evolusi
-
Upload
nuristhyqh -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
Transcript of evolusi
Kata evolusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti perubahan
(pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi
sedikit). Sedangkan lawan katanya adalah kata revolusi, yaitu perubahan yang terjadi secara
cepat, tiba-tiba (radikal) pada suatu sistem. Kata evolusi mulanya digunakan pertama kali oleh
seorang filsuf Inggris, Herbert Spencer pada tahun 1850 melalui bukunya yang berjudul “Social
Static” (Bertenz, 1975), sehingga kata evolusi pada mulanya tidak berkaitan dengan pembahasan
di bidang biologi. Namun, saat ini, kata evolusi merupakan kata yang berkaitan erat dengan
biologi, bahkan menjadi bahasan yang dianggap termasuk paling menarik dalam bidang biologi.
Charles Darwin merupakan seorang yang disebut sebagai Bapak Evolusi dalam dunia
biologi karena meskipun bukan dia yang pertama kali mengenalkan kata evolusi dalam dunia
biologi, tetapi teorinya mengenai evolusi makhluk hiduplah yang paling dapat diterima bila
dibandingkan dengan teori evolusi makhluk hidup yang dikemukakan oleh tokoh lain, semisal J.
B. Lammarck. Dalam teorinya, Charles Darwin menyatakan bahwa evolusi organik terjadi
dikarenakan peristiwa seleksi alam.
Terlepas dari kata “evolusi”, sebenarnya jauh sebelum Darwin mempublikasikan teorinya
melalui karyanya yang berjudul ”On The Origin of Species by Means of Natural Selection, or the
Preservation of Favoured Races” pada tahun 1859, konsep seleksi alam dan adaptasi ternyata
sudah diperkenalkan oleh ilmuwan muslim asal Irak, Al-Jahiz yang hidup pada tahun 781-869 M
melalui bukunya yang berjudul “Kitab Al-Hayawan” (buku tentang kehidupan binatang). Dalam
bukunya tersebut, Al-Jahiz mengemukakan teori struggle for existence (berjuang untuk tetap
hidup) yang dapat dikatakan mirip dengan konsep survival of the fittest pada teori evolusi
Darwin (Davies, 2008).
Dalam perkembangannya, teori evolusi Darwin dianggap menentang ajaran agama. Teori
evolusi bersama dengan teori penciptaan tata surya yang terjadi secara kebetulan dan teori “S”
dipandang sebagai teori yang tidak menganggap adanya Tuhan, sehingga dalam
perkembangannya tersebut, teori evolusi, khususnya yang dicetuskan oleh Darwin mendapat
tantangan dari golongan agamawan. Untuk membahas lebih dalam permasalah tersebut, maka
kami menyusun makalah ini. Makalah ini akan membahas hubungan evolusi biologi dengan
agama.
Teori Evolusi Biologis
Istilah evolusi biologis lebih mengarah kepada ide yang menjelaskan bahwa makhluk
hidup pertama merupakan hasil dari evolusi molekul anorganik. Asal-usul kehidupan berasal dari
sintesis dan akumulasi monomer organik pada kondisi abiotik. Agregat molekul yang dihasilkan
secara abiotik adalah protobion. Sel-sel hidup dapat berasal dari protobion. Protobion tak dapat
melakukan reproduksi, namun dapat mempertahankan lingkungan kimia di dalamnya dan
menunjukkanciri-ciri hidup lainnya yaitu metabolisme. Sedangkan teori evolusi itu sendiri
menurut Widodo, dkk (2003) adalah teori yang menerangkan proses perubahan yang terjadi pada
makhluk hidup. Teori Evolusi biologi sendiri adalah sebuah teori yang berupaya untuk
menyelidiki penyebab (dan proses) terbentuknya keragaman spesies yang kita lihat saat ini.
Evolusi berasumsi bahwa pada awalnya hanya terdapat satu atau sedikit spesies dimuka bumi
milyaran tahun lalu.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin,namun sebenarnya
evolusi telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwinlah ilmuwan pertama
yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah.
Teori evolusi juga turut berkembang mengikuti waktu. Pada awalnya, Darwin menyatakan
bahwa seleksi alam merupakan penyebab utama terjadinya evolusi, namun pandangan tersebut
berubah setelah beberapa dekade. Pengembangan dan penyempurnaan Teori Seleksi Alam
Darwin tersebut dikenal dengan Neo Darwinisme yang menjelaskan bahwa seleksi alam
hanyalah berperan sebagai faktor penuntun yang menentukan arah perubahan yang terjadi pada
makhluh hidup (Widodo, dkk., 2003).
Dalam karyanya yang berjudul ”On The Origin of Species by Means of Natural Selection,
or the Preservation of Favoured Races” pada tahun 1859, Darwin mengemukakan bahwa
makhluk hidup yang ada saat ini berasal dari moyang yang sama dan mengalami perubahan
sedikit demi sedikit. Namun, dalam karyanya tersebut, Darwin tidak menjelaskan bagaimana
makhluk pertama muncul di muka bumi. Penjelasan mengenai asal usul makhluh hidup di
paragraf awal tadi adalah penjelasan dari ide yang dikemukakan oleh seoarang biologiwan asal
Rusia, Alexander Oparin pada tahun 1930an.
Terlepas dari Teori Evolusi Darwin, sebenarnya jauh sebelum Darwin mencetuskan
teorinya, ada tokoh lain yang telah mencetuskan teori yang mirip dengan evolusi, seleksi alam,
dan adaptasi. Tokoh tersebut adalah Al-Jahiz. Al-Jahiz merupakan seorang pakar biologi Irak
yang hidup pada abad ke-9. Sederet teori penting dalam biologi itu dipaparkannya dalam Kitab
Al-Hayawan (Buku tentang Binatang) (Davies, 2008). Dalam karyanya yang terdiri dari tujuh
volume itu, Al-Jahiz menguraikan dan mengupas lebih dari 350 jenis binatang. Dalam karyanya
itulah, Al-Jahiz menguraikan teori evolusi secara umum. Teori itu didasarkan pada pengaruh
lingkungan terhadap binatang. Selain itu, ia juga sudah memikirkan dampak lingkungan terhadap
keberlangsungan hidup binatang. Inilah cikal bakal teori Struggle for Existence. Pada buku itu
pula, al-Jahiz menguraikan ide seleksi alam dan rantai makanan. ‘’Binatang terlibat dalam
sebuah perjuangan untuk mempertahankan hidupnya; mencari makanan, menghindar jadi
mangsa, dan ber kembang biak. Faktor-faktor lingkungan memengaruhi organisme untuk
mengembangkan karakteristik baru guna menjamin tetap bertahan hidup, kemudian
bertransformasi menjadi spesies baru,’‘ demikian bunyi teori Stuggle for Existence yang tertulis
dalam Kitab al-Hayawan (Republika, 2009).
Dalam era saat ini, ada tiga kelompok manusia yang terlibat dengan teori evolusi, yaitu
a. Kelompok yang pro evolusi dan tidak mempercayai adanya kuasa Tuhan
b. Kelompok menolak dengan keras teori evolusi dengan latar agama (kreasonis)
c. Kelompok yang menerima teori evolusi dan percaya terhadap kuasa Tuhan dibalik kejadian
evolusi.
Penyebab Teori Evolusi Sulit Ditermia oleh Beberapa Kaum Beragama
Ajaran agama mulai menolak teori evolusi yang dibawa Darwin hanya karena Darwin
mengatakan kehidupan muncul dengan sendirinya melalui kecelakaan atau kebetulan, padahal
inti dari teori evolusi adalah perubahan suatu organisme secara bertahap. Kontroversi teori
evolusi adalah karena teori dianggap bertentangan dengan agama. Evolusi dianggap akan
mengesampingkan atau bahkan mereduksi ajaran agama. Beberapa orang dengan dasar agama
ingin menjatuhkan teori evolusi. Padahal mereka sendiri belum paham dengan benar atau bahkan
belum mempelajari secara keseluruhan perkembangan teori evolusi. Mereka menerbitkan buku
dan film yang dapat mempengaruhi pembaca dan penonton film tersebut untuk membenci teori
evolusi dan menancapkan keyakinan bahwa orang beragama tidak boleh menerima evolusi
karena dengan menerima kebenaran evolusi, mereka dianggap tidak mempercayai keberadaan
Tuhan. Dengan pengemasan bahasa yang menarik dan mudah dicerna, saat ini banyak
masyarakat dunia yang terpengaruh oleh karya-karya orang-orang tersebut.
Beberapa poin yang mereka jadikan poin untuk menyerang teori evolusi dalam karya
mereka menurut kami, antara lain adalah mereka menyatakan evolusi tidak pernah di observasi
secara langsung, evolusi melanggar Hukum Kedua Termodinamika, tidak ada fosil transisi, teori
evolusi menyatakan bahwa kehidupan asal dan proses evolusi terjadi oleh kejadian yang acak,
serta mereka menyatakan evolusi hanyalah sebuah teori, dan hal tersebut tidak pernah
dibuktikan. Padahal kelima poin tersebut adalah pemahaman yang salah (miskonsepsi) mengenai
teori evolusi yang sangat perlu diluruskan agar miskonsepsi tentang teori evolusi tidak semakin
meluas. Namun, sayangnya sudah banyak masyarakat yang tidak menyadari miskonsepsi
tersebut.
Biologiwan mendefinisikan evolusi adalah perubahan gen pool suatu populasi. Satu
contoh adalah suatu serangga/hama yang berubah menjadi resisten terhadap suatu pestisida
setelah manusia menggunakan pestisida tersebut selama beberapa tahun. Hampir semua
kreasonis mengetahui fakta evolusi tersebut. Munculnya spesies baru dari proses evolusi
sebanarnya sudah diobservasi/diamati oleh beberapa ilmuwan, baik dalam laboratorium maupun
di alam. Andai para ilmuwan tidak pernah mengamati munculnya spesies secara evolusi dengan
pengamatan langsung, masihlah salah bila dikatakn evolusi itu tidak pernah teramati. Sesuatu
dikatakan bukti bukanlah hanya sebatas apa yang dilihat dan diamati mata manusia secara
langsung. Bukti evolusi pun dapat dilihat dari temuan fosil, perbandingan anatomi, sekuens
genetic, distribusi geografis makhluk hidup, dan lain sebagainya.
Poin evolusi hanyalah sebuah teori dan belum pernah dibuktikan merupakan poin yang
sering disuarakan oleh para penentang teori evolusi. Padahal, seperti yang telah kita pelajari di
bangku kuliah, seseorang tidak dengan mudah menciptakan suatu teori. Teori merupakan
kumpulan dari beberapa prinsip, yang mana prinsip merupakan kumpulan dari beberapa konsep,
dan konsep sendiri kumpulan dari beberapa fakta. Sehingga teori pastinya mengandung fakta
yang terbukti kebenarannya. Dan yang lebih penting di sini adalah teori evolusi merupakan satu-
satunya teori kehidupan yang telah lolos banyak uji ilmiah hingga saat ini.
Beberapa poin lain, seperti evolusi melanggar hokum termodinamika, ataupun tidak ada
fosil transisi sebenarnya juga merupakan kesalahan konsep yang perlu diluruskan. Munculnya
pernyataan teori evolusi melanggar hokum kedua termodinamika karena kesalahan pengertian
mereka mengenai makna hokum kedua termodinamika. Sedangkan mengenai fosil transisi,
sebenarnya banyak temuan fosil transisi yang sudah dipublikasikan di forum ilmiah. Namun,
mereka mungkin kurang mengikuti perkembangan penuman fosil-fosil baru yang ditemukan oleh
para arkeolog. Mungkin saja, mereka juga salah mengartikan pengertian fosil transisi. Mereka
menganggap fosil transisi harus memberikan gambaran fosil yang bentuknya di antara dua
spesies yang berbeda atau percampuran antara dua spesies. Padahal, perubahan makhluk hdup
yang dipelajari dalam teori evolusi adalah perubahan yang terjadi dikit demi sedikit, bukanlah
perubahan radikal yang dapat mengakibtkan suatu spesies menghasilkan keturunan yang
bentuknya terlihat jelas berbeda dengannya.
Hubungan Teori Evolusi dengan Islam
Sebagian umat Islam saat ini banyak yang menolak dengan keras teori evoulusi. Hal
tersebut terjadi karena kesalahpahaman mereka tentang teori evolusi. Salah satu kesalahpahaman
mereka tentang teori evolusi adalah dengan menyatakan teori evolusi mempercayai bahwa
manusia mempunyai nenek moyang kera. Hal tersebut adalah satu kesalah yang fatal karena
Darwin sendiri tidak pernah mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Beberapa dari mereka
menyalahkan Darwin dan menganggap Darwin sebagai biangnya ateisme, padahal Darwin
bukanlah ateisme, melainkan Darwin adalah seorang agnostik.
Untuk menjadi muslim bukanlah berarti harus menolak Darwin. Fakta menarik dari isu
evolusi adalah bahwa justru Islam lah yang telah lama membicarakan teori evolusi jauh hari
sebelum Darwin dilahirkan. Al-Jahiz, Ibnu Khladun, dan Ibnu Miskawaih merupakan segelintir
dari sekian banyak ilmuwan muslim yang telah mengungkapkan tentang makhluk yang terus
berevolusi jauh sebelum teori evolusi Darwin muncul.
Abu Utsman Amr atau Al-Jahiz, seorang ilmuwan muslim abad 9, dalam Kitab Al-
Hayawan (buku hewan) telah menjelaskan teori survival sebagai dasar dari mekanisme evolusi
dan seleksi alam. Al-Jahiz berpendapat bahwa suatu spesies akan beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang berbeda dan akhirnya melahirkan spesies baru. Spesies yang tidak dapat
beradaptasi akan punah, dan yang beradaptasi akan sukses melanjutkan keturunanannya.
Ibnu Miskawayh, seorang ilmuwan muslim di abad 10, bahkan menjelaskan teori evolusi
dengan sangat mendetail dan mengkombinasikannya dengan metafisika sebagai sebuah siklus
"Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roojiun/ Sesungguhnya kita dari Allah dan kepada-Nya kita
kembali". Dari Allah, bahwa mula-mula Allah menciptakan zat, kemudian zat itu berevolusi
menjadi gas, gas berevolusi menjadi air, air berevolusi menjadi mineral, mineral berevolusi
menjadi tumbuhan (teori ini berdasarkan pada surat Nuh), tumbuhan berevolusi menjadi hewan,
hewan berevolusi menjadi manusia, manusia berevolusi menjadi nabi, nabi berevolusi menjadi
malaikat, dan malaikat akhirnya kembali kepada Allah. Pandangan mengenai evolusi biologi
yang berlanjut ke evolusi spiritual ini begitu populer di abad pertengahan.
Ibnu Khaldun dalam kitab Muqadimmah yang sangat populer baik di kalangan muslim
maupun barat juga menjesalkan mengenai evolusi. Berawal dari mineral yang berevolusi menjadi
tumbuhan, kemudian hewan, dan manusia. Ibnu Khaldun menyebut secara eksplisit evolusi
manusia dari makhluk yang lebih rendah yaitu sejenis kera (jadi yang mengatakan manusia
berasal dari kera bukanlah darwin tapi ilmuan muslim masa lalu). Jika evolusi bertentangan
dengan Al-Quran, apakah tidak aneh kalau para ilmuwan muslim tersebut masih beragama Islam
pada saat itu?
Sikap Kita terhadap Isu Teori Evolusi dengan Agama
Seseorang tidak dapat dikatakan ateis bila dia menerima adanya evolusi. Ada prinsip
dasar yang membedakan agama dengan evolusi. Agama adalah menyangkut kepercayaan yang
dapat dipercayai atau tidak dan diyakini atau tidak, sedangkan evolusi berhubungan dengan
sains, sesuatu yang dapat diterima dengan logis atau tidak. Sains dapat diuji secara ilmiah dan
hasilnya harus dapat diprediksi. Sedangkan agama meyakini adanya kekuatan supranatural yang
tidak dapat diprediksi.
Evolusi bukanlah agama. Agama bersifat statis dan sains tidak bersifat dogmatis. Sifat
agama pun adalah mengklaim kebenaran mutlak yang tentu saja tidak ada dalam sains. Sains
bersifat empiris, masalahnya bukan dipercaya atau tidak pada suatu teori, termasuk teori evolusi,
tetapi apakah teori tersebut dapat diterima sebagai suatu yang logis dan sesuai dengan fakta yang
dapat diamati atau tidak. Dalam sains, sesuatu dianggap ada kalai sesuatu itu dapat diamati
dengan pancaindra. Dengan prinsip tersebut, ruh, jin, bahkan Tuhan dianggap tidak ada karena
tidak dapat diamati menggunakan pancaindera.
Tujuan sains adalah untuk menjelaskan suatu gejala alam secara logis berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan oleh manusia. Teori evolusi hingga saat ini dapat menjelaskan
dengan paling tepat gejala alam mengenai keanekaragaman makhluk hidup dan adanya fosil-fosil
yang ditemukan dengan perkiraan umur yang berbeda. Hal yang menarik dalam sains dan yang
membedakannya dengan agama adalah kebenaran dalam sains bersifat relarif karena sains
merupakan sesuatu yang berkembang (dinamis, bukannya statis). Dalam hal teori evolusi, bisa
saja penemuan satu saja fosil baru dapat menumbangkan teori ini.
Evolusi tidak menyangkal tentang keberadaan Tuhan. Lebih tepatnya, tidak ada alasan
untuk mempercayai Tuhan tidak berperan dalam proses evolusi. Tidak sedikit ilmuwan percaya
terhadap adanya Tuhan dan menerima kebenaran teori evolusi. Evolusi dapat dianggap sebagai
cara Tuhan dalam menciptakan keanekaragaman makhluk hidup yang ada saat ini.
Pandangan Darwin terhadap Adanya Tuhan
Dalam Widodo, dkk (2003) disebutkan bahwa Darwin tetap mengakui Tuhan yang
menciptakan makhluk-makhluk hidup. Kalimat yang paling akhir di bukunya “The Origin of
Spesies by Means of Natural Selection” (1859) adalah:
“There is grandeur in this view of life, with its several power, having been originally breathed by
the Creator into a few forms or into one, and that, whilst the planet has gone cycling on
according to the fixed law or gravity, form so simple a beginning endless most beautiful and
most wonderful have been and are being evolved.”
Dan dalam bab yang berjudul “Kehidupan dan Pekerjaan Darwin” dari buku K.F Vaas
“Darwinisme dan Ajaran Evolusi” (1956) dapat kita jumpai kutipan dari kalimat-kalimat Darwin
yang artinya sebagai berikut:
“Adalah sesuatu maksud yang sama agungnya dari Tuhan Yang Maha Esa asli yang sedikit saja,
yang telah diciptakan olehNya, sudah dapat berkembang terus, daripada untuk mengira bahwa
harus ada tindakan-tindakan penciptaan yang baru untuk mengisi lowongan-lowongan yang
masih terbuka di barisan makhluk hidup yang terjadi karena hukum-hukum Tuhan” (Widodo,
dkk, 2003).
Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa Darwin mengakui bahwa segala yang ada di bumi
telah diciptakan oleh Sang Pencipta menjadi beberapa bentuk atau bentuk tunggal. Evolusi tidak
mengajak orang menjadi materialistik dan tidak perlu seseorang menjadi lemah imannya setelah
mempelajari evolusi.
Pandangan Islam terhadap Evolusi
Dalam keyakinan agama, keseluruhan yang ada digolongkan atas: Khalik, yakni Allah
yang menjadikan (menciptakan), dan makhluk, yaitu segala yang dijadikan (diciptakan) oleh
allah. Dengan demikian, segala macam makhluk, baik makhluk hidup maupun makhluk tak
hidup (benda mati) terjadi atas kehendak Allah. Terjadinya jenis-jenis makhluk hidup secara
evolusi pun atas kehendak Allah (Widodo,dkk, 2003).
Mengenai kejadian makhluk-makhluk hidup secara evolusi atas kehendak Allah, bisa
timbul pertanyaan : Karena Tuhan itu Maha Kuasa, mengapa Tuhan tidak menciptakan jenis-
jenis makhluk hidup itu secara langsung? Mengapa harus melewati waktu yang lama? (Widodo,
dkk, 2003).
Dalam keyakinan agama, Tuhan itu Maha Esa. Tidak hanya Dzat-Nya, tetapi juga Sifat-
Nya, Cara-Nya menciptakan. Tuhan menciptakan tidak seperti cara manusia bekerja, sebab
Tuhan Maha Kuasa, kuasa menciptakan segala sesuatu sesuai dengan keagunaganNya. Di dalam
Al-Qur’an dijelaskan mengenai kuasa Allah menciptakan segala sesuatu di alam.
Artinya: “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,
Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan
Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (AQS. Al-Hasyr: 24).
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari
tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak” (AQS. Ar-Ruum:
20).
Hubungan antara Adam dan Homo sapiens
Dalam Widodo, dkk (2003) dijelaskan bahwa Homo sapiens berasal dari perkembangan
makhluk hidup dengan jenis yang bukan Homo sapiens yang sebelumnya juga berasal dari jenis
makhluk hidup yang lebih rendah lagi tingkatannya. Secara biologis, Homo sapiens masih
memiliki struktur hewan dan mewarisi sejumlah instink serupa yang terdapat pada hewan. Tetapi
Homo sapiens adalah satu-satunya makhluk hidup yang istimewa, memiliki otak (brain) yang
khas bersifat manusia sempurna. Ada perkembangan yang tiba-tiba melonjak dalam kemampuan
intelek yang dimiliki Homo sapiens disbanding dengan jenis-jenis makhluk hidup sebelumnya,
seolah-olah perkembangan evolusi biologis, yaitu evolusi fisik manusia ditempatkan dalam
tingkatan kedua dibandingkan perkembangan inteleknya (Widodo, dkk, 2003).
Namun, dalam agama tidak mengenal istilah Homo sapiens dalam kitan sucinya karena
istilah ini baru muncul dalam abad 18 hasil pikiran untuk diberikan pada kelompok manusia
tertentu dalam pembicaraan ilmiah. Dalam biologi, khususnya taksonomi atau sistematik, yaitu
ilmu yang menggolong-golongkan makhluk hidup, maka suatu jenis makhluk hidup, maka suatu
jenis makhluk hidup paling sedikit diberi nama dengan dua kata latin, misalnya Homo sapiens.
Pemberian nama makhluk hidup dengan dua kata (binominal nomenclature) tersebut gunanya
untuk memudahkan dalam mempelajari atau menggolongkan makhluk hidup. Berdasarkan hal
ini maka istilah Adam yang terdiri hanya dari satu kata tidak dipergunakan dalam taksonomi
(Widodo, dkk, 2003).
Adam adalah nama yang diberikan kepada manusia pertama yang diciptakan oleh Allah,
kemudian menurunkan semua manusia di zaman ini. Adam adalah makhluk (manusia) yang bisa
berfikir taraf konsepsi, mempunyai kemampuan berfikir abstrak, dan dapat dibebani tanggung
jawab moral dan spiritual, sehingga Adam dapat menerima ajaran dari Tuhan.
Teori evolusi biologis mencoba menjelaskan bahwa dalam perkembangan evolusi makhluk
hidup pada suatu ketika tercapai makhluk hidup yang mempunyai ciri-ciri yang dimiliki Adam.
Makhluk hidup demikian oleh ilmu pengetahuan diberi nama Homo sapiens. Jadi, dapat diartikan
bahwa Adam adalah Homo sapiens yang pertama, dan manusia di zaman ini dapat disebut
keturunan Adam atau termasuk jenis Homo sapiens.
Dalam Al-Qur’an Surat Nuh ayat 14 :
Artinya : “Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan
kejadian”. (AQS. Nuh: 14).
Ayat di atas ditafsirkan oleh H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs. (1967) di dalam
Tafsir Qur’an yang disusun keduanya bahwa Allah menciptakan manusia melalui beberapa
tingkatan pertumbuhannya, mulai dari tanah, air mani, segumpal daging, lahir sebagai bayi,
kanak-kanak, meningkat umur dewasa dan sampai kepada usia yang sangat tua dan seterusnya
meninggal dunia dan dibangkitkan kembali. Juga berarti menurut keduanya bahwa hidup
manusia dari zaman ke zaman senantiasa berjalan sepanjang evolusinya.
Dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun: 12-14
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah”.
Artinya : “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim)”.
Artinya : “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”.
Pandangan agama Islam tentang teori Darwin1. Alam semesta dengan seluruh isinya, baik yang dapat ditangkap oleh panca indra maupun tidak merupakan Ciptaan Allah Swt, yang dengan sengaja diciptakan oleh Allah. Teori yang mengatakan alam semesta dengan seluruh isinya berasal dari kejadian yang spontan, kebetulan, dan tiba-tiba, nyata-nyata bertentangan dengan agama Islam.
2. Keragaman makhluk sengaja diciptakan Allah dan setiap jenis makhluk diciptakan secara kompleks, lengkap rumit, teratur, dalam bentuk,ukuran, dan proses atau waktu yang tepat, serta disusun dari komponen secara seimbang dan akurat. Teori Darwin yang menyatakan bahwa keragaman jenis makhluk berasal dari satu sel organism yang sederhana kemudian berkembang menjadi berbagai jenis makhluk sampai manusia karena seleksi alam, nyata-nyata teori itu bertentangan dengan agama Islam.
3. Manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik, makhluk yang terhormat disisi Allah, sehingga dijadikan Kholifah yang ada di Bumi. Teori yang menyatakan bahwa manusia berasal dari hewan (kera) yang berevolusi karena seleksi alam, nyata-nyata teori itu bertentangan dengan agama Islam.
4. Setiap jenis makhluk hidup termasuk manusia dengan jutaan gen dan triliunan DNA (berisi informasi genetic) secara spesifik, system yang kompleks yang merupakan ciptaan Allah Swt. Oleh karena itu kerja seleksi alam tak akan mampu mengubah kera menjadi manusia, berarti teori Darwin jelas tidak masuk akal dan tidak bias dipercaya. Secara mutlak bahwa teori evolusi Darwin dan para pengikutnya bertentangan dengan ajaran agama Islam. Umat islam yang mempercayai kebenaran teori evolusi Darwin dapat dikatan sebagai umat yang murtad, tidak beriman, kafir, atau atheis.
KesimpulanPada dasarnya teori evolusi Darwin bertentangan dengan Sains dan Islam. Teori yang mengatakan alam semesta dengan seluruh isinya berasal dari kejadian yang spontan, kebetulan, dan tiba-tiba, nyata-nyata bertentangan dengan agama Islam.
Teori Darwin yang menyatakan bahwa keragaman jenis makhluk berasal dari satu sel organisme yang sederhana kemudian berkembang menjadi berbagai jenis makhluk sampai manusia karena seleksi alam, nyata-nyata teori itu bertentangan dengan agama Islam. Islam nenyatakan bahwa keragaman makhluk sengaja diciptakan Allah dan setiap jenis makhluk diciptakan secara kompleks, lengkap rumit, teratur, dalam bentuk,ukuran, dan proses atau waktu yang tepat, serta disusun dari komponen secara seimbang dan akurat. Setiap jenis makhluk hidup termasuk manusia dengan jutaan gen dan triliunan DNA (berisi informasi genetic) secara spesifik, system yang kompleks yang merupakan ciptaan Allah Swt. Oleh karena itu kerja seleksi alam tak akan mampu mengubah kera menjadi manusia, berarti teori Darwin jelas tidak masuk akal dan tidak bias dipercaya.
2.
Bukti Biogeografi
Biogeografi adalah mempelajari distribusi geografi dari tanaman dan hewan. Dengan mempelajari biogeografi kita dapat menjelaskan mengapa spesies-spesies berdistribusi, dan apa bentuk distribusi yang diperlihatkan mengenai habitat dan daerah asal mula mereka. Dari perjalanan Darwin mengelilingi dunia dengan H.M.S. Beagle, ia menemukan bahwa spesies tanaman dan hewan umumnya tidak berdistribusi jauh dari habitat yang potensial. Studi-studi mengenai biogeografi sejak Darwin dibuktikan berulang-ulang oleh para ilmuan.
Kesimpulan mendasar dari studi biogeografis memperlihatkan bahwa suatu spesies baru muncul pada satu tempat dan kemudian menyebar menuju keluar dari titik atau tempat asal. Beberapa spesies kemudian menjadi lebih luas distribusinya, tetapi mereka tidak dapat melewati barier-barier alami yang terpisah daerah biogeografis yang besar. Oleh karena itu, meskipun lingkungan hidup sesungguhnya identik pada daerah biogeografis berbeda, jarang ditempati oleh spesies yang sama. Buktinya, setiap daerah geografi besar di dunia mempunyai karakteristik kelompok tanaman dan hewan. Sebagai contoh, di Australia semacam kanguru (marsupial) mempunyai kantong yang berperan sebagai tempat menyusui dan melindugi anaknya, pada daerah biogeografi yang lain kanguru (marsupial) hampir tidak ditemukan. Selanjutnya, catatan fosil setiap daerah menampilkan suatu garis evolusioner kejadian-kejadian biologis yang terpisah dari semua daerah-daerah lain. Dengan setiap garis evolusioner, banyak fosil-fosil yang telah ditemukan dapat dibentuk atau disusun suatu spesies yang pernah hidup pada daerah tertentu.
Bukti-bukti observasi atau pengamatan memperkuat konsep bahwa seleksi alam berlaku, oleh kekuatan besar dari lingkungan sehingga muncul spesies baru yang hanya dapat hidup beradaptasi atau dapat menyesuaikan diri dengan kondisi topografinya maupun kondisi iklim disekelilingnya. Sebagai buktinya, apa yang dilihat Darwin ketika menemuakan bahwa spesies pada pulau tertentu terhalang untuk berhubungan dengan spesies pada pulau-pulau dekat, dan bahwa spesies sepulau umumnya berhubungan dengan speseis terdekat yang hidup sedaratan. Sebaliknya, tidak ada bukti yang mendukung keberadaan sekelompok “island species” (spesies yang hanya ada pada pulau tertentu) dengan karakteristik tertentu ditemukan dalam habitat-habitat pulau lain kemanapun kita mengelilingi dunia.
Pada tingkatan yang lebih spesifik, biogeografi menunjukkan banyak bukti-bukti menyolok yang mengarah pada kejadian evolusi konvergen (convergent evolution). Organisme-organisme pada kenyataannya mempunyai biogeografi berbeda-beda, meskipun diturunkan dari keturunan nenek moyang yang sangat berbeda, memiliki kesamaan proses adaptasi pada habitat-habitat khusus. Sebagai contoh, tanaman kaktus (famili Cactaceae) ditemukan di gurun pasir sebelah tenggara Amerika Utara,
dan di gunung pasir Andes, tetapi tidak ada dimanapun di tempat lain. Di samping itu habitat-habitat kering dan tandus di Afrika ditempati oleh sekelompok tanaman dari famili Euphorbiaceae. Contoh-contoh ini memperjelas teori kekuatan seleksi alam dimana terbentuk ciri-ciri atau bentuk-bentuk yang sangat sama oleh karena adaptasi pada lingkungan yang sama.
Lebih jauh dijelaskan, dua tempat yang memiliki iklim yang sama belum tentu keadaan flora dan faunanya sama, bahkan mungkin berbeda sama sekali. Sebagai contoh kepulauan Galapagos dan kepulauan Cape Verde mempunyai iklim yang sama tetapi flora dan faunanya berbeda. Flora dan fauna di kepulauan Galapagos hampir sama dengan flora dan fauna yang terdapat di Amerika Selatan.
Dihasilkannya 13 spesies burung Finch di kepulauan Galapagos disebabkan oleh adanya penyebaran geografi. Burung yang berasal dari Amerika Selatan yang bermigrasi ke kepulauan Galapagos ini menemukan lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan asalnya sehingga terbentuk varian-varian yang sesuai dengan lingkungan yang baru dan terus berkembang.
Cara penyebaran ini ada 2 macam yaitu penyebaran aktif dan penyebaran pasif. Penyebaran aktif ialah penyebaran yang didorong oleh factor-faktor dari dalam diri inidividu itu sendiri, misalnya perpindahan populasi burung dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari makanan; sedangkan penyebaran pasif ialah penyebaran yang disebabkan oleh factor-faktor lain, misalnya penyebaran buah kelapa oleh air. Dalam melakukan penyebaran itu banyak rintangan yang tidak dapat diterobos atau dilalui. Jika dapat diterobos lingkungan yang baru itu tidak memenuhi persyaratan bagi hidupnya, oleh karena itu baik penyebaran aktif maupun penyebaran pasif tidak selalu berakibat perluasan daerah.