Farsos Bu Titin Makalah

10
Deskripsi Lingkungan Kerja Industri Farmasi Badan Pengawas Obat dan Makanan mengharuskan industri farmasi untuk memperhatikan kualitas dan keamanan produk farmasi yang dihasilkan. Pemberlakuan peraturan mengenai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah suatu bentuk nyata kepedulian pemerintah akan pentingnya mutu dan keamanan produk farmasi, yang dengan penuh tanggungjawab dilaksanakan oleh industri farmasi. Proses pembuatan produk farmasi dilaksanakan oleh personil-personil yang terlatih dan terdidik (Cara Pembuatan Obat yang Baik, 2012). Aspek keselamatan kerja personil yang bekerja di lingkungan industri farmasi juga harus diperhatikan didalam pelaksanaan operasional perusahaan. Tidak dipungkiri bahwa aspek keselamatan dan kesehatan kerja sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas produk serta tingkat efisiensi manajemen perusahaan. Kondisi lingkungan kerja yang baik dan sehat merupakan sumber motivasi bagi personil sehingga bisa bekerja dengan lebih baik. Selain itu, kondisi keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang baik, perusahaan dapat terhindar dari kehilangan jam kerja yang produktif serta membangun citra baik perusahaan. Kegiatan operasi industri farmasi tidak terlepas dari potensi bahaya yang harus dilakukan suatu pencegahan terhadap timbulnya resiko kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat hubungan kerja (PAHK). Proses kegiatan manufacturing yang meliputi kegiatan riset, penyimpanan bahan awal, kegiatan

description

eqhtkj57k57

Transcript of Farsos Bu Titin Makalah

Page 1: Farsos Bu Titin Makalah

Deskripsi Lingkungan Kerja Industri Farmasi

Badan Pengawas Obat dan Makanan mengharuskan industri farmasi untuk

memperhatikan kualitas dan keamanan  produk farmasi yang dihasilkan. Pemberlakuan

peraturan mengenai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah suatu bentuk nyata

kepedulian pemerintah akan pentingnya mutu dan keamanan produk farmasi, yang dengan

penuh tanggungjawab dilaksanakan oleh industri farmasi. Proses pembuatan produk farmasi

dilaksanakan oleh personil-personil yang terlatih dan terdidik (Cara Pembuatan Obat yang

Baik, 2012).

Aspek keselamatan kerja personil yang bekerja di lingkungan industri farmasi juga

harus diperhatikan didalam pelaksanaan operasional perusahaan. Tidak dipungkiri bahwa

aspek keselamatan dan kesehatan kerja sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas

produk serta tingkat efisiensi manajemen perusahaan. Kondisi lingkungan kerja yang baik

dan sehat merupakan sumber motivasi bagi personil sehingga bisa bekerja dengan lebih baik.

Selain itu, kondisi keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang baik, perusahaan dapat

terhindar dari kehilangan jam kerja yang produktif serta membangun citra baik perusahaan.

Kegiatan operasi industri farmasi tidak terlepas dari potensi bahaya yang harus

dilakukan suatu pencegahan terhadap timbulnya resiko kecelakaan kerja ataupun penyakit

akibat hubungan kerja (PAHK). Proses kegiatan manufacturing yang meliputi kegiatan riset,

penyimpanan bahan awal, kegiatan produksi, kegiatan laboratorium pengawasan mutu,

sampai penanganan terhadap produk jadi, semuanya mengandung potensi bahaya.

Potensi bahaya ini bersifat sangat luas, mulai dari bahaya mekanis misalnya selama

penanganan bahan material di gudang, bahaya kimia misalnya selama aktifitas produksi,

bahaya kebakaran atau ledakan misalnya pemakaian bahan pelarut organik dalam proses

produksi, bahaya  pencemaran lingkungan misalnya dari limbah produksi atau limbah

laboratorium. Bahaya terhadap mikroba misalnya di fasilitas labooratorium mikrobilogi,

bahaya kebisingan misalnya di fasilitas utility dan masih banyak lagi potensi bahaya yang

harus diwaspadai dan bisa sangat berpengaruh pada kesehatan personil yang bekerja dalam

perusahaan tersebut.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) yang terjadi secara umum

disemua sektor pekerjaan dan profesi disebabkan karena kurangnya kesadaran pekerja dan

Page 2: Farsos Bu Titin Makalah

kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan

risiko kerja yang mereka hadapi, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman yang telah

disediakan. Padahal alat-alat pengaman ini disediakan untuk melindungi kesehatan pekerja

secara fisik. Selain itu, kelelahan kerja merupakan salah satu masalah penting yang perlu

ditanggulangi secara baik. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya penurunan kekuatan otot,

rasa lelah yang merupakan gejala subjektif dan penurunan kesiagaan yang berakibat pada

penurunan kualitas kerja personil sehingga produk farmasi yang dihasilkan juga bisa

terpengaruh. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja dan

memperbaiki kesehatan kerja dalam suatu lingkungan kerja (dalam hal ini adalah industri

farmasi) adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang akan dibahas dalam makalah ini

adalah apoteker, dimana apoteker adalah tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan

untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dengan cara memberikan suatu drug

treatment dan dapat memberikan penyuluhan kepada personil-personil untuk menyadari

pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

Page 3: Farsos Bu Titin Makalah

Derajat Kesehatan yang harus Dipenuhi

Derajat Kesehatan Masyarakat merupakan gambaran kemampuan/ Kinerja pekerja untuk

mencapai indikator Kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat

kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan

kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus

selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus (Sibarani, S.R., 2013). Dalam

mencapai derajat kesehatan dalam lingkungan industri farmasi, perlu adanya beberapa

indikator kesehatan, diantaranya :

a. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kecukupan asupan makanan seseorang yang

mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh, keadaan gizi sangat mempengaruhi

daya tahan tubuh seseorang. Bila seseorang berada dalam keadaan kekurangan gizi

secara terus menerus, maka akan berakibat pada penurunan daya tahan tubuh yang

menyebabkan menurunnya performa kerja seseorang (Toanubun, 2010).

Indikator ini harus terpenuhi, guna pekerja memiliki stamina tubuh yang baik

sehingga derajat kesehatan (kesehatan fisik) pekerja dapat ditingkatkan.

b. Health Behaviour

Health behaviour adalah pola perilaku, tindakan dan kebiasaan yang

berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, restorasi kesehatan dan peningkatan

kesehatan (Gochman, 1997). Pola hidup, tindakan dan kebiasaan pekerja dalam

kehidupan sehari-hari akan sangat berpengaruh pada kesehatan. Sebagai contoh :

dalam kesibukan sehari-hari, seorang pekerja tetap harus memperhatikan pola makan.

Banyak pekerja yang melupakan sarapan/makan siang karena begitu padatnya

aktivitas dan banyaknya hal yang harus diselesaikan. Padahal, pola makan yang

teratur akan meningkatkan kesehatan fisik seseorang dan sebagai hasilnya performa

kerja akan meningkat.

c. Social Behaviour

Social Behavior adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku

umum yang ditunjukkan oleh individu dalam masyarakat. Hal ini terkait dalam hal

menanggapi apa yang dianggap dapat diterima oleh suatu kelompok atau menghindari

perilaku yang dianggap tidak dapat diterima. Jenis perilaku manusia menentukan

Page 4: Farsos Bu Titin Makalah

bagaimana individu berinteraksi satu sama lain dalam kelompok atau masyarakat

(Mark, 2007).

Dalam Industri farmasi, berinteraksi dalam suatu kelompok merupakan suatu

dasar penting untuk memajukan perfoma kerja. Social behaviour yang baik bisa

menjadi parameter bahwa pekerja tidak mengalami gangguan mental. Disamping itu,

dengan berinteraksi, kita bisa saling berbagi sesuatu sama lain yang bisa mengurangi

beban pikiran seseorang. Hal ini akan sangat membantu dalam menghindari resiko

stress yang kemungkinan besar sering dialami oleh pekerja-pekerja pada umumnya.

d. Spiritual Fullness

Spiritual fullness perlu diperhatikan sebagai indikator dalam hal kesehatan

rohani. Dalam suatu industri farmasi, para pekerja hendaknya tidak melupakan

kewajibannya sebagai umat beragama dan beriman di tengah-tengah aktivitas kerja

yang harus dilakukan setiap harinya. Dengan terpenuhinya indikator kesehatan rohani

ini, maka derajat kesehatan akan meningkat. Kesehatan rohani juga akan sangat

mempengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang, sehingga juga akan sangat

mempengaruhi performa kerja seseorang.

Rancangan Program:

Page 5: Farsos Bu Titin Makalah

Berkaitan dengan aspek status gizi, sebuah perusahaan/industri farmasi dapat

menyediakan catering bagi para apoteker yang bekerja di sana. Catering yang dipilih tentu

telah divalidasi dengan bantuan ahli gizi untuk memastikan bahwa makanan yang disajikan

memiliki kandungan gizi yang cukup. Jika catering tidak memungkinkan untuk dilakukan

karena banyaknya pekerja (apoteker), perusahaan dapat mengambil langkah untuk membuat

kantin yang menjual makanan sehat di area perusahaan, kandungan zat gizi dalam makanan

juga telah diatur bersama dengan ahli gizi. Dengan demikian, pada jam istirahat para apoteker

dapat menikmati makanan sehat di kantin ini. Sebagai tindak lanjut dari usaha ini, perusahaan

dapat mengadakan kerja sama dengan instansi gizi untuk mengadakan pemeriksaan secara

berkala, misalnya selama 6 bulan sekali untuk mengetahui kondisi kesehatan para apoteker

berkenaan dengan kecukupan gizi dalam tubuh mereka.

Program pengadaan catering atau kantin sehat seperti disebutkan di atas berkaitan erat

dengan aspek health behaviour dimana perusahaan sendiri telah mendukung kebiasaan

makan makanan sehat pada para apoteker. Perlu diingat pula bahwa pihak perusahaan harus

menyediakan waktu istirahat yang cukup bagi para pekerjanya (dapat disesuaikan dengan

jenis pekerjaan atau durasi bekerja per hari) agar mereka memiliki pola makan yang teratur

sehingga asupan nutrisi cukup untuk mengimbangi aktivitas mereka. Selanjutnya, terdapat

saran bagi perusahaan industri farmasi, meskipun ini bukanlah sebuah program. Saran tersbut

adalah: untuk memastikan dan meningkatkan kesadaran para pekerja (apoteker) tentang

pentingnya menggunakan alat pelindung kesehatan selama mereka bekerja, perusahaan dapat

membuat himbauan sebelum memasuki arena tersebut, misalnya dengan tulisan di depan

pintu masuk tentang kelengkapan pelindung kesehatan apa saja yang harus dikenakan

sebelum memasuki arena tertentu dengan dicantumkan pula bahwa jika kelengkapan

pelindung (jas lab, masker, dll) tidak digunakan dengan sebagaimana mestinya, terdapat

kemungkinan bahwa pekerja akan menjadi sumber kontaminasi bagi produk dan produk

sendiri juga bisa membahayakan bila terpapar pada para pekerja.

Berkaitan dengan aspek Social Behavior, perusahaan dapat mengadakan semacam

training (pertemuan) yang berisi materi Social Behavior. Pertemuan dapat dilakukan dalam

jangka waktu satu tahun sekali. Materi dalam pertemuan ini hendaknya dapat memungkinkan

para pekerja untuk berinteraksi satu sama lain. Misalnya pada pertemuan ini para pekerja

dibagi dalam beberapa kelompok untuk saling membagikan pengalaman, kendala yang

dihadapi selama mereka bekerja dan di dalam kelompok itu mereka dapat saling memberi

solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dialami. Pertemuan juga dapat bersifat tidak

Page 6: Farsos Bu Titin Makalah

formal, misalnya dengan pertunjukkan musik atau makan malam bersama untuk

meningkatkan interaksi, dapat juga diberi himbauan sebelumnya agar para pekerja dapat

saling membaur, tidak hanya dengan beberapa orang yang telah dianggap dekat.

Jika sebelumnya telah disebutkan bahwa suatu perusahaan harus memberikan waktu

istirahat yang cukup, dalam tujuan mencapai spiritual full ini perusahaan juga harus

memberikan waktu beribadah bagi para pekerjanya. Misalnya penetapan waktu istirahat dapat

dipertimbangkan dengan menembahkan 5 menit untuk berdoa. Perusahaan juga hendaknya

memberikan waktu bagi umat beragama Islam agar mereka tetap dapat menjalankan ibadah

lima waktu, hal ini dapat didukung dengan dibangunnya tempat ibadah (misalnya musholla

atau kapel di dekat perusahaan).

Daftar Pustaka

Page 7: Farsos Bu Titin Makalah

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2012, Cara Pembuatan Obat yang

Baik, BPOMRI, Jakarta.

D S Gochman, 1997, Handbook of Health Behavior Research, Vol.1-4, Plenum, New York.

Edberg, Mark, 2007, Essentials of Health Behavior: Social and Behavioral Theory in Public

Health, Jones & Bartlett Publishers, USA.

Sibarani, S.R., 2013, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35127/5/Chapter

%20I.pdf , diakses pada tanggal 02 Desember 2014.

Toanubun, A.Y., 2010, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16581/4/Chapter

%20II.pdf, diakses pada tanggal 02 Desember 2014.