evolusi

20
Kata evolusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur- angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit). Sedangkan lawan katanya adalah kata revolusi, yaitu perubahan yang terjadi secara cepat, tiba-tiba (radikal) pada suatu sistem. Kata evolusi mulanya digunakan pertama kali oleh seorang filsuf Inggris, Herbert Spencer pada tahun 1850 melalui bukunya yang berjudul “Social Static” (Bertenz, 1975), sehingga kata evolusi pada mulanya tidak berkaitan dengan pembahasan di bidang biologi. Namun, saat ini, kata evolusi merupakan kata yang berkaitan erat dengan biologi, bahkan menjadi bahasan yang dianggap termasuk paling menarik dalam bidang biologi. Charles Darwin merupakan seorang yang disebut sebagai Bapak Evolusi dalam dunia biologi karena meskipun bukan dia yang pertama kali mengenalkan kata evolusi dalam dunia biologi, tetapi teorinya mengenai evolusi makhluk hiduplah yang paling dapat diterima bila dibandingkan dengan teori evolusi makhluk hidup yang dikemukakan oleh tokoh lain, semisal J. B. Lammarck. Dalam teorinya, Charles Darwin menyatakan bahwa evolusi organik terjadi dikarenakan peristiwa seleksi alam. Terlepas dari kata “evolusi”, sebenarnya jauh sebelum Darwin mempublikasikan teorinya melalui karyanya yang berjudul On The Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races” pada tahun 1859, konsep seleksi alam dan adaptasi ternyata sudah diperkenalkan oleh ilmuwan muslim asal Irak, Al- Jahiz yang hidup pada tahun 781-869 M melalui bukunya yang

Transcript of evolusi

Kata evolusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti perubahan

(pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi

sedikit). Sedangkan lawan katanya adalah kata revolusi, yaitu perubahan yang terjadi secara

cepat, tiba-tiba (radikal) pada suatu sistem. Kata evolusi mulanya digunakan pertama kali oleh

seorang filsuf Inggris, Herbert Spencer pada tahun 1850 melalui bukunya yang berjudul “Social

Static” (Bertenz, 1975), sehingga kata evolusi pada mulanya tidak berkaitan dengan pembahasan

di bidang biologi. Namun, saat ini, kata evolusi merupakan kata yang berkaitan erat dengan

biologi, bahkan menjadi bahasan yang dianggap termasuk paling menarik dalam bidang biologi.

            Charles Darwin merupakan seorang yang disebut sebagai Bapak Evolusi dalam dunia

biologi karena meskipun bukan dia yang pertama kali mengenalkan kata evolusi dalam dunia

biologi, tetapi teorinya mengenai evolusi makhluk hiduplah yang paling dapat diterima bila

dibandingkan dengan teori evolusi makhluk hidup yang dikemukakan oleh tokoh lain, semisal J.

B. Lammarck. Dalam teorinya, Charles Darwin menyatakan bahwa evolusi organik terjadi

dikarenakan peristiwa seleksi alam.

            Terlepas dari kata “evolusi”, sebenarnya jauh sebelum Darwin mempublikasikan teorinya

melalui karyanya yang berjudul ”On The Origin of Species by Means of Natural Selection, or the

Preservation of Favoured Races” pada tahun 1859,  konsep seleksi alam dan adaptasi ternyata

sudah diperkenalkan oleh ilmuwan muslim asal Irak, Al-Jahiz yang hidup pada tahun 781-869 M

melalui bukunya yang berjudul “Kitab Al-Hayawan” (buku tentang kehidupan binatang). Dalam

bukunya tersebut, Al-Jahiz mengemukakan teori struggle for existence (berjuang untuk tetap

hidup) yang dapat dikatakan mirip dengan konsep survival of the fittest pada teori evolusi

Darwin (Davies, 2008).

            Dalam perkembangannya, teori evolusi Darwin dianggap menentang ajaran agama. Teori

evolusi bersama dengan teori penciptaan tata surya yang terjadi secara kebetulan dan teori “S”

dipandang sebagai teori yang tidak menganggap adanya Tuhan, sehingga dalam

perkembangannya tersebut, teori evolusi, khususnya yang dicetuskan oleh Darwin mendapat

tantangan dari golongan agamawan. Untuk membahas lebih dalam permasalah tersebut, maka

kami menyusun makalah ini. Makalah ini akan membahas hubungan evolusi biologi dengan

agama.

Teori Evolusi Biologis

            Istilah evolusi biologis lebih mengarah kepada ide yang menjelaskan bahwa  makhluk

hidup pertama merupakan hasil dari evolusi molekul anorganik. Asal-usul kehidupan berasal dari

sintesis dan akumulasi monomer organik pada kondisi abiotik. Agregat molekul yang dihasilkan

secara abiotik adalah protobion. Sel-sel hidup dapat berasal dari protobion. Protobion tak dapat

melakukan reproduksi, namun dapat mempertahankan lingkungan kimia di dalamnya dan

menunjukkanciri-ciri hidup lainnya yaitu metabolisme. Sedangkan teori evolusi itu sendiri

menurut Widodo, dkk (2003) adalah teori yang menerangkan proses perubahan yang terjadi pada

makhluk hidup. Teori Evolusi biologi sendiri adalah sebuah teori yang berupaya untuk

menyelidiki penyebab (dan proses) terbentuknya keragaman spesies yang kita lihat saat ini.

Evolusi berasumsi bahwa pada awalnya hanya terdapat satu atau sedikit spesies dimuka bumi

milyaran tahun lalu.

Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin,namun sebenarnya

evolusi telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwinlah ilmuwan pertama

yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah.

Teori evolusi juga turut berkembang mengikuti waktu. Pada awalnya, Darwin menyatakan

bahwa seleksi alam merupakan penyebab utama terjadinya evolusi, namun pandangan tersebut

berubah setelah beberapa dekade. Pengembangan dan penyempurnaan Teori Seleksi Alam

Darwin tersebut dikenal dengan Neo Darwinisme yang menjelaskan bahwa seleksi alam

hanyalah berperan sebagai faktor penuntun yang menentukan arah perubahan yang terjadi pada

makhluh hidup (Widodo, dkk., 2003).

Dalam karyanya yang berjudul ”On The Origin of Species by Means of Natural Selection,

or the Preservation of Favoured Races” pada tahun 1859, Darwin mengemukakan bahwa

makhluk hidup yang ada saat ini berasal dari moyang yang sama dan mengalami perubahan

sedikit demi sedikit. Namun, dalam karyanya tersebut, Darwin tidak menjelaskan bagaimana

makhluk pertama muncul di muka bumi. Penjelasan mengenai asal usul makhluh hidup di

paragraf awal tadi adalah penjelasan dari ide yang dikemukakan oleh seoarang biologiwan asal

Rusia, Alexander Oparin pada tahun 1930an.

Terlepas dari Teori Evolusi Darwin, sebenarnya jauh sebelum Darwin mencetuskan

teorinya, ada tokoh lain yang telah mencetuskan teori yang mirip dengan evolusi, seleksi alam,

dan adaptasi. Tokoh tersebut adalah Al-Jahiz. Al-Jahiz merupakan seorang pakar biologi Irak

yang hidup pada abad ke-9. Sederet teori penting dalam biologi itu dipaparkannya dalam Kitab

Al-Hayawan (Buku tentang Binatang) (Davies, 2008). Dalam karyanya yang terdiri dari tujuh

volume itu, Al-Jahiz  menguraikan dan mengupas lebih dari 350 jenis binatang. Dalam karyanya

itulah, Al-Jahiz menguraikan teori evolusi secara umum.  Teori itu didasarkan pada pengaruh

lingkungan terhadap binatang. Selain itu, ia juga sudah memikirkan dampak lingkungan terhadap

keberlangsungan hidup binatang. Inilah cikal bakal teori Struggle for Existence. Pada buku itu

pula, al-Jahiz menguraikan ide seleksi alam dan rantai makanan. ‘’Binatang terlibat dalam

sebuah perjuangan untuk mempertahankan hidupnya; mencari makanan, menghindar jadi

mangsa, dan ber kembang biak. Faktor-faktor lingkungan memengaruhi organisme untuk

mengembangkan karakteristik baru guna menjamin tetap bertahan hidup, kemudian

bertransformasi menjadi spesies baru,’‘ demikian bunyi teori Stuggle for Existence yang tertulis

dalam Kitab al-Hayawan (Republika, 2009).

Dalam era saat ini, ada tiga kelompok manusia yang terlibat dengan teori evolusi, yaitu

a.           Kelompok yang pro evolusi dan tidak mempercayai adanya kuasa Tuhan

b.          Kelompok menolak dengan keras teori evolusi dengan latar agama (kreasonis)

c.           Kelompok yang menerima teori evolusi dan percaya terhadap kuasa Tuhan dibalik kejadian

evolusi.

 Penyebab Teori Evolusi Sulit Ditermia oleh Beberapa Kaum Beragama

Ajaran agama mulai menolak teori evolusi yang dibawa Darwin hanya karena Darwin

mengatakan kehidupan muncul dengan sendirinya melalui kecelakaan atau kebetulan, padahal

inti dari teori evolusi adalah perubahan suatu organisme secara bertahap. Kontroversi teori

evolusi adalah karena teori dianggap bertentangan dengan agama. Evolusi dianggap akan

mengesampingkan atau bahkan mereduksi ajaran agama. Beberapa orang dengan dasar agama

ingin menjatuhkan teori evolusi. Padahal mereka sendiri belum paham dengan benar atau bahkan

belum mempelajari secara keseluruhan perkembangan teori evolusi. Mereka menerbitkan buku

dan film yang dapat mempengaruhi pembaca dan penonton film tersebut untuk membenci teori

evolusi dan menancapkan keyakinan bahwa orang beragama tidak boleh menerima evolusi

karena dengan menerima kebenaran evolusi, mereka dianggap tidak mempercayai keberadaan

Tuhan. Dengan pengemasan bahasa yang menarik dan mudah dicerna, saat ini banyak

masyarakat dunia yang terpengaruh oleh karya-karya orang-orang tersebut.

Beberapa poin yang mereka jadikan poin untuk menyerang teori evolusi dalam karya

mereka menurut kami, antara lain adalah mereka menyatakan evolusi tidak pernah di observasi

secara langsung, evolusi melanggar Hukum Kedua Termodinamika, tidak ada fosil transisi, teori

evolusi menyatakan bahwa kehidupan asal dan proses evolusi terjadi oleh kejadian yang acak,

serta mereka menyatakan evolusi hanyalah sebuah teori, dan hal tersebut tidak pernah

dibuktikan. Padahal kelima poin tersebut adalah pemahaman yang salah (miskonsepsi) mengenai

teori evolusi yang sangat perlu diluruskan agar miskonsepsi tentang teori evolusi tidak semakin

meluas. Namun, sayangnya sudah banyak masyarakat yang tidak menyadari miskonsepsi

tersebut.

Biologiwan mendefinisikan evolusi adalah perubahan gen pool suatu populasi. Satu

contoh adalah suatu serangga/hama yang berubah menjadi resisten terhadap suatu pestisida

setelah manusia menggunakan pestisida tersebut selama beberapa tahun. Hampir semua

kreasonis mengetahui fakta evolusi tersebut. Munculnya spesies baru dari proses evolusi

sebanarnya sudah diobservasi/diamati oleh beberapa ilmuwan, baik dalam laboratorium maupun

di alam. Andai para ilmuwan tidak pernah mengamati munculnya spesies secara evolusi dengan

pengamatan langsung, masihlah salah bila dikatakn evolusi itu tidak pernah teramati. Sesuatu

dikatakan bukti bukanlah hanya sebatas apa yang dilihat dan diamati mata manusia secara

langsung. Bukti evolusi pun dapat dilihat dari temuan fosil, perbandingan anatomi, sekuens

genetic, distribusi geografis makhluk hidup, dan lain sebagainya.

Poin evolusi hanyalah sebuah teori dan belum pernah dibuktikan merupakan poin yang

sering disuarakan oleh para penentang teori evolusi. Padahal, seperti yang telah kita pelajari di

bangku kuliah, seseorang tidak dengan mudah menciptakan suatu teori. Teori merupakan

kumpulan dari beberapa prinsip, yang mana prinsip merupakan kumpulan dari beberapa konsep,

dan konsep sendiri kumpulan dari beberapa fakta. Sehingga teori pastinya mengandung fakta

yang terbukti kebenarannya. Dan yang lebih penting di sini adalah teori evolusi merupakan satu-

satunya teori kehidupan yang telah lolos banyak uji ilmiah hingga saat ini.

                 Beberapa poin lain, seperti evolusi melanggar hokum termodinamika, ataupun tidak ada

fosil transisi sebenarnya juga merupakan kesalahan konsep yang perlu diluruskan. Munculnya

pernyataan teori evolusi melanggar hokum kedua termodinamika karena kesalahan pengertian

mereka mengenai makna hokum kedua termodinamika. Sedangkan mengenai fosil transisi,

sebenarnya banyak temuan fosil transisi yang sudah dipublikasikan di forum ilmiah. Namun,

mereka mungkin kurang mengikuti perkembangan penuman fosil-fosil baru yang ditemukan oleh

para arkeolog. Mungkin saja, mereka juga salah mengartikan pengertian fosil transisi. Mereka

menganggap fosil transisi harus memberikan gambaran fosil yang bentuknya di antara dua

spesies yang berbeda atau percampuran antara dua spesies. Padahal, perubahan makhluk hdup

yang dipelajari dalam teori evolusi adalah perubahan yang terjadi dikit demi sedikit, bukanlah

perubahan radikal yang dapat mengakibtkan suatu spesies menghasilkan keturunan yang

bentuknya terlihat jelas berbeda dengannya.

Hubungan Teori Evolusi dengan Islam

  Sebagian umat Islam saat ini banyak yang menolak dengan keras teori evoulusi. Hal

tersebut terjadi karena kesalahpahaman mereka tentang teori evolusi. Salah satu kesalahpahaman

mereka tentang teori evolusi adalah dengan menyatakan teori evolusi mempercayai bahwa

manusia mempunyai nenek moyang kera. Hal tersebut adalah satu kesalah yang fatal karena

Darwin sendiri tidak pernah mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Beberapa dari mereka

menyalahkan Darwin dan menganggap Darwin sebagai biangnya ateisme, padahal Darwin

bukanlah ateisme, melainkan Darwin adalah seorang agnostik.

  Untuk menjadi muslim bukanlah berarti harus menolak Darwin. Fakta menarik dari isu

evolusi adalah  bahwa justru Islam lah yang telah lama membicarakan teori evolusi jauh hari

sebelum Darwin dilahirkan. Al-Jahiz, Ibnu Khladun, dan Ibnu Miskawaih merupakan segelintir

dari sekian banyak ilmuwan muslim yang telah mengungkapkan tentang makhluk yang terus

berevolusi jauh sebelum teori evolusi Darwin muncul. 

Abu Utsman Amr atau Al-Jahiz, seorang ilmuwan muslim abad 9, dalam Kitab Al-

Hayawan (buku hewan) telah menjelaskan teori survival sebagai dasar dari mekanisme evolusi

dan seleksi alam. Al-Jahiz berpendapat bahwa suatu spesies akan beradaptasi dengan kondisi

lingkungan yang berbeda dan akhirnya melahirkan spesies baru. Spesies yang tidak dapat

beradaptasi akan punah, dan yang beradaptasi akan sukses melanjutkan keturunanannya.

  Ibnu Miskawayh, seorang ilmuwan muslim di abad 10, bahkan menjelaskan teori evolusi

dengan sangat mendetail dan mengkombinasikannya dengan metafisika sebagai sebuah siklus

"Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roojiun/ Sesungguhnya kita dari Allah dan kepada-Nya kita

kembali". Dari Allah, bahwa mula-mula Allah menciptakan zat, kemudian zat itu berevolusi

menjadi gas, gas berevolusi menjadi air, air berevolusi menjadi mineral, mineral berevolusi

menjadi tumbuhan (teori ini berdasarkan pada surat Nuh), tumbuhan berevolusi menjadi hewan,

hewan berevolusi menjadi manusia, manusia berevolusi menjadi nabi, nabi berevolusi menjadi

malaikat, dan malaikat akhirnya kembali kepada Allah. Pandangan mengenai evolusi biologi

yang berlanjut ke evolusi spiritual ini begitu populer di abad pertengahan.

Ibnu Khaldun dalam kitab Muqadimmah yang sangat populer baik di kalangan muslim

maupun barat juga menjesalkan mengenai evolusi. Berawal dari mineral yang berevolusi menjadi

tumbuhan, kemudian hewan, dan manusia. Ibnu Khaldun menyebut secara eksplisit evolusi

manusia dari makhluk yang lebih rendah yaitu sejenis kera (jadi yang mengatakan manusia

berasal dari kera bukanlah darwin tapi ilmuan muslim masa lalu). Jika evolusi bertentangan

dengan Al-Quran, apakah tidak aneh kalau para ilmuwan muslim tersebut masih beragama Islam

pada saat itu?

  

Sikap Kita terhadap Isu Teori Evolusi dengan Agama

Seseorang tidak dapat dikatakan ateis bila dia menerima adanya evolusi.  Ada prinsip

dasar yang membedakan agama dengan evolusi. Agama adalah menyangkut kepercayaan yang

dapat dipercayai atau tidak dan diyakini atau tidak, sedangkan evolusi berhubungan dengan

sains, sesuatu yang dapat diterima dengan logis atau tidak. Sains dapat diuji secara ilmiah dan

hasilnya harus dapat diprediksi. Sedangkan agama meyakini adanya kekuatan supranatural yang

tidak dapat diprediksi.

  Evolusi bukanlah agama. Agama bersifat statis dan sains tidak bersifat dogmatis. Sifat

agama pun adalah mengklaim kebenaran mutlak yang tentu saja tidak ada dalam sains. Sains

bersifat empiris, masalahnya bukan dipercaya atau tidak pada suatu teori, termasuk teori evolusi,

tetapi apakah teori tersebut dapat diterima sebagai suatu yang logis dan sesuai dengan fakta yang

dapat diamati atau tidak. Dalam sains, sesuatu dianggap ada kalai sesuatu itu dapat diamati

dengan pancaindra. Dengan prinsip tersebut, ruh, jin, bahkan Tuhan dianggap tidak ada karena

tidak dapat diamati menggunakan pancaindera.

  Tujuan sains adalah untuk menjelaskan suatu gejala alam secara logis berdasarkan

pengamatan yang telah dilakukan oleh manusia. Teori evolusi hingga saat ini dapat menjelaskan

dengan paling tepat gejala alam mengenai keanekaragaman makhluk hidup dan adanya fosil-fosil

yang ditemukan dengan perkiraan umur yang berbeda. Hal yang menarik dalam sains dan yang

membedakannya dengan agama adalah kebenaran dalam sains bersifat relarif karena sains

merupakan sesuatu yang berkembang (dinamis, bukannya statis). Dalam hal teori evolusi, bisa

saja penemuan satu saja fosil baru dapat menumbangkan teori ini.

Evolusi tidak menyangkal tentang keberadaan Tuhan. Lebih tepatnya, tidak ada alasan

untuk mempercayai Tuhan tidak berperan dalam proses evolusi. Tidak sedikit ilmuwan percaya

terhadap adanya Tuhan dan menerima kebenaran teori evolusi. Evolusi dapat dianggap sebagai

cara Tuhan dalam menciptakan keanekaragaman makhluk hidup yang ada saat ini.

Pandangan Darwin terhadap Adanya Tuhan

Dalam Widodo, dkk (2003) disebutkan bahwa Darwin tetap mengakui Tuhan yang

menciptakan makhluk-makhluk hidup. Kalimat yang paling akhir di bukunya “The Origin of

Spesies by Means of Natural Selection” (1859) adalah:

“There is grandeur in this view of life, with its several power, having been originally breathed by

the Creator into a few forms or into one, and that, whilst the planet has gone cycling on

according to the fixed law or gravity, form so simple a beginning endless most beautiful and

most wonderful have been and are being evolved.”

Dan dalam bab yang berjudul “Kehidupan dan Pekerjaan Darwin” dari buku K.F Vaas

“Darwinisme dan Ajaran Evolusi” (1956) dapat kita jumpai kutipan dari kalimat-kalimat Darwin

yang artinya sebagai berikut:

“Adalah sesuatu maksud yang sama agungnya dari Tuhan Yang Maha Esa asli yang sedikit saja,

yang telah diciptakan olehNya, sudah dapat berkembang terus, daripada untuk mengira bahwa

harus ada tindakan-tindakan penciptaan yang baru untuk mengisi lowongan-lowongan yang

masih terbuka di barisan makhluk hidup yang terjadi karena hukum-hukum Tuhan” (Widodo,

dkk, 2003).

Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa Darwin mengakui bahwa segala yang ada di bumi

telah diciptakan oleh Sang Pencipta menjadi beberapa bentuk atau bentuk tunggal. Evolusi tidak

mengajak orang menjadi materialistik dan tidak perlu seseorang menjadi lemah imannya setelah

mempelajari evolusi.

Pandangan Islam terhadap Evolusi

Dalam keyakinan agama, keseluruhan yang ada digolongkan atas: Khalik, yakni Allah

yang menjadikan (menciptakan), dan makhluk, yaitu segala yang dijadikan (diciptakan) oleh

allah. Dengan demikian, segala macam makhluk, baik makhluk hidup maupun makhluk tak

hidup (benda mati) terjadi atas kehendak Allah. Terjadinya jenis-jenis makhluk hidup secara

evolusi pun atas kehendak Allah (Widodo,dkk, 2003).

Mengenai kejadian makhluk-makhluk hidup secara evolusi atas kehendak Allah, bisa

timbul pertanyaan : Karena Tuhan itu Maha Kuasa, mengapa Tuhan tidak menciptakan jenis-

jenis makhluk hidup itu secara langsung? Mengapa harus melewati waktu yang lama? (Widodo,

dkk, 2003).

Dalam keyakinan agama, Tuhan itu Maha Esa. Tidak hanya Dzat-Nya, tetapi juga Sifat-

Nya, Cara-Nya menciptakan. Tuhan menciptakan tidak seperti cara manusia bekerja, sebab

Tuhan Maha Kuasa, kuasa menciptakan segala sesuatu sesuai dengan keagunaganNya. Di dalam

Al-Qur’an dijelaskan mengenai kuasa Allah menciptakan segala sesuatu di alam.

 

Artinya: “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,

Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan

Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (AQS. Al-Hasyr: 24).

 

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari

tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak” (AQS. Ar-Ruum:

20).

Hubungan antara Adam dan Homo sapiens

Dalam Widodo, dkk (2003) dijelaskan bahwa Homo sapiens berasal dari perkembangan

makhluk hidup dengan jenis yang bukan Homo sapiens yang sebelumnya juga berasal dari jenis

makhluk hidup yang lebih rendah lagi tingkatannya. Secara biologis, Homo sapiens masih

memiliki struktur hewan dan mewarisi sejumlah instink serupa yang terdapat pada hewan. Tetapi

Homo sapiens adalah satu-satunya makhluk hidup yang istimewa, memiliki otak (brain) yang

khas bersifat manusia sempurna. Ada perkembangan yang tiba-tiba melonjak dalam kemampuan

intelek yang dimiliki Homo sapiens disbanding dengan jenis-jenis makhluk hidup sebelumnya,

seolah-olah perkembangan evolusi biologis, yaitu evolusi fisik manusia ditempatkan dalam

tingkatan kedua dibandingkan perkembangan inteleknya (Widodo, dkk, 2003).

Namun, dalam agama tidak mengenal istilah Homo sapiens dalam kitan sucinya karena

istilah ini baru muncul dalam abad 18 hasil pikiran untuk diberikan pada kelompok manusia

tertentu dalam pembicaraan ilmiah. Dalam biologi, khususnya taksonomi atau sistematik, yaitu

ilmu yang menggolong-golongkan makhluk hidup, maka suatu jenis makhluk hidup, maka suatu

jenis makhluk hidup paling sedikit diberi nama dengan dua kata latin, misalnya Homo sapiens.

Pemberian nama makhluk hidup dengan dua kata (binominal nomenclature) tersebut gunanya

untuk memudahkan dalam mempelajari atau menggolongkan makhluk hidup. Berdasarkan hal

ini maka istilah Adam yang terdiri hanya dari satu kata tidak dipergunakan dalam taksonomi

(Widodo, dkk, 2003).

Adam adalah nama yang diberikan kepada manusia pertama yang diciptakan oleh Allah,

kemudian menurunkan semua manusia di zaman ini. Adam adalah makhluk (manusia) yang bisa

berfikir taraf konsepsi, mempunyai kemampuan berfikir abstrak, dan dapat dibebani tanggung

jawab moral dan spiritual, sehingga Adam dapat menerima ajaran dari Tuhan.

Teori evolusi biologis mencoba menjelaskan bahwa dalam perkembangan evolusi makhluk

hidup pada suatu ketika tercapai makhluk hidup yang mempunyai ciri-ciri yang dimiliki Adam.

Makhluk hidup demikian oleh ilmu pengetahuan diberi nama Homo sapiens. Jadi, dapat diartikan

bahwa Adam adalah Homo sapiens yang pertama, dan manusia di zaman ini dapat disebut

keturunan Adam atau termasuk jenis Homo sapiens.

Dalam Al-Qur’an Surat Nuh ayat 14 :

 

Artinya : “Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan

kejadian”. (AQS. Nuh: 14).

Ayat di atas ditafsirkan oleh H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs. (1967) di dalam

Tafsir Qur’an yang disusun keduanya bahwa Allah menciptakan manusia melalui beberapa

tingkatan pertumbuhannya, mulai dari tanah, air mani, segumpal daging, lahir sebagai bayi,

kanak-kanak, meningkat umur dewasa dan sampai kepada usia yang sangat tua dan seterusnya

meninggal dunia dan dibangkitkan kembali. Juga berarti menurut keduanya bahwa hidup

manusia dari zaman ke zaman senantiasa berjalan sepanjang evolusinya.

Dijelaskan pula dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun: 12-14

 

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)

dari tanah”.

 

Artinya : “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang

kokoh (rahim)”.

 

Artinya : “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami

jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang

belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang

(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”.

Pandangan agama Islam tentang teori Darwin1. Alam semesta dengan seluruh isinya, baik yang dapat ditangkap oleh panca indra maupun tidak merupakan Ciptaan Allah Swt, yang dengan sengaja diciptakan oleh Allah. Teori yang mengatakan alam semesta dengan seluruh isinya berasal dari kejadian yang spontan, kebetulan, dan tiba-tiba, nyata-nyata bertentangan dengan agama Islam. 

2. Keragaman makhluk sengaja diciptakan Allah dan setiap jenis makhluk diciptakan secara kompleks, lengkap rumit, teratur, dalam bentuk,ukuran, dan proses atau waktu yang tepat, serta disusun dari komponen secara seimbang dan akurat. Teori Darwin yang menyatakan bahwa keragaman jenis makhluk berasal dari satu sel organism yang sederhana kemudian berkembang menjadi berbagai jenis makhluk sampai manusia karena seleksi alam, nyata-nyata teori itu bertentangan dengan agama Islam. 

3. Manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik, makhluk yang terhormat disisi Allah, sehingga dijadikan Kholifah yang ada di Bumi. Teori yang menyatakan bahwa manusia berasal dari hewan (kera) yang berevolusi karena seleksi alam, nyata-nyata teori itu bertentangan dengan agama Islam. 

4. Setiap jenis makhluk hidup termasuk manusia dengan jutaan gen dan triliunan DNA (berisi informasi genetic) secara spesifik, system yang kompleks yang merupakan ciptaan Allah Swt. Oleh karena itu kerja seleksi alam tak akan mampu mengubah kera menjadi manusia, berarti teori Darwin jelas tidak masuk akal dan tidak bias dipercaya. Secara mutlak bahwa teori evolusi Darwin dan para pengikutnya bertentangan dengan ajaran agama Islam. Umat islam yang mempercayai kebenaran teori evolusi Darwin dapat dikatan sebagai umat yang murtad, tidak beriman, kafir, atau atheis.

KesimpulanPada dasarnya teori evolusi Darwin bertentangan dengan Sains dan Islam. Teori yang mengatakan alam semesta dengan seluruh isinya berasal dari kejadian yang spontan, kebetulan, dan tiba-tiba, nyata-nyata bertentangan dengan agama Islam.

Teori Darwin yang menyatakan bahwa keragaman jenis makhluk berasal dari satu sel organisme yang sederhana kemudian berkembang menjadi berbagai jenis makhluk sampai manusia karena seleksi alam, nyata-nyata teori itu bertentangan dengan agama Islam. Islam nenyatakan bahwa keragaman makhluk sengaja diciptakan Allah dan setiap jenis makhluk diciptakan secara kompleks, lengkap rumit, teratur, dalam bentuk,ukuran, dan proses atau waktu yang tepat, serta disusun dari komponen secara seimbang dan akurat. Setiap jenis makhluk hidup termasuk manusia dengan jutaan gen dan triliunan DNA (berisi informasi genetic) secara spesifik, system yang kompleks yang merupakan ciptaan Allah Swt. Oleh karena itu kerja seleksi alam tak akan mampu mengubah kera menjadi manusia, berarti teori Darwin jelas tidak masuk akal dan tidak bias dipercaya.

2.

Bukti Biogeografi

Biogeografi adalah mempelajari distribusi geografi dari tanaman dan hewan. Dengan mempelajari biogeografi kita dapat menjelaskan mengapa spesies-spesies berdistribusi, dan apa bentuk distribusi yang diperlihatkan mengenai habitat dan daerah asal mula mereka. Dari perjalanan Darwin mengelilingi dunia dengan H.M.S. Beagle, ia menemukan bahwa spesies tanaman dan hewan  umumnya tidak berdistribusi jauh dari habitat yang potensial. Studi-studi mengenai biogeografi sejak Darwin dibuktikan berulang-ulang oleh para ilmuan.

Kesimpulan mendasar dari studi biogeografis memperlihatkan bahwa suatu spesies baru muncul pada satu tempat dan kemudian menyebar menuju keluar dari titik atau tempat asal. Beberapa spesies kemudian menjadi lebih luas distribusinya, tetapi mereka tidak dapat melewati barier-barier alami yang terpisah daerah biogeografis yang besar. Oleh karena itu, meskipun lingkungan hidup sesungguhnya identik pada daerah biogeografis berbeda, jarang ditempati oleh spesies yang sama. Buktinya, setiap daerah geografi besar di dunia mempunyai karakteristik kelompok tanaman dan hewan. Sebagai contoh, di Australia semacam kanguru (marsupial) mempunyai kantong yang berperan sebagai tempat menyusui dan melindugi anaknya, pada daerah biogeografi yang lain kanguru (marsupial) hampir tidak ditemukan. Selanjutnya, catatan fosil setiap daerah menampilkan suatu garis evolusioner kejadian-kejadian biologis yang terpisah dari semua daerah-daerah lain. Dengan setiap garis evolusioner, banyak fosil-fosil yang telah ditemukan dapat dibentuk atau disusun suatu spesies yang pernah hidup pada daerah tertentu.

Bukti-bukti observasi atau pengamatan memperkuat konsep bahwa seleksi alam berlaku, oleh kekuatan besar dari lingkungan sehingga muncul spesies baru yang hanya dapat hidup beradaptasi atau dapat menyesuaikan diri dengan kondisi topografinya maupun kondisi iklim disekelilingnya. Sebagai buktinya, apa yang dilihat Darwin ketika menemuakan bahwa spesies pada pulau tertentu terhalang untuk berhubungan dengan spesies pada pulau-pulau dekat, dan bahwa spesies sepulau umumnya berhubungan dengan speseis terdekat yang hidup sedaratan. Sebaliknya, tidak ada bukti yang mendukung keberadaan sekelompok “island species” (spesies yang hanya ada pada pulau tertentu) dengan karakteristik tertentu ditemukan dalam habitat-habitat pulau lain kemanapun kita mengelilingi dunia.

Pada tingkatan yang lebih spesifik, biogeografi menunjukkan banyak bukti-bukti menyolok yang mengarah pada kejadian evolusi konvergen (convergent evolution). Organisme-organisme pada kenyataannya mempunyai biogeografi berbeda-beda, meskipun diturunkan dari keturunan nenek moyang yang sangat berbeda, memiliki kesamaan proses adaptasi pada habitat-habitat khusus. Sebagai contoh, tanaman kaktus (famili Cactaceae) ditemukan di gurun pasir sebelah tenggara Amerika Utara,

dan di gunung pasir Andes, tetapi tidak ada dimanapun di tempat lain. Di samping itu habitat-habitat kering dan tandus di Afrika ditempati oleh sekelompok tanaman dari famili Euphorbiaceae. Contoh-contoh ini memperjelas teori kekuatan seleksi alam dimana terbentuk ciri-ciri atau bentuk-bentuk yang sangat sama oleh karena adaptasi pada lingkungan yang sama.

Lebih jauh dijelaskan, dua tempat yang memiliki iklim yang sama belum tentu keadaan flora dan faunanya sama, bahkan mungkin berbeda sama sekali. Sebagai contoh kepulauan Galapagos dan kepulauan Cape Verde mempunyai iklim yang sama tetapi flora dan faunanya berbeda. Flora dan fauna di kepulauan Galapagos hampir sama dengan flora dan fauna yang terdapat di Amerika Selatan.

Dihasilkannya 13 spesies burung Finch di kepulauan Galapagos disebabkan oleh adanya penyebaran geografi. Burung yang berasal dari Amerika Selatan yang bermigrasi ke kepulauan Galapagos ini menemukan lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan asalnya sehingga terbentuk varian-varian yang sesuai dengan lingkungan yang  baru dan terus berkembang.

Cara penyebaran ini ada 2 macam yaitu penyebaran aktif dan penyebaran pasif. Penyebaran aktif ialah penyebaran yang didorong oleh factor-faktor dari dalam diri inidividu itu sendiri, misalnya perpindahan populasi burung dari suatu tempat ke tempat lain untuk mencari makanan; sedangkan penyebaran pasif ialah penyebaran yang disebabkan oleh factor-faktor lain, misalnya penyebaran buah kelapa oleh air. Dalam melakukan penyebaran itu banyak rintangan yang tidak dapat diterobos atau dilalui. Jika dapat diterobos lingkungan yang baru itu tidak memenuhi persyaratan bagi hidupnya, oleh karena itu baik penyebaran aktif maupun penyebaran pasif tidak selalu berakibat perluasan daerah.