Evidence-based Medicine EBM

2
247 Evidence-based Medicine Evidence-based Medicine Evidence-based Medicine Evidence-based Medicine Evidence-based Medicine (EBM) (EBM) (EBM) (EBM) (EBM) Alan R Tumbelaka Sari Pediatri, Vol. 3, No. 4, Maret 2002: 247 - 248 E vidence-based Medicine (EBM) adalah pengintegrasian antara (1) bukti ilmiah berupa hasil penelitan yang terbaik dengan (2) kemampuan klinis dokter serta (3) preferensi pasien dalam proses pengambilan keputusan pelayanan kedokteran , sedang Geddes (2000) menyatakan bahwa EBM adalah strategi yang dibuat berdasarkan pengembangan teknologi informasi dan epidemiologi klinik dan ditujukan untuk dapat menjaga dan mempertahankan ketrampilan pelayan- an medik dokter dengan basis bukti medis yang terbaik 1 Dengan demikian, EBM dapat diartikan sebagai pemanfaatan bukti ilmiah secara seksama, ekplisit dan bijaksana dalam pengambilan keputusan untuk tatalaksana pasien. Artinya mengintegrasikan kemampuan klinis individu dengan bukti ilmiah yang terbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasi secara sistematis. Bukti ilmiah itu tidak dapat menetapkan kesim- pulan sendiri, melainkan membantu menunjang penatalaksanaan pasien. Integrasi penuh dari ketiga komponen ini dalam proses pengambilan keputusan akan meningkatkan probabilitas untuk mendapatkan hasil pelayanan yang optimal dan kualitas hidup yang lebih baik. Praktek EBM itu sendiri banyak juga dicetuskan oleh adanya pertanyaan2 pasien tentang efek pengobatan, kegunaan pemeriksaan penunjang, prognosis penyakitnya, atau penyebab kelainan yang dideritanya. EBM membutuhkan ketrampilan khusus, termasuk didalamnya kemampuan untuk melakukan penelusuran literatur secara efisien dan melakukan telaah kritis terhadap literatur tersebut menurut aturan-aturan yang telah ditentukan. Langkah dalam proses EBM adalah sebagai ber 1. Diawali dengan identifikasi masalah dari pasien atau yang timbul selama proses tatalaksana penyakit pasien 2. Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaan dari masalah klinis tersebut 3. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencari jawaban yang benar bagi pertanyaan tersebut dari literatur ilmiah 4. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yang didapatkan untuk menilai validitas (mendekati kebenaran), pentingnya hasil penelitian itu serta kemungkinan penerapannya pada pasien 5. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikan bukti tersebut dengan kemampuan klinis anda dan preferensi pasien yang seharusnya mendapatkan probabilitas pemecahan masalah pelayanan pasien yang lebih baik. 6. Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit / masalah pasien anda .. Apakah berhasil atau masih memerlukan tindakan lain? Kemampuan menelaah secara kritis terhadap suatu artikel dengan tata cara tertentu sudah dikenal sejak lama, namun EBM memperkenalkan tata cara telaah kritis menggunakan lembar kerja yang spesifik untuk tiap jenis penelitian (diagnostik, terapi, prognosis, metaanalisis, pedoman pelayanan medik dll). Tiga hal penting merupakan patokan telaah kritis, yaitu (1) validitas penelitian, yang dapat dinilai dari metodologi / bahan dan cara , (2) pentingnya hasil penelitian yang dapat dilihat dari bagian hasil penelitian, serta (3) aplikabilitas hasil penelitian tersebut pada lingkungan kita, yang dapat dinilai dari bagian diskusi artikel tersebut. Praktek EBM adalah suatu proses yang panjang dan berkelanjutan, melakukan pembelajaran/analisis berdasarkan masalah yang timbul dari pasien dan karenanya bisa menemukan informasi yang penting dalam aspek diagnosis, terapi, prognosis atau aspek lainnya dari pelayanan kesehatan, antara lain pedoman pengobatan dan sebagainya. Melalui proses ini diharapkan juga dokter akan memfokuskan topik Alamat korespondensi: Dr. Alan R Tumbelaka Sp.A(K). Subbaggian Infeksi dan Penyakit Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta. Jl. Salemba no. 6, Jakarta 10430. Telepon: 021-391 4126. Fax. 390 7743.

description

OK

Transcript of Evidence-based Medicine EBM

Page 1: Evidence-based Medicine EBM

247

Sari Pediatri, Vol. 3, No. 4, Maret 2002

Evidence-based MedicineEvidence-based MedicineEvidence-based MedicineEvidence-based MedicineEvidence-based Medicine (EBM) (EBM) (EBM) (EBM) (EBM)

Alan R Tumbelaka

Sari Pediatri, Vol. 3, No. 4, Maret 2002: 247 - 248

Evidence-based Medicine (EBM) adalahpengintegrasian antara (1) bukti ilmiahberupa hasil penelitan yang terbaik dengan

(2) kemampuan klinis dokter serta (3) preferensipasien dalam proses pengambilan keputusanpelayanan kedokteran , sedang Geddes (2000)menyatakan bahwa EBM adalah strategi yang dibuatberdasarkan pengembangan teknologi informasi danepidemiologi klinik dan ditujukan untuk dapatmenjaga dan mempertahankan ketrampilan pelayan-an medik dokter dengan basis bukti medis yangterbaik1

Dengan demikian, EBM dapat diartikan sebagaipemanfaatan bukti ilmiah secara seksama, ekplisit danbijaksana dalam pengambilan keputusan untuktatalaksana pasien. Artinya mengintegrasikankemampuan klinis individu dengan bukti ilmiah yangterbaik yang diperoleh dengan penelusuran informasisecara sistematis.

Bukti ilmiah itu tidak dapat menetapkan kesim-pulan sendiri, melainkan membantu menunjangpenatalaksanaan pasien. Integrasi penuh dari ketigakomponen ini dalam proses pengambilan keputusanakan meningkatkan probabilitas untuk mendapatkanhasil pelayanan yang optimal dan kualitas hidup yanglebih baik.

Praktek EBM itu sendiri banyak juga dicetuskanoleh adanya pertanyaan2 pasien tentang efekpengobatan, kegunaan pemeriksaan penunjang,prognosis penyakitnya, atau penyebab kelainan yangdideritanya.

EBM membutuhkan ketrampilan khusus, termasukdidalamnya kemampuan untuk melakukan penelusuranliteratur secara efisien dan melakukan telaah kritisterhadap literatur tersebut menurut aturan-aturan yangtelah ditentukan.

Langkah dalam proses EBM adalah sebagai ber1. Diawali dengan identifikasi masalah dari pasien

atau yang timbul selama proses tatalaksanapenyakit pasien

2. Dilanjutkan dengan membuat formulasi pertanyaandari masalah klinis tersebut

3. Pilihlah sumber yang tepat untuk mencarijawaban yang benar bagi pertanyaan tersebut dariliteratur ilmiah

4. Lakukan telaah kritis terhadap literatur yangdidapatkan untuk menilai validitas (mendekatikebenaran), pentingnya hasil penelitian itu sertakemungkinan penerapannya pada pasien

5. Setelah mendapatkan hasil telaah kritis, integrasikanbukti tersebut dengan kemampuan klinis anda danpreferensi pasien yang seharusnya mendapatkanprobabilitas pemecahan masalah pelayanan pasienyang lebih baik.

6. Evaluasi proses penatalaksanaan penyakit /masalah pasien anda .. Apakah berhasil atau masihmemerlukan tindakan lain?

Kemampuan menelaah secara kritis terhadap suatuartikel dengan tata cara tertentu sudah dikenal sejaklama, namun EBM memperkenalkan tata cara telaahkritis menggunakan lembar kerja yang spesifik untuktiap jenis penelitian (diagnostik, terapi, prognosis,metaanalisis, pedoman pelayanan medik dll). Tiga halpenting merupakan patokan telaah kritis, yaitu (1)validitas penelitian, yang dapat dinilai dari metodologi/ bahan dan cara , (2) pentingnya hasil penelitian yangdapat dilihat dari bagian hasil penelitian, serta (3)aplikabilitas hasil penelitian tersebut pada lingkungankita, yang dapat dinilai dari bagian diskusi artikeltersebut.

Praktek EBM adalah suatu proses yang panjang danberkelanjutan, melakukan pembelajaran/analisisberdasarkan masalah yang timbul dari pasien dankarenanya bisa menemukan informasi yang pentingdalam aspek diagnosis, terapi, prognosis atau aspeklainnya dari pelayanan kesehatan, antara lain pedomanpengobatan dan sebagainya. Melalui proses inidiharapkan juga dokter akan memfokuskan topik

Alamat korespondensi:Dr. Alan R Tumbelaka Sp.A(K).Subbaggian Infeksi dan Penyakit Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan AnakFKUI-RSCM, Jakarta. Jl. Salemba no. 6, Jakarta 10430.Telepon: 021-391 4126. Fax. 390 7743.

Page 2: Evidence-based Medicine EBM

248

Sari Pediatri, Vol. 3, No. 4, Maret 2002

bacaannya pada masalah yang terkait dengan masalahpasien. Latihan membuat pertanyaan klinis yang baik,dan membuat strategi untuk mencari jawabannya dalamarsip data dimanapun didunia ini akan lebih produktifdan tetap terkait dengan masalah klinis dari pada sekedarmembaca artikel2 dalam suatu jurnal yang dipilih.

Sebagian ahli beranggapan bahwa EBM merubahkebiasaan para dokter untuk menilai sebuah artikel darimembaca abstraknya saja, menjadi suatu kebiasaanmenelaah secara kritis suatu artikel untuk kepentinganpasien dan dengan sendirinya memperluas basispengetahuan dokter tersebut.2

Banyak pro dan kontra yang timbul dalampenerapan EBM ini, namun tampaknya pengenalandan pendalaman EBM merupakan keharusan bagidokter-dokter khususnya bagi mereka yang inginmeningkatkan “probabilitas” keberhasilan pelayanankedokteran secara profesional.

Penelitian tentang kebiasaan mencari informasidari para dokter menunjukkan bahwa bila dimintadokter akan mengatakan setiap 3 pasien akanmenimbulkan 2 pertanyaan/masalah, padahal faktapenelitian menunjukkan setidaknya 5 pertanyaantimbul dari setiap pasien, 52% dari pertanyaan ini

dapat dijawab oleh dokter tersebut dari catatan medikatau sistim informasi rumah sakit dan 25% jawabandapat ditemukan di buku ajar atau basis data diInternet. 3,4

Diharapkan dalam penerbitan selanjutnya, secaraberkala dapat dibahas tinjauan khusus dan telaah kritisuntuk topik / desain penelitian tertentu, dengancontoh-contoh yang konkrit dalam penatalaksanaanpasien sehari-hari (art).

Daftar Pustaka

1. Sackett, D. Evidence-based Medicine: How to Practice andTeach EBM. 2nd edition. Churchill Livingtone, 2000.

2. Bordley DR. Evidence-based medicine: a powerful edu-cational tool for clerkship education. American Journalof Medicine. 102(5):427-32, May1997.

3. Covell, DG. Uman, CG. Manning, PR. Informationneeds in office practice: are they being met? Annals ofInternal Medicine 103(4):596-599, Oct 1995.

4. Osheroff JA. Forsythe DE. Buchanan BG. BankowitzRA. Blumenfeld BH. Miller RA. Physicians’ informa-tion needs: analysis of questions posed during clinicalteaching. Annals of Internal Medicine.114(7):576-81, Apr1991