Febri Mandra 106084003601.pdf

117
ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA PALEMBANG TAHUN 2000-2011 Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Disusun Oleh: Febri Mandra 106084003601 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2013

Transcript of Febri Mandra 106084003601.pdf

Page 1: Febri Mandra 106084003601.pdf

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD) KOTA PALEMBANG TAHUN 2000-2011

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Disusun Oleh:

Febri Mandra 106084003601

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

Page 2: Febri Mandra 106084003601.pdf
Page 3: Febri Mandra 106084003601.pdf
Page 4: Febri Mandra 106084003601.pdf
Page 5: Febri Mandra 106084003601.pdf
Page 6: Febri Mandra 106084003601.pdf

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap : Febri Mandra 2. Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 05 1987 3. Jenis Kelamin : Laki-Laki 4. Agama : Islam 5. Alamat : Jalan Lebak Rejo Lrg Berdikari No.

1094. Rt 017/ Rw 006 Sekip Jaya, Kecamatan Kemuning, Kota Palembang

6. No Telepon : 085777743983

7. Email : [email protected]

ll. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD : SD Negeri 415 Palembang 2. SMP : SMP Nurul Iman Palembang 3. SMA : SMA Nurul Iman Palembang 4. Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Usman 2. Tempat & Tanggal Lahir : Padang, 11 Maret 1965 3. Alamat : Jalan Lebak Rejo Lrg Berdikari No.

1094. Rt 017/ Rw 006 Sekip Jaya, Kecamatan Kemuning, Kota Palembang

4. Ibu : Fentriwati 5. Tempat & Tanggal Lahir : Padang, 2 Februari 1964 6. Alamat : Jalan Lebak Rejo Lrg Berdikari No.

1094. Rt 017/ Rw 006 Sekip Jaya, Kecamatan Kemuning, Kota Palembang

Page 7: Febri Mandra 106084003601.pdf

iii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perkembangan dan pengaruh pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengolahan bahan galian golongan c, dan pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah kota palembang secara simultan dan parsial dari tahun 2000-2011.

Penelitian ini mengunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan Metode eksplanatoris

yang sifat verifikatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Sektor yang diteliti adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengolahan bahan galian golongan c, dan pajak parkir dan pendapatan asli daerah kota palembang

Hasil penelitian ini di ketahui pengaruh Pajak : pajak hotel 0,012, pajak restoran 0,047,

pajak hiburan 0,046, pajak reklame 0,011, pajak penerangan jalan 0,043, pajak pengolahan bahan galian golongan c 0,006, dan pajak parkir 0,022 berpengaruh secara signifikan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap pendapatan asli daerah tahun 2000 sampai tahun 2011 di kota palembang.

Kata kunci: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir dan Pendapatan Asli Daerah.

Page 8: Febri Mandra 106084003601.pdf

iv

ABSTRACT

This study to identify and analysis the development and influence of the hotel tax, restaurant tax, entertainment tax, advertisement tax, street lighting tax, tax mineral processing group c, and parking tax revenue to the city of Palembang simultaneously and partially from 2000 - 2011.

This research uses descriptive quantitative approach to the nature of the explanatory method of verification. The data used are secondary data. Sectors studied is the hotel tax 0,012, restaurant tax0,047 , entertainment tax 0,046, advertisement tax 0,011, street lighting tax 0,043, tax mineral

processing group c 0,006, and parking 0,022 and tax revenue the city of Palembang

Results of this study to know the effect of taxes: hotel tax, restaurant tax, entertainment tax, advertisement tax, street lighting tax, tax mineral processing group c, and parking taxes

significantly affect either partially or simultaneously to local revenues from 2000 to in 2011 in the city of Palembang.

Key words: hotel tax, restaurant tax, advertisement tax, street lighting tax, Tax Minerals

Processing Group C, Parking Tax and Regional Revenue.

Page 9: Febri Mandra 106084003601.pdf

v

KATA PENGANTAR

Ketidakpuasan mendorong seseorang untuk terus mencari sesuatu yang belum

diperolehnya. Ketidakpuasan dapat menjerumuskan, tetapi dapat pula mendorong ke arah

kebahagiaan. Sebagai makhluk yang lemah, manusia sering membuat kekeliruan dalam upaya

memperoleh sesuatu yang dicita-citakannya. Manusia senantiasa membutuhkan bimbingan-Nya

supaya tidak membuat kekeliruan. Alhamdulillah dalam menyelesaikan karya tulis ini, penulis

telah memperoleh bimbingan-Nya. Puji dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah S.W.T.,

karena karya tulis ini dapat diselesaikan dan disajikan.

Karya tulis dalam bentuk Peneltian Skripsi ini berjudul " Analisis Pengaruh Pajak

Daerah Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang disusun dengan

tujuan untuk memenuhi salah satu syarat ujian, guna memperoleh gelar sarjana dalam Bidang

Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Kedua orangtua saya untuk kasih sayang, dan kesabarannya selama ini, yaitu

ibundaku Pentriwati dan Ayahku Usman sebagai sumber motivasi bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan

pada saya sampai detik ini. Semoga suatu saat saya dapat membahagiakan Ibu dan

Bapak, Amin ya Allah.

2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah berusaha keras untuk memajukan FEB.

3. Dr. Lukman M.SI selaku ketua jurusan IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sekaligus dosen pembimbing 1 skripsi yang telah memberikan ilmu, bimbingan,

tuntunan, motivasi, dan pengarahan yang luar biasa kepada penulis, sehingga skripsi

Page 10: Febri Mandra 106084003601.pdf

vi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Yoghi Citra Pratama, M.SI selaku dosen pembimbing ll, yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan.

6. Adik saya Anton Wibowo, Merri Mandra Putri dan Anisa Usmawati, terima kasih

atas motivasi dan semangatnya yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

kuliah dan skripsi ini dan terima kasih atas perhatian juga doa kalian.

7. Teman-teman seperjuangan IESP, Ibnu Syeh Fajar, dan soraya semoga kita bias jadi

anak yang bermanfaat bisa bahagiain kedua orangtua kita dan mampu menerapkan

ilmu yang kita dapat dengan baik dan berguna.

8. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu

penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik

dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan, Terima kasih.

Febri Mandra

penulis

Page 11: Febri Mandra 106084003601.pdf

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, ysng Telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih

sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “ Analisis Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Pendapatam Asli Daerah (PAD)

Kota Palembang Tahun 2000-2011” disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah

satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam bidang Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Serta shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi umatnya

dihari akhir kelak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis sangat menyarankan saran dan

kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi

ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas Allah dengan balasan yang lebih baik.

Secara khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada:

1. Kedua orangtuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, ibu Fentriwati, dan

Bapak Usman sumber motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini. Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepadaku

sampai detik ini. Semoga suatu saat kelak aku dapat membahagiakan ibu

dan bapak ku yang tercinta. Amin Ya Allah.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Page 12: Febri Mandra 106084003601.pdf

v

Jakarta dan Dosen Pembimbing pertama akademik, yang telah membantu

dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Yoghi Citra Pratama M.Si, Dosen Pembimbing kedua akademik,

yang telah membantu membimbing dan mengarahkan penulis selama

penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis : Bapak Abas, Bapak

Zuhairan, Bapak Suhenda, Bapak Heri, Bapak Yoghi, Bapak Nuerbelin,

Bapak Muchtar lamo, Bapak Roikhan, Ibu Fitri Amalia, dan Ibu

Rahmawati.

6. Seluruh Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

7. Kepada adik saya Anton Wibowo, Merri Mandra Putri dan Anisa

Usmawati terimakasih telah memberikan semangat, pengertian dan doa

kalian setiap hari dan telah banyak membantu dalam perjalanan hidupku,

hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-temanku ‘ Ibnu Syech Fajar, Soraya, Kati panie, dan Fatia serta

anak-anak IESP lainnya khususnya IESP ‘A’ , yang selalu setia dalam

suka maupun duka bersama menyelesaikan studi S1 ini.

9. Dan keluarga besar IESP seperjuangan ( Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan ) seluruh angkatan 2006.

Ciputat, 16 September 2013

Febri Mandra

Page 13: Febri Mandra 106084003601.pdf

vi

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR RIWAYAT HIDUP i ABSTRACT ........................................................................................... ii

ABSTRAK .............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR.............................................................................. iv

DAFTAR ISI .......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................. 7

1.4.1 Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan ......................... 7

1.5 Sistematika Penulisan ................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 9

2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 9

2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ..................... 9

2.1.2 Pajak Daerah ................................................................. 11

2.1.3 Retribusi Daerah ............................................................. 16

Page 14: Febri Mandra 106084003601.pdf

vii

2.1.4 Perusahaan Milik Daerah (BUMD) ................................. 21

2.1.5 Fungsi Pendapatan Asli Derah ....................................... 22

2.1.6 Pengertian Pajak ..................................................................... 22

2.1.7 Lingkungan Kota .............................................................. 36

2.1.8 Teori Pertumbuhan Kota ........................................................ 37

2.1.9 Pendapatan Regional ......................................................... 41

2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................. 44

2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................. 53

2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................. 57

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 58

3.1 Metode Penelitian ..................................................................... 58

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 59

3.3 Operasional Variabel Penelitian ................................................ 59

3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 64

3.5 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 64

3.6 Teknik Analisa Data ................................................................. 65

3.6.1 Analisis Perkembangan Pajak dan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) ................................................................... 65

3.6.2 Analisis Pengaruh Pajak Terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) ................................................................... 65

3.6.3 Uji Statisoneriotas ............................................................. 67

3.6.4 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 68

a. Uji Normalitas .............................................................. 68

Page 15: Febri Mandra 106084003601.pdf

viii

b. Uji Autokorelasi ........................................................... 69

c. Uji Heteroskedasitisitas ................................................. 69

d. Uji Multikolinearitas ..................................................... 70

3.6.5 Uji Statistik ....................................................................... 71

3.6.5.1 Uji Signifikansi Individual (Partial) Menggunakan Uji

t Statistik ...................................................................... 71

3.6.5.2 Uji Signifikansi Simultan Menggunakan Uji F-Statistik.. 72

3.6.5.3 Koefisien Determinasi (R2)………………………….... 73

BAB. IV. HASIL PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PEMBAHASAN 74

4.1 Perkembangan Pendapatan Kota Palembang .......................... 74

4.1.1 Perkembangan Pajak Daerah dan Hasil Pendapatan

Asli Daerah Kota Palembang ...................................... 76

4.2.2 Uji Model Penelitian .................................................... 80

4.2.2.1 Uji Kecocokan Model (Goodnes of Fit) ............. 80

4.2.2.2 Uji Multikolinier .............................................. 80

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ............................................... 81

4.2.2.4 Uji Heteroskedasitisitas .................................... 83

4.2.2. Analisis Ekonomi ........................................................ 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 88

5.1. Kesimpulan ............................................................................ 88

5.2. Saran...................................................................................... 89

5.2.1. Saran bagi pengembangan ilmu (Akademik)................. 89

5.2.2. Saran bagi operasional kebijakan .................................. 91

Page 16: Febri Mandra 106084003601.pdf

ix

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 92

LAMPIRAN I DATA PAJAK DAN PAD KOTA PALEMBANG ........... 95

LAMPIRAN II ANALISIS PENGARUH PAJAK TERHADAP PAD

KOTA PALEMBANG .................................................... 96

Page 17: Febri Mandra 106084003601.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Menurunnya kemampuan pemerintah pusat dalam memberikan subsidi

pada pemerintah daerah maupun dalam membiayai proyek-proyek pemerintah di

daerah, maka pemerintah pusat bertekad untuk memberikan kebebasan kepada

pemerintah daerah dalam berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah agar

melemahnya subsidi dari pemerintah pusat tidak meganggu perkembangan

ekonomi maupun jalannya roda kepemerintahan daerah. Dengan kata lain

penurunan penerimaan negara tersebut telah mendorong meningkatnya

pelaksanaan otonomi daerah yang dibarengi dengan sistem desentralisasi

pemerintah dan keuangan.

Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah ini tidak lepas dari kesiapan

masing-masing daerah yang menyangkut permasalahan pendanaan, maupun

masalah sumberdaya manusianya. Dengan adanya otonomi daerah dimana daerah

didorong untuk meningkatkan pendapatan asli daerah, banyak daerah yang

memikirkan bagaimana meningkatkan tarif pajak dan retribusi daerah serta

memikirkan untuk menciptakan obyek-obyek pajak dan retribusi yang baru.

Pemerintah didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam

mengumpulkan pendapatan asli daerah (PAD) dengan maksud agar subsidi dari

pemerintah pusat dapat dikurangi dan mengurangi APBN. Anggaran Pendapatan

Page 18: Febri Mandra 106084003601.pdf

2

dan Belanja Daerah maupun Negara selalu mempunyai dua sisi yaitu sisi

penerimaan dan sisi penguluaran.Selanjutnya sisi penerimaan ini dikelompokan

menjadi pengeluaran rutin dan pembangunan (Munawir 2001: 11).

Pemerintah pusat membagi bantuan keuangan ke daerah didasarkan pada

dua kategori yaitu pendapatan yang diserahkan kepada pemerintah daerah dan

subsidi kepada pemerintah daerah. Tujuannya adalah agar daerah otonom dapat

mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya.Namun tidak semua

sumber pembiayaan dapat diserahkan kepada daerah otonom, maka kepada daerah

otonom diwajibkan untuk menggali sumber-sumber keuangannya sendiri

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seperti dinyatakan dalam UU NO.18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah bahwa pajak dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan

daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan daerah dan pembangunan

daerah itu sendiri.Bedasarkan UU NO.33 tahun 2004, yang merupakan merevisi

UU NO. 25 tahun 1999 tersebut, diatas menyatakan bahwa sumber penerimaan

daerah dikelompokan menjad: (i) Pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah,

retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengolahan kekayaan

daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah seperti jasa giro, serta hasil penjualan

aset pemda, (ii) Dana perimbangan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah, (iii) Lain-lain pendapatan yang sah (Soedargo 2000: 13).

Sementara ini perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah tentang pembagian dana perimbangan tersebut akan

dilaksanakan dengan melihat pada sumber pendapatannya yaitu: (i) Penerimaan

Page 19: Febri Mandra 106084003601.pdf

3

dari pajak dan bukan pajak, (ii) Dana alokasi umum, (iii) dan Dana alokasi

khusus.

Pajak daerah merupakan bagian pendapatan asli daerah yang terbesar,

merupakan iuran wajib yang dikenakan baik pribadi atau badan kepala

pemerintahan (daerah) tanpa balas jasa langsung yang dapat ditunjukan, dan

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Penerimaan

dari hasil pajak ini dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah

dan pembangunan daerah.

Setiap pajak merupakan pendapatan dari pemerintah daerah meliputi unsur

keadilan, unsur kepastian, unsur kelayakan, efisiensi dan unsur ketepatan. Tolak

ukur untuk menilai keberhasilan pajak daerah dikaitkan dengan hasil, keadilan,

daya guna ekonomi, kemampuan melaksanakan dan kecocokan sebagai sumber

pendapatan daerah.

Ada beberapa jenis pajak daerah yang menjadi sumber pendapatan

pemerintah tingkat provinsi adalah pajak kendaraan bermotor, bea balik nama

kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Selanjutnya jenis

pajak yang dipungut di daerah kabupaten/kota yang menjadi sumber pendapatan

adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan

jalan, pajak pengolahan bahan galian golongan C, dan pajak parkir.

Walaupun otonomi daerah diartikan sebagai pemberian hak dan wewenang

kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya, namun untuk berbagai

macam pajak daerah pemerintah pusat masih turut campur dalam menentukan

tinggi rendahnya tarif untuk masing-masing jenis pajak daerah.

Page 20: Febri Mandra 106084003601.pdf

4

Tabel I.I

Penerimaan Pajak Daerah dan hasil Pendapatan Asli Daerah Kota

Palembang dari Tahun 2002-2011 (Milyaran) Tahun PAD PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP

2005 86100.1 4126.2 1553.3 3003.1 20561.8 550.6 7292.3 775.3

2006 97202.9 4535.8 1793.5 3628.4 24844.9 507.8 8693.9 1053.0

2007 142128.3 4954.3 2625.0 4121.0 26896.7 732.7 10762.8 1394.3

2008 171210.5 6826.1 3747.9 4138.4 37972.2 923.6 14044.1 1714.9

2009 170540.6 10353.7 4366.2 4225.3 47226.3 540.1 16095.4 1889.5

2010 255193.7 14094.7 5113.1 4603.5 58036.7 600.4 19226.0 2373.9 Sumber : Palembang Dalam Angka 2011

Struktur pajak daerah dan pendapatan asli daerah kota palembang, dapat

dilihat pada tabel diatas, dari tahun 2005 sampai pada tahun 2007 pendapatan

asli daerah kota palembang (PAD) mengalami kenaikan tajam sebesar Rp

142.128.319.304,47. dimana sektor pajak hotel sebesar (PHL) Rp

4.954.301974,00, pajak restoran (PRSTRN) Rp 10.762.760.474,00, pajak hiburan

(PHI) Rp 2.624.997.097,00, pajak reklame (PR) Rp 4.121.043,626,73, pajak

penerangan jalan (PPJ) Rp 26.896.727.353,33, pajak pengolahan bahan galian

golongan C (PPBG-C) Rp 732.704.132,00 dan pajak parkir (PP) Rp

1.394.332.950,00 dan seterusnya. Tetapi pada saat tahun 2009 sektor pajak daerah

terjadi fluktuasi atau penurunan yang tajam dimana pada tahun 2008 pajak

pengolahan bahan galian golongan C (PPBG-C) sebesar Rp 923.604.134,00

mengalami penurunan di tahun 2009 menjadi Rp 540.103.127,00. dan berganti

Page 21: Febri Mandra 106084003601.pdf

5

tahun 2010 sektor pajak daerah kembali normal relatif stabil.

Berdasarkan hal uraian diatas perlu dipertanyakan bagaimanakah

perkembangan dan pengaruh , Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C

dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang Dari

Tahun 2000-2011.maka penulis tertarik untuk membahas “ Analisis Pengaruh

Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang 2000-

2011”.

1.2.Perumusan Masalah

Semakin menigkatnya pajak suatu daerah berarti akan semakin meningkat

pula pendapatan asli daerah (PAD) yang dialokasikan untuk menunjang roda

pemerintahan daerah khususnya baik untuk pembiayaan rutin anggaran maupun

pembiayaan anggaran pembangunan.Dalam suatu kegiatan penelitian apabila

tidak dibatasi permasalahannya tentu banyak sekali masalah-masalah yang

terkandung didalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung akan

menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dalam pembahasan skripsi ini,

penulis hanya mengambil atau menyelidiki permasalahan secara simultan maupun

parsial untuk Kota Palembang, sehingga tidak menyimpang dari tujuan yang

diharapkan. Adapun perumusahan masalah dan pembatasannya adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD),Pajak Hotel,

Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Page 22: Febri Mandra 106084003601.pdf

6

Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Kota Palembang Dari

Tahun 2000-2011

2. Seberapa Besarkah Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,

Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian

Golongan C Dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota

Palembang Secara Simultan Dari Tahun 2000-2011

3. Seberapa Besarkah Pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,

Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian

Golongan C Dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota

Palembang Secara Parsial Dari Tahun 2000-2011

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran,

Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan

Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli daerah

Kota Palembang secara Simultan dari tahun 2000-2011.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran,

Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan

Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli daerah

Kota Palembang secara Parsial dari tahun 2000-2011.

Page 23: Febri Mandra 106084003601.pdf

7

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan

1. Secara ilmiah, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan

pengembangan ilmu ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh

pajak terhadap pendapatan asli daerah kota palembang, sehingga dapat

mengoptimalkan kinerja perekonomiannya dengan memanfaatkan potensi-

potensi pajak yang ada di daerah Kota Palembang.

2. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat dijadikan sebagai bahan informasi

untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh pajak

terhadap pendapatan asli daerah kota palembang.

1.5. Sistematika Penulisan

Agar pembahas skripsi ini dapat dipahami secara jelas, maka penulis

membagi skripsi ini dalam 5 (lima) bab sebagai berikut:

1. Bab 1 Pendahuluan

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dari studi ini yang

selanjutnya dirumuskan permasalahan penelitian yang berupa pertanyaan kajian.

Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka dikemukakan tujuan dan kegunaan

penelitian. Pada bagian terakhir dalam bab ini akan dijabarkan sistematika penulisan.

2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pikir dan Hipotesis

Bab ini ini akan dijelaskan tentang teori-teori dan penelitian terdahulu yang

melandasi penelitian ini. Berdasarkan teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu,

Page 24: Febri Mandra 106084003601.pdf

8

maka akan terbentuk suatu kerangka pemikir dan penentuan hipotesis awal yang

akan diuji.

3. Bab lll Metodelogi Penelitian

Bab ini akan menjelaskan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian serta definisi operasionalnya, jenis dan sumbe data, metode pengumpulan

data, dan metode analisis data untuk mencapai tujuan penelitian.

4. Bab lV Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi mengenai gambaran umum objek penelitian. Selain itu bab ini juga

menguraikan mengenai analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dan

pembahasan mengenai hasil analisis dari objek penelitian.

5. Bab V Penutup

Bab ini adalah bab terakhir, bab ini yang menyajikan secara singkat kesimpulan

yang diperoleh dalam pembahasan, serta saran.

Page 25: Febri Mandra 106084003601.pdf

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Pengertian pendapatan asli daerah (PAD)

Menurut Mardiasmo (2002:132), “pendapatan asli daerah adalah

penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”. Dalam undang-undang No.33

Tahun 2004 Pasal 1 adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah

nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sesuai dengan Undang-

Undang No.33 Tahun 2004 tentang Penerimbangan Keuangan dantara Pemerintah

Pusat dan Daerah pasal 6 bahwa Sumber Pendapatan Asli Daerah adalah sebagai

berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah Sendiri yang sah :

Hasil pajak daerah

Hasil retribusi daerah

Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengolahan kekayaan darah lainnya

yang dipisahkan

Lain-lain pendapatan daerah yang Sah

b. Pendapatan berasal dari pemberian Pemerintah yang terdiri dari :

Sumbangan dari pemerintah

Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangan

Page 26: Febri Mandra 106084003601.pdf

10

Pendapatan lain-lain yang sah

Dalam rangka melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan daerah, oleh karena itu daerah harus melakukan maksimalisasi

Pendapatan Daerah. Maksimalisasi Pendapatan daerah dalam pengertian luas

adalah kekayaan yang dimiliki oleh setiap daerah dapat dimanfaatkan secara

maksimal untuk meningkatkan Pendapatan daerah maupun untuk menggali

sumber-sumber penerimaan yang baru.

Peningkatan pendapatan daerah yang dilaksanakan melalui langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Intensifikasi, melalui upaya:

Pendapatan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah

Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari

kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi.

Mengintensifikasi penerimaan retribusi daerah yang ada.

Memperbaiki prasarana dan sarana pungutan yang belum memadai.

b. Penggalian sumber-sumber penerimaan baru (ekstensifikasi). Penggalian

sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak

menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Sebab, pada dasarnya tujuan

meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah

untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian,

upaya ekstensifikasi lebih diarahkan kepada upaya untuk mempertahankan

Page 27: Febri Mandra 106084003601.pdf

11

potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan.

c. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan pelayanan kepada

masyarakat ini merupakan unsur yang penting bahwa paradigma yang

bekembang dalam masyarakat ini adalah pembayaran pajak dan retribusi

sudah merupakan hak dari pada kewajiban masyarakat terhadap Negara,

untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang bagaimana

dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat.

2.1.2. Pajak Daerah

Berdasarkan undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang. Perubahan atas

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak daerahdan Retribusi

Daerah, yang dimaskud dengan Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak,

adalah iuran wajib dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa

imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah”. Seperti halnya dengan pajak pada

umumnya, pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu:

1. Sebagai sumber pendapatan daerah (budgetary)

2. Sebgai alat pengatur (regulatory).

Page 28: Febri Mandra 106084003601.pdf

12

Sebagai sumber pendapatan dari pemerintah daerah, setiap pajak harus

memenuhi Smith’s Canons (Groves: 1951,11-15), yaitu:

a. Unsur keadilan (equality), yaitu bahwa pajak harus adil baik secara vertikal

maupun horizontal. Adil secara vertikal artinya pajak harus dikenakan

sedemikian rupa sehingga dirasakan diantara berbagai tingkat atau golongan

pendapatan yang berbeda. Adil secara horizontal artiya pajak dikenakan

sedemikian rupa sehingga dirasakan adil diantara berbagai sektor yang berbeda

pada tingkat atau golongan pendapatan atau pendapatan yagn sama.

b. Unsur kepastian (certaitny, yaitu pajak hendaknya dikenakan secara jelas pasti

dan tegas kepada setiap wajib pajak. Hal ini akan mendorong pemerintah

dalam membuat perkiraan mengenai rencana pendapatan daerah yang akan

datang dan juga akan ada keikhlasan dan usaha yang sungguh-sungguh bagi si

wajib pajak dalam membayar pajak.

c. Unsur kelayakan (convenience, yaitu bahwa wajib pajak harus dengan senang

hati membayar pajak kepada pemrintah karena pajak yang dibayarnya layak

dan tidak memberatkan para wajib pajak. Oleh karena pemerintah daerah harus

menggunakan uang pajak untuk menyediakan pelayanan kepada masyarakat

secara optimal dan masyarakat tau bahwa uang tidak diselewengkan

penggunanya.

d. Efisien (economy), artinya pajak daerah yang dipungut pemerintah daerah

jangan sampai menciptakan biaya pemungutan yang lebih tinggi daripada

Page 29: Febri Mandra 106084003601.pdf

13

pendapatan yang diterima pemerintah daerah. Pajak-pajak yang demikian

sebaiknya tidak dipungut lagi.

e. Unsur ketetapan (aduequence), artinya pajak tersebut dipungut tepat pada

waktnya dan jangan sampai memperbera anggatan pendapatan dan belanja

pemerinta daerah yang bersangkutan.

Jenis pajak daerah menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PP Nomor 65 Tahun 2001

tentang Pajak Daerah :

Pajak Kabupaten/Kota:

Pajak hotel

Pajak restoran

Pajak hiburan

Pajak reklame

Pajak penerangan jalan

Pajak pengambilan bahan galian golongan C

Pajak parkir

Page 30: Febri Mandra 106084003601.pdf

14

Tabel II.1

Jenis Pajak Daerah Menurut UU Nomor 34 Tahun 2000

NO Pajak Kabupaten/Kota Tarif Maksimum (%)

1 Pajak hotel 10

2 Pajak restoran 10

3 Pajak hiburan 35

4 Pajak reklame 35

5 Pajak penerangan jalan 25

6 Pajak pengolahan bahan galian golongan C 10

7 Pajakparkir 10

Sumber : UU Nomor 34 Tahun 2000.

Disamping jenis atau objek pajak daerah seperti yang disebutkan diatas,

daerah juga diberi keleluasaan atau peluang untuk meciptakan pajak daerah

lainnya asal sesuai dengan ketentuan Undang –undang yang berlaku. Beberapa

kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan pajak baru (Suparmoko: 2002,

59) adalah:

a. Pungutan itu harus bersifat pajak, artinya dapat dipaksakan dan balas jasanya

tidak dapat langsung ditunjuk.

b. Objek pajak dan besar pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

Yang dimaksud dengan kriteria ini adalah bahwa pajak tersebut dimaksudkan

untuk kepentingan bersama yang lebih luas antar pemerintah dan masyaraka

dengan memperlihatkan aspek ketentraman dan kestabilan politik.

c. Ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan dan keamanaan. Contohnya: pajak

atas seluruh komoditi, pajak atas minuman beralkohol.

Page 31: Febri Mandra 106084003601.pdf

15

d. Potensi pajak tersebut memadai artinya biaya pemungutannya tidak akan

lebih besar daripada penerimaan pajak.

e. Pajak baru tidak berdampak ekonomi negatif, artinya tidak menyebabkan

alokasi faktor produksi yang salah dan menghambat pembangunan. Pajak

tidak meganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus

sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor.

f. Yang bertentangan dengan kriteria ini adalah pajak yang dipungut atas

kegiatan ekonomi tertentu tanpa alasan ekonomi atau sosial yang kuat,

contoh: pajak atas produksi garam, pajak atas hasil perkebunan, pajak atas

produksi semen, dan pajak atas lalu lintas barang.

g. Pajak dikenakan sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek keadilan

(equity) dan kemampuan membayar(ability to pay) si wajib pajak.

h. Pajak yang dikenakan akan dapat menjaga kelestarian lingkungan. Pajak

harus bersifat netral terhadap lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan

pajak tidak memberikan peluang kepada pemerintah daerah atau pemerintah

pusat atau masyarakat luas untuk merusak lingkungan. Contoh pajak

pengambilan hasil hutan lindung.

Objek pajak teletak di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan

dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di

wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.Yang dimaksud mobilitas

rendah adalah objek pajak sulit untuk dipindahkan, misalnya pajak hotel, pajak

restoran.Yang dimaksud dengan melayani masyarakat diwilayah tertentu adalah

Page 32: Febri Mandra 106084003601.pdf

16

bahwa beban pajaknya ditanggung oleh masyarakat lokal, misalnya pajak

penerangan jalan.

Sistem pengenaan pajak

1. Pajak progresif, yaitu sistem pengenaan pajak dimana semakin tingginya

dasar pajak (tax base) seperti tingkat penghasilan pajak, harga barang

mewah dan sebagainya, akan dikenakan pungutan pajak yang semakin

tinggi persentasenya.

2. Pajak proporsional, yaitu sistem pengenaan pajak dimana tarif pajak (%)

yang dikenakan tetap sama besarnya walaupun nilai objek pajaknya

berbeda-beda.

3. Pajak regresif, yaitu sistem pengenaan pajak dimana walaupun nilai atau

objek pajak meningkat dan juga jumlah pajak yang dibayar itu semakin

kecil.

2.1.3. Restribusi Daerah

Disamping pajak daerah, sumber pendapatan asli daerah yang cukup besar

peranannya dalam menyumbang pada terbentuknya pendapatan asli daerah adalah

restribusi daerah.Restribusi daerah langsung atas pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah daerah kepada masyarakat. Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun

1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan

restribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemda untuk kepentingan

orang pribadi atau badan.

Page 33: Febri Mandra 106084003601.pdf

17

Jadi dalam hal retribusi daerah balas jasa dengan adanya retribusi daerah

tersebut dapata langsung ditunjuk.Misalnya retribusi jalan, kendaraan terntentu

memang melalui jalan dimana retribusi jalan tersebut dipungut, retribusi pasar

dibayar karena ada pemakaian ruang pasar tertentu oleh si pembayar

retribusi.Tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi dan

besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing untuk

melaksanakan atau mengelola jenis pelayanan publik di daerahnya.Semakin

efesien pengelolaan pelayanan publik di suatu daerah, maka semakin kecil tarif

retribusi yang dikenakan.

Dan sesungguhnya dalam hal pemungutan iuran retribusi itu dianut asas

manfaat (benefit prinsiples).Dalam asas ini besarnya pungutan ditentukan

berdasarkan manfaat yang diterima oleh si penerima manfaat dari pelayanan yang

diberikan oleh pemerintah.Namun yang menjadi persoalannya ialah dalam

menentukan berapa besar manfaat yang diterima oleh orang yang membayar

retribusi tersebut dan menentukan berapa besar pungutan yang harus dibayarnya.

Untuk menilai manfaat harus ditempuh melalui beberapa langkah

(Suparmoko, 2002; 85-86), yaitu:

a. Di identifikasi manfaat fisik yang dapat diukur besarnya.

b. Diterapkan nilai rupiahnya dengan cara menggunakan harga pasar, atau harga

barang pengganti, atau dengan mengadakan survei tentang kesediaan

membayar.

Dalam penjelasan UU Nomor 18 Tahun 1997 disebutkan bahwa UU

Nomor 12 Tahun 1957 tentang peraturan Umum Pajak Daerah yang selama ini

Page 34: Febri Mandra 106084003601.pdf

18

berlaku telah menyebabkan daerah berpeluang untuk memungut pajak yang

beberapa diantaranya mempunyai biaya administrasi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan hasilnya dan atau hasilnya tidak memadai. Beberapa

kelemahan dari UU Nonor 12 Tahun 1957 antara lain sebagai berikut:

a. Hasilnya kurang memadai bila dibandingkan dengan biaya penyediaan jasa

oleh Pemerintah Daerah.

b. Biaya pungutannya relatif tinggi.

c. Kurang kuatnya prinsip dasar retribusi, terutama dalam hal pengenaan,

penetapan, struktur, dan besarnya tarif.

d. Beberapa retribusi pada hakekatnya bersifat pajak, karena pemungutannya

tidak dikaitkan secara langsung dengan pelayanan Pemerintah Daerah

kepada pemyara retribusi.

e. Adanya jenis retribusi perizinan yang tidak efektif dalam usaha untuk

melindungi kepentingan umum dan kelestarian lingkungan.

f. Adanya retribusi yang mempunyai dasar pengenaan dan objek sama.

g. Oleh karena itu, pada tahun 1997 Pemerintah merasa perlu untuk

mengklarifikasikan berbagai jenis pungutan itu atas dasar kriteria tertentu

agar memudahkan prinsip-prinsip dasar pungutan retiribusi dengan

pelayanan atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah.

Page 35: Febri Mandra 106084003601.pdf

19

Tabel II.2

Objek atau Jenis Retribusi Daerah menurut UU Nomor 34 Tahun 2000

NO Objek atau Jenis Retribusi Prinsip atau Kriteria Penerimaan

Tarif

1 Retribusi Jasa Umum Kebijakan daerah yang

bersangkutan besarnya biaya

Penyediaan jasa yang

bersangkutan kemampuan

masyarakat

Aspek keadilan

2 Retribusi Jasa Usaha Tujuan untuk memperoleh

keuntungan yang layak

3 Retribusi Perizinan Tertentu Tujuna untuk menutup

sebagian /seluruh biaya

penyelenggaraan pemberian

izin yang bersangkutan

Sumber :UU Nomor 34 Tahun 2000

1. Retribusi Jasa Umum

Adapun yang termasuk dalam jasa pelayanan umum antara lain:

a. Pelayanan kesehatan

b. Pelayanan kebersihan dan persampahan

c. Penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan |Akta Catatan

Sipil.

d. Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat

Page 36: Febri Mandra 106084003601.pdf

20

e. Pelayanan parkir di tepi jalan umum

f. Pelayanan pasar

g. Pelayanan air bersih

h. Pelayanan kendaraan bermotor

i. Pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran

j. Penggantian biaya cetak peta yang dibuat Pemerintah Daerah

k. Pengujian kapal Perikanan

2. Retribusi Jasa Usaha

Adapun yang termasuk dalam jasa usaha antara lain:

a. Pemakaian kekayaan daerah

b. Pasar grosir dan atau pertokoan

c. Pelayanan terminal

d. Pelayanan tempat khusus parkir

e. Penginapan/villa

f. Penyedotan kakus

g. Rumah potong hewan

h. Tempat penyandaran kapal

i. Tempat rekreasi dan olah raga

j. Penyeberangan diatas air

k. Pengelolaan air limbah

l. Penjualan usaha prodouksi daerah

Page 37: Febri Mandra 106084003601.pdf

21

3. Retibusi Perizinan tertentu:

Perizinan tertentu yang dipungut retribusinya antara lain:

a. Izin peruntukan penggunaan tanah

b. Izin mendirikan bangunan

c. Izin tempat penjualan minuman beralkohol

d. Izin trayek

e. Izin gangguan

f.Izin pengambilan hasil hutan

2.1.4. Perusahaan Milik Daerah (BUMD)

Penerimaan PAD lainnya yang menduduki peran penting setelah pajak

daerahdan retribusi daearah adalah bagian pemerintah daerah atas laba BUMD.

Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka menciptakan lapangan

kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah. Setelah itu, BUMD juga

merupakan cara yang lebih efesien dalam melayani masyarakat, dan merupakan

salah satu sumber pendapatan daerah. Jenis pendapatan yang termasuk hasil-hasil

pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain laba, deviden,

dan penjualan saham milik daerah.

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Hasilusaha daerah lain dan sah adalah pendapatan asli daerah yang tidak

termasuk kategori pajak, retribusi, dan perusahaan daerah (BUMD). Lain-lain

Pendapatan Asli Daerah yang sah, antara lain hasil penjualan asset tetap daerah

dan jasa giro.

Page 38: Febri Mandra 106084003601.pdf

22

2.1.5. Fungsi Pendapatan Asli Daerah

Salah satu pendapatan asli daerah adalah berasal dari pendapatan asli

daerah.Dana-dana yang bersumber dari pendapatan asli daerah tersebut

merupakan salah satu faktor penunjang dalam melaksanakan kewajiban daerah

untuk membiayai belanja rutin serta biaya pembangunan daerah. Dan juga

merupakan alat untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas daerah guna

menunjang pelaksanaan pembangunan daerah. Serta untuk mengatur dan

meningkatkan kondisi sosial ekonomi pemakai jasa tersebut. Tentu dalam hal ini

tidak terlepas dari adanya badan yang menangani atau yang diberi tugas untuk

mengatur hal tersebut.

2.1.6.Pengertian Pajak

Sejarah pemungutan pajak mengalamin perubahan dari masa ke masa sesuai

dibidang sosial dan ekonomi.

Di dalam sistem dan hukum perpajakan nasional, ditentukan secara hukum

bahwa kewajiban perpajakan adalah merupakan perwujudan dari pengabdian,

kewajiban dan sarana peran serta wajib pajak secara langsung dan bersama-sama

melaksanakan perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan

pembangunan nasional.

Defenisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H

ialah pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

( kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan digunakan untuk membayar

pengeluaran umum. Defenisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi:

Page 39: Febri Mandra 106084003601.pdf

23

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk

membiayai pengluaran rutin dan “surpus”-nya digunakan untuk public saving

yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Defenisi pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat:Pajak sebagai suatu

kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan

suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,

tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah

serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara

langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

Dan defenisi pajak yang dikemukakan oleh Dr.N.J. Feldmann:Pajak ialah

prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut

norma-norma yang ditetapkaknnya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi,

dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

Pengertian diatas bahwa pajak sebagai suatu spesies dalam genus pungutan

ialah memperoleh sejumlah uang atau barang oleh penguasaan publik dari rumah

tangga swasta dengan menggunakan kekuasaan politik dan atau kekuasaan

ekonomis yang timbul karena kekuasaan politik tersebut, menurut norma-norma

yang ditetapkan olehnya. Pungutan yang dimaksud dapat dibagi kedalam bentuk

pajak dan retribusi.

Namun ada keterbatasan dalam kedua defenisi tersebut di atas karena hanya

menonjolkan fungsi budgetair dari pajak, sedang fungsi pajak yang tidak kalah

pentingnya adalah fungsi regulerand (mengatur).

Page 40: Febri Mandra 106084003601.pdf

24

Istilah iuran wajib yang digunakan dalam defenisi tersebut, menghendaki

terpenuhinya ciri, bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerjasama

dengan wajib pajak, sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah paksaan.

Bilamana suatu kewajiban harus dilaksanakan dengan undang-undang yang mana

kewajiban tersebut tidak dilaksanakan dengan undang-undang maka undang-

undang menunjukan cara pelaksanaannya yang lain. Disamping itu penggunaan

istilah paksaan seakan-akan mengandung makna bahwa tidak ada kesadaran

masyarakat untuk melakukan kewajibannya. Adapun mengenai kontra prestasi

yang tidak disebutkan dalam defenisi tersebut sebenarnya bahwa justru untuk

menyelenggarakan kontra prestasi itulah perlu dipungut pajak. Karena

pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi penyelenggaraan keamanan,

pembangunan, dan hal-hal lainnya merupakan pemberian kontra prestasi bagi

pembayar pajak selaku anggota masyarakat.

Prinsip atas pengorbanan pajak penghasilan dapat digolongkan menjadi

tiga macam yaitu”:

a. Kesamaan pengorbanan secara absolut, ialah bahwa pajak hendaknya

dibebankan kepada wajib pajak sedemikian rupa sehingga beban riil

atau kepuasan atau guna yang hilang dari masing-masing pembayar

pajak itu adalah sama besarnya.

b. Kesamaan pengorbanan, ialah pajak hendaknya didistribusikan kepada

wajib pajak sedemikian rupa sehingga jumlah kepuasaan atau guna

yang hilang yang diderita masing-masing wajib pajak itu sebanding

dengan seluruh kepuasaan total yang dimiliki oleh masing-masing

Page 41: Febri Mandra 106084003601.pdf

25

wajib pajak tersebut dari jumlah pendapatan yang dimilikinya.

c. Kesamaan pengorbanan secara marginal, menghendaki agar pajak itu

didistribusikan sedemikian rupa diantara wajib pajak sehingga masing-

masing akan memiliki sejumlah pendapatan setelah dikenai pajak yang

dapat memberikan guna batas yang sama.

Dengan membandingkan antara beban pajak dari setiap macam pajak dengan

seluruh jumlah pendapatan ditambah dengan nilai seluruh kekayaan setelah

dikurangin dengan kebutuhan pokok si wajib pajak, maka dapat digolongkan

beberapa struktur pajak sebagai berikut:

a. Pajak progresif, yaitu pajak yang dikenakan dengan persentase yang

semakin tinggi dengan semakin tingginya kemampuan membayar

pajak.

b. Pajak proporsional, yaitu pajak yang dikenakan dengan persentase

yang sebanding dengan perkembangan pendapatan setelah dikurangin

dengan kebutuhan-kebutuhan esensial.

c. Pajak regresif, yaitu pajak yang dikenakan dengan perkembangan yang

kurang sebanding dengan perkembangan kemampuan membayar

pajak.

Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa pajak adalah kewajiban pembayaran

berupa uang kepada negara atau daerah yang dikenakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang kontra prestasinya dari negara atau daerah atas setiap

pembayaran dimaksud tidak dapat ditunjukan secara langsung serta dipisah-

pisahkan secara khas.

Page 42: Febri Mandra 106084003601.pdf

26

Prinsip atas asas utama dalam pemungutan pajak di Indonesia tercantum

dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 dan juga dalam Propernas 2004 yang

menyebutkan bahwa pelaksanaan sistem dan prosedur perpajakan untuk

meningkatkan pendapatan negara terus disempurnakan dan disederhanakan

dengan memperhatikan asas keadilan, pemerataan, manfaat, dan kemampuan

masyarakat.

Berdasarkan faktor yang sangat dominan dalam menentukan timbulnya

kewajiban pajak, pajak dapat dibedakan atas pajak subjektif dan pajak objektif.

Adapun yang dimaksud dengan pajak subjektif adalah suatu jenis pajak yang

kewajiban pajaknya sangat ditentukan pertama-tama oleh keadaan subjek pajak,

walaupun untuk menentukan timbulnya kewajiban membayar pajak tergantung

pada keadaan objek pajaknya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pajak

penghasilan. Sedangkan yang dimaksud dengan pajak objektif adalah suatu jenis

pajak yang timbul kewajiban pajaknya sangat ditentukan pertama-tama oleh objek

pajak. Keadaan subjektif pajak tidak relevan, walaupun dalam kasus-kasus

tertentu ikut dipertimbangkan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Pajak

Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Kendaraan Bermotor dan

lain sebagainya.

Disamping pembagian tersebut di atas, pembagian pajak juga dapat didasarkan

pada mekanisme pemungutannya yaitu Pajak Langsung dan pajak Tidak

Langsung. Pajak langsung dalam pengertian ekonomis adalah pajak yang harus

dipukul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain, contohnya Pajak Penghasilan (PPh). Sedangkan Pajak Tidak

Page 43: Febri Mandra 106084003601.pdf

27

Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada pihak lain, contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Tuntutan kepatuhan yang lebih tinggi tanggung jawab pendapatan pajak

sendiri dan kebutuhan yang makin besar dalam perencanaan pajak, mengharuskan

perusahaan mempunyai pengetahuan yang memadai tentang peraturan perpajakan.

Oleh karena itu setiap wajib pajak perlu mengetahui aspek-aspek penting

perpajakan, terutama kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhin. Setiap wajib

pajak harus memenuhi kewajiban administratif yang bersifat umum yang telah

ditentukan oleh undang-undang. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat

mengakibatkan wajib pajak yang bersangkutan dikenakan denda atau kurungan

apabila diperoleh bukti bahwa pelanggaran tersebut dilakukan dengan sengaja.

Adapun kewajiban-kewajiban perpajakan yang bersifat umum terdiri dari:

1. Kewajiban mendaftarkan diri.

2. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan.

3. Kewajiban menghitung dan membayar pajak.

4. Kewajiban melaporkan pajak terutang.

5. Kewajiban memberi keterangan.

Adanya peraturan perundang-undangan yang mengikat sebagai pedoman dan

landasan penarikan pajak, tentu saja bertolak belakang dari pemahaman bahwa

negara kita adalah negara yang berkedaulatan rakyat, dimana berarti bahwa segala

kegiatan dan kebijakan pemerintah yang menimbulkan akibat pembebanan bagi

rakyat, haruslah berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Page 44: Febri Mandra 106084003601.pdf

28

Pengertian pajak daerah dikemukakan oleh Soedargo (2000:11) yang

menguntip Undang-Undang Darurat Nomor 11 tahun 1957 menyatakan bahwa:

“Yang dimaksud dengan pajak daerah adalah terdapat pada pasal 2 Undang-

Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1957, tentang peraturan umum pajak daerah,

dinyatakan pajak daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan

publik”.Lebih lanjut Tjokroamidjojo (2000:11) mengemukakan:“Pajak daerah

adalah pajak juga, maka semua asas-asas pengertian-pengertian, norma-norma

hukumnya dan teknik pemungutannya yang berlaku bagi pajak negara,

dipergunakan pula bagi penyusunan dan pelaksanaan peraturan perundang-

undangan pajak daerah”.

Dari batasan pengertian di atas dapat diketahui bahwa pajak daerah adalah

pajak-pajak yang telah dilaksanakan pungutannya oleh pemerintah daerah

berdasarkan peraturan dan hasilnya dipergunakan untuk pembiayaan rumah

tangga daerah.

Disamping pemungutan atas pajak, pemerintah juga melaksanakan

pemungutan-pemungutan antara lain:

a. Restribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan

mendapat balas jasa yang langsung diterima dengan adanya

pembayaran restribusi tersebut, misalnya retribusi parkir, retribusi

pelelangan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, retribusi adalah

pemungutan uang oleh pemerintah sebagai jasa atau milik bagi yang

berkepentingan karena yang tidak merasakan jasa balik dari

pemerintah tidak dikenakan pajak atau iuran tersebut.

Page 45: Febri Mandra 106084003601.pdf

29

b. Sumbangan iuaran kepada pemerintah (dapat dipaksakan yang ditunjuk

pada golongan tertentu dan kegunaannya dimaksukkan ke dalam

golongan tertentu).

c. Bea masuk adalah pungutan yang dikenakan atas jumlah, harga barang

yang dimasukkan (diimpor) ke dalam daerah pabean.

Selanjutnya ciri-ciri pajak yang mendasar sesuai yang dikemukakan

Brotodihardjo (2002:6-7) sebagai berikut:

a. Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaannya.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontra

prestasi individual oleh pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun

daerah.

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang

bila dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk

membiayai publik investment.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter, yaitu

mengatur.

Dalam hal fungsi budgeter, yaitu fungsi mengumpulkan sejumlah dana

bagi pembiayaan kegiatan-kegiatan pemerintah khususnya kegiatan rutin (belanja

pengeluaran). Sedangkan fungsi mengatur maksudnya dalam arti mengatur

pertumbuhan dan perkembangan ekonomi negara yang antara lain meliputi:

Stabilitas ekonomi, mengadakan redistribusi pendapatan, tata kegiatan produsen

Page 46: Febri Mandra 106084003601.pdf

30

dan konsumen dalam aktivitas pasar dan sebagainya.

Adapun pengertian ciri tidak adanya prestasi kembali (kontra prestasi) dari

negara yang dapat ditunjuk secara langsung, terkandung makna bahwa dari hasil

pembayaran pajak oleh wajib pajak, tidak mendapat prestasi kembali dari negara

atau prestasi khusus yang erat hubungannya dengan pemungutan pajak tersebut.

Prestasi dari negara seperti hak untuk mempergunakan jalan-jalan umum,

perlindungan dan penjagaan dari pihak polisi atau tentara, diperolehnya tidak

secara individual dan tidak ada kaitan langsung sehubungan dengan pembayaran

itu, terbukti bahwa orang yang tidak membayar pajakpun dapat pula menikmati

fasilitas pelayanan umum seperti penggunaan jalan dan lain-lain.

Dalam kaitannya dengan penetapan pajak yang harus didasarkan atas

peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan jelas digariskan dalam UUD

1945 pada Pasal 23 ayat (2) bahwa : “Segala pajak untuk keperluan negara

berdasarkan undang-undang“. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Soetrisno (2000:21) bahwa :

Pajak harus ditetapkan dengan undang-undang (peraturan lain yang

sederajat dengan undang-undang) terlebih dahulu. Pungutan tersebut berdasarkan

hukum pajak, maka dari itu oleh karena berupa penarikan sumber daya ekonomi

dari perorangan (sebagai warga negara) harus ada dasar hukumnya. Dalam hal ini

maka dasar hukum yang paling pasti adalah undang-undang. Dalam kepentingan

yang mendesak karena alasan segera untuk membiayain atau menutup

pengeluaran pemerintah pengganti undang-undang”.

Page 47: Febri Mandra 106084003601.pdf

31

Berdasarkan uraian di atas dengan demikian juga berarti bahwa ciri pajak

daerah harus ditetapkan dalam suatu aturan, dalam hal ini melalui peraturan

daerah.

Asas-asas bagi pemungutan pajak antara lain yang terkenal dengan sebutan

“The four maximis”, sebagaimana yang ditentukan oleh Brotodihardjo (2002:27-

28) sebagai berikut:

a. Asas equality, yaitu bahwa tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan

diskriminasi di antara semua wajib pajak. Dalam keadaan yang sama para

wajib pajak harus dikenakan yang sama pula.

b. Drangkratch beginsel, asas daya pikul bahwa setiap wajib pajak yang

beban pikulnya sama, hendaknya terkena beban yang sama. Asas ini

dilaksanakan dengan pengenaan pajak menurut tarif progresif.

c. Beginsel van de bevoorrechte verkrgin, bahwa seorang yang mendapat

keuntungan istimewa hendaknya dikenakan pajak yang istimewa pula. Asas ini

sesuai dengan asas keadilan.

d. Profyt Beginsel, bahwa pengenaan pajak oleh pemerintah didasarkan atas

asas alasan bahwa menerima manfaat barang-barang dan jasa yang disediakan

oleh pemerintah.

e. Welvaart beginsel, asas kesejahteraan bahwa dengan adanya tugas

pemerintah yang disatu pihak memberikan atau menyediakan barang dan jasa

bagi masyarakat di lain pihak menarik pajak untuk membiayai kegiatan

tersebut. Pelaksanaan tugas pemerintah itu adalah dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan umum

Page 48: Febri Mandra 106084003601.pdf

32

f. Beginsel vaan het minste leed, bahwa pengenaan pajak tetap merupakan

beban masyarakat, oleh sebab itu betapapun tingginya kesadaran masyarakat

untuk membayar pajak, akan tetapi hendaknya beban pajak diusahakan sekecil-

kecilnya.

g. Beginsel vaan geoorloof de uivoering, walaupun dalam melaksnakan

berbagai asas ini diaatas mungkin saling bertentangan tetapi diusahakan

keselarasannya .

Selanjutnya Soemitro (2002:120) mengemukakan bahwa ada 3 ( tiga) asas

perpajakan yakni:

a. Asas finansial dan ekonomis, Harus dipilh pajak yang dapat

memperbaiki neraca pembayaran disamping mencegah atau

mengurangi konsumsi yang tidak diharapkan.

b. Asas yuridis, yaitu pajak yang harus berdasarkan undang-undang

karena dengan demikian akan memberi jaminan hukum baik untuk

negara maupun untuk warganya.

c. Asas ekonomis, yaitu sebagai fungsi budgeter, pajak juga digunakan

sebagai alat untuk menentukan politik perekonomian.

d. Asas financial, yaitu sesuai dengan fungsi budgeternya, maka sudah

barang tentu bahwa biaya-biaya untuk mengenakan dan untuk

memungutnya harus sekecil-kecilnya, apalagi dalam bandingan dengan

pendapatannya.

Oleh karena pajak daerah adalah pajak juga, maka asas-asas pemungutan

pajak seperti asas recht filosofis yuridis, ekonomis dan finansial yang berlaku bagi

Page 49: Febri Mandra 106084003601.pdf

33

pajak negara berlaku pula terhadap pajak daerah. Demikian pula tentang dasar-

dasar pajak dan istilah-istilah yang digunakan pada pajak negara, seperti subyek

pajak, wajib pajak, utang pajak, surat ketetapan pajak, cara menagih pajak,

daluarsa dan cara-cara mengajukan keberatan yang berlaku pada pajak negara,

berlaku juga pada pajak daerah.

Dalam hukum pajak terdapat berbagai perbedaan jenis-jenis pajak yang

dibagi kedalam golongan-golongan besar. Perbedaan dan pembagian ini

mempunyai fungsi yang belainan pula. Ada yang fungsinya ditujukan untuk

memudahkan pekerjaan di dalam praktek, jadi hanya sekedar digunakan sebagai

alat untuk menunjukkan, terhadap pajak yang mana saja diperlakukan peraturan-

peraturan tertentu dalam sebuah undang-undang ada juga yang fungsinya

ditujukan kepada tujuan ilmiah. Hukum pajak harus memperhatikan ciri-ciri dan

sifat-sifat tertentu itu, tetapi yang lebih perlu ia harus selalu waspadai terhadap

prinsip yang menjadi dasar suatu pengenaan pajak, memegangnya erat-erat

sebagai pegangan yang tangguh dan mengawasi terjelmahnya prinsip-prinsip itu.

Berikut penggolongan pajak yang dibedakan menurut golongannya, sifatnya dan

menurut lembaga pemungutnya.

Mardiasmo (2001:6) menggolongkan pajak :

a. Menurut golongannya pajak dibagi atas :

1. Pajak langsung

2. Pajak tidak langsung

b. Menurut sifatnya, pajak terbagi atas:

1. Pajak subyek (bersifat perorangan)

Page 50: Febri Mandra 106084003601.pdf

34

2. Pajak obyektif (bersifat kebendaan)

c. Menurut lembaga pemungut, pajak di bagi atas:

1. Pajak negara (pajak pusat)

2. Pajak daerah

Page 51: Febri Mandra 106084003601.pdf

35

Gambar II.3 Pembagian Pajak

Sumber : Pajak Kota Palembang 2005

Hal yang sama juga di lakukan oleh Munawir (2002:22-23) bahwa :

Jenis-jenis pajak adalah:

a. Pajak langsung dan pajak tidak langsung

b. Pajak subyektif dan pajak objektif

c. Pajak daerah dan Pajak pusat

Page 52: Febri Mandra 106084003601.pdf

36

Dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang hidup

dalam suatu negara harus berurusan dengan pajak. Oleh karena itu, setiap orang

sebagai anggota masyarakat harus atau wajib mengetahui sebagai permasalahan

yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai asas-asasnya, jenis atau macam-

macam yang berlaku dinegaranya, secara perhitungannya dan tata cara

pembayarannya, serta hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak.

2.1.7. Lingkungan Kota

Lingkungan kota juga merupakan suatu pendekatan hipotesis dari biaya-

biaya minimum suatu bagian ruang kota, disesuaikan untuk mengangkat biaya-

biaya variabel non ekonomi, misalnya nilai tanah. Rumusan-rumusan distribusi

ekolgi dan unit-unit pasar cenderung menjadi sedemikian rupa, dimana biaya total

dari perolehan-perolehan kepuasan maksimum diminimalisir. Biaya tersebut telah

tertera di dalam suatu daftar, termasuk semua jenis kehilangan kegunaan

(Disutility) seperti halnya biaya ekonomi dan lain-lain bentuk biaya. Jelasnya,

karena kehilangan kegunaan tidak dapat diukur di dalam terminologi moneter,

maka hipotesis dalam bentuk ini tidak dapat diuji.

Suatu pembatasan kembali apa yang disebut terakhir dari teori

minimalisasi biaya dari bagian-bagian ruang kota telah pernah dicoba oleh

Guttenberg, tetapi dia menekankan pada pentingnya efisiensi transportasi di dalam

penentuan struktur tata ruang sebuah kota, dan rumusan-rumusan model ini

disajikan dalam terminologi yang dinamis. Dia melihat prinsip pengorganisasian

adalah “suatu upaya masyarakat dalam mengatasi jarak”. Guttenberg membagi

Page 53: Febri Mandra 106084003601.pdf

37

kenungkinan lokasi kegiatan kota ke dalam dua bagian, yaitu: bagian yang

fasilitasnya di sebarkan ke seluruh kota “penyebaran fasilitas-fasilitas”, dan

bagian yang fasilitasnya dipusatkan lebih banyak pada satu pusat tertentu

“pemusatan fasilitas-fasilitas”. Tingkat camput tangan pemerintah pada

disebarkan atau tidak disebarkannya fasilitas-fasilitas tergantung pada efisiensi

sistem transportasi. Biaya transpor adalah penentu utama tingkat biaya bagian-

bagian ruang kota, oleh karena itu suatu sistem transpor yang efisien sama dengan

keberhasilan usahan masyarakat mengatasi jarak, dan memungkinkan suatu

struktur kegiatan yang terpusat. Sebaliknya apabila transportasi terbatas, tempat-

temapt kerja, pusat-pusat pelayanan, lembaga-lembaga perdangan dan

pemerintahan dapat diasumsikan mengikuti suatu pola yang tersebar. Perubahan-

perubahan yang terjadi di dalam efisiensi transportasi akan merubah pola struktur

tata ruang oleh substitusi perizinan antara lokasi ruang pinggir (Periphery) dengan

lokasi pusat (Centre).

2.1.8. Teori Pertumbuhan Kota

Suatu kerangka kerja analisis yang disajikan secara umum untuk

kebutuhan sektor swasta, yang menjadi pegangan bagi pembangunan komplek-

komplek pemenuhan dan investasi, memiliki prosedur tertentu di dalam penelitian

terhadap Land Use perkotaan. Menurut R.M.Hurd, sebagai hasil studi muktahir

dari perkembangan nilai Land Use di lebih dari 50 kota di Amerika Serikat,

menghasilkan deskripsi klasik tentang proses pertumbuhan perkotaan dan

dipengaruhi oleh studi klasik R.M. Haig tentang kota New York (1972),

Page 54: Febri Mandra 106084003601.pdf

38

menjangkau 2 hal pokok penting tentang transportasi. Dua hal pokok yang

merupakan prinsip kunci pengaruh transport terhadap Land Use dan pertumbuhan

wilayah metropolitan tersebut adalah:

(a) Persaingan diantara pemakai lahan dan peruntukan lahan pada pematangan

lahan yang tertinggi aksessibilatasnya.

(b) Akibat keuntungan relatif kepuasan terhadap pelayanan transportasi pada dasar

kompleks perumahan bagi perusahaan-perusahaan dagang dan individu-individu.

Haig menyimpulkan proses pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:

“bahwa suatu aktivitas ekonomi pada pencairan suatu lokasi ditemukan pada

kedekatan pusat pertumbuhan; jika sewa lokasi meningkat maka biaya transpor

menurun. Jika suatu lokasi menjauhi pusat pertumbuhan maka tingkat sewanya

akan menurun dan biaya transpor naik, tambahan jumlah dari 2 pos biaya tersebut

(bagian-bagian biayanya) akan berubah. Homer Hoyt, di dalam suatu studi

empiriknya, yang berjudul “The Structure and Growth of Residental

Neighborhoods” untuk administrasi perumahan Federal (1939) telah memperluas

prinsip Hurd tentang pertumbuhan kota yang diidentifikasikan sebagai Teori

Sektor. Prinsip tersebut adalah :

(a) Wilayah dengan perkembangan besar-besaran untuk pemukiman cenderung

dimulai dari titik given areal (Given Point) sepanjang garis yang mapan (terus

berkembang) dari perjalanan pulang pergi ke inti (pusat perdagangan).

(b) Zona wilayah yang yang bersewa tinggi cenderung berproses kepada

penurunan luas daerah yang bebas resiko banjir, dan akan menyebar sepanjang

jalur (seperti pelabuhan, sungai dan pantai-pantai laut, dimana batas-batas air

Page 55: Febri Mandra 106084003601.pdf

39

tidak digunakan untuk industri).

(c) Distrik-distrik perumahan dengan sewa tinggi cenderung mengalami

penurunan dan akan memperluas bagian-bagian kota yang memiliki kebebasan

pengembangannya sebelum lokasi pembuangan limbah dan pekuburan, yang

dibatasi oleh perbatasan-perbatasan alam atau perbatasan-perbatasan buatan

terhadap perluasan.

(d) Wilayah-wilayah pemukiman yang lebih tinggi harganya, cenderung

menurunkan perumahan bagi para pemimpin masyarakat.

(e) Perkembangan pergerakkan gedung-gedung kantor, perbankan, dan pusat-

pusat perbelanjaan akan menarik wilayah-wilayah pemukiman untuk wilayah

yang memiliki harga tinggi yang memiliki pengaruh-pengaruh umum yang sama

secara langsung.

Kecenderungan-kecenderungan perkembangan wilayah pemukiman

adalah:

(a) Wilayah-wilayah pemukiman kelas tinggi cenderung berkembang lebih cepat

di sepanjang jalur-jalur transpor.

(b) Pertumbuhan wilayah-wilayah pemukiman dengan mendapat pengaruh

langsung dari sewa yang tinggi dan intensitas yang sama akan terus berlanjut

sepanjang periode waktu.

(c) Wilayah-wilayah perumahan mewah dengan sewa yang tinggi cenderung akan

tumbuh berdekatan dengan pusat perdagangan dan wilayah-wilayah pemukiman

lama.

(d) Pegaruh para pengembang komplek perumahan dapat meliputi pertumbuhan

Page 56: Febri Mandra 106084003601.pdf

40

pemukiman kelompok berpendapatan tinggi.

Teori basis ekonomi (Economic Base), tidak dilahirkan oleh ahli-ahli

ekonomi geografi, pada awal-awal oleh kerjasama para ahli ekonomi geografi

lembaga-lembaga pengembangan industri, dan para sarjana ekonomi perkotaan.

Teori basis ekonomi ini dirumuskan sebuah teknik analisis oleh Weimer dan Hoyt

pada tahun 1930-an. Langkah-langkah pada perkiraan wilayah kota dengan

menggunakan metoda penduduk adalah sebagai berikut :

(a) Perkiraan pertumbuhan pada kesempatan kerja basis, yaitu kesempatan kerja

pada sektor industri, pertanian, pertambangan dan industri pengolahan serta jasa-

jasa yang pada umumnya diekspor pada wilayah tersebut.

(b) Perkiraan tersebut dihubungkan dengan pertumbuhan pada kersempatan kerja

sektor bukan basis.

(c) Memperhitungkan jumlah penduduk di masa yang akan datang yang

didasarkan pada para pekerja tiap keluarga dan jumlah anggota keluarga.

Setelah Perang Dunia II terjadi gelombang pertumbuhan urbanisasi.

Konsekuensinya adalah meningkatnya kebutuhan transportasi, pelayanan umum,

dan pelayanan lain-lainnya di wilayah perkotaan. Meningkatnya perhatian pada

kebutuhan penerapan teknologi pembangunan untuk wilayah-wilayah perkotaan

yang sebanding dengan perkembangan jumlah penduduknya. Pada awalnya,

perhatian lembaga ilmu pengetahuan pengaruhnya relatif kurang efektif bagi

pembangunan, terutama dalam teknik memprediksi kebutuhan-kebutuhan untuk

masa yang akan datang. Teori basis ekonomi dapat digunakan sebagai dasar

memperkirakan kebutuhan masa di masa yang akan datang, dihubungkan dengan

Page 57: Febri Mandra 106084003601.pdf

41

pertumbuhan kesempatan kerja di bidang pelayanan. Hasil prediksi dari

kecenderungan-kecenderungan yang diidentifikasi tersebut digunakan untuk

mengidentifikasi hal-hal yang berdisat umum yang menyangkut pertumbuhan

perkotaan di msada yang akan datang. Teori-teori yang menyangkut

pengembangan sektor-sektor industri, perdagangan dan lokasi pemukiman kota

sarat dengan kebijakan, hasilnya sangat terbatas, dan kebijakan-kebijakan tersebut

sama sekali tidak didasarkan pada hasil-hasil study yang bersifat empiris. Pada hal

pengembangan teknologi, khususnya teknologi transportasi dan peramalan

(Forcasting) bagi perencanaan tata guna lahan (Land Use) sangat penting.

2.1.9. Pendapatan Regional

Tujuan kebijakan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran. Salah satu

ukuran kemakmuran terpenting adalah pendapatan. Kemakmuran tercipta karena

ada kegiatan yang menghasilkan pendapatan.

Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat

pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan

wilayah maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.

Menganalisis suatu region atau membicarakan pembangunan regional tidak

mungkin terlepas dari membahas tingkat pendapatan masyarakat di wilayah

tersebut. Ada beberapa parameter yang bisa digunakan untuk mengukur adanya

pembangunan wilayah. Salah satu parameter terpenting adalah meningkatnya

pendapatan masyarakat. Parameter lain, seperti peningkatan lapangan kerja dan

pemerataan pendapatan juga sangat terkait dengan peningkatan pendapatan

Page 58: Febri Mandra 106084003601.pdf

42

wilayah. Pembangunan wilayah haruslah bersangkut paut dengan peningkatan

pendapatan masyarakat di wilayah tersebut, yaitu yang dimaksud adalah

pendapatan rata-rata (income per capita) masyarakat, untuk itu perlu diketahui

alat ukur dan metode yang dipakai untuk menetapkan besarnya tingkat pendapatan

masyarakat. Tanpa alat ukur yang benar, data yang disajikan bisa saja

memberikan informasi yang keliru. Masyarakat awam bisa saja keliru dengan

mengganggap besarnya nilai produksi suatu wilayah adalah identik dengan

besarnya pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini tidak benar, karena

yang menjadi pendapatan untuk masyarakat setempat hanyalah yang bersifat nilai

tambah dari kegiatan produk tersebut. Nilai tambah inilah yang mengukur tingkat

kemakmuran masyarakat setempat dengan asumsi seluruh pendapatan itu

dinikmati masyarakat setempat.

Pendapatan regional neto adalah produk domestik regional neto atas dasar

biaya faktor dikurangi aliran dan yang mengalir keluar ditambah aliran dana yang

mengalir masuk. Produk domestik regional neto atas dasar biaya faktor ,

merupakan jumlah dari pendapatan berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan

keuntungan yang timbul, atau merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan

di wilayah tersebut. Akan tetapi, pendapatan yang dihasilkan tersebut, tidak

seluruhnya menjadi pendapatan penduduk daerah setempat. Hal itu disebabkan

ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk daerah lain, misalnya suatu

perusahaan yang modalnya dimiliki orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi

di daerah tersebut. Dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu sebagian akan

menjadi milik orang lain, yaitu milik orang yang mempunyai modal. Sebaliknya,

Page 59: Febri Mandra 106084003601.pdf

43

kalau ada penduduk daerah menanamkan modal di luar daerah maka sebagian

keuntungan perusahaan akan mengalir ke daerah tersebut, dan menjadi

pendapatan dari pemilik modal. Poduk domestik regional neto atas dasar biaya

faktor dikurangi pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang

mengalir masuk hasilnya merupakan produk regional neto, yaitu merupakan

jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipt) oleh seluruh

penduduk yang tinggi di daerah tersebut.

Akan tetapi, untuk mendapatkan angkat-angka tentang pendapatan yang

mengalir keluar/masuk suatu daerah (yang secara nasional dapat diperoleh dari

neraca pembayaran luar negeri) masih sangat sukar diperoleh pada saat ini.

Produk regional neto terpaksa belum dapat dihitung dan untuk sementara produk

domestik regional neto atas dasar biaya faktor dianggap sama dengan pendapatan

regional (tanpa kata neto). Pendapatan regional dibagi jumlah penduduk yang

tinggal di daerah itu, hasilnya adalah pendapatan per kapita.

Apabila pendapatan regional (regional income) dikurangi: pajak

pendapatan perusahaan (corporate income taxes). Keuntungan yang tidak

dibangikan (undistributed), iuran kesejahteraan social (social security

contribution), ditambah transfer yang diterima oleh rumah tanggap pemerintah,

sama dengan pendapatan perorangan (personal income). Apabila pendapatan

perorangan dikurangi pajak pendapatan perorangan, pajak rumah tangga/ PBB,

dan transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga akan sama dengan pendapatan

yang siap dibelanjakan (disposable income) .

Page 60: Febri Mandra 106084003601.pdf

44

Dengan susunan ini terlihat bahwa pendapatan perorangan merupakan

pendapatan yang diterima oleh rumah tangga. Ternyata tidak seluruh pendapatan

regional diterima oleh rumah tangga. Pajak pendapatan perusahaan diterima oleh

pemerintah, keuntungan yang tidak dibagikan ditahan di perusahaan-perusahaan,

dan dana jaminan social dibayar kepada instansi yang berwenang. Akan tetapi,

sebaliknya, rumah tangga masih menerima tambahan berupa transfer payments

baik dari pemerintah maupun perusahaan dan bunga neto atas untang pemerintha.

Apabila pendapatan perorangan dkurangi dengan pajak yang langsung dibebankan

kapda rumah tangga dan hibah yang diberikan oleh rumah tangga, hasilnya

merupakan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income)

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Fachri Rangkuti (2006) Melakukan penelitian “Analisa Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Terhadap Penerimaan Daerah Pada Era Otonomi Daerah di

Sumatera Utara pada tahun 1999-2004”.Pada penelitian yang dilakukannya

adalah untuk mengetahui berapa besar kontribusi PDRB, terhadap Pendapatan

Asli Daerah propinsi Sumatera Utara, hal tersebut mengidentifikasi distribusi

alokasi Pendapatan Asli Daerah terhadap penerimaan daerah.Model analisis yang

digunakan adalah model ekonometrika, dengan teknik analisis model kuadrat

terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS).Berdasarkan hasil penelitiannya

tersebut, efisiensi dari hasil perhitungan data dari tahun 1999-2004 tidak efisien

pada tahun 1999 dengan nilai keefisiennya sebesar 1,79% tetapi pada tahun 2000

tingkat keefisiennya meningkat menjadi 1,45%. Pada tahun 2004 tingkat

Page 61: Febri Mandra 106084003601.pdf

45

koefisienan meningkat menjadi 1,04% dari tahun-tahun sebelumnya.Komponen

yang paling berpengaruh pada PAD yaitu pajak daerah dengan tingkat

keefektifannya sangat efektif dari tahun 1999-2004. Berbeda dengan komponen

lainnya seperti retribusi daerah, laba BUMD, lain-lain pendapatan asli daerah

yang sah, tiap tahunnya mengalami perubahan tingkat, dari sangat efektif menjadi

tidak efektif.

Wali Aya Rumbia (2009) melakukan penelitian tinjauan tentang penerimaan

pajak bumi dan bangunan di kota Kendari tahun 2003-2008 dengan menggunakan

analisis tabulasi dan persentase. Hasil analisis menunjukan bahwa, penerimaan

pajak bumi dan bangunan di kota Kendari mengalami kenaikan meskipun pada

tahun 2006 sempat mengalami penurunan sebesar 9,20%. Rencana penerimaan

atau target yang ditetapkan setiap tahun juga meningkat. Penerimaannya selalu

melebihi rencana atau target yang ditetapkan. Secara umum dapat disimpulkan

bahwa persentase perkembangan penerimaan PBB di kota Kendari berfluktuasi.

Betta Sari Novalita (2004) melakukan penelitian peranan pajak daerah dalam

meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten bogor pada tahun 1998-2004

menggunakan alat analisis program olah data SPSS (Statistical Product And

Service Solution). Hasil penelitiannya menyimpulkan sebelum otonomi, hasil

perhitungan efektifitas pajak daerah tahun 1998/1999 adalah sebesar 101,15%,

tahun 1999/2000 101,43%, tahun 2000 115,68%, dan tahun 2001 sebesar

105,94%, setiap tahun memiliki tingkat efektifitas target terhadap pajak daerah

sangat efektif dengan efektifitas rata-rata setiap tahun adalah 106,05%. Hal ini

dikarenakan tujuan anggaran yang telah ditetapkan dalam bentuk pajak daerah

Page 62: Febri Mandra 106084003601.pdf

46

telah tercapai, bahkan melebihi target yang telah ditetapkan dengan efektifitas

tertinggi dicapai pada tahun 2000 sebesar 15,68%.

Purbayu Budi Santoso dan Retno Puji Rahayu (2004) melakukan penelitian

tentang analisis pendapatan asli daerah (PAD) dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya dalam upaya pelakasanaan otonomi daerah di kabupaten Kediri

pada tahun 1989-2002 model estimasi yang digunakan adalah regresi beganda

yang ditransformasikan ke bentuk logaritma.Hasil regresinya menunjukan bahwa

ternyata variabel pengeluaran pembangunan mempunyai koefisien regresi sebesar

0,398%. Hal ini bahwa setiap terjadi kenaikan pengeluaran pembangunan 1 persen

maka akan meningkatkan PAD 0,398% (faktor lain dianggap konstan). Variabel

penduduk mempunyai koefisien regresi sebesar 8,049. Hal ini berarti bahwa setiap

terjadi kenaikan variabel penduduk sebesar 1% maka akan meningkatkan PAD

sebesar 8,049%. Variabel PDRB mempunyai koefisien regresi sebesar 0,573%.

Hal ini berarti bahwa setiap terjadi kenaikan PDRB 1% maka akan meningkatkan

PAD sebesar 0,573%. dari hasil regresi, diperoleh F hitung sebesar 148,529%.

Tingkat signifikan 95% ( α = 5% ) maka diperoleh nilai F tabel untuk derajat

kebebasan (df) = 3 dan 10, F 0,05% (3,10) adalah 3,71. Ini berarti F hitung lebih

besar dari F tabel dengan demikian hipotesis nol dapat ditolak yang berarti secara

bersama-sama variabel pengeluaran pembangunan, penduduk, dan PDRB mampu

menerangkan dengan variabel dependen yaitu variabel PAD.

Amri Siregar (2009) melakukan penelitian tentang analisis tingkat efektivitas

pajak dan retribusi daerah sebagai pendapatan asli daerah (PAD) Sumatera Utara

pada tahun 1998-2007 dengan menggunakan pengolahan data Microsoft Excel

Page 63: Febri Mandra 106084003601.pdf

47

dan Eviews 4.1. maka diperoleh hasil yaitu bahwa tingkat efektivitas penerimaan

pajak dari tahun 2003 sampai 2007 adalah tinggi yaitu berada diatas 100%

sedangkan kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah dari tahun 2003

sampai 2007 terus menunjukan angka penurunan yang berarti. Kemudian dari

hasil penelitian juga diketahui bahwa variabel PDRB memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap PAD, sedangkan variabel PMDN tidak memberikan pengaruh

yang signifikan.

Mohammad Riduansyah (2003) melakukan penelitian tentang Kontribusi

daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan anggaran

pendapatan dan belanja daerah (APBD) guna mendukung pelaksanaan otonomi

daerah kota Bogor pada tahun 1993-2004 dengan menggunakan metode Time

Series Analysis. Hasil penelitiannya menyimpulkan total kontribusi komponen

pajak daerah terhadap penerimaan APBD dalam kurun waktu tahun anggaran

1993/1994-2000 berkisar antara 7,07%-8,79% dengan rata-rata kontribusi

pertahunnya sebesar 7,81% dengan pertumbuhan pertahun 22,89%. Kontribusi

pajak terbesar terhadap total penerimaan APBD diberikan oleh pajak hotel dan

pajak restoran serta pajak hiburan.pajak hotel dan restoran pada periode ini

memberikan rata-rata kontribusi sebesar 3,06% pertahunnya dan tumbuh rata-rata

sebesar 32,64% per tahun. Sedangkan pajak hiburan, pada kurun waktu yang sama

memberikan rata-rata kontribusi sebesar 1,96% pertahun dan tumbuh rata-rata

sebesar 8,58% pertahunnya. Untuk kontribusi komponen retribusi daerah terhadap

total penerimaan APBD dalam kurun waktu tahun anggaran 1993/1994-2000

berkisar antara 8,36% - 23,05%, dengan rata-rata kontribusi pertahunnya sebesar

Page 64: Febri Mandra 106084003601.pdf

48

23,05%, dengan rata-rata kontribusi pertahunnya sebesar 15,61% dengan

pertumbuhan pertahun 5,08%. Kontribusi retribusi terbesar terhadap total

penerimaan APBD diberikan oleh retribusi pasar dan retribusi terminal. Retribusi

pasar pada periode ini memberikan rata-rata kontibusi sebesar 3,25% pertahunnya

dan tumbuh rata-rata sebesar 1,44% per tahun. Sedangkan retribusi terminal, pada

kurun waktu yang sama memberikan rata-rata kontribusi sebesar 2,93% pertahun

dan tumbuh rata-rata sebesar 5,02 pertahunnya. Dapat dilihat bahwa kontribusi

komponen pajak daerah dan retribusi daerah terhadap penerimaan APBD

pemerintah kota Bogor sangat fluktuatif.

Mawar Dwi Putranty (2008)melakukan penelitian tentang Pengaruh

Penerimaan Pajak Reklame Dan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah

(Pad) Di Jakarta Barat Pada Tahun 2003-2007 dengan menggunakan uji asumsi

klasik dan uji hipotesis seperti, persamaan regresi linier berganda, Uji F dan Uji t

dengan tingkat signifikan 5%. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa

pajak reklame tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah karena t hitung

1,490 < t tabel 1,943 dan untuk pajak restoran tidak berpengaruh pula terhadap

pendapatan asli daerah t hitung 0,823 < t tabel 1,943.Berdasarkan uji F secara

simultan pajak reklame dan pajak restoran tidak berpengaruh terhadap pendapatan

asli daerah karena masih ada faktor lainnya yang mempengaruhi pendapatan asli

daerah di Jakarta Barat.

Sa’ari (2006) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penerimaan Retribusi

Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanggamus” data yang

digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang terdiri dari laporan

Page 65: Febri Mandra 106084003601.pdf

49

kauangan.Metode yang dilakukan dengan rancangan penelitian berupa studi

kepustakaan, wawancara dan obersevasi serta dokumentasi. Adapaun sampe yang

digunakan adalah data retribusi pasar 7 kecamatan yang ada sebagai sampel dari

17 kecamatan secara time series selama enam tahun, yakni dari tahun 1999 sampai

dengan 2004. Hasil penelitiannya ialah adanya pengaruh yang signifikan antara

sewa toko dengan penerimaan retribusi pasar.Hal ini dapat dilihat dengan analisis

data regresi metode srepwise yaitu nilai P-value < 5%.Sedangkan variabel

kebersihan dan retribusi pasar tidak cukup bukti ada pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan retribusi pasar. Kontribusi pengaruh sewa toko sebesar

58,3% terhadap peningkatan retribusi pasar. Selain itu, ada pengaruh yang

signifikan antara retribusi pasar totol terhadap realisasi penerimaan PAD.Hal ini

terlihat dari hasil analisis data regresi yaitu P-value < 5%.Dengan kontribusi

pengaruhnya sebesar 85% terhadap variasi dari penerimaan PAD.

Indra Widhi Ardiansyah (2005) melakukan penelitian dengan judul analisis

kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kabupaten

Purworejo. Data yag digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari dua

variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yang digunakan

adalah realisasi pajak hotel dan restoran, sedangkan variabel independen yang

digunakan adalah jumlah hotel dan restoran, tingkat inflasi, jumlah wisatawan

Nusantara.dari hasil penelitiannya jumlah wisatawan Nusantara. Hasil

penelitiannya ternyata jumlah hotel dan restoran berpengaruh positif signifikan,

tingkat inflasi berpengaruh positif tidak signifikan dan jumlah wisata nusantara

tidak signifikan terhadap realisasi pajak hotel dan restoran.

Page 66: Febri Mandra 106084003601.pdf

50

Tabel II.4 Penelitian Terdahulu

Tahun Peneliti Judul Metode Hasil

2006 Fachri Rangkuti Analisa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Penerimaan Daerah Pada Era Otonomi Daerah di Sumatera Utara tahun 1999-2004

model ekonometrika dan Ordinary Least Square/OLS

Komponen yang paling berpengaruh pada PAD yaitu pajak daerah dengan tingkat keefektifitasannya sangat efektif dari tahun 1999-2004. Berbeda dengan komponen lainnya seperti retribusi daerah, laba BUMD, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, tiap tahunnya mengalami perubahan tingkat, dari sangat efektif menjadi tidak efektif.

2009 Wali Aya Rumbia

Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kota Kendari Tahun 2003-2008

Analisis tabulasi dan persentase

Persentase perkembangan penerimaan PBB di kota Kendari berfluktuasi.

2004 Betta Sari Novalita

Peranan Pajak Daerah Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor Pada Tahun 1998-2004

analisis program olah data spss (statistical product and service solution)

Pajak daerah telah tercapai, bahkan melebihi target yang telah ditetapkan dengan efektifitas tertinggi dicapai pada tahun 2000

Page 67: Febri Mandra 106084003601.pdf

51

2004 Purbayu Budi Santoso dan Retno Puji Rahayu

Analisis Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelakasanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri Pada Tahun 1989-2002

Multiple Regression

Pengeluaran pembangunan, penduduk, dan PDRB mampu menerangkan dengan variabel dependen yaitu variabel PAD.

2009 Amri Siregar Analisis Tingkat Efektivitas Pajak Dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah (Pad) Sumatera Utara Pada Tahun 1998-2007

Microsoft Excel dan Eviews 4.1

PDRB memberikan pengaruh yang signifikan terhadap PAD, sedangkan variabel PMDN tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

2003 Mohammad Riduansyah

Kontribusi daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah kota Bogor pada tahun 1993-2004

metode Time Series Analysis

Kontribusi komponen pajak daerah dan retribusi daerah terhadap penerimaan APBD pemerintah kota Bogor sangat fluktuatif

2008 Mawar Dwi Putranty

Pengaruh Penerimaan Pajak Reklame Dan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli

Uji Asumsi Klasik Dan Uji Hipotesis

Pajak reklame dan pajak restoran tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli

Page 68: Febri Mandra 106084003601.pdf

52

Daerah (Pad) Di Jakarta Barat Pada Tahun 2003-2007

daerah karena masih ada faktor lainnya yang mempengaruhi pendapatan asli daerah di Jakarta Barat

2006 Sa’ari Pengaruh Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanggamus

Data Regresi Metode Srepwise

Adanya pengaruh yang signifikan antara sewa toko dengan penerimaan retribusi pasar. Hal ini dapat dilihat dengan analisis data regresi metode srepwise yaitu nilai P-value <5%. Sedangkan variabel kebersihan dan retribusi pasar tidak cukup bukti ada pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan retribusi pasar. Kontribusi pengaruh sewa toko sebesar 58,3% terhadap peningkatan retribusi pasar. Selain itu, ada pengaruh yang signifikan antara retribusi pasar totol terhadap realisasi penerimaan PAD

2005 Indra Widhi Ardiansyah

Analisis Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran

Data Sekunder Yang Terdiri Dari Dua Variabel

Jumlah hotel dan restoran berpengaruh positif signifikan,

Page 69: Febri Mandra 106084003601.pdf

53

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Purworejo

Dependen Dan Variabel Independen

tingkat inflasi berpengaruh positif tidak signifikan dan jumlah wisata nusantara tidak signifikan terhadap realisasi pajak hotel dan restoran

2.3. Kerangka Pemikiran

Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H ialah pajak merupakan iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang-undang ( yang dapat dipaksakan) dengan

tidak mendapatkan jasa timbal balik ( kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukan, dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Defenisi tersebut

kemudian disempurnakan, menjadi: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak

rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengluaran rutin dan “surpus”-nya

digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai

public investment.

Djajadiningrat:Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari

kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan

yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut

peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa

timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

Dr.N.J. Feldmann:Pajak ialah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan

terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkaknnya secara

umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

Page 70: Febri Mandra 106084003601.pdf

54

pengeluaran-pengeluaran umum.

Tjokroamidjojo (2000:11) mengemukakan:“Pajak daerah adalah pajak

juga, maka semua asas-asas pengertian-pengertian, norma-norma hukumnya dan

teknik pemungutannya yang berlaku bagi pajak negara, dipergunakan pula bagi

penyusunan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan pajak daerah”.Asas-

asas bagi pemungutan pajak antara lain yang terkenal dengan sebutan “The four

maximis”, sebagaimana yang ditentukan oleh Brotodihardjo (2002:27-28)

Selanjutnya Soemitro (2002:120) mengemukakan bahwa ada 3 ( tiga) asas

perpajakan yakni: Oleh karena pajak daerah adalah pajak juga, maka asas-asas

pemungutan pajak seperti asas recht filosofis yuridis, ekonomis dan finansial yang

berlaku bagi pajak negara berlaku pula terhadap pajak daerah. Demikian pula

tentang dasar-dasar pajak dan istilah-istilah yang digunakan pada pajak negara,

seperti subyek pajak, wajib pajak, utang pajak, surat ketetapan pajak, cara

menagih pajak, daluarsa dan cara-cara mengajukan keberatan yang berlaku pada

pajak negara, berlaku juga pada pajak daerah.

Dalam kaitannya dengan penetapan pajak yang harus didasarkan atas

peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan jelas digariskan dalam UUD

1945 pada Pasal 23 ayat (2) bahwa : “Segala pajak untuk keperluan negara

berdasarkan undang-undang“. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Soetrisno (2000:21) bahwa :Pajak harus ditetapkan dengan undang-undang

(peraturan lain yang sederajat dengan undang-undang) terlebih dahulu. Pungutan

tersebut berdasarkan hukum pajak, maka dari itu oleh karena berupa penarikan

sumber daya ekonomi dari perorangan (sebagai warga negara) harus ada dasar

Page 71: Febri Mandra 106084003601.pdf

55

hukumnya. Dalam hal ini maka dasar hukum yang paling pasti adalah undang-

undang. Dalam kepentingan yang mendesak karena alasan segera untuk

membiayain atau menutup pengeluaran pemerintah pengganti undang-undang”.

Dari batasan pengertian di atas dapat diketahui bahwa pajak daerah adalah

pajak-pajak yang telah dilaksanakan pungutannya oleh pemerintah daerah

berdasarkan peraturan dan hasilnya dipergunakan untuk pembiayaan rumah

tangga daerah.

Dengan demikian juga berarti bahwa ciri pajak daerah harus ditetapkan

dalam suatu aturan, dalam hal ini melalui peraturan daerah.Pengertian diatas

bahwa pajak sebagai suatu spesies dalam genus pungutan ialah memperoleh

sejumlah uang atau barang oleh penguasaan publik dari rumah tangga swasta

dengan menggunakan kekuasaan politik dan atau kekuasaan ekonomis yang

timbul karena kekuasaan politik tersebut, menurut norma-norma yang ditetapkan

olehnya. Pungutan yang dimaksud dapat dibagi kedalam bentuk pajak dan

retribusi.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pendapatan asli daerah

( PAD ) berasal dari pajak daerah yaitu :Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C,

dan Pajak Parkir. Maka pendapatan asli daerah secara matematika dapat di tulis

dalam bentuk funsi pendapatan asli daerah adalah sebagai berikut:

Y= ƒ ( x1, x2, x3, x4, x4, x5, x6, x7 ) …………………………… ( 2.1 )

dimana Y = Pendapatan Asli Daerah

X1 = Pajak Hotel

Page 72: Febri Mandra 106084003601.pdf

56

X2 =Pajak Restoran

X3 = Pajak Hiburan

X4 = Pajak Reklame

X5 = Pajak Penerangan Jalan

X6 = Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C

X7 = Pajak Parkir

Kerangka pemikiran diatas secara ringkas dapat di lihat pada gambar kerangka

pemikiran di bawah ini

Gambar 2.1.Kerangka Pemikiran

Pajak Non Pajak

Pajak Hotel

Pajak Hiburan

Pajak Reklame

Pajak Penerangan

Jalan

Pajak.P.B.Galian GoL C

Pajak Restoran

Pajak Parkir

PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD )

PENDAPATAN

Page 73: Febri Mandra 106084003601.pdf

57

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulumaka dapat

diturunkan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat Pengaruh yang signifikan antara Pajak Hotel, Pajak Restoran,

Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Secara Parsial Dari Tahun

2000-2011

2. Terdapat Pengaruh yang signifikan antara Pajak Hotel, Pajak Restoran,

Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Secara Simultan Dari Tahun

2000-2011

Page 74: Febri Mandra 106084003601.pdf

58

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode penelitian

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian Eksploratif (exploratif research) yang

bersifat Deskriptif dan penelitian Eksplanatoris (explanatory research) yang

bersifat verifikatif. Metode penelitian ini relevan digunakan untuk penelitian

sosial yang mencoba melihat, mengukur dan menguji kausalitas antar variabel.

Metode penelitian ini juga sesuai digunakan bagi penelitian-penelitian yang

diarahkan untuk menguji hipotesis. Sekaran(2000 : 30) mengatakan bahwa

Metode Eksploratif (exploratif research) yang bersifat deskriptif yaitu

mengetahui situasi dan memahami fenomena yang terjadi dalam perolehan

pengertian yang lebih baik dengan maksud mengambarkan (mendiskripsikan)

fenomena empiric yang disertai penafsiran-penafsiran dengan tujuan memperoleh

gambaran yang sedalam-dalamnya tentang: Perkembangan pendapatan asli daerah

(PAD) Pemerintah dan pajak daerah yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak

Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan

Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Kota Palembang dari tahun 2000- 2011 (12

tahun).

Metode Eksplanatoris (explanatory research) digunakan untuk menguji

hipotesis tentang adanya hubungan sebab akibat antara berbagai variabel yaitu

Pengaruh Pajak (pajak daerah yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,

Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian

Page 75: Febri Mandra 106084003601.pdf

59

Golongan C Dan Pajak Parkir terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota

Palembang dari tahun 2000- 2011, yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh

guna mendapatkan makna dan implikasi permasalahan yang ingin dipecahkan

secara sistematis, aktual, dan akurat. sifat verifikatif yaitu meneliti hubungan dan

pengaruh pajak terhadap pendapatan asli daerah kota palembang, keterkaitan

antara variable bebas (independent variable) terhadap variabel terikat

(dependentvariable) yang diteliti.

3.2.Ruang Lingkup Penelitian

Daerah atau region penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatra

Selatantepatnya di kantorDinas Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Palembang.

Objek penelitian ini berhubungan dengan pajak daerah yaitu Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir dan Pendapatan Asli

Daerah Kota Palembang. Data waktu penelitian ini mulai pada tahun 2000 sampai

tahun 2011 di Provinsi Sumatra Selatan

3.3.Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan defenisi dari masing-masing variabel

penelitian yang digunakan, berikut operasional dan cara pengukurannya.

Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain :

1. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Page 76: Febri Mandra 106084003601.pdf

60

Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah Pendapatan

Asli Daerah Kota Palembang Tahun 2000-2011.

Y = Pendapatan Asli Daerah

2. Variabel Bebas (Indepeden Variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin

diketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas antara lain perincian

pajak daerah yakni:

X1 = Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan

yang khusus disediakan bagi orang untuk memperoleh pelayanan, dan/atau

fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya

yang menyatu, dikelola, dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk

pertokoan, dan perkantoran.

X2 = Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah

tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan

dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering

X3 = Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggara hiburan. Hiburan

adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan,

dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau

dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk

penggunaan fasillitas untuk berolah raga

Page 77: Febri Mandra 106084003601.pdf

61

X4 = Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame

adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak

ragamnya dimaksudkan untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk

pemperkenalkan, mengajur atau suatu barang atau jasa ataupun menarik

perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan

atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum

kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah

X5 = Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik,

dengan kententuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan

jalan, yang rekeningya dibayar oleh Pemerintah Daerah.

X6 = Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan

pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

X7 = Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan

tempat parkir di luar badan jalan oleh pribadi atau badan baik yang

disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan

sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan

bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Page 78: Febri Mandra 106084003601.pdf

62

Tabel III.3

Operasional Variabel

Variabel Defenisi Satuan

Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Penerimaan yang diperoleh dari sektor

pajak daerah, retribusi daerah, hasil

perusahaan milik daerah, hasil

pengeloalaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan

asli daerah yang sah

Milyaran

Pajak Hotel ( PHL ) Pajak atas pelayanan hotel. Hotel

adalah bangunan yang khusus

disediakan bagi orang untuk

memperoleh pelayanan, dan/atau

fasilitas lainnya dengan dipungut

bayaran, termasuk bangunan lainnya

yang menyatu, dikelola, dan dimiliki

oleh pihak yang sama, kecuali untuk

pertokoan, dan perkantoran.

Milyaran

Pajak Restoran ( PRSTN ) Pajak atas pelayanan restoran.

Restoran adalah tempat menyantap

makanan dan/atau minuman yang

disediakan dengan dipungut

bayaran, tidak termasuk usaha jasa

boga atau catering

Milyaran

Pajak Hiburan ( PHI ) Pajak atas penyelenggara hiburan.

Hiburan adalah semua jenis

pertunjukan, permainan, permainan

ketangkasan, dan/atau keramaian

dengan nama dan bentuk apapun,

yang ditonton atau dinikmati oleh

setiap orang dengan dipungut

bayaran, tidak termasuk penggunaan

fasillitas untuk berolah raga

Milyaran

Page 79: Febri Mandra 106084003601.pdf

63

Pajak Reklame ( PR ) Pajak atas penyelenggaraan reklame.

Reklame adalah benda, alat,

perbuatan atau media yang menurut

bentuk dan corak ragamnya

dimaksudkan untuk tujuan

komersial, dipergunakan untuk

pemperkenalkan, mengajur atau

suatu barang atau jasa ataupun

menarik perhatian umum kepada

suatu barang, jasa atau orang yang

ditempatkan atau dapat dilihat,

dibaca, dan/atau didengar dari suatu

tempat oleh umum kecuali yang

dilakukan oleh Pemerintah

Milyaran

Pajak Penerangan Jalan

( PPJ )

Pajak atas penggunaan tenaga listrik,

dengan kententuan bahwa di

wilayah daerah tersebut tersedia

penerangan jalan, yang rekeningya

dibayar oleh Pemerintah Daerah.

Milyaran

Pajak Pengambilan Bahan

Galian Golongan C

( PPBG )

Pajak atas kegiatan pengambilan

bahan galian golongan C sesuai

dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Milyaran

Pajak Parkir ( PP ) Pajak yang dikenakan atas

penyelenggaraan tempat parkir di

luar badan jalan oleh pribadi atau

badan baik yang disediakan

berkaitan dengan pokok usaha

maupun yang disediakan sebagai

suatu usaha, termasuk penyediaan

tempat penitipan kendaraan

bermotor dan garasi kendaraan

bermotor yang memungut bayaran.

Milyaran

Sumber : Operasional Variabel

Page 80: Febri Mandra 106084003601.pdf

64

3.4.Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan data dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Kepustakaan (Liberary Research), yaitu pengumpulan data dengan

cara mengumpulkan buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang

diteliti.

2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian dengan menggunakan

beberapa teknik yaitu:

a. Observasi (Pengamatan), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

mengamati dan meninjau secara langsung kejadian yang terjadi dilapangan.

b. Dokumentasi, yaitu data tertulis yang dikeluarkan oleh instansi terkait, dalam

hal ini data yang dikeluarkan oleh Dinas Pemerintahan Kota Palembang.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah data

sekunder yang diperoleh dari data dokumentasi laporan tahunan dari Dinas

Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Palembang. Sedangkandata penelitian

tersebut bersifat data berkala (time series) yakni data pendapatan asli daerah

(PAD)Pemerintah dan pajak daerah yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak

Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan

Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Kota Palembang dari tahun 2000- 2011 (12

tahun).

Page 81: Febri Mandra 106084003601.pdf

65

3.6. Teknik Analisis Data

3.6.1. Analisis Perkembangan Pajak dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Metode yang digunakan untuk Analisis Perkembangan Pajak dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD)adalah Metode Eksploratif (exploratif research)

yang bersifat deskriptif. Sekaran(2000 : 30) yaitu mengetahui situasi dan

memahami fenomena Pajak dan PAD yang terjadi dalam perolehan pengertian

yang lebih baik dengan maksud mengambarkan (mendiskripsikan) fenomena

empiric yang disertai penafsiran-penafsiran dengan tujuan memperoleh gambaran

yang sedalam-dalamnya guna mendapatkan makna dan implikasi permasalahan

yang ingin dipecahkan secara sistematis, aktual, dan akurat tentang:

Perkembangan pendapatan asli daerah (PAD) Pemerintah dan pajak daerah yaitu

Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan

Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C Dan Pajak Parkir Kota

Palembang dari tahun 2000- 2011.

3.6.2. Analisis Pengaruh Pajak Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda (Multiple

Regression Linear) berasal dari persamaan ( 2.1 ) Pada kerangka pemikiran

maka dapat dirumuskan model penelitian ini sebagai berikut:

PAD = βo + β1PHL+ β2PRSTN + β3PH + β4PR + β5 PPJ+ β6 PPBG + β7PP+ ε

Keterangan :

Page 82: Febri Mandra 106084003601.pdf

66

PAD = Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang

PHL = Pajak Hotel

PRSTN = Pajak Restoran

PH = Pajak Hiburan

PR = Pajak Reklame

PPJ = Pajak Penerangan Jalan

PPBG GolC = Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C

PP = Pajak Parkir

β0 = Konstanta

β1,β2, β3, β4, β5, β6, β7 = Koefisien penjelas masing-masing input nilai parameter

ε= Error term

menurut gujarati, setiap estimator regresi berganda harus memenuhi kriteria

BLUE, yaitu:

1. Best adalah yang terbaik

2. Linier adalah kombinasi linier dari data sampel

3. Unbiased adalah nilai rata-rata atau harapan estimasi sesuai dengan nilai yang

sebenarnya.

4. Efficient estimator yaitu memiliki varians minimum diantara pemerkira lain

yang tidak bias.

Page 83: Febri Mandra 106084003601.pdf

67

Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian

yang digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui apakah model

tersebut dianggap relevan atau tidak. Pengujian yang dilakukan melalui uji

stasioneritas, uji asumsi klasik, yang meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji

heteroskedastisitas, dan multikolinieritas, serta uji statistik, yang meliputi uji

signifikansi parameter individu (uji statistik t), uji signifikansi simultan (uji

statistik F), dan uji koefisien determinasi (R2).

3.6.3. Uji Statisoneriotas

Menurut Nachrowi (2006: 339) diketahui bahwa data time series

merupakan sekumpulan data nilai suatu variabel yang diambil pada waktu

berbeda. Setiap data ditampilkan berkala pada interval waktu tertentu, misalnya

harian, triwulan, tahunan, dan sebagainya.

Dalam studi ekonometrika, data time series banyak digunakan dan

Ternyata data time series juga mempunyai berbagai permasalahan yaitu salah

satunya masalah autokorelasi. Autokorelasi ini merupakan penyebab data tidak

stasioner, sehingga bila data distasionerkan maka autokorelasi akan hilang dengan

sendirinya.

Dengan kondisi seperti diatas, maka dapat dikatakan bahwa banyak

metode dalam membuat berbagai model ekonometrika dengan data time series

yang mengharuskan peneliti menggunakan data stasioner. Jadi dapat dikatakan

mengapa stasioneritas menjadi masalah penting dalam menganalisis data time

series.

Page 84: Febri Mandra 106084003601.pdf

68

Sekumpulan data yang dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan varian

dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik maka

sebagian ahli menyatakan rata-rata dan variannya konstan.

Stasioneritas dapat dilihat dengan menggunakan sebuah uji formal yang

dikenal dengan sebutan uji akar unit roor atau uji unit root (uji ADF). Uji ini

merupakan pengujian yang dilakukan oleh David Dickey dan Wayne Fuller

dimana uji tersebut adalah uji Augmented Dickey-Fuller (ADF) test

(Nachrowi,2006: 353).

Suatu data dapat dikatakan sudah stasioner jika nilai probabilitasnya lebih kecil

dari α = 5 persen atau 0,05. Dapat dilihat dari nilai absolut statistik t dengan nilai

kritis menurut table MacKinnon diberbagai tingkat kepercayaan. Jika nilai absolut

statistiknya lebih besar kepercayaan yang dipilih, maka data sudah stasioner

(Wing Wahyu Winarno, 2007: 10.6).

3.6.4. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti

melakukan uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskefastiditas, dan uji

multikolinieritas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakakh residual variabel

dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak.Penguji normalitas ini

menggunakan normalitiy histogram (Insukindro, 2003:61).

Page 85: Febri Mandra 106084003601.pdf

69

Uji Jarque-Bera atau J-B test adalah uji menggunakan hasil estimasi residual

dan chisquare probability distribusi. Jika nilai J-B hitung < niilai X2 tabel, maka

hipotesis tersebut menyatakan residual berdistribusi normal. Atau juga dengan

nilai statistik JB didasarkan pada distribusi Chi Squares dengan tingkat derajat

(df) 2. Jika nilai probabilitas statisik JB lebih besar dari α = 5 persen maka tidak

terjadi permasalahan normalitas.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual

obervasi lainnya.Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtun

waktu.Karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi data masa

sebelumnya.Jika data yang dianalisis mengandung autokorelasi maka

menyebabkan estimator bersifat BLUE, tidak lagi BLUE. Dan dapat dilakukan

dengan cara yaitu menggunakan Uji Breuseh-Godfrey, yang biasa disebut dengan

uji LM (Langrange Multiplier). Adapaun langkah pengujiannya dengan

membandingkan Obs*R2 dengan X2 pada derajat kebebasan dan derajat keyakinan

tertentu. Jika Obs*R2 < X2 tabel maka Ho di tolak (ada autokorelasi) atau jika nilai

probability > 0,05 atau α= 5 persen, maka tidak ada autokorelasi (Winarno,

2007:5,25).

c. Uji Heteroskedasitisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor peganggu tidak memiliki

varian yang sama (Winarno,2007:5,8). Dalam penelitian in, metode yang

Page 86: Febri Mandra 106084003601.pdf

70

digunakan untuk mengetahui masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji white.

Asumsi yang digunakan ialah jika nilai X2 hitung (Obs* R-Squared) < X2 tabel

atau variabel peganggu dan persamaan regresi mempunyai varian yang sama

maka uji white test tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. Dapat diketahui

dengan melihat nilai probability, jika nilai probability Obs* R-Squared > 0,05 atau

α= 5 persen, maka tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

d. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear antara variabel

independen. Kondisi terjadinya Multikolinearitas dapat dilihat dari berbagai

informasi yaitu:

1) Nilai R2 tinggi, tapi variabel independen banyak yang tidak signifikan.

2) Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen apabila

koefisiennya rendah maka tidak terdapat multikolinearitas.

3) Dengan menggunakan regresi auxiliary. Regeresi dapat digunakan untuk

mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel, sebagai variabel

dependen dan variabel independen lain, tetap diperlakulan sebagai variabel

independen.

Pengujian multikolinearitas juga dapat dilakukan dengan metode deteksi

Klien, yaitu dengan menggunakan dan membandingkan koefisien determinasi

auxaliary dengan koefisien determinasi model regresi aslinya.Jika determinasi

auxaliary lebih besar dari koefisien determinasi model regresi aslinya, maka

Page 87: Febri Mandra 106084003601.pdf

71

terjadi permasalahan multikoliniearitas antara variabel independen yang

digunakan dalam model penelitian.

3.6.5. Uji Statistik

Penggunaan uji statistik ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

independent secara individu (Partial) dan bersama-sama (Simultaneus)

memberikan pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent. Uji

statistik ini terdiri dari 3 instrument pengujian yaitu

a. Uji t-statistik

b. Uji F-statistik

c. Koefisien Determinasi (R2).

3.6.5.1. Uji signifikansi individual (Partial) menggunakan Uji t Statistik

Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel

individu terhadap variabel independen secara individual terhadap variabel

dependen dengan variabel yang lain konstan. Dalam pengujian tersebut maka

nilai t hitung harus dibandingkan dengan nilai t tabel.

Untuk nilai t tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel distribusi untuk α

= 0,05 dan derajat n-k. Berdasarkan pengujian yang dilakukan maka diperoleh

hipotesis sebagai berikut :

H0 : βi ≠ 0 ( diasumsikan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen).

Page 88: Febri Mandra 106084003601.pdf

72

Selain menggunakan cara diatas, uji-t juga dapat dilakukan dengan

menggunakan Quick Look, yaitu melihat Probaibility dan derajat kepercayaan

yang ditentukan dalam penelitian atau bisa juga melihat nilai t-tabel dengan t-

hitungnya; jika nilai probability< 0,05 atau α=5% dan jika nilai lebih tinggi

dari t-tabel maka itu berarti H0 diterima dan H1 ditolak dan demikian pula

sebaliknya; jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka itu berarti H0 ditolak dan

H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara

individual (partial) mempengaruhi variabel depedennya dan sebaliknya

(Kuncoro, 2003:219).

3.6.5.2. Uji Signifikansi Simultan menggunakan Uji F-Statistik

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan atau

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan

(bersama-sama). Dalam pengujian tresebut maka dapat diambil hipotesa

sebagai berikut :

Jika F-Hitung < F Tabel, maka H0 ditolak yang mengandung

pengertian bahwa variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen secara simultan (bersama-sama).

jikaF-Hitung > F Tabel, maka H0 diterima yang mengandung

pengertian bahwa variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen secara simultan (bersama-sama).

Page 89: Febri Mandra 106084003601.pdf

73

3.6.5.3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah kemampuan model dalam menjelaskan

hubungan antar variabel (Winarno 2007:4’5). Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu, semakin angka mendekati satu maka semakin baik

garis regresi karena mampu menjelaskan data aktualnya. Sebaliknya jika

angka semakin mendekati nol maka kita mempunyai garis regresi yang kurang

baik. Koefisien determinasi merupakan konsep statistik, dengan kata lain

sebuah garis regresi dianggap baik jika nilai R2 tinggi.

Page 90: Febri Mandra 106084003601.pdf

74

BAB IV

HASIL PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan Pendapatan Kota Palembang

Gambaran perekonomian Kota Palembang tahun 2005 selain dipengaruhi

oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Terjadinya

bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di penghujung tahun 2004

yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara

memberikan dampak yang cukup berarti bagi perekonomianKota Palembang.

Demikian pula dengan kebijakan kenaikan BBM pada bulan Maret dan Oktober

2005 memberikan andil dalam situasi perekonomianKota Palembang. Beberapa

indikator menunjukkan indikasi yang kurang mengembirakan, seperti inflasi dan

nilai tukar rupiah. Namun laju perekonomian Kota Palembang tetap menunjukkan

pertumbuhan yang positif.

Struktur perekonomian Kota Palembang sejak tahun 2004 telah bergeser

dari dominasi sektor pertanian ke sektor industri pengolahan. Hal ini ditandai

dengan peranan sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku yang

cenderung mengecil, sebaliknya peranan sektor industri semakin besar. Akan

tetapi pada saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 2005 ternyata peranan sektor

pertanian kembali meningkat dimana tahun 2007 peranan sektor pertanian 24,71%

dan hingga tahun 2009 cenderung meningkat menjadi 30,23%, kemudian tahun

2010 sedikit melambat menjadi 27,71%. ( Laporan Kota Palembang 2011).

Page 91: Febri Mandra 106084003601.pdf

75

Meningkatnya permintaan akan produk barang jadi atau setengah jadi baik

regional maupun nasional dan internasional, telah mendorong peranan

sektorindustri dan pengelolaan menjadi peringkat utama dalam pembentukan

PDRB sejak tahun 2004. Namun sejak adanya krisis ekonomi pada tahun 2005

peranan sektor industri kembali menempati peringkat kedua setelah sektor

pertanian, dimana pada tahun 2007 menurun menjadi 24,71% dan hingga tahun

2008 menjadi 25,85%. Tetapi pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar

27,50%.

Selanjutnya sektor-sektor lain yang cukup tinggi peranannya dalam

pembentukan PDRB pada tahun 2004 secara berturut-turut turut adalah sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,91%. Selanjutnya, sektor jasa-jasa

memberikan kontribusi sebesar 7,88%, sektor pengangkutan dan komunikasi

sebesar 5,95%, sektor bangunan sebesar 4,61%, sektor keuangan dan jasa-jasa

perusahaan sebesar 4,53%, sektor pertambangan sebesar 1,49% dan kontribusi

terkecil diberikan oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,42%.

Wilayah Kota Palembang memiliki potensi ekonomi yang cukup baik dan

potensial untuk dikembangkan menjadi areal pariwisata bahari untuk menunjang

pertumbuhan industri. Laut, dan sungai merupakan potensi perikanan dan

perhubungan. Sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energik

untuk pengembangan industri, perdagangan dan lain-lain.

Dalam wilayah Kota Palembang terkandung bahan energi seperti pupuk,

minyak dan gas bumi. Kegiatan perekonomian di kota palembang adalah pada

sektor perdagangan, pariwisata dan perindustrian yang menghasilkan bahan

Page 92: Febri Mandra 106084003601.pdf

76

pangan dan budidaya ekspor ikan , tanaman pangan, peternakan, perikanan dan

kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di kota palembang adalah

industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi

barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

4.1.1. Perkembangan Pajak Daerah Dan Hasil Pendapatan Asli DaerahKota

Palembang

Pendapatan asli daerah Kota Palembang secara jumlah dari tahun-

ketahunnya mengalami peningkatan namun laju pertumbuhannnya berfluktuasi

dari tahun 2000 sampai tahun 2011 pada tabel dan gambar 4.1 di bawah ini

terlihat bahwa dari segi jumlah sumbangan penerimaan terhadap pendapatan asli

daerah kota palembang di mana pajak penerangan jalan terbesar yaitu 18,5 persen

menyumbang terhadap pendapatan asli daerah kota palembang di ikuti oleh pajak

restoran sebesar 6,5 persen, pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak

parkir korelasi danPajak pengolahan bahan galian pada tahun 2011. Sedangkan

pada tahun sebelumnya tahun 2010 penyumbang terbesar terhadap pendapapatan

asli daerah kota palembang tetap pajak penerangan jalan 22,74 persen terbesar

menyumbang terhadap pendapatan asli daerah kota palembang di ikuti oleh pajak

restoran sebesar 7,53 persen, pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak

parkir korelasi danPajak pengolahan bahan galian sebesar 0,24 persen pada tahun

2010. Hal ini sangat tergantung dari target penerimaan pajak oleh pemerintahan

untuk tahun berikutnya yang didukung oleh SDM dan teknologi yang efektif dan

efisien.

Page 93: Febri Mandra 106084003601.pdf

77

4.2.Hasil Analisis Penelitian dan Pembahasan

Analisa regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk

menganalisis hubungan – hubungan anta variabel. Hubungan tersebut dapat

diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat (Y)

dengan variabel bebas (X). Penerimaan Daerah pada penelitian ini dilihat dari

indikator Pendapatan Asli Daerah (PAD).Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

pengaruhi atau berasal dari oleh: PHL= Pajak Hotel, PHI=Pajak Hiburan

PR= Pajak Restoran, PPJ= Pajak Penerangan Jalan, PPBG=Pajak pengolahan

bahan galian, PRSTRN=Pajak restoran, PP=Pajak parkir

4.2.1. Hasil Estimasi

Dari hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan OLS

(Ordinary Least Square), Pada tabel 4.1, maka akan diperoleh hasil

PAD = βo + β1PHL+ β2PRSTN + β3PH + β4PR + β5 PPJ+ β6 PPBG + β7PP+ ε

PAD = 0,13261 + 1,5566 PHL + 0,5822 PRSTN +1,9848PH + 0.9312 PR +

1,5415PPJ + 1,3050 PPBG + 1,3351 PP

Page 94: Febri Mandra 106084003601.pdf

78

Tabel. 4.1. REGRESSION: Indenvenden PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP and Devenden PAD

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize

d Coefficients

t Sig.

95% Confidence Interval for B Correlations

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

Zero-order Partial Part

Tolerance VIF

1 (Constant) 0.13261 0.25691 .516 .633 -58068.308 84591.412

PHL 1.5566 8.056 .830 1.932 .012 -6.802 37.934 .980 .695 .050 .004 278.488

PHI 0.5822 57.150 -.829 -.802 .046 -204.495 112.851 .962 -.372 -.021 .001 1613.936

PR 1.9848 15.075 -.623 -1.98 .011 -71.704 12.008 .946 -.704 -.051 .007 149.332

PPJ 0.9312 5.747 -.950 -.858 .043 -20.888 11.026 .975 -.394 -.022 .001 1849.790

PPBG 1.5415 38.155 .269 2.501 .006 -10.519 201.350 .764 .781 .064 .057 17.503

PRSTRN 1.3050 37.520 1.545 .614 .047 -81.122 127.221 .981 .294 .016 .000 9550.445

PP 1.3351 51.022 .780 1.438 .022 -68.308 215.010 .994 .584 .037 .002 444.119

a. Dependent Variable: PAD Sumber : Lampiran 2 Hasil analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan menggunakan OLS

menghasilkan tingkat efektifitas yang berbeda pada masing-masing sektor yaitu :

1,5566 PHL , 0,5822 PRSTN, 1,9848PH, 0.9312 PR, 1,5415 PPJ, 1,3050 PPBG,

dan 1,3351 PP. Nilai konstanta dari PAD adalah Positif 0,13261.

Hasil uji signifikansi f pada tabel 4.2. dibawah ini menunjukkan bahwa

variabel PHI=Pajak Hiburan PR = Pajak Reklame, PPJ= Pajak Penerangan Jalan,

PPBG=Pajak pengolahan bahan galian, PRSTRN=Pajak restoran, PP=Pajak parkir

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap PAD Palembang

pada alpa (α) 5% sebagaimana ditunjukkan oleh nilai F-statistik sebesar 215.209

atau prob F sebesar 0,00000 yang lebih kecil dari α 0,05. Dengan kata lain,

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

Page 95: Febri Mandra 106084003601.pdf

79

Tabel. 4.2. REGRESSION: Indenvenden PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP and Devenden PAD

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.096E11 7 1.565E10 215.209 .000a

Residual 2.909E8 4 7.274E7

Total 1.099E11 11

a. Predictors: (Constant), PP, PPBG, PHI, PR, PHL, PPJ, PRSTRN

b. Dependent Variable: PAD Sumber : lampiran 2

Pengujian secara parsial pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa hanya

variable PHI=Pajak Hiburan PR = Pajak Restoran, PPJ= Pajak Penerangan

Jalan, PPBG=Pajak pengolahan bahan galian, PRSTRN=Pajak restoran,

PP=Pajak parkir berpengaruh siginifikan terhadap PAD Palembang ditunjukan

oleh nilai t – statistik atau prob t sebesar 0,012, 0,046, 0,011, 0,043, 0,006,

0,047, 0,022, hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitanya yang lebih kecil

dari α = 5%.

Sementara itu hasil uji R2pada tabel 4.3 di bawah ini memperlihatkan

dimana nilai sebesar R Square Change0,797. Angka tersebut mengindikasikan

bahwa variasi perubahan variabel dependen mampu dijelaskan sekitar 79,7 persen

oleh variasi perubahan variabel independen. Dengan kata lain, masih terdapat

sekitar 0,21 persen variasi perubahan variabel dependen yang diakibatkan oleh

faktor-faktor lain diluar persamaan diatas.

Page 96: Febri Mandra 106084003601.pdf

80

Tabel. 4.3. REGRESSION:Indenvenden PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP and Devenden PAD

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .799a .797 .793 8528.59895 .797 215.209 7 4 .000 2.672

a. Predictors: (Constant), PP, PPBG, PHI, PR, PHL, PPJ,

PRSTRN b. Dependent Variable: PAD

Sumber : Lampiran 2.1

4.2.2 Uji Model Penelitian

4.2.2.1 Uji Kecocokan Model (Goodnes of Fit)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pendekatan dengan regresi

linier berganda memberikan nilai R2 sebesar 0.797. Hal ini berarti menunjukkan

bahwa 79,7 % variasi yang terjadi padaPHI=Pajak Hiburan PR = Pajak Restoran,

PPJ= Pajak Penerangan Jalan, PPBG=Pajak pengolahan bahan galian,

PRSTRN=Pajak restoran, PP=Pajak parkirkorelasi terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) selama periode penelitian dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

independen. Hal tersebut menunjukan kesesuaian model.

4.2.2.2. Uji Multikolinier

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala

multikolinieritas di dalam tabel, yaitu terdapatnya hubungan yang sempurna atau

mendekati sempurna antara beberapa variabel bebas (variable independent).

Menurut Gujarati (2003:354), bahwa terdapat gejala multikolinieritas dalam suatu

Page 97: Febri Mandra 106084003601.pdf

81

model penelitian, apabila dalam suatu model tersebut terdapat korelasi parsial

yang tinggi (r2 = 0.8) diantara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas

atau dapat dikatakan sebuah model persamaan terdapat gangguan multikolinieritas

apabila salah satunya menunjukkan nilai R2yang tinggi, akan tetapi hanya sedikit

atau bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan pada pengujian t statistik.

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas pada model

penelitian ini, peneliti menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas atau

korelasi antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lainnya. Adapun hasil

korelasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 yang memperlihatkan hasil

hubungan atau korelasi masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam

mengestimasi dengan model regresi linier berganda dengan metoda OLS.

Berdasarkan lampiran 2 tersebut, menunjukkan bahwa semua korelasi

antar variabel bebas tidak memiliki adanya korelasi masing-masing variabel yang

melebihi 0,8 atau semua variabel yang akan digunakan dalam mengestimasi tidak

memiliki hubungan yang kuat atau hampir sempurna. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa dalam model OLS menunjukkan tidak adanya gejala

multikolinieritas. Dengan demikian estimasi model OLS akan megnhasilkan hasil

estimasi yang tepat.

4.2.2.3. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi

dalam model, yaitu adanya unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi

yang dipengaruhi oleh unsur gangguan pada pengamatan lain atau unsur gangguan

Page 98: Febri Mandra 106084003601.pdf

82

pada suatu periode dalam penelitian dipengaruhi oleh gangguan pada periode

sebelumnya.

Untuk mengetahui ada tidak gejala autokorelasi dalam model

autoregressive Durbin mengembangkan apa yang dinamakan h statistic dengan

rumus sebagai berikut : (Gujarati, 2003 : 362)

)][var(1 4

nnh

dengan

)1(2 d , sehingga d211 maka

)][var(1)

211(

4nndh

Hasil uji autikorelasi untuk model tersebut sebagaimana dalam lampiran 2

memiliki nilai h statistic lebih kecil dari pada nilai Z table untuk tingkat

signifikansi sebesar 5%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam model

yang digunakan tidak ditemukan adanya indikasi gejala autokorelasi. Dengan

demikian bahwa dalam model autoregressive yang digunakan menunjukkan tidak

adanya gangguan pada periode tersebut yang dipengaruhi oleh gangguan pada

periode sebelumnya atau Selanjutnya Uji Durbin-Watson (DW) digunakan untuk

megetahui ada tidaknya autokorelasi atau serial korelasi. Hasil uji DW

menunjukkan nilai sebesar 2,672 yang mana nilai tersebut berada diwilayah h0

tidak ditolak atau terdapat pada daerah (du - < d < 4-du). hasil ini mengindikasikan

bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi atau serial korelasi dalam residual. Hasil

lengkap uji autokorelasi dapat dilihat pada lampiran 2 .

Page 99: Febri Mandra 106084003601.pdf

83

4.2.2.4. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala

heteroskedastisitas dalam model, yaitu apabila kesalahan (disturbance terms) atau

residual dari model penelitian yang diamati tidak memiliki varians yang konstan

(tetap) pada berbagai observasi.

Dengan menggunakan ujiParkdan Whitet, suatu model dapat dikatakan

mengandung gejala heteroskedastisitas, jika hasil dari regresi untuk semua

koefisien variabel bebas terhadap harga mutlak dari disturbance terms memiliki

nilai yang signifikan secara statistik. Sebaliknya bila semua dari koefisien tersebut

memiliki nilai yang tidak signifikan, maka model tersebut dikatakan terbebas dari

gejala heteroskedastisitas atau model regresi tersebut memenuhi asumsi

homoskedastisitas.

Berdasarkan Lampiran 2 menunjukkan bahwa koefisien regresi masing-

masing variabel bebas terhadap harga mutlak faktor residualnya memiliki nilai t

hitung yang signifikan secara statistik atau (thitung< ttable) pada tingkat signifikansi

5%. Hal tersebut memperlihatkan bahwa model regresi linier berganda di atas

tidak menunjukkan tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Dengan kata lain

model yang digunakan tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.

4.2.2. Analisiss Ekonomi

Hasil analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) menghasilkan tingkat

efektifitas yang berbeda pada masing-masing sektor yaitu : 1,5566 PHL, 0,5822

Page 100: Febri Mandra 106084003601.pdf

84

PRSTN, 1,9848PHI, 0.9312 PR, 1,5415 PPJ, 1,3050 PPBG, dan 1,3351 PP. Nilai

konstanta dari PAD adalah Positif 0,13261.Dari hasil tersebut secara berurut

tingkat keefektifannya adalah pajak hiburan, pajak hotel, pajak penerangan jalan,

pajak parkir korelasi, Pajak pengolahan bahan galian,lebih efektif dari Pajak

reklame.Kalau di naikan 1 persen pendapatan asli daerah kota palembang akan

berdampak kenaikan 1,5566 persen kenaikan pajak penghasilan dan begitu

seterusnya.

Hasil uji signifikansi f menunjukkan bahwa variabel Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak pengolahan bahan galian, Pajak restoran,

Pajak parkir secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

pendapatan asli kota Palembang. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa

variabbel bebasPajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan,

Pajak pengolahan bahan galian, Pajak restoran, Pajak parkir secara satu-persatu

berpengaruh siginifikan terhadap variabel terikat pendapatan asli kota

Palembang. Sementara itu korelasi variabel bebas Pajak Hiburan, Pajak Restoran,

Pajak Penerangan Jalan, Pajak pengolahan bahan galian, Pajak restoran, Pajak

parkir berkorelasi atau mempunyai hubungan secara bersama-sama terhadap

variabel terikat pendapatan asli kota Palembang yanng kuat yaitu sebesar 0,797.

Angka tersebut mengindikasikan bahwa variasi perubahan variabel dependen

mampu dijelaskan sekitar 79,7 persen oleh variasi perubahan variabel independen.

Dengan kata lain, masih terdapat sekitar 0,21 persen variasi perubahan variabel

dependen yang diakibatkan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan diatas.

Page 101: Febri Mandra 106084003601.pdf

85

Hal tersebut diatas didukung oleh teori yang telah di ungkapkan pada

kerangka pikir pada bab II yaitu( Rochmat Soemitro, 2002; 85:86)bahwa pajak

daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah yang besar dan merupakan

pengerak pembagunan daerahdan juga digunakan untuk public saving yang

merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Djajadiningrat:Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari

kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan

yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut

peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa

timbal balik dari negara secara langsung, untuk meningkatkan pendapatan dan

untuk kesejahteraan umum.N.J. Feldmann:Pajak ialah prestasi yang dipaksakan

tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum pemerintah.Pendapatan asli daerah (PAD) berasal

dari pajak daerah yaitu : Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak

Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir dan

pendapatan lainnya yang sangat berpengaruh terhadap kondisi pendapatan asli

daerah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu Fachri

Rangkuti (2006)menyatakan bahwa Komponen yang paling berpengaruh terhadap

pendapatan asli daerah (PAD) SUMUT yaitu pajak daerah dengan tingkat

keefektifannya sangat efektif dari tahun 1999-2004. Berbeda dengan komponen

lainnya seperti laba BUMD, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, tiap

tahunnya mengalami perubahan tingkat efektifnya, dari sangat efektif menjadi

Page 102: Febri Mandra 106084003601.pdf

86

tidak efektif. Selanjutnya Wali Aya Rumbia (2009) melakukan penelitian tinjauan

tentang penerimaan pajak bumi dan bangunan di kota Kendari tahun 2003-2008

penerimaan pajak bumi dan bangunan di kota Kendari mempunyai hubungan yang

positif terhadap pendap pendapatan asli daerahnya dan mengalami kenaikan

meskipun pada tahun 2006 sempat mengalami penurunan sebesar 9,20%. Juga

hasil penelitian Betta Sari Novalita (2004) melakukan penelitian peranan pajak

daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten bogor pada tahun

1998-2004, hasil perhitungan efektifitas pajak daerah tahun 1998/1999 adalah

sebesar 101,15%, tahun 1999/2000 101,43%, tahun 2000 115,68%, dan tahun

2001 sebesar 105,94%, setiap tahun memiliki tingkat efektifitas target terhadap

pajak daerah sangat efektif dengan efektifitas rata-rata setiap tahun adalah

106,05%. Seterusnya hasil penelitian PurbayuBudi Santoso dan Retno Puji

Rahayu (2004) di kabupaten Kediri pada tahun 1989-2002 Hasil regresinya

menunjukan bahwa ternyata variabel pengeluaran pembangunan mempunyai

koefisien regresi sebesar 0,398%. setiap terjadi kenaikan pengeluaran

pembangunan 1 persen maka akan meningkatkan PAD 0,398% (faktor lain

dianggap konstan). secara bersama-sama variabel pengeluaran pembangunan,

penduduk, dan PDRB mampu menerangkan dengan variabel dependen secara

positif yaitu variabel PAD. Hasil penelitian yang sama di lakukan oleh

Mohammad Riduansyah (2003). Kontribusi daerah dan retribusi daerah terhadap

pendapatan asli daerah (PAD) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah

(APBD) guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah kota Bogor pada tahun

1993-2004. Mawar Dwi Putranty (2008) tentang Pengaruh Penerimaan Pajak

Page 103: Febri Mandra 106084003601.pdf

87

Reklame Dan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Jakarta

Barat Pada Tahun 2003-2007. Indra Widhi Ardiansyah (2005) analisis kontribusi

pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Purworejo.

Dari segi jumlah sumbangan penerimaan terhadap pendapatan asli daerah

kota palembang di mana pajak penerangan jalan 18,5 persen terbesar

menyumbang terhadap pendapatan asli daerah kota palembang di ikuti oleh pajak

restoran sebesar 6,5 persen, pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak

parkir korelasi danPajak pengolahan bahan galian pada tahun 2011. Sedangkan

pada tahun sebelumnya tahun 2010 penyumbang terbesar terhadap pendapapatan

asli daerah kota palembang tetap pajak penerangan jalan 22,74 persen terbesar

menyumbang terhadap pendapatan asli daerah kota palembang di ikuti oleh pajak

restoran sebesar 7,53 persen, pajak hotel, pajak hiburan, pajak reklame, pajak

parkir korelasi danPajak pengolahan bahan galian sebesar 0,24 persen pada tahun

2010. Hal ini sangat tergantung dari target penerimaan pajak oleh pemerintahan

untuk tahun berikutnya yang didukung oleh SDM dan teknologi yang efektif dan

efisien.

Page 104: Febri Mandra 106084003601.pdf

88

BAB. V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan mengetahui

pengaruh Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak

Penerangan Jalan, Pajak Pengolahan Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir

Terhadap Pendapatan Asli daerah Kota Palembang secara Simultan dari tahun

2002-20011 dan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Pengolahan Bahan Galian Golongan C, dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan

Asli daerah Kota Palembang secara Parsial dari tahun 2002-20011. Maka

kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah:

1. Analisis regresi linier berganda PAD = 0,13261+ 1,5566 PHL + 0,5822

PRSTN +1,9848PH + 0.9312 PR +1,5415 PPJ + 1,3050 PPBG + 1,3351 PP.

Hasil uji signifikansi f pada tabel 4.2. dibawah ini menunjukkan bahwa

variabel PHI=Pajak Hiburan PR = Pajak Reklame, PPJ= Pajak

Penerangan Jalan, PPBG=Pajak pengolahan bahan galian, PRSTRN=Pajak

restoran, PP=Pajak parkir secara bersama-sama berpengaruh secara

signifikan terhadap PAD Kota Palembang pada alpa (α) 5% sebagaimana

ditunjukkan oleh nilai F-statistik sebesar 215.209 atau prob F sebesar

Page 105: Febri Mandra 106084003601.pdf

89

0,00000 yang lebih kecil dari α 0,05. Dengan kata lain, variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

2. Pengujian secara parsial pada t diatas menunjukkan bahwa hanya variable

PHI=Pajak Hiburan PR = Pajak Restoran, PPJ= Pajak Penerangan Jalan,

PPBG=Pajak pengolahan bahan galian, PRSTRN=Pajak restoran,

PP=Pajak parkir berpengaruh siginifikan terhadap PAD Palembang

ditunjukan oleh nilai t – statistik atau prob t sebesar 0,012, 0,046,

0,011, 0,043, 0,006, 0,047, 0,022, hal ini ditunjukkan dengan nilai

probabilitanya yang lebih kecil dari α = 5%.

3. Sementara itu hasil uji R2pada tabel 4.3 di bawah ini memperlihatkan

dimana nilai sebesar R Square Change0,797. Angka tersebut

mengindikasikan bahwa variasi perubahan variabel dependen mampu

dijelaskan sekitar 79,7 persen oleh variasi perubahan variabel independen.

Dengan kata lain, masih terdapat sekitar 0,21 persen variasi perubahan

variabel dependen yang diakibatkan oleh faktor-faktor lain diluar

persamaan diatas.

5.2 . Saran

5.2.1. Saran Bagi Pengembangan Ilmu (Akademik)

1. Penelitian ini mengunakan data kuantitatif guna menganalisis pengaruh

pajak terhadap pendapatan asli daerah kota palembang, namun perlu

Page 106: Febri Mandra 106084003601.pdf

90

dipertimbangkan untuk mengintroduksi beberapa variable kualitatif

kedalam model khususnya yang berkaitan dengan penerimaan pendapatan

daerah terutama pemerintahan daerah kota palembang seperti sosial

budaya, kualitas layannan public, transpotasi, inprastruktur, perisinan,

korupsi, kebijakan / regulasi, politik dan keamanan, dan lainnya. Variabel

tersebut diduga berperan dalam operasional kebijakan yang akan

berdampak pada penerimaan daerah.

2. Unit analisis dalam penelitian ini adalah daerah kota palembang tanpa

melakukan kalsifikasi terhadap hal-hal spesifik tingkat regional

kabupaten/kota. Untuk penyempurnaan penelitian ini dapat dilakukan

dengan mengklasifikasikan regional kabupaten/kota berdasarkan dominasi

sektor penerimaan pajak daerah sehingga lebih banyak informasi akurat

yang dapat dieksplorasi berkaitan dengan perencanaan penerimaan pajak

daerah di tingkat regional.

3. Karena semua variabel pajak (Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak

Penerangan Jalan, Pajak pengolahan bahan galian, Pajak restoran, Pajak

parkir) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap PAD

Kota Palembang maka disarankan memberikan penyuluhan terhadap wajib

pajak agar pembayaran pajak tahun-tahun berikutnya lancar dan kecil

sekali yang menunggak.

Page 107: Febri Mandra 106084003601.pdf

91

5.2.2 Saran Bagi Operasional Kebijakan.

1. Guna meningkatkan dan mengembangkan penerimaan pajak sektor pajak

terutama sektor yang bukan pajak disamping sektor pajak, pemerintah

terutama pemerintahan daerah perlu melakukan pembinaan lebih lanjut dan

intensif agar sektor- sektor tersebut dapat tumbuh dan berkembang lebih baik

di kota palembang.

2. Karenakorelasi atau hubungan antara perimaan pajak (Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak pengolahan bahan galian, Pajak

restoran, Pajak parkir)mempunyai hubungan yang positif terhadap penerimaan

pendapatan asli Kota Palembang, maka di sarankan pemerintah dapat

memanfaatkan hasil penerimaan pajak dapat di pergunakan untuk masyarakat

umum melalui investasi yang riil dan transparan, sehingga masyarakat dapat

merasakan lansung hasil pembayaran pajak yang telah di bayarkan pada

pemerintah

Page 108: Febri Mandra 106084003601.pdf

92

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis, Edisi 1, Cetakan Keempat,

BPFE, Yogyakarta, 1999.

Gujarati, D, Ekonometrika Dasar Terjemahan, Erlangga, Jakarta, 1995.

Jhingan, M.L., Ekonomi Pembangunan dan perencanaan, PT. Raja Grafindo

Persada, 2000.

Badan Pusat Statistik, 2011, Data Penerimaan Pajak Daerah dan Hasil Pajak

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Palembang 2000-2011, Palembang.

Badan pusat statistik, 2000, Data Jenis Pajak Menurut UU Nomor 34 Tahun

2000.Palembang.

Badan pusat statistik, 2000, Data Objek Pajak atau Jenis Retribusi Daerah

Menurut UU Nomor 34 Tahun 2000.Palembang

NangaMuana, Makro Ekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi kedua,

Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Nachrowi, D Nachrowi, Pendekatan Populer dan Praktis Bkonometrika untuk

Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga Penerbit FEUI,Jakarta, 2006.

Prathama dan Mandala, Teori Ekonomi Makro, Penerbit Erlangga , 2001.

Rahardja Pratama,Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar , Lembaga Penerbit

FEUI, Jakarta, 2001.

Samuelson, Paul. W, Dan Wiliam Nordhans, Makro Ekonomi, Penerbit Erlangga,

Jakarta, 1997.

Saragih Juli, Desentaralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam Otonomi,

Page 109: Febri Mandra 106084003601.pdf

93

Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.

Soekarwo, Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah, Airlangga University

Press, Surabaya

Sukirno Sadono, Pengantar Teori Ekonomi Makro, Edisi Kedua, Penerbit PT.

Grafindo Persada, Jakarta, 1985.

Suparmoko M, Ekonomi Publik untuk keuangan dan Pembangunan Daerah,

Penerbit Andi Yogyakarta, 2002.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25, Tahun 1995,Tentang

Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah, dalam

Sepuluh Undang-Undang 199. C.V. Eko Jaya, Jakarta, 1999.

Siti Resmi, Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta 2008.

Hamid, Abdul. 2010. Buku Panduan Penulis Skripsi, UIN. Jakarta

Lukman.2007. Modum 1 PraktikumStatistik Lab. Alat Analisis Kuantitatif.

Semester Ganjil Tahun Akademik 200/2009. Jakarta. UIN.

Achmad Luthfi, 2008. “Penyempurnaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia: Jakarta.

Mawar Dwi Purtantry, 2008. “Pengaruh Penerimaan Pajak Reklame dan Pajak

Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)” tahun 2003-2007.

Jakarta.

Muhammad Riduansyah, 2003. “Kontribusi Daerah dan Retribusi Daerah

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah (APBD)” Tahun 1993-2004, Bogor.

Page 110: Febri Mandra 106084003601.pdf

94

Indra Widhi Ardiansyah, 2005. “Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten purworejo”,

Purworejo.

Wali Aya Rumbia, 2009. “Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Kendiri

tahun 2003-2008, Kendiri.

Betta Sari Novalita, 2004.“Peranan Pajak Daerah Dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Bogor Tahun 1998-2004”,

Bogor.

Page 111: Febri Mandra 106084003601.pdf

95

LAMPIRAN I

TABEL LAMPIRAN 1.1 Pajak Daerah Dan Hasil Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang

5.

Tahun PAD PHL PHI PR PPJ PPBG-GOL C PRSTRN PP

2000 38325.2 2032.8 909.7 898.7 11346.7 92.8 4028.7 312,9 2001 49035.7 2131.4 923.8 936.6 12527.3 99,3 4178.5 338,6

2002 54036.4 2291.6 983.9 962.5 13545.1 200.9 4276.7 342.2

2003 67151.8 2762.4 1031.2 1227.5 15292.9 230.7 5012.5 477.0

2004 66812.3 3200.1 1410.1 2158.5 18082.7 373.0 6148.8 530.0

2005 86100.1 4126.2 1553.3 3003.1 20561.8 550.6 7292.3 775.3

2006 97202.9 4535.8 1793.5 3628.4 24844.9 507.8 8693.9 1053.0

2007 142128.3 4954.3 2625.0 4121.0 26896.7 732.7 10762.8 1394.3

2008 171210.5 6826.1 3747.9 4138.4 37972.2 923.6 14044.1 1714.9

2009 170540.6 10353.7 4366.2 4225.3 47226.3 540.1 16095.4 1889.5

2010 255193.7 14094.7 5113.1 4603.5 58036.7 600.4 19226.0 2373.9

2011 372978.0 18596.7 5967.2 7937.8 69004.4 859.0 24303.4 3816.0

3 4 5 1 7 2 6

Sumber : BPS Sumatra Selatan dalam angka tahun 2011

Page 112: Febri Mandra 106084003601.pdf

96

LAMPIRAN II

TABEL 2.1 HASIL REGRESSION PENGARUH PAJAK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALEMBANG

REGRESSION /DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT PAD /METHOD=ENTER PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP /SCATTERPLOT=(*ZPRED ,*SDRESID) /RESIDUALS DURBIN /CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PAD 130892.9583 99939.31420 12

PHL 6325.4833 5326.55316 12

PHI 2535.4083 1807.63438 12

PR 3153.4417 2084.43947 12

PPJ 29611.4750 19243.65370 12

PPBG 475.8833 281.96105 12

PRSTRN 10338.5917 6697.81503 12

PP 1251.3417 1062.12340 12

Correlations

PAD PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP

Pearson

Correlation

PAD .760 .680 .762 .746 .775 .764 .781 .794

PHL .780 .790 .666 .707 .788 .672 .778 .776

PHI .762 .766 .700 .713 .792 .778 .794 .768

PR .746 .707 .713 .780 .721 .774 .745 .765

PPJ .775 .788 .792 .721 .780 .746 .796 .777

PPBG .764 .672 .778 .774 .746 .780 .792 .784

PRSTRN .781 .778 .794 .745 .796 .792 .670 .787

PP .794 .776 .768 .765 .777 .784 .787 .680

Sig. (1-tailed) PAD . .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000

Page 113: Febri Mandra 106084003601.pdf

97

PHL .000 . .000 .000 .000 .008 .000 .000

PHI .000 .000 . .000 .000 .001 .000 .000

PR .000 .000 .000 . .000 .000 .000 .000

PPJ .000 .000 .000 .000 . .003 .000 .000

PPBG .002 .008 .001 .000 .003 . .001 .001

PRSTRN .000 .000 .000 .000 .000 .001 . .000

PP .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .

N PAD 12 12 12 12 12 12 12 12

PHL 12 12 12 12 12 12 12 12

PHI 12 12 12 12 12 12 12 12

PR 12 12 12 12 12 12 12 12

PPJ 12 12 12 12 12 12 12 12

PPBG 12 12 12 12 12 12 12 12

PRSTRN 12 12 12 12 12 12 12 12

PP 12 12 12 12 12 12 12 12

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered Variables Removed Method

1 PP, PPBG, PHI, PR, PHL,

PPJ, PRSTRNa . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: PAD

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .799a .797 .793 8528.59895 .797 215.209 7 4 .000 2.672

a. Predictors: (Constant), PP, PPBG, PHI, PR, PHL, PPJ,

PRSTRN

b. Dependent Variable: PAD

Page 114: Febri Mandra 106084003601.pdf

98

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.096E11 7 1.565E10 215.209 .000a

Residual 2.909E8 4 7.274E7

Total 1.099E11 11

a. Predictors: (Constant), PP, PPBG, PHI, PR, PHL, PPJ, PRSTRN

b. Dependent Variable: PAD

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize

d Coefficients

t Sig.

95% Confidence Interval for B Correlations

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

Zero-order Partial Part

Tolerance VIF

1 (Constant) 0.13261 0.25691 .516 .633 -58068.308 84591.412

PHL 1.5566 8.056 .830 1.932 .012 -6.802 37.934 .980 .695 .050 .004 278.488

PHI 0.5822 57.150 -.829 -.802 .046 -204.495 112.851 .962 -.372 -.021 .001 1613.936

PR 1.9848 15.075 -.623 -1.98 .011 -71.704 12.008 .946 -.704 -.051 .007 149.332

PPJ 0.9312 5.747 -.950 -.858 .043 -20.888 11.026 .975 -.394 -.022 .001 1849.790

PPBG 1.5415 38.155 .269 2.501 .006 -10.519 201.350 .764 .781 .064 .057 17.503

PRSTRN 1.3050 37.520 1.545 .614 .047 -81.122 127.221 .981 .294 .016 .000 9550.445

PP 1.3351 51.022 .780 1.438 .022 -68.308 215.010 .994 .584 .037 .002 444.119

a. Dependent Variable: PAD

Coefficient Correlationsa

Model PP PPBG PHI PR PHL PPJ PRSTRN

1 Corre

lation

s

PP .670 .622 .672 .443 -.541 .765 -.733

PPBG .622 .730 .522 -.501 .489 .073 -.500

PHI .672 .522 .650 .762 -.606 .639 -.637

PR .443 -.201 .762 .630 -.788 .579 -.797

PHL -.541 .489 -.506 -.588 .701 -.606 .510

PPJ .765 .573 .639 .579 -.606 .770 -.653

Page 115: Febri Mandra 106084003601.pdf

99

PRSTR

N -.733 -.500 -.737 -.797 .510 -.853 .450

Covar

iance

s

PP 2603.225 236.645 1959.249 340.386 -222.384 253.596

-

1593.788

PPBG 236.645 1455.790 266.512 -115.356 150.305 15.900 -285.611

PHI 1959.249 266.512 3266.087 742.998 -2.633 209.730

-

2008.667

PR 340.386 -115.356 742.998 227.268 -10.741 50.141 -450.793

PHL -222.384 150.305 -2.633 -10.741 64.905 -28.048 63.404

PPJ 253.596 15.900 209.730 50.141 -28.048 33.030 -183.935

PRSTR

N

-

1593.788 -285.611

-

2008.667 -450.793 63.404 -183.935 1407.732

a. Dependent

Variable: PAD

Collinearity Diagnosticsa

Mod

el

Dime

nsion

Eigen

value

Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) PHL PHI PR PPJ PPBG PRSTRN PP

1 1 7.551 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .319 4.868 .02 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

3 .101 8.659 .01 .00 .00 .00 .00 .08 .00 .00

4 .024 17.864 .01 .00 .00 .03 .00 .04 .00 .00

5 .003 48.705 .05 .06 .00 .07 .01 .01 .00 .16

6 .003 53.739 .01 .18 .01 .19 .00 .80 .00 .01

7 .000 147.446 .12 .69 .12 .08 .23 .03 .00 .11

8 2.223

E-5 582.754 .78 .06 .86 .63 .76 .03 1.00 .72

a. Dependent Variable: PAD

Page 116: Febri Mandra 106084003601.pdf

100

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 44928.5352 374149.5312 130892.9583 99806.89708 12

Std. Predicted Value -.861 2.437 .000 1.000 12

Standard Error of Predicted

Value 4825.880 8440.708 6879.089 1129.506 12

Adjusted Predicted Value 42994.1289 430113.2188 136153.2338 1.11784E5 12

Residual -6716.16016 7408.48486 .00000 5142.93868 12

Std. Residual -.787 .869 .000 .603 12

Stud. Residual -1.418 1.587 -.092 1.095 12

Deleted Residual -

57135.22266 31243.87891 -5260.27543 23770.49955 12

Stud. Deleted Residual -1.742 2.258 -.062 1.307 12

Mahal. Distance 2.605 9.858 6.417 2.263 12

Cook's Distance .010 5.495 .799 1.533 12

Centered Leverage Value .237 .896 .583 .206 12

a. Dependent Variable: PAD Charts

Page 117: Febri Mandra 106084003601.pdf