Faktor yang mempengaruhi respon nyeri

5
Faktor yang mempengaruhi respon Nyeri a. Usia Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, pada orang dewasa terkadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakanfungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan (Smeltzer, Bare, 2002). b. Jenis Kelamin Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signfikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya. Sebagai contoh tidak pantas apabila laki-laki mengeluh nyeri dan wanita boleh mengeluh nyeri (Smeltzer, Bare, 2002). c. Makna Nyeri Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya. Sering kali di respon berbeda oleh masing-masing individu terkait dengan tingkat nyerinya (Smeltzer, Bare, 2002). d. Pengalaman terhadap Nyeri Intrepetasi nyeri yang dirasakan masing-masing orang berbeda terkait dengan situasi nyeri yang pernah dihadapi. Subjektifitas nyeri inilah yang akan membedakan intensitas nyeri individu (Smeltzer, Bare, 2002). Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah dengan menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Pengukuran dengan teknik ini juga

description

mekanisme nyeri dan faktor yang mempengaruho respon nyeri

Transcript of Faktor yang mempengaruhi respon nyeri

Faktor yang mempengaruhi respon Nyeria. UsiaAnak belum bisa mengungkapkan nyeri, pada orang dewasa terkadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakanfungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan (Smeltzer, Bare, 2002). b. Jenis KelaminGill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signfikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya. Sebagai contoh tidak pantas apabila laki-laki mengeluh nyeri dan wanita boleh mengeluh nyeri (Smeltzer, Bare, 2002).c. Makna NyeriBerhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya. Sering kali di respon berbeda oleh masing-masing individu terkait dengan tingkat nyerinya (Smeltzer, Bare, 2002).d. Pengalaman terhadap NyeriIntrepetasi nyeri yang dirasakan masing-masing orang berbeda terkait dengan situasi nyeri yang pernah dihadapi. Subjektifitas nyeri inilah yang akan membedakan intensitas nyeri individu (Smeltzer, Bare, 2002).

Intensitas NyeriIntensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah dengan menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Smeltzer, Bare, 2002).VAS (Visual Analogue Scale) adalah suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi pasien kebebasan enuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang leih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setia titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter & Perry, 2005).

BAB 3Pengukuran nyeri menggunakan Visual Analogue Scale (VAS) dimana VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi pasien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa untuk memilih satu kata atau satu angka. (Potter & Perry, 2005).DUKUNGAN SOSIALAtkinson (2000) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian, atau membantu orang menerima dari orang-orang atau kelompok lain. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapatkan saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.1. Dukungan EmosionalDukungan emosional yaitu bantuan sosial yang melibatkan ungkapan empati, kepedulian dan perhatian seseorang yang memberikan mereka (pasien) rasa nyaman, memiliki dan dicintai pada waktu mengalami stres (misalnya : umpan balik, penegasan).2. Dukungan PenghargaanDukungan penghargaan yaitu bantuan yang diberikan untuk membangun perasaan berharga, memberikan nilai positif terhadap orang tersebut ditengah keadaan yang kurang mampu baik scara mental maupun fisik. Keluarga bertindk sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota.3. Pengetahuan, petunjuk , saran atau nasehat, instruksi atau umpan balik sehbungan dengan kejadian yang sedang dialami seseorang misalnya efek samping dari berbagai pengobatan. Bentuk dukungan eluarga yang diberikan oleh keluaga

Nyeri berdasarkan mekanismenya melibatkan persepsi dan respon terhadap nyeri tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri melibatkan empat proses, yaitu: tranduksi/transduction, transmisi/transmission, modulasi/modulation, dan persepsi/perception.Keempat proses tersebut akan dijelaskan sebagai berikut (Ardinata, 2007; Davis, 2003) : 1. Transduksi/TransductionTransduksi adalah adalah proses dari stimulasi nyeri dikonfersi kebentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi. Aktivasi reseptor ini (nociceptors) merupakan sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan.2. Transmisi/TransmissionTransmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta yang berdiameter besar (Davis, 2003). Saraf aferen akan ber-axon pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem contralateral spinalthalamic melalui ventral lateral dari thalamus menuju cortex serebral.3. Modulasi/ModulationProses modulasi mengacu kepada aktivitas neural dalam upaya mengontrol jalur transmisi nociceptor tersebut. Proses modulasi melibatkan sistem neural yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh system saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari system saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf saraf descend ke tulang belakang untuk memodulasi efektor.4. Persepsi/PerceptionPersepsi adalah proses yang subjective. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi cognition (pengenalan) dan memory (mengingat) (Davis, 2003). Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional, dan berhavioral (perilaku) juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini jugalah yang menjadikan nyeri tersebut suatu fenomena yang melibatkan multidimensional.