Farter Kelompok 1

download Farter Kelompok 1

of 4

description

makalah farmakoterapi 1

Transcript of Farter Kelompok 1

KELOMPOK 1Judul : CacinganI. Definisi. Infeksi cacingan adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan minuman atau melalui kulit dimana tanah sebagai media penularannya yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichuria), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) (Jawetz et al, 1996).II. Etiologi.Ascariasis disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Stadium infektif Ascaris Lumbricoides adalah telur yang berisi larva matang. Sesudah tertelan oleh hospes manusia, larva dilepaskan dari telur dan menembus diding usus sebelum migrasi ke paru-paru melalui sirkulasi vena. Mereka kemudian memecah jaringan paru-paru masuk ke dalam ruang alveolus, naik ke cabang bronkus dan trakea, dan tertelan kembali. Setelah sampai ke usus kecil larva berkembang menjadi cacing dewasa (jantan berukuran 15-25cm x 3mm dan betina 25-35cm x 4mm).Cacing betina mempunyai masa hidup 1-2 tahun dan dapat menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Telur fertil berbentuk oval dengan panjang 45-60 m dan lebar 35-50 m. Setelah keluar bersama tinja, embrio dalam telur akan berkembang menjadi infektif dalam 5-10 hari pada kondisi lingkungan yang mendukung.III. Patofisiologis.Ascaris Lumbricoides adalah nematoda terbesar yang umumnya menginfeksi manusia. Cacing dewasa berwarna putih atau kuning yang hidup selama 10-24 bulandi jejunum dan bagian tengah ileum. Cacing betina menghasilkan 200.000 telur per hari yang akan terbawa bersama tinja.Telur fertil apabila terjatuh pada kondisi tanah yang sesuai, dalam waktu 5-10 hari telur tersebut dapat menginfeksi manusia. Telur dapar hidup dalam tanah selama 17 bulan. Infeksi umumnya terjadi melalui tangan pada tangan atau makanan kemudian masuk ke dalam usus kecil (deudenum). Pada tahap kedua larva akan melewati dinding usus dan melewati sistem porta menuju hepar dan kemudian ke paru melalui sirkulasi vena. Mereka kemudian memecah jaringan paru-paru masuk ke dalam ruang alveolus, naik ke cabang bronkus dan trakea, dan tertelan kembali. Diperlukan 65 hari untuk menjadi cacing dewasa. Infeksi yang berat dapat diikuti pneumonia dan eosinofilia (Soegijanto, 2005).IV. Diagnosa1. Ditegakkan dengan : a. Menemukan telur Ascaris lumbricoides dalam tinja.b. Cacing ascaris keluar bersama muntah atau tinja penderita2. Pemeriksaan Laboratoriuma. Pada pemeriksaan darah detemukan periferal eosinofilia.b. Detemukan larva pada lambung atau saluran pernafasan pada tenyakit paru.c. Pemeriksaan mikroskopik pada hapusan tinja dapat digunakan untuk memeriksa sejumlah besar telur yang di ekskresikan melalui anus.3. Pemeriksaan Fotoa.Foto thoraks menunjukkan gambaran otak pada lapang pandang paru seperti pada sindrom Loefflerb. Penyakit pada saluran empedu c. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) memiliki sensitivitas 90% dalam membantu mendiagnosis biliary ascariasis.d. Ultrasonography memiliki sensitivitas 50% untuk membantu membuat diagnosis biliary ascariasis.

V. Pengobatan. 1. Obat pilihan: piperazin sitrat (antepar) 150 mg/kg BB/hari, dosis tunggal dengan dosis maksimum 3 g/hari2. Heksil resorsinol dengan dosis100 mg/tahun (umur)3. Oleum kenopodii dengan dosis 1 tetes/tahun (umur)4. Santonin : tidak membinasakan askaris tetapi hanya melemahkan. Biasanya dicampur dengan kalomel (HgCl= laksans ringan) dalam jumlah yang sama diberikan selama 3 hari berturut-turut.Dosis : 0-1tahun = 3 x 5 mg1-3 tahun = 3 x 10 mg1-4 3-5 tahun = 3 x 15 mg1-5 Lebih dari 5 tahun =3 x 20 mg1-6 Dewasa = 3 x 25 mg5. Pirantel pamoat (combantrin) dengan dosis 10 mg/ kg BB/hari dosis tunggal.6. Papain yaitu fermen dari batang pepaya yang kerjanya menghancurkan cacing. Preparatnya : Fellardon.7. Pengobatan gastrointestinal ascariasis menggunakan albendazole (400 mg P.O. sekali untuk semua usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau 500 mg P.O. sekali untuk segala usia) atau yrantel pamoate (11 mg/kg P.O. sakali, dosis maksimum 1 g). Piperazinum citrate (pertama : 150 mg/kg P.O. diikuti 6 kali dosis 6 mg/kg pada interval 12 hari).Prognosis : baik, terutama jika tidak terdapat komplikasi dan cepat diberikan pengobatan.

VI. MANIFESTASI KLINIK.Manifestasi klinis tergantung pada intensitas infeksi dan organ yang terlibat. Pada sebagian besar penderita dengan infeksi rendah sampai sedang gejalanya asimtomatis atau simtomatis. Gejala klinis paling sering ditemui berkaitan dengan penyakit paru atau sumbatan pada usus atau saluran empedu. Gejala klinis yang nyata biasanya berupa nyeri perut, berupa kolik di daerah pusat atau epigastrum, perut buncit (pot belly), rasa mual dan kadang-kadang muntah, cengeng, anoreksia, susah tidur dan diare.Telur cacing askariasis akan menetas didalam usus. Larva kemudian menembus dinding usus dan bermigrasi ke paru melalui sirkulasi dalam vena. Parasit dapat menyebabkan Pulmonari ascariasis ketika memasuki alveoli dan bermigrasi melalui bronki dan trakea. Manifestasi infeksi pada paru mirip dengan sindrom Loffler dengan gejala seperti batuk, sesak, adanya infiltrat pada paru dan eosinofilia. Cacing dewasa akan memakan sari makanan hasil pencernaan host. Anak-anak yang terinfeksi dan memiliki pola makanan yang tidak baik dapat mengalami kekurangan protein, kalori, atau vitamin A, yang akhirnya dapat mengalami pertumbuhan terlambat. Obstruksi usus, saluran empedu dan pankreas dapat terjadi akibat sumbatan oleh cacing yang besar. Cacing ini tidak berkembang biak pada host. Infeksi dapat bertahan selama umur cacing maksimal (2 tahun), serta mudah terjadi infeksi berulang.

VII. PARAMETER UJI LABORATORIUM1. Pemeriksaan makroskopis.Feses.Pemeriksaan fses ( tinja ) merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Indikasi pemeriksaan :Adankya diare dan konstipasi, adanya darah dalam tinja, adanya lendir dalam tinja, adany ikterus, adanya gangguan pencernaan, kecurigaan penyakit gastroointestinal.Pemeriksaan makroskopis tinja meliputi: pemeriksaan jumlah, warna, bau, darah, lendir, dan parasit. Feses untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika pemeriksaan sangat diperlukan, bisa juga mengambl sampel tinja dengan cara memasukkan jari secara langsung ke dalam rectum. Untuk pemeriksaan biasanya dipakai tinja sewaktu, jarang menggunakan tinja selama 24 jam untuk pemetiksaan tertentu.2. Pemeriksaan mikroskopis.Pemeriksaan mikroskopis meliputi : pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari pemeriksaan yang dilalkukan, yang terpenting dalam pemeriksaan adalah pemeriksaan protozoa dan telur cacing.Protozoa: biasanya berbentuk kista,bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.Telur cacing yang mungkin didapatkan adalah ; ascaris lumbricoides, necator americanus, enterobius vermicularis, trichuris trichiura, strongloides stercoralis, dan sebagainya.