Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan...

38
i RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L. ) VARIETAS ATLANTIS DAN SUPER JOHN DALAM SISTEM AEROPONIK TERHADAP PERIODE PENCAHAYAAN ANIES MA’RUFATIN DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan...

Page 1: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

i

RESPON PERTUMBUHAN

TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) VARIETAS ATLANTIS

DAN SUPER JOHN DALAM SISTEM AEROPONIK

TERHADAP PERIODE PENCAHAYAAN

ANIES MA’RUFATIN

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

i

MAKA NIKMAT TUHAN YANG MANAKAH

YANG ENGKAU DUSTAKAN?

(Q.S. 55:13)

Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu?

Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,

Yang memberatkan punggungmu?

Dan Kamu tinggikan bagimu sebutan (nama) mu,

KARENA SESUNGGUHNYA SESUDAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN,

SESUNGGUHNYA SESUDAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN,

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S 94:1-8)

Karya ini, kupersembahkan untuk:

Bapak dan Ibuku tercinta

Serta seluruh keluarga dan sahabatku tersayang.

Page 3: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

ii

ABSTRAK

ANIES MA’RUFATIN. Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

Varietas Atlantis dan Super John dalam Sistem Aeroponik terhadap Periode Pencahayaan.

Dibimbing oleh Handoko dan Bregas Budianto.

Benih kentang (Solanum tuberosum L.) dapat dibudidayakan dengan sistem aeroponik.

Aeroponik merupakan suatu media untuk membudidayakan tanaman dengan cara digantungkan di

udara. Sistem aeroponik dilakukan dalam lingkungan buatan. Dalam lingkungan buatan, untuk

mendapatkan syarat iklim bagi tumbuhan perlu diperhatikan kebutuhan suhu, kelembaban dan

intensitas cahaya. Kebutuhan intensitas cahaya diberikan oleh lampu fluorescent (TL) 40 W.

Perlakuan yang diberikan yaitu membedakan periode pencahayaan antara pencahayaan 12 jam dan

24 jam. Selain itu, perlakuan yang digunakan adalah varietas Atlantis dan varietas Super John.

Daya lampu yang digunakan adalah 320 W (8 x 40 W) untuk 2.4 m2 luas media tanam dengan

jarak 30 cm dari sumber cahaya. Pengukuran intensitas yang dilakukan dengan luxmeter diperoleh

rata-rata hanya 1149 lux atau 9 W/m2.Suhu yang terukur dalam lingkungan buatan untuk

aeroponik berkisar antara 20.0 – 26.5˚C dan kelembaban yang terukur antara 48 - 53%. Suhu udara

relatif tidak terlalu tinggi, namun cahaya yang sangat rendah menjadi kendala utama pertumbuhan

tanaman kentang pada percobaan aeroponik ini. Kebutuhan air dan nutrisi tanaman kentang

diperoleh dari sprayer dengan durasi 13 detik setiap 7 menit secara otomatis. Indikator

pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi

respon pertumbuhan yang lebih baik daripada pencahayaan 12 jam. Hal tersebut dapat dilihat dari

jumlah daun yang telah terukur selama waktu pengamatan.

Kata kunci : kentang, aeroponik, intensitas cahaya, Atlantis, Super John

Page 4: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

iii

ABSTRACT

ANIES MA’RUFATIN. Growth of Potato Plants (Solanum tuberosum L.) var. Atlantic and

Super John in Response to Lighting Period of Fluorescent Lamp in Aeroponic System.

Supervised by Handoko and Bregas Budianto.

This study was conducted to find out responses of growth of seed potato (Solanum

tuberosum L. var. Atlantic and Super John) to different lighting period of fluorescent lamp in an

aeroponic system. The light source was provided by 40 W fluorescent lamps under 12 and 24

hours lighting. The total power was 320 W (8x 40 W) for 2.4 m2 with the distance between the

light sources (lamps) and the plants was 30 cm. In this aeroponic system, the environmental

condition which had low light intensity (average of 1149 lux or 9 W/m2.) and low humidity (48-

53%) resulted a negative impact to the plant growth. The range of diurnal room temperature was

20.0 – 26.5 ˚C. Water was automatically sprayed for 13 seconds at 7 minutes interval to ensure

the plant has sufficient water and nutrients. Plant growth was measured from total number of

leaves. The study resulted that 24 hours lighting period had better effect on growth than 12 hours

lighting period. The growth of Atlantic variety was better than Super John in response to the low

intensity of light shown by higher leaf number both in 12 hours and 24 hours lighting period.

Keywords : potato, aeroponics, light intensity, Atlantic, Super John

Page 5: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

iv

RESPON PERTUMBUHAN

TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) VARIETAS ATLANTIS

DAN SUPER JOHN DALAM SISTEM AEROPONIK

TERHADAP PERIODE PENCAHAYAAN

ANIES MA’RUFATIN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

Pada

Program Studi Meteorologi Terapan

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 6: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

v

Judul : Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

Varietas Atlantis dan Super John dalam Sistem Aeroponik terhadap

Periode Pencahayaan

Nama : Anies Ma’rufatin

NRP : G24070040

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Handoko, M.Sc Ir. Bregas Budianto, Ass. Dpl.

NIP. 195911301 98303 1 003 NIP. 19640308 199403 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen

Geofisika dan Meteorologi

(Dr. Ir. Rini Hidayati MS.)

NIP. 19600305 198703 2 002

Tanggal Lulus:

Page 7: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, Alhamdulillahirrabilalamin, penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala rahmat, hidayah, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya skripsi yang berjudul “Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum

tuberosum L.) Varietas Atlantis dan Super John dalam Sistem Aeroponik terhadap Periode

Pencahayaan”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains

pada program studi Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir.

Handoko, M.Sc selaku pembimbing I atas segala bantuan pendanaan penelitian, bimbingan,

arahan, ilmu, wawasan dan petuah yang sangat berguna bagi penulis serta Ir. Bregas Budianto,

Ass. Dpl. selaku pembimbing II atas segala bimbingan, kritik, saran dan petuah yang membangun sehingga dapat menyelesaikan kendala dalam penelitian. Selanjutnya penulis juga mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Orangtua penulis, Bapak Ahmad dan Ibu Sri Lestari atas segala bentuk dukungan, doa, kasih

sayang, dan segalanya, semoga karya ini bisa menjadi wujud kebanggaan Bapak dan Ibu serta

adek, Kharir Juniantoro, atas segalanya, semoga bisa menjadi lebih baik.

2. Ibu Dr. Ir. Rini Hidayati, MS. selaku Ketua Departemen, ibu Tania June selaku dosen penguji,

Bp. Badru atas bantuan teknis menyelesaikan masalah AC di laboratorium Agrometeorologi,

Bp. Udin atas bantuan masalah teknis material di laboratorium Agrometeorologi, Bp. Supono

atas bantuan memudahkan dalam peminjaman buku, Bp. Aziz dan rekan-rekannya untuk

bantuan administrasi serta seluruh dosen dan staf Departemen Geofisika dan Meteorologi.

3. Ibu Herni (Laboratorium BrMC SEAMEO-Biotrop) atas bimbingan dan bantuan selama proses aklimatisasi plantlet kentang serta seluruh staffnya, khususnya Bp. Hasanudin.

4. Rusianto/Anto, atas segala dukungan, suka duka, persahabatan dan kebersamaannya;

Anria/Blake, atas bantuan elektronika timer dan Fitroh N. Amin, atas persahabatan dan

kekeluargaan dalam berbagi suka duka bersama kalian.

5. Loris P. Simangunsong, teman seperjuangan dalam penelitian ini; Azim atas bantuan

elektronika timer dan lainnya; Nedy, Afdal dan Pepew sebagai sesama anak bimbingan Bp.

Handoko; serta seluruh teman-teman GFM44 lainnya (Firdani/Achi, Resa, Fitrie , Dimas, Tika,

Iwan, Bang Sriyo, Sigit, Bembi, Bang Syam, Andi, Nike, Yasmin, Wari, Ade, Ii, Riri, Iyud,

Pasha, Nono, Rini, Tetet, Winda, Rendra, Harde, Adi-Unduh, Tri-Joko, Dilla, Firda, Eka,

Nanas, Wiwid, Narend, Pujo, Adi Purbo, Teguh, Fandi) atas kebersamaan selama ini.

6. Sri Laksmi Dewi; teman-teman kos PNS; teman-teman B22 TPB 2007/2008; teman-teman

lorong III A1 Asrama Putri TPB 2007/2008; seluruh sahabat di OMDA Madiun; serta seluruh teman perjuangan di BEM FMIPA 2008/2009, BEM KM IPB 2009/2010, HIMAGRETO

2008-2011, FOSMA Alumni ESQ IPB dan di seluruh kepanitian yang pernah diikuti.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap dengan skripsi

yang dibuat ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, 19 Agustus 2011

Anies Ma’rufatin

Page 8: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 2 Maret 1989 sebagai

anak kedua dari tiga bersaudara, anak pasangan Ahmad dan Sri Lestari.

Penulis menyelesaikan masa sekolah RA Masyitoh Madiun tahun 1996,

MI Islamiyah Madiun tahun 2001 dan SMPN 2 Madiun tahun 2004..

Tahun 2007 penulis lulus SMA N 2 Madiun dan pada tahun yang sama

lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk

IPB) untuk jurusan Meteorologi Terapan, Fakultas Matematika dan IPA.

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan

dalam dan luar Departemen Geofisika dan Meteorologi seperti Organisasi

Mahasiswa Daerah Madiun, Forum Silaturahmi Mahasiswa Alumni ESQ IPB, Badan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas Matematika dan IPA (BEM FMIPA) periode 2008/2009, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode

2009/2010. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan dan dalam struktur organisasi Himpunan

Mahasiswa Agrometeorologi (HIMAGRETO) tahun 2008/2009. Penulis, sebagai

penanggungjawab kelompok, lolos dalam pendanaan proposal program kreativitas mahasiswa

bidang penelitian oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) 2011. Selain itu, penulis pernah

mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik dan Yayasan Salim

Page 9: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. xi

I. PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 2 2.1 Tanaman Kentang .............................................................................................................. 2

2.2 Sistem Aeroponik Tanaman Kentang.................................................................................. 4

2.3 Kebutuhan Cahaya Tanaman dalam Ruang ......................................................................... 5

III. METODOLOGI .................................................................................................................... 6

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................................. 6

3.2 Bahan dan Alat .................................................................................................................. 6

3.3 Metode Penelitian .............................................................................................................. 6

3.4 Pelaksanaan Penelitian ....................................................................................................... 6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 9

4.1 Kondisi Lingkungan Ruang Pertumbuhan Kentang ............................................................. 9 4.2 Perlakuan Intensitas dan Lama Pencahayaan .................................................................... 10

4.3 Pengaruh Intensitas dan Lama Pencahayaan terhadap Pertumbuhan Kentang .................... 11

V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................... 9

5.1 Simpulan ......................................................................................................................... 12

5.2 Saran ............................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 12

Page 10: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Struktur tanaman kentang........................................................................................................ 2

2 Fase pertumbuhan tanaman kentang ........................................................................................ 2

3 Subkultur plantlet kentang yang ditumbuhkan dalam tabung reaksi dan gelas .......................... 3

4 Sistem aeroponik .................................................................................................................... 5

5 Desain rangkaian sprinkler ...................................................................................................... 7

6 Jarak lubang pada tutup box .................................................................................................... 7 7 Durasi semprot ....................................................................................................................... 7

8 Timer untuk lampu ................................................................................................................. 7

9 Rangkaian aeroponik .............................................................................................................. 7

10 Skema penataan sistem aeroponik dalam Laboratorium Agrometeorologi ................................ 8

11 Pola suhu dan RH diurnal Laboratorium Agrometeorologi ....................................................... 9

12 Pola suhu pengamatan pukul 10.00 WIB ................................................................................. 9

13 Intensitas cahaya (W/m2) yang diterima oleh tanaman kentang .............................................. 10

14 Penurunan jumlah daun varietas Atlantis ............................................................................... 11

15 Penurunan jumlah daun varietas Super John .......................................................................... 12

Page 11: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Data suhu pengukuran pukul 10.00 WIB ................................................................................. 16

2 Data intensitas cahaya (lux) pukul 10.00 WIB ......................................................................... 17

3 Data intensitas cahaya (W/m2) pukul 10.00 WIB ..................................................................... 18

4 Data pengukuran RH dan TBK (suhu) 24 jam tanggal 03 Agustus 2011 ................................... 19

5 Data jumlah daun varietas Atlantis .......................................................................................... 20

6 Data jumlah daun varietas Super John ..................................................................................... 21

7 Skema pengambilan titik sampel pengamatan .......................................................................... 22 8 Dokumentasi Penelitian .......................................................................................................... 23

Page 12: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L.)

merupakan salah satu tanaman pangan

terpenting ketiga di dunia setelah beras dan

gandum untuk konsumsi manusia (CIP 2010).

Kentang juga merupakan salah satu tanaman

sayuran utama yang ditanam oleh petani di

daerah dataran tinggi (Dimyati 2002).

Budidaya kentang di Indonesia banyak

dilakukan di dataran tinggi antara 800-1800 m

oleh petani skala kecil (FAO 2008). Kebutuhan kentang mengalami

peningkatan yang pesat. Tahun 1991 produksi

kentang dunia mencapai 267 juta ton dan

tahun 2007 meningkat menjadi 320 juta ton

(Setiadi 2009). Produsen kentang tersebut

meliputi negara maju dan negara berkembang.

Secara umum budidaya tanaman kentang di

negara berkembang tidak menggunakan benih

yang berkualitas karena harga yang tinggi dan

masih kekurangan akses untuk memperoleh

benih yang berkualitas (Otazu 2010). Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP-Jatim) (2010) menyebutkan bahwa

ketersediaan benih kentang berkualitas saat ini

belum mampu memenuhi kebutuhan petani,

baik penangkar benih maupun produsen

kentang. Pasokan benih kentang di tingkat

penangkar masih tergantung dari ketersediaan

sumber benih berupa Benih Penjenis (G0).

Benih tersebut merupakan umbi hasil

teknologi kultur meristem dengan kriteria

bebas dari penyakit.

Inovasi dalam meningkatkan produksi kentang yang cepat dan berkualitas sangat

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi kentang masyarakat Indonesia.

Salah satu teknologi yang digunakan dengan

alternatif media penanaman menggunakan

media udara atau yang disebut aeroponik.

Tanaman digantungkan pada suatu media

sehingga akar dari tanaman tersebut akan

menggantung di udara untuk mendapatkan air

dan nutrisinya (Roberto 2003).

Aeroponik memiliki kelebihan jika dibanding dengan tanam konvensional (media

tanah). Teknologi tersebut dapat

meningkatkan kualitas benih kentang yang

menggunakan bibit dari hasil kultur jaringan

(plantlet) sehingga benih kentang yang

dihasilkan baik dan terbebas dari hama dan

penyakit (Gunawan 2009). Di Indonesia sudah

mulai dikembangkan teknologi aeroponik ini.

Penelitian lebih lanjut dan pengembangan dari

teknologi aeroponik ini masih diperlukan

(Gunawan dan Afrizal 2009). Jika sistem

aeroponik dapat meningkatkan produksi

benih, baik kualitas maupun kuantitas pada

kentang, maka diharapkan dapat mempercepat

peningkatan produksi kentang, serta akan

memberikan kontribusi yang sangat berarti

bagi perkembangan industri perbenihan

kentang dalam memenuhi kebutuhan nasional

(Muhibbudin et al. 2009).

Pengetahuan mengenai persyaratan iklim

kentang serta respon fisiologis terhadap

lingkungan sangat diperlukan untuk mendapatkan kualitas produksi yang tinggi

(Shock et al. 2005). Pengembangan benih

kentang mengunakan aeroponik dapat

dilakukan di dalam rumah kaca atau di dalam

ruang dengan kondisi lingkungan yang

terkontrol agar sesuai dengan syarat iklim

bagi tanaman (Falah 2006).

Produksi dalam ruang membutuhkan

artificial light atau pencahayaan buatan.

Pencahayaan buatan dilakukan dengan

menggunakan cahaya lampu untuk menggantikan kebutuhan cahaya matahari.

Cahaya merupakan faktor penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Faktor cahaya yang penting untuk

pertumbuhan tanaman yaitu intensitas cahaya

dan lama pencahayaan. Intensitas cahaya

jenuh tanaman kentang menurut Chang (1968)

adalah 32.280 lux atau setara dengan 313,65

W/m2. Otroshy (2006) menyebutkan bahwa

kentang merupakan tanaman hari pendek dan

merupakan tanaman C3 dengan tingkat kejenuhan cahaya yang rendah.

Menurut Hartmann et al. (1981), lampu

yang baik untuk memenuhi kebutuhan

spektrum cahaya oleh tanaman yakni lampu

fluorescent. Lampu tersebut digunakan karena

lebih banyak mengeluarkan spektrum yang

dibutuhkan oleh tanaman yaitu spektrum

merah dan biru. Namun belum diketahui

intensitas cahaya lampu fluorescent yang

optimum untuk pertumbuhan tanaman

kentang varietas Atlantis dan Super John

dengan menggunakan media aeroponik dalam ruang. Dengan mengetahui intensitas optimum

yang diberikan, diharapkan dapat

meningkatkan kualitas tanaman.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

respon pertumbuhan benih kentang (Solanum

tuberosum L.) varietas Atlantis dan Super

John dalam sistem aeroponik terhadap periode

cahaya lampu fluorescent yang diberikan pada

intensitas cahaya tertentu.

Page 13: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kentang

Tanaman kentang berasal dari daerah

dataran tinggi Andes, Amerika Selatan (Smith

1968). International Potato Centre (CIP)

(2010) menyebutkan bahwa daerah tersebut

merupakan pusat konservasi keanekaragaman

hayati kentang. Wilayah tersebut berada pada

ketinggian antara 1500-4000 meter. Tanaman

kentang dapat dibudidayakan di beberapa negara beriklim sedang, tropis dan subtropis

(Otroshy 2006).

Kentang setelah dipanen dapat digunakan

untuk berbagai tujuan. Sekitar 50%

penggunaan kentang adalah untuk konsumsi

segar diseluruh dunia dan sisanya dijadikan

olahan produk dan bahan makanan kentang,

pakan ternak, serta digunakan kembali

sebagai bibit (FAO 2008). Kentang memiliki

kandungan protein, zat lemak, zat besi,

kalium, fosfor, kalori dan karbohidrat (Smith 1968). Kandungan karbohidrat yang tinggi

tersebut membuat kentang dikenal sebagai

bahan pangan yang dapat menggantikan bahan

pangan karbohidrat lainnya seperti padi,

jagung dan gandum (Pitojo 2004). Selain itu,

kentang juga mengandung vitamin B, vitamin

C dan sejumlah vitamin A (Smith 1968).

2.1.1 Morfologi Tanaman Kentang

Klasifikasi ilmiah dari tanaman kentang

yang dikutip dari Setiadi (2009), yakni:

Kingdom :Plantae

Divisi :Magnoliophyta (Spermatophyta) Kelas :Magnoliopsida

(Dicotyledonae/Berkeping dua)

Subkelas : Asteridae

Ordo :Solanales/Tubiflorae (Berumbi)

Famili :Solanaceae (Berbunga terompet)

Genus :Solanum (Daun mahkota

berletakan satu sama lain).

Seksi : Petota

Spesies : Solanum tuberosum

Nama binomial : Solanum tuberosum LINN.

(Solanum tuberosum L.) Menurut Smith (1968), kentang

merupakan salah satu tanaman dikotil yang

bersifat semusim dan berbentuk semak/herba.

Susunan tubuh utama kentang terdiri dari

batang, daun, umbi, akar, bunga, buah, dan

biji. Batang kentang berada di atas permukaan

tanah. Panjang batang sekitar 30 - 100 cm

diatas permukaan tanah (Otroshy 2006). Daun

kentang berupa daun majemuk. Umbi kentang

merupakan perbesaran dari batang di dalam

tanah (stolon) yang menyimpan hasil

fotosintesis. Stolon mulai terlihat biasanya

seminggu atau 10 hari setelah tanaman

muncul ke permukaan (Smith 1968).

Gambar 1 Struktur tanaman kentang.

(Sumber: Lovatt 1997)

Lovatt (1997) menyebutkan bahwa terdapat empat fase pertumbuhan tanaman

kentang, yaitu pertumbuhan vegetatif, inisiasi,

pembesaran dan pemasakan umbi. Fase

vegetatif memerlukan waktu 2-4 minggu dari

muncul tunas sampai inisiasi umbi. Fase

inisiasi dan pembesaran umbi dimulai dengan

pembentukan stolon kemudian

pembesarannya. Waktu yang dibutuhkan

sekitar 7-8 minggu. Fase pemasakan umbi

memerlukan waktu 2-3 minggu. Perubahan

yang terjadi pada fase ini yaitu kulit umbi mulai terbentuk, berat kering umbi

maksimum, bagian atas tanaman berwarna

kekuningan dan mati. Jumlah waktu yang

dibutuhkan tanaman kentang untuk tumbuh

dan berkembang sekitar 13-20 minggu atau

90-140 hari.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2 Fase pertumbuhan tanaman

kentang; (a) Fase vegetatif; (b)

Inisiasi umbi; (c) Perbesaran

umbi; (d) pemasakan.

(Sumber: Lovatt 1997)

Page 14: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

3

2.1.2 Benih Kentang

Definisi benih tanaman berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia No.12

Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman

Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4, yaitu

benih tanaman, selanjutnya disebut benih,

adalah tanaman atau bagiannya yang

digunakan untuk memperbanyak dan atau

mengembangbiakkan tanaman. Beukema dan

Van der Zaag (1990) dalam Otroshy (2006),

menjelaskan bahwa kentang dapat diperbanyak dengan cara seksual (generatif )

dan aseksual (vegetatif). Dalam

perkembangbiakkan secara generatif, bibit

dapat diperoleh dari benih yang disemaikan.

Sementara perkembangbiakkan secara

vegetatif bibit dapat diartikan sebagai bagian

tanaman yang berfungsi sebagai alat

reproduksi, misalnya umbi. Umbi kentang

menyimpan cadangan makanan yang

dimanfaatkan untuk konsumsi maupun benih.

Kentang rentan terhadap berbagai penyakit yang menghasilkan produksi yang rendah dan

kualitas umbi yang buruk (FAO 2008).

Benih kentang dibudidayakan dengan

berbagai macam teknik, seperti dengan

penanaman konvensional dan teknik kultur

jaringan. Penanaman benih kentang secara

konvensional yakni yang dibudidayakan

dengan media tanah memiliki kelemahan

seperti membutuhkan area yang luas sekitar

1/3 wilayah tanam untuk produksi benih,

memiliki resiko yang tinggi terhadap penyakit, hama serta membutuhkan kontrol

intensif (Struik dan Wiersema 1999 dalam

Ortoshy 2006). Teknik perbanyakan dengan

sistem yang lebih modern yaitu dengan teknik

in vitro/kultur jaringan. Hasil dari produksi

dengan teknik tersebut yaitu plantlet berupa

tanaman sangat kecil (Struik dan Wiersema

1999 dalam Ortoshy 2006). Dengan teknik

kultur jaringan ini dapat dilakukan

perbanyakan benih secara massal yang

kemudian dilanjutkan dengan perbanyakan

cepat menggunakan stek. Tanaman yang dibudidayakan dengan teknik in vitro

ditumbuhkan dalam tabung gelas atau plastik

transparan. Teknik ini dikenal juga sebagai

mikro propagasi karena tanaman yang

dihasilkan berupa tanaman mini (Pitojo 2004).

Plantlet hasil kultur jaringan ditumbuhkan di

dalam tabung reaksi sehingga memiliki akar,

batang, daun dan tunas. Plantlet dapat

digunakan pada sistem budidaya dengan

teknologi aeroponik dan hidroponik (Struik

2008).

Gambar 3 Subkultur plantlet kentang yang

ditumbuhkan dalam tabung reaksi

(kiri) dan dalam gelas (kanan).

(Sumber: Pitojo 2004)

2.1.3 Varietas Kentang Menurut Setiadi (2009), tidak mudah

mendata varietas apa saja yang pernah

ditanam petani kentang Indonesia. Suatu

varietas dapat dibedakan antara satu dengan

yang lain melalui pendeskripsian yang jelas

dan benar (Sofiasari dan Kusmana 2007).

Saat ini Indonesia belum mampu

menghasilkan varietas kentang unggul.

Varietas kentang unggul di Indonesia,

menurut Wattimena et al. (2001), yaitu

kentang Granola yang dikonsumsi sebagai sayur dan kentang Atlantis yang dimanfaatkan

sebagai keripik (chip) dan kentang goreng

(fries). Dalam ECPD (The European

Cultivated Potato Database) (2011) varietas

Granola diketahui berasal dari Jerman.

Sedangkan varietas Atlantis dilepaskan pada

16 Juli 1976 oleh Agricultural Research

Service dari Departemen Pertanian Amerika

Serikat (Webb et al. 1978).

Salah satu hasil pengembangan varietas

unggul di Indonesia yaitu kentang varietas

Super John. Kentang Super John merupakan salah satu varietas unggulan lokal di daerah

Manado. Informasi tentang varietas ini masih

sangat terbatas. Dalam suatu blog (Hardjanto

2008), disebutkan bahwa varietas kentang

Super John muncul karena ditemukan oleh

seorang warga Manado bernama Jon

Walukow. Tahun 1992, Jon Walukow

menemukan satu pohon kentang Granola

yang setelah tiga kali musim tanam

mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari

yang lainnya. Kemudian dilakukan pengamatan dan setelah memasuki masa

panen ternyata tanaman kentang tersebut

belum menunjukkan tanda-tanda siap panen.

Masa pemanenan ditunda hingga tanaman

tersebut siap dipanen. Ketika dipanen ternyata

dari satu tanaman tersebut menghasilkan 25

umbi. Hasil tersebut lebih banyak dari hasil

tanaman kentang varietas Granola lainnya

yang hanya menghasilkan 10-15 umbi.

Kemudian Jon Walukow mengembangkan

kentang yang mengalami keanehan dari

Page 15: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

4

varietas Granola tersebut. Tahun 1999 bibit

kentang hasil pengembangannya sudah

tersebar luas pada masyarakat sekitarnya dan

menjadi produk andalan Kabupaten Minahasa.

Kentang Atlantis sudah banyak digunakan

oleh petani Indonesia. Keunggulannya

memenuhi kriteria sebagai dimanfaatkan

untuk kentang industri, karena kentang

Atlantis mampu menghasilkan lebih banyak

(48%) umbi berukuran 60 gr (Grade A) jika

dibandingkan dengan varietas lainnya (Setiadi 2009). Umbi kentang Atlantis berbentuk oval

hampir bulat, halus, rata-rata panjang 79.1

mm, lebar 73.2 mm, dan ketebalannya 60.7

mm dan daging kentang berwarna putih

dengan kulit bersisik bersih (Webb et al.

1978).

2.1.4 Faktor Lingkungan Tanaman

Kentang

Faktor lingkungan sangat mempengaruhi

proses pertumbuhan kentang yakni suhu, lama

penyinaran, intensitas cahaya, media tumbuh serta kelembaban (Smith 1968). Menurut

Lovatt (1997), tanaman kentang pada setiap

fase menghendaki nilai suhu berbeda-beda.

Pada fase vegetatif, suhu sekitar 25°C

tanaman akan mempunyai pertumbuhan

vegetatif yang baik akan tetapi pertumbuhan

umbi akan terhambat. Batang, daun dan akar

kentang dapat tumbuh lebih cepat (Smith

1968). Pada fase inisiasi dan pembesaran

umbi, suhu ideal pembentukan umbi 15-20°C

(Lovatt 1997). Kombinasi suhu rendah dengan penyinaran matahari yang relatif pendek dapat

berpengaruh baik terhadap pembentukan dan

perkembangan umbi kentang (Gunawan

2009).

Kelembaban rata-rata tanaman kentang

yakni sekitar 80-90% (Sunarjono 2007).

Menurut Gunawan (2009), kelembaban

berpengaruh terhadap evapotranspirasi yaitu

tenaga pengisap untuk mengangkat air dan

hara (nutrisi) dari akar ke tajuk tanaman. Bila

kelembaban udara terlalu tinggi maka

evapotranspirasi akan kecil. Kelembaban yang tinggi dapat disebabkan oleh jarak tanam yang

terlalu rapat dan tajuk tanaman yang terlalu

rimbun, sehingga akan mengundang penyakit

cendawan. Apabila kelembaban terlalu

rendah, maka evapotranspirasi akan

meningkat. Air yang menguap akan lebih

banyak diserap oleh akar. Hal tersebut

berakibat sel tanaman kehilangan tekanan

turgor, jaringan mengkerut dan tanaman akan

menjadi layu.

Cahaya diperlukan oleh tanaman untuk melakukan proses fotosintesis, disamping

intensitas cahaya, lama pencahayaan akan

mempengaruhi jumlah energi matahari yang

sampai ke bumi (Gunawan 2009). Intensitas

cahaya merupakan jumlah cahaya yang

diterima pada setiap titik waktu (Runkle

2006). Menurut Chang (1968), intensitas

cahaya mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Tanaman memerlukan tingkat intensitas

cahaya yang berbeda-beda. Kentang

merupakan salah satu tanaman yang

memerlukan intensitas cahaya tinggi untuk

dapat tumbuh dengan baik. Pemberian cahaya akan mempengaruhi bentuk dan ukuran daun.

Photoperiod atau lama pencahayaan

merupakan durasi atau lama tanaman

mendapatkan cahaya sehari-hari (Chang

1968).

Intensitas cahaya diukur dengan lightmeter

(Hartmann et al. 1981). Lightmeter tersebut

sangat sensitif terhadap spektrum cahaya

kuning dan hijau. Satuan yang digunakan

untuk mengukur intensitas cahaya beragam.

Di negara Eropa satuan intensitas cahaya yang digunakan yaitu lux atau kilolux (Runkle

2006). Di Inggris dan Amerika digunakan

satuan footcandles. Selain lux, dan

footcandles satuan intensitas cahaya yang

sering digunakan adalah μmol/m2s, lm/m2,

dan W/m2. Satuan lux dan footcandle

bukanlah cara terbaik untuk mengekspresikan

kepekaan cahaya oleh tanaman akan tetapi

unit tersebut merupakan cara paling umum

untuk mengekspresikan intensitas cahaya

(Hartmann et al. 1981). Satuan W/m2 sering digunakan oleh peneliti untuk membahas unit

energi (Runkle 2006).

2.2 Sistem Aeroponik Tanaman Kentang

Menurut Sutiyoso (2003), aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan

ponus yang berarti daya sehingga aeroponik

merupakan media udara yang diberdayakan

untuk bercocok tanam. Dengan metode ini,

tanaman digantungkan pada suatu media

sehingga akar dari tanaman tersebut akan

menggantung di udara untuk mendapatkan air

dan nutrisinya (Roberto 2003).

Menurut Otazu (2010), aeroponik telah

dikembangkan untuk memproduksi benih

kentang yang dapat mengefektifkan biaya dan

menghasilkan benih yang berkualitas untuk dapat diakses oleh petani-petani kecil.

Aeroponik menawarkan potensi untuk

meningkatkan produksi dibandingkan dengan

metode konvensional ataupun metode

hidroponik. Aeroponik efektif memanfaatkan

ruang vertikal dari rumah kaca dan

keseimbangan kelembaban udara untuk

mengoptimalkan perkembangan akar, umbi-

Page 16: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

5

umbian, dan dedaunan. Dalam sistem tersebut,

bagian bawah untuk tempat akar tanaman,

merupakan bagian ruang yang gelap dan

tempat pemberian larutan nutrisi melalui

perangkat spray atau semprot. Teknologi

aeroponik yang digunakan untuk produksi

tanaman mempunyai beberapa kelemahan,

seperti: keamanan sistem pengairan yang

diberikan harus selalu diperhatikan untuk

menghindari kekurangan air, biaya

infrastruktur yang tinggi dan penggunaan teknologi tingkat tinggi (Ritter et al. 2000).

Berdasarkan penelitian Ritter et al. (2000),

jika dibandingkan dengan menggunakan

sistem hidroponik, tanaman kentang dalam

sistem aeroponik menunjukkan pertumbuhan

vegetatif yang meningkat cepat tetapi

pembentukan umbi yang lebih lama. Namun,

total produksi dengan sistem aeroponik lebih

tinggi sekitar 70% dan jumlah umbi lebih

tinggi 2,5 kali lipat dari sistem hidroponik.

Gambar 4 Sistem aeroponik.

(Sumber: Otazu 2010)

Dalam melakukan teknik aeroponik

diperlukan komponen pendukung yang

tergabung dalam suatu sistem (Gambar 4).

Selain itu diperlukan juga manajemen khusus

dalam pelaksanaannya. Sistem jarak tanam, durasi penyemprotan, dan nutrisi yang

dibutuhkan harus disesuaikan dengan

kebutuhan tanaman. Menurut Otazu (2010),

dalam pola distribusi penanaman yang

pertama dapat dilakukan untuk 994 tanaman

pada 80 m2 dengan efisiensi ruang sekitar

63% atau 12,4 tanaman/m2 ruang rumah kaca,

dengan asumsi menggunakan kepadatan 20

tanaman/m2. Jarak tanam yang digunakan

akan sangat mempengaruhi jangkauan dari

pengkabutan/pengairan yang dilakukan nebulizer (alat pembuat kabut). Jangkauan

tersebut dapat efektif mencapai radius 50 cm

dari pusat nebulizer. Lebar kotak aeroponik

dan jarak tanam sangat perlu diperhatikan

untuk kebutuhan penjangkauan kabutnya.

Agrihouse Inc. (2003) menyebutkan

bahwa interval untuk melakukan

penyemprotan nutrisi dengan dikabutkan

(waktu antara air/aplikasi nutrisi) dan durasi

(waktu dari aplikasi semprot) dikendalikan

oleh sistem Hydro Control Unit. Proses

tersebut telah dipatenkan dengan

menggunakan tekanan air yang tinggi untuk

memberikan air/nutrisi/auxins bagi tanaman dalam ruang aeroponik. Proses penyemprotan

dengan sistem pengkabutan dilakukan

sepenuhnya mengelilingi tanaman dalam

ruang (bawah akar). Kekuatan semprot

diperlukan untuk membersihkan tanaman

yang menjaga agar tetap segar sehingga dapat

menyebabkan perkembangan dengan cepat.

Interval semprot memberikan periode oksidasi

yang diperlukan untuk pengembangan akar.

Durasi semprot dapat memberikan

kelembaban yang diperlukan. Kondisi tersebut dapat untuk mengoptimalkan

produksi biomassa dan disesuaikan dengan

tingkatan cahaya yang tepat dan suhu yang

dibutuhkan.

2.3 Kebutuhan Cahaya Tanaman dalam

Ruang

Pertumbuhan tanaman dalam lingkungan

buatan dapat dilakukan dengan baik apabila

diberikan pencahayaan buatan yang tepat

(Hartmann et al. 1981). Sebagai pengganti kebutuhan cahaya matahari untuk

dimanfaatkan oleh tanaman didalam ruang,

diperlukan sumber cahaya yang memenuhi

kriteria spektrum cahaya tanaman. Pemakaian

tipe lampu tertentu harus sesuai dengan

sasaran penyinaran tanaman (Tabel 1).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman

kentang sangat cocok menggunakan lampu

fluorescent yang dapat membantu proses

pembentukan umbi.

Keuntungan dari penggunaan lampu

fluorescent menurut Hartmann et al. (1981) adalah distribusi cahaya yang menjamin

pertumbuhan tanaman lebih seragam dan hasil

cahaya tampak relatif lebih tinggi. Hartmann

et al. (1981) juga menyebutkan bahwa

meskipun lampu ini masih sangat lemah jika

dibandingkan dengan sinar matahari, dengan

menghidupkan lampu lebih lama dari panjang

hari oleh sinar matahari serta ditambah

reflektor cahaya agar sebanyak mungkin

diserap tanaman akan mengimbangi

kebutuhan cahaya tanaman. Selain itu hal tersebut dapat memaksimalkan kebutuhan

spektrum cahaya oleh tanaman dan

Page 17: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

6

mengurangi spektrum cahaya yang terbuang.

Reflektor cahaya sangat berguna bagi

pertumbuhan tanaman. Reflektor yang

berwarna putih atau kaca dapat memantulkan

sampai 90% cahaya yang dikeluarkan oleh

lampu (Hartmann et al. 1981).

Tabel 1 Kecocokan tipe lampu untuk berbagai

sasaran penyinaran tanaman

Sasaran Penyinaran Tipe Lampu

Menambah penyinaran

untuk mempercepat

fotosintesis

1. Mercury

(HO)

2. Mercury

Fluorescent (HPL)

3. Fluorescent

(“TL”)

Penambahan panjang

hari

1. Fluorescent

(“TL”)

2. Tungsten

Pengisian umbi-umbian

dan pembungaan semak

belukar

1. Fluorescent

(“TL”)

2. Tungsten

Budidaya tanpa memakai

cahaya matahari

1. Mercury

Fluorescent

(HPL)

2. Fluorescent

(“TL”)

3. Tungsten

(Sumber: Veen dan Meijer 1962 dalam Husin

1985)

Aeroponics International (2010)

menjelaskan bahwa semakin tinggi daya

lampu (dalam watt), tanaman harus lebih jauh

dari sumber cahaya untuk mencegah stress

panas lingkungan yang dapat menyebabkan

transpirasi tanaman terlalu cepat. Transpirasi

berlebihan dapat mengeringkan tanaman yang

mengarah ke pertumbuhan layu. Sebaliknya

jika tanaman jauh dari sumber cahaya akan

mengalami kekurangan energi. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam

melakukan produksi tanaman dalam ruang

maka harus menyesuaikan kebutuhan tanaman

seperti sumber energi cahaya maupun variabel

lingkungan lainnya.

III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Agrometeorologi Departemen Geoifisika dan

Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dilakukan pada bulan Februari

hingga bulan Agustus 2011.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan pada

penelitian ini, yaitu:

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini

antara lain:

1. Bibit kentang kultur jaringan (plantlet)

varietas Atlantis dan Super John

2. Larutan nutrisi AB-mix untuk tanaman

hidroponik 3. Air

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini

antara lain:

a. Pompa (Dinamo Wiper)

b. Nozzle (Tipe L-1)

c. Box plastik (95 liter)

d. Kasa parabola

e. Corong plastik

f. Slang aquarium dan slang 3½” g. Ember

h. Lampu fluorescent (Philips) 40 W

i. Reflektor cahaya (kertas mengkilap warna

putih/alumunium)

j. Catu daya

k. Automatic timer (Heles)

l. Seperangkat elektronik

m. Pendingin ruang (Air Conditioner/AC)

n. Potongan bambu kecil (penegak tanaman)

o. Luxmeter untuk mengukur intensitas

cahaya.

3.3 Metode Penelitian

Pada penelitian ini digunakan dua faktor

yang diamati, yaitu:

1. Varietas

a. Varietas Atlantis

b. Varietas Super John

2. Lama pencahayaan

a. Pencahayaan 12 jam

b. Pencahayaan 24 jam

Perlakuan pencahayaan 12 jam dimulai

dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore sedangkan dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi tidak

diberikan pencahayaan. Pada perlakuan

pencahayaan selama 24 jam, lampu TL

dinyalakan terus menerus (24 jam) selama

pertumbuhan.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan empat

tahapan yaitu: perancangan sistem media

aeroponik, aklimatisasi plantlet, penanaman

kentang dan pengukuran.

Page 18: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

7

3.4.1 Perancangan Sistem Media

Aeroponik

a. Merangkai sprinkler dengan selang

plastik.

Sprinkler ditegakkan dengan bantuan

corong plastik. Kemudian rangkaian sprinkler

dipasang pada box yang akan digunakan.

Gambar 5 Desain rangkaian sprinkler.

b. Pembuatan lubang tanam pada

tutup box. Tutup box dibuat lubang sejumlah 16

dengan diameter 3 cm. Setiap lubang dipasang

kasa untuk menahan media penegak tanaman.

Kasa tersebut dilapisi rockwool dan tanah

yang sudah disterilkan dengan uap air selama

4 jam.

Gambar 6 Jarak lubang pada tutup box.

c. Pembuatan timer pompa dan

pemasangan timer lampu.

Menurut Farran dan Mingo-Castell (2006)

dalam Otazu (2010) interval waktu yang

digunakan untuk melakukan penyemprotan

aeroponik yaitu 10 detik setiap 20 menit.

Interval semprot dan durasi dapat disesuaikan

untuk kebutuhan lingkungan spesifik dari

tanaman yang ditanam dalam sistem aeroponik.

Rangkaian timer dihubungkan ke pompa

untuk mengatur durasi penyemprotan nutrisi.

Durasi penyemprotan yang digunakan adalah

13 detik per 7 menit atau setiap 7 menit sekali,

pompa akan menyemprotkan air berisi nutrisi

selama 13 detik (Gambar 7).

Gambar 7 Durasi semprot.

Pengatur waktu (timer) juga digunakan

untuk mengatur lama penyinaran lampu TL

menggunakan automatic timer. Lampu diatur

menyala 12 jam dan mati 12 jam pada

perlakuan pencahayaan selama 12 jam.

Gambar 8 Timer untuk lampu.

d. Merangkai sistem pengairan dengan

mencampur nutrisi yang diperlukan.

Air dan nutrisi yang berada pada ember

akan disemprotkan melalui sprinkler dengan

cara dipompa. Air tersebut akan membasahi

akar tanaman kemudian air dan nutrisi yang tidak terserap oleh tanaman akan di alirkan

melalui selang kembali ke ember.

Gambar 9 Rangkaian aeroponik.

e. Merangkai lampu percobaan pada

dua perlakuan. Sistem aeroponik yang digunakan pada

penelitian ini (Gambar 10) pada awal

perancangan adalah sebagai berikut:

1. Empat box tanaman (dua box varietas

Atlantis dan dua box varietas Super

John) dengan 4 x 40 W lampu jenis

fluorescent selama 12 jam

pencahayaan dengan jarak

pencahayaan 30 cm dari sumber

cahaya.

2. Empat box tanaman (dua box varietas

Atlantis dan dua box varietas Super John) dengan 4 x 40 W lampu jenis

fluorescent selama 24 jam

pencahayaan dengan jarak

pencahayaan 30 cm dari sumber

cahaya.

3. Dua box tanaman (satu box varietas

Atlantis dan satu box varietas Super

John) dengan 2 x 40 W lampu jenis

fluorescent dengan jarak 35 cm dari

sumber cahaya.

4. Memasang reflektor cahaya lampu diatas lampu yang sudah dipasang.

Page 19: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

8

Luas satu box tanaman 64 cm x 46 cm

= 2944 cm2

= 0,3 m2

Luas empat box

tanaman

4 x 0,3 m2

=1,2 m2

Lampu untuk empat

box

=4 x 40 W

= 160 W

3.4.2 Aklimatisasi Plantlet

Proses aklimatisasi merupakan

penyesuaian bibit kentang dari proses kultur

jaringan (invitro) ke kondisi lingkungan. Usia

plantlet yang digunakan adalah tujuh hari.

Plantlet yang masih dalam botol dikeluarkan dan ditanam dalam media tanam yang

komposisinya terdiri atas tanah : cocopeat :

sekam : kompos yaitu 3 : 2 : 2 : 1 kemudian

diletakkan pada suhu ruang dengan kondisi

box ditutup dengan plastik. Proses ini

dilakukan di laboratorium BrMC SEAMEO-

BIOTROP, Bogor selama tujuh hari. Plantlet-

plantlet tersebut kemudian dipindahkan ke

media tanam aeroponik di laboratorium

Agrometeorologi selama 30 hari dengan

ditutup menggunakan gelas plastik bening.

3.4.3 Penanaman Kentang

Kentang ditanam dengan populasi 16 bibit

tanaman kentang (plantlet) per box. Jenis

kentang yang ditanam adalah varietas Atlantis

dan varietas Super John masing-masing 5

(box) x 16 (bibit).

3.4.4 Pengukuran

a. Kondisi lingkungan

Pengukuran unsur iklim yang dilakukan

untuk mengetahui kondisi lingkungan dalam

ruang pertumbuhan tanaman yaitu intensitas

cahaya. Pengukuran intensitas cahaya

dilakukan rutin setiap hari pada pukul 10.00 WIB. Pengukuran intensitas cahaya

menggunakan luxmeter yang menghasilkan

nilai intensitas cahaya dengan satuan lux.

Untuk mendapatkan hasil intensitas cahaya

dalam satuan W/m2 dilakukan konversi lux ke

W/m2, yaitu 1 lux = 0.0079 W/m2.

Selain itu, diperlukan data suhu dan

kelembaban yang dirujuk pada penelitian yang

dilakukan Simangunsong (2011) pada objek

penelitan yang sama akan tetapi berbeda

kajian yang dibahas.

b. Pertumbuhan tanaman

Pengukuran yang dilakukan terhadap

pertumbuhan tanaman yaitu jumlah daun.

Jumlah daun dihitung dengan cara manual.

Dari rataan sampel tanaman yang digunakan.

Gambar 10 Skema penataan sistem aeroponik dalam Laboratorium Agrometeorologi.

Keterangan:

Box plastik 95 liter Aliran air yang didorong pompa

Ember penampungan air Aliran air buangan menuju ke ember

(dilengkapi pompa)

Lampu Fluorescent 40W Slang plastik aquarium

12 jam 24 jam

Page 20: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lingkungan Ruang

Pertumbuhan Kentang

Laboratorium Agrometeorologi yang

digunakan untuk melakukan penelitian

aeroponik kentang diatur sedemikian rupa

untuk mendapatkan iklim mikro yang

memungkinkan tanaman kentang dapat

tumbuh. Ketinggian tempat Laboratorium

Agrometeorologi, Kampus IPB, Darmaga, (± 201 m dpl.) tidak memungkinkan untuk

pertumbuhan tanaman kentang karena suhu

yang terlalu tinggi (20.0 – 33.0 oC). Tanaman

kentang menghendaki suhu antara 15.0 –

25.0˚C (Lovatt 1997). Untuk mengatasi hal ini

digunakan pendingin (Air Conditioner / AC)

yang dinyalakan terus menerus selama

penelitian berlangsung.

Suhu yang telah diukur selama 24 jam

memiliki rata-rata 22.6˚C. Nilai terendah dari

suhu yang terukur yaitu 20.0˚C pada pukul

06.00. Suhu tertinggi yaitu 26.5˚C pada pukul

16.00. Kisaran suhu di dalam ruangan

Laboratorium Agrometeorologi cukup

memenuhi kebutuhan suhu untuk

pertumbuhan tanaman kentang.

Berdasarkan pengukuran suhu udara setiap hari pada pukul 10.00 WIB, suhu di sekitar

media tumbuh kentang mempunyai rata-rata

21.3˚C. Pengambilan data unsur cuaca di

Laboratorium tempat percobaan dimulai saat

tanaman yang ditanam di media aeroponik

yaitu19 hari setelah tanam (HST) terhitung

setelah dilakukan aklimatisasi plantlet.

Gambar 11 Pola suhu dan RH diurnal Laboratorium Agrometeorologi.

(Sumber: Simangunsong 2011)

Gambar 12 Pola suhu pengamatan pukul 10.00 WIB.

(Sumber: Simangunsong 2011)

Page 21: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

10

Kelembaban udara (RH) yang diukur pada

Laboratorium Agrometeorologi berkisar

antara 48 - 53% (Gambar 11). Nilai RH di

Laboratorium Agrometeorologi tergolong

kering. Hal tersebut karena keberadaan AC

yang bersifat mengeringkan udara dalam

ruang. Udara yang relatif kering tersebut dapat

menyebabkan tanaman kentang layu saat awal

pertumbuhan, sehingga perlu ditutup dengan

gelas plastik untuk menjaga kelembaban udara

di sekitar tanaman. Kebutuhan nutrisi dan air pada sistem

aeroponik ini diperoleh dari penyemprotan

dengan durasi 13 detik setiap 7 menit yang

secara otomatis menyemprotkan air sehingga

membasahi akar tanaman. Dalam sistem

aeroponik ini, air yang tidak terserap oleh

tanaman akan kembali ke ember nutrisinya.

4.2 Perlakuan Intensitas dan Lama

Pencahayaan

Pengukuran intensitas cahaya menggunakan satuan lux. Nilai energi

cahaya matahari yang diterima tanaman biasa

dinyatakan dalam W/m2 Oleh sebab itu, perlu

dilakukan konversi satuan dari lux menjadi

W/m2 untuk mengetahui satuan energi cahaya

yang diterima oleh tanaman kentang tersebut.

Lampu untuk membuat cahaya buatan

menggunakan lampu jenis fluorescent (TL)

berdaya 40 W dengan jarak lampu dari

tanaman sekitar 30 cm.

Pada penelitian ini, pengukuran intensitas cahaya dilakukan untuk mengukur intensitas

cahaya yang diterima oleh semua tanaman.

Total lampu yang digunakan untuk penelitian

ini adalah delapan lampu untuk pengukuran

dan dua lampu untuk tanaman tanpa perlakuan

sebagai tanaman contoh untuk bahan kalibrasi

hubungan antara luas dengan berat daun.

Tanaman tanpa perlakukan ini kemudian tidak

dapat digunakan sebagai kalibrasi,

dikarenakan semua tanaman mati. Daya

lampu yang digunakan pada pengukuran yaitu

8 x 40 W sehingga total daya lampu 320 W

digunakan untuk area tanam 2 x 1.2 m2 = 2,4

m2 merupakan luasan kedua perlakuan

pencahayaan. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan

tiap hari yakni pada pukul 10.00 WIB.

Pengukuran intensitas cahaya dilakukan pada

titik tengah dan ujung box tanaman yang

mewakili tanaman dalam mendapatkan

cahaya. Intensitas yang terukur pada titik

tengah pengamatan memiliki nilai tertinggi

sekitar 1750 lux atau 13.8 W/m2, sedangkan

intensitas terendah adalah 728 lux atau 5.8

W/m2 pada ujung/tepi box. Terlihat bahwa

sebaran nilai intensitas sangat beragam, namun nilai rata-rata relatif konstan (Gambar

13). Rata-rata tanaman kentang mendapatkan

energi sekitar 1149 lux atau 9 W/m2.

Perbedaan yang sangat tinggi dari cahaya

yang diterima oleh tanaman pada titik tengah

dengan ujung disebabkan oleh perbedaan

jarak terhadap sumber cahaya. Hal ini

diperkuat oleh pernyataan Hartmann et al.

(1981) bahwa intensitas yang didapatkan akan

semakin kecil dengan semakin jauh lokasi

pengambilan data. Nilai Kebutuhan cahaya kentang dalam ruang pertumbuhan buatan ini

sangat jauh dari tingkat kejenuhan cahaya

tanaman kentang di lapangan yaitu 313.65

W/m2 (Chang 1968).

Gambar 13 Intensitas cahaya (W/m2) yang diterima oleh tanaman kentang.

(Selang pengukuran berkisar antara maksimum dan minimum; titik adalah nilai rata-rata)

Page 22: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

11

Kebutuhan cahaya tanaman juga

dipengaruhi oleh lama pencahayaan yang

diberikan. Lama pencahayaan yang diberikan

pada penelitian ini yakni lampu dinyalakan

selama 24 jam penuh (24-h/24 hours

pencahayaan) dan lampu hanya dinyalakan

selama 12 jam (12-h pencahayaan). Ketika

tanaman diberikan perlakuan 12-h

pencahayaan, tanaman kentang mengalami

pertumbuhan yang sangat lambat. Hal tersebut

disebabkan karena cahaya yang digunakan untuk melakukan fotosintesis sangat terbatas.

Tidak sepenuhnya tanaman yang mendapat

perlakuan 12-h pencahayaan tidak

mendapatkan cahaya ketika lampu

dipadamkan. Tanaman tersebut masih

mendapatkan sedikit cahaya lampu yang

berasal dari lampu yang masih dinyalakan

selama 24-h meskipun jumlahnya sangat

kecil. Kedua perlakuan tersebut dibatasi oleh

sekat sehingga pencahayaan 24-h tidak terlalu

mempengaruhi tanaman dengan perlakuan 12-h pencahayaan.

4.3 Pengaruh Intensitas dan Lama

Pencahayaan terhadap Pertumbuhan

Kentang

Pada saat penanaman di media aeroponik,

terlihat bahwa kualitas plantlet (bibit kentang

kultur jaringan) varietas Atlantis lebih baik

dari Super John. Hal tersebut dapat

dibandingkan dari tingkat kehijauan tanaman,

tinggi batang, jumlah daun, dan kondisi akar. Plantlet varietas Atlantis memiliki batang

yang relatif kuat, warna hijau tua, daun lebih

banyak berwarna hijau tua serta kondisi akar

yang sudah cukup panjang. Batang plantlet

varietas Super John berwana hijau muda

kekuningan dan masih banyak yang belum

tumbuh daunnya.

Pertumbuhan tanaman merupakan

perubahan ukuran (massa, luas, tinggi dan

jumlah) selama musim pertumbuhan tanaman

(Handoko 1994). Indikator pertumbuhan

tanaman yang digunakan yaitu jumlah daun.

Nilai 0 jumlah daun menunjukkan bahwa

tanaman tersebut telah mati. Telah diketahui

bahwa intensitas cahaya yang diterima rata-

rata yaitu 9 W/m2. Dengan intensitas cahaya

tersebut kebutuhan cahaya tanaman kentang

tidak terpenuhi secara optimal sehingga

berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang

kurang baik. Terlihat dari Gambar 14 bahwa terjadi penurunan yang tajam pada jumlah

daun varietas Atlantis dengan perlakuan 12-h.

Begitu juga untuk varietas Super John

(Gambar 15), laju kematian dari varietas

Super John lebih cepat dibandingkan Atlantis.

Tanaman kentang varietas Super John yang

ditanam dengan perlakuan 12-h pencahayaan

mati 16 hari lebih cepat dibandingkan varietas

Atlantis dengan perlakuan yang sama.

Tanaman tersebut mati karena cahaya yang

diberikan sangat rendah dengan pencahayaan selama 12 jam. Pada varietas Atlantis 24-h

pencahayaan, jumlah daun relatif stabil

sedangkan untuk varietas Super John terjadi

penurunan jumlah daun. Selain dipengaruhi

oleh lama pencahayaan yang diberikan,

varietas juga menentukan tingkat

pertumbuhan tanaman. Hal tersebut terlihat

dari varietas Super John yang lebih cepat

jumlah penurunan daun dibanding varietas

Atlantis. Pada Gambar 15 data jumlah daun

varietas Super John dilakukan pengukuran dari data 20 HST. Pengukuran yang dilakukan

pada varietas Super John sehari lebih lambat

dari pengukuran varietas Atlantis. Hal tersebut

karena kondisi tanaman kentang varietas

Super John masih membutuhkan proses

aklimatisasi yang lama dibandingkan dengan

tanaman kentang varietas Atlantis.

Gambar 14 Penurunan jumlah daun varietas Atlantis.

Page 23: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

12

Gambar 15 Penurunan jumlah daun varietas Super John.

Suhu yang tinggi jika ditambah dengan

insentitas cahaya yang kurang akan

menghasilkan pertumbuhan yang rendah dan tanaman yang panjang serta kecil (Hartmann

et al. 1981). Dalam ruang pertumbuhan

tanaman (Laboratorium Agrometeorlogi)

suhu udara relatif tidak terlalu tinggi, namun

cahaya yang sangat rendah (rata-rata 9 W/m2)

yang menjadi kendala utama pertumbuhan

tanaman kentang pada percobaan aeroponik

ini. Hal ini dibuktikan bahwa pemberian

cahaya 24 jam ternyata mengurangi laju

kematian tanaman dibandingkan dengan

tanaman pada perlakuan cahaya 12 jam.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Lingkungan buatan untuk ruang

pertumbuhan perlu memperhatikan aspek

pendukung yang memenuhi syarat iklim

tanaman tersebut. Kentang (Solanum

tuberosum L.) menghendaki suhu udara yang

rendah, RH yang tidak terlalu rendah dan

intensitas yang cukup. Dalam melakukan percobaan menanam benih kentang varietas

Atlantis dan varietas Super John di dalam

Laboratorium Agrometeorologi diperlukan

pendingin ruan (AC) untuk mendapatkan suhu

yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman

kentang. Selain itu, pencahayaan buatan

dengan menggunakan lampu fluorescent (TL)

40 W.

Suhu udara dalam ruangan tidak terlalu

menjadi kendala (20.0 - 26.5 oC), namun

kelembaban udara (RH) relatif rendah (48 -

53%) dan intensitas cahaya sangat rendah

(rata-rata 9 W/m2) menjadi kendala

pertumbuhan tanaman.

Perbedaan perlakuan lama pencahayaan (12 dan 24 jam) mempengaruhi respon

pertumbuhan tanaman kentang. Selain itu

kondisi bibit yang digunakan serta varietas

juga mempengaruhi respon pertumbuhan

tanaman tersebut.

5.2 Saran

Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan di

rumah kaca di dataran tinggi untuk

mendapatkan intensitas cahaya dari matahari

serta suhu sesuai untuk tanaman kentang. Namun apabila masih dilakukan penelitian di

dalam ruangan, perlu lampu (sumber cahaya)

yang dapat memenuhi kebutuhan cahaya

(sesuai dengan jenis tanaman). Selain itu perlu

adanya humidifier (penjaga kelembaban) agar

kelembaban tidak terlalu kering untuk ruang

ber-AC.

DAFTAR PUSTAKA

Aeroponics International. 2010.

Understanding light energy for

plant growth. Dalam

http://www.aeroponics.com/aero65.

htm [10 Maret 2011]

Agrihouse Inc. 2003. Genesis series aeroponic

system. Dalam

http://www.biocontrols.com/aero18

b.html [10 Maret 2011]

[BPTP-Jatim]. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Jawa Timur. 2010. Ketersediaan benih kentang. Dalam

Page 24: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

13

http://jatim.litbang.deptan.go.id [12

Juni 2011]

Chang JH. 1968. Climate and Agriculture. An

Ecological Survey. Aldine.

Chicago.

[CIP]. International Potato Centre. 2011.

Potato in tropical and subtropical

highlands. Dalam

http://www.cipotato.org/ [9

Agustus 2011]

Dimyati A. 2002. Research priorities for potato in Indonesia. Progress in

Potato and Sweetpotato Research in

Indonesia. Proceedings of the CIP-

Indonesia Research Review

Workshop. Bogor.

[ECPD]. The European Cultivated Potato

Database. 2011. Granola. Dalam

http://www.europotato.org/display_

description.php?variety_name=Gr

anola [9 Agustus 2011]

Falah M. 2006. Prespektif pertanian dalam lingkungan yang terkontrol. Inovasi

Online edisi vol.6/XVIII/Maret

2006.

[FAO]. Foods and Agriculture Organisation.

2008. International year of the

potato. Dalam

http://www.potato2008.org/en/potat

o/index.html [7 Maret 2011].

Gunawan dan Afrizal D. 2009. Teknologi

aeroponik terobosan perbanyakan

cepat benih kentang. Iptek Hortikultura No.5 – September

2009.

Gunawan H. 2009. Inovasi baru perbanyakan

bibit kentang G-0 sistem aeroponik.

Pusat Inkubator Agribisnis BBPP

Lembang, 2 Februari 2009.

Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Pustaka

Jaya: Jakarta.

-------------. 1994. Dasar Penyusunan dan

Aplikasi Model Simulasi Komputer

untuk Pertanian. Jurusan Geofisika

dan Meteorologi-FMIPA-IPB. Bogor.

Hardjanto YS. 2008. Super Jon: Buah dari

kecermatan. Dalam

http://kabarhijau.blogspot.com/200

8/07/super-jon-buah-dari-

kecermatan.html [9 Maret 2011]

Hartmann HT, Flocker WJ, Kofranek AM.

1981. Plant Science. Growth,

Development, and Utilization of

Cultivated Plant. Prentice-Hall, Inc.

Englewood Cliffs. New Jersey.

Husin C. 1985. Pengaruh penambahan

panjang hari dengan cahaya lampu

fluorescent terhadap produksi

Alfalfa (Medicago sativa L.)

[Skripsi]. Bogor: Jurusan Geofisika

dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Institut Pertanian Bogor.

Lovatt JL. 1997. Potato Information Kit. The

Agrilink Series. The State of

Queensland, Departemen of

Primary Industries. Australia

Muhibuddin A, Zakaria B, Baharudin dan

Enny L. 2009. Pengembangan

formulasi unsur hara pada produksi

benih kentang hasil kultur jaringan

dengan teknologi aeroponik. Jurnal Sains & Teknologi, Agustus 2009,

Vol. 9 No. 2 : 87-96.

Otazu V. 2010. Manual on Quality Seed

Potato Production Using

Aeroponics. International Potato

Center (CIP), Lima, Peru.

Otroshy M. 2006. Utilization of tissue culture

techniques in a seed potato tuber

production sheme [PhD Thesis].

Wageningen University.

Netherlands.

Pitojo S. 2004. Benih Kentang. Kanisius:

Yogyakarta.

Ritter E, Angulo B, Herran C, Relloso J, Jose

MS. 2000. Comparison of

hidroponic and aeroponic

cultivation systems for the

production of potato minitubers.

Potato research 44 (2001) 127-135.

Roberto K. 2003. How to Hidroponics Fourth

Edition. The Futuregarden Press

Advision of Futuregarden, Inc.

New York.

Runkle E. 2006. Light it Up!. GPN Magazine

July 2006.

Setiadi. 2009. Budidaya Kentang +Berbagai

Pilihan Varietas dan Pengadaan

Benih. Penebar Swadaya: Depok.

Shock C, Clinton dan Pereira AB. 2005. A

review of agrometeorology and

Page 25: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

14

potato production. Paper on chapter

13E.

Smith O. 1968. Potatoes: Production, Storing,

Processing. The Avi Publishing

Company, Inc. Westport,

Connecticut.

Simangunsong LP. 2011. Kehilangan Air

Tanaman kentang (Solanum

tuberosum L.) dengan Sistem

Aeroponik. Personal

Communication. Departemen Geofisika dan Meteorologi,

FMIPA-IPB.

Sofiasari E dan Kusmana. 2007. Karakterisasi

Kentang Varietas Granola, Atlantic,

dan Balsa dengan metode UPOV.

Buletin Plasma Nutfah Vol.13 No.

1 Th. 2007.

Struik PC. 2008. The canon of potato science:

minitubers. Potato research (2007)

50:305-308.

Sunarjono. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Agromedia Pustaka:

Jakarta.

Sutiyoso Y. 2003. Aeroponik sayuran.

Budidaya dengan sistem

pengabutan. Penerbit Penebar

Swadaya: Jakarta.

Thirakomen K. 2002. Humidity control for

tropical climate. ASHRAE

Thailand Chapter. Dalam

http://www.ashraethailand.org [10

Agustus 2011]

Wattimena GA, Purwito A., Machmud H.M,

dan Samanhudi. 2001. Perakitan

Varietas kentang Unggul Indonesia

secara Cepat dengan Metode

turunan Klonal biji Tunggal dan

Pra-Evaluasi secara In Vitro.

Buletin Agronomi Vol. 29 No. 3 :

78-84.

Webb RE, Wilson DR, Sumaker JR, Graves

B, Henninger MR, Watss J, Frank

JA, and Murphey HJ. 1978.

Atlantic: A new potato variety with high solids good processing quality,

and resistance to pets. American

Potato Jurnal Vol. 55 : 141-145.

Page 26: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

15

LAMPIRAN

Page 27: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

16

Lampiran 1 Data suhu pengukuran pukul 10.00 WIB

No Tanggal HST Suhu (˚C)

Rataan Simpangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 09 Juli 2011 19 19.8 20.0 19.8 19.7 19.7 20.0 20.3 20.3 20.3 20.2 20.0 0.2

2 10 Juli 2011 20 20.8 21.1 21.0 21.0 21.1 21.2 21.3 21.3 21.3 21.3 21.1 0.2

3 11 Juli 2011 21 21.1 21.2 21.3 21.3 21.3 21.2 21.4 21.4 21.5 21.5 21.3 0.1

4 12 Juli 2011 22 21.1 21.4 21.3 21.4 21.4 21.8 21.9 21.8 21.7 21.9 21.6 0.3

5 13 Juli 2011 23 21.0 21.2 21.3 21.3 21.3 21.3 21.6 21.5 21.6 21.5 21.3 0.2

6 14 Juli 2011 24 20.7 20.7 20.7 20.6 20.5 20.6 20.7 20.7 20.7 20.7 20.7 0.1

7 15 Juli 2011 25 21.1 21.2 21.4 21.4 21.2 21.4 21.5 21.4 21.3 21.5 21.3 0.1

8 16 Juli 2011 26 20.8 20.8 20.8 20.7 20.8 21.0 21.0 21.0 21.0 21.0 20.9 0.1

9 17 Juli 2011 27 20.9 21.0 21.0 20.9 20.9 20.9 20.9 21.0 20.9 20.9 20.9 0.0

10 18 Juli 2011 28 20.1 20.1 20.1 20.0 20.0 19.9 20.0 20.0 20.0 20.1 20.0 0.1

11 19 Juli 2011 29 21.2 21.0 21.3 21.2 21.1 21.1 21.2 21.2 21.1 21.3 21.2 0.1

12 20 Juli 2011 30 20.3 20.3 20.6 20.5 20.6 20.4 20.5 20.6 20.5 20.4 20.5 0.1

13 21 Juli 2011 31 22.0 22.2 22.3 22.3 22.1 22.1 22.2 22.3 22.2 22.2 22.2 0.1

14 22 Juli 2011 32 22.7 22.7 22.7 22.7 22.7 22.8 22.8 22.8 22.8 22.8 22.7 0.0

15 23 Juli 2011 33 21.0 21.0 21.0 21.0 21.0 21.3 21.4 21.4 21.4 21.2 21.2 0.2

16 24 Juli 2011 34 20.7 20.7 21.0 21.0 20.9 20.9 21.0 21.0 21.1 21.0 20.9 0.1

17 25 Juli 2011 35 21.9 22.0 22.0 22.0 21.9 21.8 22.0 22.0 21.9 22.2 22.0 0.1

18 26 Juli 2011 36 20.6 20.6 20.5 20.5 20.5 20.6 20.9 20.9 21.0 21.0 20.7 0.2

19 27 Juli 2011 37 21.5 21.6 21.7 21.7 21.6 22.0 22.1 22.1 22.1 22.4 21.9 0.3

20 28 Juli 2011 38 21.8 22.2 22.1 22.1 22.0 22.0 22.2 22.2 22.1 22.1 22.1 0.1

21 29 Juli 2011 39 21.6 21.8 21.9 22.2 22.4 22.2 22.3 22.3 22.4 22.2 22.1 0.3

22 30 Juli 2011 40 21.7 21.8 22.0 22.0 21.8 21.9 22.1 22.2 22.2 22.2 22.0 0.2

23 31 Juli 2011 41 21.3 21.3 21.6 21.6 21.5 21.7 21.8 21.9 21.8 21.7 21.6 0.2

24 01 Agustus 2011 42 20.7 21.1 21.0 21.0 21.1 20.8 21.2 21.1 21.1 21.3 21.0 0.2

25 02 Agustus 2011 43 21.2 21.2 21.6 21.6 21.6 21.7 21.8 21.9 21.7 21.8 21.6 0.3

26 03 Agustus 2011 44 22.0 22.0 22.6 22.6 22.6 22.7 22.9 23.0 22.8 22.8 22.6 0.3

27 04 Agustus 2011 45 19.0 19.1 18.8 18.8 18.7 19.0 19.1 19.3 19.2 19.4 19.0 0.3

28 05 Agustus 2011 46 22.5 22.9 22.9 22.8 22.8 22.9 23.2 23.2 23.0 23.0 22.9 0.2

29 06 Agustus 2011 47 20.6 20.3 20.8 20.7 20.7 20.6 20.7 20.9 21.0 21.0 20.7 0.2

30 07 Agustus 2011 48 20.6 20.6 21.2 21.2 21.1 20.6 21.2 21.2 21.3 21.3 21.0 0.3

31 08 Agustus 2011 49 20.6 20.5 20.8 20.7 20.7 20.9 20.8 21.1 21.0 20.9 20.8 0.2

32 09 Agustus 2011 50 21.7 22.0 22.2 21.8 21.9 21.8 22.0 22.0 22.0 21.8 21.9 0.1

Keterangan:

1,2,3...,10 = titik sampel pengamatan

Page 28: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

18

Lampiran 2 Data intensitas cahaya (lux) pukul 10.00 WIB

No Tanggal HST Intensitas Cahaya (Lux)

Maksimum Minimum Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 09 Juli 2011 19 1663 854 913 815 728 1638 882 1238 1100 803 1663 728 1063.4

2 10 Juli 2011 20 1663 1000 1028 972 948 1689 899 1320 1222 795 1689 795 1153.6

3 11 Juli 2011 21 1677 1057 1020 970 930 1616 983 1230 1212 970 1677 930 1166.5

4 12 Juli 2011 22 1636 1115 1000 950 830 1583 1043 1195 1193 945 1636 830 1149.0

5 13 Juli 2011 23 1656 980 863 837 835 1634 868 1208 1131 855 1656 835 1086.7

6 14 Juli 2011 24 1685 1233 900 958 961 1659 1065 1034 1133 872 1685 872 1150.0

7 15 Juli 2011 25 1620 942 932 862 858 1597 897 1231 1114 823 1620 823 1087.6

8 16 Juli 2011 26 1577 1065 1048 930 878 1616 1010 1200 1127 830 1616 830 1128.1

9 17 Juli 2011 27 1686 1133 1017 987 960 1697 1090 1214 1214 859 1697 859 1185.7

10 18 Juli 2011 28 1570 1110 1028 992 870 1628 997 1273 1232 898 1628 870 1159.8

11 19 Juli 2011 29 1647 1050 1065 950 870 1610 1007 1358 1169 950 1647 870 1167.6

12 20 Juli 2011 30 1668 1068 1012 930 980 1629 1096 1267 1163 902 1668 902 1171.5

13 21 Juli 2011 31 1662 998 956 878 869 1665 847 1141 1130 890 1665 847 1103.6

14 22 Juli 2011 32 1660 1121 1083 980 947 1650 991 1292 1122 965 1660 947 1181.1

15 23 Juli 2011 33 1748 1178 1040 1066 1033 1750 965 1290 1230 890 1750 890 1219.0

16 24 Juli 2011 34 1722 1220 1022 1008 988 1729 1002 1395 1255 965 1729 965 1230.6

17 25 Juli 2011 35 1595 970 990 915 823 1573 910 1222 1077 832 1595 823 1090.7

18 26 Juli 2011 36 1644 1062 960 990 949 1637 940 1262 1096 938 1644 938 1147.8

19 27 Juli 2011 37 1640 982 918 924 810 1671 950 1231 1024 824 1671 810 1097.4

20 28 Juli 2011 38 1638 943 960 961 828 1595 856 1182 1105 823 1638 823 1089.1

21 29 Juli 2011 39 1638 972 953 833 838 1620 953 1243 1026 837 1638 833 1091.3

22 30 Juli 2011 40 1685 1130 988 1075 1008 1703 1095 1360 1213 987 1703 987 1224.4

23 31 Juli 2011 41 1693 1089 933 1030 1045 1673 920 1335 1220 940 1693 920 1187.8

24 01 Agustus 2011 42 1632 996 961 962 862 1652 929 1238 1072 917 1652 862 1122.1

25 02 Agustus 2011 43 1601 1036 987 1129 926 1596 1006 1306 1175 878 1601 878 1164.0

26 03 Agustus 2011 44 1662 1056 1005 989 982 1613 983 1293 1117 902 1662 902 1160.2

27 04 Agustus 2011 45 1655 1045 1030 1048 1020 1611 974 1313 1185 982 1655 974 1186.3

28 05 Agustus 2011 46 1707 1098 973 888 859 1668 954 1292 1095 870 1707 859 1140.4

29 06 Agustus 2011 47 1688 1080 1050 984 933 1645 935 1315 1180 930 1688 930 1174.0

30 07 Agustus 2011 48 1660 1090 1018 1114 948 1675 975 1216 1202 960 1675 948 1185.8

31 08 Agustus 2011 49 1637 1073 1050 1030 1038 1591 1062 1324 1196 903 1637 903 1190.4

32 09 Agustus 2011 50 1607 989 937 840 838 1652 951 1210 1158 927 1652 838 1110.9

Keterangan:

1.2.3....10 = titik sampel pengamatan

17

Page 29: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

19

Lampiran 3 Data intensitas cahaya (W/m2) pukul 10.00 WIB

No Tanggal HST Intensitas Cahaya (W/m2)

Maksimum Minimum Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 09 Juli 2011 19 13.1 6.7 7.2 6.4 5.8 12.9 7.0 9.8 8.7 6.3 13.1 5.8 8.4

2 10 Juli 2011 20 13.1 7.9 8.1 7.7 7.5 13.3 7.1 10.4 9.7 6.3 13.3 6.3 9.1

3 11 Juli 2011 21 13.2 8.4 8.1 7.7 7.3 12.8 7.8 9.7 9.6 7.7 13.2 7.3 9.2

4 12 Juli 2011 22 12.9 8.8 7.9 7.5 6.6 12.5 8.2 9.4 9.4 7.5 12.9 6.6 9.1

5 13 Juli 2011 23 13.1 7.7 6.8 6.6 6.6 12.9 6.9 9.5 8.9 6.8 13.1 6.6 8.6

6 14 Juli 2011 24 13.3 9.7 7.1 7.6 7.6 13.1 8.4 8.2 9.0 6.9 13.3 6.9 9.1

7 15 Juli 2011 25 12.8 7.4 7.4 6.8 6.8 12.6 7.1 9.7 8.8 6.5 12.8 6.5 8.6

8 16 Juli 2011 26 12.5 8.4 8.3 7.3 6.9 12.8 8.0 9.5 8.9 6.6 12.8 6.6 8.9

9 17 Juli 2011 27 13.3 9.0 8.0 7.8 7.6 13.4 8.6 9.6 9.6 6.8 13.4 6.8 9.4

10 18 Juli 2011 28 12.4 8.8 8.1 7.8 6.9 12.9 7.9 10.1 9.7 7.1 12.9 6.9 9.2

11 19 Juli 2011 29 13.0 8.3 8.4 7.5 6.9 12.7 8.0 10.7 9.2 7.5 13.0 6.9 9.2

12 20 Juli 2011 30 13.2 8.4 8.0 7.3 7.7 12.9 8.7 10.0 9.2 7.1 13.2 7.1 9.3

13 21 Juli 2011 31 13.1 7.9 7.6 6.9 6.9 13.2 6.7 9.0 8.9 7.0 13.2 6.7 8.7

14 22 Juli 2011 32 13.1 8.9 8.6 7.7 7.5 13.0 7.8 10.2 8.9 7.6 13.1 7.5 9.3

15 23 Juli 2011 33 13.8 9.3 8.2 8.4 8.2 13.8 7.6 10.2 9.7 7.0 13.8 7.0 9.6

16 24 Juli 2011 34 13.6 9.6 8.1 8.0 7.8 13.7 7.9 11.0 9.9 7.6 13.7 7.6 9.7

17 25 Juli 2011 35 12.6 7.7 7.8 7.2 6.5 12.4 7.2 9.7 8.5 6.6 12.6 6.5 8.6

18 26 Juli 2011 36 13.0 8.4 7.6 7.8 7.5 12.9 7.4 10.0 8.7 7.4 13.0 7.4 9.1

19 27 Juli 2011 37 13.0 7.8 7.3 7.3 6.4 13.2 7.5 9.7 8.1 6.5 13.2 6.4 8.7

20 28 Juli 2011 38 12.9 7.4 7.6 7.6 6.5 12.6 6.8 9.3 8.7 6.5 12.9 6.5 8.6

21 29 Juli 2011 39 12.9 7.7 7.5 6.6 6.6 12.8 7.5 9.8 8.1 6.6 12.9 6.6 8.6

22 30 Juli 2011 40 13.3 8.9 7.8 8.5 8.0 13.5 8.7 10.7 9.6 7.8 13.5 7.8 9.7

23 31 Juli 2011 41 13.4 8.6 7.4 8.1 8.3 13.2 7.3 10.5 9.6 7.4 13.4 7.3 9.4

24 01 Agustus 2011 42 12.9 7.9 7.6 7.6 6.8 13.1 7.3 9.8 8.5 7.2 13.1 6.8 8.9

25 02 Agustus 2011 43 12.6 8.2 7.8 8.9 7.3 12.6 7.9 10.3 9.3 6.9 12.6 6.9 9.2

26 03 Agustus 2011 44 13.1 8.3 7.9 7.8 7.8 12.7 7.8 10.2 8.8 7.1 13.1 7.1 9.2

27 04 Agustus 2011 45 13.1 8.3 8.1 8.3 8.1 12.7 7.7 10.4 9.4 7.8 13.1 7.7 9.4

28 05 Agustus 2011 46 13.5 8.7 7.7 7.0 6.8 13.2 7.5 10.2 8.7 6.9 13.5 6.8 9.0

29 06 Agustus 2011 47 13.3 8.5 8.3 7.8 7.4 13.0 7.4 10.4 9.3 7.3 13.3 7.3 9.3

30 07 Agustus 2011 48 13.1 8.6 8.0 8.8 7.5 13.2 7.7 9.6 9.5 7.6 13.2 7.5 9.4

31 08 Agustus 2011 49 12.9 8.5 8.3 8.1 8.2 12.6 8.4 10.5 9.4 7.1 12.9 7.1 9.4

32 09 Agustus 2011 50 12.7 7.8 7.4 6.6 6.6 13.1 7.5 9.6 9.1 7.3 13.1 6.6 8.8

Keterangan:

1.2.3....10 = titik sampel pengamatan

18

Page 30: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

20

Lampiran 4 Data pengukuran RH dan TBK (suhu) 24 jam tanggal 03 Agustus 2011

Jam TBK TBB TBB* TBK-TBB* RH (%)

1 21.5 16.9 15.6 5.9 48

2 21.0 16.8 15.5 5.5 51

3 21.0 16.8 15.5 5.5 51

4 20.5 16.4 15.1 5.4 53

5 20.5 16.5 15.2 5.3 53

6 20.0 15.8 14.6 5.4 53

7 20.0 16.1 14.9 5.1 53

8 20.5 16.3 15.0 5.5 50

9 21.5 16.9 15.6 5.9 48

10 22.0 17.3 16.0 6.0 48

11 22.5 18.1 16.7 5.8 49

12 24.0 19.5 18.0 6.0 50

13 24.5 19.8 18.3 6.2 50

14 25.0 20.0 18.5 6.5 48

15 26.0 21.1 19.5 6.5 49

16 26.5 21.6 20.0 6.5 49

17 25.0 20.2 18.7 6.3 51

18 24.5 20.2 18.7 5.8 51

19 24.0 19.8 18.3 5.7 50

20 23.0 18.5 17.1 5.9 49

21 22.5 17.9 16.5 6.0 49

22 22.0 17.6 16.2 5.8 48

23 22.0 17.5 16.2 5.8 48

24 22.0 17.1 15.8 6.2 48

Keterangan:

TBK = Termometer Bola Kering. menunjukkan suhu udara di tempat tersebut

TBB = Termometer Bola Basah

RH = Relative Humidity / Kelembaban relatif TBB* = TBB setelah dilakukan kalibrasi alat (yang digunakan)

19

Page 31: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

21

Lampiran 5 Data jumlah daun varietas Atlantis

No Tanggal HST

Jumlah Daun Varietas Atlantis 12 Jam Pencahayaan Jumlah Daun Varietas Atlantis 24 Jam Pencahayaan

Box 1* Box 2* Rataan

Box 3* Box 4* Rataan

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

1 09 Juli 2011 19 11 16 6 4 9 14 15 3 6 14 4 3 9 12 9 4 10 13 6 16 19 17 12 7 18 12

2 10 Juli 2011 20 9 10 6 4 11 13 10 3 4 14 4 3 8 13 9 5 7 12 7 12 15 17 13 6 19 11

3 11 Juli 2011 21 11 9 6 4 9 10 7 3 6 14 4 3 7 10 10 4 9 12 7 10 24 17 14 6 20 12

4 12 Juli 2011 22 9 6 6 4 8 11 4 3 4 14 4 3 6 10 10 5 11 11 8 11 24 17 13 6 23 12

5 13 Juli 2011 23 8 4 0 0 3 9 0 0 3 6 3 2 3 10 7 4 7 13 6 10 15 15 14 6 20 11

6 14 Juli 2011 24 6 2 0 0 2 8 0 0 2 5 2 0 2 8 7 3 5 12 6 10 12 12 13 5 20 9

7 15 Juli 2011 25 6 3 0 0 2 8 0 0 2 13 2 0 3 9 8 3 5 12 6 11 13 13 14 7 23 10

8 16 Juli 2011 26 7 2 0 0 3 8 0 0 3 6 2 0 3 8 8 4 5 12 5 7 12 14 14 5 20 10

9 17 Juli 2011 27 8 0 0 0 3 7 0 0 3 7 0 0 2 10 8 5 3 15 7 9 14 16 15 6 24 11

10 18 Juli 2011 28 7 0 0 0 3 8 0 0 2 4 0 0 2 10 8 4 0 14 6 10 12 14 14 6 23 10

11 19 Juli 2011 29 3 0 0 0 2 9 0 0 2 2 0 0 2 8 9 4 0 13 6 9 12 18 15 4 25 10

12 20 Juli 2011 30 2 0 0 0 2 8 0 0 0 0 0 0 1 9 7 5 0 11 6 9 14 13 13 0 25 9

13 21 Juli 2011 31 2 0 0 0 2 9 0 0 0 0 0 0 1 10 10 5 0 12 6 10 14 15 14 0 25 10

14 22 Juli 2011 32 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 0 0 1 10 9 6 0 12 7 7 13 16 13 0 24 10

15 23 Juli 2011 33 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0 1 11 9 6 0 13 7 7 12 16 12 0 24 10

16 24 Juli 2011 34 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 1 12 9 5 0 14 8 7 11 17 12 0 24 10

17 25 Juli 2011 35 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 1 12 10 0 0 13 7 10 12 16 12 0 24 10

18 26 Juli 2011 36 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 1 12 10 0 0 13 7 10 18 18 15 0 26 11

19 27 Juli 2011 37 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 1 11 8 0 0 13 8 10 16 17 14 0 24 10

20 28 Juli 2011 38 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 1 11 8 0 0 12 8 11 17 16 12 0 25 10

21 29 Juli 2011 39 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 1 12 10 0 0 13 8 11 17 17 12 0 25 10

22 30 Juli 2011 40 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 1 12 7 0 0 12 9 11 17 19 12 0 25 10

23 31 Juli 2011 41 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 1 12 8 0 0 12 9 12 16 19 13 0 23 10

24 01 Agustus 2011 42 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 1 11 8 0 0 10 10 12 16 19 13 0 23 10

25 02 Agustus 2011 43 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 1 12 9 0 0 12 9 12 17 20 14 0 21 11

26 03 Agustus 2011 44 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 14 8 0 0 12 10 12 18 21 14 0 21 11

27 04 Agustus 2011 45 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 12 8 0 0 12 10 12 18 21 15 0 21 11

28 05 Agustus 2011 46 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 11 7 0 0 12 9 12 17 19 14 0 19 10

29 06 Agustus 2011 47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 7 0 0 13 9 13 17 19 14 0 18 10

30 07 Agustus 2011 48 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 7 0 0 13 9 13 17 18 14 0 17 10

31 08 Agustus 2011 49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 0 0 0 13 9 13 17 19 14 0 17 9

32 09 Agustus 2011 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 0 0 14 10 13 17 19 14 0 17 10

20

Page 32: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

22

Lampiran 6 Data jumlah daun varietas Super John

No Tanggal HST

Jumlah Daun Varietas SuperJohn

12 Jam Pencahayaan

Jumlah Daun Varietas SuperJohn

24 Jam Pencahayaan

Box 1* Box 2* Rataan

Box 3* Box 4* Rataan

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 10 Juli 2011 20 6 12 5 10 7 8 8 10 5 0 10 11 0 6

2 11 Juli 2011 21 8 13 8 11 8 10 10 10 4 0 10 11 0 6

3 12 Juli 2011 22 7 12 9 11 7 6 9 10 3 0 10 11 0 6

4 13 Juli 2011 23 4 11 4 8 4 5 6 8 3 0 6 11 0 5

5 14 Juli 2011 24 2 10 5 6 4 5 5 9 3 0 5 11 0 5

6 15 Juli 2011 25 2 7 5 7 2 7 5 11 0 0 9 11 0 5

7 16 Juli 2011 26 0 3 5 3 1 4 3 11 0 0 8 8 0 5

8 17 Juli 2011 27 0 4 4 0 1 4 2 11 0 0 8 8 0 5

9 18 Juli 2011 28 0 4 3 0 0 4 2 10 0 0 7 8 0 4

10 19 Juli 2011 29 0 0 2 0 0 2 1 6 0 0 6 7 0 3

11 20 Juli 2011 30 0 0 2 0 0 0 0 4 0 0 5 6 0 3

12 21 Juli 2011 31 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 4 5 0 2

13 22 Juli 2011 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 7 0 2

14 23 Juli 2011 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 7 0 2

15 24 Juli 2011 34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 8 0 2

16 25 Juli 2011 35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 6 0 2

17 26 Juli 2011 36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 8 0 2

18 27 Juli 2011 37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 6 0 2

19 28 Juli 2011 38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 6 0 2

20 29 Juli 2011 39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 4 0 2

21 30 Juli 2011 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 5 0 2

22 31 Juli 2011 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 5 0 2

23 01 Agustus 2011 42 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 2 0 1

24 02 Agustus 2011 43 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 1

25 03 Agustus 2011 44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 1

26 04 Agustus 2011 45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 1

27 05 Agustus 2011 46 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 1

28 06 Agustus 2011 47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 1

29 07 Agustus 2011 48 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 1

30 08 Agustus 2011 49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 1

31 09 Agustus 2011 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 1

Keterangan:

*) Masing-masing varietas memiliki 4 box tanaman. yaitu 2 box tanaman untuk masing-masing perlakuan

pencahayaan

Nilai 0 jumlah daun menunjukkan tanaman tersebut mati.

21

Page 33: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih
Page 34: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

24

Lampiran 7 Skema pengambilan titik sampel pengamatan

Keterangan:

A = Perlakuan 12 Jam pencahayaan lampu fluorescent

B = Perlakuan 24 Jam pencahayaan lampu fluorescent

X = Tanaman untuk kalibrasi*)

T1.T2.....T10 = titik pengambilan data suhu dan intensitas cahaya

p.q = Varietas Atlantis 12 jam pencahayaan

r.s = Varietas Atlantis 24 jam pencahayaan

k.l = Varietas Super John 12 jam pencahayaan

m.n=Varietas Super John 24 jam pencahayaan

1.2.3.4.5.6 = Sampel ulangan pengukuran

*) Tanaman mati sehingga tidak dilakukan pengukuran

22

Page 35: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

25

Lampiran 8 Dokumentasi penelitian

No Kegiatan Gambar

1 Persiapan Alat

Melubangi tutup box

bhbj

Pemasangan sprayer

Pemasangan lampu

Rangkaian timer pompa

Menyiapkan kasa penahan

tanaman

23

Page 36: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

26

Rangkaian sistem aeroponik

2 Persiapan bibit

kentang

Plantlet ditanam ditanah steril

Plantlet disungkup plastik

3 Penanaman kentang

ab

ab

Lubang tanam dilengkapi

rockwool

Tanaman disungkup

dengan gelas plastik

Tanaman disungkup dengan

gelas plastik

Plantlet dari Laboratorium

BrMC SEAMEO Biotrop

24 17

25 17

26 17

24

17

Page 37: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

27

4 Kondisi tanaman

awal penanaman

Tanaman kentang Varietas Atlantis

Tanaman kentang Varieras Super John

5 Kondisi Tanaman

Varietas Atlantis 12

Jam Pencahayaan

Kondisi tanaman masih bagus

Mati pada hari ke-32 HST

6 Kondisi Tanaman

Varietas Atlantis 24

Jam Pencahayaan

Kondisi tanaman bagus

Kondisi masih bagus hari ke-32 HST

25

17

Page 38: Respon Pertumbuhan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L ... · pertumbuhan tanaman yang digunakan adalah jumlah daun. Pencahayaan 24 jam mempengaruhi respon pertumbuhan yang lebih

28

7 Kondisi Tanaman

Varietas Super John

12 Jam Pencahayaan

Pada awal penanaman kondisi tanaman

tidak terlalu bagus.

Kondisi banyak yang sudah mati hari ke-32 HST

8 Kondisi Tanaman

Varietas Super

Johns 24 Jam

Pencahayaan

Tanaman yang tersisa.

26

17