan harus diuji kembali. Untuk

Page 5: Fg 3

mengetahui perubahan untuk mencapai tujuan, tujuan yang dinyatakan secara jelas,

harus dirumuskan.

5) Langkah 5: Merencanakan Perubahan

Langkah ini merupakan inti dari perubahan terencana karena pada langkah ini,

agen perubah dan sistem klien bersama-sama menyiapkan rancangan, cetak biru, yang

memandu aksi perubahan tersebut. Pada langkah 1 sampai 4, data dikumpulkan,

diagnosis dibuat, sumber-sumber dikaji, dan sebuah tujuan dibentuk. Kemudian

proses perencanaann ini mempertemukan agen perubah dan sistem klien bagaimana

cara mencapai tujuan. Akan lebih baik jika mereka mengembangkan perencanaan

secara bersama-sama.

6) Langkah 6:Mengimplementasikan Perubahan

Langkah implementasi melibatkan yang membuat rencana perubahan. Karena

tujuan dan kegiatannya telah didefinisikan dengan jelas pada langkah sebelumnya,

agen perubah dan sistem klien mengetahui apa yang perlu dilakukan dan bagaimana

memulai prosesnya. Saat memulai implementasi, pastikan bahwa semua orang

memperhatikan dengan jelas dan bersiap untuk berubah. Ketika

mengimplementasikan perubahan yang akan memberikan dampak pada banyak

orang, metode pilot study akan membantu. Pilot study dilakukan untuk mengetes

perubahan pada skala kecil dan merivisi perubahan sebelum

mengimplementasikannya ke dalam sistem yang lebih besar.

7) Langkah 7: Mengevaluasi Perubahan

Keberhasilan langkah 7 ini bergantung pada seberapa baik perubahan itu

direncanakan. Tujuan yang ditulis dengan jelas dengan kriteria yang spesifik untuk

pengukuran membuat langkah evaluasi lebih simpel. Namun, evaluasi tidak berakhir

dengan mengatakan apakah tujuan telah tercapai. Masing-masing tujuan memerlukan

analisis. Meskipun tujuannya dapat dengan mudah dievaluasi oleh kepala perawat,

tujuan harus dapat ditingkatkan dengan deskripsi yang lebih spesifik. Pada akhirnya,

berdasarkan evaluasi, agen perubah membuat modifikasi dibutuhkan dalam

perubahan sebelum adanya stabilisasi.

8) Langkah 8: Menstabilisasikan Perubahan

Page 6: Fg 3

Langkah terakhir dalam proses perubahan terencana memerlukan pengukuran

untuk memperkuat dan memelihara perubahan tersebut. Rencana perubahan yang

dikembangkan dengan baik menyertakan rancanagan untuk stabilisasi.

b. Strategi perubahan terencana

Strategi perubahan terencana berfokus pada tiga strategi perubahan: (1) rasional-

empiris, (2) normatif-reedukatif, (3) penggunaan kekuasaan.

Penting untuk diingat bahwa “focus permasalahan pada sebuah perubahan bukan

hanya strategi, struktur, budaya, atau sistem perubahan, tetapi bagamiana seseorang

melihat tujuan/ maksud dilakukannya sebuah perubahan dan bagaimana hal tersebut

mempengaruhi perasaan mereka mengenai maksud/ tujuan perubahan tersebut”

(Rowitz, 2006; Allender, 2010)

5. Prinsip-prinsip untuk mempengaruhi perubahan positif

Keperawatan kesehatan komunitas memperkenalkan perubahan setiap hari

melalui praktik keperawatan yang mereka lakukan. Setiap usaha untuk menyelesaikan

masalah, mencegah masalah yang lainnya timbul (preventif), menemukan kebutuhan

potensial komunitas, atau meningkatkan kesehatan optimal komunitas yang memerlukan

perubahan. Enam prinsip yang menjadi pedoman untuk mempengaruhi perubahan positif:

(1) prinsip partisipasi, (2) prinsip perubahan resisten, (3) prinsip ketepatan waktu, (4)

prinsip saling ketergantungan, (5) frinsip fleksibilitas, dan (6) prinsip pemahaman diri.

6. Perubahan melalui pendidikan kesehatan

Promosi kesehatan mempunyai focus yang jelas terhadap individu dan

sekumpulan perilaku (Pender, 2006; Allender, 2010). Berdasarkan definisi yang lainnya

mengenai promosi kesehatan: “beberapa kombinasi pendidikan, organisasi, lingkungan,

dan penunjang ekonomi untuk membentuk perilaku dan kondisi kehidupan yang kondusif

untuk kesehatan (Ottoson&Green, 2008; Allender, 2010). Untuk keperawatan

kesehatan komunitas, pendidikan kesehatan adalah praktik dasar/ utama. Apakah

seorang perawat akan menyediakan layanan edukasi satu per satu kepada ibu-ibu

mengenai manfaat pemberian ASI atau memberikan penjelasan singkat kepada

country official terhadap kebutuhan mempertahankan support center mengenai

pemberian ASI.

Page 7: Fg 3

Mengajar adalah proses komunikasi khusus yang berkeinginan mengubah

perilaku atau pencapaian. Tujan utama dari mengajar adalah belajar. Belajar berarti

memperoleh pengetahuan, pemahaman, atau menguasainya. Belajar adalah sebuah proses

mengasimilasi informasi baru yang mempromosikan perubahan secara permanen dalam

perilaku.

B. Konsep Kolaborasi dan Kemitraan dalam Promosi Kesehatan

1. Kolaborasi dalam Promosi Kesehatan

a. Definisi Kolaborasi

Pengembangan kesehatan masyarakat kian meningkat seiring meningkat seiring

meningkatnya kebutuhan kesehatan dewasa ini. Salah satu cara agar pengembangan

kesehatan masyarakat lebih optimal adalah membina hubungan kerjasama antara perawat

dengan tim pelayanan kesehatan lain atau dengan elemen lain dalam masyarakat akan

memberikan pengaruh signifikan pada keberhasilan program promosi kesehatan. Salah satu

atau dua bentuk kerjasama adalah dengan cara kolaborasi

Secara umum kolaborasi memilki definisi melakukan kerjasama dengan pihak lain.

Jonathan (2004) mendefinisikan kolaborasi sebagai proses interaksi di antara beberapa

orang yang berkesinambungan. Dalam hal ini, kolaborasi dilakukan antara perawat dengan

dokter, ahli farmasi, ahli gizi serta tim kesehatan lain. ANA (1992) kolaborasi hubungan

kerja di antara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien adalah dalam

melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

berkonsultasi dengan masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun

bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang

memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator

Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:

a. Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.

b. Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan.

c. Adanya tujuan yang masuk akal.

d. Ada pendefinisian masalah.

e. Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.

f. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagi pilihan.

g. Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.

Page 8: Fg 3

h. Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.

Karakteristik ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kolaborasi untuk

promosi kesehatan.

b. Elemen kunci efektivitas kolaborasi

Dalam pelaksanaan kolaborasi tentunya sebagai perawat harus mengetahui hal-hal

apa saja yang menjadi kunci keefektivitasan sebuah kolaborasi. Adapun kunci

keefektifitasan kolaborasi antara lain :

a. Kerjasama. Menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa

beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.

b. Asertivitas. Merupakan hal yang penting ketika individu dalam tim mendukung

pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa

pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.

c. Tanggung jawab. Mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil

konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.

d. Komunikasi. Setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi

penting mengenai isu yang terkait.

e. Otonomi. Kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.

f. Koordinasi. Efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien,

mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam

menyelesaikan permasalahan.

g. Kolegalitas. Saling menghargai.

h. Konsep dengan arti yang sama. Mutualitas dimana individu mengartikannya

sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi proses dinamis antara orang-orang

yang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap

anggota.

i. Kepercayaan. Konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa

pecaya,  kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari

tanggung jawab, terganggunya komunikasi.

c. Pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi promosi kesehatan

Sasaran dari promosi kesehatan tidak hanya individu, tetapi juga keluarga dan

masyarakat dan komunitas.Sesuai dengan definisi dari kolaborasi itu sendiri, yaitu

Page 9: Fg 3

melakukan kerjasama, kegiatan promosi kesehatan ini melibatkan berbagai pihak yang

dapat membantu melancarkan usaha promosi kesehatan. Adapun pihak-pihak yang dapat

berkolaborasi untuk melakukan usaha promosi kesehatan itu antara lain:

a. Tenaga atau Ahli Kesehatan Lain

Tenaga atau ahli kesehatan yang dimaksud disini adalah dokter, ahli gizi,

terapis, psikolog, dan tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Kolaborasi yang

dapat dilakukan adalah kerjasama yang yang saling melengkapi pada saat perawat

memberikan promosi kesehatan kepada klien. Baik dengan melakukan konsultasi

terkait promosi yang akan dilakukan maupun tenaga atau ahli kesehatan tersebut

dihadirkan sebagai narasumber sehingga informasi yang disampaikan akurat dan

dapat meraih hati klien atau massa.

b. Keluarga 

Keluarga merupakan orang terdekat dari klien atau individu dan memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap individu. Hal ini disebabkan karena dalam

sistem keluarga terdapat orang yang sangat berpengaruh, dihormati dan mampu

mempengaruhi anggota yang lain, misalnya orang tua.

c. Orang-Orang lain yang Berpengaruh bagi Individu

Orang lain yang berpengaruh adalah orang yang mendukung baik dukungan

moril, material, maupun emosional dengan klien untuk mempertahankan

kesehatannya, misalnya teman, atasan dan sebagainya.

d. Penyelenggara Layanan Kesehatan

Salah satu contoh penyelenggara layanan kesehatan adalah

puskesmas.Puskesmas ini merupakan unit penyelenggara layanan yang memiliki

peran sangat besar dalam memberikan layanan kesehatan di daerah-daerah, bahkan

hingga daerah pelosok pedesaan. Sehingga puskesmas memiliki peran yang

dominan dalam pengobatan dan pemberian informasi bagi masyarakat di daerah

pedesaan karena merupakan akses yang paling strategis untuk menyampaikan

informasi kesehatan.

e. Organisasi Masyarakat Informal dan Formal

Contoh organisasi masyarakat informal dan formal antara lain ; TP-PKK,

kelompok pengajian, kelompok arisan, dasa wisma,dan lain-lain. Perawat dapat

Page 10: Fg 3

berkolaborasi dengan organisasi tersebut untuk melakukan promosi kesehatan,

misalnya meminta waktu untuk memberikan promosi kesehatan di dalam forum

tersebut.

f. Tokoh Masyarakat atau Agama yang Memiliki Pengaruh dalam Masyarakat

Tokoh masyarakat atau agama merupakan sosok seseorang yang dihormati,

disegani, dan menjadi panutan dalam masyarakat. Perawat dapat meyakinkan

dahulu tokoh masyarakat atau agama itu terlebih dahulu. Apabila si tokoh sudah

dapat diajak, maka masyarakatnya akan mengikuti sehingga promosi itu dapat

dilakukan dengan lebih mudah. Selain itu, perawat juga dapat meminta beliau untuk

memasukkan pendidikan kesehatan dalam forum yang dihadirinya dan ia menjadi

pembicara. Pendidikan kesehatan dapat dijadikan tema dalam penyampaian

ceramahnya (Fredland).

g. Pemerintah dan Unit di bawahnya

Pemerintah disini tidak hanya pemerintah pusat, tapi juga cabang-

cabangnya, seperti pemerintah di tingkat provinsi,kabupaten,kecamatan, hingga

desa. Kolaborasi dengan pemerintah dan atau unit di bawahnya dapat dilakukan

dalam hal sarana maupun akses untuk melakukan promosi itu sendiri kepada

masyarakat, misalnya dengan mempermudah mengurus ijin tempat

penyelenggaraan promosi, penyediaan tempat dan sarana kegiatan, maupun

dukungan dengan membuat iklan layanan masyarakat yang mendukung program

promosi kesehatan yang sedang dilakukan.

d. Manfaat Kolaborasi

Manfaat kolaborasi kepada perawat dan tim kesehatan yang berkolaborasi diantaranya

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian

unik profesional.

b.Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efesiensi sumber daya.

c. Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.

d.Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional

e. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan profesional,

e. Hambatan Kolaborasi

Page 11: Fg 3

Kolaborasi bukan merupakan hal yang mudah sehingga dalam pelaksanaannya akan

mengalami hambatan-hambatan. Hambatan yang kemungkinan ada pada suatu kolaborasi

antara lain:

a. Kurangnya komitmen dari pelaku kolaborasi sehingga tidak solid dalam

pelaksanannya, perbedaan pandangan

b. Kurangnya keahlian yang sesuai

c. Kurangnya tukar-menukar pikiran maupun pendapat dan tujuan yang telah didapat

d. Keluarnya partner di tengah proses promosi kesehatan yang sedang dilakukan

kolaborasi ini membutuhkan sumbangsih dan peran dari semua pihak agar usaha

promosi kesehatan dapat tercapai sesuai tujuan yang diharapkan,Semakin banyak

pihak yang masuk dan berkolaborasi akan menambah informasi dan memudahkan

usaha promosi kesehatan.

2. Kemitraan dalam Promosi Kesehatan

Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat,

lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu

tujuan bersama berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing. Untuk

membangun sebuah kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut:

a. Kesamaan perhatian atau kepentingan

b. Saling mempercayai dan saling menghormati

c. Tujuan jelas dan terukur

d. Kesedian untuk berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain

(Depkes RI, 2005).

a. Prinsip Kemitraan

Dalam membangun sebuah kemitraan kita harus mempunyai prinsip. Prinsip

kemitraan itu adalah sebagai berikut:

1) Persamaan (equity)

Dalam kemitraan asas demokrasi harus dijunjung, tidak boleh satu anggota

memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi, dan tidak adanya

dominasi terhadap yang lain (Depkes RI, 2005).

2) Keterbukaan (transparancy)

Page 12: Fg 3

Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan dan

apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus diketahui

oleh anggota yang lain (Anonym, 2007). 

3) Saling menguntungkan (mutual benefit)

Menguntungkan disini bukan dilihat dari materi atau uang melainkan lebih kepada

nonmateri. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergis

dalam mencapai tujuan bersama (Anonym, 2007). 

Untuk mencapai kemitraan yang baik dan sesuai maka kemitraan harus mempunyai

landasan dalam kemitraan. Landasan dalam kemitraan adalah sebagai berikut:

a. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing (structure)

b. Saling memahami kemampuan masing-masing anggota (capacity)

c. Saling menghubungi (linkage)

d. Saling mendekati (proximity)

e. Saling terbuka dan bersedia membantu (openes)

f. Saling mendorong dan saling mendukung (synergi)

g. Saling menghargai (reward)

Dalam kemitraan ada tiga institusi kunci organisasi pokok yang terlibat

didalamnya. Ketiga institusi pokok tersebut adalah:

a. Unsur Pemerintah ( Sektor kesehatan, pendidikan, industri, dan lain-lain)

b. Unsur Swata (Kalangan bisnis, pengusaha, dan lain-lain)

c. Unsur organisasi nonpemerintah (LSM, organisasi masa, dan lain-lain)

b. Tahapan Kemitraan

Untuk membangun kemitraan kesehatan diperlukan tahapan. Ada tiga tahapan

dalam kemitraan (Anonym, 2007) adalah sebagai berikut:

a. Tahap pertama adalah tahap lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri :

direktorat promosi kesehatan, lingkungan gizi.

b. Tahap kedua adalah kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintahan :

departemen kesehatan, pendidikan nasional

c. Tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas

sektor, lintas bidang, dan lintas organisasi, yang mencakup :

1. Unsur pemerintah

Page 13: Fg 3

2. Unsur dunia usaha

3. Unsur LSM dan organisasi masa

4. Unsur organisasi profesi

Kemitraan bukanlah sebuah output atau tujuan, bukan pula sebuah proses, namun

adalah suatu sistem. Kemitraan adalah sebuah sistem yakni:

a. Input

Input sebuah kemitraan adalah semua sumber daya yang dmiliki oleh masing-masing

unsur yang terjalin dalam kemitraan, terutama sumber daya manusia, dan sumber

daya yang lain seperti dana, sistem informasi, teknologi. 

b. Proses

Proses pada kemitraan pada hakikatnya adalah kegiatan-kegiatan untuk membangun 

c. Output 

Adalah terbentuknya jaringan kerja atau neworking, aliansi, forum, dan sebagainya

yang terdiri dari berbagai unsur.

d. Outcome

Outcome adalah dampak dari kemitraan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.

Outcome kemitraan adalah menurunnya angka atau indikator kesehatan (negatif),

misalnya menurunkan angka orang kesakitan atau angka kematian. Atau

meningkatnya indikator kesehatan (positif), misalnya meningkatnya ststus gizi anak

balita. 

c. Model-Model Kemitraan

Dari berbagai pengalaman pengembangan kemitraan di sektor kesehatan yang ada,

secara umum model kemitraan dikelompokan menjadi dua yaitu: 

1) Model I

Model kemitraan ini paling sederhana, karena dalam bentuk jaring kerja

(networking) saja. Masing-masing mitra atau institusi telah mempunyai program

sendiri mulai dari merencanakannya, melaksanakan, dan mengevaluasinya. Karena

adanya persamaan pelayanan atau arakteristik yang lain diantara mereka, maka

terbentuklah jarring kerja. Sifat kemitran ini disebut koalisi, misalnya: Koalisi

Indonesia Sehat Forum Promosi Kesehatan Indonesia.

2) Model II

Page 14: Fg 3

Kemitraan model ini lebih solid, masing-masing mitra punya tanggung jawab

yang lebih besar terhadap program atau kegiatan bersama. Sehingga visi misi dan

kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan harus direncanakan,

dilaksanakan, dan dievaluasi bersama. Contoh: Gerakan Terpadu Nasional TB Paru,

dan Gebrak Malaria

Salah satu contoh empiris tentang keberhasilan pendekatan kemitraan di

Indonesia sendiri adalah pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk Polio

1996/1997. Dengan pendekatan pola kemitraan antara pemerintahan (sector kesehatan

dan sector lain yang terkait), dunia usaha (sector swasta), LSM Kesehatan, organisasi

profesi, maka pelaksanaan PIN tersebut berhasil dengan baik dan memperoleh

perhargaan dari WHO. 

Langkah-langkah penanggulangan kemitraan:

a) Melakukan identifikasi stakeholder (mitra dan pelaku potensial)

b) Membangun kerjasama antarmitra kerja dalam upaya mencapai tujuan

c) Memadukan sumber daya yang tersedia

d) Melaksanakan kegiatan terpadu

e) Menyelenggarakan pertemuan berkala untuk perencanaan, pemantauan,

penilaian, dan pertukaran informasi. 

Karakteristik berikut merupakan karakteristik dari perubahan terencana:

1. Perubahan memiliki tujuan dan Disengaja. Ada beberapa alasan atau tujuan

khusus yang mendorong perubahan. Tujuan ini memberikan semangat

perubahan dari target yang spesifik. Perubahan yang tidak terencana terjadi

secara semena-mena dan tidak dapat terprediksi.

2. Perubahan merupakan hasil dari rancangan, bukan karena kegagalan.

Perencanaan yang sistemik menyediakan struktur untuk proses perubahan dan

peta untuk mengikuti tujuan akhir perubahan.

3. Perubahan terencana pada Kesehatan Komunitas bertujuan pada Peningkatan

4. Perubahan terencana diwujudkan melalui agen-agen perubah. Agen perubah

merupakan katalis dalam perkembangan dan menghasilkan rancangan. Peran

agen perubah adalah sebagai pemimpin, dan seringkali juga sebagai pendidik

(edukator).

Page 15: Fg 3

C. Konsep Motivasi dalam Promosi Kesehatan

1. Pengertian Motivasi

Menurut Redman dalam buku Fundamental keperawatan edisi ke 7,

Motivasi adalah

Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik

yang merangsang perilaku tertentu dan respon instrinsik yang

menampakkan perilaku-perilaku manusia (Swanburg, 2006). Motivasi

merupakan keadaan internal organisme, baik manusia maupun hewan

yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu (Mohibbin, 2008).

Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan

tertentu atau usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok

orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang di

kehendaki (Poerwodarminto, 2006).

2. Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan

kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil

atau tujuan tertentu (Purwanto, 2008).

3. Sumber Motivasi

a. Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri

individu itu sendiri. Termasuk motivasi intrinsik adalah perasaan

nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di rumah bersalin.

b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar

individu, misalnya saja dukungan verbal dan non verbal yang

diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial.

Page 16: Fg 3

c. Motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi

terjepit dan munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali

(Widayatun, 2008)

4. Teori Motivasi

a. Teori hedonisme : Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan,

kekuatan atau kenikmatan, menurut pandangan hedonisme.

Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa orang akan

cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan atau

mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan suatu yang

mendatangkan kesenangan baginya.

b. Teori naluri : Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan

nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri)

mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri,

nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis.

c. Teori reaksi yang dipelajari : Teori berpandangan bahwa tindakan

atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri tetapi berdasarkan

pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat

orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau

pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin

atau pendidik hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan

kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.

d. Teori pendorong : Teori ini merupakan panduan antar teori naluri

dengan "teori reaksi yang dipelajari", daya dorong adalah semacam

naluri tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap

suatu arah yang umum. Oleh karena itu, menurut teori ini bila

seseorang memimpin atau mendidik ingin memotivasi anak

buahnya, ia harus berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas

naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan yang

dimilikinya

e. Teori kebutuhan : Teori motivasi sekarang banyak orang adalah teori

kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan

Page 17: Fg 3

oleh manusia pada hakekatnya adalah kebutuhan fisik maupun

psikis. Oleh karena itu menurut teori ini apabila seseorang, ia harus

mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang

yang dimotivasinya.

Sebagai pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima

tingkatan kebutuhan pokok manusia. Adapun kelima tingkatan

kebutuhan pokok manusia yang dimaksud adalah

a. Kebutuhan fisiologis

1) Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hirarki

Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi

manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam

kebutuhan yaitu:

2) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas: Merupakan kebutuhan dasar

manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel

tubuh mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel.

3) Kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan: Bagian dari

kebutuhan dasar manusia secara fisiologis yang memiliki proporsi

besar dalam bagian tubuh hampir 90% dari total berat badan tubuh.

4) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi: Merupakan bagian dari

kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa

5) Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas: Untuk

memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam

kehidupan sehari-hari terpenuhi

6) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan seksual:

Merupakan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan untuk

memperbanyak keturunan (Hidayat, 2006).

b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safely and Security) adalah

aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan

meliputi :

1)Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan

dan infeksi

Page 18: Fg 3

2)Bebas dari rasa takut dan kecemasan

3)Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan

asing.

c. Kebutuhan sosial, yang meliputi antara lain :

1) Memberi dan menerima kasih sayang

2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain

3) Kehangatan dan penuh persahabatan

4) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok serta

lingkungan sosial.

d. Kebutuhan harga diri

1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain

2)Kompeten

3)Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization)

Kebutuhan seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi –

potensi dan ekspresi diri meliputi:

1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami

potensi diri)

2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri

3) Tidak emosional

4) Mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya (Mubarak, 2007).

5. Jenis Motivasi

a. Motif Biologis (dibawa sejak lahir): lapar, haus , seks, pengaturan suhu tubuh, tidur,

menghindari rasa sakit, kebutuhan akan oksigen

b. Motif Sosial (tidak dibawa sejak lahir): Mendapatkan perhargaan, berkuasa

Pengukuran Motivasi bisa dilakukan dengan cara :

a. Tes Proyektil

b. Kuesioner

c. Observasi Perilaku

6. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Motivasi

Page 19: Fg 3

a. Faktor fisik

b. Faktor hereditrer (lingkungan dan kematangan atau usia)

c. Faktor instrinsik seseorang

d. Fasilitas (sarana dan prasarana)

e. Situasi dan kondisi

f. Program dan aktifitas

g. Audio visual (media)

h. Umur

7. Cara Meningkatkan Motivasi

a. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force,yaitu cara

memotivasi dengan ancaman hukuman atau kekerasan dasar yang

dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.

b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement,yaitu cara

memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan

sesuatu harapan yang memberikan motivasi.

c. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification on

egoinvoiremen), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan

kesadaran. (Sunaryo, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A et al. (2010). Community Health Nursing: Promoting and Protecting the

Public’s Health. Philadelphia: Lippicott Williams&Wilkins

Aminah, S., dan Husni. (2007). “Kajian Pengembangan Kerangka Kerja Kolaborasi Evaluasi

dengan Pendekatan Collaborative Business Process

Management.”http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1712/1493 (dia

kses 01 November 2012)

Anderson, E.T. & J. McFarlane, 2004. Community as Partner Theory and Practice in

Nursing 4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Page 20: Fg 3

Anonym. 2007. Prinsip-prinsip Kemitraan. Sebuah Pernyataan Komitmen . Global

Humanitarian Platform (online). (www.globalhumanitarianplatform.org di akses 23

Oktober 2011)

Asnawi. 2007. Teori Motivasi. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar. 2008. Perilaku Manusia. Jakarta: EGC

Depkes RI. 2005. Kemitraan. Pusat Promosi Kesehatan. http://www. promokes.go.id,

diunduh pada tanggal 23 Oktober 2011

Dr. Suparyanto. 2010. Konsep Motivasi. http:/www.dr-

suparyanto.blogspot.com di akses pada 31 Oktober 2012 pukul

09:48

Elder. 1994. Motivating Health Behavior. New York: Delmar Publisher Inc.

Feldman. 2003. Essentials of Understanding Psychology. New York: Mc-Graw Hill Co. Inc

Irwanto. 2008. Klasifikasi Motivasi. http://www.media.com. diakses

tanggal 26 Maret 2010

Maulana, H.D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Mohibbin. 2008. Psikologi Perkembangan Remaja.Jakarta: EGC

Mubarok. 2007. Teori Kebutuhan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Potter,P.A,. & Perry,A.G,. 2009. Fundamental of Nursing : concepts,

process, and Practice. El : Mosby

Purwanto. 2008. Unsur Motivasi. Jakarta : Balai Pustaka

Rusmi. 2008. Teori Movasi .Jakarta: Bintang Pustaka

Saifudin. 2002. Sikap dan Skala Pengukurannya. Jakarta:PT.Rineka Cipta

Siegler, EL., and Whitney, F.W. (1999). Nurse-Physician Collaboration: Care of Adults and

The Elderly. (Terj. Indraty). Jakarta: EGC.

Stanhope, M., and Lancaster, J. (2000). Communinity & Public Health Nursing. St. Louis:

Mosby.

Sunaryo. 2005. Psikologi Kesehatan untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Sunaryo. 2006. Psikologi untuk Kesehatan. Jakarta : EGC

Page 21: Fg 3

Swanburg. 2006. Motivasi. Jakarta: Bintang pustaka