TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis...

73
TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA AFRILYADI EKO WIBOWO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis...

Page 1: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA

AFRILYADI EKO WIBOWO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.
Page 3: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Tinjauan Agribisnis dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rumput Laut Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Afrilyadi Eko Wibowo NIM H451110471

Page 4: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.
Page 5: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

RINGKASAN

AFRILYADI EKO WIBOWO. Tinjauan Agribisnis Rumput Laut dan Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Rumput Laut Indonesia. Dibimbing oleh

HARIANTO dan SITI JAHROH.

Perkembangan budidaya rumput laut di Indonesia selama kurun waktu 10

tahun terakhir, berkembang dengan pesat. Sejak tahun 2007 Indonesia sudah

menjadi penghasil rumput laut terbesar di dunia. Lima puluh persen rumput laut

dari wilayah tropis di dunia, dihasilkan dari Indonesia. Dari 2005-2010, ekspor

rumput laut Indonesia terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan tujuh belas

persen per tahun. Sedangkan nilai ekspor FOB Indonesia meningkat sebesar lima

puluh satu persen selama enam tahun. Pertumbuhan rata-rata produksi rumput laut

selama enam tahun meningkat sebesar empat puluh persen. Ekspor Indonesia

sebagian besar dalam bentuk rumput laut kering (dried seaweeds) dengan negara

tujuan utama: Cina, Filipina, Hongkong, Korea Selatan, Denmark, dan Italia.

Tujuan penelitian adalah (1) menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi, permintaan dan harga rumput laut domestik (2)

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ke

Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa

ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) dari tahun 1989

– 2011. Model dalam penelitian ini menggunakan program SAS metode 2SLS .

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi rumput laut Indonesia secara

signifikan adalah anggaran Kementerian Kelautan Perikanan, harga rumput laut

dunia serta tren. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumput laut

domestik secara signifikan adalah jumlah penduduk Indonesia serta harga

karageenan. harga rumput laut domestik dipengaruhi secara signifikan oleh harga

rumput laut domestik pada tahun sebelumnya. Faktor yang secara signifikan

berpengaruh pada ekspor rumput laut ke Filipina adalah harga rumput laut

domestik pada tahun sebelumnya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi

ekspor ke Cina adalah pendapatan nasional Cina serta untuk faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor rumput laut ke Hongkong adalah harga rumput laut

domestik tahun sebelumnya, tarif impor yang diberlakukan oleh Hongkong dan

harga rumput laut dunia.

Produksi, permintaan dan harga rumput laut domestik ternyata dipengaruhi

oleh kebijakan pemerintah Indonesia. Kebijakan yang dilakukan oleh KKP RI

dalam mendorong produksi rumput laut domestik serta peningkatan ekspor perlu

terus dilakukan, sebagai langkah konkretnya dengan peningkatan anggaran

pemerintah.

Kata Kunci : agribisnis, ekspor, harga, rumput laut

Page 6: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.
Page 7: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

SUMMARY

AFRILYADI EKO WIBOWO. Overview of Agribusiness and Factors that

Influence the Indonesian Seaweed. Supervised by HARIANTO and SITI

JAHROH.

The development of seaweed cultivation in Indonesia in the last decade

has grown very fast. Since 2007 Indonesia has become the largest seaweed

producer in the world. Fifty percent of seaweed from the tropical regions in the

world are produced in Indonesia. In the period of 2005-2010, the export of

Indonesian seaweed continued to increase with an average of seventeen percent

growth per year. While the value of exports FOB Indonesia increased by fifty-one

percent over six years. The average growth of seaweed production in six years

increased by forty percent. Indonesia's exports are mostly in the form of dried

seaweeds with the major destination countries: China, the Philippines, Hong

Kong, South Korea, Denmark, and Italy.

The objectives of this study are (1) to analyze the factors that affect the

production, demand and price of domestic seaweed (2) analyze the factors that

affect the Indonesian seaweed exports to China, Hong Kong and the Philippines

(3) to analyze policy alternatives in order to increase Indonesian seaweed

production. The secondary data (time series) in was collected from 1989 until

2011. The model in this study was analyzed using the SAS program 2SLS

method.

The factors that affect the production of Indonesian seaweed significantly

were budget of the Ministry of Marine Affairs Fisheries MMAF, the world price

of seaweed and trends. Factors that affect the domestic demand of seaweed

significantly were the population of Indonesia and carageenan price. The price of

domestic seaweed was significantly influenced by the price of domestic seaweed

in the previous year. Factor that significantly affects seaweed exports to the

Philippines was the seaweed domestic price in the previous year. While the factor

affecting exports to China was the Chinese national income and the factors that

affect the seaweed exports to Hong Kong were the domestic price of seaweed in

the previous year, import tariffs imposed by Hong Kong and the world price of

seaweed.

Production, demand and price of domestic seaweed is influenced by the

Indonesian government policy. Policies pursued by MMAF in increasing domestic

seaweed production and exports are needed to be implemented, where concrete

step is by increasing with increased government budget.

Key words : agribusiness, export, price, seaweed.

Page 8: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 9: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

AFRILYADI EKO WIBOWO

Page 10: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Amzul Rifin, SP, MA

Penguji Wakil Program Studi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Page 11: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

Judul Tesis : Tinjauan Agribisnis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor

Rumput Laut Indonesia

Nama : Afrilyadi Eko Wibowo

NIM : H451110471

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Harianto, MS

Ketua

Siti Jahroh, Ph.D

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Agribisnis

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal Ujian: 31 Desember 2013

Tanggal Lulus:

Page 12: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

kasih dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul Tinjauan Agribisnis dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia ini dapat

diselesaikan. Penyelesaian tesis ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan

kepada:

1. Dr Ir Harianto, MS dan Siti Jahroh, Ph.D selaku komisi pembimbing, atas

bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis

selama penyusunan tesis ini.

2. Dr Ratna Winandi, MS selaku evaluator pada kolokium tesis dan Dr Amzul

Rifin, SP, MA selaku penguji luar komisi pada ujian tesis, atas arahan dan

masukan yang telah diberikan kepada penulis.

3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku penguji perwakilan dari program studi

pada ujian tesis atas arahan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis.

4. Kementerian Pendidikan Nasional atas Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan

dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional (BUBPKLN

KEMENDIKNAS) yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menempuh pendidikan di Program Studi Magister Sains Agribisnis

IPB.

5. Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB, yakni Prof Dr Ir Rita

Nurmalina, MS; Sekretaris Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB,

yakni Dr Ir Suharno, M.A.Dev; serta seluruh Staf Program Studi Magister

Sains Agribisnis IPB; atas dorongan semangat dan bantuan yang telah

diberikan kepada penulis.

6. Seluruh dosen Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB atas pengajaran

yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan di

Program Studi Magister Sains Agribisnis IPB.

7. Kedua orangtua yaitu Karly, SP, MMA dan Wagini, SP yang telah dengan

sepenuh hati selalu mendorong dan memberikan semangat kerja yang luar

biasa besar.

8. Seluruh rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Magister Sains

Agribisnis IPB atas semangat dan bantuan yang telah diberikan kepada

penulis.

9. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang mana juga

telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Afrilyadi Eko Wibowo

Page 13: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Tinjauan Agribisnis 5

Rumput Laut Indonesia 6

Pasar Rumput Laut Domestik dan Internasional 6

3 KERANGKA PEMIKIRAN 8

Konsep Agribisnis 8

Teori Ekspor 9

Perdagangan Internasional 10

Kerangka Pemikiran Operasional 14

4 METODE PENELITIAN 15

Jenis dan Sumber Data 15

Alat Analisis Data 15

Spesifikasi Model 16

Produksi Rumput Laut Indonesia 17

Permintaan Rumput Laut Domestik 17

Fungsi Ekspor 18

Harga Rumput Laut Domestik 20

Identifikasi Model 20

Validasi Model 22

Simulasi Model 23

5 AGRIBISNIS RUMPUT LAUT 23

Budidaya Rumput Laut 24

Pengolahan Rumput Laut 27

Rumput Laut Kering 27

Alkali Treated Cottonii Chip (ATC) 27

Semi Refined Carrageenan (SRC) 28

Refined Carrageenan (RC) 28

Pemasaran Rumput Laut 28

Kebijakan Pemerintah Mengenai Rumput Laut 30

Page 14: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 31

Hasil Pendugaan Model 31

Pembahasan Hasil Pendugaan Model 31

Produksi Rumput Laut Indonesia 32

Permintaan Rumput Laut Domestik 33

Harga Rumput Laut Domestik 34

Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Filipina 35

Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Cina 36

Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Hongkong 37

Validasi Model 38

Hasil dan Pembahasan Simulasi Model 39

Dampak Kebijakan Peningkatan Anggaran KKP Sebesar 50 persen 39

Dampak Penurunan Jumlah Ekspor Rumput Laut Sebesar 50 Persen 41

7 SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

LAMPIRAN 46

Page 15: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan jumlah dan nilai ekspor rumut laut Indonesia tahun

2005-2010 3

2 Jenis dan sumber data penelitian 15

3 Produksi rumput laut 5 provinsi utama Indonesia 24

4 Jumlah ekspor rumput laut menurut negara tujuan pada tahun 2007-

2011 (ton) 29

5 Hasil pendugaan parameter produksi rumput laut 32

6 Hasil pendugaan parameter permintaan rumput laut domestik 33

7 Hasil pendugaan parameter harga rumput laut domestik 34

8 Hasil pendugaan parameter ekspor rumput laut ke Filipina 35

9 Hasil pendugaan parameter ekspor rumput laut ke Cina 36

10 Hasil pendugaan parameter ekspor rumput laut ke Hongkong 37

11 Hasil validasi model faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput

laut Indonesia 39

12 Perubahan nilai rata-rata simulasi kenaikan anggaran KKP 50 persen 40

13 Perubahan nilai rata-rata simulasi penurunan jumlah ekspor rumput laut

50 persen 41

DAFTAR GAMBAR

1 Permintaan rumput laut kering dunia 2009 2

2 Keseimbangan harga di pasar internasional 11

3 Efek dari pajak/kuota ekspor 12

4 Parsial ekuilibrium kebijakan tarif 13

5 Kerangka model permintaan ekspor rumput laut Indonesia 14

6 Negara pengekspor rumput laut kering dunia 29

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peraturan pemerintah tentang rumput laut Indonesia 46

2 Hasil output tahap estimasi model rumput laut Indonesia 50

3 Hasil output tahap validasi dan simulasi model rumput laut Indonesia 55

Page 16: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan pada pembangunan sistem

agribisnis, dimana seluruh subsistem agribisnis dikembangkan secara simultan

dan harmonis dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang tersedia (Gumilar

2007). Salah satu subsektor pertanian yaitu subsektor perikanan memiliki potensi

untuk dapat dikembangkan untuk kesejahteraan nelayan pada umumnya.

Pembangunan dan pengembangan subsektor perikanan dalam arti luas ditujukan

untuk menghasilkan produk-produk unggulan, menyediakan bahan baku bagi

keperluan industri, memperluas kesempatan kerja dan berusaha melalui upaya

peningkatan usaha perikanan terpadu yang berbasiskan pada agroindustri dan

agribisnis yang tangguh dan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas

dan nilai tambah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani yang

didukung dengan ketersediaan modal, tenaga kerja, faktor kelembagaan serta

sarana dan prasarana pendukung lainnya (Aris 2003).

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menggunakan konsep

industrialisasi perikanan yang berdaya saing untuk membangun kemajuan sektor

perikanan dan kelautan Indonesia. Ada empat komoditas yang menjadi fokus

utama untuk dikembangkan antara lain adalah rumput laut, udang, bandeng, dan

patin. Ada beberapa pertimbangan yang diperhatikan dalam penentuan empat

komoditas utama tersebut antara lain adalah dari teknologi yang telah

dikuasai dan berkembang di masyarakat. Begitu pula peluang pasar ekspor yang

tinggi, serapan pasar yang besar. Serta salah satu faktor penting yakni

penyerapan tenaga kerja yang tinggi untuk pengembangan komoditas tersebut.

Dalam rangka pengembangan fokus pada empat komoditas tersebut. Saat

ini Direktorat Budidaya sedang fokus pada peningkatan jumlah dan mutu rumput

laut basah, ekspor, dan konsumsi dalam negeri (KKP 2012). Salah satu komoditas

perikanan yang menjadi fokus utama Kementerian Kelautan Perikanan adalah

rumput laut. Rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan dalam program

revitalisasi perikanan disamping udang dan tuna. Selain itu, siklus budidaya yang

relatif singkat yaitu selama 45 hari serta kebutuhan modal usahanya yang relatif

kecil yaitu sekitar satu juta rupiah, memberi peluang bagi pengusaha rumah

tangga dalam melakukan budidaya rumput laut tersebut.

Rumput laut juga merupakan komoditas yang tak tergantikan karena tidak

ada produk sintetisnya sehingga usaha budidayanya sangat prospektif. Beberapa

jenis rumput laut bisa digunakan sebagai bahan pangan dan bahan industri

makanan, farmasi, kosmetik, cat, tekstil dan bahkan kertas, sehingga mempunyai

kesempatan untuk dijadikan komoditas yang bernilai tambah. Terdapat peluang

yang baik bagi pasar rumput laut untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri

maupun permintaan ekspor (Kemenperin 2011).

Indonesia memiliki potensi produksi rumput laut terbesar di dunia yaitu

dengan 17 508 pulau besar kecil dan memiliki panjang garis pantai 81 000 km.

Dengan asumsi bahwa bentangan budidaya rumput laut rata-rata dapat mencapai

200 m, maka Indonesia memiliki potensi lahan budidaya rumput laut sebesar

1 620 000 ha. Diperkirakan bahwa dari luas lahan tersebut hanya 60 persen yang

Page 17: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

2

dapat digunakan untuk budidaya rumput laut, serta adanya penambahan kondisi

perairan dalam bentuk teluk yang dapat memperluas lahan budidaya rumput laut,

maka Indonesia diperkirakan memiliki potensi lahan lestari untuk budidaya

rumput laut seluas 1.2 juta ha. Luasan ini dipandang wajar bila merujuk pada data

bahwa Indonesia memiliki 24 juta ha luas laut dangkal. Akan tetapi sampai

sekarang tingkat pemanfaatannya masih sangat rendah, Indonesia saat ini hanya

mampu mengusahakan 3 persen dari potensi lahan yang ada (Kemenperin 2011).

Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber

daya kelautan besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati.

Adapun jenis rumput laut yang dibudidayakan secara luas di Indonesia adalah

Euchema cottoni dan Glacilaria (BPPT, ASPPERLI, ISS 2011).

Menurut Kemenperin 2011, permintaan rumput laut (raw materials, semi-

refined products, dan end-products) sangat besar dan akan terus meningkat seiring

dengan pertambahan penduduk dunia. Permintaan pasar internasional terhadap

rumput laut dibedakan dari jenis permintaannya yaitu seperti pada industri hilir

yang memerlukan agar kertas dan ATC (Alkali Treated Cottoni) chips. Sedangkan

pada industri turunan produk rumput laut membutuhkan SRC (Semi Refined

Carrageenan) dan RC (Refined Carrageenan). Paling umum adalah permintaan

terhadap rumput laut kering (dried seaweed) yang merupakan perdagangan raw

material. Permintaan rumput laut kering dunia pada tahun 2009 ditunjukan pada

Gambar 1.

Gambar 1 Permintaan rumput laut kering dunia 2009

Dari besarnya jumlah permintaan dunia tersebut, ekspor Indonesia mulai

memenuhi kebutuhan dunia tersebut dengan berusaha meningkatkan jumlah

ekspor rumput lautnya. Peningkatan ini dilakukan untuk memanfaatkan peluang

pasar internasional yang membutuhkan banyak rumput laut.

Perumusan Masalah

Sebagian besar rumput laut yang dihasilkan Indonesia masih diekspor

dalam bentuk raw material (rumput laut kering). Ironisnya sebagian besar rumput

laut kering tersebut diekspor ke Filipina dan Cina, yang merupakan dua negara

terbesar produsen hidrokoloid berbahan baku rumput laut di dunia. Oleh karena

itu diperlukan strategi yang integratif dan terencana dalam meningkatkan peran

Indonesia dalam tata niaga hidrokoloid internasional, dan secara bertahap

mengurangi ekspor rumput laut dalam bentuk bahan baku menjadi bentuk olahan.

Page 18: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

3

Agribisnis rumput laut di Indonesia juga dipersiapkan untuk pengembangan

rumput laut sebagai alternatif ketahanan pangan dan energi. Agribisnis rumput

laut juga diarahkan untuk menjaga kesinambungan produksi, kestabilan harga di

setiap tingkatan niaga (terutama dikalangan petani pembudidaya rumput laut), dan

kestabilan peningkatan produk olahan rumput laut (kesinambungan industri

pengolahan). Permasalahan yang muncul berkaitan dengan agribisnis rumput laut

selain berasal dari faktor subsistem usahatani juga dari faktor subsistem hilir.

Faktor subsistem usahatani yaitu berkaitan dengan perlunya peningkatan kualitas

produksi budidaya melalui pemberdayaan petani maupun penerapan teknik

budidaya yang baik dan benar. Sedangkan faktor subsistem hilir, seperti: perlunya

peningkatan jumlah end-products melalui pengembangan teknologi formulasi,

perlunya peningkatan kualitas produksi skala industri kecil dan menengah, serta

kontinuitas, kualitas dan harga bahan baku. Pada akhirnya ekspor produk rumput

laut ini menjadi prospek baik dalam memberikan kontribusi baik devisa maupun

lapangan pekerjaan bagi negara khususnya masyarakat pembudidaya.

Perkembangan jumlah dan nilai ekspor rumput laut Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 1.

Dari Tabel 1 dapat dilihat tren produksi rumput laut kering yang meningkat

dari tahun 2006 sejumlah 95 614 330 kg secara bertahap meningkat menjadi 361

914 070 kg pada tahun 2011 dengan rata-rata peningkatan dari tahun 2006-2011

sebesar 31.2 persen. Sedangkan tren jumlah ekspor dengan tren yang meningkat

walaupun sedikit mengalami fluktuasi terutama dari tahun 2008 sejumlah 99 948

576 kg menjadi 94 002 964 pada tahun 2009, begitu pula dengan nilainya yaitu

dari tahun 2008 sejumlah 110 153 291 menjadi 87 773 297 pada tahun 2009.

Peningkatan rata-rata dari tahun 2006-2011 pada jumlah ekspor sebesar 11.8

persen sedangkan nilai ekspornya sebesar 37.3 persen. Hal ini diindikasikan ada

bebarapa faktor yang dapat menyebabkan lebih tingginya nilai ekspor dibanding

dengan jumlah ekspor yaitu seperti salah satunya nilai tukar rupiah yang

terapresiasi. Sedangkan persentase ekspor terhadap produksi rumput laut

cenderung menurun yaitu selama tahun 2006-2007 sebesar 28.39 persen. Hal ini

mengindikasikan bahwa dengan peningkatan produksi rumput laut Indonesia,

jumlah ekspor meningkat tiap tahunnya akan tetapi persentasenya terhdap

produksi domestik semakin menurun.

Tabel 1 Perkembangan jumlah dan nilai ekspor rumput laut Indonesia tahun 2005 -

2010 Tahun Produksi

kering (kg)

Ekspor Persentase ekspor

terhadap produksi Jumlah (kg) FOB (US$)

2006 95 614 330 95 500 055 49 586 226 99.88

2007 105 666 960 94 073 398 57 522 350 89.03

2008 137 573 310 99 948 576 110 153 291 72.65

2009 197 405 810 94 002 964 87 773 297 47.62

2010 246 029 140 126 177 521 155 619 562 51.29

2011 361 914 070 159 075 000 190 138 914 43.95 Peningkatan rata-

rata 2006-2011

(%)

31.2 11.8 37.3 -28.39

Sumber : Kemenperin 2011 (data diolah)

Page 19: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

4

Perkembangan budidaya rumput laut di Indonesia selama kurun waktu 10

tahun terakhir, berkembang dengan pesat. Sejak tahun 2007 Indonesia sudah

menjadi penghasil rumput laut terbesar di dunia. Lima puluh persen rumput laut

dari wilayah tropis di dunia, dihasilkan dari Indonesia. Dari 2005-2010, ekspor

rumput laut Indonesia terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan tujuh belas

persen per tahun. Sedangkan nilai ekspor FOB Indonesia meningkat sebesar lima

puluh satu persen selama enam tahun. Pertumbuhan rata-rata produksi rumput laut

selama enam tahun meningkat sebesar empat puluh persen. Ekspor Indonesia

sebagian besar dalam bentuk rumput laut kering (dried seaweeds) dengan negara

tujuan utama: Cina, Filipina, Hongkong, Korea Selatan, Denmark, dan Italia.

Walaupun dari Tabel 1 tersebut masih terlihat adanya fluktuasi peningkatan

ekspor rumput laut Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu tinjauan terpadu dan

komprehensif tentang sistem agribisnis rumput laut terutama dalam meningkatkan

ekspor. Adanya hubungan yang saling terkait antara satu komponen dengan

komponen lainnya dalam pemenuhan kebutuhan akan membuat persoalan

semakin kompleks. Oleh karena itu, dalam pemecahannya perlu dilakukan dengan

pendekatan sistem. Pada penelitian ini akan diformulasikan model yang

mengintegrasikan berbagai alat bantu dalam sistem pengambilan keputusan yang

terkait dengan ekspor produk rumput laut. Secara khusus, permasalahan agribisnis

rumput laut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, permintaan, dan

harga rumput laut domestik?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia

ke Cina, Hongkong dan Filipina ?

3. Bagaimana pengaruh kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah

Indonesia dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia terkait peningkatan produksi rumput laut?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji agribisnis rumput laut

Indonesia, dengan tujuan khusus sebagai berikut :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, permintaan dan

harga rumput laut domestik.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut

Indonesia ke Cina, Hongkong dan Filipina.

3. Menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan

produksi rumput laut Indonesia.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut di atas maka

manfaat dari penelitian ini adalah:

1) Menjadi bahan pertimbangan bagi pembudidaya, pelaku industri dan

pemerintah dalam keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan di

dalam sistem agribisnis rumput laut Indonesia.

Page 20: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

5

2) Sebagai bahan informasi, pustaka dan pengetahuan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi agribisnis rumput laut Indonesia bagi peneliti

selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada tinjauan agribisnis, faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi, permintaan dan harga rumput laut domestik serta ekspor

rumput laut Indonesia ke negara-negara utama pengimpor rumput laut Indonesia

yaitu Cina, Hongkong dan Filipina. Negara-negara pengimpor utama rumput laut

Indonesia yaitu antara lain Cina, Filipina dan Hongkong. Hal itu dikarenakan

jumlah ekspor ke tiga negara tersebut adalah yang terbesar diantara negara-negara

lainnya.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Agribisnis

Pada kajian karakteristik dan aktivitas komunikasi nelayan terhadap perilaku

dalam pengembangan subsistem produksi pada agribisnis perikanan tangkap yang

diteliti oleh Nursalim 2000 menyatakan bahwa tantangan agribisnis perikanan

tangkap di dalam kondisi globalisasi pasar dunia adalah bagaimana kemampuan

untuk meningkatkan daya saing produk. Tantangan ini harus dijawab melalui

proses inovasi, penemuan, pengembangan, pembaharuan dan penerapan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Dari berbagai subsistem agribisnis perikanan tangkap, maka subsistem produksi

adalah yang paling penting. Untuk mempercepat inovasi pengembangan agribisnis

perikanan tangkap bagi nelayan maka perlu dilakukan strategi komunikasi yang

tepat sehingga tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi karakteristik nelayan dan

aktivitas komunikasi, mengetahui perilaku nelayan dalam pengembangan

subsistem produksi pada agribisnis perikanan tangkap serta mengetahui pengaruh

karakteristik dan aktivitas komunikasi nelayan terhadap perilaku dalam

pengembangan subsistem produksi pada agribisnis perikanan tangkap di

Kabupaten Tegal. Analisis data dengan menggunakan metode regresi berganda.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, peubah yang berpengaruh

nyata pada perilaku dalam pengembangan agribisnis perikanan tangkap adalah:

ukuran kapal yang digunakan, kehadiran dalam pertemuan dan keterdekatan

dengan siaran radio. Sedangkan bagi penyuluh faktor yang berpengaruh yaitu

pendidikan formal, pengalaman kursus/ pelatihan, komunikasi interpersonal

dengan kontak nelayan, kedekatan responden pada siaran radio, kedekatan

dengan tayangan televisi serta kedekatan dengan media cetak.

Gumilar 2007 meneliti tentang pengembangan agribisnis ikan hias air tawar

dalam meningkatkan ekonomi wilayah kota Bogor. Permasalahan yang terjadi

yaitu rata-rata kepemilikan lahan yang relatif sempit, aktivitas petani yang sagat

tinggi, pengelolaan SDA dan faktor produksi yang belum efisien, bErrorientasi

pasar serta menghendaki pengelolaan yang ramah lingkungan. Dari permasalahan

tersebut maka pembangunan pertanian perikanan di kota Bogor diarahkan menuju

Page 21: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

6

agribisnis perkotaan yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan lokal

spesifik. Penelitian tersebut bertujuan menganalisis keunggulan daya saing ikan

hias air tawar di Kota Bogor sebagai industri perikanan, menganalisis manfaat dan

biaya dari budidaya ikan hias serta menganalisis persepsi stakeholders dalam

pengembangan ikan hias air tawar di Kota Bogor. Alat analisis yang digunakan

yaitu metode Porter, Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio dan Internal Rate

Of Return (IRR) serta Analitical Hierachy Process (AHP). Dari penelitian tersebut

dapat diketahui bahwa keunggulan daya saing ikan hias air tawar di Kota Bogor

adalah lemah serta menurut hasil uji analisis sensitivitas usaha kecil mempunyai

risiko tinggi akan tetapi usaha ini secara finansial layak untuk dilakukan.

Sedangkan berdasarkan persepsi stakeholders dan AHP, pengembangan

pemasaran ikan hias air tawar di Kota Bogor menjadi prioritas terpenting dengan

jalur pasar internasional.

Rumput Laut Indonesia

Rumput laut atau alga-makro laut atau dalam perdagangan disebut seaweed

adalah biota laut yang tergolong sumber daya alam terbarukan, tanaman berderajat

rendah, tumbuh melekat pada substrat tertentu serta tidak memiliki akar, batang

dan daun sejati yang disebut thallus. Secara taksonomi dikelompokan ke dalam

Divisio Thallophyta, dengan empat kelas besar dalam divisio ini, yaitu

Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae (alga coklat), Rhodophyceae (alga

merah), Cyanophceae (alga biru-hijau).

Pengembangan usaha budidaya dimulai dengan spinosum tahun 1982

kemudian cottonii dimulai tahun 1984. Karena laju pertumbuhannya yang

sangat kecil, cottonii asal Indonesia menjadi kurang baik untuk digunakan

sebagai bibit dalam budidaya, maka yang diintroduksi pada awalnya adalah

tiga varietas cottonii asal Filipina. Demikian pula bibit sacol berasal dari

Filipina. Dalam tiga tahun terakhir ini, cottonii varietas Sumba yang telah

dicoba dibudidayakan hampir lebih dari 10 tahun telah menunjukan hasil

yang memuaskan, dimana laju pertumbuhan dan kandungan karaginan cukup

tinggi (BPPT, ASPPERLI, ISS 2011).

Pasar Rumput Laut Domestik dan Internasional

Menurut Yusuf dan Zamroni 2006, dalam memenuhi permintaan pasar baik

dalam negeri maupun luar negeri, peran pemerintah telah menunjukan hasil yang

signifikan dalam mendorong perkembangan produksi rumput laut. Pasar rumput

laut ini dapat dikelompokan ke dalam 2 (dua) segmen yaitu segmen industri dan

segmen rumah tangga. Dari kedua segmen ini rumput laut yang dijual memiliki

standar yang berbeda.

Rumput laut Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Dengan

menggunakan metode analisis deskriptif tabulatif yang berhubungan dengan pasar

rumput laut Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa industri rumput laut

Indonesia harus memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri sebesar 14 000 ton dan

pasar luar negeri sebesar 25 000 ton dari kebutuhan total dunia sebesar 1 666 667

ton. Jika dilihat dari negara tujuan ekspor ternyata pasar Asia yang mengimpor

Page 22: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

7

rumput laut terbesar dari Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar

rumput laut Indonesia yang terbesar adalah pasar Asia.

Dalam cakupan wilayah yang lebih kecil dengan penelitiannya mengenai

pengklusteran rumput laut, Zulham dan Apriliani 2007 di wilayah Gorontalo serta

Zulham et al 2007 di wilayah Sumenep yang menggunakan teknik Rural Rapid

Appraisal menjelaskan bahwa bisnis rumput laut di Gorontalo memberi multiplier

effect untuk masyarakat pesisir di daerah itu. Potensi perairan yang dapat

dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut sekitar 1 415 ha dari jumlah tersebut

baru dimanfaatkan sekitar 830 ha. Akan tetapi tidak semua desa di sepanjang

pesisir Teluk Tomini dan Laut Sulawesi sesuai untuk pengembangan rumput laut,

karena sifat oceanografis perairan. Pada daerah yang gelombang laut kuat, sering

terjadi up welling atau banyak muara sungai maka rumput laut sulit tumbuh

dengan sempurna. Pada wilayah perairan dengan kondisi yang demikian rumput

laut akan terkena penyakit ice-ice, yang menyebabkan rumput laut tersebut akan

patah dan membusuk. Oleh sebab itu untuk menentukan lokasi budidaya rumput

laut yang sesuai perlu mempertimbangkan kondisi fisika dan kimia perairan

(terutama salinitas) dan akses ke lokasi budidaya tersebut, serta ketersediaan

tenaga kerja. Serta pengklusteran di wilayah Sumenep dengan menggunakan

metode deskriptif pendekatan eksploratif disimpulkan bahwa Sumenep telah ada

komponen-komponen pembentuk klaster rumput laut. Klaster sebagai strategi

pengembangan wilayah untuk memanfaatkan potensi ekonomi. Wacana klaster

perikanan tidak lepas dari strategi tersebut, tujuannya untuk mendorong

pengembangan sentra industri perikanan.

Begitu pula dengan Zamroni et al 2006, yang melakukan penelitian

mengenai keragaan sosial ekonomi usaha budidaya dan pemasaran rumput laut di

Bulukumba dan Palopo (studi kasus budidaya rumput laut Euchema cottonii dan

Gracillaria sp). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial dengan

menggunakan metode deskriptif sedangkan pendekatan ekonomi menggunakan

analisa usaha yang menghitung biaya, keuntungan serta R/C ratio antara dua

macam budidaya Euchema sp dilakukan oleh masyarakat pesisir dengan

menggunakan metode longline, sedangkan budidaya Gracillaria sp dilakukan di

lahan tambak. Pelaku pemasaran pada Euchema sp dikelompokan menjadi tiga

yaitu pedagang tingkat pertama, pedagang tingkat kedua dan pedagang besar

sedangkan untuk Gracillaria sp terdiri dari dua pelaku yaitu pedagang tingkat

pertama dan pedagang besar. Besarnya nilai marjin pemasaran bervariasi dan nilai

tersebut digunakan sebagai biaya transportasi, tenaga kerja, sewa tempat dan

pengepakan. Berdasarkan analisis usaha, kedua usaha budidaya rumput laut

(Euchema sp dan Gracillaria sp) layak untuk dikembangkan karena mempunyai

nilai kelayakan lebih dari satu yaitu masing-masing 2.94 dan 2.96.

Untuk analisis pemasaran rumput laut di wilayah potensial di Indonesia

seperti penelitian yang dilakukan Hikamyani, Aprilliani dan Zamroni 2007 yang

bertujuan menganalisis struktur pasar dan efisiensi pemasaran rumput laut di

beberapa wilayah potensial Indonesia. Dengan menggunakan analisis saluran

pemasaran, marjin pemasaran, struktur pasar serta efisiensi pemasaran rumput

laut, maka dapat disimpulkan bahwa lembaga pemasaran yang terlibat dalam

pemasaran rumput laut terdiri dari pedagang pengumpul baik di tingkat desa

maupun kecamatan, pedagang besar yang berlokasi di kota kabupaten serta

eksportir atau pabrik pengelolaan yang berada di ibukota provinsi. Hasil analisis

Page 23: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

8

marjin pemasaran diketahui bahwa marjin terbesar pemasaran rumput laut di

tingkat pedagang pengumpul yang terdapat di kabupaten Sumenep yaitu mencapai

Rp 880/kg selanjutnya Sumbawa dan Janeponto. Marjin pemasaran di tingkat

pedagang besar seperti Bima dan Sumenep.

Yulisti, yusuf dan Rina 2012 dalam penelitiannya yang berjudul Kajian

Awal Value Chain Rumput Laut Euchema cottonii di Kabupaten Pangkep,

Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis value chain usaha

budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) di Kabupaten Pangkep, sebagai lokasi

program Minapolitan Kementerian Kelautan dan Perikanan, telah dilakukan pada

tahun 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode snowball

sampling pada kelompok petambak pedagang pengumpul kecil, pedagang

pengumpul besar dan pengolah rumput laut. Hasilnya dianalisis menggunakan

metode statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan rantai pemasaran rumput

laut di Pangkep cukup panjang. Pedagang pengumpul kecil dan besar memiliki

peranan yang penting dalam rantai, namun mereka tidak memberikan nilai tambah

pada produk tersebut. Pelaku usaha yang memperoleh keuntungan paling tinggi

adalah pengumpul besar yaitu Rp. 88.660.000,- per tahun dengan value added Rp.

280,- per kilo, sedangkan yang memperoleh pendapatan paling rendah adalah

pengumpul kecil yaitu Rp. 5.500.000,- per tahun dengan value added Rp. 42,- per

kilo. Pembudidaya mendapat keuntungan Rp. 29.075.000,- per tahun dengan

value added Rp. 2.516,- per kilo. Pedagang pengumpul hanya memberikan fungsi

sebagai distribusi, sedangkan petambak harus menyediakan sarana dan prasarana

budidaya sehingga memiliki resiko yang cukup tinggi.

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Agribisnis

Dalam pembahasan agribisnis ini, pertanian mencakup kegiatan usahatani

perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Dari segi skala usaha, ada

yang berskala besar (seperti perusahaan perkebunan, industri minyak sawit dan

lain-lain), ada yang berskala menengah (seperti beberapa agroindustri menengah)

serta ada yang berskala kecil (seperti usaha tani- usaha tani dengan luas lahan di

bawah 25 ha dan berbagai industri skala rumah tangga). Fungsi-fungsi agribisnis

terdiri atas kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, kegiatan

produksi primer (budidaya), pengolahan (agroindustri) dan pemasaran. Fungsi-

fungsi tersebut kemudian disusun menjadi suatu sistem, dimana fungsi-fungsi

tersebut menjadi subsistem-subsistem dari sistem agribisnis. Dengan demikian,

pengembangan sektor agribisnis hendaknya terus dikembangkan dengan

pendekatan sistem agribisnis yang bErrorientasi pada komersialisasi usaha atau

industri pedesaan dan pertanian rakyat yang modern. Pengembangan agribisnis

tidak akan efektif dan efisien bila hanya mengembangkan salah satu subsistem

yang ada di dalamnya (Said dan Intan 2004).

Menurut Seperich, Woolverton dan Beierlein 1994, agribisnis merupakan

keseluruhan kegiatan on-farm dan off-farm yang memproduksi sistem kerja

makanan dan karet. Sistem agribisnis meliputi tiga bagian yaitu sektor input

Page 24: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

9

pertanian, sektor produksi serta sektor pengolahan-manufaktur. Menurut King et

al 2010, agribisnis menekankan pada pandangan integrasi sistem pangan yang

panjang dari riset dan pasokan input melalui produksi, pengolahan dan distribusi

menuju ritel dan konsumen akhir. Agribisnis merupakan penjumlahan total semua

kegiatan yang terdiri dari manufaktur dan distribusi stok pertanian, pergudangan,

pengolahan serta distribusi komoditi pertanian berikut produk olahannya.

Sedangkan menurut Asriani 2003, kajian mengenai sistem agribisnis dan

agroindustri dapat dilakukan dengan dua pendekatan analisis yaitu pendekatan

analisis makro dan mikro. Pendekatan mikro lebih menekankan kepada

pencapaian efisiensi, optimasi alokasi dan pengguanaan sumberdaya serta

berusaha memaksimumkan keuntungan. Di lain pihak, kerangka pendekatan

analisis makro mengkaji agribisnis berdasarkan hubungannya dengan ekonomi

nasional yakni hubungannya dengan produk domestik bruto, rasio biaya domestik,

peningkatan pendapatan nasional, peningkatan kesempatan berusaha, pemerataan

distribusi pendapatan, peningkatan eskpor, upaya substitusi impor, inflasi,

devaluasi, penurunan tingkat pengangguran serta hubungannya dengan

komponen-komponen ekonomi makro lainnya.

Unsur-unsur yang menjadi sasaran analisis dalam perusahaan agribisnis

yakni aktivitas perusahaan agroindustri yang meliputi kegiatan pengadaan input,

pengolahan dan pemasaran. Selain itu, pada lingkup manajemen terdapat divisi

riset dan pengembangan, adsminitrasi dan personalia serta keuangan. Di luar

lingkup manajemen ada tenaga kerja atau serikat pekerja, sumber-sumber

pembiayaan (bank, dana ventura, investor, pasar modal dan lain-lain), konsumen,

distributor, pemasok, serta karakteristik bahan baku dan lingkungan tugas lainnya.

Pendekatan makro kajian agribisnis memberikan kerangka analisis untuk

tujuan pengembangan agribisnis nasional. Sistem agribisnis secara makro

dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hankam dan

teknologi, baik nasional, regional maupu internasional. Untuk membangun sistem

agribisnis nasioanal yang tangguh maka peran kebijakan pemerintah adalah

menjadi penuntun, pendorong, pengawas dan pengendali sistem.

Beberapa sasaran dan target yang ingin dicapai dalam pengembangan

agribisnis yang tangguh. Arah tanda panah menunjukan bagaimana mekanisme

tersebut berjalan. Walaupun tidak menunjukan adanya interdependensi antar

komponen, tetapi secara sistem terdapat saling ketergantungan antar masing-

masing kmponen dalam pengembangannya untuk menciptakan suatu agribisnis

yang tangguh.

Teori Ekspor

Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan

kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor, kegiatan

demikian akan menghasilkan devisa bagi negara. Devisa merupakan masuknya

uang asing ke negara kita, yang dapat digunakan untuk membayar pembelian atas

impor barang dan jasa dari luar negeri. Ekspor produk perikanan Indonesia

mengalami pertumbuhan menggembirakan, setiap tahunnya mengalami

peningkatan yaitu rata-rata 13.2 persen (jumlah) dan rata-rata nilai ekspor 14.14

persen (1969/1993). Jumlah yang diekspor adalah sangat bervariasi tergantung

jenisnya, yang paling banyak adalah seaweed 71 persen tetapi secara total baru

Page 25: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

10

sekitar 10 persen dari total produksi tahun 1998. Rantai perdagangan mulai dari

produsen, pedagang pengumpul, prosessing, pedagang besar dan eksportir dengan

informasi yang tidak simetris, penurunan harga ditransfer secara sempurna kepada

produsen, sedangkan perbaikan harga mekanisme dihambat sehingga produsen

selalu dirugikan (Soemokaryi 2007).

Sedangkan menurut Risna dan Tajerin 2008, dengan menggunakan analisis

pendekatan Error Correction Model (ECM) dalam melakukan penawaran ekspor

rumput laut Indonesia di pasar internasional, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi penawaran ekspor rumput laut tersebut yaitu produksi, harga

ekspor, pendekatan nasional bruto negara mitra dagang, nilai tukar rupiah dan

ekspor rumput laut Indonesia tahun lalu dengan arah perubahan yang sama

(positif), dan harga domestik dan tingkat suku bunga dengan arah perubahan yang

berlawanan (negatif). Oleh karena itu, perlu kesungguhan pemerintah bersama

nelayan/pembudidaya dan eksportir rumput laut untuk menjaga mutu dan lebih

meningkatkan kerjasama perdagangan dengan negara mitra dagang Indonesia

(importir).

Perdagangan Internasional

Yang dimaksud dengan perdagangan luar negeri adalah perdagangan

antar negara yang memiliki kesatuan hukum dan kedaulatan yang berbeda

dengan kesepakatan tertentu dan memenuhi kaidah-kaidah baku yang telah

ditentukan dan diterima secara internasional. Sebagaimana diketahui bahwa

setiap negara di berbagai belahan dunia ini memiliki sumber daya alam dan

sumber daya manusia yang berbeda baik dari segi jumlah, mutu maupun

pengadaannya.

Dalam konteks perdagangan luar negeri, memang terdapat suatu negara

yang kebutuhannya, terutama bahan baku benar-benar tergantung dari luar negeri.

Dengan demikian bila dicermati dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya perdagangan luar negeri yaitu untuk memperoleh barang

atau sumber daya yang tidak dihasilkan di dalam negeri, untuk mendapatkan

barang yang sebenarnya dapat dihasilkan di dalam negeri tapi kualitasnya belum

memenuhi syarat, untuk mendapatkan teknologi yang lebih modern dalam rangka

memberdayakan sumber daya alam di dalam negeri, untuk memperluas pasaran

produk yang dihasilkan di dalam negeri serta mendapatkan keuntungan dari

spesialisai keuntungan mutlak (absolute advantage), keuntungan banding

(comparative advantage) serta keuntungan bersaing (competitive advantage)

(Putong 2010).

Secara teoritis, perdagangan internasional terjadi karena dua alasan utama.

Pertama, negara-negara berdagang karena pada dasarnya mereka berbeda satu

sama lain. Setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan

sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-negara melakukan perdagangan

dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam

produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang

tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang

lebih besar dan karenanya lebih efisien jika dibandingkan kalau negara tersebut

memproduksi segala jenis barang. Pola-pola perdagangan dunia yang terjadi

mencerminkan perpaduan dari kedua motif ini.

Page 26: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

11

Dengan mengabaikan perbedaan teknologi, di pihak lain model Heckscher-

Ohlin (the H-O model) menekankan bahwa keuntungan komparatif ditentukan

oleh perbedaan relatif kekayaan faktor produksi dan penggunaan faktor tersebut

secara relatif intensif dalam kegiatn produksi barang ekspor. Dengan peranan

ekonomi terkemuka Paul samuelson, H-O model telah mendominasi teori

perdagangan internasional selama periode setelah Perang Dunia II (Basri 2010).

Adanya perdagangan akan memudahkan pemahaman mengenai perlunya

menyelaraskan penawaran ekspor dengan persediaan nasional. Hal ini pada

gilirannya akan memunculkan peluang bagi pembeli dan penjual barang tertentu.

Permintaan impor ke berbagai negara dari Indonesia dapat tercukupi, karena

persediaan nasional mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk. Jumlah dan harga

komoditas yang diekspor ditentukan setelah diketahui kurva penawaran dan

persediaan yang merupakan perangkat geometris utama yang digunakan dalam

rangka menganalisa pilihan kebijaksanaan dalam perdagangan. Secara lebih jelas

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Keseimbangan harga di pasar internasional

Keterangan gambar :

Pf : Harga keseimbangan harga pasaran internasional

Pda : Harga keseimbangan di negara A sebelum adanya perdagangan

internasional

Pdb : Harga keseimbangan di negara B sebelum adanya perdagangan

internasional

OY1 : Konsumsi di negara A sebelum adaya perdagangan inernasional

OY5 : Konsumsi di negara B sebelum adanya perdagangan internasional

DA : Permintaan domestik negara A

SA : Penawaran domestik negara A

D : Permintaan di pasar internasional

S : Penawaran di pasar internasional

DB : Permintaan domestik negara B

SB : Penawaran domestik negara B

G : Titik keseimbangan komoditas Y di negara A

H : Titik keseimbangan komoditas Y di negara B

I : Permintaan domestik negara A setelah adanya perdagangan

internasional

Page 27: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

12

J : Penawaran domestik negara A setelah adanya perdagangan

internasional

K : Penawaran domestik negara B setelah adanya perdagangan

internasional

L : Permintaan domestik negara B setelah adanya perdagangan

internasional

Gambar 2 menunjukkan terjadinya perdagangan internasional antara dua

negara. Sebelum adanya perdagangan internasional di negara A harga

keseimbangan komoditas Y pada titik G di negara A dan pada titik H di negara B.

Sedangkan konsumsi di negara A sebesar OY1 dan OY4 di negara B. Pf adalah

harga keseimbangan di pasaran internasional yaitu diantara harga komoditas

dinegara A dan negara B. Apabila harga y naik menjadi Pf di negara A setelah

adanya perdagangan internasional, maka konsumsi domestik menjadi OY2,

sedang total penawaran komoditas Y sebesar OY3 atau di titik J. Dengan

demikian jumlah komoditas Y yang diekspor sebesar Y2-Y3, sedangkan di negara

B konsumsi domestik menjadi OY6, sedang total penawaran komoditas y sebesar

OY5 atau di titik K, sehingga jumlah yang diimpor sebesar Y5-Y6.

Menurut Halwani 2002, pada perdagangan internasional ada beberapa

keikutsertaan peran pemerintah sebagai regulator dalam upayanya melindungi

industri domestik serta mengembangkan ekspor ke luar. Turut campurnya

pemerintah dalam perdagangan internasional ini dapat berupa hambatan untuk

melindungi industri domestik serta subsidi untuk mengembangkan industri ekspor

ke luar negeri. Dalam kaitannya pada permintaan ekspor ini ada beberapa

kebijkan yang terkait dengan ekspor yaitu:

1. Pajak/kuota ekspor, analisis mengenai pajak ekspor relatif lebih sederhana dan

mudah dimana barang atau komoditi yang diekspor dikenakan pajak. Menurut

Lindert dan Kindleberger 1995, bea ekspor menyebabbkan para pengekspor

memperoleh penghasilan yang lebih rendah sehingga mereka harus

mengalihkan penjualannya ke pasar dalam negeri. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3 Efek dari pajak/kuota ekspor

Keterangan gambar :

Pm : Harga dunia

Page 28: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

13

Pm* : Harga dalam negeri

X1 : Jumlah barang setelah ada bea/ pajak ekspor

X0 : Jumlah barang pada harga dunia

Bea ekspor dalam keadaan harga dunia yang tetap memperkecil ekspor

dan secara langsung mengalihkan perdagangan kembali ke pasar dalam

negeri, sehingga menurunkan harga dalam negeri. Pada Gambar 3, bea ekspor

sebesar Pm-Pm* menyebabkan harga dalam negeri turun menjadi Pm*.

Manfaat bagi para pembeli di dalam negeri dari harga yang lebih rendah

tersebut, yaitu surplus konsumen yang sama dengan trapesium a. Para petani

di dalam negeri terpukul dengan harga yang lebih rendah tersebut, karena rugi

sebesar trapesium (a+b+c+d), sehingga mereka akan mengalihkan

sumberdaya dari produksinya. Pemerintah menarik bea/pajak tersebut sebesar

segiempat c, yang menyebabkan terjadinya kerugian nasional netto yang

sama dengan (sebesar segitiga b dan d).

2. Tarif, proteksi secara umum ditujukan sebagai tindakan untuk melindungi

produksi dalam negeri terhadap persaingan barang impor di pasaran dalam

negeri. Sedangkan metode proteksi yang dilakukan menyangkut sistem

pungutan tarif (pajak) terhadap barang impor yang masuk ke dalam negeri.

Tarif merupakan pajak yang dikenakan atas barang impor. Pajak atas barang

impor itu biasanya tertulis dalam bentuk pernyataan Surat Keputusan (SK)

atau undang-undang. Dimisalkan adalah T, dan dikenakan terhadap barang

impor M. Hal ini akan meningkatkan harga barang impor menjadi Pm.

Dalam proporsi di atas dimana harga internasional adalah Pm*, dimana

diasumsikan bahwa barang M di pasar domestik adalah kompetitif dan

impor M tetap berlangsung secara lancar: Pm = (1+T) Pm*.

Keterangan gambar :

T : tingkat tarif yang dikenakan terhadap barang impor

Pm : Harga dalam negeri

Pm* : Harga barang impor

Gambar 4 menunjukan pengaruh kenaikan harga barang M di negara A

dalam diagram supply demand. Dimana apabila tanpa tarif, maka harga

domestik sama dengan harga internasional Pm*. Produk domestik adalah Q1

(ditentukan oleh kurva supply domestik) sementara konsumsi domestik

Gambar 4 Parsial ekuilibrium kebijakan tarif

Page 29: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

14

(ditentukan oleh kurva demand) adalah Q2 yang memotong konsumsi pada

Q3. Tingkat impor jatuh dari (Q4-Q1) ke (Q3-Q2). Tujuan analisis

ekuilibrium parsial ini seperti ditunjukan Gambar 3 yang merupakan alat

untuk melihat adanya perubahan tarif terhadap barang tertentu walaupun

dalam suatu keadaan dengan asumsi cateris paribus yang menggaris bawahi

pelanggaran analisi ekuilibrium parsial. Dalam kasus ini, diamana kebijakan

pemerintah secara umum ditekankan pada substitusi impor seperti penerapan

proteksi dibandingkan dengan penerapan kebijakan perdagangan bebas atau

kebijakan promosi ekspor (Halwani 2002).

Kerangka Pemikiran Operasional

Indonesia memiliki potensi produksi rumput laut terbesar di dunia, yang

sampai sekarang tingkat pemanfaatannya masih sangat rendah. Total ekspor

rumput laut Indonesia dipengaruhi oleh produksi rumput laut domestik,

permintaan rumput laut domestik, Cina, Hongkong dan Filipina, serta ekspor dari

negara lain. Sedangkan produksi rumput laut domestik dipengaruhi oleh luasan

areal budidaya dan harga rumput laut domestik dimana harga rumput laut

domestik dipengaruhi oleh harga rumput laut dunia serta nilai tukar rupiah. Secara

sederhana keterkaitan antar peubah model permintaan rumput laut Indonesia oleh

negara pengimpor utama dapat dilihat pada kerangka pemikiran Gambar 5.

Keterangan :

Gambar 5 Kerangka model permintaan ekspor rumput laut Indonesia

Eksogen Endogen

Page 30: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

15

4 METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

(time series) dari tahun 1989 – 2011 meliputi berbagai sumber yang berasal

antara lain dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI) dengan kode

HS rumput laut yang terdiri dari 1212211000, 1212212000, 1212219000,

1212291100, 1212291900, 1212292000, 1212293000, 1302391000, 1302310000,

World Bank, IFS, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP

RI), Perikanan dan Kelautan dalam angka, Buletin Infofish, Bank Indonesia, dan

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Selain itu, data juga dilengkapi

dengan data-data pendukung lainnya seperti buku, artikel dan jurnal diperoleh dari

Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, perpustakaan BPS, dan situs-situs

yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data dan Jenis data dapat dilihat dari

Tabel 2.

Tabel 2 Jenis dan sumber data penelitian

No Jenis Data Sumber Data

1. Produksi rumput laut Indonesia KKP RI

2. Permintaan rumput laut domestik BPS RI

3. Pendapaatn nasional dan populasi Indonesia, Cina,

Filipina dan Hongkong

World Bank

4. Kurs Indonesia, Cina, Filipina, Hongkong dan Cili BPS dan OANDA

5. Tarif impor rumput laut Cina, Filipina, dan

Hongkong dari Indonesia

Kemendag RI

6. Anggaran KKP RI KKP RI dan BI

7. Harga rumput laut dunia BPS RI

8. Harga rumput laut di Cina, Filipina, Hongkong dan

Cili

BPS RI

9. Luas areal budidaya KKP RI

10. Jumlah pembudidaya KKP RI

11. Harga karageenan dan harga rumput laut domestik BPS RI

12. Jumlah ekspor rumput laut ke Cina, Filipina dan

Hongkong

BPS RI

Alat Analisis Data

Penelitian ini mengunakan metode deskriftif dan kuantitatif. Metode

kuantitatif yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan Two-Stage

Least Square (2SLS). Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, ketika mengestimasi

satu atau lebih persamaan dari sistem persamaan, biasanya digunakan strategi

untuk menghindarkan simultaneos estimation bias yang dapat dilakukan

dengan mengestimasi seluruh persamaan secara simultan dengan metode

sistem yang salah satu diantara dengan 2SLS. Program yang digunakan adalah

program Statistical Analysis System (SAS) dan Microsoft Excel 2007.

Page 31: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

16

Spesifikasi Model

Model merupakan abstraksi/penyederhanaan/representasi dari dunia nyata.

Suatu model digunakan untuk mendekati fenomena yang pada umumnya

bersifat kompleks sehingga replika dari dunia nyata perlu dibuat agar fenomena

dapat menjadi sederhana dan memudahkan orang mempelajarinya (Setiawan

dan Kusrini 2010).

Model ekonometrika dibedakan atas persamaan tunggal dan persamaan

simultan, persamaan tunggal adalah persamaan dimana peubah terikat dinyatakan

sebagai sebuah fungsi dari satu atau lebih peubah bebas, sehingga hubungan sebab

akibat antara peubah terikat dan peubah bebas merupakan hubungan satu arah.

Sedangkan persamaan simultan adalah suatu persamaan yang membentuk

suatusistem persamaan yang menggambarkan ketergantungan diantara berbagai

peubah dalam persamaan tersebut.

Model ekonometrika yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah

model persamaan simultan. Model persamaan simultan adalah suatu model

ekonometrika terdiri dari beberapa persamaan yang perilaku variabel-variabelnya

saling berkaitan dan ditentukan secara bersamaan. Persamaan simultan biasa

digunakan untuk pemodelan ekonomi dan bisnis, karena proses dan perilaku

ekonomi dan bisnis tersebut dapat direpresentasikan dengan baik melalui beberapa

persamaan simultan yang saling memiliki ketergantungan. Dalam model

persamaan simultan, masing-masing persamaan menjelaskan satu variabel yang

ditentukan dalam model tersebut. Persamaan simultan terdiri atas dua jenis

persamaan yaitu 1) persamaan struktural, merupakan persamaan yang berupa

suatu fungsi, terdiri dari variabel-variabel yang diambil berdasarkan teori ekonomi

yang ada, dan 2) persamaan identitas, yaitu persamaan yang bukan merupakan

fungsi, namun hanya persamaan yang terdiri dari penjumlahan beberapa variabel.

Variabel-variabel dalam persamaan identitas dapat berasal dari variabel dependen

pada persamaan struktural, maupun variabel yang berasal dari luar persamaan

struktural.

Menurut Setiawan dan Kusrini 2010, variabel yang digunakan dalam

persamaan simultan dibedakan menjadi beberapa jenis. Variabel-variabel tersebut

adalah 1) variabel endogen, yaitu variabel yang nilainya ditentukan dalam

persamaan struktural dan 2) Variabel predetermined yaitu variabel yang nilainya

ditentukan terlebih dahulu. Variabel predetermined sendiri terbagi menjadi dua,

yaitu a) variabel eksogen, yaitu variabel yang nilainya sepenuhnya ditentukan dari

luar model persamaan dan b) variabel lagged endogen yaitu variabel yang nilainya

ditentukan di dalam sistem persamaan struktural, namun berdasarkan nilai yang

telah lalu.

Model yang digunakan dalam penelitian ini mengambil model yang terbaik

dari beberapa model permintaan ekspor yang dicoba. Dalam konteks perdagangan

internasional, maka faktor nilai tukar (exchange rate) sangat berpengaruh, dengan

variabel-variabel pendukung lain. Model yang digunakan mengacu pada model

yang digunakan pada penelitian Apsari 2011 yaitu fungsi permintaan ekspor ikan

tuna segar Indonesia di pasar internasional melalui penyesuaian model dengan

melihat variabel-variabel yang ada karena terdapat adanya keterbatasan data yang

menjadi keterbatasan penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan

Page 32: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

17

suatu model ekonometrika yang diharapkan dapat menangkap permasalahan dan

tujuan penelitian.

Produksi Rumput Laut Indonesia Produksi rumput laut Indonesia yang merupakan persamaan struktural

diduga juga dipengaruhi oleh jumlah pembudidaya yang terlibat pada proses

budidaya rumput laut Indonesia, dan produksi rumput laut tahun lalu yang diduga

memengaruhi keputusan pihak yang melakukan budidaya. Harga rumput laut

dalam negeri juga diduga berpengaruh pada produksi budidaya rumput laut,

dimana semakin besar harga rumput laut maka pembudidaya akan merespon

positif untuk lebih meningkatkan produksi budidayanya. Kebijakan pemerintah

diduga memengaruhi produksi rumput laut Indonesia, kebijakan pemerintah

tersebut berupa pengalokasian anggaran program pengembangan rumput laut.

Oleh karena itu persamaan produksi rumput laut dapat dirumuskan sebagai

berikut.

QRt=a0 +a1 TKt-1 +a2 PRLDt +a3 APPt +a4 QRt-1 +a5Tren+a6PX +U1......(1)

dimana:

QRt = Produksi rumput laut Indonesia (kg)

a0 = Intersept

a1- a7 = Koefisien parameter

TKt-1 = Jumlah pembudidaya tahun sebelumnya (orang)

QRt-1 = Produksi rumput laut tahun sebelumnya (kg)

PRLDt = Harga rumput laut domestik (USD/kg)

APPt = Anggaran program pengembangan rumput laut (Rp)

Tren = Tren waktu

PX = Harga rumput laut dunia (USD)

U1 = Error term persamaan pertama

Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah a1,a2,a3,a4,a5,a6 >0.

Jadi hipotesa sementara untuk persamaan produksi rumput laut Indonesia

adalah bahwa variabel jumlah pembudidaya tahun sebelumnya, produksi rumput

laut tahun sebelumnya, harga rumput laut domestik, anggaran program

pengembangan rumput laut, tren waktu dan harga rumput laut dunia diduga

berpengaruh positif terhadap produksi rumput laut Indonesia

Permintaan Rumput Laut Domestik Permintaan domestik merupakan persamaan struktural yang diduga

dipengaruhi oleh: (1) harga rumput laut domestik diduga berpengaruh negatif

terhadap permintaan domestik rumput laut, naiknya harga rumput laut akan

menyebabkan turunnya permintaan domestik dan sebaliknya turunnya harga

rumput laut akan meningkatkan permintaan domestik; (2) GDP riil Indonesia

diduga berpengaruh positif terhadap permintaan rumput laut domestik, kenaikan

GDP ini diasumsikan akan meningkatkan daya beli masyarakat yang akan

meningkatkan permintaan rumput laut domestik; (3) Populasi nasional diduga

meningkatnya populasi akan meningkatkan permintaan rumput laut domestik.

Persamaan permintaan rumput laut domestik dirumuskan sebagai berikut:

QD=b0+b1PRLDt-1+ b2GDPIDt+b3POPIDt+b4QDt-1+b5PATCt+U2.......................(2)

Page 33: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

18

dimana:

QDt = Permintaan rumput laut domestik (kg)

b0 = Intersept

b1- b4 = Koefisien parameter

PRLDt -1 = Harga rumput laut domestik tahun sebelumnya (USD/kg)

GDPIDt = Pendapatan domestik riil Indonesia (trilyun USD)

POPIDt = Jumlah penduduk Indonesia (jiwa)

QDt-1 = Permintaan rumput laut domestik tahun sebelumnya (kg)

PATCt = Harga karageenan (USD/kg)

U2 = Error term persamaan kedua

Tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah: b1 <0 , b2, b3, b4, b5>0

Jadi hipotesa sementara untuk persamaan permintaan rumput laut domestik

adalah bahwa variabel harga rumput laut domestik tahun sebelumnya berpengaruh

negatif terhadap permintaan rumput laut domestik sedangkan variabel pendapatan

nasional Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, permintaan rumput laut domestik

tahun sebelumnya dan harga karageenan berpengaruh positif terhadap permintaan

rumput laut domestik.

Fungsi Ekspor Maka untuk fungsi permintaan rumput laut Indonesia dalam penelitian ini

merupakan residu antara produksi dengan permintaan domestik; secara matematis

persamaan ekspor rumput laut Indonesia dapat diturunkan sebagai persamaan

identitas sebagai berikut:

XRt = QRt-QDt................................................................................................(3)

dimana:

XRt = Ekspor rumput laut Indonesia (kg)

QRt = Produksi rumput laut (kg)

QDRt = Permintaan rumput laut domestik (kg)

Ekspor rumput laut Indonesia merupakan total ekspor rumput laut Indonesia

ketiga negara tujuan ekspor dengan ekspor terbesar yaitu Cina, Filipina, dan

Hongkong serta sisanya yang dirangkum menjadi ekspor negara-negara lain (rest

of the world). Persamaan ekspor total merupakan persamaan identitas yang

dirumuskan sebagai berikut:

XRt = XRFilt+XRHKt+XRCt+XROWt........................................................(4)

dimana:

XRt = Ekspor rumput laut total (kg)

XRFilt = Ekspor rumput laut Filipina (kg)

XRHKt = Ekspor rumput laut Hongkong (kg)

XRCt = Ekspor rumput laut Cina (kg)

XROWt = Ekspor rumput laut di rest of the world (kg)

Ekspor masing-masing negara Hongkong, Filipina, dan Cina akan saling

bersubstitusi satu sama lain, sehingga dirumuskan dalam tiga persamaan struktural

yang saling memengaruhi, yaitu ekspor dari Hongkong, ekspor dari Filipina, dan

ekspor rumput laut dari Cina. Ekspor rumput laut Indonesia dipengaruhi oleh

harga rumput laut di negara tersebut. Harga dari negara eksportir kompetitor yang

diwakili oleh Cili, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara importir, GDP

negara importir, populasi, tarif impor yang diberlakukan negara importir tersebut,

serta ekspor ke negara-negara tersebut tahun sebelumnya.

Page 34: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

19

Persamaan ekspor merupakan persamaan struktural yang dirumuskan

sebagai berikut:

XRFilt =c0+c1PRFilt+c2PCilt+c3ErriilFilt+c4GDPFilt+c5POPFilt+c6TRFFilt

+c7XRFilt-1+c8PXt+c9PRLDt-1+U3.....................(5)

XRCt =d0+d1PRCt+d2PCilt+d3ErriilCt+d4GDPCt+d5POPCt+d6TRFCt+d7XRCt-1

+d8POPCt-1+d9PXt+d10PRLDt+U4...............................(6)

XHKt =e0+e1PRHKt+e2PCilt+e3ErriilHkt+e4GDPHKt+e5POPHKt+e6TRFHKt

+e7XHKt-1 + e8GDPHKt-1+e9PXt+e10PRLDt+U5.....(7)

dimana,

c0, d0, e0 = Intersept

c1-c9, d1-d10, e1-e10 = Koefisien parameter

XRFilt = Ekspor rumput laut Filipina (kg)

XRCt = Ekspor rumput laut Cina (kg)

XRHKt = Ekspor rumput laut Hongkong (kg)

PRFilt = Harga rumput laut Filipina(USD/kg)

PRCt = Harga rumput laut Cina(USD kg)

PRHKt = Harga rumput laut Hongkong(USD kg)

PCilt = Harga eksportir kompetitor yaitu harga Cili(USD /kg)

PRLDt = Harga rumput laut domestik (Rp/kg)

PXt = Harga rumput laut dunia (USD kg)

ErriilFilt = Nilai tukar riil rupiah terhadap peso Filipina (Rp/PHP)

ErriilCt = Nilai tukar riil rupiah terhadap yuan Cina (Rp/CNY)

ErriilHKt =Nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Hongkong

(Rp/HKD)

GDPFilt = Pendapatan domestik riil Filipina (trilyun USD)

GDPCt = Pendapatan domestik riil Cina (trilyun USD)

GDPHKt = Pendapatan domestik riil Filipina(trilyun USD)

POPFilt = Jumlah penduduk Filipina (jiwa)

POPCt = Jumlah penduduk Cina (jiwa)

POPHKt = Jumlah penduduk Hongkong (jiwa)

TRFFilt = Tarif yang berlaku di negara Filipina(%)

TRFCt = Tarif yang berlaku di negara Cina(%)

TRFHKt = Tarif yang berlaku di negara Hongkong(%)

XRPFilt-1 = Ekspor tahun sebelumnya ke Filipina(kg)

XRCt-1 = Ekspor tahun sebelumnya ke Cina (kg)

XRHKt-1 = Ekspor tahun sebelumnya ke Hongkong (kg)

U5,6,7 = Error term persamaan 5, 6 dan 7

Tanda dan besaran yang diharapkan adalah: c3, c6, c9, d3, d6, d10, e3, e6, e10<0; c1,

c2, c4, d4, e4, c5, d1, d2, d5, e1, e2, e5, c7, d7, e7, c8, d8, e8 , d9, e9>0

Jadi hipotesa sementara untuk persamaan ekspor rumput laut ke Filipina,

Cina dan Hongkong adalah bahwa variabel kurs rupiah terhadap peso Filipina,

tarif impor rumput laut Indonesia yang diberlakukan Filipina dan harga rumput

laut domestik tahun sebelumnya diduga berpengaruh negatif terhadap ekspor

rumput laut ke Filipina, begitu pula variabel variabel kurs rupiah terhadap yuan

Cina, tarif impor rumput laut Indonesia yang diberlakukan Cina, dan harga rumput

laut domestik tahun sebelumnya diduga berpengaruh negatif terhadap ekspor

rumput laut ke Cina, dan juga variabel kurs rupiah terhadap dolar Hongkong, tarif

impor rumput laut Indonesia yang diberlakukan Hongkong, dan harga rumput laut

Page 35: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

20

domestik tahun sebelumnya diduga berpengaruh negatif terhadap ekspor rumput

laut ke Hongkong.

Sedangkan variabel harga rumput laut Filipina, harga rumput laut Cili,

pendapatan nasional Filipina, jumlah penduduk Filipina, ekspor rumput laut ke

Filipina tahun sebelumnya, dan harga rumput laut dunia diduga berpengaruh

positif terhadap ekspor rumput laut Ke Filipina. Begitu pula variabel harga rumput

laut Cina, harga rumput laut Cili, pendapatan nasional Cina, jumlah penduduk

Cina, ekspor rumput laut ke Cina tahun sebelumnya, jumlah penduduk Cina tahun

sebelumnya dan harga rumput laut dunia diduga berpengaruh positif terhadap

ekspor rumput laut Ke Cina. Serta variabel harga rumput laut Hingkong, harga

rumput laut Cili, pendapatan nasional Hingkong, jumlah penduduk Hongkong,

ekspor rumput laut ke Hongkong tahun sebelumnya, pendapatan nasional

Hongkong tahun sebelumnya dan harga rumput laut dunia diduga berpengaruh

positif terhadap ekspor rumput laut Ke Hongkong.

Harga Rumput Laut Domestik

Harga rumput laut Indonesia dipengaruhi oleh penawaran rumput laut

domestik dan permintaan rumput laut domestik dari sisi dalam negeri. Variabel

lain yang memengaruhi harga domestik adalah produksi rumput laut, harga

rumput laut adalah ATC (Alkali Treated Cotonii) chips. Persamaan harga

domestik dapat dirumuskan sebagai berikut:

PRLD=f0+f1QRt+f2PX(weightd)t+f3ErriilIDt+f4QDt+f5PCt+f6PRLDt-1+f7Tren+U6..(8)

dimana:

f0 = Intersept

f1, f2, f3,f4,f5,f6,f7 = Koefisien parameter

PRLDt = Harga rumput laut domestik

QRt = Produksi rumput laut Indonesia (ton)

PX(weightd)t = Harga rumput laut dunia (merupakan harga ekspor

weighted by volume impor)

QDRt = Permintaan rumput laut domestik

ErriilIDt = Nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika

(Rp/USD)

PCt = Harga karageenan (USD)

PRLDt-1 = Harga rumput laut domestik tahun sebelumnya

U6 = Error term persamaan ke-8

Tanda dugaan parameter yang diharapkan : f2 , f5, f6, f7>0 f3, f4 <0

Identifikasi Model

Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, sistem persamaan simultan tidak dapat

diselesaikan dengan menggunakan metode OLS (ordinary least square) yang

biasa digunakan dalam persamaan tunggal, akan tetapi harus menggunakan

metode ILS, 2SLS, maupun 3SLS berdasarkan hasil identifikasi persamaan. Hal

tersebut berarti bahwa sebelum dilakukan pendugaan parameter model, maka

harus dilakukan identifikasi terlebih dahulu pada persamaan struktural dalam

model. Dengan demikian dapat diketahui apakah persamaan tersebut dapat

teridentifikasi (identified) atau tidak. Jika teridentifikasi, apakah bersifat exactly

identified atau over identified. Suatu model dikatakan teridentifikasi, jika dapat

Page 36: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

21

dinyatakan dalam bentuk statistik unik, yang menghasilkan estimasi parameter

yang unik pula.

Suatu persamaan dapat dikatakan teridentifikasi apabila memenuhi order

condition. Kondisi order didasarkan atas kaidah penghitungan variabel-variabel

yang dimasukkan dan dikeluarkan dari suatu persamaan tertentu. Cara yang

dilakukan menguji persamaan-persamaan struktural ini adalah dengan

mengelompokkan terlebih dahulu persamaan-persamaan tersebut ke dalam jumlah

total persamaan struktural (total variabel endogen), jumlah variabel dalam model

(variabel endogen dan predetermined) dan jumlah variabel dalam persamaan yang

diidentifikasi. Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, rumusan identifikasi model

persamaan struktural berdasarkan order condition ditentukan oleh:

(K-M) > (G-1)

dimana:

K = Total peubah dalam model, yaitu peubah endogen dan peubah predetermined

M = Total peubah endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu persamaan

tertentu dalam model

G = Total persamaan dalam model, yaitu jumlah peubah endogen dalam model.

Jika dalam suatu persamaan dalam model menunjukkan kondisi:

(K-M) > (G-1) maka persamaan dinyatakan over identified

(K-M) = (G-1) maka persamaan dinyatakan exactly identified

(K-M) < (G-1) maka persamaan dinyatakan unidentified

Hasil identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah exactly

identified atau over identified untuk dapat menduga parameter-parameternya.

Kendati suatu persamaan memenuhi order condition, mungkin saja persamaan ini

tidak teridentifikasi. Karena itu dalam proses identikfikasi diperlukan suatu syarat

perlu sekaligus cukup. Hal itu dituangkan dalam rank condition untuk identifikasi

yang menyatakan bahwa dalam suatu persamaandisebut teridentifikasi jika dan

hanya jika dimungkinkan membentuk minimal satudeterminan bukan nol pada

order (G-1) dari parameter struktural peubah yang tidak termasuk dalam

persamaan tersebut, atau dengan kata lain kondisi rank ditentukan oleh determinan

turunan persamaan struktural yang nilainya tidak sama dengan nol.

Dengan mengikuti prosedur identifikasi yang telah diuraikan di atas maka

dari model perdagangan rumput laut di Indonesia ini dapat diketahui bahwa

jumlah predetermined variables adalah 33, sedangkan jumlah persamaan (G)

adalah 8 yang terdiri dari 6 persamaan struktural dan 2 persamaan identitas

sehingga K=37,M=10 dan G=8, maka K-M=37-10=27 dan G-1=8-1=7, maka (K-

M)>(G-1). Oleh karena itu berdasarkan kriteria order condition maka persamaan

dinyatakan teridentifikasi secara berlebih (over identified) sehingga dapat diduga

parameter - parameternya. Pendugaan terhadap model yang over identified

tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode 2SLS atau 3SLS. Model

dalam penelitian ini menggunakan program SAS metode 2SLS karena lebih

efisien. Hal tersebut disebabkan metode 2SLS dapat menghindarkan

simultaneous estimation bias.

Page 37: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

22

Validasi Model

Simulasi alternatif kebijakan dapat dilakukan jika model valid dan

memenuhi kriteria secara statistik, sehingga perlu dilakukan validasi model

sebelum dilakukan simulasi. Validasi model bertujuan untuk menganalisis sejauh

mana model tersebut representatif terhadap kenyataannya.

Dalam penelitian ini, menurut Sitepu dan Sinaga 2006, kriteria statistik

untuk validasi pendugaan yang digunakan adalah: (1) Koefisien determinasi, (2)

U-Theil’s Inequality Coefficient, dan (3) Root Mean Squares Percent

Error(RMSPE).Statistik Root Mean Squares Percent Error (RMSPE) dirumuskan

sebagai berikut:

RMSPE =

Statistik RMSE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah

endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur-alur nilai aktualnya, atau

seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Model

dinyatakan valid apabila nilai RMSPE berada di bawah 100. Sedangkan statistik

Koefisien Determinasi (R2) dinyatakan valid apabila bernilai mendekati 1.

Statistik U-Theil’s dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

= Nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi

= Nilai aktual variabel observasi

N = Jumlah periode observasi

Nilai U-Theil’s berkisar antara 0 dan 1 dengan kriteria bahwa semakin kecil

nilaiU-Theil’s yang dihasilkan, maka semakin baik model tersebut.

Nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk

analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil (U) berkisar antara 1 dan 0. Jika

U=0maka pendugaan model sempurna, jika U=1 maka pendugaan model naif.

Untukmelihat keeratan arah (slope) antara nilai aktual dengan yang disimulasi

dilihat dari koefisien determinasinya (R2). Pada dasarnya makin kecil nilai RMSE

dan U-Theil’s dan makin besar nilai R2 maka pendugaan model makin baik.

Kriteria untuk menentukan model terbaik adalah:

1. Tingkat signifikansi baik koefisien persamaan maupun persamaan secara

keseluruhan;

2. Adanya autokorelasi

Pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji

Durbin-Watson (Uji D) terhadap model. Adanya autokorelasi membuat

model tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen

dengan menggunakan variabel independen. Masalah autokorelasi dalam

suatu model ekonometrik timbul apabila nilai dari statistik Durbin-Watson

berada dibawah 1,25 dan diatas 2,75.

3. Konsistensi dari tanda koefisien regresi dengan koefisien harapan teoritis

dan logika.

Page 38: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

23

Simulasi Model

Setelah model divalidasi dan memenuhi kriteria secara statistik, maka

model tersebut dapat dijadikan sebagai model dasar simulasi. Model yang

didapatkan digunakan untuk mensimulasikan nilai-nilai dan keadaan di masa yang

akan datang dari variabel tak bebas (dependent variable) atas dasar nilai-nilai

variabel yang menjelaskan (independent variables) yang telah diketahui atau

diharapkan di masa yang akan datang.

Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, simulasi adalah bagian integral dari

pengembangan keakuratan model-model yang bertujuan untuk menangkap

perilaku suatu data historis.

Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Skenario peningkatan anggaran program pengembangan rumput laut dari

Kementerian Kelautan Perikanan. Pemerintah Indonesia melalui

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah

menargetkan Indonesia sebagai penghasil produk perikanan terbesar di

Asia pada tahun 2015. Menurut Kepmen KP No 7 tahun 2013 tentang Peta

Jalan (Road Map) Industrialisasi Kelautan dan Perikanan yaitu dalam

pengembangan komoditas dan produk unggulan bErrorientasi pasar yang

dalam hal ini adalah rumput laut maka diperlukan peningkatan produksi,

produktivitas dan kualitas komoditas serta bahan baku. Oleh sebab itu

target volume produksi rumput laut pada tahun selanjutnya adalah 1 182

160 ton. Jadi untuk dapat memenuhi target tersebut maka diharapkan

KKP kedepannya dapat meningkatkan 50 persen anggaran program

pengembangan rumput laut nasional.

2. Skenario penurunan jumlah ekspor rumput laut terkait kuota perdagangan

ekspor rumput laut. Melalui kuota perdagangan ekspor, pemerintah

melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan berencana untuk mematok

50 persen produski rumput laut yang dapat diekspor ke luar negeri pada

saat industri pengolahan dalam negeri telah berkembang.

5 AGRIBISNIS RUMPUT LAUT

Dalam pengembangan agribisnis rumput laut, perlu dibentuk suatu sistem

penyerasian antara penyediaan bahan baku, sumber daya manusia, permodalan,

hukum, kelembagaan dan sistem pemasaran. Potensi produksi dan potensi

pengembangan rumput laut dari subsistem hilir sampai dengan subsistem hulu

perlu untuk diberdayakan. Pelaku-pelaku dibidang agribisnis rumput laut sangat

beragam, dimulai dari pembudidaya rumput laut, pedagang, pengumpul, pengolah

serta pemerintah. Pada sistem agribisnis rumput laut yang dibudidayakan di

Indonesia ini ada beberapa subsistem yang saling terkait satu sama lain antara lain

yaitu subsistem budidaya, subsistem pengolahan serta subsistem pemasaran.

Indonesia memiliki 5 provinsi penghasil rumput laut, yaitu provinsi Sulawesi

Selatan, Sulawesi Tengah, NTT, NTB dan Bali (Tabel 3).

Page 39: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

24

Tabel 3 Produksi rumput laut 5 provinsi utama Indonesia (ton) Tahun Sulsel Sulteng NTT NTB Bali Lainnya Jumlah

2007 630 741 190 073 504 699 75 509 152 226 210 942 1 766 197

2008 648 528 287 268 696 273 86 000 129 095 295 888 2 145 060

2009 774 026 713 562 498 422 147 251 135 811 692 475 2 963 556

2010 1 245 771 728 279 347 726 162 411 99 481 1 329 339 3 915 017

2011 1 506 264 758 910 377 200 290 700 106 398 2 128 718 5 170 201

Rata-rata per tahun

2007-2011 (ton)

961 066 535 618 484 864 152 374 124 602 931 472 3 192 006

Rata-rata

peningkatan 2007-

2011(%)

26 51 -3 43.6 -7.4 81.6 31

Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan 2011 (data diolah)

Dalam periode 5 tahun (2007-2011), produksi rata-rata tahunan tertinggi

dicapai oleh provinsi Sulawesi Selatan dengan produksi 2 260 534 ton, kemudian

Sulawesi Tengah dengan produksi 535 618.4 ton dan NTT dengan produksi 484

864 ton. Selama kurun waktu tersebut, produksi rumput laut di kelima provinsi

utama cenderung meningkat yaitu 26-51 persen kecuali NTT dan Bali yang

mengalami penurunan dikarenakan kondisi cuaca yang kurang baik menyebabkan

gelombang yang merusak proses budidaya. Kelima provinsi utama budidaya

rumput laut tersebut rata-rata mengalami fluktuasi produksi yang disebabkan oleh

dominannya faktor alam pada budidaya yang bersifat water-based aquaculture

sehingga memerlukan campur tangan pemerintah yang relatif tinggi.

Budidaya Rumput Laut

Secara umum, budidaya rumput laut di perairan pantai (laut) diawali dengan

pemilihan lokasi lahan budidaya. Lokasi yang diharapkan untuk budidaya rumput

laut merupakan syarat utama yang harus diperhatikan. Secara umum persyaratn

pemilihan lokasi budidaya tersebut yaitu:

1. Perairan harus cukup tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak yang

kuat. Ombak dan angin yang kuat akan menghalangi penanganan tanaman.

Arus air yang baik akan membawa nutrisi bagi tumbuhan. Tumbuhan akan

bersih, karena kotoran maupun endapan yang menempel akan hanyut oleh arus.

Dengan demikian tanaman dapat tumbuh dengan baik karena ada kesempatan

menyerap nutrisi (makanan) dari air dan proses fotosintesis tidak terganggu.

2. Kedalaman perairan sekitar 60 cm pada saat surut terendah dan sekitar 210 cm

saat pasang tertinggi. Hal tersebut untuk memberikan cahaya matahari yang

cukup selama proses fotosintesis.

3. Memiliki kualitas air peairan yang ideal yaitu dengan suhu berkisar 27-30º C,

salinitas antara 15-38 permil dengan kondisi optimum pada 30 - 37 permil dan

pH yang cenderung basa.

4. Tipe dasar perairan dengan substrat daerah terumbu karang yang dasarnya

terdiri dari pasir kasar yang bercampur dengan potongan-potongan karang. Hal

ini dimaksudkan agar rumput laut dapat terhindar dari hempasan ombak besar.

5. Tersedianya sediaan rumput laut alami di sekitar lokasi budidaya. Adanya

sediaan tersebut dapat mengindikasikan bahwa perairan tersebut cocok untuk

membudidayakan rumput laut secara massal selain itu sediaan rumput laut

Page 40: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

25

tersebut juga dapat digunakan sebagai cadangan sediaan bibit, sehingga dapat

mengurangi biaya produksi (Aslan 1995).

Menurut Indriyani dan Suminarsih 2005, setelah pemilihan lokasi dilakukan

dan ditetapkan, maka tahapan selanjutnya adalah pemilihan bibit rumput laut yang

baik. Bibit yang baik harus muda, bersih dan segar agar memberikan pertumbuhan

yang optimum. Cara pemetikannya yaitu dengan mengambil ujung-ujungnya dan

dipotong kira-kira sepanjang 10-20 cm. Dipilih bagian ujung tanaman karena

bagian ini dari sel jaringan muda sehingga akan memberikan pertumbuhan yang

optimal. Penanaman dilakukan pada saat bibit masih segar, yaitu setelah

pengikatan bibit pada tali ris selesai. Setelah pengambilan bibit selanjutnya

dilakukan penanaman yaitu dengan memasukan bibit rumput laut ke dalam air di

lokasi budidaya. Penanaman rumput laut Eucheuma sp ini dapat dilakukan dengan

berbagai metode yaitu seperti metode lepas dasar, rakit apung maupun tali

gantung serta metode tebar untuk rumput laut Gracilaria sp.

1. Metode lepas dasar. Metode ini cocok untuk lokasi dengan kedalaman perairan

saat surut antara 30-60 cm. Luas penggunaan metode lepas dasar ialah 10 x 10

m² untuk satu unit. Sebelum dilakukan penanaman, lebih dahulu disiapkan

bahan-bahannya seperti bibit, bambu atau kayu sepanjang satu meter, tali ris

bergaris tengah 4 mm, tali ris utama bergaris tengah 8 mm, tali rafia serta alat

bantu lain seperti pisau, palu dan gergaji. Tali ris merupakan seutas tali yang

terbuat dari bahan polietilen. Setelah persiapan tersebut selesai maka dimulai

penanaman dengan memotong batang-batang muda rumput laut seberat kira-

kira 100 gr lalu diikatkan pada tali ris sepanjang 3 m dengan tali rafia. Jarak

masing-masing ikatan 20 cm, hingga mengisi tali ris pada tali ris utama.

Pengikatan atau penanaman batang-batang rumput laut muda ini dilakukan di

darat pada saat air sedang surut. Sementara itu di lokasi budidaya,

ditancapakan barisan patok yang terbuat dari kayu atau bambu sedalam kira-

kira 0.5 m. Jarak tiap patok dalam barisan antara 0.5-1 m dan jarak setiap baris

adalah 2.5 m. Patok-patok yang terdapat dalam satu barisan dihubungkan

dengan tali ris utama. Sedangkan tali ris yang berisi tanaman, masing-masing

direntangkan di lokasi budidaya kemudian diikatkan pada tali ris utama.

Keuntungan menggunakan metode ini adalah mendapat kandungan karaginan

yang lebih baik serta tingkat pertumbuhan 3-6 persen/ hari.

2. Metode rakit apung. Metode ini cocok dengan kedalaman perairan saat surut

lebih dari 60 cm. Satu unit rakit apung ditentukan sebanyak sepuluh rakit yang

disusun dengan formasi 2 x 5 rakit. Penanaman dilakukan segera setelah

pengikatan bibit selesai dan pada saat laut tidak berombak besar serta

dilakukan di darat. Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah bibit rumput laut,

potongan bambu berdiameter 10 cm, potongan kayu penyiku berdiameter 5 cm,

tali rafia, tali pengikat, tali ris berdiamter 4 mm dan 12 mm serta jangkar dari

besi, bongkah batu atau adukan semen pasir. Proses penanamannya dimulai

dengan memotong kayu dan bambu serta dirangkai dan diikatkan persegi

panjang. Setiap sudut dan tengahnya diikatkan bambu yang memalang untuk

meperkokoh bentuk rakit serta di setiap tengah persegi panjang tersebut, lalu

rakit tersebut diberi pemberat. Sementara itu bibit rumput laut masing-masing

dengan berat sekitar 100 gr. Diikatkan pada tali ris dengan jarak 20 cm.

3. Metode tali gantung. Metode ini diterapkan pada kedalaman perairan 5 m.

Bahan-bahan yang diperlukan berupa bibit rumput laut, bambu berdiameter 5

Page 41: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

26

cm, tali ris, tali pengikat dan bongkahan batu sebagai pemberat. Tali ris yang

panjangnya kurang dari tinggi konstruksi untuk budidaya direntangkan pada

dua potong bambu. Selanjutnya bambu pertama diletakan di atas konstruksi

yang telah di buat sebelumnya. Sedangkan bambu kedua menggantung di

dalam air hampir menyentuh dasar perairan. Dalam kerangka potongan bambu

yang menggantung terdapat bentangan tali ris sebanyak 15 utas tali. Sebelum

kerangka ini digantungkan pada konstruksi utama, tali ris dipenuhi beberapa

batang rumput laut muda yang masing-masing seberat kira-kira 100 gr.

Potongan tersebut diikat dengan tali rafia berjarak 30 cm. Kerangka yang telah

berisi bibit digantungkan pada konstruksi yang telah dibuat.

4. Metode tebar. Penanaman rumput laut jenis Gracilaria di tambak dilakukan

dengan metode tebar. Tambak yang telah dilengkapi pintu masuk dan

keluarnya air dikeringkan. Setelah tambak kering, ditaburkan kapur pertanian

agar pH menjadi antara 6.5-8. Tujuh hari setelah pengapuran, tambak

digenangi air sedalam 70 cm dan dibiarkan selama tiga hari. Kemudian bibit

rumput laut ditebarkan secara merata di permukaan air tambak dengan padat

penebaran antara 80-100 gr /m2 atau 800-1000 kg/ha. Bila dasar tambak cukup

keras, bibit dapat ditancapkan seperti seperti penanaman padi. Penebaran bibit

rumput laut sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dan pada cuaca yang

teduh.

Selanjutnya setelah dilakukan penanaman maka rumput laut tersebut perlu

diawasi dan dipelihara sebaik mungkin agar pertumbuhannya terkendali.

Kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan oleh ombak

yang besar atau daya tahannya menurus maka harus segera diperbaiki. Begitu pula

dengan kotoran atau debu air yang sering melekat pada rumput laut yaitu pada

saat musim laut tenang. Pada saat seperti itu tanaman harus sering digoyang-

goyangkan di dalam air agar rumput laut selalu bersih dari kotoran yang

menempel seperti Ulva, Hypnea, Chaetomorpha dan Enteromorpha. Hama yang

sering memangsa rumput lau seperti bulu babi dan penyu perlu dihindari dengan

cara mengusirnya dari lokasi budidaya. Begitu pula dengan penyakit yang biasa

menyerang rumput laut yaitu penyakit ice-ice ditandai dengan timbulnya

bintik/bercak-bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi

kuning pucat dan akhirnya berangsur-angsur menjadi putih dan akhirnya menjadi

hancur atau rontok. Ice-ice dapat menyebabkan thallus menjadi rapuh dan mudah

putus. Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat, terjadinya

perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang thallus menjadi putih

dan membusuk. Stres yang diakibatkan perubahan kondisi lingkungan yang

mendadak seperti: perubahan salinitas, suhu air dan intensitas cahaya, merupakan

faktor utama yang memacu timbulnya penyakit ice-ice. Ketika rumput laut

mengalami stress karena rendahnya salinitas, suhu, pergerakan air dan instensitas

cahaya, akan memudahkan infeksi patogen. Dalam keadaan stress, rumput laut

akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan

diduga merangsang banyak bakteri tumbuh di sekitarnya. Kejadian penyakit ice-

ice bersifat musiman dan menular. Bakteri yang dapat diisolasi dari rumput laut

dengan gejala ice-ice antara lain adalah Pseudomonas spp., Pseudoalteromonas

gracilis, dan Vibrio spp. Agarase (arginase) dari bakteri merupakan salah satu

faktor virulen yang berperan terhadap infeksi ice-ice (Santoso dan Nugraha 2008).

Page 42: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

27

Rumput laut dapat dipanen setelah mencapai umur 6-8 minggu dengan bobot

rata-rata 600 gr. Cara pemananan rumput laut adalah dengan mengangkat seluruh

rumput laut ke darat, kemudian tali rafia pengikat rumput laut dipotong. Panen

tersebut dilakukan saat air laut pasang.

Pengolahan Rumput Laut

Rumput Laut Kering

Langkah-langkah pengolahan rumput laut menjadi bahan baku atau rumput

laut kering adalah sebagai berikut.

1. Rumput laut dibersihkan dari kotoran, seperti pasir, batu-batuan yang

kemudian dipisahkan.

2. Setelah bersih, rumput dijemur sampai kering. Bila cuaca cukup baik

penjemuran hanya membutuhkan 3 hari. Agar hasilnya berkualitas tinggi,

rumput laut dijemur di atas para-para dan tidak boleh ditumpuk. Rumput laut

yang telah kering ditandai dengan keluarnya garam.

3. Pencucian dilakukan, setelah rumput laut kering. Sebagaian bahan baku agar-

agar rumput laut dicuci dengan air tawar, sedangkan untuk diambil

karaginannya dicuci dengan dengan air laut. Setelah bersih rumput dikeringkan

lagi kira-kira 1 hari. Kadar air yang diharapkan setelah pengeringan sekitar 28

persen. Bila dalam proses pengeringan hujan turun maka rumput laut dapat

disimpan pada rak-rak tetapi diusahakan diatur sedemikian rupa sehingga tidak

saling tindih. Untuk rumput laut yang diambil karaginannya tidak boleh

terkena air tawar karena dapat melarutkan karaginan.

4. Rumput laut kering setelah pengeringan kedua, kemudian diayak untuk

menghilangkan kotoran yang masih tertinggal.

Rumput laut yang bersih dan kering dimasukan dalam karung goni. Caranya

dengan dipadatkan atau tidak dipadatkan. Bila dipadatkan dalam satu karung

dapat berisi 100 kg, sedangkan tidak dipadatkan hanya berisi 60 kg. Rumput laut

yang akan diekspor di bagian luar karungnya dituliskan nama barang (jenis), nama

kode perusahaan, nomor karung, berat bersih dan hasil Indonesia dengan jelas.

Pemberian keterangan ini hanya untuk memudahkan proses pengecekan dalam

pengiriman.

Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih

lanjut. Pada umumnya penanganan pascapanen rumput laut oleh petani hanya

sampai pada pengeringan saja. Hal ini terjadi karena di dalam negeri industri

pengolahan rumput laut menjadi karaginan atau karaginan semi murni belum

banyak berkembang. Sehingga harga jual rumput laut dari petani rumput laut

dipasaran rendah karena belum adanya diversifikasi produk. Rumput laut kering

masih merupakan bahan baku dan harus diolah lagi. Pengolahan ini kebanyakan

dilakukan oleh pabrik walaupun sebenarnya dapat juga oleh petani. Pengolahan

rumput laut menjadi bahan baku telah banyak dilakukan oleh petani. Hasil yang

diperoleh sesuai standar perdagangan ekspor. Untuk itu, akan lebih baik bila

diawasi oleh suatu perusahaan (Indriyani dan Suminarsih 2005).

Alkali Treated Cottonii Chip (ATC)

Proses pengolahan rumput laut menjadi ATC pada prinsipnya sangat

sederhana, yaitu dengan merebusnya dalam larutan KOH pada suhu 85oC selama

Page 43: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

28

2-3 jam. Perbandingan jumlah air : larutan alkali : rumput laut yaitu 300 liter : 60

kg : 60 kg. Setelah pemasakan dilakukan lagi pencucian lanjutan. Pada proses

pencucian kedua dilakukan dengan menggunakan larutan kaporit untuk

memutihkan dan membunuh bakteri. Selanjutnya dilakukan pemotongan dengan

menggunakan alat yang disebut copper machine dengan ukuran 2-3 cm. Rumput

laut yang sudah dipotong langsung diangkut ke tempat penjemuran/pengeringan.

Pada cuaca cerah, pengeringan dapat berlangsung 1-2 hari. Pengeringan

dilakukan dengan membolak-balikkan produk sesering mungkin agar seluruh

bagian rumput laut kering secara merata. Pengeringan dilakukan samapai kadar air

10 - 12 persen.

Semi Refined Carrageenan (SRC)

Proses SRC merupakan kelanjutan produk ATC chips. Caranya dengan

menghancurkan/ menepung produk chips menjadi tepung dengan ukuran 40-60

mesh, sesuai dengan permintan pasar. Produk SRC dapat digunakan dalam

industri makanan, minuman (food grade) maupun industri lainnya (non food

grade). Khusus untuk SRC flour food grade proses pengeringan diharuskan

menggunakan mesin pengering untuk mencegah kontaminasi dengan udara

terbuka.

Refine Carrageenan (RC) Selain semi refine, hasil olahan rumput laut karaginofit yaitu refine

carrageenan atau karaginan murni. Proses produksi untuk mendapatkan karaginan

murni melalui proses ekstraksi karaginan dari rumput laut. Ada dua metode proses

produksi karaginan, yaitu metode alkohol (alcohol method) dan metode tekan

(pressing method).

Biaya produksi pada proses pengolahan karaginan dengan metode alkohol

tinggi sehingga saat ini jarang digunakan dalam industri, kecuali untuk produksi

iota-karaginan. Pada saat ini, metode proses yang digunakan untuk produksi

kappa-karaginan yaitu metode tekan (pressing method), baik dengan atau tanpa

penambahan KCl. Metode ini hanya digunakan untuk produksi kappa-karaginan

dengan bahan baku Eucheuma cottonii.

Pemasaran Rumput Laut

Mulai tahun 2007, Indonesia merupakan negara pengekspor rumput laut

kering terbesar di dunia (37 persen), disusul oleh Cili (21 persen), Cina (13

persen), Peru (8 persen), Irlandia (6 persen), Filipina (5 persen), dan Islandia (2

persen) . Dari 2005-2008, ekspor rumput laut Indonesia terus meningkat, dengan

rata-rata pertumbuhan 14 persen per tahun (BPPT et al 2011). Hal tersebut dapat

dilihat pada Gambar 6.

Page 44: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

29

Perkembangan impor rumput laut kering dunia yang meningkat

menunjukkan permintaan dunia meningkat. Namun negara pengimpor rumput laut

Indonesia cenderung memperketat persyaratan mutu produk yang diimpor ke

negaranya, sehubungan dengan isu food safety, khususnya pasar AS dan Uni

Eropa karena rumput laut Indonesia tidak memenuhi persyaratan ambang batas

mutu yang ditetapkan di Uni Eropa dan AS. Dengan demikian Indonesia dituntut

untuk lebih meningkatkan kualitas perikanannya. Tingginya kebutuhan negara-

negara lain akan rumput laut membuat Indonesia yang mempunyai produksi

rumput laut yang tinggi mempunyai peluang untuk meraih pangsa pasar luar

negeri. Namun ekspor DES Indonesia belum mengoptimalkan potensi yang

dimilikinya jika melihat data yang ada.

Besarnya jumlah ekspor serta pangsa pasar rumput laut kering Indonesia di

dunia diduga dapat mempengaruhi harga rumput laut kering dunia. Negara utama

yang mengimpor DES adalah Cina. Dengan jumlah impor rumput laut sebesar 23

318 ton pada tahun 2007 dan meningkat 101 230 ton pada tahun 2011.

Selanjutnya negara lain yang mengimpor DES adalah Hongkong, Filipina, USA,

Spanyol, Republik Korea, Denmark serta Malaysia. Negara utama pengimpor

rumput laut seperti pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Jumlah ekspor rumput laut menurut negara tujuan pada tahun 2007 –

2011 (satuan Ton)

Negara Tujuan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

Cina 23 318 43 620 51 086 72 213 101 230

Filipina 10 878 12 414 6 701 12 512 10 404

Hongkong 20 890 2 835 2 323 5 252 6 402

USA 2 454 414 1 764 1 584 2 257

Spanyol 4 493 1 076 2 039 670 1 139

Korea 5 421 - 5 019 3 056 8 085

Denmark 2 098 1 849 577 1 661 667

Prancis 2 192 2 927 3 058 2 211 2 803

Negara lainnya 22 329 34 814 16 242 24 916 26 088

Total 94 073 99 949 94 003 123 075 159 075

Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan 2012 (diolah)

Gambar 6 Negara pengekspor rumput laut kering dunia

Sumber: Kemperin 2011

INDONESIA

37%

Chili; 21%

China; 13%

Peru , 8%

Lainnya, 8%

Irlandia, 6% Filipina,

5% Islandia,

2%

Page 45: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

30

Dari Tabel 4 dapat terlihat bahwa ada tiga negara utama pengimpor DES

dengan permintaan terbesar selain negara lainnya yaitu Cina dengan jumlah impor

terbesar yaitu 101 230 ton pada tahun 2011 serta Hongkong dan Filipina dengan

masing-masing jumlah impor pada tahun 2011 yaitu 6 402 ton dan 10 404 ton,

sedangkan sisanya yaitu 26 088 ton adalah negara-negara lainnya.

Kebijakan Pemerintah Mengenai Rumput Laut

Salah satu keberhasilan budidaya rumput laut di suatu perairan baik yang

diusahakan oleh masyarakat ataupun pengusaha adalah sejauh mana kebijakan

pemerintah dapat mendorong dan mengembangkan budidaya rumput laut tersebut.

Pentingnya kebijakan pemerintah ini, karena menyangkut hal-hal yang berkaitan

dengan faktor-faktor teknis, ekonomis, sosial, dan lingkungan. Faktor teknis

misalnya, tentang perairan laut yang diizinkan untuk budidaya rumput laut,

ketersediaan bibit unggul, dan teknologi yang digunakan. Faktor ekonomi

mencakup aspek yang lebih luas, seperti penyediaan modal dan pemasaran hasil.

Sementara mengenai faktor lingkungan adalah terjaganya lingkungan perairan

laut, dari berbagai gangguan baik oleh kegiatan manusia maupun karena faktor

alam, di mana rumput laut dibudidayakan.

Kebijakan pemerintah pada umumnya bertujuan untuk mengefisiensikan

perekonomian, meningkatkan pemerataan kesejahteraan petani serta keberlanjutan

usaha. Instrumen-instrumen kebijakan dapat dikategorikan dalam berbagai

kebijakan seperti kebijakan harga, produk, produksi, teknologi, kelembagaan,

fiskal, moneter, pemasaran serta keuangan. Dalam merealisasikan tujuan-tujuan

tersebut maka pemerintah telah membentuk banyak peraturan yang terkait dengan

pangan, perikanan bahkan rumput laut secara langsung. Ada beberapa peraturan

pemerintah dengan instrumen kebijakan kelembagaan seperti pada UU No 20

tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah, PP No 25 tahun 2000

tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah

otonom, UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Keppres No 165

tahun 2000 tentang tugas, fungsi dan wewenang Departemen Perikanan Dan

Kelautan, Keppres No 21 tahun 2007 tentang Dewan Kelautan Indonesia, Permen

KP No 39 tahun 2011 tentang organisasi dan tata kerja loka penelitian dan

pengembangan budidaya rumput laut, serta PP No 9 tahun 2013 tentang perusahan

umum (Perum) perikanan Indonesia. Sebagian besar tujuan dari instrumen

kebijakan kelembagaan tersebut adalah dalam upaya untuk efisiensi kerja dalam

tugas dan wewenang lembaga tersebut masing-masing.

Instrumen kebijakan dalam kategori kebijakan produksi yaitu seperti UU

No 31 tahun 2004 tentang perikanan, UU No 45 tahun 2009 tentang perubahan

UU No 31 tahun 2004, UU no 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan

hidup, UU No 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil, PP No 54 tahun 2002 tentang usaha perikanan, serta PP No 60 tahun

2007 tentang konservasi sumber daya ikan. Instrumen kebijakan produksi ini

bertujuan agar keadaan lingkungan usaha perikanan dapat terjaga secara lestari

sehingga dalam pengusahaan perikanan dapat menjadi berkelanjutan secara terus

menerus.

Kebijakan keuangan merupakan modal dasar untuk menstimulus usaha

produksi maupun pemasaran perikanan menjadi lebih meningkat. Kebijakan ini

Page 46: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

31

seperti tertuang pada beberapa peraturan pemerintah yaitu Keppres No 117 tahun

1999 tentang prosedur permohonan PMDM dan PMA, Permen KP No 50 tahun

2011 tentang petunjuk teknis penggunaan dana alokasi khusus bidang kelautan

dan perikanan tahun 2012, serta Permen KP No 33 tahun 2012 tentang petunjuk

teknis alokasi khusus bidang kelautan dan perikanan tahun 2013. Kebijakan

keuangan ini bertujuan untuk mendorong percepatan pembanguna perikanan pada

umumnya sehingga akan terjadi pemerataan kesejahteraan pelaku usaha

perikanan.

Serta ada kebijakan pemerintah yang dibuat untuk tujuan efisiensi seperti

kebijakan strategis yang terdapat dalam Kepmen KP No 7 tahun 2013 tentang peta

jalan (Road Map) industrialisasi kelautan dan perikanan, Permen KP No 15 tahun

2012 tentang rencana strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2010-

2014, serta Permen KP No 27 tahun 2012 tentang pedoman umum industrialisasi

kelautan dan perikanan. Kebijakan produk pun tidak lupa dibuat guna melindungi

kepentingan konsumen sebagai pengguna produk seperti terdapat dalam Kepmen

KP No 01 tahun 2002 tentang sistem manajemen mutu terpadu hasil perikanan.

Rincian peraturan pemerintah yang berhubungan dengan perikanan khususnya

untuk komoditi rumput laut dapat dilihat pada Lampiran 1.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pendugaan Model

Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia ini terdiri dari enam persamaan

struktural dan dua persamaan identitas. Model dianalisis dengan menggunakan

data time series dari tahun 1989 sampai tahun 2011 merupakan data sekunder

yang diperoleh dari berbagai sumber serta telah diolah. Pendugaan model ekspor

rumput laut Indonesia memberikan hasil dugaan yang cukup baik secara ekonomi,

statistika dan ekonometri. Hampir semua variabel eksogen yang dimasukan dalam

persamaan struktural mempunyai parameter dugaan yang tandanya sesuai dengan

teori pendukung meskipun pengaruhnya ada yang kurang signifikan pada tingkat

kepercayaan 51 sampai 99 persen. Beberapa variabel penjelas yang parameter

dugaannya tidak sesuai dengan harapan dapat dijelaskan secara logis dan sesuai

dengan keadaan nyata di lapangan. Nilai koefeisien determinasi (R2) hasil

pendugaan model menunjukan bahwa nilainya berkisar antara 0.51 sampai 0.99,

sehingga secara umum variabel-variabel endogennya dapat dijelaskan secara baik.

Oleh karena itu hasil pendugaan model cukup representatif untuk menggambarkan

faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia. Hasil pengolahan

data faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia secara

lengkap di sajikan pada sub bab berikut.

Pembahasan Hasil Pendugaan Model

Model pada penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut

Indonesia terdiri dari enam persamaan struktural yaitu persamaan produksi rumput

Page 47: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

32

laut Indonesia, persamaan permintaan domestik, persamaan ekspor Filipina,

persamaan ekspor Cina, persamaan ekspor Hongkong serta persamaan harga

rumput laut domestik . Selain itu terdapat persamaan ekspor rumput laut Indonesia

yang merupakan selisih antara produksi rumput laut Indonesia dengan permintaan

rumput laut domestik sebagai persamaan identitas.

Produksi Rumput Laut Indonesia

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor

rumput laut Indonesia disajikan pada Tabel 5. Hasil pendugaan parameter pada

persamaan produksi rumput laut Indonesia dijelaskan oleh variabel jumlah

pembudidaya, harga rumput laut domestik, anggaran KKP, harga rumput laut

dunia, permintaan rumput laut domestik, jumlah produksi rumput laut tahun lalu

serta tren dapat menjelaskan produksi rumput laut Indonesia sebesar 99 persen.

Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan namun ada beberapa

parameter yang kurang respon terhadap perubahan peubah penjelasnya.

Tabel 5 Hasil pendugaan parameter produksi rumput laut Persamaan/peubah Notasi Koefisien Prob

Produksi rumput laut Indonesia QRt

Intersept - 56960000000 0.0720*

Jumlah pembudidaya tahun sebelumnya TKt-1 1286 0.2650

Harga rumput laut domestik PRLDt 9451 0.6986

Anggaran KKP APPt 0.0031 0.0002***

Produksi rumput laut domestik tahun sebelumnya QRt-1 0.5719 0.0062***

Tren Tren 28830000 0.0715*

Harga rumput laut dunia PXt 289710000 0.1594

Adjusted R-squared R2-adj = 0.99

Stat durbin watson DW = 2.07

F value F-val = 453.51 *** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen

** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen

* = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Variabel anggaran KKP (APPt) dan produksi rumput laut tahun sebelumnya

(QRt-1) signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel tren

(Tren) signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen. Hasil pendugaan

menunjukan bahwa pada variabel anggaran KKP berpengaruh positif dimana

setiap peningkatan satu juta rupiah anggaran maka diduga akan menaikan

produksi rumput laut domestik sebesar 3 164 kg. Sebaliknya jika anggaran KKP

menurun maka diduga produksi rumput laut domestik menurun. Hal ini sesuai

dengan penelitian Zulham et al, 2007 mengenai Assessment Klaster Perikanan

(Studi Pengembangan Klaster Rumput Laut Kabupaten Sumenep) yang

menyatakan bahwa dalam peningkatan produksi rumput laut diperlukan

pengklusteran bisnis rumput laut, dimana pembentukan kluster ini secara umum

memanfaatkan kemudahan atau fasilitas yang disediakan pemerintah. Kemudahan

fasilitas pemerintah tersebut seperti kemudahan mendapatkan akses hasil inovasi

baru yang dapat cepat diadopsi serta pembiayaan dari lembaga keuangan

pemerintahan. Oleh sebab itu kebutuhan akan anggaran pemerintah sangat

diperlukan untuk peningkatan produksi rumput laut seperti yang telah

diprioritaskan pemerintah. Sedangkan menurut Zulham dan Aprilliani 2007

Page 48: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

33

dalam hasil penelitiannya yang berjudul Struktur Bisnis Rumput Laut Gorontalo

menyatakan bahwa pemerintah pun dalam jangka panjang mendorong produksi

rumput laut domestik dengan pemberian insentif kepada pedagang besar atau

industri produk lanjutan rumput laut berupa Semi Refined Carageenan (SRC).

Produksi rumput laut tahun sebelumnya juga berpengaruh positif terhadap

produksi rumput laut domestik saat ini yaitu jika produksi tahun sebelumnya

meningkat sebesar satu kg maka akan meningkatkan produksi rumput laut tahun

ini sebesar 0.5 kg. Begitu pula sebalikya jika produksi rumput laut tahun

sebelumnya menurun maka akan menurunkan produksi rumput laut tahun ini. Hal

ini diperkirakan karena adanya faktor penyakit ice-ice yang sering menyerang

rumput laut, seperti dijelaskan pada penelitian Santoso dan Nugraha 2008

Mengenai Pengendalian Penyakit Ice-Ice Untuk Meningkatkan Produksi Riumput

Laut Indonesia. Dimana terjadinya pneyebaran penyakit ice-ice ini bersifat

musiman dan menyebar. Oleh sebab itu maka kecenderungan produksi rumput

laut tahun sebelumnya berpengaruh pada produksi rumput laut saat ini. Begitu

pula dengan variabel tren yang berpengaruh positif terhadap produksi rumput laut

domestik. Yaitu semakin bertambahnya tahun maka jumlah produksi rumput laut

domestik semakin meningkat pula rata – rata per tahunya sejumlah 28 830 ton.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yaitu perkembangan jumlah dan nilai ekspor

rumput laut Indonesia tahun 2005-2010 dimana jumlah produksi rumput laut dari

taun 2005-2010 memperlihatkan peningkatan rata-rata sebesar 31.2 persen.

Peningkatan ini mengindikasikan bahwa pembudidaya merespon tren produksi

yang positif. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap

mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi cateris paribus.

Permintaan Rumput Laut Domestik

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

rumput laut domestik disajikan pada Tabel 6. Hasil pendugaan parameter pada

persamaan permintaan domestik dijelaskan oleh variabel harga rumput laut

domestik tahun sebelumnya, pendapatan nasional (GDP riil Indonesia), jumlah

penduduk Indonesia, permintaan rumput laut tahun sebelumnya dan produksi

rumput laut domestik dapat menjelaskan permintaan rumput laut domestik sebesar

49 persen.

Tabel 6 Hasil pendugaan parameter permintaan rumput laut domestik Persamaan/peubah Notasi Koefisien Prob

Permintaan rumput laut domestik QDt

Intersept - -1576140 0.1074

Harga rumput laut domestik tahun sebelumnya PRLDt-1 8.3355 0.8561

Pendapatan domestik riil Indonesia GDPIDt 172 0.3560

Jumlah penduduk Indonesia POPIDt 0.0083 0.1000*

Permintaan rumput laut domestik tahun sebelumnya QDt-1 0.0497 0.8539

Harga karageenan PATC 80147 0.0500**

Adjusted R-squared R2-adj = 0.49

Stat durbin watson DW = 1.945

F value F-val = 5.11 *** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen

** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen

* = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Page 49: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

34

Hasil pendugaan menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia

berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan rumput laut domestik pada

tingkat kepercayaan 90 persen serta harga karageenan pun berpengaruh secara

nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Semakin bertambahnya penduduk

Indonesia diduga memliki kecenderungan meningkatkan konsumsi produk olahan

rumput laut. Seiring dengan hal tersebut, harga karagenan sebagai produk

lanjutan rumput laut semakin meningkat sehingga membuat jumlah populasi

penduduk Indonesia dan harga karagenan berpengaruh signifikan terhadap

permintaan rumput laut domestik.

Variabel jumlah penduduk Indonesia diketahui berpengaruh positif terhadap

permintaan rumput laut domestik. Yaitu jika terjadi peningkatan sebesar satu

orang jumlah penduduk Indonesia maka diduga akan meningkatkan jumlah

permintaan rumput laut domestik sebesar 0.008 kg. Sebaliknya jika terjadi

penurunan jumlah penduduk maka diduga akan menurunkan jumlah permintaan

rumput laut domestik. Variabel jumlah penduduk Indonesia ini diasumsikan

sebagai konsumen dalam mengkonsumsi produk rumput laut domestik itu sendiri.

Dari hasil pendugaan tersebut dikeahui bahwa jumlah penduduk Indonesia secara

signifikan mempengaruhi permintaan rumput laut domestik.

Sedangkan untuk variabel harga karageenan pun berpengaruh positif

terhadap permintaan rumput laut domestik. Yaitu jika terjadi peningkatan harga

karageenan sebesar satu USD maka akan meningkatkan permintaan domestik

sebesar 80 ton. Sebaliknya jika harga karageenan menurun maka akan

menurunkan permintaan rumput laut domestik. Menurut Boediono 1992,

permintaan akan input itu sama dengan Value of Marginal Product (VMPx) yang

merupakan perkalian harga output yang dalam hal ini adalah harga karageenan

dengan Marginal Price Product x (MPPx). Oleh sebab itu permintaan dan harga

karagenaan berbanding lurus. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku

dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi

cateris paribus.

Harga Rumput Laut Domestik

Tabel 7 Hasil pendugaan parameter harga rumput laut domestik Persamaan/peubah Notasi Koefisien Prob

Harga rumput laut domestik PRLDt

Intersept - -5649 0.9887

Produksi rumput laut domestik QRt -0.0000 0.2163

Harga rumput laut dunia PX 331.8818 0.8628

Permintaan rumput laut domestik QDRt 0.001744 0.2108

Nilai tukar riil Rupiah terhadap US Dolar ErriilIDt -0.0031 0.9912

Harga karageenan PCt 219.2920 0.3293

Harga rumput laut domestikt tahun sebelumnya PRLDt-1 0.4952 0.0394**

Adjusted R-squared R2 adj = 0.34

Stat durbin watson DW = 2.06

F value F-val = 2.58 *** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen

** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen

* = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Page 50: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

35

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi harga rumput

laut domestik disajikan pada Tabel 7. Hasil pendugaan parmeter pada persamaan

harga rumput laut domestik dijelaskan oleh variabel produksi rumput laut

domestik, harga rumput laut internasional dan permintaan rumput laut domestik

yang dapat menjelaskan permintaan rumput laut domestik sebesar 34.5 persen.

Hasil pendugaan menunjukan bahwa harga rumput laut domestik pada tahun

sebelumya memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95

persen.Variabel harga rumput laut domestik pada tahun sebelumnya berpengaruh

positif terhadap rumput laut domestik saat ini. Yaitu jika harga rumput laut

domestik tahun sebelumnya meningkat sebesar satu rupiah maka akan

meningkatkan harga rumput laut domestik saat ini sebesar 0.04 rupiah. Variabel

harga rumput laut pada tahun sebelumnya merupakan rujukan untuk harga rumput

laut pada saat sekarang. Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan

tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor lainnya memenuhi asumsi catersi

paribus.

Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Filipina

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi ekspor

rumput laut Indonesia ke Filipina disajikan pada Tabel 8. Hasil pendugaan

parameter pada persamaan ekspor rumput laut Indonesia ke Filipina dijelaskan

oleh variabel harga rumput laut Filipina , harga rumput laut Cili sebagi harga

rumput laut kompetitor Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap peso Filipina, GDP

riil Filipina, populasi penduduk Filipina dan tarif yang dikenakan terhadap rumput

laut Indonesia dapat menjelaskan permintaan ekspor ke Filipina seebesar 76

persen. Semua arah dan besaran parameter sesuai dengan harapan.

Tabel 8 Hasil pendugaan ekspor rumput laut Indonesia ke Filipina Persamaan/peubah Notasi Koefisien Prob Ekspor rumput laut ke Filipina XRFilt Intersept - -23780000 0.2364 Harga rumput laut Filipina PRFilt 1271224 0.6040 Harga rumput laut Cili PCilt 675848 0.5848 Nilai tukar riil Rupiah terhadap Peso Filipina ErFt -5.316802 0.2832 Pendapatan Domestik riil Filipina GDPFilt 3806.58 0.4827 Jumlah penduduk Filipina POPFilt 0.3348 0.1625 Tarif yang berlaku di negara Filipina TRFFilt -170468 0.6465 Ekspor rumput laut ke Filipina tahun sebelumnya LXRFilt 0.0665 0.9790 Harga rumput laut dunia PXt 2000161 0.7142 Harga rumput laut domestik tahun sebelumnya LPRLDt -880.98 0.0986

*

Adjusted R-squared R2 adj = 0.77 Stat durbin watson DW = 1.97 F value F-val = 8.91

*** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen ** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen

* = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Menurut Santoso dan Nugraha 2007, hal ini dikarenakan resiko budidaya

rumput laut yang terjadi di Filipina telah menimbulka kerugian yang cukup besar.

Resiko ini diakibatkan oleh adanya serangan penyakit ice-ice yang pertama kali

menyerang Filipina pada tahun 1974. Sehingga untuk menghindari resiko

Page 51: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

36

kerugian tersebut maka Filipina berusaha mengimpor rumput laut kering itu dari

Indonesia. Dengan memperhitungkan harga rumput laut Indonesia pada tahun

sebelumnya sehingga di dapat nilai keuntungan yang akan diperoleh Filipina

setelah pengolahan lanjutan rumput laut tersebut. Semua hasil pendugaan

parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-faktor

lainya memenuhi asumsi cateris paribus.

Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Cina Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor

rumput laut Indonesia ke Cina disajikan pada Tabel 9. Hasil pendugaan

parameter pada persamaan ekspor rumput laut Indonesia ke Cina dijelaskan oleh

variabel harga rumput laut Cina, harga eksportir kompetitor yaitu negara Cili, nilai

tukar rupiah terhadap yuan Cina, pendapatan nasional riil Cina (GDP riil Cina),

jumlah penduduk Cina serta tarif impor rumput laut yang diberlakukan Cina

terhadap Indonesia, harga rumput laut dunia serta harga rumput laut domestik

dapat menjelaskan ekspor rumput laut Indonesia ke Cina sebesar 95.81 persen.

Semua arah dan parameter sesuai dengan harapan. Hasil pendugaan menunjukan

bahwa pendapatan domestik Cina berpengaruh secara signifikan pada ekspor

rumput laut Indonesia ke Cina dengan tingkat kepercayaan 90 persen.

Tabel 9 Hasil pendugaan ekspor rumput laut Indonesia ke Cina Persamaan/peubah Notasi Koefisien Prob

Ekspor rumput laut Cina XRCt

Intersept - -236800000 0.6158

Harga rumput laut Cina PRCt 3641851 0.7693 Harga rumput laut Cili PCilt 3107202 0.4341

Nilai tukar riil Rupiah terhadap Yuan Cina ErCt -6.9938 0.9766 Pendapatan Domestik riil Cina GDPCt 17099.54 0.0550

*

Jumlah penduduk Cina POPCt 4.7064 0.4567 Tarif yang berlaku di negara Cina TRFCt -854696 0.2041 Ekspor rumput laut ke Cina tahun sebelumnya LXRCt -0.1857 0.6476 Jumlah penduduk Cina tahun sebelumnya LPOPCt -4.5507 0.4484 Harga rumput laut dunia PXt 2485229 0.8542 Harga rumput laut domestik PRLDt -954.87 0.5064

Adjusted R-squared R2- adj = 0.95

Stat durbin watson DW = 1.75 F value F-val = 42.60

*** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen

** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen

* = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Vaiabel pendapatan nasioanal riil Cina berpengaruh positif terhadap ekspor

rumput laut Indonesia ke Cina. Peningkatan pendapatan nasional riil Cina sebesar

satu USD diduga akan meningkatkan ekspor rumput laut Indonesia ke Cina

sebesar 17 ton. Sebaliknya penurunan pendapatan nasional riil Cina diduga akan

menurunkan jumlah ekspor rumput laut Indonesia ke Cina. Menurut Yusuf dan

Tajerin 2008, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor rumput laut

Indonesia di pasar Internasional salah satunya adalah pendapatan nasional negara

mitra dagang kita yang dalam hal ini adalah salah satunya negara Cina. Dalam

Page 52: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

37

ekspor rumput laut Indonesia ke Cina, pendapatan nasional Cina diketahui

berpengaruh positif terhadap jumlah ekspor rumput laut kita ke negaraa tersebut.

Semua hasil pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan

bahwa faktor-faktor lainya memenuhi asumsi cateris paribus.

Ekspor Rumput Laut Indonesia Ke Hongkong

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang memengaruhi ekspor

rumput laut Indonesia ke Hongkong dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil pendugaan

parameter pada persamaan permintaan domestik dijelaskan oleh variabel harga

rumput laut Indonesia di pasar Hongkong, harga eksportir kompetitor yaitu harga

Cili, nilai tukar rupiah terhadap dolar Hongkong, pendapatan nasional riil

Hongkong, jumlah penduduk Hongkong serta tarif yang dikenakan terhadap

rumput laut Indonesia di pasar Hongkong, dapat menjelaskan permintaan ekspor

Hongkong sebesar 57 persen. Hasil pendugaan parameter menunjukan bahwa

variabel tarif impor serta ekspor rumput laut ke Hongkong pada tahun sebelumnya

berpengaruh signifikan pada ekspor rumput laut ke Hongkong dengan tingkat

kepercayaan 90 persen. Sedangkan harga rumput laut dunia berpengaruh

signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Tabel 10 Hasil pendugaan parameter ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong Persamaan/peubah Notasi Koefisien Prob

Ekspor rumput laut Hongkong XRHkt

Intersept - -36190000 0.4420

Harga rumput laut Hongkong PRHkt 982929 0.6885 Harga rumput laut Cili PCilt 884568.9 0.6527

Nilai tukar riil Rp terhadap HKD ErriilHkt -1417.71 0.8364 Pendapatan Domestik riil Hongkong GDPHkt 641.1579 0.4676 Jumlah penduduk Hongkong POPHkt 10.8687 0.2440 Tarif yang berlaku di negara Hongkong TRFHkt -356024 0.1000

*

Ekspor rumput laut ke Hongkong tahun sebelumnya LXRHkt 0.3899 0.0885 *

Pendapatan domestik riil Hongkong tahun sebelumnya LGDPHKt -1324.48 0.1768 Harga rumput laut dunia PXt 13730000 0.0211

* *

Harga rumput laut domestik PRLDt -175.99 0.8342

Adjusted R-squared R2 adj = 0.57 Stat durbin watson DW = 2.20 F value F-val = 3.89

*** = signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen

** = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen

* = signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen

Kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh pemerintah Hongkong yang

dalam hal ini adalah kebijakan tarif impor rumput laut dari Indonesia berpengaruh

negatif terhadap ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong. Yaitu apabila tarif

impor rumput laut dari Indonesia dinaikan sebesar satu persen maka akan

menurunkan jumlah ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong sebesar 356 ton.

Sebaliknya apabila tarif impor rumput laut Hongkong dari Indonesia diturunkan

maka akan meningkatkan pula jumlah ekspor rumput laut Indonesia ke

Hongkong. Hal ini sesuai dengan teori kebijakan tarif yang dijelaskan oleh

Halwani 2002, yaitu penerapan kebijkan tarif impor yang dalam hal ini

Page 53: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

38

diberlakukan secara ketat oleh negara Hongkong akan berakibat pada peningkatan

harga barang impor dan ujung-ujungnya akan mengurangi jumlah impor produk

tersebut dikarenakan terlalu mahalnya produk tersebut di negara Hongkong.

Sedangkan variabel ekspor rumput laut ke Hongkong pada tahun sebelumya

diketahui berpengaruh positif terhadap ekspor rumput laut ke Hongkong. Yaitu

jika terjadi peningkatan ekspor ke Hongkong pada tahun sebelumnya sebesar satu

kg maka akan meningkatkan ekspor rumput laut ke Hongkong sebesar 0.3889 kg.

Sebaliknya jika terjadi penurunan ekspor ke Hongkong pada tahun sebelumnya

maka akan menurunkan pula ekspor ke Hongkong. Hal ini sesuai dengan Yusuf

dan Tajerin 2008 yang menjelaskan bahwa peubah utama yang memberikan

pengaruh dominan terhadap ekspor rumput laut Indonesia ke pasar internasional

adalah variabel ekspor rumput laut tahun sebelumnya. Begitu pula salah satu

variabel yang berpengaruh pada jumlah ekspor rumput laut Indonesia ke pasar

internasional adalah harga rumput laut di pasar internasional. Hal tersebut sesuai

pula dengan pendugaan parameter ekspor rumput laut Indonesia ke Hongkong.

Yaitu harga rumput laut dunia berpengaruh positif terhadap ekspor rumput laut

Indonesia ke Hongkong. Yaitu jika harga rumput laut dunia meningkat sebesar

satu USD maka akan menurun ekspor rumput laut ke Hongkong sebesar 1 373

ton. Sebaliknya jika harga rumput laut dunia turun maka akan meningkatkan

ekspor rumput laut ke Hongkong. Sedangkan harga rumput laut domestik

berpengaruh negatif terhadap ekspor ke Hongkong. Yaitu jika harga rumput laut

domestik meningkat sebesar satu rupiah maka akan menurunkan ekspor ke

Hongkong sebesar 175 kg. Sebaliknya jika harga rumput laut domestik menurun

maka akan meningkatkan ekspor rumput laut ke Hongkong. Semua hasil

pendugaan parameter di atas berlaku dengan tetap mempertahankan bahwa faktor-

faktor lainya memenuhi asumsi cateris paribus.

Validasi Model

Validasi model merupakan tahapan yang digunakan untuk mengetahui

apakah model cukup valid untuk selanjutnya dilakukan simulasi alternatif

kebijakan. Validasi model dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis sejauh

mana model hasil penelitian dapat mewakili dunia nyata. Kriteria statistik untuk

validasi nilai pendugaan model ekonometrika menggunakan beberapa indikator,

dalam penelitian ini yang digunakan adalah Root Mean Square Percent Error

(RMSPE) untuk mengukur seberapa dekat nilai masing-masing peubah endogen

hasil pendugaan mengikuti nilai data aktualnya pada periode pengamatan. Selain

RMPSE digunakan Theils inquality coefficient (U) yang idealnya mendekati nol

karena jika nilanya satu maka model dapat dikatakan naif. Validasi model faktor-

faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia dilakukan dengan

simulasi dasar (baseline) untuk periode sampel pengamatan penelitian tahun

1989-2011 terhadap nilai aktualnya. Hasil validasi model faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia secara lengkap disajikan pada Tabel

11.

Hasil validasi model faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut

Indonesia, seperti yang disajikan pada Tabel 11 memperlihatkan dari seluruh

persamaan, terdapat tiga persamaan memiliki nilai RMSPE di bawah 50 persen.

Artinya nilai prediksi masih dapat mengikuti kecenderungan data historisnya

Page 54: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

39

dengan baik. Dan secara umum semua persamaan (50 persen) memiliki nilai U

Theil mendekati 0 sehingga dapat diartikan simulasi model yang digunakan pada

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia mengikuti

data aktualnya dengan baik sehingga dapat dilakukan simulasi pada tahap

selanjutnya.

Tabel 11 Hasil validasi model faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput

laut Indonesia No. Peubah Notasi Durbin

watson

statistik

RMPSE U R2

1 Produksi rumput laut Indonesia QRt 2.07 44.3366 0.0296 0.99 2 Permintaan rumput laut domestik QDRt 1.94 252.2 0.2165 0.61 3 Harga rumput laut domestik PRLDt 2.06 56.6801 0.2071 0.56 4 Permintaan ekspor rumput laut

Indonesia ke Filipina XRFt 1.95 0 0.1448

0.86

5 Permintaan ekpor rumput laut

Indonesia ke Cina XRCt 1.75 0 0.0682

0.97

6 Permintaan ekspor rumput laut

Indonesia ke Hongkong XRHKt 2.20 116.1 0.1490

0.77

Tingkat autokorelasi dapat dilihat dari statistik Durbin-Watson yang pada

penelitian ini bernilai 1.75 - 2.20. Hal ini menunjukan bahwa model faktor-faktor

yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia tidak memiliki autokorelasi.

Masalah autokorelasi dalam suatu model ekonometrik timbul apabila nilai dari

statistik Durbin-Watson berada dibawah 1.25 dan diatas 2.75.

Hasil dan Pembahasan Simulasi Model

Untuk melihat dampak perubahan kebijakan maupun fenomena yang ada

saat ini terhadap peubah-peubah endogen dalam sistem persamaan dilakukan

beberapa simulasi perubahan variabel eksogen karena perubahan tersebut dapat

menimbulkan dampak positif maupun negatif atau bahkan mungkin tidak

membawa dampak sama sekali terhadap masing-masing peubah endogen.

Evaluasi perubahan dilakukan untuk membandingkan dampak yang ditimbulkan

dalam ekspor rumput laut Indonesia.

Simulasi kebijakan yang dilakukan pada model faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia adalah: (1) dampak peningkatan

anggaran KKP sebesar 50 persen, (2) dampak kebijakan penurunan jumlah ekspor

rumput laut sebesar 50 persen

Dampak Kebijakan Peningkatan Anggaran KKP Sebesar 50 Persen

Skenario peningkatan anggaran program pengembangan rumput laut dari

Kementerian Kelautan Perikanan. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian

Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah menargetkan Indonesia sebagai

penghasil produk perikanan terbesar di Asia pada tahun 2015. Menurut Kepmen

KP No 7 tahun 2013 tentang Peta Jalan (Road Map) Industrialisasi Kelautan dan

Perikanan yaitu dalam pengembangan komoditas dan produk unggulan

bErrorientasi pasar yang dalam hal ini adalah rumput laut maka diperlukan

Page 55: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

40

peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas komoditas serta bahan baku.

Oleh sebab itu target volume produksi rumput laut pada tahun selanjutnya adalah

1 182 160 ton. Jadi untuk dapat memenuhi target tersebut maka diharapkan KKP

kedepannya dapat meningkatkan 50 persen anggaran program pengembangan

rumput laut nasional.Kebijakan pemerintah ini disimulasikan dengan

meningkatkan anggaran Kementerian Kelautan Perikanan sebesar 50 persen

dipandang cukup relevan untuk melihat bagaimana dampak peningkatan anggaran

terhadap produksi, permintaan dan harga rumput laut domestik. Hasil simulasi

disajikan pada Tabel 12.

Peningkatan anggaran KKP sebesar 50 persen akan berpengaruh

meningkatkan produksi rumput laut domestik sebesar 32 persen. Hal ini

dikarenakan dalam proses budidaya rumput laut, nelayan perlu adanya bantuan

modal dalam memulai usahanya. Budidaya rumput laut biasanya hanya menjadi

usaha sampingan bagi nelayan-nelayan pesisir sehingga dalam memulai usaha

rumput laut nelayan sudah kekurangan modal karena habis untuk biaya melaut.

Oleh karena itu stimulan modal usaha perlu diberikan untuk nelayan-nelayan

tersebut dalam rangka meningkatka kesejahteraan nelayan-nelayan pesisir.

Tabel 12 Perubahan nilai rata-rata simulasi kenaikan anggaran KKP 50 persen

Peubah Notasi Satuan Nilai

dasar

Nilai simulasi

kebijakan

Perubahan

(Persen)

Produksi rumput

laut Indonesia

QR Ton 894 010 1 180 100 32

Permintaan

rumput laut

domestik

QD Ton 356 357

-0.0291

Harga rumput laut

domestik

PRLD Rp 2 089 1 897

-9.2397

Ekspor rumput

laut Indonesia ke

Filipina

XRF Ton 4 397

4 398 -0.0004

Ekpor rumput laut

Indonesia ke Cina

XRC Ton 16 672 16 778

0.6338

Ekspor rumput

laut Indonesia ke

Hongkong

XRHK Ton 5 811 5 845

0.5644

Ekspor rumput laut total domestik pun meningkat sebesar 65.4 persen

dengan simulasi peningkatan anggaran KKP sebesar 50 persen, dimana ekspor

rumput laut ke negara tujuan utama seperti Cina dan Hongkong masing-masing

meningkat sebesar 1.87 dan 0.96 persen. Sedangkan jumlah ekspor rumput laut

Indonesia ke Filipina diduga akan tetap. Hal ini dikarenakan diasumsikan bahwa

ekspor rumput laut total adalah sisa dari produksi rumput laut domestik dengan

permintaan rumput laut domestik. Sedangkan permintaan rumput laut domestik

meningkat sebesar 11.2 persen dan harga rumput laut domestik akan turun sebesar

15.5 persen. Penurunan harga rumput laut domestik telah sesuai dengan hukum

Page 56: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

41

permintaan yaitu dimana jika jumlah produksi rumput laut meningkat maka

harga rumput laut akan menurun.

Dampak Penurunan Jumlah Ekspor Rumput Laut Sebesar 50 Persen

Skenario penurunan jumlah ekspor rumput laut terkait kuota perdagangan

ekspor rumput laut. Melalui kuota perdagangan ekspor, pemerintah melalui

Kementerian Kelautan dan Perikanan berencana untuk membatasi 50 persen

produski rumput laut yang dapat diekspor ke luar negeri pada saat industri

pengolahan dalam negeri telah berkembang. Hasil simulasi disajikan pada Tabel

13.

Tabel 13 Perubahan nilai rata-rata simulasi dampak penurunan jumlah ekspor

rumput laut sebesar 50 persen

Peubah Notasi Satuan Nilai

dasar

Nilai simulasi

kebijakan

Perubahan

(Persen)

Produksi rumput

laut Indonesia

QR Ton 894 010 904 020

1.1

Simulasi kebijakan dalam membatasi 50 persen jumlah ekspor rumput laut

domestik akan berpengaruh besar pada jumlah ekspor rumput laut domestik ke

negara-negara tujuan utama. Pembatasan 50 persen jumlah ekspor tersebut akan

berpengaruh pada penurunan 50 persen ekspor rumput laut domestik ke Filipina,

Cina dan Hongkong. Sedangkan produksi rumput laut domestik akan bertambah

hanya sebesar 1.1 persen. Serta variabel yang lainnya seperti permintaan rumput

laut domestik, harga rumput laut domestik dan ekspor rumput laut total tidak

mengalami perubahan yang berarti.

7 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Adapun simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

1. Peningkatan produksi rumput laut Indonesia telah mulai meningkat seiring

dengan meningkatnya kebutuhan dan permintaan rumput laut dari berbagai

negara di dunia yaitu 31 persen dalam periode 5 tahun (2007-2011).

Provinsi penghasil rumput laut terbesar periode 2007-2011 adalah provinsi

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan NTT dengan hasil produksi rata-

rata pertahun periode 2007-2011 yaitu 961 066, 535 618 dan 484 864

(dalam ton). Subsistem agribisnis yang berkembang lebih baik adalah

usahatani karena dalam proses budidayanya rumput laut dapat hidup

dengan baik pada karakteristik lahan budidaya yang ada di berbagai

kawasan pantai tropis di Indonesia. Akan tetapi pada subsistem hilir

dimana pengolahan lanjutan rumput laut menjadi produk turunan atau

sebagai bahan baku produk lanjutannya menghadapi masalah yang berarti

yaitu dengan kurangnya teknologi pengolahan produk rumput laut menjadi

produk turunan dan bahan baku lanjutannya. Hal ini mengakibatkan

Page 57: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

42

Indonesia hanya mampu mengekspor banyak rumput laut kering serta

sedikit produk turunan dan bahan baku lanjutannya. Kualitas produk

turunan dan bahan baku lanjutan rumput laut Indonesia dianggap kurang

memenuhi syarat negara-negara pengimpor. Rumput laut akan bernilai

ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut. Pada umumnya

penanganan pascapanen rumput laut oleh petani hanya sampai pada

pengeringan saja. Hal ini terjadi karena di dalam negeri industri

pengolahan rumput laut menjadi karaginan atau karaginan semi murni

belum banyak berkembang. Sehingga harga jual rumput laut dari petani

rumput laut dipasaran rendah karena belum adanya diversifikasi produk.

Rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan harus diolah lagi.

Pengolahan ini kebanyakan dilakukan oleh pabrik walaupun sebenarnya

dapat juga oleh petani.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi produksi rumput laut Indonesia secara

signifikan adalah anggaran Kementerian Kelautan Perikanan, harga

rumput laut dunia serta tren. Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan

rumput laut domestik secara signifikan adalah jumlah penduduk Indonesia

serta harga karageenan. Dan harga rumput laut domestik dipengaruhi

secara signifikan oleh harga rumput laut domestik pada tahun sebelumnya.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor rumput laut Indonesia di pasar

internasional dianalisis dengan melihat karakteristik permintaan ekspor

tiga negara pengimpor terbesar yaitu Filipina, Cina dan Hongkong. Faktor

yang secara signifikan berpengaruh pada ekspor rumput laut ke Filipina

adalah harga rumput laut domestik pada tahun sebelumnya. Sedangkan

faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor ke Cina adalah pendapatan

nasioanal Cina serta untuk faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor

rumput laut ke Hongkong adalah harga rumput laut domestik tahun

sebelumnya, tarif impor yang diberlakukan oleh Hongkong dan harga

rumput laut dunia.

4. Produksi, permintaan dan harga rumput laut domestik ternyata dipengaruhi

oleh kebijakan pemerintah Indonesia. Kebijakan yang dilakukan oleh KKP

RI dalam mendorong produksi rumput laut domestik serta peningkatan

ekspor perlu terus dilakukan, sebagai langkah konkretnya dengan

peningkatan anggaran pemerintah khususnya Kementerian Kelautan dan

Perikanan dalam merangsang pertumbuhan kesejahteraan masyarakat

pesisir baik dengan bantuan permodalan maupun bantuan kapal-kapal

nelayan. Begitu pula dengan teknologi-teknologi tepat guna dalam

meningkatkan kualitas dan nilai tambahan rumput laut domestik. Oleh

sebab itu, untuk mencapai target volume produksi rumput laut pada tahun

selanjutnya sebesar 1 182 160 ton sesuai Kepmen KP No 7 tahun 2013

tentang Peta Jalan (Road Map) Industrialisasi Kelautan dan Perikanan .

maka perlu adanya peningkatan 50 persen anggaran program

pengembangan rumput laut nasional.

Saran

1. Hendaknya pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan

bekerjasama dengan masyarakat pesisir dapat terus mengoptimalisasikan

Page 58: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

43

potensi sumberdaya pesisir yang melimpah di wilayah Indonesia ini.

Dengan adanya program pengembanganan rumput laut pada masyarakat

daerah pesisir maka diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pesisir.

2. Produksi rumput laut Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh

anggaran Kementerian Kelautan Perikanan karena untuk melakukan usaha

produksi rumput laut diperlukan modal, sehingga anggaran tersebut akan

sangat memengaruhi keputusan para pelaku usaha produksi rumput laut.

Untuk mempertahankan produksi agar tetap stabil bahkan meningkat,

maka diharapkan Kementerian Kelautan Perikanan dapat memberikan

bantuan modal serta sarana dan prasarana produksi yang tepat guna.

Masyarakat pesisir yang pada umumnya adalah bekerja pula sebagai

nelayan mengharapkan bantuan bukan hanya hanya dalam permodalan

saja tapi juga dari penyuluhan, pelatihan, teknologi, pasca panen,

pengolahan serta pemasarannya. Oleh karena itu anggaran Kementerian

kelautan dan Perikanan besar pengaruhnya dalam perkembangan produksi

rumput laut di tingkat masyarakat pesisir.

3. Kebijakan pemerintah dalam mendukung perdagangan internasional

rumput laut Indonesia perlu diimbangi dengan kebijakan dalam

meningkatkan produksi rumput laut Indonesia, agar peningkatan

permintaan ekspor dari negara-negara di pasar internasional dapat

dipenuhi tanpa meningkatkan harga rumput laut domestik yang akan

mengurangi konsumsi rumput laut domestik karena mahalnya rumput laut

di pasar domestik. Perlu diingat pula peningkatan produksi yang perlu

dilakukan bukan hanya cukup sekedar dari sisi meningkatkan jumlah

produksi rumput laut, namun sebaiknya lebih dititikberatkan pada

peningkatan kualitas dan proses pengolahan lanjutannya menjadi produk

lanjutan yang siap untuk bahan industri pula, agar rumput laut Indonesia

dapat lebih bersaing dengan rumput laut negara lain di pasar

internasional.

DAFTAR PUSTAKA

[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, [ASPPERLI] Asosiasi

Petani dan Pengelola Rumput Laut Indonesia, [ISS] Indonesian Seaweed

Society. 2011. Kajian Strategi Pengembangan Industri Rumput Laut Dan

Pemanfaatanya Secara Berkelanjutan. Jakarta: BPPT-PRESS.

[Kemenperin] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2011. Peta Panduan

Industri Rumput Laut. Jakarta: Biro Perencanaan Sekjen Kemenperin.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. KKP Tetapkan Empat

Komoditas Budidaya. KKP.

[Pusdatin KKP] Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan

Perikanan. 2013. Statistik Kelautan dan Perikanan. Jakarta (ID).

Anggraini D. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Kopi

Indonesia dari Amerika Serikat [tesis]. Semarang (ID): Universitas

Diponegoro.

Page 59: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

44

Apsari W. 2011. Analisis Permintaan Ekspor Ikan Tuna Segar Di Pasar

Internasional [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Aris A. 2003. Analisis Pengembangan Kelapa Rakyat Di Kabupaten Indragiri

Hilir [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Aslan LM. 1998. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius.

Basri F dan Munandar H. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Internasional; Pengenalan

Dan Aplikasi Metode Kuantitaif. Jakarta (ID): Prenada Media Group.

Boediono.1992. Ekonomi Mikro : Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi

No.1.Yogyakarta(ID): BPFE.

Buzalmi. 2004. Analisis Pendapatan, Pemasaran Dan Strategi Pengembangan

Agribisnis Kelapa Di Kabupaten Indragiri Hilir [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Firdaus M. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta (ID). Bumi Aksara

Gumilar S. 2007. Strategi Pengembangan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar Dalam

Meningkatkan Ekonomi Wilayah Kota Bogor [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Halwani RH. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi.

Hadisubijantoro J, editor. Jakarta (ID): Penerbit Ghalia Indonesia.

Hikmayani Y, Aprilliani T, Zamroni A. 2007. Analisis Pemasaran Rumput Laut di

Wilayah Potensial di Indonesia. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi

Kelautan dan Perikanan. 2(2): 159-175.

Indriyani H dan Suminarsih E. 2005. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran

Rumput Laut. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

King RP, Boehije M, Cook ML, dan Sonka ST. 2010. Agribusiness Economics

and Management. Oxford University Press. Amer. J. Agr. Econ. 92(2):554-

570.

Kuswari. 2005. Pengembangan Agribisnis Kelapa Dalam Rangka Pengurangan

Kemiskinan Di Kabupaten Indragiri Hilir [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD, Steiner PO. 1995. Pengantar Mikroekonomi.

Edisi kesepuluh Jilid satu. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.

Lindert PH dan Kindleberger CP. 1993. Ekonomi Internasional “Ed ke-

8”.Abdullah B, penerjemah; Mochtar K, editor. Jakarta (ID): PT Gelora Aksara

Pratama.

Mira dan Reswati E. 2006. Analisis Daya Saing Usaha Budidaya Rumput Laut di

Indonesia. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

1(2): 165-173.

Nursalim T. 2000. Kajian Karakteristik Dan Aktivitas Komunikasi Nelayan

Terhadap Perilaku Mereka Dalam Pengembangan Subsistem Produksi Pada

Agribisnis Perikanan Tangkap: Kasus Di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah

[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Putong I. 2010. Economics Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta (ID): Mitra

Wacana Media.

Said EG dan Intan AH. 2004. Manajemen agribisnis. Jakarta (ID): Ghalia

Indonesia.

Salvatore D.1997. Ekonomi Internasional. Munandar H, penerjemah; Sumiharti

Y, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Internasional

Economic.

Page 60: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

45

Santosa A. 2001. Kajian Sistem Agribisnis Pada Usahatani Tebu Rakyat Bebas

Lahan Kering Dalam Upaya Pemberdayaan Petani Tebu Di Kabupaten Ngawi

Jawa Timur. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Seperich GJ, Woolverton MW dan Bierlein JG. 1994. Introduction To

Agribusiness Marketing. New Jersey (USA): Prentice Hall Career and

Technology

Setiawan dan Kusrini DE. 2010. Ekonometrika. Nikodemus WK, editor.

Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.

Sitepu RKK dan Sinaga BM. 2006. Aplikasi Model Ekonometrika. Bogor (ID):

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB.

Soemokaryo S. 2007. Perilaku perdagangan tuna dan udang Indonesia. Jakarta

(ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.

Sudarsono. 1995. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta (ID): LP3S.

Santoso L dan Nugraha YT. 2008. Pengendalian Penyakit Ice-ice untuk

Meningkatkan Produksi Rumput Laut Indonesia. Jurnal Saintek Perikanan.

3(2): 37-43.

Yulisti M, yusuf R dan hikmah. 2012. Kajian Awal Value Chain Rumput Laut

Euchema cottonii di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Jurnal Kebijakan

dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 7 (1): 67-77.

Yusuf R dan Tajerin. 2008. Pendugaan Fungsi Penawaran Ekspor Rumput Laut

Indonesia Di Pasar Internasional: Analisis Pendekatan Error Correction Model

(ECM). Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

3(1): 51-63.

Yusuf R, Mira dan Zamroni A. 2006. Analisis Potensi Pasar Rumput Laut Di

Indonesia. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

1(1): 101-111.

Zamroni A, Purnomo AH dan Mira. 2006. Keragaan Sosial Ekonomi Usaha

Budidaya Dan Pemasaran Rumput Laut di Bulukumba dan Palopo (Studi

Kasus Budidaya Rumput Laut Euchema sp dan Gracillaria sp). Jurnal

Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 1(1): 83-100.

Zulham A dan Aprilliani T. 2007. Struktur Bisnis Klaster Rumput Laut Gorontalo.

Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 2(2): 195-

207.

Zulham A, Purnomo AH, Aprilliani T, Hikmayani Y. 2007. Assessment Klaster

Perikanan (Studi Pengembangan Klaster Rumput Laut Kabupaten Sumenep).

Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 2(2): 177-

193.

Page 61: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

46

Lampiran 1 Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan rumput laut Indonesia

No Kebijakan Tentang Tujuan Objek

i ii iii iv v

1 UU No 31 tahun

2004

Perikanan. Mengatur pengelolaan

perikanan

Pembudidaya

UU No 45 Tahun

2009

Perubahan UU

No 31 tahun

2004

Mengatur pembatasan

eksploitasi sumber daya

kelautan dan perikanan

yang berlebihan

Produsen

perikanan

2 UU No 20 tahun

2008

Usaha Mikro,

Kecil dan

Menengah

Untuk menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya

dalam rangka membangun

perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi

ekonomi yang berkeadilan.

Pembudidaya

dan pelaku

usaha

pengolahan

skala kecil dan

menengah

3 PP No. 25 tahun

2000

Kewenangan

Pemerintah dan

Kewenangan

Provinsi sebagai

Daerah Otonom

Mengatur kewenangan

Pemerintah Provinsi

sebagai daerah otonom

dalam pembangunan

daerah yang berkaitan

dengan sektor primer

terutama di bidang

perikanan dan kelautan

Pemerintah

Provinsi

4 Keppres No. 117

tahun 1999

Prosedur

Permohonan

PMDN dan

PMA

Mengatur tata cara

permohonan PMDN dan

PMA

Investor

5 UU No. 32 tahun

2004

Pemerintahan

Daerah

Mengatur mengenai

kewenangan daerah yang

memiliki wilayah laut

dalam pengelolaan sumber

daya pesisir dan lautan

Pemerintah

Daerah

6 UU Nomor 23 tahun

1997

Pengelolaan

Lingkungan

Hidup

Pembangunan Nasional

secara keseluruhan,

termasuk sektor perikanan,

harus berwawasan

lingkungan

Pemerintah,

pembudidaya,

serta pelaku

usaha perikanan

lainnya

7 Keppres No. 165

tahun 2000

Tugas, Fungsi

dan Wewenang

Departemen

Perikanan dan

Kelautan

Mengatur kerwenangan

Kementerian Kelautan

Perikanan dalam

memberikan izin di bidang

kelautan dan perikanan, di

wilayah laut di luar 12

(dua belas) mil, termasuk

perairan nusantara dan

dasar lautnya, serta Zona

Ekonomi Eksklusif dan

landas kontinen.

Kementerian

Kelautan dan

Perikanan

Page 62: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

47

i Ii iii iv V

8 PP No. 25 tahun

2000

Kewenangan

Pemerintah dan

Kewenangan

Provinsi sebagai

daerah otonom

Mengatur kewenangan

Kementerian Kelautan dan

Perikanan yang didukung

oleh Pemerintah Daerah

sebagai daerah otonom

dalam menentukan

kebijakan-kebijakan

berkaitan dengan

eksplorasi sumber daya

laut

Kementerian

Kelautan dan

Perikanan serta

Pemerintah

Daerah

9 UU No 27 tahun

2007

Pengelolaan

Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau

Kecil.

Mengatur pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-

pulau kecil dalam

pemanfaatan sumberdaya

yang berkelanjutan serta

adil.

Pemerintah

Pusat,

Pemerintah

Daerah serta

masyarakat

pesisir.

10 Keppres No 21 tahun

2007

Dewan

Kelautan

Indonesia

Mengatur wewenang dan

tugas Dewan Kelautan

Indonesia dalam

memberikan pertimbangan

penetapan kebijakan

umum di bidang kelautan

Dewan

Kelautan

Indonesia

11 7/Kepmen-KP/2013 Peta Jalan

(Road Map)

Industrialisasi

Kelautan dan

Perikanan

Menjabarkan strategi,

langkah operasional dan

kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh

Kementerian Kelautan dan

Perikanan untuk

mendorong pelaksanaan

industrialisasi kelautan

dan Perikanan

Kementerian

Kelautan dan

Perikanan

12 Per.15/Men/2012 Rencana

Strategis

Kementerian

Kelautan dan

Perikanan

Tahun 2010-

2014

Mengoptimalkan

perencanaan pembangunan

kelautan dan perikanan

termasuk salah satu

komoditinya yaitu rumput

laut.

Kementerian

Kelautan dan

Perikanan

13 Per.27/Men/2012 Pedoman

Umum

Industrialisasi

Kelautan dan

Perikanan

mendorong percepatan

pembangunan sektor

kelautan dan perikanan

serta dalam rangka

efektivitas pelaksanaan

industrialisasi kelautan

dan perikanan. Salah satu

potensi industrialisasi

yang dituju yaitu

industrialisasi rumput laut

Indonesia

Kementerian

Kelautan dan

Perikanan

Page 63: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

48

I ii iii iv V

14 Per.39/Men/2011 Organisasi dan

Tata Kerja Loka

Penelitian dan

Pengembangan

Budidaya

Rumput Laut

Mengoptimalisasi

pelaksanaan kegiatan

penelitian dan

pengembangan budidaya

rumput laut di bidang

sumber daya, biologi,

ekologi, bioteknologi,

serta lingkungan, perlu

membentuk Loka

Penelitian dan

Pengembangan Budidaya

Rumput Laut;

Loka Penelitian

dan

Pengembangan

Budidaya

Rumput Laut

15 Per.50/Men/2011 Petunjuk Teknis

Penggunaan

Dana Alokasi

Khusus Bidang

Kelautan dan

Perikanan

Tahun 2012

Mendorong percepatan

pembangunan daerah di

bidang kelautan dan

perikanan diperlukan dana

alokasi khusus guna

membantu membiayai

kegiatan khusus bidang

kelautan dan perikanan di

daerah tertentu yang

merupakan urusan daerah

dan sesuai dengan prioritas

nasional

Kementerian

Kelautan dan

Perikanan

16 PP No 9 tahun 2013 Perusahaan

Umum (Perum)

Perikanan

Indonesia

Mendukung pembangunan

nasional, sehingga perlu

melakukan pengembangan

usaha dengan menambah

tugas dan kegiatan usaha

Perusahaan Umum

(Perum) Prasarana

Perikanan Samudera serta

mengubah namanya

menjadi Perusahaan

Umum (Perum) Perikanan

Indonesia

Perusahaan

Umum (Perum)

Perikanan

Indonesia

17 PP No 54 tahun 2002 Usaha

Perikanan

Mengusahakan

sumberdaya perikanan

secara berdaya guna dan

berhasil guna serta selalu

memperhatikan

kepentingan dan

kelestariannya

Pelaku usaha

perikanan

18 PP No 60 tahun 2007 Konservasi

Sumber Daya

Ikan

mengupayakan

perlindungan, pelestarian

dan pemanfaatan sumber

daya ikan

Pembudidaya,

produsen serta

pelaku usaha

perikanan

Page 64: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

49

i Ii iii iv v

19 PER.33/MEN/2012 Petunjuk teknis

penggunaan

dana alokasi

khususBidang

kelautan dan

perikanan tahun

2013

Mendorong percepatan

pembangunan daerah di

bidang kelautan dan

perikanan diperlukan dana

alokasi khusus guna

membantu membiayai

kegiatan khusus bidang

kelautan dan perikanan di

daerah tertentu yang

merupakan urusan daerah

dan sesuai dengan prioritas

nasional

Kementerian

Kelautan dan

Perikanan

20 Kep 01/MEN/2002 Sistem

manajemen

mutu terpadu

hasil perikanan

Melindungi masyarakat

konsumen dari hal-hal

yang merugikan dan

membahayakan kesehatan,

praktek-praktek yang

bersifat penipuan dan

pemalsuan dari produsen,

membina produsen serta

untuk meningkatkan daya

saing produk perikanan

Pelaku usaha

industri

Page 65: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

50

Lampiran 2 Hasil output tahap estimasi model rumput laut Indonesia

The SAS System The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation Model PRODUKSI Dependent Variable QR Label produksi rumput laut domestik

Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 6 3.855E19 6.425E18 453.51 <.0001 Error 15 2.125E17 1.417E16 Corrected Total 21 3.876E19

Root MSE 119025421 R-Square 0.99452 Dependent Mean 894010864 Adj R-Sq 0.99232 Coeff Var 13.31364

Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 5.696E10 2.942E10 1.94 0.0720 Intercept LTK 1 1286.521 1111.009 1.16 0.2650 jumlah pembudidaya rumput laut t-1 PRLD 1 9451.504 23948.48 0.39 0.6986 harga rumput laut domestik APP 1 0.003164 0.000663 4.77 0.0002 anggaran kkp LQR 1 0.571907 0.179873 3.18 0.0062 produksi rumput laut domestik t-1 TREN 1 -2.883E7 14866473 -1.94 0.0715 pengaruh waktu PX 1 2.8971E8 1.9568E8 1.48 0.1594 harga rumput laut dunia Durbin-Watson 2.074494 Number of Observations 22 First-Order Autocorrelation -0.06421

Page 66: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

51

The SAS System The SYSLIN Procedure

Two-Stage Least Squares Estimation Model PERMINTA Dependent Variable QD Label permintaan rumput laut domestik Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 5 1.377E12 2.754E11 5.11 0.0055 Error 16 8.625E11 5.391E10 Corrected Total 21 2.24E12 Root MSE 232174.774 R-Square 0.61491 Dependent Mean 356886.591 Adj R-Sq 0.49457 Coeff Var 65.05562 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -1576140 924157.1 -1.71 0.1074 Intercept LPRLD 1 8.335585 45.24316 0.18 0.8561 harga rumput laut domestik t-1 GDPID 1 172.383 181.3437 -0.95 0.3560 gdp riil perkapita Indonesia POPID 1 0.008321 0.004856 1.71 0.1000 populasi penduduk Indonesia LQD 1 0.049737 0.265694 0.19 0.8539 permintaan rumput laut domestik t-1 PATC 1 80147.34 37850.91 2.12 0.0500 harga karagenaan Durbin-Watson 1.945691 Number of Observations 22 First-Order Autocorrelation 0.021654

Page 67: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

52

The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model EKSPOR_R Dependent Variable XRF Label ekspor rumput laut ke Filipina Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 9 5.317E14 5.908E13 8.91 0.0004 Error 12 7.954E13 6.628E12 Corrected Total 21 6.112E14 Root MSE 2574537.88 R-Square 0.86987 Dependent Mean 4397627.14 Adj R-Sq 0.77228 Coeff Var 58.54380 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -2.378E7 19075599 -1.25 0.2364 Intercept PRF 1 1271224 2386680 0.53 0.6040 harga rumput laut ke Filipina PCHIL 1 675848.2 1203559 0.56 0.5848 harga rumput laut Chili ERF 1 -5.316802 4.731913 1.12 0.2832 nilai tukar rupiah terhadap peso Filipina GDPF 1 3806.588 5254.403 0.72 0.4827 gdp riil perkapita Filipina POPF 1 0.334859 0.224995 1.49 0.1625 populasi penduduk Filipina TRFF 1 -170468 362421.0 -0.47 0.6465 tarif impor rumput laut Filipina LXRF 1 0.006506 0.241862 0.03 0.9790 ekspor rumput laut ke Filipina t-1 PX 1 2000161 5333647 -0.38 0.7142 harga rumput laut dunia LPRLD 1 -880.983 491.9685 -1.79 0.0986 harga rumput laut domestik t-1 Durbin-Watson 1.976385 Number of Observations 22 First-Order Autocorrelation -0.00067

Page 68: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

53

The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model EKSPOR_R Dependent Variable XRC Label ekspor rumput laut ke China Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 10 1.344E16 1.344E15 42.60 <.0001 Error 11 3.472E14 3.156E13 Corrected Total 21 1.379E16 Root MSE 5617923.38 R-Square 0.97483 Dependent Mean 16672388.5 Adj R-Sq 0.95194 Coeff Var 33.69597 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -2.368E8 4.5856E8 -0.52 0.6158 Intercept PRC 1 3641851 12113699 0.30 0.7693 harga rumput laut Cina PCHIL 1 -3107202 3827580 -0.81 0.4341 harga rumput laut Chili ERC 1 -6.993802 232.6729 0.03 0.9766 nilai tukar rupiah terhadap Yuan Cina GDPC 1 17099.54 7968.528 2.15 0.0550 gdp riil perkapita Cina POPC 1 4.708472 6.103507 0.77 0.4567 populasi penduduk Cina TRFC 1 -854696 633039.7 -1.35 0.2041 tarif impor rumput laut Cina LXRC 1 -0.18576 0.395363 -0.47 0.6476 ekspor rumput laut ke Cina t-1 LPOPC 1 -4.55074 5.788962 -0.79 0.4484 populasi penduduk Cina t-1 PX 1 2485229 13213962 0.19 0.8542 harga rumput laut dunia PRLD 1 -954.868 1390.270 -0.69 0.5064 harga rumput laut domestik Durbin-Watson 1.754703 Number of Observations 22 First-Order Autocorrelation 0.119374

Page 69: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

54

The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model EKSPOR_R Dependent Variable XRHK Label ekspor rumput laut ke Hongkong Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 10 3.698E14 3.698E13 3.89 0.0177 Error 11 1.046E14 9.506E12 Corrected Total 21 4.744E14 Root MSE 3083132.05 R-Square 0.77957 Dependent Mean 5811705.55 Adj R-Sq 0.57918 Coeff Var 53.05038 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -3.619E7 45379342 -0.80 0.4420 Intercept PRHKG 1 -982929 2388107 -0.41 0.6885 harga rumput laut Hongkong PCHIL 1 884569.0 1912203 0.46 0.6527 harga rumput laut Chili ERHK 1 -1417.71 6702.591 -0.21 0.8364 nilai tukar rupiah terhadap dolar Hongkong GDPHK 1 641.1579 852.1463 0.75 0.4676 gdp riil perkapita Hongkong POPHK 1 10.86869 8.828849 1.23 0.2440 populasi penduduk Hongkong TRFHK 1 -356024 199814.0 -1.78 0.1024 tarif impor rumput laut Hongkong LXRHK 1 0.389935 0.208630 1.87 0.0885 ekspor rumput laut ke Hongkong t-1 LGDPHK 1 -1324.48 917.7765 -1.44 0.1768 gdp riil perkapita Hongkong t-1 PX 1 -1.373E7 5106863 -2.69 0.0211 harga rumput laut dunia PRLD 1 -175.990 821.0543 -0.21 0.8342 harga rumput laut domestik Durbin-Watson 2.202761 Number of Observations 22 First-Order Autocorrelation -0.10235

Page 70: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

55

The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model HARGA_RU Dependent Variable PRLD Label harga rumput laut domestik Analysis of Variance Sum of Mean Source DF Squares Square F Value Pr > F Model 7 24269723 3467103 2.58 0.0619 Error 14 18786538 1341896 Corrected Total 21 43056262 Root MSE 1158.40217 R-Square 0.56367 Dependent Mean 2089.86689 Adj R-Sq 0.34551 Coeff Var 55.42947 Parameter Estimates Parameter Standard Variable Variable DF Estimate Error t Value Pr > |t| Label Intercept 1 -5649.52 390326.7 -0.01 0.9887 Intercept QR 1 -6.73E-7 5.196E-7 -1.29 0.2163 produksi rumput laut domestik PX 1 331.8818 1885.524 0.18 0.8628 harga rumput laut dunia ERUS 1 -0.00312 0.277671 -0.01 0.9912 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika QD 1 0.001744 0.001330 1.31 0.2108 permintaan rumput laut domestik PATC 1 219.2920 216.9627 1.01 0.3293 harga karagenaan LPRLD 1 0.495237 0.217990 2.27 0.0394 harga rumput laut domestik t-1 TREN 1 2.789105 196.0760 0.01 0.9889 pengaruh waktu Durbin-Watson 2.060111 Number of Observations 22 First-Order Autocorrelation -0.03895

Page 71: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

56

Lampiran 3 Hasil output tahap validasi dan simulasi model rumput laut Indonesia

Statistics of fit Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS % Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square QR 22 11543.4 2.4659 70129725 26.8588 94554920 44.3366 0.9949 QD 22 -103.8 58.8088 166017 131.3 197999 252.2 0.6149 XRF 22 -10.1173 . 1522189 . 1946761 . 0.8636 XRC 22 45505.3 . 2864685 . 4091169 . 0.9733 XRHK 22 -1078.2 -7.8757 1693805 58.2950 2166418 116.1 0.7823 PRLD 22 -0.5636 16.0760 762.2 41.1170 1003.2 56.6801 0.4858 XRT 22 11647.2 2.5710 70175577 27.0172 94568081 44.6881 0.9949 Theil Forecast Error Statistics MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar Inequality Coef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U QR 22 8.941E15 1.00 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.0591 0.0296 QD 22 3.92E10 0.78 0.00 0.00 1.00 0.12 0.88 0.4136 0.2165 XRF 22 3.79E12 0.93 0.00 0.00 1.00 0.04 0.96 0.2836 0.1448 XRC 22 1.674E13 0.99 0.00 0.00 1.00 0.01 0.99 0.1360 0.0682 XRHK 22 4.693E12 0.88 0.00 0.00 1.00 0.07 0.93 0.2912 0.1490 PRLD 22 1006406 0.70 0.00 0.00 1.00 0.14 0.86 0.3989 0.2071 XRT 22 8.943E15 1.00 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.0591 0.0296

Simulasi penurunan jumlah ekspor rumput laut sebesar 50 persen

The SAS System

The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics

Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label QR 22 22 8.9401E8 1.3586E9 8.9402E8 1.3545E9 produksi rumput laut domestik QD 22 22 356887 326575 356783 256080 permintaan rumput laut domestik XRF 22 22 4397627 5395031 2198809 2506789 ekspor rumput laut ke Filipina XRC 22 22 16672389 25626286 8358947 12664476 ekspor rumput laut ke China XRHK 22 22 5811706 4752749 2905314 2086296 ekspor rumput laut ke Hongkong PRLD 22 22 2089.9 1431.9 2089.3 1053.5 harga rumput laut domestik XRT 22 22 8.9365E8 1.3584E9 8.9367E8 1.3543E9 ekspor rumput laut total domestik

Page 72: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

57

Simulasi peningkatan anggaran KKP sebesar 50 persen

The SAS System The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation Descriptive Statistics Actual Predicted Variable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label QR 22 22 8.9401E8 1.3586E9 1.1801E9 1.7469E9 produksi rumput laut domestik QD 22 22 356887 326575 356783 256080 permintaan rumput laut domestik XRF 22 22 4397627 5395031 4397608 5014824 ekspor rumput laut ke Filipina XRC 22 22 16672389 25626286 16778055 25473126 ekspor rumput laut ke China XRHK 22 22 5811706 4752749 5844506 4184835 ekspor rumput laut ke Hongkong PRLD 22 22 2089.9 1431.9 1896.8 1030.1 harga rumput laut domestik XRT 22 22 8.9365E8 1.3584E9 1.1797E9 1.7467E9 ekspor rumput laut total domestik

Page 73: TINJAUAN AGRIBISNIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Cina, Hongkong dan Filipina (3) menganalisis alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia.

58

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sampit pada tanggal 14 April 1988. Penulis adalah

anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Karly dan Ibu Wagini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pelangsian 10 Sampit Provinsi

Kalimantan Tengah pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama

diselesaikan pada tahun 2002 di SLTPN 7 Sampit Provinsi Kalimantan Tengah .

Pendidikan menengah atas di SMAN 1 Sampit Provinsi Kalimantan Tengah

diselesaikan pada tahun 2005. Penulis meneruskan ke jenjang diploma 3 (D3)

pada jurusan budidaya perikanan di Akademi Perikanan Sidoarjo dan lulus pada

tahun 2008. Selanjutnya penulis diterima di penyelengaraan khusus ekstensi

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor dan lulus sebagai Sarjana Ekonomi pada tahun 2011. Tahun 2011, penulis

mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan magister di Program Studi

Agribisnis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan mendapatkan

beasiswa dari Beasiswa Unggulan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri

Kementerian Pendidikan Nasional (BUBPKLN KEMENDIKNAS).