Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Peningkatan Gula Darah Sebagai Resiko Diabetes

download Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Peningkatan Gula Darah Sebagai Resiko Diabetes

of 20

description

blok 26spss

Transcript of Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Peningkatan Gula Darah Sebagai Resiko Diabetes

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kadar Glukosa Darah Sebagai Resiko Diabetes Melitus Di Wilayah Tanjung Duren Utara dan Selatan

1

Daftar Isi

Daftar Isi(i)Abstrak(ii)BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang11.2 Permasalahan 11.3 Tujuan Penelitian21.4 Manfaat penelitian2BAB II TINJAUAN PUSTAKA3BAB III METODE PENELITIAN3.1 Desain penelitian 73.2Pengumpulan data dan tempat pengumpulan data73.3Analisa data73.4Populasi dan sampel73.5Variabel7BAB IV HASIL PENELITIAN9BAB VPEMBAHASAN18BAB VIKESIMPULAN .20DAFTAR PUSTAKA

AbstrakDi negara yang maju dan berkembang pola dan gaya hidup semakin kurang baik, banyaknya teknologi yang mudah dijangkau tanpa harus bergerak banyak menyebabkan penurunan aktifitas fisik dan penambahan berat badan hal ini tentu sangat berpengaruh pada faktor resiko diabetes melitus. Diabetes Melitus (DM tipe 2) merupakan salah satu masalah kesehatan. Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang di dunia. Faktor-faktor lain berupa jenis kelamin, usia, serta tinggi badan juga akan mempengaruhi peningkatan kadar gula darah sebagai resiko diabetes mellitus. IMT (Index Massa Tubuh) yang berlebihan atau obesitas juga merupakan salah satu faktor beresiko diabetes mellitus sekitar 7,14 kali lebih besar dibandingkan dengan IMT normal atau orang yang tidak obesitas. Diabetes mellitus sendiri jarang terdiagnosis dini, lebih sering terdiagnosis ketika gejala klinis yang sudah nyata pada pasien seperti polidipsi, poliuri, dan polifagia, oleh karena itu pentingnya untuk skrining awal dengan menggunakan pengukuran gula darah, umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan dan IMT serta aktifitas fisik untuk mengetahui seberapa besar seseorang berisiko untuk terkena diabetes mellitus.Kata kunci: Faktor resiko DM tipe 2, Skrinning awalAbstractIn the state of being developed and developing lifestyle are getting worse, technology many an accessible without having to move in multitudes caused a decline in physical activity and the addition of weight it is certainly a major influence on risk factors diabetes mellitus .Diabetes mellitus ( DM type 2 ) is one of health problems. Data from global study shows that the amount of patient diabetes mellitus in 2011 has reached 366 million people around the world .Other factors in the form of sex , age , as well as body height will also affect elevated levels of blood sugar as the risk of diabetes mellitus . BMI that is exaggerated or obesity also is one of the risk of diabetes mellitus about 7,14 times larger than normal with bmi or one who does not obesity. Early diagnosed of Diabetes mellitus is so rare, Diagnosed of Diabetes mellitus determined when clinical symptoms in patients is appear such as polidipsy, poliury, and polyfagia , because of that its so important to ealy diagnosed by using the measurement of blood sugar , age , sex , height , weight and bmi as well as physical activity to know how much someone risky to affected by diabetes mellitus.Keyword: the risk factor of diabetes mellitus, early screening

19

Bab IPendahuluan1.1 Latar belakangDiabetes mellitus atau yang dikenal awam dengan istilah kencing manis merupakan penyakit yang paling sering dan banyak kita jumpai dengan prevalensi di dunia sekitar 4% baik pada perempuan maupun laki-laki dalam berbagai usia. Diperkirakan pada tahun 2025 bisa mencapai 5,4%. Di Indonesiapun diperkirakan prevalensinya akan terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang serba maju serta praktis. Peningkatan maupun penurunan kadar glukusa darah dipengaruhi oleh faktor endogen (mis:hormonal) dan eksogen (mis: lifestyle yang kurang sehat). Konsumsi makanan cepat saji terutama diindonesia terutama daerah yang mengalami akulturasi dan peningkatan teknologi membuat kemudahan dalam melakukan berbagai aktifitas tentunya berdampak kepada aktifitas fisik seperti berolahraga serta berdampak pula pada berat badan dan index massa tubuhnya. Perubahan ini sudah dapat kita rsakan pada daerah perkotaan dan sudah mulai merambah ke daerah pinggiran kota. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan diri sendiri dapat memperburuh kondisi mereka dan dapat terpicunya berbagai penyakit non infeksi dan kronis seperti diabetes mellitus dan tak memungkinkan juga hipertensi. Diagnosis dini pada penderita diabetes mellitus sangat jarang, paling sering diagnosis terjadi jika sudah ada gejala klinis yang muncul. Maka dari itu sangat perlu kita lakukan skrinning awal resiko penyakit diabetes mellitus agar bisa mencegah komplikasi diabetes mellitus yang akan terjadi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup si penderita tersebut. Deteksi dini dapat kita lakukan kepada orang-orang yang memiliki factor resiko baik oleh karena pola hidup yang tidak sehat maupun factor keturunan. Skrinning diabetes mellitus dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu. selain itu keberhasilan mencegah timbulnya diabetes mellitus dan peningkatan gula darah tergantung pada perilaku masyarakat itu sendiri.11.2 PermasalahanBerdarsarkan paa latar belakang adapun masalah yang dapat dirumuskan penulis ialah sebagai berikut: apakah ada hubungan antara kadar gula darah sebagi resiko diabetes mellitus dengan jenis kelamin?, apakah ada hubungan antara kadar gula darah sebagai resiko diabetes mellitus dengan usia?, apakah ada hubungan antara kadar gula darah sebagai resiko diabetes melitus dengan tinggi badan, berat badan dan IMT?, apakah ada hubungan antara kadar gula darah sebagai resiko diabetes mellitus dengan aktifitas fisik? 1.3 Tujuan penelitianPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor resiko diabetes mellitus, khususnya faktor yang berupa jenis kelamin, usia, tinggi badan, berat badan, IMT, dan aktivitas fisik serta GDS. Pentingnya skriining awal diabetes mellitus dengan mengukur gula darah sewaktu dengan factor yang mempengaruhi jenis kelamin, usia, tinggi badan, berat badan, IMT dan aktifitas fisik.1.4 Manfaat penelitianSebagai bahan untuk melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor resiko diabetes mellitus. Sebagai informasi kepada pembaca pentingnya untuk deteksi awal/skrinning diabetes melitus untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut.

Bab IITinjauan Pustaka2.1 Hubungan jenis kelamin dengan resiko diabetes mellitusHasil penelitian hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian DM Tipe 2, prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes mellitus tipe2. Adapun hasil penelitian juga yang dilakukan beberapa peneliti ditemukan sebanyak 138 pasien DM tipe-2 di Poliklinik Endokrin RSU Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Dari 138 kasus tersebut,78 pasien (57%) adalah wanita dan 60 pasien (43%) adalah pria. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kolombo, Sri Lanka terhadap pasien penderita DM tipe-2 bahwa pasien yang terbanyak menderita DM tipe-2 yaitu pada wanita dibanding pria. Dari kedua penelitian yang didapatkan bahwa perempuan lebih beresiko terpajan DM dibandingkan laki-laki.2,3,42.2 Hubungan usia dengan resiko diabetes mellitusPenelitian antara umur dengan kejadian diabetes mellitus menunjukan adanya hubungan yang signifikan. Kelompok umur < 45 tahun merupakan kelompok yang kurang berisiko menderita DM Tipe 2. Risiko pada kelompok ini 72 persen lebih rendah dibanding kelompok umur 45 tahun. Penelitian Iswanto (2004) juga menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian diabetes mellitus. Selain itu, studi yang dilakukan Sunjaya (2009) juga menemukan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita diabetes mellitus adalah kelompok umur 45-52 (47,5%). Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel pancreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin. Penelitian lain menunjukkan bahwa responden yang memiliki umur 45 tahun merupakan responden dengan persentase paling besar (56,3%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Awad (2011) yang menunjukkan peningkatan jumlah pasien DM Tipe 2 pada pasien yang berumur lebih dari 50 tahun. Hasil Riskesdas tahun 2007 juga menunjukkan bahwa jumlah penderita DM di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur.2,52.3 Hubungan tinggi badan, berat badan dan IMT dengan resiko diabetes mellitusIndeks masa tubuh mempunyai hubungan yang signifikan dengan diabetes mellitus. Dimana IMT memiliki nilai sebagai berikut 30%) sebanyak enam pasien (5,77%).Menurut CDC, di Amerika penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, tetapi faktor gaya hidup seperti kelebihan berat badan atau tidak berolahraga sangat terkait dengan perkembangan diabetes tipe-2. Peningkatan obesitas dan diabetes terus terjadi pada jenis kelamin baik perempuan dan laki-laki, pada semua umur, pada semua ras, semua tingkat pendidikan dan perokok. Obesitas merupakan faktor resiko tinggi pada beberapa penyakit yang berat. Obesitas dan diabetes sering menyebabkan kesakitan dan kematian di America. Bukti dari beberapa studi kasus menyatakan bahwa obesitas dan penambahan berat badan dapat meningkatkan resiko diabetes. Setiap tahun sekitar 300.000 jiwa penduduk dewasa amerika meninggal meningga oleh karena berkenaan dengan kasus obesitas dan diabetes.2,5,6

2.4 Hubungan resiko diabetes dengan aktifitas fisikAktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM. Hasil penelitian hubungan menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM Tipe 2. Orang yang aktivitas fisik sehari-harinya berat memiliki risiko lebih rendah untuk menderita DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang aktifitas fisik sehari-harinya ringan Kebanyakan pasien dengan diabetes memiliki aktivitas fisik yang rendah. Aktifitas fisik yang baik dilakukan kurang lebih sekitar 30 menit per hari dilakukan minimal seminggu 3 kali. Adanya pengaruh indek masa tubuh terhadap diabetes mellitus ini disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan factor risiko dari obesitas. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya Asam Lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel. Peningkatan FFA ini akan menurunkan translokasi transporter glukosa ke membrane plasma, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulinpada jaringan otot dan adipose.7-9Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria: mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL, mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL atau kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dL serta pemeriksaan HbA1C 6.5%. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien. Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam. TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan. Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang termasuk ke dalamnya adalah Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 125 mg/dL dan kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140 mg/dL Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 199 mg/dL.10

Bab IIIMetodologi penelitian3.1 Desain penelitianAdapun penelitian ini adalah bersifat analitik dengan desain/pendekatan cross sectional, dimana pengumpulan data dan pengukuran variabel penelitian dilakukan pada saat yang sama.3.2 Pengumpulan data dan tempat pengumpulan dataCara pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara (Jenis kelamin, usia, aktivitas fisik), pemeriksaan antropometrik (TB, BB, dan IMT) dan GDS untuk data primer. Data ini diambil pada saat dilakukannya baksos skrining Diabetes melitus di sekitar wilayah Tanjung duren utara dan selatan.3.3 Analisa dataAnalisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi pada tiap variabel dalam penelitian. Analisa bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar gula darah dan aktivitas fisik menggunakan uji statistik ChiSquare( X2). Analisa dilakukan pada tingkat kemaknaan 95% (=0,05) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik menggunakan uji SPSS versi.3.4 Populasi dan sampelPopulasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang berada ditanjung duren selatan dan utara yang mengunjungi baksos skrinning diabetes mellitus dan berusia >20 tahun sebanyak 256 orang. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode random sampling, dengan jumlah sampel 110 masyarakat dewasa > 20 thn.3.5 Variabel penelitianDalam penelitian ini terdapat berbagai variabel yang akan diteliti yaitu: sex/jenis kelamin terbagi menjadi 2 yaitu perempuan dan laki-laki. Data diperoleh secara langsung dan akan dikategorikan menjadi 2 kategori (0) perempuan dan (1) laki-laki. Umur hasil pengurangan dari tanggal bulan dan tahun pengunjung ketika melakukan skrinning DM pada baksos daerah tanjung duren dengan tanggal bulan dan tahun kelahirannya, dikategorikan menjadi 2 yaitu (0) tidak beresiko