Fadhilah Amal

101
PIKIR SESAAT UNTUK AGAMA HAK CIPTA DI LINDUNGI OLEH ALLAH SWT TIDAK DILARANG KERAS Mengcopy, Memperbanyak, Mengedarkan Untuk Kemaslahatan Ummat

description

amal

Transcript of Fadhilah Amal

Page 1: Fadhilah Amal

PIKIR SESAAT

UNTUK AGAMA

HAK CIPTA DI LINDUNGI OLEH ALLAH SWTTIDAK DILARANG KERAS

Mengcopy, Memperbanyak, Mengedarkan

Untuk Kemaslahatan Ummat

Page 2: Fadhilah Amal

FADHILAH AMAL

Fadhilah Al-Qur’an

Adab-adab Membaca Al-Qur’an.

Kewajiban bagi para pembaca Al Qur’an adalah memperhatikan tata cara membaca Al

Qur’an. Seperti dikatakan dalam sebuah syair :

“Tanpa adab, seseorang akan kehilangan keutamaan dari Allah SWT”

Hendaknya tertanam dalam hati kita bahwa Al Qur’an ini benar-benar sebagai firman

Allah SWT yang kita sembah, sebagai perkataan Dzat yang kita cintai dan kita cari. Bagi

seseorang yang telah merasakan cinta tentu mengetahui nilai surat cinta, tulisan atau ucapannya,

yang benar-benar terasa di dalam hati. Perasaan dan gelora cinta yang ada pada saat itu tidak

mungkin dapat dirumuskan dengan kata-kata. Seperti seorang shahabat Nabi, Ikrimah RA, jika

hendak membaca Al Qur’an, setiap kali akan membuka lembaran-lembaran Al Qur’an, maka ia

hamper jatuh pingsan sambil mengucapkan kata-kata,” Haadza kalamu Rabbi….hadzaa kalamu

Rabbi ( Ini adalah perkataan Tuhanku, ini adalah perkataan Tuhanku )”.

Seorang ahli sufi mengatakan barangsiapa selalu menyadari kekurangannya dalam

melaksanakan adab, maka ia akan bertambah dekat dengan Allah SWT. Dan sebaliknya,

barangsiapa merasa cukup dan ujub, maka akan bertambah jauh dari peningkatan.

Alim ulama telah menulis, ada enam ( 6 ) adab lahiriyah dan enam adab bathiniyyah

dalam membaca Al Qur’an.

Adab Lahiriyyah:

Page 3: Fadhilah Amal

1. Sebelum menyentuh dan membaca Al Qur’an, hendaknya berwudhu dan bersiwak

terlebih dahulu. Membaca dengan penuh rasa hormat, duduk di tempat yang sepi dan

menghadap kiblat.

2. Tidak membacanya terlalu cepat, tetapi dibaca dengan tajwid dan tartil.

3. Berusaha menangis, walaupun terpaksa berpura-pura menangis.

4. Jika menjumpai ayat-ayat rahmat, hendaknya berdoa untuk mengharapkan ampunan

dan rahmat-Nya. Sebaliknya jika menjumpai ayat-ayat adzab dan ancaman Allah

SWT, hendaknya kita meminta perlindungan kepada-Nya, karena tidak ada penolong

selain Allah SWT. Jika kita menemukan ayat tentang kebesaran dan kemuliaan Allah

SWT, maka ucapkanlah Subhanallah.

5. Jika dikhawatirkan akan menimbulkan riya’ atau mengganggu orang lain, sebaiknya

membacanya dengan suara yang pelan. Jika tidak, sebaiknya membacanya dengan

suara yang keras.

6. Bacalah dengan suara yang merdu, tetapi bukan dengan nyanyian. Banyak hadits

yang menganjurkan agar membaca Al Qur’an dengan suara merdu.

Adab Batiniyah:

1. Mengagungkan Al Qur’an di dalam hati sebagai kalam yang tertinggi.

2. Memasukkan keagungan Allah SWT dan kebesaran-Nya karena Al Qur’an adalah

kalam-Nya.

3. Menjauhkan rasa bimbang dan ragu dari hati kita.

4. Membacanya dengan merenungkan makna setiap ayat dengan penuh kenikmatan.

Rasullullah SAW pernah berdiri sepanjang malam sambil berulang-ulang membaca

ayat;

Page 4: Fadhilah Amal

“Jika Engkau mengadzab mereka, mereka itu adalah hamba-Mu. Dan jika Engkau

mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Perkasa dan Maha

Bijaksana.” (QS Al Maaidah 118)

Pada suatu malam, Sa’id bin Jubair rah membaca satu ayat dari surat Yaa Siin hingga

tiba waktu shubuh;

“ Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir), ‘Berpisahlah kamu dari (orang-orang

mukmin) pada hari ini, wahai orang-orang yang berbuat

jahat.” (QS Yaa Siin:59)

5. Hati kita mengikuti ayat-ayat yang kita baca. Misalnya jika kita membaca ayat-ayat

rahmat, hendaknya hati kita merasa gembira dan senang. Sebaliknya ketika membaca

ayat-ayat adzab, hati kita hendaknya merasa takut.

6. Telinga benar-benar ditawajuhkan seolah-olah Allh sendiri sedang berbicara dengan

kita dan kita sedang mendengarkannya.

Satu hal penting yang perlu diperhatikan bahwa MENGHAFAL BEBERAPA ayat Al

Qur’an untuk dapat menunaikan sholat hukumnya fardhu ‘ain. Sedangkan MENGHAFAL

KESELURUHAN ayat Al Qur’an, hukumnya fardhu kifayah. Jika tidak ada seorangpun yang

hafizh Al Qur’an, maka seluruh kaum muslimin berdosa. Mulla Ali Qari Rah meriwayatkan dari

Az Zarkasyi Rah bahwa ia berkata,” Jika dalam satu kampung atau kota tidak ada seorangpun

penduduknya yang membaca Al Qur’an, maka semua penduduk kampung itu berdosa.

Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.

Hadits ke-2

Dari Abu Sa’id r.a., bersabda Rasulullah saw, “ Rabb Tabaraka wa Ta’ala berfirman,’

Barangsiapa disibukkan dengan Al Qur’an daripada berdzikir dan berdoa kepada-Ku, niscaya

Aku berikan kepadanya sesuatu yang terbaik yang Aku berikan kepada orang yang meminta

Page 5: Fadhilah Amal

kepada-Ku. Dan keutamaan Kalamullah terhadap kalam lainnya seperti keutamaan Allah

terhadap makhluk-Nya. “ (Tirmidzi, Darami, Baihaqi )

Penjelasan:

Seseorang yang sibuk menghafal, mempelajari atau memahami Al Qur’an sehingga ia

tidak sempat berdoa, maka Allah swt akan memberinya sesuatu yang lebih utama daripada yang

telah diberikan kepada orang yang berdoa. Sebagaimana dalam urusan keduniaan, jika seseorang

akan membagikan kue atau makanan kepada orang banyak, lalu ia memilih seseorang untuk

membagikannya. Maka bagian kue untuk orang yang bertugas membagikan, akan disisihkan

terlebih dahulu. Mengenai kesibukkan orang yang selalu membaca Al Qur’an, telah disebutkan

di dalam hadits lain bahwa Allah swt akan mengaruniakan kepadanya pahala yang lebih baik

daripada pahala orang yang selalu bersyukur.

Hadits ke-3

Dari Uqbah bin Amir r.a., ia berkata, “ Rasulullah saw keluar dan menemui kami di

shuffah. Beliau bersabda, “ Siapakah di antara kalian yang suka setiap pagi pergi ke pasar

Buthan atau Aqiq, kemudian pulang membawa dua ekor unta betina yang berpunuk besar tanpa

berbuat dosa atau memutuskan silaturahmi?’ Maka kami menjawab, ‘ Ya Rasulullah, setiap kami

menyukainya.’ Sabda Beliau, ‘Mengapa salah seorang dari kalian tidak pergi pada pagi hari ke

masjid lalu belajar atau membaca dua ayat Al Qur’an ( padahal ) itu lebih baik baginya daripada

dua ekor unta betina, tiga ayat lebih baik daripada tiga ekor unta betina, empat ayat lebih baik

daripada empat ekor unta betina dan seterusnya, sejumlah ayat yang dibaca mendapat sejumlah

unta yang sama.” (Muslim, Abu Dawud ).

Penjelasan:

Shuffah adalah sebuah lantai khusus di Masjid Nabawi, tempat orang-orang miskin

Muhajirin tinggal di sana. Jumlah shahabat ahlush-shuffah selalu berubag dari waktu ke waktu.

Allamah As-Suyuthi rah telah menulis seratus satu nama shahabat yang tinggal di suffah dan ia

Page 6: Fadhilah Amal

menulis tentang mereka di dalam risalah tersendiri. Sedangkan Buthan dan Aqiq adalah nama

dua tempat di Madinah sebagai pasar perdagangan unta. Orang Arab sangat menyukai unta,

terutama unta betina yang berpunuk besar.

Maksud ‘tanpa berbuat dosa’ adalah tanpa suatu usaha. Bukan sebagaimana harta

seseorang yang dapat bertambah banyak melalui pemerasan atau mencuri dari orang lain, atau

dari merampas warisan sesama saudara. Oleh sebab itu, Rasulullah saw menafikkan semua cara

itu, yaitu tanpa bersusah payah sama sekali atau berbuat dosa. Semua orang tentu senang

memperolehnya, tetapi disebutkan bahwa mempelajari beberapa ayat Al Qur’an itu lebih baik

dan lebih utama daripada mendapatkan semua itu. Hendaknya kita meyakini bahwa seekor atau

dua ekor unta sama sekali tidak sebanding, bahkan walaupun dibandingkan dengan satu kerajaan

seluas tujuh benua, semua pasti akan ditinggalkan. Jika bukan hari ini, tentu pada hari esok,

ketika maut menjemput, pasti semuanya terpaksa harus berpisah. Sebaliknya pahala membaca

satu ayat Al Qur’an akan bermanfaat selama-lamanya. Dalam urusan keduniaan kita dapat

menyaksikan bahwa seseorang yang diberi satu rupiah tanpa beban tanggung jawab apapun, akan

lebih senang daripada dipinjami seribu rupiah agar disimpan olehnya, tetapi kelak akan diambil

kembali lagi karena ia terbebani amanah tanpa mendapatkan manfaat apapun.

Inti maksud hadits di atas adalah mengingatkan kita akan perbandingan sesuatu yang fana

dengan yang abadi. Ketika seseorang diam atau bergerak, hendaknya selalu berpikir apakah

dirinya sedang berbuat sesuatu yang sementara dan sia-sia, atau sesuatu yang kekal dan

bermanfaat? Betapa rugi waktu yang hanya digunakan untuk mencari bencana yang abadi.

Kalimat terakhir dalam hadits di atas menyebutkan bahwa jumlah yang sama tetap lebih utama

daripada jumlah untanya. Kalimat itu mengandung tiga maksud, yaitu:

1. Hanya sampai jumlah empat. Masalah ini telah dijelaskan dengan terperinci. Dan

selebihnya disebutkan secara umum bahwa semakin banyak ayat itu dibaca, akan

lebih utama daripada sejumlah unta yang sama. Adapun unta yang dimaksud adalah

semua jenis unta, baik jantan maupun betina. Disebutkan hingga jumlah keempat

agar dapat dibayangkan bagaimana jika lebih dari empat.

2. Jumlahnya sama dengan yang disebutkan dalam hadits di atas, tetapi untanya

bergantung pada selera masing-masing. Ada yang menyukai unta betina, ada yang

Page 7: Fadhilah Amal

menyukai unta jantan. Oleh sebab itu, Nabi saw menegaskan bahwa satu ayat lebih

berharga daripada seekor unta betina. Jika seseorang menyukai unta jantan, artinya

satu ayat lebih baik daripada seekor unta jantan.

3. Keterangan di atas hanya untuk jumlah tersebut, tidak lebih dari empat. Jika

dibandingkan dengan maksud kedua, maka bukan saja lebih baik daripada unta

betina atau jantan, tetapi lebih baik daripada keduanya. Jelasnya, membaca satu ayat

lebih baik daripada sepasang unta jantan dan unta betina. Demikianlah seterusnya,

setiap ayat lebih utama daripada sepasang unta. Ayah Maulana Zakariyya

( Nawwarullah Marqodahu ) lebih menyetujui pendapat ini, sebab lebih banyak

keutamaannya. Walaupun demikian, tetap tidak dapat disamakan antara membaca

satu ayat Al Qur’an dengan satu ekor atau dua ekor unta, ini sekedar peringatan dan

contoh. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa satu ayat Al Qur’an akan memperoleh

pahala abadi yang lebih utama dan lebih baik daripada kerajaan seluas tujuh benua

yang fana ini.

Mulla Ali Qari rah menulis tentang seorang syaikh yang sedang bersafar. Ketika tiba di

Jeddah, ia diminta oleh para pengusaha kaya agar tinggal lebih lama di tempat mereka, agar

dengan keberkahan syaikh, harta dan perniagaan mereka mendapat keuntungan. Maksudnya,

para pelayan syaikh juga akan mendapatkan bagian dari keuntungan perniagaannya tersebut.

Pada mulanya syaikh menolak tawaran mereka, tetapi setelah didesak terus, akhirnya syaikh

berkata, “ Berapakah keuntungan tertinggi dari perniagaan kalian?” Jawab mereka,” Penghasilan

kami berbeda, setidaknya kami mendapatkan keuntungan dua kali lipat.” Kata syaikh, “ Kalian

telah bersusah payah untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit. Aku tidak menghendaki

keuntungan yang sedikit ini, sehingga harus kehilangan shalatku di Masjidil Haram, yang

pahalanya dilipatgandakan sampai seratus ribu kali lipat.”

Pada hakikatnya, kaum muslimin hendaknya memikirkan betapa mereka telah

mengorbankan keuntungan agama demi mendapatkan keuntungan dunia yang sedikit ini.

Page 8: Fadhilah Amal

Hadits ke-4

Dari Aisyah r.ha., Rasulullah saw. Bersabda, “ Orang yang ahli dalam Al Qur’an akan

bersama para malaikat pencatat yang mulia lagi benar. Dan orang yang terbata-bata membaca Al

Qur’an serta bersusah payah ( mempelajarinya ), maka baginya pahala dua kali ( Bukhari,

Muslim, Abu Dawud ).

Penjelasan:

Yang disebut “ orang yang ahli dalam Al Qur’an’ adalah orang yang hafal Al Qur’an dan

senantiasa membacanya, apalagi dengan memahami arti dan maksudnya. Dan yang dimaksud

‘bersama-sama malaikat’ adalah ia termasuk golongan yang memindahkan Al Qur’anul Karim

dari Lauhul Mahfudz dan menyampaikan kepada orang lain melalui bacaannya. Dengan

demikian, keduanya memiliki pekerjaan yang sama. Juga dapat berarti : Ia akan bersama para

malaikat pada hari mahsyar nanti. Dan orang yang terbata-bata membaca Al Qur’an akan

memperoleh dua pahala: satu pahala karena bacaannya dan satunya lagi karena kesungguhannya

mempelajari Al Qur’an berkali-kali. Tetapi, bukan berarti pahalanya akan melebihi pahala ahli

Al Qur’an. Orang yang ahli membaca Al Qur’an tentu akan memperoleh derajat yang istimewa,

yaitu bersama para malaikat khusus. Maksud yang sebenarnya, bahwa dengan bersusah payah

mempelajari Al Qur’an akan menghasilkan pahala ganda, sehingga tidak semestinya kita

meninggalkan bacaan Al Qur’an, walaupun menghadapi kesulitan dalam membacanya.

Mulla Ali Qari rah meriwayatkan dari Thabrani rah dan Baihaqi rah, “ Barangsiapa

membaca Al Qur’an sedangkan ia tidak hafal, maka ia akan memperoleh pahala dua kali lipat.

Dan barangsiapa benar-benar ingin menghafal Al Qur’an tetapi tidak mampu, tetapi ia terus

membacanya, maka Allah swt akan membangkitkannya pada hari mahsyar dengan para hafiz Al

Qur’an.

Hadits ke-5

Page 9: Fadhilah Amal

Dari Ibnu Umar r.huma, Rasulullah saw. Bersabda, “ Tidak dibenarkan hasad ( iri hati ),

kecuali terhadap dua orang: Seseorang yang dikaruniai Allah ( kemampuan menghafal/

membaca) Al Qur’an, lalu ia membacanya malam dan siang hari. Dan seseorang yang dikaruniai

harta oleh Allah, lalu ia menginfaqkannya malam dan siang hari. “ (Bukhari, Muslim, Tirmidzi,

Nasa’I).

Penjelasan

Pada umumnya banyak dinukilkan dalam Al Qur’an dan hadits mengenai keburukan

hasad/ iri hati, yang hukumnya mutlak dilarang. Sedangkan menurut hadits di atas, ada dua jenis

orang yang kita dibolehkan hasad kepadanya. Disebabkan demikian banyak riwayat terkenal

mengenai keharamannya, maka alim ulama menjelaskan hasad dalam hadits ini dengan dua

maksud:

1. Hasad dengan makna risyk, yang dalam bahasa Arab disebut ghibthah. Adapun

perbedaan antara hasad dan ghibthah adalah: Hasad ialah jika seseorang mengetahui

ada orang lain yang memiliki sesuatu, maka ia ingin agar sesuatu itu hilang dari

orang tersebut, baik ia mendapatkannya atau tidak. Sedangkan ghibthah ialah

seseorang yang ingin memiliki sesuatu secara umum, baik orang lain kehilangan

ataupun tidak. Oleh karena itu, secara ijma’, hasad adalah haram. Dan alim ulama

mengartikan makna hadits di atas sebagai ghibthah yang dalam urusan keduniaan

dibolehkan, sedangkan dalam masalah agama adalah mustahab (lebih disukai).

2. Mungkin juga maksudnya digunakan sebagai pengandaian, yaitu seandainya hasad

itu boleh, maka hasad terhadap dua hal di atas tentu dibolehkan.

Hadits ke-6

Dari Abu Musa r.a., Rasulullah saw. bersabda,” Perumpamaan orang mukmin yang

membaca Al Qur’an seperti jeruk manis, baunya harum, rasa enak. Perumpamaan orang mukmin

yang tidak membaca Al Qur’an seperti kurma, tidak harum tetapi rasanya manis. Perumpamaan

orang munafiq yang membaca Al Qur’an seperti bunga raihan, baunya harum tetapi rasanya

Page 10: Fadhilah Amal

pahit. Dan perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca Al Qur’an seperti buah pare, tidak

berbau dan rasanya pahit.” ( Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Nasa’i, Tirmidzi )

Penjelasan:

Maksud hadits di atas adalah menunjukkan perbandingan antara sesuatu yang abstrak

dengan yang nyata, sehingga dapat lebih mudah dibedakan antara orang yang membaca Al

Qur’an dengan yang tidak membacanya. Padahal jelas bahwa kelezatan tilawah Al Qur’an jauh

berbeda dengan kelezatan apa pun di dunia ini, seperti jeruk dan kurma. Tetapi banyak rahasia di

balik analogi hadits di atas yang menjadi saksi terhadap luasnya ilmu Nubuwwah dan keluasan

pemahaman Nabi saw. Misalnya: Jeruk mengharumkan mulut, menguatkan pencernaan,

membersihkan lambung dan sebagainya. Semua manfaat itu secara khusus juga dihasilkan oleh

pembaca Al Qur’an, yaitu mewangikan mulut, membersihkan batin dan menguatkan keruhanian.

Salah satu keistimewaan buah jeruk/ limau lainnya adalah bahwa jin tidak dapat memasuki

rumah yang di dalamnya terdapat jeruk. Jika hal ini benar, ini merupakan keserupaan khusus

pada Al Qur’an. Pernah juga didapat suatu keterangan dari paramedis bahwa buah jeruk dapat

menguatkan ingatan. Dan menurut Ali r.a. dalam Kitab Al Ihya disebutkan bahwa 3 hal dapat

menguatkan ingatan;

1) Bersiwak,

2) Puasa,

3) Membaca Al Qur’an.

Dalam penutup hadits di atas, dalam riwayat Abu Dawud disebutkan bahwa sahabat yang

baik adalah seperti penjual minyak kasturi. Meskipun tidak memiliki kasturi, jika berdekatan

dengannya akan mendapatkan wanginya. Sahabat yang buruk adalah seperti tukang pandai besi.

Meskipun tidak terkena apinya, namun jika berdekatan dengannya akan terkenan asapnya. Oleh

sebab itu sangat penting untuk diperhatikan siapakah sahabat dan teman bergaul kita.

Page 11: Fadhilah Amal

Fadhilah Shalat

Muqaddimah

Kami memuji Allah swt, semoga shalawat serta salam tetap terlimpah ke atas Rasul-Nya

yang mulia, para shahabatnya, dan para pengikutnya yang mempertahankan agama yang haq.

Saya kira tidak perlu lagi diceritakan tentang sikap kaum muslimin dan muslimat yang telah

mengabaikan amalan serta ajaran Islam pada jaman ini. Shalat saja, sebagai tiang agama dan

bagian yang terpenting setelah iman serta amalan yang pertama akan ditanyakan pada hari hisab,

sudah benar-benar diabaikan. Lebih dari itu, suara seruan kepada agama Allah SWT tidak

sampai ke telinga manusia. Namun belajar dari pengalaman, saya akan tetap berusaha

menyampaikan sabda-sabda Nabi saw kepada manusia. Saya berharap agar hadits – hadits Nabi

saw ini berkesan di hati orang-orang yang akalnya masih bersih dan tidak menentang agama.

“ Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dari Allah swt. Hanya kepada Allah, aku

bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku kembali.” (QS Hud:88)

Pada masa ini, shalat kaum muslimin terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama

adalah orang-orang yang tidak mempedulikan sholat. Kelompok kedua adalah orang-orang yang

sholat tetapi melalaikan berjamaah. Dan kelompok yang ketiga adalah orang-orang yang sholat

berjamaah tetapi mengabaikan rukun-rukunnya dan mengerjakannya dengan kurang baik.

“……”

Syaikhul hadits Maulana Muhammad Zakariyya rah.

Hadits ke-1

Dari Ibnu Umar r.huma, ia berkata, Rasulullah saw bersabda,” Agama Islam dibangun

atas lima perkara: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan

Page 12: Fadhilah Amal

utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji dan shaum di bulan Ramadhan.”

(Bukhari, Muslim- At Targhib)

Penjelasan:

Kelima hal di atas adalah azas iman terbesar dan rukun yang terpenting. Agama Islam

diibaratkan oleh Rasulullah saw seperti sebuah kemah yang disangga oleh lima buah tiang. Tiang

tengahnya adalah kalimat syahadat dan empat tiang lainnya adalah tiang-tiang pendukung pada

keempat penjuru kemah itu. Tanpa tiang tengah, kemah tersebut tidak akan dapat berdiri tegak.

Apabila salah satu dari keempat tiang lainnya itu tidak ada, kemah masih tetap dapat berdiri,

tetapi sudut yang tidak bertiang itu akan menjadi miring dan mungkin akan rubuh. Berdasarkan

hadits di atas, marilah kita lihat diri kita sendiri, sejauh manakah kita telah menegakkan Islam

ini? Benrkah kita telah menegakkan setiap tiangnya dengan sempurna?

Kelima tiang dalam hadits di atas adalah sangat penting, sehingga ditetapkan sebagai

azas-azas Islam. Oleh sebab itu, dengan kedudukannya sebagai seorang muslim, maka sangat

penting bagi kita untuk memperhatikan urusan sholat, mengingat masalah yang terpenting

setelah iman adalah masalah shalat. Abdullah bin Mas’ud r.huma berkata, “ Saya pernah

bertanya kepada Rasulullah saw, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah swt? Beliau

menjawab,’ Shalat’. Saya bertanya lagi,’ Lalu apa?’ Beliau menjawab,’ Berbuat baik kepada

kedua orang tua.’ Kemudian saya bertanya lagi,’ Lalu apa?’ Jawab Beliau,’ Jihad.’ “

Mulla Ali Qari rah.a menyatakan bahwa alim ulama telah menjadikan hadits ini sebagai

dalil bahwa shalat adalah kewajiban yang terpenting setelah iman. Hal ini diperkuat lagi dengan

sabda Rasulullah saw

“Shalat adalah sebaik-baik ketetapan amal (untuk hamba-Nya).”

Selain hadits di atas, masih banyak hadits lainnya yang menjelaskan bahwa amal manusia

yang terbaik adalah shalat. Di dalam kitab Jamiush Shaghir disebutkan lima orang shahabat yang

telah meriwayatkan hadits di atas, yaitu Tsauban, Ibnu Umar, Salamah, Abu Umamah dan

Ubadah R.hum. Ibnu Mas’ud dan Anas ra meriwayatkan bahwa amal yang paling utama adalah

shalat tepat pada waktunya. Ibnu Umar rhuma dan Ummu Farwah rha juga meriwayatkan bahwa

Page 13: Fadhilah Amal

shalat pada awal waktu adalah amal yang paling utama. Semua hadits ini memperkuat maksud

hadits di atas.

Hadits ke-2

Dari Abu Dzar r.a., sesungguhnya Rasulullah saw pernah keluar dari rumahnya ketika

musim dingin dan daun-daun berguguran. Beliau mengambil setangkai ranting pohon, sehingga

daun-daunnya mulai berguguran. Beliau bersabda, “Wahai Abu Dzar!” Abu Dzar menyahut,”

Labbaik ya Rasulullah!” Sabda Beliau,” Sesungguhnya seorang muslim yang menunaikan

shalatnya semata-mata karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran darinya sebagaimana

daun-daun ini gugur dari rantingnya.” (Ahmad- At Targhib)

Penjelasan:

Pada musim dingin, biasanya daun-daun berguguran dari pohonnya sehingga ada pohon

yang daunnya tidak tersisa sedikitpun. Itulah perumpamaan hasil shalat yang dilakukan dengan

ikhlas, yakni segala dosa akan diampuni tanpa satu dosa pun yang tertinggal. Menurut sebagian

ulama, hanya dosa-dosa kecil saja yang dapat diampuni melalui shalat, sedangkan dosa-dosa

besar tidak dapat diampuni tanpa bertaubat. Oleh sebab itu, di samping mengerjakan shalat,

hendaknya kita selalu bertaubat dan beristighfar, jangan sampai kita melalaikannya. Sedangkan

jika Allah swt mengampuni dosa-dosa besar karena kemurahannya, itu adalah perkara lain.

Hadits ke-3

Dari Abu Utsman ra, ia berkata,” Saya dan Salman r.a. berada di bawah sebatang pohon,

lalu ia mengambil sebatang ranting kering dari pohon itu dan mengguncang-guncangkannya

sehingga daun-daunnya berguguran. Ia berkata, ‘Hai Abu Utsman, mengapa engkau tidak

bertanya kepada saya, mengapa saya berbuat begini?” Saya bertanya,’ Mengapa engkau berbuat

demikian?’ Jawabnya,’ Beginilah Rasulullah saw melakukannya di hadapan saya ketika saya

bersama Beliau di bawah sebatang pohon. Beliau mengambil ranting kering dan

mengguncangkannya sehingga daun-daunnya berguguran. Lalu Beliau bersabda,’ Wahai Salman,

mengapa kamu tidak bertanya kepadaku, mengapa aku berbuat begini?’ Saya bertanya,’

Page 14: Fadhilah Amal

Mengapa Engkau berbuat demikian?’ Sabda Beliau,’ Sesungguhnya jika seorang muslim

berwudhu dengan sempurna, kemudian shalat lima waktu, niscaya dosa-dosanya gugur

sebagaimana daun-daun ini berguguran.’ Dan Beliau membacakan satu ayat yang artinya, “ Dan

dirikanlah shalat pada kedua tepi siang ( pagi dan petang ) dan pada sebagian permulaan malam,

sesungguhnya amal kebaikan menghapuskan amal kejahatan. Itulah peringatan bagi orang-orang

yang mau ingat (kepada Allah).” (QS Hud: 114). (HR Ahmad, Thabrani, Nasa’i ).

Penjelasan:

Perbuatan Salman ra yang ia tunjukkan dalam hadits di atas merupakan sebagian kecil

dari bukti rasa cinta para shahabat r.hum kepada Nabi saw. Siapapun yang mencintai orang lain,

ia akan meniru tingkah laku orang yang dicintainya. Orang yang telah merasakan manisnya

cinta, tentu memahami hakikat ini dengan baik. Begitu juga para shahabat, mereka sering

mengulaingi sabda-sabda Nabi saw dengan menirukan perbuatan Beliau ketika Beliau

menerangkannya.

Hadits-hadits mengenai pentingnya shalat dan ampunan dosa bagi yang mengerjakannya

tidak terhitung banyaknya, sehingga sulit untuk disebutkan semuanya di sini. Alim ulama telah

membatasi pengampunan tersebut pada dosa-dosa kecil saja, sebagaimana kita telah ketahui

sebelumnya. Padahal, di sini tidak ada pembatasan dosa kecil atau dosa besar, tetapi mutlak

disebutkan dosa-dosa saja.

Syaikh Maulana Muhammad Yahya rah ( ayah Maulana Zakariyya- pengarang )

memberikan dua penjelasan ketika mengajarkan bab ini:

1. Menanggung dosa besar adalah sesuatu yang jauh dari diri seorang muslim. Adanya

perbuatan dosa besar pada dirinya adalah sesuatu yang sulit terjadi. Dan seandainya

terjadi, maka jiwa seorang muslim tidak akan tenang sebelum ia bertaubat. Dan

tuntutan kemusliman seseorang adalah, jika ia berbuat dosa besar, ia harus benar-

benar menyesali perbuatannya, dan tidak akan merasa tenang sebelum ia mensucikan

dirinya dengan bertaubat. Adapun dosa-dosa kecil, kadangkala tidak begitu

diperhatikan dan dipedulikan sehingga masih menjadi tanggungannya, yang dengan

shalat dan amal ibadah lainnya, dosa-dosa kecil itu akan diampuni.

Page 15: Fadhilah Amal

2. Seseorang yang shalat dengan ikhlas dan menunaikan adab serta sunnahnya berarti ia

sudah bertaubat dan beristighfar beberapa kali, sebab di akhir bacaan tahiyat terdapat

doa yang berbunyi:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku dengan aniaya yang

banyak. Tiada yang sanggup mengampuni dosa-dosa selain Engkau. Maka ampunilah aku

dengan ampunan dari-Mu dan sayangilah aku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.”

Di dalam hadits di atas, kita juga dianjurkan untuk menyempurnakan sunnat wudhu

dengan memperhatikan adab dan sunnah-sunnah wudhu. Adapun salah satu sunnahnya adalah

bersiwak. Bersiwak adalah salah satu sunnah wudhu yang sering diabaikan. Padahal disebutkan

dalam hadits, “ Dua rakaat dengan bersiwak terlebih dahulu lebih utama daripada tujuh puluh

rakaat tanpa bersiwak.” Dalam hadits yang lain dinyatakan, “ Jagalah siwak, karena di dalamnya

terdapat sepulu keutamaan:

1. Membersihkan mulut,

2. Menyebabkan Allah swt ridha,

3. Membuat syaithan marah,

4. Membuat Allah swt dan para malaikat mencintainya,

5. Menguatkan gigi,

6. Menghilangkan kotoran,

7. Mewangikan mulut,

8. Mengurangi kekuningan,

9. Memperjelas penglihatan, dan

10. Menghilangkan bau mulut. Dan bersiwak adalah sunnah Rasulullah saw. ( Al

Munabbihat- Ibnu Hajar )

Page 16: Fadhilah Amal

Para ulama telah mengumpulkan sampai tujuh puluh kelebihan bersiwak, salah satu di

antaranya adalah akan dimudahkan mengucapkan syahadat ketika meninggal dunia. Sebaliknya

menghisap candu ( rokok, shabu-shabu, dll ) mengandung tujuh puluh madharat, salah satu di

antaranya adalah akan menyebabkan lupa mengucapkan kalimat syahadat ketika akan meninggal

dunia. Masih banyak pahala lainnya jika wudhu dikerjakan dengan sempurna. Sebuah hadits

menyebutkan bahwa pada hari kiamat, anggota tubuh yang dibasahi oleh air wudhu akan

bercahaya. Dan dengan cahaya inilah, Nabi Muhammad saw akan mudah mengenali ummatnya.

Hadits ke-4a

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, “ Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda,’ Apakah

pendapat kalian jika ada sebuah sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, lalu ia

mandi di dalamnya lima kali sehari, apakah kotoran masih melekat di tubuhnya?’ Para shahabat

menjawab,” Kotoran tidak akan melekat di tubuhnya.” Sabda beliau, “ Itulah perumpamaan

sholat lima waktu. Dengan mengerjakannya, Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (Ibnu

Majah- At Targhib)

Hadits ke-4b

Dari Jabir r.a., ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda,” Perumpamaan sholat lima waktu

adalah seperti sebuah sungai yang dalam, yang mengalir di depan pintu rumah seseorang dari

kalian, ia mandi di dalamnya lima kali sehari.” (Muslim At Targhib)

Penjelasan

Biasanya, air yang mengalir itu bersih dari kotoran. Semakin dalam sebuah sungai, airnya

semakin jernih dan bersih. Oleh sebab itu, hadits di atas telah mengumpamakan sholat dengan

sungai yang dalam. Jika seseorang mandi di dalamnya, badannya akan bersih. Demikian pula

sholat yang dilakukan dengan tertib, akan membersihkan segala dosa. Di samping itu masih

banyak hadits lainnya yang menyebutkan masalah ini.

Page 17: Fadhilah Amal

Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a., ia berkata,” Rasulullah saw. Bersabda,’ Di antara lima

waktu sholat, terdapat kaffarah ( penghapus dosa ). Maksudnya, disebabkan keberkahan sholat,

maka dapat menghapuskan dosa-dosa kecil yang terjadi di antara satu waktu sholat dengan

waktu sholat lainnya. Selanjutnya Nabi saw bersabda,’ Sebagaimana seseorang yang bekerja di

sebuah pabrik, maka dirinya akan kotor dan berdebu. Tetapi ada lima sungai yang mengalir di

antara pabrik dan rumahnya. Setiap kali ia pulang, ia mandi di sungai tersebut. Itulah

perumpamaan sholat lima kali sehari, semua kesalahan dan dosa yang dilakukan di antara waktu

sholat itu akan diampuni oleh Allah SWT. Hal itu disebabkan oleh istighfar dan taubat yang

terkandung di dalam bacaan sholat.

Dari perumpamaan di atas, Rasulullah saw menginginkan agar kita memahami betapa

pentingnya sholat. Beliau menjelaskan bahwa dengan sholat secara sempurna, Allah SWT akan

memberikan faedah yang besar, yaitu dosa-dosa akan diampuni. Karena dengan perumpamaan,

pembicaraan akan lebih mudah dipahami. Maka beliau menjelaskannya dengan perumpamaan.

Jika kita enggan memperoleh rahmat, keluasan ampunan dan nikmat Allah SWT, maka

siapakah yang rugi? Kita sendirilah yang akan rugi. Kita sering berbuat dosa, mengingkari Allah

SWT, menolak perintah-perintah-Nya dan meremehkan firman-firman-Nya. ( Bahkan seorang

raja yang adil pun, sudah sewajarnya menghukum kita jika kita tidak mentaatinya. ). Namun

Allah Yang Maha Mulia, sangat menyayangi kita. Walaupun kita menentang perintah-Nya, Dia

tetap memberi petunjuk kepada kita untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kita. Jika kita tidak

memanfaatkan kemurahan Allah tersebut, betapa bodohnya kita. Rahmat dan kelembutan Allah

SWT kepada kita sangat berlimpah. Disebutkan dalam sebuah hadits,” Barangsiapa tidur dengan

niat bangun untuk sholat tahajud, tetapi ia tertidur terus, maka ia akan tetap mendapatkan pahala

satu sholat tahajud.” ( At Targhib )

Sesungguhnya agama Allah SWT ini mudah, dan sungguh luas rahmat-Nya. Betapa

ruginya kita jika kita tidak berusaha mendapatkannya.

Hadits ke-5

Page 18: Fadhilah Amal

Dari Hudzaifah r.a., ia berkata,” Apabila Rasulullah saw menemui suatu kesulitan, maka

beliau segera mengerjakan sholat.” ( Hadits Riwayat Ahmad, Abu Dawud- dalam Kitab Durrul

Mantsur)

Penjelasan:

Sholat adalah rahmat Allah swt yang besar. Mencari pertolongan dengan sholat ketika

menghadapi kesulitan berarti menuju rahmat Allah swt. Dan jika rahmat Allah swt datang tidak

akan ada lagi kesulitan. Banyak riwayat yang menyebutkan mengenai hal ini. Para shahabat yang

selalu mengikuti langkah Nabi saw, juga sering melakukannya. Abu Darda r.a. berkata,” Jika

terjadi angin topan, Rasulullah saw akan segera masuk ke masjid dan tidak akan keluar dari

masjid jika angina belum reda.” Demikian juga ketika terjadi gerhana matahari atau bulan,

Rasulullah saw akan segera mengerjakan sholat. Shuhaib r.a. telah diberitahu oleh Rasulullah

saw bahwa para anbiya a.s., jika mendapatkan suatu masalah, mereka juga akan segera

melaksanakan sholat.

Pada suatu hari, ketika Ibnu Abbas r.huma sedang dalam perjalanan, ia mendapatkan

kabar bahwa anaknya telah meninggal dunia. Ia segera turun dari untanya, kemudian sholat 2

rakaat dan membaca:

( Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun )

Lalu berkata,” Aku telah melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah swt di

dalam Al Qur’an:

“ Carilah pertolongan ( Allah ) dengan sabar dan sholat.” ( QS Al Baqarah: 45 )

Terdapat kisah lain mengenai Ibnu Abbas r.a. . Ketika ia sedang dalam perjalanan, ia

mendapatkan berita kematian saudaranya yang bernama Qutsam. Maka ia segera turun dari

untanya dan mengerjakan sholat 2 roka’at di pinggir jalan. Ia berdoa cukup lama di dalam

tasyahudnya. Kemudian ia berdiri untuk melanjutkan perjalanannya seraya membaca ayat Al

Qur’an:

“ Carilah pertolongan ( Allah ) dengan sabar dan sholat.” ( QS Al Baqarah: 45 )

Page 19: Fadhilah Amal

Juga disebutkan sebuah kisah lain mengenai Ibnu Abbas r.a., yaitu ketika ia mendengar

berita wafatnya salah seorang Azwaajun Muthahharoh ( Istri-istri Rasulullah ). Ia segera

bersujud. Ketika ada seseorang menanyakan perbuatannya itu, ia menjawab,” Beginilah yang

diperintahkan oleh Rasulullah saw jika kita mendapatkan musibah. Hendaklah kita sibuk dengan

sholat, dan tidak ada musibah yang lebih besar selain wafatnya Ummul Mukminin.” ( Hadits

Riwayat Abu Dawud )

Ketika Ubadah r.a. hampir wafat, ia berkata kepada orang-orang di sekitarnya,”

Janganlah kalian menangisiku. Jika ruhku keluar, aku minta agar kalian berwudhu dengan

sempurna dan pergi ke masjid. Sholatlah dan beristighfarlah untukku, karena Allah menuyuruh

kita agar selalu memohon pertolongan dengan sabar dan sholat, kemudian baringkanlah aku

dalam liang kubur.”

Suami Ummu Kultsum r.ha yaitu Abdurrahman r.a. telah ditimpa sakit parah. Sedemikian

parah sakitnya sehingga semua orang menyangka ia telah wafat. Melihat hal itu, Ummu Kultsum

r.ha. segera mendirikan sholat. Selesai shalat, Abdurrahman siuman. Ia bertanya kepada orang-

orang di sekelilingnya,” Apakah aku tadi seperti orang mati?” Orang-orang menjawab,” Ya.”.

Abdurrahman berkata,” Dua malaikat telah mendatangiku dan berkata,’ Pergilah menghadap

Ahkamul Haakimiin. Dialah yang akan memutuskan perkaramu.’ Kedua malaikat itupun

membawaku pergi. Lalu kami berjumpa dengan malaikat ketiga yang menghampiri kami dan

berkata kepada dua orang malaikat yang membawaku tadi,” Kamu berdua pergilah! Dia

( Abdurrahman r.a. ) termasuk golongan orang-orang yang berbahagia dan beruntung yang

tertulis sejak ia berada dalam kandungan ibunya. Dan sekarang anak-anaknya masih

mendapatkan manfaat darinya.’” Setelah peristiwa itu, Abdurrahman r.a. masih hidup selama

kurang lebih 1 bulan, lalu ia meninggal dunia. ( Dari Kitab Durrul Mantsur )

Abdullah bin Salam r.a. berkata,” Apabila keluarga Nabi saw ditimpa suatu kesulitan,

maka beliau akan menyuruh keluarganya mendirikan sholat seraya membaca Al Qur’an:

“ Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam

mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeqi kepadamu, tapi Kamilah yang memberi rezeqi

Page 20: Fadhilah Amal

kepadamu. Dan akibat ( yang baik ) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” ( QS Thaahaa:

132 )

Sebuah hadits menyebutkan,” Barangsiapa menghadapi suatu keperluan dunia atau

agama, atau mengenai hubungan dengan Allah atau hamba-Nya, hendaklah ia berwudhu dengan

sempurna, lalu sholat 2 rakaat, memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah saw, lalu

berdoa:

“ Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Mulia. Maha Suci Allah

Rabb Yang Memelihara Arsy yang agung. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Aku

memohon kepada-Mu segala sesuatu yang menyampaikan kepada rahmat-Mu dan ampunan-Mu,

keuntungan dari segala kebajikan, serta keselamatan dari segala dosa. Jangan Engkau biarkan

bagiku suatu dosa tanpa Engkau mengampuninya, suatu kesempatan tanpa Engkau

melapangkannya, dan suatu hajat yang Engkau ridhoi tanpa Engkau memenuhinya. Terimalah

wahai Yang Maha Rahiim.” Insya Allah doanya akan terkabul.

Page 21: Fadhilah Amal

Fadhilah Dzikir

Muqaddimah

Bagi orang yang telah mewiridkan asma Allah swt untuk beberapa hari dan telah

menjadikannya sebagai pelindung diri untuk beberapa masa, sudah bukan rahasia lagi bahwa

asma-asma Allah swt itu mengandung keberkahan, kelezatan, kemanisan, kegembiraan dan

ketenangan hati. Nama suci inilah yang akan mendatangkan kegembiraan dan ketenangan jiwa

manusia, sebagaimana firman-Nya:

“Ingatlah. Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (QS Ar Ra’d: 28)

Pada zaman ini, manusia di seluruh dunia pada umumnya berada dalam kekhawatiran dan

kegelisahan. Hari demi hari banyak diberitakan mengenai berbagai musibah dan kejadian di

bumi ini. Tujuan ditulisnya risalah ( cc: blog ) ini adalah agar orang-orang yang sedang gelisah,

baik karena masalah yang bersifat pribadi atau masalah yang bersifat umum, sepatutnya

mengetahui obat penyakit tersebut, bahwa dengan berdzikir dan menyebarkan keutamaan

dzikrulloh memiliki manfaat umum dan kebaikan yang akan menghasilkan kesembuhan dan

kedamaian. Dengan membaca risalah ( meng-klik blog ) ini, diharapkan manusia akan

mendapatkan taufik untuk menyebutkan nama-Nya dengan penuh keikhlasan ( insyaAllah ) .

Kelak, ketika hanya amalan yang akan dapat menyelamatkan seseorang, semoga tulisan ini dapat

menjadi manfaat bagi diri saya ( Maulana Zakariyya ) dan juga yang menuangkannya ke dalam

blog, di kehidupan akhirat kelak. Kecuali jika Allah swt melimpahkan rahmat-Nya tanpa melalui

amalan, maka itu bergantung kepada kehendak-Nya saja.

“……………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………..”

Dengan mengetahui manfaat dan keutamaannya, diharapkan timbul dalam diri mereka

semangat mengamalkan dan menjaga dzikir, serta meyakini bahwa dzikrulloh adalah suatu

Page 22: Fadhilah Amal

kekayaan yang besar bagi mereka. Manfaat dan keutamaan dzikir sungguh tidak terbatas,

sehingga saya pasti tidak dapat menuliskan seluruhnya.

Keutamaan Dzikir Secara Umum

Seandainya tidak ada ayat Al Qur’an atau hadits Nabi saw yang menerangkan tentang

dzikrullah, mengingat Allah swt jangan sampai dilalaikan oleh seorang hamba walaupun sekejap.

Karena karunia, pemberian dan kebaikan Allah swt kepada hamba-Nya sangat banyak, tidak ada

batasnya dan tidak ada bandingannya. Oleh sebab itu, berdzikir kepada Yang Maha Memberi dan

mensyukuri karunia-Nya adalah merupakan sesuatu yang fitrah bagi seorang hamba.

Namun, seandainya bersamaan dengan itu terdapat ayat-ayat Al Qur’an, hadits-hadits

Nabi, ucapan, nasihat, serta contoh dari para alim ulama yang tiada henti memberikan semangat

kepada kita agar selalu mengingat-Nya, maka apa lagi alasan kita? Dan bagaimana pula

mengenai pengaruh-Nya, keberkahan-Nya dan derajat dzikrullah itu, juga hasil-Nya serta nur-

Nya? Karena pentingnya masalah tersebut, maka risalah ini diawali dengan ayat-ayat Al Qur’an,

kemudian dilanjutkan dengan hadits-hadits yang berhubungan dengan dzikrullah.

Pasal I Ayat-ayat Tentang Dzikir

Ayat ke-1

“ Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku pun mengingatmu dan bersyukurlah kepada-

Ku, dan jangan kamu ingkari nikmat-Ku.” ( QS Al Baqarah : 152 )

Ayat ke-2

“ Maka apabila kamu bertolak dari Arafah, maka berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril

Haram. Dan berdzikirlah ( dengan menyebut ) Allah sebagaimana Dia tunjukkan

kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang yang sesat.”

( QS Al Baqarah: 198 )

Page 23: Fadhilah Amal

Ayat ke-3

“ Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah ( dengan

menyebut ) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut ( membangga-banggakan ) nenek

moyangmu, atau ( bahkan ) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia,

ada orang yang berdoa,’ Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan tiadalah

baginya bagian ( yang menyenangkan ) di akhirat.’ Dan di antara mereka, ada orang yang

berdoa,’ Ya Rabb kami, berilah kami, kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan

peliharalah kami dari siksa neraka.’ Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan bagian

dari apa yang mereka usahakan. Dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya ( QS Al

Baqarah: 200-202 )

Penjelasan

Sebuah hadits menyebutkan bahwa ada tiga orang yang doanya tidak akan ditolak,

bahkan akan dikabulkan oleh Allah swt; 1. Orang yang selalu berdzikir kepada Allah swt,

2. Orang yang dianiaya, 3. Pemimpin yang adil ( Jamiush Shaghir )

Ayat ke-4

“ Dan berdzikirlah ( dengan menyebut ) Allah dalam beberapa hari yang berbilang ( hari-

hari tasyriq ).” ( QS Al Baqarah:203 )

Ayat ke-5

“ Dan sebutlah ( nama ) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah pada waktu

petang dan pagi hari.” ( QS Ali Imran: 41 )

Ayat ke-6

“( Yaitu ) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau berbaring

dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata ),’ Ya Rabb kami,

tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah

kami dari siksa neraka.” ( QS Ali Imran: 191 )

Page 24: Fadhilah Amal

Ayat ke-7

“ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat ( mu ), ingatlah Allah ketika berdiri,

ketika duduk dan ketika berbaring.” ( QS An Nisaa’: 103 )

Ayat ke-8

“ Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka

bermaksud riya’ ( dengan shalat ) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut

Allah kecuali sedikit sekali.” ( QS An Nisaa’: 142 )

Ayat ke-9

“ Sesungguhnya syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan

kebencian di antaramu karena meminum ( khamer ) dan berjudi itu menghalangimu dari

mengingat Allah dan shalat. Maka berhentilah kamu ( dari mengerjakannya ).” ( Al

Maaidah : 91 )

Ayat ke-10

“ Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan sore

hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya.” ( QS Al An ‘aam:52 )

Ayat ke-11

“ Dan katakanlah,’ Luruskanlah muka ( diri )mu di setiap shalat dan sembahlah Allah

dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya.” ( QS Al A’raaf:29 )

Ayat ke-12

“ Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah

kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah ( Allah ) memperbaikinya dan

berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut ( tidak akan diterima ) dan harapan ( akan

Page 25: Fadhilah Amal

dikabulkan ). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat

baik.” ( QS Al A’raaf: 55-56 )

Ayat ke-13

“ Hanya milik Allahlah Asmaaul Husna, maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut

Asmaaul Husna itu.” ( QS Al A’raaf: 180 )

Ayat ke-14

“ Dan sebutlah ( nama ) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut

dan dengan tidak mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu

termasuk orang-orang yang lalai.” ( QS Al A’raaf:205 )

Ayat ke-15

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama

Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,

bertambahlah iman mereka ( karenanya ) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”

( QS Al Anfaal:2 )

Ayat ke-16

“ Dan menunjukki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya, ( yaitu ) orang-orang yang

beriman dan hati mereka tentram dengan mengingat Allah. Ingat, hanya mengingat Allah

hati menjadi tentram.” ( QS Ar R’ad:27-28 )

Ayat ke-17

“Katakanlah,’ Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja

kamu seru, Dia mempeunyai Asmaaul Husna ( nama-nama yang terbaik ). ( QS Al Israa’:

110 )

Ayat ke-18

Page 26: Fadhilah Amal

“ Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa.” ( QS Al Kahfi:24 )

Ayat ke-19

“ Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Rabbnya pada pagi dan

senja hari dengan mengharap ridah-Nya: dan janganlah kdua matamu berpaling dari

mereka ( karena ) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu

mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti

hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu telah melewati batas.” ( QS Al Kahfi:28 )

Ayat ke-20

“ Dan Kami tampakkan Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas.

Yaitu orang-orang yang matanya tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-

Ku.” ( QS AL Kahfi: 100-101 )

Ayat ke-21

“( Yang dibacakan ini adalah ) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya,

Zakariyya, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” ( QS

Maryam: 2-3 )

Ayat ke-22

“ Dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan

berdoa kepada Tuhanku.” ( QS Maryam 48 )

Ayat ke-23

“ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tiada Tuhan ( yang hak ) selain Aku, maka

sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku. Sesungguhnya hari kiamat itu

akan datang, Aku merahasiakan ( waktunya ) agar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa

yang ia usahakan.” ( QS Thaahaa 14-15 )

Ayat ke-24

Page 27: Fadhilah Amal

“ Dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. “ ( QS Thaahaa 42 )

Ayat ke-25

“ Dan ( ingatlah kisah ) Nuh sebelum itu ketika ia berdoa.” ( QS Al Anbiyaa’ 76 )

Ayat ke -26

“ Dan ( ingatlah kisah ) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya, ‘ ( Ya Tuhanku ),

sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha

Penyayang di antara semua penyayang.” ( QS Al Anbiyaa’ 83 )

Ayat ke-27

“ Dan ( ingatlah kisah ) Dzun Nun ( Yunus ), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia

menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya ( menyulitkannya ), maka ia

menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “ Bahwa tiada Tuhan ( yang berhak

disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang

yang zalim.” ( QS Al Anbiyaa’ 87)

Ayat ke- 28

“ Dan ( ingatlah kisah ) Zakariyya tatkala ia menyeru Tuhannya:” Ya Tuhanku, janganlah

Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.”

( QS Al Anbiyaa’ 89 )

Ayat ke-29

“ Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam ( beramal )

kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah

orang-orang yang khusyu kepada Kami. “ ( QS Al Anbiyaa’ 90 )

Ayat ke-30

Page 28: Fadhilah Amal

“ Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh ( kepada Allah ),

( yaitu ) orang-orang yang bila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka. “ ( QS Al

Hajj 35-35 )

Ayat ke-31

“ Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa ( di dunia ): ‘ Ya Rabb

kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau

adalah Pemberi rahmat yang terbaik.’ Lalu kamu jadikan mereka buah ejekan, sehingga

( kesibukan ) kamu mengejek mereka, menjadikanmu lupa mengingat-Ku dan kamu

selalu menertawakan mereka. Sesungguhnya Aku membalas mereka pada hari ini karena

kesabaran mereka. Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.” ( QS Al

Mu’minuun 109 – 111 )

Fadhilah Tabligh

Muqaddimah

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dan mengajarkan kepadanya

penjelasan, dan menurunkan kepadanya Al Qur’an sebagai sumber nasihat, obat, petunjuk dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidak ada keraguan dan tidak ada penyelewengan di

dalamnya. Dia menurunkan Al Qur’an sebagai penguat, pembela dan nur bagi orang-orang yang

memiliki keyakinan. Shalawat dan salam yang sempurna dilimpahkan ke atas makhluk yang

paling sempurna dari golongan manusia dan jin, yang nurnya menerangi hati dan kubur manusia.

Kedatangannya merupakan rahmat untuk seluruh alam. Semoga shalawat dan salam terlimpah ke

atas keluarganya dan kepada para shababatnya. Mereka adalah bintang – bintang hidayah,

penyebar kitabullah. Semoga terlimpah juga ke atas orang-orang yang mengikuti mereka dengan

penuh keimanan.

Dewasa ini, Islam bukan saja dibinasakan oleh orang-orang kafir, tetapi juga oleh kita

sendiri. Sebagian besar bahkan seluruh amalan wajib ataun sunnah bukan hanya ditinggalkan

Page 29: Fadhilah Amal

oleh ummat Islam yang awam, tetapi juga oleh para tokoh agama. Kita sering membicarakan

orang-orang yang meninggalkan shalat dan puasa, padahal berjuta-juta manusia terjerumus ke

dalam jurang kemusyrikan dan kekufuran. Dan yang lebih parah lagi, mereka tidak memahami

bahwa apa yang mereka kerjakan merupakan kemusyrikan dan kekufuran. Perbuatan haram,

fasik dan kejahatan, secara terang-terangan telah meningkat dengan pesat, tidak ada lagi yang

tersembunyi di depan kita. Tidak mempedulikan agama, menghinanya dan meremehkannya

sudah bukan rahasia lagi bagi siapa saja.

Melihat keadaan seperti ini, sebagian bahkan hamper seluruh alim ulama, semakin

menjauhkan diri dari masyarakat. Akibatnya, kejahilan agama semakin meningkat setiap hari.

Masyarakat awam sering beralasan bahwa tidak ada lagi orang yang bersedia mengajarkan

agama kepada mereka. Sebaliknya alim ulama juga beralasan bahwa tidak ada lagi orang yang

mau mendengarkan ajaran agama. Sebenarnya alasan masyarakat awam tersebut tidak diterima

di sisi Allah swt, karena mempelajari agama dan mendalaminya merupakan kewajiban bagi

setiap muslim. Dalam peraturan pemerintah manapun, jika seseorang melakukan suatu

pelanggaran, ia tidak dapat beralasan bahwa ia tidak mengetahui undang-undang pemerintah,

sehingga ia akan tetap dianggap melanggar. Lalu bagaimana dengan hukum Allah sebagai

Ahkamul Haakimiin? Tentu kejahilan kita terhadap hukum Allah merupakan dosa yang lebih

besar daripada dosa-dosa lainnya. Begitu pula alas an alim ulama bahwa tidak ada lagi orang

yang mau mendengarkan ajaran agama. Semua ini tidak patut dijadikan alas an untuk

meninggalkan dakwah selama mereka mengaku sebagai da’I dan penerus perjuangan Nabi saw.

Apakah Nabi saw, para shahabat r.hum, para tabi’in dan orang-orang mulia lainnya tidak pernah

bersusah payah dalam mentablighkan agama Islam? Apakah mereka tidak pernah dilempari

batu? Tidak pernah dicaci maki? Tidak pernah disiksa? Sebaliknya walaupun mereka telah

ditimpa berbagai cobaan dan kesusahan, mereka tetap berpegang teguh dan bertanggung jawab

dalam mentablighkan agama.Sekeras apapun kesusahan dan kesulitan yang mereka terima,

mereka tetap berusaha menyebarkan agama dan hukum-hukum Islam.

Secara umum, kaum muslimin menyangka bahwa tugas dakwah dan tabligh hanyalah

tugas alim ulama. Hal ini tidak benar. Setiap orang yang mengetahui kemungkaran yang terjadi

di hadapannya, atau ia mampu mencegahnya, atau ia mampu memunculkan satu hal yang dapat

menghentikannya, maka ia wajib berusaha menghentikan kemungkaran tersebut. Jika dalam hal

Page 30: Fadhilah Amal

ini hanya alim ulama saja yang berkewajiban, lalu disebabkan oleh suatu kelemahan atau

keadaan darurat sehingga ia tidak dapat melakukan tugasnya, atau usaha mereka belum

memenuhi kewajiban, tentu kewajiban itu kembali ke pundak setiap muslim.

Banyak sekali ayat-ayat dan hadits-hadits yang menyatakan tentang pentingnya dakwah,

tabligh dan amar ma’ruf nahi munkar dengan sangat gamblang.

”...........................................................................................................................................”

Dan perlu diketahui, untuk kepentingan dakwah dan tabligh, seseorang tidak mesti

menjadi ulama terlebih dahulu. Siapapun yang melihat kemungkaran terjadi di depan matanya,

dan ia mampu menghentikannya, maka ia wajib menghentikannya. Dan bagi yang mengerti suatu

permasalahan agama, ia mesti menyampaikannya kepada yang lain, siapapun mereka.

Dengan mengharapkan berkah Allah swt melalui kalam-Nya, kami akan menuliskan

beberapa ayat Al Qur’an yang menegaskan pentingnya usaha tabligh dan amar ma’ruf nahi

munkar. Dari ayat-ayat ini semoga para pembaca dapat dengan mudah memahami betapa penting

menegakkan dakwah Islam di sisi Allah swt. Tentang masalah ini, Dia telah mengulanginya

berkali-kali di dalam kalam suci-Nya. Kami telah menemukan kurang lebih enam puluh ayat Al

Qur’an yang menganjurkan untuk mentablighkan agama. Mungkin, jika ada orang yang lebih

teliti, kami tidak tahu berapa banyak lagi ayat yang akan ditemukan mengenai masalah ini.

Ayat ke-1

“ Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru ( manusia )

kepada Allah dan beramal shalih, dan berkata,” Bahwasanya aku termasuk orang-orang yang

berserah diri ( muslimin ).” ( QS Fushshilat:33 )

Sebagian mufassir menafsirkan bahwa barangsiapa menyeru manusia ke jalan Allah

dengan cara apa saja, maka ia berhak mendapatkan kehormatan berupa berita gembira dan pujian

seperti yang disebutkan dalam ayat di atas. Misalnya para Nabi A.S. berdakwah dengan

Page 31: Fadhilah Amal

menggunakan mukjizatnya, alim ulama berdakwah dengan dalil dan hujjahnya, para mujahid

berdakwah dengan pedangnya dan para muadzin berdakwah dengan adzannya. Intinya, siapapun

yang menyeru kepada Allah, ia berhak mendapatkan kehormatan itu, baik mengajak kepada

amalan-amalan zhahir atau amalan-amalan bathin, sebagaimana para ahli tasawuf yang mengajak

kepada ma’rifatullah ( mengenal Allah ).” ( Tafsir Khazin )

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa ayat,” ..Dan ia berkata bahwa aku termasuk

muslimin,”, bermakna bahwa seorang muslim hendaknya bangga dengan keislaman yang

dikaruniakan Allah swt kepadanya, dan ia yakin bahwa keislamannya itu merupakan kemuliaan

baginya. Ahli-ahli tafsir lainnya menafsirkan bahwa dalam setiap kegiatan dakwah dan tabligh,

selayaknya kita tidak merasa sombong karena menjadi seorang mubaligh. Kita seharusnya

berendah hati dengan menganggap bahwa kita hanyalah seorang muslim biasa sebagaimana

muslim lainnya.

Ayat ke-2

“ Dan berilah peringatan. Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang

yang beriman.” ( QS Adz Dzariyat:55 )

Ahli tafsir menulis bahwa maksud ayat di atas adalah memberikan nasihat dengan

memperdengarkan ayat-ayat Al Qur’an yang tentu sangat bermanfaat. Adapun manfaatnya bagi

orang-orang mukmin tentunya sudah sangat jelas. Sedangkan bagi orang-orang kafir, karena

dengan usaha ini, insya Allah mereka dapat menjadi beriman dan akan termasuk di dalam ayat di

atas. Namun sayangnya, pada zaman ini, kesempatan untuk berdakwah dan bertabligh sudah

hampir tertutup. Umumnya, para mubaligh hanya ingin menunjukkan kepandaian dan kefasihan

berbicara supaya para pendengar memujinya. Padahal, Rasulullah saw bersabda bahwa

barangsiapa belajar seni pidato dan berbicara agar manusia condong kepadanya, maka amal

ibadahnya, baik yang fadhu atau yang sunnah tidak akan diterima pada hari kiamat.

Page 32: Fadhilah Amal

Ayat ke-3

“ Dan suruhlah keluargamu ( ummatmu ) dengan shalat dan bersabarlah atasnya. Kami

tidak meminta rezeqi kepadamu, Kamilah yang memberimu rezeqi. Dan akibat yang ( baik ) itu

bagi orang yang bertaqwa.” ( QS Thaahaa: 132 )

Banyak hadits yang menyatakan bahwa jika Rasulullah saw berpikir untuk

menghilangkan kesempitan hidup seseorang, maka Beliau akan menyuruhnya mengerjakan

shalat. Kemudian Beliau akan membacakan ayat di atas, seakan-akan Beliau mengisyaratkan

bahwa janji dilapangkannya rezeqi itu bergantung pada dijaganya shalat. Alim ulama

menegaskan bahwa mengapa di dalam ayat ini seseorang diperintah untuk menjaga shalatnya

sendiri, di samping memerintahkan orang lain untuk shalat, karena hal itu akan lebih bermanfaat

dan akan memberikan kesan kepada orang lain, sehingga orang lain juga akan menjaga shalat.

Oleh karena itu, Allah swt mengutus para Nabi dengan membawa hidayah. Mereka datang ke

tengah-tengah kaumnya sebagai suri teladan. Mereka mengamalkan apa yang mereka sampaikan,

sehingga orang yang mau mengamalkannya akan merasa mudah. Dan tidak terlintas di dalam

pikirannya bahwa hukum agama itu atau itu, susah untuk diamalkan. Setelah itu, di dalam ayat di

atas, Allah swt menjanjikan rezeqi untuk orang yang menegakkan shalat. Kemaslahatan janji itu

adalah bahwa terkadang secara lahiriyyah, menjaga shalat tepat pada waktunya akan

menimbulkan kerugian dalam pekerjaan, terutama dalam berdagang, bekerja sebagai buruh dan

sebagainya. Namun demikian, Allah swt membantahnya bahwa rezeqi adalah tanggungan-Nya.

Semua ini baru urusan dunia. Dan disebutkan juga bahwa kebahagiaan sesungguhnya hanya akan

dicapai oleh orang-orang yang bertaqwa. Selain mereka, tidak ada seorangpun yang akan

mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.

Ayat ke-4

Page 33: Fadhilah Amal

“ Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah ( manusia ) berbuat baik, dan cegahlah dari

kemungkaran dan bersabarlah atas apa-apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya, hal itu adalah

urusan yang diutamakan.” ( QS Luqman: 17 )

Ayat ini menyebutkan dengan jelas beberapa hal terpenting bagi seorang muslim, yang

menjadi penyebab tercapainya kebahagiaan yang sempurna. Sayangnya kita justru

melalaikannya. Telah dinyatakan sebelumnya, bahwa kewajiban amar ma’ruf nahi munkar telah

ditinggalkan, bahkan perintah shalat sebagai amalan yang terpenting setelah iman pun sudah

banyak dilalaikan. Banyak kaum muslimin yang sama sekali tidak melaksanakan shalat. Ada

yang shalat, tetapi tidak memperhatikannya dengan sempurna, terutama shalat berjamaah.

Padahal dengan shalat berjamaah dikatakan sebagai menegakkan agama. Pada umumnya, orang-

orang miskin saja yang shalat berjamaah di masjid. Sedangkan orang-orang kaya dan para tokoh

merasa hina jika shalat di masjid. Hanya kepada Allahlah kita mengadu. Seperti ungkapan

sebuah syair” Wahai insan yang lalai. Apa yang menjadi kehinaan bagimu, adalah kebanggaan

bagiku.”

Ayat ke-5

“ Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan ummat, yang mengajak ( manusia )

kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Dan mereka itulah

orang-orang yang beruntung.” ( QS Ali Imran: 104 )

Dalam ayat ini, Allah dengan jelas memerintahkan ummat Islam agar dapat mewujudkan

suatu ummat yang mendakwahkan Islam ke seluruh dunia. Namun sayang, secara umum kita

telah melalaikan perintah ini. Sebaliknya, orang-orang non muslim justru sangat

memperhatikannya. Misalnya para missionaris Krissten, mereka dipersiapkan untuk

menyebarkan agama mereka ke seluruh dunia dengan sungguh-sungguh. Begitu pula dengan

agama lainnya. Namun, adakah di kalangan ummat Islam, segolongan jamaah yang berusaha

demikian? Jawabannya belum ada. Kalaupun ada jamaah kaum muslimin yang berusaha

mentablighkan ajaran Islam, bukan bantuan dan kerjasama yang diterima, tetapi yang diperoleh

adalah berbagai halangan dan kritikan, bahkan pengusiran. Begitu bertubi-tubi rintangan ini,

sehingga akhirnya para juru dakwah itu berputus asa dan meninggalkan dakwah yang mulia ini.

Page 34: Fadhilah Amal

Sebenarnya, kewajiban terpenting setiap muslim ialah membantu siapa saja yang benar-benar

mentablighkan Islam dan memperbaikinya bila salah. Tetapi mereka yang suka mengkritik justru

tidak melakukannya, bahkan para mubaligh dan ahli dakwah itu justru dijadikan sasaran kritik

seolah-olah ingin menghentikan mereka.

Ayat ke-6

“ Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan bagi manusia, kalian menyuruh

( berbuat ) kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan kalian beriman kepada Allah.” ( QS Ali

‘Imran 110 )

Banyak hadits Rasulullah yang menerangkan bahwa ummat Islam adalah ummat yang

termulia di antara ummat lainnya. Dan banyak pula ayat Al Qur’an yang menyatakan demikian,

baik dengan jelas maupun dengan isyarat. Dalam ayat di atas, Allah SWT telah memuliakan kita

sebagai ummat yang terbaik. Dan Allah SWT pun telah menyebutkan syaratnya yaitu selama kita

berdakwah mengajak ummat ini kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Para

ahli tafsir mengatakan bahwa dalam ayat ini, kalimat amar ma’ruf nahi munkar disebutkan lebih

dulu daripada iman kepada Allah. Padahal, iman adalah pangkal segala amalan. Tanpa iman,

kebaikan apapun tidak akan bernilai sedikitpun di sisi Allah. Hal ini terjadi karena iman juga

dimiliki oleh ummat terdahulu. Tetapi ada suatu amalan khusus yang menjadikan ummat

Muhammad saw lebih unggul dibandingkan dengan ummat-ummat sebelumnya, yaitu tugas

amar ma’ruf nahi munkar. Inilah penyebab utama, ummat Muhammad saw lebih istimewa

daripada ummat lainnya. Meskipun demikian, iman tetap ditekankan dalam ayat ini, karena amal

apapun tidak akan bernilai tanpa iman.

Dan maksud utama ayat tersebut adalah menyebutkan pentingnya amar ma’ruf nahi

munkar bagi ummat ini. Oleh karena itu, ia disebutkan terlebih dahulu daripada iman. Maksud

adanya amar ma’ruf nahi munkar sebagai sesuatu yang menjadikan ummat ini lebih unggul

adalah, hendaknya ummat ini memperhatikannya secara khusus. Sehingga bertabligh secara

sambil lalu, tidaklah memenuhi syarat. Sebab, tabligh sebagai tugas tambahan pun sudah ada

pada ummat-ummat sebelumnya, sebagaimana firman Allah SWT, “ Ketika mereka lalai dari

mengingatkan.” Peringatan seperti ini banyak disebutkan dalam ayat-ayat lainnya. Jadi,

Page 35: Fadhilah Amal

kelebihan ummat ini terletak pada perhatian khusus dalam dakwah. Oleh sebab itu, hendaknya

dakwah dilaksanakan sebagai pekerjaan yang pokok sebagaimana kerja-kerja agama atau dunia

lainnya.

Page 36: Fadhilah Amal

Fadhilah Ramadhan

Muqaddimah

Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga terlimpah ke atas utusan terpilih,

Muhammad saw. Dalam risalah ini, saya ketengahkan beberapa terjemahan hadits mengenai

bulan ramadhan yang penuh berkah. Nabi Muhammad saw sebagai rahmatan lil ‘alamin telah

menjelaskan kepada kaum muslimin mengenai keutamaan setiap amalan. Cara menghargai dan

mensyukurinya adalah dengan mengamalkannya secara sungguh-sungguh. Sayang karena

kelemahan semangat kita dalam menjalankan agama, kita sering melalaikan keutamaan-

keutamaan tersebut dan tidak benar-benar memperhatikannya.

Tujuan saya ( Maulana Zakariyya ) menuliskan beberapa hadits mengenai Ramadhan di

dalam risalah ini adalah agar para hafizh Al Qur’an yang mengimami shalat tarawih dan alim

ulama yang bersemangat tinggi terhadap agama dapat menyampaikan isi lembaran-lembaran ini

di masjid-masjid atau majelis-majelis pada awal-awal bulan Ramadhan. Sehingga dalam bulan

yang penuh berkah ini tidak mustahil rahmat Allah dan melalui berkah kalam-Nya, dapat

membuat kita lebih bertawajuh kepada-Nya dan dapat meningkatkan amal shalih kita, serta

mengurangi amal buruk kita. Rasulullah saw bersabda,” “ Jika ada seseorang, dengan sebab

dirimu memperoleh hidayah, maka itu lebih baik dan lebih utama daripada mendapatkan unta

merah.”

Ramadhan adalah kenikmatan dari Allah swt yang sangat agung bagi kaum muslimin,

selama nikmat tersebut dihargai. Jika tidak, bulan Ramadhan akan datang dan pergi begitu saja

tanpa ada manfaat apapun. Sebuah hadits menyebutkan,” Seandainya manusia mengetahui

tentang bulan Ramadhan, niscaya ummatku akan berharap agar setahun penuh menjadi bulan

Ramadhan.” Setiap orang tentu memahami betapa sulitnya jika setahun penuh berpuasa. Namun,

jika kesulitan itu dibandingkan dengan pahala bulan Ramadhan, Rasulullah saw

bersabda,”..niscaya ummatku akan mengharapkan setahun penuh menjadi bulan Ramadhan.”

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,” Berpuasa pada bulan Ramadhan dan tiga

hari setiap bulan, akan menjauhkan pikiran jahat dan rasa was-was di dalam hati.” Sehingga

Page 37: Fadhilah Amal

pernah ketika para shahabat r.hum dalam suatu perjalanan jihad di bulan Ramadhan, mereka

tetap berpuasa, padahal Rasulullah saw berkali-kali membolehkan mereka untuk berbuka.

Akhirnya terpaksa Beliau melarang mereka untuk berpuasa. Di dalam Shahih Muslim disebutkan

sebuah hadits bahwa dalam suatu pertempuran, para shahabat r.hum tiba di suatu tempat. Ketika

itu cuaca sangat panas. Karena kemiskinan mereka, seluruh shahabat r.hum tidak memiliki kain

untuk berlindung dari terik matahari. Banyak di antara mereka yang menggunakan tangan

mereka untuk berlindung dari panas matahari. Meskipun demikian, mereka tetap berpuasa

sehingga banyak di antara mereka yang menjadi lemah tidak mampu berdiri, bahkan ada yang

sampai terjatuh. Ada lagi sekelompok shahabat r.hum yang berpuasa sepanjang tahun.

Banyak sekali hadits Nabi saw yang menyebutkan tentang keutamaan bulan Ramadhan,

dan saya tidak mungkin menuliskan seluruhnya di

sini…………………………………………………………………………………………”.

Untuk itu, dalam risalah ini, saya cukup mengutip dua puluh satu hadits yang dibagi

menjadi 3 Bab.

Semoga Allah swt dengan kemulian-Nya dan melalui berkah kekasih-Nya mengabulkan

usaha ini dan melimpahkan taufiknya kepada saya dan anda semua. Amin.

Hadits ke-1

Dari Salman r.a. ia berkata,” Pada akhir bulan Sya’ban, Rasulullah saw berkhutbah

kepada kami. Beliau bersabda,’ Wahai manusia, telah dekat kepadamu bulan yang agung lagi

penuh berkah. Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu

bulan. Bulan yang di dalamnya Allah menjadikan puasa sebagai fardhu dan bangun malam

sebagai sunnah. Barangsiapa mendekatkan dirinya dengan beramal sunnah, maka ( pahalanya )

sama seperti orang yang beramal fardhu di bulan lainnya. Dan barangsiapa beramal fardhu di

dalamnya, maka pahalanya seperti orang yang beramal tujuh puluh amalan fardhu pada bulan

lainnya. Inilah bulan kesabaran, dan pahala sabar adalah surga. Inilah bulan kasih sayang, bulan

saat rezeqi seorang mukmin ditambah. Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang

yang berpuasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya dan mendapatkan pahala yang

Page 38: Fadhilah Amal

sama tanpa mengurangi pahala orang ( yang diberi makanan buka ) itu sedikitpun’. Mereka

berkata, ‘ Ya Rasulullah, tidak setiap kami memiliki makanan untuk diberikan kepada orang

yang berbuka puasa.’ Beliau bersabda, ‘Allah memberi pahala kepada orang yang memberikan

makanan untuk berbuka puasa, meskipun sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu. Inilah

bulan yang awalnya penuh rahmat, tengahnya penuh ampunan, dan di akhirnya adalah kebebasan

dari api neraka. Barangsiapa meringankan beban hamba-hamba sahayanya pada bulan itu, maka

Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Perbanyaklah empat amalan

pada bulan itu. Dua di antaranya menyenangkan Tuhannya, dan dua lainnya kamu pasti akan

memerlukannya. Adapun dua perkara yang dengannya kamu akan menyenangkan Tuhanmu

adalah: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan kamu memohon ampunan-Nya. Dan dua

perkara yang pasti kamu akan memerlukannya adalah: kamu memohon surga kepada Allah dan

kamu berlindung kepada-Nya dari api neraka. Barangsiapa memberi minum kepada orang yang

berpuasa, maka Allah akan memberinya seteguk minum dari telagaku yang ia tidak akan haus

hingga ia masuk surga.” ( Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ibnu Hibban )

Penjelasan

Hadits di atas menjadi pembahasan para ahli hadits dikarenakan kelemahannya ( dhaoif ).

Namun karena hadits ini mengenai fadhilah amal, maka kelemahan seperti itu masih dapat

diterima. Di samping itu, juga karena hadits ini diperkuat dengan hadits-hadits lainnya, maka

hadits ini dapet diterima.

Ada beberapa hal yang dapat kita ketahui dari hadits di atas. Pertama, betapa besar

perhatian Nabi saw, sehingga secara khusus beliau berkhutbah pada akhir bulan Sya’ban,

menasehati dan memperingatkan manusia agar jangan melalaikan bulan Ramadhan walaupun

hanya sedetik. Dalam nasehatnya, Beliau menjelaskan dengan panjang lebar keutamaan bulan

Ramadhan, kemudian memberi petunjuk yang penting untuk diperhatikan. Antara lain, hakikat

Lailatul Qadar sebagai malam yang sangat penting. Penjelasannya akan dipaparkan dalam bab

tersendiri nanti.

Rasulullah saw bersabda bahwa Allah telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan.

Dan Allah telah menjadikan qiyam, yaitu shalat tarawih sebagai sunnah. Juga dapat diketahui

bahwa shalat tarawih telah diperintahkan langsung oleh Allah swt. Adapun riwayat-riwayat yang

Page 39: Fadhilah Amal

menerangkan bahwa Rasulullah saw menisbatkan tarawih pada dirinya, maksudnya sebagai

penguat perintah Allah swt radi, sehingga para imam madzhab sepakat bahwa shalat tarawih

adalah sunnah. Dan tertulis di dalam kitab Al Burhan, bahwa tidak ada seorangpun di kalangan

kaum muslimin yang menolak kesepakatan itu kecuali kaum Rawafidh ( Syi’ah ). Syaikh

Maulana Syah Abdul Haq Muhaddits Dehlawi rah.a dalam kitab Ma Tsabata bis-Sunnah telah

menulis dari beberapa kitab fiqh bahwa jika suatu masyarakat kota meninggalkan shalat tarawih,

maka pemerintahnya harus memerangi mereka.

Ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, bahwa pada umumnya orang-orang

berpendapat bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan Al Qur’an di masjid selama delapan

atau sepuluh hari, itu telah mencukupi, lalu amalan tersebut dapat ditinggalkan. Masalah ini perlu

diteliti kembali, sebab sebenarnya ada dua sunnah yang berbeda dalam masalah ini:

1. Mendengar atau membaca seluruh Al Qur’an di dalam shalat tarawih adalah

ketetapan sunnah.

2. Shalat tarawih pada setiap malam Ramadhan adalah sunnah.

Dengan demikian jelaslah bahwa apabila mereka mendengarkan hafalan Al Qur’an hanya

beberapa hari kemudian mereka meninggalkannya, berarti mereka mengamalkan satu sunnah dan

meninggalkan yang lainnya.

Bagi orang yang sedang bepergian atau keadaannya sulit untuk menunaikan shalat

tarawih di suatu tempat, maka lebih baik ia mendengarkan Al Qur’an selama beberapa hari pada

awal Ramadhan, sehingga tidak mengurangi bacaan Al Qur’annya. Jika ada kesempatan untuk

menunaikan shalat tarawih di mana saja, hendaknya ia melakukannya, sehingga ( menghafal ) Al

Qur’an dapat terlaksana dan pekerjaan kita pun tidak terbengkalai.

Setelah Rasulullah saw menjelaskan mengenai puasa dan tarawih, beliau menganjurkan

agar menunaikan ibadah fardhu dan sunnah-sunnah lainnya. Pahala mengamalkan satu sunnah di

bulan Ramadhan sama dengan pahala beramal wajib di luar Ramadhan. Dan pahala menunaikan

satu amalan wajib di bulan Ramadhan, setara dengan mengamalkan tujuh puluh amalan wajib di

luar bulan Ramadhan. Berkenaan dengan hal ini, kita hendaknya memikirkan keadaan ibadah

kita. Dalam bulan keberkahan ini, hendaknya kita berpikir, sejauh manakah perhatian kita dalam

menyempurnakan kewajiban dan menambah amalan sunnah. Perhatian kita terhadap amalan

Page 40: Fadhilah Amal

fardhu pada saat ini adalah demikian: kebanyakan di antara kita meneruskan tidur setelah makan

sahur, sehingga mengqadha shalat shubuh, setidak-tidaknya tertinggal shalat shubuh berjamaah.

Seolah-olah inilah syukur kita, ibadah wajib yang sangat perlu diperhatikan malah kita qadha’

atau paling tidak kita menguranginya. Padahal, para ahli ushul berpendapat bahwa shalat tanpa

berjamaah adalah suatu kekurangan, bahkan Nabi saw bersabda bahwa seolah-olah tidak sah

shalat mereka yang tinggal di sekitar masjid, kecuali di masjid. Tertulis di dalam Mazhahiril Haq

bahwa barangsiapa shalat tidak berjamaah tanpa suatu udzur, maka kewajiban shalatnya sudah

terpenuhi, namun pahala shalatnya tidak ia dapatkan. Demikian juga pada saat shalat maghrib.

Biasanya, ketika itu orang-orang sedang sibuk berbuka puasa, sehingga tidak perlu dibicarakan

lagi orang-orang yang tertinggal rakaat pertama atau takbir pertama. Dan masih ada banyak

kelalaian kita lainnya. Pada siang hari, banyak di antara kita yang qailulah atau tidur siang,

dengan beralasan tidur di bulan Ramadhan pun termasuk ibadah, namun akhirnya tidak shalat

Dzuhur berjamaah. Sedangkan pada waktu ashar, juga tertinggal shalat Ashar berjamaah

dikarenakan terlalu sibuk menyiapkan hidangan buat ifthor aau berbuka puasa. Beginilah

keadaan mayoritas kaum muslimin dalam bulan yang suci dan penuh berkah ini. Begitu terus,

selalu berulang dari Ramadhan satu ke Ramadhan yang lain.

Itulah yang semestinya kita pikirkan, sejauh manakah kita menunaikan kewajiban-

kewajiban kita pada bulan Ramadhan yang mulia ini. Jangan sampai kita tidak mengetahui

prioritas dalam beramal. Jika yang fardhu atau wajib saja begitu sulit untuk diamalkan,

bagaimana dapat mengamalkan yang sunnah? Shalat Isyraq dan dhuha pada bulan Ramadhan

sering kita tinggalkan karena tidur. Apalagi shalat awwabin, karena sibuk berbuka dan khawatir

dengan shalat tarawih yang panjang, akhirnya shalat awwabin ditinggalkan. Bagitu pula pada

waktu sahur, kebanyakan kita kehilangan kesempatan untuk mendirikan shalat Tahajud, sebab

terlampau sibuk untuk mempersiapkan menu sahur, dan juga karena begitu banyak makanan

yang kita santap, disebabkan kekhawatiran yang berlebihan kita akan lemah dan kelaparan saat

berpuasa di waktu siang. Apabila demikian, kapankah ada kesempatan untuk memperbanyak

amalan sunnah? Semua ini terjadi dan senantiasa terjadi berulang-ulang, disebabkan kita semua

tidak memperhatikan Ramadhan dengan sungguh-sungguh. Atau bahkan barangkali karena

memang tidak ada keinginan untuk mengamalkannya.

Page 41: Fadhilah Amal

Seperti kata sebuah syair: “ Jika tidak ada kemauan, beribu-ribu alasan dapat engkau

kemukakan.”

Meskipun demikian, betapa masih banyak hamba-hamba Allah SWT yang sempat

memanfaatkan kesempatan yang sangat bernilai ini. Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang

ulama besar yaitu Syaikh Khalil Ahmad ( Guru Maulana Zakariyya ), yang meski telah berusia

lanjut, di bulan Ramadhan, beliau terbiasa membaca dan memperdengarkan satu seperempat juz

Al Qur’an dalam sholat nafil/ sunnah setelah maghrib. Lepas itu, beliau hanya menghabiskan

waktu setengah jam untuk makan, dan selebihnya ia menyibukkan diri kembal dengan amalan-

amalan, sholat isya dan solat tarawih yang paling sedikit beliau jalankan selama 2 jam. Beliau

hanya tidur 2 atau 3 jam, dan kemudian bangun tahajjud. Setengah jam sebelum shubuh, beliau

makan sahur. Lepas shubuh, beliau kembali menyibukkan diri dengan amalan dan menulis kitab.

Begitulah keseharian beliau di dalam bulan Ramadhan. Dan masih banyak lagi, ulama-ulama

sholeh yang memiliki kebiasaan seperti itu. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk memanfaatkan

setiap moment-moment Ramadhan dengan amalan-amalan dan ibadah –badah nafilah, dan tidak

akan membiarkan sedikitpun waktu yang terlewat dengan perbuatan sia-sia.

Maksud diceritakannya amalan para ulama tersebut dalam menghabiskan bulan

Ramadhan ini bukan sekedar untuk bahan bacaan/ cerita, tetapi bertujuan untuk mendorong/

memotivasi kita agar mengikuti mereka sesuai kemampuan yang ada. Betapa beruntung orang

yang tidak bergantung dengan kesibukan dunia dan berusaha memperbaiki kehidupannya dalam

bulan ini, setelah melewati sebelas bulan lainnya dengan sia-sia. Bagi orang yang terbiasa

bekerja dari jam 08.00 hingga pukul 16.00, tentu tidak akan memberatkan jika di bulan

Ramadhan ini, dari lepas shubuh hingga pukul 08.00- waktunya digunakan untuk membaca Al

Qur’an. Meskipun sibuk dengan urusan dunia, kita tetap memiliki waktu untuk membaca Al

Qur’an. Demikian pula dengan profesi-profesi yang lain, jika disertai dengan kemauan,

keikhlasan dan kegembiraan, maka tidak ada halangan untuk tetap membaca Al Qur’an di sela-

sela kesibukan bekerja. Karena bagaimanapun, ada hubungan yang amat erat antara Raadhan

dengan Al Qur’an.

Perlu diketahui bahwa hampir semua Kitabullah diturunkan pada bulan Ramadhan.

Begitu pula dengan Al Qur’an, telah diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia pada bulan

Ramadhan. Lalu diturunkan secara berangsur-angsur menurut kejadiannya dalam masa kurang

Page 42: Fadhilah Amal

lebih 23 tahun.. Selain itu, Ibrahim A.S. telah menerima Shuhufnya ( kitab suci ) pada tanggal 1

atau 3 Ramadhan. Nabi Dawud A.S. menerima Kitab Zabur pada tanggal 12 atau 18 Ramadhan.

Musa A.S. menerima Taurat pada hari ke-6. Dan Nabi Isa A.S. menerima Kitab Injil pada hari

ke-12 atau 13 Ramadhan. Dari sini dapat diketahui adanya hubungan yang sangat erat antara

kitab-kitab Allah dengan Ramadhan. Oleh karena itu, hendaknya kita membaca Al Qur’an

sebanyak mungkin pada bulan ini. Seperti itulah kebiasaan para waliyullah. Malaikat Jibril A.S.

pun membacakan seluruh Al Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadhan.

Riwayat lain menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membaca Al ur’an dan Jibril

menyimaknya.

Dengan menggabungkan riwayat-riwayat tersebut, para ulama menyatakan bahwa

mustahab ( sangat dianjurkan ) membaca Al Qur’an dengan cara seperti itu ( seorang membaca,

yang lain mendengarkan secara bergantian. Bacalah Al Qur’an kapan saja ada kesempatan, dan

waktu yang lain jangan disia-siakan.

Di akhir hadits di atas, Rasulullah SAW menganjurkan empat ( 4 ) hal agar kita

mengamalkannya sebanyak mungkin pada bulan Ramadhan, yaitu membaca kalimat Thoyyibah,

Istighfar, berdoa memohon agar dimasukkan ke dalam surga dan berlindung dari jahannam.

Dengan demikian, kapan saja ada waktu luang, anggaplah itu sebagai sebuah kebahagiaan untuk

beramal. Apa sulitnya kita membiasakan lidah dengan bersholawat atau mengucapkan kalimat

Thayyibah ( Laa ilaaha illallohu ) dalam kesibukan sehari-hari ? Kata-kata itu kelak akan

senantiasa terbiasa dalam lisan kita.

Kemudian Rasulullah saw bersabda tentang keutamaan dan adab bulan Ramadhan.

Pertama; bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran. Oleh sebab itu, walaupun mengalami

kesulitan berpuasa, hadapilah dengan riang dan sabar. Jangan berkeluh kesah. Jika tertinggal

makan sahur, tetaplah berpuasa setelah shubuh. Lalu jika merasa letih ketika sholat tarawih,

bersabarlah dengan tetap penuh kegembiraan, jangan menganggapnya sebagai suatu musibah

karena hal itu akan menghilangkan pahalanya. Jika untuk mendapatkan keduniaan saja kita

sanggup menahan lapar dan haus, mengapa kita tidak mampu menahan sedikit kesulitan untuk

mencari ridha Allah ?

Page 43: Fadhilah Amal

Kedua; bahwa bulan ini adalah bulan kasih sayang, yaitu meningkatkan bantuan kepada

kaum fakir miskin. Jika ada sepuluh makanan yang disediakan untuk kita berbuka, maka

sekurang-kurangnya tiga atau empat bagian dari makanan itu disisihkan untuk fakir miskin. Jika

kita tidak dapat memberikan yang lebih baik dari yang kita makan, paling tidak kita berikan yang

sama dengan yang kita makan. Berapapun kemampuan kita, sisihkanlah sebagian makanan

berbuka dan bersahur kita untuk diberikan kepada fakir miskin.

Dalam setiap urusan, para shahabat r.hum merupakan contoh nyata bagi kita.

Keteladanan amal shalih mereka telah terbuka untuk kita ikuti. Terdapat ratusan bahkan ribuan

peristiwa pada diri mereka yang dapat membuat diri kita kagum.

Disebutkan dalam Kitab Ruhul Bayan bahwa Imam Suyuthi rah.a dalam Jami’ush

Shaghir dan As Sakhaway dalam Kitab Al Maqashidnya terdapat riwayat dari Ibnu Umar r.huma

bahwa Rasulullah saw bersabda,” Di antara ummatku, senantiasa ada lima ratus ( 500 ) orang

pilihan dan empat puluh ( 40 ) orang Wali Abdal. Jika salah seorang di antara mereka meninggal

dunia, maka akan langsung ada penggantinya.” Para shahabat r.hum bertanya, “ Apakah amalan

istimewa mereka?” Beliau bersabda,” Mereka memaafkan para penzhalim, bermua’malah

dengan baik walaupun dengan ahli maksiat dan berbagi kasih sayang dalam rezeqi yang mereka

terima.” Hadits lain menyebutkan,” Barangsiapa memberi makan kepada orang yang lapar,

memberi pakaian kepada orang yang telanjang, dan memberi tempat bermalam kepada musafir,

Allah akan menyelamatkannya dari ketakutan pada hari kiamat.”

Yahya Barmaki rah.a. biasa memberikan seribu dirham kepada Sufyan Ats Tsauri rah.a.

setiap bulannya. Lalu Sufyan Ats Tsauri rah.a. bersujud kepada Allah dan berdoa,” Ya Allah,

Yahya telah mencukupi keperluan duniaku, maka melalui rahmat-Mu yang besar, cukupilah

kebutuhannya di akhirat.” Dan setelah Yahya rah.a. meninggal dunia, ketika orang-orang

melihatnya di dalam mimpi, mereka bertanya kepadanya,” Bagaimana keadaanmu?” Yahya

rah.a. menjawab,” Melalui doa Sufyan, Allah telah mengampuni dosa-dosaku.”

Selanjutnya Rasulullah saw bersabda tentang keutamaan memberi makan kepada orang

yang berbuka puasa. Sebuah hadits meriwayatkan bahwa selama bulan Ramadhan, para malaikat

memohonkan rahmat bagi orang yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa dari

nafkahnya yang halal. Dan pada malam Lailatul Qadr, Jibril a.s. akan berjabat tangan dengannya.

Page 44: Fadhilah Amal

Dan barangsiapa berjabat tangan dengan Jibril a.s. ( tanda-tandanya adalah ) hatinya menjadi

lembut, dan air matanya akan mudah mengalir. Hamad bin Salamah rah.a adalah seorang

muhaddits yang masyhur. Ia biasa memberi makan ketika ifthar ( berbuka puasa ) setiap hari

kepada lima puluh ( 50 ) orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan. “ ( Ruhul Bayan ).

Setelah Nabi bersabda tentang keutamaan ifthar, lalu beliau menyatakan bahwa bagian

pertama bulan Ramadhan adalah masa diturunkannya rahmat. Maksudnya, Allah SWT

menurunkan Rahmat-Nya secara umum kepada kaum muslimin. Jika mereka mensyukuri nikmat

itu, maka nikmat untuk mereka akan ditambah. Allah SWT berfirman:

“ Apabila kamu mensyukuri nikmat-Ku, pasti Aku akan tambah nikmat-Ku kepadamu.”

Bagian pertengahan bulan Ramadhan adalah masa diturunkannya ampunan sebagai

balasan dan penghormatan terhadap puasa yang telah dilakukan pada bagian pertama. Dan

bagian ketiga adalah masa pembebasan dari api neraka. Masih banyak hadits-hadits lainnya yang

menyebutkan tentang pembebasan dari api neraka pada akhir bulan Ramadhan. Menurut

Maulana Zakariyya, bulan Ramadhan terbagi menjadi tiga bagian, yakni rahmat, maghfirah dan

kebebasan dari api neraka. Pada umumnya manusia terbagi menjadi tiga golongan;

1. Orang yang tidak mempunyai beban dosa, sehingga semenjak awal bulan

Ramadhan merupakan curahan hujan rahmat dan nikmat bagi mereka.

2. Orang-orang yang kadar dosanya ringan. Mereka menerima ampunan dari Allah

setelah beberapa hari berpuasa. Sebagai berkah dan balasan terhadap puasa mereka,

dosa-dosa mereka diampuni pada bulan Ramadhan.

3. Orang-orang yang berdosa besar. Bagi mereka, ampunan akan datang, setelah

berpuasa lebih lama pada bulan Ramadhan. Bagi mereka yang telah memperoleh

rahmat Allah semenjak permulaan dan dosa-dosa mereka diampuni, maka tidak

perlu ditanyakan lagi berapa banyak rahmat bercucuran ke atas mereka. ( Wallahu

a’lam ).

Selanjutnya Nabi memberi semangat kepada para shahabatnya, bahwa majikan

hendaknya bersikap baik kepada para pembantu mereka selama bulan Ramadhan, karena

bagaimanapun juga, mereka sedang berpuasa. Banyaknya beban pekerjaan yang diberikan

kepada mereka akan menyulitkan puasa mereka. Apabila pekerjaan terlalu banyak dan berat,

Page 45: Fadhilah Amal

mengapa tidak menambah jumlah pekerja? Hal tersebut hanya berlaku bila pembantu sedang

berpuasa. Sedangkan jika pembantu tidak sedang berpuasa, maka tidak ada perbedaan baginya

antara bulan Ramadhan dengan bulan lainnya. Adalah suatu kezaliman dan sangat tidak

berperasaan jika majikan sendiri tidak berpuasa, lalu tanpa rasa malu ia membebani tugas yang

berat kepada para pekerjanya yang sedang berpuasa. Bahkan jika pekerjaan menjadi terbengkalai

karena puasa dan sholat, mereka akan dimarahi oleh tuannnya.

“ Dan orang-orang yang berbuat zalim akan mengetahui ke tempat manakah mereka akan

dikembalikan ( yaitu neraka jahannam).” ( QS Asy Syu’araa 227 )

Kemudian Rasulullah memerintahkan, agar kita memperbanyak empat amalan pada bulan

Ramadhan:

1. Memperbanyak mengucapkan kalimat Thayyibah. Sebagaimana telah disebutkan di

beberapa hadits bahwa kalimat tersebut merupakan dzikir yang paling utama. Di

dalam Kitab Misykat, Abu Sa’id Al Khudri r.a., meriwayatkan, “ Suatu saat, Nabi

Musa a.s. berdoa kepada Allah, “ Ya Allah, berilah kepadaku suatu doa yang

dengannya aku dapat mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu.” Lalu Allah

memerintahkannya agar mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallohu. Musa a.s.

berkata, “ Yaa Allah, kalimat ini telah dibaca oleh semua hamba-Mu. Aku

menginginkan kalimat yang khusus.” Allah SWT berfirman,” Hai Musa, apabila

tujuh lapis langit beserta isinya selain Aku, dan tujuh lapis bumi beserta isinya,

diletakkan di atas suatu timbangan dan kalimat ini diletakkan di atas timbangan yang

lain, maka kalimat ini akan lebih berat.”

Hadits lain menyebutkan,” Barangsiapa mengucapkan kalimat ini dengan ikhlas,

maka pintu-pintu langit akan terbuka dan tidak ada yang dapat menghalanginya

hingga menuju arsy Allah.” Syaratnya adalah, orang yang mengucapkan kalimat itu

menjauhi dosa-dosa besar.

2. Memperbanyak istighfar. Banyak hadits yang meriwayatkan tentang keutamaan

istighfar. Sebuah hadits menyebutkan,” Barangsiapa beristighfar sebanyak-

banyaknya, maka Allah akan membukakan jalan keluar untuknya dari semua

kesulitannya dan akan membebaskannya dari segala duka cita. Dan ia akan

memperoleh rezeqi dari arah yang tidak disangka-sangka.” Dalam riwayat yang lain,

Page 46: Fadhilah Amal

Nabi saw bersabda,” Setiap orang berbuat dosa. Tetapi sebaik-baik orang yang

berdosa ialah yang selalu bertaubat.” Jika seseorang berbuat dosa, maka sebuah titik

hitam akan melekat di hatinya. Namun jika ia bertaubat, maka titik hitam itu akan

lenyap. Jika tidak bertaubat, maka titik hitam itu akan tetap tertera di sana.”

3. Perbanyak doa memohon surga.

4. Berlindung dari api neraka jahannam.

Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Hadits ke-2

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. Bersabda,” Ummatku dikaruniai lima ( 5 )

keistimewaan pada bulan Ramadhan, yang belum pernah diberikan kepada umat-umat sebelum

mereka:

1. Bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih disukai oleh Allah daripada

minyak kasturi.

2. Ikan – ikan akan memohonkan ampunan untuk mereka sampai mereka berbuka.

3. Allah menghiasi surga-Nya setap hari dan berfirman kepadanya,’ Saatnya hampir

tiba bagi hamba-hamba-Ku yang shalih, yang tabah dalam ujian, untuk melepaskan

segala beban kesukaran ( di dunia ) dan mereka akan mendatangimu.’’

4. Syaithan – syaithan jahat akan dibelenggu sehingga tidak dapat bebas menggoda

mereka sebagaimana mereka biasa menggoda pada bulan-bulan lainnya.

5. Pada malam terakhir bulan tersebut, mereka akan diampuni. Ada orang yang

bertanya,” Ya Rasulullah, apakah malam itu malam Lailatul Qadar?” Beliau

bersabda,” Bukan, tetapi seorang pekerja akan diberikan upahnya jika telah selesai

melakukan pekerjaannya.” ( HR Ahmad ).

Penjelasan

Page 47: Fadhilah Amal

Rasulullah saw menyebutkan di dalam hadits di atas tentang lima karunia Allah SWT

terhadap ummat ini yang tidak diberikan kepada umat-umat ( yang berpuasa ) terdahulu. Apabila

kita betul-betul menyadari betapa besar karunia Allah ini, tentu kita akan berusaha dengan ikhlas

untuk mendapatkannya.

Keistimewaan ke-1: ‘ Bau mulut orang yang berpuasa ( karena lapar ), lebih disukai

Allah daripada harumnya minyak kasturi’. Para pensyarah hadits mengutarakan delapan ( 8 )

pendapat/ interpretasi mengenai maksud lafazh tersebut, sebagaimana telah saya utarakan dalam

Syarah Al Muwaththa’. Namun, menurut saya, ada tiga penafsiran yang dapat diterima.

Penafsiran 1: Bahwa di akhirat, Allah akan memberikan pahala bau mulut tersebut

dengan keharuman yang lebih harum dan lebih segar daripada minyak kasturi. Maksudnya telah

jelas dan tidak jauh dari makna yang sebenarnya. Penafsiran yang demikian juga terdapat di

dalam kitab Durrul Mantsur, dan terdapat riwayat yang menerangkannya dengan jelas. Oleh

sebab itu, sudah tentu ini merupakan penafsiran yang paling tepat.

Penafsiran 2: Pada hari kiamat, pada saat manusia dibangkitkan dari kubur, ciri-ciri orang

yang berpuasa adalah bau harum yang akan keluar dari mulut mereka, yang keharumannya

melebihi harumnya minyak kasturi.

Penafsiran 3: Menurut pendapat Maulana Zakariyya, penafsiran yang paling dapat

diterima dari kedua penafsiran di atas adalah bahwa ketika di dunia, bau mulut orang yang

berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak kasturi.

Ini menunjukkan hubungan kasih sayang antara Allah SWT dan makhluq-Nya yang sedang

berpuasa. Kita mengetahui, walaupun bau mulut dari orang yang sangat kita cintai itu tidak enak,

bagi yang mencintainya, bau tersebut sangat menarik. Dalam hal ini, yang mencintai tidak lain

adalah Allah SWT sendiri. Ini menunjukkan betapa dekat hubungan orang yang berpuasa dengan

Allah SWT, karena puasa adalah salah satu bentuk ibadah yang paling disukai oleh Allah SWT.

Oleh sebab itu, sebuah hadits menyatakan bahwa pahala setiap amalan akan dibawa oleh para

malaikat, tetapi mengenai pahala puasa, Allah SWT berfirman,” Aku sendiri yang akan

memberikannya, karena puasa hanya untuk-Ku.” Sebagian ulama meriwayatkan bahwa lafazh

Page 48: Fadhilah Amal

Ujzaa bihi maksudnya adalah: Akulah yang akan memberikan diri-Ku kepadanya. Dan pahala

apalagi yang lebih besar daripada mendapatkan yang kita kasihi?

Hadits lain menyebutkan,” Pintu segala macam ibadah adalah puasa.” Dengan puasa hati

menjadi bersinar, sehingga dapat menghidupkan semangat beribadah. Ini akan didapat jika puasa

dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memenuhi syarat serta adabnya, yaitu bukan hanya

menahan haus dan lapar. Di sini perlu juga disampaikan sebuah masalah penting, bahwa

berdasarkan hadits-hadits tentang keutamaan bau mulut orang yang sedang berpuasa, beberapa

Imam Mazhab telah melarang bersiwak bagi orang yang berpuasa setelah tengah hari, dengan

alasan khawatir nanti bau mulutnya akan berkurang/ hilang. Sedangkan menurut Mazhab Hanafi,

bersiwak adalah Mustahab ( dianjurkan ) kapan saja, dengan alasan bahwa dengan bersiwak bau

mulut akan hilang. Sedangkan bau yang dimaksud di sini adalah bau yang disebabkan oleh perut

kosong, bukan karena gigi. Dalil-dalil/ argumen mengenai hal ini terdapat dalam kitab-kitab fiqih

dan hadits.

Keistimewaan 2: Ikan-ikan di laut akan beristighfar untuk orang-orang yang berpuasa.

Maksudnya, banyak makhluk yang akan mendoakannya. Hal ini banyak dikemukakan di dalam

berbagai riwayat. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa para malaikat akan memohonkan

ampunan baginya. Syaikh Muhammad Ilyas mengemukakan bahwa memang benar bahwa ikan-

ikan akan mendoakannya, karena Allah telah berfirman:

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih , niscaya Yang Maha

Rahman akan mencintai mereka ( di dunia ).” ( QS Maryam 96 )

Sebuah hadits menyebutkan,” Jika Allah mencintai seorang hamba-Nya, maka Dia akan

berfirman kepada Jibril a.s., ‘ Aku mencintai orang itu, hendaknya kamu juga

mencintainya.’Lalu Jibril a.s. mencintai orang itu dan mengumumkan kepada penduduk langit,’

Allah mencintai orang itu, hendaknya kalian juga mencintainya.’ Maka semua penduduk langit

akan mencintainya. Kemudian kecintaan kepada orang itu, akan menyebar ke seluruh Bumi.

Padahal biasanya cinta itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang ada di dekatnya, namun cinta

ini akan menyebar kemana-mana, sehingga bukan hanya yang tinggal di dekatnya saja yang akan

mencintainya, bahkan penduduk sungai pun akan mencintainya dan mendoakannya. Sehingga

Page 49: Fadhilah Amal

perasaan cinta kepadanya sudah melebihi batas daratan sampai ke dalam laut. Dan doa penduduk

hutan adalah hal yang sudah semestinya.

Keistimewaan 3: Surga dihiasi untuk menyambut bulan Ramadhan. Hal ini telah

dikemukakan di dalam berbagai riwayat. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa sejak permulaan

tahun, surga telah dihias untuk menyambut Ramadhan. Biasanya, semakin penting tamu yang

akan datang, maka semakin awal pula persiapannya. Contoh mudah, dalam acara walimah

pernikahan, maka persiapan telah dilakukan beberapa bulan sebelumnya. Apatah lagi dengan

moment Ramadhan.

Keistimewaan 4: Syaithan-syaithan yang amat jahat akan dirantai sehingga kemaksiatan

akan berkurang. Sudah menjadi sunnatulloh bahwa yang namanya syaithan dari dulu selalu

berusaha sekuat tenaga menyesatkan orang-orang yang beriman dari jalan yang benar, sehingga

kemaksiatan akan semakin bertambah bakan sampai berlebihan. Namun dengan adanya

semangat ibadah dan gairah untuk memperoleh rahmat pada bulan Ramadhan yang penuh berkah

ini, yang terlihat secara umum adalah kemaksiatan berkurang. Berapa banyak para pemabuk,

yang karena keistimewaan Ramadhan, tidak meminum minuman keras? Berapa banyak

kemaksiatan yang biasanya dilakukan secara terang-terangan telah berkurang karena Ramadhan?

Kalaupun masih ada perbuatan dosa, itu bukan sesuatu yang sulit untuk memahami hadits di atas.

Karena isi hadits menyatakan bahwa yang dibelenggu adalah syaithan-syaithan yang sangat

jahat, maka tidak perlu heran jika masih terjadi perbuatan dosa. Itu karena pengaruh dari

syaithan-syaithan yang lebih kecil kadar kejahatannya.

Riwayat lain menyebutkan bahwa pembelengguan syaithan ini adalah mutlak, tanpa

batasan hanya syaithan-syaithan yang sangat jahat. Dengan demikian, jika yang dimaksud hadits

di atas adalah pembatasan hanya pada syaithan-syaithan yang terjahat, terkadang suatu lafazh

disebutkan secara mutlak, dan di pihak lain ternyata ada pembatasan, maka ini bukan suatu

pertentangan dalam hadits. Sebaliknya, jika yang dimaksud adalah dibelenggunya seluruh

syaithan, maka kemaksiatan yang terjadi di bulan Ramadhan bukanlah sesuatu yang aneh, karena

walaupun kemaksiatan itu secara umum terjadi karena godaan syaithan, dapat juga terjadi karena

pengaruh kuat dari racun dan hawa nafsu manusia yang sudah terbiasa dengan kemaksiatan

selama waktu-waktu di luar Ramadhan, yang semakin lama akhirnya menjadi tabiat yang sulit

Page 50: Fadhilah Amal

dihilangkan, sehingga ada atau tidak adanya syaithan, hal itu tidak berpengaruh baginya.

Demikianlah maksiat itu dilakukan, sehingga menjadi tabiat pada dirinya. Orang yang terbiasa

idup dengan hawa nafsunya, maka perbuatan dosa pun terjadi karena hawa nafsunya.

Sebuah hadits menguatkan hal ini, yakni sabda Nabi saw.,” Apabila seseorang berbuat

suatu dosa, sebuah titik hitam akan melekat di dalam hatinya. Jika ia bertaubat dengan ikhlas,

titik hitam tadi akan terhapus. Jika tidak bertaubat , titik hitam tadi akan tetap melekat. Apabila

ia berbuat dosa lagi, maka titik lainnya akan muncul dan seterusnya, sehingga hatinya menjadi

hitam semuanya dan tidak ada sesuatu yang baik yang dapat memasuki hatinya.” Mengenai hal

ini, Allah SWT berfirman: “ Sekali-kali tidak! Bahkan hati mereka telah berkarat.”

Oleh sebab itu, dengan sendirinya hati itu akan cenderung pada perbuatan maksiat. Inilah

sebabnya, mengapa ada sebagian orang yang tidak peduli terhadap dosa tertentu yang ia lakukan,

tetapi jika ia melakukan suatu dosa yang lain, hati mereka akan menolak. Misalnya, jika orang-

orang yang biasa minum khamr disuruh makan babi, ia tentu akan menolak, padahal keduanya

merupakan makanan yang diharamkan. Demikian juga, apabila suatu perbuatan dosa dilakukan

terus menerus dilakukan di luar Ramadhan, maka hati akan menyatu dengan dosa-dosa itu,

sehingga meskipun di bulan Ramadhan, tetap saja dosa-dosa tersebut akan dilakukan, meskipun

tanpa digoda oleh Syaithan. Jika yang dimaksud adalah seluruh syaithan dirantai d bulan

Ramadhan, maka kita dapat memahaminya dengan keterangan di atas. Dan jika yang dimaksud

hanya syaithan-syaithan jahat yang diranta, itu pun dapat dipahami.

Maulana Zakariyya berpendapat bahwa penjelasan inilah yang lebih tepat. Semua orang

dapat berpikir dan membuktikan, bahwa untuk berbuat baik atau menghindari perbuatan maksiat

pada bulan Ramadhan tidaklah begitu sulit sebagaimana ketika di luar bulan Ramadhan. Dengan

sedikit kesungguhan dan ketawajjuhan sudah cukup untuk dapat terhindar dari godaan-godaan

tersebut. Syaikh Mohammad Ishaq berpendapat bahwa kedua hadits tersebut ditujukan bagi

orang yang berbeda. Bagi orang-orang fasik, yang dirantai hanya syaithan-syaithan yang

sombong. Sedangkan bagi orang-orang shalih, yang dirantai adalah seluruh syaithan.

Keistimewaan 5: Pengampunan diberikan kepada seluruh orang yang berpuasa pada akhir

malam bulan Ramadhan. Hal ini telah diterangkan dalam riwayat yang pertama. Karena malam

Page 51: Fadhilah Amal

yang paling utama di antara malam-malam Ramadhan adalah malam Lailatul Qadr, para

shahabat r.hum. mengira bahwa keutamaan tersebut diperuntukkan bagi malam Lailatul Qadr

saja. Nabi saw. Menjawab,” Keutamaan Lailatul Qadar lain lagi, sedangkan nikmat ini adalah

ganjaran untuk akhir Ramadhan.”

Page 52: Fadhilah Amal

Hadits ke-3

Dari Ka’ab bin ‘Ujrah r.a., Rasulullah saw. bersabda,” Mendekatlah kalian ke mimbar.”

Kami pun mendekat. Ketika beliau menaiki tangga pertama, beliau berkata ‘Amin’. Lalu ketika

menaiki tangga kedua juga berkata ‘Amin’. Dan ketika menaiki tangga yang ketiga, beliau pun

berkata ‘Amin’. Maka ketika turun, kami berkata,” Ya Rasulullah, sungguh pada hari ini kami

telah mendengar darimu sesuatu yang belum pernah kami dengar.” Beliau bersabda,”

Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku lalu berkata,’ Celakalah orang yang mendapatkan

bulan Ramadhan, tetapi ia tidak diampuni,’ maka aku berkata, ‘Amin’. Lalu ketika aku menaiki

tangga kedua dia berkata,’ Celakalah orang yang mendengar namamu disebut, tetapi ia tidak

bersholawat atasmu.’ Maka aku berkata, ‘Amin’. Ketika aku menaiki anak tangga ketiga, ia

berkata,’ Celakalah orang yang menjumpai kedua ibu bapaknya yang telah tua atau salah satu

dari keduanya, tetapi mereka tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.’ Aku berkata,’Amin’.

( HR Hakim )

Penjelasan:

Di dalam hadits ini, Jibril a.s. telah mendoakan keburukan bagi tiga perkara dan

Rasulullah saw. mengamini ketiga dia tersebut. Jibril a.s. sebagai malaikat yang terdekat dengan

Allah SWT telah mendoakan keburukan dan beliau mengamininya. Maka betapapun kerasnya

doa tersebut, Allah SWT pasti akan mengabulkannya. Hanya dengan rahmat-Nya, kita dapat

terhindar dari perbuatan-perbuatan tersebut dan terselamat dari doa-doa tersebut. Jika tidak,

bagaimana kita dapat menghindarinya? Di dalam Durrul Mantsur disebutkan bahwa Jibril a.s.

sendiri yang berkata kepada Rasulullah,’ Ucapkanlah Amin.’ Maka beliau mengamininya. Dari

sini dapat kita ketahui dengan jelas betapa pentingnya doa tersebut.

Orang pertama adalah orang yang melewati Bulan Ramadhan yang penuh berkah, tetapi

ia tidak dapat ampunan-Nya. Ia menghabiskan hari-harinya dengan perbuatan dosa dan kelalaian

sehingga ia tidak memperoleh maghfiroh. Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan curahan

rahmat Allah laksana hujan, namun jika dalam bulan ini dihabiskan dengan perbuatan buruk,

maka dapat menyebabkan kita terhalang dari rahmat Illahi. Jika tidak memperoleh maghfirah

Page 53: Fadhilah Amal

Allah SWT dalam bulan ini, lalu kapan lagi kita akan mendapatkannya? Dan apa yang patut

diherankan dengan kebinasaannya? Cara mendapatkan ampunan Allah SWT adalah setelah

menunaikan tugas dalam bulan Ramadhan yaitu berpuasa dan tarawih, hendaklah kita

memperbanyak istighfar dan bertaubat kepada Allah SWT.

Orang kedua yang mendapatkan doa keburukan di atas adalah orang yang apabila

mendengar nama Rasulullah saw disebutkan, ia tidak bershalawat kepada beliau. Banyak hadits

yang meriwayatkan tentang masalah ini, sehingga sebagian ulama berpendapat bahwa

bershalawat ketika mendengar nama Muhammad saw disebut adalah WAJIB. Selain hadits di

atas, masih banyak hadits lainnya yang menyebutkan ancaman atas kelalaian ini. Sebagian hadits

menyebutkan bahwa orang-orang yang demikian itu termasuk ke dalam golongan orang-orang

yang kikir dan celaka. Juga sebagai orang yang kehilangan jalan ke surga, bahkan termasuk ke

dalam golongan orang yang akan memasuki neraka. Juga diriwayatkan bahwa orang itu tidak

akan dapat melihat wajah Rasulullah saw. Alim ulama ahlul haq telah mentakwilkan riwayat ini,

namun siapakah yang berani mengingkarinya, berdasarkan sabda Nabi saw yang demikian keras

mengemukakan ancaman itu, yang mereka tidak akan sanggup menanggungnya? Mengapa?

Karena kebaikan Rasulullah saw demikian besar terhadap ummat ini, sehingga tulisan-tulisan

ataupun ceramah tidak mampu melukiskannya. Banyak sekali hak-hak Rasulullah yang tidak

sanggup ditunaikan oleh ummatnya, sehingga orang yang tidak bersholawat ketika mendengar

namanya pun berhak mendapat ancaman dan kerugian. Sangat besar keutamaan bersholawat ke

atas Nabi saw, sehingga barangsiapa yang tidak mengucapkannya, baginya kecelakaan yang

sangat besar.

Sebuah hadits menyebutkan bahwa bahwa barangsiapa bersholawat 1 kali untuk

Rasulullah saw, maka Allah SWT akan menurunkan 10 rahmat kepadanya dan para malaikat

akan mendoakannya, dosa-dosanya akan diampuni, derajatnya akan dinaikkan, pahalanya akan

diterima laksana Gunung Uhud, dan ia wajib menerima syafaat pada hari kiamat dan masih

banyak balasan lainnya yang telah dijanjikan seperti mendapatkan rahmat dan ridho Allah SWT,

terbebas dari murka-Nya, selamat dari ketakutan pada hari kiamat, dapat melihat tempatnya di

surga ketika hidup sebelum matinya. Selain itu, masih banyak janji lainnya yang berhubungan

dengan keutamaan khusus bershalawat ke atas Nabi saw sebagaimana yang telah disabdakan

oleh Rasulullah saw sendiri.

Page 54: Fadhilah Amal

Keutamaan shalawat lainnya adalah, orang yang membacanya akan diselamatkan dari

kesempitan dan kemiskinan dan akan memperoleh kebahagiaan dapat berdekatan dengan Nabi

saw dan Allah SWT. Akan memperoleh pertolongan dari Allah SWT atas musuh-musuhnya,

hatinya akan dibersihkan dari sifat munafik serta kotoran-kotorannya, ia akan dicintai oleh orang

lain, dan masih banyak hadits-hadits lainnya yang menerangkan keutamaan bershalawat ke atas

Nabi saw. Para ahli fiqih mengatakan bahwa bershalawat kepada Nabi saw. adalah fardhu, paling

tidak 1 kali dalam seumur hidup, dan ini merupakan ijma’/ kesepakatan seluruh ulama.

Sedangkan yang diperselisihkan adalah, apakah menjadi kewajiban bagi seseorang untuk

bershalawat setiap kali mendengar nama Nabi saw disebut atau tidak? Sebagian ulama

berpendapat bahwa wajib bershalawat jika nama beliau disebut. Ulama lainnya berpendapat

mustahab/ sangat dianjurkan.

Orang ketiga ialah orang yang dalam hidupnya tidak dapat melayani kedua orang tuanya

atau salah seorang di antara keduanya dengan baik ketika mereka telah tua, sehingga ia tidak

akan mendapatkan surga. Banyak hadits yang meriwayatkan tentang ha-hak orang tua. Alim

ulama berkata bahwa mematuhi perintah kedua orang tua dalam hal yang mubah adalah wajib.

Jangan berbuat tidak sopan kepada mereka, dan jangan mendatangi mereka dengan sombong,

sekalipun mereka musyrik. Jangan meninggikan suara melebihi suara mereka, jangan memanggil

mereka hanya dengan namanya dan dahulukan mereka dalam kepentingannya. Jika harus

mengingatkan mereka kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, hendaklah dilakukan

dengan cara yang halus. Tetaplah menjaga hubungan yang baik jika ajakan kita ditolak. Selalulah

berdoa memohon hidayah untuk mereka, walaupun mereka menolaknya. Muliakanlah dan

hormatilah mereka pada setiap kesempatan. Sebuah hadits menyatakan,” Pintu terbaik untuk

memasuki surga adalah ayah. Jika kamu menginginkannya, maka peliharalah ia atau abaikanlah

ia.” Seorang shahabat r.a. bertanya kepada Nabi saw., “ Apakah hak-hak kedua orang tua?”

Beliau menjawab,” Mereka itu surgamu atau nerakamu.” Ridho mereka akan membawamu ke

surga dan kemarahan mereka akan membawamu ke neraka.” Sebuah hadits lain menyatakan,”

Seorang anak sholeh yang memandang kedua orang tuanya dengan rasa cinta dan kasih sayang,

maka pahalanya sama seperti haji yang makbul.” Hadits lain mengatakan,” Selain dosa syirik

kepada Allah SWT, Allah mengampuni semua dosa-dosa yang dikehendaki-Nya, tetapi Dia akan

menurunkan azab sebagai balasan karena durhaka kepada orang tua, di dunia ini, juga sebelum ia

Page 55: Fadhilah Amal

mati.” Seorang shahabat r.a. berkata,” Ya Rasulullah. Saya ingin berjihad.” Sabda Beliau,”

Apakah ibumu masih hidup?” Jawabnya,” Ya.” Beliau lalu bersabda,” Layanilah ibumu, karena

surgamu ada di bawah telapak kaki ibumu.” Hadits lainnya menyebutkan,” Ridho Allah

tergantung pada ridho ibu dan bapak. Dan murka Allah bergantung pada murka ibu dan bapak.”

Jika ada seseorang yang karena kelalaiannya berbuat salah dalam masalah ini, sedangkan

kedua orang tuanya telah meninggal dunia, maka menurut syariat yang suci ini, masih ada jalan

keluarnya. Sebuah hadits mengajarkan kepada kita agar jika hal itu terjadi, seorang anak

hendaknya selalu berdoa dan memohonkan ampunan bagi kedua orang tuanya. Dengan

mendoakan mereka, ia akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang berbakti. Hadits

lain mengatakan bahwa amalan seseorang yang paling baik setelah kematian ayahnya adalah

berbuat baik kepada teman-teman ayahnya.

Lailatul Qadar

Di antara malam – malam Ramadhan yang terkenal dengan kebaikan dan keberkahannya

yang sangat besar, terdapat suatu malam yang disebut sebagai malam Lailatul Qadar. Al Qur’an

telah menyatakan keutamaannya yang lebih besar dari seribu bulan. Dengan kata lain, malam itu

lebih berharga daripada 83 tahun 4 bulan. Betapa beruntung, orang yang mendapatkan

kesempatan beribadah dengan sungguh-sungguh pada malam itu, karena berarti ia mendapatkan

pahala beribadah selama 83 tahun 4 bulan, bahkan kita tidak tahu, barangkali lebih banyak

daripada itu. Sesungguhnya malam itu merupakan suatu karunia dan rahmat yang amat besar

bagi ummat ini.

Sejarah Lailatul Qadar

Di dalam Kitab Durrul Mantsur terdapat sebuah hadits dari Anas r.a., bahwa Rasulullah

saw. bersabda,” Lailatul Qadar telah dikaruniakan kepada ummat ini ( umatku ) yang tidak

diberikan kepada umat-umat sebelumnya.”

Page 56: Fadhilah Amal

Terdapat beberapa pendapat mengenai alasan dikaruniakannya Lailatul Qadar. Menurut

beberapa hadits, di antara sebabnya adalah sebagai berikut; Rasulullah pernah merenungkan usia

rata-rata umat-umat terdahulu yang jauh lebih panjang daripada usia umatnya yang pendek.

Beliau pun bersedih karena mustahil ummatnya dapat menandingi amal ibadah umat-umat

terdahulu. Oleh sebab itu, Allah SWT dengan kasih sayangnya yang tidak terhingga

mengaruniakan Lailatul Qadar kepada umat Islam. Hal ini bermakna bahwa apabila ada

seseorang yang memperoleh kesempatan beribadah selama sepuluh malam Lailatul Qadar pada

bulan Ramadhan dan mendapatkan keberkahan malam-malam tersebut, maka ia akan

mendapatkan pahala beribadah selama 83 tahun 4 bulan, bahkan lebih.

Riwayat lain mengatakan bahwa Rasulullah saw bercerita kepada para shahabatnya tentang kisah

seorang yang sangat sholeh dari kalangan Bani Israel yang telah menghabiskan waktu selama

seribu bulan untuk berjihad fii sabilillah. Mendengar kisah nyata ini, para shahabat Nabi saw.

merasa iri. Terhadap hal ini, Allah SWT mengaruniakan kepada para shahabat, Lailatul Qadar

sebagai ganti dari beribadah selama 1000 bulan tersebut. Ada juga riwayat lainnya yang

menyatakan bahwa Nabi saw pernah menyebutkan 4 nama nabi dari Bani Israel, yang masing-

masing telah menghabiskan waktu 80 tahun untuk mengabdi dan berbakti kepada Allah SWT

tanpa pernah mendurhakai-Nya sekejap pun. Mereka adalah Nabi Ayyub a.s., Zakariyya a.s.,

Hizkiel a.s., dan Yusya’ a.s. . Mendengar hal ini, para shahabat Nabi merasa takjub dan iri. Lalu

Jibril a.s. datang dan membacakan surat Al Qadar yang mewahyukan tentang keberkahan malam

yang istimewa ini.

Masih ada riwayat-riwayat lainnya yang menerangkan tentang asal mula dikaruniakannya

malam Lailatul Qadar. Meskipun dalam satu masa, perbedaan ini secara umum disebabkan oleh

keadaan yang berbeda yang mengakibatkan ayat ini turun. Oleh karena itu, penafsirannya

dikaitkan dengan kejadian pada masa tersebut. Terlepas dari riwayat mana yang kita terima, yang

penting Allah SWT telah mengaruniakan kepada ummat ini malam Lailatul Qadar sebagai

nikmat yang besar. Lailatul Qadar adalah karunia Allah SWT dan hanya orang-orang yang

mendapatkan taufik dan hidayah yang dapat beramal di dalamnya. Betapa beruntung orang-orang

bertaqwa yang tidak pernah meninggalkan ibadah pada malam Lailatul Qadar semenjak mereka

baligh.

Page 57: Fadhilah Amal

Tentang penentuan jatuhnya malam Lailatul Qadar ini, terdapat sekitar 50 perbedaan

pendapat di kalangan alim ulama. Di sini tidak akan diuraikan semua pendapat itu, tetapi hanya

yang paling masyhur saja. Kitab-kitab hadits banyak membahas keistimewaan dan keutamaan

malam Lailatul Qadar ini melalui berbagai riwayat. Karena Al Qur’an sendiri telah menyebutkan

tentang malam tersebut dalam sebuah surat yang khusus, kita akan memulainya dari penjelasan

mengenai penafsiran surat Al Qadar tersebut, yang diambil dari tafsir Bayanul Qur’an susunan

Syaikh Asyraf Ali Tsanwi rah.a. dan beberapa tambahan dari kitab-kitab lainnya.

“ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Al Qur’an ) pada malam kemuliaan.”

Ayat di atas telah menyebutkan suatu kenyataan bahwa pada malam istimewa itu, Al

Qur’an telah diturunkan dari Lauh al Mahfudz ke langit dunia. Kenyataan ini cukup memperkuat

bukti kemuliannya, yaitu Al Qur’an yang begitu agung diturunkan pada malam ini. Keberkahan

dan keutamaan lainnya juga tertulis di dalam surat ini. Pada ayat berikutnya, agar menarik

perhatian kita, maka diajukanlah sebuah pertanyaan:

“ Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu”

Dengan kata lain, pertanyaannya adalah,” Tahukah kamu betapa besar dan penting

malam ini? Tahukah kamu akan besarnya nikmat dan karunia pada malam ini?” Ayat berikutnya

menerangkan keagungan malam tersebut:

“ Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.”

Artinya, pahala beribadah pada malam itu lebih baik dan lebih besar daripada pahala

beribadah selama seribu bulan. Dan kita tidak tahu seberapakah yang dimaksud lebih besar itu.

“ Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril, dengan ijin Allah untuk

mengatur semua urusan.”

Sebuah penjelasan yang indah mengenai ayat ini telah dikemukakan oleh Imam Razi

rah.a. yang berkata bahwa ketika manusia pertama diturunkan ke Bumi, para malaikat

melihatnya dengan penuh keprihatinan, sehingga mereka bertanya kepada Allah SWT.,”

Mengapa Engkau jadikan ( khalifah ) di bumi, orang yang akan berbuat kerusakan dan

Page 58: Fadhilah Amal

menumpahkan darah?” Sebagaimana halnya jika ibu bapak memperhatikan asal usul manusia,

yaitu dari setetes air mani, mereka akan memandangnya dengan rasa jijik sehingga dianggap

sebagai sesuatu yang mengotori pakaian dan perlu dicuci. Namun, ketika dari air mani itu, Allah

SWT menjadikan seorang bayi yang cantik, mereka pun menyayanginya dan mencintainya.

Demikian pula, jika seseorang beribadah kepada Allah SWT dan memuji-Nya pada malam

kemuliaan, maka para malaikat akan turun kepada mereka, meminta maaf atas ucapannya dahulu

tentang manusia.

Dalam ayat ini disebutkan lafazh war ruuhu ( dan ruh ). Yang dimaksud adalah Jibril a.s.

yang turun ke bumi pada malam tersebut. Para ahli tafsir memberikan beragam penafsiran

mengenainya. Kebanyakan di antara mereka sepakat bahwa yang dimaksud ruh di sini adalah

Jibril a.s. Menurut Imam Razi rah.a., inilah makna yang paling tepat. Pertama Allah SWT

menyebutkan para malaikat, lalu Jibril a.s., sebab ia memiliki kedudukan khusus di antara para

malaikat, sehingga ia disebut secara terpisah. Sebagian mufassirin berpendapat bahwa yang

dimaksud dengan ruh di sini adalah malaikat yang begitu besar sehingga jika dibandingkan langit

dan bumi, maka keduanya laksana sesuap makanan saja. Mufassir yang lain berpendapat bahwa

ruh di sini maksudnya adalah sekelompok malaikat yang jarang muncul. Malaikat itu hanya

muncul pada malam Lailatul Qadar dan hanya dapat disaksikan oleh malaikat lainnya pada

malam tersebut. Dan masih banyak penafsiran lainnya.

Imam Baihaqi rah.a. meriwayatkan hadits dari Anas r.a. bahwa Nabi saw. bersabda,”

Pada malam Lailatul Qadar, Jibril turun bersama sekumpulan malaikat dan berdoa memohon

rahmat untuk setiap orang yang ditemukan tengah sibuk beribadah pada malam itu.”

“ Dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.”

Mereka turun dengan membawa kebaikan. Penyusun kitab Mazhahiril Haq menulis

bahwa pada malam inilah, dahulu kala, malaikat diciptakan, lalu Adam pun diciptakan dan

pepohonan surga ditanam. Menurut beberapa hadits, pada malam ini, doa-doa dikabulkan. Begitu

pula dalam sebuah hadits di Kitab Durrul Mantsur, disebutkan bahwa pada malam ini Nabi Isa

a.s. diangkat ke langit. Dan pada malam itu juga, taubat Bani Israel diterima.

“ Malam itu ( penuh ) dengan kesejahteraan sampai terbit fajar.”

Page 59: Fadhilah Amal

Malam itu penuh dengan kesejahteraan. Para malaikat turun secara berduyun-duyun dan

bergelombang untuk menyampaikan salamnya kepada orang-orang yang beriman secara

bergiliran seperti tentara. Jika sekelompok malaikat naik ke langit, maka digantikan oleh

kelompok malaikat lainnya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa malam ini penuh dengan

kesejahteraan dan keamanan dari segala kejahatan dan keburukan. Rahmat dan berkah pada

malam itu selalu turun sepanjang malam sampai terbit fajar, tidak terbatas pada sebagian malam

saja.

Sebenarnya setelah mengetahui keutamaan Lailatul Qadar melalui surat ini telah

mencukupi tanpa harus mengutip haditsnya. Tetapi karena banyak hadits yang menyebutkan

fadhilahnya, maka di sini akan disajikan beberapa.

Lailatul Qadar Hadits ke-1

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw bersabda,” Barangsiapa berdiri sholat pada

malam Lailatul Qadar karena Iman dan Ihtisab ( suatu tahapan keyakinan yang sempurna dan

harapan ikhlas untuk memperoleh pahala ), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” ( HR

Bukhari, Muslim- Kitab At Targhib )

Penjelasan

Maksud berdiri di sini adalah shalat, juga meliputi bentuk ibadah lainnya seperti dzikit,

tilawah dan sebagainya. Kata-kata Mengharap Pahala maksudnya adalah agar niat seseorang

ikhlas dan jauh dari niat-niat buruk atau riya’. Seseorang hendaknya berdiri di hadapan Allah

SWT dengan tawadhu’ semata-mata mengharap ridha dan pahala-Nya. Menurut Khathabi rah.a.,

maksud kalimat itu adalah agar seseorang benar-benar meyakini janji Allah lalu berdiri di

hadapannya dengan senang hati, bukan dengan berat hati. Kita tahu bahwa jika seseorang

berkeinginan dan berkeyakinan kuat untuk mendapatkan pahala yang besar, maka ia akan mudah

bersungguh-sungguh dalam beribadah, bahkan semua itu akan terasa ringan baginya. Inilah

alasannya mengapa para muqarrabin merasa ringan dalam meningkatkan dan memperbanyak

ibadah mereka.

Page 60: Fadhilah Amal

Dalam hadits di atas penting untuk diperhatikan mengenai dosa-dosa yang akan

diampuni. Alim ulama mengatakan bahwa yang diampuni adalah dosa-dosa kecil saja, sebab

setiap ayat Al Qur’an yang menyebutkan tentang dosa-dosa besar selalu disertai dengan lafazh

Kecuali yang bertaubat. Berkenaan dengan hal ini, alim ulama sepakat bahwa dosa-dosa besar

tidak akan diampuni kecuali dengan Taubat, sehingga bila ada hadits yang menyatakan tentang

dosa-dosa yang diampuni, mereka berpendapat bahwa yang diampuni adalah dosa-dosa kecil

saja. Maulana Yahya ( ayah Maulana Zakariyya rah.a ) menjelaskan bahwa ada 2 sebab sehingga

lafazh ‘dosa –dosa kecil’ tidak disebutkan dalam beberapa hadits tentang pengampunan dosa.

Pertama, seorang muslim yang taat, mustahil berbuat dosa besar. Kalaupun ia melakukan dosa

besar, maka ia tidak akan tenang hingga ia bertaubat kepada Allah SWT. Kedua, ketika seorang

muslim mengharap pahala ibadah pada malam Lailatul Qadar, maka hatinya akan menyesali

dosa-dosanya. Secara tidak langsung, dia akan benar-benar bertaubat dan berniat tidak akan

mengulangi melakukan perbuatan dosa tersebut. Orang yang telah berbuat dosa besar, hendaknya

benar-benar bertaubat dengan penuh keikhlasan dengan diikrarkan secara lisan, yaitu pada

malam Lailatul Qadar atau pada saat-saat doa makbul, sehingga rahmat Allah tercurah

kepadanya dan dosa-dosanya yang kecil atau besar akan diampuni oleh Allah SWT.

I’tikaf

Pengantar

I’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan niat I’tikaf. Menurut Mazhab Hanafi,

hukum I’tikaf ada 3 macam:

1. I’tikaf wajib. I’tikaf ini menjadi wajib karena nadzar. Misalnya karena

mengucapkan,” Jika saya dapat menyelesaikan pekerjaan ini, saya akan beri’tikaf

sekian hari.” Atau mungkin tanpa harus ada pekerjaan, misalnya karena

mengucapkan,” Saya wajibkan kepada diri saya untuk beri’tikaf selama sekian hari,”

maka I’tikafnya menjadi wajib. Dan sekian hari yang ia niatkan, wajib untuk

ditunaikan.

Page 61: Fadhilah Amal

2. I’tikaf Sunnah. Yaitu I’tikaf sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasulullah saw.

Yakni beri’tikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

3. I’tikaf Nafil. Yaitu I’tikaf tanpa batasan waktu dan hari. Kapan saja seseorang berniat

I’tikaf, ia dapat melakukannya, bahkan jika berniat I’tikaf selama umur hidupnya,

pun diperbolehkan.

Selanjutnya ada perbedaan pendapat tentang batasan waktu I’tikaf yang paling sedikit.

Imam Abu Hanifah rah.a., menyatakan bahwa I’tikaf hendaknya tidak kurang dari 1 hari.

Sedangkan Imam Muhammad rah.a., berpendapat bahwa boleh beri’tikaf dalam waktu yang

singkat. Pendapat inilah yang difatwakan oleh Mazhab Hanafi. Oleh sebab itu, sangat penting

bagi setiap orang untuk niat I’tikaf setiap kali memasuki masjid, sehingga ketika ia

melaksanakan sholat atau beribadah lainnya selama berada di masjid, ia akan mempeoleh pahala

I’tikaf.

Pahala i’tikaf itu sangat banyak dan demikian pula dengan keutamaannya, sehingga

Rasulullah senantiasa memperhatikannya. Perumpamaan orang yang beri’tikaf adalah seperti

orang yang pergi ke rumah orang lain untuk meminta hajatnya seraya berkata,” Selama hajatku

belum terpenuhi, aku akan tetap tinggal di sini.”

Jiwaku keluar bersimpuh di bawah kaki-Mu

Inilah hati yang mengharap pada-Mu

Seandainya hal itu dilakukan, bahkan hati tuan rumah yang sekeras batu, niscaya akan

melunak. Bagaimana dengan Allah Yang Maha Pemurah, yang Kerahiman-Nya sangat luas tak

terbatas?

Engkaulah yang Maha Pemberi

Rahmat-Mu senantiasa terbuka bagi setiap hati

Bertanyalah tentang keadaan Musa dengan Tuhannya

Page 62: Fadhilah Amal

Ia pergi untuk mengambil api, tetapi ia malah menjumpai kenabian

Oleh sebab itu, orang yang memutuskan hubungannya dengan dunia lalu pergi berdiam di

rumah Allah, apakah ada keraguan bahwa ia tidak akan memperoleh apa yang ia inginkan? Dan

jika Allah telah memberinya, siapakah yang mampu menghitung simpanan-Nya? Tidak ada

seorangpun yang sanggup menjelaskan sesuatu yang tidak terbatas.

Ibnul Qayyim rah.a., menjelaskan bahwa tujuan I’tikaf adalah untuk menghubungkan hati

dengan Allah SWT, dengan mengalihkan hati dari segala sesuatu selain Allah SWT dan

mengubah segala kesibukan kita dengan menyibukkan diri dengan-Nya serta mengalihkan segala

sesuatu dari selain Dia dan hanya tertuju kepada-Nya. Segala angan-angan dan pikiran semata-

mata untuk mengingat-Nya dan menumbuhkan kecintaan kepada-Nya, sehingga tumbuh

kecintaan yang dalam kepada-Nya sebagai pengganti cinta kepada makhluk. Cinta seperti inilah

yang akan membahagiakan kita di tengah siksa kubur, yang pada saat itu tak seorangpun dari

yang kita cintai dapat membahagiakan kita kecuali Allah SWT. Jika hati ini telah mencintai-Nya,

maka betapa indah dan nikmat waktu yang akan berlalu bersama-Nya.

Penyusun kitab Maraqil Falah menulis bahwa jika I’tikaf dilakukan dengan ikhlas, maka

I’tikaf tersebut merupakan ibadah yang paling utama. Selain itu, keistimewaan I’tikaf adalah

perhitungan pahalanya tidak terbatas, misalnya jiwa akan dibersihkan dari segala ketergantungan

pada dunia dan berpaling semata-mata kepada Allah SWT dan bersimpuh di hadapan-Nya. Oleh

sebab itu, jika ia beri’tikaf, ia akan dicatat dalam keadaan beribadah sepanjang waktunya. Tidur

atau terjaganya dinilai sebagai ibadah dan ia akan bertambah dekat kepada Allah SWT. Sebuah

hadits menyebutkan bahwa Allah berfirman,” Barangsiapa mendekati-Ku sejengkal, Aku akan

mendekatinya sehasta. Barangsiapa mendekati-Ku sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa.

Barangsiapa mendekati-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari.”

Jika seseorang beri’tikaf di rumah Allah, Allah SWT akan memuliakan siapa saja yang

mendekati rumah-Nya, sehingga ia pasti akan berada dalam lindungan-Nya. Bahaya musuh dan

segala sesuatu yang membahayakan tidak akan menimpanya. Masih banyak lagi keutamaan dan

keistimewaan I’tikaf.

Prosedur I’tikaf

Page 63: Fadhilah Amal

Bagi kaum laki-laki, masjid yang paling utama untuk I’tikaf adalah Masjidil Haram di

Makkah, lalu Masjid Nabawi di Madinah Al Munawwarah , selanjutnya Masjid Baitul Maqdis di

Palestina, lalu masjid Jami’ dan terakhir masjid – masjid di kampung kita masing-masing. Imam

Hanafi rah.a., menetapkan bahwa masjid yang digunakan untuk I’tikaf adalah masjid yang biasa

digunakan untuk sholat 5 waktu berjama’ah. Sedangkan menurut Imam Abu Yusuf dan Imam

Muhammad rah.hima., masjid yang sesuai dengan syariat dapat digunakan untuk beri’tikaf

walaupun belum digunakan untuk sholat berjamaah 5 waktu.

Sedangkan bagi kaum perempuan, mereka hendaknya beri’tikaf di masjid/ musholla yang

ada di dalam rumahnya. Jika tidak ada musholla di dalam rumah, sebaiknya disediakan sebuah

kamar atau ruangan khusus, atau sudut rumah yang khusus untuk I’tikaf. Dengan demikian

I’tikaf jauh lebih mudah untuk kaum wanita daripada kaum laki-laki. Kaum perempuan itu cukup

duduk di rumahnya, sedangkan pekerjaan-pekerjaan rumahnya dapat dikerjakan oleh anak-

anaknya ,dan ia akan tetap mendapatkan pahala I’tikaf. Namun sayangnya, meskipun I’tikaf bagi

kaum wanita itu mudah, banyak di antara mereka yang tidak mengamalkannya.

I’tikaf Hadits ke-1

Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a., bahwa Rasulullah saw beri’tikaf pada sepuluh hari awal

Ramadhan, kemudian dilanjutkan pada sepuluh hari pertengahan di sebuah kemah Turki, lalu

Beliau mengulurkan kepalanya seraya menyeru manusia, maka orang-orang pun mendatanginya.

Lalu beliau bersabda,” Aku telah beri’tikaf sejak sepuluh hari awal bulan ini untuk mendapatkan

Lailatul Qadr, kemudian sepuluh hari pertengahan. Lalu dikatakan kepadaku bahwa Lailatul

Qadar itu ada di sepuluh hari yang terakhir. Maka barangsiapa ingin beri’tikaf, I’tikaflah pada

sepuluh malam terakhir.” Lalu orang-orang pun beri’tikaf bersama beliau. Beliau bersabda,” Aku

bermimpi melihat Lailatul Qadar pada malam ini, tetapi dibuat lupa, dimana pada pagi-pagi aku

sujud di tanah yang basah. Maka carilah pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-

malam yang ganjil.” Memang malam itu hujan, sehingga masjid tergenang air. Setelah selesai

sholat shubuh, Rasulullah saw keluar sedangkan di kening beliau menempel tanah basah. Malam

Page 64: Fadhilah Amal

itu adalah malam ke-21 dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” ( Hadits Bukhari, Muslim-

Misykat )

Penjelasan

I’tikaf pada bulan Ramadhan adalah amalan yang biasa dilakukan oleh Nabi saw. Pada

bulan ini, beliau beri’tikaf selama sebulan penuh. Dan pada tahun terakhir di akhir hayatnya,

beliau beri’tikaf selama dua puluh hari. Karena kebiasaan beliau yang amat mulia itu ( I’tikaf

sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ), maka para ulama berpendapat bahwa I’tikaf selama

sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan adalah sunnah muakaddah.

Berdasarkan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama I’tikaf adalah mencari

malam Lailatul Qadar. Pada hakikatnya, Lailatul Qadar hanya dapat dicari melalui I’tikaf. Inilah

cara yang lebih tepat, sebab ketika seseorang beri’tikaf, walaupun ia tertidur, ia tetap dianggap

beribadah. Selain itu, ketika beri’tikaf, seseorang tidak pulang pergi ke sana ke mari. Maka tidak

ada kesibukan bagi orang yang beri’tikaf kecuali beribadah dan mengingat Allah SWT. Oleh

sebab itu, tidak ada sesuatu yang paling baik bagi orang yang menghargai Lailatul Qadar dan

mencarinya selain beri’tikaf.

Pada mulanya, selama bulan Ramadhan penuh, Rasulullah saw biasa memperhatikan

amal-amal ibadah, namun pada sepuluh hari yang terakhir, beliau beribadah tanpa mengenal

batas waktu. Beliau bangun malam dan membangunkan keluarganya untuk beribadah,

sebagaimana yang diceritakan Aisyah r.ha. Dalam hadits Bukhari dan Muslim disebutkan,”

Selama sepuluh hari terakhir Ramadhan, Rasulullah saw lebih mengencangkan ikat sarungnya

dan bangun malam, serta membangunkan keluarganya untuk beribadah.” Maksud

mengencangkan ikat sarungnya adalah, beliau lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah

daripada hari-hari lainnya, atau dapat juga bermakna bahwa beliau tidak berhubungan dengan

istri-istri beliau pada hari-hari tersebut.

Page 65: Fadhilah Amal

Kitab-kitab Rujukan Fadhilah Amal:

1. Ahkaamul Qur’an, Abu Bakar Ahmad bin Ali Razi Al Jashshosh

2. Aini Syarah Bukhari, Badruddin Abu Muhammad bin Ahmad ‘Aini

3. Al Kamil, Izuddin Ali bin Muhammad Ibnu Atsir Jazuri

4. Al Qaulil Badi fis Shalati ‘Alal Habibi, Syamsuddin Muhammad As Sakhowi

5. Az Zawajir, Imam Ibnu Hajar Al Haitami

6. Al Ishobah, Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqolani Asy Syafi’i

7. Al Muwaththa’, Abu Abdullah Maliki bin Anas bin Maliki

8. Asyhur Masyahir Islam, Rafiq Baki Al Azhim

9. Asy Syifa, Qadhi ‘Iyadh bin Musa Al Husaini

10. At Targhib wat Tarhib, Abdul Azhim bin Abdul Qawiy Al Mundziri

11. Ath Thobaqot, Muhammad bin Sa’id Katibi Al Waqidi

12. ‘Aunul Ma’bud, Abu Abdurrahman Syarif

13. Awjazul Masaliki, Maulana Muhammad Zakariyya

14. Baihaqi, Abu Bakar bin Husain bin Ali Al Baihaqi

15. Bayanul Qur’an, Maulana Asyraf Ali Thanwi

16. Badzlul Majhud, Maulana Kholil Ahmad Muhajir Madani

17. Bukhari Syarif, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail

18. Diroyah, Ibnu Hajar Alaihir Rahmah

19. Durrul Mantsur, Allamah Jalaluddin Suyuti

20. Fatawa Alamghiri, Hadzrat Alamghiri

21. Fathul Bari, Abu Fadhl Ahmad bin Ali bin Hajar Asqolani

Page 66: Fadhilah Amal

22. Harzuts Tsamin Fii Mubasyiratin, Syah Waliyullah Dahlawi Nabiyyil Amiin

23. Hishni Hashin, Syamsuddin bin Muhammad Al Jazuri

24. Hilyatul Aulia’, Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah Asbahani

25. Hujjatullah Al Balighah, Syah Waliyullah

26. Ibnu Hibban, Muhammad bin Hibban bin Ahmad

27. Ihya’ Ulumuddin, Imam Ghazali

28. Iqamatul Hujjah, Maulana Abdul Hayyi Lakhnawi

29. Irwahi Tsalatsah, Tartib, Maulana Zhuhri Al Hasan

30. Isti’ab, Hafidz Ibnu Abdul Bar Maliki

31. Ithaf Sadatul Mutaqin, Muhammad bin Muhammad Az Zubaidi

32. Jam’ul Fawaid, Muhammad bin Muhammad Sulaiman

33. Jamal, Syaikh Sulaiman Al Jamal

34. Jami’ush Shoghir, Abdurrahman Jalaluddin Suyuti

35. Kanzul ‘Ummal, Allamah Ali Burhan Puri

36. Kaukabud Durri, Syaikh Zadu Majdah

37. Khoshoish Kubra, Allamah Suyuti

38. Kitabul Amwal, Imam Abu Abid Al Qasim bin Salam

39. Kitabul Ummah was Siyasat, Abdullah bin Muslim

40. Majma’uz Zawaid, Hafidz Nuruddin Al Haitsami

41. Maqosid Hasanah, Syamsuddin Muhammad bin Abdurrahman

42. Masyirul ‘Azam Jamaluddin Abdurrahman bin Al Jauzi

43. Mazhahirul Haq Nawab Qatbuddin Khan Bahadur

44. Mirqatu Syarah Misykat Nuruddin Abi bin Sulthan Muhammad Harwi

Page 67: Fadhilah Amal

45. Misykat Syarif Waliyuddin Muhammad bin Abdullah

46. Musamirat Syaikh Akbar Ibnu Arabi

47. Mushonnif Abdullah bin Muhammad Ibnu Abi Syaibah

48. Musnad Abu Awanah, Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim Naisaburi

49. Musnad Abu Ya’la, Ahmad bin Ali bin Al Natsna Al Muwashol

50. Musnad Ahmad, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal

51. Musnad Al Firdaus, Abu Mansur Ad Dailami

52. Musnad Bazzar, Abu Bakar Ahmad bin Umar Al Bazari

53. Musnad Hakim, Muhammad bin Abdullah bin Muhammad

54. Musnad Ibnu Khuzaimah, Muhammad bin Ishaq Ibnu Khuzaimah

55. Mustadrak Hakim, Muhammad bin Abdullah Naisaburi

56. Nazhatul Basatin, Abdullah bin As’ad Yamini Yafi’i

57. Qashoidu Qasimi, Maulana Muhammad Qasim Nanatwi

58. Qiyamul Lail, Muhammad bin Ahmad bin Ali Marwazi

59. Qurratul ‘Uyun, Syaikh Abu Laits Samarqandhi

60. Rahmatul Muhtadah, Abul Khairi Nurul Hasan wal Husaini

61. Raudhul Faiq, Syaikh Syu’aib Al Harifaisyi

62. Raudhur Riyahin, Abdullah bin As’ad Yamani Yafi’i

63. Shahih Muslim, Abul Hasan Muslin bin Al Hajjaj

64. Sunan Abu Dawud, Abu Dawud sulaiman bin Asy’ats Sajastani

65. Sunan Darami, Abdullah bin Abdurrahman Darami

66. Sunan Daroquthni, Abdul Hasan Ali bin Umar bin Ahmad

67. Sunan Ibnu Majah, Muhammad bin Yazid Al Qardini

Page 68: Fadhilah Amal

68. Sunan Nasai, Ahmad bin Syu’aib bin Ali

69. Sunan Thabrani, Abdul Qasim Sulaiman bin Ahmad bin ayyub

70. Sunan Tirmidzi, Muhammad bin Isa bin Surah At Tirmidzi

71. Syamail Tirmidzi, Muhammad bin Isa bin Surah At Tirmidzi

72. Syarhus Sunnah, Husain bin Ma’ud Al Farail

73. Tadzkiratul Huffadz, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Zaibi

74. Tafsir Kabir, Imaduddin Abdul Fadai Ismail bin Umar bin Katsir

75. Tafsir Khozin, Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim

76. Tafsir ‘Azizi, Syah Abdul Aziz Dahlawi

77. Tahdzibul Mustadzib, Ahmad bin Ali bin Hajar Asqolani

78. Talqihu Fuhumil Atsir, Jamaluddin Abdurrahman bin Al Jawazi

79. Tanbihul Ghafiliin, Syaikh Abu Laits Samarqandi

80. Tarikh Khomis, Syaikh Husain Muhammad Ibnu Al Hasan

81. Tarikhul Khulafa, Allamah Jalaluddin Abdurrahman Suyuthi

82. Usudul Ghobah, Allamah Ibnu Atsir Jazuri

83. Yusuf Zulaikha, Maulana Abdurrahman Jami’

84. Zadu Sa’id fi Dzikrin Nabiyyil Habib, Hadzrat Aqdas Tsanwi