farmakokinetika obat.doc
-
Upload
lina-watilubis -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of farmakokinetika obat.doc
farmakokinetika obat
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak beberapa tahun yang lalu, pola pengontrolan kualitas dan pemakaian
klinik obat dipengaruhi oleh suatu disiplin ilmu yang mempelajari nasib obat
dalam tubuh. Disiplin ilmu tersebut kita kenal dengan nama
"Fammakokinetika".
Kata " farmakokinetika" berasal dari kata-kata "pharmacon", kata Yunani
untuk obat dan racun, dan "kinetic". Jadi "farmakokinetika" adalah ilmu yang
mempelajari kinetika obat, yang dalam hal ini berarti kinetika obat dalam
tubuh. Proses-proses yang akan menentukan kinetika obat dalam tubuh
meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Untuk
memahami kinetika obat dalam tubuh tidak cukup hanya dengan
menentukan dan mengetahui perkembangan kadar atau jumlah senyawa
asalnya saja (unchanged compound), tetapi juga meliputi metabolitnya.
Bagian tubuh di mana konsentrasi/jumlah obat dan atau metabolitnya
ditentukan biasanya darah (plasma/serum), ekskreta (urin, faeses, ludah,
dan lain-lain), atau jaringan tubuh lain.
Untuk bidang farmasi klinik, farmakokinetika memiliki beberapa kegunaan
yang cukup penting, yaitu :
a. Untuk memilih route pemberian obat yang paling tepat. Apakah harus secara
injeksi intravena, atau bisa dengan route lain seperti secara oral, rektal, dan
lain-lain. Ini dapat dilakukan dengan menilai ketersediaan biologis obat
setelah pemberian dalam berbagai route pemberian, dan dengan
mempertimbangkan profil kinetika obat yang dihasilkan oleh berbagai route
pemberian tersebut.
b. Dengan cara identifikasi farmakokinetika dapat dihitung aturan dosis yang
tepat untuk setiap individu (dosage regimen individualization). Sampai
dengan saat ini cara identifikasi farmakokinetika merupakan cara yang
paling tepat untuk pengindividualisasian dosis, khususnya untuk obat-obat
dengan daerah keija terapeutik yang sempit seperti teofilin, dan lainlain.
c. Data farmakokiketika suatu obat diperlukan dalam penyusunan aturan dosis
yang rasional.
d. Dapat membantu menerangkan mekanisme interaksi obat, baik antara obat
dengan obat maupun antara obat dengan makanan atau minuman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Farmakokinetika adalah segala proses yang dilakukan tubuh terhadap
obat berupa absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan
ekskresi. Tubuh kita dapat dianggap sebagai suatu ruangan besar, yang
terdiri dari beberapa kompartemen yang terpisah oleh membran-membran
sel. Sedangkan proses absorpsi, distribusi dan ekskresi obat dari dalam
tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena
proses ini tergantung pada lintasan obat melalui membran tersebut.
Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein (lemak dan protein)
yang mengandung banyak pori-pori kecil, terisi dengan air. Membran dapat
ditembus dengan mudah oleh zat-zat tertentu, dan sukar dilalui zat-zat yang
lain, maka disebut semi permeable. Zat-zat lipofil (suka lemak) yang mudah
larut dalam lemak dan tanpa muatan listrik umumnya lebih lancar
melintasinya dibanding kan dengan zat-zat hidrofil dengan muatan (ion).
Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membran sel ada
dua cara:
a. Secara pasif, artinya tanpa menggunakan energi.
Filtrasi, melalui pori-pori kecil dari membran misalnya air dan zat hidrofil.
Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel, contoh ion
anorganik.
b. Secara aktif, artinya menggunakan energi.
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul
atau ion) pada enzim pengangkut spesifik. Setelah melalui membran,
obat dilepaskan lagi. Cepatnya penerusan tidak tergantung pada
konsentrasi obat, Contohnya glukosa, asam amino asam lemak, garam
besi, vitamin B1,B2 dan B12.
Absorpsi
Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada
umumnya obat yang tidak diabsorpsi tidak menimbulkan efek. Kecuali
antasida dan obat yang bekerja lokal. Proses absorpsi terjadi diberbagai
tempat pemberian obat, misalnya melalui alat cerna, otot rangka, paru-paru,
kulit, dan sebagainya.
` Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya melalui saluran cerna
(mulut sampai dengan rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Cara
pemberian obat per oral akan diabsorpsi melalui usus halus (kecepatan
absorpsi obat tergantung dari kecepatan obat melarut pada tempat absorpsi,
derajat ionisasi, pH tempat absorpsi, dan sirkulasi darah di tempat obat
melarut.
Untuk dapat diabsorpsi, obat harus dapat melarut atau dalam bentuk yang
sudah terlarut sehingga kecepatan melarut akan sangat menentukan
kecepatan absorpsi. Untuk itu, sediaan obat padat sebaiknya diminum
dengan cairan yang cukup untuk membantu mempercepat kelarutan obat.
pH adalah derajat keasaman atau kebasaan jika zat berada dalam bentuk
larutan. Obat yang terlarut dapat berupa ion atau non ion. Bentuk non-ion
relatif lebih mudah larut dalam lemak sehingga lebih mudah menembus
membran, karena sebagian besar membran sel tersusun dari lemak.
Kecepatan obat menembus membran dipengaruhi oleh pH obat dalam
larutan dan pH dari lingkungan obat berada. Obat yang bersifat asam lemah
akan mudah menembus membran sel pada suasana asam, karena obat
relatif tidak terionisasi atau bentuk ionnya sedikit. Sebaliknya obat-obat yang
bersifat basa lemah akan mudah diabsorpsi di usus halus karena juga relatif
tidak terionisasi.
Absorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Kelarutan obat.
2. Kemampuan difusi melintasi sel membran
3. Konsentrasi obat.
4. Sirkulasi pada letak absorpsi.
5. Luas permukaan kontak obat.
6. Bentuk sediaan obat
7. Cara pemakaian obat.
Penetrasi zat-zat melalui membran biologis dengan dua cara, yaitu:
a. Difusi pasif
Proses absorpsi karena perbedaan konsentrasi, dengan perjalanan
obat terutama dari tempat yang konsentrasi tinggi ke tempat
konsentrasi rendah. Laju difusi atau transpor melewati membran
(dc/dt) menurut hukum Fick’s pertama, yaitu:
(dc/dt) = Ka (C1 – C2)
Dimana:
C1 = Konsentrasi obat pada tempat absorpsi
C2 = Konsentrasi obat pada sisi membran yang lain
Ka = Konstanta pembanding
dc/dt = Laju difusi
Ka tergantung pada koefisien difusi dari obat, ketebalan dan luas
membran yang mengabsorbsi serta permeabilitas membran terhadap
obat-obat tertentu.
Membran sel bersifat lipoid sehingga sangat permeabel terhadap zat-
zat yang larut dalam lemak. Makin besar afinitasnya untuk lemak dan
makin hidrofobik zat tersebut, makin cepat laju penetrasinya ke dalam
membran yang kaya lemak. Membran mengandung pori-pori yang
berisi air atau saluran-saluran yang dapat menyebabkan lewatnya air
dan zat-zat yang tidak larut lemak Pori-pori tersebut ukurannya
berbeda dari membran yang satu ke membran yang lainnya sehingga
sifat permeabilitas individual untuk obat-obat tertentu dan zat-zat
lainnya sangat khas.
Membran sel lebih permeabel terhadap bentuk tidak terion dari obat
dibandingkan dengan bentuk terionnya, karena:
kelarutan dari bentuk tak terion yang lebih besar dalam lemak
sifat muatan membran sel banyak yang menghasilkan
pengikatan dan penolakan obat terion. ion-ion menjadi dihidrasi
melalui penggabungan dengan molekul-molekul air (partikel
yang lebih besar daripada molekul yang tidak terdisosiasi).
b. Melalui mekanisme transpor khusus
Asam-asam amino dan glukosa membentuk kompleks antara obat
dengan pembawa (carrier) yang ada dimembran misalnya enzim atau
zat lain. Yang termasuk mekanisme transpor khusus adalah:
Transpor aktif
Difusi dengan bantuan (facilitated diffusion)
Distribusi.
Obat setelah diabsorpsi akan tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh
tubuh dan harus melalui membran sel agar tercapai tepat pada efek aksi.
Molekul obat yang mudah melintasi membran sel akan mencapai semua
cairan tubuh baik intra maupun ekstra sel, sedangkan obat yang sulit
menembus membran sel, penyebarannya umumnya terbatas pada cairan
ekstra sel.
Kadang-kadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada beberapa
organ dan jaringan tertentu, karena adanya proses transport aktif,
pengikatan dengan zat tertentu atau daya larut yang lebih besar dalam
lemak. Kumulasi ini digunakan sebagai gudang obat (protein plasma,
umumnya albumin, jaringan ikat dan jaringan lemak). Selain itu ada
beberapa tempat lain misalnya tulang, organ tertentu, dan cairan transel
yang dapat berfungsi sebagai gudang untuk beberapa obat tertentu.
Distribusi obat kesusunan saraf pusat dan janin harus menembus sawar
khusus yaitu sawar darah otak dan sawar uri. Obat yang mudah larut dalam
lemak pada umumnya mudah menembusnya.
Metabolisme (Biotransformasi)
Tujuan biotransformasi obat adalah perubahan obat sedemikian rupa
sehingga mudah diekskresikan oleh ginjal, dalam hal ini menjadikannya lebih
hidrofil. Pada umumnya obat dimetabolisme oleh enzim mikrosom di
retikulum endoplasma sel hati. Pada proses metabolisme molekul obat dapat
berubah sifat antara lain menjadi lebih polar. Metabolit yang lebih polar ini
menjadi tidak larut dalam lemak sehingga mudah diekskresi melalui ginjal.
Metabolit obat dapat lebih aktif dari obat asal (bioaktivasi), tidak atau
berkurang aktif (detoksifikasi atau bio-inaktivasi) atau sama aktifitasnya.
Proses metabolisme ini memegang peranan penting dalam mengakhiri efek
obat. biotransformasi obat mengakibatkan konversinya menjadi suatu
senyawa yang lebih mudah larut dalam air, lebih mudah terionisasi,
kemampuan mengikat protein plasma dan jaringan kurang, kemampuan
disimpan dalam jaringan lemak kurang, dan kurang mampu mempenetrasi
membran sel, dengan demikian menyebabkan senyawa kurang aktif
sehingga menjadi kurang toksis dan lebih mudah diekskresikan.
Ada empat reaksi kimia pokok yang terlibat dalam metabolisme obat:
oksidasi, reduksi, hidrolisis, dan konjugasi.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi metabolisme:
Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat,
sehingga efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang kita
harapkan..
Usia, pada bayi metabolismenya lebih lambat.
Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik tertentu
yang dapat menimbulkan perbedaan khasiat obat pada pasien.
Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, dapat mempercepat
metabolisme (inhibisi enzim).
Ekskresi
Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni, dan dikeluarkan dalam bentuk metabolit maupun bentuk asalnya.
disamping ini ada pula beberapa cara lain, yaitu:
Kulit, bersama keringat.
Paru-paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada anestesi
umum, anestesi gas atau anestesi terbang.
Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi saluran empedu.
Air susu ibu, misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan alkaloid
lain. Harus diperhatikan karena dapat menimbulkan efek farmakologi atau
toksis pada bayi.
Usus, misalnya sulfa dan preparat besi .
Obat dieliminasikan dengan berbagai rute, yaitu:
Ginjal
Feses untuk obat yang sukar diabsorpsi dan tinggal dalam saluran lambung
usus setelah pemberian oral.
empedu bila reabsorpsi obat dari saluran lambung-usus minimal.
Paru-paru untuk obat yang mudah menguap melalui ekspirasi pernapasan.
Kelenjar keringat, air liur, dan susu
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Tempat ekskresi obat
lainnya adalah intestinal (melalui feses), paru-paru, kulit, keringat, air liur,
dan air susu (Batubara, 2008). Obat dieksresi melalui ginjal dalam bentuk
utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi melalui ginjal melibatkan tiga
proses, yaitu filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal, dan
reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus.
Obat yang tidak terikat protein (bentuk bebas) akan mengalami filtrasi
glomerulus masuk ke tubulus. Filtrasi glomerulus menghasilkan ultrafiltrat,
yakni minus plasma protein, jadi semua obat bebas akan keluar dalam
ultrafiltrat sedangkan yang terikat protein akan tetap tinggal dalam darah.
Kelarutan dan pH tidak berpengaruh pada kecepatan filtrasi glomerulus,
yang berpengaruh adalah ukuran partikel, bentuk partikel, dan jumlah pori
glomerulus.
Obat yang tidak mengalami filtrasi glomerulus dapat masuk ke tubulus
melalui sekresi di tubulus proksimal. Sekresi tubulus proksimal merupakan
proses transport aktif, jadi memerlukan carrier (pembawa) dan energi.
Sekresi aktif dari dalam darah ke lumen tubulus proksimal terjadi melalui
transporter membran P-glikoprotein (P-gp) dan MRP (Multidrug-Resistance
Protein) yang terdapat di membran sel epitel dengan selektivitas berbeda.
Setelah obat sampai di tubulus, kebanyakan akan mengalami reabsorpsi
kembali ke sirkulasi sistemik. Reabsorpsi pasif terjadi di sepanjang tubulus
untuk bentuk non-ion obat yang larut lemak. Oleh karena derajat ionisasi
bergantung pada pH larutan, maka hal ini dimanfaatkan untuk mempercepat
ekskresi ginjal pada keracunan suatu obat asam atau obat basa.
Kecepatan metabolisme dan ekskresi suatu obat dapat dilihat dari nilai
waktu paruhnya (T1/2). Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan sehingga
kadar obat dalam darah atau jumlah obat dalam tubuh tinggal separuhnya.
Perlambatan eliminasi obat dapat disebabkan oleh adanya gangguan hepar
atau ginjal sehingga memperpanjang waktu paruhnya.
Ekskresi obat kedua penting adalah melalui empedu ke dalam usus dan
keluar bersama feses. Selain itu, ekskresi melalui paru terutama untuk
eliminasi gas anestetik umum. Ekskresi dalam ASI, saliva, keringat dan air
mata secara kuantitatif tidak penting. Ekskresi ini bergantung terutama pada
difusi pasif dari bentuk non-ion yang larut lemak melalui sel epitel kelenjar,
dan pada pH.
Parameter dalam proses farmakokinetik meliputi volume distribusi, bersihan
(clearance), bioavailabilitas, dan waktu paruh. Volume distribusi (Vd) adalah
volume perkiraan obat terlarut dan terdistribusi dalam tubuh. Semakin besar
nilai volume distribusi, semakin luas distribusinya. Besarnya volume
distribusi ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh, dan derajat ikatan
obat dengan protein plasma dan dengan berbagai jaringan.
Bersihan (clearance) adalah kecepatan obat dibersihkan dari dalam tubuh
atau volume plasma yang dibersihkan dari obat persatuan waktu
(volume/waktu). Bersihan total adalah jumlah bersihan dari berbagai organ,
seperti hepar, ginjal, empedu, paru-paru, dan lain-lain. Bersihan obat-obat
yang tidak diubah melalui urin merupakan bersihan ginjal. Di dalam hati,
bersihan obat melalui biotransformasi obat parent drug menjadi satu atau
lebih metabolik, atau ekskresi obat yang tidak diubah (unchanged drug) ke
dalam empedu, atau kedua-duanya.
BAB III
PENUTUP
fase farmakokinetik, merupakan proses kerja obat pada tubuh. Suatu obat
selain dipengaruhi oleh sifat fisika kimia obat (zat aktif), juga dipengaruhi
oleh sifat fisiologi tubuh, dan jalur atau rute pemberian obat. Suatu obat
harus dapat mencapai tempat kerja yang diinginkan setelah masuk tubuh
dengan jalur yang terbaik. Dalam beberapa hal, obat dapat langsung
diberikan pada tempatnya bekerja, atau obat dapat diberikan melalui
intravena maupun per oral.
Kegunaan farmakokinetika :
a. Mekanisme kerja suatu obat dalam tubuh, khususnya untuk
mengetahui senyawa yang mana yang sebenarnya bekerja dalam
tubuh; apakah senyawa asalnya, metabolitnya atau kedua-duanya.
b. Menentukan hubungan antara kadar/jumlah obat dalam tubuh dengan
intensitas efek yang ditimbulkannya. Dengan demikian daerah kerja
efektif obat (therapeutic window) dapat ditentukan.
Soal-soal latihan
1. Jelaskan pengertian farmakokinetika menurut anda!
Jawab :
ilmu yang mempelajari kinetika obat, yang dalam hal ini berarti kinetika obat
dalam tubuh. Proses-proses yang akan menentukan kinetika obat dalam
tubuh meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
2. Apa keuntungan mempelajari farmakokinetika?
Jawab :
Untuk memilih route pemberian obat yang paling tepat. Apakah
harus secara injeksi intravena, atau bisa dengan route lain
seperti secara oral, rektal, dan lain-lain.
Dengan cara identifikasi farmakokinetika dapat dihitung aturan
dosis yang tepat untuk setiap individu (dosage regimen
individualization).
Data farmakokiketika suatu obat diperlukan dalam penyusunan
aturan dosis yang rasional.
Dapat membantu menerangkan mekanisme interaksi obat, baik
antara obat dengan obat maupun antara obat dengan makanan
atau minuman.
3. Apa yang anda ketahui tentang adsorbsi obat?
Jawab :
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam
darah.
4. Apa yang anda ketahui tentang distribusi obat?
Jawab :
Distribusi obat adalah proses suatu obat yang secara reversibel
meninggalkan aliran darah dan masuk ke interstisium (cairan ekstrasel) dan
atau ke sel-sel jaringan.
5. Apa yang anda ketahui tentang metabolisme obat?
Jawab :
Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur
kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim
6. Apa yang anda ketahui tentang ekskresi obat?
Jawab :
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk
metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya.
7. Apa yang anda ketahui tentang bioavabilitas?
Jawab :
Bioavailabilitas menyatakan jumlah obat, dalam persen terhadap dosis, yang
mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif.
8. Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi adsorbsi obat!
Jawab :
Kelarutan obat.
Kemampuan difusi melintasi sel membran
Konsentrasi obat.
Sirkulasi pada letak absorpsi.
Luas permukaan kontak obat.
Bentuk sediaan obat
Cara pemakaian obat
9. Sebutkan hal-hal yang dapat mempengaruhi metabolisme obat!
http://unhy-ongol.blogspot.com/2012/04/farmakokinetika-obat.html