Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa...

93
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI UBI JALAR (Studi Kasus: Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI SANI DEWI NURMALA H34086084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa...

Page 1: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

UBI JALAR (Studi Kasus: Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan

Darmaga, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

SANI DEWI NURMALA

H34086084

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 2: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

RINGKASAN

SANI DEWI NURMALA. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi

Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor (Di Bawah Bimbingan RATNA WINANDI)

Indonesia merupakan negara agraris yang dicirikan dengan mayoritas

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian mempunyai

peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusinya

dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional yang meningkat

setiap tahunnya. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total

PDB setelah industri pengolahan, dengan memberikan kontribusi sebesar 14,4

persen dari total PDB nasional dan laju pertumbuhannya meningkat sebesar 0,7

persen dari tahun 2007 ke 2008. Tanaman pangan merupakan sub sektor pertanian

yang dibutuhkan dalam mencapai swasembada pangan melalui program

diversifikasi pangan dengan mengubah pola konsumsi masyarakat dengan lebih

banyak jenis pangan yang dapat dikonsumsi. Sasaran pembangunan pangan

adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga. Pengembangan

ketahanan pangan dilakukan antara lain berdasarkan pada keragaman sumber daya

pangan, kelembagaan dan potensi lokal. Salah satu sumber pangan yang strategis

adalah tanaman padi dan palawija. Salah satu tanaman palawija yang cukup

potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah ubi jalar.

Ubi jalar menjadi salah satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sebagai

sumber karbohidrat. Ubi jalar bisa menjadi salah satu alternatif untuk

mendampingi beras menuju ketahanan pangan. Pengembangan potensi ubi jalar

tersebar di beberapa Kabupaten di Jawa Barat. Salah satu sentra produksi ubi jalar

di Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan Dramaga. Rata-rata produktivitas ubi jalar

di Kabupaten Bogor hanya mencapai 15,25 ton per hektar, sedangkan

produktivitas optimal ubi jalar seharusnya dapat mencapai 20-40 ton per hektar.

Hal ini dapat dilihat bahwa terdapat selisih sebesar 4,75-24,75 ton per hektar

antara produktivitas optimal dengan produktivitas ubi jalar di Kabupaten Bogor.

Tujuan penelitian ini antara lain, (1) Menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ubi jalar pada Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang

dan (2) Menganalisis pendapatan usahatani ubi jalar di Kelompok Tani Hurip

Desa Cikarawang

Lokasi dan waktu penelitian dilakukan di Kelompok Tani Hurip Desa

Cikarawang Kecamatan Darmaga dengan menggunakan metode purposive

sampling yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2010, dikarenakan

pada bulan tersebut sedang musim panen ubi jalar. Metode pengambilan sampel

dilakukan secara sensus sebanyak 35 petani responden yang merupakan petani

aktif di Kelompok Tani Hurip. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara

langsung dengan petani responden dengan bantuan kuesioner. Data yang telah

diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan

dengan cara mendeskripsikan fenomena yang ada di lapangan. Analisis data

secara kuantitatif antara lain analisis fungsi Cobb-Douglas untuk menganalisis

fungsi produksi dan analisis pendapatan usahatani, penerimaan usahatani dan R/C

Page 3: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

rasio. Data yang dianalisis secara kuantitatif akan diolah dengan bantuan program

Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab14.0, kemudian disajikan secara tabulasi

dan diinterpretasikan serta diuraikan secara deskriptif..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar di Kelompok Tani

Hurip Desa Cikarawang menguntungkan dilihat dari pendapatan dan nilai R/C

rasio yang lebih dari satu. Pendapatan atas biaya tunai rata-rata petani responden

per periode tanam dari rata-rata luasan lahan yang dimiliki petani responden (0,24

hektar) sebesar Rp 1.446.746,01 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp

760.349,44. Sedangkan pendapatan tunai dan total setelah dikonversi ke dalam

satu hektar sebesar Rp 6.028.108,34 dan Rp 3.168.122,65. Hasil analisis R/C rasio

pada kegiatan usahatani ubi jalar menunjukkan hasil penerimaan yang lebih besar

dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai R/C rasio atas biaya

tunai diperoleh 2,96 dan nilai R/C rasio atas biaya total sebesar 1,51.

Model fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi

produksi Cobb-Douglas yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk logaritmik,

sedangkan metode penduga yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau

Ordinary Least Square (OLS). Variabel bebas yang digunakan dalam model

penduga fungsi produksi adalah bibit, urea, KCL, TSP, pupuk kandang dan tenaga

kerja. Variabel lahan tidak dimasukan dalam faktor penduga dikarenakan

mempunyai nilai multikolinieritas. Begitupun dengan variabel pestisida tidak

dimasukan ke dalam factor penduga dikarenakan pada umumnya para petani

responden kurang menggunakan pestisida sebagai input produksi dan

mengakibatkan multikolinieritas dalam fungsi produksi. Faktor-faktor produksi

yang mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar yaitu pupuk

kandang, tenaga kerja dan KCL. Adapun faktor produksi yang tidak berpengaruh

nyata yaitu bibit, urea dan TSP.

Upaya untuk meningkatkan pendapatan usahatani ubi jalar dapat dilakukan

salah satunya dengan cara memperhatikan penggunaan faktor-faktor produksi

yang mempengaruhi produksi ubi jalar. Variabel yang memiliki nilai koefisien

regresi positif dan berpengaruh nyata seperti pupuk kandang, tenaga kerja, urea

dan KCL penggunaannya masih dapat ditambahkan. Hal ini dikarenakan setiap

penambahan dari penggunaan pupuk kandang, tenaga kerja dan KCL dapat

meningkatkan produksi ubi jalar. Disamping itu, penggunaan bibit, urea dan TSP

hendaknya penggunaannya tidak ditambah lagi, karena variabel yang memiliki

nilai koefisien regresi yang negatif apabila dilakukan penambahan akan

mengurangi jumlah produksi ubi jalar.

Page 4: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

UBI JALAR (Studi Kasus: Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan

Darmaga, Kabupaten Bogor)

SANI DEWI NURMALA

H34086084

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Page 5: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Produksi Ubi Jalar (Studi Kasus: Kelompok Tani Hurip,

Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri

dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Sani Dewi Nurmala

Page 6: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Jalar (Studi

Kasus: Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan

Darmaga, Kabupaten Bogor)

Nama : Sani Dewi Nurmala

NIM : H34086084

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Ratna Winandi, MS.

NIP. 19530718 197803 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen,

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

Page 7: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Jalar (Studi Kasus: Kelompok Tani

Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga)”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar dan

menganalisis pendapatan usahatani ubi jalar di Kelompok Tani Hurip.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini, sehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2011

Sani Dewi Nurmala

Page 8: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 10 Januari 1987. Penulis

adalah anak pertama (dari dua bersaudara) pasangan Bapak Saepudin dan Ibu

Nani Kurniasih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri

Karsanegara Kota Tasikmalaya pada tahun 1999. Pendidikan menengah pertama

diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 2 Tasikmalaya. Pendidikan

menengah atas diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMA Negeri 2

Tasikmalaya.

Penulis diterima di Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) melalui

jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) pada tahun 2005 pada

program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Selama

mengikuti pendidikan di UNSOED, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa

Agribisnis Pertanian (HIMAGRITA) sebagai Kepala Bidang Pengembangan

Keilmuan dan Penalaran Agribisnis pada periode 2006-2007, Bina Wirausaha

Mahasiswa (BIWARA) sebagai Kepala Direksi Pengembangan Sumber Daya

Anggota (PSDA) pada periode 2007-2008, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM-

AGRICA) sebagai Staff Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM)

pada periode 2007-2008, Propesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia

(POPMASEPI) dan Keluarga Besar Mahasiswa Islam Pertanian (GAMAIS).

Selain aktif dalam kelembagaan kampus, penulis juga terlibat dalam berbagai

kepanitian kegiatan kampus. Penulis mendapatkan beasiswa dari yayasan

SUPERSEMAR pada tahun 2006-2008.

Penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis

Penyelenggaraan Khusus di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menjadi mahasiswa di IPB,

penulis aktif dalam kelembagaan kampus, yaitu Kajian Muslim Ekstensi

(KAMUS) dan kegiatan kepanitian lainnya.

Page 9: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas

rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Sebagai bentuk rasa

syukur tersebut, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan serta saran dengan penuh kesabaran selama penulisan

skripsi.

2. Ir. Netty Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator kolokium, sekaligus sebagai

dosen pembimbing akademik terimakasih atas pengarahannya selama proses

belajar penulis.

3. Dr. Ir. Anna Feriyanti, MS dan Ir. Yuniar Atmakusuma, MS sebagai dosen

penguji utama dan penguji dari wakil komisi pendidikan pada ujian sidang

yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Kedua orang tua tercinta, Drs. Saepudin dan Nani Kurniasih S.Pd atas

kepercayaan, segala perhatian, kasih sayang dan do’a restunya yang telah

diberikan selama ini.

5. Adikku Fajar Sandi Nugraha, Enin Tin Kartini dan keluarga besar yang

penulis sayangi terimakasih atas do’a serta dukungannya.

6. Eka Sandri Saputra, SP yang penulis sayangi, terimakasih atas doa, dukungan,

serta pembelajarannya selama ini.

7. Titi dwi hapsari sebagai pembahas seminar hasil penelitian penulis dengan

memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam perbaikan skripsi ini.

8. Keluarga besar Kelompok Tani Hurip, Ahmad Bastari sebagai ketua dan

seluruh petani responden yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,

terimakasih telah memberikan arahan dan informasi yang membantu penulis

dalam penyelesaian penelitian.

9. Keluarga besar M-14 (Alfera Yusiana, Meli Yuliawati, Mahdalena, Lani

Yulinda, Femi, Dede Permana dan Adi Akhmadi) atas kebersamaan dan

pembelajarannya selama ini.

10. Sahabat tercinta Suci Lestari, Deviyanita, Vidya Iswara, Yumanita Np S,

Inggun Sulasih, Indira, Fadli A F, Taufik Joko Budiman dan Alm Aldila Danu

Sigit Perdana atas doa, motivasi dan semangat juangnya. I Love You All.

Page 10: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

11. Teman-teman satu bimbingan Titi Dwi Hapsari, Afriyanto, Wastin, Boyle atas

perjuangan bersama kita dalam menempuh penyelesaian skripsi ini.

12. Seluruh staf dosen dan sekretariat Program Penyelenggaraan Khusus Sarjana

Agribisnis IPB yang telah memberikan banyak bantuan dan kerjasamanya

selama mengikuti proses belajar.

13. Rekan-rekan seperjuangan agribisnis angkatan 5 dan keluarga besar Ekstensi

Agribisnis yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu. Suatu kebanggaan

tersendiri bagi penulis dapat menjadi bagian dari keluarga besar Agribisnis.

Agribussines…Growing the Future..!

14. Rekan-rekan HIMAGRITA, BIWARA, LPM-AGRICA, POPMASEPI,

GAMAIS dan KAMUS yang telah berproses bersama untuk terus belajar dan

belajar.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang

telah bersedia memberikan bantuan baik moril maupun spiritual. Akhir kata,

penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2011

Sani Dewi Nurmala

Page 11: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang dicirikan dengan mayoritas

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian mempunyai

peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusinya

dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional yang meningkat

setiap tahunnya. Pada tahun 2010 terdapat tiga besar sektor utama yang

memberikan kontribusi terhadap PDB nasional menurut lapangan usaha, yaitu:

sektor industri pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan

restoran. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total PDB

setelah industri pengolahan, dengan memberikan kontribusi sebesar 16 persen dari

total PDB nasional dan laju pertumbuhannya meningkat sebesar 0,4 persen dari

tahun 2009 ke 2010 (BPS, 2010).

Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman pangan, tanaman

perkebunan, peternakan dan produk turunannya, kehutanan dan perikanan.

Tanaman pangan merupakan sub sektor pertanian yang paling besar memberikan

kontribusi terhadap PDB, yaitu sebesar 6,78 persen dan mengalami pertumbuhan

sebesar 0,36 persen (2007). Peningkatan Kontribusi sub sektor pertanian terhadap

PDB dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi PDB Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 2004-2007

(Persen)

No Nama Subsektor Tahun

2004 2005 2006 2007

1 Tanaman Pangan 7,21 6,54 6,42 6,78

2 Tanaman Perkebunan 2,16 2,03 1,90 2,13

3 Peternakan dan Produk Turunannya 1,77 1,59 1,53 1,57

4 Kehutanan 0,88 0,81 0,90 0,90

5 Perikanan 2,31 2,15 2,23 2,45

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009 (diolah).

Peran komoditas pangan dibutuhkan dalam mencapai swasembada pangan

melalui program diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan bukan berarti

Page 12: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

2

menggantikan beras, tetapi mengubah pola konsumsi masyarakat dengan lebih

banyak jenis pangan yang dapat dikonsumsi. Diversifikasi pangan menjadi salah

satu pilar dalam ketahanan pangan. Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia

telah ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan,

mengartikan ketahanan pangan sebagai usaha mewujudkan ketersediaan pangan

bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak,

aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu.1 Sesuai dengan

UU No. 22 tahun 1999 pembangunan subsektor tanaman pangan harus dapat

memperkuat posisi petani, pelaku agribisnis lainnya serta aparatur pertanian

dengan memanfaatkan keunggulan agroekosistem masing-masing daerah

kabupaten atau kota.2

Sasaran pembangunan pangan adalah terwujudnya ketahanan pangan pada

tingkat rumah tangga. Pengembangan ketahanan pangan dilakukan antara lain

berdasarkan pada keragaman sumber daya pangan, kelembagaan dan potensi

lokal. Salah satu sumber pangan yang strategis adalah tanaman padi dan palawija.

Tanaman ini sebagai sumber karbohidrat utama dalam pemenuhan gizi

masyarakat. Pemenuhan kebutuhan tanaman padi dan palawija harus dijaga

ketersediaannya dan terjangkau oleh masyarakat. Ketersediaan tanaman padi dan

palawija yaitu melalui produksi domestik dan impor.

Tanaman pangan yang berpotensi sebagai sumber pangan antara lain padi,

jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan, kedelai dan lain-lain. Ubi jalar

merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang memberikan sumbangan

terhadap PDB yang cukup signifikan dan terus meningkat dalam beberapa tahun

terahir. Disamping itu juga komoditi ini telah memberikan sumbangan terhadap

devisa negara melalui ekspor dalam bentuk tepung. Net ekspor-impor ubi jalar

adalah satu-satunya komoditas tanaman pangan yang selalu positif. Ubi jalar

menjadi salah satu dari 20 jenis pangan yang berfungsi sebagai sumber

karbohidrat. Ubi jalar bisa menjadi salah satu alternatif untuk mendampingi beras

menuju ketahanan pangan.3 Ubi jalar sebagai penghasil bahan pangan menjadi

1 Krisnamurthi, Bayu. 2003. Penganekaragaman Pangan: Pengalaman 40 Tahun dan

Tantangan Kedepan Artikel Th II No.7. www.ekonomirakyat.org [6 Juni 2010]. 2 Produksi Tanaman Padi dan Palawija Jawa Barat, 2000-2005 [10 Juni 2010].

3 Rima K. 2008. Analisis Teknologi Ekonomi Pendirian Usaha Pasta padat dari Ubi

Jalar. http:/www.lampung.ac.id/journal [5 Juni 2010].

Page 13: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

3

makanan pokok bagi penduduk Indonesia bagian Timur terutama Papua. Ubi jalar

sebagai tanaman umbi-umbian penting kedua setelah ubi kayu mempunyai

manfaat beragam. Ubi jalar tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi

juga sebagai pakan ternak, bahan baku industri maupun komoditas ekspor.

Ubi jalar potensial sebagai komoditas ekspor non migas. Negara produsen

utama ubi jalar dunia antara lain Cina, Uganda, Nigeria, Indonesia, Vietnam,

Jepang, India, dan lainnya. Ekspor ubi jalar pada umumnya ditujukan ke

Malaysia, Singapura, Jepang, Saint Helena, Malta, AS, Arab Saudi, Taiwan dan

beberapa Negara Afrika seperti Nigeria dan Etiopia (FAO). Negara pengimpor ubi

jalar Indonesia antara lain: Singapura, Belanda, Amerika Serikat, Jepang,

Malaysia, Taiwan, Cina, Korea. Di luar negeri, khususnya di negara-negara maju,

ubi jalar dijadikan makanan mewah dan bahan baku aneka industri, seperti

industri fermentasi, tekstil, lem, kosmetika, farmasi, dan sirup. Di Jepang ubi jalar

dijadikan makanan tradisional yang publisitasnya setaraf dengan pizza atau

hamburger, sehingga aneka makanan olahan ubi jalar banyak dijual di toko-toko

sampai restoran-restoran bertaraf internasional. Di Amerika Serikat, ubi jalar

dijadikan bahan pengganti (substitusi) kentang dan 60-70 persen diantaranya

digunakan sebagai bahan makanan (Rahmat, 1997).

Permintaan ubi jalar sebagian besar (85 persen) untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi manusia, sekitar 2 persen untuk pakan ternak, 2,5 persen

untuk bahan baku industry dan 10,5 persen hilang karena proses panen dan pasca

panen. Keunggulan dari ubi jalar antara lain: tingkat produksi tinggi, dapat

bertahan hidup dalam kondisi iklim yang kurang baik, gizinya tinggi (Tabel 2),

harganya murah, produk lokal dan dikenal secara turun temurun oleh masyarakat

Indonesia dan dari segi rasa banyak disukai masyarakat Indonesia dengan

teksturnya yang beragam, sehingga dapat dipilih yang paling sesuai dengan selera

konsumen. Potensi penggunaan ubi jalar pun cukup luas dan cocok untuk program

diversifikasi pangan yang dapat diolah menjadi beberapa produk turunan seperti:

tepung ubi jalar yang dapat mengurangi impor gandum dan tepung terigu, mie, es

krim, nasi ubi, kentang dan lain-lainnya. Ubi jalar merupakan bahan makanan

Page 14: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

4

tambahan yang telah mendapat perhatian masyarakat dan menjadi produk tanaman

pangan dunia yang menduduki urutan ke tujuh.4

Tabel 2. Kandungan Gizi dan Kalori Beras, Jagung, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar

Bahan Kalori

(kal)

Karbohidrat

(g)

Protein

(g)

Lemak

(g)

Vit. A

(SI)

Vit. C

(mg)

Ca

(mg)

Beras 360 78.9 6.8 0.7 0 0 6

Jagung 361 72.4 8.7 4.5 350 0 9

Ubi Kayu 146 34.7 1.2 0.3 0 30 33

Ubi Jalar 123 27.9 1.2 0.7 7000 22 30

Sumber : Harnowo et al., 1994 5

Ubi jalar mempunyai kandungan gizi yang lebih lengkap dibandingkan

bahan pangan lainnya. Ubi jalar mengandung vitamin A yang jauh lebih tinggi

sebesar 7000 SI, sedangkan beras dan ubi kayu tidak mengandung vitamin A dan

jagung hanya 350 SI. Kandungan kalori per 100 gram cukup tinggi, yaitu 123

kalori dan dapat memberikan rasa kenyang. Disamping itu, ubi jalar yang direbus

merupakan sumber gizi yang cukup baik, yaitu mengandung thiamin (0,09 mg),

riboflavin (0,06 mg), niacin (0,6 mg), K (243 mg), P (47 mg), Fe (0,7 mg), dan Ca

(32 mg) dibandingkan gizi yang terkandung dalam nasi.6

Pada saat ini budidaya ubi jalar sangatlah mudah dilakukan oleh para

petani, dapat ditanam di sawah maupun kebun. Total luas panen ubi jalar di

Indonesia pada tahun 2009 mencapai 183.442 hektar dengan tingkat produksi

sebesar 2.044.054 ton dan produktivitasnya berkisar pada 11,14 ton per hektarnya.

Propinsi sentra produksi (penghasil utama) ubi jalar di Indonesia Tahun 2009

berturut-turut adalah Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera

Utara, Nusa Tenggara Timur, Bali, Lampung, Banten dan Bengkulu. Sentra

produksi ubi jalar yang paling banyak di Indonesia adalah Jawa Barat yaitu

sebesar 468.763 ton (BPS, 2009).

Pengembangan potensi ubi jalar pun tersebar di beberapa Kabupaten di

Jawa Barat. Kabupaten Bogor merupakan daerah penghasil ubi jalar terbesar

4 http://sutikno.blog.uns.ac.id/2009/04/17/transpormasi-ubi-jalar-ipomea-batatas-gen-

pinii-dan-cp-spfmv/#more-266 5 Dina Permatasari. 2009. Diversifikasi Pangan Ubi Jalar.http://trias.blog.unair.ac.id/2009

/05/15/pangan-alternatif-alih-jalur-umum/gizi kesehatan masyarakat. [10 Mei 2010] 6 Loc..cit

Page 15: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

5

ketiga di Jawa Barat setelah Kabupaten Kuningan dan Garut, sehingga prospektif

untuk dikembangkan. Pada umumnya produksi ubi jalar di Kabupaten Bogor

mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2005 Kabupaten Bogor

memproduksi 50.811 ton dan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2008

sebesar 58.309 ton (BPS, 2008). Potensi ubi jalar di beberapa Kabupaten di Jawa

Barat dapat dilihat pada Tabel 3.

Table 3. Potensi Ubi Jalar di Beberapa Kabupaten di Jawa Barat Tahun 2008

No Kabupaten Luas Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ku/Ha)

1 Kuningan 5.552 5.936 110.428 186,03

2 Garut 5.117 5.534 68.363 123,53

3 Bogor 4.023 3.955 58.309 147,43

4 Bandung 2.781 2.217 24.547 110,72

5 Cianjur 1.884 1.582 18.006 113,82

6 Sukabumi 1.499 1.402 21.047 150,12

7 Sumedang 1.334 1.176 15.474 131,58

8 Purwakarta 1.088 1.133 16.742 147,77

9 Tasikmalaya 1.956 2.101 17.914 85,26

10 Majalengka 924 734 10.554 143,79

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 (diolah).

Salah satu sentra produksi ubi jalar di Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan

Dramaga. Hal ini didukung dengan lokasi IPB sebagai lembaga akademisi yang

berada di Dramaga, sehingga bisa memberikan kontribusinya kepada petani ubi

jalar di daerah sekitarnya melalui pembinaan kelompok tani. Kelompok Tani

Hurip merupakan salah satu dari kelompok tani yang dekat dengan lokasi kampus

IPB dan sedang mengembangkan usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang,

Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Kondisi iklim, tenaga kerja pertanian

yang banyak menjadi faktor pendukung usahatani.

Produksi ubi jalar mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2008

sebesar 2.040 ton per hektar menjadi 2.720 ton per hektar, tetapi produktivitasnya

menurun dari 14,57 ke 14,32. Padahal rata-rata produksi di Kabupaten Bogor

Page 16: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

6

mengalami peningkatan dari 14 ton per hektar menjadi 14,2 ton per hektar (Tabel

5). Produksi ubi jalar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Ubi Jalar di Beberapa

Kecamatan di Kabupaten Bogor 2007-2008

No Kecamatan

2007 2008

Produksi Luas

Panen

Produk-

tivitas Produksi

Luas

Panen

Produk-

tivitas

Ton Ha Ton/Ha Ton Ha Ton/Ha

1 Tenjolaya 8.857 291 14,59 8.732 603 14,48

2 Cibungbulang 244 655 14,35 8.822 601 14,68

3 Ciampea 2.540 122 14,61 8.576 586 14,63

4 Megamendung 2.604 152 13,71 3.644 269 13,55

5 Dramaga 2.040 135 14,57 2.720 190 14,32

6 Tamansari 2.466 131 14,59 2.478 174 14,24

7 Cijeruk 1.641 117 14,27 2.416 173 13,97

8 Bojonggede 415 100 13,39 2.023 150 13,49

9 Pamijahan 9.341 417 14,73 1.990 136 14,63

10 Rancabungur 3.452 95 14,69 1.945 135 14,41

Sumber : Kebupaten Bogor dalam Angka 2009 (diolah).

BPS Kabupaten Bogor (2009)

Usahatani ubi jalar di kelompok tani Hurip Desa Cikarawang ini penting

untuk dikembangkan selain padi, karena menyumbang terhadap total pendapatan

petani. Pendapatan dipengaruhi oleh produksi, harga output dan input serta faktor-

faktor produksi. Dengan demikian, penelitian mengenai analisis usahatani dan

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar menjadi bahan kajian yang

penting untuk diteliti.

1.2 Perumusan Masalah

Rata-rata produktivitas ubi jalar di Kabupaten Bogor hanya mencapai

15,25 ton per hektar (Tabel 5), sedangkan produktivitas optimal ubi jalar

seharusnya dapat mencapai 20-40 ton per hektar.7 Hal ini dapat dilihat bahwa

7 Zuraida. Usahatani Ubi Jalar sebagai Bahan Pangan Alternatif dan Diversifikasi

Sumber Karbohidrat. http://anekaplanta. Wordpress.com/2008/03/02. [15 Juni 2010].

Page 17: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

7

terdapat selisih sebesar 4,75-24,75 ton per hektar antara produktivitas optimal

dengan produktivitas ubi jalar di Kabupaten Bogor. Hal ini disebabkan oleh

beberapa kendala yang dihadapi petani dalam pengembangan usahatani ubi jalar.

Kesenjangan (gap) ini dapat berimplikasi terhadap pendapatan yang diperoleh

petani.

Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar Di Kabupaten Bogor

Tahun 2003-2008

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2009 (diolah).

Kesejahteraan petani dapat diukur dari pendapatan yang diterimanya.

Produktivitas yang tinggi menghasilkan pendapatan yang tinggi pula, berarti akses

petani terhadap pangan pun akan meningkat. Pada umumnya masyarakat tani

tersebut kurang berkembang kesejahteraannya, karena terkendala oleh kondisi

sosial ekonomi yang relatif rendah. Sebagian besar petani mempunyai lahan yang

relatif sempit (skala terbatas) dan masih banyak petani penggarap, modal yang

terbatas, harga input tinggi dan harga output ubi jalar rendah. Penguasaan

teknologi usahatani ubi jalar oleh petani perlu ditingkatkan, sehingga antara faktor

iklim dengan teknologi budidaya tanaman dapat sinergis dalam meningkatkan

produktivitas ubi jalar.

Peningkatan produktivitas ubi jalar dapat dilakukan dengan meningkatkan

produksinya. Peningkatan produksi ubi jalar dapat ditempuh dengan usaha

penanaman varietas unggul, penerapan kultur teknik budidaya secara intensif, dan

penanganan pascapanen yang memadai, disertai penelitian pasar di dalam dan luar

negeri (Rahmat, 1997).

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2003 3.882 67.159 17,30

2004 3.656 56.213 15,40

2005 3.662 52.762 14,40

2006 3.752 60.832 16,20

2007 3.916 54.528 14,00

2008 4.041 57.311 14,20

Rata-rata 15,25

Page 18: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

8

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa di kabupaten bogor yang

berpotensi untuk usahatani ubi jalar dengan adanya kelompok tani dan didukung

oleh IPB sebagai desa binaan di lingkungan kampus. Mayoritas penduduk Desa

Cikarawang berprofesi sebagai petani dan buruh tani yang berpengalaman

menghasilkan bahan pangan. Sebagian besar petani di daerah ini menjadikan

tanaman ubi jalar sebagai komoditas utama untuk dibudidayakan, termasuk

kelompok tani Hurip yang merupakan salah satu kelompok tani aktif yang berada

di Desa Cikarawang. Kelompok tani Hurip tergabung dalam Gapoktan Jaya

Makmur dengan jumlah anggota lebih banyak dibandingnkan dengan empat

kelompok tani lainnya (Kelompok Tani Setia, Kelompok Tani Subur Jaya,

Kelompok Tani Mekar), yaitu sebenyak 35 orang dari total petani aktif 110 orang.

Disamping itu, petani yang tergabung ke dalam kelompok tani Hurip mayoritas

petani yang mengusahakan ubi jalar, dibandingkan kelompok tani lainnya.

Harga ubi jalar yang diterima petani berkisar antara Rp 800 - Rp 1.500 per

kilogram, sedangkan harga yang dibayarkan konsumen akhir yaitu Rp 3.000 - Rp

4.000 per kilogram. Penerimaan tinggi yang diharapkan petani, maka harga yang

diterima petani pun harus tinggi. Harga yang dikalikan dengan hasil produksi

menghasilkan penerimaan, dimana produksi yang tinggi pun akan meningkatkan

penerimaan. Pendapatan petani merupakan hasil dari penerimaan dikurangi

dengan biaya yang dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung. Dengan

demikian, petani perlu menghitung kembali usahatani ubi jalar yang dijalankan.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dijelaskan diatas

dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini,

antara lain:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi jalar pada

kelompok tani Hurip di Desa Cikarawang?

2. Apakah usahatani ubi jalar pada kelompok tani Hurip Desa Cikarawang

menguntungkan?

Page 19: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

9

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar pada

kelompok tani Hurip di Desa Cikarawang, Kecatamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis pendapatan usahatani ubi jalar pada kelompok tani Hurip di

Desa Cikarawang, Kecatamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Penelitian berguna untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang

diterima di perkuliahan terhadap permasalahan yang ada secara nyata.

2. Bagi kelompok tani Hurip

Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi

kelompok tani Hurip dalam meningkatkan pendapatan pada

pengembangan usahatani ubi jalar sebagai potensi Desa Cikarawang.

3. Bagi kalangan akademis

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan literatur untuk penelitian

selanjutnya.

4. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat akan

pentingnya kerjasama antara masyarakat dan perusahaan serta partisipasi

aktif masyarakat dalam peningkatan kualitas hidup mereka melalui

pengembangan masyarakat.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada petani ubi jalar di Desa Cikarawang yang

difokuskan pada satu kelompok tani dari empat kelompok tani yang tergabung

dalam Gapoktan yaitu kelompok Tani Hurip. Keragaan subsistem usahatani ubi

jalar dianalisis secara kualitatif berdasarkan fakta yang diperoleh di tempat

penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar melalui analisis

fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis usahatani melalui analisis pendapatan

dan R/C rasio dianalisis secara kuantitatif.

Page 20: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Mengenai Ubi Jalar

Ubi jalar merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang

mempunyai daya adaptasi luas, sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan

baik di seluruh nusantara. Di Indonesia, nama lokal tanaman ini sangat bervariasi,

di Jawa Barat bernama Boled, di Jawa Tengah dan Jawa Timur bernama Tela

Rambat. Di Jepang ubi jalar dikenal dengan nama Shoyu dan dalam bahasa Inggris

dikenal dengan sebutan Sweet Potatoes. Penelitian terbaru menunjukan bahwa,

ubi jalar terutama yang berwarna oranye tua termasuk salah satu makanan tersehat

dan mempunyai banyak khasiat (Suismono dalam Hafsah, 2004).

Menurut data sekunder dari Direktorat Gizi Depkes RI, Ubi jalar

merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai kandungan gizi tinggi

dan bermanfaat bagi kesehatan. Komponen kandungan gizi dari ubi jalar dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Daun dan Ubi Jalar Segar

No Kandungan Gizi Banyaknya dalam:

Ubi Putih Ubi Merah Ubi Kuning *) Daun

1 Kalori (kal) 123,00 123,00 136,00 47,00

2 Protein (g) 1,80 1,80 1,10 2,80

3 Lemak (g) 0,70 0,70 0,40 0,40

4 Karbohidrat (g) 27,90 27,90 32,30 10,40

5 Kalsium (mg) 30,00 30,00 57,00 79,00

6 Fosfor (mg) 49,00 49,,00 52,00 66,00

7 Zat besi (mg) 0,70 0,70 0,70 10,00

8 Natrium (mg) - - 5,00 -

9 Kalium (mg) - - 393,00 -

10 Niacin (mg) - - 0,60 -

11 Vitamin A (SI) 60,00 7.700,00 900,00 6.105,00

12 Vitamin B1 (mg) 0,90 0,90 0,10 0,12

13 Vitamin B2 (mg) - - 0,04 -

14 Vitamin C (mg) 22,00 22,00 35,00 22,00

15 Air (g) 68,50 68,50 - 84,70

16 Bagian yang dapat

dimakan (%)

86,00 86,00 - 73,00

Keterangan: *) Food and nutrition Research Center Hanbook I, Manila.

-) Tidak ada data.

(sumber: Direktorat Gizi Depkes RI 1981, dalam Rahmat 1997)

Page 21: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

11

Aji (2008) melakukan penelitian mengenai peramalan produksi dan

konsumsi ubi jalar nasional dalam rangka rencana program diversifikasi pangan

pokok. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peramalan sampai 10 tahun

kedepan (tahun 2018) menunjukkan bahwa produksi (1.671.280 ton) dan

konsumsi (1.653.014 ton) ubi jalar tidak bisa memenuhi target yang diharapkan,

sedangkan berdasarkan hasil persamaan regresi konsumsi ubi jalar menunjukkan

adanya hubungan yang positif antara konsumsi ubi jalar dan konsumsi beras. Hal

ini dikarenakan kedua komoditi tersebut memiliki sifat saling komplementer

bukan substitusi.

Alternatif strategi yang bisa dilakukan antara lain melakukan rekayasa

sosial terhadap pola konsumsi masyarakat melalui kerjasama dengan industri

pangan; diversifikasi produk ubi jalar dengan pendirian industri tepung dan pasta

ubi jalar; promosi, kampanye dan sosialisasi tentang manfaat ubi jalar secara

komprehensif dan kontinyu; pemberian insentif untuk konsumsi pangan non beras

serta penghargaan ketahanan pangan bagi masyarakat.

Hasil penelitian Juarsa (2007) menunjukkan bahwa pengusahaan ubi jalar

memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif (daya saing) dilihat dari nilai

PCR dan DRC yang kurang dari satu. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten

Kuningan dinilai mempunyai daya saing. Hal ini terlihat dari nilai PCR kurang

dari satu, yaitu sebesar 0,49 untuk varietas Bogor; 0,41 untuk varietas AC, dan

0,45 untuk keseluruhan varietas. Serta nilai DRC juga kurang dari satu sebesar

0,24 untuk varietas Bogor; 0,25 Untuk varietas AC, dan 0,24 untuk keseluruhan

varietas.

Potensi ubi jalar terbukti dengan adanya penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya oleh Juarsa (2007) mengenai daya saing ubi jalar dan sifat

komplementer ubi jalar dengan beras oleh Aji (2008) menjadi potensi untuk

dikembangkan, dengan demikian penelitian yang dilakukan oleh Widayanti

(2008) dapat mendukung penelitian sebelumnya. Penelitian Widayanti (2008)

yaitu mengenai analisis pendapatan usahatani dan pemasaran ubi jalar di Desa

Bandorasa Kulon Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Penelitian ini memiliki dua tujuan utama, yaitu pertama untuk menganalisis

keuntungan usahatani ubi jalar dilihat dari tingkat pendapatan petani ubi jalar di

Page 22: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

12

Desa Bandorasa Kulon, dan tujuan kedua adalah menganalisis sistem pemasaran,

saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar, sebaran marjin pemasaran ubi

jalar dari petani sampai konsumen akhir dari farmer’s share.

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penerimaan petani

responden dalam melakukan usahatani ubi jalar adalah Rp 11.406.061, sedangkan

biaya total untuk usahatani ubi jalar adalah Rp 8.256.764, sehingga pendapatan

petani atas biaya tunai adalah Rp 6.151.154 dan pendapatan petani atas biaya total

adalah Rp 3.149.297. Nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 2,17 dan nilai R/C

atas biaya total adalah sebesar 1,38. Berdasarkan kenyataan tersebut, usahatani

ubi jalar di Desa Bandorasa Kulon menguntungkan untuk diusahakan. Hal ini bisa

menjadi bahan kajian yang bermanfaat bagi petani ubi jalar di daerah lainnya.

Pengolahan ubi jalar pun sangat potensial untuk dikembangkan sebagai

hasil diversifikasi pangan, salah satunya yaitu pembuatan tepung ubi jalar.

Menurut hasil penelitian Yenni (2007), perumusan strategi pemasaran tepung ubi

jalar produksi usaha kecil (studi kasus: Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang)

didapatkan nilai pada matriks IFE 3,233 dengan kekuatan paling besar

ditunjukkan oleh faktor adanya keinginan dan motivasi yang kuat dari anggota

kelompok untuk mendirikan usaha tepung ubi jalar (0,459), serta kelemahan

terbesar pada faktor tingkat pengetahuan anggota yang rendah (0,257). Nilai pada

matriks EFE 3,076 peluang utama ialah faktor perkembangan ilmu dan teknologi

yang semakin modern (0,394) dan ancaman terbesar ialah faktor tepung ubi jalar

belum dikenal oleh masyarakat luas (0,210). Pada matriks IE, posisi pengusahaan

terletak pada sel 1 yang berarti sebaiknya menggunakan strategi grow dan build.

Berdasarkan matiks QSP, nilai Total Atractive Score (TAS) tertinggi terletak pada

strategi promosi yang intensif dan efisien (7,023).

2.2 Tinjauan Penelitian Mengenai Analisis Usahatani dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Produksi

Penelitian-penelitian terdahulu memberikan pengamatan yang berbeda-

beda pada pola pengambilan data, metode analisis, dan hasil yang dicapai.

Penelitian terkait analisis usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi telah dilakukan oleh Isnurdiansyah (2010), Devy (2010), Yulistia (2009),

Zalukhu (2009) dan Silalahi (2009).

Page 23: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

13

Isnurdiansyah (2010) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan

usahatani gandum lokal di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan propinsi jawa

Timur. Tujuan penelitiannya yaitu menganalisis keragaan dan pendapatan

usahatani gandum lokal, serta menganalisis keterkaitan usahatani gandum lokal

dengan sub sistem agribisnis gandum lokal. Metode analisis yang digunakan

antara lain metode kasus, analisis pendapatan, R/C rasio, analisis imbangan

penerimaan dan biaya, serta anggaran parsial.

Nilai pendapatan usahatani diperoleh dari selisih penerimaan dan biaya

usahatani. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan total.

R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total petani responden sebesar 1,83 dan 0,99,

yaitu petani responden mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1,83 dan Rp 0,99

dari setiap satu rupiah yang telah dikeluarkan. Petani responden mengalami

keuntungan jika dilihat berdasarkan R/C rasio atas biaya tunai dan petani

responden mengalami kerugian jika dilihat berdasarkan R/C rasio atas biaya total.

Analisis usahatani tidak hanya dilakukan dengan menganalisis pendapatan

saja. Berdasarkan hasil penelitian Yulistia (2009), analisis pendapatan usahatani

Belimbing Dewa dapat disimpulkan bahwa pengaruh hadirnya Primatani di Kota

Depok belum memberikan dampak yang terlalu besar terhadap tingkat pendapatan

petani peserta Primatani. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan atas biaya tunai dan

total pada petani non Primatani lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani

Primatani. Variabel faktor produksi yang digunakan antara lain pupuk kandang,

pupuk NPK, pupuk gandasil, pestisida, petrogenol dan tenaga kerja.

Berbeda halnya dengan Zalukhu (2009) yang melakukan penelitian

mengenai analisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul nasional (Kasus:

Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang,

Kabupaten Bogor). Penelitian yang bertujuan menganalisis keragaan usahatani,

pendapatan usahatani, faktor-faktor produksi serta efisiensi tataniaga beras di

Kecamatan Cibungbulang melakukan pengambilan responden secara acak (simple

random sampling) sedangkan penentuan responden untuk analisis tataniaga adalah

secara snow ball sampling. Hasil penelitian Zulukhu (2009) tidak hanya

menganalisis pendapatan, R/C rasio, tetapi juga analisis regresi linier berganda

Page 24: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

14

untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi padi dan

analisis marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga.

Hasil penelitian meghasilkan pendapatan atas biaya tunai pada usahatani

Bondoyudo adalah Rp 6.311.564, artinya pendapatan petani tanpa

memperhitungkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 6.311.564 per hektar per

musim tanam, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.303.928. Nilai

R/C rasio atas biaya tunai adalah 2,66. Artinya setiap pengeluaran biaya tunai satu

satuan biaya total menghasilkan penerimaan sebesar 2,66 satuan penerimaan. R/C

rasio atas biaya total adalah 1,50 artinya setiap pengeluaran satu satuan biaya total

menghasilkan penerimaan 1,50 satuan penerimaan.

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi adalah luas

lahan (X1), benih (X2), urea (X3), NPK (X4), TSP (X5), pupuk organik (X6),

furadan (X7), pestisida (X8) dan tenaga kerja (X9). Faktor-faktor tersebut dapat

dipakai dalam penelitian yang akan dilaksanakan penulis. Berdasarkan pendugaan

model linier berganda diperoleh koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 93,6 persen.

Nilai F-hitung sebesar 48,82 lebih besar dari nilai F-tabel pada selang

kepercayaan 90 persen yaitu 3,17. Hasil dari uji-t menunjukkan bahwa secara

parsial, faktor produksi luas lahan (X1), benih (X2) dan pestisida (X3) berpengaruh

nyata pada taraf kepercayaan 90 persen, sedangkan faktor produksi TSP (X5) dan

tenaga kerja (X9) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 85 persen. Dengan

demikian sebaiknya petani meningkatkan penggunaan luas lahan, benih dan

tenaga kerja dan sebaliknya mengurangi produksi padi Bondoyudo. Hal ini

membuktikan bahwa Bondiyudo tidak perlu menggunakan pestisida.

Penelitian mengenai analisis pendapatan dan pemasaran pun dilakukan

oleh Silalahi (2009). Silalahi (2009) melakukan penelitian mengenai analisis

pendapatan usahatani dan pemasaran talas di Kelurahan Situgede, Kecamatan

Bogor Barat, Kota Bogor yanng merupakan sentra talas di Kota Bogor. Tujuan

penelitian ini adalah (1) menganalisis pendapatan usahatani talas, (2) menganalisis

saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran talas di kelurahan Situgede,

Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Pengambilan responden dilakukan secara

sensus sebanyak 24 petani yang membudidayakan talas.

Page 25: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

15

Berdasarkan hasil analisis, maka untuk tiap hektar lahan, pertanian talas

mampu menghasilkan rata-rata 18.000 kilogram umbi, dengan harga rata-rata Rp

1.586 per umbi untuk petani lahan disewa, Rp 1.635 per umbi untuk petani lahan

sendiri dan Rp 1.621 per umbi untuk petani lahan keseluruhan. Rata-rata

pendapatan atas biaya total usahatani lahan disewa dan lahan milik sendiri

masing-masing sebesar Rp 11.524.717,92 dan Rp 11.326.827,54, sedangkan

pendapatan usahatani lahan keseluruhan adalah Rp 11.476.748,81. Nilai R/C rasio

atas biaya total pada usahatani lahan disewa, lahan milik sendiri dan lahan

keseluruhan masing-masing adalah 1,61; 1,56 dan 1,58. hal ini menunjukkan

bahwa usahatani talas terhadap lahan sendiri maupun lahan sewa sama-sama

mengungtungkan.

Penelitian mengenai tanaman palawija tidak hanya dilakukan pada

tanaman talas saja, tetapi juga dilakukan pada tanaman ganyong yang diteliti oleh

Devy (2010) mengenai “Peran Kelembagaan Kelompok Tani terhadap Produksi

dan Pendapatan Petani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri

Kabupaten Ciamis Jawa Barat”. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu selain

menganalisis pendapatan usahatani ganyong juga menganalisis pengaruh peran

kelompok tani terhadap produktivitas dan pendapatan petani ganyong. Alat

analisis yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglass dan analisis

pendapatan R/C rasio.

2.3 Evaluasi Penelitian Terdahulu

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan penelitian terdahulu

secara umum memiliki persamaan dan perbedaan yang mendasar. Persamaannya

terletak pada jenis analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis

pendapatan usahatani komoditas pertanian. Dimana dapat menjawab salah satu

tujuan dari penelitian yang sama. Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis

dengan penelitian-penelitian terdahulu terdapat pada fokus komoditas

pertaniannya, tujuan, lokasi dan metode analisis yang digunakan untuk setiap

kasus penelitian.

Penulis melakukan analisis pendapatan usahatani ubi jalar yang telah

diteliti sebelumnya oleh Widayanti (2008), namun terdapat perbedaan lokasi

penelitian, dimana Widayanti (2008) meneliti di Kabupaten Kuningan, sedangkan

Page 26: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

16

penulis meneliti di Kabupaten Bogor. Penulis pun mengembangkan penelitian

komoditas ubi jalar yang telah dilakukan sebelumnya oleh Aji (2008) dan Juarsa

(2007).

Penulis melengkapi penelitian yang dilakukan oleh Yenni (2007)

mengenai strategi pemasaran tepung ubi jalar dengan menganalisis faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi ubi jalar. Hal ini dilakukan untuk menunjang

pendapatan yang diterima petani, dimana tepung ubi jalar merupakan produk

olahan dari ubi jalar. Kesamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan Yenni

(2007) adalah sama-sama meneliti ubi jalar di kelompok tani Hurip, Desa

Cikarawang.

Ubi jalar sebagai salah satu tanaman palawija yang potensial untuk

dikembangkan layak untuk diteliti. Penelitian mengenai tanaman ubi jalar

ditunjang oleh penelitian-penelitian terdahulu mengenai tanaman pangan dan

palawija antara lain: ubi jalar (Widayanti, 2008), talas (Silalahi, 2009), ganyong

(Devy, 2010), padi varietas unggul nasional yang telah diteliti oleh Zalukhu

(2009) dan gandum (Isnurdiansyah, 2010). Penelitian terdahulu mengenai

tanaman pangan dan palawija menghasilkan pendapatan yang positif, artinya

usahatani yang dijalankan menguntungkan. R/C rasio yang dihasilkan oleh ubi

jalar sebesar 1,38; sedangkan talas dan ganyong memiliki nilai R/C rasio lebih

besar dari ubi jalar yaitu 1,56 dan 1,41. Padi dan gandum mempunyai R/C rasio

masing-masing sebesar 1,5 dan 0,99.

Metode analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi yang

digunakan peneliti ada kesamaan dengan Yulistia (2009) mengenai efisiensi

produksi usahatani belimbing dewa yaitu dengan menggunakan model fungsi

produksi Cobb-Douglas. Ubi jalar sebagai produk diversifikasi dari beras dapat

dilihat dari perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi produksinya. Faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi padi (Zulukhu, 2009) antara lain lahan,

benih, urea, NPK, TSP, pupuk organik, furadan, pestisida dan tenaga kerja.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi ubi jalar antara lain lahan,

bibit, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida dan tenaga kerja.

Usahatani ubi jalar di Kabupaten Bogor dapat memperkuat dan

melengkapi usahatani yang dijalankan di tempat lain, bahwa usahatani tersebut

Page 27: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

17

menguntungkan dibandingkan gandum dengan syarat memeperhatikan faktor-

faktor produksi yang memepengaruhinya. Penelitian-penelitian yang dilakukan

oleh peneliti sebelumnya dijadikan sebagai referensi terhadap perbandingan hasil

penelitian ini.

Page 28: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam

melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini yaitu

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar. Adapun teori

yang digunakan dalam penelitian ini mencakup teori produksi, teori biaya dan

teori pendapatan.

3.1.1 Konsep Usahatani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal, sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya

(Suratiyah, 2009). Menurut Rahim (2007) menyatakan bahwa usahatani

merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau

faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih dan

pestisida) dengan efektif, efisien dan berkelanjutan untuk dapat menghasilkan

produksi yang tinggi, sehingga pendapatannya dapat meningkat. Dikatakan efisien

bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki dengan sebaik-

baiknya dan dikatakan efektif bila pemanfaatan sumberdaya tersebut

menghasilkan keluaran (output).

Pada umumnya ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit,

modal relatif kecil, pengetahuan petani terbatas dan kurang dinamis sehingga

berakibat pada rendahnya pendapatan petani (Soekartawi, 1986). Ilmu usahatani

pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan

sumberdaya yang ada seperti lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan

(manajemen) yang terbatas ketersediaannya untuk mencapai tujuannya

(Soekartawi, 1995).

Menurut Suratiyah (2009) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang

bekerja dalam usahatani baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:

1. Alam

Alam merupakan faktor yang sangat menentukan usahatani. Faktor alam

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor tanah dan lingkungan alam sekitarnya.

Page 29: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

19

Faktor tanah misalnya jenis tanah dan kesuburan. Faktor alam sekitar yakni iklim

yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu dan lain sebagainya.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani

yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya

penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas dan

kualitas produk. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga

kerja luar keluarga. Beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga

dan tenaga luar, antara lain: komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan

kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi

sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan dan umur

tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung

setiap kegiatan masing-masing komoditas yang diusahakan, kemudian

dijumlahkan untuk seluruh usahatani.

Satuan yang sering dipakai dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja

adalah man days atau HOK (hari orang kerja) dan JKO (jam kerja orang).

Pemakaian HOK ada kelemahannya karena masing-masing daerah berlainan (satu

HOK di daerah B belum tentu sama dengan satu HOK di daerah A) bila dihitung

jam kerjanya. Banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengusahakan satu

jenis komoditas per satuan luas dinamakan Intensitas Tenaga Kerja. Intensitas

Tenaga Kerja tergantung pada tingkat teknologi yang digunakan, tujuan dan sifat

usahataninya, topografi dan tanah, serta jenis komoditas yang diusahakan.

3. Modal

Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya sebuah usaha, demikian pula

dengan usahatani. Penggolongan modal dalam usahatani keluarga cenderung

memisahkan faktor tanah dari alat-alat produksi yang lain. Hal ini dikarenakan

belum ada pemisahan yang jelas antara modal usaha dan modal pribadi. Dalam

arti ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan

untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat

dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan.

Page 30: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

20

4. Pengelolaan atau Manajemen

Faktor produksi usahatani pada dasarnya adalah tanah dan alam

sekitarnya, tenaga kerja, modal serta peralatan. Namun, beberapa pendapat

memasukkan manajemen sebagai faktor produksi keempat walaupun tidak

langsung.

3.1.2 Teori Produksi

Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan input yang ada

untuk menghasilkan barang atau jasa (output). Produksi terkait erat dengan jumlah

penggunaan berbagai kombinasi input dengan jumlah dan kualitas output yang

dihasilkan. Hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang

diciptakan dinamakan fungsi produksi (Sukirno, 2002). Faktor-faktor produksi

dapat dibedakan ke dalam empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan

keahlian keusahawanan. Sedangkan menurut Soekartawi (1990) fungsi produksi

adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang

menjelaskan (X). Hubungan kuantitatif antara masukan dan produksi dikenal

dengan istilah fungsi produksi, sedangkan analisis dan pendugaan hubungan itu

disebut analisis fungsi produksi. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis

sebagai berikut:

Y = f (X1, X 2, X3, ........................Xn)

Keterangan:

Y = Output

X1, X 2, X3, ........................Xn = Input-input yang digunakan dalam proses produksi

Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan

hasil yang berkurang (law of diminishing returns).Tiap tambahan unit masukan

akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil

dibanding unit tambahan masukan tersebut (Soekartawi, 1986). Sedangkan

menurut Sukirno (2002) menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat

diubah jumlahnya (tenaga kerja) dan terus ditambah sebanyak satu unit, pada

mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi apabila

sudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin

berkurang, dan akhirnya akan mencapai nilai yang negatif. Sifat pertambahan

Page 31: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

21

produksi yang seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin

lambat dan pada akhirnya mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.

Soekartawi (1986), menjelaskan bahwa pemilihan fungsi produksi

sebenarnya merupakan pendugaan subjektif. Adapun beberapa pedoman yang

perlu diperhatikan dalam memperoleh fungsi produksi yang baik dan benar.

Pedoman tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bentuk aljabar fungsi produksi itu dapat dipertanggungjawabkan.

2. Bentuk aljabar fungsi produksi itu mempunyai dasar yang logis secara fisik

maupun ekonomi.

3. Mudah dianalisis.

4. Mempunyai implikasi ekonomi.

Salah satu model fungsi produksi yang digunakan dalam analisis usahatani

adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi (2002) fungsi

produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan

dua atau lebih variabel. Variabel yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y)

dan variabel yang menjelaskan disebut variabel independen (X). Variabel yang

dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa

input. Tiga alasan pokok memilih menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-

Douglas antara lain (Soekartawi, 1990):

a. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah

dibandingkan dengan fungsi lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah

diubah ke dalam bentuk linier.

b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan elastisitas.

c. Besaran elastisitas tersebut juga sekaligus menunjukan return to scale. Hal ini

perlu diketahui untuk menentukan keadaan dari suatu produksi, apakah

mengikuti kaidah decreasing, constant atau increasing return to scale.

a. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2) < 1. Dalam keadaan demikian,

dapat diartikan bahwa proporsi penambahan masukan-produksi melebihi

proporsi penambahan produksi.

Page 32: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

22

b. Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Dalam keadaan demikian

penambahan masukan-produksi akan proporsional dengan penambahan

produksi yang diperoleh.

c. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Ini artinya bahwa proporsi

penambahan masukan-produksi akan menghasilkan tambahan produksi

yang proporsinya lebih besar.

Kesulitan yang umum dijumpai dalam penggunaan fungsi Cobb-Douglas

adalah sebagai berikut:

a. Spesifikasi variabel yang keliru.

b. Kesalahan pengukuran variabel.

c. Bias terhadap variabel manajemen.

d. Masalah multikolinieritas yang sulit dihindarkan.

Persamaan matematis dari fungsi produksi Cobb-Douglas secara umum

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = b0 X1 b1

X2 b2

X3 b3

. . . Xi bi

eu

Dimana:

Y = Variabel yang dijelaskan

X = Variabel yang menjelaskan

b0, b1 = Besaran yang akan diduga

u = Unsur sisa (galat)

e = Logaritma natural (e = 2,718)

Fungsi Cobb-Douglas akan lebih mudah dalam pendugaan terhadap

persamaan diatas dengan mengubah ke dalam bentuk linier berganda yang dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 . . . + bi ln Xi + u

Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1 dan b2 adalah tetap

walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti

karena b1 dan b2 pada fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan

elastisitas X terhadap Y. Elastisitas produksi (Ep) adalah presentase perubahan

dari output sebagai akibat dari persentase perubahan input (Rahim, 2008).

Elastisitas produksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 33: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

23

%100

%100

xY

X

xX

Y

E p

XX

YYE p

Y

Xx

X

YE p

PRxPMEp

1

PR

PME p

Dimana: Ep = Elastisitas produksi

ΔY = Perubahan hasil produksi komoditas pertanian

ΔX = Perubahan penggunaan faktor produksi

Y = Hasil produksi komoditas pertanian

X = Jumlah produksi

Hubungan antar faktor produksi (X) dengan jumlah produksi (Y) dapat

dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan elastisitas produksi, fungsi produksi dibagi

atas tiga daerah, yaitu:

1) Daerah produksi I dengan Ep lebih dari satu (Ep > 1), merupakan produksi

yang tidak rasional karena pada daerah ini penambahan input sebesar satu

persen akan menyebabkan penambahan produksi yang selalu lebih besar dari

satu persen. Pada daerah ini belum tercapai pendapatan yang maksimum,

karena pendapatan masih dapat diperbesar apabila pemakaian input variabel

dinaikan.

2) Daerah produksi II dengan Ep antara 1 dan 0 (0 < Ep < 1), artinya

penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan

produksi paling tinggi sama dengan satu persen dan paling rendah nol persen.

Pada tingkat penggunaan faktor produksi tertentu akan mencapai keuntungan

maksimum. Daerah produksi ini disebut daerah rasional.

Page 34: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

24

3) Daerah III dengan Ep kurang dari nol (Ep < 0), artinya setiap penambahan

pemakaian input akan menyebabkan penurunan jumlah produksi total. Daerah

produksi ini disebut daerah produksi yang tidak rasional (irrasional).

Ep>1 1>Ep>0 Ep>0

Keterangan:

TP = Total produksi

PM = Produk marginal

PR = Produk rata-rata

Y = Produksi

X = Faktor produksi

Gambar 1. Kurva Produk Total, Marginal dan Rata-rata

(Sumber: Lipsey et al, 1995)

III

Ep<0

II

0<Ep<1

I

Ep>1

0

PM/PR

X3 X2 X1 PM

PR

TP

X

Y

X

Page 35: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

25

3.1.3 Teori Biaya

Wesley (1994) mengklasifikasikan biaya usahatani ke dalam biaya tunai

(eksplisit) dan diperhitungkan (implisit). Biaya tunai adalah biaya yang diperoleh

dari input keseluruhan, seperti halnya sewa lahan, pestisida. Sedangkan biaya

diperhitungkan adalah nilai satuan input yang diperoleh dari perusahaan atau

bisnis keluarga yang berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Total Fixed Cost

(TFC) adalah biaya yang tidak berubah terhadap perubahan output. Biaya ini

termasuk ke dalam biaya tunai dan biaya diperhitungkan dari input yang berada

dalam jangka pendek. Adapun yang terma suk dalam biaya tunai adalah pajak,

gaji upah pekerja kontrak dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk ke dalam biaya

diperhitungkan, seperti penerimaan yang diinvestasikan pemilik dalam

perusahaan, penyusutan lahan, penyusutan peralatan dan biaya untuk tenaga kerja

dalam keluarga. TVC (Total Variabel Cost) adalah biaya input yang dapat

mempengaruhi output. Jika tidak ada variabel input yang digunakan maka TVC

adalah nol, artinya tidak ada output yang dihasilkan. TVC yang termasuk ke

dalam biaya tunai dari input seperti penggunaan pupuk kimia, penanggulangan

hama dan penyakit tanaman (pestisida), pengeringan, bahan bakar. Sedangkan

yang termasuk ke dalam biaya diperhitungkan seperti sewa lahan)

Sama halnya dengan Wesley, Lipsey (1995) mendefinisikan biaya total

(TC) adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya total

dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap total (Total Fixed Costs = TFC) dan biaya

variabel total (Total Variabel Costs = TVC). Biaya tetap (TFC) adalah biaya yang

tidak berubah meskipun output berubah. Sedangkan biaya yang berkaitan

langsung dengan output, yang bertambah besar dengan meningkatkanya produksi

dan berkurang dengan menurunnya produksi, disebut biaya variabel cost (TVC).

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Keterangan:

TFC = Biaya tetap

TVC = Biaya variabel

Page 36: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

26

Hubungan antara besarnya biaya produksi dengan tingkat produksi disebut

dengan fungsi biaya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.

TC, TVC, TFC

TC

TVC

TFC

0 Y

Gambar 2. Kurva Biaya Total (Sumber: Lipsey 1995)

Berdasarkan Gambar 1, kurva TFC bentuknya adalah horizontal karena

nilainya tidak berubah walau berapapun banyaknya barang yang diproduksikan.

Sedangkan TVC bermula dari titik nol dan semakin lama semakin bertambah

tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa ketika tidak ada produksi TVC = 0, dan

semakin besar produksi maka semakin besar nilai biaya berubah total (TVC).

Kurva TC adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC. Oleh karena itu

kurva TC bermula dari pangkal TFC dan apabila ditarik garis tegak di antara TVC

dan TC panjang garis itu adalah sama dengan jarak diantara TFC dengan sumbu

datar.

3.1.4 Teori Pendapatan

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua

biaya (Rahim, 2008). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual, sedangkan menurut Soekartawi (1986) Penerimaan

usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu

Page 37: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

27

tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan terbagi menjadi

penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai (diperhitungkan). Penerimaan tunai

didefinisikan sebagai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani,

sedangkan penerimaan tidak tunai merupakan pendapatan yang bukan dalam

bentuk uang, seperti hasil panen ubi jalar yang dikonsumsi dan digunakan untuk

bibit (input). Biaya usahatani (pengeluaran usahatani) merupakan pengorbanan

yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, peternak) dalam mengelola

usahanya dalam mendapatklan hasil yang maksimal Rahim (2008). Pengeluaran

usahatani mencakup pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai. Pengeluaran

tunai yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi

industri. Pengeluaran tidak tunai yaitu nilai semua input yang digunakan, namun

tidak dalam bentuk uang.

Soekartawi (1986) mengemukakan pendapatan usahatani dibedakan

menjadi pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan tunai usahatani adalah

selisih antara penerimaan total usahatani dengan pengeluaran usahatani.

Pendapatan total usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih antara penerimaan

total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi, dimana semua

input milik keluarga diperhitungkan sebagai biaya produksi.

Menurut Sukirno (2002) Total Revenue (TR) adalah jumlah produksi yang

dihasilkan dikalikan dengan harga produksi dan pendapatan merupakan selisih

antara penerimaan dan total biaya. Secara matematis dapat dijelaskan sebagai

berikut:

Л = TR – TC

Keterangan: Л = Pendapatan (Rp/musim tanam)

TR = Total penerimaan (Rp/musim tanam)

TC = Total biaya (Rp/musim tanam)

Page 38: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

28

Grafik yang menggambarkan biaya total dan hasil penjualan total dapat

dilihat pada Gambar 3.

Nilai (Rp)

TR

TC

BEP Y

Gambar 3. Hubungan Biaya Total dan Hasil Penjualan Total (Sumber: Lipsey 1995)

Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa kurva TR di asumsikan berada di

atas kurva TC. Hal ini menggambarkan bahwa usaha tersebut mengalami

keuntungan. Perpotongan antara titik TR dan titik TC pada tingkat produksi suatu

usahatani merupakan titik impas atau Break Even Point (BEP), dimana produksi

tidak mengalami keuntungan atau kerugian. Bila TR > TC (output yang dihasilkan

lebih besar dari BEP) maka usahatani menguntungkan dan bila TR < TC maka

usahatani rugi.

Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak dapat pula diukur dengan

nilai efisiensinya. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur nilai efisiensi

pendapatan tersebut yaitu penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau

imbangan penerimaan dan biaya atau Revenue and Cost Ratio (R/C ratio).

Analisis R/C rasio ini digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari suatu

cabang usaha dengan cabang usaha yang lainnya berdasarkan keuntungan

finansial. Sama halnya dengan yang diutarakan oleh Rahim (2008) analisis return

cost (R/C) ratio merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.

Analisis R/C rasio dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, antara lain:

R/C > 1 : usahatani menguntungkan

R/C = 1 : usahatani impas

R/C < 1 : usahatani rugi

Page 39: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

29

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Ubi jalar merupakan salah satu tanaman palawija yang potensial untuk

diversifikasi pangan selain beras. Kabupaten Bogor memiliki potensi untuk

pengembangan usahatani ubi jalar yaitu Desa Cikarawang yang berada di

Kecamatan Darmaga, dimana dekat dengan lokasi kampus IPB dan merupakan

salah satu desa binaannya melalui kelompok tani Hurip.

Produktivitas ubi jalar di Kabupaten Bogor masih dibawah produktivitas

optimal yaitu hanya 15,25 ton per hektar, padahal ubi jalar mampu berproduksi

hingga 20-40 ton per hektar. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan

produktivitas melalui penggunaan input yang sesuai untuk menghasilkan

pendapatan yang lebih menguntungkan.

Penelitian ini melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi ubi jalar. Analisis ini diawali dengan mengidentifikasi karakteristik

petani, seperti: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman berusahatani.

Setelah itu, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar

dengan fungsi produksi Cobb_Douglas dan dilanjutkan dengan analisis

pendapatan usahatani ubi jalar. Hasil analisis usahatani dijadikan dasar untuk

mengetahui prospek pengembangan ubi jalar dalam kondisi riil di lokasi

penelitian.

Petani menggunakan beberapa faktor produksi dalam memproduksi atau

membudidayakan tanaman ubi jalar. Faktor produksi yang diduga berpengaruh

pada produksi ubi jalar antara lain jumlah bibit, pupuk kandang, Urea, TSP, KCL

dan tenaga kerja. Faktor-faktor produksi tersebut membutuhkan biaya yang

dikeluarkan petani, sedangkan dari hasil produksi ubi jalar yang telah dihasilkan

akan diperoleh penerimaan. Pendapatan usahatani ubi jalar diperoleh dari selisih

penerimaan dan biaya. Selanjutnya analisis pendapatan akan menghasilkan tingkat

pendapatan dan R/C rasio yang diperoleh petani ubi jalar. Hasil tersebut dapat

disimpulkan bagaimana kondisi usahatani ubi jalar yang diusahakan oleh petani

pada kelompok tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten

Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner kepada petani ubi jalar

pada kelompok tani Hurip. Secara umum kerangka pemikirian operasional dapat

dilihat pada Gambar 4.

Page 40: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

30

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Faktor -faktor yang Mempengaruhi

Produksi Ubi Jalar.

Kelompok Tani Hurip merupakan sentra produksi ubi jalar di Desa Cikarawang

Kecamatan Darmaga

Produktivitas usahatani ubi jalar masih rendah

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ubi jalar pada kelompok

tani Hurip di Desa Cikarawang?

2. Apakah usahatani ubi jalar pada kelompok tani Hurip Desa Cikarawang

menguntungkan?

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Produksi Ubi Jalar:

1. Bibit

2. Urea

3. KCL

4. TSP

5. Pupuk Kandang

6. Tenaga Kerja

7.

Analisis Pendapatan Usahatani

Penerimaan

Total Biaya

Pendapatan

Analisis R/C Rasio

Hasil dan Rekomendasi untuk

Meningkatkan Pendapatan

Usahatani Ubi Jalar

Analisis Fungsi Produksi

Cobb-Douglass

Page 41: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Pemilihan lokasi dilakukan

dengan cara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan, antara lain:

1. Kabupaten Bogor merupakan sentra produksi ubi jalar ketiga di Jawa Barat.

2. Desa Cikarawang merupakan daerah penghasil ubi jalar dengan produknya

yang melimpah dan sebagai sentra pengembangan usahatani ubi jalar di

Kabupaten Bogor.

3. Penduduk Desa Cikarawang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani

ubi jalar dan menjadi anggota kelompok tani.

4. Kelompok Tani Hurip merupakan kelompok tani aktif yang tergabung dalam

Gapoktan Jaya Makmur dengan jumlah anggota lebih banyak dan total lahan

yang diusahakan petani relatif luas dibandingkan kelompok tani lainnya.

5. Kelompok Tani Hurip merupakan salah satu kelompok tani binaan IPB

dengan produk utamanya adalah ubi jalar.

Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Juli sampai September 2010

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September dikarenakan di lokasi

penelitian pada bulan-bulan tersebut sedang musim panen ubi jalar, sedangkan

masa panen ubi jalar berkisar selama empat bulan.

4.2 Metode Pengambilan Sampel

Metoda yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini

yaitu secara sensus, karena semua populasi dijadikan responden. Responden yaitu

semua anggota aktif kelompok tani Hurip yang merupakan petani ubi jalar

sebanyak 35 orang. Informasi petani dapat diperoleh dari kelompok tani Hurip.

4.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer

diperoleh dari sumber atau objek yang sedang diteliti melalui observasi, pengisian

Page 42: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

32

kuesioner dan wawancara di lapangan dengan petani responden, ketua kelompok

tani Hurip dan pihak lain yang terkait. Data primer terdiri dari data input dan

output usahatani ubi jalar, harga input, harga output dan data lain yang

berhubungan dengan tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

literatur-literatur terkait yang diperoleh dari Kantor Kabupaten Bogor, Kantor

Desa Cikarawang, Kelompok Tani Hurip, Gapoktan Jaya Makmur, BPS (Biro

Pusat Statistik) Kabupaten Bogor, BPS Pusat, artikel, internet, buku literatur serta

sumber-sumber lain yang menunjang peneliti.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan melalui metode wawancara

langsung dengan petani responden dengan bantuan kuesioner. Kuisioner yang

digunakan berisi pertanyaan mengenai jumlah pemakaian input, harga input, lama

pemakaian, upah tenaga kerja, jumlah output, harga jual output dan pertanyaan

lain yang berhubungan dengan analisis usahatani ubi jalar. Pada dasarnya metode

survei merupakan metode penelitian yang digunakan untuk memeperoleh fakta-

fakta dari kondisi yang ada dan mencari informasi secara faktual, baik tentang

institusi sosial, ekonomi maupun politik dari suatu kelompok atau daerah (Nazir,

1983).

Informasi yang diperoleh dari observasi juga diperlukan untuk

memperoleh data dan informasi secara langsung berhubungan dengan pendapatan

yang diperoleh petani guna melakukan analisis terhadap pendapatan dan faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar. Data dari artikel, buku, literatur,

dan penelitian terdahulu diperlukan sebagai kelengkapan penunjang penelitian ini.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Nazir (1983) kegiatan menganalisis data merupakan bagian yang

sangat penting dalam metode ilmiah. Hal ini karena dengan adanya analisis data,

maka data tersebut akan makna dan arti yang bermanfaat dalam memberikan

informasi maupun dukungan lainnya dalam mencari dan memberikan alternative

penyelesaian masalah yang akan dibahas dalam penelitian termasuk dalam

menguji hipotesis.

Page 43: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

33

Data yang telah diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fenomena yang ada di

lapangan. Analisis data secara kuantitatif antara lain analisis fungsi Cobb-Douglas

untuk menganalisis fungsi produksi, karena pada penelitian ini mempunyai

variabel X lebih dari tiga. analisis pendapatan usahatani, penerimaan usahatani

dan R/C rasio. Data yang dianalisis secara kuantitatif akan diolah dengan bantuan

program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab14.0, kemudian disajikan secara

tabulasi dan diinterpretasikan serta diuraikan secara deskriptif.

4.5.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Jalar

Penelitian ini menganalisis fungsi produksi dengan menggunakan fungsi

produksi Cobb_Douglas. Menuut Soekartawi (2002) fungsi Cobb_Douglas adalah

suatu fungsi atau pesamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana

variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yan dijelaskan (Y) dan

variabel lainnya disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). Analisis ini

digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependent dan variabel

independent. Penjelasan lebih lengkap yaitu melalui pendekatan statistik dalam

hubungan antara X dan Y. Dengan demikian, metode penduga yang digunakan

adalah mtode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode ini

digunakan untuk menguji nilai F-hitung, t-hitung dan R2. Oleh karena itu,

kelayakan model tersebut akan diuji brdasarkan asumsi OLS, meliputi

multikolinieritas, homoskedastisitas dan normalitas error. Apabila asumsi tersebut

dapat dipenuhi maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh merupakan

penduga linier terbaik yang tidak bias (Gujarati, 1978). Tahap-tahap dalam

menganalisis fungsi produksi adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Variabel Bebas dan Terikat

Identifikasi variabel dilakukan dengan mendaftar faktor-faktor produksi

yang diduga berpengaruh dalam proses produksi ubi jalar. Faktor-faktor yang

dipakai dalam penelitian ini antara lain bibit, Urea, KCL, TSP, pupuk kandang

dan tenaga kerja. Manajemen sebenarnya melekat pada tenaga kerja. Variabel

yang menjadi variabel dependent (variabel yang dipengaruhi) adalah produksi.

Variabel yang menjadi variabel independen (variabel yang mempengaruhi) antara

lain jumlah bibit, Urea, KCL, TSP, pupuk kandang dan tenaga kerja. Variabel-

Page 44: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

34

variabel tersebut ditentukan berdasarkan pada penggunaan input yang sering

digunakan dalam usahatani ubi jalar. Disamping itu, penentuan variabel dapat

dilihat pada hasil penelitian terdahulu. Penelitian Yulistia (2009) menyatakan

bahwa variabel faktor produksi belimbing Dewa yang digunakan antara lain

pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk gandasil, pestisida, petrogenol dan tenaga

kerja, sedangkan Zalukhu (2009) menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi padi antara lain, luas lahan, benih, urea, NPK, TSP, pupuk organik,

furadan, pestisida dan tenaga kerja.

Menurut Soekartawi (1990), fungsi produksi Cobb-Douglas harus

memenuhi beberapa persyaratan diantaranya:

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab nilai logaritma dari

bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui.

b. Memerlukan asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap

pengamatan. Hal ini menggambarkan jika fungsi Cobb-Douglass yang akan

dipakai dalam suatu bentuk pengamatan dan bila diperlukan analisa yang

mempunyai lebih dari satu model, maka model tersebut terletak pada

intercept dan bukan pada kemiringan garis model tersebut.

c. Tiap variabel X adalah perfect competition

d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah

tercakup pada faktor kesalahan (u).

Pada penelitian ini faktor produksi obat-obatan dan lahan tidak termasuk

ke dalam model fungsi produksi. Hasil penelitian di lapangan bahwa obat-obatan

tidak dimasukan ke dalam model dikarenakan obat-obatan jarang digunakan oleh

petani responden dan hanya ada lima petani responden yang menggunakan obat-

obatan, sehingga petani yang tidak menggunakan obat-obatan bernilai nol.

Kondisi ini tidak memenuhi persyaratan pertama dalam menganalisis fungsi

Cobb- Douglas, dimana tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab nilai

logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui.

Faktor produksi lahan pun tidak dimasukan ke dalam model, dikarenakan

mempunyai multikolinier yang tinggi yaitu sebesar 20,7 dimana mempunyai nilai

VIF lebih dari 10, sehingga dikeluarkan dari model. Multikolinier variabel

independent pada lahan, artinya mempunyai korelasi yang kuat dengan variabel

Page 45: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

35

independent lainnya (Lampiran 8). Ada beragam penyebab multikolinier

diantaranya disebabkan adanya kecenderungan variabel-varabel ekonomi atau

bisnis yang bergerak secara bersamaan. Apabila dijumpai masalah multikolinier,

maka perlu dilakukan perbaikan pada model dugaan. Ada banyak cara untuk

memperbaiki model dugaan, diantaranya adalah:

a. Menambah observasi. Penambahan ukuran sampel akan menyebabkan

ragam bj mengecil.

b. Mengeluarkan variabel independent yang berkorelasi kuat dengan variabel

independent lainnya.

c. Menggunakan teknik pendugaan regresi komponen utama PCA (Principal

Component Regression). Variabel yang saling berkorelasi, ditransformasi

menjadi variabel yang saling bebas, kemudian diregresikan terhadap

variabel dependent.

2. Analisis Regresi

Secara matematis model fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Y = b0 X1 b1

X2 b2

X3 b3

X4b4

X5b5

X6b6

eu

Fungsi Cobb-Douglas diatas kemudian ditransformasikan kedalam bentuk

linier logaritma untuk memudahkan pendugaan terhadap fungsi produksi tersebut,

sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6 + u

Keterangan :

Y = Produksi Ubi Jalar (Kg)

X1 = Bibit ubi jalar (setek)

X2 = Urea (Kg)

X3 = KCL (Kg)

X4 = TSP (Kg)

X5 = Pupuk kandang (Kg)

X6 = Tenaga kerja (HOK)

b0 = Intersept

Page 46: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

36

b = Parameter variabel

e = Bilangan natural (e = 2,7182)

u = Unsur sisa (galat)

b1, b2, b3,..., b6 = nilai dugaan besaran parameter

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan pengujian-pengujian yang dilakukan dalam

pengujian model penduga dan pengujian terhadap parameter regresi, antara lain:

a. Pengujian terhadap model penduga

Pengujian ini untuk mengetahui apakah faktor produksi yang digunakan

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar.

Hipotesis:

H0 : b1 = b2 = . . . . . = bi = 0

H1 : salah satu dari b ada ≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji F:

knR

kRhitungF

2

2

1

1

Keterangan:

k = Jumlah variabel termasuk intercept

n = Jumlah pengamatan atau responden

Kriteria uji:

F-hitung > F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata α : tolak H0

F-hitung < F-tabel (k-1, n-k) pada taraf nyata α : terima H0

Apabila tolak H0 berarti secara bersama-sama variabel yang digunakan

berpengaruh nyata terhadap produksi, namun apabila terima H0 maka variabel

yang digunakan secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.

Setelah itu dihitung besarnya koefisien determinasi (R2) untuk mengukur tingkat

kesesuaian model dugaan, yang merupakan ukuran deskriptif tingkat kesesuaian

antara data aktual dengan ramalannya. Koefisien regresi mengukur besarnya

keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model dan sisanya (1-R2)

dijelaskan oleh komponen error. Semakin tinggi nilai R2

berarti model dugaan

yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent atau dengan

Page 47: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

37

kata lain tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya semakin tinggi.

Menurut Gujarati (1978) koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut:

JKTTotalKuadratJumlah

SSEgresiKuadratJumlahR

Re2

2

2

2 1t

t

Y

eR

Keterangan:

∑ ei2 = Jumlah kuadrat unsur sisa (galat)

∑yi2 = Jumlah kuadrat total

b. Pengujian untuk masing-masing parameter

Pengujian untuk masing-masing parameter yaitu dengan uji-t yang

menguji secara statistik bagaimana pengaruh nyat dari setiap parameter bebas (X)

yang digunakan secara terpisah terhadap parameter tidak bebas (Y). Menurut

Gujarati (1978), hipotesis pengujian secara statisti adalah sebagai berikut:

Hipotesis:

H0 : bi = 0

H1 : bi ≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji t:

i

i

bse

bhitungt

0

knttabelt 2

Dimana:

bi = Koefisien regresi

se (bi) = Parameter penduga dari unsur sisa

n = Jumlah pengamatan (sampel)

k = Jumlah koefisien regresi dugaan termasuk konstanta

Kriteria uji:

t-hitung > t-tabel, maka tolak H0 pada taraf nyata α (berpengaruh nyata)

t-hitung < t-tabel, maka terima H0 pada taraf nyata α (tidak berpengaruh nyata)

Page 48: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

38

Jika tolak H0 artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebas dari nilai (produksi) dalam model dan sebaliknya bila terima H0 maka

variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi).

Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P, dengan kriteria

sebagai berikut:

1. P-value/2 < α, maka variabel yang diuji (faktor produksi) berpengaruh nyata

terhadap variabel tidak bebas (produksi)

2. P-value/2 > α, maka variabel yang di uji tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel tidak bebas.

c. Pengujian multikolinieritas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi multikolinieritas

pada model. Ada banyak cara untuk mendeteksi terjadinya multikolinieritas, yaitu

dengan koefisien determinasi (R2) yang tinggi namun dari uji-t banyak variabel

bebas yang tidak signifikan atau dapat diukur dengan Variance Inflation Factor

(VIF). Jika VIF (Xj) > 10, maka dapat disimpulkan bahwa model dugaan ada

multikolinieritas antar peubah bebas (Gujarati, 1978), sementara asumsi OLS

tentang heteroskedastisitas dan normalitas akan diuji dengan pendekatan grafik.

Variabel penduga yang mempunyai nilai VIF > 10 pada model yang digunakan

dalam penelitian yaitu terdapat pada variabel lahan dan bibit. Masing-masing nilai

VIF nya sebesar 20,7 dan 22,4. VIF dapat dirumuskan sebagai berikut:

21

1

i

iR

XVIF

Dimana, Rj = Koefisien determinasi dari model regresi dengan variabel dependent

Xj dan variabel independent adalah variabel X lainnya.

d. Homoskedastisitas

Fungsi dalam model penduga dikatakan baik jika memenuhi asumsi

homoskedastisitas (ragam error yang sama). Pembuktian asumsi tersebut, yaitu

secara visual dapat dilakukan dengan cara melihat penyebaran nilai-nilai residual

terhadap nilai-nilai prediksi. Jika penyebarannya tidak membentuk suatu pola

yang sistematis seperti linier atau kuadratik, maka keadaan asumsi tersebut telah

terpenuhi.

Page 49: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

39

Hipotesis yang diajukan terhadap setiap faktor produksi adalah seluruh

faktor produksi berpengaruh positif terhadap tingkat produksi ubi jalar. Kondisi

ini diperkirakan karena seluruh komponen faktor produksi tersebut merupakan

kebutuhan dalam kegiatan produksi ubi jalar. Adapun penjelasan hipotesis

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bibit ubi jalar (X1)

b1 > 0 artinya semakin banyak bibit yang digunakan dalam proses produksi,

maka akan semakin tinggi tingkat produksi ubi jalar yang dihasilkan.

2. Puipuk Urea (X2)

b2 > 0 artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses

produksi, maka akan semakin tinggi produksi ubi jalar yang dihasilkan.

3. Pupuk KCL (X3)

b3 > 0 artinya semakin banyak pupuk KCL yang digunakan dalam proses

produksi, maka akan semakin tinggi produksi ubi jalar yang dihasilkan.

4. Pupuk TSP (X4)

b4 > 0 artinya semakin banyak pupuk TSP yang digunakan dalam proses

produksi, maka akan semakin tinggi produksi ubi jalar yang dihasilkan.

5. Pupuk kandang (X5)

b5 > 0 artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses

produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi ubi jalar yang

dihasilkan. Berpengaruhnya faktor produksi ini dikarenakan dalam penanaman

ubi jalar, penggunaan pupuk kandang merupakan salah satu komponen yang

penting untuk meningkatkan kualitas tanaman.

6. Tenaga Kerja (X6)

b6 > 0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses

produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi ubi jalar yang

dihasilkan. Namun tidak menutup kemungkinan banyaknya tenaga kerja dapat

mengakibatkan kegiatan produksi menjadi tidak efektif.\

Page 50: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

40

4.5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar

1) Penerimaan Usahatani Ubi Jalar

Analisis pendapatan dalam kegiatan usahatani ini didukung oleh data

dalam penerimaan usahatani, kemudian dianalisis pendapatan yang diperoleh

dengan mempertimbangkan besarnya penerimaan dan biaya. Analisis penerimaan

usahatani dapat dihitung dari hasil perkalian jumlah produksi total dan harga jual

per satuan. Analisis penerimaan usahatani merupakan analisis penerimaan yang

diperoleh petani sebelum dikurangi biaya-biaya. Analisis penerimaan terdiri dari

analisis penerimaan tunai dan penerimaan total. Penerimaan tunai usahatani

didapat dari nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, sedangkan

penerimaan tidak tunai adalah produk hasil usahatani yang tidak dijual secara

tunai, tetapi digunakan untuk konsumsi sendiri, bibit atau keperluan lain.

Penerimaan ini dihasilkan dalam waktu empat bulan sesuai waktu panen ubi jalar.

2) Biaya Usahatani Ubi jalar

Biaya merupakan komponen paling penting dalam melakukan kegiatan

usahatani. Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya diperhitungkan.

Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, sedangkan biaya

diperhitungkan untuk menghitung berapa besarnya pendapatan kerja petani dan

modal. Komponen biaya diperhitungkan seperti, sewa lahan (ha) dan penyusutan

peralatan (Rp). Secara terinci dapat dilihat pada Tabel 7.

3) Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Ubi Jalar

Analisis pendapatan merupakan hasil pengurangan dari total penerimaan

dan total biaya yang dikeluarkan. Total penerimaan diperoleh dari hasil penjualan

yaitu output dikalikan dengan harga, sedangkan total biaya diperoleh dari

penjumlahan biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Analisis pendapatan dihitung

dengan rumus:

Л = TR – TC

Л Tunai = (Ytunai x Py) – (Biaya Tunai)

Л Total = (Ytotal x Py) – (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan)

Keterangan: Л = Pendapatan (Rp/musim tanam)

TR = Total penerimaan (Rp/musim tanam)

TC = Total biaya (Rp/musim tanam)

Y = Produksi total yang diperoleh dalam usahatani (Kg)

Py = Harga Y (Rp/kg)

Page 51: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

41

Biaya penyusutan perlu diperhitungkan karena usahatani ubi jalar ini

menggunakan peralatan pertanian dalam aktivitasnya. Biaya penyusutan peralatan

pertanian diperhitungkan dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu

membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang diperkirakan

dengan lamanya modal dipakai. Metode garis lurus dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan: Nb = Nilai pembelian (Rp)

Ns = Perkiraan nilai sisa (Rp)

n = Umur ekonomi alat (tahun)

Analisis R/C rasio merupakan perbandingan antara nilai output dan input

atau perbandingan antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahatani.

Analisis ini dibedakan menjadi R/C rasio terhadap biaya tunai dan R/C rasio

terhadap biaya total. Setelah diketahui keuntungan dari usahatani ubi jalar,

kemudian keuntungan dibandingkan menggunakan R/C Rasio dengan rumus:

tunaiTC

tunaiTRtunairasioCR /

totalTC

totalTRtotalrasioCR /

Keterangan:

TR = Total Revenue (Rp)

TC = Total Cost (Rp)

Kriteria penilaian dari hasil perhitungan R/C rasio sebagai berikut:

1. R/C rasio > 1, artinya menunjukkan bahwa dalam suatu usaha setiap satu

rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu rupiah.

Dengan kata lain usaha tersebut dapat dikatakan lebih efisien

(menguntungkan).

2. R/C rasio = 1, artinya menunjukkan bahwa dalam suatu usaha setiap satu

rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan satu rupiah.

Nb – Ns

Biaya Penyusutan =

n

Page 52: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

42

Dengan kata lain usaha tersebut dapat dikatakan efisien (tidak untung dan

tidak rugi atau impas).

3. R/C rasio < 1, artinya menunjukkan bahwa dalam suatu usaha setiap satu

rupiah biaya akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu rupiah.

Dengan kata lain usaha tersebut dapat dikatakan tidak efisien (rugi).

R/C rasio merupakan besarnya penerimaan untuk setiap rupiah biaya yang

dikeluarkan dalam usahatani ubi jalar. Semakin tinggi nilai R/C maka semakin

menguntungkan usahatani tersebut.

Analisis pendapatan usahatani ubi jalar dilakukan pada petani yang

menjadi responden, untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang diperoleh

dari usahatani ubi jalar dan mengetahui keuntungan dari usahatani yang

dijalankan. Secara sederhana, perhitungan analisis pendapatan dan R/C rasio dapat

disajikan seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Perhitungan Analisis Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani

A Penerimaan tunai Harga x Hasil panen yang dijual (Kg)

B Penerimaan yang

diperhitungkan Harga x Hasil panen yang dikonsumsi (Kg)

C Total Penerimaan A + B

D Biaya Tunai

a. Biaya Sarana Produksi:

- Pupuk kandang, Urea, KCL, TSP

b. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK)

c. Pajak

E Biaya yang diperhitungkan

a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK)

b. Penyusutan peralatan

c. Bibit

d. Lahan milik sendiri

F Total Biaya D + E

G Pendapatan atas biaya tunai A – D

H Pendapatan atas biaya total C – F

I Pendapatan bersih H – bunga pinjaman (jika ada pinjaman)

J R/C ratio atas biaya tunai A / D

K R/C ratio atas biaya total C / F

Page 53: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

43

4.6. Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ubi jalar di lokasi penelitian, antara lain:

1. Produksi total ubi jalar adalah total produksi pada sebidang tanah dengan

luasan tertentu dalam periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg).

2. Lahan adalah luas lahan yang diusahakan petani untuk membudidayakan ubi

jalar dan diukur dalam satuan hektar (ha).

3. Bibit adalah jumlah bibit ubi jalar yang digunakan oleh petani luasan lahan

tertentu dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg).

4. Pupuk kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan selama proses

produksi dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg).

5. Pupuk urea adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi

dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg).

6. Pupuk TSP adalah jumlah pupuk TSP yang digunakan dalam proses produksi

dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg).

7. Pupuk KCL adalah jumlah pupuk KCL yang digunakan dalam proses produksi

dalam satu periode tanam dan diukur dalam satuan kilogram (kg).

8. Tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses

produksi dalam satu periode tanam, baik yang berasal dari dalam keluarga

maupun luar keluarga. Tenaga kerja yang digunakan diukur dalam satuan Hari

Orang Kerja (HOK). Biaya tenaga kerja dianalisis berdasarkan tingkat upah

per HOK yang berlaku di wilayah penelitian.

9. Biaya total adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi,

yang meliputi biaya tunai dan biaya diperhitungkan dan diukur dalam satuan

rupiah (Rp).

10. Biaya tunai adalah besaranya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani dan

diukur dalam satuan rupiah (Rp).

11. Biaya diperhitungkan adalah biaya faktor produksi milik sendiri yang

digunakan dalam usahatani. Biaya ini sebenarnya tidak dibayarkan secara

tunai hanya diperhitungkan saja untuk melihat pendapatan petani bila faktor

produksi milik sendiri dibayar dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya

diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan, nilai tenaga kerja dalam keluarga

dan sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri.

Page 54: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

44

12. Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan karena adanya penyusutan

alat-alat pertanian yang dihitung dengan metode garis lurus dan diperoleh dari

nilai pembelian dibagi periode produksi serta umur ekonomis alat-alat

pertanian dan dihitung dengan menggunakan satuan rupuah (Rp).

13. Harga produk adalah harga jual rata-rata ubi jalar yang diterima oleh petani

dalam setiap kali panen dan diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

14. Harga input adalah harga rata-rata dari setiap faktor input yang diperoleh

petani. Input-input tersebut meliputi bibit (Rp/setek), pupuk kandang, urea,

TSPdan KCL (Rp/kg).

15. Penerimaan tunai adalah nilai produksi ubi jalar yang dijual petani dalam satu

kali panen yang dikalikan dengan harga jual ubi jalar yang diterima petani dan

diukur dalam satuan rupiah (Rp).

16. Penerimaan diperhitungkan adalah nilai produksi ubi jalar yang digunakan

petani tetapi tidak dijual dalam satu kali panen yang dikalikan dengan harga

jual ubi jalar yang diterima petani dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

17. Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan usahatani dan

biaya tunai usahatani ubi jalar dalam satuan rupiah (Rp).

18. Pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan usahatani dan

biaya total usahatani ubi jalar dalam satuan rupiah (Rp).

Page 55: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Desa Cikarawang

Desa Cikarawang terletak dalam wilayah administratif Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Menurut keadaan tofografinya,

Desa Cikarawang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian mencapai 700

meter dari permukaan laut dan memiliki suhu udara rata-rata 25o-30

oCelcius.

Batas-batas wilayah Desa Cikarawang adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Sungai Cisadane

Sebelah Selatan : Sungai Ciapus

Sebelah Barat : Sungai Ciaduan (pertemuan Sungai Ciapus dan Cisadane)

Sebelah Timur : Kelurahan Situ Gede

Wilayah Desa Cikarawang terbagi atas tiga Dusun dan tujuh Rukun Warga

(RW). Wilayah ini terbagi lagi ke dalam wilayah kelompok masyarakat, yaitu 32

Rukun Tetangga (RT) yang menyebar di 11 kampung. Luas wilayah Desa

Cikarawang menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Di Desa Cikarawang Tahun

2009

Wilayah Luas (ha) Persentase (%)

Pemukiman 37.854,00 15,10

Persawahan 194.572,00 77,63

Perkebunan 18.226,00 7,27

Kuburan 0,60 0,00024

Pekarangan 1,21 0,00048

Perkantoran 0,01 0,000006

Total luas 250.653,82 100,00

Sumber : Buku Monografi Desa Cikarawang, 2009 (Diolah)

Luas wilayah Desa Cikarawang adalah 250.653,826 ha dengan persentase

terbesar berada pada wilayah persawahan sebesar 77,63 persen dari total luas

wilayah. Persentase penggunaan lahan untuk persawahan dan perkebunan cukup

tinggi, sehingga usaha pertanian berpotensi untuk dikembangkan, termasuk

usahatani ubi jalar. Desa Cikarawang pun mempunyai danau (situ) yang diberi

Page 56: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

46

nama Situ Burung dengan luas kurang lebih 2,5 hektar yang berfungsi sebagai

sumber air untuk irigasi persawahan, sebagai reservoir air yang mampu mencegah

banjir di musim hujan dan mencegah kekurangan air di musim kemarau.

Persedian air ini mendukung pada kegiatan usahatani ubi jalar yang dijalankan,

karena tanaman ubi jalar ini membutuhkan air yang cukup dalam

pertumbuhannya.

Jumlah keluarga yang memiliki lahan pertanian tanaman pangan di Desa

Cikarawang terdiri dari 300 keluarga memiliki lahan kurang dari satu hektar dan

10 keluarga memiliki lahan 1-5 hektar. Persentase kepemilikan lahan dibawah

satu hektar sebesar 0,96 persen dari total jumlah keluarga. Hal ini menunjukkan

bahwa usahatani ubi jalar berpotensi untuk dikembangkan di Desa Cikarawang.

Tanaman pangan yang sering diusahakan adalah jenis umbi-umbian dengan luas

total 18 hektar dari jumlah total kepemilikan lahan. Jenis umbi yang potensial

yaitu jenis ubi Ceret yang menjadi produk unggulan Desa Cikarawang.

Jumlah penduduk Desa Cikarawang pada tahun 2009 adalah 8.227 jiwa,

yang terdiri dari 4.199 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 4.028 jiwa berjenis

kelamin perempuan, dengan kepadatan penduduk 2.300 jiwa per km. Banyaknya

jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan sama-sama mempunyai potensi

untuk mengembangkan usahatani ubi jalar dilihat dari jumlah penduduk masing-

masing yang tidak berbeda jauh. Penggolongan usia penduduk Desa Cikarawang

dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengolongan Usia Penduduk di Desa Cikarawang Tahun 2009

No Usia (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (%)

1 0 – 14 1287 1351 2638 32,01

2 15 – 29 1158 1120 2278 27,70

3 30 – 44 872 820 1692 20,58

4 45 – 59 554 472 1026 12,49

5 60 – 74 328 265 593 7,22

Jumlah 4199 4028 8227 100,00

Sumber : Buku Monografi Desa Cikarawang, 2009 (Diolah)

Mayoritas penduduk Desa Cikarawang menganut agama Islam dan

merupakan penduduk asli daerah. Jumlah penduduk yang pernah mengenyam

Page 57: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

47

bangku pendidikan sebesar 4.394 jiwa (46,5%) dan 3.833 (39,5%) adalah lulusan

sekolah dasar dari total jumlah penduduk 8.227 jiwa. Lembaga pendidikan milik

pemerintah dan swasta di Desa Cikarawang terdiri dari empat play group, dua TK,

empat SD atau sederajat, dan 1 SMP atau sederajat. Tingkat pendidikan penduduk

Desa Cikarawang dengan mayoritas petani akan berpengaruh pada tingkat

pemahaman petani dalam menjalankan usahatani ubi jalar.

Secara umum kegiatan ekonomi masyarakat Desa Cikarawang berada di

sektor pertanian dengan profesi utama sebagai petani. Selain itu, profesi

masyarakat Desa Cikarawang adalah sebagai tukang bangunan, karyawan pegawai

negeri dan swasta, pedagang, tukang ojeg dan sopir angkot. Profesi lain dari

masyarakat Desa Cikarawang adalah sebagai peternak ayam kampung, ayam ras,

kambing, domba, sapid an kerbau. Di sektor industri, Desa Cikarawang memiliki

tiga industri skala rumah tangga, empat industri skala kecil dan satu industri skala

sedang. Secara rinci mata pencaharian pokok warga Desa Cikarawang dapat

dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Cikarawang Tahun 2009

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Petani 310 20,80

2 Buruh tani 225 15,10

3 PNS 175 11,80

4 Pengrajin industri rumah tangga 5 0,33

5 Pedagang keliling 31 2,08

6 Peternak 3 0,20

7 Montir 3 0,20

8 Perawat Swasta 1 0,06

9 Pembantu rumah tangga 300 20,20

10 TNI/POLRI 2 0,13

11 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 210 14,10

12 Pengusaha kecil/menengah 3 0,20

13 Karyawan perusahaan swasta 220 14,80

Total 1.488 100,00

Sumber : Buku Monografi Desa Cikarawang, 2009 (Diolah)

Page 58: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

48

Tabel 10 menunjukkan bahwa Persentase terbesar dari berbagai mata

pencaharian sesuai jenis pekerjaannya berada di bidang pertanian yaitu sebesar

35,9 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Mata pencaharian di bidang

pertanian yaitu sebagai petani dan buruh tani. Mata pencaharian yang memiliki

persentase paling sedikit adalah sebagai perawat swasta yaitu hanya satu orang

(0,06 %) dari total penduduk yang bekerja.

Desa Cikarawang memiliki empat kelompok tani yang tersebar di empat

kampung yang berbeda, yaitu kelompok tani Hurip di Kampung Carangpulang

Bubulak, kelompok tani Mekar di Kampung Carangpulang Kidul, kelompok tani

Setia di Kampung Cangkrang dan kelompok tani Subur Jaya di Kampung

Petapaan. Diantara empat kelompok tani tersebut, hanya dua kelompok tani yang

masih aktif saat ini yaitu kelompok tani Hurip dan kelompok tani Subur Jaya.

Masing-masing kelompok tersebut menangani komoditas ubi jalar dan padi. Dua

kelompok tani lainnya tidak aktif dikarenakan faktor sumber daya manusianya.

Anggota kelompok tani Setia dan Mekar sebagian besar sudah berusia lanjut dan

kelompok tersebut tidak memiliki generasi muda yang dapat mempertahankan dan

meneruskan keberadaan kelompoknya.

Desa Cikarawang kaya akan potensi pertaniannya. Adapun hasil

pertaniannya terdiri dari padi, singkong, ubi jalar, jagung, kacang tanah, pisang

dan pepaya. Komoditi unggulan petani Desa Cikarawang adalah tanaman ubi jalar

dan kacang tanah. Padi yang ditanam setelah dipanen tidak dijual ke pasar atau

tengkulak. Padi-padi yang sudah dipanen dijemur, kemudian sebagian akan

digiling sesuai dengan kebutuhan untuk dikonsumsi dan sisanya akan disimpan

dalam bentuk gabah oleh petani sebagai persediaan pangan keluarga mereka.

Sebaliknya, untuk komoditi lainnya selain untuk dikonsumsi juga dijual ke pasar-

pasar terdekat atau ke tengkulak.

5.2 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip

Kelompok Tani Hurip adalah kelompok tani tertua di Desa Cikarawang

yang pendiriannya dilatarbelakangi oleh keinginan dari para petani untuk

bekerjasama dalam memajukan pertanian desa. Kelompok tani ini berdiri sejak

tahun 1974 yang diketuai oleh Bapak Kuming dan selanjutnya dari tahun 2000

sampai sekarang kelompok tani Hurip diketuai oleh Ahmad Bastari yang

Page 59: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

49

merupakan cucu menantu dari ketua sebelumnya. Sekretariat kelompok tani Hurip

(KTH) beralamat di Kampung Carangpulang Bubulak RT 04 RW 03 No 43,

Dusun II, Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi

Jawa Barat. Anggota kelompok tani Hurip adalah para petani yang tinggal di

Kampung Carangpulang Bubulak dan sebagian besar diantara mereka memliki

hubungan keluarga.

Pada periode kepemimpinan pertama (1974-2000) belum terbentuk

kepengurusan kelompok tani Hurip. Ketua berperan tunggal dalam kelompok dan

kegiatan kelompok hanya sebatas pembagian bibit. Pada periode kepemimpinan

kedua sudah terbentuk kepengurusan baru dengan adanya seorang sekretaris dan

seorang bendahara, namun kelompok belum menetapkan tugas dari masing-

masing pengurus, peraturan-peraturan dan kegiatan-kegiatan kelompok.

Berdasarkan kelas kemampuannya kelompok tani Hurip termasuk ke

dalam kelompok tani tingkat lanjut dan sudah terdaftar di Dinas Pertanian

Kabupaten Bogor. Kelompok Tani Hurip sering mendapat bantuan dari

pemerintah melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kecamatan Darmaga.

Adapun jenis bantuan tersebut antara lain berupa pupuk (NPK, Urea), bibit padi,

bibit kacang. Sejak tahun 2006 kelompok tani Hurip mendapat bantuan aset dari

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor berupa traktor. Pengelolaan asset ini diserahkan

kepada kelompok tani dengan harapan manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh

anggota kelompok tani Hurip. Dengan demikian dibutuhkan adanya

pendampingan dari berbagai pihak.

Pendampingan pada kelompok tani Hurip dilakukan oleh mahasiswa IPB

sejak Februari sampai Juni 2007. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal

23 Februari 2007 yang dihadiri oleh lebih dari 25 anggota. Pada pertemuan ini

dilakukan sosialisasi kepada para anggota kelompok bahwa tujuan kedatangan

mahasiswa adalah untuk menyatakan ketersediaan mahasiswa membantu

kelompok.

Pada pertemuan ketiga yang dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2007,

kelompok mulai membahas pentingnya peraturan dalam kelompok. Pertemuan

tidak hanya secara formal saja, namun pengurus dan mahasiswa sering berdiskusi

di luar forum untuk membicarakan mengenai kelembagaan dan permasalahan-

Page 60: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

50

permasalahan yang ada di kelompok tani Hurip. Permasalahan tersebut antara lain

mengenai struktur organisasi, tugas pengurus dan peraturan kelompok dalam

kehadiran pertemuan-pertemuan selanjutnya. Pada tanggal 23 Maret 2007 dengan

dihadiri oleh 21 anggota, kelompok tani Hurip menetapkan visi dan misi, struktur

organisasi, tugas pengurus dan peraturan kelompok. Kelompok selalu melakukan

pendataan ulang dari setiap tahunnya dan sampai sekarang kelompok tani Hurip

beranggotakan 35 orang dari anggota yang aktif.

a. Visi, Misi dan Tujuan Kelompok Hurip

Sejak awal para petani sudah menyadari bahwa tujuan mereka bergabung

menjadi kelompok adalah untuk bekerjasama memajukan pertanian Desa

Cikarawang. Visi kelompok tani Hurip adalah menciptakan kelompok tani

mandiri yang dapat meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan anggotanya.

Misi kelompok tani Hurip adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan sumberdaya anggota kelompok tani.

2) Memanfaatkan lahan pertanian seoptimal mungkin.

3) Mengakses para anggota kelompok ke lembaga permodalan, pasar dan

informasi teknologi.

4) Meningkatkan produktivitas komoditas di wilayah tersebut.

Visi dan misi yang dimiliki oleh kelompok tani Hurip dijadikan sebagai

tujuan bersama dalam menjalankan usahatani ubi jalar bagi para petani anggota.

Dengan demikian, adanya visi dan misi yang jelas, para petani mampu

mengembangkan usahatani ubi jalar dengan tujuan yang sama sesuai dengan visi

dan misinya dalam meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan anggota.

b. Struktur Organisasi Kelompok Tani Hurip

Pada tanggal 23 Maret 2007 kelompok menetapkan struktur kepengurusan

organisasi kelompok tani Hurip beserta tugas dari masing-masing pengurus.

Susunan pengurus kelompok tani Hurip yang telah disepakati terdiri dari Ketua:

yang dibantu oleh seorang Sekretaris, Bendahara, Seksi Pengaturan Pola Tanam,

Seksi Pembenihan, Seksi Humas, Seksi Usaha, Seksi Demplot dan Seksi

Pengairan. Kepengurusan pun dilengkapi dengan memiliki penasehat kelompok

tani Hurip.

Page 61: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

51

Hasil diskusi kelompok dengan penyuluh terjadi pergantian beberapa nama

seksi pada struktur organisasi yaitu Seksi Pengaturan Pola Tanam diganti menjadi

Seksi Pertanian, Seksi Pengairan menjadi Seksi Pengairan atau P3A. Seksi

Pembenihan menjadi Seksi Kehutanan dan Seksi Demplot menjadi Seksi

Kelompok Wanita Tani (Lampiran 1). Pergantian nama dilakukan untuk

mempermudah penyaluran bantuan dari pemerintah untuk kelompok tani dengan

tidak berpengaruh pada tugas masing-masing yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tugas dari masing-masing pengurus kelompok tani Hurip dapat dilihat pada

(Lampiran 2).

c. Peraturan Kelompok Tani Hurip

Perumusan awal mengenai peraturan kelompok dilakukan oleh ketua,

sekretaris dan beberapa anggota dengan didampingi oleh fasilitator, kemudian

hasilnya didiskusikan bersama seluruh anggota, sehingga diperoleh rumusan

peraturan-peraturan yang dipahami dan disepakati oleh seluruh anggota

kelompok. Peraturan kelompok tani Hurip ditetapkan pada tanggal 23 Maret 2007

yang terdiri dari hak dan kewajiban, sanksi dan penghargaan bagi anggota

kelompok tani Hurip. Peraturan yang ditetapkan, menjadikan pengurus dan petani

anggota lebih terarah dalam mewujudkan visi dan misnya, sehingga akan saling

berkesinambungan satu sama lain. Peraturan-peraturan pengurus dan anggota

kelompok tani Hurip antara lain:

1) Hak bagi pengurus dan anggota kelompok tani Hurip:

a) Pengurus dan anggota kelompok tani Hurip akan mendapatkan bibit

(bantuan/ program pemerintah) dengan syarat menghadiri kegiatan yang

diadakan kelompok tani Hurip minimal 80 persen. Pengurus dan anggota

hanya mengganti biaya transportasi pengambilan bibit.

b) Pengurus dan anggota akan mendapatkan kartu pengenal kelompok tani

Hurip. Kartu ini berfungsi sebagai:

Kartu pengenal kelompok tani Hurip

Kartu pengembalian bibit (bantuan/program pemerintah)

c) Pengurus dan anggota kelompok tani Hurip akan mendapatkan pinjaman

modal yang berasal dari iuran wajib pengurus dan anggota, dengan syarat:

Page 62: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

52

Anggota aktif (menghadiri kegiatan yang diadakan kelompok tani

Hurip minimal sebesar 80 persen)

Mempunyai lahan

Telah mengikuti program simpan pinjam

2) Kewajiban bagi pengurus dan anggota kelompok tani Hurip:

a) Mengikuti kegiatan yang diadakan oleh kelompok tani Hurip

b) Membayar iuran wajib bulanan sebesar Rp. 8000,- yang akan digunakan

untuk simpan pinjam dan keperluan kelompok tani Hurip

c) Membayar iuran pokok menjadi anggota sebesar Rp 50.000,-

d) Mengikuti dan menghadiri rapat bulanan kelompok yang diadakan sebulan

sekali selama setahun kepengurusan.

e) Hasil panen anggota harus dijual kepada kelompok tani Hurip sesuai

dengan harga pasar yang berlaku.

3) Sanksi bagi kelompok tani Hurip, yaitu jika dua kali (dalam satu tahun

kepengurusan) tidak hadir dalam rapat bulanan, maka akan mendapatkan

sanksi dari kelompok tani Hurip. Sanksinya sebagai berikut:

a) Jika tidak hadir satu kali dalam rapat bulanan, maka akan mendapatkan

peringatan dari kelompok tani Hurip

b) Jika tidak hadir dua kali dalam rapat bulanan, maka yang bersangkutan

tidak akan mendapatkan bibit (bantuan/program pemerintah) dan pinjaman

modal dari kelompok tani Hurip.

4) Penghargaan bagi anggota kelompok tani Hurip, yaitu bagi anggota yang

kehadirannya 100 persen (untuk setiap kegiatan kelompok tani Hurip) akan

mendapatkan hadiah dari kelompok. Penghargaan ini diberikan setiap satu

tahun sekali.

5.3 Karakteristik Petani Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani yang sedang mengusahakan

ubi jalar dan tergabung dalam kelompok tani Hurip. Karakteristik petani yang

dianggap penting mencakup status usaha, umur, tingkat pendidikan, pengalaman

bertani ubi jalar, luas lahan, status kepemilikan lahan dan alasan bertani ubi jalar.

Hal ini dipilih karena dianggap mempengaruhi dalam pelaksanaan usahatani ubi

Page 63: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

53

jalar terutama dalam melakukan teknik budidaya ubi jalar yang akan berpengaruh

pada produksi petani tersebut.

5.3.1 Status Usaha

Pada umumnya pekerjaan utama responden dalam penelitian ini adalah

sebagai petani dan buruh tani yaitu sebanyak 27 orang (77,14%) dari total

responden sebanyak 35 orang dan sisanya memilih pekerjaan lain. Responden

mayoritas memilih pekerjaan utamanya sebagai petani dan buruh tani dengan

menjadikan usahatani ubi jalar sebagai komoditas utama yang diusahakan

disamping padi, kacang tanah, singkong, pepaya, pisang. Adapun pekerjaan

sampingan yang diusahakan petani responden antara lain sebagai buruh bangunan,

buruh toko, jasa, pedagang (bisnis), peternak, supir dan karyawan swasta.

5.3.2 Umur

Umur petani responden di daerah penelitian ini berkisar antara 30-79 tahun

dengan rata-rata umur 50,6 tahun. Persentase umur tertinggi yaitu sebesar 45,72

persen berada pada kelompok umur 45-59 tahun yang berjumlah 16 orang.

Persentase umur terendah sebesar 2,86 persen berada pada kelompok umur lebih

besar dari 75 tahun yang berjumlah satu orang dari total petani responden. Rincian

sebaran umur responden dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Umur di Kelompok Tani

Hurip Tahun 2010

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

30 – 44 12 34,28

45 – 59 16 45,72

60 – 74 6 17,14

≥ 75 1 2,86

Total 35 100,00

Pada Tabel 11 terlihat bahwa sebagian besar petani responden berada pada

usia produktif, yaitu pada umur 30-59 tahun. Para petani responden di usia

produktif ini tetap melakukan usahatani ubi jalar, hal ini menunjukkan bahwa

pada usia produktif tersebut orang-orang memiliki semangat yang tinggi untuk

Page 64: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

54

menambah penghasilan karena adanya dorongan kebutuhan yang tinggi. Namun

masih ada petani yang telah berusia lanjut (lebih dari 60 tahun) masih tetap

berusahatani. Mereka beranggapan bahwa bertani merupakan mata pencaharian

utama yang telah turun temurun.

5.3.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani responden akan berpengaruh pada tingkat

penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan. Petani responden yang melakukan

usahatani ubi jalar sebagian besar lulusan SD atau sederjat dengan jumlah 15

orang (42,86%) dari total responden. Adapun petani responden yang tidak tamat

SD/sederajat sebanyak delapan orang. Petani lainnya mencapai tingkat pendidikan

SMP/sederajat berjumlah dua orang dan SMA atau sederajat berjumlah delapan

orang. Petani responden pun ada yang mencapai tingkat pendidikan sampai

perguruan tinggi sebanyak dua orang. Secara rinci tingkat pendidikan responden

petani ubi jalar di kelompok tani Hurip dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Kelompok Tani Hurip Tahun 2010

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

Tidak tamat SD 8 22,86

SD/sederajat 15 42,86

SMP/sederajat 2 5,71

SMA/sederajat 8 22,86

Perguruan Tinggi 2 5,71

Total 35 100,00

Pendidikan formal petani responden secara umum masih rendah, namun

petani sudah bisa menulis dan membaca. Disamping pendidikan formal, adapun

pendidikan informal yang didapat petani melalui pelatihan dan pengalaman dalam

usahatani. Dengan demikian, proses transformasi teknologi yang dilakukan oleh

penyuluh maupun pihak-pihak lain dapat terserap dengan baik, sehingga

produktivitas usahatani menjadi lebih baik. Sebaran tingkat pendidikan yang

beragam dapat membantu petani responden dalam berbagi ilmu pengetahuan.

Page 65: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

55

5.3.4 Pengalaman Usahatani Ubi Jalar

Pengalaman usahatani dapat menentukan keberhasilan usahatani ubi jalar

dan mempengaruhi pada tingkat produktivitas usahatani ubi jalar. Petani yang

lebih berpengalaman dalam usahatani komoditas ubi jalar secara umum akan lebih

mampu untuk meningkatkan produktivitas dibandingkan petani yang kurang

berpengalaman.

Pengalaman petani pada usahatani ubi jalar di Kelompok Tani Hurip

berkisar antara 1-56 tahun terakhir dengan rata-rata selama 23,57 tahun. Pada

umumnya petani responden melakukan usahatani ubi jalar secara turun temurun,

sehingga mempunyai pengalaman yang cukup lama. Persentase terbesar pada

pengalaman usahatani ubi jalar yaitu lebih dari 10 tahun (65,72 persen) atau

sebanyak 23 orang dari total petani responden. Karakterisitik petani responden

berdasarkan pengalaman usahatani ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani

Ubi Jalar di Kelompok Tani Hurip Tahun 2010

Pengalaman Usahatani (Tahun)

Usahatani Ubi Jalar

Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1 – 5 tahun 7 20

5,1 – 10 tahun 5 14,28

≥ 10,1 tahun 23 65,72

Total 35 100,00

5.3.5 Luas Lahan Usahatani Ubi Jalar

Petani responden di Kelompok Tani Hurip memiliki luas lahan yang

diusahakan untuk usahatani cukup beragam, yaitu antara 0,07-1,5 hektar dengan

rata-rata luas lahan sebesar 0,36 hektar. Adapun luas lahan yang diusahakan untuk

usahatani ubi jalar pada saat penelitian yaitu antara 0,07-0,8 hektar dengan rata-

rata luas lahan sebesar 0,24 hektar. Persentase luas lahan tertinggi berada pada

kategori luas lahan kurang dari 0,1-0,19 hektar, yaitu sebesar 40 persen atau

sebanyak 14 orang dari total petani responden, sedangkan luas lahan kurang dari

0,1hektar, yaitu sebesar 5,72 persen atau sebanyak 2 orang dari total petani

responden. Secara rinci jumlah penguasaan lahan dapat dilihat secara rinci pada

Tabel 14.

Page 66: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

56

Tabel 14. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Kelompok

Tani Hurip Tahun 2010

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 < 0,1 2 5,72

2 0,1– 0,19 14 40,00

3 0,2 – 0,29 9 25,72

3 0,3 – 0,39 5 14,28

4 ≥ 0,4 5 14,28

Jumlah 35 100,0

5.3.6 Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan petani responden terdiri dari milik sendiri dan

bukan milik sendiri. Jumlah petani responden yang memiliki status lahannya

sebagai lahan milik sendiri sebanyak 29 orang (82,86%) dari total jumlah

responden. Status lahan milik sendiri ini terdiri dari pembelian maupun dari

warisan. Status lahan bukan milik sendiri yaitu sebanyak enam orang (17,14%)

dari total petani responden. Status lahan bukan milik sendiri ini yaitu sewa dan

penggarap. Petani responden tidak ada yang menggunakan lahan usahataninya

dengan cara menyewa. Status kepemilikan lahan petani responden secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan

Lahan di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan

Darmaga Tahun 2010 No Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Milik sendiri

a Milik sendiri 17 48,57

b Warisan 12 34,28

Sub Total 29 82,86

2 Bukan milik sendiri

a Sewa 0 0

b Penggarap 6 17,14

Sub Total 6 17,14

Jumlah 35 100,00

Page 67: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

57

5.3.7 Alasan Bertani Ubi Jalar

Bertani ubi jalar merupakan usahatani yang dilakukan secara turun

temurun oleh petani responden dari sekitar tahun 1975 yang lalu. Kriteria alasan

bertani ubi jalar oleh petani responden antara lain karena musim, harga bagus,

pemasaran terjamin dan keturunan tradisi. Adapun alasan bertani ubi jalar dari

petani responden dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Alasan Bertani Ubi Jalar pada Petani Responden di Kelompok Tani

Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga tahun 2010

No Keterangan Jumlah Petani (Orang) Persentase (%)

1 Musim 5 14,28

2 Harga bagus 9 25,71

3 Pemasaran terjamin 12 34,27

4 Keturunan tradisi 9 25,71

Jumlah 35 100,00

Tabel 16 menunjukan bahwa alasan petani responden memilih usahatani

ubi jalar sebagian besar karena pemasaran yang terjamin dengan persentase yang

diperoleh yaitu 34,27 persen atau 12 orang dari total petani responden. Pemasaran

yang disalurkan melalui kelompok tani Hurip menjadikan pasar ubi jalar lebih

terjamin. Pasar yang dituju antara lain melalui beberapa pabrik di Jakarta dan

daerah sekitar Bogor. Alasan lain yaitu musim dan harga bagus, disamping

keturunan tradisi. Persentase petani memilih usahatani ubi jalar karena harga

bagus sama dengan petani responden yang memilih karena tradisi, yaitu sebesar

25,71 persen. Petani responden memilih usahatani ubi jalar karena harga bagus

sebanyak sembilan orang. Hal ini dikarenakan pada waktu penelitian bertepatan

dengan bulan Ramadhan dimana permintaan ubi meningkat dan harga cukup

tinggi, sehingga banyak petani yang lebih memilih menanam ubi jalar.

Page 68: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

VI ANALISIS USAHATANI UBI JALAR

6.1 Keragaan Usahatani Ubi Jalar

Usahatani ubi jalar yang dilakukan di kelompok tani Hurip menurut hasil

wawancara dan kondisi di lokasi penelitian dimulai dari persiapan lahan

(pemupukan), persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman (penyulaman,

pengairan, penyiangan dan pembumbunan, pembalikan batang, pengendalian

hama dan penyakit tanaman) dan panen. Kegiatan usahatani ubi jalar yang

dijalankan dapat dijelaskan sebagai berikut:

6.1.1 Persiapan Lahan

Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas

tanaman padi (Rahmat, 1997). Pada umumnya petani di kelompok tani hurip

menggunakan tanah sawah bekas tanaman padi dalam melakukan usahatani ubi

jalar. Persiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah untuk tanaman ubi jalar yang dilakukan petani

responden berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lokasi penelitian yaitu

dengan cara diolah terlebih dahulu hingga gembur, karena dapat membantu

perkembangan akar dan pertumbuhan umbi. Pengolahan tanah ini dilakukan

dengan menggunakan cangkul, setelah itu tanah dibiarkan selama satu minggu

agar terkena sinar matahari. Menurut Rahmat (1997) pembajakan dan pembalikan

tanah bertujuan memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah, memusnahkan hama

penyakit di dalam tanah dan menghilangkan gas-gas beracun yang berada dalam

tanah.

Petani yang menggunakan lahan kering (tegalan) biasanya melakukan

pembajakan secara langsung tanpa dilakukan pembersihan rumput, sedangkan

pada kondisi lahan basah bekas tanaman padi maka harus dilakukan pembersihan

jerami dengan cara dibabat sebatas permukaan tanah.

b. Pembuatan guludan

Rahmat (1997) menjelaskan ukuran guludan adalah lebar bawah kurang

lebih 60 centimeter, tinggi 30-40 centimeter dan jarak antar guludan 70-100

centimeter. Guludan yang digunakan oleh petani responden berdasarkan hasil

Page 69: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

59

wawancara dan pengamatan langsung di lapangan mendekati ukuran yang

dijelaskan oleh Rahmat (1997), yaitu berukuran lebar kurang lebih 70 centimeter,

tinggi 40 centimeter, dan jarak antar guludan 30-100 centimeter yang merupakan

lebar selokan dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Ukuran guludan

tidak melebihi 40 centimeter, karena guludan yang terlalu tinggi cenderung

menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam, sehingga sulit

dipanen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal akan menyebabkan

terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi dan memudahkan serangan

hama boleng atau lanas oleh Cylas sp (Rahmat, 1997).

Arah bedengan yang digunakan petani responden dari hasil wawancara

yaitu memanjang utara-selatan, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Dede

(2000) bahwa bedengan dibuat membujur ke arah timur-barat agar cahaya

matahari dapat menyebar secara merata, sehingga dapat diterima oleh semua

tanaman. Setelah selesai pembuatan bedengan tanah dibiarkan selama satu

minggu dengan tujuan agar terangin-angin terkena sinar matahari, kemudian

dilakukan penggemburan kembali dengan dicangkul tipis.

c. Pengapuran

Pada umumnya kondisi lahan petani responden berdasarkan hasil

wawancara memiliki pH 5,6-5,7. Kondisi tanah yang baik untuk usahatani ubi

jala, maka pengapuran jarang dilakukan. Tanah yang memliki keasaman (pH)

kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran dengan menggunakan kapur dolomite

atau kalsium karbonat (Dede, 2000). Berdasarkan hasil wawancara pengapuran

menggunakan dolomite, yaitu dengan cara disebar merata ke seluruh permukaan

tanah dan dilakukan pengolahan secara ringan dengan tujuan agar kapur merata di

dalam tanah dan dibiarkan selama 7-14 hari tergantung pada kondisi tanah.

Menurut Dede (2000) pengapuran bertujuan untuk meningkatkan kegiatan jasad

renik tanah dalam menguraikan bahan organik tanah, meningkatkan ketersediaan

unsur hara dalam tanah, dan meningkatkan unsur fosfor (P), kalsium (Ca) dan

magnesium (Mg).

d. Pemupukan dasar

Pemupukan dasar yaitu dengan menggunakan pupuk organik atau pupuk

kandang untuk menambah bahan organik dalam tanah (Dede, 2000). Para petani

Page 70: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

60

yang tergabung dalam kelompok tani hurip jarang yang melakukan pemupukan

dasar pada lahan yang akan ditanam, karena kondisi tanah yang masih bagus.

Salah satu ciri tanah yang baik untuk usahatani ubi jalar yaitu keadaan pH yang

sesuai.

6.1.2 Persiapan Bibit

Menurut Rahmat (1997) tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara

generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan setek batang atau setek pucuk.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani responden, pada

umumnya melakukan pembiakan tanaman ubi jalar dengan setek pucuk yang

berasal dari penunasan umbi. Bibit yang paling bagus adalah berasal dari setek

pucuk. Setek batang yang diambil pada bagian tengah biasanya tumbuh relatif

lambat dan ubi jalar yang dihasilkan rendah. Syarat setek batang, setek pucuk dan

setek umbi yang dijadikan bibit adalah sebagai berikut (Rahmat, 1997):

a. Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.

b. Bahan tanaman berumur dua bulan atau lebih.

c. Pertumbuhan tanaman yang diambil seteknya dalam keadaan sehat dan normal

d. Ukuran panjang setek batang atau setek pucuk antara 20-30 cm, ruas-ruasnya

rapat dan buku-bukunya tidak berakar.

e. Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.

Bibit yang digunakan oleh petani responden berasal dari tanaman produksi

atau tunas-tunas umbi yang secara khusus disemai (diipuk) melalui proses

penunasan atau pengipukan. Perbanyakan tanaman dengan cara setek batang atau

setek pucuk dilakukan sampai tiga turunan (F1, F2 dan F3). Hal ini dilakukan

untuk menjaga kualitas umbi yang dihasilkan, karena terlalu banyak turunan

menyebabkan hasil umbi menurun pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena

itu, perlu dilakukan proses penunasan kembali setelah 3-5 generasi perbanyakan.

Hasil wawancara dengan petani responden menyatakan bahwa jumlah bibit yang

dibutuhkan untuk luas areal satu hektar kurang lebih 35.780 setek atau setek per

luasan rata-rata yang digunakan petani 8461 setek per 0,4 hektar, namun hal ini

disesuaikan dengan jarak tanam yang digunakan. Pada umumnya petani responden

menggunakan jarak tanam 100 x 25 centimeter. Jumlah bibit yang digunakan

petani responden mendekati dengan jumlah bibit yang dianjurkan menurut Rahmat

Page 71: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

61

(1997), dimana pada jarak tanam 100 x 25 centimeter membutuhkan bibit

sebanyak kurang lebih 32.000 setek. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani

responden, terdapat tata cara dalam penyiapan bibit dengan penunasan umbi

adalah sebagai berikut:

a. Memilih umbi ubi jalar yang cukup tua, keadaan ubi sehat dan berukuran

minimal sebesar telur ayam.

b. Umbi ditanam pada lahan khusus penunasan (pengipukan). Jarak tanam yang

digunakan petani responden mendekati dengan jarak tanam menurut Rahmat

(1997) yaitu kurang lebih 100 x 25 centimeter.

c. Pemotongan bahan tanaman bibit yang dilakukan petani responden yaitu pada

saat umbi sudah bertunas dan berumur 2-3 bulan. Bahan tanaman bibit yang

dijadikan setek dipotong pada bagian pucuknya berukuran kurang lebih 20-30

centimeter dengan menggunakan pisau yang tajam. Hal ini sesuai dengan

Rahmat (1997) yang menjelaskan bahwa ukuran batang tanaman yang

dijadikan setek sepanjang 20-25 centimeter. Pemotongan setek ini biasa

dilakukan petani pada pagi hari atau sore hari sama halnya dengan waktu

penanaman, agar kandungan dalam setek masih maksimum.

d. Setek pucuk yang telah dipotong, kemudian ditanam kembali di lahan

penunasan yang berbeda. Proses penunasan kedua selama 1-2 bulan.

e. Melakukan proses pemotongan setek pucuk seperti pada poin c, kemudian

ditanam ke lahan sebenarnya sampai tiba masa panen selama empat bulan.

f. Apabila penanaman tidak dilakukan langsung, maka dilakukan penyimpanan

bibit di tempat yang teduh maksimal tujuh hari. Bibit disimpan ke dalam

karung atau keranjang.

6.1.3 Penanaman

Penanaman ubi jalar perlu memperhatikan pengaturan waktu tanam,

pengaturan jarak tanam, cara penanaman dan penentuan waktu tanam. Waktu

tanam biasa dilakukan petani responden pada awal musim hujan (Oktober) atau

awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal untuk penanaman di

lahan tegalan (Rahmat, 1997). Berdasarkan hasil wawancara penanaman ubi jalar

di lahan bekas sawah biasa dilakukan petani responden pada akhir musim hujan

yaitu pada bulan Maret atau Mei, namun pada saat ini cuaca sulit diprediksi

Page 72: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

62

petani, sehingga penanaman dilakukan tergantung cuaca pada saat itu. Penanaman

yang paling baik yaitu pada pagi hari. Para petani biasa menanam sekitar pukul

06.00-09.00 atau sore hari pukul 16.00-17.00. Penanaman tidak dilakukan pada

siang hari bertujuan untuk mengurangi risiko kematian pada bibit karena terkena

sinar matahari.

Jarak tanam yang digunakan petani responden adalah 70-100 centimeter

(antara barisan) x 20-25 centimeter (antar tanaman), sedangkan jarak tanam yang

ideal adalah 100x25 centimeter atau 75x30 centimeter (Dede, 2000). Jarak tanam

yang terlalu rapat menyebabkan tanaman mudah terserang hama penyakit karena

kondisi tanaman lembab, tanaman tumbuh kurus. Jarak tanam yang terlalu jauh

menyebabkan penggunaan lahan kurang efektif sehingga secara ekonomi kurang

menguntungkan. Pada umumnya sistem penanaman ubi jalar oleh petani

responden dilakukan secara monokultur (tunggal), yaitu dengan menanam ubi

jalar saja. Tahap-tahap penanaman ubi jalar yang dilakukan oleh petani responden

antara lain:

a. Membuat larikan atau lubang tugal memanjang di sepanjang puncak guludan

dengan cangkul sedalam lebar cangkul dan jarak antar lubang tugal 20-30

centimeter. Menurut Rahmat (1997) larikan dibuat dengan ukuran 10

centimeter dengan jarak antar lubang 25-30 centimeter. Dengan demikian

ukuran lubang tugal yang digunakan petani sudah mendekati aturan yang

dianjurkan oleh Rahmat (1997).

b. Petani responden menanam setek ubi jalar dengan cara pangkal batang

terbenam kurang lebih 5-10 centimeter, sama halnya menurut Rahmat (1997)

setek ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga pangkal batang (setek)

terbenam 1/3 -2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek

(bibit). Sebaiknya penanaman setek dengan cara mendatar supaya

menghasilkan umbi yang lebih banyak, besar dan seragam

c. Menyiram setek ubi jalar yang telah ditanam dengan air secukupnya disekitar

tanaman

d. Melakukan proses pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang, urea,

KCL dan TSP.

Page 73: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

63

Pemberian pupuk kandang yaitu pada saat umur tanaman satu minggu

Rata-rata penggunaan pupuk kandang yang digunakan petani responden sebanyak

579,42 kilogram per luasan rata-rata yang diusahakan (0,24 hektar) atau 2.450,16

kilogram per hektar dan ditabur merata pada tanah guludan yang telah dibongkar

sekitar tanaman. Proses pemupukan dibiarkan selama1-2 minggu, supaya terkena

sinar matahari yang membantu proses mikroorganisme dalam tanah disamping

menghilangkan bau dari pupuk kandang. Pemupukan lanjutan yang dilakukan

petani responden dengan pemberian pupuk kimia (Urea, KCL dan TSP), yaitu

urea sebanyak 35,97 kilogram per luasan rata-rata 0,24 hektar (152,10 kg/ha),

KCL sebanyak 13,11 kilogram per luasan lahan rata-rata 0,24 ha (55,45 kg/ha)

dan TSP sebanyak 31,97 kilogram per luasan lahan rata-rata 0,24 ha (135,19

kg/ha). Dosis pupuk yang dianjurkan oleh Rahmat (1997) adalah urea 100-200

kilogram per hektar, KCL 100 kilogram per hektar dan TSP 50 kilogram per

hektar. Pemberian pupuk kimia ini dilakukan petani setelah tanaman berumur dua

minggu dan dibiarkan lagi selama satu minggu, kemudian tanah guludan ditutup

kembali.

6.1.4 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan juga pada bibit-bibit ubi jalar selama

masa pertumbuhannya sampai panen. Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk

menjaga pertumbuhan tanaman agar tetap normal dan sehat, sehingga

menghasilkan umbi dalam jumlah banyak dan berkualitas baik (Dede, 2000).

Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, pemeliharaan tanaman ubi

jalar yang dilakukan oleh petani responden meliputi penyulaman, pengairan,

pemupukan, penyiangan, pembalikan batang (ngebat) dan perlindungan tanaman

dari hama dan penyakit.

a. Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang kerdil, kurus, rusak

atau mati dengan bibit yang baru (Dede, 2000). Berdasarkan hasil wawancara,

pada umumnya petani responden melakukan penyulaman hanya sesekali saja.

Waktu penyulaman dilakukan pagi hari atau sore hari sama halnya dengan

waktu penanaman. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati,

Page 74: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

64

kemudian diganti dengan bibit baru dengan ditanam sepertiga bagian pangkal

setek ditimbun tanah.

b. Pengairan

Waktu pengairan biasa dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Pengairan

dilakukan dengan tujuan untuk membantu menstabilkan kelembaban tanah,

melarutkan pupuk dalam tanah, membersihkan tanah dari bahan-bahan

beracun, menekan pertumbuhan gulma dan menekan hama boleng (Rahmat,

1997). Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden bahwa

pengairan dilakukan sesekali apabila terjadi kekeringan. Pengairan tidak

dilakukan rutin karena kondisi tanah yang masih bagus untuk menanam ubi

jalar.

c. Penyiangan dan pembumbunan

Penyiangan dilakukam oleh petani responden dengan membersihkan gulma

atau rumput yang berada di sekitar tanaman ubi jalar (Dede, 2000).

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, penyiangan dilakukan

pada saat rumput masih muda supaya tidak merusak akar tanaman ubi jalar.

Pembumbunan dilakukan untuk menggemburkan dan meninggikan permukaan

tanah di sekitar tanaman. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan petani

responden apabila diperlukan. Biasanya petani responden melakukannya

secara bersamaan pada saat tanaman berumur satu bulan setelah tanam dan

dilakukan kembali pada saat tanaman berumur dua bulan. Penyiangan pun

dilakukan bersamaan pada waktu pembalikan batang.

d. Pembalikan batang

Hasil wawancara dari petani responden menyatakan bahwa pembalikan batang

pada tanaman ubi jalar dilakukan dengan tujuan untuk mencegah tumbuhnya

umbi pada setiap ruas batang yang menempel pada tanah. Umbi pada ruas

batang tersebut berukuran kecil dan tidak dikonsumsi, disamping

mempengaruhi besar umbi utamanya.

e. Pengendalian hama dan penyakit

Rahmat (1997) menjelaskan komponen pengendalian hama dan penyakit

tanaman secara terpadu antara lain: secara kultur teknis dengan mengatur

waktu tanam yang tepat, rotasi tanaman; secara fisik dan mekanis dengan

Page 75: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

65

memotong atau mencabut tanaman yang terserang hama penyakit; secara

kimiawi dengan menyemprotkan pestisida secara selektif. Berdasarkan hasil

wawancara dengan petani responden, pengendalian hama dan penyakit

tanaman dilakukan secara fisik dan mekanis dan secara kimiawi. Hama yang

sering menyerang ubi jalar adalah hama boleng atau lanas akibat ulat. Petani

mengatasi hama boleng atau lanas dengan penyemprotan insektisida seperti

Decis 2,5 EC dengan konsentrasi yang dianjurkan.

6.1.5 Panen

Kualitas ubi jalar di kebun harus dijaga kualitasnya hingga panen, dengan

demikian perlu dilakukan penanganan panen yang baik. Waktu panen biasa

dilakukan petani responden pada pagi atau sore hari sama seperti waktu

penanaman. Panen ubi jalar dilakukan sesuai dengan umur panen yang tepat

waktu, sehingga umbi yang dihasilkan sudah tua, besarnya optimal, kandungan

tepungnya tinggi, dan kadar seratnya rendah. Umur panen ubi jalar berkisar antara

3-5 bulan tergantung pada varietas, iklim dan kesuburan tanah. Ubi jalar yang

ditanam oleh sebagian besar petani di kelompok tani Hurip antara lain jenis AC

yang dapat dipanen 3,5-4 bulan, jenis ceret pada umur tanam 4-4,5 bulan, jenis

kebo pada umur tanam kebo 4-5 bulan. Pada saat penelitian petani responden

menanam ubi jalar jenis ceret, karena banyak permintaan bertepatan dengan bulan

Ramadhan, sehingga harganya pun tinggi. Ubi jalar jenis ceret ini biasa digunakan

sebagai bahan baku pembuatan makanan seperti kolak, bubur dan lainnya. Hasil

output dan input yang digunakan dalam usahatani ubi jalar per periode tanam per

rata-rata luas 0,24 hektar dapat dilihat pada Tabel 17.

Page 76: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

66

Tabel 17. Hasil Output dan Input yang Digunakan dalam Usahatani Ubi Jalar

per Periode Tanam per Rata-rata Luas 0,24 Hektar Tahun 2010

No Komponen Jumlah

Fisik Satuan Harga/ satuan (Rp)

A Output:

Ubi jalar yang di jual 2.450,00 Kg 891,42

Ubi jalar yang dikonsumsi 82,63 Kg 891,42

Total Output 2.532,63 Kg

B Input:

1 Lahan 0,24 Hektar 472.000,00

2 Bibit 8.461,66 Setek 25,00

3 Pupuk kandang 579,43 Kg 200,00

4 Pupuk Kimia

a. Urea 35,97 Kg 2.121,43

b. KCL 13,11 Kg 2..273,33

c. TSP 31,97 Kg 2315,79

5 Tenaga kerja 42,37 HOK 20.000,00

6.2 Penggunaan Sarana Produksi Ubi Jalar

Sarana produksi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam

menjalankan suatu kegiatan usahatani. Sarana produksi yang digunakan petani di

kelompok tani Hurip terdiri dari lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk kimia (Urea,

KCL, TSP), tenaga kerja dan peralatan usahatani.

6.2.1 Penggunaan Lahan

Lahan merupakan input yang penting dalam kegiatan usahatani ubi jalar.

Pada umumnya kepemilikan lahan petani responden adalah berlahan sempit yaitu

di bawah satu hektar dan tidak ada petani reponden yang memiliki lahan di atas

satu hektar. Rata-rata kepemilikan lahan untuk petani responden adalah 0,24

hektar. Secara terinci penggunaan input dan output dalam analisis usahatani ubi

jalar setelah dikonversi ke dalam satu hektar dapat dilihat pada Lampiran 5.

6.2.2 Penggunaan Bibit

Bibit yang digunakan petani responden dalam usahatani ubi jalar ini

merupakan setek. Pada umumnya petani lebih banyak menggunakan setek pucuk

daripada setek batang yang dapat diperoleh melalui pengipukan (pembibitan

sendiri) dan pengambilan pada tanaman induk periode sebelumnya. Bibit pun bisa

didapatkan di kelompok tani Hurip atau dari petani lain bila kekurangan. Rata –

Page 77: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

67

rata penggunaan bibit yang dipakai oleh petani responden per periode tanam per

luas rata-rata 0,24 hektar sebanyak 8.461,66 setek. Bibit yang digunakan

disesuaikan dengan luas dan jarak tanam yang dipakai petani dalam usahatani ubi

jalar.

6.2.3 Penggunaan Pupuk Kandang

Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dilakukan satu kali

dalam satu periode tanam ubi jalar yaitu pada umur tanaman dua minggu.

Penggunaan pupuk kandang bermanfaat untuk menyuburkan tanah, karena banyak

mengandung bahan organik sebagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Rata-

rata penggunaan pupuk kandang per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar

untuk usahatani ubi jalar oleh petani responden sebesar 579,43 kilogram. Pupuk

kandang tersebut dapat diperoleh petani responden di lingkungan sekitarnya, baik

dari usaha sampingannya sebagai peternak maupun dari petani lain.

6.2.4 Penggunaan Pupuk kimia

Pupuk kimia yang dibutuhkan petani responden dalam usahatani ubi jalar

antara lain pupuk urea, KCL, TSP. Rata-rata penggunaan pupuk urea per periode

tanam per luas rata-rata 0,24 hektar oleh petani responden (35,97 kg), KCL (13,11

kg), TSP (31,97 kg). Petani responden mendapatkan pupuk kimia dari kios

saprotan dan disediakan juga di kelompok tani, sehingga memudahkan dalam

mendapatkannya.

6.2.5 Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu input yang mempunyai peranan

penting dalam memanajemen setiap aktivitas usahatani ubi jalar. Tenaga kerja

yang digunakan oleh petani responden dalam usahatani ubi jalar adalah tenaga

kerja orang mulai dari pengolahan tanah sampai pemanenan. Tenaga kerja yang

digunakan antara lain tenaga kerja pria dan wanita tanpa melibatkan tenaga kerja

anak-anak. Tenaga kerja pria melakukan pekerjaan yang dinilai berat seperti

mengolah tanah untuk persiapan lahan, pembongkaran dan pengguludan tanah

kembali, serta pencabutan umbi pada saat panen, sedangkan pekerjaan lainnya

dapat dilakukan baik oleh laki-laki ataupun perempuan.

Page 78: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

68

Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani ubi jalar ini menggunakan

satuan Hari Orang Kerja (HOK) dengan rata-rata melakukan aktivitas selama

enam jam per hari yaitu dari jam 06.00-12.00. Pembayaran upah tenaga kerja

dibedakan berdasarkan jenis kelamin karena adanya perbedaan kapasitas

pekerjaan yang dibebankan. Upah yang diberikan setiap satu hari kerja yaitu

sebesar Rp.20.000 untuk pria dan Rp 15.000 untuk wanita atau Rp 20.000 setara

HKP. Tenaga kerja wanita dihitung dalam HKW dan dikonversikan ke dalam

HKP sebesar 0,75. Tenaga kerja untuk pemanenan dilakukan dengan cara

borongan yaitu sebesar Rp 100 per kilogram yang dibayar oleh tengkulak atau

pembeli, sehingga tidak diperhitungkan sebagai pengeluaran petani.

Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ubi jalar ini dibagi atas

Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga

(TKLK). Penggunaan rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan oleh petani

responden dalam satu periode tanam per 0,24 hektar adalah 42,37 HOK terdiri

dari 18,25 HOK TKDK dan 24,12 HOK TKLK. Apabila dikonversi dalam satu

hektar, maka tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usahatani ubi jalar adalah

158,62 HOK yang terdiri dari 71,71 HOK TKDK dan 86,91 HOK TKLK.

Perbandingan penggunaan tenaga kerja pada usahatani ubi jalar tidak jauh berbeda

dengan tenaga kerja yang dibutuhkan pada usahatani umbi lainnya seperti

ganyong yang telah diteliti sebelumnya oleh Devy (2010). Hal ini dikarenakan

proses kegiatan usahatani yang hampir sama, namun memiliki masa panen yang

berbeda. Ubi jalar masa panen selama 4 bulan, sedangkan ganyong selama 6

bulan, sehingga penggunaan tenaga kerja akan lebih banyak juga. Tenaga kerja

yang digunakan untuk usahatani ganyong yaitu 205,16 HOK yang terdiri dari

147,44 HOK TKDK dan 57,72 HOK TKLK.

Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani ubi jalar, meliputi

pengolahan lahan, persiapan bibit, penanaman, pembongkaran guludan,

pemupukan dasar, pengguludan kembali, pemupukan kedua, pembalikan batang

(ngebat) dan penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Penggunaan TKDK untuk masing-masing kegiatan dalam usahatani ubi jalar per

periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar dapat dilihat pada Tabel 18, secara

terinci terdapat pada Lampiran 4.

Page 79: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

69

Tabel 18. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) pada

Usahatani Ubi Jalar per Periode Tanam per Luas Rata-rata (0,24 ha) di

Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga Tahun

2010

No Kegiatan Jumlah

(HOK)

Persentase

(%) Nilai (Rp)

1 Persiapan lahan 4,02 22,00 80.200

2 Persiapan bibit 1,23 6,75 24.600

3 Penanaman 1,35 7,40 27.000

4 Pembongkaran guludan 2,32 12,72 46.400

5 Pemupukan dasar 2,20 12,05 44.000

6 Pengguludan kembali 3,34 18,31 66.800

7 Pemupukan kedua 1,40 7,58 28.000

8

Pembalikan batang/ngebat

dan penyiangan 1,02 5,60 20.400

9

Pengendalian hama dan

penyakit tanaman 0,34 1,87 6.800

10 Panen 1,04 5,72

Jumlah 18,25 100,00 344.200

Pada Tabel 18 diperoleh data bahwa dari kesepuluh kegiatan yang

dilakukan petani pada usahatani ubi jalar dengan menggunakan TKDK, kegiatan

persiapan lahan merupakan kegiatan yang banyak memerlukan tenaga kerja, yaitu

4,02 HOK (22%) per periode tanam. Kegiatan pengendalian hama memiliki

presentase terkecil sebesar 0,34 persen, karena pengendalian hama dan penyakit

tanaman hanya dilakukan oleh petani apabila diperlukan. Presentase pada kegiatan

pengguludan kembali (18,31%) lebih besar dibandingkan pada saat kegiatan

pembongkaran guludan (12,72%), hal ini dikarenakan proses pengguludan

kembali memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaiannya. Biaya rata-

rata TKDK yang dikeluarkan petani responden mencapai Rp 344.200. Rata-rata

penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) oleh petani ubi jalar untuk

masing-masing kegiatan per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar dapat

dijelaskan pada Tabel 19.

Page 80: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

70

Tabel 19. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) pada

Usahatani Ubi Jalar per Periode Tanam per Luas Rata-rata (0,24 ha)

di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga

Tahun 2010

No Kegiatan Jumlah

(HOK)

Persentase

(%) Nilai (Rp)

1 Persiapan lahan 8,66 35,90 173.200

2 Persiapan bibit 0,41 1,70 8.200

3 Penanaman 3,31 13,72 66.200

4 Pembongkaran guludan 2,17 9,00 43.400

5 Pemupukan dasar 1,17 4,85 23.400

6 Pengguludan kembali 3,03 12,56 60.600

7 Pemupukan kedua 0,48 2,00 9.600

8

Pembalikan batang/ngebat dan

penyiangan 1,63 6,76 32.600

9

Pengendalian hama dan penyakit

tanaman 0,00 0,00 0

10 Panen 3,26 13,51

Jumlah 24,12 100,00 417.200

Tabel 19 menunjukkan bahwa persentase penggunaan TKLK terbesar

berada pada persiapan lahan yaitu sebesar 35,90 persen, sehingga membutuhkan

biaya yang besar juga sebesar Rp 173.200. Persentase biaya penanaman sebesar

13,72 persen dari biaya TKLK yang umumnya dilakukan oleh tenaga kerja

wanita. Jumlah tenaga kerja pada kegiatan persiapan bibit dan pemupukan kedua

sebesar 0,41 HOK dan 0,48 HOK. Pada hasil wawancara kepada petani responden

bahwa penggunaan tenaga kerja pada kegiatan persiapan bibit dan pemupukan

kedua sedikit, dikarenakan kegiatan tersebut mudah dilakukan dan tidak

memerlukan banyak tenaga kerja. Pada umumnya petani tidak melakukan

pengendalian hama dan penyakit tanaman, yaitu hanya lima petani dari total

petani responden yang melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang

dilakukan oleh TKDK. Sedangkan secara umum tidak digunakan pestisida,

pengendalian hama dan penyakit tanaman hanya dilakukan secara teknis salah

satunya melalui pembalikan batang dan penyiangan.

6.2.6 Penggunaan Peralatan Usahatani

Peralatan merupakan sarana penunjang kegiatan usahatni yang perlu

dimiliki oleh petani. Peralatan yang dimiliki oleh para petani ubi jalar antara lain

Page 81: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

71

cangkul, garpu, golok, parang dan cagak. Peralatan pertanian yang diperioleh dari

kios pertanian di sekitar Kota Bogor. Peralatan yang digunakan oleh petani sangat

berpengaruh terhadap biaya tetap yang akan dikeluarkan oleh petani yaitu pada

biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini dilakukan untuk menghitung nilai

investasi alat-alat pertanian yang menyusut setiap tahunnya. Biaya penyusutan ini

termasuk ke dalam biaya diperhitungkan atau biaya tidak tunai. Besarnya biaya

penyusutan peralatan pada usahatani ubi jalar per periode tanam per luas rata-rata

0,24 hektar sebesar Rp 44.313,10, dengan lama tanam selama empat bulan.

Penghitungan nilai penyusutan yaitu dengan menggunakan metode garis lurus

anatar nilai beli dan umur teknis peralatan tersebut. Nilai penyusutan untuk

peralatan usahatani ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Rata – Rata Biaya Penyusutan Peralatan pada Usahatani Ubi Jalar per

Periode Tanam di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga Tahun 2010

No Jenis

Peralatan

Jumlah

alat

(Buah)

Harga

beli/ unit

(Rp)

Umur

teknis

(Th)

Jumlah

(Rp)

Biaya

penyusutan

(Rp/tahun)

Biaya

penyusutan

(Rp/musim

tanam)

Persentase

(%)

1 Cangkul 2 50.285,71 3 100.571,42 33.523,80 11.174,6 25,22

2 Garpu 1 81.428,57 4 81.428,57 20.357,14 6.785,71 15,32

3 Golok 1 65.312,5 2 65.312,5 32.656,25 10.885,42 24,56

4 Parang 2 32.142,86 2 64.285,72 32.142,86 10.714,28 24,18

5 Sabit/

cagak 1 28.518,52 2 28.518.52 14.259,26 4.753,09

10,72

Jumlah 7 132.939,31 44.313,10 100,00

Pada Tabel 20 menunjukkan bahwa persentase tingkat penyusutan terbesar

berada pada alat cangkul sebesar 25,22 persen, dengan biaya penyusutan Rp

11.174,6 per periode tanam. Kondisi ini dipengaruhi oleh umur teknis dan harga

peralatan tersebut, dimana cangkul merupakan sarana produksi yang sering

digunakan dalam kegiatan usahatani ubi jalar, terutama pada saat persiapan lahan

dan panen. Disamping cangkul, golok dan parang juga memiliki biaya penyusutan

yang besar yaitu Rp 10.885,42 dan Rp 10.714,28 per periode tanam. Golok dan

parang ini sering digunakan untuk kegiatan pembalikan batang (ngebat),

penyiangan dan panen.

Page 82: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

72

6.3 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar

Analisis penerimaan usahatani ubi jalar berdasarkan atas rata-rata luasan

dalam satu musim tanam. Varietas ubi jalar yang beragam memiliki musim tanam

yang berbeda. Pada saat penelitian, petani responden rata-rata menggunakan

varietas ceret, dikarenakan mempunyai potensi pasar yang cukup tinggi bertepatan

dengan bulan puasa (Ramadhan), dimana dapat digunakan untuk bahan makanan

kolak. Satu musim tanam dalam usahatani ubi jalar yang dianalisis adalah dalam

waktu empat bulan dan dilakukan sekali panen. Populasi rata-rata tanaman ubi

jalar per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar yang digunakan sebanyak

8461,66 setek. Kegiatan panen biasa dilakukan pagi atau sore hari untuk menjaga

kesegaran ubi jalar. Pada umumnya petani responden menjual hasil panennya

kepada tengkulak (pedagang pengumpul) dan sebagian besar menjual ke

kelompok tani Hurip. Proses penjualan dilakukan di lokasi panen (lahan) dengan

harga jual ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara petani dengan tengkulak

atau kelompok tani Hurip.

Total produksi rata-rata ubi jalar petani responden mencapai 2532,63

kilogram per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar (10.709,44 kg/Ha).

Sebanyak 96,73 persen dari seluruh hasil panen dijual, sedangkan sisanya

dikonsumsi. Harga jual ubi jalar pada masing-masing petani berbeda-beda antara

Rp 800-Rp 1.000, maka diambil harga rata-rata dari total petani responden adalah

sebesar Rp 891,42 per kilogram.

Penerimaan usahatani adalah jumlah total produk yang dijual berdasarkan

pada harga yang berlaku di pasar. Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari

penerimaan usahatani tunai dan total. Rata-rata penerimaan tunai dan penerimaan

total usahatani ubi jalar yang diperoleh petani responden per periode tanam per

luas rata-rata 0,24 hektar sebesar Rp 2.183.979 dan Rp 2.257.637,035.

6.4 Pengeluaran Usahatani Ubi Jalar

Pengeluaran usahatani ubi jalar dikelompokan menjadi dua yaitu biaya

tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani

responden selama kegiatan usahatani per periode tanam, yaitu mulai dari biaya

persiapan lahan hingga biaya mendistribusikan hasil panen ke penjual, sedangkan

Page 83: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

73

biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani responden tidak

dalam bentuk nilai tunai.

Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden meliputi bibit, pupuk

kandang, urea, KCL, TSP, tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan pajak

lahan..Rata-rata biaya tunai per periode tanam per luas rata-rata 0,24 hektar

seluruh petani responden adalah Rp 737.232,99 (49,24% ) dari biaya total. Pajak

lahan (PBB) termasuk ke dalam biaya tunai dengan rata-rata biaya yang

dikeluarkan sebesar Rp 24.000 per musim tanam per 0,24 hektar untuk petani

yang menggarap lahannya sendiri (lahan milik sendiri), sedangkan petani

penggarap tidak membayar pajak. Nilai pembayaran PBB antara petani responden

memiliki perbedaan, karena perbedaan kelas lahan yang dimiliki petani responden

tersebut.

Biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani ubi jalar meliputi bibit,

biaya penyusutan peralatan, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan sewa lahan

(lahan milik sendiri). Bibit termasuk ke dalam biaya diperhitungkan karena petani

responden tidak membeli bibit, tetapi bibit didapat dengan cara pengipukan dan

dari hasil panen sebelumnya, serta disediakan juga oleh kelompok tani. Sewa

lahan merupakan komponen biaya diperhitungkan bagi petani yang menggarap

lahan sendiri (pemilik lahan), yaitu Rp 200.000 per m2

per tahun atau Rp 666.666

per hektar per periode tanam. Dengan demikian, biaya sewa lahan dengan rata-

rata luasan lahan yang digunakan petani responden 0,24 hektar adalah sebesar Rp

159.999,99. Sewa lahan termasuk ke dalam biaya diperhitungkan karena lahan

memiliki nilai ekonomi yang terus meningkat dibandingkan sarana lainnya. Rata-

rata biaya yang diperhitungkan per periode tanam adalah sebesar Rp 760.054,59 .

Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya

diperhitungkan. Rata-rata biaya total yang dikeluarkan petani responden per

periode tanam adalah Rp 1.497.287,59. Komponen biaya pada usahatani ubi jalar

dapat dilihat pada Tabel 21.

Page 84: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

74

Tabel 21. Biaya Tunai dan Biaya Diperhitungkan pada Usahatani Ubi Jalar per

Periode Tanam per Luas Rata-rata (0,24 ha) di Kelompok Tani Hurip

Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga Tahun 2010

No Keterangan Total Nilai

(Rp)

Persentase

(%)

Persentase

(%)

A Biaya Tunai

1. Sarana Produksi

Pupuk kandang 115.886,00 7,74

Urea 76.307,84 5,10

KCL 29.803,36 2,00

TSP 74.036,80 4,94

2. Tenaga kerja luar keluarga

(TKLK) 417.200,00 27,86

4. Pajak (PBB) 24.000,00 1,60

Total Biaya Tunai 737.233,00 49,24

B Biaya Diperhitungkan

1. Bibit 211.541,50 14,12

2. Sewa lahan (milik sendiri) 159.999,99 10,69

3. Penyusutan peralatan 44.313,10 2,96

4. Tenaga kerja dalam keluarga

(TKDK) 344.200,00 22,99

Total biaya yang diperhitungkan 760.054,59 50,76

C Jumlah Total Biaya 1.497.287,59 100,00 100

6.5 Pendapatan dan Nilai R/C Rasio Usahatani Ubi Jalar

Nilai pendapatan usahatani ubi jalar diperoleh dari selisih penerimaan dan

biaya usahatani. Pendapatan usahatani pada penelitian ini dibedakan menjadi dua,

yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas

biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan tunai dengan biaya

tunai usahatani ubi jalar, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari

pengurangan antara penerimaan total dengan biaya total usahatani ubi jalar.

Pendapatan atas biaya tunai rata-rata petani responden per periode tanam sebesar

Rp 1.446.746,01 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 760.349,44.

Hasil perhitungan usahatani ubi jalar untuk analisis R/C rasio atas biaya

tunai diperoleh 2,96. Nilai ini memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai

sebesar Rp 1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,96. Nilai R/C rasio

lebih dari satu menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar mampu memberikan

keuntungan karena penerimaannya lebih besar 2,96 kali dari biaya yang

dikeluarkan.

Page 85: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

75

R/C rasio atas biaya total untuk usahatani ubi jalar adalah sebesar 1,51.

Nilai ini memiliki arti bahwa setiap Rp 1 biaya total yang dikeluarkan petani akan

memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,51. Hal ini membuktikan bahwa usahatani

ubi jalar di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga menguntungkan.Secara rinci

pendapatan dan nilai R/C rasio usahatani ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Pendapatan dan Nilai R/C Rasio Usahatani Ubi Jalar per Periode

Tanam per Luas Rata-rata (0,24 ha) di Kelompok Tani Hurip Desa

Cikarawang Kecamatan Darmaga Tahun 2010

No Komponen Nilai (Rp)

A Penerimaan Tunai 2.183.979,00

B Penerimaan Diperhitungkan 73.658,00

C Total Penerimaan (A+B) 2.257.637,00

D Biaya Tunai 737.233,00

E Biaya Diperhitungkan 760.054,59

F Biaya Total (D+E) 1.497.287,59

G Pendapatan atas Biaya Tunai (A-D) 1.446.746,01

H Pendapatan atas Biaya Total (C-F) 760.349,44

I R/C rasio atas biaya tunai (A/D) 2,96

J R/C rasio atas biaya total (C/F) 1,51

Page 86: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

VII ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR

DI KELOMPOK TANI HURIP

7.1 Analisis Fungsi Produksi Ubi Jalar

Analisis dalam kegiatan produksi ubi jalar di Kelompok Tani Hurip

dilakukan dengan memperhitungkan tingkat input yang digunakan terhadap

tingkat produksi yang diperoleh. Analisis yang digunakan merupakan analisis

fungsi Cobb-Douglas (Lampiran 6). Model produksi ini menunjukkan hubungan

fisik faktor-faktor input yang digunakan dengan output yang dihasilkan.

Faktor-faktor yang di duga berpengaruh dalam usahatani ubi jalar adalah

bibit, Urea, KCL, TSP, pupuk kandang dan tenaga kerja. Faktor-faktor tersebut

merupakan faktor input utama yang digunakan dalam usahatani ubi jalar. Hasil

pendugaan fungsi produksi pada usahatani ubi jalar di Kelompok Tani Hurip Desa

Cikarawang Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi pada Usahatani Ubi Jalar di

Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Tahun 2010

Variabel Koefisien

Regresi

Simpangan Baku

Koefisien T-Hitung P-Value VIF

Konstanta 3,512 1,472 2,39 0,000

Bibit (X1) -0,0479 0,2600 -1,80 0,855 4,5

Urea(X2) 0,1237 0,1721 0,72 0,478 3,2

KCL (X3) 0,2984 0,1593 1,87 0,072 2,0

TSP (X4) -0,0560 0,1729 -0,32 0,748 2,7

Pupuk Kandang (X5) 0,3116 0,1308 2,38 0,024 2,7

Tenaga Kerja (X6) 0,4677 0,2599 1,80 0,043 4,4

R-sq = 74,8 %

R-sq (adj) = 69,4 %

F-hitung = 13,87 %

F-tabel = 2,55 dengan α = 5 persen

Hasil pendugaan model fungsi produksi menunjukkan bahwa nilai

koefisien determinasi (R2) sebesar 74,8 persen dengan nilai determinasi

terkolerasi (R2 adj) sebesar 69,4 persen. Nilai determinasi (R

2) tersebut memiliki

arti bahwa sebesar 74,8 persen dari variasi produksi dapat dijelaskan secara

bersama-sama oleh model, sedangkan sisanya sebesar 25,2 persen dapat

dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Faktor-faktor lain diluar model

yang diduga berpengaruh terhadap produksi ubi jalar antara lain pengaruh iklim

dan cuaca, tingkat kesuburan tanah, serta intensitas serangan hama dan penyakit

tanaman. Analisis model fungsi produksi tersebut pun dapat dilakukan uji F untuk

Page 87: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

77

menguji variabel bebas yang digunakan dalam input produksi terhadap hasil

produksi. Nilai F-hitung pada model penduga fungsi produksi mencapai 13,87

persen, maka nilai tersebut lebih besar dari nilai F-tabel yaitu 2,55. Kondisi ini

menjelaskan bahwa semua faktor produksi yang digunakan dalam usahatani ubi

jalar secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap produksi ubi

jalar petani responden pada selang kepercayaan 95 persen.

Analisis model fungsi produksi selain dilakukan uji-F juga dapat

melakukan uji-t. Uji-t dapat digunakan untuk menguji pengaruh nyata dari

masing-masing variabel bebas (input produksi) yang digunakan secara terpisah

terhadap variabel tidak bebas (output), yaitu dengan membandingkan t-hitung dan

t-tabel. Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa variabel bebas yang

berpengaruh nyata pada taraf lima persen adalah pupuk kandang dan tenaga kerja,

sedangkan KCL berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar pada taraf nyata 10

persen. Hasil uji terhadap bibit dan TSP memiliki nilai t-hitung lebih rendah dari

t-tabel. Kondisi ini menunjukkan bahwa variabel bebas tersebut tidak berpengaruh

nyata dalam produksi ubi jalar.

Model penduga fungsi produksi yang telah disusun selanjutnya dianalisis

untuk menunjukkan tingkat kelayakan berdasarkan asumsi OLS. Asumsi tersebut

terdiri dari multikolinearitas, homoskedastisitas dan normalitas error. Analisis

mengenai multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation

Factors) pada Lampiran 8, sedangkan analisis asumsi homoskedastisitas yaitu

dengan menggunakan pendekatan grafik dapat dilihat pada Lampiran 9. Pada

grafik menunjukkan plot antara residual dengan fitted value yang tersebar dan

tidak menunjukkan pola yang sistematis.

Hasil analisis model penduga fungsi produksi pada petani responden

secara statistik telah memenuhi asumsi OLS. Hal ini dapat dianalisis juga dengan

melihat p-value yang bernilai nol dan mengidentifikasi bahwa semua variabel atau

salah satu variabel dalam model regresi secara statistik tidak bernilai nol. Syarat

asumsi OLS yang telah terpenuhi ini dapat menunjukkan bahwa model fungsi

produksi tersebut dapat digunakan dalam menduga hubungan antara variabel

bebas (input produksi) yang digunakan terhadap hasil produksi (output) dalam

kegiatan usahatani ubi jalar.

Page 88: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

78

7.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ubi Jalar

Nilai koefisien regresi dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas

merupakan nilai elastisitas produksi dari variabel-variabel produksi tersebut.

Penjumlahan nilai-nilai elastisitas dapat digunakan untuk menduga keadaan skala

usaha. Model produksi yang diduga menunjukkan bahwa jumlah nilai-nilai

parameter penjelas adalah 1,097. Angka ini merupakan hasil dari penjumlahan

koefisien regresi faktor produksi yang dalam hal ini dianggap sebagai elastisitas

dari faktor tersebut. Jumlah nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu, maka

dapat disimpulkan bahwa usahatani ubi jalar berada pada skala kenaikan hasil

yang meningkat (increasing return to scale). Nilai ini mengandung arti bahwa

penambahan satu persen dari masing-masing produksi secara bersama-sama akan

meningkatkan produksi sebesar 1,097 persen.

a. Bibit (X1)

Penggunaan bibit ubi jalar merupakan salah satu komponen yang

dibutuhkan dalam kegiatan usahatani ubi jalar. Jumlah bibit yang digunakan akan

mempengaruhi hasil produksi ubi jalar. Nilai koefisien regresi penggunaan bibit

bernilai negatif sebesar -0,0479, artinya jika terjadi penambahan bibit sebesar satu

persen maka akan menurunkan produksi ubi jalar sebesar 0,0479 persen, dengan

asumsi semua variabel lain tetap (cateris paribus). Elastisitas yang negatif

menunjukkan bahwa penggunaan bibit berada pada daerah irrasional (Daerah III).

Berdasarkan nilai P-value yang lebih besar dari α lima persen yaitu mempunyai

nilai 0,855 (85,5%) artinya bahwa bibit tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi ubi jalar, sehingga pengurangan atau penambahan bibit sebesar satu

persen tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan terhadap produksi

ubi jalar dengan faktor lain dianggap tetap.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, pengaruh

bibit ubi jalar menjadi negatif dikarenakan penggunaan bibit berlebih dan banyak

bibit yang tidak termanfaatkan. Apabila penggunaan bibit ditambah terus akan

menurunkan produksi. Penggunaan bibit yang berlebih dapat terjadi kompetisi

antar sesama tanaman, karena jarak tanaman terlalu rapat. Persaingan dapat

terjadi dalam pemenuhan unsur hara, kebutuhan air dan sinar matahari, sehingga

produksi dapat menurun. Rata-rata penggunaan bibit per 0,24 hektar yang

Page 89: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

79

digunakan petani responden sebanyak 8.461,657 setek (35.780 setek per hektar),

sedangkan standar penggunaan bibit menurut Rahmat (1997) sebanyak 32.000

setek per hektar dengan jarak tanam yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa

penggunaan bibit yang digunakan petani responden berlebih.

Bibit dalam usahatani ubi jalar ini merupakan hasil setek batang tanaman

ubi jalar, sehingga bibit mudah didapatkan tanpa membeli. Bibit yang diperoleh

petani berupa setek pucuk hasil pengipukan maupun hasil panen periode

sebelumnya, baik milik sendiri atau disediakan oleh kelompok tani. Penggunaan

bibit oleh petani responden berdasarkan satuan karung dan rata-rata menggunakan

empat karung per 1000 m2. Kebutuhan bibit ini pun dipengaruhi oleh jarak tanam.

Sebagian besar petani responden menggunakan jarak tanam 100 x 25 centimeter

dan beberapa petani lainnya ada yang tidak menggunakan jarak tanam. Disamping

jarak tanam, ukuran bibit yang digunakan petani responden berbeda-beda dengan

rata-rata berukuran panjang 25-30 centimeter.

b. Urea (X2)

Nilai koefisien regresi penggunaan bibit sebesar 0,1237, artinya jika

terjadi penambahan urea sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi

ubi jalar sebesar 0,1237 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap (cateris

paribus). Elastisitas produksi yang positif menunjukkan bahwa penggunaan bibit

berada pada daerah rasional (Daerah II). Namun berdasarkan nilai P-value yang

lebih besar dari α lima persen yaitu mempunyai nilai 0,478 (47,8%) artinya bahwa

urea tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar, sehingga pengurangan

atau penambahan benih sebesar satu persen tidak akan mengakibatkan perubahan

secara signifikan terhadap produksi ubi jalar dengan faktor lain dianggap tetap.

Penggunaan pupuk urea dilakukan dalam upaya menambah unsur nitrogen

tanah. Kondisi di lokasi penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk urea

oleh petani responden sudah mendekati standar dosis yang ditetapkan. Rata-rata

penggunaan urea per 0,24 hektar yang digunakan petani responden sebanyak

35,97 kg (152,1 kg per hektar), sedangkan standar penggunaan urea menurut

Rahmat (1997) sebanyak 100-200 kg per hektar. Dengan demikian, penggunaan

pupuk urea masih dapat ditambah untuk meningkatkan produksi ubi jalar.

Page 90: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

80

c. KCL (X3)

Pupuk KCL merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam

kegiatan usahatani ubi jalar. Nilai koefisien regresi penggunaan KCL sebesar

0,2984 dan berpengaruh nyata pada taraf α 7,2 persen, artinya jika terjadi

penambahan KCL sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi ubi jalar

sebesar 0,2984 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap (cateris paribus).

Elastisitas yang positif menunjukkan bahwa penggunaan bibit berada pada daerah

rasional (Daerah II). Selain itu berdasarkan hasil analisis fungsi produksi

Cobb_Douglas, KCL ini mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi ubi

jalar, sehingga ketika terjadi penurunan dan peningkatan input akan sangat

signifikan pengaruhnya terhadap produksi ubi jalar.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani responden bahwa

penggunaan pupuk KCL ini cukup penting karena dibutuhkan sebagai zat yang

mempengaruhi warna dan rasa pada tanaman ubi jalar. Rata-rata penggunaan

pupuk KCL tiap periode tanam oleh petani responden yaitu sebanyak 13,11

kilogram (55,45 kg per hektar), sedangkan standar penggunaan KCL menurut

Rahmat (1997) sebanyak 100 kg per hektar. Dengan demikian, penggunaan

pupuk KCL masih dapat ditambah untuk meningkatkan produksi ubi jalar. Pupuk

kimia yang dibutuhkan oleh petani responden mudah diperoleh, baik disediakan

oleh kelompok tani maupun membeli langsung ke toko saprotan terdekat.

d. TSP (X4)

Penggunaan pupuk TSP merupakan salah satu input yang digunakan

dalam produksi ubi jalar. Pupuk TSP bermanfaat untuk pertumbuhan batang dan

buah. Nilai koefisien regresi penggunaan TSP sebesar -0,0560, artinya jika terjadi

penambahan TSP sebesar satu persen maka akan menurunkan produksi ubi jalar

sebesar -0,0560 persen, dengan asumsi semua variabel lain tetap (cateris paribus).

Elastisitas yang negatif menunjukkan bahwa penggunaan bibit berada pada daerah

irrasional (Daerah III). Berdasarkan nilai P-value yang lebih besar dari α lima

persen dengan nilai 0,748 (74,8%) mempunyai arti bahwa TSP tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi ubi jalar, sehingga pengurangan atau penambahan benih

sebesar satu persen tidak akan mengakibatkan perubahan secara signifikan

terhadap produksi ubi jalar dengan faktor lain dianggap tetap.

Page 91: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

81

Hasil pengamatan dari wawancara di lokasi penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar petani menggunakan pupuk TSP melebihi dosis, sehingga

apabila penggunaan pupuk TSP ditambah akan menurunkan produksi. Rata-rata

penggunaan pupuk TSP per musim tanam oleh petani responden sebesar 31,97

kilogram (135,19 kilogram per hektar), sedangkan standar penggunaan TSP

menurut Rahmat (1997) sebanyak 50 kg per hektar. Para petani responden

menganggap bahwa walaupun penggunaan TSP tidak sesuai dengan dosis, tetapi

tetap dapat menjaga produksi ubi jalar.

e. Pupuk kandang (X5)

Pupuk kandang digunakan dalam kegiatan usahatani ubi jalar sebagai

sarana input yang dapat menambah dan memperbaiki unsur hara tanah baik secara

fisik maupun kimiawi tanah. Nilai koefisien regresi penggunaan pupuk kandang

sebesar 0,3116, mempunyai nilai positif. Nilai koefisien regresi ini menunjukkan

bahwa input pupuk kandang mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi ubi

jalar, artinya jika terjadi penambahan input pupuk kandang sebesar satu persen

maka akan meningkatkan produksi ubi jalar sebesar 0,3116 persen, dengan asumsi

variabel lain tetap (cateris paribus). Elastisitas yang positif menunjukkan bahwa

penggunaan bibit berada pada daerah rasional (Daerah II). Selain itu pupuk

kandang berdasarkan hasil analisis produksi mempunyai pengaruh nyata pada

taraf α 2,4 persen, sehingga ketika terjadi penurunan dan peningkatan input akan

sangat signifikan pengaruhnya terhadap produksi ubi jalar.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani bahwa pupuk kandang

mempunyai peranan yang cukup penting untuk kesuburan tanah yang akan

mempengaruhi pada pertumbuhan tanaman ubi jalar. Penggunaan pupuk kandang

oleh petani responden bervariasi dan sudah mendekati dosis yang seharusnya.

Penggunaan pupuk disesuaikan dengan kondisi tanah. Apabila kondisi tanah

sudah jenuh maka penggunaan pupuk kandang ini diperbanyak, sementara jika

kondisi tanah masih bagus maka pupuk kandang digunakan sesuai dengan dosis.

Rata-rata petani responden menggunakan pupuk kandang tiap periode tanam

sebanyak 579,42 kilogram (2450,26 kilogram per hektar), sedangkan menurut

Rahmat (1997) penggunaan pupuk kandang sebesar 2000 kilogram per hektar.

Page 92: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

82

Kondisi tanah yang mendukung menyebabkan penggunaan dosis pupuk kandang

yang selama ini digunakan oleh petani sudah cukup.

f. Tenaga Kerja (X6)

Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani ubi jalar memiliki

peranan yang penting, karena tenaga kerja ini merupakan pelaku dari kegiatan

usahatani. Nilai koefisien regresi dari penggunaan tenaga kerja mencapai 0,4677

dan berpengaruh nyata pada taraf α 4,3 persen. Nilai koefisien regresi ini

menunjukkan bahwa input tenaga kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap

produksi ubi jalar, artinya jika terjadi penambahan input tenaga kerja sebesar satu

persen maka akan meningkatkan produksi ubi jalar sebesar 0,4677 persen, dengan

asumsi variabel lain tetap (cateris paribus). Elastisitas yang positif menunjukkan

bahwa penggunaan bibit berada pada daerah rasional (Daerah II).

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari petani responden, bahwa

tenaga kerja menjadi salah satu komponen dengan biaya yang relatif lebih tinggi

daripada komponen lainnya. Peranan tenaga kerja dibutuhkan dalam setiap

aktivitas usahatani ubi jalar mulai dari persiapan lahan sampai pada kegiatan

panen yang akan menjaga dan meningkatkan produksi ubi jalar. Kegiatan

persiapan lahan membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dan mempunyai

keterampilan khusus. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh nyata dari

penggunaan variabel tenaga kerja.

Page 93: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ubi jalar: studi ... · Jalar Di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Produksi Ubi Jalar di Kelompok Tani Hurip Desa Cikarawang adalah sebagai

berikut:

1. Faktor-faktor produksi yang mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi

ubi jalar yaitu pupuk kandang, tenaga kerja dan KCL, adapun faktor produksi

yang tidak berpengaruh nyata yaitu bibit, urea dan TSP.

2. Pada usahatani ubi jalar yang diusahakan petani menghasilkan pendapatan

atas biaya tunai per periode tanam per rata-rata luas lahan petani responden

(0,24 hektar) sebesar Rp 1.446.746,01, dan pendapatan atas biaya total

sebesar Rp 760.349,4365. Sedangkan pendapatan tunai dan total setelah

dikonversi ke dalam satu hektar sebesar Rp 6.028.108,34 dan Rp

3.168.122,65. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani ubi jalar dari

sejumlah petani responden di Kelompok Tani Hurip dikatakan

menguntungkan. Hal ini dapat dilihat pada nilai R/C rasio lebih dari satu.

Nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total, yaitu masing-

masing sebesar 2,96 dan 1,51.

8.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan serta kesimpulan, maka disarankan:

1. Upaya untuk meningkatkan pendapatan usahatani ubi jalar dapat dilakukan

salah satunya dengan cara memperhatikan penggunaan faktor-faktor produksi

yang mempengaruhi produksi ubi jalar. Variabel yang memiliki nilai

koefisien regresi positif dan berpengaruh nyata seperti pupuk kandang, tenaga

kerja, urea dan KCL penggunaannya masih dapat ditambahkan. Hal ini

dikarenakan setiap penambahan dari penggunaan pupuk kandang, tenaga

kerja dan KCL dapat meningkatkan produksi ubi jalar.

2. Penggunaan bibit, urea dan TSP hendaknya penggunaannya tidak ditambah

lagi, karena variabel yang memiliki nilai koefisien regresi yang negatif

apabila dilakukan penambahan akan mengurangi jumlah produksi ubi jalar.