Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo

download Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo

If you can't read please download the document

Transcript of Faktor faktor yang mempengaruhi produksi kopi agribisnis di kecamatan silo

1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER TUGAS AKHIR 2. 2 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri Jurusan Manajemen Agribisnis Oleh FREDY EKAARDHI PRATAMA D4 110 304 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2 3. 2014KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER Telah Diuji pada Tanggal 12 Juni 2014 Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat Tim Penguji: Ketua (DPU) Dewi Kurniawati, S.Sos, M.Si NIP. 19790113 200501 2 001 Sekretaris (DPA) Anggota (Penguji) Wenny Dhamayanthi, SE, M.Si Ratih Puspitorini Yekti A, SE, MM NIP. 19710804 199802 2 001 NIP. 19760705 200112 2 001 Mengesahkan: Menyetujui: Direktur Politeknik Negeri Jember, Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM Retno Sari Mahanani, SP, MM NIP. 19590822 198803 1 001 NIP. 19700507 200003 2 001 3 4. MOTTO Hadapi Masa Lalu Tanpa Penyesalan, Hadapi Hari Ini Dengan Tegar Dan Percaya Diri. Siapkan Masa Depan Dengan Rencana Yang Matang Dan Tanpa Rasa Khawatir (Hary Tanoessoedibjo) Sekali Melangkah Pantang Menyerah Sekali Tampil Harus Berhasil -Fredy Eka Ardhi Pratama- Segala Kemudahan Dan Kelancaran Berawal Dari Restu Orang Tua -Fredy Eka Ardhi Pratama- Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung (Soe Hok Gie) Persiapkan Diri Untuk Gagal Tetapi Optimis Untuk Keberhasilan 4 5. (Fredy Eka Ardhi Pratama) 5 6. PERSEMBAHAN Ku Persembahkan Coretan Kecil Ini Untuk : ALLAH SWT. (Yang telah menciptakan aku menjadi seseorang manusia yang mempunyai akal dan menjadikan aku sebagai hamba-Nya memeluk Islam dan akan selalu berada di jalan- Nya) Agamaku Ayah (Bapak Untung Suariadi) Dan Mama (Ibu Endang Purwati) Tercinta (Berkat kasih sayang dan cinta Kalian aku menjadi besar dan dewasa seperti ini, dari doa serta pengorbanan Kalian aku berhasil) Ririn Fitria Utama (Terima kasih atas kasih sayang, cinta, doa, motivasi, dukungan dan waktunya selama ini, always love you...) Adikku Tersayang (Finishia Nove Kharisma Putri) (Yang selalu memberi semangat kepadaku) Ibu Dewi Kurniawati Dan Ibu Wenny Dhamayanthi (Sebagai Dosenku yang selalu membingbingku dan selalu memberikan masukan yang bersifat membangun agar aku bisa maju dan lebih baik) Bapak Sunyoto dan Seluruh Staff Dinas Perkebunan Dan Kehutanan My Best Friend MID MADURA10 (Angga, Hari, Fian, Bayu, Maulana, Niko, Ridho, Andy, Defit, Heru, Rizal yang selalu membuat happy disaat stress menghadapi permasalahan dan terima kasih atas canda tawanya yang selalu memberi motivasi) All My Friend MID 10 (Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini selama 8 semester) Mas Ainur Rahman PPL (Terima kasih atas waktu dan bantuannya dalam meengerjaan Tugas Akhir ini Almamater POLITEKNIK NEGERI JEMBER 6 7. PRAKATA Assalamualaikum Wr. Wb Dengan segala puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataala yang telah memberikan keselamatan, nikmat, rahmat dan hidayahnya-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir (TA) yang berjudul, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Agribisnis Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember, dapat terlaksana dengan baik. Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ir. Nanang Dwi Wahyono, MM selaku Direktur Politeknik Negeri Jember. 2. Retno Sari Mahanani, SP, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember. 3. Wenny Dhamayanthi, SE, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember dan Dosen Pembimbing Anggota. 4. Dewi Kurniawati, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Agroindustri dan Dosen Pembimbing Utama. 5. Ratih Puspitorini Yekti A, SE, MM selaku dosen penguji Tugas Akhir. 6. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan penelitian yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Wassalamualaikum Wr. Wb Jember, 12 Juni 2014 Penulis 7 8. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................i LEMBAR PENGESAHAN ................................................ii MOTTO .................................................iii PERSEMBAHAN .................................................iv PRAKATA .................................................v DAFTAR ISI .................................................vi DAFTAR TABEL .................................................ix DAFTAR GAMBAR ................................................x DAFTAR LAMPIRAN ...............................................xi SURAT PERNYATAAN ................................................xii SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI xiii ABSTRAK xiv ABSTRACT .................................................xv RINGKASAN xvi I. PENDAHULUAN ........................................1 1.1 Latar Belakang .............................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...............................................4 1.3 Tujuan Penelitian ...............................................5 1.4 Manfaat Penelitian ...............................................5 II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................6 2.1 Studi Empiris ...............................................6 2.2 Studi Teoritis .............................................15 2.2.1 Produksi .............................................15 2.2.2 Luas Lahan .............................................16 2.2.3 Modal .............................................17 2.2.4 Pengalaman .............................................18 2.2.5 Pendidikan Petani .............................................18 2.2.6 Kontribusi Pemerintah Daerah................................................ 19 2.2.7 Akses Informasi .............................................21 2.3 Kerangka Proses Berfikir ............................................ 22 2.4 Kerangka Konseptual ............................................ 23 2.5 Hipotesis Penelitian ............................................ 24 III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................25 3.1 Rancangan Penelitian .............................................25 3.2 Populasi Penelitian, Besar dan Teknik Pengambilan Sampel........... 25 3.2.1 Populasi Penelitian .............................................25 3.2.2 Besar dan Teknik Pengambilan Sampel ................................. 26 8 9. 3.3 Variabel Penelitian .............................................27 3.3.1 Klasifikasi Variabel .............................................27 3.3.2 Definisi Operasional Variabel.............................................28 3.4 Instrumen Penelitian .............................................30 3.5 Lokasi Penelitian .............................................31 3.6 Prosedur Pengumpulan Data .............................................31 3.7 Teknik Analisis .............................................31 3.7.1 Uji Validitas .............................................31 3.7.2 Uji Reliabilitas .............................................32 3.8 Metode Analisis Data .............................................33 3.8.1 Analisis Regresi Linier Berganda............................................ 33 3.8.2 Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)............. 34 3.8.3 Uji F .............................................35 3.8.4 Uji t .............................................36 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN....................................... 37 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Wilayah ............................................ 37 4.4.1 Kecamatan Silo .............................................37 4.2 Keadaan Penduduk .............................................38 4.3 Sektor Pendidikan .............................................40 4.4 Potensi Wilayah .............................................42 4.5 Penanganan Pasca Panen Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo.............. 43 4.6 Pemasaran Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo..................................... 45 4.7 Karakteristik Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo...................... 47 4.8 Pembentukan Kelompok Tani Di Kecamatan Silo............................ 49 V. HASIL PEMBAHASAN .............................................53 5.1 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabiltas.............................................. 53 5.1.1 Hasil Uji Validitas .............................................53 5.1.2 Hasil Uji Reliabilitas .............................................54 5.2 Hasil Analisis .............................................55 5.2.1 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda.................................. 55 5.2.2 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R Square).... 57 5.2.3 Pengujian Uji F .............................................59 5.2.4 Pengujian Uji t .............................................60 5.3 Pembahasan .............................................62 5.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Secara Simultan Terhadap Produksi Agribisnis Kopi Rakyat............................ 62 5.3.2 Pengaruh Luas Lahan (X1) Terhadap Produksi....................... 63 5.3.3 Pengaruh Modal (X2) Terhadap Produksi................................ 63 5.3.4 Pengaruh Pengalaman (X3) Terhadap Produksi....................... 64 5.3.5 Pengaruh Pendidikan (X4) Terhadap Produksi........................ 65 5.3.6 Pengaruh Kontribusi Pemerintah Daerah (X5) Terhadap Produksi .............................................65 9 10. 5.3.7 Pengaruh Akses Informasi (X6) Terhadap Produksi................ 66 5.3.8 Pengaruh Dominan Terhadap Produksi Agribisnis Kopi Rakyat .............................................66 VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................67 6.1 Kesimpulan ............................................ 67 6.1 Saran ............................................ 68 DAFTAR PUSTAKA .............................................69 LAMPIRAN .............................................72 10 11. DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Harga kopi robusta per tahun, selama 4 tahun terakhir 3 3.1 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi 32 4.1 Sebaran Penduduk Menurut Golongan Umur Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 38 4.2 Sebaran Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 39 4.3 Sebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 40 4.4 Jumlah Sarana Pendidikan Di Kecamatan Silo Pada Tahun 2011 41 4.5 Tata Guna Tanah dan Jenis Pengairan Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun 2011 42 4.6 Karakteristik Umur Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo 47 4.7 Karakteristik Pengalaman Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo 48 4.8 Karakteristik Tingkat Pendidikan Petani Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo 49 5.1 Hasil Uji Validitas 53 5.2 Hasil Uji Reliabilitas 55 5.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda 56 5.4 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2 ) 58 5.5 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi 58 11 12. 5.6 Hasil Uji F Terhadap Koefisien Regresi secara serempak 59 5.7 Hasil Uji t Terhadap Koefisien Regresi secara parsial 60 12 13. DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 22 2.2 Kerangka Konseptual .................................................23 4.1 Pengolahan kopi di Kecamatan Silo .................................................44 4.2 Struktur Kelompok Tani Di Kecamatan Silo .................................................51 13 14. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Surat Permohonan Ijin Survey .................................................72 2. Surat Pernyataan Penelitian .................................................73 3. Kuisioner Penelitian .................................................74 4. Rekapitulasi Data Responden .................................................79 5. Validitas dan Realibilitas 70 Responden .................................................89 6. Hasil Analisis .................................................95 7. F-Tabel .................................................97 8. t-Tabel .................................................101 9. Nilai r-Tabel .................................................103 10. Dokumentasi .................................................104 14 15. SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Fredy Eka Ardhi Pratama Nim : D4 110 304 Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas Akhir saya yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Agribisnis Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember merupakan gagasan dan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Tugas Akhir. Jember, 12 Juni 2014 Fredy Eka Ardhi Pratama NIM. D4 110 304 15 16. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Fredy Eka Ardhi Pratama NIM : D4 110 304 Program Studi : Manajemen Agroindustri Jurusan : Manajemen Agribisnis Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah berupa Tugas Akhir (TA) saya yang berjudul: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini UPT. Perpustakaan Politeknik Negeri Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam bentuk Pangkalan Data (Database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta. Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Politeknik Negeri Jember, Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas Pelanggaran Hak Cipta dalam Karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Jember Pada Tanggal : 12 Juni 2014 Yang menyatakan, Fredy Eka Ardhi Pratama D4 110 304 16 17. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI AGRIBISNIS KOPI RAKYAT DI KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER Fredy Eka Ardhi P 1 ), Dewi Kurniawati 2 ), Wenny Dhamayanthi3 ) ABSTRAK Kecamatan Silo merupakan salah satu sentra produksi kopi rakyat utama di Kabupaten Jember. Perkembangan produksi dan harga kopi dunia yang tidak pasti dapat berimplikasi terhadap keberlanjutan usaha pertanian kopi rakyat. Tujuan penelitian ini menganalisis dan menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas secara serempak, secara parsial dan yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 70 orang dari 2239 petani kopi rakyat. Teknik pengambilan sampel mengunakan teknik proposional cluster sampling. Data yang diperoleh dianalisis dengan bantuan program SPSS versi 16.0 dengan statistik model regresi linier. Sebelum analisis, dilakukan uji validitas dan reliabilitas, uji F, dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian regresi uji F diperoleh kesimpulan bahwa seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap produksi kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Pengujian regresi uji t diperoleh kesimpulan sebagai berikut: variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan adalah luas lahan, modal, pengalaman, dan akses informasi sedangkan variabel pendidikan dan kontribusi pemerintah daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Variabel paling dominan dalam mempengaruhi produksi kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember adalah variabel modal. Kata kunci : Kopi Rakyat, produksi agribisnis, perkebunan rakyat 1 ) Mahasiswa Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri 2 ) Dosen Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri. 3 ) Dosen Politeknik Negeri Jember, Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri. 17 18. FACTORS AFFECTING PRODUCTION OF COFFEE AGRIBUSINESS PEOPLE IN THE SILO REGION OF JEMBER Fredy Eka Ardhi P 1 ), Dewi Kurniawati 2 ), Wenny Dhamayanthi3 ) ABSTRACT Silo region is one of main small holder coffee producer at Jember district. Unpredictable world production and price can cause unsustainability of small holder coffee production. The purpose of this study to analyze and test the effect of independent variables simultaneously, partially and the most dominant influence on the production of coffee agribusiness people. This study took a sample of 70 people from the coffee growers in 2239 people. Sampling technique using proportional cluster sampling technique. Data were analyzed with SPSS version 16.0 statistical models with linear regression. Prior to analysis, to test the validity and reliability, F test and t test. The results showed that the F test of regression testing can be concluded that all independent variables significantly influence people's coffee production in the Silo region at Jember district. t test regression testing can be concluded as follows: independent variables that significantly influence was vast land, capital, experience, and access to education and information, while the variable contribution of the local government does not significantly affect coffee production people in the Silo region at Jember district. The most dominant variable in affecting people's coffee production in Silo region at Jember district.is a variable capital. Keywords: Coffee people, agribusiness production, small holder plantation 1 ) Student State Polytechnics of Jember, Department of Agribusiness Management, Study Program D-IV of Agroindustri Management. 2 ) Lecturer State Polytechnics of Jember, D-IV Agroindustry Management Study Program, Agribusiness Department. 3 ) Lecturer State Polytechnics of Jember, D-IV Agroindustry Management Study Program, Agribusiness Department. 18 19. RINGKASAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Agribisnis Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember Fredy Eka Ardhi Pratama, D4110304, 2014, 68 Halaman, Jurusan Manajemen Agribisnis Program Study D-IV Manajemen Agroindustri, Politeknik Negeri Jember, di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Utama Dewi Kurniawati, S.Sos, M.Si, Dosen Pembimbing Anggota Wenny Dhamayanthi, SE, M.Si. Pengusahaan komoditi kopi di Kabupaten Jember saat ini terutama adalah kopi Robusta baik yang diusahakan oleh rakyat maupun perkebunan besar. Kopi rakyat di Kabupaten Jember adalah kopi yang diusahakan oleh rakyat melalui pembinaan langsung Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Jember. Hingga saat ini komoditi kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan andalan perkebunan rakyat di Kabupaten Jember. Kecamatan Silo merupakan salah satu sentra produksi kopi rakyat utama di Kabupaten Jember. Perkembangan produksi dan harga kopi dunia yang tidak pasti dapat berimplikasi terhadap keberlanjutan usaha pertanian kopi rakyat. Dengan diterapkanya sistem agribisnis kini para petani kopi sudah dapat mengolah biji kopi yang sudah dipanen di pabrik sendiri, dari pemeliharaan tanaman, panen, pengolahan, hingga pemasaran dengan mengembangkan sistem agro industri hilir. Jumlah petani kopi rakyat sendiri di Kecamatan Silo sebanyak 2239 yang tergabung dalam 30 kelompok tani yang ada di seluruh desa Kecamatan Silo. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi produksi agribisnis kopi rakyat yang baik dan berkualitas maka perlu di teliti lagi dengan meneliti variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, dan akses informasi karena variabel variabel ini sangat berpengaruh terhadap produksi kopi rakyat pada Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Rumusan masalah dalam penelitian ini : Apakah variabel Luas Lahan (X1), Modal (X2), Pengalaman (X3), Pendidikan (X4), Kontribusi Pemerintah Daerah (X5), Akses Informasi (X6) berpengaruh secara serempak dan berpengaruh secara parsial, kemudian variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap produksi kopi rakyat (Y) Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 16.0 diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = -0,252+1,220X1+ 0,791 X2+1,188 X3+-0,018 X4+0,098 X5+0,118 X6+ e yang berarti bahwa Nilai konstanta bernilai negatif sebesar 0,252 menunjukkan apabila tidak ada faktor luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman (X3), pendidikan (X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6), maka produksi kopi rakyat (Y) adalah sebesar -0,252 apabila terdapat faktor luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman (X3), pendidikan (X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6), maka produksi (Y) akan turun sebesar 0,252. Koefisien luas lahan (X1) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan luas lahan (X1) sebesar 1,220 akan meningkatkan nilai produksi kopi rakyat sebesar 1,220 per satu satuan luas lahan. Koefisien modal (X2) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan modal (X2) sebesar 0,791 akan meningkatkan nilai produksi kopi rakyat sebesar 0,791 per satu satuan modal. Koefisien pengalaman (X3) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti 20. apabila setiap peningkatan pengalaman (X3) sebesar 1,118 akan meningkatkan nilai produksi sebesar 1,118 per satu satuan pengalaman. Koefisien pendidikan (X4) sebesar -0,018 artinya setiap peningkatan jenjang pendidikan sebesar, akan mengurangi produksi 0,018 satuan. Koefisien kontribusi pemerintah daerah (X5) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan kontribusi pemerintah daerah (X5) sebesar 0,098 akan meningkatkan nilai produksi sebesar 0,098 per satu satuan. Koefisien akses informasi (X6) menunjukkan adanya pengaruh positif. Hal ini berarti apabila setiap peningkatan akses informasi (X6) sebesar 0,118 akan meningkatkan nilai produksi sebesar 0,118 per satu satuan. Adapun hasil penelitian dengan teknik analisis Uji F menunjukan bahwa dari hasil analisis regresi diperoleh nilai Fhit sebesar 104,522 Nilai ini kemudian dibandingkan dengan Ftabel yang dihitung pada derajat bebas pembilang (df pembilang) sebesar 6 dan derajat bebas penyebut (df penyebut) sebesar 63 dengan level of significance ( = 0,05) yang nilainya sebesar 2,25 sehingga dapat disimpulkan bahwa Fhit sebesar 104,522 lebih besar dari level of significance ( = 0,05). Maka variabel Luas Lahan (X1), Modal (X2), Pengalaman (X3), Pendidikan (X4), Kontribusi Pemerintah Daerah (X5), Akses Informasi (X6) berpengaruh signifikan terhadap produksi.Sedangkan hasil pengujian dengan menggunakan uji thit menunjukkan bahwa bahwa Variabel luas lahan (X1), memiliki nilai thit 3,369 Hal ini berarti luas lahan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel modal (X2), memiliki nilai thit 4,096 Hal ini berarti modal (X2) berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y) memiliki nilai probabilitas thit sebesar 0,000 yang menunjukan bahwa nilai probabilitas thit lebih kecil dari pada level of significance ( 0,05). yang menunjukkan bahwa thit > ttabel yaitu sebesar 4,096, dan merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Produksi Agribisnis Kopi Rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Variabel pengalaman (X3), memiliki nilai thit 3,263 Hal ini berarti pengalaman (X3) berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel pendidikan (X4), memiliki nilai thit -0,529 Hal ini berarti pendidikan (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel kontribusi pemerintah daerah (X5), memiliki nilai thit 0,674 Hal ini berarti kontribusi pemerintah daerah (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). Variabel akses informasi (X6), memiliki nilai thit 2,501 Hal ini berarti akses informasi (X6) berpengaruh signifikan terhadap Produksi (Y). (Jurusan Manajemen Agribisnis, Program Studi D-IV Manajemen Agroindustri, Politeknik Negeri Jember) 21. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan kopi di Indonesia terdiri dari Perkebunan Rakyat (Smallholder), Perkebunan Besar Negara (Government) dan Perkebunan Besar Swasta (Private). Dari luas areal yang tercatat pada tahun 2002 sebesar 1.269.333 ha dan produksi kopi Indonesia sebesar 569.116 ton, maka dapat diketahui bahwa 94% berasal dari Perkebunan Rakyat dan sisanya (6%) diusahakan dalam bentuk Perkebunan besar. Posisi tersebut menunjukkan bahwa peranan petani dalam perkembangan perkopian nasional sangat dominan. Pengusahaan kopi pada perkebunan rakyat umumnya masih menggunakan teknologi sederhana dan produksi mengacu pada harga kopi yang berlaku. Pada saat harga kopi jatuh maka sejumlah petani kopi tidak akan menjual kopinya. Petani dapat meninggalkan begitu saja lahannya dan mereka dapat beralih usaha pada tanaman perkebunan lainnya yang lebih menguntungkan. Masalah lain yang masih terjadi sampai saat ini di dalam perkebunan rakyat, yaitu mengenai kualitas kopi yang dihasilkan yang sebagian besar bermutu rendah. Hal ini berkaitan dengan masalah produksi, yaitu petani seringkali melakukan panen sebelum masak atau dikenal dengan istilah petik hijau, yang seharusnya biji kopi dipetik setelah biji berwarna merah. Luas areal perkebunan kopi yang sangat luas menjadikan Jawa Timur sebagai salah satu sentra produksi kopi di Indonesia. Dua daerah penghasil kopi utama di Jawa Timur adalah Kabupaten Malang dan Jember. Keberadaan perkebunan kopi di kedua daerah ini tidak terlepas dari sejarah perkebunan kopi Zaman Kolonial Belanda yang memusatkan perkebunan kopinya di kedua daerah tersebut. Jawa Timur terutama terkenal dengan kopi Arabika dan Robusta hasil pengolahan basah yang dikenal dengan WIB coffee. Kopi tersebut terutama diproduksi oleh perkebunan besar negara dan swasta. Pengusahaan komoditi kopi di Kabupaten Jember saat ini terutama adalah kopi Robusta baik yang diusahakan oleh rakyat maupun perkebunan besar. Kopi rakyat di Kabupaten Jember adalah kopi yang diusahakan oleh rakyat melalui pembinaan langsung Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Jember. Kopi rakyat sudah diusahakan sejak zaman Belanda karena bias keberadaan Perkebunan Besar milik Pemerintah Kolonial Belanda. Pada saat itu para pekerja perkebunan mencoba menanam kopi di lahan-lahan mereka yang berada di sekitar lokasi perkebunan yang 1 22. letaknya berada di lereng-lereng pegunungan dan mencakup hampir seluruh wilayah kecamatan. Hingga saat ini komoditi kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan andalan perkebunan rakyat di Kabupaten Jember. Sebaran luas areal kopi rakyat saat ini mencapai 5.524,01 ha yang tersebar hampir diseluruh kecamatan dengan sentra areal kopi berada di 8 kecamatan yaitu Kecamatan Silo (2.192,23 ha), Jelbuk (615,51 ha), Ledokombo (534, 21 ha), Sumberjambe (572,92 ha), Panti (389,09 ha), Tanggul (256,09 ha) dan Sumberbaru (282,50 ha). Kecamatan Silo secara topografis, dikelilingi oleh pegunungan atau perbukitan, diantaranya Pegunungan Argopuro di sebelah utara, Pegunungan Pace/Sanen disebelah selatan dan Gunung Gumitir di sebelah timur. Kecamatan Silo terletak pada sisi paling timur, sekitar 30 km dari ibukota Kabupaten Jember. Berbatasan langsung dengan wilayah Banyuwangi di sebelah timur, Kecamatan Tempurejo di sebelah selatan, Kecamatan Ledokombo di sebelah utara dan Kecamatan Mayang di sebelah barat. Topografi daerah ini berbukit-bukit atau bergunung dan berhawa sejuk dengan ketinggian rata-rata antara 600 hingga 750 meter di atas permukaan laut. Daerah ini menyajikan keindahan alam perbukitan dengan perpaduan kehidupan pertanian agraris. Dari luas daerah 30.998 ha, 513% diantaranya merupakan daerah persawahan, 16,78% tanah tegalan, 26,05% daerah perkebunan, 3,72% adalah daerah permukiman dan sisanya merupakan tambak atau kolam dan lainnya. Dari 5,13% daerah persawahan atau seluas 1.591 ha, 46,95% merupakan sawah dengan irigasi teknis, 33,94% merupakan sawah irigasi non teknis dan sisanya 19,11% adalah sawah irigasi setengah teknis. Secara administrasif kecamatan Silo terbagi 9 desa yang didukung dengan 41 dusun, 215 Rukun Warga dan 646 Rukun Tetangga (Sumber: BPS Kecamatan Silo Dalam Angka Tahun 2010). Pengembangan pada sektor pertanian telah dilakukan pada daerah ini selain sawah dan tegalan yang sudah lama ditekuni secara tradisional masyarakat daerah ini, hasil pertanian perkebunan juga telah banyak membantu menyerap tenaga kerja pada daerah sekitar perkebunan. Dari hasil perkebunan produksi unggulan daerah ini yaitu kopi dengan produksi sebesar 21.907 ton. Beberapa sentra perkebunan kopi antara lain di Garahan Kidul desa Sidomulyo, Silosanen di desa Mulyorejo dan beberapa tempat lainnya. Sebagai catatan bahwa Kecamatan Silo adalah salah satu penghasil kopi yang terbesar di daerah Jember. Pemasaran biji kopi yang dilakukan oleh petani pada umumnya adalah dengan cara langsung dijual oleh para anggota kelompok tani kepada kelompok tani lain, koperasi, dan pedagang pengumpul yang ada di Kecamatan Silo sehingga 1 23. meniadakan biaya transportasi. Akan tetapi selain dijual kepada pedagang pengumpul di Kecamatan Silo sendiri. Para anggota kelompok tani tidak memiliki kekuasaan penuh untuk menentukan harga jual kopi ke pedagang pengumpul. Antara anggota kelompok tani yang satu dengan anggota kelompok tani yang lainnya memiliki harga jual yang berbeda-beda, karena mereka akan memilih para pedagang pengumpul yang bersedia membeli hasil kopinya dengan harga yang lebih tinggi. Tabel 1.1 Harga Kopi Robusta Per Tahun, Selama 4 Tahun Terakhir Tahun Kisaran Harga / kg (Rp) 2010 15.000 - 16.000 2011 18.000 - 20.000 2012 2013 20.000 - 24.000 20.000 24.000 Sumber: Kelompok Tani Ketakasi Sidomulyo Ketidakpastian harga kopi dunia yang berubah-ubah setiap tahun turut mempengaruhi petani. Apabila harga kopi rendah maka sebagian besar petani dapat beralih ke usaha lain, sehingga perawatan tanaman kopi berkurang yang akhirnya mempengaruhi mutu biji kopi. Apabila harga kopi tinggi, petani cepatcepat menjual biji kopinya. Setelah selesai panen, biji kopi dijemur beberapa hari, dilakukan pengolahan kering dan kemudian langsung dijual tanpa disortasi terlebih dahulu. Kendala lain adalah kebiasaan petani untuk mengambil buah kopi sebelum matang di pohon sehingga pada saat panen buah kopi masih tercampur antara buah kopi yang matang, belum matang, dan terlalu matang. Hal ini tentu tidak akan menghasilkan kopi yang baik terutama setelah menjadi bubuk dan diolah menjadi minuman. Kebiasaan ini mereka lakukan terutama karena keinginan mereka untuk mendapatkan uang lebih cepat, terutama bagi petani yang hanya mengandalkan pada kebun kopi. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi produksi agribisnis kopi rakyat yang baik dan berkualitas maka perlu di teliti lagi dengan meneliti variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, dan akses informasi karena variabel-variabel ini sangat berpengaruh terhadap produksi kopi rakyat Di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 24. Apakah variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara serempak berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ? Apakah variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara parsial berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ? Variabel manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan adapun tujuan dari penelitian ini : Menganalisis dan menguji ada tidaknya pengaruh luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara serempak terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Menganalisis dan menguji ada tidaknya pengaruh luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara parsial terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Menganalisis dan menguji variabel mana yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dari hasil penelitian ini diharapkan sebagai berikut : Bagi lokasi penelitian Melalui hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi petani kopi di Kecamatan Silo untuk meningkatkan produksi agribisnis kopi rakyat, khususnya dalam strategi dalam meningkatkan kemampuan beragribisnis kopi. Bagi Politeknik Negeri Jember 1 25. Melalui hasil penenlitian ini, diharapkan menjadi landasan atau bahan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama. Bagi Peneliti Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti khususnya tentang luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 1 26. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Empiris Penelitian terdahulu sangat penting kaitannya dengan suatu penelitian. Hasil-hasil penelitian terdahulu merupakan dasar atau landasan yang cukup kuat bagi pengembangan kerangka teoritis untuk menjawab permasalahan yang ada. Maka, terdapat beberapa penelitian terdahulu untuk membantu dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut : Purba, (2012), Faktor Faktor Yang Mempengaruhi produksi Tanaman Kopi Di Desa Dolog Huluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, Hasil Penelitian, 1) Luas lahan yang diusahakan oleh responden dari 66 petani di Desa Dolog Huluan lebih dominan memiliki lahan garapan 0,50 1 Ha. Pada umumnya responden yang mengusakan tanaman tersebut adalah masyarakat menengah dan sebagian lainnya mendapatkan tanah dari orangtua responden. Nilai ekonomis tamanam kopi dengan lahan 0,50 1 Ha sudah mendukung untuk menanam kopi dengan jarak yang dibutuhkan 2,5 x 2,5 m. Dan dengan Luas lahan yang dimiliki berpengaruh positif terhadap hasil produksi yang didapatkan oleh responden.Yaitu 950 1100 Kg. 2) Modal yang dimiliki responden lebih banyak dari modal sendiri yaitu minimal Rp 3.500.000 selama satu tahun dan maksimal Rp 6.000.000. Modal yang dimiliki responden sudah mendukung untuk penanaman kopi. Dan Modal berpengaruh positif terhadap produksi, karena semakin banyak modal yang dimiliki responden maka hasil produksi juga semakin baik. 3) Pemasaran produksi kopi di Desa Dolog Huluan dilihat dari cara pemasarannya. Cara pemasaran yang dilakukan responden umumnya melalui pedagang pengumpul atau perantara 76,00 %), dengan harga pemasaran antara 21.000 22.000/Kg hal ini lebih menguntungkan. Dan memalalui pemasaran ini responden merasa tidak kesulitan, karena pedagang pengumpul yang secara langsung datang ke tempat responden. Maka dengan harga dan pemasaran kopi yang ada di Desa Dolog Huluan, produksi tanaman kopi petani bisa disalurkan dengan lancar. Berniati, (2011), Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Di Kebun Bagerpang PP. London Sumatra Indonesia Tbk, Hasil Penelitian, 1) Model persamaan regresi linier berganda untuk analisis faktor yang mempengaruhi hasil produksi sawit di Kebun Bagerpang PP. London Sumatra Indonesia Tbk. adalah : 14,759.56 +10.92 +20.51 Konstanta sebesar 14,759.56 menyatakan bahwa 6 27. jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel dan variabel maka hasil produksi kelapa sawit (Y) adalah 14,759.56. koefisien regresi ganda sebesar 10.92 dan 20.51 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) satu nilai atau nilai luas lahan dan curah hujan akan memberikan kenaikan hasil produksi sebesar 10.92 dan 20.51. 2) Uji regresi linier berganda adalah : Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa < ,yaitu 9.528 < 9.55, maka diterima. Hal ini berarti bahwa regresi linear ganda Y atas dan bersifat tidak nyata atau persamaan regresi yang diperoleh belum layak digunakan untuk memprediksi rata-rata Y jika dan diketahui. 3) Dari hasil perhitungan didapat korelasi positif yaitu sebesar 0.9295 yang menunjukkan bahwa antara variabel X dan Y berhubungan secara positif dengan tingkat hubungan yang tinggi dan kuat. Besar hubungannya ditentukan oleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.8640 atau sebesar 86.40%, ini berarti meningkat atau menurunnya produksi kelapa sawit dapat dijelaskan oleh faktor luas lahan dan curah hujan, sedangkan 13.60% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. 4) Dari hasil koefisien korelasi parsial antara dengan Y dan antara dengan Y, diperoleh bahwa : Nilai koefisien korelasi antara dengan Y adalah 0.8977. Hal ini berarti faktor luas lahan memberikan pengaruh yang kuat terhadap hasil produksi kelapa sawit. Nilai koefisien korelasi antara dengan Y adalah 0.7366. Hal ini berarti faktor curah hujan memberikan pengaruh yang sedang terhadap hasil produksi kelapa sawit. Ginting, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan, Hasil Penelitian, 1) Bahwa variabel X1 (Luas Lahan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi dengan elastisitas < 1 (Inelastis), artinya luas lahan inelastis terhadap produksi padi di Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. 2) Bahwa variabel X2 (Tenaga Kerja) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap produksi padi dengan elastisitas < 1 (Inelastis), artinya luas lahan inelastis terhadap produksi padi di Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. 3) Bahwa variabel X3 (Jumlah bibit) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap produksi padi dengan elastisitas < 1 (Inelastis), artinya luas lahan inelastis terhadap produksi padi di Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. 4) Bentuk fungsi produksi adalah increasing return to scale yang berarti setiap peningkatan semua input menyebabkan peningkatan output yang lebih besar. Angkat, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Ateng (Studi Kasus Kabupaten Dairi), Hasil Penelitian, 1) Kopi ateng merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan rakyat yang sangat diharapkan dapat 6 28. meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten Dairi, terutama bagi petani kopi ateng. Namun pada kenyataannya kondisi perekonomian sebagian besar petani kopi ateng masih jauh dari sejahtera dan belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari apabila petani hanya bertumpu pada penghasilan dari kopi ateng saja. Kopi ateng sebagai salah satu komoditi yang penting dalam dunia ekspor pada kenyataannya belum mampu memperbaiki taraf hidup masyarakat, terutama petani kopi ateng di kabupaten Dairi akibat tingginya harga bahan pokok sedangkan harga jual kopi ateng masih rendah bahkan kadang tidak sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Masih banyak yang perlu dibenahi agar petani kopi ateng benar-benar merasakan kesejahteraan. 2) Luas lahan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi. 3) Pengeluaran pupuk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi. 4) Jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan terhadap tingkat produksi kopi ateng di kabupaten Dairi. Yurisinthae, dkk, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Lidah Buaya Di Sentra Produksi Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, Hasil Penelitian, Secara analisis inferensial, model yang dipergunakan untuk memprediksi pengaruh penggunaan input produksi terhadap produksi daun segar lidah buaya memberikan hasil yang memadai, yaitu dengan nilai koefisien determinasi sebesar 98,9 persen. Uji secara simultan pada model menghasilkan nilai F hitung sebesar 595,7 signifikan pada taraf kesalahan 5 persen. Uji secara parsial menunjukan bahwa input produksi berupa penggunaan abu, pupuk urea dan lahan mempengaruhi produksi pelepah segar lidah buaya masing-masing signifikan pada taraf kesalahan 5 persen. Tahir, dkk, (2010), Analisis Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Kedelai Di Sulawesi Selatan, Hasil Penelitian, 1) Secara teknis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai adalah tingkat pengalaman petani, jumlah angkatan kerja dalam keluarga, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk KCl, jumlah pupuk organik, dummy status kepemilikan lahan sistem bagi hasil, dummy varietas kedelai (varietas unggul), dummy jarak tanam (40 x 15 cm dan 40 x 10 cm), dan dummy tipe lahan. Ketiga input produksi (pupuk) tersebut masih bisa dinaikkan jumlahnya untuk meningkatkan produksi. 2) Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap peningkatan TER pada usahatani kedelai adalah luas lahan garapan petani, umur petani, tingkat pendidikan petani, dan tingkat pengalaman petani. 3) Secara ekonomis 6 29. efisiensi produksi dalam usahatani kedelai belum optimal. Pencapaian efisiensi masih dimungkinkan dengan mengurangi penggunaan tenaga kerja upahan (luar keluarga) untuk menambah pendapatan, serta mengurangi penggunaan benih kedelai, tenaga kerja upahan, dan luas lahan garapan untuk meningkatkan keuntungan usahatani kedelai. Zakaria, (2010), Program Pengembangan Agribisnis Kedelai Dalam Peningkatan Produksi Dan Pendapatan Petani, Hasil Penelitian, Produksi kedelai dalam negeri pada dua dekade terakhir (19982008) menunjukkan penurunan yang cukup tajam sejalan dengan berkurangnya luas areal tanam. Kondisi ini sebagai akibat menurunnya minat petani dalam menanam kedelai karena usaha tani kedelai dinilai tidak memberikan keuntungan yang memadai. Upaya peningkatan produksi kedelai di tingkat petani tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis dan ekonomis, tetapi juga strategi menggalang partisipasi petani dalam pengembangan kedelai. Untuk mewujudkan partisipasi aktif petani dalam peningkatan produksi kedelai menuju swasembada dan sekaligus peningkatan pendapatan mereka, perlu dijalin kerja sama dan koordinasi berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan program. Strategi peningkatan produksi untuk mendorong partisipasi petani dapat ditempuh melalui pola kebijakan insentif, dengan menetapkan jaminan harga dasar agar usaha tani kedelai memberikan keuntungan yang layak kepada petani. Di samping itu, diperlukan pemberdayaan dan peningkatan kapasitas petani melalui penyediaan bantuan modal dan penyuluhan, serta pembenahan tata niaga melalui pemulihan kembali peran Bulog sebagai pengimpor utama. Untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan di tengah melonjaknya harga kedelai dunia, pemikiran ego sektoral perlu dihilangkan. Untuk itu, diperlukan peta jalan kebijakan strategis jangka pendek maupun jangka panjang agar masing-masing sektor dapat berjalan bersama-sama untuk mencapai swasembada kedelai. Menggairahkan partisipasi petani tidak hanya akan memantapkan ketahanan Untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan di tengah melonjaknya harga kedelai dunia, pemikiran ego sektoral perlu dihilangkan. Untuk itu, diperlukan peta jalan kebijakan strategis jangka pendek maupun jangka panjang agar masing-masing sektor dapat berjalan bersama-sama untuk mencapai swasembada kedelai. Menggairahkan partisipasi petani tidak hanya akan memantapkan ketahanan. Hutauruk, (2009), Pengaruh Pendidikan Dan Pengalaman Petani Terhadap Tingkat Produksi Tanaman Kopi Dan Kontribusinya Terhadap Pengembangan Wilayah Di 6 30. Kabupaten Tapanuli Utara, Hasil Penelitian, 1) Dari hasil analisis regresi, dapat diketahui bahwa variabel bebas yang memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap produksi tanaman kopi adalah variabel pengalaman dimana nilai t-hitung variabel pengalaman lebih besar dari nilai t-hitung variabel pendidikan formal dan pendidikan non formal. 2) Kontribusi usahatani kopi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara masih sangat rendah. Ini dapat dilihat dari pendapatan petani kopi rata-rata di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Rp. 5.012.526 per tahun lebih rendah bila dibandingkan dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) perkapita Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2007, yakni sebesar Rp. 10.348.813. Keterserapan tenaga kerja dari usahatani kopi di Kabupaten Tapanuli Utara untuk luas lahan kurang 0,5 Ha seluas 13.128,89 Ha (85,25 % dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara) juga masih sangat rendah yakni dengan keterserapan sebesar 15 % dari jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006 pada masa panceklik dan meningkat menjadi 39,99 % - 49,99 % pada masa panen raya. Panjaitan, (2008), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kopi Di Kabupaten Dairi, Hasil Penelitian, 1) Produksi kopi di kabupaten dairi secara signifikan dipengaruhi pleh luas lahan, pengalaman bertani, waktu kerja, dan pestisida. Nilai koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,9792 berarti bahwa luas lahan, pengalaman bertani, waktu kerja, dan penggunaan pestisida mampu menjelaskan variasi produksi di kabupaten Dairi sebesar 97,92%. 2) Secara parsial analisis menunjukkan sebagai berikut: a) Luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada =5%. b) Pengalaman bertani berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada =5%. c) Waktu kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada =5%. d) Pestisida berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada =5%. e) Pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kopi di kabupaten Dairi pada =10%. 3) Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa koefisien (elastisitas) luas lahan dan waktu kerja mempunyai nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan koefisien (elastisitas) pengalaman bertani, penggunaan pestisida, dan pupuk. Oleh karena itu luas lahan dan waktu kerja merupakan faktor yang memberikan kontribusi yang lebih besar dalam produksi kopi di kabupaten Dairi. 4) Harga kopi di tingkat petani menjadi faktor utama rendahnya pendapatan petani kopi yang memainkan peranan harga di tingkat petani adalah 6 31. pedagang pengumpul, sehingga kopi di tingkat petani kopi Dairi tidak sesuai dengan pasaran kopi. Sehingga petani tidak berharap banyak dari tanaman tersebut. Suryana, (2007), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten Blora (Studi Kasus Produksi Jagung Hibrida Di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora), Hasil Penelitian, 1) Secara keseluruhan model produksi jagung yang diestimasikan memberikan hasil yang positip karena semua variabel independen yang diamati terlihat bahwa variabel Luas lahan (X1), Varietas Bibit (X2), Jarak dan jumlah tanaman (X3), Biaya tenaga kerja (X4) dan variabel Biaya pembelian pupuk berpengaruh terhadap hasil Produksi Jagung Hibrida (Y). Berdasarkan analisis nampak bahwa F hitung sebesar = 32,197 adalah signifikan, karena p > .05. Dengan demikian, (Ho) 1 yang menyatakan bahwa : Tidak ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi jagung hibrida, ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa: Ada pengaruh luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja, dan biaya pembelian pupuk terhadap hasil produksi jagung hibrida di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora , diterima. 2) Berdasarkan hasil analisis statistik pada tabel 5.5. dari analisis regresi ditunjukan bahwa untuk standar koefisien beta untuk variabel jarak dan jumlah tanaman (X3) menunjuk angka paling besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jarak dan jumlah tanamam (X3) memberikan pengaruh dominan terhadap hasil produksi jagung hibrida, dan berikutnya adalah variabel biaya tenaga kerja (X4) dan variabel varietas bibit (X2). Kartika, (2006), AnalisisFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prduksi Usahatani Paprika Hidroponik Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung, Hasil Penelitian, 1) Berdasarkan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas, secara parsial produksi luas greenhouse, benih, tenaga kerja dan obat-obatan berpengaruh secara nyata terhadap produksi paprika hidroponik, sedangkan untuk faktor pengalaman dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap produksi praprika hidroponik dan secara keseluruhan berdasarkan uji F model layak atau signifikan pada taraf 5 persen artinya secara bersama-sama faktor produksi (varabel bebas), yaitu luas greenhouse, benih, tenaga kerja, obat-obatan, pengalaman, dan tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap produksi paprika hidroponik. 2) Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, penggunaan faktor produksi luas greenhouse, benih, tenaga kerja dan obat-obatan belum efisiensi karena rasio NPM dan BKM 6 32. lebih besar dari satu. Oleh karena itu penambahan penggunaan faktor produksi luas greenhouse, benih, tenaga kerja dan obat-obatan akan meningkatkan produksi. 3) Analisis pendapatan dan biaya usaha tani, terlihat bahwa usahatani paprika hidroponik di Kecamatan Parongpong menguntungkan. Hal ini terlihat dari pendapatan pada kondisi optimal lebih besar daripada kondisi nilai R/C ratio yang diperoleh lebih besar dari satu, yaitu sebesar 3,97. Triyatno, (2006), Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah, Hasil Penelitian, 1) Variabel luas lahan, tenaga kerja, benih dan pompa air, memberikan pengaruh positif yang signifikan hingga taraf kepercayaan 5% terhadap produksi padi di Jawa Tengah sehingga hipotesis luas lahan, benih, tenaga kerja dan pompa berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi dapat diterima. 2) Variabel pupuk mempunyai hubungan yang positif tetapi tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi padi di Jawa Tengah. 3) Nilai elastisitas produksi (RTS) adalah 1,089 (elastis). Ini berarti bahwa secara umum usaha padi di Jawa Tengah masih bisa beroperasi dengan skala usaha yang meningkat (increasing returns to scale), tetapi sudah mendekati kondisi konstan (constant returns to scale). Apriyanto, (2005), Pengaruh Status Dan Luas Lahan Usahatani Kentang (Solanum Tuberosum L.) Terhadap Produksi Dan Pendapatan Petani (Kasus: Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat), Hasil Penelitian, a) Lahan garapan di lokasi penelitian dapat diperoleh dengan cara memiliki sendiri, menyewa dan menggadai. Lahan sewa diperoleh dengan memberikan sejumlah uang sewa untuk beberapa periode tertentu. Sistem gadai dilakukan dengan cara memberikan pinjaman uang kepada pemilik lahan dengan lahan garapan sebagai jaminan. Lahan garapan dapat dimanfaatkan oleh pemberi pinjaman untuk beberapa periode tertentu (di lokasi penelitian biasanya maksimal tiga tahun), kemudian setelah petani pemilik dapat melunasi pinjaman maka lahan garapan dikembalikan kembali kepada pemilik semula. b) Usahatani kentang di lokasi penelitian berada pada kondisi Constant Return to Scale. Nilai koefisien regresi faktor produksi seperti pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida dan tenaga kerja tidak menunjukan pengaruh yang nyata pada a = 5% kecuali bibit kentang berpengaruh yang nyata pada a = 10%, hal ini sesuai dengan hasil analisis input produksi bahwa penggunaan faktor-faktor produksi tersebut tidak sesuai dengan anjuran. c) Analisis biaya dan penerimaan menunjukan lahan sewa memberikan nilai positif terhadap pendapatan dari ketiga status lahan. Lahan garapan berdasarkan luas 6 33. lahan mempunyai nilai R/C ratio kurang dari satu kecuali lahan kurang dari satu hektar pada R/C ratio atas biaya tunai. Hal ini menandakan mayoritas petani kentang di lokasi penelitian menderita kerugian karena penerimaannya lebih kecil dari biaya produksi yang dikeluarkan. Uji - t lahan garapan menurut status kepemilikan (sewa, milik dan gadai) tidak menunjukan perbedaan yang nyata dalam produksi kentang per hektar (yield). d) Uji-t luas lahan menunjukan bahwa luas lahan garapan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi per hektar. Saifulli, (2001), Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi produksi Emping Mlinjo Di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan, Hasil Penelitian, 1) Rata- rata produksi emping mlinjo setiap pengrajin pertahun mencapai 471,1 kilogram dengan bahan baku 1.325 kilogram, menyerap hari kerja orang sebanyak 659 HKO, modal kerja Rp. 770.000 dengan teknologi yang rendah. 2) Dari pengujian menggunakan Fstatistik diketahui bahwa seluruh variabel luas bebas memberikan pengaruh serempak terhdap tingkat produksi emping mlinjo. Besarnya koefisien determinasi sekitar 81 persen berarti variabel bebas mempengaruhi variasi variabel terikat sekitar 81 persen. 3) Faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat produksi emping mlinjo adalah modal kerja, bahan baku, tenaga kerja kemudian teknologi. Hal ini dilihat dari koefisien regresi dari persamaan yang sudah dilogaritmakan. Sitepu, (2000), Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Markisa Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo, Hasil Penelitian, 1) Produksi markisa di Desa Tanjung Barus Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo merupakan fungsi dari luas lahan, jumlah tenaga kerja dan juga modal yang digunakan. Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi markisa akan naik. Jumlah tenaga kerja juga mempunyai hubungan yang positif terhadap markisa. Jika terjadi penambahan jumlah tenaga kerja maka produksi markisa akan mengalami peningkatan. Jumlah modal yang digunakan pada produksi markisa juga mempunyai hubungan yang positif. 2) Melalui uji F diketahui bahwa luas lahan bersama-sama dengan jumlah tenaga kerja dan jumlah modal yang digunakan mempengaruhi produksi markisa secara signifikan (nyata). 3) Melalui uji t diketahui bahwa luas lahan berpengaruh negatif (non signifikan) terhadap produksi markisa. Sedangkan untuk jumlah tenaga kerja maupun jumlah modal yang digunakan berpengaruh positif (signifikan) terhadap produksi markisa. 4) Dari hasil regresi diketahui bahwa selama periode tahun 1999 diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi markisa adalah luas lahan, 6 34. jumlah tenaga kerja dan jumlah modal. 5) Berdasarkan hasil analisa regresi diperoleh bahwa luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan jumlah modal memberikan pengaruh yang signifikan pada produksi markisa. 2.2 Studi Teoritis 2.2.1 Produksi Menurut Miller (2000) bahwa pengertian produksi adalah sebagai berikut Produksi adalah sebagai penggunaan atau sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama. Ada beberapa pengertian produksi menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut : Partadireja (1985) Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau menambah guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran. Murti. dkk (1987) Produksi adalah semua kegiatan dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa, dimana untuk kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor produksi. Berdasarkan beberapa pandangan diatas dapat di simpulkan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. 2.2.2 Luas Lahan Hernanto (1989) mengemukakan bahwa luas lahan usahatani dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni lahan yang sempit dengan luas >0,5 hektar, lahan yang sedang dengan luas antara 0,5 sampai dengan 2 hektar dan lahan yang luas dengan luas >2 hektar. Wiriaatmadja (1977), menjelaskan bahwa petani yang memiliki tanah usaha yang luas memiliki sifat dan kegemaran untuk mencoba teknologi baru dan akan selalu 6 35. berusaha sendiri mencari informasi yang diperlukan. Birowo et al. dalam Adjid, ( 2001) mengemukakan bahwa petani yang memiliki lahan yang luas sangat respon terhadap penerapan teknologi baru di sector pertanian, sebaliknya pada lahan yang sempit para petani menganggapnya tidak efektif. Luas lahan dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usaha tani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan (Soekartawi, 2006). Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Mubyarto (1990) menyatakan tanah sebagai faktor produksi, Tanah adalah mencakup bagian permukaan bumi yang tidak ter tutup oleh air atau bagian dari permukaan bumi yang dapat dijadikan untuk tempat bercocok tanam dan untuk tempat tinggal termasuk pula kekayaan alam yang terdapat dida lamnya. Lahan merupakan tempat dimana proses agribisnis kopi dilakukan.Luas lahan yang ditanami suatu komoditi akan mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan komoditi tersebut.Dilihat dari segi efisiensi,semakin luas lahan yang diusahakan maka akan semakin tinggi produksi dan pendapatan dan petani per satuan luasnya.Begitu pula sebaliknya,jika luas lahan yang diusahakan sempit dan kecil maka akan semakin rendah produksi dan pendapatan dan petani per satuan luasnya. Menurut Lionberger. dkk (1982), bahwa keterbatasan lahan yang dimiliki petani akan memberikan pengaruh pada kurang efisiennya pengolahan pertanian. Luas dan status pemilikan lahan Menurut Mardikanto (1983) berpengaruh terhadap tingkat intensifikasi, produktivitas, besarnya pendapatan yang dapat diperoleh petani.Upaya pembanguna pertanian akan sulit dilakukan, apabila kepemilikan lahan lebih banyak secara kotak-kotak dengan luas penguasaan lahan yang sempit, karena petani cenderung bertindak sendiri-sendiri dan motivasi untuk bekerja sama dan menantang resiko menjadi kurang (Daniel, 2004). 2.2.3 Modal 6 36. Modal adalah setiap hasil atau produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya (Daniel, 2004). Modal dapat berasal dari petani atau juga dapat berasal dari luar diri atau diperoleh pinjaman melalui lembaga perkreditan (bank atau koperasi). Menurut Mardikanto, (1993) Tersedianya kredit modal bagi petani yang membutuhkannya akan merupakan kekuatan baru yang sangat menentukan kecepatan dan keberhasilan suatu penyuluh. Modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja, keberadaan modal sangat menentukan tingkat atau macam teknologi yang diterapkan dan dapat memberikan akibat yang positif atau negatif, terutama pada usahatani dengan penguasaan lahan sempit. Akibat negatifnya antara lain kegagalan usaha atau kerugian, sedangkan positifnya dapat memperoleh hasil yang lebih tinggi dan keuntungan yang banyak (Daniel, 2004). Berdasarkan anggapan tersebut berarti ada hubungan antara tingkat ketersediaan modal dengan motivasi petani dalam meningkatkan lahan usahataninya. Termasuk juga petani kopi sehingga terdapat kecenderungan bahwa modal memengaruhi motivasi petani dalam meningkatkan produksi kopi. 2.2.4 Pengalaman Padmowihardjo (1994) menyatakan bahwa pengalaman adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami oleh seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan sebagai hasil belajar sealam hidupnya. Seseorang akan berusaha menghubungkan hal yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki dalam proses belajar. Pengalaman yang menyenangkan dapat memuaskan akan berdampak pada hal positif bagi perilaku yang sama yang akan diterapkan pada situasi berikutnya. Sedarmayanti (2009) Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang, sedangkan pengalaman hanya mungkin diperoleh dalam hubungan lingkungannya. Pengalaman merupakan faktor utama dalam perkembangan seseorang dalam hal ini berarti bahwa jiwa dan kemampuan seseorang akan lebih mapan jika orang tersebut telah merasakan keadaan yang sebenarnya. 6 37. Menurut Van den Ban. Dkk. (1999) Melalui pengalaman seseorang memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap. Sedangkan Mosher (1987) menyatakan bahwa pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas petani dalam usahataninya di mana cita-cita petani berdasarkan pengalaman yang baik mengenai cara bercocok tanam yang baik dan menguntungkan akan mempengaruhi terlaksananya pembangunan pertanian. 2.2.5 Pendidikan petani Morgan. dkk. (1963) mengemukakan bahwa pendidikan memiliki makna yang menumbuhkan dinamika orang, mengantarkan orang untuk menjadi modern, (mampu menguasai lingkungan dan dunianya). Pendidikan yang ditempuh seseorang baik secara formal dan nonformal akan sangat mempengaruhi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap orang tersebut. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumberdaya manusia dan merupakan pengubah utama kualitas sumberdaya manusia. Makin menungkat pendidikan seseorang, maka kualitas kerjanya (performance) juga meningkat (Syahyuti, 2006). Soekanto (2002) menyatakan bahwa pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan, membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan cara berpikir ilmiah. Petani yang relative lebih cepat dalam menerapkan hal-hal baru umumnya adalah petani yang pendidikannya lebih tinggi dari masyarakat di sekitarnya, pandai dan pengetahuannya luas (Wiriaatmadja, 1977). Menurut Syahyuti, (2006)Ada tiga cara pendidikan untuk mengubah perilaku, yaitu: (1) pendidikan formal, (2) pendidikan nonformal dan (3) pendidikan informal. Rataan pendidikan formal petani kopi adalah sembilan tahun dengan kisaran umur 5-12 tahun. Tingkat pendidikan formal sangatlah penting bagi petani kopi karena akan membenatu petani kopi untuk lebih mudah mengadopsi inovasi, menerapakan teknologi dalam usahataninya kopi dan menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapi. Makin meningkat pendidika seorang petani, maka kualitas kerjanya juga meningkat. Artinya semakin tinggi pedidikan petani kopi semakin berkembang wawasan berpikirnya dan semakin baik keputusannya dalam berusahtani kopi yang lebih produktif. 2.2.6 Kontribusi Pemerintah Daerah 6 38. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kontribusi adalah sumbangan; sedangkan menurut Kamus Ekonomi (T Guritno, 1992) kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama -sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Dalam pelaksanaan otonomi daerah pengertian pemerintah daerah menurut Misdyanti dan Kartasapoetra, (1993:17) adalah pemerintah daerah adalah penyelenggara pemerintahan di daerah. Dengan kata lain pemerintah daerah adalah pemegang kemudi dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah. Pengertian pemerintah daerah menurut peraturan pemerintah (PP, 2004: 32) Tahun 2000 tentang pedoman organisasi perangkat daerah adalah Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonomi yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Pengertian lain mengenai Pemerintah Daerah tercantum dalam Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Pemerintahan Desa dan Kelurahan bahwa Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah adalah selaras dengan azas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dapat diwujudkan dalam fungsi- fungsi pemerintah daerah. Adapun fungsi pemerintah daerah menurut Misdyanti dan Kartasapoetra, (1993) adalah: Fungsi otonomi Fungsi otonomi dari pemerintah daerah adalah melaksanakan segala urusan yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang lebih tinggi tingkatannya. Fungsi pembantuan Merupakan fungsi untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pusat atau pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya. Fungsi Pembangunan Fungsi ini untuk meningkatkan laju pembangunan dan menambah kemajuan masyarakat sehingga tuntutan dari masyarakatpun semakin berkembang dan kompleks Fungsi lainnya Selain ketiga fungsi diatas terdapat fungsi lainnya adalah: Pembinaan wilayah 6 39. Pembinaan masyarakat Pemberian pelayanan,pemeliharaan serta perlindungan kepentingan umum. Berdasarkan beberapa pandangan diatas dapat di simpulkan bahwa pemerintah daerah yang dimaksudkan adalah pemerintah daerah dalam arti sempit. Pemerintah daerah dalam arti sempit terdiri dari kepala daerah, sekertaris daerah, dan dinas-dinas di daerah. Jadi pemerintah daerah merupakan suatu sistem yang ada dalam wilayah daerah kabupaten dan bupati kepala daerah sebagai unsur pimpinan penyelenggara pemerintah di daerah. 2.2.7 Akses informasi Syah (2005) Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk membuat keputusan. Informasi berguna untuk pembuat keputusan karena informasi menurunkan ketidakpastian (atau meningkatkan pengetahuan) Informasi menjadi penting, karena berdasarkan informasi itu para pengelola dapat mengetahui kondisi obyektif perusahaannya. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang dikumpulkan dengan metode ataupun cara - cara tertentu. Menurut Mcleod (2001) Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi si penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang. Petani yang telah maju dan berorientasi pada pasar akan selalu berusaha dapat bertani dengan lebih baik dan selalu mengikuti perkembangan kebutuhan pasar. Berusahatani yang baik akan selalu memerlukan adanya informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa akses informasi adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mengikuti perkembangan informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan yang lebih baik dan menurunkan ketidakpastian (menambah pengetahuan). Kerangka Proses Berpikir Purba, (2012), Faktor Faktor Yang Mempengaruhi produksi Tanaman Kopi Di Desa Dolog Huluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Berniati, (2011), Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Di Kebun Bagerpang PP. London Sumatra Indonesia Tbk Ginting, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan Angkat, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kopi Ateng (Studi Kasus Kabupaten Dairi) Yurisinthae, dkk, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Lidah Buaya Di Sentra Produksi Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat Tahir, dkk, (2010), Analisis Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Kedelai Di Sulawesi Selatan Zakaria, (2010), Program Pengembangan Agribisnis Kedelai Dalam Peningkatan Produksi Dan Pendapatan Petani Hutauruk, (2009), Pengaruh Pendidikan Dan Pengalaman Petani Terhadap Tingkat Produksi Tanaman Kopi Dan Kontribusinya Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Tapanuli Utara Panjaitan, (2008), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kopi Di Kabupaten Dairi 6 40. Suryana, (2007), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Di Kabupaten Blora (Studi Kasus Produksi Jagung Hibrida Di Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora) Kartika, (2006), AnalisisFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prduksi Usahatani Paprika Hidroponik Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Triyatno, (2006), Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah Apriyanto, (2005), Pengaruh Status Dan Luas Lahan Usahatani Kentang (Solanum Tuberosum L.) Saifulli, (2001), Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi produksi Emping Mlinjo Di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Sitepu, (2000), Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Markisa Di Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo Studi Teoritis Produksi Miller (2000) Partadireja (1985) Murti. dkk (1987) Luas Lahan Hernanto (1989) Birowo et al. dalam Adjid, ( 2001) Soekartawi, 2006). Mubyarto (1990) Lionberger dan Gwin (1982), Mardikanto (1983) Daniel, 2004). Modal (Daniel, 2004). (Mardikanto, 1993). Pengalaman Padmowihardjo (1994) Sedarmayanti (2009) Van den Ban. Dkk (1999). Mosher (1987) Pendidikan petani Morgan et al. (1963) Syahyuti,( 2006) Soekanto (2002) Wiriaatmadja, (1977) Combs dan Manzoor dalam Sahidu, (1998). Kontribusi Pemerintah Daerah T Guritno, (1992) Misdyanti dan Kartasapoetra, (1993), (PP, 2004: 32) Tahun 2000 Akses informasi Syah, (2005). Mcleod, Raymond, 2001, 6 41. 1.Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara serempak berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 2.Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara parsial berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 3.Salah satu dari variabel bebas diduga merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji F dan Uji t Analisis Regresi Linier Berganda Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi berpengaruh signifikan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dalam penulisan ini dapat digambarkan secara sistematis, sebagai berikut: Modal (X2) Luas lahan (X1) 6 42. Produksi Agribisnis Kopi Rakyat (Y) Pengalaman (X3) Pendidikan Petani (X4) Kontribusi Pemerintah Daerah (X5) Akses informasi(X6) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Serempak Parsial 6 43. 2.5 Hipotesis Penelitian Dari perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dituangkan dalam kerangka pikir, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara serempak berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, akses informasi secara parsial berpengaruh terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Salah satu dari variabel bebas diduga merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi agribisnis kopi rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. 6 44. III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Desain Penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi penelitian adalah Kecamatan Silo sebagai salah satu sentra produksi kopi yang memiliki luas lahan agribisnis kopi terluas di kabupaten Jember. Suatu keberhasilan agribisnis dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain faktor luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, dan akses informasi. Pemerintah dituntut untuk dapat memonitor, memahami, dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi agribisnis kopi rakyat yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dan strategi yang tepat agar dapat mengembangkan agribisnis kopi rakyat mengingat permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap komoditas kopi ,baik pasar luar negeri maupun dalam negeri dan diharapkan pengembangan agrbisnis kopi rakyat dapat meningkatkan produksi petani dan memperbaiki kesejahteraan petani. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September - November 2013. 3.2 Populasi Penelitian, Besar dan Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang dterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi pada penelitian ini adalah petani kopi di Kecamatan Silo yang tergabung dalam kelompok tani serta tercatat di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember berjumlah 2.239 orang. 3.2.2 Besar dan Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling adalah suatu cara untuk menentukan banyaknya sampel dan pemilihan calon anggota sampel, sehingga setiap sampel yang terpilih dalam penelitian dapat mewakili populasinya (representatif) baik dari aspek jumlah maupun 25 45. dari aspek karakteristik yang dimiliki populasi. Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sample yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample (Sugiyono, 2009). Teknik ini meliputi, sample random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionarate stratified random, sampling area sampling. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling sebagai teknik pengambilan sample, yaitu populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata porposional (Sugiyono, 2009). Pengambilan sample berstrata digunakan apabila kita berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan tersebut mempengaruhi variabel (Arikunto, 2010). Porposional atau disebut juga sample imbangan adalah teknik pengambilan sample porporsi atau sample imbangan yang dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah (Arikunto, 2010). Menurut Roscoe dalam buku Research Methods For Busines dalam Sugiyono, 2009, memberikan saran tentang ukuran sample untuk penelitian seperti berikut ini : Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain- lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi berganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variable yang diteliti. Misalnya variable penelitiannya ada 7 (independen + dependent), maka jumlah anggota sampel = 10 x 7 = 70. Untuk penelitian ekperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s/d 20. Populasi petani kopi di Kecamatan Silo yang tergabung dalam kelompok tani serta tercatat di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jember berjumlah 2.239 orang. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 70 responden petani kopi di Kecamatan Silo yang tergabung dalam kelompok tani dengan pertimbangan terbatasnya waktu, dana dan tenaga. Sampel sebanyak 70 petani dianggap sudah 25 46. mewakili dari populasi yang ada. Berdasarkan teori tersebut, jumlah sampel 70 telah memenuhi persyaratan ukuran sampel penelitian. 3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Di dalam variabel harus jelas aspek aspek atau faktor- faktor yang akan dikemukakan (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan variabel luas lahan, modal, pengalaman, pendidikan petani, kontribusi pemerintah daerah, dan akses informasi . 3.3.1 Klasifikasi Variabel Klasifikasi variabel merupakan mempuyai maksud untuk mengetahui variabel apa saja yang digunakan dalam penelitian. Klasifikasi dalam penelitian ini yaitu: Variabel bebas (X) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan variabel terikat (Sugiyono, 2009). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karakteristik Petani Kopi yaitu: X1 : Luas Lahan Garapan X2 : Modal X3 : Pengalaman Beragribis Kopi X4 : Pendidikan Formal Petani X5 : Kontribusi Pemerintah Daerah X6 : Akses Informasi Variabel terikat (Y) Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Produksi Agribisnis Kopi Rakyat . 3.3.2 Definisi Operasional Variabel 25 47. Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan, variable-variabel yang dianalisis dapat dikelompokan sebagai berikut : Luas lahan Garapan (X1), Jumlah satuan hamparan tanah dalam hektar yang dimiliki dan dikuasai petani untuk ditanami kopi, baik lahan yang menjadi milik sendiri, lahan yang disewa, ataupun lahan yang ditanam. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Luas lahan Garapan: Keuntungan status kepemilikan lahan baik menyewa atau milik sendiri. Status kepemilikan lahan sendiri tidak ditanami tanaman lain. Luas status kepemilikan lahan mempengaruhi produksi. Modal (X2), Pernyataan petani tentang jumlah uang dalam rupiah yang digunakan dalam berusahatani kopi, baik berasal dari milik sendiri, pinjaman ataupun bantuan dari pihak lain. Jumlah modal diukur dengan skala rasio, sedangkan asal modal diukur dengan skala nominal. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Modal: Permodalan yang dimiliki dalam beragribis kopi. Jumlah modal yang dimiliki sepenuhnya untuk beragribis kopi. Peran pemerintah dalam pemberian modal beragribis kopi. Pengalaman Beragribis Kopi (X3), Pengalaman beragribis yang diimiliki petani baik mengenai cara bercocok tanam yang baik dan menguntungkan yang akan mempengaruhi produksi kopi. Lamanya petani beragribis kopi yang dinyatakan dalam tahun, dengan skala pengukuran rasio. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Pengalaman Beragribis: Pengalaman beragribis kopi yang dimiliki. Pengaruh pengalaman beragribis kopi yang dimiliki. Ketrampilan dalam beragribis kopi. Pendidikan Formal Petani (X4), Lamanya petani mendapatkan atau mengikuti proses belajar formal yang pernah dicapai, yang dinyatakan dengan jumlah tahun petani mengikuti pendidika formal, dengan skala rasio.Kontribusi pemerintah daerah (X5), Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Pendidikan Formal Petani: Peran tingkat pendidikan formal dalam beragribis kopi. Inovasi dalam beragribis kopi. Pengaruh peran tingkat pendidikan formal dalam beragribis kopi. 25 48. Kontribusi Pemerintah Daerah (X5) Keterlibatan yang dilakukan oleh kepala daerah, sekretaris daerah, dan dinas-dinas di daerah.melalui peluang pasar, pendampingan petani, kepastian harga kopi.dalam kepada petani kopi yang akan memberikan dampak terhadap produksi kopi rakyat. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel pemerintah daerah: Peran pemerintah dalam hal peluang pasar. Peran pendampingan dalam beragribis kopi pada petani Kepastian harga kopi. Akses informasi (X6) Upaya petani untuk mencari informasi mengenai usahatani kopi baik didalam maupun diluar sistem sosialnya yang dinyatakan dalam frekuensi. Upaya tersebut dilihat dari frekuensi petani berinteraksi dengan sumber informasi, memanfaatkan media massa dan mencari informasi ke luar daerah. Pengukurannya dengan menggunakan skala rasio. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Akses informasi: Manfaat media massa dalam beragribis kopi. Pencarian informasi keluar daerah dalam beragribis kopi. Peran tokoh penyuluh dalam beragribis kopi. Produksi Agribisnis (Y) Segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah nilai kegunaan suatu produk agribisnis. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan variabel Produksi Agribisnis: Keadaan tanaman per luas lahan Produksi lahan beragribis kopi. Ketersedian tenaga kerja dalam beragribis kopi. 3.4 Instrumen Penelitian Alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dan informasi adalah kuesioner yang ditunjukkan kepada 70 Petani Kopi Rakyat di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Sebelum disebarkan keseluruh petani Kopi Rakyat sebagai data primer atau data responden sebenarnya, kuesioner tersebut diuji terlebih dahulu validitas dan realibilitasnya Sugiyono (2009). Dalam penyusunan instrumen penelitian, yakni dalam penelitian format jawaban untuk pertanyaan, penelitian menggunakan format skala likert. Skala 25 49. likert pada umumnya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fonomena social. Umumnya, instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checlist ataupun pilihan ganda. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Penelitian yang digunakan ini merupakan analisis kuantitatif dalam bentuk checklist dengan memberi tanda () sebagai bentuk instrumen penelitian, maka jawaban- jawaban dari pilihan tersebut diberikan skor sebagai berikut : Sangat setuju : skor 4 Setuju : skor 3 Tidak setuju : skor 2 Sangat tidak setuju : skor 1 3.5 Lokasi Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive Methods). Daerah penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Silo Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur mengingat kecamatan Silo daerah terluas penghasil kopi. Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2013 selama 3 bulan yang meliputi persipan awal sebelum penelitian sampai dengan tahap penyelesaian penelitian. 3.6 Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data sangat berpengaruh sekali dengan hasil penelitian karena pemilihan metode pengumpulan data yang tepat akan dapat diperoleh data yang relefan, akurat dan reliabel, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tahapan sebelum pengumpulan data di lapang, yaitu mengadakan pengamatan dan penelitian pendahuluan di Perkebunan Rakyat Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Tahap pengumpulan data primer yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu informasi atau data dari jawaban seluruh petani di Perkebunan Rakyat Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Tahapan pengumpulan data sekunder diperoleh dari perpustakaan, literatur, maupun laporan penelitian terdahulu (dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan) 25 50. 3.7 Teknik Analisis 3.7.1 Uji Validitas Sugiyono (2009). Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Cara paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas suatu instrumen adalah dengan cara mengkorelasikan antara score yang diperoleh pada masing-masing item (pertanyaan atau pernyataan) dengan score item dengan score total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu. Untuk menguji validitas dari pertanyaan, dengan taraf signifikan () = 5% digunakan rumus koefisien korelasi produk moment. Rumus validitas adalah: (Sugiyono, 2009) r Keterangan : r = Koefisien korelasi x = Variabel independen y = Variabel dependen n = Jumlah sampel Tabel 3.1 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Inteerpretasi r 0,00 0,199 Sangat rendah 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,000 Sangat kuat Sumber: Sugiyono, 2009 3.7.2 Uji Reliabilitas Mengetahui konsitensi alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari veriabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Sugiyono,2009). ri = 25 51. Keterangan: ri = Reliabilitas internal seluruh instrumen rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua Selanjutnya untuk teknik perhitungan kedua uji diatas akan dilakukan secara otomatis dengan menggunakan alat bantu SPSS 16. 3.8 Metode Analisis Data Setelah data dikumpulkan proses selanjutnya adalah menganalisis data yang telah diperoleh, analisis data dilakukan dengan menggunakan: 3.8.1 Analisis Regresi Linier Berganda Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah alat untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6 ..Xn) terhadap variabel terikat (Y) (Sunyoto, 2012). Rumus pengujian regresi linier berganda: Keterangan : Y = Produksi Agribisnis Kopi Rakyat a = Konstanta b = Koefisien dari variabel bebas (X) X1 = Luas Lahan Garapan X2 = Modal X3 = Pengalaman Beragribis Kopi X4 = Pendidikan Formal Petani X5 = Kontribusi Pemerintah Daerah X6 = Akses Informasi e = Kesalahan / Pengganggu (error) 3.8.2 Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) 25 52. Koefisien determinasi (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel indepeden dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi tinggi (Imam Ghozali, 2005). Apabila dalam penelitian hanya terdapat satu atau dua variabel independen maka R2 yang digunakan, namun jika dalam sebuah penelitian terdapat lebih dari 2 variabel independen atau variabel bebas maka adjusted R square yang digunakan, dengan demikian penelitian ini menggunakan adjusted R square untuk mengukur seberapa besar variabel bebas (independen) yaitu luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman (X3), pendidikan petani (X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6), dapat mempengaruhi atau menerangkan variabel terikatnya (dependen) yaitu (Y) Pendapatan Agribisnis Kopi Rakyat. Setiap tambahan satu variabel independen yaitu luas lahan (X1), modal (X2), pengalaman (X3), pendidikan petani (X4), kontribusi pemerintah daerah (X5), akses informasi (X6), maka nilai R2 p asti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Produksi Agribisnis Kopi Rakyat (Y), sedangkan nilai adjusted R square dapat meningkat atau turun apabila satu variabel dependen atau (Y) Produksi Agribisnis Kopi Rakyat ditambah kedalam model. Teknik perhitungan koefisien determinasi berganda pada penelitian ini menggunakan software SPSS 16.0 )1)(( )1(1 _ 2 2 Rkn n RAdjusted = Keterangan: = Koefisien determinasi n = Banyaknya responden k = Banyaknya variabel bebas 25 53. 3.8.3 Uji F Menurut Sugiyono (2009), Untuk menguji secara serempak terhadap koefisien korelasi ganda maka dapat digunakan uji F sebagai berikut : Fhit Keterangan: R2 = koefisien korelasi ganda K = jumlah variabel independen N = jumlah anggota sampel = Fhit yang selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel Kriteria pengujian hipotesis: Apabila Fhit > Ftabel, pada taraf signifikan yang ditentukan, maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga variabel independen secara serempak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Apabila F hit < Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga variabel independen secara serempak tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 3.8.4 Uji t Digunakan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat (Sugiyono, 2009). thitung Keterangan: t = Pengujian secara Parsial bi = Korelasi Regresi Linier dari X1 sampai X3 s (bi) = Standar Deviasi bi Kesimpulan keputusan : Apabila thit < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga variabel independen tidak mempengaruhi secara signifikan. Apabila t hit > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga variabel independen mempengaruhi secara signifikan. 25 54. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Wilayah 4.1.1 Kecamatan Silo Kecamatan Silo merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur. Jarak pusat pemerintahan Kecamatan Silo 30 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Jember dan 267 Km dari Ibukota Propinsi Jawa timur. Topografi daerah ini berbukit-bukit atau bergunung dan berhawa sejuk dengan ketinggian rata-rata antara 600 hingga 750 meter di atas permukaan laut dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara : Kecamatan Ledokombo Sebelah selatan : Kecamatan Tempurejo Sebelah barat : Kecamatan Mayang Sebelah timur : Kabupaten Banyuwangi Daerah ini menyajikan keindahan alam perbukitan dengan perpaduan kehidupan pertanian agraris. Di Kecamatan ini juga terdapat beberapa agrowisata, misalnya Agrowisata Gunung Gumitir (PTPN XII) dimana kita bisa menikmati pembibitan, p