EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME...

82
EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : FIKRI NURHADI NIM : 1113043000058 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PEROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2017 M

Transcript of EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME...

Page 1: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

FIKRI NURHADI

NIM : 1113043000058

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PEROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H / 2017 M

Page 2: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDA}{A TERORISME

PERSPEKTIF IIUKUM PIDANA ISLAM DA}[ IIUKUM POSITIF

SKzuPSIDiajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarfana Hukum (S.fD

Oleh:

FIKRI NURHADINIM: 1113043000058

Di bawah bimbingan

Pembimbing I

Dr. SyahrulAdam. M. Ag.

NIP. 1 9730504200003 1002

KONSENTRASI PERBANDINGAN }IUKUM

PEROGRAM STUDI PERBAI{DINGAN MADZHAB DAN }dUKUM

FAKULTAS SYARIAII DAN HUKUM

T]NIVERSITAS ISLAM ITE GERI

SYAR.IF' I{IDAYAT{JI, LAI{ JAKARTA

imbing II

t439Xr /2fi77 d

Page 3: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA

TERORISME PERSPEKTIF HUKUM PIDAIIA ISLAM DAN HI'KUMPOSITIX'telah diujikan dalam Sidang lvlunaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum

Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum Universitas Islam Negri run{)Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Desember 2017. Skripsi ini telah

diterirna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH)

pada program studi perbandingan madzhab dan hukum, Konsentrasi Perbandingan

Hukum.

Jakarta, 27 Desember 2017

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

PANITIA UJIAN MLiNAQAS YAH :

Pembimbing I

Fahmi Muhammad Ahmadi. M.Si.NIP. 19741213 2003121 002

Hj. Siti Hanna. S.Ag. LC. MA.NrP. 19740216200801 2 013

Dr. Syahrul Adam. M. Ag.NIP. 19730504200003 1 002

Ketua

Sekretaris

Pembimbing II :

Penguji I

lndra Rahmatullah, SHI., MH,

Dr. H. M. Nurul Irfan. M.Ag.NIP. 19730802200312 1 001

Mara Sutan Rambe, S.HI., M.H.

199603 1001

)

Penguji II

Page 4: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan kebutuhan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 05 Desember 2017

Fikri Nurhadi

NIM: 1113043000058

Page 5: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

v

ABSTRAK

Fikri Nurhadi. NIM 1113043000058. EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK

PIDANA TERORISME PERSFEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM

POSITIF. Program Studi Perbandingan Madzhab, Konsentrasi Perbandingan

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2017 M.

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan tentang Extra Ordinary Crime yang

terdapat di dalam tindak pidana terorisme, dinilai dalam hukum Islam dan hukum

positif (Undang-Undang Nomer 15 tahun 2003) tindak pidana terorisme itu seperti

apa dan bagimana bentuk sanksi, pembuktian di dalam proses pengadilan dan

perbandingan di dalam kedua kejahatan luar biasa ini, dipandang dari hukum Islam

dan Positif di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penggabungan dari penelitian normatif. Penelitian

normatif dilakukan dengan cara mempelajari data sekunder berupa buku-buku dan

perundang-undangan yang terkait dengan masalah yang dibahas. Metode

pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka (library research). Studi

pustaka dalam penelitian ini dilakukan guna mengeksplorasi teori-teori tentang

konsep dan pemahaman yang terkait dengan tema penelitian yaitu Extra Ordinary

Crime Persfektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam hukum Islam sudah

memberikan sanksi yang berat bagi pelaku tindak pidana terorisme karena sudah

masuk kedalam hukum Hudud yang di mana sudah ditentukaan dan ditetapkan di

dalam Al-Qur’an, dengan hukuman mati sebagai hukuman terberat dan juga dalam

hukum positif memberikan sanksi yang sama di dalam Undang-undang nomer 15

tahun 2003 pada Bab III pasal 6 telah dijelasksn bahwa pelaku terorisme ini bisa

dipidana mati dan penjara seumur hidup.

Kata kunci : Extra Ordinary Crime, Terorisme, Hudud

Pembimbing : 1. Dr. Syahrul Adam, M.Ag

2. Indra Rahmatullah, SHI, MH.

Daftar Pustaka : 1943 s.d. 2017

Page 6: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur yang mendalam penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan shalawat semoga

selalu tercurahkan pada Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Selanjutnya penulis ingin sampaikan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi

ini, baik berupa dorongan moril maupun materiil. Penulis yakin jika tanpa

bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis secara khusus

ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Perbandingan Madzhab dan Ibu Hj. Siti Hanna, S. Ag., Lc., MA., selaku

Sekretaris Program Studi Perbandingan Madzhab;

3. Ibu Dewi Sukarti, MA., selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis yang

selalu dengan sabar membantu selama kurang lebih 4 tahun dalam

membimbing agar menjadi yang lebih baik;

4. Bapak Dr. Syahrul Adam, M.Ag. dan Bapak Indra Rahmatullah, selaku

Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan, saran dan

ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik;

Page 7: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

vii

5. Bapak Dr. H.M. Nurul Irfan, M.Ag. dan Bpak Mara Sutan Rambe,

S.HI., MH. Selaku penguji ujian skripsi ini, sehingga menjadi lebih baik

dan sempurna dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan

mengajarkan ‘Ilmu dan Akhlaq yang tidak ternilai harganya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

7. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan pelayang sangat

baik dan profesional;

8. Kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda serta kakak-kakak, yang

telah mencintai penulis dengan segenap jiwa dan raga, baik doa maupun

dukungan sehingga dengan ridha mereka penulis mampu berada pada

titik seperti saat ini;

9. Team ngopi seminggu sekali Indra Pramudi S.E dan Husein Noval

alamrie S.Pd yang telah memberikan banyak masukan-masukan yang

baik san membuat semangat dalam meyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada rekan-rekan Bunga Pala Adventure, khususnya untuk bang

Bulox dan bang Etho yang sangat membantu dalam memotivasi agar

terus berjuang dan selalu sabar dalam menyelesikan skripsi ini.

11. Keluarga Besar PMH angkatan 2013 yang telah menemani serta

memberi dukungan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

Page 8: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

viii

Sebagai akhir kata semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan

balasan yang berlimpah atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dan juga semoga apa yang telah

kalian berikan menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi

kita semua. Amin.

Jakarta, 22 November 2017

Penulis

Page 9: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN................................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................. iv

ABSTRAK......................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 10

E. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 10

F. Signifikansi Penelitian ................................................................................. 11

G. Metode Penelitian ........................................................................................ 12

H. Sistematika Penulisan .................................................................................. 14

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG EXTRA ORDINARY CRIME ..................... 16

A. Pengertian Extra Ordinary Crime ............................................................... 16

B. Jenis-jenis Extra Ordinary Crime ............................................................... 18

C. Kriteria Extra Ordinary Crime .................................................................... 29

D. Hukuman Bagi Pelaku Extra Ordinary Crime ............................................ 31

BAB III TINDAK PIDANA TERORISME (EXTRA ORDINARY CRIME)

PERSFEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM

POSITIF .......................................................................................................... 36

A. Tindak Pidana Terorisme Menurut Hukum Pidana Islam ........................... 36

B. Extra Ordinary Crime dalam Hukum Pidana Islam .................................... 45

C. Tindak Pidana Terorisme sebagai Extra Ordinary Crime

dalam Hukum Pidana Islam......................................................................... 48

D. Tindak Pidana Terorisme sebagai Extra Ordinary Crime dalam

Hukum Positif ............................................................................................. 49

Page 10: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

x

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN EXTRA ORDINARY CRIME

TINDAK PIDANA TERORISME ANTARA HUKUM PIDANA

ISLAM DAN HUKUM POSITIF ................................................................. 58

A. Perbandingan terhadap sanksi Extra Ordinary Crime

Tindak Pidana Terorisme ............................................................................ 58

B. Perbandingan Sistem Pembuktian dalam Proses di Pengadilan .................. 59

C. Perbandingan Tindak Pidana Terorisme sebagai Extra Ordinary

Crime ........................................................................................................... 62

BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 67

A. KESIMPULAN ........................................................................................... 67

B. SARAN ....................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 69

LAMPIRAN

Page 11: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak reformasi 1998 lalu, bangsa Indonesia mengalami banyak peristiwa, baik

peristiwa politik, sosial, maupun ekonomi yang memicu kekerasan. Krisis ekonomi

dan politik yang berkepanjangan membuat situasi negara rawan terhadap usaha-usaha

yang bertujuan mengganggu masyarakat seperti Extra Ordinary Crime.1

Terorisme salah satu kejahatan kemanusiaan yang tergolong kedalam Extra

Ordinary Crime (Kejahatan luar biasa), semua orang sepakat bahwa aksi terorisme

yang mengorbankan bahkan membunuh warga sipil tak berdosa tidak bisa di

benarkan. Sehingga apa yang dikatakan oleh Muladi bahwa terorisme adalah

kejahatan yang berlebel Extra Ordinary Crime dan harus ditangani dengan Extra

Ordinary Measure (penangana/tindakan luar biasa).2

Extra Ordinary Crime dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kejahatan luar

biasa, kejahatan luar biasa adalah termasuk kedalam pelanggaran Hak Asasi Manusia

berat dalam hal ini kasus terorisme. Extra Ordinary Crime adalah suatu perbuatan

yang dilakukan dengan maksud menghilangkan hak asasi umat manusia lain dan telah

disepakati secara internasional sebagai pelanggaran HAM berat.

Dalam yurisdiksi International Criminal Court dan Statuta Roma, Extra

Ordinary Crimes layak untuk mendapatkan hukuman seberat-beratnya termasuk

hukuman mati bagi para pelakunya, di antaranya adalah kejahatan genosida,

kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang dan kejahatan agresi, hal tersebut

juga senada dengan hukum di Indonesia yang diatur dalam Undang-undang Nomor

26 tahun 2000 dalam Pasal 7 dijelaskan bahwa pelanggaran hak asasi manusia yang

berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan3.

1 https://www.academia.edu/5484392/PEMBAHASAN_EXTRAORDINARY_CRIMES 2Muhammad Ikhlas Thamri, Densus 88 Undercover. (Solo,Quo Vadis, 2007), h.74. 3Undang-undang Nomer 26 tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia

Page 12: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

2

Tindak Pidana terorisme hingga saat ini termasuk kedalam Extra Ordinary

Crime (kejahatan luar biasa), definisi terorisme masih menjadi perdebatan meskipun

sudah ada ahli yang merumuskan definisinya, Amerika Serikat sendiri yang pertama

kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan definisi yang

gamblang dan jelas sehingga semua orang bisa memahami makna sesungguhnya

tanpa dilanda keraguan dan serta dimarjinalkan. Kejelasan definisi ini diperlukan agar

tidak terjadi salah tangkap dan berakibat merugikan kepentingan banyak pihak, di

samping demi kepentingan atau target merespon Hak Asasi Manusia (HAM) yang

seharusnya wajib dihormati oleh semua orang beradab.

Memang tidak bisa disalahkan jika kata terorisme dikaitkan dengan persoalan

pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), karena dari akibat terorisme banyak

kepentingan umat manusia yang dikorbankan, rakyat yang bersalah dijadikan ongkos

kebiadaban dan kedamaian hidup antar umat manusia jelas-jelas dipertaruhkan.

Namun demikian, ada komunitas sosial keagamaan yang mengenalkan bentuk

implementasi keagamaan sebagai bagian dari strategi perjuangan.4 Pasca tragedi

World Trade Center (WTC) 11 sepetember 2001 salah satu isu yang paling banyak

mendapat sorotan secara internasional dan paling krusial adalah terorisme.

Pasca terjadinya penyerangan di gedung WTC tersebut Amerika Serikat (AS)

kini negara yang paling depan membuat kebijakan dan paling kencang

mengkampanyekan perang melawan terorisme, kebijakan itu juga menjadi salah satu

kebijakan luar negri AS yang kontroversial5.

Akhirnya, untuk memburu teroris dunia, seluruh perangkat pertahanan AS di

kerahkan untuk menghancurkan jaringan teroris dunia, termasuk pula dengan

menjalin hubungan kerja sama bilateral dengan banyak negara untuk bersama-sama

4 Abdul Wahid,Sunardi dan Muhammad Imam Sidik,KejahatanTterorisme Perspektif

Agama,Ham dan Hukum,(Bandung :PT Refika Aditama,2004), h. 21. 5 Wawan Purwanto,Terorisme Undercover memberantas Terorisme hingga ke akar-akarnya,

munkinkah ?.(Jakarta : Cipta Mandiri Bangsa Press, 2002), h. 9.

Page 13: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

3

memerangi teroris. Hal ini yang mendorong Amerika Serikat mendeklarasikan

Gerakan Koalisi Dunia.6

Terorisme adalah paham yang berpendapat bahwa penggunaan cara-cara

kekerasan dan menimbulkan ketakutan adalah cara yang sah untuk mencapai tujuan7.

Menurut Nasir Abas, terorisme merupakan reaksi jahat seseorang yang dipandang

“lebih jahat” oleh pengikutnya (pelaku teror), sehingga bukan merupakan kejahatan

yang berdiri sendiri (interactionism) dan dapat dikelompokkan kedalam kejahatan

balas dendam (hate crimes).8

Sebagai Negara yang mayoritas berpenduduk muslim, sangat wajar jika Asia

tenggara menjadi salah satu konsentrasi gerakan terorisme Internasional. Jaringan

Internasional yang dinisbatkan kepada al-Qaeda yang pada saat itu dipimpin oleh

Osamabin Laden, kini telah menyebar di berbagai negara Asia Tenggara seperti

Malaysia, Filipina dan Indonesia.

Tiga bulan pasca tragedi WTC, majalah newsweek edisi 5 November 2001

melaporkan bahwa kelompok Osama bin Laden mampu membuat kekacauan di

Filipina. Menurut catatan itu, pada bulan maret 1997, Osama mengirim dua anak

buahnya untuk melatih dan memberi inspirasi bagi tentara MILF yang sedang

menurun semangatnya akibat digempur terus menerus oleh tentara Filipina yang pada

saat itu baru saja memukul mundur dan menduduki camp terbesar kedua MILF.

Agak berbeda dengan Filipina, di mana jaringan terorisme bergabung dengan

kelompok pro-merdeka, MILF di Mindano, Filipina Selatan, para pelaku teror di

Indonesia tidak ada yang secara khusus bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka

(GAM) atau Organisasi Papua Merdeka (OPM). Gerakan teror di Indonesia

6Muhammad Ikhlas Thamri, Densus 88 Undercover, (Solo: Quo Vadis, 2007 ), h.28. 7Muchamad Ali Syafa’at, Tindak Pidana Teror Belenggu Baru bagi Kebebasan dalam

“Terorism, definisi, aksi dan regulasi”, ( Jakarta : Imparsial, 2003), h. 59. 8Nasir Abas, Kajian tentang Terorisme, Makalah disampaikan pada Diskusi Kajian tantang

Terorisme di kementrian pertahanan tanggal 16 Januari 2012, h. 1.

Page 14: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

4

cenderung menyebar di berbagai wilayah, dengan serangan teror ditujukan kedaerah-

daerah yang berbasis wisatawan asing, khususnya AS dan Australia.9

Pada tanggal 12 Oktober 2002 terjadi sebuah teragedi berdarah di Bali

menewaskan ratusan nyawa yang sebagian besar adalah para wisatawan asing. Bom

Bali merupakan bom terdahsyat setelah tragedi kelabu menara kembar WTC, 11

September 2001. Tragedi berdarah ini akhirnya mendapat banyak sorotan dari dunia

internasional sehingga memaksa PBB mengeluarkan resolusi 1438 DK PBB, Pada

Oktober 2002, yang menyatakan bahwa serangan di Bali sebagai sebuah ancaman

bagi keamanan dan perdamaian Internasional.10

Seakan-akan tidak ada habisnya Indonesia selalu mendapat aksi teror bahkan

bisa dikatakan hampir setiap tahun setelah terjadinya Bom Bali Oktober 2002 silam

selalu ada aksi teror, pada tanggal 14 Januari 2016 adalah termasuk serangan yang

secara terbuka yang dilakukan para pelaku teror serangan yang dilakukan di Plaza

Sarinah, MH Thamrin, Jakarta, setidaknya menewaskan 8 korban yang di antaranya 4

warga sipil dan 4 pelaku teror dan menyebabkan 24 orang luka-luka.11

Yang paling terbaru pada tanggal 24 Mei 2017 terjadi aksi teror di terminal bus

Kampung Melayu, Jakarta Timur. Tidak tangung-tanggung teror bom ini mengincar

para aparat kepolisian yang sedang berjaga setidaknya 5 korban yang meninggal di

antarannya ada 3 korban dari kepolisian dan 2 pelaku yang tewas akibat ledakan

tersebut dan menyebabkan 10 korban luka-luka di alami oleh warga sipil dan anggota

kepolisian.

Penempatan terorisme sebagai Extra Ordinary Crime sangatlah logis,

mengingat terorisme dilakukan oleh penjahat yang tergolong professional,

pembuktian kemampuan intelektual, terorganisir, dan didukung dana yang tidak

9 Wawan Purwanto,Terorisme Undercover memberantas Terorisme hingga ke akar-akarnya,

munkinkah ?.(Jakarta : Cipta Mandiri Bangsa Press, 2002), h. 12. 10Muhammad Ikhlas Thamri, Densus 88 Undercover. (Solo,Quo Vadis, 2007), h. 50. 11https://id.m.wikipedia.org/wiki/serangan_Jakarta_2016.

Page 15: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

5

sedikit. Selain itu, kejahatan ini bukan hanya menjatuhkan kewibawaan negara dan

bangsa, tetapi juga mengakibatkan banyak korban dari rakyat yang tidak berdosa .12

Siapapun di jagat raya ini sepakat bahwa terorisme adalah kejahatan yang

sangat serius (Extra Ordinary Crime) dan untuk tingkatan tertentu adalah

pelanggaran HAM yang amat berat. Disebut tingkatan tertentu karena Statuta Roma

tahun 1998 tentang International Criminal Court (ICC) tidak mencantumkan

terorisme sebagai salah satu kejahatan HAM berat sama halnya dengan UU RI No. 26

tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang hanya mencantumkan ‘genocide’ dan

kejahatan terhadap kemanusiaan sebagai kejahatan HAM berat.13

Sebagai contoh ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang kini semakin

berbahaya dengan menyebarkan Ideologinya yang sangat menyimpang untuk

memuluskan ambisinya untuk membangun negara Islam denagn cara-cara yang

dipandang keji mereka tak segan menculik orang-orang potensial, bahkan menculik

anak-anak untuk menjadi kadernya. Gerakan ISIS ini juga sudah masuk wilayah

Malang Raya. Baru baru ini ada 4 warga malang yang diciduk densus 88. Bahkan

menurut informasi ada sekitar 18 warga Malang yang sudah berada di Suriah,

menjadi relawan ISIS.

Ideologi serta organisasi ISIS telah menodai ajaran Islam. Juru bicara Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris mengatakan, orang-orang

yang bergabung dalam ISIS adalah orang-orang yang mempunyai semangat

tinggi,namun sayangnya pemahaman agamanya belum sempurna, mereka tidak bisa

membedakan ISIS dengan Islam. Padahal ISIS itu kelompok teroris, sedangkan Islam

adalah agama yang damai.

Sekte ekstrem dalam sejarah Islam telah ada sejak masa Nabi Muhamad SAW

hidup. Ketika Rasulullah SAW memenangkan perang Thaif dan Hunain dan

memperoleh ghanimah, Rasulullah SAW membagi-bagikan ghanimah di Ja`ranah.

12 Abdul Wahid ,Sunardi, dan Muhammad Imam Sidik,Kejahatan Terorisme Perspektif

agama,ham dan hukum. ,(Bandung :PT Refika Aditama,2004), h. 59. 13Muhammad Ikhlas Thamri, Densus 88 Undercover.( Solo: Quo Vadis, 2007), h. 149.

Page 16: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

6

Pembagiannya tidak seperti biasa. Para sahabat Rasulullah SAW yang masuk Islam

sudah lama seperti Abu Bakar Sidiq, Umar Bin Khatab dan yang lainya tidak

mendapat bagian. Namun sahabat yang baru masuk Islam mendapatkanya walaupun

kaya seperti Abu Sufyan Al-Bahktiri.

Saat pembagian masih berlangsung ada seseorang yang bernama Dzul

Khuawaisirah dari keturunan bani Tamim menghampiri Rasulullah SAW dan

memprotes beliau dan berkata kasar`` berlaku adilah, hai Rasulullah !`` Rasulullah

SAW terkejut, dan berkata; ``celakalah kamu ! siapa yang akan berbuat adil jika aku

saja tidak berbuat adil ?`` Umar Bin Khattab berkata ``wahai rasulullah biar

kupenggal lehernya. ``Rasulullah SAW menjawab. ``biarkan saja!``

Dzul khuwaisirah meninggalkan Rasulullah SAW, dan Rasulullah SAW bersabda,

``akan lahir dari keturunan orang ini kaum yang membaca Al-Quran, tetapi tidak

melewati batas tenggorokanya (tidak memahami substansi misi-misi Al-Quran dan

hanya hafal di bibir saja). Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus

keluar dari badan binatang buruanya. Mereka memerangi orang Islam dan

membiarkan para penyembah berhala. Kalau aku menemui mereka, niscaya akan

kupenggal seperti kaum `Ad``14.

Sungguh ironis negeri ini jika mendapati seseorang yang pemikiranya seperti

yang dikatakan oleh Rasulullah SAW,belum memahami isi dari kandungan dan

mempelajari makna dari Al-Quran dan Hadistnya dengan baik tetapi dengan mudah

menerima Ideologi-Ideologi yang justru keluar dan tidak sesuai dengan tuntunan

Agama kita sendiri .

Negara nondemokrasi juga disinyalir sebagai tempat tumbuh suburnya

terorisme. Di negara demokratis, semua warga negara memiliki kesempatan untuk

menyalurkan semua pandangan politiknya. Iklim demokratis menjadikan rakyat

sebagai representasi kekuasaan tertinggi dalam pengaturan negara. Artinya, rakyat

merasa dilibatkan dalam pengelolaan negara. Hal serupa tentu tidak terjadi di negara

14http://mediaummat.co.id/bibit-isis-sejak-masa-nabi/ oleh KH. Said Aqil Siradj, April 7,2015

Page 17: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

7

non demokratis. Selain tidak memberikan kesempatan partisipasi masyarakat,

penguasa non demokratis sangat mungkin juga melakukan tindakan represif terhadap

rakyatnya. Keterkungkungan ini menjadi kultur subur bagi tumbuhnya benih-benih

terorisme.

Melihat kompleksitas permasalahan tersebut tampaknya terorisme bukan

semata-mata masalah agama, melainkan masalah seluruh umat manusia dalam

berbagai aspek. Multifaktorial tersebut juga akhirnya yang akan mengakibatkan

berbagai pihak akan melakukan aksi saling tuding sebagai biang penyebabnya.

Peristiwa teror yang terjadi di Indonesia banyak terhubung dengan isu

radikalisme agama, radikalisme agama menjadi penyebab unik karena motif yang

mendasari kadang bersifat tidak nyata. Beda dengan kemiskinan atau perlakuan

diskriminatif yang mudah diamati, radikalisme agama sebagian ditumbuhkan oleh

cara pandang dunia para penganutnya dan sebagai utusan Tuhan mereka merasa

terpanggil untuk membebaskan dunia dari cengkeraman tangan-tangan jahat15.

Istilah Terorisme sendiri dalam konteks hukum Islam, tidak disebutkan secara

langsung dalam Al-Quran maupun dalam hadis, sedangkan Majlis Ulama Indonesia

melalui ketetapan Nomer 3 Tahun 2004 Fatwa tentang Terorisme menganggap

bahwa tindakan terorisme baik fisik maupun pisikis merupakan tindak pidana hirabah

karena para teroris telah mengangkat senjata melawan orang banyak (yang tidak

jelas) dan menimbulkan rasa takut di kalangan masyarakat, tetapi karena dalam teori

ilmu ushul fiqh, bila suatu hukum belum ditentukan status hukumnya, maka bisa di

selesaikan dengan metode qias (analogi hukum).

Secara terminologi hirabah adalah tindak kejahatan yang dilakukan secara

terang-terangan dan disertai dengan kekerasan.16Suatu kejahatan ataupun

pengrusakan dengan menggunakan senjata atau alat yang dilakukan oleh manusia

secara terang-terangan dimana saja baik dilakukan satu orang ataupun berkelompok

tanpa memikirkan siapa korbannya disertai dengan tindak kekerasan.

15http://innahasetyowati.blogspot.co.id/2012/01/makalah-terorisme.html/ 16H.A.DJazuli, Fiqih Jinayah, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2000), h. 87.

Page 18: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

8

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia terorisme adalah penggunaan kekerasan

untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan

politik), kata teroris dan terorisme berasal dari bahasa latin “terrere” yang kurang

lebih berarti membuat gemetar atau menggetarkan. Pada dasarnya istilah terorisme

merupakan sebuah konsep yang memiliki konotasi yang sensitif karena terorisme

mengakibatkan warga sipil yang tidak berdosa menjadi korban.17

Bentuk-bentuk aksi terosisme yang lazim adalah aksi pemboman, pembunuhan,

penyandraan, pembajakan, serangan bersenjata dan pembakaran, di negara kita

sendiri aksi terorisme ini begitu sering terjadi walaupun tidak berskala besar seperti

Bom Bali yang memakan begitu banyak korban, seperti yang baru ini terjadi

pemboman di terminal Bus Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5/2017)

malam walaupun tidak memakan begitu banyak korban akan tetapi cukup membuat

masyarakat takut dan lebih waspada jika berada di tempat umum.

Kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime) yang terkait dengan terorisme

sudah sangat membahayakan banyak kerugian yang ditimbulkan seperti adanya

keresahan di masyarakat terhadap keamanan di sekitar dan juga Ideologi-ideologi

yang menyimpang dari ajaran agama dalam hal ini agama Islam, dengan berdasarkan

permasalahan dan gejala fenomena yang ada di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian skripsi yang berjudul :

“EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF”

17Indrianto Seno Adji, Terorisme dan HAM dalam Terorisme: Tragedi Umat Manusia (Jakarta: O.C. Kaligis & Associates.2001). h18-19.

Page 19: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka identifikasi

masalahnya sebagai berikut :

1. Bahwa Extra Ordinary Crime termasuk ke dalam kejahatan HAM berat seperti

kejahatan genosida, kejahatan kemanusiaan dan kejahatan perang.

2. Bahwa kejahatan yang tergolong luar biasa (ExtraOrdinary Crime) harus

ditangani dengan penanganan yang serius ( Extra Ordinary Measure).

3. Adanya pandangan terorisme lahir karena ideologi yang menyimpang dari ajaran

agama di masyarakat.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar dalam pembahasan penelitian ini terarah dan tersusun secara sistematis pada

tema bahasan yang menjadi tema titik sentral, maka perlu penulis uraikan masalah,

untuk mendapatkan pembahasan yang objektif, maka dalam skripsi ini penulis

membatasinya dengan pembahasan mengenai kualifikasi Extra Ordinary Crime

tindak pidana teroris perspektif hukum pidana Islam dan hukum Positif.

2. Perumusan masalah

Dari pembatasan masalah di atas dapat diuraikan beberapa masalah yang

dirumuskan dengan pertanyaan penelitian (research question),yaitu:

a. Mengapa Terorisme masuk dalam kategori Extra Ordinary Crime?

b. Bagaimana Perspektif hukum pidana Islam terkait kejahatan terorisme sebagai

Extra Ordinary Crime?

c. Bagaimana Perspektif hukum positif terkait kejahatan terorisme sebagai Extra

Ordinary Crime.

Page 20: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian :

Adapun hasil yang hendak dicapai adalah terjawabnya semua permasalahan yang

dirumuskan yaitu :

a. Untuk mengetahui apakah terorisme termasuk kedalam kategori Extra Ordinary

Crime.

b. Untuk mengetahui Perspektif hukum Islam tentang Extra Ordinary Crime terkait

kejahatan terorisme.

c. Untuk mengetahui Perspektif hukum positif tentang Extra Ordinary Crime tindak

kejahatan terorisme.

2. Manfaat penelitian

a. Memberikan pengetahuan mengenai tindak pidana terorisme merupakan kejahatan

Extra Ordinary Crime baik dari hukum pidana Islam dan hukum positif.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengetahuan

pembelajaran bahwa di dalam hukum Islam yang terkait dengan Extra Ordinary

Crime tentang tindak pidana terorisme sudah ada baik dari sanksi maupun

jenisnya.

E. Tinjauan pustaka

Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah ditulis oleh yang lain, maka penulis

me-review beberapa tulisan terdahulu yang pembahasannya ada kaitan dengan

pembahasan yang penulis angkat. Dalam hal ini penulis menemukan beberapa skripsi,

yaitu:

1. Skripsi yang berjudul: Penanganan terorisme di Indonesia ditinjau dari Fiqih

Siyasah dan Hak Asasi Manusia yang ditulis oleh Muhammad Arifin Saleh

menjelaskan tentang gambaran penanganan terorisme di Indonesi yang dilakukan

Page 21: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

11

oleh Densus 88 ditinjau dalam Fiqih Siyasah dan Hak Asasi Manusia.18 Di dalam

penulisan tidak dijelaskan bahwa kejahatan terorisme apakah masuk kedalam

Extra Ordinary Crime (kejahatan luar biasa).

2. Skripsi yang berjudul: Penanganan Terorisme oleh Densus 88 Perspektif Hukum

pidana Islam dan HAM yang ditulis oleh Basri Mustofa menjelaskan tentang

bagaimana penaganan tindak terorisme yang dilakukan oleh Densus 88 perspektif

Hukum Pidana Islam dan HAM 19, skripsi ini belum menjelaskan lebih spesifik

kenapa Terorisme masuk kedalam Extra Ordinary Crime.

Maka dari itu penulis memfokuskan penelitian skripsi mengenai kualifikasi Extra

Ordinary Crime dalam tindak pidana terorisme Perspektif hukum Islam dan hukum

Positif.

F. Signifikansi Penelitian

Ada beberapa hal yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian ini adalah

kita semua setuju bahwa terorisme tidak dapat disejajarkan dengan kejahatan biasa

(Ordinary Crime) karena perbuatan yang dilakukan tidak saja melibatkan seseorang

untuk memperoleh keuntungan tertentu melainkan dilakukan secra terencana,

sistematis dan tidak perduli terhadap korban yang akan ditimbulkan.

Teroris juga tidak dapat diidentikkan kepada suatu agama atau Ideologi

keagamaan tertentu, melainkan lebih ditentukan oleh orientasi Ideologi Politik yang

ada di berbagai sekte atau agama manapun, dalam hal ini Agama Islam selalu

diidentikkan dengan agama teroris akan tetapi Islam juga telah memiliki pandangan

tersendiri tentang terorisme ini.

18Muhammad Arifin Saleh,” gambaran penanganan terorisme di indonesi yang di lakukan oleh

Densus 88 di tinjau dalam Fiqih Siyasah dan Hak Asasi Manusia”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah,(Jakarta,2015).

19Basri Mustofa,” Penanganan Terorisme oleh Densus 88 Perspektif Hukum pidana Islam dan HAM ”, UIN Sunan Kalijaga, (Yogyakarta, 2013).

Page 22: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

12

Untuk menemukan sutu kesimpulan dari kejahatan luar biasa (Extra Ordinary

Crime) tindak pidana terorisme yang seakan-akan tidak ada hentinya dan selalu di

Identikan dengan agama Islam, sehingga perlu melakukan penelitian ini agar

mendapatkan gambaran jelas tentang terorisme yang dapat digolongkan sebagai

kejahatan luar biasa baik menurut Undang-Undang maupun pandangan agama Islam

agar mendpatkan inti dari penelitian, penulis akan melakukan analisis bagaimana

pandanagan tentang Extra Ordinary Crime tindak pidana terorisme baik itu dari

Undang-Undang, dalil-dalil, maupun dalam buku yang berkaitan dengan Extra

Ordinary Crime tindak pidana terorisme.

G. Metode penelitian.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan riset pustaka pendekatan dalam penelitian ini adalah

pendekatan normatif. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum

doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, acap kali hukum dikonsepkan sebagai apa

yang tertulis dalam peraturan hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang

merupakan patokan berperilaku manusia yang di anggap pantas.20 Kaitannya dengan

penelitian ini yang dimaksud dengan hukum yaitu hukum Islam yang bersumber dari

Al-Quran dan Al-Hadits dan hukum positif yang bersumber dari Undang-undang.

2. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan studi pustaka yang objek utamanya berupa buku-buku,

praturan Perundang-undangan, norma-norma yang hidup dan berkembang di

masyarakat, majalah, surat kabar, hasil seminar, artikel dan jurnal yang berkaitan

secara langsung dengan objek yang diteliti.

20Amirudin dan H. Zaenal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Cet.1;Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 118.

Page 23: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

13

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data-data yang diperoleh dari sumber aslinya,

yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak

yang berwenang, yankni berupa Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003, Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2000 dan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan

dengan permasalahan ini.

b. Sumber Data Skunder

Sumber data skunder merupakan data-data yang memberikan penjelasan

mengenai bahan-bahan primer yang diambil dari sumber-sumber tambahan yang

memuat segala keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara

lain buku-buku, artikel, buletin atau jurnal.

c. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisa data yang penulis gunakan metode analisis

deskriptif, yaitu suatu teknik analisis data di mana penulis menjabarkan data-data

yang diperoleh dari hasil studi pustaka.

d. Teknik Penulisan

Dalam hal teknis penulisan, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan

skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2017.

Page 24: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

14

H. Sistematika Penulisan

Agar penulisan ini lebih sistematik dan lebih terarah. Maka penulis akan

menjelaskan penulisan dalam skripsi ini. Pada dasarnya skripsi ini terdiri dari lima

bab yang saling berkaitan, yaitu :

BAB I: PENDAHULUAN

Pada pembahasan skripsi ini terdapat latar belakang masalah, identifikasi

masalah pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, signifikansi penelitian, metode penelitian,

serta sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN TEORI TENTANG EXTRA ORDINARY CRIME

Pada Bab ini meliputi Pengertian Extra Ordinary Crime, jenis-jenis Extra

Ordinary Crime, kriteria Extra Ordinary Crime dan Hukuman Bagi

Pelaku Extra Ordinary Crime

BABIII: TINDAK PIDANA TERORISME (EXTRA ORDINARY CRIME)

PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF

Penulis akan membahas tentang tindak pidana terorisme termasuk

kedalam Extra Ordinary Crime persfektif hukum Islam dan hukum positif

meliputi Tindak Pidana Terorisme menurut Hukum Pidana Islam, Extra

Ordinary Crime dalam hukum Pidana Islam, dan Tindak pidana

Terorisme sebagai Extra Ordinary Crimedalamhukumpositif

BAB IV: ANALISIS PERBANDINAGN EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK

PIDANA TERORISME ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN

HUKUM POSITIF.

Dalam bab ini penulis akan menganalisis perbandingan Extra Ordinary

Crime Tindak Pidana Terorisme Perspektif Hukum Pidana Islam dan

Hukum Positif yang dimana di dalamnya membahas tentang: Analisis

Perbandingan Konsep Menurut Hukum Pidana Islam dan Positif, dilihat

dari Perbandingan Sanksi Extra Ordinary Crime dalam Tindak Pidana

Page 25: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

15

Terorisme, Pembuktian dalam proses di pengadilan dan perbandingan

alasan tindak pidana terorisme dalam Extra Ordinary Crime.

BAB V: Merupakan penutupan meliputi kesimpulan dan saran dari penulis.

Page 26: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

16

BAB II

KAJIAN TEORI TENTANG EXTRA ORDINARY CRIME

A. Pengertian Extra Ordinary Crime

Hukum pidana internasional menggunakan istilah the most serious crimes

concern to international community sebagai istilah yang serupa dengan kejahatan luar

biasa. Sejak dibentuknya Rome Statute of International Criminal Court pada tahun

1998, diperkenalkan istilah the most serious crimes concern to international

community yang merupakan kejahatan yang masuk dalam jurisdiksi International

Criminal Court.

Mahkamah Peradilan Internasional atau International Criminal Court yaitu

mekanisme baru yang dirancang melalui perjanjian internasional yang dibentuk di

Roma dan disebut Statuta Roma 1998, keberadaan International Criminal Court di

maksudkan untuk mencegah terulangnya kembali peradilan yang bersifat Victoris

Justice, Selective Justice dan Impunity (yang hanya berdasarkan negara yang menang

perang). Dengan tujuan apabila negara sudah tidak mau dan tidak mampu mengadili

pelaku kejahatan perang maka akan diadili di mahkamah ini tanpa diskriminasi baik

itu negara besar maupun kecil.21

Statuta Roma mendefinisikan kejahatan ini sebagai kejahatan mematikan yang

mengancam perdamaian, keamanan dan kesejahteraan dunia dan merupakan menjadi

perhatian komunitas dunia. Kejahatan ini meliputi kejahatan inti genosida, kejahatan

perang, kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan agresi. Pada paragraf ke-6

pembukaan Ststuta Roma menyatakan bahwa “adalah menjadi tugas setiap negara

untuk menegakan yurisdiksi kriminalnya (Statuta Roma) kepada orang-orang yang

dianggap bertanggung jawab terhadap kejahatan internasional.22

21Isplancius Ismail,”Mekanisme Penegakan Hukum Humaniter”, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14

No.2 (Mei, 2014), h. 295. 22Mangai Natarajan,”Kejahatan dan Pengadilan Internasional,(Cet:1: Nusa Media,20015), h. xiv.

Page 27: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

17

Extra Ordinary Crime dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai kejahatan

luar biasa, kejahatan luar biasa adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan

maksud untuk menghilangkan hak asasi umat manusia lain dan bisa disebut juga

sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. Senada dengan Statuta Roma

negara kita di dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 dalam Pasal 7

menyatakan bahwa pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat meliputi kejahatan

genosida dan kejahatan kemanusiaan.23

Extra Ordinary Crime bisa diartikan sebagai suatu kejahatan yang berdampak

besar dan multidimensional terhadap sosial, budaya, ekonomi dan politik serta begitu

dahsyatnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh kejahatan ini.24Extra Ordinary

Crime adalah wujud dari sebuah kondisi yang memerlukan tindakan sesegera

mungkin agar tidak menimbulkan hal yang lebih besar di kemudian harinya dan

dalam kondisi layak untuk menetapkan kondisi darurat hukum yang sudah dianggap

sangat serius dan jika dibiarkan akan membuat kerugian bagi negara maupun

masyarakat.

Jadi bisa dikatakan bahwa kejahatan luar bisa adalah suatu kondisi darurat

hukum yang di mana memerlukan tindakan yang sesegera mungkin agar tidak meluas

dampak yang ditimbulkan, kejahatan yang sangat membahayakan dengan tujuan

untuk menghilangkan Hak Asasi Manusia dan dapat berdampak terhadap sosial,

budaya dan politik sehingga penanganannya membutuhkan tindakan yang serius dan

kejahatan ini juga dipandang sudah sangat mengkhawatirkan karena dapat merugikan

orang banyak dan menyerang secara meluas, kejahatan luar biasa termasuk kedalam

kejahatan yang mematikan dan dapat juga menggangu kestabilan dunia maupun suatu

negara sehingga harus diterapkannya atau diberikannya hukuman yang sangat serius

bahkan hukuman mati bagi pelakunya.

23Undang-undang Nomer 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 24http://daerah.sindonews.com/read/2012/10/04/13/677058/batalkan-hukuman-hengky-

pertimbangan-ma-kropos diakses pada 10 juli 2017.

Page 28: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

18

B. Jenis- Jenis Extra Ordinary Crime

Mengenai kewenangan mahkamah internasional terdapat dalam Pasal 5 ayat (1)

Statuta Roma yang berisi ketentuan bahwa, yurisdiksi mahkamah terbatas pada

kejahatan yang paling serius yang menyangkut masyarakat internasional secara

keseluruhan mahkamah memiliki yurisdiksi sesuai dengan Statuta berkenaan dengan

kejahtan-kejahatan berikut:25

a. Kejahatan Genosida

b. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

c. Kejahatan Perang

d. kejahatan Agresi

Jika kita mengacu kepada Statuta Roma yang menjadi jenis-jenis Extra Ordinary

Crime ini adalah meliputi kejahatan inti seperti:

1. Genosida

Akibat logis dari kekerasan negara adalah terjadinya pembunuhan rakyat sipil,

baik disengaja maupun tidak, hal ini terjadi karena pembantaian rakyat, seperti

terkena peluru nyasar, salah sasaran, bom yang tidak akurat dan menginjak ranjau,

merupakan kejahatn puncak yang dilakukan oleh negara.26

Genosida adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang sangat mengerikan,

berdasarkan konvensi 1948 mengenai pencegahan dan penghukuman terhadap

kejahatan genosida, genosida berarti segala bentuk tindakan berikut ini dalam tujuan

untuk merusak, baik secara keseluruhan maupun sebagian, kelompok nasional, etnis,

ras atau agama seperti:27

a) Pembunuhan terhadap anggota kelompok-kelompok tersebut

Melukai baik mental maupun fisik, para anggota tersebut dengan serius

25Krisdiana Katiandagho,”Kewenangan Mahkamah Pidana Internasional untuk Mengadili

Pelaku Kejahatan Pelanggaran HAM Berat dalam Suatu Negara Tanpa Adanya Permintaan Dari Negara Tuan Rumah”.(Juni 2016), h.2.

26Isplancius Ismail,”Mekanisme Penegakan Hukum Humaniter”, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 14 No.2 (Mei, 2014), h. 297.

27Mangai Natarajan,”Kejahatan dan Pengadilan Internasional,(cet:1: Nusa Media,20015), h.306

Page 29: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

19

b) Mempersulit kondisi kehidupan kelompok-kelompok tersebut yang bisa

mengakibatkan kehancuran fisik, baik secara seluruh maupun sebagian.

c) Melakukan sesuatu yang dengan bertujuan mencegah kelahiran dalam

kelompok tersebut

Hal yang merupakan perbedaan utama genosida adalah tujuan

mengindikasikan, selain maksud kriminal yang melatari serangan (seperti

pembunuhan), kebenaran tujuan yang buruk untuk melakukan serangan tersebut guna

menghancurkan kelompok sasaran.

2. Kejahatan perang

Kejahatan perang berarti pelanggaran serius terhadap perjanjian dan

kesepakatan mengenai situasi konflik bersenjata internasional dan non-internasional.

Aturan dan kesepakatan yang mengangkat persoalan-persoalan yang berhubungan

dengan situasi konflik.28Menurut Pasal 7 ICC kejahatan terhadap kemanusiaan adalah

salah satu atau lebih dari beberapa perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sebagai

bagian dari serangan yang sistematis dan meluas yang langsung ditujukan terhadap

penduduk sipil seperti:29

a) Pembunuhan

b) Pemusnahan

c) Perbudakan

d) Deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa

e) Pengurungan atau pencabutan kemerdekaan fisik secara sewenang-wenang dan

melanggar aturan-aturan dasar hukum internasional

f) Penyiksaan

g) Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, kehamilan secara

paksa, sterilisasi secara paksa, atau berbagai bentuk kekerasan seksual lainnya

28Mangai Natarajan,”Kejahatan dan Pengadilan internasional,(cet:1: Nusa Media, 20015).h, 304.

Page 30: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

20

h) Penindasan terhadap suatu kelompok yang dikenal atau terhadap suatu

kelompok politik, ras, bangsa,etnis, kebudayaan, agama, jenis kelamin,

sebagaimana dijelaskan dalam ayat 3 atau kelompok-kelompok lainnya, yang

secara universal tidak diperbolehkan dalam hukum internasional sehubungan

dengan perbuatan yang diatur dalam ayat ini atau kejahatan dalam yurisdiksi

mahkamah

i) Penghilangan orang secara paksa

j) Kejahatan rasial

k) Perbuatan tidak manusiawi lainnya yang serupa, yang dengan sedengaja

mengakibatkan penderitaan yang berat, luka serius terhadap tubuh, mental atau

kesehatan fisik sesorang.

3. Kejahatan terhadap kemanusiaan

Kejahatan terhadap kemanusiaan berarti kejahatan yang melanggar prinsip-

prinsip fundamental martabat manusia (misal pembunuhan, pembantaian,

perbudakan, deportasi) yang dilakukan sebagai serangan sistematis atau menyeluruh

terhadap populasi sipil yang dihasut oleh otoritas negara atau non negara.30

4. Kejahatan agresi

Agresi adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk lain

dengan tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukai tersebut berusaha untuk

menghindarinya. Dari definisi tersebut terdapat empat masalah penting dalam

agresi, agresi merupakan sebuah perilaku, adanya unsur kesengajaan, sasarannya

adalah makhluk hidupterutama manusia, ada usaha menghindar pada diri korban.31

Seiring berjalannya waktu kejahatan yang selalu bergerak dinamis di setiap

masanya, kejahtan yang termasuk kedalam Extra Ordinary Crime menjadi masalah

tersendiri yang dialami setiap negara, khususnya di Indonesia kejahatan-kejahatan

atau tindak Pidana seperti korupsi, narkotika dan terorisme bisa dikatakan sebagai

30Ibid., h. 305. 31http://denyhendrawansaputra.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-dan-contoh-kejahatan-

agresi.html diakses pada 10 Juli 2017.

Page 31: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

21

kejahatan luar biasa namun dalam tingkatan yang berbeda, disebut sebagai tingkatan

berbeda karena Statuta Roma tahun 1998 tentang Intrnational Criminal Court (ICC)

tidak mencantumkannya sebagai kejahatan HAM berat (kejahatan genosida,

kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan dan kejahatan agresi).

Sama halnya dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2000

tentang pengadilan HAM berat yang hanya mencantumkan genosida dan kejahatan

terhadap kemanusiaan sebagai kejahatan HAM berat.32 Namun kejahatan seperti

korupsi, narkotika dan terorisme masuk ke dalam tindak pidana khusus yang dimana

itu menandakan bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak

memadai atau dirasa belum cukup kuat untuk memberantas tindak pidana tersebut, ini

menandakan bahwa tidak pidana tersebut sangat berbahaya dan perlunya perlakuan

khusus dalam memberantasnya.

1. Korupsi

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna

busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat

publik, baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang terlibatdalam

tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidaklegal menyalahgunakan kepercayaan

publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Pengertian korupsi menurut Sudarto, bahwa di samping dipakai untuk

menunjukan atau keadaan atau perbuatan yang busuk, juga disangkut pautkan kepada

ketidak jujuran seseorang dalam bidang keuangan.33Korupsi tidak selalu bersifat

kriminal, seperti prilaku kriminal lainnya, korupsi melukai orang lain dan

menyebabkan kemarahan pada para korban dan orang-orang yang menjunjung nilai-

nilai masyarakat sipil. Seperti kriminal lainnya, korupsi tidak memilliki etika, korupsi

tidak diungkapkan secara mencolok dalam literatur pengadilan kriminal dan untuk

mempelajarinya orang-orang yang berminat pada masalah ini harus membuka buku-

buku mengenai perkembangan ekonomi, administrasi publik, hukum, ilmu politik,

32Muhammad Ikhlas Thamri, Densus 88 Undercover.( Solo: Quo Vadis, 2007), h. 149. 33Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1996), h.115

Page 32: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

22

dan studi bisnis. Karakter korupsi harus dipelajari sehingga pelaku, peluang dan

target korupsi bisa dipahami dan dapat dikontrol.34

Korupsi yang dimaksud adalah meliputi perbuatan-perbuatan memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi secara melawan hukum dalam pengertian

formil maupun materiil. Tindak pidana korupsi mencangkup perbuatan-perbuatan

tercela yang menurut perasaan keaadilan masyarakat harus dituntut dan

dipidana.35salah satu ciri kejahatan kerah putih adalah kejhatan yang dilakukan oleh

orang-ornag berdasi pada istilah para pejabat. Dalam kekuasaan dalam menjalani

jabatan itu terdapat sudut yang menggoda yakni kekuasan dikresi, yaitu suatu jenis

sustu kekusaan untuk menjalankan kewenangan berdasarkan kereatifitas pejabat itu.

Kekuasaan itu diberikan oleh undang-undang dengan maksud agar jabatan yang

disandang bisa dijalankan dengan sebagaimana mestinya, dalam kondisi itulah

jabatan rawan untuk diselewengkan, karena bersamaan dengan menjalankan

kebijakan untuk publik dan dengan mudah untuk diselipkan niat untuk menarik

keuntungan pribadi atau kelompok.36

Korupsi dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime),

karena dapat mempengaruhi citra negara, skaligus mengguncang kesetabilan sosial,

politik sebuah pemerintahan, kendati tuntutan pemberantasan korupsi di dalam negri

sangat tinggi, kenyataannya, para penegak hukum di Indonesia belum mampu

menghapuskan korupsi. Motif perilaku korupnya bersumber pada wewenang yang

dimiliki.37

34Mangai Natarajan,”Kejahatan dan Pengadilan Internasional,(Cet:1: Nusa Media,2015), h.216. 35Diah Gusti Maulani,”Perspektif Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi di

Indonesia”,http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/prosiding/article/viewFile/104/104 diakses 27 oktober 2017, h.65.

36Benny Irawan,”Diskresi sebagai Tindak Pidana Korupsi: Kajian Kriminologi dan Hukum Terhadap fenomena pejabat otoritas”,Mimbar, XXVII, Vol.2, h.143.

37Ibidh., h.143.

Page 33: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

23

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi

unsur-unsur sebagai berikut :

1. Perbuatan melawan hukum,

2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana

3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi,

4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, adalah:

1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),

2. Penggelapan dalam jabatan,

3. Pemerasan dalam jabatan,

4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan

5. Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan

resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah atau pemerintahan rentan

korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan

dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima

pertolongan.

Korupsi merupakan salah satu dari sekian istilah yang kini telah akrab di telinga

masyarakat Indonesia, hampir setiap hari media massa memberitakan berbagai kasus

korupsi yang dilakukan oleh aparatur negara baik pegawai negeri ataupun pejabat

negara. Dalam kepustakaan kriminologi, korupsi merupakan salah satu kejahatan

jenis white collar crime atau kejahatan kerah putih.

Akrabnya istilah korupsi di kalangan masyarakat telah menunjukkan tumbuh

suburnya perhatian masyarakat terhadap korupsi, kejahatan kerah putih mampu

menarik perhatian masyarakat karena para pelakunya adalah orang-orang yang

dipersepsikan oleh masyarakat sebagai orang-orang terkenal atau cukup terpandang

Page 34: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

24

namun merekalah yang membuat kemiskinan di dalam masyarakat.38Timbulnya

kejahatan sejenis seperti ini menunjukkan bahwa sudah tidak hanya kemiskinan saja

yang menjadi penyebab timbulnya kejahatan, melainkan faktor kemakmuran dan

kemewahan merupakan faktor pendorong orang-orang melakukan kejahatan.39

Korupsi bukan lagi sebuah kejahatan yang biasa, karena dalam perkembangannya

korupsi telah terjadi secara sistematis dan meluas. Menimbulkan efek kerugian negara

dan dapat menyengsarakan rakyat, karena itulah korupsi kini dianggap sebagai

kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime)40.

Korupsi digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime),

karena modus dan teknik yang sistematis, akibat yang ditimbulkan kejahatan korupsi

bersifat pararel dan merusak seluruh sistem kehidupan, baik dalam ekonomi, politik,

sosial-budaya dan bahkan sampai pada kerusakan moral serta mental

masyarakat.41Rusaknya sistem kehidupan ekonomi sehingga merugikan negara, yang

dapat mengganggu perekonomian negara, definisi negara di sini tidak hanya

menyangkut negara dalam lingkup pemerintah pusat, tetapi juga menyangkut

pemerintah daerah, hal ini terjadi karena memang tidak dapat dipungkiri, bahwa

kekuasaan baik di pusat maupun di daerah memang cendrung lebih mudah untuk

korup (Power tends to Corup).42

Tindak pidana korupsi ini akan menyebabkan dampak buruk yang meluas,

selain merugikan keuangan dan pelanggaran terhadap hak-hak sosial serta ekonomi

masyarakat juga mempengaruhi akibat buruk lainnya, antara lain:43

38 Teguh Sulista dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana: Horizon Baru Pasca Reformasi,(Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada,2011), h.63. 39 J.E. Sahetapy, Kapita Selekta Kriminologi, (Bandung: Alumni, 1979), h.68-69. 40https://chandraproject.wordpress.com/2012/10/12/mengapa-korupsi-dianggap-sebagai-

kejahatan-yang-luar-biasa/ diakses pada 13 Juli 2017. 41Evi Hartati, Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua,(Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.9. 42 Romli Atmasasmita, Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional dan Aspek Internasional,

(Bandung: Mandar Maju, 2004), h.75. 43Evi Hartati, Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua,(Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.19.

Page 35: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

25

1. Berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintah sehingga mengakibatkan

pembangunan di segala bidang akan terhambat khususnya pembangunan ekonomi

serta menggangu stabilitas perekonomian negara dan stabilitas politik.

2. Berkurangnya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat diakibatkan adanya

pejabat pemerintah yang melakukan penyelewengan keuangan negara, masyarakat

akan bersikap apatis terhadap segala anjuran dan tindakanpemerintah sehingga

mengakibatkan ketahanan nasional akan rapuh dan terganggunya stabilitas

keamanan negara.

3. Menyusutnya pendapatan negara diakibatkan adanya penyelundupan dan

penyelewengan oleh oknum pejabat pemerintah sehingga menyebabkan stabilitas

perekonomian terganggu.

4. Perusakan mental pribadi diakibatkan terlalu sering melakukan penyelewengan

dan penyalahgunaan wewenang menyebabkan segala sesuatu dihitung dengan

materi dan akan melupakan segala tugasnya serta hanya melakukan tindakan yang

bertujuan untuk menguntungkan dirinya atau orang lain.

5. Hukum tidak lagi dihormati diakibatkan karena bobroknya para penegak hukum

yang melakukan korupsi sehingga hukum tidak dapat ditegakkan, ditaati, serta

tidak di indahkan oleh masyarakat.

Kondisi demikian mengakibatkan tindak pidana korupsi semakin tidak

terkendaliuntuk itu Andi Hamzah berpendapat bahwa pemberantasan korupsi tidak

hanya bertumpu pada pembaharuan undang-undang.44Tindak pidana korupsi di

Indonesia sudah bisa disejajarkan dengan kejahatan luar biasa karena jika kita melihat

dari kasus-kasus yang berkembang seakan-akan korupsi di negri ini sudah menjadi

sebuah penyakit yang sangat kronis susah untuk di sembuhkan.

Sedangkan menurut hukum pidana Islam ada sembilan macam jarimah yang

mirip dengan korupsi, al-ghulul (penggelapan), al-risywah (penyuapan), al-ghasb

(mengambil paksa harta orang lain), khiyanah al-maksu (pungutan liar), al-ikhtilash

44Andi Hamzah, Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), h.10

Page 36: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

26

(pencopetan), al-intihab (perampasan), al-sariqah (pencurian) dan al- hirabah

(perampokan).45

2. Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya, selain

narkoba istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika,

pisikotropika dan zat adiktif, menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang

Narkotika menjelaskan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi

sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Sebenarnya narkoba itu adalah obat legal yang digunakan dalam dunia

kedokteran namun dewasa ini narkoba banyak disalahgunakan, narkotika merupakan

obat atau zat yang sangat bermanfaat di bidang pelayanan kesehatan, pengembangan

ilmu pengetahuan dan pengobatan penyakit tertentu, narkotika di sisi lain juga dapat

menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan perseorangan atau masyarakat

khususnya generasi muda apabila dipergunakan tanpa adanya pengendalian,

pengawasan yang ketat dan seksama.46

Dalam pasal 6 ayat (1) Undang-undang No.35 Tahun 2009, Narkotika di

golongkan menjadi 3 (tiga) golongan, antara lain adalah sebagai berikut:47

• Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

• Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai

pilihan terakhir dalam pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi atau

45M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 78. 46 Paragraf Pertama Penjelasan Umum UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. 47Undang-undang NO.35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Page 37: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

27

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan.

• Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Masalah penyalahgunaan narkotika telah menjadi masalah nasional maupun

internasional yang tidak pernah henti-hentinya dibicarakan, permasalahan

penyalahgunaan narkotika telah menghiasi pemberitaan hampir setiap harinya.

Penyalahgunaan narkotika dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental, emosi dan

sikap dalam masyarakat, masalah penyalahgunaan narkotika telah mengancam bangsa

dan masyarakat tertentu sehingga menjadi suatu kejahatan teorganisasi nasional

ataupun transnasional.

Menurut Hadiman, bahwa penyalahgunaan narkotika dewasa ini telah mencapai

situasi yang mengkhawatirkan sehingga menjadi persoalan negara. Hal ini sangat

memperihatinkan karena korban penyalahgunaan narkotika di Indonesia akhir-akhir

ini cendrung semakin meningkat dan mencangkup tidak hanya terbatas pada

kelompok masyarakat yang mampu tetapi juga merambah kepada kalangan

masyarakat yang kurang mampu dan melibatkan anak-anak atau remaja muda usia,

suatu hal yang agak merisaukan mengingat mereka sebenarnya adalah generasi yang

menjadi harapan kita untuk meneruskan kelangsungan hidup bangsa secara

terhormat.48

Kejahatan terorganisasi transnasional merupakan ancaman terhadap negara dan

masyarakat yang dapat mengikis human security dan kewajiban dasar negara untuk

menjaga keamanan dan ketertiban salah satu bentuk permasalahan kejahatan

terorganisasi adalah perdagangan gelap narkotika (delict drug trafficking), Kejahatan

narkotika pada dasarnya termasuk kejahatan terhadap pembangunan dan

kesejahteraan sosial yang menjadi pusat perhatian dan keprihatinan nasional dan

48Jeanne Mandagi, Masalah Narkotika dan Penaggulangannya, (Jakarta: Pramuka Saka Bhayangkara, 1995), h.11.

Page 38: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

28

internasional, ruang lingkup dan dimensi kejahatan narkotika sangat luas sehingga

kegiatan dan aktivitasnya mengandung ciri sebagai organized crime, white

collarcrime, corporate crime, dan transnational crime.

Hukum Islam mengumpamakan narkoba ini seperti khamar yang mana menurut

para fuqaha memberi pengertian khamar, yaitu cairan yang memabukkan, yang

terbuat dari buah-buahan seperti anggur, kurma yang berasal dari biji-bijian seperti

gandum dan yang berasal dari manisan seperti madu, atau hasil atas sesuatu yang

mentah, baik diberi nama klasik atau nama modern yang beredar di dalam

masyarakat.49

Zat yang digolongkan sejenis minuman memabukkan adalah narkoba, zat ini

digolongkan sejenis minuman khamar, termasuk juga zat yang memabukkan dan

haram status hukumnya dikonsumsi oleh manusia. Hal ini dikemukakan oleh Al-

Ahmady Abu An-Nuur. Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa narkoba atau

narkotika melemahkan, membiusdan merusak akal serta anggota tubuh manusia

lainnya50

Dalam surat al-Baqarah ayat 219 menjelaskan bahwa dosa meminum-minuman

khamar lebih besar dosanya dari pada manfaatnya :

اس ٱلمي�� و ٱ�مر لونك عن ۞�� لل ف و ما ه و�� ما ع ن

ما م � قون اذا ي و لونك ٱلع �فلك يب� ٱ ٱ��فت ل� �ت رون لعل� ٢

Artinya : mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah

49H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 78-79. 50Ibid., h. 79.

Page 39: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

29

Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir (Q.S Al-Baqarah:219)

Dan di dalam surat Al-Maidah ayat 90 Allah SWT melarang kita untuk mendekati atau meminum khamar karena termasuk kedalam perbuatan syaitan :

ا � ين ما ٱ و ا ا نصاب و ٱلمي� و ٱ�مر

و ٱ� ز�ف

رجس ٱ�

ن �م ه�فن ف ٱل لحون وه ٱجتن � ٩لعل�Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (Q.S Al- Maidah:90).

Bahkan Rasullullah melarang keras tidak hanya kepada para peminumnya,

sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya :

“Allah melaknat (mengutuk), khamar, peminumnya, penyajinya, pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, pemakan atau penyimpannya, pembawa dan penerimanya.”(H.R. Abu Daud, Ibnu Majah dan Ibnu Umar).

Ini menandakan bahwa meminum-minuman yang memabukan termasuk perbuatan

yang sangat tidak baik dan tercela bahkan tidak hanya bagi peminumnya saja semua

yang terlibat langsung dilaknat oleh Allah SWT.

C. Kriteria Extra Ordinary Crime

Jika kita melihat dari jenis-jenis Extra Ordinary Crime tersebut bahwa yang

menjadi dasar kenapa suatu kejahatan bisa dikatakan luar biasa adalah adanya kondisi

yang perlu dilakukan penanganan sesegera mungkin dan sudah dianggap darurat di

negara tersebut, kejahatan yang tergolong sebagai Extra Ordinary Crime di Indonesia

(korupsi, narkoba, terorisme) memang perlu adanya penanganan yang sangat serius

dan khusus dari kejahatan-kejahatan biasa lainnya, agar bisa meminimalisir dari

dampak yang begitu besar yang ditimbulkan, jika kita cermati lebih dalam ada

Page 40: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

30

beberapa hal yang menjadi kriteria-kriteria suatu kejahatan bisa dikatakan sebagai

kejahatan luar biasa adalah sebagai berikut:

1. Adanya darurat hukum yang harus dilakukan sesegera mungkin untuk ditetapkan

hukuman yang sangat serius karena menyangkut kestabilan negara dan

masyarakat, jika tidak ditangani dengan segera bisa mengakibatkan dampak yang

buruk dan menjadi hal yang sangat merugikan secara meluas seperti kasus korupsi,

kasus korupsi ini hampir setiap hari media massa memberitakan berbagai kasus

korupsi yang dilakukan oleh apartur negara baik pegawai negri ataupun pejabat

negara, kejahatan ini mampu menarik perhatian masyarakat karena para pelakunya

adalah orang-orang yang dipersepsikan oleh masyarakat sebagai orang yang

terkenal atau cukup terpandang namun merekalah yang membuat kemiskinan di

masyarakat.51dari dampak yang ditimbulkan bisa mengganggu dan rusaknya

sistem kehidupan ekonomi sehingga merugikan negara, yang dapat menggangu

perekonomian negara.

2. Kejahatan terorganisasi yang dilakukan secara sistematis yang terjadi dalam skala

yang besar, seperti korupsi yang modus dan tekniknya yang sistematis akibat yang

ditimbulkan bersifat pararel dan merusak seluruh sistem kehidupan baik dalam

ekonomi, politik, sosial budaya dan bahkan pada sampai kerusakan moral serta

mental masyarakat contohnya kasus korupsi yang banyak melibatkan anggota

dewan seperti kasus e-Ktp, KPK baru mengumumkan total kerugian negara dalam

kasus ini pada 2016, yakni sebesar Rp 2,3 triliun.52Bahkan nama ketua DPR saat

ini pun turut terlibat dalam kasus e-ktp dan menurut hasil survei Saiful Mujani

Research dan Consulting (SMRC) menyatakan bahwa mayoritas rakyat Indonesia

lebih percaya institusi dan kewenangan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi

51Teguh Sulista dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana: Horizon Baru Pasca Reformasi,(Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada,2011), h.63. 52https://news.detik.com/berita/d-3442042/kasus-e-ktp-rp-23-t-kerugian-negara-2-tersangka-dan-

280-saksi diakses pada 17 juli 2017.

Page 41: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

31

(KPK) dibanding DPR. Selain itu, terkait kasus korupsi e-KTP, masyarakat pun

yakin banyak anggota DPR terlibat didalamnya53.

3. Dampak yang ditimbulkan memberikan kerugian yang begitu besar bagi setiap

elemen baik dari masyarakat maupun negara dan di pandang sebagai hal yang

membahayakan jika tidak diperlakukan hukum yang serius seperti kasus penyalah

gunaan narkotika, hal ini sangat memperihatinkan karena korban penyalahgunaan

narkotika di Indonesia akhir-akhir ini cendrung semakin meningkat dan

mencangkup tidak hanya terbatas pada kelompok masyarakat yang mampu tetapi

juga merambah kepada kalangan masyarakat yang kurang mampu dan melibatkan

anak-anak atau remaja muda usia, suatu hal yang agak merisaukan mengingat

mereka sebenarnya adalah generasi yang menjadi harapan kita untuk meneruskan

kelangsungan hidup bangsa secara terhormat.54.

4. Biasanya dilakukan dengan modus operandi yang sulit sehingga tidak mudah

untuk membuktikannya seperti kasus E-Ktp yang sudah berjalan hampir 6 tahun

dan sekarang baru mulai di sidangkan dan kasus keterlibatan oknum sipir yang

terlibat kasus pengedaran narkoba di lapas yang dimana membantu

menyelundupkan sabu kedalam lapas atas perintah bandarnya.

D. Hukuman Bagi Pelaku Extra Ordinary Crime

Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan

tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah

terjadinyakekacauan, hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian

hukum dalam masyarakat, oleh sebab itu setiap masyarat berhak untuk memperoleh

pembelaan didepan hukum.

Hukum dapat diartikan sebagai sebuah peraturan, ketetapan atau ketentuan yang

tertulis ataupun yang tidak tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan

53http://news.liputan6.com/read/2992517/survei-smrc-rakyat-yakin-anggota-dpr-terlibat-korupsi-e-ktp diakses pada 17 juli 2017.

54Jeanne Mandagi, Masalah Narkotika dan Penaggulangannya, (Jakarta: Pramuka Saka Bhayangkara, 1995), h.11.

Page 42: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

32

menyediakan sangsi untuk orang yang melanggar hukum, Sedangkan hukum menurut

istilah para ahli ilmu ushul fiqh ialah: Khithab Syari’ yang bersangkutan dengan

perbuatan orang–orang mukallaf, baik dalam bentuk tuntutan, pilihan, atau

ketetapan.55

Hukum menurut bahasa, artinya : Menetapkan sesuatu atas sesuatu, sedangkan

menurut istilah, ialah: Khithab (titah) Allah, atau sabda Nabi Muhammad yang

berhubungan dengan segala amal perbuatan mukallaf, baik titah itu mengandung

tuntutan suruhan, larangan atau membolehkan sesuatu atau menjadikan sesuatu sebab,

syarat atau memperbolehkan sesuatu, atau menjadikan sesuatu sebab, syarat atau

penghalang (mâni’) bagi sesuatu hukum.56

Menurut Muladi selaku Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas)

mengatakan bahwa kejahatan yang berlebel Extra Ordinary Crime (kejahatan Luar

biasa) harus ditangani dengan Extra Ordinary Measure (penaganan/tindakan yang

luar biasa).57karena jika tidak ditangani dengan serius akan mengakibatkan dampak

yang sangat buruk.

Indonesia adalah negara hukum, begitu yang terdapat di dalam Pasal 1 ayat (3)

Undang-Undang Dasar 1945. Sangat tepat sekali jika di negara kita memiliki

lembaga-lembaga yang khusus menangani kasus-kasus seperti Korupsi, Narkoba dan

Terorisme yang di pandang sebagai kejahatan luar biasa:

1. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Komisi Pemberantasan Korupsi atau biasa disingkat KPK adalah lembaga

negara yang khusus menangani pemberantasan korupsi. KPK lahir berdasarkan

Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Korupsi.

Sebagaimana yang tertuang dalam Bab II Pasal 6 Komisi Pemberantasan Korupsi

mempunyai tugas sebagai berikut:58

55Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, (Semarang:Dina Utama, 1994), h.142. 56Moh Rivai, Ushul Fiqih, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1993), h.12. 57Muhammad Ikhlas Thamri, Densus 88 Undercover.( Solo: Quo Vadis, 2007), h. 59. 58Undang-undanag Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.

Page 43: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

33

a) Kordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak

Pidana Korupsi.

b) Supervisi terhadap Instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak

Pidana Korupsi.

c) Melakukan Penyelidikan, Penyidikan dan Penuntutan terhadap Tindak Pidana

Korupsi.

d) Melakukan Tindakan-tindakan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi.

e) Melakukan monitor terhadap penyelenggaran Pemerintahan Negara.

Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan, Komisi

Pemberantasan Korupsi berwenang :

a) Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan.

b) Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian

ke luar negeri.

c) Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan

keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;

d) Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir

rekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain

yang terkait.

e) Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan

sementara tersangka dari jabatannya;

f) Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada

instansi yang terkait.

2. Badan Narkotika Nasional (BNN)

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah

NonKementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

Page 44: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

34

gelap psikotropika, prekursor dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif

untuk tembakau dan alkohol.59

Badan Narkotika Nasional dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung

jawab langsung kepada presiden melalui kordinasi kepala kepolisian negara republik

Indonesia, dasar hukum BNN adalah Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika. Sebelumnya, Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan lembaga

nonstruktural yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002,

yang kemudian diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007.

Dalam BabI Pasal 2 Badan Narkotika Nasional memiliki tugas membantu Presiden

dalam :

a) Mengordinasikan instansi pemerintah terkait dalam penyusunan kebijakan dan

pelaksanaan kebijakan oprasional di bidang ketersediaan dan pencegahan,

pemberantasan, penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkotika, pisikotropika,

prekursordan bahan adiktif lainnya atau dapat disingkat dengan P4GN dan

b) Melaksanakan P4GN dengan membentuk satuan tugas yang terdiri atas unsur

instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-

masing.

3. Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT)

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) adalah sebuah Iembaga

Pemerintah Nonkementerian (LPNK) yang melaksanakan tugas pemerintahan di

bidang penanggulangan terorisme. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BNPT

dikordinasikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.

BNPT dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada presiden. Pada awalnya jabatan kepala BNPT setingkat eselon I.a.

namun sejak diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan

59Praturan Presiden Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2010 Tentang Badan Narkotika Nasional

Page 45: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

35

Penanggulangan Terorisme, jabatan Kepala BNPT naik menjadi setingkat menteri.60

BNPT mempunyai tugas:

a) Menyusun kebijakan, strategi dan program nasional di bidang penanggulanagn

terorisme.

b) Mengkordinasikan instansi pemerintah terkait dalam pelaksanaan dan

melaksanakan kebijakan di bidang penanggulanganterorisme;

c) Melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme dengan membentuk

satuan-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi pemerintah terkait sesuai

dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.

d) Bidang penanggulangan terorisme meliputi pencegahan, perlindungan,

deradikalisasi, pendidikan dan penyiapan kesiap siagaan nasional.

Sangat tepat sekali jika korupsi, narkotika dan terorisme dikatakan sebagai

kejahatan luar biasa di negeri ini dengan dibentuknya badan-badan atau instansi yang

secara khusus menagani tindak pidana tersebut berarti adanya keseriusan pemerintah

untuk memberantas kejahatan-kejahatan yang dianggap banyak merugikan dan sudah

sangat mengkhawtirkan tersebut (korupsi, narkotika dan terorisme).

Jika dilihat kembali dari jenis-jenis dan kriteria yang termasuk ke dalam Extra

Ordinary Crime sangat tepat jika pelaku tindakan pidana yang termasuk kepada

kejahatan luar biasa dijatuhi hukuman seberat-beratnya bahkan hukuman mati

sekalipun, karena dari dampak dan apa yang ditimbulkan sangat luas cakupannya

tidak hanya merugikan masyarakat akan tetapi menjadi ancaman yang serius bagi

negeri ini juga.

60 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan Penanggulangan Terorisme.

Page 46: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

36

BAB III

TINDAK PIDANA TERORISME (EXTRA ORDINARY CRIME) PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Tindak Pidana Terorisme Menurut Hukum Pidana Islam

Tidaklah ditemukan definisi tentang terorisme dari kalangan ulama terdahulu,

karena hal tersebut disebabkan oleh awal penggunaan kata terorisme dengan

pengertian sekarang ini yang bermula dari ideologi Eropa pada masa revolusi

Perancis tahun 1789 sampai 1794 Masehi.

Seperti yang telah dikatakan bahwa dalam Islam kata terorisme tidak dibahas

secara khusus sebagai “terorisme”, akan tetapi ia mengukuti bab jinâyah, karena

melihat bentuk kejahatan terorisme itu banyak (seperti pembajakan, penculikan,

pengeboman, dan lain-lain) maka perlulah dibahas dari beberapa sisi agar bisa

melihat tindakan atau hukuman yang pantas dijatuhkan terhadap kejahtan tindak

pidana terorisme ini.

Menurut syekh Yusuf Al-Qardhawi, kejahatan terorisme yang terjadi di kota

Bali, yang di mana menewaskan ratusan nyawa wisatawan yang berkunjung, aksi

tersebut menyebabkan kehancuran di atas muka bumi dan bisa dikatakan bahwa

istilah terorisme ini dalam Islam bisa disebut sebagai hirabah.61Di sini syekh Yusuf

Al-Qardhawi menganalogikan Terorisme sebagai hirabah dalam hukum pidana

Islam.

Pendapat Syekh Yusuf Al-Qardawi senada dengan Fatwa Majlis Ulama

Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Terorisme, yang menjelaskan bahwa

terorisme telah memenuhi unsur tindak pidana hirabah dalam khazanah fiqih Islam.

Para fuqaha mendefinisikan al-muharib (Pelaku hirabah), yaitu: Orang yang

61Ari Wibowo, Hukum Pidana Terorisme., (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012)., h. 238

Page 47: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

37

mengangkat senjata melawan orang banyak dan menakut-nakuti mereka

(menimbulkan rasa takut di kalangan masyrakat).62

Di dalam Fatwa Majlis Ulama Indonesia dalam pertimbangannya, bahwa

tindakan terorisme dengan berbagai bentuknya yang terjadi akhir-akhir ini di

beberapa negara, termasuk Indonesia, telah menimbulkan kerugian harta dan jiwa

serta rasa tidak aman di kalangan masyarakat, terorisme adalah tindakan kejahatan

terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman yang serius

terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian,dunia serta

merugikan kesejahteraan masyarakat.

Terorisme adalah adalah salah satu kejahatan yang diorganisasi dengan baik,

bersifat trans-nasional dan digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (Extra Ordinary

Crime) yang tidak membeda-bedakan sasaran.63 Tindakan terorisme jika dilihat dari

sifatnya memiliki tujuan yang tidak baik tujuannya dari terorisme pada dasarnya

adalah untuk menciptakan rasa takut dan menghancurkan pihak lain, memiliki sifat

yang merusak dan anarkis serta dilakukan tanpa aturan dan sasaran yang tidak

terbatas, untuk itulah MUI kenapa menyebut terorisme sebagai salah satu tindakan

yang sudah masuk kedalam unsur hirabah.

Hirabah adalah tindak kejahatan yang dilakukan secara terang-terangan

ataupun secara diam-diam, dimana tindakan tersebut dapat dilakukan seorang diri

maupun secara berkelompok.64Hirabah disebut juga dengan perampokan atau dapat

juga disebut dengan Qatha’ut Thariq, perampokan adalah kejahatan merampas harta

di jalan umum dengan ancaman kekerasan.65Perampokan dapat juga diartikan sebagai

tindakan pengambilan secara terang-terangan dengan kekerasanatau bisa saja dalam

perampokan juga terdapat unsur diam-diam atau sembunyi-sembunyi jika

dinisbahkan kepada penguasa atau petugas keamanan, biasanya jarimah hirabah

62Fatwa Majlis Ulama Indonesia Nomer 3 Tahun 2004 tentang terorisme 63 Fatwa Majlis Ulama Indonesia Nomer 3 Tahun 2004 tentang terorisme 64H.A.DJazuli , Fiqih Jinayah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000)., h. 87. 65KH Ahmad Azhar Basyir, Ikhtisar Fiqih Jinayat (Hukum Pidana Islam), (Yogyakarta: UN

Press).,h.39.

Page 48: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

38

dilakukan oleh sekelompok orang yang bersenjata tajam atau bersenjata api, yang

melakukan pencegatan lalu lintas baik pada siang ataupun malam hari, yang

terkadang hanya merampas harta benda, kadang pula diikuti dengan pembunuhan

terhadap pemiliknya atau mungkin hanya bersifat menakut-nakuti lalu lintas saja.

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama mengenai hirabah

yaitu:66

Menurut Hanafiyah, hirabah adalah tindakan keluar jalan untuk mengambil

harta dengan cara kekerasan yang tujuannya menakut-nakuti orang yang lewat dijalan

agar dapat mengambil harta orang tersebut, bahkan bisa terjadi tindakan pembunuhan

terhadap korban tersebut.

Sedangkan menurut Syafi’iyah hirabah adalah tindakan keluar untuk

mengambil harta dengan cara membunuhatau menakut-nakuti dengan cara kekerasan

yang dimiliki diri sendiri, serta tidak mengharapkan pertolongan (bantuan), untuk

mengambil harta korban dengan cara menipu (taktik), baik menggunakan kekuatan

atau tidak.

Menurut golongan Zhahiriyah, hirabah adalah orang yang melakukan tindak

kekerasan dan mengintimidasi orang yang lewat, serta melakukan kerusakan di muka

bumi.

Mengenai hukuman yang dijatuhkan atas orang yang melakukan hirabah

(muharib), fuqaha sepakat bahwa hukuman tersebut berkaitan dengan hak Allah dan

hak manusia, disepakati pula bahwa hak Allah tersebut adalah hukuman mati,

hukuman salib, dipotong tangan dan kakinya secara bersilang dan hukuman

pengasingan seperti telah ditegaskan oleh Allah dalam ayat berkenaan dengan

hirabah,67dalam firman Allahsurat Al-Maidah ayat 33 sebagai berikut:

66 Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia, (Yogyakarta: TERAS).,h 94. 67Al-Faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd penerjemah, Imam

Gazali Said &Achmad Zaidun., Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid).,(Jakarta: Pustaka Amani, 2007). h.665.

Page 49: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

39

ما ؤا � ج �ار�ون ين ٱ �ض و�سعون � ۥورسو� ٱن ٱ�

فسادا

ن وا و ين خ�فف رجل

و يدي

� و �ق

و ا و يصل

قتلو ا �ض� خزي � ٱ� فلك ل � � ٱ رة ٱ�خ ها ول ٣عذاب عظه

Artinya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya) yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar (Q.S Al-Maidah:33).

Bisa disimpulkan jika dilihat dari surat Al-Maidah ayat 33 hukum Islam telah

memberikan peringatan keras terhadap pengganggu keamanan dan telah menetapkan

emapat hukuman bagi pelaku hirabah :

1. Hukuman mati biasa.

2. Hukuman mati disalib.

3. Potong tangan dan kaki.

4. Pengasingan.

1. Hukuman Mati

Hukuman ini wajib dijatuhkan kepada pengganggu keamanan yang melakukan

pembunuhan, hukuman ini adalah hukuman hudud, bukan qishas sehingga tidak bisa

dimaafkan oleh wali korban, hukuman ini didasarkan atas ilmu pengetahuan dan

karakter manusia. P67F

68PKetika melakukan pembunuhan, pelaku hirabah didorong oleh

motivasi atau naluri untuk hidup, bila ia menyadari bahwa ketika membunuh orang

lain itu sebenarnya ia membunuh dirinya sendiri, biasanya ia tidak akan meneruskan

perbuatannya. Jadi, hukuman mati yang telah ditetapkan oleh hukum Islam akan

menolak faktor-faktor psikologis yang mendorong dilakukannya pembunuhan dengan

68At-Tasyri’ al-jina’i al-Islamiy Muqaranan Bil Qonunil Wad’iy Abdul Qodir Audah.,Ensiklopedi

Hukum Pidana Islam III., (Bogor: PT. Kharisma Ilmu., 2008),. H., 60.

Page 50: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

40

satu-satunya faktor psikologis yang dapat mencegah dilakukannya tindak pidana

tersebut.69

Firman Allah SWT Q.S. Al-Qasahs Ayat 77 :

فك وٱ�تغ اتٮ هما ار ٱ ٱ ن ٱ�خرة ك و� تنس نصه ها حسن ٱو

حسن ما غ ٱ ساد �ك و� � �ض� � ٱل

ن ٱ� ٱ � �

سدين ٧ ٱلمArtinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Q.S. Al-Qasahs:77).

2. Hukuman Mati Disalib

Hukum ini wajib dijatuhkan terhadap pengganggu keamanan yang melakukan

pembunuhan dan perampasan harta, jadi hukuman ini dijatuhkan atas pembunuhan

dan pencurian harta sekaligus. Artinya hukuman ini adalah hukuman atas dua

tindakan pidana, baik kedua tindakan pidana tersebut saling berhubungan maupun

pembunuhan yang dilakukan bertujuan untuk mempermudah melakukan perampasan

harta.P69F

70

Menurut beberapa fuqaha, maksudnya disalib sampai mati karena kelaparan,

sedangkan menurut fuqaha lain maksud penyaliban adalah hukuman mati dan

penyaliban secra bersamaan (sekaligus).sebagian mereka berpendapat dihukum mati

dulu baru kemudian disalib ini adalah pendapat asyhab, sebagian yang lain

70At- Tasyri’ al-jina’i al-Islamiy Muqaranan Bil Qonunil Wad’iy Abdul Qodir Audah.,Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III., (Bogor:PT. Kharisma Ilmu., 2008),. h. 61.

Page 51: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

41

berpendapat,disalib hidup-hidup baru kemudian dihukum mati di papan kayu, ini

adalah pendapat Ibnu Qasim dan Ibnul Majisyun.71

Dasar penjatuhan hukum salib tidak berbeda dengan dasar penjatuhan hukuman

mati, akan tetapi, keinginan mendapatkan harta menjadi dorongan untuk melakukan

tindak pidana ini. Karenaya hukumannya harus di beratkan sehingga apabila ia

berpikir dan berniat untuk melakukan tindak pidana ini, seketika ia akan teringat akan

hukuman berat yang akan didapatkannya, ia akan segera mengurungkan niat

melakukan tindak pidana tersebut.72

Menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, hukuman mati lebih

didahulukan dari penyaliban, alasan mereka, karena nash Al-Qur’an mendahulukan

penyebutan hukuman mati daripada hukuman salib sehingga pelaksanaan

hukumannya harus didahulukan dari penyaliban, selain itu melakukan penyaliban

sebelum hukuman mati adalah penyiksaan terhadap orang yang dikenakan hukuman

tersebut, sedangkan hukum Islam melarang adanya hukuman penyiksaan.73

Pada masa sekarang hukuman mati dengan disalib sama dengan hukuman mati

dengan ditembak, di mana terhukum diikat pada kayu berbentuk salib kemudian

ditembak, hukum Islam telah membedakan antara hukuman pembunuhan saja dan

hukuman membunuh disertai dengan perampasan harta, karena di antara dua tindak

pidana ini berbeda dan mempunyai hukuman yang berbeda pula.

Pada dasarnya hukuman penyaliban tidak mempunyai pengaruh apapun kepada

pelaku setelah ia mati tetapi pengaruhnya terhadap masyarakat sangat besar, bahkan

terkadang dapat menjadi satu-satunya faktor yang menunjukan nilai hukuman mati

bagi orang banyak, khususnya bagi para pengganggu keamanan yang lain.74

3. Pemotongan Anggota Badan (Al-Qot’u)

71Al-Faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad Ibnu Rusyd penerjemah, Imam

Gazali Said, MA. & Achmad Zaidun., Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid).,(Jakarta: Pustaka Amani, 2007)., h.666.

72At-Tasyri’ al-jina’i al-Islamiy Muqaranan Bil Qonunil Wad’iy Abdul Qodir Audah.,Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III., (Bogor:PT. Kharisma Ilmu., 2008)., h. 61.

73Ibid., h 62. 74Ibid.,h. 62.

Page 52: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

42

Hukuman ini harus dijatuhkan kepada pelaku hirabah (gangguan keamanan)

jika ia mengambil harta, tetapi tidak melakukan pembunuhan terhadap korbannya.

Hukuman bagi pelaku hirabah jenis ini tidak diragukan lagi adalah hukuman yang

adil kareana pelaku hanya mengambil harta si korban.

Mengenai firman Allah,”...atau dipotong tangan dan kaki mereka secara

silang,’’ pengertiannya: tangan kanan dan kaki kirinya dipotong lalu kemudian jika ia

melakukan hirabah lagi, maka tangan kiri dan kaki kananya dipotong, sedangkan

menurut asyhab, bahwa tangan kiri dan kaki kirinya dipotong.75

4. Hukuman Pengasingan (Pembuangan)

Menurut suatu pendapat maksud dibuang (diasingkan) adalah dipenjarakan,

pendapat lain mengatakan bahwa pembuangan itu adalah dibuang dari satu negri

kenegri lain kemudian dipenjarakan di negri tersebut hingga ada indikasi ia telah

bertobat ini pendapat Ibnul Qasim dari Malik, sedangkan jarak antara kedua negri

tersebut adalah jarak minimal untuk meng qasar shalat.76

Hukuman ini ditetapkan bagi pelaku hirabah apabila ia hanya menakut-nakuti

orang, tetapi tidak mengambil harta dan tidak pula membunuh.77Alasannya karena

seseorang yang melakukan gangguan keamanan dalam bentuk ini bermaksud untuk

mencari popularitas. Karena itu, ia harus diasingkan sehingga menjadikannya tidak

dikenal. Bisa jadi, alasan pelaku menakut-nakuti orang lain adalah untuk

melenyapkan keamanan dijalan-jalan umum yang termasuk bagian kedamaian dari

suatu negeri. Alasan manapun yang benar yang pasti dalam hal ini, faktor psikologis

yang mendorong dilakukannya tindak pidana ini dilawan dengan faktor psikologis

yang dapat menghindarkannya dari tindak pidana tersebut.

Menurut pendapat yang kuat pengasingan dilakukan dari satu negeri kenegeri

lain yang masuk dalam batas wilayah darul Islam, dengan syarat jarak antara kedua

75Al-Faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd penerjemah, Imam Gazali Said & Achmad Zinudin., Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid).,(Jakarta: Pustaka Amani, 2007). h.667

76Ibidh., h.667 77At-Tasyri’ al-jina’i al-Islamiy Muqaranan Bil Qonunil Wad’iy Abdul Qodir Audah.,Ensiklopedi

Hukum Pidana Islam III., (Bogor:PT. Kharisma Ilmu., 2008) ,. h., 63.

Page 53: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

43

negara tersebut tidak kurang dari jarak qasar, yaitu satu hari perjalanan sedang (tidak

cepat tidak lambat). Ini menurut Imam Malik,Syafi’i dan Ahmad bin Hambal.

Adapun menurut Abu Hanifah, dengan jarak waktu tiga hari perjalanan sedang dan

menurut sebagian fuqaha yang lain sejarak sepuluh mil (1 mil=1.609 meter).78

Tidak ada batasan lamanya hukuman pengasingan tersebut, tetapi tergantung

pada perubahan pelaku yang kemudian tanda-tanda kebaikan pada diri pelaku

tampak, sehingga pelaku tersebut dimaafkan dan dapat kembali ke negeri asalnya.

Dalam mengadili korban di dalam hukum Islam ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, karena suatu pengadilan itu bisa dilaksanakan berdasarkan 4 (empat) hal

yaitu79 :

a) Keterangan saksi

Dalam memberikan kesaksian pada tindakan hirabah, Islam mensyaratkan

untuk mendatangkan 2 orang saksi saja sudah cukup dalam memberikan kesaksian

karena para fuqaha sepakat bahwa semua hak selain zina dapat ditetapkan dengan dua

orang saksi laki - laki yang adil, kecuali al-Hasan al-Basri yang berpendapat bahwa

hak-hak tersebut tidak dapat diterima dengan saksi yang kurang dari empat orang.80

b) Sumpah

Sumpah adalah pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi

kepadabAllah SWT untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhan, pernyataan yang

disertai tekad dan berani menerima sesuatu bila yang dinyatakan tidak benar serta

janji atau ikrar untuk memperkuat perkataannya.

Sumpah dapat menggugurkan gugatan terhadap pihak tergugat apabila

penggugat tidak memiliki saksi. Menurut Imam Malik, dengan sumpah hak

penggugat dapat ditetapkan, yang diikuti dengan penetapan hal-hal yang diingkari

78Ibid., h. 63. 79Al-Faqih Abul wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd penerjemah, Imam

Gazali Said & Achmad Zaidun., Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid).,(Jakarta: Pustaka Amani, 2007). h.684

80Ibid., h.691

Page 54: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

44

atau dibantah oleh tergugat, jika ia mengakui maka gugurlah hak-hak tersebut, dalam

artian posisi penggugat lebih kuat sebab dan alasannya dibanding posisi tergugat.81

c) Penolakan Sumpah

Fuqaha berselisih pendapat tentang tetapnya hak bagi pihak tergugat

berdasarkan penolakan untuk bersumpah atau bersaksi. Menurut Imam Malik, Syafi’i

dan beberapa fuqaha Hijaz, serta segolongan fuqaha Irak, apabila pihak tergugat

menolak sumpah, maka penggugat tidak ada keharusan untuk menolak sumpah juga,

untuk mendapatkan haknya itu ia (penggugat) hanya dituntut untuk bersumpah atau

mendatangkan satu orang saksi.

d) Pengakuan

Jika pengakuan itu memang jelas, maka tidak ada perselisihan untuk

pertimbangan pengakuan dalam peradilan. Yang dipersoalkan disini adalah siapa

yang pengakuannya dapat diterima dan siapa yang tidak, jika pengakuan tersebut

mengandung banyak kemungkinan maka terjadi perselisihan.

Tentang bagaimana seorang hakim mengadili, para fuqaha sepakat bahwa ia

harus memberikan perlakuan yang sama terhadap kedua belah pihak dalam sidang. Ia

tidak boleh hanya mendengarkan kata-kata hanya dari salah satu pihak tanpa

mendengarkan dari pihak lain. Terlebih dahulu ia harus memulai dari penggugat,

kemudian menanyakan tentang bukti-bukti apabila tergugat mengingkari gugatan.

Apabila penggugat tidak memiliki bukti dan perkaranya berkenaan dengan

urusan harta, maka berdasarkan kesepakatan fuqaha, pihak tergugat harus bersumpah.

Apabila perkaranya berkenaan dengan nikah, talak, atau pembunuhan, maka menurut

Imam Syafi’i, yang wajib bersumpah hanya untuk gugatan itu saja, sedangkan

menurut Imam Malik sumpah itu tidak wajib keculai bersama seorang saksi.82

Jadi di dalam Islam pengadilan itu dilaksanakan berdarkan 4 hal yaitu

keterangan saksi, sumpah, penolakan sumpah dan pengakuan atau gabungan dari

81Al-Faqih Abul wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd penerjemah, Imam Gazali Said & Achmad Zaidun., Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid).,(Jakarta: Pustaka Amani, 2007). , h.693

82Ibid., h.712.

Page 55: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

45

keempatnyadan apabila penggugat tidak menghadirkan saksi sesuai dengan

ketentuan, maka sumpah tersebut bisa menggugurkan hukuman bagi pihak tergugat

karena kurangnya bukti yang menguatkan.

B. Extra Ordiary Crime dalam Hukum Pidana Islam

Di dalam hukum pidana Islam tidak dikenal istilah Extra Ordinary Crime

(kejahatan luar biasa). Tetapi karena teori ushul fiqh, bila suatu hukum belum di

tentukan suatu hukumnya, maka bisa ditentukan dengan metode qiyas (analogi

hukum) jika sudah ditemukan perbuatannya seperti apa jika dipandang dalam hukum

Isalm dan baru bisa ditetapkan termasuk kedalam perbuatan jarimah yang ditinjau

dari segi hukumannya, jarimah ditinjau dari segi hukumannya terbagi kepada tiga

bagian yaitu jarimah hudud, jarimah qishash dan jarimah tazir.83

Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had, had adalah

hukuman yang telah ditetapkan oleh syara dan merupakan hak Allah, ciri khas

jarimah hudud adalah sebagai berikut:84

a. Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti hukuman tersebut telah

ditentukan oleh syara’ dan tidak ada batasan minimal dan maksimal.

b. Hukman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada hak

manusia di samping hak Allah yang lebih dominan.

Oleh karena itu hukuman had ini merupakan hak Allah maka hukuman tersebut tidak

bisa digugurkan oleh perseorangan atau orang yang diwakili oleh negara.

Jika ditinjau dari segi materi jarimah, hudud terbagi menjadi tujuh, yaitu

jarimah zina, jarimah qazab, jarimah syurb al-khamar, jarimah pencurian, jarimah

hirabah, murtad dan jarimah pemberontakan.

Jarimah qishash dan diat adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara’,

perbedaannya dengan hukuman had adalah bahwa hukuman had adalah hak Allah

(hak masyarakat), sedangkan qishash dan diat adalah hak manusia (hak individu). Di

83 Ahmad Wardi Muslich.,Hukum Pidana Islam.,(Jakarta: Sinar Grafika, 2005). h. x 84 Ibidh.,h. x

Page 56: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

46

samping itu perbedaan yang lain adalah karena hukuman qishash dan diat adalah hak

manusia maka hukuman tersebut bisa dimaafkan atau digugurkan oleh korban atau

keluarganya, sedangkan hukuman had tidak bisa digagalkan atau digugurkan.85

Dalam fiqih jinayah, sanksi qishash ada dua macam perbuatan yang bisa

dijatuhi hukuman ini, yaitu qishash karena melakukan jarimah pembunuhan dan

qishas karena melakukan jarimah penganiayaan,86namun apabila diperluas jumlahnya

ada lima macam, yaitu pembunuhan sengaja, pembunuhan menyerupai sengaja,

pembunuhan karena kesalahan, penganiayaan sengaja, penganiayaan tidak sengaja.

Jarimah takzir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman takzir, pengertian

takzir menurut bahasa adalah ta’dib, artinya memberi pelajaran, sedangkan

pengertian takzir menurut istilah adalah hukuman pendidikan atas dosa yang belum

ditentukan hukumannya oleh syara’, dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa

hukuman takzir adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’, dan wewenang

ketetapan diserahkan kepada ulil amri.87

Imam Muhammad Abu Zahra membagi hukum takzir menjadi dua, yaitu sanksi

yang berkaitan dengan hak Allah dan sanksi takzir yang berkaitan dengan

pelanggaran hak manusia, ia pun berpendapat: sanksi-sanksi takzir sama dengan

sanksi-sanksi yang telah ditentukaan (qisash dan hudud). Sebagian ada yang

merupakan hak Allah dan sebagian merupakan hak Manusia. Inilah pembagian secara

umum.88 Kemudian Abu Zahrah memberikan contoh beberapa pelanggaran yang

berkaitan dengan hak Allah yang pelakunya harus dihukum takzir di antaranya

perbuatan bid’ah, pelecehan terhadap nabi Muhammad, perdagangan manusia, bisnis

narkoba, manipulasi, riba, korupsi dan kesaksian palsu.89

Ada beberapa contoh pelanggaran yang berkaitan dengan hak manusia, Abu

Zahrah mengemukakan seperti dalam kasus pembunuhan semi sengaja. Di samping

85 Ahmad Wardi Muslich.,Hukum Pidana Islam.,(Jakarta: Sinar Grafika, 2005). h. xi 86 M.Nurul Irfan dan Masyrofah., Fiqih Jinayah.,( Jakarta:Amzan. 2013). h. 5 87 Ahmad Wardi Muslich.,Hukum Pidana Islam.,(Jakarta: Sinar Grafika, 2005). h. xii 88M.Nurul Irfan dan Masyrofah., Fiqih Jinayah.,( Jakarta:Amzan. 2013). h. 198 89Ibid., h. 199

Page 57: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

47

adanya pemberian diyat oleh pelaku kepada keluarga korban, masih terdapat satu

sanksi lagi berupa takzir, untuk memelihara hak manusia, demikian juga

pemberlakuan hukum takzir dalam masalah penganiyayaan yang tidak mungkin

dilakukan hukuman qisash, contoh lainya juga bisa berupa percobaan pembunuhan

atau kasus penyekapan.

Senada dengan apa yang dikemukakan Abu Zahrah, Wahbah al-Zuhaili juga

mengemukakan bahwa: takzir bisa terjadi terhadap setiap jarimah yang tidak masuk

dalam cakupan had dan kafarah, baik menyangkut pelanggaran terhadaphak Allah

seperti makan pada siang hari di bulan Ramadah tanpa uzur, meninggalkan shalat,

menjalankan praktik riba, melemparkan barang najis atau berbahaya lain kejalan-

jalan umum. Takzir juga dapat berlaku pada pelanggaran terhadap hak manusia,

seperti mencium atau melakukan perbuatan yang tidak senonoh, mencuri tetapi tidak

mencapai nisab syar’i, mencuri bukan dari tempat penyimpanan, berkhianat dengan

amanah, suap, qadzab dan mencaci atau menyakiti bukan dengan lafal qadzaf.90

Kemudian berkaitan dengan macam-macam takzir, tidak ada kesepakatan

karena takzir bersifat relatif, temporal, dan kondisional, mengenai hal ini, Abdul

Muhsin Al-Thariqi berkata:

Fuqaha berpendapat bahwa terdapatbermacam-macam takzir, sehingga tidak

terbatas berapa banyak takzir yang ada, apa yang mereka kemukakan itu hanyalah

sebagian, bukan keseluruhan oleh karena itu, masalah ini dikembalikan kepada ijtihad

seseorang penguasa sesuai dengan kemaslahatan untuk mencegah manusia

melakukan kejahatan.91

Jika dilihat dari keriteria-keriteria Extra Ordinary Crime, kejahatan ini secara

garis besar dijatuhi hukuman hudud karena dari dampak yang di timbulkan semua

mengarah kepada tindakan-tindakan yang sudah ada dan ditentukan kedalam hukum

yang sudah ada dan ditetapkan di dalam syara’ tinggal melihaat dari perbuatan

tersebut masuk kedalam jarimah hudud atau jarimah qishash.

90Ibid., h. 200 91M.Nurul Irfan dan Masyrofah., Fiqih Jinayah.,( Jakarta:Amzan. 2013)., h. 200.

Page 58: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

48

C. Tindak Pidana Terorisme sebagai Extra Ordinary Crime dalam Hukum Pidana Islam

Jika kita cermati lebih dalam antara terorisme dan kejahatan luar biasa (Extra

Ordinary Crime) sama-sama tidak dibahas secara langsung dan ditetapkan

hukumnya, namun jika dilihat dari sifat dan ciri-ciri kejahatan tindak pidana

terorisme, bisa di kategorikan sebagai hirabah yang di mana tindakan mengangkat

senjata melawan orang banyak dan menakut-nakuti mereka.

Sebagai mana sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa

hukuman bagi pelaku hirabah dikenakan hukum hudud, hudud adalah hukuman yang

telah ditentukan dan ditetapkan Allah didalam al-Quran dan hadis. hukum hudud

adalah hak Allah, yang tidak boleh ditukar atau diganti hukumannya dan tidak boleh

diubah atau dipindah, hukuman hudud tidak boleh dimaafkan oleh siapapun.

Tindakan jarimah yang dapat dijatuhi Hukuman hududada 7 (tujuh), yaitu :

1. Berzina

2. Menuduh orang berzinah (qazaf)

3. Meminum-minuman keras (khamar)

4. Mencuri

5. Murtad

6. Hirabah

7. kudeta (bughat)

Akan tetapi jika seorang pelaku yang melakuakaan kejahatan atau jarimah

hirabah bertaubat dan tidak akan melakukan tindakan tersebut lagi. Maka mereka

terlepas dari hukuman hudud, mereka hanya harus menunaikan hak-hak orang yang

mereka sakiti, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Maidah ayat 34:

Page 59: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

49

ين � ف ٱ علهن �قدروا

ن �

ن ٱعلمو ا تابوا ور ٱ �

٣رحهArtinya: kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; Maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. Al-

Maidah:34).

Extra Ordinary Crime jika dilihat dari dampak yang ditimbulkan memang

sangat besar dan memberikan kerugian atau kerusakan yang menjalar kesetiap sisi-

sisi kehidupan baik itu kepada masyarakat maupun terhadap negara, Extra Ordinary

Crime tidak memiliki definisi khusus karena hanya dilihat dari dampak-dampak yang

ditimbulkan dari perbuatan tindak pidana tersebut.

Kejahatan tindak pidana terorisme yang terkait dengan Extra Ordinary Crime

di dalam hukum Islam memang tidak memiliki definisi yang pasti, namun dari uraian

di atas bisa disimpulkan bahwa tindak pidana terorisme yang termasuk kedalam Extra

ordinary crime dalam perspektif hukum Islam dikenakan hukum hudud. Karena jika

kita lihat kembali secara keseluruhan dari kejahatan terorisme yang dijatuhi hukum

hudud ,yang di mana kejahatan terorisme dianalogikan sebagai jarimah hirabah.

Jadi Extra Ordinary Crime yang berkaitan dengan tindak pidana terorisme

dianalogikan sebagai hirabah yang di mana tindakan ini dalam hukum Islam dijatuhi

hukuman hudud, sebagaimana jarimah yang dilakukan oleh para pelakunya, karena

setiap perbuatan atau tindakan jarimah dapat dijatuhi hukuman berdasarkan dari

tindakan yang dilakukannya.

D. Tindak Pidana Terorisme sebagai Extra Ordinary Crime dalam Hukum Positif

Bicara sejarah terorisme tidak terlepas dari pristiwa pengeboman gedung

kembar World Trade Center (WTC) dan pentagon di New York Amerika Serikat

(AS) pada 11 September 2001. Pristiwa tersebut merupakan pukulan telak terhadap

supremasi AS sebagai negara adidaya dan AS meresponya dengan selogan “war

Page 60: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

50

against terrorisme”. Peristiwa WTC dan Pentagon merespon AS untuk menjadi titik

awal politik dunia yang menjadikan terorisme sebagai ancaman keamanan yang

sangat serius, sekaligus mengukuhkan hegemoni AS sebagai satu-satunya negara

adidaya (the only superpower). Hegemoni AS nampak pada respon AS terhadap

terorisme secara umum dan khususnya pada invansi ke Afganistan dan Irak, AS

cenderung bertindak represif terhadap segala tindakan yang dianggap mengancam

keamana negara, bahkan cenderung mengabaikan Hak Asasai Manusia (HAM) yang

menjadi agenda politik dunia sebelumnya.92

Sebenernya terorisme telah lama ada dan bahayanya telah disadari oleh negara-

negara di dunia jauh sebelum pristiwa pengeboman WTC dan Pentagon. Namun pada

saat itu, terorisme masih terbatas dalam sekat negara dan regional, belum

menggelobal sebagaimana yang terjadi setelahnya.Indonesia telah menyadari akan

bahaya terorisme, maka pemerintah berupaya membuat Undang-Undang (UU)

Khusus yang mengatur terorisme. Pentingnya UU khusus yang mengatur terorisme

semakin dioptimalkan pemerintah setelah terjadi kasus terorisme di Bali Tanggal 12

Oktober 2002 (BOM Bali 1). Peristiwa Bom Bali 1 memberikan akibat yang luar

biasa terhadap Indonesia, bukan hanya dampak traumatis, namun juga merapuhnya

bangunan sosial-ekonomi dalam sekala mikro maupun makro. Indonesia dianggap

sebagai negara yang rawan terhadap teror.93

Ada banyak tindakan-tindakan teroris yang sangat merugikan masyarakat dan

bahkan merugikan suatu negara misalnya serangan teroris pada tanggal 11 September

2001, dengan cara menabrakkan pesawat sipil terhadap dua sasaran gedung utama,

WTC dan pentagon di AS menjadi tragedi kemanusiaan terbesar abad ini. Meski

sudah lama berlalu, tetapi peristiwa tersebut akan tetap terus dicatat dan diingat oleh

sejarah, sebagai bagaian dari kejahatan di tingkat dunia (global crime) atas

kelangsungan kehidupan kemanusiaan modern. Manusia modern yang sering

92Ari Wibowo, Hukum Pidana Terorisme., (Yogyakarta: Graha Ilmu 2012)., h. 1 93 Ibid., h.1

Page 61: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

51

memposisikan dirinya sebagai manusia terpelajar, ternyata harus menerima kenyataan

yang tragis akibat perilaku terorisme.94

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, Indonesia banyak

merasakan hal yang menyebabkan munculnya terorisme dan itu sangat dekat dengan

kehidupan sehari-hari masyarakat, kejahatan terorisme tidak selalu muncul atas dasar

agama, bisa juga muncul akan dasar kebencian antar individu.

Fundamentalisme atau liberalisme tidak dapat berjalan secara efektif untuk

menghilangkan radikalisme. Terorisme bukanlah bagian dari agama Islam dan agama

Islam sangat bertentangan dengan terorisme. Timbulnya terorisme di lingkungan

kaum Muslimin di karenakan adanya kesalahpahaman terhadap hakekat dari ajaran

agama itu sendiri. Jadi tidak melihat keutuhan Islam secara komprehensif, akan tetapi

hanya memahami agama Islam tidak secara keseluruhan. Sehingga dengan mudah

menerima ajaran agama yang sebenernya dilarang, kesalahpahaman ini kemudian

berkembang menjadi penyalahgunaan agama.

Indonesia pun baru memiliki Undang-undang khusus yang mengatur terorisme

pada tahun 2002, yaitu melalui peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang

Nomor 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak PidanaTerorisme. Peraturan

perundang - undangan ini kemudian di setujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

dan di tetapkan dengan Undang-undang Nomor 15 tahun 2003 tentang penetapan

peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2002 tentang

pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.95

Menurut Undang-Undang Tindak Pidana terorisme Nomor 15 tahun 2003 yang

tertuang pada Bab III Pasal 6 tertulis sebagai berikut :

“Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital

94 Hasyim Muzadi, “Kejahatan Terorisme”, (Refika Aditama, bandung :2004)., h. 5. 95Ari Wibowo., Hukum Pidana Terorisme.,( Yogyakarta: Graha Ilmu 2012)., h. 2.

Page 62: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

52

yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun”.96

Dari penjelasan tentang terorisme tersebut, penulis berpendapat bahwa segala

sesuatu yang membuat keresahan dengan sengaja di dalam kelangsungan hidup

manusia dengan cara-cara yang menimbulkan kegaduhan yang mempengaruhi

kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya, termasuk

merusak atau menghancurkan, serta dengan sengaja melepaskan atau membuang zat,

energi, atau komponen lain yang berbahaya atau beracun ke dalam tanah, udara

maupun air, permukaan yang membahayakan terhadap mahluk hidup atau barang

sekalipun.

Pasal ini termasuk dalam delik materil yaitu yang ditekankan pada akibat yang

dilarang dengan hilangnya nyawa dan mempengaruhi secara langsung maupun tidak

langsung kesejahteraan manusia serta mahluk lainnya.

Pasal 6 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003, tentang pemberantasan tindak

pidana terorisme sangat multi tafsir dan tidak jelas batasan-batasannya, sebab

sebelum melakukan tindak pidana terorisme sudah mendapatkan ancaman hukuman

yang berat, berdasarkan pasal 6 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 yang di mana

dapat diterapkan dengan memilih kasus-kasus tertentu.

Pasal 7 Undang-Undang No. 15 Tahun 2003 mengatur tentang tindak pidana

terorisme sebagai delik formil, pasal 7 menyatakan :

“Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, bermaksud untuk menimbulkan teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban contohnya dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain atau untuk menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas public, fasilitas

96Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Terorisme.

Page 63: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

53

internasional,dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup”.

Maksud dari kalimat di atas adalah “untuk menimbulkan terror” merupakan

kalimat yang menandakan bahwa tindakan terorisme merupakan delik formil yaitu,

suatu tindak pidana yang perumusannya di titik beratkan kepada perbuatan korban

yang dilarang, jadi tindak pidana tersebut telah dianggap selesai dengan dipenuhinya

unsur-unsur dari tindak pidana yang dilarang, tanpa perlu membuktikan akibat

perbuatannya.

Pada pasal 13 yang mengatur tentang hukuman bagi orang yang memberikan

bantuan kepada pelaku teror:

“Setiap orang yang dengan sengaja memberikan bantuan atau kemudahan terhadap pelaku tindak pidana terorisme, dengan:

a. Memberikan atau meminjamkan uang atau barang atau harta kekayaan lainnya kepada pelaku tindak pidana terorisme;

b. Menyembunyikan pelaku tindak pidana Terorisme atau c. Menyembunyikan informasi tentang tindak pidana terorisme;

Pada Pasal ini siapa saja yang berusaha meminjamkan harta kekayaan dan

menyembunyikan pelaku atau Informasi yang berkaitan tentang terorisme padahal ia

mengetahuinya mendapatkan ancaman penjara paling lama 15 tahun.

Kemudian pada Pasal 14 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003, yang

berkaitan dengan tindak pidana terorisme menjelaskan tentang hukuman bagi siapa

saja yang terlibat atau merencanakan pada aksi teror ini :

“Setiap orang yang merencanakan atau menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana terorisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup”.

Pada pasal ini sudah jelas bahwa siapa saja yang merencankan tindakan

terorisme maka akan mendapatkan hukuman yang sangat berat yaitu hukuman

penjara seumur hidup dan pidana hukuman mati.

Page 64: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

54

Subjek hukum yang dapat digolongkan menjadi pelaku tindak pidana terorisme

menurut Pasal 1 butir 2 dan Pasal 3 Undang-Undang pemberantasan terorisme yaitu:

Setiap orang adalah perseorangan, kelompok orang baik sipil, militer, maupun polisi yang bertanggung jawab secara individual atau korporasi.

Pasal 3 : Peraturan pemerintah pengganti undang-undang ini berlaku terhadap setiap orang yang melakukan atau bermaksud melakukan tindak pidana terorisme di wilayah negara Republik Indonesia dan/atau negara lain juga memiliki yang yurisdiksi dan menyatakan maksudnya untuk melakukan penuntutan terhadapa pelaku tersebut.

Dalam rumusan pasal tersebut menyatakan bahwa subjek pelaku dalam tindak

pidana terorisme merupakan setiap orang yang didefinisikan sebagai seseorang,

beberapa orang atau korporasi, yang termasuk ke dalam kelompok tersebut dan terdiri

dari masyarakat sipil, militer, polisi, perseroan, yayasan, dan organisasi lainnya dan

ruang lingkup Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme ini di dalam

pasal 3 dijelaskan bahwa Undang-Undang ini berlaku untuk setiap orang yang

bermaksud untuk melakukan teror di wilayah Negara Republik Indonesia.

Dalam pembuktian kasus tindak pidana terorisme ini dilakukan sesuai dengan

hukum acara yang berlaku sebagai mana mestinya, akan tetapi ada beberapa

ketentuan yang berbeda sesuai dengan apa yang tertuang dalam Undang-Undang ini,

hal tersebut tertuang dalam Bab V Pasal 25 butir 1:

Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan disidang pengadilan dalam perkara tindak pidana terorisme, dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini.

Ini menandakan adanya keseriusan dalam pembuktian dan ketentuan-ketuntuan

persidangan dikasus tindak pidana terorisme ini.

Dalam sidang perkara tindak pidana terorisme ada beberapa ketentuan di dalam

persidangan pengadilan tentang penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan pada pasal

25 poin 2 untuk kepentingan penyidikan dan penuntutan,

Page 65: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

55

penyidik diberi wewenang untuk melakukan penahanan terhadap tersangka paling lama 6(enam) bulan, dan pasal 26 poin 2 dan 3 jika penyidik sudah memperoleh bukti permulaan yang dirasa cukup maka harus dilakukan pemeriksaan oleh ketua atau wakil ketua pengadilan negeri dalm waktu paling lama 3 hari.

Jadi di sini penyidik diberikan wewenang untuk melakukan penahanan sebelum

disidangkannya, dengan waktu paling lama 6 bulan dan jika dirasa sudah cukup bukti,

maka permulaan Ketua atau Wakil Ketua pengadilan berhak memeriksa paling lama 3

hari.

Kemudian pada pasal 27 di sini menjelaskan bahwa ada beberapa alat bukti

untuk memperkuat hasil penyidikan:

Alat bukti pemeriksaan tindak pidana terorisme meliputi : a) Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam hukum acara pidana. b) Alat bukti lain berupa informasi ynag diucapkan, dikirimkan, diterima

atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.

c) Data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan atau sarana baik yang tertuang diatas kertas, benda fisik apapun selain kertas, atau yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada :

1) Tulisan, suara, atau gambar. 2) Peta, rancangan, foto atau sejenisnya 3) Huruf, tanda, angka, simbol atau profesi yang memiliki

makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya.

Alat bukti dalam pemeriksaan dalam tindak pidana terorisme ini ada beberapa

kelebihan tidak hanya yang tertuang pada pasal 184 KUHP yaitu keteranagan saksi,

keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa akantetapi juga berupa bentuk

fisik yang menguatkan.

Pasal 32 poin 2 menerangkan tentang harus adanya jaminan keamanan kepada

pelapor dengan tidak menyebutkan nama, alamat atau hal-hal lain yang memberikan

kemungkinan dapat diketahui identitas pelapor.

Page 66: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

56

Dan di Pasal berikutnyayaitu Pasal 33 menerangkan

Jaminan keamananbagi parasaksi, penyidik, penuntut umum dan hakim yang memeriksa beserta keluarganya dalam perkara tindak pidana terorisme wajib diberi perlindungan oleh negara dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan hartanya, baik sebelum, selama, maupun sesudah peroses pemeriksaan perkara.

Pasal 34 pada poin 1

Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 oleh aparat penegak hukum dan aparat keamanan berupa : a) Perlindunagan atas keamanan pribadi dari ancaman fisik dan mental b) Kerahasiaan identitas saksi c) Pemberian keterangan pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan

tanpa bertatap muka dengan tersangka.

Sebagaimana telah dijelaskan dari pasal-pasal di atas bahwa dalam penyidikan,

penuntutan dan pemeriksaan di dalam persidangan tindak pidana terorisme tidak

hanya bagi saksi akan tetapi penyidik, penuntut umum dan hakim beserta keluarganya

harus mendapat perlindungan. Ini menandakan adanya kehati-hatian dalam mengadili

tersangka tindak pidana terorisme, agar tidak dapat gangguan dari luar persidangan.

Dengan melihat penjelasan di atas tidak dapat dipungkiri bahwa Undang-

Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme merupakan Undang-Undang yang

di keluarkan dalam keadaan darurat sebagai reaksi terhadap peristiwa BOM Bali

1.97Terorisme yang bersifat internasional merupakan kejahatan yang terorganisasi,

sehingga pemerintah Indonesia meningkatkan kewaspadaan dalam memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.98Dari penjelasan di atas tidak dapat

dipungkiri bahwa tindak Pidana Terorisme yang terjadi di Indonesia sudah masuk

kedalam ranah kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime). Dilihat dari ciri-ciri

kejahatan tindak pidana terorisme yang terjadi di Indonesia yang mengeluarkan Perpu

yang kemudian disahkan menjadi Undng-Undang dan hukuman yang tergolong

sangat berat serta menyeluruh bagi siapa saja yang terlibat dalam aksi tindakan

terorisme ini.

97Ari Wibowo., Hukum Pidana Terorisme., (Yogyakarta: Graha Ilmu 2012)., h. 3. 98Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme .

Page 67: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

57

Jika dilihat dan dicermati dari penjelasan-penjelasan diatas sangat tepat sekali

jika Extra Ordinary Crime disematkan kedalam tindak pidana terorisme di Indonesia,

karena sangat sesuai dengan kriteria-kriteria suatu kejahatan yang dikategorikan

sebagai kejahatan luar biasa, karena kejahatan luar biasa bisa dikatakan kejahatan

yang memiliki dampak yang besar bagi negara maupun masyrakat, di karenakan

tindak kejahatan tersebut memiliki sistem yang sangat terorganisasi dengan baik,

semua ada dalam tindak pidana terorisme di Indonesia.

Page 68: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

58

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA

TERORISME ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Perbandingan terhadap Sanksi Extra Ordinary Crime Tindak Pidana Terorisme

Hukuman bagi sesorang yang melakukan kejahatan Extra Ordinary Crime

tindak pidana terorisme dalam hukum Islam tergolong sangat berat karena hukuman

bagi para pelaku tindakan ini dijatuhi hukuman hudud, yang di mana hukuman ini

sudah ada dan dijelaskan di dalam Al-Quran, penjatuhan hukuman ini yang bertujuan

untuk mencegah terjerumusnya seseorang kepada kejahatan yang sama dan

menghapus dosa bagi para pelakunya.

Hukum Islam menjatuhi pelaku Extra Ordinary Crime tindak pidana terorisme

berdasarkan Ayat Al-Quran suarat Al-Maidah ayat 33 yang di mana pelaku kejahatan

tersebut mendapatkan 4 hukuman sesuai dengan perbuatan yang dilakukan :

1. Hukum mati biasa.

2. Hukum mati disalib.

3. Hukum potong tangan dan kaki.

4. Hukuman diasingkan.

Al-Maidah Ayat 33

ما ؤا � ين ج �ار�ون ٱ �ض و�سعون � ۥورسو� ٱن ٱ�

فسادا

ن وا و ين خ�فف رجل

و يدي

� و �ق

و ا و يصل

قتلو ا �ض� خزي � ٱ� فلك ل � � ٱ ٱ�خرة ها ول ٣عذاب عظه

Artnya: Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar (Q.S Al-maidah: 33).

Page 69: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

59

Sedangkan hukum positif yang terkait dengan Extra Ordinari Crime tindak

pidana terorisme yang tertuang pada Undang-Undang Nomer 15 Tahun 2003 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Pada Bab III Pasal 6 menerangkan bahwa:

setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secra meluas atau menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran pada objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidan dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat tahun) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.

Dalam pasal tersebut menandakan bahwa tindak pidana terorisme sangat

dianggap serius dengan menerapkan hukuman maksimal bagi para pelakunya, bahwa

setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan terorisme bisa dijatuhi

hukuman mati sebagai hukuman terberat dan penjara paling lama 20 (dua puluh)

tahun.

Dari sini penulis menyimpulkan bahwa dari sanksi atau hukuman bagi

kejahatan Extra Ordinary Crime tindak pidana terorisme menurut hukum Islam dan

positif memiliki persamaan yang jelas, di mana hukum Islam yang terdapat di dalam

surat al-Maidah ayat 33 dan hukum positif yang di dalam Undang-Undang Nomor 15

tahun 2003 sama-sama memberikan sanksi yang berat yaitu hukuman terberatnya

adalah hukuman mati bagi para pelaku tindak pidana tersebut.

B. Perbandingan Sistem Pembuktian dalam Proses di Pengadilan

Pengadilan adalah badan atau instansi resmi yang melaksanakan sistem

peradilan berupa memeriksa, mengadili dan memutus perkara sedangkan peradilan

adalah sebuah proses dalam rangka menegakan hukum dan keadilan atau suatu proses

mencari keadilan itu sendiri.

Page 70: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

60

Pengadilan di dalam Islam itu dilaksanakan berdasarkan 4 (empat) hal yaitu

keterangan saksi, sumpah, penolakan sumpah dan pengakuan atau gabungan dari

empat perkara ini.99Namun jika dirasa hanya menggunakan saksi saja sudah dapat

diterima dan semua itu dirasa sudah cukup kuat untuk membuktikan kejahatan yang

dilakukan maka pengadilan bisa dianggap selesai, dengan saksi-saksi yang dapat

diterima kesaksiannya harus memiliki lima keriteria yaitu adil, dewasa, Islam,

merdeka dan tidak diragukan niat baiknya agar dapat meyakinkan hakim dalam

kesaksiannya.

Para fuqaha berpendapat bahwa semua hak selain zina dapat ditetapkan dengan

dua orang saksi maka dari itu suatu keputusan dapat ditetapkan berdasarkan

keterangan dua orang saksi saja tanpa dibarengi dengan sumpah dari pihak

penggugat.100 Ketentuan dua orang saksi di sini adalah saksi laki-laki dan jika tidak

ada atau kurang dari dua saksi laki-laki maka boleh dengan dua saksi perempuan dan

satu saksi laki-laki karena menurut Imam Malik dua saksi perempuan sama dengan

satu saksi laki-laki.101

Sedangkan menurut hukum positif bukti-bukti dalam peradilan, tertuang pada

Pasal 184 KUHAP bahwa ada 5 alat bukti dalam persidangan102 :

1. Keterangan Saksi

Adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari

saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar, lihat dan ia alami sendiri

dengan menyebut alasan dari pengetahunnnya itu.

99Al-Faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd penerjemah, Imam

Gazali Said & Achmad Zaidun., Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid).,(Jakarta: Pustaka Amani, 2007). h.684

100Ibid., h. 691. 101Ibid., h. 700. 102Syafrudin Makmur, SH., MH.,Hukum Acara Pidana.,(Tangerang: UIN FSH Press, 2005).,

h.130.

Page 71: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

61

2. Keterangan ahli

Yaitu keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus

tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang dan jelas suatu perkara pidana

guna kepentingan pemeriksaan.

3. Surat

Pasal 184 ayat 1 huruf c, dibuat atas sumpah jabatan adalah:

a. Berita acara

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan

keahliannya.

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari

alat pembuktian yang lain.

4. Petunjuk

Pada Pasal 188 ayat 1 KUHAP petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan

karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan

tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan

siapa pelakunya.

5. Keterangan Terdakwa

Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan disidang tentang

perbuatan yang ia lakukan atau yang ia alami sendiri atau ketahui sendiri.

Dalam tindak pidana terorisme ada alat bukti tambahan yang harus ada yaitu

berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara

elektronik, data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat berupa tulisan, suara atau

gambar.

Ada beberapa kelebihan dalam tindak pidana terorisme ini di mana dalam Pasal

33 Undang-undang Nomor 15 tahun 2003 menjelaskan tentang keamanan bagi saksi,

penyidik, penuntut umum dan hakim, di dalam pasal ini tertulis bahwa saksi,

penyidik, penuntut umum dan hakim yang memeriksa beserta keluarganya dalam

tindak pidana terorisme wajib diberikan perlindungan oleh negara dari kemungkinan

Page 72: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

62

ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan hartanya, baik sebelum, selama,

maupun sesudah peroses pemeriksaan perkara.

Di sini menunjukan bahwa pembuktian dalam peradilan hukum pidana Islam

dan hukum Positif memiliki beberapa perbedaan , yang di mana jika dalam hukum

pidana Islam dalam peradilan memerlukan saksi saja namun jika belum merasa cukup

kuat untuk ditetapkan bersalah atau tidaknya seseorang, maka bisa dilakukan dengan

sumpah, penolakan sumpah dan juga pengakuan dari pelaku sebagi pembuktiannya

sebelum diputuskan hukuman dan sanksi yang diterima oleh terdakwa, dengan

kriteria saksi dua orang laki-laki atau dua orang perempuan dan satu orang laki-laki,

sedangkan jika di dalam hukum acara Pidana di Indonesia ada lima langkah menurut

KUHAP dan beberapa alat bukti tambahan dalam Undang-undang terorisme dalam

pembuktianny yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan

terdakwa sebagaimana yang tertuang didalam KUHAP dan data tambahan seperti

surat elektronik, peta dan rekaman data informasi dalam tindak pidana terorisme.

C. Perbandingan Tindak Pidana Terorisme sebagai Extra Ordinary Crime

Dalam hukum pidana Islam memang tidak ditemukan definisi yang pasti

tentang Extra Ordinary Crime karena ini masih dipandang secara umum tidak

terfokus kepada satu perbuatan yang dilakukan, sedangkan untuk kejahatan tindak

pidana terorisme sudah ada kajian sebelumnya yang di mana kejahatan terorisme di

sini dianalogikan sebagai tindakan hirabah.

Hirabah adalah tindakan kejahatan yang dilakukan secara terang-terangan dan

disertai dengan kekerasan, biasanya tindakan hirabah ini dilakukan oleh sekelompok

orang yang bersenjata tajam, orang yang melakukan tindak kejahatan ini adalah setiap

orang yang darahnya terpelihara sebelum melakukan hirabah yaitu orang muslim dan

kafir dzimmi.

Dalam hal ini, Syafi’i mensyaratkan adanya kekuatan meski ia tidak

mensyaratkan jumlah dan besarnya kekuatan itu, kekuatan yang dimaksud adalah

kekuatan yang dapat mengalahkan. Maka dari itu ia tidak mensyaratkan bahwa

Page 73: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

63

hirabah itu dilakukan di tempat yang jauh dari keramaian karena mengalahkan itu

hanya mungkin terjadi ditempat yang jauh dari keramaian, apabila keamanan suatu

pemerintahan lemah dan terdapat faktor untuk dapat mengalahkan pemerintahan di

dalam kota maka kondisi tersebut sudah bisa dikatakan sebagai hirabah.103

Dalam segi hukumnya, berdasarkan surat Al-Maidah ayat 33 pelaku hirabah ini

dijatuhi 4 hukuman yaitu hukum mati biasa, hukum mati salib, potong tangan dan

kaki dan diasingkan.

Dalam sejarahnya tindak pidana terorisme telah lama ada namun pada saat itu

terorisme masih terbatas dalam sekat negara dan regional belum menggelobal

sebagaimana yang terjadi, setelah terjadinya pengeboman gedung WTC dan

Pentagon. Indonesia sendiri telah menyadari akan bahaya terorisme, maka pemerintah

berupaya membuat Undang-undang khusus yang mengatur terorisme agar bisa secara

maksimal dalam menangani kejahtan tersebut.

Menurut hukum positif alasan kenapa terorisme masuk ke dalam Extra

Ordinari Crime dilihat dari kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Adanya darurat hukum

Suatu kejahatan bisa dikatakan sebagai kejahatan luar biasa apabila adanya

darurat hukum yang harus dilakukan sesegera mungkin penanganannya dan

dipandang sangat membahayakan jika dibiarkan terlalu lama, Indonesia sendiri baru

memiliki Undang-Undang khusus yang mengatur terorisme pada tahun 2002 yaitu

melalui peraturan pemerintah pengganti Undang-undang Nomor 1 tahun 2002 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, perpu ini kemudian disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat dan ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 15 tahun 2003

tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun

2002 tentang pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang-undang.104

103Al-Faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd penerjemah, Imam

Gazali Said & Achmad Zaidun., Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid).,(Jakarta: Pustaka Amani, 2007). h.663.

104Ibid., h, 2.

Page 74: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

64

Pentingnya undang-undang khusus yang mengatur terorisme semakin dirasakan

pemerintah setelah terjadi aksi bom bunuh diri di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002

(BOM Bali I). Peristiwa Bom Bali I ini memberikan akibat yang luar biasa bagi

Indonesia, bukan hanya dampak traumatis, namun juga merapuhnya bagunan

ekonomi secara mikro maupun makro, Indonesia dianggap rawan sebagai negara

terhadap teror dan pada gilirannya terkesan menakutkan.105

Dengan ini sudah sangat jelas bahwa pembuatan Undang-Undang Nomor 15

tahun 2003 tentang penerapan pengganti undang-undang Nomor 1 tahun 2002 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme ini berawal dari perpu Nomor 1 tahun 2002

yang di mana merespon tindakan dari Bom Bali I, ini menandakan terbentuknya

Undang-undang tindak pidana terorisme karena adanya darurat hukum yang harus

ditetapkan sesegera mungkin hukumnya.

2. kejahatan yang terorganisasi dengan baik

Kejahatan yang terorganisasi dengan baik dalam skala yang besar dan juga

memiliki kerugian yang luar biasa jika dibiarkan begitu saja tanpa adanya tindakan

khusus yang dilakukan, sebagai negara mayoritas muslim Indonesia, banyak hal yang

menyebabkan munculnya terorisme dan itu sangat dekat dengan kehidupan sehari-

hari banyak orang yang mengira bahwa terorisme muncul atas dasar agama walaupun

tidak semua aksi teror ini berdasarkan agama bahkan semua agama di Indonesia

sangat menolak tindakan terorisme.

Akan tetapi tidak dapat dipungkiri timbulnya terorisme di kalangan umat Islam

karena adanya kesalahpahaman terhadap hakekat dari ajaran agama itu sendiri, salah

satu organisasi terorisme terbesar saat ini adalah ISIS organisasi ini merambah

keberbagai negara di Asia bahkan sudah menjadi momok yang menakutkan bagi

dunia dan menjadi paham yang radikal yang sangt merugikan agama Islam,

kurangnnya pemahaman tentang ajaran Islam sehingga mudah untuk disusupi dengan

105Ari Wibowo., Hukum Pidana Terorisme., (Yogyakarta: Graha Ilmu 2012)., h. 1

Page 75: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

65

paham-paham yanng radikal dan denagn mudahnya menyatakan bahwa aksi terorisme

ini adalah sebagian dari jihad.

Sedangkan di dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

yang termasuk ke dalam subjek hukum dapat digolongkan menjadi pelaku tindak

pidana terorisme menurut Pasal 1 butir 2 Undang-Undang pemberantasan terorisme

adalah :

setiap orang adalah perseorangan, kelompok orang baik sipil, militer, maupun

polisi yang bertanggung jawab secra individual atau korporasi.

Ini menandakan bahwa kejahatan terorisme bukan hanya dilakuan oleh

perseorangan akan tetapi korporasi juga bisa dikatakn sebagai terorisme apabila telah

melakukan aksi teror dan telah memenuhu unsur-unsur yang dinyatakan sebagi

terorisme.

3. Dampak yang ditimbulkan memberikan kerugian yang begitu besar

Karena dipandang sangat berbahaya maka Extra Ordinary Crime bisa dijatuhi

dan mendapatkan hukuman mati sebagai hukuman terberatnya, karena di sini dilihat

dari dampak yang ditimbulkan begitu besar bukan hanya bagi negara tapi juga bagi

masyarakat, dengan ancaman hukuman mati ini bertujuan agar dapat memberikan

rasa aman kepada masyarakat dan memberikan rasa takut kepada orang yang akan

melakukanya, hukuman mati ini tertuang dalam Undang-undang Nomor 15 tahun

2003 pada Bab III yang memuat tentang hukuman bagi pelaku terorisme di

Indonesia.

Pasal 6 Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas public atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati

Page 76: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

66

atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun”.106 Dari pasal tersebut menandakan bahwa kejahatan terorisme memberikan

dampak yang besar seperti menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang

secara meluas dan dalam pasal ini juga Negara Kesatuan Republik Indonesia

menandakan sangat serius dalam pemberantasan tindakan terorisme ini dengan

menerapkan hukuman seberat-beratnya bagi siapa saja yang melakukan aksi tindakan

terorisme ini dengan ancaman hukuman mati dan penjara seumur hidup.

Walaupun dalam hukum Islam tidak memiliki definisi yang pasti tentang Extra

Ordinary Crime namun dari alasan kenapa terorisme masuk kedalam kejahatan Extra

Ordinary Crime tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa kesamaan yaitu dari

sanksi hukum yang diberikan sama-sama memberikan sanksi yang tegas terhadap

pelakunya dan juga kejahatan terorisme yang dianalogikan sebagai hirabah dalam

hukum Islam bisa dikatakan sebagai sekelompok orang yang memiliki kekuatan

untuk mengacau sama halnya sebagaimana yang terdapat dalam kriteria-kriteria

kejahatan luar biasa yang mana adanya suatu organisasi yang memiliki sistem dan

terstruktur dengan baik.

106Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Terorisme.

Page 77: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

67

BABV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil dari penelitian ini bisa ditarik kesimpulan bahwa Extra Ordinary Crime

Tindak Pidana Terorisme sebagai berikut:

1. Extra Ordinary Crime adalah kejahatan luar biasa jika diartikan ke dalam

bahasa Indonesia, kejahatan yang memiliki dampak yang sangat besar dan

memberikan pengaruh buruk terhadap sendi-sendi kehidupan di suatu negeri,

jika mengacu kepada yurisdiksi Internasional dan Statuta Roma yang

termasuk kedalam Extra Ordinary Crime ini adalah kejahatan mematikan

yang mengancam perdamaian, keamanan dan kesejahteraan dunia, kejahatan

ini adalah suatu perbuatan yang bermaksud untuk menghilangkan hak asasi

umat manusia lainnya dan termasuk kedalam pelanggaran Hak Asasi Manusia

yang berat.Terorisme yang bersifat Internasional merupakan kejahatan yang

terorganisasi, sehingga pemerintah Indonesia meningkatkan kewaspadaan

dalam menjaga keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia agar

terciptanya rasa aman di dalam masyarakat, seringnya kejahatan terorisme di

Indonesia ini menandakan bahwa kejahatan ini memiliki sistem organisasi

yang sangat baik sehingga susah untuk ditebak dari mana akar sumber

kejahtan ini terjadi.

2. Walaupun tidak memiliki definisi yang pasti dalam hukum Islam, namun

tindak pidana terorisme jika kita mengacu kepada Fatwa Majlis Ulama

Indonesia bahwa tindakan ini biasa dianalogikan sebagai hirabah yang di

mana hirabah ini melakukan gangguan keamanan denagan cara mengangkat

senjata dengan bertujuan untuk menakut-nakuti. Dalam hukum Islam Extra

Ordinary Crime yang terkait dengan tindak pidana terorisme (hirabah)

mendapatkan hukuman yang sangat berat karena jika mengacu kepada

tindakannya, terorisme yang dianalogikan sebagai hirabah yang di mana

Page 78: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

68

sesuai dengan surat Al-Maidah Ayat 33 ada emapat hukuman yang diberikan

sesuai dengan perbuatannya yaitu hukum mati, hukum mati disalib, potong

tangan dan kaki dan juga diasigkaan.

3. sadangkan menurut hukum positif dalam Unadang-Undang Nomor 15 tahun

2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme memberikan hukuman

penjara seumur hidup dan hukuman mati sebagai hukuman terberatnya.

Dari uraian di atas ini menandakan dalam hukum Isalm dan hukum positif

sama-sama memberikan peringatan keras dan ancaman yang cukup berat

terhadap tindak pidana terorisme yang termasuk kedalam Extra Ordinary

Crime.

B. SARAN

Tindak pidana terorisme memang tidak dikatakan secara langsung sebagai

kejahatan luar biasa namun jika dilihat dari keriteria-kriteria yang terdapat dalam

tindak pidana terorisme tidak bisa disalahkan juga jika dikategorikan sebagai salah

satu tindakan Extra Ordinary Crime.

Dengan penyematan kata Extra Ordinary Crime dalam tindak pidana terorisme ini

diharapkan bisa meredam dan meminimalisir kejadian atau aksi terorisme yang sering

terjadi dan mampu memberikan dampak pisikologis terhadap siapa saja yang ingin

menggangu kedaulatan NKRI sehingga dapat memberikan dampak secara langsung

terhadap kesejahteraan negara dan masyarakat Indonesia.

Page 79: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

69

DAFTAR PUSTAKA

Buku: Thamrin, Muhammad Ikhlas, Densus 88 Undercover. Solo,Quo Vadis, 2007. Abdul Wahid, Sunardi dan Muhammad Imam Sidik, KejahatanTterorisme Perspektif

Agama,Ham dan Hukum,Bandung :PT Refika Aditama,2004. Purwanto, Wawan, Terorisme Undercover memberantas Terorisme hingga ke akar-

akarnya, munkinkah ?, Jakarta : Cipta Mandiri Bangsa Press, 2002. Syafa’at, Muchamad Ali, Tindak Pidana Teror Belenggu Baru bagi Kebebasan

dalam “Terorism, definisi, aksi dan regulasi”, Jakarta : Imparsial, 2003. H.A.DJazuli, Fiqih Jinayah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Adji, Indrianto Seno, Terorisme dan HAM dalam Terorisme: Tragedi Umat Manusia

Jakarta: O.C. Kaligis & Associates.2001. Saleh, Muhammad Arifin,” gambaran penanganan terorisme di indonesi yang di

lakukan oleh Densus 88 di tinjau dalam Fiqih Siyasah dan Hak Asasi Manusia”, skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015.

Mustofa, Basri ,” Penanganan Terorisme oleh Densus 88 Perspektif Hukum pidana

Islam dan HAM ”, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013. Amirudin dan H. Zaenal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet.1;Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2004. Natarajan Mangai,”Kejahatan dan Pengadilan Internasional, Cet:1: Nusa Media,

2015. Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1996. Sulista Teguh dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana: Horizon Baru Pasca Reformasi,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011.

Page 80: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

70

J.E. Sahetapy, Kapita Selekta Kriminologi, Bandung: Alumni, 1979. Hartati, Evi, Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2007. Atmasasmita, Romli, Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional dan Aspek

Internasional, Bandung: Mandar Maju, 2004. Hamzah, Andi, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005. M. Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah, 2012. Mandagi, Jeanne, Masalah Narkotika dan Penaggulangannya, Jakarta: Pramuka Saka

Bhayangkara, 1995. Ali, H. Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Sulista, Teguh dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana: Horizon Baru Pasca Reformasi,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2011. Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul Fiqih, Semarang: Dina Utama, 1994. Rivai, Moh, Ushul Fiqih, Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1993. Wibowo, Ari, Hukum Pidana Terorisme., Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. H.A.DJazuli , Fiqih Jinayah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Al-Faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad ibnu Rusyd

penerjemah, Imam Gazali Said &Achmad Zaidun., Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid), Jakarta: Pustaka Amani, 2007.

At- Tasyri’ al-jina’i al-Islamiy Muqaranan Bil Qonunil Wad’iy Abdul Qodir

Audah.,Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III, Bogor: PT. Kharisma Ilmu., 2008.

Makmur, Syafrudin, Hukum Acara Pidana, Tangerang: UIN FSH Press, 2005.

Page 81: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

71

Muzadi, Hasyim, “Kejahatan Terorisme”, Refika Aditama, bandung :2004. Undang-Undang Undang-undang Nomer 26 tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia. Undang-undang Nomer 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Undang-undanag Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi. Praturan Presiden Republik Indonesia Nomer 23 tahun 2010 Tentang Badan

Narkotika Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Terorisme. Fatwa Majlis Ulama Indonesia Nomer 3 Tahun 2004 tentang terorisme.

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan Penanggulangan Terorisme.

Jurnal dan Makalah: Nasir Abas, Kajian tentang Terorisme, Makalah disampaikan pada Diskusi Kajian

tantang Terorisme di kementrian pertahanan tanggal 16 Januari 2012. Isplancius Ismail,”Mekanisme Penegakan Hukum Humaniter”, Jurnal Dinamika

Hukum Vol. 14 No.2 (Mei, 2014). Krisdiana Katiandagho,”Kewenangan Mahkamah Pidana Internasional untuk

Mengadili Pelaku Kejahatan Pelanggaran HAM Berat dalam Suatu Negara Tanpa Adanya Permintaan Dari Negara Tuan Rumah” Juni 2016.

Diah Gusti Maulani,”Perspektif Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi di

Indonesia”,http://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/prosiding/article/viewFile/104/104 diakses 27 oktober 2017

Page 82: EXTRA ORDINARY CRIME TINDAK PIDANA TERORISME …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42041/1/FIKRI... · kali mendeklarasikan ``perang melawan teroris`` belum memberikan

72

Benny Irawan,”Diskresi sebagai Tindak Pidana Korupsi: Kajian Kriminologi dan Hukum Terhadap fenomena pejabat otoritas”,Mimbar, XXVII, Vol.2.

Website: https://id.m.wikipedia.org/wiki/serangan_Jakarta_2016. http://mediaummat.co.id/bibit-isis-sejak-masa-nabi/ oleh KH. Said Aqil Siradj. http://innahasetyowati.blogspot.co.id/2012/01/makalah-terorisme.html/. http://daerah.sindonews.com/read/2012/10/04/13/677058/batalkan-hukuman-hengky-pertimbangan-ma-kropos. https://news.detik.com/berita/d-3442042/kasus-e-ktp-rp-23-t-kerugian-negara-2-tersangka-dan-280-saksi. http://news.liputan6.com/read/2992517/survei-smrc-rakyat-yakin-anggota-dpr-terlibat-korupsi-e-ktp. https://www.academia.edu/5484392/PEMBAHASAN_EXTRAORDINARY_CRIMES.