evapro

21
BAB VII HASIL INTERVENSI KEGIATAN 7.1 Intervensi Kegiatan Untuk Meningkatkan Cakupan ANC K4 di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Timur Intervensi kegiatan yang dilakukan pada evaluasi program ANC K4 di Puskesmas Kelurahan Tebet Timur antara lain, Tabel 37. Daftar Intervensi Kegiatan Tanggal Kegiatan 27, 30-31 Mei 2016 - Penyuluhan di poli KIA puskesmas Tebet 1 Juni 2016 - Penyuluhan di Balai Warga - Pembagian kuesioner dan leaflet 30 Mei 2016 - Sosialisasi kader 7.2 Evaluasi Data Kualitatif 7.2.1 Hasil Wawancara Kepala Program Dari hasil wawancara didapatkan beberapa kesulitan dalam menjalankan program ANC K4. Hal ini dicontohkan dalam jawaban kepala program di bawah ini: Pelaporan dan pencatatan sudah maksimal. Namun laporan pencapaian program ANC K4 di puskesmas Kecamatan Tebet Timur kurang dari target. Seperti pada ungkapan berikut: Pelaporan pencapaian program ANC K4 memang masih kurang maksimal, hal ini bukan disebabkan oleh pencatatan yang tidak maksimal, melainkan oleh karena beberapa hal diantaranya; banyak ibu hamil yang pulang 80

description

word

Transcript of evapro

Page 1: evapro

BAB VII

HASIL INTERVENSI KEGIATAN

7.1 Intervensi Kegiatan Untuk Meningkatkan Cakupan ANC K4 di Wilayah Kerja

Puskesmas Kelurahan Tebet Timur

Intervensi kegiatan yang dilakukan pada evaluasi program ANC K4 di

Puskesmas Kelurahan Tebet Timur antara lain,

Tabel 37. Daftar Intervensi Kegiatan

Tanggal Kegiatan 27, 30-31 Mei 2016 - Penyuluhan di poli KIA puskesmas

Tebet 1 Juni 2016 - Penyuluhan di Balai Warga

- Pembagian kuesioner dan leaflet 30 Mei 2016 - Sosialisasi kader

7.2 Evaluasi Data Kualitatif

7.2.1 Hasil Wawancara Kepala Program

Dari hasil wawancara didapatkan beberapa kesulitan dalam menjalankan program

ANC K4. Hal ini dicontohkan dalam jawaban kepala program di bawah ini:

Pelaporan dan pencatatan sudah maksimal. Namun laporan pencapaian program

ANC K4 di puskesmas Kecamatan Tebet Timur kurang dari target. Seperti pada

ungkapan berikut:

“Pelaporan pencapaian program ANC K4 memang masih kurang maksimal, hal ini

bukan disebabkan oleh pencatatan yang tidak maksimal, melainkan oleh karena

beberapa hal diantaranya; banyak ibu hamil yang pulang kampung saat mulai

memasuki trimester ke-3 dikarenakan ingin melakukan persalinan di kampungnya

sehingga puskesmas tidak memiliki catatan kunjungan kehamilan/ANC yang ke-3 yang

pada akhirnya tidak bisa dimasukkan dalam ANC K4 karena sesuai dengan definisi

operasional ANC K4 itu sendiri, syarat bisa dikatakan ANC K4 apabila sudah

melakukan kunjungan hamil minimal 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester

kedua, dan 2x pada trimester ketiga. Selain itu terdapat beberapa faktor lain,

seperti;banyaknya ibu hamil yang merupakan pendatang baru di wilayah kelurahan

Tebet Timur, yang sebelumnya belum pernah melakukan pemeriksaan ANC atau sudah

80

Page 2: evapro

pernah melakukan pemeriksaan namun di luar wilayah kelurahan Tebet Timur dan

tidak memiliki catatan mengenai hasil pemeriksaan ANC tersebut, selain itu juga

terdapat beberapa ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC pertama atau

keduanya di klinik mandiri/swasta atau bidan yang berada diluar wilayah Tebet Timur,

seperti Jatinegara, Pancoran dan Setia Budi, klinik tersebut tidak memberikan laporan

ke Puskesmas Kelurahan Tebet Timur sehingga tidak bisa dimasukkan dalam

pendataan wilayah Tebet Timur. Faktor lain yang ikut mempengaruhi yaitu, pada saat

ibu hamil melakukan pemeriksaan di bidan atau klinik swasta/mandiri di dalam wilayah

kelurahan tebet timur, pencatatan yang diberikan saat pemeriksaan ANC tidak lengkap

seperti hanya menuliskan tanggal saja tanpa menuliskan keterangan hasil pemeriksaan

yang dilakukan oleh ibu hamil, sehingga saat ibu hamil tersebut melakukan

pemeriksaan kemabli ke Puskesmas maka pihak Puskesmas menjadi ragu atau tidak

tahu ibu hamil ini sudah berapa kali melakukan pemeriksaan ANC ”

Koordinasi kader dengan petugas kesehatan pun sudah berjalan dengan baik.

Seperti pada ungkapan berikut.

“Jadi sebulan sekali tiap akhir bulan kader ada kumpul di puskesmas untuk

memberitahun informasi-informasi terbaru terus jika ada pemberitahuan langsung

telfon dan mengirim surat edaran saja, kader-kadernya pada kooperatif jadi

kerjasamanya enak”

Namun informasi mengenai ANC K4 kepada para kader belum merata. Seperti

pada ungkapan berikut :

“Seharusnya sudah tau ya tentang ANC K4, tapi belum merata”

Pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya ANC K4 masih kurang pada

ungkapan berikut:

“Ya banyak sih dok ibu ibu hamil yang masih tidak mengerti tentang pentingnya

K4, jadi mereka itu kebanyakan beranggapan kalau sudah mau akhir akhir kehamilan

yaudah gak harus ke puskesmas lagi, tinggal menunggu kelahiran aja, padahal

sebenarnya banyak yang harus mereka persiapkan kalau sudah mau mendekati masa

persalinan, karena banyak angka kematian ibu itu diakibatkan oleh mereka yang tidak

menjalani ANC K4”

81

Page 3: evapro

Media penunjang sebagai sarana untuk promosi kesehatan dibidang KIA sudah

ada begitu juga dengan ANC K4 namun belum maksimal. Seperti kutipan dibawah ini :

“Hmmm ada ya, seperti poster tapi itu dia masalahnya, poster dipajang namun karena

ruangan kita sempit jadi dinding yang ditempelin poster ketutupan sama pasien jadi ya

gak ada yang bisa lihat juga, kalo untuk ANC K4 leafletnya belom ada”

Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala program KIA dan Promkes dapat

ditarik kesimpulan yang menjadi kemungkinan penyebab masalah kesenjangan antara

pencapaian di puskesmas kelurahan Tebet Timur rendahnya angka ANC K4,

kemungkinan penyebab masalahnya yaitu dari faktor man (tenaga kerja) diakui

kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya ANC K4. Dilihat dari faktor

method (metode) Kurangnya kelengkapan catatan kunjungan kehamilan (ANC) pada

buku pink/ KMS (Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Departemen Kesehatan RI). Dari

faktor machine (peralatan) didapatkan belum optimalnya sarana dan prasarana yang

mendukung seperti tidak adanya leaflet mengenai ANC K4 dan poster yang kegunaanya

tidak maksimal. Dilihat dari faktor Planning (Perencanaan) kurangnya tidak adanya

jadwal penyuluhan ANC K4 di luar gedung.

7.2.2 Hasil Wawancara Responden

Wawancara dilakukan kepada responden yang berjumlah 22 orang yaitu ibu

hamil yang telah melakukan kunjungan K1, K2 dan K3 sesuai dengan jadwal kunjungan

kehamilan. Dari jawaban responden dapat diketahui para responden mengerti bahwa

ANC K4 merupakan tindakan yang penting, karena dapat memastikan kesehatan ibu

dan janin. Hal ini dicontohkan dalam salah satu jawaban responden dibawah ini:

“ Antenatal care itu penting untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi dalam

kandungan” (Ibu EW, RW 10)

“ Kontrol kehamilan penting untuk tau anak dalam kandungan sehat atau tidak”

(Ibu T, RW 08)

Kebanyakan responden mendapat infornasi tentang ANC K4 dari petugas

kesehatan, keluarga, maupun dari media cetak .

“ Saya tahu tentang kunjungan antenatal care dari bidan puskesmas dan dari

ibu-ibu posyandu “ (Ibu S, RW 4)

82

Page 4: evapro

“ Tahu tentang kunjungan kehamilan ya dari puskesmas dan dari keluarga

saya” (Ibu M, RW 10)

“ Saya dapat informasinya dari posyandu. Selain itu juga dari artikel kesehatan

di majalah ” (Ibu S, RW 7)

Semua responden sudah pernah melakukan antenatalcare namun ketika ditanya

ada berapa kali minimal dilakukan kunjungan selama kehamilan, sebagian besar tidak

mengetahuinya.

“Di umur kehamilan saya yang masuk empat bulan, saya sudah dua kali periksa

kehamilan dipuskesmas. Saya kurang tau berapa kali harus periksa selama kehamilan,

saya ikuti jadwal kontrol dari puskesmas saja. ” (Ibu E RW 05)

“Minimal kunjungan ke puskesmas saya tidak tau. Setau saya kalau sudah

mendekati persalinan makin sering kontrol ke puskesmas, biasanya seminggu sekali”

(Ibu R, RW 03)

“ Kalau tidak ada keluhan selama kehamilan, tiga kali kontrol ke puskesmas

saja cukup mungkin ya “ (Ibu Z, RW 10)

Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan

responden tentang ANC K4 masih cukup rendah. Sebagian besar partisipan tidak tahu

pada usia kehamilan berapa dilakukan ANC yang ke empat. Selain itu responden kurang

memahami manfaat dan tujuan dari ANC yang ke empat. Contohnya adalah seperti

jawaban responden di bawah ini:

“ Kunjungan kehamilan yang ke empat mungkin dilakukan pada saat hamil

empat bulan ya dok “ (Bu E, RW 5)

“ Sebetulnya saya baru dengar tentang antenatalcare K4 ini, jadi saya tidak tau

banyak dok “ (Bu S, RW 8)

“ Saya rasa pemeriksaannya sama dengan pemeriksaan kehamilan pada

kunjungan sebelum-sebelumnya “ (Bu O, RW 10)

Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan para responden belum memiliki

pengetahuan yang baik mengenai ANC K4. Walaupun begitu, mereka sadar akan

pentingnya kontrol rutin kehamilan bagi kesehatan ibu dan janin.

83

Page 5: evapro

7.2.3 Hasil Wawancara Kader

Terkait dengan pelaksanaan program ANC K4, masih banyak permasalahan yang

didapatkan pada saat ini. Salah satunya adalah banyaknya ibu hamil yang memilih

melahirkan di luar wilayah tebet. Hal ini dicontohkan dalam kutipan kader dibawah ini:

“ Ibu hamil di wilayah sini, kebanyakan jika sudah masuk bulan ke tujuh mereka

memilih pulang kampung. Mereka lebih memilih lahiran disana, karena ada orangtua

dan banyak saudara. “ (Kader 1)

“ Mungkin juga Ibu-Ibu hamil kontrol kehamilannya tidak di puskesmas. Mereka

lebih memilih ke tempat praktek bidan atau klinik mandiri, yang wilayahnya belum

tentu ada di kelurahan tebet timur. “ (Kader 2)

“ Ibu- Ibu hamil yang memilih kontrol di praktek bidan atau klinik mandiri

disebabkan banyak faktor. Di Puskesmas antrian pasien banyak dan jarak yang

lumayan jauh, sehingga mereka lebih nyaman pergi ke praktek bidan mandiri. Selain

itu, ibu hamil banyak yang bekerja dipagi hari sehingga hanya bisa kontrol kehamilan

di sore atau malam hari.” (Kader 3)

Sebagian besar kader mengetahui pentingnya kunjungan kehamilan bagi ibu-ibu

hamil. Tetapi ternyata para kader belum memahami tujuan dan manfaat dari ANC K4

itu sendiri, seperti kutipan wawancara berikut ini:

“Jujur kami belum mengerti betul tentang kunjungan antenatalcare ini. Disini

tidak ada kader yang khusus menangani program antenatalcare.” (Kader 4)

Masalah lain yang perlu di perhatikan adalah jumlah kader yang terbatas,

seperti kutipan berikut :

“ Jumlah kami terbatas. Sedikit sekali warga sini yang mau menjadi kader.

Sehingga semua program dari puskesmas kami pegang. Kami menjadi kurang

maksimal, contohnya dalam hal pendataan ibu-ibu hamil.” (Kader 5)

Dari hasil wawancara dengan kader, banyak faktor yang mempengaruhi

rendahnya angka kunjungan ANC K4 di puskesmas. Antara lain dari faktor ibu hamil

itu sendiri dan dari para kader. Para kader masih belum memahami tentang ANC secara

keseluruhan dan terbatasnya jumlah kader sehingga kurang maksimal pendataan ibu-ibu

hamil di wilayahnya.

84

Page 6: evapro

7.3 Pelaksanaan Plan of Action

7.3.1 Penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya ANC K4 wilayah kerja

Puskesmas Kelurahan Tebet Timur dan dalam gedung Puskesmas Kelurahan

Tebet Barat

Penyuluhan dilakukan pada tanggal 1 Mei 2016 di balai Warga RW X wilayah

kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Timur. Adapun tahap pelaksanaannya adalah sebagai

berikut :

Sebelum dilakukannya penyuluhan, kami terlebih dahulu berkoordinasi dengan

pemegang program KIA untuk mengetahui jadwal kegiatan para kader di kelurahan

tersebut. Kemudian kami menghubungi ketua kader dari RW X yang membantu dalam

penyampaian informasi tentang ANC K4 .

Pada hari pelaksanaan, dilakukan edukasi sebanyak dua kali yang dimulai pada

kisaran pukul 10.00 – 12.30 WIB, yaitu pada tanggal 1 Mei 2016 di dalam Balai Warga.

Materi yang disampaikan adalah mengenai pentingnya ANC K4, manfaat ANC K4,

meluruskan kesalahpahaman tentang tidak pentingnya pmeriksaan kehamilan pada masa

menuju persalinan, pemahaman lebih mendalam tentang pentingnya ANC K4 disertai

dengan pemutaran video mengenai pentingnya ANC K4.

7.3.2 Wawancara mengenai pentingnya ANC K4

Sosialisasi kader posyandu dilaksanakan pada tanggal 30 April 2016 di Puskesmas

Kelurahan Tebet Timur Tahap – tahap yang kami lakukan antara lain :

Sebelum dilakukannya penyuluhan, kami terlebih dahulu menemui kepala

puskesmas untuk meminta izin melakukan sosialisasi kader mengenai imunisasi dan

mengenai pentingnya ANC K4. Pada hari pelaksanaannya, penyuluhan tentang

pentingnya ANC K4 dimulai pada kisaran pukul 13.00-14.00 WIB. Materi penyuluhan

yang disampaikan adalah mengenai mengenai pentingnya ANC K4, manfaat ANC K4,

meluruskan kesalahpahaman tentang tidak pentingnya pmeriksaan kehamilan pada masa

menuju persalinan, pemahaman lebih mendalam tentang pentingnya ANC K4

85

Page 7: evapro

7.3.3 Pembagian kuesioner berupa pre-test dan post test dan leaflet mengenai ANC

K4 di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tebet Timur

Media yang digunakan untuk promosi adalah pembagian leaflet. Leaflet berisi tentang

pemeriksaan ANC terutama pentingnya pemeriksaan ANC K4. Pada saat pembagian

leaflet juga disertai dengan pembagian kuesioner pre-test dan post test agar diisi oleh

ibu-ibu hamil. Pembuatan media promosi ini bertujuan agar ibu – ibu lebih memahami

konsep ANC K4 sehingga tetap melakukan pemeriksaan kehamilan saat menuju masa

persalinan. Leaflet dibuat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat

awam, sederhana namun jelas. Penyebaran leaflet mengenai ANC K4 dilakukan di Balai

Warga selama pelaksanaan penyuluhan dan di poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet

Timur yaitu pada tanggal 27 - 31 April dan 1 mei 2016 sebanyak total 60 leaflet. Leaflet

ini juga direncanakan akan disimpan sebagai persediaan di puskesmas dan nantinya juga

akan dibagikan ke posyandu wilayah kerja Puskesmas Tebet lainnya. Sehingga para ibu

tetap memahami dan ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai ANC K4 untuk ibu

dan bayinya. Kuisioner diberikan kepada 22 ibu hamil dengan tujuan menilai

pengetahuan ibu mengenai ANC K4 serta mengetahui kemungkinan factor yang

menyebabkan kurang tercapainya angka cakupan ANC K4.

7.3.4 Penyuluhan mengenai ANC K4 di poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet

Timur

Penyuluhan juga dilakukan di Poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet Timur.

Penyuluhan di Poli KIA dilaksanakan pada tanggal 27-31 April 2016. Pada hari

pelaksanaannya, kami meminta izin pemegang program KIA untuk melakukan

penyuluhan kepada ibu hamil tetang pentingnya ANC K4 di Poli KIA dan dihari itu

juga kami menampilkan slide show, memberikan leaflet dan pemutaran video. Kami

mengumpulkan ibu-ibu hamil yang sedang datang berkunjung ke Poli KIA. Penyuluhan

di poli ini dilaksanakan pada pukul 09.00 – 12.00 WIB dan materi yang disampaikan

mengenai pemeriksaan ANC secara umum dan pentingnya ANC K4. Sebelum memulai

penyuluhan kami membagikan kuesioner pre-test terlebih dahulu diberikan waktu

sekitar 10 menit untuk mengisi kuesiner tersebut kemudian kami lanjutkan dengan

mengisi materi penyuluhan. Selesai penjelasan diberikan, kami menyediakan waktu

86

Page 8: evapro

untuk tanya jawab untuk para ibu-ibu jika masih menemukan ketidak jelasan tentang

materi ataupun ingin berkonsultasi tentang ANC K4, kemudian kami mulai

membagikan kuesioner post-test dengan durasi sama seperti sebelumnya sekitar 10

menit.

7.3.5 Karakteristik Responden

Penelitian telah dilaksanakan di Poli KIA Puskesmas Kelurahan Tebet Timur

pada tanggal 27 – 31 Mei 2016 serta di Balai Warga Wijaya Kusuma RW 10 Kelurahan

Tebet Timur pada tanggal 1 Juni 2016. Berdasarkan peserta penyuluhan yang datang ke

Poli KIA dan Balai Warga Wijaya Kusuma RW 10, didapatkan 20 ibu yang memenuhi

kriteria inklusi penelitian.

Data yang dianalisis adalah umur, tingkat pendidikan, dan tingkat pemahaman

berdasarkan hasil pre-test dan post-test dalam rangkaian acara penyuluhan. Berikut

disajikan analisis univariat (deskripsi karakteristik variabel penelitian) dan bivariat

(hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung).

Analisa Univariat

Tabel 38. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik Subjek Penelitian Jumlah PresentaseUmur < 20 tahun > 35 tahun 2 10% 20 – 35 tahun 18 90%Tingkat Pendidikan Tamat SD - - Tamat SMP 6 30% Tamat SMA 12 60% Diploma/ Sarjana/ Pascasarjana 2 10%Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 12 60% Karyawan/ Wiraswasta 8 40%Tingkat PemahamanPra Penyuluhan Baik 10 50% Buruk 10 50%Pasca Penuluhan Baik 7 35% Buruk 13 65%Total 20 100%

87

Page 9: evapro

Pada penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 20 orang, terbagi atas 2 kelompok

umur, yakni <20 tahun, >35 tahun dan 20-35 tahun. Diketahui subjek penelitian terdiri

dari 2 wanita dengan usia <20 tahun > 35 tahun (10%), dan 18 wanita dengan usia 20-

30 tahun (90 %).

Selain itu, karakteristik subjek penelitian juga dilihat dari tingkat pendidikan,

yang terdiri dari 4 kelompok, antara lain, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, dan

diploma/sarjana/pascasarjana. Pada penelitian ini, 6 orang tamat SMP (30%), 12 orang

tamat SMA (60%), dan 2 orang diploma/ sarjana/ pascasarjana (10%).

Berdasarkan pekerjaan, subjek penelitian terbagi atas dua kelompok pekerjaan,

yaitu ibu rumah tangga, dan karyawan atau wiraswasta. Pada penelitian ini, diperoleh 12

orang sebagai ibu rumah tangga (60%), 8 orang sebagai karyawan atau wiraswasta

(40%).

Tingkat pemahaman responden, dikelompokkan menjadi dua, yakni tingkat

pemahaman pra-penyuluhan berdasarkan nilai pre-test dan tingkat pemahaman pasca-

penyuluhan berdasarkan nilai post-test. Masing-masing tingkat pemahaman tersebut

dikategorikan berdasarkan nilai rata-rata, antara lain tingkat pemahaman baik (nilai di

atas rata-rata) dan tingkat pemahaman buruk (nilai di bawah rata-rata).

Pada pelaksanaan pre-test sebelum penyuluhan didapatkan hasil rata-rata 77,90

kemudian dilakukan post-test setelah penyuluhan didapatkan hasil rata rata meningkat

menjadi 92,85. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah penyuluhan ini bermakna untuk

meningkatkan pengetahuan responden, data ini diolah dengan menggunakan uji T-

berpasangan. Pada uji T-berpasangan ini, ditetapkan H0 adalah tidak ditemukan

pengaruh yang bermakna dari intervensi yang telah dilakukan dan H1 adalah ditemukan

pengaruh yang bermakna dari intervensi yang dilakukan.

88

Page 10: evapro

Tabel 39. Nilai rata-rata pre-test dan post-test

Indikator Tingkat Pemahaman Nilai rata-rata

Pre-test 77,90

Post-test 92,85

Tabel 40 menunjukkan nilai rata-rata dari pre-test dan post-test yang dilaksanakan

dalam rangkaian acara penyuluhan. Adapun nilai rata-rata pre-test sebesar 77,90 dan

nilai rata-rata post-test sebesar 92,85. Dapat disimpulkan terjadi peningkatan nilai rata-

rata dari pre-test ke post-test sebesar 14,95 poin.

Analisa Bivariat

Tabel 40. Analisis bivariat variabel bebas dan variabel tergantung

Variabel Bebas n Rerata ± SDPerbedaan

Rerata ± SDIK 95% P

Tingkat PemahamanPra Penyuluhan(pre test)

20 77,90±10,59

14,950±8,965 10,75-11,14 0,000*Pasca Penyuluhan(post test)

20 92,85±5,060

*Uji t-paired

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan uji t-paired

untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara tingkat pemahaman responden

sebelum dan sesudah penyuluhan.

Berdasarkan hasil uji analisis t-paired pada Tabel 41, diperoleh nilai p= 0,000

yang berarti lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Artinya, terdapat perbedaan rerata tingkat

pemahaman yang bermakna sebelum dan sesudah penyuluhan. Maka dapat disimpulkan

bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, dimana hipotesis yaitu terdapat pengaruh yang

signifikan dengan adanya pemberian penyuluhan terhadap pengetahuan warga mengenai

ANC K4. Hal ini juga didukung dengan adanya peningkatan nilai rata-rata sebesar

14,95poin.

Dari hasil tersebut diharapkan dengan adanya penyuluhan yang diadakan rutin

89

Page 11: evapro

nantinya dapat menambah pengetahuan warga mengenai imunisasi, sehingga dapat

meningkatkan cakupan ANC K4 di wilayah Tebet Timur.

90

Page 12: evapro

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 KESIMPULAN

Cakupan kunjungan ANC K4 di Puskesmas Kelurahan Tebet Timur selama

bulan Januari – Maret 2016 didapatkan seebesar 17,07%. Angka ini masih jauh di

bawah target cakupan nasional sebesar 95%. Setelah dilakukan pemilihan prioritas

masalah didapatkan program ANC K4 sebagai prioritas utama masalah yang harus

diselesaikan di Puskesmas Kelurahan Tebet Timur. Kemudian dilakukan konfirmasi

kepada koordinator program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas Kelurahan

Tebet Timur mengenai ANC K4, didapatkan penyebab masalah yang paling

memungkinkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan ibu hamil dan kader tentang ANC K4 masih kurang

2. Terbatasnya media promosi (leaflet)

3. Tidak ada jadwal rutin untuk penyuluhan

4. Kurangnya sumber daya manusia yang bersedia menjadi kader

5. Kurangnya kelengkapan catatan kunjungan kehamilan (ANC) pada buku pink/

KMS (Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Departemen Kesehatan RI)

6. Perempuan yang bekerja sulit mengatur waktu untuk datang ke Puskesmas

Alternatif pemecahan masalah berupa serangkaian kegiatan intervensi yang

peneliti tentukan dan lakukan berdasarkan prioritas, antara lain:

1. Mengadakan penyuluhan ANC terutama pentingnya ANC K4 kepada ibu

hamil dan kader oleh tenaga kesehatan

2. Pembagian leaflet mengenai ANC dan pentingnya ANC K4.

Pada penyelengaraan penyuluhan, peneliti melakukan rangkaian kegiatan pre-

test dan post-test untuk menilai peningkatan tingkat pengetahuan ibu tentang kunjungan

antenatal care K4 dengan hasil nilai rata-rata pre-test sebelum dilakukan penyuluhan

adalah 79,75 dan nilai rata-rata post-test setelah dilakukan penyuluhan adalah 93,51.

Hasil diatas menunjukan bahwa kegiatan penyuluhan dapat bermanfaat.

91

Page 13: evapro

8.2 KEKURANGAN DAN SARAN

Peneliti menyadari bahwa evaluasi program ini masih banyak kekurangan. Pada

awalnya penyuluhan ditujukan hanya pada ibu hamil trimester satu, dua atau tiga yang

kunjungan antenatal care K4 belum lengkap, namun pada pelaksanaannya peneliti

melakukan penyuluhan kepada seluruh pengunjung ibu hamil di Puskesmas tersebut.

Selain itu, tempat penyuluhan di dalam puskesmas yang kurang kondusif dan terbatas,

karena penyuluhan dilakukan di depan ruang tunggu poli KIA. Pada pelaksanaan

penyuluhan diluar puskesmas, penyuluhan hanya dilakukan di RW 10 dan tidak

dilakukan di RW lain. Hal ini disebabkan karena terbatasnya jumlah ibu hamil di RW

lainnya.

Saran untuk kedepannya agar pemegang program yang berhubungan dengan

ANC dapat melaksanakan intervensi yang belum dapat peneliti lakukan, seperti

melakukan penyuluhan rutin tiap tiga bulan sekali di puskesmas Kelurahan Tebet

Timur.

92

Page 14: evapro

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Buku Sumber Untuk

Advokasi Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender dan

Pembangunan Kependudukan. Jakarta; 2005.

2. Indrawati SM. Draft Ringkasan-Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan

Pembangunan Milenium Indonesia Per 25 Agustus 2005. Available at:

http://www.undp.org/content/dam/undp/library/MDG/english/MDG%20Country

%20Reports/Indonesia/MDG_id2005.pdf. Accessed on September 1st, 2015 at

6:00 PM.

3. Kementrian Kesehatan RI. InfoDATIN Pusat Data Dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI Mother’s Day Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta Selatan: Kementrian

Kesehatan RI PUSAT DATA DAN INFORMASI; 2014. p. 1-7.

4. Hermawan LC, Laksmono LH, Loho TG, Kuswenda DR, Putri A, Yussianto A,

et al. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-

KIA). In: Hermawan LC, Yussianto A, Editors. Jakarta: Departemen Kesehatan;

2010. p. 1-76 .

5. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. In

Astuti NZ, Purba DL, Handayani S, Damayanti R, Editors. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2003. p. 187.

6. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta;

2010. p. 4-22.

7. Siregar N. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan

Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten

Padang Lawas. Medan; 2013. p. 105-107

93