FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI...
Transcript of FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI...
PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN
JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL
QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) Ilmu Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh :
NUR HANIIF LAILI053111347
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAHAlamat: Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fak. 7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Semarang, 10 Desember 2010Lamp : 4 (Empat) EksemplarHal : Naskah Skripsi Kepada Yth.
An. Sdr. Nur Haniif Laili Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama inisaya kirim naskah skripsi saudara:
Nama : Nur Haniif LailiNIM : 053111347Judul : PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL
QUR’AN JAWA TENGAH DALAMMENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’ANBAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapatdimunaqosahkan.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Ridwan, M.Ag. Drs. Abdul Rohman, M.Ag.NIP. 19630106 199703 1001 NIP. 19691105 199403 1003
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAHJl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
Nama : Nur Haniif LailiNIM : 053111347
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah / PAIJudul Skripsi : PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL
QUR’AN JAWA TENGAH DALAMMENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’ANBAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan LULUS, pada tanggal:
17 Desember 2010
Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikanstudi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperolehgelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Semarang, 27 Desember 2010
Dewan Penguji
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Drs. Wahyudi, M.Pd. Dwi Mawanti, M.A.NIP. 196803141995031001 NIP. 197612072005012002
Penguji I, Penguji II,
Fakrur Rozi, M.Ag. Saminanto, M.Sc.NIP. 196912201995031001 NIP. 197206042003121002
ABSTRAK
Nur Haniif Laili (NIM: 053111347). Peran Lembaga Pengembangan TilawatilQur’an Jawa Tengah dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an bagi Qori’dan Qori’ah Tahun 2005-2010. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo, 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Prestasi Tilawatil Qur’anQori’ dan Qori’ah Jawa Tengah tahun 2005-2010; (2) Peran LembagaPengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah dalam meningkatkan prestasitilawatil Qur’an bagi Qori’ dan Qori’ah tahun 2005-2010.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif tentang peranLPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan prestasi Tilawatil Qur’an dan penelitianlapangan dengan observasi, interview dan dokumentasi tentang LPTQ JawaTengah dengan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Lembaga PengembanganTilawatil Qur’an adalah suatu lembaga yang berada di bawah naunganKementerian Agama yang bergerak dibidang keagamaan, untuk menciptakanmasyarakat Indonesia yang Qur’ani agar dapat seirama dengan derappembangunan nasional dan perkembangan masyarakat yang semakin pesat. (2)Tilawatil Qur’an secara etimologi adalah membaca Qur’an dengan suara indah.Sedangkan secara terminologi tilawah adalah memperbagus suara saat membacaal-Qur’an, tentunya dengan indah bahkan amat indah. Jadi suara yang indah akanmenambah keindahannya sehingga menggerakkan hati dan menggoncangkanqalbu ketika mendengarnya. Jadi Tilawatil Qur’an adalah membaca Al-Qur’andengan menggunakan lagu, suara yang indah dan merdu. Lagu-lagu yangdigunakan untuk Tilawatil Qur’an itu ada tujuh macam, diantaranya adalah LaguBayyati, hijaz, nahawand, rast, sika, shoba, dan jiharka. (3) Peran LPTQ JawaTengah diantaranya: (a) Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan danKabupaten), (b) Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah, (c)Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah, (d)Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah terbaik di tingkatPropinsi jawa Tengah, (e) Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudahmempunyai prestasi Tilawah di Tingkat Internasional, (f) Mengirim para pesertaterbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan Pelatihan dan Studi Banding di BaitulQurro’ Ciputat Jakarta, (g) Memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akanmengikuti MTQ tingkat Nasional
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasidan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semuapihak yang membutuhkan khususnya di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo Semarang dan LPTQ Jawa Tengah terutama dalam meningkatkanprestasinya.
MOTTO
“Apabila Perkara Tidak Dipegang Pada AhlinyaMaka Tunggulah Kehancurannya”
“Pemuda Sekarang adalah Pemimpin Masa Depan”Jadilah Pemuda yang Berkualitas untuk Menjadi Pemimpin yang
Berkualitas1
1 Dikutip dari Shahih Al Bukhari Hadits Ke 57 juz I, hlm. 103.
PERSEMBAHAN
Dalam perjuangan mengarungi samudera Ilahi tanpa batas, dengan
keringat dan air mata, kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-
orang yang selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi
mereka yang tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupanku, khususnya buat:
1. Almarhum. Bapak Nur Roziqin dan Ibu Siti Kumyati, S.Pd.I (Kedua
Orang Tuaku Tercinta) yang selalu memberi semangat, membimbing
dan mengarahkan hidupku. Beliau berdua selalu memberi wacana tentang
perjuangan hidup. Terlebih Bapak ketika masih hidup telah memberikan
banyak ilmu, sehingga saya bisa jadi orang yang bermanfaat di
masyarakat. Ibu juga selalu mencurahkan kasih sayang dan selalu menjadi
tempat curhat dikala aku ada masalah.
2. Drs. H. Asfuri Mughni, S.Sos, SH, M.Si (Abahku) terima kasih saya
ucapkan atas nasehat, semangat dan motivasi dari Abah yang diberikan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. dr. Hj. Nur Nahdloh Fauziyah (Adek sekaligus Teman Sejatiku) yang
menjadi spirit hidupku, yang menjadi inspirasiku, yang selalu menasehati
ketika aku ada masalah, dan selalu memberi semangat dalam menuntaskan
studi dan skripsi ini. Terima kasih ya adekku sayang…
4. Gilar Wahibul Furqon (Adik Kandungku) yang selalu memberi support
dan doa buat keberhasilanku.
5. Kyai Erfan Shoddiq Al-Hafidz & Kyai Qomarudin Al-Hafidz (Guru
Ngajiku) yang selalu memberikan barokah doa dan memberikan ijazah
spiritual kepadaku. Sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.
6. Mas M. Yusuf (masku) yang telah membantu mencarikan data dan
mensupport sehingga skripsi ini bisa selesai.
7. Teman-Temanku dan Murid-Muridku (yang tidak bisa kusebutkan
namanya) Terima kasih atas doa dan dukungannya. Kalian semua sudah
mewarnai hidupku.
Penulis
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung
jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis
oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-
pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam referensi yang dijadikan
bahan rujukan.
Semarang, Desember 2010Deklarator
Nur Haniif LailiNIM. 053111347
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, berkat
taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul: Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur an Jawa
Tengah Dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur an Bagi Qori Dan
Qori ah Tahun 2005-2010 ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Bapak Ridwan, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Abdul
Rohman, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Para Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo beserta staf
yang telah membekali penulis berbagai pengetahuan.
4. Pengurus LPTQ Jawa Tengah yang bersedia memberikan kesempatan
penulis untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Pimpinan Perpustakaan Institut dan Fakultas yang telah
memberikan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Orang tuaku, teman sejatiku, adikku, masku, teman-temanku, dan murid-
muridku tercinta yang senantiasa berdoa dan memberikan semangat,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri dan semoga apa yang
tertulis dalam skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para
pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, Desember 2010
Penulis,
Nur Haniif LailiNIM. 053111347
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
PENGESAHAN.............................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................. v
PERSEMBAHAN........................................................................................... vi
DEKLARASI ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B.Penegasan Istilah ...................................................................... 3
C.Rumusan Masalah ..................................................................... 4
D.Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 4
E. Telaah Pustaka........................................................................... 5
F. Metode Penelitian ..................................................................... 6
BAB II : PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN
A.Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) ................... 11
1. Pengertian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an ....... 11
2. Landasan Hukum Lembaga Pengembangan Tilawatil
Qur’an ............................................................................... 11
3. Tujuan dan Tugas Lembaga Pengembangan Tilawatil
Qur’an ............................................................................... 12
4. Organisasi dan Kepengurusan Lembaga Pengembangan
Tilawatil Qur’an................................................................. 12
B.Prestasi Tilawatil Qur’an ........................................................... 13
1. Tilawatil Qur’an................................................................. 13
2. Prestasi Tilawatil Qur’an.................................................... 40
C.LPTQ dalam Peningkatan Prestasi Tilawatil Qur’an................... 46
BAB III : PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN
JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
TILAWATIL QUR’AN
A.Kondisi Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
Jawa Tengah ............................................................................ 48
1. Letak Geografis.................................................................. 48
2. Landasan Hukum LPTQ Jawa Tengah ............................... 48
3. Susunan Pengurus LPTQ Jawa Tengah: ............................. 49
4. Logo LPTQ........................................................................ 50
5. Visi dan Misi LPTQ Jawa Tengah...................................... 50
B.Prestasi Tilawatil Qur’an Jawa Tengah tahun 2005-2010 ........... 51
C.Peran LPTQ Jawa Tengah Dalam Meningkatkan Prestasi
Tilawah.................................................................................... 55
BAB IV : ANALISIS PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN
TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN BAGI
QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
A.Prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah............................ 64
B.Peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan Prestasi
Tilawatil Qur’an. ..................................................................... 68
BAB V : PENUTUP
A.Kesimpulan ............................................................................... 73
B.Saran ......................................................................................... 75
C.Penutup ..................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) merupakan lembaga
semi resmi di lingkungan Ditjen Bimas Islam. Sejak dibentuk hingga saat ini
dinilai belum berkembang secara optimal, baik dalam lingkup organisasi
maupun output program kerja yang dilakukan. Hal ini dikarenakan beberapa
hal, Diantaranya : Problem keorganisasian, problem Sumber Daya Manusia
(SDM), problem kegiatan yang diselenggarakan, dan problem sumber
pembiayaan.2
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) tingkat Propinsi
Jawa Tengah sampai saat ini juga belum bisa berkembang secara baik. Hal itu
bisa dilihat dari daftar prestasi para Qori’ dan Qori’ah yang setiap tahun kian
merosot. Dibuktikan dengan hasil Prestasi dari Musabaqoh Tilawatil Qur’an
(MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) tingkat Nasional yang diadakan
tiap tahun. Rangking dari Propinsi Jawa Tengah selalu berada di bawah Jawa
Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Data menunjukkan bahwa daftar prestasi para Qori’-Qori’ah dari
Propinsi Jawa Tengah dalam mengikuti MTQ tingkat Nasional dari tahun
2005-2010 adalah sebagai berikut: a). STQ Tingkat Nasional tahun 2005 di
Gorontalo, tidak ada Qori’-Qori’ah yang menjadi juara. b). MTQ Tingkat
Nasional tahun 2006 di Kendari, Juara I MTQ golongan Remaja putra yang
diraih oleh Ustadz. Rohani. c). STQ Tingkat Nasional tahun 2007 di Jakarta,
Juara I MTQ Golongan Dewasa Putra yang diraih oleh Ustadz. Herfan. d).
MTQ Tingkat Nasional tahun 2008 di Banten, tidak ada Qori’-Qori’ah yang
menjadi juara. e). STQ Tingkat Nasional tahun 2009 di Jakarta, tidak ada yang
menjadi juara. f). MTQ Tingkat Nasional tahun 2010 di Bengkulu, tidak ada
yang menjadi juara.3
2 http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/ (6 April 2010, 11.15 WIB)3 Dokumen data LPTQ Jawa Tengah dalam MTQ dan STQ Nasional
Problem Prestasi dalam MTQ yang dialami oleh LPTQ Jawa Tengah
sangat memprihatinkan. Dari data yang ada, LPTQ Jawa Tengah harus segera
berbenah diri untuk melakukan upaya-upaya yang bisa menyodok prestasi
para Qori’-Qoriah agar prestasinya menjadi lebih baik di kancah MTQ
Tingkat Nasional yang diadakan setiap tahun.
Upaya peningkatan prestasi yang harus dilakukan oleh LPTQ Jawa
Tengah diantaranya adalah: Mencari bibit-bibit Qori’-Qori’ah dari usia dini
untuk dilatih dan dibina menjadi Qori’-Qori’ah yang handal dan Berkualitas,
Memberi pelatihan terhadap para pelatih tilawah dari kabupaten dan kota yang
ada di Jawa tengah, Mengadakan Pelatihan Tilawah disetiap kabupaten dan
kota se-Jawa Tengah, Mengadakan MTQ tingkat Propinsi Jawa Tengah,
Mengadakan Pelatihan rutin terhadap Qori’-Qori’ah yang Potensial,
mengirimkan Qori’-Qori’ah untuk belajar di Jakarta agar memperoleh ilmu
pengetahuan yang lebih baik dari para Qori’-Qori’ah tingkat Internasional.4
Maka dari itu, peran LPTQ Jawa Tengah sangat urgen untuk
menciptakan Qori’-Qori’ah yang bisa berprestasi di tingkat Nasional maupun
Internasional agar bisa membawa nama baik Propinsi Jawa Tengah dan bisa
mengharumkan Negara Indonesia. Selain itu juga untuk mencari generasi dari
usia dini agar bisa menjadi penerus Qori’-Qori’ah yang sudah Senior.
Akan tetapi sejauh mana peran LPTQ Jawa Tengah dalam hal
peningkatan prestasi dalam MTQ, apakah sudah baik dan maximal atau masih
statis atau bahkan mengalami penurunan, maka dalam skripsi ini penulis
mengadakan penelitian dengan menggunakan judul ”PERAN LEMBAGA
PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA TENGAH DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN BAGI QORI’ DAN
QORI’AH TAHUN 2005-2010”
4 Wawancara dengan Pak Ahyani, selaku Sekretaris LPTQ Jawa Tengah, pada tanggal 3Agustus 2010, pukul 09.00 WIB
B. PENEGASAN ISTILAH
Kesalahpahaman dalam memahami dan mendapatkan pemahaman
yang komprehensif sangat dibutuhkan agar pembaca dapat menghindarinya,
Oleh karena itu, penulis memandang perlu untuk membatasi istilah yang
digunakan dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut :
1. Peran
Dalam Kamus Bahasa Indonesia bahwa peran berarti sesuatu yang
menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang utama.5
Jadi, peran yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Lembaga
Pengembangan Tilawatil Qur’an sebagai lembaga yang menjadi penggerak
dan pelaksana utama untuk meningkatkan tilawah al-Qur’an.
2. Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) adalah
merupakan Lembaga yang menangani masalah pengembangan Tilawatil
Qur’an yang bertujuan untuk mewujudkan penghayatan dan pengamalan
Al-Qur’an dalam masyarakat Indonesia yang ber-Pancasila.6
3. Meningkatkan
Meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti susunan yang
berlapis-lapis. Meningkatkan juga diartikan menaikkan (derajat, taraf, dan
sebagainya), mempertinggi, memperhebat (produksi dan sebagainya), da
mengangkat diri7
4. Prestasi
Menurut bahasa, prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai atau
dilakukan.8 Ada juga yang mengartikan bahwa prestasi adalah tingkat hasil
yang diperoleh pada saat sekarang terhadap suatu bidang yang dipelajari.9
5 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),hlm. 735
6 Depag RI, Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, (Jakarta: Depag,1997), hlm. 3.
7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. II, hlm. 1250
8Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2006), cet. 3, hlm. 910.
Sedangkan dalam buku Evaluasi Instruksional disebutkan bahwa
prestasi yang dimaksud adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.10
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai pada saat sekarang dalam
menyelesaikan suatu hal.
5. Tilawatil Qur’an
Seni dalam membaca Al-qur’an dengan menggunakan 7 macam
lagu yang sering di lombakan dalam Event Musabaqoh Tilawatil Qur’an.
Tilawatil Qur’an dinilai dari 3 aspek, yaitu Tajwid, lagu, dan
adab/fashohah
6. Qori’ dan Qori’ah
Orang yang membaca Al-Qur’an dengan lagu. Qori’ (pembaca
putra), Qori’ah (pembaca putri).
Maksud dari seluruh istilah diatas adalah Peran dari LPTQ Jawa
Tengah dalam Meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana prestasi Tilawatil Qur’an Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah
tahun 2005-2010?
2. Bagaimana Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah
dalam meningkatkan prestasi tilawatil Qur’an bagi Qori’ dan Qori’ah
tahun 2005-2010?
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bukan sekedar bertujuan untuk mengesahkan asumsi
penulis, namun lebih pada tujuan awal dari penelitian itu sendiri, yaitu :
9Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga PengkajianKebudayaan Nusantara, 2006), cet. 5, hlm. 886.
10Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 1991), cet 3, hlm. 3.
a. Mengetahui prestasi Tilawatil Qur’an Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah
tahun 2005-2010.
b. Mengetahui Peran Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa
Tengah dalam meningkatkan prestasi tilawatil Qur’an bagi Qori’ dan
Qori’ah tahun 2005-2010.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dalam dunia Seni membaca Al-Qur’an khususnya di bidang Tiwatil
Qur’an.. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai tolok
ukur tentang peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan Prestasi
Para Qori’ dan Qori’ah.
b. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca berupa informasi mengenai peran LPTQ, serta
hal- hal yang berkaitan dengannya. Dan dapat memberikan informasi
yang berhubungan dengan Tilawatil Qur’an.
E. TELAAH PUSTAKA
Ada beberapa model penelitian yang dari tema ataupun pembahasan
yang memiliki kesamaan arah bidik antara lain:
Penelitian Iva Ainiyah (NIM: 3104196) yang berjudul Peran
Kepemimpinan Kiai Dalam Meningkatkan Kualitas Santri Pesantren Nurul
Hidayah Pahesan Godong Grobogan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: (1) model kepemimpinan kiai dalam memimpin pesantren; (2)
peran kepemimpinan kiai dalam meningkatkan kualitas santri di pesantren
Nurul Hidayah Pahesan Godong Grobogan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: Kepemimpinan kiai adalah kemampuan dan kesiapan seorang kiai
dalam mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntut, menggerakkan,
membimbing, mengarahkan, mengawasi segala tindak tanduk santri sebagai
siswa yang belajar di pesantren untuk mencapai suatu tujuan. Dalam upaya
meningkatkan kualitas santri, peran seorang kiai sangat penting dalam
memberdayakan dan meningkatkan kualitas pesantren dan bertanggung jawab
terhadap perbuatan orang-orang yang berada di bawah tanggungan serta
pengawasannya (santri dan elemen-elemen lain dalam lingkup pesantren), agar
dapat memenuhi fungsinya sebagai lembaga pendidikan, keagamaan dan
pengembangan masyarakat.
Penelitian Nur Azizah (NIM: 3104345) yang berjudul Peran
Manajemen Kesiswaan Untuk Meningkatkan Mutu MTs N Model Brebes.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Bagaimana pelaksanaan
manajemen kesiswaan di MTs N Model Brebes. 2) Bagaimana peranan
manajemen kesiswaan terhadap peningkatan mutu madrasah di MTs N Model
Brebes, 3) faktor pendukung dan penghambat serta solusinya terhadap
pelaksanaan manajemen kesiswaan di MTs N Model Brebes. Hasil dari
penelitian bahwa MTs N Model Brebes telah melaksanakan manajemen
kesiswaan, yang meliputi penerimaan siswa baru, pendataan kemajuan belajar
siswa, bimbingan dan pembinaan disiplin siswa, dan evaluasi dengan cukup
baik madrasah, karena manajemen kesiswaan ternyata masih ada faktor
pendukung dan penghambat sehingga perlu ditindak lanjuti oleh semua
pengelola pendidikan.
Dari beberapa Telaah Pustaka yang ada di atas, fokus penelitian yang
saya tulis berbeda dengan penelitian terdahulu.
F. METODE PENELITIAN
1. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis lebih menekankan pada peran LPTQ
Jawa Tengah dalam meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an dan Hasil
prestasi para Qori’-Qori’ah Jawa Tengah selama mengikuti Musabaqoh
Tilawatil Qur’an.
2. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan saya lakukan merupakan jenis penelitian
kualitatif (Qualitative Research). Penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dan dalam peristiwanya. 11
Sementara itu Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.12
3. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dalam
penelitian ini tidak ada kata lain kecuali menjadikan peneliti sebagai
instrumen utama. Peneliti sebagai instrumen mengantarkan kepada
pembentukan sikap yang menuntut agar diri sendiri memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan berbagai macam realitas yang tidak dapat
dikerjakan oleh instrumen selain manusia, yakni mampu menangkap
makna, berinteraksi yang memuat nilai, lebih-lebih untuk menghadapi
nilai-nilai lokal yang berbeda.13
4. Sumber data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan
oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya.14
Secara sederhana data ini disebut juga data asli, data primer dapat
diperoleh peneliti dengan melakukan wawancara secara langsung
(direct interview) serta observasi secara langsung dan mendalam di
lokasi penelitian.
11 Lexy J. moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), ( Bandung; Remaja RosdaKarya, 1995 ). Hlm 3
12 Margono. Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta; Rieneka Cipta, Cet I, 1997). hlm36.
13 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Serasin, 1996),hlm. 109.
14 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995)cet. XI. hlm. 84-85
b. Sumber Data sekunder
Sumber data sekunder adalah merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen.15
Data sekunder untuk penelitian ini diperoleh dari buku-buku
atau majalah sebagai penunjang dari data primer. Sumber ini biasanya
berbentuk dokumen-dokumen, seperti; data tentang demografis suatu
daerah, data tentang persediaan pangan suatu daerah, data jumlah
penduduk dan lain sebagainya.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek.16 Dalam definisi
yang lain observasi adalah pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki.17
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
situasi secara umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa
Tengah, meliputi letak geografis, sarana prasarana dan fasilitas
lainnya. Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipan (Participant Observation)18 dan observasi
non partisipan (Non-Participant Observation).19
15 Sugiyono, Op. Cit. hlm. 6216 Margono. Ibid. hlm 15817 Soetrisno Hadi., Metodologi Research, (Yogyakarta; Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi, Jilid I, 1980). hlm 136.18 Observasi ini sering digunakan dalam penelitian eksploratif. Yang dimaksud dalam
observasi partisipan adalah apabila observasi (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagianatau berada dalam keadaan obyek yang di observasi (disebut observes), apabila observasipartisipan tetapi unsur partisipan sama sekali ada pada observer dalam kegiatannya maka disebutobservasi non partisipan. Lihat Metodologi penelitian, Abu Ahmadi, Bumi Aksara, Jakarta, 1997hlm 72
19 Djoko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta; Rineka Cipta ,1997). hlm. 63.
b. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.20
Metode ini dilakukan untuk mengetahui alat/benda yang
dianggap penting untuk menunjang penelitian misalnya surat
keputusan, surat instruksi, Silabus, dll.
c. Metode Wawancara
Metode wawancara (interview) adalah bentuk komunikasi
langsung antara peneliti dengan responden.21 Dalam metode ini dapat
dikatakan bahwa terjadi pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu, sehingga dapat melengkapi data-data yang
dibutuhkan, melalui wawancara lisan maupun tertulis. Wawancara juga
dapat dilakukan dengan bentuk formal maupun informal.
Wawancara dilakukan tanpa menggunakan pedoman
wawancara, tetapi peneliti senantiasa berusaha mengembangkan
wawancara di sekitar peranan, sikap dan harapan-harapan para
informan dalam berbagai peristiwa, persoalan dan perubahan.
Wawancara akan peneliti arahkan di sekitar persoalan atau pernyataan
yang pernah dikemukakan informan yang terekam melalui
pengamatan.
Para informan di pilih secara purposif dengan sasaran
memperoleh data yang maksimal dari orang–orang yang memiliki
peranan penting atau memiliki banyak informasi mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan LPTQ Jawa Tengah. Wawancara
seperti itu selalu direkam dan atau di catat, untuk di dengar kembali
pada waktu lain.
20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi Revisi VI(Jakarta : Rineka Cipta, 2006 ), hlm. 231
21 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT. Gramedia, 2004), hlm. 119.
6. Metode Analisis Data
Analisis Data adalah proses mencari, menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah difahami.22
a. Analisis deskriptif, yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah
penelitian yang di maksudkan untuk memotret fenomena individual,
situasi atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian.23
Langkah–langkah dalam metode ini dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi masalah, mendefinisikan, merumuskan,
mengumpulkan dan menganalisis data kemudian menyusun. Jadi,
maksud dari metode ini yaitu berusaha untuk mendeskripsikan,
membahas dan menggali gagasan-gagasan pokok yang selanjutnya di
tarik pada satu kasus baru. Dalam hal ini ide pokok yang menjadi dasar
penelitian adalah peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan
prestasi Tilawatil Qur’an.
b. Analisis Komparasi, Yaitu suatu penyelidikan deskriptif yang berusaha
mencari pemecahan melalui analisa tentang hubungan-hubungan sebab
akibat yaitu meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan
situasi dan fenomena yang diselidiki yang membandingkan faktor yang
satu dengan faktor yang lain.24 Jadi, maksud dari metode ini adalah
mencoba untuk mendeskripsikan dan mengaitkan landasan teori yang
ada dengan data yang ada di lapangan yang kemudian di tarik dalam
sebuah kesimpulan.
22 Sugiyono, Ibid, hlm. 8823 Prof. DR. Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia,
2002), hlm. 4124 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 247.
BAB II
PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN
A. LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN (LPTQ)
1. Pengertian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an adalah suatu lembaga
yang berada di bawah naungan Kementerian Agama yang bergerak
dibidang keagamaan, untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang
Qur’ani agar dapat seirama dengan derap pembangunan nasional dan
perkembangan masyarakat yang semakin pesat.25
Oleh karena itu LPTQ setiap tahunnya selalu mengadakan kegiatan
Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang di dalamnya diperlombakan
berbagai bidang yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Ada cabang
Tilawatil Qur’an, tahfidzul Qur’an, tafsir Al-Qur’an, Kaligrafi, Fahmil
Qur’an, Syarkhil Qur’an, dan Tartil Qur’an.
Dengan diadakannya Musabaqoh tersebut, diharapkan masyarakat
Indonesia mampu meningkatkan kemampuan dalam membaca,
menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an, sehingga
kehidupan masyarakat bisa tenang, damai, dan penuh kekeluargaan.
2. Landasan Hukum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
Kegiatan Musabaqoh Tilawatil Qur’an dewasa ini telah melembaga
dan membudaya dalam masyarakat serta telah memberikan manfaat yang
besar dalam rangka ”pembangunan manusia seutuhnya”, maka untuk lebih
meningkatkan kegiatan LPTQ serta pemanfaatannya, dipandang perlu
menyempurnakan organisasi penyelenggaraan Musabaqoh Tilawatil
Qur’an dalam bentuk suatu badan yang tetap.
Maka dibentuklah Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
dengan Keputusan Bersama Menteri agama dan Menteri Dalam Negeri
25 Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, (Jakarta: LembagaPengembangan Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional, 1992), hlm. 25.
No. 19 Tahun 1977 dan No. 151 Tahun 1977 tentang pembentukan
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.26
3. Tujuan dan Tugas Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
Secara umum LPTQ bertujuan untuk mewujudkan penghayatan
dan pengamalan Al-Qur’an dalam masyarakat Indonesia yang ber-
Pancasila.
Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut, LPTQ melakukan
beberapa tugas, diantaranya adalah :
a. Menyelenggarakan Musabaqoh Tiawatil Qur’an (MTQ) di tingkat
Nasional dan di Daerah.
b. Menyelenggarakan pembinaan tilawah (baca dan lagu), tahfidz
(hafalan), khat (tulis indah), puitisasi dan pameran Al-Qur’an.
c. Meningkatkan pemahaman Al-Qur’an melalui penterjemah,
pentafsiran, pengkajian dan klasifikasi ayat-ayat.
d. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan al-Qur’an dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Organisasi dan Kepengurusan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
Organisasi dan kepengurusan LPTQ tingkat Nasional terdiri atas:
a. Pembina: Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Penerangan, Menteri Perhubungan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Sosial serta Ketua Umum Majelis Ulama
Indonesia.
b. Ketua-Ketua: Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama sebagai Ketua Umum, dan seorang pejabat
Departemen Dalam Negeri, seorang pejabat Departemen Penerangan
serta Ketua Majelis Ulama Indonesia sebagai Ketua.
c. Sekretaris dan Bendahara: direktur Penerangan Agama Islam
Departemen Agama sebagai Sekretaris Umum, dan Sekretaris Majelis
26 Ibid., hlm. 5.
Ulama Indonesia, beberapa pejabat Departemen Agama dan
Departemen Dalam Negeri sebagai Sekretaris/Bendahara 27.
B. PRESTASI TILAWATIL QUR’AN
3. Tilawatil Qur’an
a. Pengertian Tilawatil Qur’an
Secara etimologi, Tilawatil Qur’an adalah membaca Qur’an
dengan suara indah. Sedangkan secara terminologi tilawah adalah
memperbagus suara saat membaca al-Qur’an, tentunya dengan indah
bahkan amat indah. Jadi suara yang indah akan menambah
keindahannya sehingga menggerakkan hati dan menggoncangkan
qalbu ketika mendengarnya.28
Jadi Tilawatil Qur’an adalah membaca Al-Qur’an dengan
menggunakan lagu, suara yang indah dan merdu. Lagu-lagu yang
digunakan untuk Tilawatil Qur’an itu ada tujuh macam, diantaranya
adalah Lagu Bayyati, hijaz, nahawand, rast, sika, shoba, dan jiharka
Akan tetapi ada perbedaan tentang batasan melagukan suara
itu. Ada ulama yang ketat, ada yang membebaskan dan ada yang
bersikap pertengahannya. Dan sebaik perkara adalah pertengahannya,
tidak baik dalam berlaku berlebihan atau berkurang.
Menurut As-Syuyuthi yang dikutip oleh Dr. Yusuf Qardhawi
dijelaskan bahwa membaca Al-Qur’an dengan dilagukan (suara yang
merdu) hukumnya adalah sunah.29
Berdasarkan pendapat Yusuf Qardhawi tersebut, kita
dianjurkan untuk membaca Al-Qu’ran dengan suara yang indah,
sebatas tidak sampai kepada memanjang-manjangkannya. Dalam hal
ini, Ar-Rifa’i sebagaimana yang dikutip oleh Dr. Yusuf Qardhawi
mengatakan bahwa “jumhur berpendapat bahwa dimakruhkan yang
27 Ibid., hlm. 928 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999),
hlm. 234.29 Ibid., hlm. 237
berlebihan dalam memanjangkan, berlebihan dalam baris huruf,
sehingga fathah menjadi alif, dhammah menjadi wawu, dan kasrah
menjadi ya, atau mengidghamkan pada tempat yang bukan idghom”.30
b. Musabaqah Cabang Tilawatil Qur’an
Tilawatil Qur’an sering diperlombakan di tingkat daerah,
nasional, maupun internasional, yang dikenal dengan nama Musabaqoh
Tilawatil qur’an
1) Ketentuan
a) Pengertian
Musabaqah Tilawatil Qur’an adalah suatu jenis lomba
membaca Al-Qur’an dengan bacaan mujawwad, yaitu bacaan
Al-Qur’an yang mengandung nilai ilmu membaca, seni
membaca, dan adab membaca menurut pedoman yang telah di
tentukan. Qira’at yang digunakan adalah Qira’at imam ‘Ashim
riwayat hafs dengan martabat mujawwad.
b) Golongan Musabaqoh
Cabang Tilawatil Qur’an terdiri dari tiga golongan yang
bisa diikuti oleh kelompok pria (Qori’) dan kelompok wanita
(Qori’ah), yaitu:
(1) Golongan anak-anak
Umur maksimal 9 tahun 11 bulan 29 hari
(2) Golongan remaja
Umur maksimal 21 tahun 11 bulan 29 hari
(3) Golongan dewasa
Umur maksimal 40 tahun 11 bulan 29 hari atau sudah
pernah menikah.
c) Penentuan Maqra’
Maqra’ adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang harus dibaca
oleh peserta dalam melaksanakan musabaqoh yang di tetapkan.
30 Yusuf Qardhawi, op. cit., hlm. 234
Maqra’ untuk setiap golongan ditentukan sebagai
berikut: Golongan anak-anak juz 1-10, golongan remaja juz 1-
20, golongan dewasa juz1-30.31
2) Pelaksanaan Musabaqoh
a) Tahap persiapan.
Persiapan Musabaqoh yang dimulai sejak pendaftaran,
pengesahan, penentuan nomor serta penjadwalan tampil peserta
adalah sebagaimana tercantum dalam ketentuan umum.
b) Tahap pelaksanaan
(1) Penentuan maqra’
Penentuan maqra’ peserta yang akan tampil
dilakukan sebagai berikut:
Peserta golongan dewasa 10 menit sebelum naik ke
mimbar tilawah
Peserta golongan anak-anak dan remaja 16 jam
sebelum tampil.
(2) Penampilan
Lama penampilan bagi setiap peserta adalah lama
membaca sebagai berikut:
(a) Golongan anak-anak 6-7 menit
(b) Golongan remaja 7-8 menit
(c) Golongan dewasa 10 menit32
c. Bidang yang dinilai dalam Tilawatil Qur’an
1) Norma Penilaian
Norma penilaian cabang Tilawah Al-Qur'an adalah
ketentuan-ketentuan penilaian yang ditetapkan dalam perhakiman
cabang tersebut, baik yang berhubungan dengan bidang dan materi
penilaian maupun yang berkaitan dengan teknis penilaian.
Norma penilaian tersebut meliputi:
31 Buku Panduan MTQ Nasional V Antar Pondok Pesantren se-Indonesia 2006, (Jakarta:Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra’ Wal Hufazh, 2006), hlm. 1-2
32 Ibid., hlm. 5-6
a) Bidang dan Materi yang dinilai
(1) Bidang Tajwid dan materi ( nilai maksimal 30)
(a) Makharij al Huruf
Makharij al Huruf terdiri atas kata makhorij dan
kata al-huruf. Makhorij adalah jamak dari kata tunggal
(mufrod) “makhroj” yang berarti tempat keluar. Adapun
yang dimaksud dengan istilah makhorijul huruf dalam
terminology ilmu tajwid adalah sesuatu ilmu yang
mempelajari tentang tempat-tempat keluarnya huruf-
huruf hijaiyyah yang berjumlah 28 atau 30 huruf 33.
Tempat keluarnya huruf itu ada tujuh belas,
yang terbagi menjadi lima tempat:
1. Rongga mulut yaitu : tempat yang kosong di dalam
mulut, ketika saling berjauhan dua tulang rahang
saat mengucapkan huruf mad, dan di dalam rongga
mulut ada satu makhroj yang keluar, dari padanya
keluar huruf mad yang ke tiga :
a. Alif yang bersukun, yang dibaca fathah huruf
sebelumnya.
b. Wawu yang bersukun, yang dibaca dhummah
huruf sebelumnya.
c. Ya’ yang bersukun, yang dibaca kasroh huruf
sebelumnya.
Ketiga huruf tadi dinamakan huruf Mad atau
huruf bangsa rongga mulut.
2. Tenggorokan
Di dalam tenggorokan ada tiga makhroj
(tempat) yaitu :
33 Materi Pendidikan Guru Pengajar Al-Qur’an (PGPQ) Marhalatul Ula, diterbitkan olehFUSPAQ Kab Kendal 2010, hlm. 1
a. Pangkal tenggorokan, dari padanya keluar huruf
hamzah dan Ha’
b. Tengah tenggorokan, dari padanya keluar huruf
‘Ain dan Ha.
c. Yang dan lebih dekat dengan mulut atau atas
tenggorokan, dari padanya keluar huruf Ghoin
dan Kho.
Dari mulai hamzah sampai kho semuanya
dinamakan huruf bangsa tenggorokan. bagian dalam
dari mulut/rongga mulut. Al-halaq: huruf yang
dikeluarkan dari tenggorokan.
3. Lidah
Pada lidah terdapat sepuluh makhroj :
a. Pangkal lidah serta naiknya pangkal dan tempat
yang lurus dengan pangkal dari bagian langit-
langit atas, dari padanya keluar huruf Qof.
b. Pangkal lidah beserta turunnya lidah dan tempat
yang lurus dengannya dari bagian langit-langit
atas, darinya keluar huruf Kaf, dan keduanya
dinamakan huruf anak lidah atau tekak, karena
kedekatannya pada tekak.
c. Tengah lidah dan tempat yang lurus dengannya
dari langit-langit atas, keluar jadinya huruf Jim,
Syin, dan Ya’
d. Pinggir lidah dan tempat yang lurus dengannya
dari gigi geraham atas, baik kanan ataupun kiri,
atau kanan dan kiri bersamaan, keluar darinya
huruf Dlod. Adapun keluarnya Dlod dari pinggir
sebelah kiri itu lebih mudah dibandingkan
melalui sebelah kanan dan lebih banyak yang
melakukannya.
e. Tempat diantara kedua pinggir lidah dan tempat
yang melurusi keduanya dari gusi atas setelah
makhrojnya Dlod, keluar darinya huruf Lam.
f. Pucuk atau ujung lidah dan tempat yang
melurusinya dari bagian gua atau tengah atas
langit-langit atau pangkal beberapa gigi depan
atas, darinya keluar huruf Nun.
g. Ujung lidah dan tempat yang melurusinya dari
bagian atas tengah langit-langit bersamaan
dengan condong dari makhrojnya Nun,
makhrojnya itu lebih masuk atau dekat dengan
lidah bagian atas, darinya keluar huruf Ro’.
Huruf Nun, Lam, dan Ro’ ketiganya dinamakan
huruf bangsa ujung.
h. Ujung lidah dengan pangkal beberapa gigi depan
atas, keluar darinya huruf Dal, Ta’, Tho’. Ketiga
huruf tersebut dinamakan huru bangsa kulit.
Karena ketiganya keluar dari kulit yang
menutupi pangkal beberapa gigi depan atas.
i. Tempat antara ujung lidah dan antara beberapa
gig depan atas dan bawah beserta terbukanya
tempat antara dua tulang rahang, darinya keluar
huruf Sin, Za’, Shod. Ketiga huruf tadi
dinamakan huruf bangsa ujung, karena
ketiganya keluar dari akhir ujungnya lidah.
j. Bagian luar atau atas ujungnya lidah dan
beberapa ujung gigi depan atas, darinya keluar
huruf Tsa, Dzal, Dho’. Ketiganya dinamakan
huruf bangsa gusi, karena dekatnya huruf atau
makhrojnya yang keras dari gusi gigi depan atas.
4. Dua bibir
Di dalamnya terdapat dua tempat makhroj yaitu :
a. Bagian dalam bibir sebelah atas bersama
beberapa ujung gigi depan atas, darinya keluar
huruf Fa’.
b. dari dua bibir bersamaan, keluar darinya huruf
Ba’, Mim, dan Wawu. Ketiga huruf di atas
dinamakan huruf bangsa bibir.
5. Pangkal hidung bagian dalam
Pada pangkal hidung terdapat satu tempat
atau makhroj, yang keluar dari padanya adalah suara
dengung, yaitu sifat yang tetap tersusun di dalam
huruf nun dan mim, bagaimanapun tingkah
keduanya dalam keadaan dijelaskan, dimasukkan,
disamarkan, diberatkan, diringankan, diharokati.34
(b) Sifat al Huruf
Sifat-sifatnya huruf itu terbagi menjadi dua sifat, yaitu:
1. Sifat yang tetap atau asli
Yaitu: sifat-sifat dari dzatnya atau
sendirinya, huruf yang tak kan hilang dari padanya,
dan itu memang nyata dimiliki huruf tersebut seperti
sifat tinggi, pelan, dan semua sifat yang akan
dijelaskan mendatang.
Sifat-sifat asli (tetap) itu ada tujuh belas, dan
itu terbagi menjadi dua:
a. Sifat-sifat yang berlawanan
Yaitu: ada sepuluh sifat, dikelompokkan
menjadi lima. Berarti setiap kelompok ada dua
sifat yang berlawanan. Ketika ditemukan satu
sifat dari keduanya dari setiap huruf, maka
34 Ibid., hlm. 2-3
tercegah darinya sifat yang menjadi lawannya
dan wajib bagi setiap huruf untuk bersifat
dengan salah satu dari keduanya.
1) Pelannya huruf, yaitu: keluarnya nafas ketika
mengucapkan huruf karena lemahnya
berpijak pada makhroj.
2) Serunya huruf, yaitu: tercegahnya nafas
ketika mengucapkan huruf karena kuatnya
berpijak pada makhroj.
3) Keras, yaitu: mencegah suara ketika
mengucapkan huruf, karena kuatnya berpijak
pada makhroj. pertengahan, yaitu sifat yang
menengahi antara keras dan lunak.
4) Lunak, yaitu: mengalirnya suara ketika
mengucapkan huruf.
5) Naik, yaitu: ke atas pangkal lidah ketika
mengucapkan huruf.
6) Turun, yaitu: merendahnya pangkal lidah
ketika mengucapkan huruf. Huruf-huruf
selain huruf isti’la’ dari huruf hijaiyyah.
7) Tertutup, yaitu: bertemunya sebagian besar
lidah pada tempat yang menelusuri langit-
langit atas.
8) Terbuka, yaitu: terbukanya lidah atau
sebagian besarnya langit-langit atas ketika
mengucapkan huruf.
9) Lancar, yaitu: suara yang keluar dari ujung
dan keluarnya mudah-mudah
10) Tercegah, yaitu: tercegahnya mukalim dari
mendatangkan kalimat yang sebangsa empat
huruf, atau lima hurufnya yang asal, yang
bebas dari huruf lancar.
b. Sifat-sifat yang tidak berlawanan
Yaitu ada tujuh sifat:
1) Menyuit (seperti suara peluit), yaitu suara
yang menyerupai suara burung
2) Menggerakkan atau menggoyangkan, yaitu
gerakan dalam makhroj ketika mengucapkan
huruf dikarenakan keras dan serunya huruf
tersebut.
3) Lembut atau lunak, yaitu wawu dan ya’
dalam keadaan bersukun, keduanya yang
huruf sebelum keduanya dibaca fathah,
karena keluar keduanya ketika diucapkan
dengan mudah dan tidak sukar.
4) Miring, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf
Lam dan Ro’ dengan sekira menyimpangnya
lidah dari makhrojnya Nun ketika
mengucapkan keduanya.
5) Berulang kali, yaitu kembali berulang dan
hanya dimiliki oleh satu huruf Ro’ dan wajib
meninggalkan sifat ini, sekira kalau kita
mengharapkan untuk mengucapkan Ro’,
maka wajib melekatkan ujung lidah pada
tempat yang melurusinya, dari langit-langit
atas dan memberikan toleransi pada
ujungnya lidah untuk bergetar satu kali.
6) Menyebar, yaitu menyebarkan udara atau
angin di dalam mulut, yang di punyai oleh
satu huruf Syin.
7) memanjang, yaitu panjangnya makhroj, dan
dimiliki oleh satu huruf yaitu Dlod.
2. Sifat-sifat baru atau tambahan
Yaitu: sifat yang menyempurnakan pada
huruf, sekiranya kalau dihilangkan maka tidak bisa
mempengaruhi pada dzatnya tersebut, dan sifat-sifat
yang berhak sebagai tambahan seperti tafhim dan
seterusnya.
(c) Ahkam al Huruf
Ahkam al Huruf adalah hokum Dari masing-
masing huruf. Diantaranya:
1. Nun Sukun dan Tanwin
Nun sukun yaitu nun yang berbaris sukun
yang bacaannya tergantung dengan huruf yang
datang berikutnya. Nun tanwin (baris dua), yaitu
nun sukun tambahan yang terdapat di akhir kata jika
kata tersebut dilafalkan atau disambung dan hilang
jika kata tersebut ditulis atau dijadikan tempat
berhenti. Hukum bacaannya adalah sebagai berikut:
a. Iqlab menurut etimologi berarti merubah
sesuatu dari bentuknya. Menurut istilah tajwid
berarti meletakkan huruf tertentu pada posisi
huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan
penuturan huruf yang disembunyikan (huruf
mim). Dinamakan iqlab karena terjadinya
perubahan tuturan nun sukun atau tanwin
menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai
dengung. Huruf iqlab hanya satu, yaitu baa.
b. Idgham menurut etimologi berarti memasukkan
sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid
berarti memasukkan huruf yang sukun ke dalam
huruf yang berharakat sehingga menjadi satu
huruf yang bertasydid. Idgham terbagi dua: -
Idgham Bighunnah (disertai dengung) - Idgham
Bila Ghunnah (tanpa dengung).
1) Idgham bighunnah mempunyai empat huruf,
yaitu ya, nun, mim dan wau. Apabila salah
satu hurufnya bertemu dengan nun sukun
atau tanwin (dengan syarat di dalam dua
kata), maka harus dibaca idgham bighunnah.
2) Idgham bila ghunnah mempunyai dua huruf,
yaitu: lam dan ra. Apabila salah satu
hurufnya bertemu dengan nun sukun atau
tanwin dengan syarat di dalam dua kata,
maka bacaannya harus idgham bila ghunnah.
2. Nun dan mim bertasydid, yaitu setiap nun atau mim
yang bertasydid. Huruf yang bertasydid pada
dasarnya berasal dari dua huruf, yang pertama sukun
dan yang kedua berharakat.
Mim bertasydid berasal dari dua mim, yang
pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim
yang pertama dimasukkan/berasimilasi ke dalam
mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang
bertasydid. Hukum mim tasydid harus dibaca
ghunnah dua harakat. Mim yang bertasydid juga
disebut tasydidul ghunnah.
Nun bertasydid berasal dari dua huruf nun,
yang pertama sukun dan yang kedua berharakat.
Nun yang pertama dimasukkan/berasimilasi ke
dalam nun yang kedua, maka terjadilah satu huruf
yang bertasydid. Hukum nun tasydid harus dibaca
ghunnah dua harakat. Nun yang bertasydid disebut
juga tasydidul ghunnah.
3. Mim Sukun, yaitu mim yang tidak berharakat. Mim
semacam ini bisa terdapat sebelum semua huruf
hijaiah kecuali tiga huruf mad (alif, wau, dan ya)
untuk menghindari bertemunya dua huruf yang
sukun.
a. Izhar Syafawi menurut etimologi berarti
memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah
tajwid ialah melafalkan huruf-huruf izhar dari
makhrajnya tanpa dengung. Dinamakan syafawi
karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan
dua bibir, sedangkan penisbahannya kepada
izhar karena ketepatan pengucapannya sama
dengan pengucapan huruf izhar. Izhar Syafawi
mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiah
selain huruf mim dan ba. Jika terdapat huruf wau
dan fa setelah mim sukun, huruf mim wajib
dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari
keraguan membacanya dengan ikhfa.
Sebaliknya, huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika
bertemu dengan huruf ba. Alasannya, karena
makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah
sama dan antara makhraj huruf mim dengan
huruf fa sangat berdekatan.
b. Ikhfa Syafawi menurut etimologi berarti
menyembunyikan. Menurut istilah tajwid ialah
melafalkan huruf yang sifatnya antara izhar dan
idgham (tanpa tasydid) disertai dengan dengung.
Dinamakan syafawi karena huruf mim dan ba
makhrajnya dari pertemuan dua bibir. Ikhfa
Syafawi hanya mempunyai satu huruf, yaitu ba.
c. Idgham mitslain shaghir menurut etimologi
berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid ialah memasukkan huruf
yang sukun ke dalam huruf yang berharakat
sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.
Disebut mitslain karena berasal dari dua huruf
yang makhraj dan sifatnya identik, sedangkan
disebut shaghir adalah karena huruf yang
pertama sukun dan yang kedua berharakat.
Idgham mitslain shaghir mempunyai satu huruf,
yaitu mim.
4. Pertemuan antara dua huruf, baik secara lafal atau
pun tulisan dapat terbagi ke dalam empat kasus,
yaitu mitslain (identik), mutaqaribain (mirip-
berdekatan), mutajanisain (sejenis) dan
mutaba`idain (berbeda-berjauhan). Dalam konteks
ini tidak dibahas hukum mutaba`idain, karena target
yang ingin dicapai di sini adalah dapat mengetahui
huruf-huruf yang wajib diidghamkan dan yang
tidak. Hal ini tidak didapati dalam mutaba`idain.
Hukum izhar dan idgham pada mitslain,
mutaqaribain dan mutajanisain hanya terjadi pada
huruf pertama saja, bukan pada huruf yang kedua.
a. Mitslain adalah dua huruf yang sama makhraj
dan sifatnya, seperti dua huruf ba atau dua huruf
ta.
1) Mitslain Shaghir, disebut mitslain shaghir
jika huruf yang pertama sukun dan yang
kedua berharakat. Dinamakan saghir (kecil)
karena huruf pertama sukun dan yang kedua
berharakat, sehingga mudah diidghamkan.
Aturan bacaannya: Wajib idgham kecuali
jika huruf yang pertama mad atau huruf
pertama ha saktah, maka wajib dibaca izhar,
karena adanya saktah tersebut menghalangi
terjadinya asimilasi (idgham).
2) Mitslain Kabir, disebut mitslain kabir jika
huruf pertama dan kedua berharakat.
Dinamakan kabir (besar) karena terdapat
dalam Al-Qur’an dalam jumlah besar dan
karena harakat jumlahnya lebih banyak dari
sukun.
3) Mitslain Mutlak, disebut mitslain mutlak jika
huruf yang pertama berharakat dan huruf
yang kedua sukun. Dinamakan mutlak
karena tidak terikat dengan ketentuan
shaghir (kecil) dan kabir (besar). Aturan
bacaannya: Wajib izhar menurut pendapat
ahli-ahli qiraat.
b. Mutaqaribain, disebut mutaqaribain bila
bertemu dua huruf yang makhraj dan sifatnya
mirip, atau salah satu dari makhraj dan sifatnya
saja.
1) Mutaqaribain Shaghir, yang dimaksud
dengan istilah ini adalah pertemuan dua
huruf, yang pertama sukun dan yang kedua
berharakat. Dinamakan shaghir (kecil)
karena huruf yang pertama sukun dan yang
kedua berharakat. Aturan bacaannya adalah
izhar (menurut Imam Hafsh dan Imam qiraat
lainnya). Khusus mengenai lam dan ra bila
bertemu, maka wajib dibaca idgham menurut
kesepakatan ahli qiraat.
2) Mutaqaribain Kabir, yang dimaksud dengan
istilah ini adalah pertemuan dua huruf yang
pertama dan kedua berharakat. Dinamakan
kabir (besar) karena terdapat dalam Al-
Qur’an dalam jumlah besar dan jumlah
harakat lebih banyak dari sukun. Aturan
bacaannya ialah wajib izhar.
3) Mutaqaribain Mutlak, yang dimaksud
dengan istilah ini adalah pertemuan dua
huruf, yang pertama berharakat dan yang
kedua sukun. Dinamakan mutlak karena
tidak terikat dengan ketentuan shaghir
(kecil) dan kabir (besar). Aturan bacaannya
ialah wajib izhar.
c. Mutajanisain, disebut mutajanisain bila dua
huruf bertemu di mana makhrajnya sama,
sedangkan sifatnya berlainan, seperti huruf dal
dan ta.
1) Mutajanisain Shaghir, disebut mutajanisain
shaghir jika huruf yang pertama sukun dan
yang kedua berharakat. Dinamakan shaghir
(kecil) karena huruf yang pertama sukun dan
yang kedua berharakat. Aturan bacaannya
ialah wajib izhar, kecuali pada enam tempat
yang harus dibaca idgham, yaitu: 1) Huruf
ba dan sesudahnya huruf mim. 2) Huruf ta
dan sesudahnya huruf dal. 3) Huruf ta dan
sesudahnya huruf tha. 4) Huruf tha dan
sesudahnya huruf dzal. 5). Huruf dal dan
setelahnya huruf ta. 6) Huruf dzal dan
sesudahnya huruf zha. Adapun huruf tha
yang sesudahnya huruf ta, aturan bacaannya
adalah idgham naqish menurut kesepakatan
ahli qiraat.
2) Mutajanisain Kabir, disebut mutajanisain
kabir bila kedua hurufnya berharakat.
Dinamakan kabir (besar) karena terdapat
dalam Al-Qur’an dalam jumlah besar dan
karena persentase huruf yang berharakat
lebih besar dari huruf yang sukun. Aturan
bacaannya ialah wajib izhar.
3) Mutajanisain Mutlak, disebut mutajanisain
mutlak, jika huruf yang pertama berharakat
dan yang kedua sukun. Dinamakan mutlak
karena tidak terikat dengan ketentuan
shaghir (kecil) dan kabir (besar). Aturan
bacaannya ialah wajib izhar.
5. Qalqalah menurut etimologi berarti getaran.
Menurut istilah tajwid berarti getaran suara yang
terjadi ketika mengucapkan huruf yang sukun
sehingga menimbulkan semacam aspirasi suara
yang kuat, baik sukun asli atau pun tidak. Huruf
qalqalah ada lima, yaitu qaf, tha, ba, jim, dan dal.
Syarat qalqalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun
asli atau yang terjadi karena berhenti pada huruf
qalqalah.
a. Level qalqalah yang paling rendah terjadi
apabila huruf qalqalah terletak di tengah-tengah
kata.
b. Level qalqalah yang sedang (pertengahan)
terjadi apabila berhenti pada huruf qalqalah
sedang huruf tersebut tidak bertasydid.
c. Level qalqalah yang paling keras terjadi apabila
berhenti pada huruf qalqalah sedang huruf
tersebut bertasydid.35
(d) Ahkam al Mad wa al Qashar
Mad menurut etimologi berarti tambahan.
Menurut istilah tajwid berarti memanjangkan suara
sewaktu membaca huruf mad atau huruf layin jika
bertemu dengan hamzah atau sukun. Huruf mad ada
tiga, yaitu alif, wau dan ya. Syarat mad: Huruf sebelum
wau berbaris damah, sebelum ya berbaris kasrah dan
sebelum alif berbaris fathah. Jika huruf yang sebelum
ya atau wau sukun itu berbaris fathah, tidak disebut
huruf mad, akan tetapi disebut dengan huruf layin.
(2) Bidang Fashohah dengan materi (nilai maksimal 30)
(a) Ahkam al Waqf wa al Ibtida’
Waqaf menurut etimologi berarti
berhenti/menahan. Menurut istilah tajwid berarti
memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak
dengan niat meneruskan bacaan selanjutnya.
1. Waqaf Lazim (harus), yaitu berhenti di akhir kalimat
sempurna. Waqaf Lazim disebut juga Waqaf Taam
(sempurna) karena waqaf terjadi setelah kalimat
sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat
sesudahnya.
2. Waqaf Ja'iz (boleh), yaitu bacaan yang boleh washal
(disambung) atau waqaf (berhenti). Waqaf jenis ini
35 http://quran.al-islam.com/Ahkam/Tree.asp?ID=48&t=TreeSub&RecNo=48&l=ind&Parnt=1. (10 Juli 2009, 16.18 WIB)
terbagi dua, yaitu yang terkadang disambung lebih
baik dan yang terkadang berhenti lebih baik.
3. Waqaf Hasan (baik), yaitu bacaan yang boleh
washal atau waqaf, akan tetapi washal lebih baik
dari waqaf. Dinamakan hasan (baik) karena berhenti
di tempat itu sudah baik.
(b) Mura’at al Huruf wa al Harakat
Yaitu menjaga huruf dan harakat. Contoh: Wawu dibaca
fa, fathah dibaca dhomah atau sebaliknya.
(c) Muro’at al Kalimat wa al Ayat
Yaitu menjaga Kalimat dan Ayat. Contoh: loncat ke
baris berikutnya
(3) Bidang Suara (nilai maksimal 15)
(a) Kejernihan/kebeningan suara
Suara yang jernih dan bening adalah suara yang
ketika membaca Al-Qur’an tidak ada suara serak dan
pita suara bebas dari gangguan. Oleh karena itu untuk
memperoleh suara yang jernih dan bening, seorang
peserta harus mampu menjaga kondisi, pola makan,
istirahat yang cukup agar kondisi badan tetap fit saat
tampil dalam suatu Musabaqoh Tilawatil Qur’an.
(b) Kehalusan
Kehalusan yang dimaksud adalah saat
mengeluarkan suara dan saat membaca ayat-ayat Al-
qur’an itu penekanan nada harus halus atau tidak kasar.
Sehingga huruf yang dibaca juga jelas dan bila di
dengarkan juga lebih indah dan lebih bias menyentuh
hati.
(c) Kenyaringan
Suara yang nyaring sangat diperlukan oleh
peserta dalam Musabaqoh Tilawatil Qur’an, karena
kenyaringan suara itu harus maximal ketika
membawakan lagu-lagu tilawah pada tingkatan nada
tinggi. Terutama pada nada Bayyati Jawab, hijaz Kard
kurd, Nahawan Jawab dan nada-nada yang lain yang
membutuhkan suara tinggi dan powerful.
(d) Keutuhan
Keutuhan disini berarti nada awal sampai nada
akhir harus utuh dan seimbang. Tidak terjadi penurunan
nada ataupun peningkatan nada. Ketika seorang peserta
sudah memulai nada awal ta’awudz makan nada awal
tersebut harus utuh sampai nada akhir tasydiiq.
(e) Pengaturan nafas
Nafas yang panjang sangat dibutuhkan dalam
membaca tilawatil Qur’an, pada hakekatnya membaca
Al-Qur’an harus satu nafas. Maka nafas yang panjang
bisa membuat peserta lebih nyaman ketika membacakan
ayat yang panjang dan bisa maksimal ketika
membawakan dengan nada tinggi.36
(4) Bidang Lagu (nilai maksimal 25)
(a) Lagu permulaan
Lagu dalam Tilawatil Qur’an dalam MTQ harus
di awali dengan lagu Bayyati. Boleh dari bayyati
tingkatan Qoror ataupun tingkatan nawa.
(b) Jumlah lagu
Jumlah lagu dalam Tilawatil Qur’anm ada tujuh
macam, diantaranya Lagu Bayyati, Hijaz, Nahawan,
Rast, sika, Shoba, dan Jiharka. Jumlah lagu yang
dibawakan ketika mengikuti MTQ tidak sama,
36 Buku Materi Penataran, Pelatihan dan Peningkatan Mutu Dewan Hakim MusabaqohTilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Jawa Tengah tanggal 29-31 Maret 2004 di Wisma HajiArmina Donohudan Boyolali.
tergantung golongan masing-masing. Biasanya jumlah
lagu yang dibawakan minimal 3 macam Lagu.
(c) Peralihan keutuhan tempo lagu
Peralihan dari lagu yang satu ke lagu yang lain
harus utuh nadanya dan tempo saat membawakan lagu
tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat, bisa
dikatakan tempo standar.
(d) Irama dan gaya
Irama dan gaya sangat mempengaruhi
keindahan membaca. Irama nada yang indah, penuh
dengan improvisasi dan gaya membaca yang penuh
ta’dzim tetapi tetap percaya diri sangat menunjang
untuk memperoleh nilai yang maksimal. Irama dan gaya
dari masing peserta Tilawah berbeda-beda, ada yang
mempunyai gaya suara tinggi, ada pula yang
mengandalkan permainan irama dan gaya timur Tengah.
(e) Variasi
Variasi setiap tahun berubah-ubah, karena
perkembangan variasi di kalangan Qori dan Qori’ah
sangat pesat. Ada yang memakai variasi Timur Tengah,
ada pula yang mengkombinasikan antara variasi daerah
sendiri dengan gaya variasi Syeikh-Syeikh Arab Saudi.
Jadi pada intinya variasi setiap tahun ada perubahan.37
2) Ketentuan Penilaian
Ketentuan penilaian adalah merupakan kriteria-kriteria
kesalahan dan istilah kesalahan yang digunakan dalam penilaian
dan terdapat pada masing-masing bidang yaitu bidang Tajwid,
Fashahah, bidang suara dan lagu:
37 Orientasi LPTQ Jawa Tengah oleh Drs. Ahmad Yani, tanggal 25 Oktober 2010.
a) Bidang Tajwid dan Fashahah
Istilah kesalahan yang digunakan dalam setiap bentuk
kesalahan yang terdapat pada materi-materi Tajwid dan
Fashahah adalah:
(1) Kesalahan Jali yaitu kesalahan dalam pengucapan lafadz Al
qur’an yang merusak ketentuan-ketentuan Qiraat/bacaan
menurut Riwayat Hafsh, baik yang mengakibatkan
rusaknya makna maupun tidak. Disebut kesalahan Jali
karena kesalahan itu diketahui oleh ulama’-ulama’ Qiraat
dan bukan ulama Qiraat. Seperti:
(a) Pengucapan huruf tho ( ) dibaca ( )
(b) Perubahan harakat kasrah dibaca fathah seperti
dibaca
(2) Kesalahan Khafi yaitu kesalahan dalam pengucapan lafaz
sehingga menyimpang dan ketentuan Qiraat Ashim
Riwayat Hafsh, tetapi tidak merusak makna.
(3) Disebut kesalahan Khafi karena kesalahan tersebut hanya
diketahui oleh ulama Qiraat dan Ahiul Ada’ saja.
Kesalahan Khafi terbagi menjadi dua bagian:
(a) Kesalahan Khafi yang hanya diketahui oleh ulama
Qiraat (teoritis) seperti:
1. Meninggalkan Idgham, Idzhar, Ikhfa’, Iqiab dll.
2. Menipiskan yang seharusnya tebal dan sebaliknya,
wakaf dengan dan harakat yang sempurna, dll.
(b) Kesalahan Khafi yang hanya diketahui oleh orang-
orang yang mahir (practice) dalam Qiraat seperti:
1. Menggetar-getarkan huruf RA
2. Menebalkan huruf LAM dan mencampurkan
dengan ghunnah.
3. Mendemonstrasikan napas panjang tanpa
menghiraukan norma al-wakaf wa al-ibtida’
4. Dan lain-lain
(c) Contoh-contoh kesalahan Jali dan Khafi pada setiap
materi yang dinilai dapat dilihat pada bagian cara
penilaian.
b) Bidang Suara dan lagu
(1) Lagu yang dipergunakan dalam cabang Tilawah al Quran
adalah lagu-lagu Arabi yang sudah masyhur dikalangan
para Qari’-Qari’ah, baik yang dianggap sebagai lagu Misty
maupun lagu Makkawy seperti Bayyati/Husaini, Hijaz,
Sika, dan lain-lain dengan segala variasinya.
(2) Jumlah lagu yang dibacakan oleh golongan remaja dan
dewasa minimal 5 (lima) jenis lagu.
(3) Lagu permulaan bebas termasuk tangga nada yang
dibawakan
(4) Macam-macam kesalahan dalam bidang suara:
(a) Suara kasar, pecah atau parau.
(b) Suara lemah dan tidak mampu tinggi.
(c) Suara sumbang
(d) Suara sengau/khaisum
(e) Dan lain-lain.
(5) Macam-macam kesalahan dalam bidang lagu:
(a) Jumlah lagu kurang dan batas minimum.
(b) Peralihan lagu tidak serasi, keutuhan yang tidak jelas
dan tempo lagu yang cepat atau lambat.
(c) Irama, gaya, dan variasi lagu yang tidak indah (tidak
ada Dzauq Tahsinnya)
(d) Pengaturan nafas yang tidak terkendali
(e) Tidak membawakan jenis lagu secara lengkap atau
kurang sempurna (sebagaimana ketentuan 2 dan 3)
3) Cara Penilaian
a) Bidang Tajwid dan Fashahah.
(1) Jumlah angka nilai bidang Tajwid dan Fashahah masing-
masing maksimal 30 (tiga puluh) point.
(2) Kesalahan Jali satu kali, nilai dikurangi 2 (dua) point dan
seterusnya.
(3) Kesalahan Khafi satu kali, nilai dikurangi 1 (satu) point dan
seterusnya.
(4) Setiap bacaan yang terdapat kesalahan jali atau Khafi,
otomatis langsung dianggap sebagai suatu kesalahan,
walaupun bacaan tersebut diulang dengan benar. Nilai
harus dikurangi sesuai dengan bentuk kesalahan (Jali atau
Khafi).
(5) Kesalahan Jali atau Khafi yang Sama seperti sebelumnya
tetap dianggap sebagai suatu kesalahan baru dan nilainya
dikurangi 2 (dua) point bila tergolong salah Jali dan I (satu)
point bila tergolong salah Khafi.
(6) Nilai akhir adalah nilai maksimal dikurangi jumlah
kesalahan.
b) Bidang Suara dan Lagu.
(1) Bidang suara jumlah angka maksimal adalah 15 point
sedangkan angka minimal 5 point, dengan perincian:
No Materi yang dinilaibidang suara Maksimal Minimal Ket
12345
Kejernihan / kebeninganKehalusanPenyaringanKeutuhanPengaturan nafas
33333
11111
15 4(2) Bidang lagu jumlah angka maksimal adalah 25 point,
sedangkan angka minimal 5 point dengan perincian sebagai
berikut:
No Materi yang dinilaibidang suara Maksimal Minimal Ket
123
45
Lagu pertamaJumlah laguPeralihan, keutuhan dantempo iramaIrama dan gayaVariasi
555
55
111
11
Jumlah 25 5
(3) Nilai maksimal ini sudah mencakup adanya nilai tambah
maksimum 4 diberikan kepada peserta apabila:
(a) Membawakan lagu lebih dari 5 (lima) macam lagu
golongan dewasa dan 4 (empat) macam lagu bagi
remaja dan anak-anak atau membawakan variasi lagu
yang lebih indah.
(b) Membawakan suara yang lebih indah, lebih harus dan
lebih sempurna serta nafas panjang.
(4) Penilaian dilakukan dengan mengurangi 1 (satu) point pada
setiap kesalahan.
4) Perangkat Perhakiman
a) Personalia
(1) Komposisi Majelis Hakim.
Majelis hakim tiap golongan pada cabang tilawah
Al-Qur’an terdiri dan ketua, sekretaris, dan anggota dibantu
oleh seorang panitera.
(2) Ketua Majelis merangkap sebagai Anggota.
Anggota adalah Hakim penilai yang terdiri dan:
(a) Hakim penilai bidang Tajwid
(b) Hakim penilai bidang Fashahah
(c) Hakim penilai bidang Suara
(d) Hakim penilai bidang Lagu
(3) Ketentuan Majlis Hakim
(a) Hakim penilai pada masing-masing golongan maksimal
8 (delapan) orang
(b) Hakim penilai pada masing-masing bidang penilaian
maksimal 2 (dua) orang
(c) Ketentuan jumlah maksimal pada point 1 dan 2 tersebut
diatas dilaksanakan pada MTQ tingkat nasional
Jam’iyyatul Qura’ Wal Huffadh (JQH).
b) Tempat Tugas
(1) Majelis Hakim menempati tempat tugas yang telah
disediakan terdiri dari ruangan tugas untuk masing-masing
hakim dan panitera.
(2) Tempat majelis hakim harus aman dari gangguan
c) Sarana dan Perlengkapan
Dalam menjalankan tugasnya majelis hakim dilengkapi sbb:
(1) Sarana Administrasi
Sarana administrasi meliputi: Formulir Nilai,
Ballpoint, Karbon, Block note atau kertas kosong,
Kalkulator, ATK lainnya.
(2) Sarana Penunjang
Sarana penunjang meliputi: Mushaf, Weker/stop
watch, Head phone, Tas atau map, Buku petunjuk, Buku
pedoman, Jadwal penampilan peserta, Jadwal tugas.
d. Metode belajar membaca al-Qur’an
1) Tahqiq
Metode tahqiq adalah cara membaca Al-Qur'an dengan
menggunakan tempo bacaan yang sangat lambat.
2) Tartil
Metode tartil adalah cara membaca Al-Qur'an dengan
menggunakan tempo bacaan sedang.
3) Tadzwir
Metode tartil adalah cara membaca Al-Qur'an dengan
menggunakan tempo bacaan cepat.38
Menurut Dr. Yusuf Qardhawi dalam buku Berinteraksi
dengan Al-Qur’an dijelaskan bahwa:
Etika membaca Al-Qur’an ada beberapa etika yang harusdiperhatikan, antara lain (a) Membaca Al-Qur’an secaraTartil, (b) Membaca Al-Qur’an dengan irama dan suarayang indah, dan (c) Membaca Al-Qur’an dengan suara kecilatau keras.39
Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan sebagai berikut:
1) Membaca Al-Qur’an secara Tartil
Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca bahan
bacaan lainnya karena ia adalah kalam Allah SWT sebagaimana
firman-Nya dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
• !9#4ë=» tG Ï.ôMyJ Å3ôm é&¼ çmçG» tƒ#uä§NèOôMn=Å_ÁèùÏ̀B÷bà$©!AOŠÅ3ymAŽ•Î7 yzÇÊÈ
Ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan secaraterperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang MahaBijaksana lagi Maha Tahu. (QS. Hud: 1).
Oleh karena itu membaca Al-Qur’an mempunyai etika zahir
dan batin. Diantara etika-etika zahir adalah membacanya dengan
tartil. Makna membaca Al-Qur’an dengan tartil adalah dengan
perlahan-lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya.
Dalam kitab al-Burhan karya Az-Zarkasyi yang dikutip oleh Dr.
Yusuf Qardhawi dikatakan bahwa:
Kesempurnaan tartil adalah membaca dengan seksamalafal-lafalnya serta jelas huruf-hurufnya, dan satu huruftidak ada yang tercampur dengan huruf lain. Sedangkanetika batin berarti jika membaca ayat yang berisi ancamanmaka membacanya dengan ekspresi ancaman dan jikamembaca ayat yang berisi pemuliaan maka membacanya
38 Muh. Sodiq Qomhawi, Al-Burhan, (Mesir: Al-Azhar, t.th.), hlm. 6.39 Yusuf Qardhawi, op.cit., hlm. 234
dengan ekspresi pemuliaan.40
2) Membaca dengan Irama dan Suara yang Indah
Diantara etika membaca al-Qur’an yang disepakati oleh
ulama adalah memperbagus suara saat membaca al-Qur’an
tentunya adalah indah bahkan ia amat indah. Namun suara yang
indah akan menambah keindahannya sehingga menggerakkan hati
dan menggoncangkan kalbu.
Akan tetapi ada perbedaan tentang batasan melagukan suara
itu. Ada ulama yang ketat, ada yang membebaskan dan ada yang
bersikap pertengahannya. Dan sebaik perkara adalah
pertengahannya, tidak baik dalam berlaku berlebihan atau
berkurang.
Menurut As-Syuyuthi yang dikutip oleh Dr. Yusuf
Qardhawi dijelaskan bahwa membaca Al-Qur’an dengan dilagukan
(suara yang merdu) hukumnya adalah sunah.41
3) Membaca Al-Qur’an dengan suara kecil atau keras
Ada beberapa hadits yang menunjukkan sunnah membaca
Al-Qur’an dengan suara keras, dan hadits yang menunjukkan
membaca dengan suara lembut dan suara kecil. Diantaranya adalah
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu
Hurairah42 yang artinya “Allah tidak pernah mengizinkan sesuatu
seperti yang diizinkan kepada Nabi yang bersuara indah, yaitu
melagukan Al-Qur’an dan membacanya dengan suara keras.”
Sedangkan hadits kelompok kedua adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi serta Nasa’i Serta Ahmad
bin Hambal43 yang artinya: “Orang yang membaca Al-Qur’an
40 Ibid., hlm. 32841 Ibid, hlm. 23742 Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muhirah bin bardzbah Al-
Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Juz.5, (Bairut: Darul Kutb, tt), hlm. 42643 Muhammad Abussalam Abdussyaafiy, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz 4,
(Bairut: Darul Kutb, tt), hlm. 187.
dengan suara keras adalah seperti orang yang memberikan sedekah
dengan terang-terangan sedangkan orang yang membaca Al-
Qur’an dengan suara perlahan-lahan seperti orang yang
memberikan sedekah dengan merahasiakannya.”
An-Nawawi mengatakan sebagaimana dikutip oleh Dr.
Yusuf Qardhawi bahwa:
Penyatuan antara kedua hadits itu adalah dengan suaralembut adalah lebih afdhol karena takut riya’, ataumengganggu orang yang sedang shalat dan sedang tidurdengan suaranya itu. Sedangkan membaca suara keras lebihutama dalam keadaan selain itu karena dengan seperti itulebih banyak energi yang dikeluarkan, dan faedahnyasampai kepada para pendengarnya, serta ia membangunkanhati pembacanya, memfokuskan hatinya untuk berfikir,memusatkan pendengarannya kepadanya, sertamenghilangkan kantuk, dan menambah semangat.44
Berdasarkan uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa etika
membaca al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1) Membaca Al-Qur’an dilakukan dengan sikap yang baik, yaitu
hendaknya duduk dengan tenang, suci dari hadats kecil dan besar,
berpakaian bersih, berada di tempat yang terbebas dari segala
kotoran, menghadap kiblat, tidak bersandar atau berbaring.
2) Membaca al-Qur’an dengan tartil, tafkhim, perlahan-lahan huruf
demi huruf, dan tidak membiasakan diri membaca secara terburu-
buru.
3) Membaca al-Qur’an dengan irama dan suara yang indah
4) Membaca al-Qur’an dengan pelan (lembut) atau keras.
4. Prestasi Tilawatil Qur’an
a. Pengertian Prestasi
Menurut bahasa, prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai
atau dilakukan.45 Ada juga yang mengartikan bahwa prestasi adalah
44 Ibid., hlm. 234.45 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2006), cet. 3, hlm. 910.
tingkat hasil yang diperoleh pada saat sekarang terhadap suatu bidang
yang dipelajari.46
Sedangkan dalam buku Evaluasi Instruksional disebutkan
bahwa prestasi yang dimaksud adalah kemampuan, keterampilan, dan
sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.47
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai pada saat sekarang
dalam menyelesaikan suatu hal.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
Menurut Muhibbin Syah secara global dapat dibedakan
menjadi 3 macam yaitu:
1) Faktor Internal dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a) Aspek fisiologis, dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
(1) Tonus jasmani pada umumnya
(2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
b) Aspek psikologis yang terdiri atas:
(1) Inteligensi; pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat.
(2) Sikap; adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya baik secara positif maupun negatif.
(3) Bakat; dalam perkembangannya diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
46 Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga PengkajianKebudayaan Nusantara, 2006), cet. 5, hlm. 886.
47 Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1991), cet. 3, hlm. 3.
(4) Minat; berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
(5) Motivasi; adalah keadaan internal organisme yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
2) Faktor eksternal dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a) Lingkungan sosial meliputi :
(1) Sekolah; seperti para guru, para staf administrasi, dan
teman sekelas.
(2) Masyarakat; seperti tetangga dan teman-teman sepermainan
di sekitar perkampungan siswa tersebut.
(3) Keluarga; seperti sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan
keluarga, dan ketegangan keluarga.
b) Lingkungan nonsosial; seperti gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat
belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa
dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar
Faktor ini berpengaruh pada taraf keberhasilan proses
pembelajaran siswa. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai
cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang
efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.48
Jadi, pada dasarnya faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang ada
pada diri siswa (internal) dan faktor yang ada di luar siswa
(eksternal).
c. Hal-hal yang mempengaruhi prestasi dalam MTQ
Keberhasilan pada MTQ merupakan dambaan bagi setiap
daerah dan para peserta. Agar tercapai keberhasilan tersebut diperlukan
48 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006), cet. 12,hlm. 139.
langkah dan usaha yang maksimal dan kegagalan pada masa lalu
diharapkan menjadi motivasi serta evaluasi bagi semua pihak.
1) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada
MTQ.
a) Faktor peserta
(1) Bakat alam
Bila ada bakat alam lebih mudah untuk dibina.
Untuk mengetahui bakat bias dilakukan pengamatan bakat
ke daerah dan lembaga yang melakukan pelatihan Tilawatil
Qur’an, seleksi pencarian bibit melalui MTQ tingkat
kelurahan, melalui pengamatan pelatih secara
(2) Kesehatan fisik
Untuk latihan kesehatan fisik bisa dilakukan dengan
beberapa hal diantaranya, latihan kebugaran jasmani,
latihan pernafasan dan olah vocal, menghindari sakit,
menghindari makanan dan minuman tertentu, menyediakan
menu bergizi, hindari aktivitas yang tidak perlu, siklus
menstruasi harus diperhitungkan.
(3) Penguasaan materi
Penguasaan materi musabaqoh tergantung cabang
yang diikuti. Kalau dalam cabang Tilawatil Qur’an harus
menguasai tiga aspek yaitu, penguasaan tajwid, suara dan
penguasaan lagu-lagu tilawah.
(4) Kondisi mental
Mental sangat dibutuhkan oleh peserta dalam
mengikuti MTQ. Mental sangat berpengaruh terhadap
penampilan di atas mimbar Tilawah. Beberapa hal yang
mempengaruhi mental yaitu, dukungan keluarga, sering try
out, Taqarrub kepada Allah, Keikhlasan, Akhlaqul karimah.
b) Faktor pembinaan dan latihan
(1) Rutinitas
Pembinaan rutin di tempat asal, pembinaan tingkat
kecamatan untuk persiapan MTQ kabupaten, pembinaan
tingkat kabupaten untuk persiapan MTQ tingkat Propinsi
dan Nasional.
(2) Sistem latihan
Latihan hendaknya dilakukan setiap hari terutama
pada waktu yang menurutnya nyaman. apa di pagi hari,
siang, sore, atau malam.
(3) Pelatih
Para pelatih harus mempunyai persamaan persepsi
tentang materi yang disampaikan, harus mengikuti
pedoman MTQ Nasional, ahli dan pakar di bidangnya.
(4) Tempat
Tempat latihan hendaknya jauh dari kebisingan dan
suasana bersih, karena kalau seandainya tempatnya dekat
dengan polusi maka akan mengganggu pernafasan dan
konsentrasi dalam latihan tidak akan maksimal.
(5) Menu makanan
Makanan sangat berpengaruh ketika seorang peserta
mau menghadapi MTQ. Ada beberapa makanan yang harus
di hindari pada umumnya, yaitu es, gorengan, pedas, dan
makanan yang bias mengganggu di tenggorokan.
(6) Materi latihan
Berpedoman pada buku pedoman MTQ termasuk
Maqra’ dari LPTQ pusat, praktikum di Laboratorium,
menyediakan mimbar tilawah tiruan (ber-AC),
menyediakan video shooting saat mengadakan Try out
untuk analisis dan evaluasi, saat try out sesuai kondisi
MTQ, materi TC disesuaikan dengan kemampuan peserta,
peserta diberi kesempatan untuk berlatih mandiri.
c) Faktor dewan hakim
(1) Obyektivitas
Memilih dewan hakim yang obyektif dan memiliki
kapasitas yang dibutuhkan.
(2) Pengetahuan
Dewan hakim harus mempunyai pengetahuan dan
jam terbang yang mumpuni dan yang terpenting adalah
mempunyai sertifikat dewan hakim di masing-masing
daerah.
(3) Kedekatan emosional
Membina hubungan baik dengan para Dewan
Hakim tingkat Propinsi.
(4) Faktor Lainnya
Hadiah bagi predikat peserta terbaik harus
ditingkatkan, bonus haji bagi para pemenang selalu ada,
kesejahteraan bagi para pelatih dan Dewan hakim harus
diperhatikan, member beasiswa bagi para peserta yang
berprestasi, menyediakan maktabah Shoutiyyah (kaset, CD,
VCD, DVD) para Qurra’ yang Masyhur terutama dari
Timur Tengah, menyediakan maktabah (Library).
Jadi keberhasilan dalam MTQ melibatkan berbagai
komponen dari peserta, materi, system pelatihan, Dewan
Hakim, pengurus LPTQ, dan lain-lain. Masing-masing pihak
harus berperan secara maksimal sesuai dengan fungsinya. Dan
selanjutnya perlu adanya koordinasi yang mantap dan
hubungan yang harmonis dari berbagai pihak tersebut.49
49 Buku Materi Penataran, Pelatihan dan Peningkatan Mutu Dewan Hakim MusabaqohTilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Jawa Tengah tanggal 29-31 Maret 2004 di Wisma HajiArmina Donohudan Boyolali.
C. LPTQ DALAM PENINGKATAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN
Perencanaan kegiatan LPTQ harus memasukkan suatu program
strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lahir batin. Yang terpenting
dalam LPTQ ini adalah pengelolaan administrasi organisasi secara baik,
pemantapan manajemen, struktur dan organisasi, pemberdayaan peranan
LPTQ serta keterlibatan lembaga keagamaan, ulama, tokoh masyarakat dalam
mendukung kegiatan operasional LPTQ50.
Penguatan peran dan fungsi LPTQ tidak terbatas hanya pada
penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an dan sejenisnya diberbagai
tingkatan. LPTQ mempunyai tugas dan fungsi pembinaan dan pengembangan
pendidikan non formal dan informal di bidang Al-Qur’an dan pelatihan Qori
dan Qoriah, Hafidz dan Hafidzah, dan sejenisnya diberbagai tingkatan. Selain
itu Mengoptimalkan peran instansi terkait dan Pemerintah Daerah dalam
mendukung program LPTQ51
Maka dari itu, untuk meningkat prestasi Tilawatil Qur’an, LPTQ Jawa
Tengah perlu meningkatkan peran secara lebih maksimal dan optimal. Peran
LPTQ Jawa Tengah diantaranya:
1. Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), hal ini
dimaksudkan untuk menyaring dan menemukan bibit-bibit Qori’ dan
Qori’ah yang benar-benar mempunyai potensi dan bakat alam, sehingga
bisa tercipta seorang Qori’ dan Qor’iah yang handal.
2. Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini
dilakukan untuk memperlombakan peserta Tilawah yang terbaik dari
masing-masing daerah kabupaten atau kota madya, agar lebih kompetitif
dan menemukan bibit Qori’ dan Qori’ah yang memang unggulan dan
berbakat.
3. Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah, agar
tercipta dewan Hakim yang berkompeten sesuai bidangnya masing-
50 http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “LPTQ”, (6 April 2010, 11.21 WIB)51 http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “Peran LPTQ”, (6 April 2010, 11.28
WIB)
masing. Agar dalam menilai bisa lebih Profesional dan jauh dari unsur
subyektifitas, sehingga diperoleh peserta yang benar-benar terbaik.
4. Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qori’ah terbaik di
tingkat Propinsi jawa Tengah. Pelatihan dan pembinaan tersebut harus
bersifat continue, berkelanjutan, dan terprogram. Pelatihan tidak hanya
dilakukan untuk menghadapi MTQ Nasional atau Internasional saja, akan
tetapi harus dilakukan secara berkala dan efektif.
5. Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudah mempunyai prestasi
Tilawah di Tingkat Internasional, seperti Dra. Hj Maria Ulfa dari Jakarta
(juara MTQ Nasional di Arab Saudi), H. Mukmin Ainul Mubaraq dari
Jawa Barat (juara MTQ Asia Tenggara di Malaysia), H. Syaiful Munir dari
Jawa Timur (Juara MTQ Internasional di Turki).
6. Mengirim para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan
Pelatihan dan Studi Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan Tilawah dan menambah
wacana tentang Tilawatil Qur’an.
7. Memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat
Nasional. Peserta harus diperhatikan secara khusus, selain dari pelatihan ,
peserta harus diperhatikan dari segi materi. Uang transport dan uang saku
peserta harus lebih di perhatikan, dan memberikan bonus atau reward
manakala peserta dari Jawa Tengah bisa menjadi juara MTQ di tingkat
Nasional. Hal ini bisa memacu semangat dan perjuangan para peserta agar
lebih maksimal saat tampil di mimbar Tilawah di Level Nasional.52
52 Wawancara dengan H. Masyhudi selaku ketua kafilah Jawa Tengah dalam MTQNasional di Bengkulu 2010, pada Tanggal 18 Oktober 2010, pukul 09.00 WIB.
BAB III
PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL QUR’AN JAWA
TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI TILAWATIL QUR’AN
A. Kondisi Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah
1. Letak Geografis
LPTQ Jawa Tengah terletak di Jalan Sisingamangaraja No 5
Semarang. Kantor LPTQ ini terletak di dalam Gedung Kementerian
Agama Propinsi Jawa Tengah. Ditinjau dari Letaknya, Kantor LPTQ Jawa
Tengah kurang strategis karena tidak dekat dengan Kota dan jauh dari
keramaian.
Namun disisi lain LPTQ Jawa Tengah mudah dijangkau dari segi
Transportasi. Selain itu juga berada tepat di depan gedung AKPOL Jawa
Tengah, sehingga mudah diketahui oleh setiap orang yang ingin
berkunjung ke LPTQ Jawa Tengah53.
2. Landasan Hukum LPTQ Jawa Tengah
Dasar dan Landasan Hukum Berdirinya LPTQ Jawa Tengah
a. Keputusan bersama Menteri Agama No. 151 Tahun 1977 dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No 19 Thn 1977 tentang
Pembentukan Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an
b. Keputusan Menteri Agama No 28 tahun 1977 tentang Susunan
Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Nasional.
c. Surat Keputusan Bersama Menteri Agama Nomor 48 Thn 1988 dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 182 A Thn 1988 tentang Pengembangan
Organisasi Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.
d. Keputusan Menteri Agama No 240 tahun 1990 tentang susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an.
53 Dokumen data LPTQ Jawa Tengah
e. Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah no 451/ 21/ 2002 tentang
Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Propinsi
Jawa Tengah Periode 2002 – 200554.
3. Susunan Pengurus LPTQ Jawa Tengah:
Berdasarkan data yang ada, susunan Kepengurusan LPTQ Jawa Tengah
adalah Sebagai Berikut:
Ketua Umum : Drs. H. Masyhudi, MM
Ketua I : Drs. H. Ahmad Darodji, M.Si
Ketua II : DR. H. Noor Ahmad, MA
Sekretaris : Drs. H. Ahyani, M.SI
Bendahara : Hj. Siti Zaenatun, S.Pd.I
Pembina Tilawah :
1. H. Nur Faqih, S. Ag
2. KH. Abdullah Hanif, AH
Pembina Tahfidz :
1. KH. Ulil Abshor, AH
2. KH. Ibnu Athoillah, AH
3. KH. Zaenuri Ahmad, AH
4. KH. Ahmad Thoha, AH
5. Makmun Ahmad, AH
Pembina Tafsir :
1. DR. Hj. Yuyun Effendy, Lc
2. H. Amin Handoyo, Lc
Pembina MSQ/MFQ :
1. H. Taufiqurrahman, M.SI
2. Drs. H. Adib Zamroni
Pembina Khath :
1. H. Nur Aufa Shiddiq
2. Drs. H. Wahid Adib
54 Surat keputusan Kementerian Agama
4. Logo LPTQ
Keterangan dari Logo LPTQ :
1. Lambang Padi dan kapas menunjukkan kemakmuran dan kebersamaan
2. Lambang Padi dan kapas bertalian itu melambangkan kebersamaan
3. Lambang Al-Qur’an itu merupakan simbol bahwa Pedoman hidup
terletak pada Al-Qur’an dan kita diharuskan untuk selalu membaca,
mengetahui, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari
4. Terdapat tiang yang kokoh yang di atasnya ada bintang dan kobaran api
yang artinya Semangat bersama untuk berjuang mensyiarkan islam
lewat al-Qur’an.
5. Tulisan LPTQ berarti LPTQ yang mengelola, mengatur, serta menjadi
penanggung jawab atas semua kegiatan yang berhubungan dengan
Kegiatan Mengamalkan Al-Qur’an
6. Warna Hijau dan kuning melambangkan kemakmuran dan kesatuan
7. Tulisan arab Tilawatil Qur’an menerangkan bahwa LPTQ merupakan
Lembaga yang bergerak dibidang keagamaan khususnya Mengkaji Al-
Qur’an
5. Visi dan Misi LPTQ Jawa Tengah
Visi LPTQ adalah terwujudnya penghayatan dan pengamalan Al
Qur’an dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri,
bahagia, sejahtera di dunia dan selamat di akhirat.
Misi LPTQ adalah melaksanakan pendalaman, penghayatan dan
pengamalan Al Qur’an yang betul-betul mantap di kalangan masyarakat
Indonesia, sehingga nilai-nilai Al Qur’an benar-benar menjadi etos
pembangunan.
B. Prestasi Tilawatil Qur’an Jawa Tengah tahun 2005-2010
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) tingkat Propinsi
Jawa Tengah sampai saat ini belum bisa berkembang secara baik. Hal itu bisa
dilihat dari daftar prestasi para Qori’ dan Qori’ah yang setiap tahun kian
merosot. Dibuktikan dengan hasil Prestasi dari Musabaqoh Tilawatil Qur’an
(MTQ) dan Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) tingkat Nasional yang diadakan
tiap tahun. Rangking dari Propinsi Jawa Tengah selalu berada di bawah Jawa
Barat, DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Hal ini sungguh sangat memprihatinkan bagi LPTQ Jawa Tengah.
Padahal Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi yang berpotensi untuk
menjadi juara dan mempunyai peluang untuk berprestasi berdasarkan
beberapa faktor, diantaranya:
a. Jumlah penduduk yang cukup besar. Propinsi Jawa Tengah berpenduduk ±
33 juta orang dan beragama islam ± 88 %
b. Besarnya Pondok Pesantren Al Qur’an yang tersebar di Jawa Tengah.
c. Banyaknya para santri yang belajar diluar Jawa Tengah/ Luar Negeri yang
diharapkan dapat memperkuat Jawa Tengah dalam peningkatan prestasi
d. Tidak sedikitnya tokoh-tokoh di bidang Tilawatil Qur’an yang menjadi
pembina/ pelatih dan anggota Dewan Hakim Tingkat Nasional
e. Dukungan Pemerintah Daerah (Pemda Propinsi) yang cukup besar55
Namun beberapa faktor tersebut belum bisa dimaksimalkan dan belum
bisa diwujudkan untuk menjadikan sebuah prestasi yang gemilang bagi LPTQ
Jawa Tengah, karena ada beberapa hambatan dan masalah yang menghambat
55 Dokumen data selayang pandang LPTQ Jawa Tengah
sulitnya LPTQ jawa tengah untuk berprestasi dalam event MTQ Nasional.
Hambatan tersebut diantaranya adalah:
a. Tidak adanya dukungan dana pembinaan di tingkat Kabupaten/ Kota
secara memadai, sehingga pembinaan secara intensif tidak dapat berjalan
dengan baik. Pembinaan di daerah (Kabupaten/ Kota) yang selama ini
berjalan berasal dari dana bantuan LPTQ yang bersumber dari sumbangan.
b. Kurang adanya jaminan kepastian memperolah masa depan yang baik bagi
para juara.
c. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan MTQ
d. Banyaknya pengurus daerah (Propinsi lain) yang sengaja mencari bibit
dari Jawa Tengah
e. Kurangnya pendekatan secara intensif pemerintah Kabupaten/ Kota
terhadap potensi daerahnya
f. Masih terdapat keyakinan sebagian para ulama tentang bolehnya Al
Qur’an dimusabaqahkan dan sedikitnya jumlah Dewan Hakim dari Jawa
tengah ditingkat Nasional.56
Hambatan-hambatan yang ada tersebut harus bisa dicari jalan keluar
atau solusinya, sehingga tidak terjadi penurunan prestasi Tilawah LPTQ Jawa
Tengah yang tercantum dalam data prestasi Tilawah berikut ini.
Data menunjukkan bahwa daftar prestasi para Qori’-Qori’ah dari
Propinsi Jawa Tengah dalam mengikuti MTQ tingkat Nasional dari tahun
2005-2010 adalah sebagai berikut:
a. STQ Tingkat Nasional tahun 2005 di Gorontalo, tidak ada Qori’-Qori’ah
yang menjadi juara.
b. MTQ Tingkat Nasional tahun 2006 di Kendari, Juara I MTQ golongan
Remaja putra yang diraih oleh Ustadz. Rohani.
c. STQ Tingkat Nasional tahun 2007 di Jakarta, Juara I MTQ Golongan
Dewasa Putra yang diraih oleh Ustadz. Herfan.
56 Ibid
d. MTQ Tingkat Nasional tahun 2008 di Banten, tidak ada Qori’-Qori’ah
yang menjadi juara.
e. STQ Tingkat Nasional tahun 2009 di Jakarta, tidak ada yang menjadi
juara.
f. MTQ Tingkat Nasional tahun 2010 di Bengkulu, tidak ada yang menjadi
juara.57
Dari data diatas prestasi tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah
mengalami Penurunan. Padahal kegiatan Pelatihan dan pembinaan telah
dilakukan dengan maksimal untuk menciptakan peserta tilawah yang handal.
Namun kenyataan membuktikan bahwa hasil peringkat LPTQ Jawa Tengah
pada MTQ Nasional sangat memprihatinkan dari tahun 2005-2010.
Setelah melalui pengamatan secara seksama, ternyata kegagalan yang
dialami oleh Qori’ dan Qori’ah di MTQ dan STQ Nasional adalah pada faktor
penguasaan materi tilawah. Tajwid yang mereka kuasai masih banyak
kekurangan. Ada beberapa peserta Jawa Tengah yang masih sering terjadi
kesalahan jali dan itu akan berakibat fatal. Selain itu ada juga yang belum
memahami masalah Fashohah dan adab dalam membaca Qur’an. Fashohah
yang masih sering terjadi kesalahan adalah dalam hal Waqaf dan ibtida’. Ada
beberapa peserta Jawa Tengah yang Fashohahnya kurang tepat dan masih
sering terjadi kesalahan. Selain penguasaan tajwid dan fasohah, penguasaan
lagu dan irama yang semakin tahun semakin mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Lagu-lagu Tilawah setiap tahun mengalami perubahan dan setiap
peserta di tuntut untuk mengikuti perkembangannya. Dari sudut pandang lagu
dan irama, peserta dari Jawa Tengah tidak kalah dengan peserta lain namun
yang menjadi kekurangan adalah masalah improvisasi irama dari peserta.
Peserta dari Jawa Tengah belum bisa melakukan improvisasi irama secara
baik dan maksimal. Sehingga irama yang dikeluarkan terkesan masih kaku
dan kurang indah58
57 Dokumen data LPTQ Jawa Tengah dalam MTQ dan STQ Nasional58 Wawancara dengan Pak Ahyani pada tanggal 9 Desember 2010 pukul 10.15 WIB
Namun disisi lain ada faktor yang cukup berpengaruh dalam
keberhasilan seorang peserta tilawah untuk menjadi yang terbaik adalah faktor
mental. Setelah tim dari LPTQ mengadakan evaluasi terhadap hasil dari MTQ
Nasional, ternyata benar, bahwa faktor yang paling mendalam yang
mempengaruhi penurunan prestasi adalah faktor mental yang belum terbentuk
dari masing-masing peserta.
Mental yang lemah dikarenakan peserta tidak siap dan kurang
maksimal dalam usaha batin. Padahal usaha batin itu justru sangat
berpengaruh dalam penampilan peserta di mimbar tilawah. Kebanyakan
peserta dari Jawa Tengah lebih mengutamakan usaha lahir seperti Latihan
rutin, menjaga pola makan dan kesehatan serta mengadakan studi banding ke
Jakarta untuk memperoleh pengalaman yang lebih. Usaha lahir yang
maksimal akan tetapi tidak di imbangi usaha batin yang istiqomah akan
mempengaruhi penampilan peserta tilawah di ajang Nasional dan
Internasional. Jadi usaha batin seperti puasa, sholat sunnah, mengamalkan
ijazah dan doa-doa itu tidak kalah penting dibandingkan dengan usaha Lahir.59
Selain itu, kegagalan Qori’ dan Qori’ah dari Jawa Tengah juga
dikarenakan Beban Mental yang dibebankan di setiap peserta untuk menjadi
juara. Beban itu di sampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah kepada para
peserta yang disampaikan ketika peserta mau berangkat di MTQ Nasional.
Hal tersebut sangat mempengaruhi penampilan peserta, karena harus menang.
Ini yang seharusnya dihindari. Karena bagaimanapun juga keharusan untuk
menjadi juara itu sangat membuat peserta tilawah menjadi tertekan disaat
tampil. Seharusnya seorang pimpinan tidak menyampaikan target harus
menang. Karena yang dinamakan Musabaqoh itu tidak bisa diharuskan
menang, kita hanya bisa berusaha dan berdoa, yang menentukan adalah Allah
SWT.60
Jadi keberhasilan itu tidak bisa dipaksakan atau bahkan dibebankan
kepada peserta untuk menjadi juara. Yang jelas keberhasilan adalah sesuatu
59 Wawancara dengan Ustadz Muhammadun Zein tanggal 11 November pukul 10.30 WIB60 Wawancara dengan ustadz Rohani selaku Qori’ Jawa Tengah pada tanggal 13
November 2010 pukul 16.00 WIB
yang dilakukan atas dasar usaha, doa, dan tawakkal untuk bisa tampil
maksimal. Baru kemudian keberhasilan tersebut akan mengikuti
dibelakangnya.
C. Peran LPTQ Jawa Tengah Dalam Meningkatkan Prestasi Tilawah
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an memiliki peran penting dan
strategis dalam mendorong, meningkatkan semangat umat Islam untuk
membaca, mendalami, menghayati dan mengamalkan isi dan kandungan Al
Qur’an. Organisasi LPTQ telah tumbuh dari daerah sampai tingkat pusat dan
telah memiliki jalinan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah dan
swasta termasuk dengan lembaga perguruan / pendidikan mulai tingkat dasar
sampai tingkat perguruan tinggi. LPTQ harus dioptimalkan menjadi pusat
pengkajian dan berfungsi sebagai fasilitator bagi lembaga-lembaga keagamaan
dalam upaya meningkatkan kemampuan baca tulis, memahami makna, isi,
kandungan dan pengamalan Al Qur’an.
Menyadari akan posisi dan fungsi LPTQ yang sangat strategis, maka
diperlukan pengelolaan organisasi secara tertib, efektif dan profesional agar
lebih terarah untuk mempercepat pencapaian tujuan. Untuk itu, LPTQ perlu
memantapkan prinsip manajemen modern yang berorientasi pada arah
tercapainya visi dan misi organisasi. Guna mendinamiskan LPTQ, diperlukan
kantor yang representatif yang didukung tenaga full-timer, sarana dan
prasarana yang memadai.
Perkembangan dan dinamika masyarakat saat ini berkembang pesat
sejalan dengan tuntutan semangat reformasi. Sehubungan dengan itu, maka
LPTQ harus merespon perkembangan tersebut dengan mengembangkan
paradigma baru, yaitu LPTQ sebagai organisasi pembina kegiatan pemahaman
dan penghayatan Al Qur’an yang mandiri, mantap dan profesional. Oleh
karena itu LPTQ perlu melakukan reorganisasi dan reposisi terhadap perannya
di masyarakat sesuai dengan harapan dan tuntutan masa depan yang antara
lain :
1. Pemberdayaan peran LPTQ dalam pembinaan umat, khususnya
pembinaan baca tulis, pemahaman dan kajian serta pengamalan isi dan
kandungan Al Qur’an;
2. Perlu penyusunan program yang mantap, pelaksanaan yang tepat dan
pengawasan yang ketat dengan melakukan evaluasi dan monitoring setiap
tahapan pelaksanaan kegiatan LPTQ;
3. Semakin berkembangnya pelaksanaan MTQ yang dilakukan oleh berbagai
kalangan perlu mendapatkan pembinaan dan arahan dari LPTQ untuk
memperjelas dan mengembangkan struktur kelembagaan yang ada guna
mengakomodasikan aspirasi masyarakat.
Selain itu LPTQ harus mempunyai Tujuan dan Program Kerja yang
jelas dan Realistis agar Kegiatan LPTQ bisa lebih fokus dan tidak mengalami
kegagalan ataupun salah sasaran. Adapun tujuan LPTQ Jawa Tengah
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Semakin meningkatnya jumlah lembaga dan kegiatan yang mempelajari al
Qur’an dikalangan masyarakat dan dunia pendidikan.
2. Dimiliki dan dibacanya al Qur’an oleh setiap keluarga muslim.
3. Semakin meningkatnya pemahaman dan pengamalan umat terhadap isi,
makna dan kandungan al Qur’an.
4. Terwujudnya perilaku akhlak Qur’ani pada masyarakat Islam Indonesia.
5. Makin meningkatnya kualitas dan performance para qari’ / qari’ah Jawa
Tengah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.
Dari tujuan diatas diharapkan bisa menciptakan Masyarakat Indonesia
yang Qur’ani, Sejahtera, aman, damai, sentosa.
Selain tujuan, LPTQ Jawa Tengah juga mempunyai Program kerja,
diantaranya sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan MTQ di Jawa Tengah.
a. Menyempurnakan organisasi dan kualitas pengorganisasian dan
penyelenggaraan MTQ Nasional dan Daerah, meliputi perencanaan,
pelaksanaan dalam pengendalian dan khususnya kualitas perhakiman.
b. Menginventarisir dan mendayagunakan aset MTQ untuk menunjang
program-program LPTQ.
c. Menyusun dan menyempurnakan buku pedoman Musabaqah al Qur’an
dan pembinaan purna musabaqah.
d. Melakukan pembinaan dan pendayagunaan sumber daya insani pasca
MTQ.
2. Pembinaan Tilawah, Tahfidz, Khat, MSQ dan MFQ Al Qur’an.
a. Menyusun pedoman tentang pendekatan, sistem, metode, teknik
sebagai model pembinaan tilawah, tafhim, tahfidz, khat, MSQ dan
MFQ Al Qur’an.
b. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan pembinaan tilawah,
tafhim, tahfidz, khat dan puitisasi al Qur’an tingkat pusat, propinsi,
kabupaten, kecamatan dan desa.
c. Melaksanakan pembinaan tilawah, tafhim, tahfidz, khat dan puitisasi
Al-Qur’an melalui lembaga pendidikan sekolah dan luar sekolah.
3. Upaya peningkatan pemahaman al Qur’an :
a. Mengembangkan penemuan-penemuan baru tentang metode cepat
memahami al Qur’an.
b. Menyelenggarakan pengajian khusus pemahaman al Qur’an
percontohan tingkat desa (desa pembinaan/pemahaman al Qur’an)
yang hasilnya dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif.
c. Menyelenggarakan pelatihan instruktur pemahaman al Qur’an tingkat
propinsi, kabupaten dan kecamatan.
d. Mendirikan pusat-pusat pengkajian al Qur’an di daerah.
4. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan al Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari
a. Sosialisasi gerakan pemahaman makna, isi dan kandungan al Qur’an
sebagai suatu gerakan masyarakat melalui penyebarluasan methode
yang mudah dipahami masyarakat.
b. Memfungsikan pranata keluarga sebagai sarana sosialisasi penanaman
nilai-nilai al Qur’an sejak dini.
c. Mewujudkan kebijaksanaan yang mendukung gerakan memahami
makna, isi dan kandungan al Qur’an.
5. Meningkatkan SDM LPTQ Propinsi Jawa Tengah.
a. Mengadakan inventarisasi qari’ / qari’ah yang berkualitas unggul di
seluruh Propinsi Jawa Tengah.
b. Mengadakan kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan Al
Qur’an dan pimpinan pondok pesantren-pondok pesantren Al Qur’an
untuk pengembangan dan peningkatan potensi santri.
c. Mengembangkan langkah-langkah untuk mewujudkan qari’ / qari’ah
yang berkualitas.
d. Merekrut para tenaga ahli di bidangnya dalam mengembangkan
cabang Musabaqah.
e. Mengadakan supervisi pengurus LPTQ Kabupaten/Kota.
Selain membuat program kerja, LPTQ Jawa Tengah juga membuat
program kegiatan tahunan. Berdasarkan keputusan Musyawarah Daerah
LPTQ Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005 tanggal 08 April 2005 di Semarang,
LPTQ Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 menetapkan 13 (tiga belas)
program kegiatan sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan MTQ di Jawa Tengah tahun 2006.
a. MTQ Mahasiswa XVIII Tk. Jawa Tengah
b. MTQ Pelajar XXII Tk. Jawa Tengah
c. STQ XIX Tingkat Jawa Tengah
d. MHQ Pesantren III Tk. Jawa Tengah
2. Pengiriman Kafilah
MTQ Tk. Nasional XXI tahun 2006 di Kendari.
3. Peningkatan mutu dan kualitas materi MTQ.
a. Pelatihan Tahfidz dan Tafsir.
b. Pelatihan Pembina Tilawah Al Qur’an
4. Pelatihan dalam rangka menghadapi MTQ Nasional XXI di Kendari.
a. Pemantapan dan Pengembangan Potensi (2 tahap)
b. Pemusatan latihan (20 hari).
c. Try Out.
5. Peningkatan Sarana dan Prasarana LPTQ
a. Pengadaan Laboratorium
b. Kelengkapan sarana LPTQ
c. Peningkatan SDM61
Dengan diadakannya program kerja dan program kegiatan tahunan,
peran LPTQ Jawa Tengah akan lebih efektif dan efisien. Perencanaan kegiatan
LPTQ harus memasukkan suatu program strategis dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lahir batin. Yang terpenting dalam LPTQ ini adalah pengelolaan
administrasi organisasi secara baik, pemantapan manajemen, struktur dan
organisasi, pemberdayaan peranan LPTQ serta keterlibatan lembaga
keagamaan, ulama, tokoh masyarakat dalam mendukung kegiatan operasional
LPTQ62.
Penguatan peran dan fungsi LPTQ tidak terbatas hanya pada
penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an dan sejenisnya diberbagai
tingkatan. LPTQ mempunyai tugas dan fungsi pembinaan dan pengembangan
pendidikan non formal dan informal di bidang Al-Qur’an dan pelatihan Qori
dan Qoriah, Hafidz dan Hafidzah, dan sejenisnya diberbagai tingkatan. Selain
itu Mengoptimalkan peran instansi terkait dan Pemerintah Daerah dalam
mendukung program LPTQ63.
Maka dari itu, untuk meningkat prestasi Tilawatil Qur’an, LPTQ Jawa
Tengah perlu meningkatkan peran secara lebih maksimal dan optimal. Peran
LPTQ Jawa Tengah diantaranya:
1. Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), hal
ini dimaksudkan untuk menyaring dan menemukan bibit-bibit Qori’ dan
Qori’ah yang benar-benar mempunyai potensi dan bakat alam, sehingga
bisa tercipta seorang Qori’ dan Qor’iah yang handal.
61 Dokumen data LPTQ62 http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “LPTQ”, (6 April 2010, 11.21 WIB)63 http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/, “Peran LPTQ”, (6 April 2010, 11.28
WIB)
2. Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini
dilakukan untuk memperlombakan peserta Tilawah yang terbaik dari
masing-masing daerah kabupaten atau kota madya, agar lebih kompetitif
dan menemukan bibit Qori’ dan qori’ah yang memang unggulan dan
berbakat.
3. Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah, agar
tercipta dewan Hakim yang berkompeten sesuai bidangnya masing-
masing. Agar dalam menilai bisa lebih Profesional dan jauh dari unsur
subyektifitas, sehingga diperoleh peserta yang benar-benar terbaik.
4. Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah terbaik di
tingkat Propinsi jawa Tengah. Pelatihan dan pembinaan tersebut harus
bersifat continue, berkelanjutan, dan terprogram. Pelatihan tidak hanya
dilakukan untuk menghadapi MTQ Nasional atau Internasional saja, akan
tetapi harus dilakukan secara berkala dan efektif.
5. Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudah mempunyai prestasi
Tilawah di Tingkat Internasional, seperti Dra. Hj Maria Ulfa dari Jakarta
(juara MTQ Nasional di Arab Saudi), H. Mukmin Ainul Mubaraq dari
Jawa Barat (juara MTQ Asia Tenggara di Malaysia), H.Syaiful Munir dari
Jawa Timur (Juara MTQ Internasional di Turki).
6. Mengirim para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan
Pelatihan dan Studi Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan Tilawah dan menambah
wacana tentang Tilawatil Qur’an64.
Selain peran yang ada diatas, LPTQ Jawa Tengah harus
memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat
Nasional. Peserta harus diperhatikan secara khusus, selain dari pelatihan ,
peserta harus diperhatikan dari segi materi. Uang transport dan uang saku
peserta harus lebih di perhatikan, dan memberikan bonus atau reward
manakala peserta dari Jawa Tengah bisa menjadi juara MTQ di tingkat
64 Dokumen data Peran LPTQ Jawa Tengah
Nasional. Hal ini bisa memacu semangat dan perjuangan para peserta agar
lebih maksimal saat tampil di mimbar Tilawah di Level Nasional65.
Namun tidak semudah yang di bayangkan untuk merealisasikan semua
program kerja, program kegiatan tahunan, dan efektifitas peran LPTQ Jawa
Tengah. Banyak sekali kendala yang dihadapi, diantaranya meliputi:
1. Dana
Minimnya dana adalah kendala yang paling menonjol. Dana LPTQ
Jawa Tengah yang terbatas baik dari dana masyarakat lewat nikah maupun
APBD Jawa Tengah, dan pihak-pihak terkait sementara kebutuhan dan
jenis kegiatan makin bertambah.
2. Sumber Daya Manusia.
SDM di bidang al Qur’an terasa makin berkurang dan langka. Hal
ini bukan berarti tidak ada para pembina al Qur’an atau berkurangnya
orang-orang yang berkemampuan, namun lebih bersifat kasus eksternal.
Mereka tidak mau menekuni keahliannya itu karena tuntutan ekonomi
yang tidak seimbang dengan kebutuhan. Selain itu masih adanya
persaingan yang tidak sehat dengan praktek pencarian bibit-bibit Jawa
Tengah untuk membela propinsi lain dengan dijanjikan imbalan yang
besar.
Dari beberapa kendala diatas, maka LPTQ Jawa Tengah perlu
mengadakan evaluasi program kerja dan program kegiatan tahunan agar
kegiatan yang akan dilakukan di tahun berikutnya bisa lebih meningkat dan
kinerja serta peran LPTQ Jawa Tengah bisa lebih maksimal sehingga prestasi
bisa terus menanjak dan bisa bersaing di MTQ tingkat Nasional. Oleh karena
itu, LPTQ Jawa Tengah harus segera mencari solusi dan pemecahan
masalahnya untuk mengatasi masalah penurunan prestasi Tilawah di Level
Nasional. Ada beberapa strategi dan pemecahan masalah yang telah
dicanangkan oleh LPTQ propinsi Jawa Tengah, diantaranya:
65 Wawancara dengan H. Masyhudi selaku ketua kafilah Jawa Tengah dalam MTQNasional di Bengkulu 2010, pada Tanggal 18 Oktober 2010, pukul 09.00 WIB.
1. Meningkatkan volume dan kualitas pelatihan, baik ditingkat Propinsi
maupun Kab/ Ko.
2. Mendirikan sentral diklat ditingkat Propinsi dan Kabupaten
3. Menyelenggarakan pelatihan Dewan Hakim secara kontinu dan periodik
4. Meningkatkan apresiasi kepada para terbaik melalui usulan APBD I
5. Menambah semangat kepada para peserta untuk mencintai daerah melalui
peningkatan penghargaan dan pemikiran masa depan mereka.66
Selain itu berdasarkan pelaksanaan program kerja tahun 2005-2010,
beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian pada masa yang akan datang
adalah :
1. Penyelenggaraan MTQ baik MTQ Pelajar, Mahasiswa, MTQ Umum
maupun STQ sudah berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan;
2. Koordinasi dengan instansi dan kerja sama dengan pihak terkait perlu
dipertahankan dan ditingkatkan;
3. Perhatian oleh pihak-pihak terkait dan masyarakat terhadap kegiatan
LPTQ sudah makin intens;
4. Kegiatan program kerja belum dapat dilaksanakan secara optimal karena
keterbatasan waktu dan dana yang tersedia;
5. Kepengurusan LPTQ belum dapat berfungsi secara maksimal karena
faktor mutasi atau kesibukan tugas dinas.
6. Penghargaan peserta terbaik MTQ/STQ belum memadai seperti biaya
umroh, ibadah haji maupun prioritas menjadi PNS;
7. Kualitas peserta masih ada yang belum memenuhi standar nasional;
8. Pembina/pelatih yang sesuai dengan standar nasional jumlahnya terbatas;
9. Adanya kabupaten / kota yang tidak mengikuti kegiatan MTQ;
10. Bantuan dana melalui APBD I maupun APBD II perlu ditingkatkan untuk
menunjang kegiatan LPTQ;
11. Himbauan terhadap instansi/jawatan tingkat I, II serta perusahaan untuk
ikut serta menyukseskan program pemasyarakatan baca tulis al Qur’an
66 Dokumen data selayang pandang LPTQ Jawa Tengah
bagi karyawan-karyawati yang beragama Islam di lingkungan masing-
masing;
12. Pembentukan TPQ/pendidikan baca tulis al Qur’an sebagai muatan lokal
bagi pendidikan umum tingkat dasar, menengah sebagai ekstra kurikuler
wajib bagi siswa yang beragama Islam67.
Setelah mengadakan beberapa evaluasi, LPTQ Jawa Tengah
diharapkan mampu merespon perkembangan tersebut, dengan
1. Mengembankan paradigma baru yaitu LPTQ sebagai organisasi pembina
kegiatan pemahaman, pendalaman dan penghayatan Al Qur’an yang
mandiri, mantap dan profesional;
2. Meningkatkan peran LPTQ dalam pembinaan umat, khususnya pembinaan
baca tulis, pemahaman dan kajian serta pengamalan isi dan kandungan Al
Qur’an sejak usia dini;
3. Meningkatkan kerja sama, perhatian dan peran aktif instansi/lembaga
terkait terhadap program kerja LPTQ.
67 Dokumen data Program kerja LPTQ Jawa Tengah
BAB IV
ANALISIS PERAN LEMBAGA PENGEMBANGAN TILAWATIL
QUR’AN JAWA TENGAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI
TILAWATIL QUR’AN BAGI QORI’ DAN QORI’AH TAHUN 2005-2010
A. Prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah
Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat Nasional merupakan kegiatan
yang diadakan setiap tahun oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.
Kegiatan tersebut diharapkan mampu mewujudkan masyarakat Indonesia yang
Qur’ani, berakhlaqul karimah, berdasarkan Al-Qur’an yang merupakan
pedoman hidup bagi ummat islam. Selain itu kegiatan tersebut bertujuan untuk
menghasilkan Qori’ dan Qori’ah yang handal dan bertalenta. Sehingga dapat
mewakili Negara Indonesia di tingkat Asia Tenggara atau bahkan tingkat
Internasional. Oleh karena itu setiap Kafilah dari masing-masing propinsi
yang ada di Indonesia belomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan
berusaha untuk menjadi juara umum.
Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi yang dipandang
mempunyai kekuatan yang bagus oleh propinsi lain. Banyak Qori’ dan
Qori’ah yang mempunyai kemampuan dan talenta yang luar biasa sehingga
mampu bersaing dengan peserta lain dalam event MTQ Nasional. Maka dari
itu LPTQ Jawa Tengah yang merupakan Lembaga yang menangani MTQ
tidak henti-hentinya untuk berusaha mengembangkan potensi para Qori’ dan
Qori’ah agar selalu menjadi yang terbaik sehingga prestasi Tilawatil Qur’an
LPTQ Jawa Tengah di tingkat Nasional semakin meningkat.
Namun semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena
persaingan semakin tahun semakin berat. Banyak juga Qori’ dan Qori’ah yang
bermunculan dengan kekuatan yang luar biasa. Hal ini harus diwaspadai oleh
LPTQ Jawa Tengah agar prestasi Tilawatil Qur’an bisa tetap meningkat,
karena Jawa Tengah itu punya Kans untuk menjadi yang terbaik dan bisa
memberikan persaingan yang ketat dengan Propinsi-propinsi yang lain.
Akan tetapi akhir-akhir ini prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa
Tengah tengah mengalami kemerosotan. Dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2010, peringkat Propinsi Jawa Tengah dalam MTQ Nasional semakin
menurun. Hal ini berdasarkan peringkat LPTQ Jawa Tengah dari tahun 2005-
2010 sebagai berikut:
1. STQ Nasional tahun 2005 di Gorontalo, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 6
2. MTQ Nasional tahun 2006 di Kendari, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 5
3. STQ Nasional tahun 2007 di Jakarta, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 5
4. MTQ Nasional tahun 2008 di Banten, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 5
5. STQ Nasional tahun 2009 di Jakarta, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 6.
6. MTQ Nasional tahun 2010 di Bengkulu, LPTQ Jawa Tengah menjadi
peringkat ke 13. 68
Dari data diatas memang nyata kalau prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ
Jawa Tengah mengalami grafik yang menurun. Padahal segala sesuatu sudah
di persiapkan jauh sebelum pelaksanaan MTQ dan STQ Nasional di
laksanakan. Baik dari seleksi, pembinaan dan pelatihan, serta studi banding ke
Jakarta. Namun usaha yang dilakukan LPTQ Jawa tengah belum bisa
membawa hasil yang maksimal serta menghasilkan prestasi yang gemilang
dan menggembirakan, hal ini ternyata di pengaruhi oleh faktor penguasaan
materi tilawah dari peserta Jawa Tengah yang belum mumpuni.
Materi tilawah tersebut adalah bidang Tajwid, Fashohah dan Lagu.
1. Bidang tajwid
Tajwid merupakan materi utama dalam Tilawatil Qur’an yang
harus diperhatikan. Akan tetapi Para Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah
masih sering terjadi kesalahan dalam bidang tajwid. Mereka sering
68 Data prestasi LPTQ Jawa Tengah dalam MTQ dan STQ tingkat Nasional
melakukan kesalahan jali (berat) dan khofi (ringan). Untuk itu seharusnya
para peserta lebih cermat dalam membaca dan konsentrasi saat tampil,
agar kesalahan tidak terjadi.
2. Bidang fashohah
Bidang fashohah atau adab dalam membaca tilawah sangat banyak
macamnya. Yang sering terjadi kesalahan adalah dalam hal waqaf dan
ibtida’. Sering sekali peserta Jawa Tengah mengalami kesalahan tersebut.
3. Bidang lagu dan suara
Setiap peserta yang tampil di tingkat Nasional sudah dipastikan
mempunyai suara yang tinggi dan power yang kuat. Selain itu penguasaan
lagu dan irama sudah bagus. Akan tetapi yang membedakan adalah pada
gaya atau improvisasi saat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Peserta
dari jawa tengah terkesan masih kaku dan tidak maksimal saat tampil,
sehingga suara dan irama yang dikeluarkan menjadi kurang merdu dan
terkesan monoton.
Materi tilawah yang harus dikuasai lebih mendalam oleh para Qori’
dan Qori’ah adalah bidang Tajwid, di antaranya sebagai berikut: a) Makharij
al Huruf, b) Sifat al Huruf, c) Ahkam al Huruf, dan d) Ahkam al Mad wa al
Qashar. Selanjutnya adalah bidang fashohah, yang meliputi: a) Ahkam al
Waqf wa al Ibtida’, b) Mura’at al Huruf wa al Harakat, dan c) Muro’at al
Kalimat wa al Ayat.69 Antara tajwid dan fashohah saling keterkaitan, ketika
tajwid terjadi kesalahan maka fashohah juga akan terkena pengurangan.
Selain itu materi tilawah yang harus dikuasai adalah Bidang suara dan
lagu. Bidang suara meliputi: a) Kejernihan/kebeningan suara, b) Kehalusan,
c) Kenyaringan, d) Keutuhan, dan e) Pengaturan nafas. Sedangkan bidang lagu
meliputi: a) Lagu permulaan, b) Jumlah lagu, c) Peralihan keutuhan tempo
lagu, d) Irama dan gaya, dan e) Variasi.70 Lagu yang ditampilkan harus sesuai
69 Materi Pendidikan Guru Pengajar Al-Qur’an (PGPQ) Marhalatul Ula, diterbitkan olehFUSPAQ Kab Kendal 2010, hlm. 1
70 Buku Materi Penataran, Pelatihan dan Peningkatan Mutu Dewan Hakim MusabaqohTilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Jawa Tengah tanggal 29-31 Maret 2004 di Wisma HajiArmina Donohudan Boyolali.
kaidah yang berlaku dalam dunia MTQ. Bahkan perkembangan lagu semakin
lama semakin berkembang pesat. Semua perkembangan itu hendaknya
dikuasai oleh peserta agar bisa tampil secara maksimal dan bisa meraih hasil
yang baik pula.
Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor mental. Mentalitas seorang
Qori’ dan Qori’ah dalam mengikuti MTQ dan STQ tingkat Nasional
dibutuhkan Mental yang kuat. Mental yang kuat bisa terwujud dari usaha-
usaha, diantaranya:
1. Latihan dan pengembangan kemampuan secara rutin dan berkelanjutan.
Pelatihan dan pembinaan sebelum berlomba harus rutin, karena dengan
rutinitas latihan penampilan saat berlomba bisa lebih baik dan bisa tampil
sesuai yang diharapkan.
2. Menjaga kesehatan badan agar tetap fit.
Kesehatan sangat penting untuk menampilkan performance yang terbaik
saat lomba. Ketika peserta mengalami sakit seperti batuk, pilek, dan yang
lainnya maka tidak ada toleransi dari pihak dewan hakim dan panitia, jadi
menjaga kesehatan sebelum berlomba itu harus dan wajib dilaksanakan.
3. Meningkatkan usaha batin agar lebih istiqomah
Usaha batin merupakan usaha yang dijadikan jembatan untuk meraih
sukses. Usaha batin banyak macamnya, yang pada intinya sama-sama
mendekatkan diri pada Allah untuk memohon pertolongan agar bisa tampil
maksimal dan bisa meraih sukses dalam mengikuti MTQ dan STQ.
4. Selalu mengadakan studi banding di luar daerah
Meningkatkan kemampuan secara individu tidak cukup untuk meraih
prestasi, oleh karena itu diadakannya studi banding ke daerah lain
dipandang perlu untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan,
sehingga bisa diambil manfaatnya dan bisa mendapatkan ilmu yang belum
didapat di daerah asal.
5. Jam terbang dalam mengikuti MTQ dan STQ
Jam terbang dan pengalaman dari masing-masing peserta bisa
mempengaruhi mental juara. Peserta yang sudah memiliki banyak jam
terbang akan lebih bisa menguasai suasana dan akan lebih tenang saat
tampil dibandingkan peserta yang baru pertama kali mengikuti MTQ
ataupun STQ.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan sesuatu yang memuaskan
terutama pencapaian prestasi MTQ yang di inginkan oleh LPTQ jawa tengah
sangat memerlukan usaha yang lebih baik lagi dan harus banyak melakukan
evaluasi. Selain itu peningkatan peran LPTQ juga harus lebih baik agar
kegagalan tidak terus menyertai Kafilah Propinsi Jawa Tengah dalam
mengikuti MTQ tingkat Nasional yang diadakan setiap tahun.
B. Peran LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan Prestasi Tilawatil
Qur’an.
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an Jawa Tengah adalah suatu
lembaga yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Propinsi Jawa
Tengah. Salah satu tugasnya adalah bergerak di bidang keagamaan yang
menangani masalah MTQ dan STQ. LPTQ jawa tengah sangat sentral
peranannya dalam meningkatkan prestasi Tilawatil Qur’an. Banyak hal yang
harus dilakukan bahkan di tingkatkan untuk eksistensi prestasi kafilah Jawa
Tengah dalam MTQ Nasional. Peran LPTQ Jawa Tengah memang sudah baik,
namun tidak dibarengi oleh prestasi yang baik pula. Hal ini menjadikan PR
yang sangat penting bagi kemajuan LPTQ jawa Tengah untuk selalu
berprestasi.
Peran LPTQ Jawa Tengah sangat penting dalam meningkatkan prestasi
Tilawatil Qur’an. Sudah banyak peran yang dilaksanakan, akan tetapi prestasi
gemilang tidak kunjung datang. Berdasarkan data prestasi diatas tentang
peringkat propinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu 2005-2010 mengalami
penurunan. Padahal LPTQ Jawa Tengah sudah berusaha keras untuk bersaing
di dalam kancah MTQ dan STQ tingkat Nasional.
Berbagai upaya juga sudah dilakukan seperti Mengadakan MTQ dari
tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten), Mengadakan MTQ di tingkat
Propinsi Jawa Tengah, Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi
Jawa Tengah, Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah
terbaik di tingkat Propinsi jawa Tengah, Mendatangkan Pelatih dan Pembina
yang sudah mempunyai prestasi Tilawah di Tingkat Internasional, Mengirim
para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan Pelatihan dan Studi
Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta, Memperhatikan kesejahteraan
peserta ketika akan mengikuti MTQ tingkat Nasional.
Namun ternyata semua itu belum cukup untuk mendongkrak prestasi
Jawa tengah dalam MTQ dan STQ Nasional. Setelah diadakan evaluasi secara
mendasar dan seksama, faktor yang paling mempengaruhi turunnya prestasi
adalah faktor penguasaan materi, mental dari setiap peserta dan penghargaan
kepada sang juara.
1. Penguasaan materi Tilawatil Qur’an
Penguasaan materi meliputi Tajwid, fashohah, dan suara lagu.
Ketiga hal tersebut mutlak harus dikuasai oleh seorang Qori’ dan Qori’ah.
Penguasaan Materi Tilawah dari peserta Jawa Tengah sudah maksimal
ketika diadakan pelatihan, pembinaan, dan pemantapan sebelum berlaga di
MTQ Nasional. Namun semua itu belum bisa dimaksimalkan ketika tampil
di mimbar tilawah, hal itu karena masih banyak Qori’ dan Qori’ah yang
tidak didampingi oleh pelatih. Mereka mengarang lagu dan
mengaransemen irama dengan kemampuan sendiri, masih sering terjadi
kesalahan jali, dan kurang sempurna dalam hal fashohah adab.
Oleh karena itu LPTQ Jawa Tengah harus memperbanyak pelatih
yang diikutkan ke MTQ Nasional, jangan memperbanyak Official. Karena
terkadang setiap peserta tampil dalam waktu yang bersamaan, baik
golongan anak-anak, remaja, dan dewasa. Setiap golongan hendaknya
didampingi oleh seorang pelatih yang ahli dan profesional, agar peserta
bisa tampil lebih maksimal dan terhindar dari kesalahan.
2. Mental
Mental sangat dibutuhkan oleh peserta dalam mengikuti MTQ.
Mental sangat berpengaruh terhadap penampilan di atas mimbar Tilawah.
Beberapa hal yang mempengaruhi mental yaitu, dukungan keluarga, sering
try out, Taqarrub kepada Allah, Keikhlasan, Akhlaqul karimah71.
Oleh karena itu, LPTQ Jawa Tengah harus segera mengambil
langkah dalam membina mental bagi para Qori’ dan Qori’ah. Secara
kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh setiap Qori dan Qori’ah dari
Jawa Tengah setara dengan para peserta dari Propinsi lain. Mereka sama-
sama mempunyai suara tinggi, nafas panjang, penguasaan irama dan lagu
yang baik dan inovatif, penguasaan tajwid yang baik dan benar, serta yang
lainnya yang berhubungan dengan dunia MTQ. Namun disini adalah
mental yang menjadi penentu untuk menjadi yang terbaik
Mental yang baik adalah dimana ketika berlomba tidak ada rasa
grogi, minder, atau bahkan takut dengan lawan-lawan dari propinsi lain.
LPTQ Jawa Tengah harus memacu semangat para peserta agar tidak grogi
atau demam panggung dengan seringnya mengadakan studi banding ke
daerah lain. Selain itu harus memberikan pengertian dan penjelasan
kepada para Qori’ dan Qori’ah untuk selalu berusaha meningkatkan usaha
batiniah secara individu. Usaha batin tersebut bisa dilakukan dengan
berdoa, mengamalkan ijazah doa, puasa, sholat sunnah, memohon
karomah para wali dengan berziarah, dan lain-lain. Karena semuanya itu
sangat berpengaruh terhadap penampilan peserta, ketenangan peserta, dan
rasa tawadzu’ peserta terhadap Al-Qur’an saat tampil di mimbar Tilawah.
Selain mental yang berhubungan dengan usaha batin, ternyata
mental para peserta dari Jawa Tengah down karena beban yang dipikul
oleh peserta untuk tampil baik dan harus menjadi juara. Hal ini yang
seharusnya tidak dilakukan oleh LPTQ Jawa Tengah untuk membebani
para peserta agar menjadi juara, LPTQ Jawa Tengah seharusnya memberi
semangat kepada Qori’ dan Qori’ah untuk tampil maksimal dan
menampilkan yang terbaik tanpa membebani harus menang dan menjadi
juara. Semua peserta yang mengikuti MTQ dan STQ ingin menjadi juara,
71 Ibid
akan tetapi peserta yang terbebani harus menjadi juara justru mental
mereka menjadi turun dan tidak ada rasa percaya diri.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan prestasi Tilawah hendaknya
LPTQ Jawa Tengah tidak serta merta dan secara langsung memberikan
beban harus menang kepada setiap peserta. Berilah pengertian, semangat,
dan dukungan untuk tampil maksimal, karena kalau peserta sudah tampil
baik dan maksimal Insya Allah juara akan dapat di genggam dan pasti
menjadi yang terbaik.
3. Penghargaan terhadap para pemenang
Hadiah bagi predikat peserta terbaik harus ditingkatkan, bonus haji
bagi para pemenang selalu ada, kesejahteraan bagi para pelatih dan Dewan
hakim harus diperhatikan, member beasiswa bagi para peserta yang
berprestasi, menyediakan maktabah Shoutiyyah (kaset, CD, VCD, DVD)
para Qurra’ yang Masyhur terutama dari Timur Tengah, menyediakan
maktabah (Library)72.
Oleh karena itu, penghargaan sangat penting bagi setiap pemenang
dalam kejuaraan apapun, karena penghargaan yang layak akan menambah
semangat peserta untuk meningkatkan kemampuan dan mempertahankan
prestasinya. Dalam hal ini peran LPTQ Jawa Tengah untuk memberikan
penghargaan kepada para Qori’ dan Qori’ah masih belum maksimal.
Informasi terakhir yang didapat dari salah satu sumber yang mengatakan
bahwa yang berhasil menjadi juara satu tingkat Nasional akan diberikan
Penghargaan sebesar tiga puluh juta rupiah, juara dua mendapatkan dua
puluh juta rupiah, sedangkan juara tiga mendapatkan sepuluh juta rupiah.
Penghargaan berupa materi yang dikeluarkan oleh LPTQ Jawa
Tengah kepada para pemenang MTQ Nasional jauh lebih sedikit
dibandingkan penghargaan yang diberikan dari Propinsi lain. Propinsi
Papua Barat memberikan penghargaan kepada peserta terbaik pertama
berupa mobil innova, hadiah haji, dan uang sebesar lima puluh juta rupiah.
Propinsi Nangroe Aceh Darussalam memberikan penghargaan kepada
72 Ibid
pemenang berupa uang tunai sebesar seratus lima puluh juta rupiah. Hal
ini sungguh fantastik dan luar biasa ketika propinsi lain terutama Papua
Barat mampu memberikan penghargaan sebesar itu. Itu merupakan daya
tarik dan penambah semangat para Qori’ dan Qori’ah ketika tampil.
Meskipun tujuan utama tidak masalah materi melainkan mensiarkan Islam
lewat Al-Qur’an.
Oleh karena itu bagaimana peran LPTQ Jawa Tengah dalam hal
memberikan penghargaan. LPTQ Jawa Tengah harus berani dalam
memberikan penghargaan yang besar bagi para pemenang. Agar para
Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah mempunyai semangat untuk menampilkan
yang terbaik dan yang jelas mereka tidak meninggalkan Jawa Tengah
untuk mewakili Propinsi lain yang kesejahteraan materinya lebih baik dan
lebih diperhatikan. Banyak Qori’ dan Qori’ah Jawa Tengah yang justru
mewakili Propinsi lain seperti Ustadz Herfan yang mewakili Yogyakarta
dalam MTQ Nasional tahun 2010 di Bengkulu dan ironisnya beliau
menjadi juara pertama cabang Qiro’ah Sab’ah. Hal ini sungguh sangat
disayangkan.
Dari itu semua, sudah waktunya LPTQ Jawa Tengah bangkit untuk
meraih prestasi dan menjadi yang terbaik dalam MTQ dan STQ Nasional.
Hal itu bisa dilakukan dengan mengadakan evaluasi tentang kekurangan
dan kendala yang setiap tahun terjadi. Dan yang paling penting peran yang
sudah ada dan terlaksana hendaknya lebih di tingkatkan dengan berkaca
pada Propinsi lain yang sudah mampu berperan lebih baik. LPTQ Jawa
Tengah selalu punya peluang dan kans untuk berprestasi dalam MTQ dan
STQ tingkat Nasional.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada keseluruhan bab-bab sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi yang dipandang
mempunyai kekuatan yang bagus oleh propinsi lain. Banyak Qori’ dan
Qori’ah yang mempunyai kemampuan dan talenta yang luar biasa
sehingga mampu bersaing dengan peserta lain dalam event MTQ Nasional.
Maka dari itu LPTQ Jawa Tengah yang merupakan Lembaga yang
menangani MTQ tidak henti-hentinya untuk berusaha mengembangkan
potensi para Qori’ dan Qori’ah agar selalu menjadi yang terbaik sehingga
prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ Jawa Tengah di tingkat Nasional semakin
meningkat. Akan tetapi akhir-akhir ini prestasi Tilawatil Qur’an LPTQ
Jawa Tengah tengah mengalami kemerosotan. Dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2010, peringkat Propinsi Jawa Tengah dalam MTQ Nasional
semakin menurun. Namun usaha yang dilakukan LPTQ Jawa tengah
belum bisa membawa hasil yang maksimal serta menghasilkan prestasi
yang gemilang dan menggembirakan, hal ini ternyata di pengaruhi oleh
faktor penguasaan materi tilawah dari peserta Jawa Tengah yang belum
mumpuni. Materi tilawah tersebut adalah bidang Tajwid, Fashohah dan
Lagu. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor mental. Mentalitas seorang
Qori’ dan Qori’ah dalam mengikuti MTQ dan STQ tingkat Nasional
dibutuhkan Mental yang kuat. Oleh karena itu, untuk menghasilkan
sesuatu yang memuaskan terutama pencapaian prestasi MTQ yang di
inginkan oleh LPTQ jawa tengah sangat memerlukan usaha yang lebih
baik lagi dan harus banyak melakukan evaluasi. Selain itu peningkatan
peran LPTQ juga harus lebih baik agar kegagalan tidak terus menyertai
Kafilah Propinsi Jawa Tengah dalam mengikuti MTQ tingkat Nasional
yang diadakan setiap tahun.
2. Peran LPTQ Jawa Tengah diantaranya:
a. Mengadakan MTQ dari tingkat bawah (Kecamatan dan Kabupaten),
hal ini dimaksudkan untuk menyaring dan menemukan bibit-bibit
Qori’ dan Qori’ah yang benar-benar mempunyai potensi dan bakat
alam, sehingga bisa tercipta seorang Qori’ dan Qor’iah yang handal.
b. Mengadakan MTQ di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Kegiatan ini
dilakukan untuk memperlombakan peserta Tilawah yang terbaik dari
masing-masing daerah kabupaten atau kota madya, agar lebih
kompetitif dan menemukan bibit Qori’ dan Qori’ah yang memang
unggulan dan berbakat.
c. Mengadakan pelatihan Dewan Hakim tingkat Propinsi Jawa Tengah,
agar tercipta dewan Hakim yang berkompeten sesuai bidangnya
masing-masing. Agar dalam menilai bisa lebih Profesional dan jauh
dari unsur subyektifitas, sehingga diperoleh peserta yang benar-benar
terbaik.
d. Mengadakan pelatihan dan pembinaan bagi Qori dan Qoriah terbaik di
tingkat Propinsi Jawa Tengah. Pelatihan dan pembinaan tersebut harus
bersifat continue, berkelanjutan, dan terprogram. Pelatihan tidak hanya
dilakukan untuk menghadapi MTQ Nasional atau Internasional saja,
akan tetapi harus dilakukan secara berkala dan efektif.
e. Mendatangkan Pelatih dan Pembina yang sudah mempunyai prestasi
Tilawah di Tingkat Internasional, seperti Dra. Hj Maria Ulfa dari
Jakarta (juara MTQ Nasional di Arab Saudi), H. Mukmin Ainul
Mubaraq dari Jawa Barat (juara MTQ Asia Tenggara di Malaysia),
H.Syaiful Munir dari Jawa Timur (Juara MTQ Internasional di Turki).
f. Mengirim para peserta terbaik dari Jawa Tengah untuk melakukan
Pelatihan dan Studi Banding di Baitul Qurro’ Ciputat Jakarta. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan Tilawah dan
menambah wacana tentang Tilawatil Qur’an.
g. Memperhatikan kesejahteraan peserta ketika akan mengikuti MTQ
tingkat Nasional. Peserta harus diperhatikan secara khusus, selain dari
pelatihan, peserta harus diperhatikan dari segi materi. Uang transport
dan uang saku peserta harus lebih di perhatikan, dan memberikan
bonus atau reward manakala peserta dari Jawa Tengah bisa menjadi
juara MTQ di tingkat Nasional. Hal ini bisa memacu semangat dan
perjuangan para peserta agar lebih maksimal saat tampil di mimbar
Tilawah di Level Nasional.
B. Saran-saran
Sesuai dengan permasalahan yang menjadi obyek kajian, penyusun
skripsi ingin mengemukakan beberapa saran yang dirasa perlu, yaitu sebagai
berikut:
1. Kepada peneliti lain untuk bisa meneliti ulang masalah ini, sebab hasil
penelitian ini mungkin masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan
semata-mata keterbatasan pengetahuan dan metodologi penulis, namun
demikian semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Demi kemajuan LPTQ Jawa Tengah, maka untuk semua Qori’ dan Qori’ah
supaya dapat memberikan kontribusi pemikiran maupun material untuk
mendukung segala sesuatu yang dilakukan dalam rangka pengelolaan
sumber daya yang dimiliki agar dapat meningkatkan prestasi.
3. Diperlukan penanganan yang serius untuk perkembangan dan kemajuan
LPTQ Jawa Tengah. Oleh sebab itu, semua pihak diharapkan ikut andil
dalam meningkatkan Prestasi Tilawatil Qur’an Jawa Tengah
4. LPTQ Jawa Tengah jangan memberikan Beban untuk menang kepada
peserta MTQ ketika akan berlaga di MTQ Nasional.
5. Peran LPTQ Jawa Tengah sangat penting dalam memberikan
pemahaman, pengarahan, dan pembinaan terhadap para Qori’ dan Qori’ah.
Oleh karena itu, LPTQ Jawa tengah harus berusaha seoptimal mungkin
untuk meningkatkan peranannya.
C. PENUTUP
Dengan mengucapkan rasa syukur alhamdulillah kepada Allah SWT
atas anugerah, rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga skripsi ini telah
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya atas segala kekurangan dan kekhilafan
baik kata-kata, kalimat maupun susunannya. Penulis menyadari pula bahwa
penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dan dengan kerendahan
hati, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari
semua pihak guna perbaikan dan penyempurnaan terhadap kekurangan dan
kelemahannya. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya serta mudah-mudahan dapat
memberikan kontribusi kepada LPTQ Jawa Tengah dalam meningkatkan
prestasinya.
Akhirnya, kesempurnaan dan kebenaran hanya milik Allah SWT,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah khazanah pemikiran
keislaman. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdussyaafiy, Muhammad Abussalam, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Juz 4,Bairut: Darul Kutb, tt.
Ahmadi, Abu, Metodologi penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 1997.
Arifin, Zainal, Evaluasi Instruksional: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 1991, cet 3.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi RevisiVI, Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
Buku Panduan MTQ Nasional V Antar Pondok Pesantren se-Indonesia 2006,Jakarta: Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra’ Wal Hufazh, 2006.
Dagun, Save M, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga PengkajianKebudayaan Nusantara, 2006, cet. 5.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia, 2002.
Depag RI, Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, Jakarta: Depag,1997.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka, 2006, cet. 3.
Gulo, W., Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Gramedia, 2004.
Hadi, Soetrisno, Metodologi Research, Yogyakarta; Yayasan Penerbitan FakultasPsikologi, Jilid I, 1980.
http://quran.al-islam.com/Ahkam/Tree.asp?ID=48&t=TreeSub&RecNo=48&l=ind& Parnt=1. (10 Juli 2009, 16.18 WIB)
http://www.ditjenbimasislam.co.id/lptq-info/ (6 April 2010, 11.15 WIB)
Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muhirah binBardzbah Al-Bukhari Al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Juz.5, Bairut: DarulKutb, tt.
Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta; Rieneka Cipta, Cet I, 1997.
Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung; RemajaRosda Karya, 1995.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Serasin,1996.
Pedoman Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, Jakarta: LembagaPengembangan Tilawatil Qur’an Tingkat Nasional, 1992.
Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1999.
Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press,1999.
Qomhawi, Muh. Sodiq, Al-Burhan, Mesir: Al-Azhar, t.th.
Subagyo, Djoko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta; RinekaCipta , 1997.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1995, cet. XI.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Rosdakarya, 2006, cet. 12.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. II.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nur Haniif Laili
Tempat, Tgl. Lahir : Kendal, 19 Juni 1987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Desa Kalirejo RT 06 RW 05
Kec. Kangkung Kab. Kendal 51353
Riwayat Pendidikan :
1. SDN 03 Cepiring Lulus Tahun 1999
2. SMPN 1 Cepiring Lulus Tahun 2002
3. SMAN 1 Kendal Lulus Tahun 2005
4. IAIN Walisongo Angkatan 2005
Demikian Daftar Riwayat Pendidikan ini dibuat dengan sebenar–benarnya.
Semarang, Desember 2010
Penulis
Nur Haniif LailiNIM. 053111347