FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH...

106
GOAL ORIENTATION, SELF-EFFICACY, DAN PRESTASI BELAJAR SANTRI PESANTREN PERSATUAN ISLAM TAROGONG GARUT Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh: SANTI YUDHISTIRA NIM: 106070002305 FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 H/1432 M

Transcript of FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH...

Page 1: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

GOAL ORIENTATION, SELF-EFFICACY, DAN PRESTASI

BELAJAR SANTRI PESANTREN PERSATUAN ISLAM

TAROGONG GARUT

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Psikologi

Oleh:

SANTI YUDHISTIRA

NIM: 106070002305

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 H/1432 M

Page 2: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar
Page 3: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “GOAL ORIENTATION, SELF-EFFICACY DAN PRESTASI BELAJAR SANTRI PESANTREN PERSATUAN ISLAM TAROGONG GARUT” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal 08 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 08 Desember 2010

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Ketua Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522

Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2 001

Anggota

Dra. Zahratun Nihayah, M.Si NIP. 19620724 198903 2 001

Solicha, M.Si NIP. 19720415 1999 03 2 001

Page 4: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Santi Yudhistira

NIM : 106070002305

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Goal Orientation, Self-

Efficacy dan Prestasi Belajar Santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong

Garut” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan

tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Apapun kutipan-kutipan yang

ada dalam penyusunan skripsi tersebut telah saya cantumkan sumber

pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-

Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan

dari karya orang lain

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 08 Desember 2010

Santi Yudhistira NIM: 106070002305

Page 5: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Motto

“Hayyatuna Kulluhal ‘Ibadah”

Setiap langkah hidup kami adalah ibadah

(Semboyan UG Pesantren Persis Tarogong Garut)

“Hiduplah dengan sederhana, karena kesederhanaan

tidak akan menenggelamkan keistimewaan”

Page 6: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

ABSTRAK

(A) FAKULTAS PSIKOLOGI

(B) NOVEMBER 2010

(C) Santi Yudhistira

(D) Goal orientation, self-efficacy, dan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut

(E) XV-84 halaman

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah goal orientation dan self-efficacy. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa berdasarkan arah goal orientation yang dimiliki siswa, dan hubungan self-efficacy dengan prestasi belajarnya.

Menurut Ames, goal orientation disebutkan sebagai gambaran integrasi pola belief yang memiliki peranan penting untuk membedakan pendekatan yang dipakai, cara menggunakan, dan respon terhadap situasi prestasi (dalam Pintrich & Schunk, 2008). Goal orientation bisa merupakan mastery goal berarti siswa berorientasi pada penguasaan materi yang mendalam, mengembangkan keterampilan baru, meningkatkan atau mengembangkan kompetensi, berusaha untuk mencapai sesuatu yang menantang, dan mencoba untuk mendapatkan pemahaman atau wawasan, sedangkan performance goal menyatakan bahwa siswa lebih berorientasi pada kemampuan mereka, dan memperlihatkan kinerja mereka kepada orang lain, dan ingin menjadi yang lebih baik daripada yang lain.

Menurut Bandura (1986 dalam Brown, 1998) orang- orang yang memiliki kepercayaan terhadap self-efficacy yang tinggi cenderung punya kemampuan untuk menyelesaikan tugas, dan mencapai tujuan mereka. Begitu pula sebaliknya, orang-orang dengan self-efficacy yang rendah cenderung tidak yakin bahwa mereka punya kemampuan untuk sukses dan mencapai tujuan yang ingin diraih. Self-efficacy terdiri dari level, yaitu level kinerja pada tugas-tugas sulit, generality, yaitu penilaian domain-linked mengungkapkan pola dan tingkat umum dari persepsi orang tentang keberhasilan mereka dan strength, yaitu kekuatan keyakinan dalam kemampuan seseorang (Bandura, 1986: 396).

Page 7: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

(F) Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling dengan mengocok 12 kelas menjadi 4 kelas. Instrumen yang digunakan adalah skala goal orientation yang terdiri dari 12 item, skala self-efficacy yang berisi 31 item, dan prestasi belajar dari nilai raport.

Hasil uji hipotesis menyimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara santri yang tergolong performance goal orientation dengan santri yang tergolong mastery goal orientation. Dalam hal ini santri dengan mastery goal orientation memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada santri dengan performance goal orientation. Tidak ada hubungan yang signifikan self-efficacy dengan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut. Goal orientation dan self-efficacy hanya memberikan kontribusi sebesar 0,7% terhadap variabel prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut. Dianjurkan agar peneliti membuat instrumen pengukuran prestasi belajar dan mengujikannya secara langsung kepada sampel, tidak mengambil dari hasil prestasi yang sudah tersedia di lembaga atau individu yang dijadikan sampel

(G) 25 (1986-2009)

Page 8: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaniirrahiim

Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan penulis

kesempatan untuk mengecap nikmat sehat dan pikiran jernih, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir dari perkuliahan di Fakultas

Psikologi ini. Shalawat serta salam kepada Nabi junjungan Muhammad SAW.

Berkat perjuangan dan bimbingan beliaulah ummat manusia dapat hidup dalam

keimanan kepada Allah, jauh dari kesesatan.

Penulis sangat berbahagia telah menyelesaikan skripsi yang menjadi syarat

kelulusan di Fakultas Psikologi. Penulis berharap skripsi ini bisa menjadi awal

prestasi yang baru untuk menghadapi masa depan yang cerah dan gemilang.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak bantuan dan dukungan yang

mengalir dari semua pihak yang ada. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bapak Jahja

Umar, Ph. D, beserta jajaran kepemimpinannya.

2. Ibu Fadhilah Suralaga dan Ibu Solicha sebagai pembimbing yang tidak

pernah lelah memberikan saran dan waktunya untuk penulis. Mereka

menjadi inspirasi untuk penulis agar tetap semangat sebanyak apapun

kegiatan yang dijalani. Penulis sangat menyayangi keduanya.

Page 9: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

3. Pembimbing akademik, Ibu Neneng T.S yang telah memberikan

pengarahannya selama penulis berada di Fakultas Psikologi, yang

memberikan banyak Job sehingga pengalaman penulis semakin

bertambah.

4. Seluruh pihak Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut, Ustadz. Epul,

Ustadz. Gungun, Ibu Teni, dan lainnya sebagai tempat penelitian, juga

tempat menimba ilmu dan mengaplikasikan ilmu.

5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi yang telah membantu

menyiapkan fasilitas-fasilitas yang memadai.

6. Untuk kedua orang tua tercinta, Ibunda Suarni yang begitu sabar dan

tabah, Ayahanda Aceng Sutisna yang begitu gigih dan bijaksana. Tanpa

kalian, penulis bukan apa-apa di dunia ini

7. Untuk Kakanda Yenni Handayani dan Fadli yang selalu membimbing

penulis kapan saja, dimana saja. Untuk Abang Indra Gunawan yang

menyayangi penulis dengan cara berbeda. Penuh canda dan tawa.

8. Spesial untuk Dede Setiawan. Adinda yang selalu ceria dan tidak pernah

merasa sendiri di tengah berbagai kekurangan yang dimiliki. Adinda yang

menjadi motivasi penulis untuk kuliah di bidang Psikologi. Adinda yang

selalu menjadi penyemangat utama saat semangat mulai hilang. “ukhti

selalu sayang de awan puteh gleh”.

Page 10: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

9. Untuk teman-teman terbaik di Pesantren, Ani, Elis dan suami, Frisa,

Bubah, Yasmin, Teh Ai, Latif, dan seluruh teman-teman seangkatan.

10. Untuk teman-teman Imapa PP dan Cabang. Bg Muna, Shona Alfi, Bg

Wahyu, Bg Deni, Zul, Bg Nazir, Bg Fadhil, Partai Sleeping beauty, dan

teman-teman Cabang. Untuk teman-teman di Garut, Kg Iyus, Kg Kiki, Kg

Asep, Omy, Teh Yayah, Aceu, dan Gapensens yang selalu mampu

melepas penat penulis saat suntuk.

11. Untuk seluruh Mentor Akademik angkatan pertama, Ibu Yunita Faela Nisa

dan Ibu Eva sebagai koordinator Laboratorium, teman-teman seangkatan

khususnya kelas D, terutama Qky dan Ami. Serta teman-teman

seperjuangan skripsi, Fahria, Nadia, Kadek, Ega, dan lainnya. Terima

kasih akan kebersamaan yang indah ini.

12. Terakhir ucapan terima kasih terdalam dan spesial untuk Deni Murdiani

yang tidak pernah lelah membimbing dan membantu dengan segala upaya.

Menjadi penyemangat terbaik yang pernah ada. Semoga Allah selalu

meridhoi langkah dan usaha kita.

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang

pernah dilakukan. Penulis menyadari banyaknya kekurangan dan kekeliruan baik

secara lisan maupun tulisan selama proses pembuatan skripsi ini berlangsung.

Semoga karya ini bermanfaat untuk pihak-pihak yang bersangkutan dan menjadi

semangat untuk penelitian selanjutnya. Kebenaran hanya milik Allah.

Page 11: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Ciputat, 24 November 2010.

Penulis

Page 12: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

DAFTAR ISI MOTTO i DEDIKASI ii KATA PENGANTAR v ABSTRAK vii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan........................................................................ 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan masalah..…………………………………………....… 9 1.2.2 Perumusan masalah………………………………………………… 10

1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………... 11 1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………. 12 1.5 Sistematika Penulisan……………………………………………………… 12

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prestasi Belajar 2.1.1 Pengertian prestasi belajar…………………………………………. 14 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar………………... 16 2.1.3 Dimensi-dimensi prestasi belajar…………………………………... 25 2.2 Goal Orientation 2.2.1 Pengertian goal orientation………………………………………… 27 2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi goal orientation……………….. 29 2.2.3 Dimensi-dimensi goal orientation…………………………………. 33 2.3 Self-Efficacy 2.3.1 Pengertian self-efficacy…………………………………………….. 41 2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy…………………… 44 2.3.3 Dimensi-dimensi self-efficacy……………………………………… 48 2.4 Kerangka Berpikir…………………………………………………………. 50 2.5 Hipotesis…………………………………………………………………… 52 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian…………………………………………… 54 3.2 Definisi Variabel…………………………………………………………… 54 3.2.1 Definisi konseptual variabel……………………………………….. 55

3.2.2 Definisi operasional variabel………………………………….…… 56 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi……………………………………………………………. 57 3.3.2 Sampel………………………………………………………………57 3.3.3 Teknik pengambilan sampel……………………………………….. 57 3.4 Metode Pengambilan Data…………………………………………………. 58 3.5 Teknik Pengambilan Data………………………………………………….. 58

Page 13: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

3.6 Teknik Uji Instrumen dan Analisis Data……...…………………………… 60 3.7 Hasil Uji Instrumen…………………..………………………………….… 61 3.8 Prosedur Penelitian………………………………………………………… 63 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian……………………………………….. 65 4.1.1 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin…………... 66 4.1.2 Gambaran umum responden berdasarkan kelas………………….… 66 4.2 Deskripsi Data……………………………………………………………… 67 4.3 Kategorisasi Berdasarkan Penyebaran Skor Responden…………………… 67 4.3.1 Frekuensi responden berdasarkan klasifikasi dimensi goal

orientation………………………………………………………..… 67 4.3.2 Kategorisasi self-efficacy responden……………………………….. 69 4.3.3 Kategorisasi prestasi belajar responden……………………………. 69 4.4 Uji Perbedaan Goal Orientation Dengan Prestasi Belajar…………………. 70 4.5 Uji Korelasi Self-Efficacy Dengan Prestasi Belajar………...……………… 72

4.6 Analisis Regresi Goal Orientation&Seff-Efficacy Dengan Prestasi Belajar.. 73

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………………………………………………………………… 75 5.2 Diskusi……………………………………………………………………... 76 5.3 Saran………………………………………………………………..……… 81 5.3.1 Saran teoritis...................................................................................... 81 5.3.2 Saran praktis………………………………………………………...82 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 14: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue print skala goal orientation………………………...……… 59

Tabel 3.2 Skor skala goal orientation………………………………………...… 60

Tabel 3.3 Blue print skala self-efficacy…………………………………….. 60

Tabel 3.4 Skor skala self-efficacy………………………………………….. 61

Tabel 3.5 Blue print skala goal orientaion………………………………..…… 63

Tabel 3.6 Blue print skala goal orientaion ……………………………….. 63

Tabel 3.7 Blue print skala self-efficacy ……………………………………. 64

Tabel 3.8 Blue print skala self-efficacy ……………………………………. 64

Tabel 4.1 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin ……….. 68

Tabel 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan kelas ………………… 68

Tabel 4.3 Deskripsi Data (mean dan standar deviasi) …………………….. 69

Tabel 4.4 Frekuensi responden berdasarkan klasifikasi dimensi

goal orientation ……………………………………………………………. 70

Tabel 4.5 Kategorisasi self-efficacy responden ………………………….… 71

Tabel 4.6 Kategorisasi prestasi belajar responden ………………………… 71

Tabel 4.7 Mean dan standar deviasi ……………………………………….. 72

Tabel 4.8 Uji Hipotesis Goal Orientation Dengan Prestasi Belajar ………. 73

Tabel 4.9 Korelasi self-efficacy dengan prestasi belajar …………………... 74

Tabel 4.10 Analisis Regresi Goal Orientation & Self-Efficacy Dengan Prestasi Belajar …………………………………………………………………..…. 75

Tabel 4.11 Mean dan standar deviasi ……………………………………… 76

Tabel 4.12 Uji beda prestasi belajar mastery goal orientation dengan goal orientation seimbang ……………………………………………………… 76

Page 15: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Tabel 4.13 Mean dan standar deviasi …………………………………...…. 77

Tabel 4.14 Uji beda prestasi belajar mastery goal orientation dengan goal orientation seimbang ……………………………………………………… 77

Page 16: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka berpikir …………………………………………………………………………….… 52

Page 17: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia untuk membantu

mengembangkan seluruh potensinya. Dalam Islam ditekankan bahwa menuntut

ilmu merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu dan orang yang

menyampaikan ilmu yang dimiliki adalah orang yang bermanfaat. Hal ini terbukti

dari wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah

“iqra”yang merupakan perintah untuk membaca.

Berbagai macam dalil disampaikan agar manusia selalu memperhatikan

kewajibannya sebagai hamba yang senantiasa harus menuntut ilmu. Islam

menegaskan bahwa menuntut ilmu tidak sebatas pada usia kanak-kanak dan

remaja saja, namun menuntut ilmu adalah kewajiban semua muslim sejak dalam

kandungan ibu hingga liang lahat atau ajal menjemput. Ini berarti bahwa belajar

merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan sepanjang hidup.

Banyak penelitian telah dilakukan tentang bagaimana cara untuk

memahami belajar maupun untuk mencari cara-cara belajar yang efektif sehingga

orang-orang yang belajar dapat meningkatkan prestasinya. Dengan begitu,

kemajuan dunia ilmu pengetahuan semakin pesat dalam berbagai bidang, karena

memang belajar menjadi hal utama dalam meningkatkan taraf hidup umat

manusia. Semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan, semakin tinggi pula

tingkat keinginan manusia untuk meningkatkan prestasi dalam belajar, apakah itu

1

Page 18: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

untuk menguasai suatu hal atau hanya memperoleh suatu pengakuan dari

masyarakat banyak.

Prestasi belajar merupakan salah satu tolak ukur seseorang dalam

mencapai kesuksesan belajar. Seharusnya, siswa yang memiliki kecerdasan

normal atau di atas normal bisa mencapai prestasi yang tinggi dalam belajar

apabila tidak ada hambatan dalam mempelajari dan memahami apa yang

disampaikan guru. Berbagai sumber belajar juga dapat dicari untuk menambah

khazanah keilmuan.

Siswa-siswa tersebut dapat menjadi generasi yang dibekali dengan

prestasi-prestasi cemerlang untuk menghadapi masa depannya. Mereka juga akan

memiliki rasa puas terhadap apa yang telah dicapainya. Hal ini dapat menjadi

pemicu untuk terus meningkatkan prestasi dan menjadi manusia yang berkualitas.

Bila ditelusuri lebih jauh, dapat diketahui bahwa berprestasi atau tidaknya

siswa dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu secara intern

maupun ekstern. Faktor-faktor tersebut yang akan menjadi teropong bagi guru dan

orang tua untuk memprediksikan prestasi yang mungkin diraih dikemudian hari.

Hal-hal yang berpengaruh tersebut dapat menjadi pemicu prestasi belajar

seseorang. Dengan adanya perbedaan faktor penguat dalam belajar, menimbulkan

adanya perbedaan dalam memandang belajar itu sendiri. Dengan demikian, sikap

dan persepsi terhadap belajar untuk menjadi seseorang yang berprestasi akan

berbeda pula.

Diantara faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah

goal orientation. Goal orientation merupakan fokus tujuan yang dimiliki dalam

2

Page 19: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

mencapai hasil akhir dalam belajar, apakah siswa menginginkan penguasaan suatu

materi dari bahan ajaran yang telah ditetapkan untuk meningkatkan

kemampuannya (mastery) atau hanya bertujuan untuk mendapatkan nilai yang

memuaskan serta mendapat pengakuan dari orang lain (performance).

Siswa yang memiliki tujuan untuk menguasai suatu materi akan cenderung

untuk memperkaya keilmuannya dengan mencari sumber lain dan tidak hanya

terpaku pada apa yang disediakan oleh guru saja. Siswa tidak segan-segan untuk

menghabiskan waktu dan tenaga untuk memenuhi keinginannya dalam menguasai

materi tersebut. Sebaliknya, siswa yang berorientasi pada pencapaian nilai yang

memuaskan akan merasa puas dengan apa yang telah disediakan oleh guru, namun

bukan berarti siswa tidak akan melakukan usaha tambahan di luar sekolah, mereka

akan mencari materi tambahan di luar bila menganggap materi yang telah

diberikan oleh guru di sekolah kurang membuatnya terakui dan dapat nilai yang

memuaskan.

Perbedaan goal orientation yang mereka miliki dapat menimbulkan

prestasi belajar yang berbeda pula. Siswa dengan mastery orientation akan

berhenti belajar bila telah merasa menguasai materi tersebut dengan baik,

sedangkan siswa dengan performance orientation akan berhenti belajar bila

merasa nilainya sudah baik. Dengan demikian, prestasi yang diperolehpun

berbeda-beda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan tujuan pada nilai

(performance) tidak selalu memiliki prestasi belajar yang lebih rendah, namun

lebih baik lagi apabila kedua jenis goal orientation tersebut dimiliki oleh semua

3

Page 20: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

siswa. Dalam penelitiannya, Roebken (2007: 695) menyatakan bahwa siswa yang

memiliki kedua bentuk goal orientation, yaitu mastery dan performance memiliki

tingkat prestasi akademik yang lebih tinggi dari siswa yang hanya memiliki

mastery orientation saja.

Berbeda dengan penelitian Mattern (2005: 30) yang menunjukkan bahwa

siswa dengan mastery goal orientation memiliki level prestasi belajar yang lebih

tinggi dari pada siswa dengan performance goal orientation. Siswa yang mengejar

mastery goal lebih cenderung mencari tantangan, menggunakan strategi

pembelajaran efektif yang lebih tinggi, termasuk strategi metakognitif, pelaporan

dan sikap terhadap sekolah yang lebih positif, dan memiliki tingkat self-efficacy

yang lebih tinggi (kepercayaan pada kemampuan diri untuk berhasil dalam situasi

tertentu) daripada orang-orang yang mengejar performance goal.

Sedangkan penelitian Harackiewicz dan Elliot dan koleganya

menunjukkan bahwa siswa dengan performance goals menunjukkan kinerja dan

prestasi yang lebih baik. Siswa tersebut berorientasi untuk bekerja lebih baik dari

yang lain dan menunjukkan kemampuan dan kompetensi diri. Sedangkan siswa

dengan mastery goals lebih menunjukkan ketertarikan tugas (Pintrich, 2000: 544).

Selain goal orientation, faktor internal lain yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa adalah self-efficacy. Menurut Bandura (1986) Self-efficacy adalah

keyakinan individu akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan

melakukan suatu tindakan yang diinginkan untuk meraih suatu kinerja yang

direncanakan (dalam Suprayogi, 2007: 314). Siswa yang memiliki self-efficacy

yang tinggi, akan cenderung memiliki prestasi belajar yang tinggi pula, begitu

4

Page 21: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

pula sebaliknya, siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah akan cenderung

memiliki prestasi belajar yang rendah pula. Siswa dengan self-efficacy yang tinggi

akan meningkatkan kinerjanya. Konsentrasinya akan lebih terpusat pada

bagaimana ia menghadapi tugas-tugas yang diberikan agar dapat diselesaikan

dengan baik.

Sedangkan yang memiliki self-efficacy yang rendah akan lebih

memikirkan bahwa tugas itu sulit, ketidakmampuannya dalam menyelesaikan

tugas tersebut, atau rintangan-rintangan berat yang akan ditempuhnya selama

mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya. Lambat laun pikiran-pikiran

tersebut akan membuat kinerjanya lemah dan menurunkan prestasi yang dapat

diraihnya.

Secara ideal, siswa yang berangkat ke sekolah memiliki tujuan untuk

mencapai prestasi belajar yang memuaskan untuk dirinya, keluarga, maupun

untuk sekolah itu sendiri. Disana siswa memerlukan self-efficacy untuk

menguatkan dirinya dalam menghadapi tugas-tugas dalam belajar, maupun tugas-

tugas perkembangannya yang sedang dihadapi. Self-efficacy yang dimiliki

seseorang dapat mempengaruhi cara berpikir dan memahami serta memotivasi

belajar dan menghadapi tantangan dalam belajar.

Dalam penelitian Pintrich dan Groot (1990) dikemukakan bahwa murid

yang memiliki self-efficacy tinggi menggunakan strategi belajar dan kognitif yang

bervariasi (dalam Mutiah, 2006). Self-efficacy individu mengalami dinamika

seiring dengan bertambahnya usia. Self-efficacy dapat mempengaruhi seseorang

mencapai prestasi yang tinggi dalam belajar, dapat juga mempengaruhi kekuatan

5

Page 22: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

seseorang dalam menghadapi tugas-tugas yang ada selama proses belajar. Self-

efficacy juga menentukan seberapa besar usaha yang dilakukan dalam

menghadapi tugas dan mencapai hasil yang maksimal.

Dalam penelitian Yahrini dan Hawadi (2008) tentang bagaimana

hubungan self-efficacy dengan kematangan karir menunjukkan adanya korelasi

positif antara self-efficacy yang dimiliki siswa percepatan belajar dengan

kematangan karirnya. Semakin tinggi total skor self-efficacy siswa, maka semakin

tinggi pula skor kematangan karir yang dimiliki. Self-efficacy memberikan

sumbangan sebesar 46.7% terhadap kematangan karir siswa. Dengan kata lain,

siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan mampu memilih karir dengan

baik, hal ini senada dengan pendapat Seligman (dalam Yahrini dan Hawadi, 2008)

yang mengatakan bahwa salah satu ciri kematangan karir seseorang adalah self-

efficacy.

Keyakinan individu bahwa dirinya dapat melaksanakan tugas yang

dibebankan padanya, akan memberi sumbangan energi yang positif terhadap

dirinya untuk melakukan tugas tersebut secara maksimal. Semakin tinggi self-

efficacynya, maka semakin tinggi kekuatannya untuk mengerjakan tugas. Begitu

pula dengan hasilnya akan menunjukkan ke arah yang lebih baik. Seperti

penelitian yang dilakukan oleh Mutiah (2006) tentang hubungan self-efficacy

dengan prestasi belajar menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

self-efficacy dengan prestasi belajar. Mahasiswa dengan self-efficacy yang tinggi

akan senantiasa berusaha untuk mencapai prestasi yang diinginkan walaupun

harus melalui berbagai pengorbanan, seperti belajar sepanjang waktu,

6

Page 23: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

menghabiskan waktu di internet untuk membaca buku yang relevan, maupun

mengakses internet untuk membuka situs yang sesuai dengan apa yang sedang

dicari.

Namun pada kenyataannya, tidak semua siswa memiliki tingkat self-

efficacy yang sama sehingga berbeda pula kemampuan siswa dalam menghadapi

tugas-tugas. Hal ini disebabkan karena pengalaman-pengalaman siswa yang

berbeda, kondisi emosi yang berbeda dan kondisi lingkungan dan pergaulan yang

berbeda pula. Lingkungan siswa yang berbeda-beda menyebabkan pergaulan dan

orang-orang yang ditemui juga berbeda-beda, hal ini dapat menimbulkan

pengalaman yang juga berbeda antara masing-masing siswa.

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, peneliti ingin meneliti

kembali goal orientation dan self-efficacy dalam hubungannya dengan prestasi

belajar. Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti santri di Pesantren Persatuan

Islam Tarogong Garut yang merupakan salah satu pesantren dengam konsep

modern. Muatan pelajaran agama dan pelajaran umumnya memiliki porsi waktu

yang sama. Siswanya biasa disebut dengan santri. Selayaknya sebuah pesantren,

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut ini juga memiliki asrama untuk

santrinya yang dikelola di bawah lembaga yang sama dengan sekolah. Di asrama,

para santri juga memiliki kegiatan-kegiatan pengembangan diri dan keilmuan

lainnya dengan konsep berbeda dari kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

Hal yang menarik dari pesantren ini adalah tidak semua santri diwajibkan

untuk tinggal di asrama. Asrama disediakan bagi santri yang jauh dari

keluarganya. Sedangkan bagi santri yang memungkinkan untuk tinggal bersama

7

Page 24: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

keluarganya, diperbolehkan untuk tidak tinggal di asrama. Kondisi seperti ini

dapat menyebabkan berbedanya pengalaman yang dialami di luar jam pelajaran

sekolah. Bagi santri yang tinggal di asrama, setelah selesai dari kegiatan sekolah,

mereka kembali ke asrama dan mengikuti kegiatan yang ada di asrama. Santri

tidak diperbolehkan untuk keluar wilayah asrama kecuali pada waktu-waktu

tertentu saja. Dengan demikian, pengalaman yang mereka dapatkan terbatas pada

apa yang didapatkan dilingkungan asrama saja.

Sedangkan bagi santri yang tinggal di luar asrama, mereka mempunyai

kesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan lebih banyak. Baik kegiatan untuk

mendukung akademis, kegiatan organisasi, atau kegiatan lainnya yang mereka

sukai. Tergantung dari pilihan yang diinginkan. Kondisi ini dapat memungkinkan

santri memiliki goal orientation yang berbeda-beda. Pendidikan pesantren

sebenarnya lebih diarahkan kepada pembelajaran secara mastery. Artinya santri

lebih diharapkan untuk dapat menguasai materi yang diberikan, tidak menjadikan

nilai sebagai tolak ukur keberhasilan, dan berusaha untuk mendapat pengetahuan

sebanyak-banyaknya. Namun pada kenyataannya tidak dapat dipungkiri bahwa

masih ada santri yang berorientasi pada nilai.

Dengan pendidikan keagamaan kuat, santri juga diajarkan untuk memiliki

kepercayaan bahwa mereka mampu mengembangkan potensi dan kemampuan

yang diberi Allah SWT. Santri diyakinkan untuk dapat menggunakan kemampuan

yang ada sebaik-baiknya agar mampu menjadi insan utama dihadapan Allah

SWT. Dengan pendidikan seperti ini, santri telah dididik untuk mengembangkan

self-efficacy yang dimiliki santri.

8

Page 25: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Pendidikan yang diterapkan di lingkungan pesantren sangat menarik untuk

diteliti. Selama ini, kebanyakan penelitian dilakukan di sekolah umum seperti

SMA atau SMP. Masih sedikit penelitian yang dilakukan di lingkungan pesantren,

padahal, pendidikan yang diterapkan di lingkungan pesantren memiliki

karakteristik yang menarik.

Pola pendidikan yang diterapkan membuat lingkungan dan budaya

pendidikan yang tercipta berbeda. Pesantren yang menerapkan sistem pendidikan

untuk mencari keridhoan Allah dan berlomba-lomba menjadi insan utama dapat

memacu santri agar memiliki mastery goal orientation dan self-efficacy yang

tinggi. Lingkungan seperti ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam apabila

dikaitkan dengan goal orientation dan self-efficacy yang dimiliki oleh santri

dalam mencapai prestasi belajar. Karena itu peneliti merasa sangat perlu untuk

melakukan penelitian lanjutan tentang "Goal Orientation, Self-Efficacy, dan

Prestasi Belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong, Garut"

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1. Pembatasan masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Goal orientation yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

orientasi tujuan yang dimiliki santri Pesantren dalam belajar yang

terdiri dari mastery goal dan performance goal yang diungkapkan

melalui skala goal orientation.

9

Page 26: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

b. Self-efficacy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keyakinan

santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut terhadap

kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melakukan tindakan

yang diinginkan untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan

yang diungkapkan melalui skor-skor dari alat ukur skala self-

efficacy

c. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar santri

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut dalam usaha belajarnya

yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang

diungkapkan melalui skor-skor pada tes prestasi belajar yang

diambil dari hasil raport terakhir.

d. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Persatuan Islam Tarogong

Garut kelas XI dan XII tingkat Mualimin (setingkat SMA).

1.2.2. Perumusan masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana klasifikasi goal orientation santri Pesantren Persatuan

Islam Tarogong Garut?

2. Bagaimana tingkatan self-efficacy santri Pesantren Persatuan Islam

Tarogong Garut?

3. Bagaimana tingkatan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan

Islam Tarogong Garut?

10

Page 27: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

4. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara santri yang memiliki

performance goal orientation dengan santri yang memiliki mastery

goal orientation di Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut?

5. Apakah ada hubungan yang signifikan self-efficacy dengan prestasi

belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut?

6. Apakah ada kontribusi goal orientation dan self-efficacy terhadap

prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat:

1. Klasifikasi goal orientation santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong

Garut.

2. Tingkatan self-efficacy santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut.

3. Tingkatan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong

Garut.

4. Perbedaan prestasi belajar antara santri yang memiliki performance goal

orientation dengan santri yang memiliki mastery goal orientation di

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut.

5. Hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan

Islam Tarogong Garut.

6. Kontribusi goal orientation dan self-efficacy terhadap prestasi belajar

santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut.

11

Page 28: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

Secara teoritis : dapat memberikan sumbangan bagi disiplin ilmu psikologi

khususnya psikologi belajar, berhubungan dengan prestasi belajar siswa yang

dipengaruhi oleh goal orientation dan self-efficacy yang mereka miliki.

Secara praktis : dapat menjadi salah satu acuan bagi orang tua dan guru dalam

melihat hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga dapat

diberikan pengajaran yang sesuai dengan arah keinginan yang dapat

meningkatkan semangat belajar dan prestasi siswa.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang permasalahan,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat,

serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan pustaka, yang terdiri dari: prestasi belajar, goal

orientation, self-efficacy, kerangka berpikir, dan hipotesis

penelitian.

Bab III : Metodologi penelitian, yang terdiri dari: pendekatan dan jenis

penelitian, definisi variabel, populasi dan sampel, metode

pengambilan data, teknik pengambilan data, dan teknik uji

12

Page 29: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

instrumen, hasil uji instrumen dan analisis data, prosedur

penelitian.

Bab IV : Hasil penelitian, yang terdiri dari: gambaran umum responden,

gambaran klasifikasi goal orientation responden, tingkatan self-

efficacy dan prestasi belajar responden, dan uji hipotesis.

Bab V : Kesimpulan, diskusi, dan saran.

13

Page 30: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Dalam kajian pustaka ini akan dibahas teori-teori mengenai goal orientation, self-

efficacy, dan prestasi belajar serta kerangka berpikir berdasarkan asumsi peneliti

dan hipotesis-hipotesis yang akan diujikan.

2.1. Prestasi Belajar

2.1.1. Pengertian prestasi belajar

Belajar merupakan key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap

usaha pendidikan. Perubahan dan kemampuan merubah merupakan batasan

dan makna yang terkandung dalam belajar (Syah, 1999: 55). Belajar adalah

kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental

dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti

bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di

lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Belajar merupakan

suatu perubahan pada diri individu yang disebabkan oleh pengalaman.

Terkadang siswa bisa mendapatkan pengetahuan dari guru di kelas atau

ketika mereka mencari sesuatu dari apa yang ada di dalam buku

(Djiwandono, 2002: 120).

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar,

maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi

14

Page 31: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Evaluasi

atau penilaian berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu.

Gronlund (1975) mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang

sistermatis untuk menentukan atau membuat keputusan samapai sejauh mana

tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (dalam Djiwandono, 2002:

397). Tardif et. al. (1989 dalam Syah, 1999: 175) mengemukakan evaluasi

belajar berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi belajar yang

dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan

prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi

belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu

sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda

sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang

berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.

Adapun hasil dalam kegiatan belajar diartikan sebagai kinerja

akademik atau prestasi belajar. Hasil belajar berfungsi untuk mengetahui

tingkat kemajuan atau penguasaan yang telah dicapai siswa dalam segala

aspek meliputi ranah cipta (prestasi kognitif), ranah rasa (prestasi afektif),

dan ranah karsa (prestasi psikomotorik) (Prastiti & Pujiningsih, 2009 : 226).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi

belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima,

menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses

15

Page 32: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses

belajar mengajar.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil

dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi

belajar siswa. Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan dari beberapa

tokoh tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa selama mengikuti proses belajar

mengajar yang diungkapkan dalam bentuk angka atau indeks prestasi

(raport).

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Syah (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu sendiri, karena

dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajarlah muncul siswa-siswa yang

high-achiever (berprestasi tinggi) dan under-achiever (berprestasi rendah)

atau gagal sama sekali. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

tersebut dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

• Faktor Internal siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek,

yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek

psikologis (yang bersifat rohaniah).

16

Page 33: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

a. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai

tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai

pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah

cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajaripun kurang atau

tidak berbekas.

Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera

pendengaran dan penglihatan, juga sangat mempengaruhi

kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan

khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dan

penglihatan siswa yang rendah akan menyulitkan sensory register

dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan

iconic (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya adalah

terhambatnya proses penyerapan informasi yang dilakukan oleh

sistem memori siswa tersebut.

b. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran

siswa. Namun, diantara faktor-faktor tersebut yang dipandang

sangat esensial itu adalah sebagai berikut:

17

Page 34: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

• Inteligensi siswa

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri

dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan

atau inteligensi (IQ) sangat menentukan tingkat keberhasilan

belajar siswa. Ini bermakna semakin tinggi kemampuan

inteligensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya

meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan

inteligensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya

untuk memperoleh sukses.

• Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk bereaksi atau merespon (response

tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,

barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun secara

negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif merupakan pertanda

awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya,

sikap negatif siswa dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa

tersebut. Selain itu, sikap terhadap ilmu pengetahuan akan

menimbulkan prestasi yang dicapai siswa kurang memuaskan.

18

Page 35: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

• Bakat siswa

Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang. Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti

memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi

sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-

masing. Jadi, bakat itu secara umum mirip dengan inteligensi.

Itulah sebabnya seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas

(superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga

dengan talented child, yakni anak berbakat.

Dalam perkembangan selanjutnya, bakat diartikan sebagai

kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa

banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.

Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro misalnya,

akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan

keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut

dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Inilah yang

kemudian disebut bakat khusus (specific aptitude) yang

merupakan karunia inborn. Sehubungan dengan hal di atas,

maka bakat dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi

belajar bidang-bidang tertentu.

19

Page 36: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

• Minat siswa

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan

kegairangan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Menurut Reber (1988 dalam Syah, 1999), minat tidak

termasuk istilah yang populer dalam psikologi karena

ketergantungannya yang banyak terhadap faktor-faktor internal

lainnya, seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi,

dan kebutuhan. Namun terlepas dari populer dan tidaknya,

minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini

dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa

dalam bidang-bidang studi tertentu.

• Motivasi siswa

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme,

baik manusia maupun hewan, yang mendorongnya untuk

berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti

pemasok daya (Energizer) untuk bertingkah laku secara

terarah. (Gleitman, 1986; Reber, 1988 dalam Syah, 1999).

Dalam perkembangannya, motivasi dapat dibagi menjadi dua

macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik, 2) motivasi ekstrinsik.

20

Page 37: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari

dalam diri siswa yang dapat mendorongnya melakukan

tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik adalah

perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi

tersebut.

Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang

datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk

melakukan kegiatan belajar. pujian dan hadiah, tata tertib

sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya

merupakan contoh dari motivasi ekstrinsik. Kekurangan atau

ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun bersifat

eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa

dalam melakukan proses pembelajaran baik di sekolah maupun

di rumah.

Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki

pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, memberi

pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan dorongan

hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.

• F

aktor self-efficacy

Selain dari faktor-faktor yang dikemukakan di atas tersebut,

dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif)

21

Page 38: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

memainkan peran penting. Faktor person yang ditekankan

Bandura ini adalah self-efficacy, yakni keyakinan bahwa

seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil

positif. Bandura mengatakan bahwa self-efficacy berpengaruh

besar terhadap perilaku. Misalnya, seorang siswa yang self-

efficacy-nya rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk

mengerjakan ujian karena dia tidak percaya bahwa belajar akan

membantunya mengerjakan soal (Santrock, 2007: 286).

Bandura percaya bahwa self-efficacy merupakan faktor penting

yang mempengaruhi prestasi siswa. Siswa dengan self-efficacy

yang tinggi setuju dengan pernyataan “saya tahu bahwa saya

akan mampu menguasai materi ini” dan “saya akan bisa

mengerjakan tugas ini” (Santrock, 2007: 523).

Schunk (1991, 1999, 2001 dalam Santrock, 2007: 523)

mengaplikasikan konsep self-efficacy ini pada banyak aspek

dari prestasi siswa. Menurutnya, konsep ini mempengaruhi

pilihan aktivitas oleh siswa. Siswa dengan self-efficacy yang

rendah mungkin menghindari banyak tugas belajar, khususnya

yang menantang dan sulit. Sedangkan siswa dengan level self-

efficacy yang tinggi mau mengerjakan tugas-tugas seperti itu.

Siswa dengan level self-efficacy yang tinggi mungkin lebih

tekun berusaha menguasai tugas pembelajaran ketimbang siswa

yang berlevel rendah.

22

Page 39: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

• Faktor goal orientation

Selain itu, Matuga (2009) dalam penelitiannya mengemukakan

bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan yang

dapat membantu pencapaian prestasi akademik. Salah satu

faktor tersebut adalah persepsi diri siswa sebagai motivasi

intrinsik atau ekstrinsik untuk terlibat dalam kegiatan belajar;

dalam lingkungan pendidikan yang biasa dikenal siswa sebagai

orientasi tujuan atau yang disebut goal orientation (Barron &

Harackiewicz, 2001; Elliot & Thrash, 2001 dalam Matuga,

2009).

Hal tersebut senada dengan penelitian yang dilakukan Schunk.

Schunk (1996 dalam Brown & Mathews, 2003: 107)

memimpin sebuah studi pada setting kelas untuk menyelidiki

pengaruh prestasi goal orientation pada suatu bidang

kemampuan tertentu. Sama halnya dengan sebuah penelitian

pada setting laboratorium, guru memberikan instruksi yang

berbeda untuk learning dan performance goal. Hasil

menunjukan bahwa siswa dengan learning goal memiliki

motivasi dan orientasi lebih tinggi dari pada siswa dengan

performance goal. Hasil tersebut menunjukan bahwa

bermacam-macam goal yang ada dalam kelas dapat

mempengaruhi goal perception dan prilaku prestasi akademik.

2. Faktor eksternal siswa

23

Page 40: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu: faktor

lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah sepertu guru, para staf administrasi,

teman-teman sekelas, dapat mempengaruhi semangan belajar

seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap dan

perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik

dan rajin khususnya dalam hal belajar.

Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah

masyarakat, tetangga, serta teman-teman sepermainan disekitar

perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan

sosial siswa, dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kondisi

belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat

orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan

demografi keluarga dapat memberi dampak baik ataupun buruk

terhadap kegiatan belajar dan hasil yang akan dicapai oleh siswa.

b. Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan keluarga,

24

Page 41: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan

siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa.

3. F

aktor pendekatan belajar

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor

pendekatan belajar juga dapat berpengaruh terhadap taraf

keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut. Seorang siswa yang

terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, sangat

dimungkinkan untuk meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada

siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau

reproductive.

2.1.3. Dimensi-dimensi prestasi belajar

Pengukuran keberhasilan siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya

adalah dengan melakukan evaluasi belajar melalui Tes Prestasi Belajar.

Menurut Tardif (1989 dalam Syah, 1999: 176) evaluasi berarti proses

penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kunci pokok untuk memperoleh

ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar

25

Page 42: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur atau

diungkapkan.

Aspek-aspek dan indikator yang hendak diukur dalam prestasi belajar

siswa meliputi:

1. Ranah kognitif

Indikator

• Pengamatan: dapat menunjukkan, dapat membandingkan, dapat

menghubungkan

• Ingatan: dapat menyebutkan, dapat menunjukkan kembali

• Pemahaman: dapat menjelaskan, dapat mendefinisikan dengan lisan

sendiri

• Penerapan: dapat memberikan contoh, dapat menggunakan secara

tepat

• Analisis: dapat menguraikan, dapat mengklasifikasikan

• Sintesis: dapat menghubungkan, dapat menyimpulkan, dapat

mengeneralisasikan (Syah, 1999).

2. Ranah afektif

Indikator

• Penerimaan: menunjukkan sikap menerima, menunjukkan sikap

menolak

• Sambutan: kesediaan berpartisipasi, terlibat, kesediaan

memanfaatkan

26

Page 43: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

• Apresiasi: menganggap penting dan bermanfaat, menganggap indah

dan harmonis, mengagumi

• Internalisasi: mengakui, meyakini, mengingkari (Syah, 1999).

3. Ranah psikomotorik

Indikator

• Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh

lainnya

• Kecakapan ekspresi verbal dan non verbal: mengucapkan, membuat

mimik, gerakan jasmani (Syah, 1999).

2.2 Goal Orientation

2.2.1 Pengertian goal orientation

Teori goal orientation dikembangkan secara khusus untuk menjelaskan

perilaku prestasi. Teori ini diciptakan oleh ahli psikologi perkembangan,

motivasi, dan pendidikan untuk menjelaskan kondisi belajar siswa dan

kinerja pada tugas-tugas akademik dan pengaturan sekolah. Dengan

demikian, teori goal orientation sangat relevan dengan pembelajaran dan

pengajaran. (Anderman & Wolters, 2006; Pintrich, 2000a, 2000c, 2000d

dalam Pintrich & Schunk, 2008: 183).

Goal orientation adalah tujuan atau alasan untuk terlibat dalam

perilaku prestasi (Pintrich, 2003 dalam Pintrich& Schunk, 2008: 184).

Berbeda dengan Locke dan Latham's (1990 dalam Pintrich& Schunk,

2008: 184), goal orientation berkaitan dengan mengapa individu ingin

27

Page 44: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

didiskusikan tentang fokus pada bagian-bagian yang kemungkinan banyak

perbedaan goal yang dapat membimbing perilaku, dan goal orientation

tetap terfokus pada tujuan untuk pencapaian tugas (dalam Pintrich &

Schunk, 2008: 184).

Teori achievement goal menyatakan bahwa individu terlibat

dalam kegiatan akademis untuk memenuhi tujuan yang berbeda. Beberapa

siswa termotivasi untuk berbuat baik karena mereka ingin mendapatkan

nilai "A" dalam belajar, sehingga ingin menunjukkan kepada diri mereka

sendiri, rekan mereka, profesor, dan orang tua, bahwa mereka pintar.

Beberapa siswa lainnya berusaha menghindari untuk memperlihatkan

kepada orang lain ketidakmampuan mereka untuk menjadi sesuatu.

Sedangkan siswa lain kurang peduli dengan menunjukkan kemampuan

mereka pada orang lain dan lebih fokus dengan pemahaman tentang materi

pelajaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam suatu domain

atau matery goal (Mattern, 2005: 27).

Menurut Stipek (2000), goal orientation merupakan bagian dari

faktor kognitif dalam motivasi yang menjadi penggerak bagi individu

untuk mendekat dan menjauh dari suatu objek. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa goal orientation merupakan faktor kognitif yang harus

dimiliki oleh siswa. Goal orientation mempengaruhi pemilihan aktivitas

dalam tugas-tugas akademik dan pemilihan pendekatan belajar (dalam

Suprayogi, 2007: 311).

28

Page 45: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Menurut Ames, goal orientation disebutkan sebagai gambaran

integrasi pola belief yang memiliki peranan penting untuk membedakan

pendekatan yang dipakai, cara menggunakan, dan respon terhadap situasi

prestasi (dalam Pintrich & Schunk, 2008: 184). Dua tipe dari goal

orientation yang berkaitan dengan aktivitas dalam prestasi yaitu: mastery

(atau learning) goal dan performance goal. Ames mengatakan bahwa tipe

mastery dan performance ini menunjukkan perbedaan cara mencapai

kesuksesan dan perbedaan alasan untuk ketertarikan dalam belajar (dalam

Ford, Smith, Weissbein, Gully, & Salas, 1998: 222).

Goal orientation adalah alasan mengapa mastery goal dikejar,

tidak hanya performance goal (Urdan, 1997 dalam Pintrich & Schunk,

2008: 184). Goal orientation mencerminkan jenis standar dengan mana

individu-individu menilai kinerja diri sendiri, keberhasilan atau kegagalan

dalam mencapai tujuan (Elliot, 1997; Pintrich, 2000a, 2000C, 2000d

dalam Pintrich & Schunk, 2008: 184)

Dapat disimpulkan bahwa goal orientation dalam penelitian ini

adalah faktor kognitif yang dimiliki siswa yang menggambarkan integrasi

pola belief yang dimiliki sehingga dapat membedakan pendekatan belajar

yang mereka pakai, cara menggunakan, yang mengarah pada berbagai cara

dalam merespon situasi berprestasi. Goal orientation merupakan orientasi

yang mewakili keinginan untuk mengembangkan, mencapai, atau

menunjukkan kompetensi.

29

Page 46: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Siswa yang memiliki goal orientation yang berbeda dalam

belajar, akan memiliki pandangan yang berbeda pula terhadap situasi

untuk berprestasi. Dalam penelitian ini, teori dari Ames digunakan sebagai

teori utama yang mengatakan bahwa goal orientation dapat dibedakan atas

mastery goal dan perfomance goal yang akan dibahas dalam sub

selanjutnya.

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi goal orientation

Faktor-faktor yang mempengaruhi goal orientation dapat dibagi dalam dua

faktor, yaitu faktor pribadi dan faktor lingkungan.

1. Faktor pribadi

• Penerimaan tujuan: Erez dan Zidon (dalam Suprayogi, 200: 313)

mengatakan bahwa jika siswa mau menetapkan tujuan ataupun

mau menerima tujuan yang ditetapkan orang lain, motivasi

belajar akan muncul.

• Motivasi berprestasi: Motif ini merupakan motif unidimensi

untuk mencapai performa yang sangat baik (Harackiewicz et. Al.,

1997 dalam Suprayogi, 2007: 313).

• Jenis kelamin: Masih banyak pertentangan mengenai jenis

kelamin mana yang cenderung mengadopsi goal orientation

sehingga penelitian tentang jenis kelamin masih perlu terus

30

Page 47: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

dilakukan (Pintrich & Schunk, 1996 (dalam Suprayogi, 2007:

313)

• Self-efficacy: Bandura mengatakan bahwa siswa yang memiliki

self-efficacy yang tinggi cenderung menetapkan orientasi yang

tinggi, tidak takut gagal, dan mampu bertahan ketika menemui

kesulitan dalam menguasai tugas yang sedang dikerjakan atau

tugas-tugas yang akan dibebankan selanjutnya (dalam Suprayogi,

2007: 313).

2. Faktor lingkungan

• Orang tua: Woolfolk, Locke, dan Latham mengatakan bahwa

harapan, aspirasi, dan contoh dari orang tua akan mempengaruhi

perkembangan orientasi anak (dalam Suprayogi, 2007: 314).

• Kelompok etnik : penelitian mengenai hal ini masih sedikit

dilakukan, namun ditemukan adanya perbedaan goal orientation

dari kelompok etnik yang berbeda (Pintrich & Schunk, 1996

dalam Suprayogi, 2007: 314).

• Iklim kelas: Ames mengenalkan enam area iklim kelas yang

dapat mempengaruhi terbentuknya orientasi yang dimiliki siswa.

Keenam area tersebut adalah:

1). Tugas yang harus dikerjakan (Task)

2). Otonomi yang diberikan kepada siswa ketika sedang

mengerjakan tugas (Autonomy).

31

Page 48: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

3). Pemberian penghargaan bagi prestasi belajar (Recognition)

4). Pengorganisasian kelas sehingga siswa dapat saling bekerja

sama dan berinteraksi (Grouping).

5). Pelaksanaan evaluasi (Evaluation)

6). Penggunaan waktu di kelas yang berkaitan dengan

penentuan waktu penyelesaian tugas oleh siswa dan

fleksibilitas jadwal kegiatan (Time) (dalam Suprayogi, 2007:

314).

Schunk (1996 dalam Brown & Mathews, 2003: 107)

memimpin sebuah studi pada setting kelas untuk menyelidiki pengaruh

prestasi goal orientation pada suatu bidang kemampuan tertentu. Sama

halnya dengan sebuah penelitian pada setting laboratorium, guru

memberikan instruksi yang berbeda untuk learning dan performance

goal. Hasil menunjukan bahwa siswa dengan learning goal memiliki

motivasi dan prestasi lebih tinggi dari pada siswa dengan performance

goal. Hasil tersebut menunjukan bahwa bermacam-macam goal yang

ada dalam kelas dapat mempengaruhi goal perception dan prilaku

prestasi akademik.

Prestasi goal orientation sangat penting sebagai prediktor

hasil belajar siswa pada di lingkungan pendidikan. Para peneliti telah

memberikan perhatian yang lebih pada variabel lingkungan kelas yang

dibutuhkan untuk menguji learning goal orientation dengan

performance goal orientation (Church, Elliot, & Gable, 2001 dalam

32

Page 49: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Brown & Mathews, 2003: 107). Para peneliti telah menganjurkan

sebuah variabel seperti suatu instruksi dan manajemen praktik yang

digunakan guru dapat mempengaruhi tipe tujuan prestasi yang dimiliki

siswa (Ames & Ames, 1981; Kaplan & Maehr, 1999; Meece, 1991

dalam Brown & Mathews, 2003: 107). Salah satu dari instruksi dan

manajemen praktik yang digunakan guru di kelas adalah struktur

evaluasi yang digunakan guru pada praktik sehari-hari di kelas.

Dari penelitian di atas dapat dilihat bahwa struktur evaluasi

belajar yang digunakan di kelas juga dapat mempengaruhi goal

orientation. Selanjutnya goal orientation yang berbeda tersebut dapat

berpengaruh terhadap motivasi belajar dan prestasi akademik siswa di

lingkungan sekolah. Siswa yang memiliki orientasi penguasaan

memiliki motivasi dan prestasi belajar yang lebih tinggi dari siswa

dengan orientasi pada kinerja. Hasil penelitian ini dapat menunjukan

bahwa struktur evaluasi yang digunakan guru di kelas harus di setting

sedemikian rupa agar siswa dapat menggunakan goal orientation yang

mereka miliki dan kemudian menjadi salah satu faktor yang

mendukung prestasi belajar mereka.

Walaupun demikian, penelitian dari Printrich yang telah

dikemukakan sebelumya juga patut perhatikan. Hasil penelitian

tersebut mengungkapkan hasil bahwa siswa yang memiliki orientasi

tujuan ganda akan lebih baik dalam belajar dari pada siswa yang

memiliki satu orientasi tujuan saja. Karena dengan demikian, siswa

33

Page 50: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

dapat meraih kedua tujuan secara sekaligus. Menguasai materi yang

diberikan guru secara mendalam dan mendapatkan nilai yang tinggi

pada hasil akhirnya. Hal ini tentu saja lebih baik dari pada siswa yang

memiliki satu orientasi tujuan saja.

2.2.3 Dimensi-dimensi goal orientation

Ada banyak teori dimensi goal orientation yang berbeda, tapi dua yang selalu

diwakili dalam dimensi goal orientation adalah learning dan performance

goal (Dweck & Leggett, 1988; Elliot & Dweck, 1988 dalam Pintrich &

Schunk, 2008: 184) yang juga disebut sebagai task involved dan ego-involved

goals (Nicholls, 1984 dalam Pintrich & Schunk, 2008: 184), mastery and

performance goals, dan task-focused dan ability-focused goals.

Ada beberapa perbedaan pendapat di antara para peneliti tentang

apakah semua pasangan ini mewakili goals dengan konstruksi yang sama

(Nicholls, 1990 dalam Pintrich & Schunk, 2008: 184), tetapi itu merupakan

konseptual yang cukup tumpang tindih dalam memperlakukan hal yang

serupa. Sebagai contoh, Pintrich dan rekan-rekannya mengukur goal

orientation ekstrinsik dimana fokusnya adalah untuk mendapatkan nilai

bagus, bersekolah untuk mendapatkan penghargaan dan hak istimewa, atau

menghindari masalah, juga dibahas peran goal orientation ekstrinsik dalam

belajar dan prestasi. Nicholls dan koleganya menemukan dua goals lain, di

34

Page 51: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

luar ego dan task-involved goals, yang mereka namakan work avoidance and

academic alienation (Pintrich & Schunk, 2008: 186).

Tokoh-tokoh yang berbicara tentang goal orientation mengemukan

dimensi-dimensi yang berbeda. Meskipun dimensi yang dikemukakan

berbeda-beda, namun inti dari setiap dimensi tersebut hampir sama, yaitu

orientasi pada penguasaan dan orientasi terhadap kinerja. Tokoh-tokoh yang

mengemukakan teori goal orientation diantaranya (Pintrich & Schunk, 2008:

185) :

• Dweck, dimensi yang dikemukakan adalah learning goal dan performance

goal

• Ames, dimensi yang dikemukakan adalah mastery goal dan performance

goal

• Midgley dan Colleagues, dimensi yang dikemukakan adalah task-focused,

performance approach, dan performance avoid

• Nicholls, dimensi yang dikemukakan adalah task orientation dan ego

orientation

Berdasarkan beberapa istilah goals yang telah dikemukakan yang

hampir sama maksudnya dalam penelitian ini, peneliti mengambil dimensi

dari grand theory yang dikemukakan oleh Ames yang menyatakan bahwa goal

orientation memiliki dua dimensi, yaitu mastery goals dan performance goals.

1) Mastery goals (Orientasi Penguasaan)

Mastery goal orientation didefinisikan sebagai fokus pada pembelajaran,

menguasai tugas sesuai dengan aturan standar diri atau peningkatan diri,

35

Page 52: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

mengembangkan keterampilan baru, meningkatkan atau mengembangkan

kompetensi, berusaha untuk mencapai sesuatu yang menantang, dan

mencoba untuk mendapatkan pemahaman atau wawasan. Mastery atau

performance goals umumnya diukur dengan instrumen laporan diri yang

meminta siswa untuk menilai dalam skala tipe Likert berapa banyak

mereka setuju dan tidak setuju dengan deskripsi tertentu. Terlihat jelas

dari tabel yang telah dikemukakan di atas bahwa ada sedikit tumpang

tindih, paling tidak dalam hal pengukuran, istilah yang berbeda antara

mastery, learning, dan task orientation (Pintrich & Shcunk, 2008: 184).

Menurut Ames (dalam Arias, 2004), hal ini disebut sebagai task

goal atau mastery goal. Pintrich (dalam Arias, 2004) mengatakan bahwa

jenis ini mengarahkan tujuan siswa ke arah pendekatan pembelajaran

yang ditandai oleh kepuasan atas penguasaan atau penyelesaian tugas,

dengan tingkat keberhasilan yang lebih besar, nilai tugas, emosi positif,

upaya positif, ketekunan yang lebih besar, penggunaan kognitif dan

strategi lebih besar, dan berkelakuan baik.

Dweck (dalam Arias, 2004) mengatakan bahwa mastery goal

memungkinkan individu mencari peluang untuk meningkatkan

kompetensi dan menguasai tantangan baru. Siswa yang mengejar mastery

goal memperhatikan pengembangan kemampuan mereka dari waktu ke

waktu dan memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk menguasai

suatu tugas tertentu. Ketika individu dengan mastery goal mengalami

kegagalan, mereka menafsirkan peristiwa tersebut sebagai kurangnya

36

Page 53: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

upaya atau strategi yang tidak efektif dalam menyediakan informasi

mengenai upaya mereka dalam situasi tertentu dan atribut kegagalan.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa mereka yang

mengejar mastery goal lebih cenderung mencari tantangan, menggunakan

strategi pembelajaran efektif yang lebih tinggi, termasuk strategi

metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah yang lebih positif,

dan memiliki tingkat self-efficacy yang lebih tinggi (kepercayaan pada

kemampuan seseorang untuk berhasil dalam situasi tertentu) daripada

orang-orang yang mengejar performance goal (Mattern, 2005).

Individu dengan mastery goal fokus pada pengembangan

kemampuan yang baru, berusaha untuk memahami tugas mereka dengan

baik, sukses dalam mencapai standar self-referenced (Ford, Smith,

Weissbein, Gully, & Salas, 1998: 222). Siswa yang memiliki mastery

goal lebih memfokuskan diri pada belajar dan penguasaan dari isi materi

atau tugas (Pintrich, 2000).

Anak dengan mastery orientation akan fokus pada tugas

ketimbang pada kemampuan mereka, punya sikap positif (menikmati

tantangan), dan menciptakan strategi berorientasi solusi yang

meningkatkan kinerja mereka. Siswa dengan mastery orientation sering

kali menyuruh diri mereka sendiri untuk memperhatikan, berpikir cermat,

dan mengingat strategi sukses dimasa lalu (Anderman, Maehr, &

Midgley, 1996 dalam Santrock, 2007: 522). Hal ini senada dengan yang

dikemukakan Pintrich (2000) bahwa siswa dengan mastery goals lebih

37

Page 54: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

tertarik pada tugas yang diberikan. Siswa dengan mastery orientation

percaya bahwa kemampuan mereka bisa diubah dan ditingkatkan

(Santrock, 2007: 522).

2) Performance goals

Kemampuan ini disebut kemampuan berfokus pada tujuan. Performance

goal mengarahkan perhatian siswa ke arah kemampuan mereka, dan

memperlihatkan kinerja mereka kepada orang lain, seperti fokus mereka

pada task goal yang lebih baik daripada yang lain. Secara umum tujuan

tersebut dipandang kurang adaptif, jenis motivasi yang berhubungan

dengan mereka, efek emosional, kurang menggunakan strategi, dan

perilaku yang lebih miskin (Arias, 2004).

Performance goal orientation difokuskan pada

mendemonstrasikan kompetensi atau kemampuan dan bagaimana

kemampuan akan relatif dinilai oleh orang lain. Misalnya, mencoba

melampaui standar kinerja normatif, mencoba yang terbaik kepada orang

lain, menggunakan standar perbandingan sosial, berjuang untuk menjadi

yang terbaik dalam kelompok atau kelas pada tugas, menghindari

penilaian akan rendahnya kemampuan atau terlihat bodoh, dan mencari

pengakuan publik akan tingginya tingkat kinerja. Dalam beberapa ukuran

performance goal, orientasi kemampuan relatif digunakan sebagai

38

Page 55: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

pengganti dari performance goal atau ego orientation. Namun

pengukuran-pengukuran tentang performance dan ego orientation juga

tumpang tindih seperti yang dilakukan untuk mastery goals yang berbeda.

Performance goal mendorong orang untuk mencari dan

mempertahankan citra positif kemampuan mereka. Siswa mencapai tujuan

ini dengan mengejar salah satu dari dua jenis performance goal. Awalnya

performance goal (sebagai keseluruhan) dipandang sebagai maladaptive

untuk belajar. Namun, baru-baru ini para peneliti telah mengemukakan

bahwa hasil terkait dengan performance goal dikategorikan sebagai

approach (menunjukkan kemampuan) yang berbeda dari hasil yang

berkaitan dengan performance goal yang dikategorikan sebagai avoidance

(menghindari menunjukkan kurangnya kemampuan) (Mattern, 2005).

Sebagai contoh, approach performance goal yang terkait dengan

hasil yang lebih positif, seperti penggunaan strategi kognitif dan tentu saja

pencapaian sementara approach performance goal yang terkait dengan

hasil negatif seperti dangkalnya strategi pembelajaran, kinerja yang

rendah, perilaku yang tidak baik, merusak motivasi intrinsik. Jika

pendekatan performance goal sebenarnya membantu siswa memperoleh

prestasi tinggi maka mungkin mengejar keduanya, mastery dan

performance goal, secara simultan (orientasi tujuan ganda) adalah goal

orientation yang paling adaptif untuk diadopsi oleh siswa (Mattern, 2005).

Peneliti melihat performance goal secara umum berkaitan dengan

menghindari tantangan, tidak meminta bantuan, dan penggunaan strategi

39

Page 56: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

pembelajaran yang dangkal. Namun, baru-baru ini para peneliti di bidang

motivasi telah menemukan pendekatan menurut penelitian yang dilakukan

oleh Archer, Pintrich, dan Garcia, performance goal berhubungan dengan

nilai yang lebih tinggi dan tidak terkait dengan penggunaan strategi belajar

yang dangkal, oleh karena itu, siswa dengan performance goal tidak boleh

dianggap sebagai maladaptive (Mattern, 2005).

Penelitian harus lebih banyak dilakukan untuk menentukan bahwa

approach performance goal sebenarnya dapat menguntungkan bagi semua

siswa di semua situasi. Performance goal bisa memprediksi pencapaian

nilai tinggi dengan lebih baik dari pada siswa dengan mastery goal. Selain

itu, jika performance goal memprediksi pencapaian tujuan dan penguasaan

hasil. Siswa lebih baik memiliki performance goal dan mastery goal

(orientasi tujuan ganda) sekaligus dari pada hanya salah satu diantaranya

(Mattern, 2005).

Penelitian telah menunjukkan bahwa orientasi tujuan ganda dapat

mempromosikan belajar dengan hasil positif bagi siswa. Mastery goal

membantu mempromosikan prestasi, sedangkan performance goal yang

lebih tinggi bekerja untuk mempromosikan tingkat kinerja. Ketika mastery

goal digabungkan dengan pendekatan performance goal siswa tidak hanya

memiliki keinginan untuk meningkatkan kompetensi mereka, tetapi juga

untuk menunjukkan kemampuan mereka, dengan demikian kinerja yang

baik dalam situasi evaluatif (Mattern, 2005).

40

Page 57: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Penelitian terbaru terhadap teori goals telah mengembangkan

sebuah perbedaan penting dalam performance goals. Elliot, Harackiewicz,

dan rekan-rekan mereka telah membedakan approach performance goals

dengan avoidance performance goals. Pengaruh tersebut dapat memotivasi

individu untuk mengungguli orang lain dan menunjukkan kompetensi dan

keunggulan, yang mencerminkan approach performance goals.

Sebaliknya, individu dapat dimotivasi untuk menghindari kegagalan dan

tampak tidak kompeten dengan avoid performance goals (Pintrich &

Schunk, 2008).

Performance goals lebih memperhatikan hasil dari pada proses.

Bagi siswa yang berorientasi kinerja atau prestasi, kemenangan atau

keberhasilan itu penting dan kebahagiaan dianggap sebagai hasil dari

kemenangan atau keberhasilan. Bagi siswa dengan mastery goals yang

penting adalah mereka sudah berinteraksi secara efektif dengan

lingkungannya. Siswa dengan mastery goals tetap berharap berhasil atau

menang, tetapi bagi mereka kemenangan itu tidak sepenting dengan apa

yang dibayangkan oleh siswa dengan performance goals (Santrock, 2007:

523).

Siswa dengan performance goals yang tidak percaya pada

kesuksesannya akan menghadapi problem tersendiri (Stipek, 2002 dalam

Santrock, 2007: 523). Jika mereka berusaha lalu gagal, mereka sering

menganggap kegagalan itu sebagai bukti dari kemampuan yang rendah.

Apabila mereka tidak mencoba, mereka dapat memberikan penjelasan

41

Page 58: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

alternatif atas kegagalan mereka yang dapat diterima secara personal.

Dilema ini membuat siswa melindungi diri mereka dari kesan tidak

pandai, tetapi upaya ini akan mengganggu pembelajaran mereka dalam

jangka panjang (Covington, 1992 dalam Santrock, 2007: 523). Untuk

menghindari kesan tidak mampu, beberapa murid tidak mau mencoba,

atau menipu. Yang lainnya mungkin menggunakan strategi lain seperti

menghindari, mencari-cari alasan, bekerja setengah hati, atau menentukan

tujuan yang tidak realistis (Santrock, 2007: 523).

2.3. Self-Efficacy

2.3.1 Pengertian self-efficacy

Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung pada

resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif. Khususnya faktor

kognitif yang berhubungan dengan keyakinan bahwa dia mampu atau tidak

mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan

atau harapan diri ini sebagai self-efficacy (Alwisol, 2004). Beberapa definisi

self-efficacy menurut beberapa tokoh adalah:

• Menurut Bandura, self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan

kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melakukan suatu tindakan

yang diinginkan untuk meraih suatu kinerja yang direncanakan

(Suprayogi, 2007).

• Penilaian seseorang akan dirinya atau kemampuannya yang berkaitan

dengan tindakannya (Yahrini & Hawadi, 2008)

42

Page 59: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

• Menurut Bandura (dalam Lane, Lane, & Kyprianou, 2004), self-efficacy

dapat didefinisikan sebagai level-level kepercayaan diri yang dimiliki

individu tentang kemampuan yang mereka miliki untuk menjalankan

keyakinan dari usaha atau prestasi yang dihasilkan.

Self-efficacy yang positif merupakan keyakinan untuk mampu

melakukan perilaku yang dimaksud. Tanpa self-efficacy orang bahkan enggan

melakukan suatu perilaku. Menurut Bandura (dalam Friedman& Schustack,

2006), self-efficacy menentukan apakah kita akan menunjukkan perilaku

tententu. Sekuat apa kita dapat bertahan saat menghadapi kesulitan atau

kegagalan, dan bagaimana kesuksesan dan kegagalan dalam satu tugas

tertentu mempengaruhi perilaku kita di masa depan. Konsep self-efficacy

berbeda dengan locus of control karena self-efficacy adalah keyakinan bahwa

kita mampu melakukan suatu perilaku dengan baik, sedangkan locus of

control lebih pada keyakinan mengenai kemungkinan suatu perilaku tertentu

mempengaruhi hasil akhir.

Dalam hubungannya dengan proses belajar di sekolah, Thomas dan

Rohwer (dalam Suprayogi, 2007) mendefinisikan self-efficacy sebagai tingkat

dimana siswa yakin bahwa mereka dapat mengontrol hasil belajar mereka.

Menurut Bandura (1986 dalam Brown, 1998) Orang orang yang

percaya bahwa mereka punya kemampuan untuk meraih kesuksesan sangat

berpengaruh kuat terhadap proses self-regulation mereka. Orang- orang yang

memiliki kepercayaan terhadap self-efficacy yang tinggi cenderung punya

kemampuan untuk menyelesaikan tugas, dan mencapai tujuan mereka. Begitu

43

Page 60: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

pula sebaliknya, orang-orang dengan self-efficacy yang rendah cenderung

tidak yakin bahwa mereka punya kemampuan untuk sukses dan mencapai

tujuan yang ingin diraih.

Self-efficacy memprediksi peningkatan kegigihan dalam mencari

solusi, tingkat pencapaian kognitif yang lebih tinggi, dan hasil lebih intrinsik

dalam kegiatan-kegiatan yang sebelumnya disukai. Analisis regresi

menunjukkan bahwa self-efficacy memberikan kontribusi untuk perilaku

prestasi di luar efek keterampilan kognitif. Hal ini konsisten dengan temuan

Collins (1982) yang menunjukkan bahwa self-efficacy yang dirasakan

sebagian keterampilan independen kognitif, tetapi memberikan kontribusi

signifikan terhadap kinerja yang membutuhkan keterampilan tersebut.

(Covington & Omelich, 1979 dalam Bandura, 1986: 431)

Sedangkan orang dengan self-efficacy yang rendah, akan cenderung

menghindari tugas-tugas yang sulit karena dianggap sebagai ancaman. Orang

tersebut memiliki aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap

orientasi yang ingin diraih. Orang tersebut akan mengurangi usahanya,

cenderung cepat menyerah, dan lambat dalam memulihkan self-efficacy-nya

lagi (Suprayogi, 2007).

Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang

baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai

dengan yang dipersyaratkan. Berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-

cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai.

44

Page 61: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Sedangkan efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri (Alwisol,

2004).

2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy

Perubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan

self-efficacy. Self-efficacy atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh,

diubah, ditingkatkan dan diturunkan (Alwisol, 2004), Self-knowledge tentang

efikasi seseorang, didasarkan pada empat sumber utama, yakni pengalaman

menguasai suatu prestasi (performance accomplishment/ performance

attainments), pengalaman orang lain (Vicarious Experience), persuasi sosial

(social persuation/ verbal persuasion), pembangkitan emosi

(Emotional/physiological states) (Bandura, 1986)

1. Pengalaman performansi

Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai di masa lalu.

Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah self-efficacy yang

paling kuat pengaruhnya. Prestasi di masa lalu yang bagus meningkatkan

ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan self-efficacy.

Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda,

tergantung proses pencapaiannya yang diantaranya adalah (Alwisol, 2004):

∗ Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi

∗ Kerja sendiri lebih meningkat efikasi dibandingkan kerja kelompok, atau

dibantu orang lain.

45

Page 62: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

∗ Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik

mungkin.

∗ Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak seburuk bila

kondisinya optimal

∗ Kegagalan setelah seseorang memiliki efikasi yang kuat, dampaknya tidak

seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya

belum kuat.

∗ Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.

Setelah memiliki self-efficacy yang kuat dapat dikembangkan melalui

mengulangi keberhasilan. Kegagalan kadang-kadang tidak memiliki pengaruh

banyak terhadap penilaian dari kemampuan seseorang (Bandura, 1986: 399).

2. Pengalaman orang lain

Vicarious experiences diperoleh melalui model sosial. Self-efficacy

akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya self-

efficacy akan menurun ketika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira

sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan

diri si pengamat, pengaruh orang lain tidak besar. Sebaliknya ketika

mengamati figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau

mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan oleh figur yang diamatinya itu

dalam jangka waktu yang lama (Alwisol, 2004).

Penilaian self-efficacy sebagian dipengaruhi oleh pengalaman orang

lain. Melihat atau memvisualisasikan orang lain melalui pengamatan berhasil

meningkatkan persepsi diri tentang keberhasilan bahwa mereka juga memiliki

46

Page 63: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

kemampuan untuk menguasai kegiatan yang sebanding (Bandura, Adams,

Hardy, & Howells, 1980; Kazdin, 1979 dalam Bandura, 1986: 399).

Pengalaman orang lain dapat meyakinkan diri bahwa jika orang lain bisa

melakukannya, maka harus mampu mencapai hal yang sama setidaknya

beberapa peningkatan kinerja (Bandura, 1986: 399).

Self-efficacy dapat diubah dengan mudah oleh pengaruh model yang

relevan ketika orang telah memiliki pengalaman sebelumnya yang menjadi

dasar evaluasi kompetensi pribadi mereka (Bandura, 1986: 399-400). Melihat

orang lain yang mirip dengannya berhasil dalam suatu kinerja dapat

meningkatkan keyakinan pada diri pengamat bahwa ia juga memiliki

kemampuan untuk menguasai kegiatan yang serupa (Yahrini & Hawadi,

2008).

3. Persuasi verbal/Persuasi sosial

Persuasi verbal secara luas digunakan untuk mencoba membujuk orang

mempercayai bahwa mereka memiliki kemampuan yang akan memungkinkan

mereka untuk mencapai apa yang mereka cari. Sosial persuasi saja mungkin

terbatas pada kekuatannya untuk peningkatan self-efficacy, tetapi dapat

memberikan kontribusi terhadap kinerja sukses jika penilaian ada dalam batas-

batas yang realistis. Orang-orang yang membujuk secara lisan bahwa mereka

memiliki kemampuan untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan cenderung

memobilisasi upaya berkelanjutan yang lebih besar daripada jika mereka

memiliki keraguan diri (Bandura, 1986: 400).

47

Page 64: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Self-efficacy juga dapat diperoleh, diperkuat dan dilemahkan melalui

persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas. Tetapi pada kondisi yang

tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi self-efficacy. Kondisi itu

adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang

dipersuasikan (Alwisol, 2004).

4. Keadaan emosi

Sebagian orang mengandalkan informasi dari keadaan fisiologis

mereka dalam menilai kemampuan mereka (Bandura, 1986: 401). Keadaan

emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi self-efficacy di

bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi

self-efficacy. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi yang tidak berlebihan,

dapat meningkatkan self-efficacy. Perubahan sumber tingkah laku akan

terjadi kalau sumber ekpektasi Self-efficacy berubah. Pengubahan Self-

efficacy banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah

laku orang yang mengalami berbagai masalah behavioral.

2.3.3. Dimensi-dimensi self-efficacy

Menurut Bandura, teori self-efficacy memiliki beberapa dimensi yang

mempunyai implikasi kinerja penting, yaitu, level/magnitude, generality, dan

strength (Bandura, 1986: 396).

1. Level/Magnitute

Level kinerja pada tugas-tugas sulit lebih dominan kemampuan dasar

ketika banyak usaha yang telah diberikan dalam kondisi yang kondusif

48

Page 65: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

dengan kinerja maksimum. Kegagalan dalam kondisi tertentu menandakan

kemampuan yang terbatas. Individu yang mengalami kegagalan secara

berkala tapi terus meningkatkan usaha dari waktu ke waktu lebih

cenderung untuk meningkatkan keberhasilan (Bandura, 1986: 402).

2. Generality

Orang mungkin menilai diri sendiri berfungsi efektif hanya di wilayah

tertentu atau di berbagai kegiatan dan situasi. Penilaian domain-linked

mengungkapkan pola dan tingkat umum dari persepsi orang tentang

keberhasilan mereka (Bandura, 1986: 396). Penulis menyimpulkan bahwa

dimensi ini menjelaskan bahwa self-efficacy yang dimiliki seseorang

merupakan self-efficay pada bidang yang umum, tidak terbatas pada satu

bidang kemampuan tertentu saja.

3. Strength

Lemahnya persepsi diri tentang keberhasilan mudah dinegasikan oleh

pengalaman, sedangkan orang-orang yang memiliki keyakinan yang kuat

dalam kompetensi mereka sendiri, akan bertahan dalam mengatasi upaya

mereka meskipun kesulitan yang dihadapi meningkat. Oleh karena itu,

tingkat kesesuaian antara penilaian self-efficacy dan performa akan

bervariasi, tergantung pada kekuatan keyakinan dalam kemampuan

seseorang.

Semakin kuat self-efficacy dirasakan, semakin besar kemungkinan orang-

orang untuk memilih tugas yang menantang. Semakin lama mereka

49

Page 66: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

konsisten pada tugas-tugas yang sulit, semakin besar kemungkinan mereka

untuk berhasil dalam hal tersebut. Kekuatan self-efficacy belum tentu

berhubungan linier dengan pilihan perilaku (Bandura, 1986: 396-397).

Analisis efektivitas paling informatif membutuhkan penilaian rinci

dari level, generality, dan strength dari self-efficacy dirasakan sepadan

dengan kekhususan dan presisi dengan kinerja yang diukur. Dalam studi

banding, sebagian pengukuran tentang persepsi diri dari efektifitas

melampaui ukuran keberhasilan global dalam penjelasan dan prediksi

(Barrio, 1985; Kaplan, Atkins, & Reinsch, 1984; McAuley & Gill, 1983;

Walker & Franzini, 1983, dalam Bandura, 1986: 397).

Sedangkan menurut Mutiah, indikator-indikator dari self-efficacy

adalah sebagai berikut:

1. Jenis dan tingkat kesulitanya

2. Informasi tentang kemampuan diri

3. Task commitment dalam mengerjakan tugas

4. Memiliki sikap yang positif

5. Berpikir realistis dan berani mengambil resiko

6. Menggunakan cara belajar yang efektif

7. Pengalaman orang lain dan diri sendiri

8. Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitar (Mutiah, 2006)

2.4. Kerangka Berpikir

50

Page 67: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Pada dasarnya, semua siswa memiliki kesempatan untuk memperoleh prestasi

belajar yang memuaskan, namun hal tersebut perlu didukung oleh berbagai faktor.

Diantara faktor-faktor tersebut adalah goal orientation dan self-efficacy. Goal

orientation bisa merupakan mastery goal berarti siswa berorientasi pada

penguasaan materi yang mendalam, mengembangkan keterampilan baru,

meningkatkan atau mengembangkan kompetensi, berusaha untuk mencapai

sesuatu yang menantang, dan mencoba untuk mendapatkan pemahaman atau

wawasan, sedangkan performance goal menyatakan bahwa siswa lebih

berorientasi pada kemampuan mereka, dan memperlihatkan kinerja mereka

kepada orang lain, dan ingin menjadi yang lebih baik daripada yang lain. Siswa

yang memiliki goal orientation, baik mastery goal atau performance goal tetap

dapat memiliki prestasi belajar yang tinggi.

Faktor lain yang mungkin mempengaruhi prestasi belajar siswa self-

efficacy yang meliputi level atau tingkat kesulitan tugas, generality atau

kemampuan secara umum, dan strength atau kemampuan siswa dalam

menghadapi tugas-tugas belajar yang diberikan. Apabila self-efficacy dalam

belajar yang dimiliki tinggi, maka dapat meningkatkan prestasi belajar,

sebaliknya, apabila self-efficacy dalam belajar yang dimiliki rendah, maka hal

tersebut memungkinkan terjadinya penurunan prestasi belajar.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Schunk menunjukkan bahwa siswa

dengan mastery goal memiliki motivasi dan prestasi lebih tinggi dari pada siswa

dengan performance goal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bermacam-macam

51

Page 68: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

goal yang ada dalam kelas dapat mempengaruhi goal perception dan prilaku

prestasi akademik.

Namun, Penelitian-penelitian terbaru seperti yang dilakukan oleh Pintrich

dan Arias mengenai goal orientation mengatakan bahwa siswa dengan

performance goal belum tentu memiliki prestasi yang buruk. Siswa tersebut dapat

memiliki prestasi belajar yang tinggi, terlebih lagi apabila performance goal juga

diiringi dengan adanya mastery goal sekaligus. Maka tidak dapat divonis bahwa

siswa yang memiliki performance goal memiliki prestasi belajar yang lebih

rendah dari pada siswa yang memiliki mastery goal.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jahja dkk (2009) mengenai prestasi

belajar, ditemukan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh self-efficacy

yang mereka miliki. Siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah cenderung

memiliki prestasi yang rendah pula.

Diduga siswa yang memiliki perbedaan antara mastery goal dengan

performance goal akan memiliki prestasi belajar yang berbeda pula, namun belum

dapat dipastikan dimensi mana yang memiliki prestasi yang lebih tinggi.

Sedangkan, siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi diduga dapat memiliki

prestasi belajar yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki self-efficacy yang

rendah akan memiliki prestasi belajar yang rendah pula.

Bagan 2.1

Kerangka berpikir

Goal

Orientati mastery

BELAJAR

Prestasi belajar

performan

52

Page 69: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

2.5. Hipotesis

1. Hipotesis pertama

H0 : Tidak ada Perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara santri

yang memiliki performance goal orientation dengan santri yang

memiliki mastery goal orientation di Pesantren Persatuan Islam

Tarogong Garut.

Ha : Ada Perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara santri yang

memiliki performance goal orientation dengan santri yang memiliki

mastery goal orientation di Pesantren Persatuan Islam Tarogong

Garut.

2. Hipotesis kedua

H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan self-efficacy dengan

prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong, Garut

53

Page 70: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Ha : Ada hubungan positif yang signifikan self-efficacy dengan prestasi

belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong, Garut

3. Hipotesis ketiga

H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan goal orientation dan self-

efficacy dengan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam

Tarogong, Garut

Ha : Ada hubungan positif yang signifikan goal orientation dan self-

efficacy dengan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam

Tarogong, Garut

54

Page 71: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini diuraikan mengenai pendekatan dan jenis penelitian

yang digunakan, definisi operasional dari variabel yang diteliti, populasi dan

sampel, metode pengumpulan data, teknik pengambilan data, teknik uji instrumen

dan analisis data, hasil uji instrumen, dan prosedur penelitian.

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu

karakteristik dari suatu variabel yang nilai-nilainya dinyatakan dalam bentuk

numerikal. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

korelasional dan komparatif. Penelitian korelasional digunakan karena penelitian

ini dirancang untuk menentukan hubungan antara goal orientation dan self-

efficacy dengan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut,

sedangkan komparatif digunakan karena penelitian ini dirancang untuk

menentukan perbedaan prestasi belajar antara santri yang memiliki mastery goal

orientation dengan santri yang memiliki performance goal orientation di

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut.

3.2. Definisi Variabel

55

Page 72: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian, maka

dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel

bebas. Variabel-variabelnya adalah sebagai berikut:

1. Dependen Variabel : Prestasi belajar

2. Independen Variabel1 : Goal orientation

3. Independen Variabel2 : Self-efficacy

3.2.1 Definisi konseptual variabel

1. Dependen Variabel : Prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam

proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses

belajar mengajar

2. Independen Variabel1 : Goal orientation

Faktor kognitif yang dimiliki siswa yang menggambarkan integrasi pola

belief yang dimiliki sehingga dapat membedakan pendekatan belajar yang

mereka pakai, cara menggunakan, yang mengarah pada berbagai cara dalam

merespon situasi berprestasi. Goal orientation merupakan orientasi yang

56

Page 73: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

mewakili keinginan untuk mengembangkan, mencapai, atau menunjukkan

kompetensi.

3. Independen Variabel2 : Self-efficacy

Keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan

melakukan suatu tindakan yang diinginkan untuk meraih suatu kinerja yang

direncanakan.

3.2.2 Definisi operasional variabel

1. Dependen Variabel : Prestasi belajar

Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai santri

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut dalam usaha belajarnya yang

meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diungkapkan melalui

skor-skor pada tes prestasi belajar

2. Independen Variabel1 : Goal orientation

Goal orientation yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah orientasi

tujuan yang dimiliki santri pesantren dalam belajar yang diungkapkan melalui

skor-skor yang didapatkan dari skala goal orientation yang terdiri dari

mastery goal dan performance goal

3. Independen Variabel2 : Self-efficacy

57

Page 74: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Self-efficacy yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keyakinan santri

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut terhadap kemampuannya untuk

mencapai keberhasilan yang diharapkan yang diungkapkan melalui skor-skor

yang didapatkan melalui skala self-efficacy yang terdiri dari level, generality,

dan strength.

3.3.Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang

telah ditetapkan (Nazir: 271). Populasi dalam penelitian ini adalah santri

Muallimin Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut, yaitu kelas XI dan

XII yang terdiri dari 12 kelas atau berjumlah 315 santri. Kelas X tidak

digunakan karena santri kelas X belum memiliki nilai raport, sehingga

tidak dapat dilihat prestasi belajarnya.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 105 orang, yaitu kelas XI IPS 1, XI

IAI 2, XI IPA 2, dan XII IPS 2. Baiky (dalam Sukandarrumi, 2004)

mengemukakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis

data dengan statistik, jumlah sampel paling sedikit adalah 30 orang,

walaupun diakui juga bahwa banyak penelitian menganggap jumlah

58

Page 75: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

sampel sebesar 100 merupakan jumlah minimal, maka peneliti mengambil

105 orang santri sebagai sampel.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster Random

Sampling, yaitu cara pengambilan sampel dimana anggota dari populasi

dipilih secara random, artinya semua mendapatkan kesempatan yang sama

untuk menjadi sampel. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah sebanyak 105 berdasarkan kelas yang terpilih. Cara memilih

sampel akan dilakukan dengan membuat kocokan nama-nama kelas dari

populasi, kemudian dipilih 4 kelas berdasarkan hasil kocokan.

3.4. Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan

menggunakan metode skala dan tes prestasi. Metode skala yaitu suatu

metode pengambilan data dimana data-data yang diperlukan dalam

penelitian diperoleh melalui pernyataan tertulis yang diberikan kepada

responden mengenai suatu hal yang disajikan dalam bentuk suatu daftar

pernyataan. Tes prestasi diberikan dalam bentuk evaluasi hasil belajar

santri mengenai materi yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini,

peneliti juga akan memberikan skala yang terdiri dari dua bagian, antara

lain :

59

Page 76: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

a). Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan penelitian,

kerahasiaan jawaban yang diberikan, dan ucapan terima kasih.

b). Bagian isi, berisikan dua alat ukur yaitu goal orientation dan self-

efficacy.

3.5. Teknik Pengambilan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner skala

Goal Orientation, dan Self-Efficacy, serta Tes Prestasi Belajar. Kedua

skala ini menggunakan Skala Model Likert atau dikenal juga dengan The

Method of Summated Rating. Kedua skala tersebut disusun oleh peneliti

dalam bentuk skala Likert modifikasi yaitu dengan meniadakan katagori

jawaban R karena dapat menimbulkan kecenderungan subjek untuk

menjawab di tengah terutama bagi subyek yang ragu atas jawabannya.

Tes Prestasi Belajar diberikan dalam bentuk soal-soal Multiple Choice

dan Essay mengenai materi yang telah dipelajari.

1. Skala goal orientation

Skala goal orientation yang digunakan dalam penelitian ini dibuat

dalam bentuk pernyataan dengan alternatif pilihan jawaban Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju

(STS).

Tabel 3.1 Blue Print Goal Orientation

NO. VARIABEL PERNYATAAN JUMLAH

1. Mastery Goal 4, 6, 8, 11, 12, 10 item

60

Page 77: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

13, 20, 15, 17, 19

2. Performance Goal 1, 2, 3, 5, 7, 9,

10, 14, 16, 18

10 item

Tabel 3.2

Skor skala goal orientation

Pernyataan Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

Mastery 4 3 2 1

Performance 4 3 2 1

2. Skala self-efficacy

Skala self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam

bentuk pernyataan dengan alternatif pilihan jawaban Sangat Sesuai

(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

Tabel 3.3

Blue print skala self-efficacy

PERNYATAAN NO DIMENSI Favorable Unfavorable

JUMLAH

1. Level 3, 6, 10, 16, 19, 23, 26, 29, 32

34, 36, 21, 40, 44, 47, 13, 42,15

18 item

2 Generality 1, 8, 12, 20, 25

2, 4, 9, 18, 11 10 item

3.

Strength

35, 39, 43, 46, 17, 22, 33, 36, 41, 45

5, 7, 14, 24, 27, 28, 30, 38, 31

19 item

61

Page 78: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Tabel 3.4

Skor skala self-efficacy

Pernyataan Sangat

Sesuai Sesuai Tidak

Sesuai Sangat

Tidak Sesuai

Favorable 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4

3.6 Teknik Uji Instrumen dan Analisis Data

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam

suatu daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Hasil

penelitian dianggap valid apabila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang

diteliti. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil SPSS 16

menilai kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai

Correled Item-Total Correlation masing-masing butir pertanyaan.

2. Uji Reliabilitas

62

Page 79: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan

konstruk-konstruk pernyataan yang merupakan dimensi suatu variabel.

Dalam penelitian ini reliabilitas yang digunakan adalah Alpha Cronbach.

3. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah Independent sample T-Test

untuk melihat perbedaan prestasi belajar santri yang memiliki mastery

goal orientation dengan santri yang memiliki performance goal

orientation, Perarson Product Moment Correlation untuk melihat

hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan

Islam Tarogong, Garut, Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression)

untuk melihat kontribusi variabel goal orientation dan self-efficacy

terhadap prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut.

Cara penghitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 16 for

window.

3.7 Hasil Uji Instrumen

1. Skala goal orientation

Skala goal orientation memiliki 20 item pernyataan. Item

pernyataan tersebut terdiri dari 10 item mewakili dimensi mastery

dan 10 item mewakili dimensi performance. Berdasarkan hasil uji

instrumen didapatkan 8 item yang gugur, yaitu item

63

Page 80: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

8,11,13,16,17,18,19,20. Reliabilitas skala goal otientation adalah

0,768.

Tabel 3.5 Blue Print Goal Orientation

NO. VARIABEL PERNYATAAN JUMLAH

1. Mastery Goal 4, 6, 8, 11, 12,

13, 20, 15, 17, 19

10 item

2. Performance Goal 1, 2, 3, 5, 7, 9,

10, 14, 16, 18

10 item

Setelah dikurangi item-item yang gugur, maka skala goal orientation

menjadi seperti berikut:

Tabel 3.6

Blue print skala goal orientation

NO. VARIABEL PERNYATAAN JUMLAH

1. Mastery Goal 1, 5, 8, 11 4 item

2. Performance Goal 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10,

12

8 item

2. Skala self-efficacy

64

Page 81: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Skala self-efficacy memiliki 47 item pernyataan. Berdasarkan hasil uji

instrumen didapatkan 16 item yang gugur, yaitu item 1, 3, 6, 8, 12, 13,

16, 21, 25, 26, 27, 28, 29, 34, 40, 46. Reliabilitas skala goal orientation

adalah 0,8586.

Tabel 3.7

Blue print skala self-efficacy

PERNYATAAN NO DIMENSI Favorable Unfavorable

JUMLAH

1.

Level

3, 6, 10, 16, 19, 23, 26, 29, 32

34, 36, 21, 40, 44, 47, 13, 42,15

18 item

2 Generality 1, 8, 12, 20, 25 2, 4, 9, 18, 11 10 item 3.

Strength

35, 39, 43, 46, 17, 22, 33, 36, 41, 45

5, 7, 14, 24, 27, 28, 30, 38, 31

19 item

Setelah dikurangi item-item yang gugur, maka skala self-efficacy menjadi

seperti berikut:

Tabel 3.7

Blue Print Skala Self-Efficacy

PERNYATAAN NO INDIKATOR Favorable Unfavorable

JUMLAH

1. Level 6,12, 15, 19 23, 29, 31, 27, 9, 1, 2,

9 item

2 Generality 13 1, 2, 5, 11, 7 6 item

65

Page 82: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

3. Strenght 21, 25, 28, 10, 14, 20, 22, 26, 30

3, 4, 8, 16, 17, 24, 18

16 item

3.8 Prosedur Penelitian

Penelitian ini berjalan dengan melalui dua tahap prosedur penelitian, yaitu

tahap persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian. Adapun

rinciannya sebagai berikut:

1. Tahap persiapan penelitian

a. Merumuskan masalah, menentukan variabel yang akan diteliti,

melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teoritis yang

tepat mengenai variabel tersebut.

b. Menyiapkan alat ukur yang akan digunakan untuk pengambilan

data.

c. Mengurus surat izin penelitian dari Fakultas

d. Melakukan loby dengan pihak Pesantren Persatuan Islam Tarogong

Garut pada tanggal 28 Agustus 2010.

e. Melakukan pengocokan sampel

66

Page 83: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

67

f. Melaksanakan try out pada tanggal 29 Agustus 2010

g. Melakukan uji validitas dan reliabilitas item skala goal orientation

dan self-efficacy

h. Menyusun kembali skala sesuai dengan validitas item yang telah

diuji untuk digunakan dalam field test.

2. Tahap penelitian

a. Melaksanakan field test penelitian pada tanggal 3-5 Oktober 2010

b. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan scoring, input data ke

program excel, melakukan uji hipotesis, menginterpretasi hasil

yang di dapatkan, dan menyusun Bab IV dan Bab V.

Page 84: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini sebanyak 105 orang santri Muallimin Pesantren

Persatuan Islam Tarogong Garut. Pesantren ini merupakan lembaga

pendidikan formal setingkat SMA dengan kurikulum pesantren modern yang

berupaya untuk meningkatkan pengetahuan agama secara kaffah. Lembaga ini

juga mementingkan peningkatan pengetahuan umum dengan materi-materi

pelajaran yang seimbang dengan pendidikan agama. Kurikulum pendidikan

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut ini memuat 50% pengetahuan

agama Islam dan 50% pengetahuan umum. Lembaga ini menyediakan asrama

untuk tempat tinggal santri. Bagi santri yang memiliki tempat tinggal yang

dekat dengan lokasi pesantren, maka santrinya dibebaskan untuk tinggal

bersama keluarganya. Subjek dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan jenis

kelamin dan kelas.

Dalam penelitian ini, sampel berjumlah 105 orang yang diambil

dengan teknik cluster sampling, yaitu dengan cara mengocok 12 kelas yang

menjadi populasi, menjadi 4 kelas, yaitu kelas XI IPS 1, XI IAI 2, XI IPA 2,

dan XII IPS 2. Berikut ini akan dikemukakan gambaran umum subjek

penelitian berdasarkan jenis kelamin dan kelas.

67

Page 85: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, sampel dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Table 4.1

Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 25 23,80%

Perempuan 80 76,19%

Total 105 100%

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden penelitian ini terdiri dari 25

orang (23,80%) laki-laki dan 80 orang (76,19%.) perempuan. Maka,

sebagian besar sampel penelitian ini adalah perempuan.

4.1.2. Gambaran umum responden berdasarkan kelas

Berdasarkan kelas, sampel dalam penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Table 4.2

Gambaran umum responden berdasarkan kelas

Kelas Jumlah Persentase

XI 76 72,38%

XII 29 27,61%

Total 105 100%

68

Page 86: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa 105 responden dalam

penelitian ini adalah siswa kelas XI berjumlah 76 orang (72,38%) dan

29 orang (27,61%.) adalah siswa kelas XII. Maka dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar sampel penelitian adalah siswa kelas XI.

4.2. Deskripsi Data (mean dan standard deviasi)

Tabel 4.3

Deskripsi Data (mean dan standar deviasi)

Mean Standard deviasi

Goal orientation 36.4286 4.48042

Self-efficacy 85.9429 9.73379

Prestasi belajar 73.3114 6.55001

4.3 Kategorisasi Berdasarkan Peyebaran Skor Responden

Di bawah ini dipaparkan kategorisasi berdasarkan penyebaran skor responden

dari hasil penghitungan masing-masing variabel, yaitu goal orientation, self-

efficacy dan prestasi belajar.

4.3.1 Frekuensi responden berdasarkan klasifikasi dimensi goal

orientation

Berikut tabel mengenai Frekuensi responden berdasarkan klasifikasi

dimensi goal orientation:

69

Page 87: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Table 4.4

Frekuensi responden berdasarkan klasifikasi dimensi goal orientation

Klasifikasi Goal

Orientation

Jumlah Responden Persentase

Mastery goal

orientation

48 45,71%

Performance goal

orientation

43 40,95%

Seimbang 14 13,33%

total 105 100%

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 105 responden pada

penelitian ini terdapat 48 orang (45,71%) santri dengan mastery goal

orientation, 43 orang (40,95%) santri dengan performance goal

orientation, dan 14 orang (13,33%) santri dengan mastery dan

performance goal orientation yang seimbang. Maka dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut

dengan klasifikasi kecenderungan pada mastery goal orientation

meskipun jumlah perbedaannya tidak terlalu signifikan.

70

Page 88: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

4.3.2 Kategorisasi self-efficacy responden

Tabel 4.5

Kategorisasi self-efficacy responden

Rumus Jumlah Responden Persentase Kategori

X < M – 1 SD 7 6,6% RENDAH

M – 1 SD ≤ X ≤ + 1 SD 86 81,9% SEDANG

X > M + 1 SD 12 11,42% TINGGI

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 105 responden, 7

orang (6,6%) yang memiliki self-efficacy rendah, 86 orang (81,9%)

memiliki self-efficacy sedang, dan 12 orang (11,4%) memiliki self-

efficacy tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar santri

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut memiliki tingkat self-

efficacy sedang.

4.3.4 Kategorisasi prestasi belajar responden

Tabel 4.6

Kategorisasi prestasi belajar responden

Rumus Jumlah Responden Persentase Kategori

X < M – 1 SD 22 20,95% RENDAH

M – 1 SD ≤ X ≤ + 1 SD 61 58,09% SEDANG

X > M + 1 SD 22 20,95% TINGGI

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 105 responden, 22 orang

(20,95%) yang memiliki prestasi belajar rendah, 61 orang (58,09%)

71

Page 89: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

memiliki prestasi belajar sedang, dan 22 orang (20,95%) memiliki

prestasi belajar tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut memiliki tingkat

prestasi belajar sedang.

4.4. Uji Perbedaan Goal Orientation Dengan Prestasi Belajar

Rumusan statistik yang digunakan untuk uji hipotesis goal orientation dengan

prestasi belajar, yaitu Independent Sample T-Test. Dalam penghitungannya

peneliti menggunakan program SPSS for Window versi 16.00. Hasil uji

hipotesis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7

Mean dan standar deviasi

GO N Mean

Std.

Deviation Std. Error Mean

1 43 72.5979 5.32886 .81264 PB

2 48 74.5690 7.47426 1.07882

Pada kolom GO, angka 1 menunjukkan performance goal orientation

dan 2 menunjukkan mastery goal orientation. Performance goal orientation

memiliki mean 72.5979 dengan standar deviasi 5.32886 dari 43 responden.

Sedangkan mastery goal orientation memiliki mean 74.5690 dengan standar

deviasi 7.47426 dari 48 responden.

72

Page 90: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Tabel 4.8

Uji Hipotesis Goal Orientation Dengan Prestasi Belajar

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval

of the Difference

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference Lower Upper

Equal variances assumed 5.662 .019 -1.433 89 .155 -1.97105 -4.70380 .76169PB

Equal variances not

assumed

-1.459 84.886 .148 -1.97105 -4.65654 .71444

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa taraf signifikansi yang tertera

pada tabel adalah sebesar 0.019 lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05; maka

dapat diartikan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki varian prestasi

belajar yang berbeda. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan prestasi belajar

antara santri dengan performance goal orientation dengan santri yang

memiliki mastery goal orientation.

4.5 Uji Korelasi Self-Efficacy Dengan Prestasi Belajar

Rumusan statistik yang digunakan untuk uji korelasi self-efficacy dengan

prestasi belajar, yaitu Pearson Product Moment. Dalam penghitungannya

peneliti menggunakan program SPSS for Window versi 16.00. Hasil korelasi

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

73

Page 91: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Table 4.9

Korelasi self-efficacy dengan prestasi belajar

SE PB

Pearson Correlation 1 .142

Sig. (2-tailed) .147

Sum of Squares and Cross-

products 9.854E3 944.639

Covariance 94.747 9.083

SE

N 105 105

Pearson Correlation .142 1

Sig. (2-tailed) .147

Sum of Squares and Cross-

products 944.639 4.462E3

Covariance 9.083 42.903

PB

N 105 105

Berdasarkan tabel 4.9, hasil uji korelasi self-efficacy dengan prestasi

belajar didapatkan nilai rhitung sebesar 0,142. Pada taraf signifikansi 5% dengan

N 105, nilai P-value nya adalah sebesar 0.147. Karena nilai P-value > dari

0.05, maka hipotesis nihil (H0) yang menyatakan tidak ada hubungan yang

signifikan self-efficacy dengan prestasi belajar diterima dan hipotesis alternatif

(Ha) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan self-efficacy dengan

prestasi belajar ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

74

Page 92: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

yang signifikan self-efficacy dengan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan

Islam Tarogong Garut.

4.6 Analisis Regresi Goal Orientation & Self-Efficacy Dengan Prestasi

Belajar

Rumusan statistik yang digunakan untuk uji hipotesis goal orientation dan

self-efficacy dengan prestasi belajar, yaitu analisis regresi. Dalam

penghitungannya peneliti menggunakan program SPSS for Window versi

16.00. Hasil korelasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10

Analisis Regresi Goal Orientation & Self-Efficacy Dengan Prestasi Belajar

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .084a .007 -.037 7.61157

a. Predictors: (Constant), SELF, GOAL

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui R square sebesar 0.007, ini berarti

bahwa variabel goal orientation dan self-efficacy hanya memiliki kontribusi

sebesar 0,7% terhadap variabel prestasi belajar. Selebihnya kemungkinan

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.7 Analisis Tambahan

Sebagai Analisis tambahan, peneliti melakukan uji beda prestasi belajar

antara santri yang memiliki performance goal orientation dengan siswa yang

75

Page 93: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

memiliki goal orientation seimbang dan antara santri yang memiliki mastery

goal orientation dengan siswa yang memiliki goal orientation seimbang. Dari

uji beda tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.11

Mean dan standar deviasi

GO N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

2.00 48 74.5690 7.47426 1.07882 PB

3.00 14 73.4021 5.81310 1.55362

Pada kolom GO, angka 2.00 menunjukkan mastery goal orientation dan

3.00 menunjukkan goal orientation seimbang. mastery goal orientation

memiliki mean 74.5690 dengan standar deviasi 7.47426 dari 48 responden.

Sedangkan goal orientation seimbang memiliki mean 73.4021 dengan standar

deviasi 5.81310 dari 14 responden.

Tabel 4.12

Uji beda prestasi belajar mastery goal orientation dengan

goal orientation seimbang

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig.

Equal variances assumed 2.737 .103 PB

Equal variances not assumed

76

Page 94: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa taraf signifikansi yang tertera

pada tabel adalah sebesar 0.103 lebih besar dari taraf signifikansi 0.05; maka

dapat diartikan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki varian prestasi

belajar yang tidak berbeda. Maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan

prestasi belajar antara santri dengan mastery goal orientation dengan santri

yang memiliki goal orientation seimbang.

Tabel 4.13

Mean dan standar deviasi

GO N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

1.00 43 72.5979 5.32886 .81264 PB

3.00 14 73.4021 5.81310 1.55362

Pada kolom GO, angka 1.00 menunjukkan performance goal

orientation dan 3.00 menunjukkan goal orientation seimbang. Performance

goal orientation memiliki mean 72.5979 dengan standar deviasi 5.32886 dari

43 responden. Sedangkan goal orientation seimbang memiliki mean 73.4021

dengan standar deviasi 5.81310 dari 14 responden.

Tabel 4.14

Uji beda prestasi belajar mastery goal orientation dengan

goal orientation seimbang

Levene's Test for Equality of Variances

F Sig.

77

Page 95: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Equal variances assumed .066 .799 PB

Equal variances not assumed

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa taraf signifikansi yang tertera

pada tabel adalah sebesar 0.799 lebih besar dari taraf signifikansi 0.05; maka

dapat diartikan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki varian prestasi

belajar yang tidak berbeda. Maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan

prestasi belajar antara santri dengan performance goal orientation dengan

santri yang memiliki goal orientation seimbang.

Bila dilihat secara keseluruhan maka diketahui bahwa santri yang

mencapai prestasi paling tinggi diantara sampel adalah santri yang memiliki

mastery goal orientation. Sedangkan santri yang memiliki performance goal

orientation memiliki prestasi belajar lebih rendah dari pada santri yang

memiliki mastery goal orientation dan santri yang memiliki goal orientation

seimbang.

78

Page 96: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji analisis data yang diuraikan sebelumnya, maka kesimpulan

yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

a. Hampir sebagian (45,71%) santri memiliki mastery goal orientation, dan

hampir sebagian lainnya (40,95%) santri memiliki performance goal

orientation, hanya 13,33% santri yang memiliki orientasi seimbang antara

mastery dan performance goal. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa lebih banyak santri yang memiliki mastery goal orientation adalah

yang paling banyak.

b. Pada umumnya (81,9%) santri memiliki self-efficacy sedang, hanya

11,42% santri yang memiliki self-efficacy yang tinggi, dan 6,6% santri

yang memiliki self-efficacy rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut memiliki self-

efficacy sedang.

c. Sebagian besar (58,09%) santri memiliki prestasi belajar sedang, hanya

(20,09%) santri memiliki prestasi belajar tinggi, dan juga hanya 20,09%

santri yang memiliki prestasi belajar rendah. Maka dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut

memiliki prestasi belajar rendah.

79

Page 97: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

d. Ada perbedaan prestasi belajar antara santri yang tergolong miliki

performance goal orientation dengan santri yang tergolong memiliki

mastery goal orientation. Dalam hal ini santri dengan mastery goal

orientation memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada santri

dengan performance goal orientation.

e. Tidak ada hubungan yang signifikan self-efficacy dengan prestasi belajar

santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut.

f. Goal orientation dan self-efficacy hanya memberikan kontribusi sebesar

0,7% terhadap variabel prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam

Tarogong Garut.

5.2 Diskusi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat klasifikasi goal orientation, tingkatan self-

efficacy, dan tingkatan prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong

Garut. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar

santri yang memiliki orientasi performance dengan santri yang memiliki orientasi

mastery, hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar, dan seberapa besar

kontribusi goal orientation dan self-efficacy terhadap prestasi belajar pada santri

Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut.

Dari hasil penyebaran instrumen goal orientation dilketahui bahwa lebih

banyak santri dengan mastery goal orientation dari pada santri dengan

performance goal orientation. Ini berarti lebih banyak santri yang berorientasi

untuk menguasai materi secara mendalam dan menggali sebanyak-banyaknya

80

Page 98: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

pengetahuan dari apa yang telah diajarkan oleh guru di kelas. Meskipun mereka

tetap berpacu untuk berprestasi lebih, namun hal tersebut bukanlah tujuan utama

dari kegiatan belajar mereka.

Santri dengan mastery goal orientation tersebut akan cenderung lebih

menyukai tantangan baru dan terus berusaha untuk meningkatkan kompetensi

yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Dweck (dalam Arias, 2004)

bahwa mastery goal memungkinkan individu mencari peluang untuk meningkatkan

kompetensi dan menguasai tantangan baru.

Sedangkan santri dengan performance goal orientation akan lebih fokus

pada citra diri, nilai tinggi dan selalu menjadi yang terdepan seperti yang

dikemukakan Santrock (2007) bahwa Performance orientation lebih memperhatikan

hasil dari pada proses. Bagi siswa yang berorientasi kinerja atau prestasi, kemenangan

atau keberhasilan itu penting dan kebahagiaan dianggap sebagai hasil dari kemenangan

atau keberhasilan

Berdasarkan hasil uji perbedaan juga mendukung dugaan bahwa memang

ada perbedaan prestasi belajar antara santri dengan mastery goal orientation

dengan santri dengan performance goal orientation. Dari kedua dimensi tersebut,

santri yang dengan dimensi mastery memiliki prestasi yang lebih tinggi dari pada

santri dengan dimensi performance. Hasil ini senada dengan penelitian Mattern

(2005: 30) yang menunjukkan bahwa siswa dengan mastery goal orientation memiliki

level prestasi belajar yang lebih tinggi dari pada siswa dengan performance goal

orientation. Siswa yang mengejar mastery goal lebih cenderung mencari tantangan,

menggunakan strategi pembelajaran efektif yang lebih tinggi, termasuk strategi

metakognitif, pelaporan dan sikap terhadap sekolah yang lebih positif, dan memiliki

81

Page 99: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

tingkat self-efficacy yang lebih tinggi (kepercayaan pada kemampuan diri untuk berhasil

dalam situasi tertentu) daripada orang-orang yang mengejar performance goal.

Meskipun demikian, perbedaan orientasi belajar pada santri Pesantren

Persatuan Islam Tarogong Garut bisa disikapi dengan bijaksana. Ke arah manapun

orientasi mereka dalam belajar, santri tetap perlu dibimbing untuk mendapatkan

prestasi yang bagus. Dipungkiri atau tidak bahwa prestasi belajar tinggi dapat

memuaskan individu dan orang-orang yang berada disekitarnya. Terlebih lagi saat

ini prestasi belajar telah menjadi tolak ukur keberhasilan belajar seseorang.

Meskipun demikian akan lebih baik bila santri dapat lebih diarahkan untuk

memiliki mastery goal orientation agar selain untuk memperoleh prestasi tinggi,

santri juga terpacu untuk menguasai pelajaran dan mencapai kompetensi.

Hasil korelasi antara self-efficacy dengan prestasi belajar menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan. Namun bila dilihat dari hasil

persentase prestasi belajar dan self-efficacy mengungkapkan bahwa sebagian besar

sampel memiliki tingkat self-efficacy sedang dengan persentase yang cukup besar,

yaitu 81,9% dan berdasarkan hasil persentase variabel prestasi belajar, sebagian

besar santri juga memiliki prestasi belajar yang sedang.

Apabila semua perangkat penelitian telah sesuai prosedur, tidak adanya

korelasi positif antara self-efficacy dengan prestasi belajar dapat menjadi suatu

fakta baru bahwa tidak selalu self-efficacy yang tinggi diikuti dengan prestasi

belajar yang tinggi, dan sebaliknya self-efficacy rendah tidak selalu diikuti oleh

prestasi belajar rendah pula. Dapat dimungkinkan sebagian besar prestasi belajat

yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh variabel lain selain self-efficacy.

82

Page 100: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Menurut peneliti, banyak hal yang menjadikan hipotesis tersebut tidak

berkorelasi terutama pada variabel prestasi belajar. Peneliti tidak membuat sendiri

instrument pengukuran untuk prestasi belajar, sehingga memungkinkan adanya

error yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Error tersebut diantaranya:

1. Faktor prestasi belajar

• Peneliti tidak membuat soal-soal atau alat ukur prestasi belajar sehingga

peneliti tidak dapat melihat apakah item-item yang diujikan kepada santri

telah sesuai dengan ketentuan tepat atau tidaknya alat ukur.

• Peneliti tidak terjun langsung memberikan soal-soal uji prestasi belajar

sehingga peneliti tidak tahu kondisi lingkungan saat soal-soal tersebut

diberikan. Apakah berada pada ruang yang kondusif dan nyaman, atau

berada pada suasana yang tidak tenang.

• Peneliti tidak mengawasi jalannya ujian secara langsung dan tidak

mengetahui bagaimana proses pengawasan tersebut dilakukan oleh guru

sehingga dimungkinkan adanya perilaku cheating atau hal lainnya yang

dapat membuat santri mengisi soal tidak berdasarkan kemampuan yang

dimilikinya.

• Peneliti tidak mengetahui apakah ada nilai subjektif guru dalam proses

penilaian hasil ujian tersebut. Dipungkiri atau tidak, sedikit atau banyak,

terkadang nilai subjektif terhadap siswa dapat terjadi. Meskipun guru tidak

menyadarinya, hal tersebut dapat membuat hasil belajar tidak sesuai dengan

kemampuan siswa seharusnya.

83

Page 101: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

2. Faktor Self-efficacy

Tidak menutup kemungkinan adanya social disability ketika sampel

mengisi skala self-efficacy yang diberikan. Sampel dapat melakukan facking

good atau mengisi tidak sesuai kenyataan pada diri. Hal ini dimungkinkan

karena ada perasaan tidak ingin terlihat buruk setelah hasil penelitian

didapatkan.

Masih banyak hal lain yang dapat mempengaruhi tidak adanya hubungan

pada hipotesis tersebut. Misalnya instrumen pengukuran self-efficacy yang

kurang bagus atau kurang mewakili dimensi self-efficacy seharusnya atau karena

banyaknya faktor lain yang mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar. Self-

efficacy santri di pesantren persatuan Islam Tarogong Garut tidak terlalu

berpengaruh terhadap prestasi belajar sehingga menghasilkan hubungan yang

tidak signifikan.

Sementara penelitian lainnya seperti penelitian Mutiah (2006) menyatakan

bahwa Semakin tinggi self-efficacy siswa, maka semakin tinggi kekuatannya

untuk mengerjakan tugas. Begitu pula dengan hasilnya akan menunjukkan kearah

yang lebih baik. Penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara self-efficacy dengan prestasi belajar. Perbedaan hasil penelitian ini ini bisa

dijadikan bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya.

Bila dilihat secara keseluruhan, variabel goal orientation dan self-efficacy

memiliki kontribusi yang tidak terlalu besar terhadap variabel prestasi belajar,

yaitu sebesar 0,7%. Hal ini menunjukkan bahwa banyak variabel lain yang

mempengaruhi prestasi belajar santri Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut.

84

Page 102: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Hasil ini dapat menjadi bahan rujukan untuk peneliti prestasi belajar selanjutnya

bahwa salah satu variabel yang berkontribusi terhadap prestasi belajar adalah goal

orientation dan self-efficacy meskipun dalam persentase yang tidak terlalu besar.

5.3 Saran

Setelah melihat hasil-hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran yang

kiranya dapat menjadi pertimbangan untuk pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian ini, atau untuk peneliti selanjutnya. Saran-saran tersebut adalah sebagai

berikut:

5.3.1 Saran teoritis

a. Peneliti selanjutnya hendaknya lebih memahami literatur yang ada agar

dapat membuat instrument yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.

b. Bila akan diadakan penelitian lanjutan tentang prestasi belajar, dianjurkan

agar peneliti membuat instrumen pengukuran prestasi belajar dan

mengujikannya secara langsung kepada sampel, tidak mengambil dari

hasil prestasi yang sudah tersedia di lembaga atau individu yang dijadikan

sampel. Karena dengan membuat instrumen pengukuran sendiri, peneliti

dapat mengontrol item-item yang diberikan agar sesuai dengan target

prestasi yang diharapkan dalam penelitian tersebut. Pengujian instrumen

secara langsung dapat meminimalisir adanya error lain, seperti cheating,

kondisi sampel, kondisi ruangan, dan lain sebagainya.

85

Page 103: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

5.3.2 Saran praktis

a. Pihak lembaga Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut hendaknya

memahami goal orientation dan self-efficacy yang dimiliki oleh santri.

Pemahaman yang baik tentang diri santri dapat membantu pihak pesantren

untuk meningkatkan prestasi belajar, menjalankan proses kegiatan belajar

mengajar yang lebih sesuai, dan memberikan tindak lanjut yang tepat

untuk hasil belajar yang telah ada. Pihak lembaga hendaknya lebi

memperhatikan kebutuhan dan pemahaman santri terhadap materi, tidak

hanya memenuhi tuntutan kurikulum saja.

b. Pihak Pesantren lebih memperhatikan cara belajar santri agar potensi dan

kemampuan yang mereka miliki dapat dikembangkan dengan lebih baik.

Bila santri akan diarahkan untuk memiliki goal secara mastery, maka

santri harus diberikan metode belajar yang sesuai dengan cara belajar yang

cocok untuk mereka. Dengan memberikan perhatian lebih pada cara

belajar santri, dengan demikian pihak Pesantren telah membantu agar

santri memcapai prestasi yang lebih baik.

Begitu juga apabila para santri mengetahui apa itu self-efficacy. Persepsi

diri santri harus diluruskan pada sesuatu yang sidatnya lebih realistis.

Tidak menuntut diri terlalu tinggi, memahami bahwa semua adalah proses,

dan menyerahkan hasilnya pada Allah SWT. Hal ini mesti diarahkan

karena ada kemungkinan mereka menuntut diri terlalu keras dan terlalu

ideal sehingga hasil yang sudah memadai pun dianggap belum cukup.

86

Page 104: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

87

Dengan diarahkannya persepsi diri santri menjadi lebih real, santri akan

mulai berpikir lebih realistis dan dapat menerima hasil yang diperoleh.

c. Untuk orang tua dan keluarga hendaknya memberi dukungan penuh dan

menciptakan suasana yang kondisif untuk kegiatan belajar anak. Karena

dukungan penuh dan lingkungan belajar yang kondusif dapat membuat

anak lebih nyaman dalam belajar sehingga dimungkinkan adanya

peningkatan prestasi belajar.

Page 105: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press Arias, J.F. (2004). Recent perspectives in the studi of motivation: goal orientation

theory. Electronic journal of research in educational psychology:. Departement of developmental psychology and education universidad de Almeria.

Bandura, A. (1986). Social Foundations of thought and action: a social cognitive

theory. New Jersey: Prentice Hall Brown, J.D. (1998). The self. United States of America: The Mcgraw-hill

Companies, inc. Djiwandono, S.E.W. (2006). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo. Ford, J.K., Smith, E.M., Weissbein, D.A. & etc. (1998). Relationship of goal

orientation, metacognitive activity, and practice stategies with learning outcomes and transfer. Journal of educational psycholagy.

Friedman, Howard S., & Schustack, Miriam W. (2006). Kepribadian teori klasik

dan riset modern. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hawadi, R.A., & Yahrini, E.K. (2008). Jurnal keberbakatan dan kreatifitas. Gifted

review. Pusat Keberbakatan: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok.

Lane, J., Lane, A.M., & Kyprianou, A. (2004). Social behavior and personality:

self-efficacy, self-esteem, and their impact on academic performance. Society for personality research: UK.

Mattern, R.A. (2005). College student's goal orientations and achievement.

International journal of teaching and learning in higher education:. USA: University of Delaware

Matuga, J. M. (2009). Self-Regulation, goal orientation, and academic

achievement of secondary students in online university courses. Educational technology & society: Bowling Green State University, Bowling Green Ohio, USA

Mutiah, D. (2006). Hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar akademik

mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Penelitian individual. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 106: FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1067/1/SANTI... · lingkungan rumah maupun di sekolah (Syah, 1999: 59). Prestasi belajar

Nazir, M. (2003). Metode penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Eds.k-5. Nisa, Y.F. (2008). Diktat psikologi eksperimen. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN

Jakarta. Pintrich, P.R. (2000). Multiple goals, multiple pathways: the role of goal

orientation in learning and achievement. Journal of educational psycholagy. Pintrich, P.R. & Schunk, D.H. (1996). Motivation in education: theory, research,

and applications. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Prastiti, S.D., & Pujiningsih, S. (2009). Pengaruh faktor preferensi gaya belajar

terhadap prestasi belajar mahasiswa akuntansi. Jurnal ekonomi bisnis. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.

Roebken, H. (2007). The influence of goal orientation on student satisfaction,

academic engagement and achievement. Electronic Journal of research in educational psychology. Departement of Education, University Of Oldenburg.

Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan, edisi kedua. Jakarta: Kencana Self-Brown, S.R. & Mathews, S. II.. (2003). Effects of classroom structure on

student achievement goal orientation. University of west florida. Vol. 97 (no. 2).

Stipek, D. (2002). Motivation to learn integrating theory and practice. Boston: Allyn and Bacon.

Sukandarrumi. (2004). Metodologi penelitian: petunjuk praktis untuk peneliti

pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Cet.k-2. Suprayogi, M.N. (2007). Jurnal of psychology. Tazkiya. Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Syah, M. (1999). Psikologi belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Umar, J., Muchtar, D.Y., Dewi. M.S., Luthfi, I., & Miftahuddin. (2009). Analysis

of determinants of learning outcomes using data from the trends in international mathematics and science study (timss). Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.