EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun...

170
EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion) DI TANAH ULTISOL SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA Disertasi YUN ALWI 1031202014 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2017

Transcript of EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun...

Page 1: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion)

DI TANAH ULTISOL SEBAGAI PAKAN

TERNAK RUMINANSIA

Disertasi

YUN ALWI

1031202014

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ANDALAS

2017

Page 2: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion)

DI TANAH ULTISOL SEBAGAI PAKAN

TERNAK RUMINANSIA

YUN ALWI

1031201014

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Doktor Ilmu Pertanian pada

Program Pascasarjana

Universitas Andalas

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2017

Page 3: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum

polystachion) DI TANAH ULTISOL SEBAGAI

PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Nama Mahasiswa : YUN ALWI

Nomor Pokok : 1031201014

Program Studi : ILMU PERTANIAN

Disertasi telah diuji dan dipertahankan di depan sidang panitia ujian

Doktor Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjana Universitas Andalas dan

dinyatakan lulus pada tanggal 26 Juli 2017

Disetujui,

Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Novirman Jamarun, M.Sc.

Ketua

Dr. Ir. A. Rahman Sy., M.Sc.

Anggota

Prof. Dr. Ir. Mardiati Zain, M.S.

Anggota

Ketua Program Studi,

Prof. Dr. Ir. Irfan Suliansyah, M.S.

NIP. 196305131987021001

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Andalas,

Prof. Dr. Ir. Rudi Febriamansyah, M.Sc.

NIP. 196302081987021001

ASUS
Stamp
Page 4: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

Kupersembahkan karya ini buat istri dan anak-anak tercinta

yang telah menjadi inspirasi

yang sangat luar biasa

Page 5: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Nopember 1969 di Solok, sebagai anak

ketiga dari ayah Ridwan Mansur dan Ibu Lusi Kamin. Penulis menamatkan SD

pada tahun 1983, SMP tahun 1986 dan SMA pada tahun 1989 di Solok. Penulis

menempuh Pendidikan di Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada tahun 1989

dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan (S.Pt.) dalam bidang ilmu Nutrisi dan

Makanan Ternak pada tahun 1995.

Sejak tahun 1995 sampai sekarang penulis ditugaskan sebagai dosen tetap

bidang Hijauan Pakan Ternak di Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Pada

tahun 2001 melalui program Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 Batch III,

penulis memperoleh kesempatan meneruskan pendidikan di Faculty of

Agricultural Science, Georg-August-University Göttingen, Jerman dan

memperoleh gelar M.Sc. in Tropical and International Agriculture pada tahun

2004.

Padang, 7 September 2017

Yun Alwi

Page 6: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

PERNYATAAN

Dengan ini saya, nama : Yun Alwi yang beralamat di Jalan Pakis 3 RT 27

Kelurahan Simpang IV Sipin Kecamatan Telanaipura Kota Jambi (36124),

menyatakan bahwa dalam disertasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan

oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dicantumkan

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar kepustakaan.

Padang, 7 September 2017

Penulis

Yun Alwi

Page 7: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion) DI TANAH

ULTISOL SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Oleh : YUN ALWI (1031201014)

(Dibawah bimbingan : Prof. Dr. Ir. Novirman Jamarun, M.Sc., Dr. Ir. A.

Rahman Sy., M.Sc. dan Prof. Dr. Ir, Mardiati Zain, M.Si.)

Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi potensi rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion) sebagai pakan ternak ruminansia yang ditanam pada

tanah Ultisol. Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu penelitian rumah plastik dan

penelitian lapangan.

Penelitian pada rumah plastik dilakukan denga menggunakan adalah

rancangan acak lengkap pola faktorial dengan perlakuan pemupukan NPK (0; 50;

100 dan 150 kg-ha) dan cekaman air (80; 60 dan 40% kapasitas lapang). Parameter

yang diamati adalah pertumbuhan dan kandungan prolin rumput gajah liar. Hasil

penelitian menunjukkan pemupukan NPK signifikan (P<0.05) meningkatkan NPK

tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, luas daun dan bobot kering akar.

Sementara itu bobot segar dan bobot kering tajuk dan rasio akar:tajuk tidak

dipengaruhi (P>0.05) oleh pemupukan NPK. Cekaman air signifikan (P<0.05)

menurunkan bobot segar tajuk dan signifikan meningkatkan (P<0.05) bobot

kering akar dan kandungan prolin. Tidak terdapat interaksi kedua perlakuan

terhadap parameter yang diamati.

Penelitian lapangan dengan perlakuan jarak tanam (30X30; 40X40 dan

60X60 cm) dan interval defoliasi (30; 40 dan 60 hari) dilakukan dengan

menggunakan rancangan petak terbagi. Parameter yang diamati meliputi

pertumbuhan, hasil, komposisi kimia, kandungan ADF dan NDF serta kecernaan

bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) rumput gajah liar. Hasil

penelitian menunjukkan peningkatan jarak tanam dari 30X30 menjadi 60X60 cm

signifikan (P<0.05) meningkatkan tinggi tanaman, bobot segar dan kering tajuk,

bobot kering per plot dan kecernaan bahan organik rumput gajah liar, tetapi tidak

mempengaruhi (P>0.05) jumlah anakan komposisi kimia, ADF, NDF dan KCBO.

Interval defoliasi signifikat (P<0.05) meningkatkan tinggi tanaman, jumlah

anakan, bobot segar dan bobot kering tajuk, kandungan bahan kering, protein

kasar, serat kasar, KCBK dan KCBO. Terdapat interaksi (P<0.05) jarak tanam dan

interval pemotongan terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot segar dan

bobot kering tajuk dan KCBK rumput gajah liar.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa :1) rumput gajah liar memberikan

respon pertumbuhan yang baik meskipun pada kondisi yang kurang optimal

(ketersediaan air 40% kapasitas lapang). 2) Pengaturan jarak tanam dan interval

pemotongan mampu meningkatkan pertumbuhan, dan kualitas rumput gajah liar.

3) penanaman rumput gajah liar dengan jarak tanam 40 X 40 cm dengan interval

pemotongan 40 hari memberikan hasil terbaik terutama pada kandungan ADF,

NDF dan kecernaan bahan kering dan bahan organik rumput gajah liar.

Kata kunci: rumput gajah liar, pemupukan, cekaman air, prolin, jarak tanam,

interval pemotongan, pertumbuhan, nulai nutrisi

Page 8: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

EVALUATION OF WILD ELEPHANT GRASS (Pennisetum polystachion)

IN ULTISOLS AS FEED RESOURCE OF RUMINANT

By : YUN ALWI (1031201014)

(Supervised by : Prof. Dr. Ir. Novirman Jamarun, M.Sc., Dr. Ir. A. Rahman

Sy., M.Sc. and Prof. Dr. Ir, Mardiati Zain, M.Si.)

Abstract

The objective of this study was to evaluate the potential of wild elephant

grass (pennisetum polystachion) as feed resource for ruminant. Two stages

experiment were done in this research, plastic house experiment and field

experiment.

Plastic house experiment was designed with completely randomized factorial

design replicated three times within polybags. Four levels of NPK fertilizer (0; 50;

100 and 150 kg-ha) and three levels of water stress (80; 60 dan 40% of field

capacity) were applied in this research. Morphological characteristics of

Pennisetum polystachion were observed. NPK fertilizer significant increased

(P<0.05) plant height, number of tiller, number of leaf, leaf area and dry weight of

root. Meanwhile, fresh weight and dry weight of shoot, root to shoot ratio and

proline content of Pennisetum polystachion were not affected (P>0.05) by NPK

fertilizer. Water stress significantly decreased (P<0.05) fresh weight of shoot and

significantly increased (P<0.05) dry weight of root and proline content of

Pennisetum polystachion, but not affected (P>0.05) plant height, number of tiller,

number of leaf, leaf area, dry weight of shoot and root to shoot ratio. There was no

interaction (P>0.05) between NPK fertilizer and water stress on all observed

paramaters.

Plant spacing treatment (30X30; 40X40 and 60X60 cm) and defoliation

interval (30; 40 and 60 days) within Split plot Design was evaluated in the fields

experiment. Observed parameter were; plant height, fresh and dry weight of shoot,

chemical composition, ADF and NDF content and in vitro dry matter digestibility

(IVDMD) and in vitro organic matter digestibility (IVOMD). Increasing plant

spacing from 30 X 30 cm to 60 X 60 cm signifantly (P<0.05) increased plant

height, fresh weight, dry weight per plant, dry weight per plot and IVOMD, but

not affected (P>0.05) number of tiller, chemical composition, ADF, NDF and

IVDMD. Defoliation interval significantly (P<0.05) increased plant height,

number of tiller, fresh weight, dry weight per plant, content of dry matter, crude

protein, fiber IVDMD and IVOMD, but not affected (P>0.05) dry matter per plot,

content of, extract eter, ash and IVDMD. There were significant interaction

(P<0.05) among plant spacing and defoliation interval on plant height, number of

tiller, fresh weight, dry weight and IVDMD of wild elephant grass.

In conclusion that, 1) the wild elephant grass was tolerance to NPK

fertilizer and water stress condition (40% of field capacity) and 2). Plant spacing

anddefoliation management increased the growth and quality of wild elephant

grass. 3) the best result was achieved in 40 X 40 cm plant spacing and 40 days

interval defoliation.

Keyword : wild elephant grass, fertilizer, water stress, proline, plant spacing,

defoliation interval, growth, nutritive value

Page 9: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

i

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas taufik dan

hidayahNya penulis telah dapat menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini ditulis

berdasar-kan hasil penelitian yang berjudul "Evaluasi Rumput Gajah Liar

(Pennisetum polystachion) di Tanah Ultisol sebagai Pakan ternak Ruminansia”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada

Bapak Prof. Dr. Ir. Novirman Jamarun, M.Sc. sebagai ketua komisi pembimbing

atas saran, arahan dan bimbingannya selama penelitian dan penulisan disertasi ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Bapak Dr.Ir. A. Rahman,

Sy., M.Sc. dan Ibu Prof. Dr. Ir. Mardiati Zain, M.S. sebagai anggota komisi

pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik, sehingga disertasi ini

terwujud.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Jambi

dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan Pendidikan dan memfasilitasi

pelaksanaan penelitan dan Analisa sampel penelitian. Kepada Direktur Jendral

Pendidikan Tinggi, penulis ucapkan terima kasih atas bantuan dana beasiwa dan

penelitian melalui Program BPP-DN tahun 2010 sampai 2014 dan bantuan

penelitian disertasi doctor tahun 2015. Kepada Bapak Dr. Ir. Depison, M.P. dan

Bapak Dr. Ir. Rifli Rindes, M.P., terima kasih atas bantuan dan dukungan baik

moril maupun materil selama dalam proses Pendidikan sampai selesainya

penulisan disertasi ini.

Terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan oleh orang tua dan

keluarga penulis di Solok. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada istri

tercinta Dr. Arrie Budhiartie, S.H., M.Hum. atas dukungan dan pengorbanan yang

sangat luar biasa yang telah diberikan kepada penulis, dan juga dukungan moril

yang diberikan oleh anak-anak tercinta, Ivania Farraf Nadhira, Fildzah Ailsa

Nabila dan Daffa Khairan Ramadhani. Kalian semua adalah motivasi terbesar bagi

penulis untuk menyelesaikan pendidikan doktor ini.

Page 10: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

ii

Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam

pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan ternak

pada daerah-darah marginal dan penulis juga berharap hasil penelitian ini

memberikan manfaat yang besar buat pengembangan penyediaan pakan hijauan

dalam rangka meningkatkan produktifitas sektor peternakan.

Padang, 7 September 2017

Penulis

Yun Alwi

Page 11: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... iii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. v

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. vii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. viii

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………...... 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1

B. Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 6

C. Hipotesis Penelitian …………………………………………………… 7

D. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 7

BAB. TINJAUAN PUSTKAKA ………………………………………... 8

A. Deskripsi Rumput Gajah Liar (Pennisetumm polystachion) ....……….. 8

B. Deskripsi Tanah Ultisol ….……………………………………………. 10

C. Peranan Pupuk Terhadap Pemupukan Tanaman ……………………… 14

D. Respon Tanaman terhadap Cekaman Air ...…………………………… 15

E. Pengaruh Jarak Tanam dan Interval Pemotongan Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Hijauan Pakan ………………………………..

19

F. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemotongan Terhadap Kualitas dan

Kecernaan Hijauan Pakan ……………………………………………...

20

BAB III. PENGARUH PEMUPUKAN DAN CEKAMAN AIR

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN PROLIN

RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion) …………………

25

A. Latar Belakang ………………………………………………………… 25

B. Materi dan Metoda Penelitian …………………………………………. 26

C. Hasil dan Pembahasan ………………………………………………… 31

D. Kesimpulan ……………………………………………………………. 49

BAB IV. PENGARUH JARAK TANAM DAN INTERVAL

PEMOTONGAN TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN

KUALITAS GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion) ………..……….

50

A. Latar Belakang ………………………………………………………… 51

Page 12: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

iv

B. Materi dan Metode Penelitian ………………………...……………… 52

C. Hasil dan Pembahasan ………………………………………………… 54

D. Kesimpulan ……………………………………………………………. 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 84

A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 84

B. Saran …………………………………………………………………… 84

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 85

LAMPIRAN ……………………………………………………………… 108

Page 13: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Sifat-sifat Kimia Tanah yang digunakan dalam penelitian …. 27

Tabel 2. Karakteristik pertumbuhan rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) yang mendapat ………………………………..

33

Tabel 3. Interaksi pemupukan NPK dan cekaman air terhadap

karakteristik pertumbuhan rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) ………………………………………………...

38

Tabel 4. Bobot segar, bobot tajuk, bobot akar dan rasio akar tajuk

rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) yang mendapat

perlakuan perlakuan pemupukan NPK dan cekaman air ……

39

Tabel 5. Interaksi pemupukan NPK dan cekaman air terhadap bobot

tajuk, bobot akar dan rasio akar tajuk rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion)…………………………………..

54

Tabel 6. Kandungan prolin daun rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) yang mendapat perlakuan pemupukan NPK

dan cekaman air …………………………………………….

46

Tabel 7. Interaksi Pemupukan NPK dan cekaman air terhadap

kandungan prolin daun rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) ………………………………………………

48

Tabel 8. Rata-rata suhu, kelembaban dan curah hujan selama

penelitian lapang …………………………………………….

56

Tabel 9. Tinggi tanaman dan jumlah anakan rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion) pada perlakuan jarak tanam dan

interval pemotongan ………………………………………

58

Tabel 10. Interaksi jarak tanam dan interval pemotongan terhadap

tinggi tanaman dan jumlah anakan rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion) ………………………………….

63

Tabel 11. Bobot segar dan bobot kering rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) pada perlakuan jarak tanam dan interval

pemotongan ………………………………………………….

64

Tabel 12. Interaksi jarak tanam dan interval pemotongan terhadap

bobot segar dan bobot kering rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) ………………………………………………

68

Page 14: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

vi

Tabel 13. Komposisi kimia rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) pada perlakuan jarak tanam dan interval

pemotongan …………………………………………………

70

Tabel 14. Interaksi jarak tanam dan interval pemotongan terhadap

komposisi kimia rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) ………………………………………………..

73

Tabel 15. Kandungan ADF, NDF dan kecernaan rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion) pada perlakuan jarak tanam dan

interval pemotongan ……………… ………………………..

76

Tabel 16. Interaksi jarak tanam dan interval pemotongan terhadap

kandungan ADF, NDF dan kecernaan rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion) ………………………………….

81

Page 15: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Penampilan pertumbuhan rumput gajah liar setelah

mendapat perlakuan pemotongan penyeragaman (trimming)

32

Gambar 2. Pertumbuhan rumput gajah liar setelah mendapat perlakuan

pemupukan dan cekaman air ……………… ……………….

32

Gambar 3. Dampak kekeringan terhadap pertumbuhan rumput gajah

liar pada tahap awal penelitian .…………………………….

56

Gambar 4. Tahap awal masa pertumbuhan rumput gajah liar yang

mendapat perlakuan jarak tanam dan interval pemotongan ..

58

Page 16: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap

tinggi rumput gajah liar …………………………………..

107

Lampiran 2. Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap

jumlah anakan rumput gajah liar …………………………

119

Lampiran 3. Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap

jumlah daun rumput gajah liar …………………………..

111

Lampiran 4. Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap

luas daun rumput gajah liar ……………………………

113

Lampiran 5. Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap

bobot segar rumput gajah liar ……………………………

115

Lampiran 6. Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap

bobt kering tajuk rumput gajah liar ……………………

117

Lampiran 7. Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap

bobt kering akar rumput gajah liar ………………………

119

Lampiran 8. Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap

rasio akar tajuk rumput gajah ……………………………

121

Lampiran 9. Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap

kandungan prolin rumput gajah liar ……………………..

123

Lampiran 10. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap tinggi rumput gajah liar ………….

125

Lampiran 11. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap jumlah anakan rumput gajah liar ...

127

Lampiran 12. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval bobot

segar rumput gajah liar …………………………………..

129

Lampiran 13. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap bobot kering tajuk rumput gajah

liar ………………………………………………………

131

Lampiran 14. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap bobot terhadap kering rumput

gajah liar per plot ………………………………………..

133

Page 17: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

ix

Lampiran 15. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap kandungan BK rumput gajah liar…

135

Lampiran 16. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap kandungan PK rumput gajah liar

137

Lampiran 17. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap kandungan SK rumput gajah liar ..

139

Lampiran 18. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap kandungan LK rumput gajah liar

141

Lampiran 19. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap kandungan abu rumput gajah liar

143

Lampiran 20. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap kandungan ADF rumput gajah liar .

145

Lampiran 21. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap kandungan NDF rumput gajah liar .

147

Lampiran 22. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap KCBK rumput gajah liar …………

149

Lampiran 23. Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval

pemotongan terhadap KCBO rumput gajah liar …………

151

Page 18: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas,

kuantitas maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting

dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan ternak ruminansia.

Kecukupan pakan harus ditunjang oleh usaha penyediaan pakan secara kontiniu

dan mencukupi kebutuhaan ternak. Hal ini disebabkan hampir 90% pakan

ternak ruminansia berasal dari hijauan dengan konsumsi segar per

hari 10 - 15% dari berat badan, sedangkan sisanya adalah

konsentrat dan pakan tambahan (feed supplement) (Sirait, 2005).

Permasalahan yang sering terjadi dalam peningkatan produksi peternakan adalah

pengadaan bahan makanan, terutama pakan hijauan untuk ternak ruminansia,

sehingga seringkali menjadi faktor penyebab rendahnya produktivitas ternak di

Indonesia. Faktor pembatas dari pemenuhan kebutuhan pakan hijauan yaitu

ketersediaan lahan yang kurang memadai untuk produksi hijauan pakan ternak

ruminansia.

Hilangnya areal padang penggembalaan umum serta berkurangnya lahan

sebagai akibat semakin diintensifkannya usaha tanaman pangan dan peningkatan

kawasan industri maupun pemukiman mengakibatkan luas areal sumber tanaman

pakan ternak semakin berkurang. Sekarang ini, lahan-lahan yang dimanfaatkan

sebagai sumber pakan hijauan merupakan lahan-lahan marginal yang mempunyai

tingkat kesuburan yang rendah. Faktor lain yang menjadi kendala dalam

penyediaan pakan hijauan adalah musim kemarau panjang yang menyebabkan

berkurangnya ketersediaan air tanah. Ketersediaan air tanah yang minim

menyebabkan terjadinya gangguan fisiologis pada tanaman, sehingga tanaman

secara alami akan mengalami penurunan produktivitas. Dengan demikian,

ketersediaan pakan hijauan khususnya pada akhir musim kemarau sampai dengan

awal musim penghujan menjadi permasalahan yang selalu dialami peternak.

Tingkat kesuburan lahan yang rendah juga menjadi salah satu kendala

dalam pengembangan tanaman pakan ternak di Propinsi Jambi. Sebagian besar

Page 19: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

2

lahan di wilayah Propinsi Jambi didominasi oleh tanah Ultisol, dengan total luas

tanah mencapai 2.272.725 Ha atau 44.56% dari luas wilayah (Esrita et al., 2011).

Dominasi yang cukup luas merupakan potensi yang besar untuk memanfaatkan

tanah Ultisol dalam pengembangan tanaman pertanian asal dibarengi dengan

pengelolaan tanaman dan tanah yang baik (Syahputra et al., 2015) karena tanah

Ultisol merupakan tanah yang memiliki masalah keasaman tanah, kandungan

bahan organik, nutrisi makro dan memiliki ketersediaan P sangat rendah (Fitriatin

et al., 2014). Selanjutnya Mulyani et al. (2010) menyatakan bahwa kapasitas

tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB) dan C-organik rendah, kandungan

aluminium (kejenuhan Al) tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan besi dan mangan

mendekati batas meracuni tanaman, peka erosi. Tingginya curah hujan di sebagian

wilayah Indonesia menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama basa-

basa, sehingga basa-basa dalam tanah akan segera tercuci keluar lingkungan tanah

dan yang tinggal dalam tanah menjadi bereaksi masam dengan kejenuhan basa

rendah.

Tingkat kesuburan dan ketersediaan hara yang rendah menyebabkan tanah

Ultisol memerlukan pengelolaan tanaman dan tanah yang baik sehingga dapat

dikembangkan sebagai lahan pertanian. Pemilihan jenis tanaman yang dapat

tumbuh dan berkembang serta berproduksi pada kondisi tanah masam dan dengan

ketersediaan hara terbatas, merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan

dalam memanfaatkan lahan Ultisol. Pemilihan jenis tanaman pakan yang mampu

tumbuh pada kondisi lingkungan terbatas, seperti tingkat kesuburan tanah yang

rendah, tingkat ketersediaan air yang rendah serta faktor pembatas lainnya,

tentunya harus diikuti dengan perbaikan manajemen pemeliharaan. Dengan upaya

perbaikan manajemen pemeliharaan diharapkan tanaman pakan mampu tumbuh

dan berproduksi dengan baik

Penambahan input pada tanah berupa pengapuran dan pemupukan baik

pupuk organik maupun pupuk anorganik dapat mengurangi tingkat kemasaman

tanah dan meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pemupukan

adalah usaha pemberian pupuk yang bertujuan untuk memelihara dan

memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan unsur hara makro dan miro ke

Page 20: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

3

dalam tanah yang secara langsung atau tidak langsung dapat mengembangkan

persediaan bahan makanan bagi tanaman.

Ketersediaan air tanah sangat mempengaruhi ketiga proses penyerapan

unsur hara oleh akar tanaman. Sebagian besar spesies tanaman menyukai kondisi

tanah dengan ketersediaan air yang cukup. Ketersedian air yang terbatas akan

menyebabkan tanaman mengalami stress atau cekaman. Kondisi ini memberikan

dampak terhadap proses fisiologis, kimiawi dan morfologis tanaman. Cekaman air

menghambat pembesaran sel lebih banyak daripada pembelahan sel. Kondisi ini

menghambat pertumbuhan tanaman dengan mempengaruhi berbagai proses

fisiologis dan biokimia, seperti fotosintesis, respirasi, translokasi, penyerapan ion,

karbohidrat, metabolisme nutrisi dan faktor pendukung pertumbuhan tanaman

(Farooq et al., 2009). Selanjutnya, Jaleel et al. (2008) menyatakan cekaman air

yang parah akan menyebabkan gangguan pada proses fotosintesis, metabolisme

tanaman dan pada akhirnya kematian pada tanaman. Dalam kondisi kekeringan

ketersediaan air tersedia untuk tanaman berkurang jauh di bawah kondisi normal.

Penyesuaian osmotik sebagai akumulasi zat terlarut di dalam sel membantu dalam

mempertahankan turgor pada penurunan air potensial. Status air tanaman

mengendalikan proses fisiologis dan kondisi yang menentukan kualitas dan

kuantitas pertumbuhan (Kramer, 1969). Karena air sangat penting untuk

pertumbuhan tanaman, maka cekaman air tergantung pada tingkat keparahan dan

lamanya, akan mempengaruhi pertumbuhan, hasil panen dan kualitas hasil panen.

Pengelolaan penanaman juga diperlukan dalam pengembangan tanaman

pakan ternak pada lahan dengan tingkat kesuburan yang rendah. Pengelolaan

pemeliharaan dapat meliputi pemilihan bahan tanam, waktu penanaman,

kepadatan populasi tanaman dan pengaturan pemotongan. Kepadatan tanaman

mempengaruhi individu tanaman untuk mendapatkan faktor-faktor pertumbuhan

seperti air, unsur hara dan cahaya matahari. Kepadatan populasi tanaman yang

tinggi menyebabkan rendahnya produksi individu tanaman karena adanya

kompetisi antar tanaman terhadap faktor-aktor pertumbuhan, namun

meningkatkan produksi tanaman per satuan luas. Sebaliknya populasi tanaman

yang lebih padat dengan pengaturan jarak tanam yang renggang mengurangi

terjadinya kompetisi faktor-faktor pertumbuhan sehingga produksi individu

Page 21: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

4

tanaman lebih tinggi. Trenton dan Joseph (2005) mengemukakan bahwa pada

populasi padat, kebanyakan tanaman tumbuh lebih kecil, tanaman menjadi rentan

terhadap penyakit dan hama, sementara populasi tanaman di tingkat suboptimal

menghasilkan hasil yang lebih rendah per satuan luas. Plensicar dan Kustori

(2005) melaporkan bahwa hasil biologis maksimum ditemukan pada kepadatan

tanam yang lebih tinggi.

Pengelolaan pemotongan juga menjadi perhatian dalam pengembangan

hijauan pakan ternak. Pengelolaan pemotongan meliputi waktu pemotongan,

frekuensi pemotongan dan ketinggian pemotongan dari permukaan tanah.

Frekuensi pemotongan merupakan salah satu praktek manajemen untuk

mempertahankan kualitas dan menjamin keberlanjutan pertumbuhan kembali

hijauan pakan ternak. Produksi kering hijauan pakan ternak lebih tinggi pada

pemotongan yang lebih lama karena terjadinya akumulasi bahan kering yang lebih

besar pada batang, dibandingkan dengan pemotongan yang singkat. Hal ini akan

menyebabkan rendahnya rasio daun dan batang. Rendahnya rasio daun dan batang

berkaitan dengan kualitas dan kecernaan pakan karena tingginya kandungan serat

kasar dan rendahnya kandungan protein kasar. Sebaliknya pemotongan dengan

waktu yang lebih singkat akan meningkatkan kandungan protein kasar,

menurunkan kandungan serat kasar dan menurunkan produksi kering hijauan

pakan ternak. Clavelo dan Razz (1997) menyatakan total produksi hijauan dan

persistensi rumput-rumputan mengalami penurunan bila terlalu sering dipotong

baik oleh manusia maupun melalui penggembalaan oleh ternak. Selanjutnya

Gittins dan Busso (2010) menyatakan bahwa frekuensi pemotongan yang tinggi

dapat menurunkan konsentrasi atau kandungan total karbohidrat nonstruktural

terlarut pada tajuk dan akar, yang selanjutnya akan menurunkan vigoritas dan

produktivitas hijauan yang dipotong.

Pengaturan jarak penanaman dan umur pemotongan yang tepat sangat

menentukan pertumbuhan hijauan pakan ternak, yang pada akhirnya akan

memberikan pengaruh terhadap nilai nutrisi dan kualitas hijaun pakan. Pengaturan

jarak tanam menentukan kepadatan tanaman per satuan luas area penamanan.

Tanaman yang ditanam dengan jarak yang lebih renggang mengurangi terjadinya

kompetisi dalam memanfaatkan faktor-faktor pertumbuhan dibandingkan dengan

Page 22: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

5

tanaman yang ditanam dengan jarak yang rapat. Sementara itu, umur pemotongan

tanaman menentukan kandungan nutrisi dan kualitas hijauan pakan yang secara

umum dipengaruhi oleh kandungan protein kasar. Tanaman yang dipanen dengan

interval yang lebih lama menghasilkan kandungan protein kasar yang rendah,

sebaliknya kandungan serat kasarnya tinggi. Pengaturan lama waktu pemotongan

juga mempengaruhi kemampuan tanaman untuk melakukan prose pertumbuhan

kembali sehingga akan berdampak terhadap hasil dan kualitas hijauan pakan

ternak.

Rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) merupakan salah satu jenis

rumput yang sekarang banyak mendominasi lahan-lahan di Propinsi Jambi. Sama

halnya dengan jenis rumput pakan ternak yang telah dikenal sebelumnya yaitu

rumput benggala (Panicum maximum), rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) juga banyak tumbuh pada pinggiran lahan-lahan perkebunan, pada

lahan-lahan yang tidak terpakai dan pada sisi-sisi jalan. Rumput ini mampu

tumbuh dengan cepat dan dalam waktu singkat mendominasi lahan-lahan

pertanian melalui penyebaran bjinya. Penyebaran biji dimungkinkan terjadi

melalui bantuan angin atau terbawa oleh manusia, ternak atau kendaraan karena

ukuran biji yang kecil dan ringan. Dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa

jenis rumput ini merupakan tanaman pengganggu bagi tanaman pertanian

(tanaman cereal) terutama di wilayah Australia (Miller, 2006). Pennisetum

polystachion juga banyak mendominasi padang rumput dan dijadikan sebagai

pakan ternak di beberapa negara di Afrika dan Amerika Latin karena memiliki

kandungan gizi yang dapat memenuhi kebutuhan ternak (FAO, 2009). Informasi

ini mengindikasikan bahwa rumput gajah liar berpotensi untuk dimanfaatkan

sebagai pakan ternak ruminasia, apalagi rumput ini dapat tumbuh dengan mudah

pada beberapa jenis tanah. Namun sampai saat ini belum banyak informasi yang

diketahui berkaitan dengan sifat morfologis, pengelolaan penanaman dan

pemeliharaan, pertumbuhan, nilai gizi dan kecernaan dari rumput ini, terutama

pada lahan-lahan yang memiliki faktor pembatas seperti tanah .

Berdasarkan pemikiran tersebut tersebut diatas maka perlu dilakukan

evaluasi terhadap potensi rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) yang

ditanam pada tanah sebagai pakan ternak ruminansia meliputi respon

Page 23: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

6

pertumbuhan rumput gajah liar terhadap pemupukan NPK dan cekaman air

dengan menurunkan kapasitas lapang tanah. Evaluasi lain juga dilakukan untuk

melihat pengaruh pengaturan jarak tanam dan interval pemotongan terhadap

pertumbuhan, hasil, komposis kimia, kandungan ADF dan NDF serta evaluasi

terhasap kecernaan bahan kering dan bahan organik rumput gajah liar.

B. Perumusan Masalah

Ketersediaan hijauan pakan ternak ruminansia di Indonesia sebagia besar

masih tergantung pada keadaan musim. Produksi yang melimpah pada musim

penghujan menyebabkan banyak hijauan pakan yang tidak termanfaatkan. Saat

musim kemarau, peternak sangat kesulitan mendapatkan hijauan pakan akibat

rendahnya produktivitas tanaman pakan. Pemilihan bibit yang toleran terhadap

kondisi kekeringan, penggunaan pupuk, manajemen pemeliharaan dan

pemotongan perlu dilakukan tetap menjamin ketersediaan hijauan pakan terutama

pada musim kemarau.

Rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) memiliki potensi yang besar

untuk dikembangkan sebagai hijauan pakan ternak ruminansia, karena mampu

tumbuh dan berkembang serta berproduksi pada kondisi kekeringan dan pada

kondisi lingkungan yang kurang optimal. Produktivitas dan kualitas rumput ini

juga tidak kalah dibandingkan dengan jenis rumput lain yang telah lama

dikembangkan di Indonesia. Informasi tentang karakteristik pertumbuhan dan

kualitas rumput ini masih minim. sehingga perlu dilakukan penelitian untuk

mengevaluasi potensi rumput ini untuk dikembangkan sebagai pakan ternak

ruminansia terutama pada kondisi lingkungan yang kurang optimal terutama pada

tanah Ultisol.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah:

1. Menguji sifat-sifat pertumbuhan rumput gajah liar melalui pemberian pupuk

dan pengaturan pemberian air untuk mendapatkan respon tanaman terhadap

kekeringan.

Page 24: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

7

2. Menguji pengaruh pengelolaan penanaman dengan melakukan pengaturan

jarak tanam dan interval pemotongan terhadap pertumbuhan, komposisi

kimia, kandungan ADF, NDF dan kecernaan rumput gajah liar.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pemupukan NPK sampai dosis 150 kg per hektar dapat meningkatkan

pertumbuhan rumput gajah liar.

2. Pembatasan air sampai dengan 40% dari kapasitas lapang dapat meningkatkan

pertumbuhan Rumput gajah liar

3. Terdapat interaksi antara pemupukan NPK dan cekaman air dalam

mempengaruhi pertumbuhan rumput gajah liar

4. Pengaturan jarak tanam sampai 60 X 60 cm dapat meningkatkan pertumbuhan,

produksi dan kualitas rumput gajah liar

5. Interval pemotongan sampai 30 hari dapat meningkatkan pertumbuhan,

produksi dan kualitas rumput gajah liar

6. Ada interaksi antara pengaturan jarak tanam dan interval pemotongan terhadap

pertumbuhan, produksi dan kualitas rumput gajah liar

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Informasi tentang sifat-sifat tumbuh rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) terutama dosis pupuk yang diberikan dan responnya terhadap

cekaman air, diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangannya

terutama pada lahan-lahan dengan tingkat kesuburan rendah.

2. Memberikan informasi tentang pengelolaan penanaman rumput gajah liar

meliputi pengaturan jarak tanam dan pengaturan pemanenan, sehingga mampu

meningkatkan produktivitas dan kualitas serta kecernaannya.

Page 25: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

8

BAB II. TINJAUKAN PUSTAKA

A. Deskripsi Rumput Gajah Liar (Pennisetum polystachion)

Rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) atau dikenal dengan nama

mission grass, thin napier atau pennisetum berbulu (feathery pennisetum) adalah

rumput yang membentuk rumput, berumur panjang dan dapat tumbuh sampai 2

dan 3 meter. Rumput ini menghasilkan malai bunga berwarna kekuningan atau

kecoklatan selama akhir musim panas dan musim gugur dan mati kembali selama

musim kemarau. Rumput ini diyakini berasal dari Afrika tropis dan Afrika

subtropis (Ethiopia, Afrika barat tropis dan selatan ke Mozambik) dan Asia tropis

(India, Semenanjung Malaya, Indo-Cina, Indonesia dan Filipina) (Parsons and

Cuthbertson, 2001; Miller, 2006). Rumput ini juga dikenal dengan nama-nama

lokal, seperti Rumput jurig (Sunda) rumput ekor kucing, rumput berus kuning

(Malaysia) dan yaa khachyon chop (Thailand) (Tjitrosoedirjo, 1990). Pennisetum

polystachion dicirikan dengan rumput yang tegak, berbulu, dan merupakan

rumput perennial berkembang biak dengan biji ataupun dengan sobekan rumpun.

Batang rumput ini berbentuk bulat, beralur dan banyak-bercabang dan ruas yang

dekat kepermukaan tanah biasanya memiliki akar. Daun berbentuk linear sedikit

agak luas, bervariasi dalam ukuran dan biasanya berbulu dengan panjang sekitar

10-20 cm dan lebar 0.5-1.5 cm dan memiliki ujung daun yang kasar untuk

disentuh. Lidah daun (ligule) berwarna putih. Perbungaan (inflorescence) terdiri

dari tangkai bunga yang ramping, berwarna keunguan atau kuning pucat dengan

panjang 5-25 cm dan lebar 2-3 cm tetapi biasanya lebih panjang atau lebih luas.

Spikelet berbentuk langsing dan dikelilingi oleh banyak bulu dengan panjang 1,5-

2,5 cm (Akobundu and Agyakwa, 1998; Lee, 1988).

Rumput ini pertama kali diperkenalkan di Australia pada tahun 1940-an

dan 1950-an, tetapi tidak banyak dikembangkan sampai tahun 1970-an (Miller,

2006). Pennisetum polystachion dikenal juga sebagai gulma yang umum di

pinggir jalan yang juga menyerang tanaman musim panas, padang rumput dan

komunitas tanaman asli di daerah pesisir utara Australia. Spesies ini sering

tumbuh dengan gamba grass (Cenchrus ciliaris). Setelah dikembangkan sebagai

salah satu pakan ternak, rumput ia memiliki keunggulan kompetitif atas rumput

Page 26: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

9

berumur pendek dan menggantikan spesies asli. Karena kemampuannya untuk

berkompetisi yang tinggi, rumput ini secara signifikan mendominasi lahan dan

apabila terjadi kebakaran sangat panas yang dapat menyebabkan kematian pohon

dan mengubah komunitas savana alam menjadi padang rumput eksotis (Miller,

2006; Navie and Adkins, 2007). Di Thailand dan Australia Utara, rumput ini telah

lama berkembang, menyebar di sepanjang pinggir jalan menuju habitat pertanian,

kadang-kadang masuk ke taman nasional dan cagar alam, mengurangi

keanekaragaman spesies dan sangat meningkatkan risiko kebakaran yang

merusak. P. polystachion adalah satu dari 89 spesies yang dianggap sebagai

tanaman asing invasif di Taman Nasional Kakadu di Teritorial Utara Australia.

Hal ini dianggap sebagai ancaman serius di dataran tinggi taman nasional

(Douglas et al., 2004). Di Indonesia, Pennisetum polystachion pertama kali

diamati oleh para ilmuwan dari Bogor Balai Penelitian Tanaman Perkebunan di

dalam perkebunan di Subang, Purwakarta dan Pondok Gede, Bogor pada tahun

1972 dan sekarang rumput ini menyebar secara luas di seluruh Indonesia. Rumput

ini ditemukan pada daerah-daerah dengan ketinggian sampai 900 meter diatas

permukaan laut. Pertumbuhan kembali dapat terjadi dari tunas-tunas dorman

terletak area rumpun dan dari buku ruas yang terdapat pada batang. Tunas-tunas

aktif sebagai tempat penyimpanan digunakan untuk mempertahankan diri dari

tindakan pengendalian gulma baik secara biologi maupun kimia dan terhadap

kondisi iklim yang tidak menguntungkan (Tjitrosoedirjo, 1990; Lee, 1988).

Pennisetum polystachion dapat berkembang dengan baik pada pada

kondisi tanah yang sulit. Rumput Ini lebih menyukai curah hujan tinggi, tetapi

mampu mentolerir musim kemarau pendek, beradaptasi dengan baik pada

berbagai macam tanah dari tanah berpasir sampai tanah liat yang sering tergenang

air. Pennisetum polystachion dapat tumbuh di bawah naungan 80 persen dengan

tingkat kesuburan tanah yang rendah (Heuzé dan Tran, 2011) dan relatif tidak

memerlukan pemupukan (Parsons and Cuthbertson, 2001). Rumput ini juga

resistan terhadap kebakaran, dan juga seringkali digunakan sebagai pengendali

erosi terutama pada lahan-lahan miring (Mishra and Sandhya, 1996). Pennisetum

polystachion adalah pakan ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai rumput

padangan ataupun dengan sistim “cut and carry” dan dapat juga digunakan

Page 27: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

10

sebagai hay ataupun silase. Bogdan (1977) melaporkan bahwa Pennisetum

polystachion memiliki kandungan protein kasar berkisar 4.9 – 6.4 kg per 100 kg.

Kandungan nutrisi dan palatabilitas rumput tinggi sebelum memasuki masa

pembungaan dan akan turun secara dramatis setelah memasuki masa penuaan.

Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan pencegahan terjadinya pembungaan

dengan melakukan pemotongan dengan interval kurang dari enam minggu.

Rumput ini juga tidak tahan terhadap penggembalaan yang berat dan jika terjadi

overgrazing, maka padang penggembalaan akan diinvasi oleh spesies lain.

Tindakan pembakaran, pemupukan dengan 450 kg per hektar superfosfat tunggal

dan penanaman siratro atau biji guianensis Stylosanthes 5 kg per hektar masing-

masing memberi campuran padang rumput yang baik di Sigatoka, Fiji (Partridge,

1986). Di negara Benin, padang rumput yang ditumbuhi Pennisetum polystachion

dan Andropogon gayanus memiliki daya dukung 0,16 unit ternak per hektar

(Angonyissa and Sinsin, 1998). Di (Fiji Islands, Pennisetum polystachion yang

ditanami bersamaan dengan Macroptilium atropurpureum dan Stylosanthes

guianensis menghasilkan rata-pertambahan bobot badan tahunan 94 kilogram per

unit ternak dan rata-rata 143 kilogram per unit ternak jika dilakukan pemupukan

secara intensif (Partridge, 1986).

B. Deskripsi Tanah Ultisol

Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan

Indonesia (Subagyo et al., 2004). Sebaran terluas terdapat di Kalimantan

(21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua

(8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara

(53.000 ha). Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar

hingga bergunung. Ultisols dapat berkembang dari berbagai bahan induk, dari

yang bersifat masam hingga basa. Namun sebagian besar bahan induk tanah ini

adalah batuan sedimen masam. Tanah Ultisol mempunyai tingkat perkembangan

yang cukup lanjut, dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi

liat seiring dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa

rendah (Prasetyo et al., 2005). Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi

keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin

Page 28: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

11

kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na,

dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi

(Adiningsih dan Mulyadi, 1992).

Pada klasifikasi lama menurut Soepraptohardjo (Soepraptohardjo, 1961)

tanah Ultisol diklasifikasikan sebagai Podsolik Merah Kuning (PMK). Warna

tanah pada horizon argilik sangat bervariasi dengan hue dari 10YR hingga 10R,

nilai 3−6 dan kroma 4−8 (Subagyo et al., 2004; Prasetyo et al., 2005). Warna

tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan organik yang

menyebabkan warna gelap atau hitam, kandungan mineral primer fraksi ringan

seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna putih keabuan, serta oksida

besi seperti goethit dan hematit yang memberikan warna kecoklatan hingga

merah. Makin coklat warna tanah umumnya makin tinggi kandungan goethit, dan

makin merah warna tanah makin tinggi kandungan hematit (Allen dan Hajek,

1989).

Ciri morfologi yang penting pada Ultisols adalah adanya peningkatan

fraksi liat dalam jumlah tertentu pada horizon seperti yang disyaratkan dalam Soil

Taxonomy. Horizon tanah dengan peningkatan liat tersebut dikenal sebagai

horizon argilik. Horizon tersebut dapat dikenali dari fraksi liat hasil analisis di

laboratorium maupun dari penampang profil tanah. Horizon argilik umumnya

kaya akan Al sehingga peka terhadap perkembangan akar tanaman, yang

menyebabkan akar tanaman tidak dapat menembus horizon ini dan hanya

berkembang di atas horizon argilik (Soekardi et al., 1993).

Ultisols sebagian ditentukan oleh sifat kimianya karena memiliki tingkat

kejenuhan basa dari 35% di bagian bawah lapisan subsoil. Karakteristik yang

menentukan ini disertai dengan sifat aksesori tertentu, termasuk pH rendah,

saturasi Al yang berpotensi tinggi, pelapukan yang cukup besar dan berkaitan

dengan mineralogi kaolinit, dan dalam banyak kasus, kandungan Fe, Al oksida

dan oxy-hidroksida relatif tinggi. Rangkaian properti ini memiliki dampak yang

signifikan terhadap sifat kimia Ultisol dan bagaimana sifat-sifat ini mempengaruhi

penggunaan dan pengelolaan pesanan tanah ini (West et al., 1997). Saturasi Al

tinggi menginduksi keracunan Al yang menyebabkan masalah nyata pada

tanaman yang tumbuh di tanah. Beberapa tanaman, sangat sensitif terhadap

Page 29: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

12

toksisitas Al. Namun, jika kapasitas tukar kation dapat ditingkatkan, toksisitas Al

dapat dikurangi. Ada dua pilihan untuk mengurangi toksisitas Al, yaitu

menggunakan banyak bahan organik (pupuk kandan,g, pupuk hijau) atau

menambahkan kapur ke tanah. Pengapuran tanah dengan kapur pertanian yang

menambahkan ion Ca, pada dasarnya meningkatkan pH tanah dan mengurangi

aktivitas Al, oleh karena itu menurunkan kejenuhan Al dan mengurangi toksisitas

Al. Efek keseluruhannya adalah menciptakan lingkungan tanah yang lebih baik

untuk pertumbuhan tanaman (Prasetyo et al., 2001).

C. Peranan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pupuk merupakan suatu bahan organik atau anorganik yang berasal dari

alam atau buatan yang diberikan pada tanaman secara langsung atau tidak

langsung untuk menambah unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan

tanaman. Menurut Sarief (1985) pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke

dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur

hara yang diperlukan oleh tanaman. Berdasarkan asalnya pupuk dapat dibagi ke

dalam dua kelompok, yaitu pupuk organik dan anorganik (Lingga dan Marsono,

2007). Pupuk organik merupakan hasil peruraian sisa-sisa tumbuhan dan binatang,

misalnya: kompos. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik yang

mengandung unsur hara tertentu dengan kandungan yang tinggi.

pupuk dapat diklasifikasikan dari berbagai segi yaitu: (1) atas dasar

pembentukan yang terdiri atas pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas dasar

kandungan hara terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk dan (3) atas dasar

susunan kimianya yang mempunyai hubungan dengan perubahan dalam tanah

yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (Hakim et al., 1986). Pupuk tunggal

adalah pupuk yang mengandung satu jenis unsur hara primer. Pupuk tunggal

diberi nama menurut jenis unsur hara primer yang dikandungnya dan dikenal

sebagai pupuk nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk majemuk adalah pupuk yang

mengandung dua atau lebih unsur hara primer dan dapat juga mengandung unsur-

unsur hara lainnya baik unsur hara sekunder maupun mikro. Pupuk majemuk

diberi nama menurut jenis unsur hara yang dikandungnya sehingga dikenal pupuk

NP, NK, NPK, PK, NPK dan Mg (Setyamidjaja, 1986). Bagi tanaman, pupuk

digunakan untuk hidup, tumbuh dan berkembang sehingga pemberian pupuk

Page 30: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

13

harus tepat karena fungsi pupuk tidak saja mengendalikan tetapi juga

mengimbangi, mendukung, dan mengisi bersama unsur-unsur lain dalam tanah

(Sarief, 1985).

Pemupukan adalah penambahan bahan yang digunakan untuk

memperbaiki kesuburan tanah ke dalam tanah agar tanah menjadi subur (Foth,

1990). Hakim et al. (1986) menyatakan bahwa pemupukan adalah penambahan

pupuk pada tanah agar menjadi subur. Oleh karena itu pemupukan pada umumnya

diartikan sebagai penambahan zat hara ke dalam tanah (Foth, 1990). Metode

tercepat yang dapat dilakukan untuk memperbaiki padang penggembalaan adalah

dengan pemupukan, introduksi varietas unggul atau mengganti rumput-rumput

yang berproduksi rendah dengan spesies dan varietas rumput dan kacang-

kacangan yang lebih baik (McIlroy, 1976). Menurut Jones et al. 1984) pemupukan

di pastura biasanya akan mengakibatkan tiga perubahan penting yaitu: (1)

perubahan produksi hijauan, (2) perubahan komposisi botani, dan (3) perubahan

kandungan nutrisi hijauan. (Humphreys, 1980)), menyatakan bahwa pemupukan

yang lebih besar pada pastura yang baru dikelola mempunyai empat keuntungan

yaitu: (1) memperbaiki pertumbuhan leguminosa yang akan memberikan

sumbangan nitrogen lebih banyak, (2) menekan pertumbuhan gulma, (3)

mempercepat dilakukan penggembalaan, dan (4) menghemat biaya pemupukan

per unit.

Unsur hara N, P, dan K dalam tanah tidak cukup tersedia dan terus

berkurang diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen,

tercuci, menguap dan erosi sehingga diperlukan pemupukan. Unsur N, P, dan K

merupakan unsur hara makro yang mutlak harus ada dalam tanah untuk

pertumbuhan sebuah tanaman (Foth, 1990). Pupuk NPK merupakan pupuk

majemuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Pupuk NPK disebut juga

pupuk lengkap, umumnya masing-masing kandungan unsur hara dalam NPK

berkadar rendah. Setyamidjaja (1986) menyatakan bahwa pupuk NPK

mengandung unsur hara Nitrogen 15% dalam bentuk NH3, fosfor 15% dalam

bentuk P2O5, dan kalium 15% dalam bentuk K2O. Sifat Nitrogen (pembawa

nitrogen) terutama dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang

dapat menunjang pertumbuhan tanaman.

Page 31: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

14

Pasokan air dan unsur hara menjadi dua input lingkungan yang

berkontribusi untuk produktivitas sebagian besar tanaman (Lenka et al., 2009).

Beberapa penelitian mengamati manfaat yang signifikan dalam penerapan Pupuk

anorganik (Akinrinde, 2006). Pupuk anorganik berpengaruh besar terhadap

tanaman Pertumbuhan, perkembangan, dan hasil (Young et al., 2010). Selanjutnya

Sajimin et al. (2001) menyatakan bahwa untuk memperoleh produksi yang

tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan

dengan penggunaaan pupuk organik. Penyediaan unsur hara terutama

nitrogen (N), pospof (P), dan kalium (K) dalam tanah secara

optimal bagi tanaman dapat meningkatkan produksi tanaman.

Disamping upaya penyediaan unsur hara perlu juga dilakukan

pemilihan jenis hijauan unggul yang cocok dan responsif terhadap

pemupukan. Pemberian pupuk urea pada rumput gajah (Pennisetum purpureum)

dilakukan pada saat tanaman berumur dua minggu dengan dosis 100 kg-ha, diikuti

dengan pemupukan TSP dan KCl masing-masing dengan dosis 50 kg-ha (Lugiyo

dan Sumarto, 2000).

Biomassa tanaman adalah bahan hidup yang dihasilkan tanaman yang

bebas dari pengaruh gravitasi, sehingga bersifat konstan tidak seperti berat yang

tergantung pada tempat penimbangan yang berhubungan dengan gaya gravitasi

(Hidayat, 2002). Biomassa tanaman merupakan ukuran yang paling sering

digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Hal ini

didasarkan atas kenyataan bahwa taksiran biomassa (berat) tanaman relatif mudah

diukur dan merupakan integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami

tanaman sebelumnya. Oleh sebab itu parameter ini merupakan indikator

pertumbuhan yang paling representatif untuk mendapatkan penampilan

keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu. Pengukuran

biomassa dapat dilakukan melalui penimbangan (Sitompul dan Guritno, 1995).

D. Respon Tanaman Terhadap Cekaman Air

Air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat penting

karena membentuk 80-90 persen bobot segar jaringan yang sedang tumbuh aktif.

Noogle dan Fritz (1983) menjelaskan fungsi air bagi tanaman yaitu sebagai : (1)

Page 32: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

15

senyawa utama pembentuk protoplasma, (2) senyawa pelarut bagi masuknya

mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut mineral nutrisi

yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain, (3) media terjadinya

reaksi-reaksi metabolik, (4) reaktan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti

siklus asam trikarboksilat, (5) penghasil hidrogen pada proses fotosintesis, (6)

penjaga turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel,

(7) pengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya

stomata, membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman

tertentu, (8) berperan dalam perpanjangan sel, (9) bahan metabolisme dan produk

akhir respirasi, serta (10) digunakan dalam proses respirasi. Kebutuhan air pada

tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis dan umur tanaman,

kadar air tanah dan kondisi cuaca.

Menurut Earl dan Davis (2003), air sebagai komponen essensial tumbuhan

memiliki peranan antara lain: (a) sebagai pelarut, di dalamnya terdapat gas, garam

dan zat terlarut lainnya yang bergerak keluar masuk sel, (b) sebagai pereaksi

dalam fotosintesis dan pada berbagai proses hidrolisis, dan (c) air essensial untuk

menjaga turgiditas di antaranya dalam pembesaran sel dan pembukaan stomata.

Ketersediaan air dalam tanaman diperoleh melalui proses fisiologis dan hilangnya

air dari permukaan bagian tanaman melalui proses evaporasi dan transpirasi.

Setiap gram pembentukan bahan organik penyusun tanaman, rata-rata

membutuhkan 500 g air yang diabsorbsi oleh akar ditranportasikan ke seluruh

bagian tanaman dan selanjutnya air akan hilang ke atmosfir. Setiap tanaman harus

dapat menyeimbangkan antara proses kehilangan air dan proses penyerapannya,

bila proses kehilangan air tidak diimbangi dengan penyerapan melalui akar maka

akan terjadi kekurangan air di dalam sel tanaman yang dapat menyebabkan

berbagai kerusakan pada banyak proses dalam sel tanaman (Taiz dan Zeiger,

2002).

Cekaman kekeringan terjadi ketika ketersediaan air tanah menurun dan

kondisi atmosfir menyebabkan kehilangan air terus menerus melalui transpirasi

atau evaporasi (Jaleel et al., 2007). Lebih lanjut dijelaskan bahwa cekaman

kekeringan ditandai dengan rendahnya kadar air, penyusutan potensial air daun

dan tekanan turgor, penutupan stomata dan berkurangnya pembesaran dan

Page 33: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

16

pertumbuhan sel. Reaksi tanaman terhadap cekaman kekeringan berbeda secara

signifikan pada berbagai tingkatan tergantung pada intensitas dan durasi dari

cekaman itu sendiri, dan juga species tanaman dan tingkatan pertumbuhannya

(Chaves dan Oliveira, 2004). Selanjutnya Taiz dan Zeiger (2002) menjelaskan

bahwa ketika jumlah absorbsi air mulai terbatas, maka tanaman memiliki

mekanisme untuk mencegah kehilangan air dengan melakukan penutupan

stomata. Perubahan pada ketahanan mekanisme stomata sangat diperlukan untuk

mengatur kehilangan air oleh tanaman dan untuk mengatur pengambilan

karbondioksida (CO2) yang penting untuk ketersediaan fiksasi CO2.

Cekaman kekeringan dapat terjadi karena beberapa hal yaitu: (1) tingginya

kecepatan evaporasi yang melebihi persediaan air dari tanah ke akar yang akan

mengakibatkan penurunan potensial air, (2) adanya senyawa yang bersifat

osmotik yang dapat menurunkan pengambilan air sehingga terjadi penurunan

potensial osmosis dan tidak cukupnya pengambilan air oleh tanaman yang diserap

dari tanah (Hamim, 2005). Menurut (Jaleel et al., 2007) cekaman kekeringan

dikarakterisasi dengan penurunan kandungan air, turgor, potensial air total,

pelayuan, penutupan stomata dan pengurangan perluasan dan pertumbuhan sel.

Cekaman kekeringan yang parah dapat menyebabkan fotosintesis terhenti,

menghambat metabolisme dan akhirnya mati. Kekeringan selain menurunkan laju

fotosintesis, juga menyebabkan penurunan laju pertumbuhan akibat rendahnya

potensial air dan turgor tumbuhan (Tezara et al., 2002). Mekanisme utama yang

mungkin terjadi pada tanaman saat cekaman kekeringan, yaitu: (a) tumbuhan

berusaha menghindari cekaman, baik dengan cara melakukan perubahan struktur

morfologi dan anatomi, maupun dengan meningkatkan efisiensi penggunaan air

dengan cara mengatur laju transpirasi, dan (b) meningkatkan toleransi terhadap

cekaman kekeringan melalui perubahan kimia sel (Meyer dan Boyer, 1981). Dua

pendekatan utama yang sering digunakan untuk melihat kemampuan tanaman

dalam menghadapi cekaman kekeringan. Pendekatan pertama adalah dengan

melihat kemampuan pengambilan air secara maksimal dengan perluasan dan

kedalaman sistem perakaran. Pendekatan kedua dengan melihat kemampuan

tumbuhan mempertahankan turgor melalui penurunan potensial osmotik (Cortes

dan Sinclair, 1986).

Page 34: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

17

Respon tanaman yang mengalami cekaman kekeringan mencakup

perubahan ditingkat seluler dan molekuler seperti perubahan pada pertumbuhan

tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun menjadi

tebal, adanya rambut pada daun, peningkatan ratio akar-tajuk, sensitivitas stomata,

penurunan laju fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen,

perubahan produksi aktivitas enzim dan hormon, serta perubahan ekspresi gen

(Serrano dan Pugnaire, 1999). Cekaman kekeringan dapat menghambat

pertumbuhan tanaman, salah satunya dapat dilihat pada perluasan daun.

Penurunan luas daun merupakan respon pertama tanaman terhadap kekeringan.

Keterbatasan air akan menghambat pemanjangan sel yang secara perlahan akan

menghambat pertumbuhan luas daun. Kecilnya luas daun akan menyebabkan

rendahnya transpirasi, sehingga menurunkan suplai air dari akar ke daun. Jika

kondisi ini dibiarkan terus menerus lama kelamaan akan terjadi absisi daun (Taiz

dan Zeiger, 2002).

Respon tanaman secara keseluruhan terhadap cekaman kekeringan adalah:

(a) pengurangan daun, tunas, akar dan perluasan grain kernel; (b) penutupan

stomata; (c) berkurangnya fotosintesis dan respirasi; (d) berkurangnya perubahan

asimilasi terus menerus pada organ pertumbuhan; (e) mempercepat penuaan daun;

(f) menunda silk growth dan peluruhan yang besar; (g) meningkatkan rasio akar

tunas; dan (h) cadangan tunas (yaitu fotoassimilasi) pergerakan kembali dan

subsequent lodging (Bänziger et al., 2000). Selanjutnya (Yancey et al., 1982)

menyatakan ada banyak mekanisme adaptif ditemukan pada tumbuhan sebagai

respon terhadap perubahan lingkungan seperti kekeringan stres. Mekanisme ini

termasuk perubahan biokimia, morfologi dan fisiologis proses yang secara alami

terjadi pada tanaman. Akumulasi zat terlarut kompatibel dianggap sebagai respon

metabolik penting untuk perubahan lingkungan yang menyebabkan penyesuaian

metabolik. Dalam penyesuaian ini beberapa bahan organik seperti gula, poliol,

betains dan prolin menumpuk di tanaman. Zat terlarut kompatibel dibagi menjadi

dua kategori: yang pertama meliputi senyawa mengandung nitrogen kelompok

seperti asam amino seperti prolin terpisah dari senyawa surfaktan, kelompok

kedua mengandung senyawa kelompok hidroksil seperti sukrosa, alkohol

polihidrat dan oligosakarida (McCue dan Hanson, 1990).

Page 35: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

18

Penyesuaian osmotik secara signifikan dipengaruhi oleh akumulasi prolin

dan karbohidrat pada akar dan tunas tanaman (Samaras et al., 1995). Akumulasi

prolin merupakan respon tumbuhan tingkat tinggi, alga, hewan dan bakteri

terhadap ketersediaan air yang rendah (Delaauney dan Verma, 1993). Akumulasi

konsentrasi tinggi prolin terjadi dalam sitoplasma sel tanpa menyebabkan

kerusakan struktur sel dan metabolisme (Samaras et al., 1995). Prolin berperan

sebagagi agen pelindung untuk enzim sitoplasma dan struktur selular (Demir,

2000).

Tanaman yang mengalami cekaman kekeringan melakukan respon fisiologis

seperti akumulasi prolin dalam daun. Akumulasi prolin biasanya lebih ditonjolkan

dibandingkan dengan kadar asam amino lain pada kondisi kekeringan. Selama

awal cekaman kekeringan, kandungan prolin perlahan meningkat, namun akan

mengalami peningkatan secara dramatis setelah kekeringan yang cukup parah

(Girousse et al., 1996; Yang dan Kao, 1999). Selanjutnya (Yoshiba et al., 1997)

melaporkan bahwa akumulasi prolin lebih tinggi pada tanaman yang toleran

terhadap kekeringan dibandingkan tanaman sensitif. Kondisi ini menyiratkan

bahwa prolin mampu mendukung tanaman untuk pulih setelah mengalami

cekaman air dan setelah mendapatkan air dalam jumlah yang cukup (Peng et al.,

1996). Selanjutnya (Hanson dan Hitz, 1982) menyatakan bahwa akumulasi prolin

adalah konsekuensi dari kerusakan sel yang diakibatkan oleh kondisi kekurangan

air. Akumulasi dalam daun sebagai respon terhadap kekeringan hasil dari

peningkatan dramatis dalam biosintesis dan oksidasi lambat dalam mitokondria

(Buitink et al., 1998). Di sisi lain prolin dapat menyebabkan stabilisasi

makromolekul selain menyediakan nitrogen dan suplemen karbon pada kondisi

cekaman air (Smirnoff dan Cumbes, 1989). Beberapa percobaan mengindikasikan

peran detoksifikasi radikal menyangkut prolin (Hare dan Cress, 1997). Akumulasi

karbohidrat terjadi pada kekeringan kondisi stres, misalnya pada rumput dan

sereal dari keluarga gramineae, akumulasi karbohidrat umumnya terjadi selama

tahap reproduksi (Meier dan Reid, 1982). Penyimpanan karbohidrat juga dianggap

sebagai respon terhadap perubahan lingkungan (Prado et al., 2000). Karbohidrat

memainkan peran luar biasa dalam prosedur seperti sintesis senyawa, produksi

Page 36: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

19

energi, membran stabilisasi (Hoekstra et al., 2001) selain ekspresi gen mediator

dan sinyal molekul (Smeekens, 2000).

E. Pengaruh Jarak Tanam dan Interval Pemotongan Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Hijauan pakan

Kepadatan tanaman menentukan jumlah populasi tanaman per satuan

meter persegi, yang pada akhirnya menentukan area yang tersedia untuk masing-

masing individu tanaman. Pada sebagian besar tanaman, kepadatan tanaman

berpengaruh terhadap pertumbuhan, biomasa, hasil dan nilai ekonomi tanaman

(Rafiei, 2009; Karagić et al., 2011; Albayrak et al., 2011). Jumlah populasi

tanaman per satuan luas merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil

maksimal. Produksi maksimal dapat dicapai bila menggunakan jarak tanam yang

sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu tanaman, akan mengakibatkan

semakin tingginya persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara

dan cahaya. Kompetisi tanaman adalah proses yang dapat memberikan efek

negatif terhadap individu tanaman dalam mendapatkan sumberdaya yang tersedia

dilingkungannya karena adanya persaingan dengan tanaman lainnya (Tremmel

dan Bazzaz, 1993). Tanaman berkompetisi dengan tanaman lainnya untuk

mendapatkan air dan unsur hara dalam tanah. Pada tanah dengan tingkat

kesuburan rendah, kompetisi dalam mendapatkan sumber hara dan air dari dalam

tanah, lebih tinggi dibandingkan dengan kompetisi dalam mendapatkan unsur

cahaya (Tillman, 1988; Wilson, 1988). Sebaliknya kompetisi untuk mendapatkan

cahaya lebih terlihat pengaruhnya pada tanaman yang tumbuh pada tanah dengan

tingkat kesuburan tinggi (Wilson dan Tilman, 1993).

Fungsi utama tanaman hijau untuk mendapatkan radiasi matahari yang

cukup di dedaunan adalah untuk menjamin pasokan energi untuk pertumbuhan

dan perkembangannya. Tanaman di padang rumput dengan tingkat

pengggembalaan yang tinggi akan sering defoliasi, sehingga hanya tersisa sedikit

bayangan daun di bagian bawah kanopi karena perenggutan daun secara terus

menerus oleh ternak daun konstan (Hodgson, 1990). Tanaman hijauan harus

memiliki mekanisme adaptasi untuk bertahan akibat adanya defoliasi baik oleh

ternak maupun oleh manusia. Efek langsung dari defoliasi adalah pengurangan

Page 37: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

20

luas daun, kuantitas cahaya diterima, cadangan karbohidrat, dan pertumbuhan

akar (Briske dan Richards, 1993). Kemampuan untuk secara cepat membangun

kembali kapasitas fotosintesis kanopi setelah defoliasi merupakan karakteristik

penting dari tanaman toleran terhadap defoliasi tinggi, dan adanya meristem tunas

aktif memungkinkan untuk ekspansi daun secara cepat dari sel-sel yang ada

(Hodgson, 1990).

Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada

diatas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun akibat renggutan ternak yang

digembalakan. Pengaturan defoliasi perlu dilakukan untuk menjamin

pertumbuhan kembali (regrowth) yang optimal dan memiliki kandungan gizi yang

baik (McIlroy, 1976). Defoliasi yang baik harus mempertimbangkan ketinggian

pemotongan tanaman dari permukaan tanah (intensitas defoliasi) dan jarak waktu

pemotongan (interval defoliasi) (Kristyowantari, 1992). Menurut (Vicente-

Chandler, 1964) interval pemotongan yang pendek disamping menurunkan

kuantitas juga menurunkan ketegaran tanaman, mengurangi perkembangan akar,

batang dan menghambat perkembangan tunas, sehingga berpengaruh terhadap

produksi hijauan. Pada pemotongan yang lebih lama dapat menghasilkan produksi

bahan segar dan pertumbuhan perakaran yang lebih baik, tetapi menurunkan

kualitas. Umur defoliasi yang lebih lama, memberi kesempatan tanaman untuk

menimbun cadangan makanan dalam bentuk karbohidrat sehingga rumput akan

menjadi lebih tinggi. Untuk memaksimalkan produksi hijauan, praktik

pengelolaan panen yang tepat perlu dilakukan. Pengelolaan panen diarahkan

untuk mengoptimalkan hasil ekonomi hijauan dengan kualitas yang diinginkan.

Pengelolaan pemanenan hijauan mempertimbangkan parameter berikut; Tahap

kematangan pakan saat panen, jumlah stek rata-rata untuk hasil panen maksimum

(interval pemotongan/panen) (Timpong-Jones et al,, 2015).

F. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemotongan Terhadap Kualitas dan

Kecernaan Hijuan Pakan

Banyak faktor mempengaruhi tingkat perubahan nutrisi komposisi nutrisi

dan kualitas tanaman dalam perkembangannya dan tingkat kematangan tanaman.

Faktor-faktor ini mungkin termasuk satu atau kombinasi beberapa faktor berikut:

jenis tanaman, iklim, musim, cuaca, jenis tanah dan kesuburan, kelembaban tanah,

Page 38: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

21

rasio batang daun, fisiologis dan morfologis karakteristik dan manajemen

pemeliharan lainnya, dan mungkin berbeda dengan antara spesies tanaman

(Kilcher, 1981). Rumput atau tanaman seperti rumput umumnya menunjukkan

persentase penurunan nutrisi yang besar pada tahap perkembangan tanaman.

Dengan demikian tingkat ambang batas untuk kecukupan gizi diperoleh pada

umur tanaman yang lebih muda sehingga dapat mencukupi dan mempertahakan

produksi daging dan susu bagi ternak (Troelsen, 1969). Berbagai percobaan

lapangan dilakukan pada genus Pennisetum menunjukkan bahwa hasil dan

kualitas hijauan tanaman tergantung pada kultivar, kepadatan tanaman, interval

potong dan tujuan pemanenan (Geren dan Kavut, 2015). Kerapatan tanaman

optimal merupakan faktor penting dalam memaksimalkan hasil panen rumput

tinggi seperti Pennisetum atau Miscanthus (Danalatos et al., 2007); Dengan

demikian, kepadatan tanaman optimal atau populasi tanaman untuk situasi tertentu

menghasilkan tanaman dewasa yang cukup padat untuk memanfaatkan sumber

daya secara efisien seperti air, nutrisi, dan sinar matahari, namun tidak terlalu

banyak sehingga beberapa tanaman mati atau tidak produktif (Ansah et al., 2010).

Pada kepadatan populasi ini, produksi dari seluruh faktor pertumbuhan

dioptimalkan, walaupun tanaman individu memberikan hasil yang lebih sedikit

dibanding tanaman yang ditanam dengan kepadatan tanam tertentu akibat

terbatasnya ruang pertumbuhan (Lyon, 2009).

Tanaman yang ditanam dengan kerapatan tinggi atau dalam kondisi

lingkungan yang tidak memadai, memberikan pengaruh yang besar dalam

memaksimalkan produksi biji. Pengaturan kepadatan tanaman mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap produksi dan umur simpan biji Italian ryegrass

(Vučković et al., 2003; Coi et al., 2002), tetapi perbedaan ini cenderung

menghilang sejalan dengan tahap perkembangan tanaman (Venuto et al., 2004).

Dampak merugikan dari peningkatan kerapatan tanaman pada kualitas hijauan

adalah serupa dengan yang dilaporkan oleh peneliti lain (Cusicanqui dan Lauer,

1999). Kepadatan tanaman merupakan efek utama yang berpengaruh secara

signifikan bagi sifat-sifat kualitas tanaman. Pati dan protein kasar (CP) menurun

bila populasi tanaman meningkat. Konsentrasi ADF meningkat secara linear bila

kepadatan populasi tanaman meningkat (Stanton et al., 2007). Lugiyo dan

Page 39: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

22

Sumarto (2000) menyarankan penanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum)

sebaiknya dilakukan dengan jarak tanam 50 cm antar tanaman dan 100 cm antar

baris, tergantung pada tingkat kesuburan tanah. Hasil penelitian (Graybill et al.,

1991) menunjukan bahwa beberapa sifat kualitas hijauan pakan, termasuk

kandungan ADF dan NDF tidak dipengaruhi oleh kepadatan populasi tanaman.

Sebaliknya Cusicanqui dan Lauer (1999) melaporkan bahwa kepadatan populasi

tanaman berpengaruh terhadap kualitas hijauan pakan, dimana kandungan NDF

meningkat dari 20 menjadi 39 g/kg dan kandungan ADF meningkat dari 19

menjadi 29 g/kg sejalan dengan peningkatan kepadatan populasi tanaman.

Penelitian pada rumput giant king grass yang dilakukan Zewdu (2008)

menunjukkan adanya pengaruh perlakuan kepadatan populasi dengan melakukan

pengaturan jarak tanam terhadap jumlah anakan dan obot kering tajuk, tetapi tidak

memberikan pengaruh terhadap kandungan protein. Peningkatan kepadatan

tanaman meningkatkan konsentrasi serat kasar dan menurunkan kecernaan pakan,

pada akhirnya menurunkan produksi daging per ekor dibandingkan dengan

populasi tanaman yang rendah (Cusicanqui dan Lauer, 1999). Hal ini dapat

mengimbangi potensi keuntungan dari keseluruhan hasil tanaman dengan

meningkatnya kepadatan tanaman (Cox et al., 1998).

Perkembangan morfologi hijauan dapat digunakan untuk menetapkan saat

panen, prediksi kualitas rerumputan dan waktu defoliasi (Turner et al., 2006).

Rasio daun batang merupakan faktor penting untuk menentukan kualitas,

preferensi dan konsumsi hijauan (Smart et al., 2001). Interval pemotongan tidak

hanya meningkatkan produksi tanaman, tetapi juga meningkatkan kandungan

dinding sel dan menurunkan kandungan protein kasar sehingga menurunkan

kualitas pakan (Boschini, 2015). Interval defoliasi juga mempengaruhi produksi

bahan kering, dimana pada rumput bahiagrass jika defoliasi dilakukan pada umur

tanaman 20, 30 dan 40 hari berturut-turut menghasilkan bahan kering 10,6 ; 11,8

dan 12,3 Mg Mg-ha, dengan hasil protein kasar (PK) tertinggi diperoleh pada umur

tanaman 20 hari yaitu sebesar 12.4 g-kg (Cuomo et al., 1996). Sebelumnya Stanley

dan Rhoads (2000) menemukan bahwa rumput paspalum notatum tersebut

menghasil bahan kering tertinggi 18,9 kg-ha pada umur tanaman 8 minggu.

Selanjutnya Ansah et al. (2010) melaporkan komposisi kimia rumput gajah

Page 40: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

23

(Pennisetum purpureum) yang dipotong pada tiga interval pemotongan berbeda

(60, 90,120 hari setelah tanam). Kandungan bahan kering, bahan organik, NDF,

ADF, ADL dan hemiselulosa meningkat karena peningkatan pemotongan dari 60

menjadi 120 hari, sementara kandungan protein kasar cenderung menurun. Hasil

yang sama dilaporkan juga oleh Bayble (2007) dan Peiretti (2009) yang

melaporkan pemotongan 60 hari menghasilkan kandungan hemiselulosa dan

protein kasar tertinggi pada rumput gajah. Menurut Gates et al. (2001) dan

(Mislevy et al. (1990), rumput Pensacola bahia memiliki kandungan protein kasar

yang lebih tinggi dibandingkan rumput Tifton 9 pada lima interval pemotongan

yang berbeda. Konsentrasi protein kasar semua kultivar bahiagrass pada 2 - 5

minggu frekuensi merumput lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sapi

laktasi sapi (90 sampai 100 g-kg) dan menyusui sapi (100 sampai 120 g-kg,

(National Research Council, 2000). Namun, ketika frekuensi merumput (grazing

frequency) ditunda sampai 7 minggu, konsentrasi protein semua rumput itu hanya

cukup untuk memenuhi kebutuhan sapi laktasi saja.

Daya cerna pakan ruminansia dapat dievaluasi dengan menggunakan

teknik yang berbeda (Kitessa et al., 1999). Teknik ini dapat diklasifikasikan

sebagai: i) metode biologis, yang melibatkan penggunaan langsung dari hewan,

dengan mencerna feed dalam rumen hewan (in vivo dan in metode in situ), ii)

metode laboratorium, yang tidak memerlukan penggunaan hewan dan

mensimulasikan lingkungan rumen dan proses pencernaan menggunakan cairan

rumen dikumpulkan dari hewan donor (dalam metode in vitro). Metode evaluasi

pakan secara in vitro merupakan cara evaluasi pakan yang menirukan proses

pencernaan bahan pakan rumen ternak (Tilley and Terry, 1963). Metode evaluasi

pakan secara in vitro memiliki keistimewaan, antara lain adalah membutuhkan

sedikit sampel, dapat menguji kecernaan lebih dari satu jenis bahan pakan dalam

waktu relatif singkat, dan tidak membutuhkan banyak ternak. Penetapan

kecernaan in vitro dipandang mempunyai peranan penting sebagai evaluasi awal

penetapan kualitas bahan pakan secara biologis (Sudirman, 2013).

Kualitas dan kecernaan hjauan pakan ternak dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti lingkungan (Crasta and Cox, 1996), morfologi tanaman dan umur

potong tanaman (Twidwell et al., 1988). Penelitian Chen et al. (1999)

Page 41: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

24

menunjukkan kandungan ADF dan NDF rumput pangola lebih banyak

dipengaruhi oleh musim dibandingkan dengan letak geografi atau genotif rumput,

dan kandungan protein kasar dipengaruhi oleh musim dan letak geografi. Lebih

lanjut dijelaskan bahwa kandungan ADF dan protein kasar rumput pangola lebih

berkorelasi dengan temperatur lingkungan dibandingkan dengan interval defoliasi.

Page 42: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

25

BAB III

PENGARUH PEMUPUKAN NPK DAN CEKAMAN AIR TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN PROLIN RUMPUT

GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion)

A. Latar Belakang

Air sangat penting untuk semua organism hidup tidak terkecuali.

Sebenarnya tanaman, sebagian besar tanaman yang tumbuh secara aktif mungkin

mengandung hampir 90 persen air. Meskipun secara umum dinyatakan bahwa

kurang dari satu persen dari total air yang digunakan oleh tanaman diperlukan

untuk aktivitas metaboliknya, air memainkan peran dalam pertumbuhan dan

perkembangan serta produksi tanaman. Suplai air yang terbatas mempunyai

pengaruh yang kuat terhadap perkembangan, aktivitas dan durasi penyerapan

berbagai sumber hara oleh tanaman. Kekurangan air tanah menyebabkan

penurunan bahan kering total, produksi daun dan laju ekspansi daun dan akar baik

pada tanaman semak maupun pada tanaman berkayu (Osório et al., 1998) Tingkat

cekaman air yang parah pada tanaman memiliki dampak yang besar pada

fisiologis dan proses biokimia tanaman. Respon tanaman terhadap tekanan air

biasanya dilihat pada parameter fisiologis seperti potensi air, kandungan air

relatif, reaksi stomata, fotosintesis, atau penyesuaian osmotik yang telah terbukti

merupakan indikator kekeringan dalam beberapa penelitian (Bolat et al., 2014).

Rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) sebagai tanaman perennial

memiliki adaptasi yang tinggi terhadap kondisi kekeringan, meskipun tidak

toleran terhadap kekeringan yang panjang. Rumput gajah liar memiliki

kemampuan kompetisi yang tinggi terhadap spesies lain dan dengan kemampuan

kompetitif tersebut rumput ini mampu medominasi lahan dalam waktu yang

singkat. Di Propinsi Jambi, rumput gajah liar mulai tumbuh mendominasi lahan-

lahan pertanian dalam beberapa tahun belakangan. Ukuran biji yang kecil dan

sangat ringan yang terbawa oleh angin atau faktor manusia diperkirakan menjadi

penyebab cepatnya penyebaran rumput ini. Rumput gajah liar memiliki potensi

untuk dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia. Sifat tumbuh yang muda dan

kualitas dari rumput ini, menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan

sebagai pakan ternak ruminansia. Penerapan manajemen pemeliharan yang tepat

Page 43: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

26

pada rumput ini menjadi hal yang harus diperhatikan untuk mendapat hasil dan

kualitas yang lebih baik dari rumput ini. Penerapan pemupukan merupakan

tindakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan produksi

rumput ini. Informasi mengenai pengelolaan rumput gajah liar masih sangat

terbatas. Namun mengingat potensi yang dimiliki oleh rumput ini, perlu dilakukan

penelitian yang mendalam tentang pengelolaan pemeliharaan rumput ini.

Penambahan unsur hara dalam bentuk pupuk baik pupuk organik maupun

anorganik perlu dilakukan untuk mengetahui respon rumput gajah liar terhadap

pemupukan.

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang setidaknya mengandung

tiga unsur utama nitrogen, fosfor dan kalium dan unsur mikro lainya. Ketiga unsur

utama memiliki peran penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Beberapa

penelitian terdahulu telah dilakukan berkaitan pengaruh pemupukan NPK

terhadap pertumbuhan hijauan pakan. Bumane (2010) melaporkan bahwa

pemupukan NPK signifikan (P>0.05) meningkatkan produksi dan kualitas Lolium

perenne L. Hasil penelitian lain pada beberapa kultivar rumput Bermuda

(Cynodon dactylon L.) menunjukkan pengaruh positif pemupukan N terhadap

karakteristik pertumbuhan dan kualitas rumput (Iftikhar et al., 2003).

Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh rumput gajah liar, perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui respon pertumbuhan rumput gajah terhadap

pemupukan NPK dalam kondisi mendapat cekaman air.

B. Materi dan Metoda Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di rumah plastik yang dimodifikasi yang terletak

di Jalan Pakis 3 RT. 27 Kelurahan Simpang IV Sipin Kecamatan Telanaipura

Jambi. Penelitian rumah kaca ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan

September sampai Desember 2014. Analisa tanah dilakukan di Laboratorium

Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Sifat kimia tanah yang digunakan

dalam penelitian disajikan pada Tabel 1. Pengeringan sampel tanaman untuk

menentukan bobot tanaman dan bobot akar dilakukan di Laboratorium Fakultas

Page 44: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

27

Peternakan Universitas Jambi. Penentuan kadar prolin dilakukan di Laboratorium

Dasar dan Terpadu Universitas Jambi.

Tabel 1. Sifat-Sifat kimia tanah yang digunakan dalam penelitian

Sifat Kimia Tanah Nilai Harkat

pH H2O 4.4 Masam

pH KCl 4.1 Masam

N - Organik (%) 0.2 rendah

C – Organik (%) 2.7 sedang

P2O5 (mg/100 gr) 19.0 sedang

K2O (mg/100 gr) 61.06 Sangat tinggi

K (me/100 gr) 0.09 Sangat rendah

Na (me/100 gr) 1.30 Sangat tinggi

Ca (me/100 gr) 1.25 Sangat rendah

Mg (me/100 gr) 5.2 tinggi

KTK (me/100 gr) 4.1 Sangat rendah

Al-dd (me/100 gr) 0.5 Sumber : Hasil analisa Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi,

2014.

Tanah Ultisol yang digunakan dalam penelitian bersifat masam dengan

pH masam dengan pH H2O adalah 4,4; tingkat kesuburan tanah rendah yaitu: P-

tersedia dan N-total rendah, C-organik; kandungan basa-basa berkisar sangat

rendah sampai sangat tinggi; dan kapasitas tukar kation rendah yaitu 4.1 me/100-g.

Kondisi tersebut umumnya ditemukan pada yang telah berumur lanjut dengan

bahan induk batuan masam dan terletak pada zone iklim tropis basah dengan

curah hujan yang tinggi, sehingga terjadi pencucian intensif terhadap kation-

kation basa dan menyebabkan kandungan hara menjadi rendah

2. Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam penelitian tahap ini adalah media tanam

berupa tanah , pols rumput gajah liar, pupuk majemuk NPK Mutiara (16:16:16),

polybag dengan kapasitas 10 kg dan bahan untuk analisa kandungan prolin.

Peralatan yang digunakan meliputi cangkul, sekop dan ayakan tanah untuk

digunakan dalam penyiapan media tanam. Timbangan untuk menentukan berat

tanah yang digunakan untuk setiap polybag dan untuk mengukut berat hasil

pemanenan pada akhir penelitian. Gelas ukur untuk menentukan jumlah air yang

Page 45: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

28

akan diberikan pada setiap perlakuan kapasitas lapang. Peralatan lain yang

digunakan yaitu peralatan untuk pemanenan dan peralatan untuk analisa

kandungan prolin pada daun tanaman

3. Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola

faktorial, dengan dua faktor perlakuan yaitu :

1. Faktor pemupukan dengan menggunakan pupuk NPK, yang terdiri dari :

P0 : Tanpa pemupukan

P1 : Pupuk NPK dengan dosis setara dengan 50 kg/ha, yaitu 0.25 g/polybag

P2 : Pupuk NPK dengan dosis setara dengan 100 kg/ha, yaitu 0.50 g/polybag

P3 : Pupuk NPK dengan dosis setara dengan 150 kg/ha, yaitu 0.75 g/polybag

2. Faktor cekaman air, yang terdiri dari :

W1 : 80 % kapasitas lapang

W2 : 60% kapasitas lapang

W3 : 40% kapasitas lapang

Kombinasi kedua faktor perlakuan berjumlah dua belas perlakuan. Setiap

kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga jumlah keseluruhan

perlakuan dan ulangan adalah 36 polybag.

Model matematika dari rancangan yang digunakan adalah :

Yijk = µ + αi + βj + αβij + ϵijk ;

dimana :

Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor pemupukan dan taraf

ke-j dari faktor cekaman cekaman air)

µ = Nilai tengah populasi

αi = Pengaruh taraf ke-i dari pemupukan

βj = Pengaruh taraf ke-j dari cekaman air

αβij = Pengaruh interaksi taraf k- i dari pemupukan dan taraf ke j dari

cekaman air

∈ijk = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij

Page 46: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

29

4. Pelaksanaan Penelitian

Penentuan kapasitas Lapang Tanah. Sebelum pelaksanaan penanaman

dalam polybag, terlebih dahulu ditentukan kapasitas lapang tanah yang digunakan

dalam penelitian tahap ini yang dilakukan dengan menggunakan metode

gravimetri menurut (Somasegaran dan Hoben, 1994).

Bahan Tanam. Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini berupa

pols (sobekan rumpun tanaman). Rumput gajah liar (Pennisetum polystachion)

yang tumbuh liar diambil dengan cara menggali tanaman sampai keakarnya

berikut dengan tanahnya. Rumput yang sudah digali kemudian dipotong bagian

atasnya lebih kurang 10 cm dari pangkal tanaman. Polybag sebanyak 15 buah

disiapkan sebagai media tanam bagi rumput-rumput yang diperoleh dari tanaman

yang tumbuh secara liar. Rumput-rumput ini kemudian ditanam dan dipelihara

selama lebih kurang 1 (satu) bulan untuk mendapatkan bahan tanam berupa pols

yang akan digunakan dalam penelitian.

Persiapan media tanam. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tanah yang diperoleh dari kebun percobaan Fakultas Peternakan

Universitas Jambi. Tanah sebagai media tanah terlebih dahulu dibersihkan dari

akar-akar tanaman yang masih tersisa. Tanah yang sudah dibersihkan kemudian

diayak menggunakan ayakan tanah untuk memisahkan bongkahan-bongkahan

besar dan bebatuan yang terdapat pada tanah dan selanjutnya dimasukkan

kedalam polybag ukuran 10 kilogram. Polybag disusun sesuai dengan rancangan

penelitian yang digunakan.

Pemupukan dan penanaman. Pemupukan NPK dengan dosis sesuai

dengan perlakuan dilakukan satu minggu setelah penanaman, dengan terlebih

dahulu memastikan bahwa akar rumput telah mulai mengalami perkembangan.

Hal ini disebabkan karena pupuk NPK merupakan pupuk anorganik yang cepat

terurai dan mudah menguap, terutama karena adanya tindakan penyiraman. Oleh

karena itu, agar pupuk yang diberikan langsung dimanfaatkan oleh akar, maka

akar tanaman harus sudah berkembang.

Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan hanya penyiangan

untuk menghindari pertumbuhan gulma. Pemberian pestisida dan herbisida tidak

Page 47: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

30

dilakukan karena tidak terdapat gejala gangguan oleh hama dan penyakit pada

rumput gajah liar.

Pemotongan. Pemotongan rumput dilakukan setelah rumput berumur 60

hari dengan ketinggian pemotongan (intensitas defoliasi) 10 centimeter dari

permukaan tanah dalam polybag.

5. Pengamatan

Paramater yang diamati selama penelitian adalah :

1. Tinggi tanaman (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur

tanaman mulai dari permukaan tanah sampai ke ujung tertinggi tanaman.

Dalam setiap rumpun

2. Jumlah anakan (anakan/polybag). Jumlah anakan diperoleh dengan cara

menghitung jumlah anakan yang berasal dari tunas yang muncul dan tumbuh

pada rumpun utama tanaman.

3. Jumlah daun (helai/polybag). Jumlah daun diperoleh dengan menghitung

semua daun yang tumbuh pada setiap tanaman yang dilakukan pada akhir

penelitian.

4. Luas daun (cm2/daun). Luas daun diperoleh dengan mengukur daun dengan

menggunakan software IrfanView. Daun yang telah dipisahkan dari batang

dipotong untuk menyesuaikan dengan perangkat Scanner. Hasil pemindaian

kemudian di olah dengan menggunakan software IrvanView, sehingga

diperoleh ukuran luas daun. Daun yang diambil adalah tiga daun yang terdapat

pada tengah batang.

5. Bobot segar tanaman (gram/polybag). Bobot segar tanaman diperoleh dengan

cara memotong tanaman dengan ketinggian pemotongan (intensitas defoliasi)

10 centimeter dari permukaan tanah. Tanaman yang telah dipotong kemudian

ditimbang untuk medapatkan bobot segar.

6. Bobot kering tajuk tanaman (gram/polybag). Rumput yang telah ditimbang

bobot segarnya kemudian dimasukan kedalam kantong kertas untuk

selanjutnya dilakukan pengeringan dalam oven dengan suhu 700C. Sampel

yang telah kering ditimbang untuk mendapatkan bobot kering hijauan.

Page 48: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

31

7. Bobot kering akar (gram/polybag). Pada akhir penelitian, akar tanaman

dibongkar dan dibersihkan dengan cara menyiram dengan air untuk

menghilangkan sisa-sia tanah yang terdapat pada akar. Akar yang sudah bersih

kemudian dikeringanginkan dan selanjutnya dimasukan kedalam kantong

kertas untuk di keringkan kedalam oven pada suhu 60 – 70 0C. Akar yang telah

dikeringkan dengan oven, ditimbang untuk mendapatkan bobot keringnya.

8. Rasio akar:tajuk tanaman. Pengamatan rasio akar tajuk merupakan

perbandingan antara berat kering akar dan tajuk. Akar (sampai batas leher akar)

dipisahkan dengan organ bagian atas tajuk. Bagian akar dan tajuk dimasukan

ke dalam amplop lalu dimasukan ke dalam oven pada suhu 700C selama 2 x 24

jam, kemudian ditimbang berat kering tajuk, dan berat kering akar lalu

dibandingkan. Pengukuran rasio akar dan tajuk dilakukan diakhir pecobaan.

9. Kandungan prolin pada daun (ɥml/gram). Pengukuran kadar prolin dilakukan

pada akhir penelitian dengan menggunakan metode Bates et al. (1973).

6. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan Analysis of Variance (ANOVA) sesuai

dengan rancangan yang digunakan dengan menggunakan aplikasi SPSS ver. 21

dan Uji Berganda Jarak Duncan dilakukan untuk melihat perbedaan antar

perlakuan (Gomez dan Gomez, 1984).

C. Hasil dan Pembahasan

1. Pengaruh Pemupukan NPK dan Cekaman air terhadap Karakteristik

Pertumbuhan Rumput Gajah Liar

Banyak parameter terukur terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan

tanaman secara vegetatif. Pertumbuhan dan pengembangan tanaman yang

sempurna penting untuk pembentukan struktur tanaman normal yang melakukan

semua proses fisiologis dan metabolisme dan memberikan hasil potensial.

Beberapa parameter tanaman yang paling penting untuk dipertimbangkan untuk

pengukuran selama tahap pertumbuhan vegetatif diantaranya adalah tinggi

tanaman, tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun dan luas daun (Bos, 1999;

Noogle dan Fritz, 1983). Penampilan pertumbuhan rumput gajah liar setelah

mendapat perlakuan pemotongan penyeragaman (trimming) dan pertumbuhan

Page 49: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

32

rumput setelah mendapat perlakuan pemupukan dan cekaman air disajikan pada

Gambar 1. dan 2. Karaktertistik pertumbuhan rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) disajikan pada Tabel 1 dan 2.

Gambar 1. Penampilan pertumbuhan rumput gajah liar setelah dilakukan

pemotongan penyeragaman (trimming)

Gambar 2. Pertumbuhan rumput gajah liar setelah mendapat perlakuan

pemupukan dan cekaman air

Analisis ragam menunjukkan perlakuan pemupukan NPK signifikan

meningkatkan (P<0.05) tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun dan luas

daun. Sementara itu, perlakuan cekaman air tidak memberikan pengaruh (P>0.05)

terhadap semua parameter pertumbuhan yang diamati pada tabel diatas. Kedua

perlakuan juga tidak menunjukkan interaksi (P>0.05) terhadap semua parameter

yang diamati.

Page 50: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

33

Tabel 2. Karakteristik pertumbuhan rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) yang mendapat perlakuan Pemupukan NPK dan

cekaman air

Perlakuan Tinggi

tanaman

(cm)

Jumlah

anakan Jumlah daun

Luas daun

(cm2)

Pemupukan NPK (P)

P0 103.67a 14.11a 73.78a 58.30a P50 110.89ab 17.44b 76.89a 60.84ab P100 111.67ab 18.22b 84.78ab 64.84b P150 114.33b 20.89c 91.00b 65.45b Cekaman Air (W)

W80 110.42 18.67 86.83 63.24

W60 110.83 17.25 79.08 62.59 W40 109.17 17.08 78.92 60.67

P X W ns ns ns ns Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama untuk setiap perlakuan

menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

Perlakuan pemupukan 150 kg NPK menghasilkan tanaman yang lebih

tinggi (114.33 cm) dan berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan tanpa pupuk

NPK (103.67), namun tidak berbeda (P>0.05) dengan perlakuan pemupukan 50

kg (110.89), dan 100 kg NPK (111.67). Dari hasil penelitian terlihat bahwa

peningkatan dosis pemupukan NPK, meningkatkan tinggi tanaman rumput gajah

liar (Pennisetum polystachion). Jumlah anakan terbanyak diperoleh pada

perlakuan pemupukan 150 kg NPK (20.89 anakan) berbeda nyata (P<0.05)

dengan perlakuan pemupukan 100 kg NPK (18.22 anakan), pemupukan 50 kg

NPK (17.44 anakan) dan tanpa pemupukan 100 kg NPK (14.11 anakan).

Perlakuan pemupukan 150 kg NPK (P3) menghasilkan daun yang lebih banyak

(91.00 helai) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemupukan (P0) (73.78 helai)

dan pemupukan 50 kg NPK (P1) (76.89 helai), namun tidak berbeda nyata

(P>0.05) dengan perlakuan 100 kg NPK (P2) (84.78 helai). Luas permukaan daun

rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) dipengaruhi oleh perlakuan

pemupukan. Luas daun yang diperoleh pada perlakuan 150 kg NPK (P3) adalah

(65.45 cm2) berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan tanpa pemupukan (P0)

(58.30 cm2), namun tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan pemupukan 50 kg N

(P1) dan pemupukan 100 kg NPK (P2), masing-masing menghasilkan luas 60.84

cm2 dan 60.07 cm2.

Page 51: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

34

Peningkatan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun dan luas daun

rumput gajah liar (Pennisetum polystahion) menunjukkan bahwa rumput ini

memiliki respon yang cukup baik terhadap pemupukan NPK. Pemberian pupuk

NPK dapat meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur hara N, P, dan K.

Dengan makin tersedianya unsur hara tersebut dapat memacu pertumbuhan dan

perkembangan tanaman yang selanjutnya dapat memberikan pertumbuhan yang

optimal. Adanya pertumbuhan tanaman yang semakin baik tentunya

menyebabkan kemampuan akar dalam menyerap hara juga semakin besar

akhirnya menyebabkan jumlah hara yang diserap tanaman juga menjadi semakin

besar. Tanaman akan tumbuh dengan subur apabila unsur hara yang

dibutuhkannya tersedia cukup dan unsur hara tersebut tersedia dalam bentuk yang

dapat diserap oleh tanaman.

Nitrogen dan fosfor bersama dengan kalium akan memberikan pengaruh

yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Nitrogen (N) adalah

unsur penting dan memiliki pengaruh besar pada sejumlah respon tanaman

termasuk pigmentasi, pembentukan tunas dan akar, toleransi terhadap dingin dan

kekeringan, akumulasi proses penuaan dan potensi pemulihan pertumbuhan

(Carrow et al., 1987). Selanjutnya Trenholm et al., 1998) melaporkan bahwa N

juga mempengaruhi perkembangan anakan di rumput, namun pemupukan N yang

berlebihan dapat menyebabkan rumput menjadi rentan terhadap tekanan

lingkungan dan biologis seperti kekeringan musim panas, pengeringan pada

musim dingin, dan akibat suhu ekstrem. Hasil penelitian (Zewdu et al., 2003)

menunjukkan jumlah anakan dan panjang ruas rumput gajah meningkat sejalan

dengan peningkatan dosis pupuk nitrogen. Kamel et al. (1983) menemukan

jumlah anakan rumput gajah meningkat karena perlakuan tinggi pemotongan dan

pemupukan nitrogen di Mesir, meskipun aplikasi pemupukan dengan pupuk

kandang tidak mempengaruhi jumlah anakan pada awal pertumbuhan di Taiwan

(Liang, 1982). Nitrogen merupakan bahan penting dalam penyusunan asam-

amino, amida, nukelotida dan nucleoprotein, serta sesensial untuk pembelahan sel,

pembesaran sel. Selanjutnya Fageria (2009) menyatakan peningkatan produksi

tanaman karena aplikasi pemupukan nitrogen berkaitan dengan peningkatan

panikel pada tanaman sereal dan jumlah polong pada tanaman leguminosa.

Page 52: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

35

Nitrogen juga berperan dalam meningkatkan bobot biji pada tanaman dan

menurunkan biji-biji yang steril, meningkatkan bahan kering tajuk, yang

berhubungan positif dengan produksi biji pada tanaman sereal dan leguminosa.

Ketersediaan unsur fosfor juga berperan dalam menunjang pertumbuhan

rumput gajah liar dlam penelitian ini. Suplai fosfor yang cukup merupakan faktor

yang esensial untuk perkembangan sel baru tanaman dan berperan dalam transfer

kode genetik dari satu sel ke sel lain bila sel baru dibentuk. Tanaman

membutuhkan fosfor yang cukup mulai dari sejak tahap awal pertumbuhan untuk

mendapatkan pertumbuhan yang optimum. Suplai fosfor yang terbatas membatasi

produksi tanaman dan pemupukan fosfor dilakukan untuk memastikan

ketersediaan fosfor untu mengoptimalkan produksi dan kematangan tanaman

(Grant et al, 2005). Namun kemampuan untuk mengabsorpsi fosfat berbeda antara

spesies tanaman dan dimungkinkan juga berbeda antara kultivar dalam spesies

yang sama (Villiers, 2007). Peningkatan pertumbuhan rumput gajah liar karena

perlakuan pemupukan juga diakibatkan karena ketersedian unsur kalium yang

terdapat dalam pupuk. Ketersediaan kalium yang cukup, berperan dalam proses

metabolisme tanaman dan juga membantu tanaman dalam menyerap unsur

nitrogen dari dalam tanah. Pendapat ini didukung oleh Prajapati dan Modi (2012)

yang menyatakan kalium sangat penting dalam banyak hal terhadap produktivitas

tanaman. Ini tidak hanya melakukan fungsi fisiologis penting, namun

meningkatkan efisiensi penggunaan nitrogen. Seperti kita ketahui, nitrogen

berhubungan langsung dengan hasil panen. Namun, jika kalium adalah nutrisi

pembatas, produksi pakan ternak akan menurun

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil

yang dilaporkan Brima (2007), bahwa pemupukan NPK nyata mempengaruhi

jumlah daun per tanaman pada rumput Rhodes (Chloris gayana L. kunth.). Hasil

ini sejalan dengan penelitian Gajbhiye et al. (2013) yang melaporkan bahwa

peningkatan dosis pupuk NPK pada rumput lemon (Cymbopogon flexuosus)

meningkatkan tinggi tanaman secara signifikan lebih tinggi, jumlah anakan per

rumpun dan jumlah daun per rumpun lebih banyak. Priyadarshani et al. (2013)

juga melaporkan bahwa pemupukan anorganik berupa pupuk NPK dan

pemupukan organik dengan kompos memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah

Page 53: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

36

anakan, jumlah daun, bobot kering akar dan tajuk. Jumlah anakan rumput

Themeda triandra Forssk. meningkat sejalan dengan peningkatan dosis

pemupukan nitrogen dan fosfor (du Toit, 2014). Pemupukan NPK juga

dilaporkan sangat nyata mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah

daun rumput gajah (Pennisetum purpureum) (Kusuma, 2014). Sementara

Gunamanta et al. (2014) melaporkan bahwa perlakuan pupuk NPK berpengaruh

nyata (P˂0,05) terhadap jumlah daun, luas daun, jumlah anakan, namun tidak

berpengaruh pada tinggi tanaman dan lingkar rumpun rumput Setaria splendida

Stapf. Namun hasil lain menunjukkan bahwa pemupukan NPK tidak memberikan

pengaruh terhadap tinggi tanaman rumput rhodes (Chloris gayana L. kunth.)

(Brima, 2007). Pemupukan nitrogen juga tidak memberikan pengaruh pada tinggi

tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum), seperti yang dilaporkan (Zewdu

et al., 2003). Pemupukan NPK dengan dosis berbeda (0 kg, 150 kg dan 300

kg/ha) juga dilaporkan tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun dan

jumlah anakan rumput Brachiaria brizantha cv MG 5 (Umami et al., 2015).

Cekaman air tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah

dan luas daun rumput gajah liar (Pennisetum polystachion). Dari data terlihat

bahwa tinggi tanaman berturut-turut menurut perlakuan cekaman air adalah

109,67 cm (W3), 110.42 cm (W1) dan 110.83 (W2). Perlakuan cekaman air juga

menghasilkan jumlah anakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan

lain. Jumlah anakan yang dihasilkan secara berturut-turut adalah 17. 08 anakan

(W3), 17.25 anakan (W2) dan 18.67 anakan (W1). Sementara itu perlakuan

cekaman air secara berturut-turut menghasilkan 86.83 helai (W1), 79.08 helai

(W2) dan 78.92 helai (W3). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perlakuan

cekaman air menunjukkan penurunan luas daun sejalan dengan menurunnya

kapasitas lapang tanah. Luas permukaan daun yang diperoleh berurut-turut adalah

63.24 cm2 (W1), 62.59 (W2 dan 60.67 (W3) cm2.

Meskipun tidak menunjukkan pengaruh dari cekaman air terhadap

parameter diatas, namun terlihat bahwa perbedaan yang dihasilkan pada ketiga

perlakuan cekaman air terhadap parameter yang diamati relatif kecil. Keadaan ini

menunjukkan bahwa rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) mempunyai

respon yang cukup baik terhadap kondisi kekeringan. Pertumbuhan dan

Page 54: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

37

pembelahan sel-sel tanaman tidak mengalami gangguan karena kondisi

kekeringan. Pertumbuhan digambarkan sebagai peningkatan ukuran tanaman yang

berhubungan langsung dengan peningkatan jumlah sel dan ukuran sel. Jaringan

meristematik terlibat aktif pemanjangan tanaman oleh pembelahan sel aktif.

Pembelahan sel dan ukuran sel berkurang sejalan dengan penurunan air potensi air

dari sel tanaman yang menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman (Nonami,

1998). Pembelahan sel dan pemanjangan sel berkurang karena stres kekeringan

yang berakibat pada pengurangan luas daun. Pengurangan luas daun pada kondisi

kekeringan kondisi stres merupakan strategi adaptif oleh tanaman. Kebutuhan air

tanaman berkurang dengan cara mengurangi daun luas dan kemungkinan

kelangsungan hidup tanaman meningkat pada kondisi ketersediaan air yang

terbatas (Belaygue et al., 1996), namun kandungan klorofil, kandungan kloroplas

dan aktivitas fotosintesis menjadi berkurang yang dapat mengurangi hasil gabah

(Flagella et al., 2002; Göksoy et al., 2004).

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sama dengan yang telah

dilakukan Hajibabaee et al. (2012), dimana cekaman air melalui pembatasan

irigasi pada jagung tidak mempengaruhi jumlah daun tanaman jagung. Namun

beberapa penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda. Beberapa perlakuan

cekaman air memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman

rumput Chloris gayana, Paspalum dilatatum, Paspalum notatum (Pebriansyah,

2012), rumput benggala dan rumput gajah (Purbajanti et al., 2012). Cekaman air

juga dilaporkan berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan dan jumlah

daun rumput switchgrass (Panicum virgatum) (Fahej, 2012). Cekaman kekeringan

juga menurunkan tinggi tanaman dan luas daun pada rumput Hidropogon

contortus (Wang et al., 2016).

Tidak terdapat interaksi antara perlakuan pemupukan NPK dan cekaman

air terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah dan luas daun rumput gajah

liar (Pennisetum plystachion), seperti yang disajikan pada Tabel 3. Meskipun

demikian, peningkatan dosis pupuk dan peningkatan cekaman air cenderung

meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah anakan, sementara pada jumlah daun

dan luas daun hasil yang diperoleh menunjukkan data yang inkonsisten.

Page 55: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

38

Tabel 3. Interaksi pemupukan NPK dan cekaman air terhadap karakteristik

pertumbuhan rumput gajah liar (Pennisetum polystachion)

Cekaman air NPK

Tinggi

tanaman

(cm)

Jumlah anakan

Jumlah

daun Luas daun

(cm2)

80% KL Tanpa NPK 97.00 14.33 77.67 55.83

NPK 50 g 117.00 18.00 72.00 61.18

NPK 100 g 113.00 19.67 91.67 66.03 NPK 150 g 114.67 22.67 106.00 69.24

60% KL Tanpa NPK 112.33 14.00 78.67 59.07

NPK 50 g 107.00 18.00 77.00 62.44

NPK 100 g 110.00 18.00 77.67 61.95 NPK 150 g 114.00 19.00 83.00 66.89

40% KL Tanpa NPK 101.67 14.00 65.00 60.00

NPK 50 g 108.67 16.33 81.67 58.90 NPK 100 g 112.00 17.00 85.00 63.97

NPK 150 g 114.33 17.08 84.00 59.82

Secara umum, walaupun dalam kondisi mendapat cekaman air, pemupukan NPK

mampu menunjang rumput gajah liar untuk mengoptimalkan pemanfaatan faktor-

faktor pertumbuhan dengan baik. Pendapat ini didukung oleh Patil et al. (2016)

yang menyatakan secara umum peningkatan efisiensi penggunaan air tanaman

pertanian dapat dicapai melalui penerapan jumlah pupuk yang memadai. Stres

kekeringan sangat menghambat pertumbuhan dan perkembangan jagung.

Pertumbuhan dan pengembangan terdiri dari berbagai parameter komponen yang

diestimasi dengan sifat yang berbeda seperti, tinggi tanaman, luas daun, struktur

dan karakter fungsional akar, biomassa tanaman, bobot segar tanaman, bobot

kering tanaman dan diameter batang. Tinggi tanaman, diameter batang, biomassa

tanaman dan luas daun mengurangi stres terhadap kekeringan (Khan et al., 2001;

Zhao et al., 2006). Pertumbuhan daun terdiri dari ukuran daun dan jumlah daun

yang merupakan komponen struktural. fotosintesis, transpirasi dan intersepsi

cahaya adalah sifat fungsional daun. Ukuran daun dan jumlah daun berkurang

pada jagung akibat stres kekeringan. Daun secara alami akan melipat untuk

mengurangi luas daun dan intersepsi cahaya akan berkurang sehingga akan

menurunkan aktivitas fotosintesis. Luas daun dan fotosintesis berbanding lurus

satu sama lain (Stoskopf, 1981).

Page 56: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

39

2. Pengaruh Pemupukan NPK dan Cekaman Air terhadap Bobot Tajuk,

Bobot Akar dan Rasio Akar Tajuk Rumput Gajah Liar

Berat tanaman dapat digunakan sebagai indikator perumbuhan, dalam hal

ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu berdasarkan berat segar dan

berat kering. Bobot akar merupakan komponen yang dapat diukur dalam sistim

perakaran, yang menentukan kemampuan akara tanaman dalam menyerap unsur

hara dalam tanah. Bobot tajuk, bobot akar dan rasio akar:tajuk rumput gajah liar

disajikan pada Tabel 4.

Perlakuan pemupukan NPK tidak mempengaruhi (P>0.05) bobot segar

tajuk, bobot kering dan rasio akar tajuk rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion), namun ada kecenderungan terjadi peningkatan bobot segar dan

menurunkan rasio akar : tajuk rumput gajah liar. Perlakuan cekaman air nyata

(P<0.05) menurunkan bobot segar dan meningkatkan bobot akar, namun tidak

menunjukan perbedaan (P>0.05) terhadap bobot kering tajuk dan rasio akar tajuk

rumput gajah liar (Pennisetum polystachion). Kedua perlakuan tidak

menunjukkan interaksi terhadap bobot segar, bobot kering, bobot kering akar dan

rasio akar tajuk rumput gajah liar (Pennisetum polystachion).

Tabel 4. Bobot segar, bobot tajuk, bobot akar dan rasio akar tajuk rumput

gajah liar (Pennisetum polystachion) yang mendapat perlakuan

pemupukan NPK dan cekaman air

Perlakuan Bobot Segar

Tajuk (g)

Bobot

Kering Tajuk

(g)

Bobot

Kering Akar

(g)

Rasio Akar

Tajuk

Pemupukan NPK (P)

P0 220.56 59.00 10.27a 0.18

P50 223.89 68.11 10.82ab 0.16

P100 240.56 69.78 11.71b 0.17 P150 259.44 68.56 11.24ab 0.17

Cekaman Air (W) W80 256.25b 67.67 10.35a 0.16

W60 244.17b 65.58 10.88a 0.17

W40 207.92a 65.83 11.80b 0.19

P X W ns ns ns ns Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama untuk setiap perlakuan

menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

Page 57: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

40

Meskipun tidak mempengaruhi bobot segar rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion), namun peningkatan dosis pupuk cenderung meningkatkan bobot

segar dan bobot kering tajuk rumput gajah liar (Pennisetum polystachion). Bobot

segar rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) yang diperoleh sebagai akibat

perlakuan pemupukan berturut-turut adalah 220.56 g (P0), 223.89 g (P50) 240.56

g (P100) dan 259.44 g (P150). Sementara bobot kering tajuk tertinggi diperoleh

pada perlakuan pemupukan 100 kg NPK (P50), yaitu 69.78 g diikuti perlakuan

pemupukan 150 kg NPK (P150), 50 kg NPK (P100) dan tanpa pemupukan (P0),

masing-masing 68.56 g, 68.11 g dan 59.00 g. Peningkatan bobot segar dan bobot

kering tajuk rumput gajah liar pada penelitian ini diakibatkan karena adanya

peningkatan pada tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun dan luas daun

akibat dari peningkatan dosis pupuk NPK. Hasil penelitian (Nopriani et al., 2014)

menunjukkan, berdasarkan hasil analisis regresi linier, doubling time jumlah

anakan memiliki hubungan yang signifikan terhadap produksi biomassa rumput

Duckweed (Lemna minor).

Hasil penelitian diatas tidak jauh berbeda dengan yang penelitian Brima,

(2007) yang melaporkan bahwa pemupukan NPK tidak berpengaruh nyata

terhadap bobot segar dan bobot kering per rumpun rumput Rhodes (Chloris

gayana L. Kunth). Hasil penelitian Seseray et al. (2013) menunjukkan bahwa

peningkatan dosis pupuk N, P dan K tidak memberikan pengaruh terhadap

produksi bahan segar dan produksi bahan kering rumput gajah (Pennisetum

purpureum). Hasil yang berbeda dilaporkan oleh (de Freitas et al., 2012), produksi

kering total Tanzanian grass atau rumput benggala (Panicum maximum Jacq.)

berhubungan positif terhadap perlakuan pemupukan nitrogen. Tanpa perlakuan

pemupukan, diperoleh 750 g/m2, sedangkan dengan pemupukan 320 kg N/ha,

1.470 g/m2. Pemupukan nitrogen juga dilaporkan meningkatkan produksi

biomassa Setaria sphacelata dan hanya berpengaruh pada pemupukan dosis 120

kg nitrogen terhadap produksi biomassa Pennisetum polystachion (Valentin et al.,

2014). Penelitian lain yang dilakukan Rusdy (2010) juga menunjukkan adanya

peningkatan produksi bahan kering alang-alang (Imperata cylindrica), rumput

bahia (Paspalum notatum) dan rumput benggala (Panicum maximum) sejalan

dengan peningkatan dosis nitrogen. Iftikhar et al. (2003) juga melaporkan

Page 58: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

41

pemberian pupuk nitrogen 30 g/m2/bulan menunjukan hasil tertinggi terhadap

bobot segar dan bobot kering dua kultivar Cynodon dactylon (kultivar Dacca dan

Chinese), dibandingkan dengan pemupukan 20, 10 dan 0 g/m2/bulan.

Perlakuan pemupukan NPK signifikan meningkatkan (P<0.05) bobot

kering akar, namun hasil yang diperoleh pada pemupukan 50 kg-ha tidak berbeda

nyata dengan pemupukan 100 dan 150 kg-ha. Pemupukan 150 kg NPK (P150)

menghasilkan bobot akar yang lebih tinggi (11,71 g) dan berbeda nyata (P<0.05)

terhadap perlakuan tanpa pemupukan (P0) yang menghasilkan 10. 27 g bobot

kering akar, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemupukan 50 kg NPK

(P50) dan 100 kg NPK (P2), masing-masing dengan bobot kering akar 10.82 g

dan 11.24 g. Rasio akar tajuk tidak dipengaruhi oleh perlakuan pemupukan,

namun perlakuan tanpa pemupukan (P0) cenderung menghasilkan rasio akar tajuk

yang lebih tinggi (0.18) dibandingkan dengan pemberian P3 (0.17), P2 (0.17) dan

P1 (0.16).

Peningkatan bobot akar rumput raja dalam penelitian ini disebabkan

adanya tambahan unsur hara makro N, P dan K yang tersedia yang berasal dari

pemupukan NPK dan mampu diserap oleh akar tanaman. Ketiga unsur makro

tersebut berperan dalam mempercepat, memperbanyak memperkuat dan

memanjangkan akar tanaman sehingga akar dapat menyerap unsur hara dalam

tanah. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penggunaan pupuk

nitrogen secara efektif meningkatkan fotosintesis daun, pengembangan akar yang

dipromosikan, dan perluasan ruang untuk akar untuk mengekstrak air dan nutrisi

di dalam tanah (Li et al., 1999). Hasil penelitian yang sama diperoleh Holechek

(1982), pemupukan nitrogen dan fosfor nyata meningkatkan biomassa, bobot akar

dan rasio akar tajuk pada dua varietas wheatgrass, dan Atrilex canescens. Hal

sebaliknya terjadi pada rasio akar dan tajuk, dimana peningkatan dosis pupuk

NPK menurunkan rasio akar dan tajuk rumput gajah liar. Penurunan ini

disebabkan karena pertumbuhan akar rumput gajah liar yang sempurna dapat

meningkatkan pertumbuhan tajuk tanaman yang dicerminkan dari jumlah anakan,

jumlah daun, luas daun dan tinggi tanaman. Pertumbuhan bagian atas

Pertumbuhan akar berhubungan erat dengan metabolisme fisiologis dan akumulasi

bahan kering pada tunas (Siddique et al., 1990).

Page 59: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

42

Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Ningalo et al. (2017),

yang menunjukkan bahwa pemupukan nitrogen meningkatkan bobot kering akar

rumput Brachiaria humidicola (Rendle) Schweick cv. Tully, namun tidak

berpengaruh terhadap rasio tajuk akar. Demikian juga hasil penelitian (Seseray et

al., 2013) juga tidak menunjukan pengaruh pemupukan N, P dan K terhadap rasio

tajuk dan akar rumput gajah yang dipanen pada umur 45 hari. Sebaliknya Kumar

dan Nikhil (2016) melaporkan bahwa berat kering akar rumput vetiver (Vetiveria

nass. L) yang diberi perlakuan pupuk alga dan pupuk kandang lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan pupuk lainnya dan menghasilkan ratio panjang

akar : batang yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lain.

Perlakuan cekaman air mempengaruhi (P<0.05) bobot segar rumput dan

bobot kering akar namun tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap bobot kering tajuk

dan rasio akar tajuk rumput. Uji Berganda Jarak Duncan (DMRT) menunjukan

bahwa tanah dengan 40% kapasitas lapang (W3) menghasilkan bobot segar yang

lebih rendah (207.92 g) berbeda nyata (P<0.05) dengan kapasitas lapang 60%

(W2) (244.17 g) dan kapasitas lapang 80% (W1) (256.25 g). Bobot kering akar

rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) juga dipengaruhi (P<0.05) oleh

perlakuan cekaman air. Tanah dengan kapasitas lapang yang lebih rendah (W3)

(40% kapasitas lapang) menghasilkan bobot akar yang lebih tinggi yaitu 11.88 g,

berbeda nyata dengan 60% kapasitas lapang (W2) dan kapasitas lapang 80%

(W3) yaitu 10. 88 g dan 10.35 g. Hasil berbeda diperoleh pada bobot kering tajuk

rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) dan rasio akar tajuk tidak

dipengaruhi (P>0.05) oleh perlakuan cekaman air. Bobot kering tajuk tertinggi

diperoleh pada perlakuan 80% kapasitas lapang (W1) yaitu 67.67 g diikuti 40%

kapasitas lapang (W3) dan 60% kapasitas lang (W1), masing-masing 65.83 g dan

65.58 g. Pada perlakuan cekaman air, kapasitas lapang 40% (W3) menghasilkan

rasio akar tajuk lebih tinggi, yaitu 0.19 dibandingkan dengan kapasitas lapang

60% (W2) dan 80% (W1), masing-masing dengan rasio 0.17 dan 0.16.

Penurunan bobot segar dan bobot kering rumput gajah liar akibat

penurunan kandungan air tanah berkaitan dengan dengan pertumbuhan bagian atas

(tajuk) rumput gajah liar. Perlakuan cekaman air dengan menurunkan kadar air

tanah, menurunkan parameter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah

Page 60: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

43

anakan, jumlah daun dan luas daun. Penurunan parameter pertumbuhan tersebut

diakibatkan karena terjadinya penurunan proses fotosintesis tanaman karena

ketersediaan air yang terbatas. Saddam et al. (2014) menyatakan kekeringan atau

cekaman abiotik lainnya menyebabkan reduksi dari hasil dan pertumbuhan

tanaman. Cekaman membatasi proses fotosintesis dan akibatnya, terbatasnya

ketersediaan asimilat dari fotosintesis dan energi untuk tanaman. Di bawah

kondisi defisit air, tanaman sangat membutuhkan air yang tersedia di zona akar,

dan genotipe toleran akan mengekstrak air dari lapisan dalam tanah (Xiong et al,,

2006). Selanjutnya Dhanda et al. (2004) melaporkan bahwa penurunan

ketersediaan air mempengaruhi Produksi tanaman pada tahap pertumbuhan yang

berbeda namun umumnya mengakibatkan penurunan panjang coleoptile,

meningkatkan bobot akar dan meningkatkan rasio akar dan tajuk.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berbeda dengan beberapa

penelitian sebelumnya. Jupp dan Newman (1987) melaporkan hasil yang sama

terhadap Perrenial Ryegrass (Lolium perenne). Penurunan air potensial pada

Ryegrass tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap bobot segar, kering dan

rasio akar tajuk. Cekaman air karena kondisi kekeringan juga mendapatkan hasil

yang sama dengan penelitian Dong dan Patton (2011) terhadap Western

Wheatgrass (Pascopyrum smithii (Rydb.) A. Löve, Green needlegrass (Nassella

viridula (Trin.) Barkworth), Kentucky bluegrass (Poa pratensis L.) dan smooth

brome (Bromus inermis Leyss.) Sebaliknya hasil lain dari Sinaga (2008)

menunjukan perlakuan penurunan ketersediaan air tanah nyata (P<0.05)

menurunkan bobot kering tajuk, bobot kering akar dan rasio tajuk akar pada

rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan hasil yang sama juga terjadi rumput

raja (Pennisetum purpupoides), rumput Brachiaria decumbens (Nohong, 2015)

dan Panicum maximum (Purbajanti et al., 2012). Hasil lain yang diperoleh Riaz et

al. (2010) pada tiga kultivar Cynodon dactylon (Fine Dacca, Dacca dan Khabbal)

menunjukan penurunan berat tajuk, berat akar, ketebalan daun dan luas daun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi (P>0.05)

antara dosis pemupukan NPK dengan cekaman air terhadap bobot segar, bobot

kering, bobot akar dan rasio akar:tajuk rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion), seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Page 61: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

44

Tabel 5. Interaksi pemupukan NPK dan cekaman air terhadap bobot tajuk, bobot

akar dan rasio akar tajuk rumput gajah liar (Pennisetum polystachion)

Cekaman air NPK Bobot

Segar (g)

BK Tajuk

(g)

BK Akar

(g)

Rasio Akar

Tajuk

80% KL Tanpa NPK 243.33 65.33 9.49 0.15 NPK 50 g 201.67 61.67 9.70 0.17

NPK 100 g 273.33 72.00 11.35 0.16

NPK 150 g 306.67 71.67 10.58 0.17 60% KL Tanpa NPK 226.67 53.67 9.91 0.19

NPK 50 g 256.67 71.33 10.44 0.15

NPK 100 g 243.33 72.00 11.96 0.16

NPK 150 g 250.00 65.33 11.20 0.18 40% KL Tanpa NPK 191.67 58.00 11.40 0.20

NPK 50 g 213.33 71.33 12.39 0.18

NPK 100 g 205.00 65.33 11.81 0.19 NPK 150 g 221.67 68.67 11.93 0.17

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rumput

gajah liar mampu memanfaatkan cahaya matahari dan kelembaban tanah yang

tersedia untuk mengakumulasikan hasil fotosintensis menjadi biomasa. hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa rumput gajah liar mampu memanfaatkan

unsur hara tersedia yang berasal dari pemupukan NPK secara efiesien meskipun

dalam kondisi kekurangan air. Beberapa indikator kekeringan memang mulai

terlihat pada rumput gajah liar yang tumbuh pada kondisi 40% kapasitas lapang

seperti terjadinya pengurangan jumlah daun dan penurunan luas daun. Penurunan

ini merupakan respon umum dari tananam untuk mempertahankan

pertumbuhannya dalam kondisi tercekam yang pada akhirnya akan mempengaruhi

produktivitas tanaman. Kelembaban tanah yang cukup merupakan faktor penting

yang mempengaruhi produksi tanaman, kebutuhan nutrisi dan efektivitas

pemupukan. Hijauan pakan ternak memiliki respon terhadap pemupukan secara

langsung berkaitan dengan kandungan dan distribusi presipitasi musiman dan

ketersediaan air yang tersimpan dalam tanah. Pada area yang lebih kering dan

pada beberapa tanah berpasir, response pemupukan akan mengalami penurunan

karena kerterbatasan ketersediaan air (Malhi dan Gill, 2004). Selanjutnya Taiz dan

Zeiger (2002) menyatakan resistensi tanaman terhadap kekeringan meliputi

karakteristik anatomi, morfologi dan fisiologi yang menghambat dehidrasi atau

membuat tanaman menjadi toleran terhadap dehidrasi. Diantara mekanisme yang

diobservasi pada beberapa spesies antara lain : penurunan luas daun melalui

Page 62: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

45

penurunan laju perluasan daun, meningkatkan laju penuaan daun atau

menurunkan jumlah daun dan anakan, memperdalam sistim perakaran, penutupan

stomata, osmoregulasi dengan mengakumulasikan zat terlarut seperti karbohidrat,

asam organik, asam amino dan ion anorganik; deposisi malam atau lilin (wax)

pada lapisan epidermis daun, adaptasi dalam ukuran, anatomi dan pengaturan

daun, perubahan struktur membran sel dan peningkatan aktivitas enzim dan

ekpresi genetik (Mahajan dan Tuteja, 2005).

Cekaman air dan suplai nitrogen dalam tanah akan membatasi

produktivitas tanaman. Status nitrogen dari tanaman mempunyai pengaruh yang

signifikan dengan ketersediaan air, bila nitrogen dan air berinteraksi. Bila

tanaman mengalami kekeringan yang panjang, mobilitas nitrogen terbatas karena

kondisi tanah yang terhidrasi (Ciríaco et al., 2011). Selanjutnya, bila tanaman

mengalami kekeringan, defisiensi nitrogen akan terjadi yang dapat membatasi

pertumbuhan tanaman dan akan terjadi klorosis (penguningan daun) pada tanaman

(Taiz dan Zeiger, 2002). Pada kondisi kekeringan, kandungan air tanah menurun

dan pergerakan air ke akar menjadi terganggu. Air tanah akan hilang melalui

transpirasi tanaman dan bila tanah tidak menjadi sulpali air lagi kana

menyebabkan kehilangan turgor. Sebagai respon terhadap kehilangan air,

transpirasi akan mengalami penurunan. Pada daun, pori-pori pada kompleks

stomatal akan menutup sebagai respon terhadap kekurangan air. Bila turgor

meningkat, sel-sel yang mengelilingi pori-pori stomata akan mengisi stomata

sehingga menurunkan bukaan stomata (Bray, 2007).

Kontribusi unsur kalium yang terdapat pada pupuk NPK juga berperan

dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah liar dalam

penelitian ini. Peranan kalium dalam membuka dan menutup stomata merupakan

respon rumput gajah liar terhadap kondisi air yang terbatas. Bila suplai air

terbatas, sel-sel akan menutup stomata dengan lambat untuk menghindari

kehilangan air yang lebih besar. Akibatnya, tanaman yang mendapatkan suplai

kalium yang tidak cukup lebih rentan terhadap kondisi kekeringan. Kuwahara et

al. (2016) telah membuktikan teori mitigasi pengaruh suplementasi fosfor pada

tanaman dalam kondisi cekaman air, terutama pengaruh perkembangan dan

pertumbuhan akar dan jumlah anakan pada rumput Urochloa brizantha cv. MG-4,

Page 63: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

46

Urochloa decumbens cv. Basilisk, Panicum maximum cv. Áries, Panicum

maximum cv. Tanzânia dan Paspalum atratum cv. Pojuc.

3. Kandungan prolin rumput gajah liar

Akumulasi prolin adalah salah satu adaptasi tanaman terhadap kondisi

kekurangan air dan salinitas, sehingga dapat dijadikan parameter untuk

menentukan tanaman mendapat cekaman dari kedua kondisi tersebut (Kumar et

al., 2000). Kandungan prolin rumput gajah liar yang mendapat perlakuan

pemupukan NPK dan cekaman air ada penelitian ini di sajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan prolin daun rumput gajah liar (Pennisetum polystachion)

yang mendapat perlakuan pemupukan NPK dan cekaman air

Perlakuan Kandungan Prolin (µmol-g)

Pemupukan NPK (P)

P0 20.55

P50 19.62 P100 19.30

P150 17.85

Cekaman Air(W)

W80 18.76a W60 19.77b W40 20.10b P X W ns

Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang

berbeda nyata (P<0.05)

Kandungan prolin rumput gajah yang diperoleh dalam penelitian ini tidak

dipengaruhi (P<0.05) oleh perlakuan pemupukan NPK, namun data menunjukkan

bahwa kadar prolin rumput raja mengalami penurunan sejalan dengan

peningkatan dosis pupuk NPK. Terjadinya penurunan kadar prolin karena

peningkatan dosis pupuk pada perlakuan pemupukan menunjukkan pemberian

pupuk membantu mempertahankan kondisi fisiologis rumput gajah liar, sehingga

mampu mempertahankan pertumbuhan secara optimal. Peningkatan tinggi

tanaman, jumlah anakan, jumlah dan luas daun yang diperoleh pada penelitian ini

mengindikasikan bahwa secara morfologis rumput gajah liar memberikan respon

yang positif terhadap peningkatan pemberian pupuk NPK sampai dosisi 150 kg-ha.

Meskipun peranan unsur N, P dan K berkaitan dengan hubungan dan mekanisme

Page 64: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

47

fisiologis dari ketersediaan unsur hara terhadap kandungan prolin tanaman belum

secara detail terungkap, namun ketiga unsur tersebut sangat berperan dalam

beberapa proses fisilogis tanaman. Nitrogen merupakan unsur penyusun semua

asam amino dan memiliki peran sentral dalam proses metabolisme seluler (Grusak

et al., 2016). Fosfor adalah elemen dasar yang terlibat dalam transfer energi pada

tanaman. Fosfor juga berperan dalam konversi karbohidrat menjadi hormon,

protein dan energi untuk membentuk daun baru dan buah. Pandey (2015)

menyatakan fosfor berperan dalam proses fotosintesis, merupakan bahan dasar

dari asam nukleat dan fosfolipid. Unsur kalium mempengarui penyerapan air sel

tanaman, berperan sebagai katalis dalam penyerapan unsur besi dan merupakan

unsur esensial dalam pembentukan dan translokasi protein, pati dan gula. Ion

Kalium juga membantu gradien kimiaelektro antara mebran sel dan berperan

dalam transportasi sejumlah senyawa kimia (Grusak et al., 2016).

Hasil penelitian yang sama dilaporkan oleh Lalelou dan Fateh (2014) pada

kultivar bread wheat dan durum wheat. Hasil berbeda pada tanaman Rubia

tinctorum L. pemupukan fosfor singnifikan (P<0.05) meningkatkan kadar prolin,

namun sebaliknya pemupukan nitrogen signifikan ((P<0.05) menurunkan kadar

prolin pada daun. Kandungan prolin tanaman German chamomile (Matricaria

chamomilla L.) dipengaruhi oleh pemupukan fosfor dan kalium, namun tidak

dipengaruhi oleh pemupukan N (Salehi et al., 2016). Hasil penelitian pada dua

kultivar gandum (Triticum ssp.) juga menunjukkan adanya perbedaan pemupukan

organik dan pemupukan anorganik terhadap kandungan prolin (Jawad et al.,

2015).

Kandungan prolin rumput gajah liar nyata meningkat (P<0.05) karena

perlakuan cekaman air. Penurunan kadar air sampai 40% kapasitas lapang

menghasilkan kandungan prolin tertinggi, berbeda nyata (P<0.05) dengan 80%

kapasitas lapang namun tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan kandungan prolin

pada 60% kapasitas lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan

prolin rumput gajah liar mengalami peningkatan akibat penurunan kadar air

sampai 40% kapasitas lapang, namun hasil yang diperoleh sama dengan kadar

prolin pada kondisi 60% kapasitas lapang. Hasil ini mengindikasikan bahwa

rumput gajah liar secara fisiologis mampu mempertahankan kondisi biokimia

Page 65: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

48

dalam organ daun sebagai respon terhadap kandungan air tanah yang rendah.

Kandungan prolin rumput gajah liar yang diperoleh dalam penelitian ini lebih

rendah dibandingkan dengan tanaman lain seperti gandum (Jawad et al., 2015),

rumput gajah dan rumput Brachiaria (Nohong, 2015), tall fescue (Festuca

arundinacea (Schreb.) (Man et al., 2011). Perbedaan kandungan prolin

disebabkan setiap spesies yang berbeda memiliki respon yang berbeda terhadap

kondisi kekeringan. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian pengaruh

cekaman air terhadap kandungan prolin rumput gajah (Budiman, 2013), rumput

gajah dan rumput Brachiaria decumbens (Nohong, 2015). Sementara Maralian

dan Ebadi (2010) menunjukkan adanya perbedaan signifikan kandungan prolin

antara fase reproduktif dan fase vegetatif pada tanaman gandum.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi (P>0.05) perlakuan

pemupukan NPK dan cekaman air terhadap kandungan prolin rumput gajah

(Tabel 7.). Pemupukan NPK dengan dosis 150 kg per hektar menghasikan

kandungan prolin terendah untuk semua perlakuan cekaman air. Sementara itu,

kandungan prolin tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan pada

kondisi 40% kapasitas lapang.

Tabel 7. Interaksi pemupukan NPK dan cekaman air terhadap kandungan

prolin daun rumput gajah liar (Pennisetum polystachion)

Cekaman air NPK Kandungan Prolin (µmol-g)

80% KL Tanpa NPK 20.33

NPK 50 g 18.96

NPK 100 g 18.34

NPK 150 g 14.84

60% KL Tanpa NPK 20.45

NPK 50 g 19.64

NPK 100 g 19.86

NPK 150 g 18.91

40% KL Tanpa NPK 20.87

NPK 50 g 20.28

NPK 100 g 19.70

NPK 150 g 19.85

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dengan penelitian-

penelitian sebelumnya yang dilakukan pada beberapa jenis tanaman. Hasil

penelitian Jawad et al. (2015) menunjukkan adanya interaksi antara cekaman air,

Page 66: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

49

kultivar dan pemupukan terhadap kandungan prolin tanaman gandum. Sementara

Budiman (2013) melaporkan adanya interaksi antara pemupukan nitrogen dan

cekaman air terhadap kandungan prolin rumput gajah.

Tidak terdapatnya interaksi pemupukan dan cekaman air terhadap

kandungan prolin rumput gajah menunjukkankan bahwa pada kondisi kekurangan

air sampai kapasitas lapang40%, akar rumput gajah liar mampu menyerap unsur

hara nitrogen, fosfor dan kalium tersedia baik yang terdapat dalam tanah maupun

yang diberikan dalam perlakuan pemupukan. Ketersediaan dan penyerapan unsur

N, P dan K mampu untuk mempertahankan proses metabolik pada rumput gajah

liar, meskipun dalam kondisi ketersediaan air tanah yang terbatas. Nitrogen

dibutuhkan tanaman untuk sintesis asam amino yang merupakan komponen

penting dari protein. Asam amino juga berperan dala pembentukan protoplasma

dan divisi sel. Jika ketersediaan nitrogen bagi tanaman rendah, tanaman tidak

mampu menghasilkan protein untuk proses metabolik dan mempertahankan level

pertumbuhannya (Barker dan Bryson, 2006). Fosfor (P) adalah salah satu dari

nutrisi mineral penting dan terlibat dalam dalam memperbaiki dampak negatif dari

cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Garg et

al., 2004). Selanjutnya Sawwan et al., 2000) menyatakan bahwa P memperbaiki

efek buruk dari cekaman air dan berperan dalam pengaturan potensi osmotik

dalam tanaman violet african (Saintpaulia).

D. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan :

1. Pemupukan NPK sampai dosis 150 kg-ha meningkatkan tinggi tanaman,

jumlah anakan, jumlah daun, luas daun, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk,

bobot akar dan rasio akar:tajuk (Pennisetum polystachion),

2. Perlakuan cekaman air menurunkan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah

daun dan luas daun, bobot segar dan bobot kering tajuk, namun meningkatkan

bobot kering akar, rasio akar:tajuk dan kandungan prolin rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion)

3. Rumput gajah liar mampu tumbuh dengan baik dengan pemupukan NPK 150

kg-ha pada pada kandungan air 40% kapasitas lapang.

Page 67: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

50

BAB IV PENGARUH JARAK TANAM DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP

PERTUMBUHAN, HASIL DAN KUALITAS RUMPUT GAJAH LIAR

(Pennisetum polystachion)

A. Latar Belakang

Rumput gajah liar atau dikenal juga dengan mission grass (Pennisetum

polystachion) memiliki potensi yang cukup besar sebagai pakan ternak ruminasia

di Propinsi Jambi. Melihat sifat penyebaran yang cepat melalui biji dan sifat

tumbuh yang mudah terutama pada tanah yang miskin unsur hara, rumput ini

diharapkan mampu menjadi solusi dalam memecahkan permasalahan penyediaan

pakan hijauan yang berkualias di Propinsi Jambi. Rumput ini juga memiliki

kandungan gizi yang tidak kalah dengan rumput benggala. Rumput ini juga

diketahui memiliki respon yang baik terhadap kekeringan, meskipun tidak mampu

tumbuh dan berkembang pada kondisi kekeringan yang berkepanjangan. Rumput

gajah liar memiliki kandungan gizi dan kecernaan yang cukup baik dan mampu

memenuhi kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Dougall and Bogdan (1965)

menyatakan rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) memiliki kandungan

kandungan bahan kering 19.7, protein kasar 8.6%, serat kasar 37.7%, ADF dan

NDF masing-masing 43.8 dan 72.7% dan kecernaan bahan organik 59.5%.

Penelitian mengenai rumput gajah liar sebagai pakan ternak masih minim

dilakukan, yang dimungkinkan karena rumput ini sangat cepat mendominasi

lahan-lahan pertanian. Akibatnya spesies ini dianggap sebagai gulma lahan

pertanian dan lebih banyak diupayakan untuk dimusnahkan. Meskipun memiliki

kemampuan tumbuhan yang baik pada lahan marginal dan mampu berkompetisi

dengan spesies lain, namun manajemen pemeliharan yang baik mulai dari

penanaman sampai pemanenan perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan

dan produksi serta kualitas pakan hijauan yang tinggi.

Manajemen pemeliharan yang perlu dilakukan adalah pengaturan

kepadatan tanaman per satuan luas. Manajemen ini dapat dilakukan dengan

pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanam memungkinkan tanaman

mempunyai ruang yang cukup untuk mendapatkan faktor pertumbuhan. Jarak

tanam juga menyebabkan perakaran berkembang optimal sehingga mampu

Page 68: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

51

menyerap unsur hara dari dalam tanah, sehingga kompetisi antara tanaman dapat

dihindari. Manajemen pemotongan yang meliputi jarak pemotongan (interval

defoliasi) dan tinggi potongan (intensitas defoliasi) juga menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan, produksi dan kualitas pakan hijauan. Interval

pemotongan yang terlalu rapat dapat mengganggu pertumbuhan, selanjutnya

pemotongan yang terlalu lama dapat menurunkan kualitas pakan hijauan.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari pengaturan jarak

tanam dan interval pemotongan terhadap pertumbuhan, komposisi kimia,

kandungan fraksi serat dan kecernaan rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion).

B. Materi dan Metoda Penelitan

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Peternakan

Universitas Jambi mulai dari bulan Mei 2015 sampai dengan bulan Januari 2016.

Analisa proksimat dan analisa van Soest dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi

dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

2. Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan dalam penelitian tahap ini adalah :

1. Bahan tanam berupa pols

2. Pupuk NPK

3. Bahan untuk analisa proksimat dan analisa kecernaan secara in vitro

Peralatan yang digunakan antara lain cangkul, garu, sekop, slang air, water

sprayer untuk penyiapan dan pemeliharaan lahan penelitian. Timbangan untuk

mengukur dosis pupuk yang diberikan dan untuk mengukur bobot akar dan tajuk

tanaman. Sabit dan alat pemotong rumput digunakan dalam proses pemanenan

tanaman. Parang digunakan untuk memotong tanaman menjadi ukuran kecil yang

akan digunakan sebagai sampel dalam analisa lebih lanjut. Peralatan lain yang

digunakan adalah peralatan laboratorium dalam analisa proksimat dan kecernaan

in vitro rumput gajah liar.

Page 69: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

52

3. Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan petak terbagi

(Split plot Design) dengan dua faktor, dalam pola 3 X 3 dengan kelompok

sebagai ulangan, yaitu :

1. Faktor jarak tanam sebagai petak utama, yang terdiri dari :

T1 : jarak tanam 30 X 30 cm

T2 : jarak tanam 40 X 40 cm

T3: jarak tanam 60 X 60 cm

2. Faktor interval pemotongan sebagai anak petak, yang terdiri dari :

I1 : interval pemotongan 30 hari

I2 : interval pemotongan 40 hari

I3 : interval pemotongan 60 hari

Kombinasi kedua faktor perlakuan berjumlah sembilan perlakuan. Setiap

kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga jumlah keseluruhan

perlakuan dan ulangan adalah dua puluh tujuh satuan percobaan.

Model matematika dari rancangan yang digunakan adalah :

Yijk = µ + Kk + Ai + δik + Bj + ABij + ϵijk ;

dimana :

Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke k yang

memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke i dari perlakuan

jarak tanam dan taraf ke j dari perlakuan interval pemotongan)

µ = Nilai tengah populasi

Kk = Pengaruh dari kelompok ke k

Ai = Pengaruh taraf ke-i dari perlakuan jarak tanam

δik = Pengaruh galat yang muncul dari taraf ke-i dari perlakuan jarak

tanam dalam kelompok ke - k

βj = Pengaruh taraf ke j dari interval peotongan

ABij = Pengaruh interaksi taraf ke i dari jarak tanam dan taraf ke j dari

interval pemotongan

∈ijk = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij

Page 70: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

53

4. Pelaksanaan Penelitian

Persiapan media tanam. Lahan yang akan digunakan untuk penelitian

lapang dibersihkan dari vegetasi yang tumbuh di areal tersebut. Pembongkaran

dan pembalikan tanah perlu dilakukan untuk mendapatkan kedalaman tanam yang

cukup untuk pertumbuhan tanaman dan sekaligus untuk membongkar akar-akar

tanaman lain yang masih terdapat pada lahan tersebut. Pembalikan tanah dan

penghalusan tanah dari bongkahan-bongkahan menjadi remah dilakukan dengan

menggunakan cangkul dan garu. Akar-akar tanaman yang masih terdapat pada

lahan penelitian dibuang untuk menghindari terjadinya pertumbuhan kembali dari

tanaman tersebut. Lahan yang telah dibersihkan, kemudian dibagi kedalam plot-

plot penelitian dengan membentuk guludan (bedengan) dengan ukuran 3 X 2.5

meter. Jumlah guludan yang digunakan adalah 27 yang terdiri dari 9 baris sebagai

perlakuan dengan 3 ulangan. Jarak antar baris dan antar guludan dengan lebar 50

cm digunakan untuk drainase.

Pemupukan dan penanaman. Pemberian pupuk kandang berupa kotoran

ayam dengan dosis 7.5 kg per plot atau setara dengan 10 ton-ha diilakukan satu

bulan sebelum penanaman rumput untuk memberikan kesempatan terjadinya

inkubasi pupuk. Pemberian pupuk kandang dilakukan bersamaan dengan

pembuatan plot percobaan. Penanaman dilakukan dengan menggunakan bahan

tanam sobekan rumpun (pols) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Satu bahan

tanam pols terdiri dari 3 batang dengan panjang 15 cm dari pangkal batang.

Populasi rumput gajah liar untuk setiap perlakuan jarak tanam adalah 56 tanaman

untuk jarak tanam 30 X 30 cm, 36 rumpun untuk jarak tanaman 40 X 40 cm dan

20 tanaman untuk jarak tanam 60 X 60 cm. rumput yang telah ditanam dipelihara

selama lebih kurang 50 hari. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman

yang mati dalam masa pemeliharan. Pemotongan penyeragaman (trimming)

setelah tumput berumur 50 hari untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam.

Pemupukan NPK dengan dosis 112.5 g atau setara dengan 150 kg-ha diberikan

untuk setiap plot percobaan. Dosis pupuk ini merupakan dosis pupuk NPK terbaik

pada penelitian tahap I

Page 71: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

54

Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman selama penelitian meliputi

penyiraman dan penyiangan. yang diberikan.. Penyiraman rumput dilakukan

setiap hari karena terjadinya kemarau yang panjang pada saat penelitian.

Penyiangan dilakukan secara rutin untuk menghindarinya terjadinya kompetisi

antara rumput dengan gulma.

Pemotongan. Pemotongan dilakukan sesuai dengan perlakuan interval

pemotongan. Pemotongan dilakukan dengan tinggi pemotongan 10 centimeter

dari permukaan tanah.

5. Pengamatan

Paramater yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok

aspek pengamatan, yaitu aspek-aspek agronomi tanaman dan aspek kualitas

(nutrisi) rumput Pennisetum polystachion, yaitu :

1. Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diperoleh dengan mengukur tinggi

tanaman pada setap fase pemotongan (defoliasi). Pengukuran tinggi tanaman

dilakukan dengan mengukur tanaman mulai dari permukaan tanah sampai ke

ujung tertinggi tanaman.

2. Jumlah anakan (anakan/rumpun). Jumlah anakan diperoleh dengan cara

menghitung jumlah anakan yang berasal dari tunas yang muncul dan tumbuh

pada rumpun utama tanaman.

3. Bobot segar tajuk (gram/rumpun). Berat tajuk tanaman diperoleh dengan cara

memotong tanaman dengan ketinggian pemotongan (intensitas defoliasi) 10

cm dari permukaan tanah. Tanaman yang telah dipotong kemudian ditimbang

untuk mendapatkan bobot segar.

4. Bobot kering tajuk (gram/rumpun). Dari bobot segar tanaman yang sudah

dipotong, diambil 1 (satu) kilogram sampel dan dimasukan kedalam kantong

kertas untuk selanjutnya dilakukan pengeringan dalam oven dengan suhu

700C. Sampel yang telah kering ditimbang untuk mendapatkan bobot kering

hijauan.

5. Bobot kering tajuk per plot (gram/plot). Bobot kering tajuk per plot diperoleh

dengan mengalikan bobot kering tanaman per rumpun dengan jumlah

tanaman pada setiap petak percobaan sesuai dengan jarak tanam.

Page 72: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

55

6. Nilai nutrisi rumput Pennisetum polystachion, yang meliputi ; kandungan

bahan kering (BK), protein kasar (PK), serat kasar (SK) lemak kasar (LK)

dan abu yang diperoleh dengan analisa Weende Proximat (Close dan Menke,

1986).

7. Kandungan serat (ADF dan NDF) yang diperoleh dengan analisa kandungan

serat (van Soest, 1977).

8. Kecenaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO).

Kecernaan bahan kering dan bahan organik diperoleh dengan metode sesuai

petunjuk Tilley dan Terry (1963).

6. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan Analysis of Variance (ANOVA) sesuai

dengan rancangan yang digunakan dengan menggunakan aplikasi SPSS ver. 21

dan apabila terdapat pengaruh yang nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda

Duncan (Gomez dan Gomez, 1984).

C. Hasil dan Pembahasan

1. Keadaan umum Penelitian

Penelitian lapang ini dilaksanakan pada kondisi musim kemarau yang

cukup panjang. Pada awal penelitian curah hujan masih mencukupi untuk

memenuhi ketersediaan air tanah. Kondisi ini terlihat dari pertumbuhan tanaman

yang bagus dan tidak terlihat tanda-tanda tanaman mengalami kondisi kekurangan

air. Saat rumput berumur 50 hari dan telah dilakukan pemotongan penyeragaman

(trimming), curah hujan mulai mengalami penurunan. Kondisi ini mnyebabkan

rumput mengalami kesulitan untuk melakukan proses pertumbuhan kembali

(regrowth). Temperatur udara yang cukup tinggi ikut berpengaruhi terhadap

pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan dilakukan untuk mempertahankan

pertumbuhan tanaman dengan melakukan penyiraman dua kali sehari. Data iklim

yang meliputi suhu, curah hujan dan kelembaban disajikan pada Tabel 5.

Page 73: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

56

Tabel 8. Rata-rata suhu, kelembaban dan curah hujan selama penelitian

lapang

Bulan Suhu min

(OC)

Suhu

maks

(OC)

Suhu

rata-rata

(OC)

Kelembaban rata-rata (%)

Curah

hujan

(mm)

Mei 2015 24.5 29.8 27.5 85.5 1013,7

Juni 2015 23.9 32.9 27.4 84.0 57.0

Juli 2015 23.5 33.6 27.7 78.0 64.0 Agustus 2015 23.0 33.4 27.7 76.3 40.3

September 2015 23.4 33.0 27.4 77.6 54.0

Oktober 2015 23.0 32.6 27.2 79.4 96.1

November 2015 23.7 32.9 27.0 85.2 87.0

Desember 2015 23.9 31.8 26.9 86.3 620.0

Januari 2016 24.2 31.9 26.6 88.3 458.8 Sumber : Pusat database-BMKG, Stasiun Klimatologi Sei. Duren Muaro Jambi,

Badan Meteorologi dan Geofisika, 2016

Musim kemarau yang panjang dengan curah hujan yang sangat rendah

terutama pada bulan Juni sampai dengan bulan November 2015 dengan curanh

hujan kurang 100 mm, seperti yang disajikan pada Tabel 8. Kondisi ini

menyebabkan ketersediaan air yang sangat rendah selama masa penelitian, yang

berdampak pada pertumbuhan rumput. Suhu maksimum diatas 30o C dan

terjadinya kabut akibat pembakaran lahan turut memberikan dampak buruk

terhadap tanaman. Kondisi ini mulai terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan

November 2015. Untuk memberikan suplai air yang cukup bagi rumput,

dilakukan penyiraman sebanyak dua kali sehari (pagi dan sore), terutama pada

masa awal pertumbuhan rumput setelah dilakukan pemotongan penyeragaman.

Penampilan pertumbuhan rumput gajah liar pada tahap awal penelitian karena

kondisi kekeringan yang cukup panjang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Dampak kekeringan terhadap pertumbuhan rumput gajah liar pada

tahap awal penelitian

Page 74: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

57

2. Pengaruh Jarak Tanam dan Interval Pemotongan terhadap Tinggi

Tanaman dan Jumlah Anakan Rumput Gajah Liar (Pennisetum

polystachion)

Rumput perennial mengalami tahap pertumbuhan yang sangat jelas, yang

masing-masing ditandai oleh karakteristik tertentu yang dapat terlihat dan dapat

diukur baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Dimulai sebagai benih

rumput berjalan melalui perkecambahan, dan kemudian menghasilkan daun

selama keadaan vegetatif. Pertumbuhan dan perkembangan organ-organ berupa

daun, anakan, bunga dan organ-organ lainnya sangat diperanguhi oleh genetik

tanaman tersebut serta pengaruh manajemen dan lingkungan tumbuh. Manajemen

pemeliharan tanaman rumput pakan ternak seperti pengaturan jarak tanam,

pemupukan, pengairan dan pengaturan pemotongan berperan penting dalam

menunjang pertumbuhan perkembangan serta produktivitas tanaman. Pengaturan

penanaman ditujukan untuk memperkecil terjadinya persaingan dalam

mendapatkan faktor-faktor pertumbuhan, sedangkan pengaturan pemotongan

perlu dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal dari

tanaman pakan ternak.

Jarak tanam berkaitan langsung dengan kepadatan tanaman per satuan

luas. Kepadatan tanaman yang tinggi cenderung meningkatkan produksi tanaman

per satuan luas. Namun demikian kepadatan tanam yang tinggi atau jarak tanaman

yang lebih rapat akan berpengaruhi terhadap karakteristik pertumbuhan tanaman

tersebut. Demikian juga halnya dengan pengaturan waktu pemotongan (interval

defoliasi). Penampilan rumput gajah liar pada tahap awal pertumbuhan disajikan

pada Gambar 4. Karakteristik pertumbuhan berupa tinggi tanaman dan jumlah

anakan rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) sebagai respon terhadap

pengaturan jarak tanam dan interval pemotongan dalam penelitian ini disajikan

pada Tabel 9.

Perlakuan jarak tanam signifikan mempengaruhi (P<0.05) tinggi tanaman

rumput gajah liar, namun tidak mempengaruh (P>0.05) jumlah anakan. Interval

pemotongan signifikan mempengaruhi (P<0.05) tinggi tanaman dan jumlah

anakan rumput gajah liar. Interaksi kedua perlakuan mempengaruhi (P<0.05)

tinggi tanaman dan jumlah anakan.

Page 75: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

58

Gambar 4. Tahap awal masa pertumbuhan rumput gajah liar yang mendapat

perlakuan jarak tanam dan interval pemotongan

Tabel 9. Tinggi tanaman dan jumlah anakan rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) pada perlakuan jarak tanam dan interval pemotongan

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Anakan

Jarak Tanam (J)

30 X 30 cm (J1) 123.66a 32.93 40 X 40 cm (J2) 129.52b 32.98

60 X 60 cm (J3) 138.69c 32.17

Interval (I)

30 hari (I1) 97.36a 33.46b

40 hari (I2) 138.36b 34.28b

60 hari (I3) 156.16c 30.34a

J X I * * Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama untuk setiap perlakuan

menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

* Singnifikan pada level 0.05

Uji jarak berganda Duncan menunjukkan peningkatan jarak tanam

signifikan meningkatkan tinggi tanaman rumput gajah liar. Penanaman rumput

gajah liar dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rumput gajah liar yang

ditanam dengan jarak yang lebih renggang (60 X 60 cm) menghasilkan tanaman

yang lebih tinggi, bobot segar per rumpun, bobot kering per rumpun dan bobot

kering per plot dibandingkan dengan tanaman yang ditanam lebih rapat (30 X 30

cm). Jumlah anakan, meskipun tidak dipengaruhi oleh jarak tanam mengalami

penurunan pada jarak tanam yang lebih renggang. Hasil ini mengindikasikan

bahwa penanaman dengan jarak tanam yang renggang memberikan kesempatan

pada tananam untuk memaksimalkan penggunaan faktor-faktor pertumbuhan

seperti air dan unsur hara dalam tanah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan

Page 76: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

59

tanaman mendapatkan faktor pertumbuhan dalam jumlah yang cukup untuk

mendukung proses fotosintesi tanaman. Proses fotosintesis berjalan lebih optimal

dan akumulasi karbohidrat yang terbentuk sebagai proses fotosintesis

dimanfaatkan untuk menunjang pertumbuhan vegetatif berupa pemanjangan

batang. Khorshidi et al. (2009) menyatakan jarak tanam merupakan faktor penting

dalam menentukan lingkungan mikro untuk pertumbuhan tanaman. Optimalisasi

faktor ini akan memberikan hasil tanaman yang lebih karena akan mempengaruhi

absorpsi hara dan mendapatkan cahaya matahari yang optimal. El-Gengaihi dan

Abdallah (1978) juga melaporkan jumlah bakal bunga, produksi biji dan tinggi

tanaman Volatile Oil of Fennel (Foeniculum Vulgare Mill.) meningkat pada jarak

tanam yang lebih renggang.

Meskipun jarak tanam tidak mempengaruhi jumlah anakan rumput gajah

liar, jumlah anakan yang pada dihasilkan pada jarak tanam 40 X 40 cm lebih

banyak dibandingkan anakan pada jarak tanam 30 X 30 cm, kemudian menurun

pada jarak tanam 60 X 60 cm. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa

anakan yang dihasilkan memiliki jumlah yang sedikit namun dengan ukuran yang

lebih besar ukuran yang lebih besar sejalan dengan peningkatan jarak tanam.

Keadaan ini dimungkinkan karena karbohidrat sebagai hasil dari proses

fotosintesis lebih banyak digunakan untuk memperbesar ukuran dan diameter

batang pada anakan dibandingkan untuk pembentukan anakan atau tunas baru.

Hasil yang diperoleh berbeda dengan penelitian Sirait et al. (2015) yang

mendapatkan jumlah anakan yang lebih banyak pada jarak tanam yang lebih

renggang karena tanaman memiliki ruang perakaran yang lebih luas untuk

mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sementara May et al.

(2016) menyatakan jarak tanam yang rapat menyebabkan persaingan unsur hara

dan cahaya matahari, yang akan menstimulasi munculnya anakan baru pada

tanaman sereal. Christianse dan Svejcar (1988) melaporkan kepadatan anakan

rumput Caucasian bluestem [Bothriochloa caucasia (Trin.) C.E. Hubb.] lebih

tinggi pada penggembalaan berat dibandingkan dengan penggembalaan ringan.

Peningkatan kepadatan anakan ini disebabkan karena perbedaan intensitas cahaya

matahari dan kualitas dari pokok rumpun tanaman dan kemampuan dalam

melepaskan apikal dominan. Bila densitas kanopi meningkat, proporsi radiasi

Page 77: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

60

yang masuk meningkat dan rasio merah-merah muda (R/fR ratio) pada pokok

batang menurun, sehingga menurunkan jumlah anakan (Casal et al., 1986).

Tinggi tanaman yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berbeda dengan

yang dilaporkan Olanite et al. (2010), rumput colombus (Sorghum almum stapf)

yang mendapat pemupukan 120 dan 80 kg N/tahun lebih tinggi pada pada jarak

tanam 1.0 X 1.0 m dibandingkan dengan jarak tanam 0.5 X 0.5 m. Namun hasil

berbeda dilaporkan oleh Mounika et al (2015), populasi tanaman yang lebih tinggi

pada jarak tanam 45 X 45 cm pada rumput Bajra Napier grass menunjukkan

tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 60 X 45 cm dan 60 X

40 cm. Juga dilaporkan ketiga perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh

(P>0.05) terhadap jumlah anakan. Hasil penelitian Patidar dan Rajora, (2009)

terdapat pengaruh jarak tanam rumput Buffel (Cenchrus ciliaris Linn.) terhadap

tinggi tanaman dan jumlah anakan pada tahun ketiga penanaman. Sementara

tahun pertama dan kedua tidak menunjukkan pengaruh. Hasil ini juga didukung

oleh Gajbhiye et al. (2013) juga melaporkan hasil yang sama pada Pennisetum

glaucum. Yasin et al. (2003) melaporkan jarak tanam terendah (45 X 45 cm)

menunjukan tanaman yang lebih tinggi, namun jumah anakan yang dihasilkan

lebih sedikit dibandingkan dengan jarak tanam 120 X 120 cm pada rumput gajah

Mott (Pennisetum pupureum cv mott.). Penelitian lain yang dilaporkan oleh Geren

dan Kavut (2015), terdapat perbedaan signifikan antara kepadatan tanaman dan

rata-rata jumlah anakan per meter persegi pada rumput raja (Pennisetum

purpupoides), dimana kepadatan tanaman terendah (14.286 tanaman-ha atau jarak

tanam 70 X 100 cm) menghasilkan jumlah anakan paling banyak (237 anakan),

sementara kepadatan tanaman tertinggi (57,413 tanaman-ha atau 70 X 25 cm)

menghasikan 199 anakan. Zewdu (2008) melaporkan jarak tanam yang rapat tidak

memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan rumput gajah pada tahun

pertama, namun mengalami peningkatan jumlah anakan pada tahun kedua.

Memperpanjang interval pemotongan dari 30 hari menjadi 60 hari

signifikan meningkatkan (P<0.05) tinggi tanaman, namun signifikan (P>0.05)

menurunkan jumlah anakan rumput gajah liar (Pennisetum polystachion).

Perlakuan interval pemotongan 60 hari (I3) menghasilkan tanaman rumput gajah

liar (Pennisetum polystachion) yang lebih tinggi (156.16 cm) berbeda nyata

Page 78: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

61

(P<0.05) dengan perlakuan interval pemotongan 40 hari (I2) dan interval

pemotongan 30 hari (I1) yang masing-masing menghasilkan tinggi tanaman

138.36 dan 97.36 cm. peningkatan tinggi tanaman rumput gajah liar pada interval

pemotongan yang lebih lama diakibatkan karena masa pertumbuhan tanaman yag

lebih panjang dibandingkan dengan interval pemotongan yang lebih singkat. Masa

pertumbuhan yang lebih lama menyebabkan cadangan energi sebagai hasil

fotosintesis lebih banyak dan lebih banyak fotosintat yang dihasilkan untuk

menunjakng pertumbuhan terutama memperpanjang ukuran tanaman.

Jumlah anakan rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) tertinggi

diperoleh pada interval pemotongan 40 hari (I2) yaitu 34.28 anakan, berbeda

nyata (P<0.05) dengan interval pemotongan 60 hari (I3) yaitu 30. 34 anakan,

namun tidak berbeda (P>0.05) dengan interval pemotongan 30 hari (I1), yaitu

33.46 anakan. Penurunan jumlah anakan yang diperoleh dalam penelitian karena

sebagian besar tanaman pada pemotongan yang lebih lama akan mengoptimalkan

perkembangan dan telah memasuki tahap awal fase pertumbuhan reproduktif.

Hasil fotosintesis yang dihasilkan lebih banyak disimpan pada yang akan

digunakan untuk menunjang petumbuhan bunga dan biji dan mengurangi

pertumbuhan vegetatif. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Brink et al. (2010;

2013), interval defoliasi yang panjang sampai 65 hari pada beberapa jenis rumput

perennial di daerah beriklim sedang (temperate) menghasilkan lebih sedikit

tanaman yang memiliki lebih banyak anakan per tanaman. Tomlinson dan

O’Connor (2004) mengemukakan bahwa pembentukan anakan dikaitkan dengan

ketersediaan faktor-faktor pertumbuhan. Anakan diproduksi sebagai respons

terhadap peningkatan pasokan karbohidrat akibat fotosintesis daun baru yang

dihasilkan setelah defoliasi. Braga et al. (2009) melaporkan bahwa periode

istirahat yang lama dengan memperpanjang interval defoliasi akan meningkatkan

kemungkinan bagi komunitas tumbuhan untuk mengisi cadangan karbohidrat

yang dibutuhkan untuk mengembalikan kanopi. Namun, jika interval terlalu

panjang, sehingga memungkinkan kanopi mengintersepsi hampir semua cahaya

masuk, yang akan memicu pemanjangan batang, mengubah dinamika akumulasi

hijauan dan seringkali menghasilkan biomassa yang lebih besar pasca defoliasi

atau penggembalaan, terutama pada spesies rumput tropis. Sebaliknya frekuensi

Page 79: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

62

pemotongan yang terlalu sering akan menyebakan terjadinya penurunan produksi

baik produksi per tanaman maupun produksi per satuan luas. Torales et al. (2000)

menyatakan penurunan produksi kering pada rumput Australia (Paspalum

dilatatum) sejalan dengan peningkatan frekuensi pemotongan menyebabkan

terjadinya pemotongan berulang-ulang dalam waktu yang singkat. Semakin

sering tanaman dipotong, komponen daun akan melebihi komponen batang

sehingga menurunkan produksi kering tanaman secara keseluruhan.

Terjadinya penurunan jumlah anakan pada interval pemotongan yang lebih

lama, juga disebabkan karena pada interval pemotongan 60 hari rumput gajah liar

telah mengalami proses penuaan dibandingkan dengan interval pemotongan 40

dan 30 hari. Pada interval pemotongan 30 dan 40 hari, anakan tumbuh dari sisa

pemotongan sedangkan pada interval pemotongan 60 hari sebagian besar anakan

berasal dari tunas baru yang muncul dari pokok batang rumput gajah liar. Untuk

menghasilkan anakan baru dibutuhkan energi yang lebih banyak diandingkan

dengan anakan yang muncul dari sisa pemotongan. Terbatasnya energi pada

tanaman menyebabkan jumlah anakan yang terbentuk menjadi berkurang.

Gottlieb (1986) menyatakan pertumbuhan tunas rumput terdiri dari dua proses:

peningkatan jumlah anakan (anakan) dan peningkatan ukuran anakan. Kedua

proses ini secara allometrically terkoordinasi oleh faktor genetik, dan koordinasi

ini berdasarkan jumlah dan ukuran anakan menentukan proses pengembangan

tunas selama pertumbuhan vegetatif di rumput rumput.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sama dengan hasil penelitian

Onyeonagu dan Asiegbu, (2005) yang mendapatkan peningkatan tinggi rumput

dan jumlah anakan Panicum maximum pada defolisasi yang lebih lama (3, 6, 9

dan 12 minggu). Hasil yang sama pada perennial ryegrass (Lolium perenne)

diperoleh tanaman yang lebih tinggi pada pemotongan 8-12 minggu dibandingkan

dengan umur pemotongan 3 minggu (Wilman dan Asiegbu, 1982). Hasil

penelitian Wangchuk et al. (2015) pada kultivar Napiergrass (Pennisetum

purpureum x P. glaucum: Pakchong-1, CO-3 dan Giant Napier), interval

pemotongan 40, 60 dan 80 hari menghasilkan tinggi tanaman masing-masing 151

± 4.5 cm, 218 ± 5.4 cm dan 256 ± 6.4 cm, namun menurunkan jumlah anakan,

masing-masing 63.0 ±. 2.6, 57.0 ± 3.1 dan 43.7 ± 3.7 anakan.

Page 80: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

63

Interaksi perlakuan jarak tanam dan interval pemotongan signifikan

mempengaruhi (P<0.05) tinggi tanaman dan jumlah anakan rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion) (Tabel 10).

Tabel 10. Interaksi jarak tanam dan interval pemotongan terhadap tinggi

tanaman dan jumlah anakan rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion)

Jarak Tanam

(cm)

Interval Pemotongan

(hari)

Tinggi Tanaman

(cm) Anakan

30 X 30 30 93.9a 33.9e

40 131.8c 33.4de

60 145.3e 31.5bc

40 X 40 30 94.2a 34.1ef

40 140.2d 35.6f

60 154.0f 29.2a

60 X 60 30 103.9b 32.4cde

40 143.0de 33.8e

60 169.1g 30.3b Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata

(P<0.05)

Perlakuan jarak tanam 60 X 60 cm dan interval pemotongan 60 hari (J3I3)

menghasilkan tanaman tertinggi, yaitu 169.1 cm dan berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya, namun menghasilkan jumlah anakan yang lebih rendah, yaitu

30.3 anakan. Jarak tanam 30 X 30 cm dan interval pemotongan (J1I1)

menghasilkan tanaman terpendek yaitu 939 cm. Jumlah anakan tertinggi diperoleh

pada perlakuan jarak tanam 40 X 40 cm dan interval pemotongan 40 hari (J2I2),

yaitu sebanyak 35.6 anakan.

Hsil penelitian menunjukkan bahwa memperpanjang interval pemotongan

pada setiap perlakuan jarak tanam meningkakan tinggi tanaman rumput gajah liar,

namun jumlah anakan mengalami kecenderungan menurun. Jarak tanam yang

renggang dan interval pemotongan yang lebih lama memberi ruang yang lebih

banyak dan waktu yang lebih lama bagi tanaman untuk dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik dibandingkan dengan jarak tanaman yang lebih rapat

dengan interval pemotongan yang lebih pendek. Secara umum, jarak tanam 60 X

60 cm menghasilkan jumlah anakan lebih sedikit pada setiap interval pemotongan

dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 40 X 40 cm dan 30 X 30 cm.

Page 81: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

64

3. Pengaruh Jarak Tanam dan Interval Pemotongan Terhadap Bobot

Segar dan Bobot Kering Rumput Gajah Liar (Pennisetum polystachion)

Bobot segar tanaman merupakan salah satu aspek dalam mengukur laju

produksi suatu tanaman. Bobot segar suatu tanaman sangat mudah berubah,

tergantung pada kadar air yang dikandungnya. Apabila jaringan tanaman

mengering maka akan kehilangan bobot segarnya. Karena tanaman memiliki

komposisi air yang tinggi, tingkat kandungan air di tanaman akan tergantung pada

jumlah air di lingkungannya. Karena kandungan air di lingkungan terutama tanah

dan udara sulit untuk dikontrol, maka bobot kering sebagai ukuran pertumbuhan

tanaman cenderung lebih membantu. Secara rata-rata, bobot segar dan bobot

kering rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Bobot segar dan bobot kering rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) pada perlakuan jarak tanam dan interval pemotongan

Perlakuan Bobot Segar (g) Bobot Kering (g) Bobot Kering

(kg-plot)

Jarak Tanam (J)

30 X 30 cm (J1) 425.53a 81.01a 2.59a 40 X 40 cm (J2) 648.89b 128.93b 4.15b

60 X 60 cm (J3) 795.44c 195.25c 6.11c

Interval (I) 30 hari (I1) 384.60a 80.20a 4.49

40 hari (I2) 556.30b 115.57b 4.19

60 hari (I3) 928.96c 209.43c 4.16

J X I * * ns Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama untuk setiap perlakuan

menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

Perlakuan jarak tanam berpengaruhi (P<0.05) terhadap bobot segar per

rumpun, bobot kering per rumpun dan bobot kering per plot rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion). Perlakuan jarak tanam 60 X 60 cm (J3) menghasilkan

bobot segar tertinggi (795.44 g) berbeda nyata (P<0.05) dengan jarak tanam 40 X

40 cm (J2) dan jarak tanam 30 X 30 cm (J1), yang masing-masing menghasilkan

648.89 g dan 425.53 g. Hasil yang sama juga diperoleh pada bobot kering per

rumpun dan bobot kering hijauan per plot. Bobot kering per rumpun diperoleh

masing-masing adalah 195.25 g (J3), 128.93 (J2) dan 81.01 (J1). Sementara itu,

Page 82: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

65

bobot kering hijauan per plot yang diperoleh dalam penelitian ini berturut-turut

adalah 6.11 kg (J3), 4.15 kg (J2) dan 2.58 kg (J1).

Peningkatan bobot segar, bobot kering rumput gajah liar per rumpun dan

bobot kering per plot yang diperoleh akibat pengaturan jarak tanam pada

penelitian ini karena tanaman mampu memaksimal pemanfaatan unsur hara dalam

tanah untuk menunjang proses fotosintesis secara optimal. Fotosintat yang

dihasilkan diakumulasikan dalam bentuk pemanjangan tanaman dan

meningkatkan pertumbuhan anakan. Populasi tanaman yang tinggi menyebabkan

modifikasi tertentu dari karakteristik pertumbuhan tanaman, seperti, peningkatan

tinggi tanaman, penurunan ketebalan daun, perubahan orientasi daun dan daun

cenderung menjadi keras, sempit dan cenderung intersep secara vertical untuk

mendapat lebih banya cahaya matahari. Singh dan Singh (2002) menjelaskan

bahwa peningkatan populasi tanaman yang optimal per satuan luas merupakan hal

yang esensial untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Pada kondisi

kelembaban tanah dan kandungan hara yang cukup, populasi yang lebih besar

perlu untuk menggunakan semua faktor-faktor pertumbuhan secara optimal. Hasil

tanaman yang lebih tinggi diperoleh bila ditanam dengan jarak yang lebih lebar.

Produksi per tanaman akan menurun sejalan dengan peningkatan populasi

tanaman per satuan luas. Oleh karena itu, hasil tanaman per satuan luas meningkat

karena penggunaan faktor-faktor pertumbuhan yang lebih efisien

Hasil penelitian berat segar rumput gajah Mott yang ditanam dengan jarak

120 X 120 cm lebih tinggi dibandingkan dengan penanaman dengan jarak tanam

105 X 105 cm dan 45 X 45 cm. Hasil yang sama juga diperoleh pada rumput

gajah (Pennisetum purpureum Schummach.) (Yasin et al., 2003; Wijitphan et al.,

2009) dan pada rumput benggala (Panicum maximum) (Kusumawati et al., 2016).

Hasil yang berbeda pada ryegrass (Lolium multiflorum Lam.) yang

ditumpangsarikan dengan Vicia pannonica Crantz. terjadi penurunan bobot segar

akibat peningkatan jarak tanam seperti yang dilaporkan Kusvuran et al. (2014).

Geren dan Kavut (2015) juga melaporkan terjadi penurunan produksi kering

rumput king grass (Pennisetum hybridum) karena peningkatan jarak tanam dari 70

X 50 cm dan 70 X 100 cm. Nilai rata-rata berat segar tertinggi pada rumput gajah

(Pennisetum purpureum) diperoleh pada jarak tanam 50 X 50 cm, diikuti oleh

Page 83: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

66

jarak tanam 60 X 60 cm, baik pada pemotongan pertama maupun pada

pemotongan kedua (Bhatti et al., 1985).

Interval pemotongan berpengaruh (P<0.05) terhadap bobot segar dan

bobot kering per rumpun, namun tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap bobot

kering hijauan per plot. Interval pemotongan 60 hari (I3) juga menghasilkan bobot

segar rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) tertinggi (928.96 g) berbeda

nyata dengan interval pemotongan 40 hari (I2), yaitu 556.30 g dan interval

pemotongan 30 hari (I1) dengan bobot segar 384.60 g. Sementara itu, interval

pemotongan 60 hari (I3) memberikan bobot kering rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion) tertinggi yaitu 209.43 g, berbeda nyata (P<0.05) dengan interval

pemotongan 40 hari (I2) dan interval pemotongan 30 hari (I1) masing-masing

menghasilkan 115.57 g dan 80.20 g. Meskipun tidak menunjukkan pengaruh

terhadap bobot kering per plot, perlakuan interval pemotongan 30 hari

menghasilkan bobot yang lebih tinggi dari interval pemotongan 60 dan 40 hari,

yaitu 4.49 kg (I1), 4.19 kg (I3) dan 4.16 kg (I2) per plot.

Hasil penelitian menunjukan bahwa interval pemotongan yang lebih lama,

meningkatkan baik bobot segar maupun bobot kering per rumpun pada rumput

gajah liar. Peningkatan ini diakibatkan tanaman memiliki masa yang lebih

panjang untuk melakukan fotosintesis dengan memanfaatkan unsur hara, air dan

cahaya matahari. Peningkatan tinggi tanaman dan ukuran anakan yang dihasilkan

juga memberikan kontribusi yang nyata terhadap peningkatan bobot segar dan

bobot kering. Interval pemotongan yang lebih lama juga membuktikan

kemampuan kompetisi yang lebih baik antar tanaman. Asiegbu dan Onyeonagu

(2008), menyatakan bahwa interval pemotongan yang panjang menghasilkan

kemampuan kompetitif yang lebih baik pada spesies padang rumput yang

diinginkan terhadap spesies gulma dan bahwa ini dapat menjelaskan penutupan

lahan yang lebih baik oleh spesies yang diinginkan dibandingkan dengan gulma.

Bobot kering tanaman per plot mengalami penurunan walaupun tidak nyata

dipengaruhi oleh interval pemotongan. Penurunan ini sebagai akibat penurunan

jumlah anakan yang terbentuk karena interval pemotongan yang lebih lama.

Volenec dan Nelson (1983) menghubungkan respon ini terhadap interval defoliasi

pada tallfescue dengan tingkat pemanjangan daun yang lebih besar akibat panjang

Page 84: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

67

sel epidermis yang lebih besar dan jumlah sel yang lebih banyak yang matang per

hari. Mekanisme ini mungkin bertanggung jawab atas kenaikan berat kering

tanaman orchardgrass (Singer, 2002) namun tidak pada spesies lainnya, yang

menunjukkan peningkatan linear jumlah anakan dan sedikit atau tidak ada

kenaikan rata-rata berat kering per anakan dengan interval defoliasi (Brink,

Casler, and Jackson, 2014). Hasil ini juga didukung oleh Stür et al. (1994) yang

melaporkan bahwa pertumbuhan dan pemotongan rumput signal (Brachiaria

decumbens) pada awal tahap pertumbuhan biasanya tidak secara positif

mempengaruhi hasil hijauan, namun frekuensi pemotong menghasilkan efek yang

lebih besar pada hasil panen. Pemotongan yang terlalu, terlalu berat dan terlalu

sering tidak hanya mengurangi kinerja vegetatif tanaman, tapi juga menyebabkan

efek negatif pada vigoritas tanaman dan menyebabkan kematian beberapa

tanaman.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini tidak berbeda dengan beberapa

hasil penelitian lainnya. Ullah et al. (2010) melaporkan terdapat peningkatan

produksi rumput gajah dari 0.8 ton per hektar menjadi 2.8 ton per hektar karena

memperpanjang interval pemotongan dari 30 hari menjadi 60 hari. Penelitian pada

rumput signal (Bachiaria decumbens) yang dipotong pada umur 4 minggu

menghasilkan bobot segar yang lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan umur

pemotongan 3 minggu (Shwarpshakka et al., 2016). Waktu pemotongan juga

mempengaruhi bobot segar dan bobot kering Pennisetum americanum, dimana

hasil yang diperoleh meningkat karena penundaan waktu pemanenan dari 40 hari

menjadi 50 hari, namun hasilnya menurun pada pemotongan 60 hari (Ayub et al.,

2009). Peningkatan interval pemotongan dari 5 minggu menjadi 9 minggu secara

signifikan meningkatkan produksi segar rumput gajah Bajra, dimana produksi

maksimum yang diperoleh pada pemotongan pertama dan kedua dengan interval 9

minggu adalah 96.1 dan 102 kuintal per hektar (Verma, 2009).

Hasil berbeda dengan penelitian ini dilaporkan oleh Mukhtar (2006),

produksi bahan kering rumput gajah dan rumput gajah Mott mengalami

penurunan karena peningkatan frekuensi pemotongan dari dua kali menjadi tiga

kali dalam setahun. Selanjutnya penelitian (Assefa, 2013) juga menunjukan

penurunan produksi bahan kering Hyparrhenia rufa (Nees) sejalan dengan

Page 85: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

68

peningkatan frekuensi pemotongan dari satu kali menjadi tiga kali pemotongan.

Jumlah anakan Panicum maximum meningkat saat interval pemotongan dikurangi.

Jumlah anakan basal bervariasi dari 48 (14 hari) menjadi 26 (56 hari) yang

mengakibatkan turunnya sekitar 45,8% anakan basal. Namun, anakan terlihat

lebih pendek dan kurang vigor dengan pemotongan yang lebih sering (Clavelo

dan Razz, 1997). Berat kering Meadow fescue, Quackgrass dan Reed Canarygras

menunjukan respon kuadratik terhadap interval defoliasi, meningkat seiring

dengan peningkatan interval pemotongan (Brink et al., 2014).

Interaksi antara jarak tanam dan interval pemotongan hanya terjadi pada

parameter bobot segar per rumpun dan bobot kering per rumpun, sementara tidak

terjadi interaksi antara kedua perlakuan terhadap bobot kering per plot (Tabel 12).

Tabel 12. Interaksi jarak tanam dan interval pemotongan terhadap bobot segar

dan bobot kering rumput gajah liar (Pennisetum polystachion)

Jarak Tanam

(cm)

Interval

(hari) Bobot

Segar (g)

Bobot Kering

(g)

Bobot Kering (kg-

plot)

30 X 30 30 252.08a 42.79a 2.40

40 436.81abc 82.76ab 2.98

60 587.71c 117.49bc 2.42

40 X 40 30 395.42abc 81.05ab 4.54

40 595.00c 112.86bc 4.06

60 956.30e 192.86d 3.86

60 X 60 30 506.25c 116.75bc 6.54

40 637.08cd 151.08cd 5.44

60 1242.92f 317.25e 6.36

Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata

(P<0.05)

Perlakuan jarak tanam 60 X 60 cm dengan interval pemotongan 60 hari

(J3I3) menghasilkan bobot segar per rumpun paling tinggi (1,242.92 g) dan

berbeda nyata (P<0,05) terhadap interaksi perlakuan yang lain. Sementara bobot

segar per rumpun terendah diperoleh pada jarak tanam 30 X 30 cm dan interval

pemotongan 30 hari (J1I1). Namun perlakuan jarak tanam 40 X 40 dan

pemotongan 60 hari (J2I3) menghasilkan bobot kering per rumpun yang lebih

tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sementara bobot kering per

rumpun terendah diperoleh dari perlakuan jarak tanam 30 X 30 dan interval

pemotongan 30 hari (J1I1). Data pada table diatas menunjukkan bahwa bobot

Page 86: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

69

segar dan bobot kering tajuk rumput gajah liar mengalami peningkatan dengan

semakin lamanya interval pemotongan pada setiap perlakuan jarak tanam.

Peningkatan ini sejalan dengan pertambahan tinggi tanaman yang diperoleh pada

kombinasi perlakuan jarak tanam dan interval pemotongan. Meskipun jumlah

anakan yang diperoleh tidak menunjukkan perbedaan, namun ukuran anakan yang

diperoleh yang lebih besar pada jarak tanam yang lebih renggang dan interval

pemotongan yang lebih lama memberikan kontribusi terhadap peningkatan bobot

segar dan bobot kering tajuk rumput gajah liar.

Meskipun tidak menunjukan interaksi antara jarak tanam dan interval

pemotongan, namun bobot kering rumput gajah liar per plot tertinggi diperoleh

pada jarak penanaman 60 X 60 cm yang dipotong pada umur 60 hari (J3I3) yaitu

6.36 kg-plot diikuti pemotongan pada umur 30 hari (J3I1) yaitu 6.54 kg-plot. Hasil

penelitian yang sama dilaporkan oleh Bhatti et al. (1985), terdapat interaksi

antara jarak tanam dan pemotongan terhadap produksi rumput gajah (Pennisetum

purpureum), dimana pemotongan pertama memberikan hasil 20.96 ton-ha, lebih

tinggi dibandingkan dengan pemotongan kedua yang hanya menghasilkan 9.07

ton-ha.

4. Pengaruh Jarak Tanam dan Interval Pemotongan Terhadap Komposisi

Kimia Rumput Gajah Liar

Rataan komposisi kimia berdasarkan analisa proksimat (Pennisetum

polystachion) disajikan pada Tabel 13. Perlakuan jarak tanam signifikan

meningkatkan (P<0.05) kandungan bahan kering (BK) dan kandungan lemak

(LK), namun tidak signifikan (P>0.05) terhadap kandungan protein kasar (PK),

serat kasar (SK) dan kandungan Abu. Perlakuan jarak tanam 60 X 60 cm (J3)

menghasilkan kandungan bahan kering tertinggi, yaitu 24.20% berbeda nyata

(P<0.05) dengan jarak tanam 40 X 40 cm (J2) dan jarak tanam 30 X 30 cm (J1)

yang masing-masing menghasilkan 19.94% dan 18.65% bahan kering. Sementara

itu, kandungan lemak kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan jarak tanam 40 X

40 cm (J2), yaitu 3.13% berbeda nyata (P<0.05) dengan jarak tanam 30 X 30 cm

(J1), yaitu 2.06%, namun tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 40 X 40 xm

(J2), yaitu 2.67%. Meskipun tidak terdapat pengaruh jarak tanam, namun dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam 40 X 40 cm (J2) menghasilkan

Page 87: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

70

kandungan protein kasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam 30 X

30 cm (J1) dan jarak tanam 60 X 60 cm (J3). Sementara itu, jarak tanam 40 X 40

cm (J2) juga menghasilkan kandungan abu yang lebih rendah dibandingkan

dengan perlakuan jarak tanam 60 X 60 cm (J3) dan jarak tanam 30 X 30 cm (J1).

Tabel 13. Komposisi kimia rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) pada

perlakuan jarak tanam dan interval pemotongan

Perlakuan BK*(%) PK (%) SK (%) LK (%) Abu (%)

Jarak Tanam

30 X 30 cm (J1) 18.65a 9.08 37.88 2.06a 12.62

40 X 40 cm (J2) 19.93a 10.03 37.34 3.13b 12.84 60 X 60 cm (J3) 24.20b 9.65 36.73 2.67b 12.94

Interval 30 hari (I1) 20.09a 8.37a 36.15a 2.57 12.20

40 hari (I2) 20.60ab 10.44b 37.83b 2.57 12.99

60 hari (I3) 22.09b 9.95b 37.97b 2.72 13.19

J X I ns ns ns ns ns Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama untuk setiap perlakuan

menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

* Berdasarkan bahan segar

Perlakuan jarak tanam nyata meningkatkan kandungan bahan kering

rumput gajah (Pennisetum polystachion) yang ditanam dengan jarak yang lebih

renggang menghasilkan bahan kering yang lebih tinggi dibandingkan dengan

tanaman yang lebih rapat. Kandungan protein kasar dan lemak kasar mengalami

peningkatan dari jarak tanam 30 X 30 cm menjadi jarak tanam 40 X 40 cm,

namun mengalami penurunan pada jarak tanam 60 X 60 cm. sebaliknya

peningkatan jarak tanam menurunkan kandungan seat kasar rumput gajah liar.

Meskipun tidak menunjukkan pengaruh nyata, namun peningkatan jarak tanam

menurunkan kandungan serat kasar.

Peningkatan bahan kering rumput gajah liar akibat peningkatan jarak

tanam menunjukkan bahwa tanaman yang ditanam dengan jarak yang lebih

renggang memperoleh kondisi lingkungan tumbuh yang optimal terutama

lingkungan bagi sistim perakaran. Lingkungan dengan faktor-faktor pertumbuhan

yang cukup akan mengoptimalkan struktur dan fungsi akar dalam menyerap unsur

hara dalam tanah. Intensitas cahaya dan ketersediaan air yang cukup mampu

mendukung proses fotosintesis tanaman yang pada akhirnya akan menghasilkan

Page 88: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

71

biomassa tanaman. Peningkatan kandungan bahan kering rumput gajah liar juga

diakibatkan adanya kontribusi dari pertumbuhan vegetatif terutama tinggi

tanaman yang juga juga mengalami peningkatan signifikan. Tanaman yang lebih

tinggi umumnya memiliki proporsi batang yang lebih tinggi dibandingkan dengan

daun. Proporsi yang lebih tinggi dari batang akan berkontribusi terhadap tingginya

kandungan bahan kering rumput gajah liar. Pengaturan jarak tanam menunjukan

bahwa mampu memaksimal pemanfaatan faktor pertumbuhan seperti unsur hara

terutama unsur nitrogen dan air dalam tanah. Nitrogen merupakan salah satu

faktor pembatas yang mempengaruhi hasil dan komposisi kimia rumput di

pastura. Nitrogen juga merupakan faktor utama yang meningkatkan produksi,

kualitas termasuk kandungan protein serta kecernaan tanaman (Hassan et al.,

2015). Sebaliknya kandungan serat kasar yang diperoleh mengalami penurunan

sejalan dengan peningkatan jarak tanam rumput gajah liar. Peningkatan

kandungan protein tanaman berkorelasi negatif dengan kandungan serat kasar

(Hintz et al., 1985).

Hasil penelitian ini sama dengan hasil yang diperoleh oleh Zewdu (2008)

dan Wijitphan et al. (2009) yang melaporkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan

dari kepadatan tanaman terhadap komposisi kimia rumput gajah (Pennisetum

purpureum Schum.). Selanjutnya juga dilaporkan oleh Mahmood et al. (2013)

peningkatan kepadatan tanaman sorghum kultival Goliath dan Bovidal tidak

mempengaruhi kandungan protein kasar.

Interval pemotongan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan

bahan kering, kandungan protein kasar dan kandungan serat kasar, namun tidak

berpengaruh (P>0.05) terhadap kandungan lemak dan kandungan abu rumput

gajah liar (Pennisetum polystachion). Interval pemotongan 40 hari (I2)

menghasilkan kandungan bahan kering tertinggi (22.09%), berbeda nyata dengan

dengan interval 30 hari (I1), yaitu 20.09%, namun tidak berbeda nyata (P>0.05)

dengan interval 60 hari (I3), yaitu 20.60%. Kandungan protein pada perlakuan

interval pemotongan 40 hari (I2) berbeda nyata (P<0.05) dengan interval

pemotongan 60 hari (I3), namun tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan interval

pemotongan 40 hari (I1). Rataan kandungan protein berdasarkan perlakuan

interval pemotongan adalah 10.44% (I2), 9.95% (I1) dan 8.37% (I2). Perlakuan

Page 89: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

72

interval pemotongan 30 hari (I1) menghasilkan kandungan serat kasar yang lebih

rendah (36.15%) dan berbeda nyata (P<0.05) dengan interval pemotongan 40 hari

(I2) dan 60 hari (I3). Akan tetapi, tidak terdapat perbedaan (P>0.05) antara

interval 40 hari (I2) dengan interval 60 hari (I3). Kandungan lemak kasar dan abu

tidak dipengaruhi (P>0.05) oleh perlakuan interval pemotongan.

Terjadi peningkatan bahan kering dan penurunan kandungan protein kasar

terutama pada interval pemotongan 40 hari dan 60 hari disebabkan karena masa

tumbuh rumput gajah liar yang lebih lama dibandingkan dengan interval

pemotongan 30 hari. Umur tanaman yang lebih tua cenderung mengalami

lignifikasi dinding sel. Bila komponen ini terakumulasi dalam tanaman sejalan

dengan peningkatan umur tanaman, konsentrasi protein kasar akan menurun

sehingga akan menurunkan kualitas hijauan pakan (Mengel dan Kirby, 2001). Hal

ini juga didukung oleh pendapat Ullah et al. (2010) yang menyatakan peningkatan

interval pemotongan menurunkan konsentrasi protein kasar karena penuaan

tanaman.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, seperti yang dilaporkan Sarwar et al.

(2006) menunjukkan kandungan bahan kering Panicum antidotale dan Panicum

orientale mengalami peningkatan signifikan dan kandungan protein kasar

mengalami penurunan signifikan pada umur pemotongan 1, 2 dan 4 bulan.

Wangchuk et al. (2015) juga melaporkan kandungan protein kasar pada daun

rumput gajah cultivar CO-3 dan Giant mengalami penurunan secara signifikan

dari 28.2% pada pemotongan 40 hari menjadi 8.8% pada pemotongan 80 hari,

demikian juga dengan kandungan protein kasar hijauan. Abraham (2009; 2010)

melaporkan terjadi penurunan protein kasar rumput Agropyron cristatum (L.)

Gaertn dan Dactylis glomerata L. yang dipanen umur 4, 6 dan 10 minggu.

Sementara itu dilaporkan juga oleh Ullah et al. (2010) terjadi penurunan

kandungan protein dan peningkatan kandungan serat kasar rumput gajah yang

dipotong pada umur 30, 45 dan 60 hari. Hasil penelitian Lounglawan et al. (2014)

menunjukkan, interval pemotongan dari 30 hari menjadi 60 hari menunjukan

adanya peningkatan signifikan terhadap kandungan bahan kering dan kandungan

Page 90: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

73

serat kasar rumput King Napier (Pennisetum Purpureum x Pennisetum

Americanum), namun kandungan protein kasar dan abu mengalami penurunan.

Interaksi perlakuan jarak tanam dan interval pemotongan tidak

berpengaruh (P>0.05) terhadap kandungan bahan kering, protein kasar, lemak

kasar dan abu rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) , seperti disajikan pada

Tabel 14 .

Tabel 14. Interaksi jarak tanam dan interval pemotongan terhadap komposisi

kimia rumput gajah liar (Pennisetum polystachion)

Jarak Tanam

(cm)

Interval

(hari) BK*(%) PK (%) SK (%) LK (%) Abu (%)

30 X 30 30 17.06 10.33 33.09 2.11 13.09

40 18.87 9.72 35.07 1.92 13.46

60 20.02 9.79 36.29 2.15 12.26 40 X 40 30 20.49 9.75 38.77 2.88 13.07

40 19.12 10.55 39.38 2.33 12.96

60 20.18 11.02 38.34 3.28 11.82

60 X 60 30 22.71 7.16 37.78 2.73 13.41 40 23.81 9.80 36.73 2.54 12.56

60 26.07 8.13 38.39 2.72 12.53 Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda

nyata (P<0.05)

* Berdasarkan bahan segar

Tidak terdapatnya interaksi antara kedua perlakuan terhadap komposisi

kimia rumput gajah liar dalam penelitian ini disebabkan karena kondisi

lingkungan penelitian yang kurang mendukung akibat terjadinya musim kemarau

yang panjang. Kondisi ini menyebabkan terjadi proses penuaan yang lebih cepat

dibandingkan yang berakibat pada terjadinya lignifikasi pada dinding sel. Proses

penuaan ini akan menurunkan kandungan protein kasar dan meningkatkan

kandungan serat kasar tanaman. Hasil penelitian Khan et al. (1999) menunjukkan

adanya penurunan kandungan protein kasar Panicum repens (Angta), Fimvristylis

miliacea (Joina), Cyanolis axillaries (Kanainala), Cynodon dactylon (Durba) dan

Cyperus iria (Phulchaise) pada musim kering dibandingkan dengan musim hujan

dan musim semi.

Dalam penelitian ini, pengaruh interval pemotongan lebih dominan

mempengaruhi kandungan protein kasar rumput gajah liar dibandingkan dengan

pengaruh jarak tanam. Frekuensi defoliasi merupakan faktor manajemen utama

Page 91: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

74

yang sangat berpengaruh terhadap produksi (Nevens dan Rehuel, 2003) dan nilai

nutrisi hijauan (Turner et al., 2006) akibat perubahan morfologis dan fisiologis

tanaman. Peningkatan jumlah pemotongan memberikan pengaruh yang

menguntungkan terhadap kandungan nutrisi pada sebagian besar spesies rumput.

Namun, rumput memiliki respon yang berbeda terhadap frekuensi pemotongan

seperti yang dilaporkan Pontes et al. (2007) pada Dactylis glomerata, Festuca

arundinacea, Holcus lanatus menunjukkan penurunan produksi bahan kering

sebagai akibat dari peningkatan frekuensi pemotongan. Bila tanaman dipotong

pada umur yang lebih tua, proporsi daun dengan kandungan nitrogen yang rendah

dan komponen struktural lainnya melebihi jumlah daun dengan kandungan

nitrogen yang lebih tinggi, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya

penurunan kandungan protein kasar (Overman dan Scholtz, 2003). Rumput

perennial akan mentrasportasikan kelebihan nitrogen dari sistim pertunasan ke

organ penyimpanan sejalan dengan peningkatan umur tanaman, sehingga

pemotongan tanaman secara rutin dengan interval yang sesuai menyebabkan

tanaman memiliki kandungan protein kasar yang lebih tinggi dibandingkan

dengan interval pemotongan yang lebih lama (Henzell, 1971). Selanjutnya

Donkor et al. (2003) menyatakan, selain faktor genetik dan unsur hara, kualitas

rumput juga tergantung pada frekuensi dan intensitas pemotongan, dimana tinggi

pemotongan 15 cm menghasilkan rumput yang lebih berkualitas. Semakin sering

frekuensi pemotongan semakin tinggi kandungan protein kasar yang dihasilkan.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berbeda dengan hasil yang

diperoleh dalam peneliti sebelumnya yang mengkombinasi beberapa perlakuan

antara lain jarak tanam, interval pemotongan, tinggi pemotongan atau dengan

pemupukan. Hassan et al. (2015) melaporkan ada interaksi antara pemupukan

nitrogen dan interval pemotongan terhadap produksi kering, kandungan protein,

kandungan serat kasar dan abu rumput rumput cenchrus (Cenchrus ciliaris) dan

rumput benggala (Panicum maximum). Hasil penelitian Wijitphan et al. (2009)

menunjukkan adanya pengaruh signifikan interval jarak tanam pada 8 waktu

pemanenan terhadap terhadap produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum

Schum.) Namun penelitian lain menunjukkan tidak ada interaksi antara interval

pemotongan dan tinggi pemotongan dengan produksi bahan kering, protein kasar,

Page 92: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

75

serat kasar, lemak kasar dan abu rumput King Napier (Pennisetum Purpureum x

Pennisetum Americanum)(Lounglawan et al., 2014).

5. Pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan terhadap kandungan

ADF, NDF dan kecernaan rumput gajah liar

Kandungan ADF dan NDF sangat erat kaitannya dengan fraksi serat kasar,

terutama pada tanaman pakan ternak. Kandungan ADF merupakan indikator

kecernaan hijauan, karena kandungan lignin merupakan bagian dari fraksi yang

dapat dicerna. Kandungan NDF berhubungan erat dengan konsumsi pakan, sebab

seluruh komponennya memenuhi ruang rumen dan lambat dicerna, lebih rendah

kandungan NDF lebih banyak pakan dapat dikonsumsi. Kecernaan pakan ternak

dapat diestimasi secara in vitro dengan mengetahui kecenaan bahan kering dan

kecernaan bahan organik pakan. Tabel berikut menyajikan nilai kecernaan bahan

kering dan bahan organik rumput gajah liar yang mendapat perlakuan jarak tanam

dan interval pemotongan yang berbeda.

Kandungan ADF dan NDF rumput gajah liar yang mendapat perlakuan

jarak tanam dan interval pemotongan yang diperoleh dalam penelitian ini

disajikan pada Tabel 12. Perlakuan jarak tanam tidak mempengaruhi (P>0.05)

kandungan Acid Detergent Fiber (ADF) dan kandungan Neutral Detergent Fiber

(NDF) rumput gajah liar (Pennisetum polystachion). Meskipun tidak

menunjukkan pengaruh terhadap kandugan ADF rumput gajah liar (Pennisetum

polystachion), namun perlakuan jarak tanam 60 X 60 cm (J1) menghasilkan nilai

yang lebih tinggi (55.69% ADF dan 64.89% NDF) dibandingkan dengan jarak

tanam 30 X 30 cm (J1) (52.94% ADF dan 62.05% NDF) dan jarak tanam 40 X 40

cm (J2) (57.64% ADF dan 51.26% NDF). Perlakuan jarak tanam tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kecernaan bahan kering (KCBK), namun

berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kecernaan bahan organik (KCBO) rumput

gajah liar (Pennisetum polystachion). Perlakuan jarak tanam 40 X 40 cm (I2)

menunjukkan hasil tertinggi baik terhadap kecernaan bahan kering maupun

kecernaan bahan organik rumput gajah liar (Pennisetum polystachion). Kecernaan

bahan kering untuk perlakuan jarak tanam berturut-turut adalah 54.29% (J2),

52.68% (J3) dan 52.00% (J1). Pada kecernaan bahan organik, perlakuan J2

Page 93: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

76

(61.23%) berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan J3 (56.40%), namun tidak

berbeda nyata dengan perlakuan J1 (57.63%).

Tabel 15. Kandungan ADF, NDF, dan kecernaan rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion) pada perlakuan jarak tanam dan

interval pemotongan

Perlakuan ADF (%) NDF (%) KCBK (%) KCBO (%)

Jarak Tanam

30 X 30 cm (J1) 52.94 62.05 52.00 57.63ab

40 X 40 cm (J2) 51.26 57.64 54.27 61.23b 60 X 60 cm (J3) 55.69 64.89 52.68 56.40a

Interval 30 hari (I1) 48.68a 57.42 53.39b 58.64b

40 hari (I2) 52.66a 60.44 56.46c 62.61c

60 hari (I3) 58.54b 66.72 49.14a 54.02a

J X I ns ns * ns Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama untuk setiap perlakuan

menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan

kandungan ADF dan NDF rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) karena

perlakuan jarak tanam. Semakin renggang jarak tanam, semakin tinggi kandungan

ADF dan NDF yang terdapat dalam rumput. Karakteristik pertumbuhan anakan

yang memiliki jumlah dan ukuran yang lebih besar pada jarak yang lebih

renggang. Keadaan dilapangan yang menunjukkan proporsi batang yang lebih

besar dibandingkan dengan proporsi daun menyebabkan akumulasi fraksi serat

yang dapar meningkatkan kandungan ADF dan NDF rumput gajah liar.

Hasil penelitian yang sama pada dua kultivar sorghum (Goliath dan

Bovital) dilaporkan oleh Mahmood et al. (2013), kepadatan tanam 16, 24 dan 32

per meter persegi tidak signifikan (P>0.05) mempengaruhi kandungan ADF pada

tiga waktu penanaman yang berbeda. (Olanite et al., 2010) populasi tanaman

tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap kandungan ADF dan NDF

rumput Columbus (Sorghum almum stapf). Zewdu (2008) juga melaporkan

peningkatan populasi tanaman tidak mempengaruhi kandungan ADF dan NDF

rumput gajah (Pennisetum purpureum). Namun, hasil berbeda dilaporkan oleh

peneliti lain terhadap spesies rumput yang berbeda. Hasil penelitian Stanisavljevi

et al. (2009) menunjukkan pengaruh yang signifikan perlakuan jarak tanam

Page 94: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

77

terhadap ADF dan NDF yang terdapat pada daun Dactylis glomerate L dan

kandungan NDF pada batang. Hasil penelitian Murphy (1996) pada beberapa

species rumput perennial juga menunjukan pengaruh yang nyata dari perlakuan

jarak tanam terhadap kandungan ADF dan NDF. Jarak tanam juga dilaporkan

signifikan mempengaruhi kandungan ADF dan NDF rumput gajah hybrid CO-3

(Sinthika et al., 2014)

Meskipun jarak tanam tidak mempengaruhi kecernaan bahan kering

rumput gajah, namun terjadi peningkatan kecernaan pada jarak tanam 40 X 40 cm,

kemudian mengalami penurunan pada jarak tanam 60 X 60 cm. Hasil dengan

pola yang sama juga diperoleh pada perlakuan interval pemotongan, dimana

interval pemotongan 40 hari menghasilkan mecernan yang lebih besar

dibandingkan dengan interval pemotongan 30 dan 60 hari. Tingkat kecernaan

yang rendah diakibatkan kandungan ADF dan NDF rumput gajah yang tinggi

yang diperoleh pada penelitian ini. Nilai kecernaan bahan kering dan bahan

organik yang diperoleh pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil

penelitian Susanti (2007) bahwa kecernaan bahan kering dan bahan organik

rumput gajah yang mendapat perlakuan pemupukan nitrogen dan sulfur adalah

62.59% dan 65.41%. Hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan

kecernaan bahan kering dan bahan organik rumput benggala seperti yang

dilaporkan (Purbajanti et al., 2011), yaitu 4.48 – 43.99% untuk KCBK dan 42.40-

51.02% untuk KCBO sejalan dengan peningkatan populasi tanaman dari 10.000

menjadi 30.000 tanaman per hektar. Adanya perbedaan kecernaan baik bahan

kering maupun bahan organik karena perbedaan spesies rumput yang digunakan.

Tanaman yang berbeda memiliki respon yang berbeda terhadap perlakuan interval

pemotongan yang diberikan seperti yang ditemukan oleh Särkijärvi et al., (2008)

pada rumput Timothy/meadow fescue (TMF) and tall fescue (TF).

Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini berbeda dengan hasil

yang dilaporkan Purbajanti et al. (2011), kepadatan populasi tanaman tidak

menunjukan penurunan yang signifikan (P>0.05) terhadap kecernaan bahan

kering, namun mengalami penurunan yang signifikan (P<0.05) terhadap

kecernaan bahan organik rumput benggala (Panicum maximum). Namun hasil

berbeda dilaporkan oleh Cusicanqui dan Lauer (1999), kecernaan hijauan yang

Page 95: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

78

berasal dari tanaman jagung mengalami penurunan 16 sampai dengan 23 g per kg

bila kepadatan tanaman persatuan luas ditingkatkan.

Interval pemotongan signifikan meningkatkan (P<0.05) kandungan ADF

rumput gajah liar (Pennisetum polystachion), namun tidak berpengaruh terhadap

kandungan NDF rumput gajah liar (Pennisetum polystachion). Kandungan ADF

rumput gajah liar (Pennisetum polystachion) pada perlakuan interval pemotongan

60 (I3) hari lebih tinggi (58.54%) dan berbeda nyata (P<0.05) dibandingkan

dengan kandungan ADF pada perlakuan interval pemotongan 40 hari (I2) dan 30

hari (I1), yaitu masing-masing 52.67% dan 48.68%. Perlakuan I1 tidak berbeda

nyata (P>0.05) terhadap perlakuan I2. Meskipun tidak menunjukkan pengaruh

terhadap kandungan NDF rumput gajah liar (Pennisetum polystachion), namun

interval pemotongan 60 hari (I3) menunjukkan kandungan NDF yang lebih tinggi

dibandingkan dengan interval 40 hari (I2) dan interval 30 hari (I1).

Konsentrasi NDF yang lebih tinggi pada interval pemotongan yang lebih

lama biasanya berkaitan dengan pertumbuhan reproduktif dari anakan dan adanya

peningkatan proporsi karbohidrat struktural untuk mendukung pertumbuhan fisik

tanaman. Konsentrasi NDF yang lebih besar pada pada pemotongan yang lebih

lama merupakan respon fenologis terhadap temperature yang tinggi dan panjang

hari yang lebih pendek, yang menyebabkan perkembangan yang lebih cepat akibat

penurunan perkembangan daun. Sanderson et al. (2014) melaporkan konsentrasi

NDF rata-rata 640 g/kg pada pemotongan bulan Mei, naik menjadi 790 g/kg pada

bulan September. Terjadinya perbedaan konsentrasi NDF yang diukur

dipengaruhi oleh perubahan tipe dan proporsi hijauan akibat perubhan defoliasi

dan perubahan cuaca (Temu et al., 2014). Konsentrasi ADF yang lebih tinggi

sebagai akibat dari pengaturan interval pemotongan, karena adanya peningkatan

lignifikasi dinding sell pada tanaman yang lebih tua (Temu et al., 2014).

Kandungan ADF rumput gajah cv. Pioneiro berbeda signifikan akibat perlakuan

pemotongan. Kandungan ADF pada pemotongan pertama lebih tinggi (46.0%)

dibandingkan dengan pemotongan kedua (41.18%) dan pemotongan ketiga

(39.83%) kandungan ADF dan NDF yang tinggi disebabkan Karena proporsi

batang yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun yang menyebabkan

peningkatan kandungan serat (de Freitas et al., 2012). Analisa serat pada hijauan

Page 96: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

79

sangat penting dalam memformulasikan pakan ternak ruminansia karea konsumsi

dan kecernaan dan juga kebutuhan berkaitan dengan konsumsi dan efesiensi

bahan kering. Serat kasar tanaman merupakan sumber karbohidrat yang

digunakan sebagai sumber energi oleh mikroorganisma rumen (van Soest, 1994).

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sama dengan hasil yang

dilaporkan oleh Wijitphan et al. (2009), kualitas nutrisi rumput gajah tidak

dipengaruhi oleh jarak tanam, kecuali kandungan NDF. Kandungan protein kasar,

ADF dan NDF adalah 13.2-13.0, 41-43 dan 74.7-75.5%. Meskipun tidak

berpengaruh secara significant, kandungan NDF berkisar 66.9-68.2%. Namun

hasil penelitan Abraham et al. (2009) menunjukan adanya perbedaan yang

signifikan dari perlakuan pemotongan terhadap nlai nutrisi (Protein kasar, NDF

dan ADF) Dactylis glomerate L. kecuali kompoenen ADL, namun tidak terdapat

interaksi antara kultivar dan frekuensi defoliasi. Kitaba dan Tamir (2007)

melaporkan periode pemotongan signifikan (P<0.05) meningkatkan kandungan

ADF dan NDF beberapa rumput padangan di dataran tinggi Ethiopia. Kandungan

NDF dan ADF meningkat dari 47.5 sampai 66.9 % dan 22.4 sampai 42.9% pada

30 dan 120 hari pemotongan. Ansah et al. (2010) juga melaporkan terjadinya

peningkatan ADF, NDF dan ADL sejalan dengan peningkatan umur pada empat

varietas rumput gajah (Pennisetum purpureum).

Perlakuan interval pemotongan berpengaruh (P<0.05) baik terhadap

kecernaan bahan kering (KCBK) maupun kecernaan bahan organik (KCBO)

rumput gajah liar (Pennisetum polystachion). Perlakuan interval pemotongan 40

hari (I2) juga menunjuk kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan

organik (KCBO) tertinggi. Kecernaan bahan kering (KCBK) rumput pada

perlakuan I2 adalah 56.49% berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan I1 dan

perlakuan I3, yang masing-masing 53.37% dan 49.14%. Perlakuan I1 berbeda

nyata (P<0.05) dengan perlakuan I3. Sementara itu kecernaan bahan organik

(KCBO) tertinggi juga diperoleh pada perlakuan I2 (62.61%) berbeda nyata

(P<0.05) dengan perlakuan I1 (58.64%) dan I3 (54.02%). Perlakuan I1 juga

berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan I3.

Pemotongan pada umur 30 hari dan aplikasi pemupukan meningkatkan

kecernaan bahan kering rumput pastura yaitu 67.8% menjadi 79.7% (Kitaba dan

Page 97: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

80

Tamir, 2007). Sama halnya dengan hasil yang diperoleh Ruggia Chiesa et al.

(2008) yang menunjukkan peningkatan umur pemotongan rumput kikuyu

(Pennisetum clandestinum) tidak mempengaruhi kecernaan bahan organik rumput.

Penurunan kecernaan rumput gajah liar berkaitan dengan perkembangan struktur

dan komposisi hijauan pada tanaman yang lebih tua. Hijauan yang berumur tua

memiliki pesentase batang yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun.

Persentasi batang yang tinggi umumnya banyak mengandung serat kasar dengan

proporsi serat yang tidak bisa dicerna lebih besar dan rendah kandungan

karbohidrat non struktural, yang menghasilkan rendahnya kecernaan hijauan

(Van Man dan Wiktorsson, 2003). Pembentukan batang yang lebih banyak

memberikan kontribusi signifikan terhadap akumulasi bahan kering. Pemanjangan

batang mampu menghasilkan daun baru pada bagian atas kanopi yang dapat

menjamin terjadi fotosintesis yang lebih banyak untuk perkembangan tanaman.

Efek negatif dari pembentukan batang ini adalah menurunnya kecernaan tanaman

pakan karena akumulasi bahan kering yang lebih tinggi pada batang dibandingkan

dengan daun (Virkajärvi et al., 2012; Kuoppala et al., 2008).

Okwori dan Magani (2010) melaporkan terjadi penurunan signifikan

kecernaan bahan organik empat spesies rumput (Andropogon gayanus, Panicum

maximum, Cynodon nlemfuensis dan Pennisetum purpureum) dari pemotongan

umur 6 minggu dan pemotongan umur 9 minggu. Hasil penelitian Van Man dan

Wiktorsson (2003) juga melaporkan hasil yang sama terhadap rumput gajah dan

dua kultivar rumput benggala (Panicum maximum cv. 280) dan broad-leaf guinea

grass (Panicum maximum cv. I.429). Chen et al., (2006) melaporkan terjadi

penurunan kecernaan bahan kering (In Vitro True Digestibility/IVTD) rumput

gajah karena memperlambat umur pemotongan. Hasil berbeda pengaruh interval

pemotongan dilaporkan oleh Daur (2016) pemotongan rumput blue panic

(Panicum antidotale retz.) sebelum dan sesudah pembungaan tidak

mempengaruhi kecernaan bahan kering pada kondisi tanah salin.

Interaksi perlakuan jarak tanam dan interval pemotongan berpengaruh

(P<0.05) terhadap kecernaan bahan kering (KCBK), namun tidak terjadi interaksi

(P>0.05) pada kecernaan bahan organik rumput gajah liar (Tabel 13). Kecernaan

bahan kering tertinggi diperoleh pada jarak tanam 60 X 60 cm interval

Page 98: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

81

pemotongan 40 hari (J3I3), yaitu 57.76%, namun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan jarak tanam 40 X 40 cm yang dipotong pada umur 30 hari (J2I1), jarak

tanam 40 X 40 cm yang dipotong pada umur 40 hari (J2I2) dan perlakuan jarak

tanam 40 X 40 cm yang dipotong pada umur 30 hari (J1I2), yang masing-masing

nilai kecernaan bahan keringnya berturut-turut adalah 57.38%, 57.13% dan

54.49%. Sementara itu, meskipun tidak menunjukkan perbedaan, namun

perlakuan jarak tanam 40 X 40 cm dengan interval pemotongan 40 hari (J2I2)

memberikan nilai kecernaan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan lainnya.

Tabel 16. Interaksi jarak tanam dan interval pemotongan terhadap

kandungan ADF, NDF dan kecernaan rumput gajah liar

(Pennisetum polystachion)

Jarak Tanam

(cm)

Interval

(hari) ADF (%) NDF (%) KCBK (%) KCBO (%)

30 X 30 30 47.32 60.56 50.75ab 56.86 40 55.37 60.40 54.49bc 60.88

60 56.14 65.20 50.77ab 55.16

40 X 40 30 47.54 50.01 57.38c 64.36 40 49.37 56.87 57.13c 66.31

60 56.86 66.03 48.36a 53.01

60 X 60 30 51.19 61.69 51.98ab 54.68 40 53.24 64.05 57.76c 60.64

60 62.63 68.95 48.30a 53.88 Keterangan : Angka yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda

nyata (P<0.05)

Secara umum, perlakuan jarak tanam 40 X 40 cm dengan interval

pemotongan 30 dan 40 hari (J2I1 dan J2I2) menghasilkan kandungan ADF dan

NDF yang lebih rendah, namun memiliki nilai kecernaan bahan kering dan bahan

organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam yang lain.

Kecernaan bahan organik tertinggi dari rumput gajah liar diperoleh pada jarak

tanam 40 X 40 cm dengan interval pemotongan 40 hari (J2I2). Sementara itu

kecernaan bahan kering tertinggi diperoleh pada jarak tanam 40 X 40 dengan

interval pemotongan 30 hari (J2I1), namun tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan

perlakuan J1I2, J2I2 dan J3I2.

Tidak terjadinya interaksi jarak tanam dan interval pemotongan terhadap

kandungan ADF dan NDF serta kecernaan bahan organik rumput gajah liar pada

penelitian ini diakibatkan pengaruh kondisi lingkungan yang tidak mendukung

Page 99: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

82

untuk pertumbuhan tanaman terutama ketersediaan air yang terbatas serta

tingginya suhu pada saat penelitian. Kondisi ini mempengaruhi komposisi kimia

rumput gajah liar yang juga mempengaruhi kandungan ADF dan NDF serta

kecernaan rumput gajah liar. Wilson et al. (1989) menyatakan temperatur

mempengaruhi kecernaan dengan mengubah karakteristik morfologi tanaman

seperti rasio daun terhadap batang, jumlah daun, kandungan dinding sel,

komposisi dinding sel dan struktur dan rasio jaringan. Hasil penelitian

Thorvaldsson et al. (2007) menunjukkan terjadi penurunan kecernaan dan

konsentrasi serat tujuh spesies rumput: Kentucky bluegrass (Poa pratensis L),

timothy (Phleum pratense L), meadow foxtail (L), perennial ryegrass (Lolium

perenne L), red fescue (Festuca rubra L), tufted hair-grass (Deschampsia

caespitosa L (PB)) dan meadow fescue (Festuca pratensisHuds) dalam ruang

pertumbuhan dan percobaan rumah kaca

D. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan :

1. Penanaman rumput gajah liar dengan jarak tanam yang lebih renggang (jarak

tanam 60 X 60 cm) meningkatkan tinggi tanaman, bobot segar dan bobot

kering, kandungan bahan kering dan kandungan ADF dan NDF rumput gajah

liar.

2. Memperpanjang interval pemotongan sampai 60 hari meningkatkan tinggi

tanaman, bobot segar, bobot kering per rumpun, kandungan bahan kasar,

ADF dan NDF rumput gajah liar, namun menurunkan jumlah anakan bobot

kering per plot, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik.

3. Interaksi jarak tanam dan interval pemotongan mampu meningkatkan tinggi

tanaman, bobot segar dan bobot kering rumput gajah liar, namun memberikan

hasil yang tidak konsisten terhadap komposisi kimia, kandungan ADF dan

NDF dan kecernaan rumput gajah liar. Namun perlakuan jarak tanam 40 X 40

cm dengan interval pemotongan 40 hari menghasilkan kualitas rumput gajah

liar dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya.

Page 100: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari kedua tahap penelitian, dapat disimpulkan :

1. Rumput gajah liar memberikan respon pertumbuhan yang baik meskipun

dalam kondisi lingkungan yang kurang optimum.

2. Pengaturan jarak tanam dan interval pemotongan mampu meningkatkan

pertumbuhan, dan kualitas rumput gajah liar.

3. Pada kondisi lapangan, penanaman rumput gajah liar dengan jarak tanam 40

X 40 cm dengan interval pemotongan 40 hari memberikan hasil terbaik

terutama pada kandungan ADF, NDF dan kecernaan bahan kering dan bahan

organik rumput gajah liar.

B. Saran

Dari hasil pelaksanaan dua tahap penelitian yang telah dilakukan, dapat

disarankan :

1. Perlu dilakukan penelitian tentang pertumbuhan, kandungan nutrisi dan

kecernaan rumput gajah liar yang ditanam pada musim penghujan, sehingga

dapat data lengkap tentang potensi rumput ini sebagai pakan ternak

ruminansia.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang pertumbuhan dan kualitas rumput gajah

liar dengan melakukan penambahan kapur untuk menurunkan tingkat

keasaman tanah Ultisol.

3. Perlu dilakukan pengujian secara biologis (in vivo) untuk mengetahui

pengaruh dari pemberian rumput gajah liar terhadap pertumbuhan dan

produksi ternak rumiansia.

Page 101: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

84

4. Perlu dilakukan pengujian secara biologis (in vivo) untuk mengetahui

pengaruh dari pemberian rumput gajah liar terhadap pertumbuhan dan

produksi ternak.

Page 102: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

85

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, E. M., Kyriazopoulos, A., Parissi, Z. M., Sklavou, P. and Tsiouvaras,

C. N. 2010. Defoliation frequency effects on winter forage production and

nutritive value of different entries of Agropyron cristatum (L.) Gaertn.

Spanish Journal of Agricultural Research, 8(3), 703–712.

Abraham, E. M., Parissi, Z. M., Sklavou, P., Kyriazopoulos, A. and Tsiouvaras,

C. N. 2009. Defoliation frequency effects on winter forage production and

nutritive value of different entries of Dactylis glomerata L. New Zealand

Journal of Agricultural Research, 52(3), 229–237. https://doi.org/

10.1080/00288230909510508

Adiningsih, S. dan Mulyadi. 1992. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan

lahan alang-alang. Dalam S. Sukmana, - Suwardjo, J. S. Adiningsih, H.

Subagjo, H. Suhardjo, dan Y. Prawirasumantri (Eds.), Pemanfaatan lahan

alang-alang untuk usaha tani berkelanjutan. Prosiding Seminar Lahan

Alang-alang, Bogor, Desember 1992 (pp. 29–50). Pusat Penelitian Tanah

dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.

Akinrinde, A. A. 2006. Strategies for improving crops` use efficiencies of

fertilizer nutrients in sustainable Agricultural systems. Pakistan Journal of

Nutrition, 5, 185–193.

Akobundu, I., and Agyakwa, C. W. (998. A Handbook of West African Weeds

(2ed., revised and expanded). International Institue of Tropical Agriculture,

Oyo Road, PMB 5320, Ibadan, Nigeria.

Albayrak, S., Türk, M. and Yüksel, O. 2011. Effect of row spacing and seeding

rate on Hungarian Vetch yield and quality. Turkish Journal of Field Crops,

16(1), 54–58.

Allen, B. L. and Hajek, B. F. 1989. Mineral occurrence in soil environment. In J.

B. Dixon and S. B. Weed (Eds.), Mineral in Soil Environments (2nd ed., pp.

199–278). Soil Sci. Soc. Am. Madison, Wisconsin.

Angonyissa, D. and Sinsin, B. 1998. Productivity and carrying capacity of natural

grassland in Benin. Revue d’Élevage et de Médecine Vétérinaire Des Pays

Tropicaux, 51(3), 239–246.

Ansah, T., Osafo, E. L. K. and Hansen, H. H. 2010. Herbage yield and chemical

composition of four varieties of Napier (Pennisetum purpureum) grass

harvested at three different days after planting. Agric. Biol. J. Am., 1(5), 923–

929. https://doi.org/10.5251/abjna.2010.1.5.923.929

Asiegbu, J. E. and Onyeonagu, C. C. 2008. Effect of cutting frequency and

nitrogen application on herbage yield and nitrogen content of a degraded

Panicum maximum pasture. Nigerian Journal of Animal Production, 35(1),

114–127.

Page 103: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

86

Assefa, G. 2013. Effect of plant height at cutting and previous frequency of

defoliations on DM yield and nutritive value of hay made from final

regrowth of Hyparrhenia rufa (Nees) grass. Middle-East Journal of

Scientitific Reserach, 17(8), 1055–1060. https://doi.org/10.5829/

idosi.mejsr.2013.17.08.11920

Ayub, M., Nadeem, M. A., Tahir, M., Ibrahim, M. and Aslam, M. N. 2009. Effect

of nitrogen application and harvesting intervals on forage yield and quality of

Pearl Millet (Pennisetum americanum L .). Pak. J. Life Soc. Sci, 7(2), 185–

189.

Bänziger, M., Edmeades, G. O., Beck, D. and Bellon, M. 2000. Breeding for

Drought and Nitrogen Stress Tolerance in Maize; From Theory to Practice.

Mexico, D.F.: CIMMYT.

Barker, A. V. and Bryson, G. M. 2006. Nitrogen. In A. V. Barker and D. J.

Pilbeam (Eds.), Handbook of plant nutrition. Taylor & Francis.

Bates, L. S., Waldren, R. and Teare, I. . D. 1973. Rapid determination of free

proline for water stress studies. Plant and Soil, 39(1), 205–207.

https://doi.org/10.1007/BF00018060

Bayble, T., Melaku, S., and Prasad, N. K. 2007. Effects of cutting dates on

nutritive value of Napier (Pennisetum purpureum) grass planted sole and in

association with Desmodium (Desmodium intortum) or Lablab (Lablab

purpureus). Livestock Research for Rural Development, Volume 19, Article

#11. Retrieved July 21, 2017. Retrieved from http://www.lrrd.org/lrrd19/

1/bayb19011.htm

Belaygue, C., Wery, J., Cowan, A. and Tardieu, F. 1996. Contribution of leaf

expansion, rate of leaf appearance, and stolon branching to growth of plant

leaf area under water deficit in White Clover. Crop Science, 36, 1240–1246.

https://doi.org/10.2135/cropsci1996.0011183X003600050028x

Bhatti, B. M., Mohammad, D., Sartaj. and Sultani, M.(1985. Effects of different

inter-and intra-row spacing on forage yield and quality in elephant grass.

Pakistan J. Agri. Res, 6(2), 107–112.

Bogdan, A. (1977). Tropical pasture and fodder plants (grasses and legumes).

Longman Inc. New York.

Bolat, I., Dikilitas, M., Ercisli, S., Ikinci, A. and Tonkaz, T. 2014. The effect of

water stress on some morphological, physiological, and biochemical

characteristics and bud success on apple and quince rootstocks. The Scientific

World Journal, 2014. https://doi.org/10.1155/2014/769732

Bos, H. J. 1999. Plant morphology, environment, and leaf area growth in wheat

and maize. Landbouwuniversiteit te Wageningen.

Boschini, C. 2015. Nutritional duality of mulberry cultivated and harvested for

Page 104: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

87

ruminant feeding. FAO animal production and health paper, Rome, Italy.

Braga, G. J., Portela, J. N., Pedreira, C. G. S., Leite, V. B. O. and Oliveira, E. A.

2009. Herbage yield in Signalgrass pastures as affected by grazing

management. South African Journal of Animal Sciences, 39(SUPPL. 1), 130–

132. https://doi.org/10.4314/sajas.v39i1.61168

Bray, E. A. 2007. Plant Response to Water-deficit Stress. In Encyclopedia of Life

Sciences (pp. 1–5). Nature Publishing Group. https://doi.org/10.1002/

9780470015902.a0001298.pub2

Brima, F. I. A. 2007. Effect of seed rate and NPK fertilization on growth, yield

and forage quality of Rhodes Grass (Chloris L. kunth.). University of

Khartoum, Sudan.

Brink, G. E., Casler, M. D. and Jackson, R. D. 2014. Response of four temperate

grasses to defoliation height and interval. Communications in Biometry and

Crop Science, 9(1), 15–25.

Brink, G. E., Casler, M. D. and Martin, N. P. (2010). Meadow fescue, tall fescue,

and orchardgrass response to defoliation management. Agronomy Journal,

102(2), 667–674. https://doi.org/10.2134/agronj2009.0376

Brink, G. E., Jackson, R. D. and Alber, N. B. 2013. Residual sward height effects

on growth and nutritive value of grazed temperate perennial grasses. Crop

Science, 53(5), 2264–2274. https://doi.org/10.2135/cropsci2013.01. 0068

Briske, D. D., and Richards, J. H. 1993. Physiology of plants recovering from

defoliation. In Proceedings of the XVII International Grassland Congress

(pp. 85–94).

Budiman, B. 2013. Pengaruh pemupukan nitroden dan stress air tehadap bukaan

stomata, kandungan klorofil dan akumulasi prolin tanaman rumput gajah

(Pennietum purpureum Schum). JITP, 2(3), 159–166.

Buitink, J., Claessens, M. M. A. E., Hemminga, M. A. and Hoekstra, F. A. 1998.

Influence of watercontent and temperature on molecular mobility and

intracellular glasses in seeds and pollen. Plant Physiol, 118(2), 531–541.

Bumane, S. 2010. The influence of NPK fertilization on Lolium perenne L .

forage quality. Agronomy Research, 8(2002), 531–536.

Carrow, R. N., Johnson, B. J. and Burns, R. E. 1987. Thatch and quality of Tifway

bermudagrass turf in relation to fertility and cultivation. Agronomy Journal,

v. 79(3), 524-530–1987 v.79 no.3. https://doi.org/10.2134/ agronj1987.

00021962007900030025x

Casal, J. J., Sanchez, R. A. and Deregibus, V. A. 1986. The Effect of plant-density

on tillering - the Involvement of R/Fr ratio and the proportion of radiation

intercepted per plant. Environmental and Experimental Botany, 26(3), 365–

Page 105: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

88

371.

Chaves, M. M. and Oliveira, M. M. 2004. Mechanisms underlying plant resilience

to water deficits: Prospects for water-saving agriculture. Journal of

Experimental Botany, 55(407), 2365–2384. https://doi.org/10.1093/

jxb/erh269

Chen, C.-S., Hwa, Y.S., Wang, S. M. and Chang, Y.-K. 1999. The relationship

between climatic factors and Acid-Detergent Fiber, Neutral-Detergent Fiber

and crude protein contents in digitgrass. Taiwan Livestock Res., 32(3), 155–

265.

Chen, C. S., Wang, S. M. and Hsu, J. T. 2006. Factors affecting in vitro true

digestibility of Napiergrass. Asian-Australasian Journal of Animal Sciences,

19(4), 507–513.

Christianse, S. and Svejcar, T. 1988. Grazing effects on shoot and root dynamics

and above - and below-ground non structural carbohyfrat in Caucasian

blustem. Grass and Forage Science, 43, 111–119.

Ciríaco, E., Silva, D., Rejane, Mansur, J., Nogueira, C., Almeida, M. and

Bandeira De Albuquerque, M. 2011. Drought stress and plant nutrition. Plant

Stress, 5(Special issue 1), 32–41.

Clavelo, T. and Razz, R. 1997. Tiller dynamics of guinea grass (Panicum

maximum) under defoliation. In F. . O’Mara, F. . Wilkins, L. ’t Mannetje, P.

A. . Lovett, D.K. Rogers, and T. . Boland (Eds.), Proceedings XVIII IGC

1997 Winnepeg, Manitoba. Wageningen Academic Publisher, Netherland.

Close, W. H. and Menke, K. H. 1986. Selected Topics in Animal Nutrition. A

Manual Prepared for the 3rd Hoheinheim Course on animal nutrition in the

tropics and semi-tropics (2nd ed.). The Institute of Animal Nutrition,

University of Hoheinheim.

Coi, G. J., Jung, E. S., Rim, Y. W., Lim, Y. C., Kim, K. Y., Sung, B. R. and Park,

G. J. 2002. Effects of drill widths and nitrogen application levels in early

spring on the growth characteristics and seed productivity of Italian ryegrass

(Lolium multiflorum Lam.). J. Korean Soc. GRassland Sci., 3, 221–226.

Cortes, P. M. and Sinclair, T. R. 1986. Water relations of field-grown soybean

under drought. Crop Science, 26. https://doi.org/10.2135/ cropsci1986.

0011183X002600050031x

Cox, J. W., Cherney, D. R. and Hanchar, J. J. 1998. Row spacing, hybrid, and

plant density effects on corn silage yield and quality. Journal of Production

Agriculture, 11, 128–134. https://doi.org/10.2134/jpa1998.0128

Crasta, O. R. and Cox, W. J. 1996. Temperature and soil water effects on maize

growth, development yield, and forage quality. Crop Science, 36, 341–348.

https://doi.org/10.2135/cropsci1996.0011183X003600020022x

Page 106: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

89

Cuomo, G. J., Blouin, D. C., Corkern, D. L., McCoy, J. E. and Walz, R. 1996.

Plant morphology and forage nutritive value of three Bahiagrasses as

affected by harvest frequency. Agronomy Journal, 88, 85–89.

https://doi.org/10.2134/agronj1996.00021962008800010018x

Cusicanqui, J. A. and Lauer, J. G. 1999. Plant density and hybrid influence on

corn forage yield and quality. Agronomy Journal, 91(6), 911–915.

https://doi.org/10.2134/agronj1999.916911x

Danalatos, N. G., Archontoulis, S. V. and Mitsios, I. 2007. Potential growth and

biomass productivity of Miscanthus giganteus as affected by plant density

and N-fertilization in central Greece. Biomass and Bioenergy, 31(2–3), 145–

152. https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2006.07.004

Daur, I. 2016. Feed value of blue panic (Panicum antidotale retz.) grass at

different growth stages and under varying levels of humic acid in saline

conditions. Turkish Journal of Field Crops, 21(2), 210–217.

https://doi.org/10.17557/tjfc.18296

de Freitas, F. P., da Fonseca, D. M., dos Santos Braz, T. G., Martuscello, J. A. and

Santos, M. E. R. 2012. Forage yield and nutritive value of Tanzania grass

under nitrogen supplies and plant densities. Revista Brasileira de Zootecnia,

41(4), 864–872. https://doi.org/10.1590/S1516-35982012000400006

Delaauney, A. J. and Verma, D. P. S. 1993. Proline biosynthesis and

osmoregulation in plants. The Plant Journal, 4, 215–223.

Demir, Y. 2000. Growth and proline content of germinating wheat genotypes

under ultravioleet light. Turk J Bot, 24, 67–70.

Dhanda, S. S., Sethi, G. S. and Behl, R. K. 2004. Indices of drought tolerance in

wheat genotypes at early stages of plant growth. Journal of Agronomy and

Crop Science, 190(1), 6–12. https://doi.org/10.1111/j.1439-

037X.2004.00592.x

Dong, X. and Patton, J. 2011. Biomass Allocation in Four Prairie Grasses under

Drought Stress. CGREC Annual Report, 1–4.

Donkor, N. T., Bork, E. W., and Hudson, R. J. 2003. Defoliation regime effects on

accumulated season-long herbage yield and quality in boreal grassland.

Journal of Agronomy and Crop Science, 189(1), 39–46.

https://doi.org/10.1046/j.1439-037X.2003.00007.x

Dougall, H. W. and Bogdan, A. V. 1965. The Chemical Composition of the

Grasses of Kenya—III. East African Agricultural and Forestry Journal,

30(4), 314–319. https://doi.org/10.1080/00128325.1965.11662002

Douglas, M. M., Setterfield, S. A., Rossiter, N., Barratt, J. and Hutley, L. B. 2004.

Effects of mission grass (Pennisetum polystachion (L.) Schult.) invasion on

fuel loads and nitrogen availability in a northern Australia tropical savanna.

Page 107: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

90

In B. M. Sindel and S. B. Johnson (Eds.), Weed management: balancing

people, planet, profit. 14th Australian Weeds Conference, Wagga Wagga,

New South Wales, Australia, 6-9 September 2004 (pp. 179–181). Weed

Society of New South Wales, Sydney, Australia.

du Toit, J. C. O. 2014. Growth and tiller production of Themeda triandra as

affected by NPK fertilisation. African Journal of Range & Forage Science,

31(3), 229–232. https://doi.org/10.2989/10220119.2014.899272

Earl, H. J. and Davis, R. F. 2003. Effect of drought stress on leaf and whole

canopy radiation use efficiency and yield of maize. Agron. Agron J., 24(1),

688–698.

El-Gengaihi, S. and Abdallah, N. 1978. The effect of date of sowing and plant

spacing on yield of seed and volatile oil of Fennel (Foeniculum vulgare

Mill.). Pharmazie, 33(9), 605–606.

Esrita, Ichwan, B. dan Irianto. 2011. Pertumbuhan dan hasil tomat pada berbagai

bahan organik dan dosis Trichoderma. Jurnal Penelitian Universitas Jambi

Seri Sains, 13(2), 37–42. https://doi.org/ISSN 0852-8349

Fageria, N. K. 2009. The use of nutrients in crop plants. Annals of Botany (Vol.

105). CRC Press, Taylor & Francis Group. https://doi.org/10.1093/

aob/mcp227

Fahej, M. A. S. 2012. Screening Switchgrass (Panicum virgatum L.) for Water

Stress Tolerance. Oklahoma State University.

[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2009.

Pennisetum polystachyon (L.) Schult. Retrieved March 15, 2013, from

http://www.fao.org/ag/ AGP/AGPC/doc/GBASE/data/pf000300.htm

Farooq, M., Wahid, A., Fujita, N. K. D. and Basra, S. M. A. 2009. Plant drought

stress : effects, mechanisms and management To cite this version : Review

article. Agronomy for Sustainable Development, Springer Verlag (Germany),

29(1), 185–212. https://doi.org/10.1051/agro:2008021

Fitriatin, B. N., Yuniarti, A., Turmuktini, T. and Ruswandi, F. K. 2014. The effect

of phosphate solubilizing microbe producing growth regulators on soil

phosphate, growth and yield of maize and fertilizer ffficiency on ultisol.

Eurasian J. of Soil Sci. Indonesia, 101–107.

Flagella, Z., Rotunno, T., Tarantino, E., Di Caterina, R. and De Caro, A. 2002.

Changes in seed yield and oil fatty acid composition of high oleic sunflower

(Helianthus annuus L.) hybrids in relation to the sowing date and the water

regime. European Journal of Agronomy, 17(3), 221–230. https://doi.org/10.

1016/S1161-0301(02)00012-6

Foth, H. D. 1990. Fundamentals of Soil Science (8th ed.). John Wiley & Sons.

Page 108: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

91

Gajbhiye, B. R., Momin, Y. D. and Puri, A. N. 2013. Effect of FYM and NPK

fertilization on growth and quality parameters of Lemongrass (Cymbopogon

flexuosus). Agriculture Science Research Journal, 3(April), 115–120.

Garg, B. K., Burman, U. and Kathju, S. 2004. The influence of phosphorus

nutrition on the physiological response of moth bean genotypes to drought.

Journal of Plant Nutrition and Soil Science, 167(4), 503–508.

https://doi.org/10.1002/jpln.200320368

Gates, R. N., Mislevy, P. and Martin, F. G. 2001. Herbage accumulation of three

Bahiagrass populations during the cool season. Agronomy Journal, 93.

https://doi.org/10.2134/agronj2001.931112x

Geren, H., and Kavut, Y. T. 2015. Effect of different plant densities on the yield

and some silage quality characteristics of giant king grass (Pennisetum

hybridum) under mediterranean climatic conditions. Turkish Journal of Field

Crops, 20(1), 85–91.

Girousse, C., Bournoville, R. and Bonnemain, J. L. 1996. Water deficit induced

changes in concentration in proline and some other amino acids in phloem

sap of Alfalfa. Plant Physiol, 111, 109–113.

Gittins, C. and Busso, C. 2010. Defoliation frequency affects

morphophysiological traits in the bunchgrass Poa ligularis. Revista

Internacional de Botanica Experimental, 79, 55–68. Retrieved from

http://www.scielo.org.ar/pdf/phyton/v79n1/v79n1a09.pdf

Göksoy, A. T., Demir, A. O., Turan, Z. M. and Daǧüstü, N. 2004. Responses of

sunflower (Helianthus annuus L.) to full and limited irrigation at different

growth stages. Field Crops Research, 87(2–3), 167–178.

https://doi.org/10.1016/j.fcr.2003.11.004

Gomez, A. A and Gomez, K. A. 1984. Statistical Procedures for Agricultural

Research (2nd ed., Vol. 6). John Wiley & Sons.

Grant, C., Bittman, S., Montreal, M., Plenchette, C. and Morel, C. 2005. Soil and

fertilizer phosphorus: Effects on plant P supply and mycorrhizal

development. Canadian Journal of Plant Science, 85(1), 3–14.

https://doi.org/10.4141/P03-182

Graybill, J. S., Cox, W. J. and Otis, D. J. 1991. Yield and quality of forage maize

as influenced by hybrid, planting date, and plant density. Agronomy Journal,

83, 559–564. https://doi.org/10.2134/agronj1991. 00021962008300030008x

Grusak, M. A., Broadley, M. R. and White, P. J. 2016. Plant Macro- and

Micronutrient Minerals. Ecyclopedia of Life Science (eLS), (2001), 1–6.

https://doi.org/10.1002/9780470015902.a0001306.pub2

Gunamanta, P. G. Winten, K. T. I. dan Sukasana, I. W. 2014. Pengaruh pupuk

NPK dan pupuk kandang sapi terhadap prouktivitas rumput Setaria

Page 109: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

92

splendida Stapf. Majalah Ilmiah Universitas Tabanan, 11(8).

Hajibabaee, M., Azizi, F. and Zargari, K. 2012. Effect of drought stress on some

morphological, physiological and agronomic traits in various foliage corn

hybrids. American-Eurasian Journal of Agriculture & Enviromental

Science., 12(7), 890–896. https://doi.org/10.5829/idosi.aejaes.2012.

12.07.1751

Hakim, N., Nyakpa, Y., Lubis, A. M., Rusdi Saul, M., Diha, A., Ban Hong, G.

dan Bailey, H. H. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.

Hamim, H. 2005. Photosynthesis of C3 and C4 species in response to increased

CO2 concentration and drought stress. Hayati : Journal of Biosciences,

12(4), 131–138. https://doi.org/10.1016/S1978-3019(16)30340-0

Hanson, A. P. and Hitz, W. 1982. Metabolic response of mesophytes to plant

water deficits. Annual Review of Plant Physiology and Molecular Biology,

33, 163–203.

Hare, P. D. and Cress, W. A. 1997. Metabolic implications of stress-induced

proline accumulation in plants. Plant Growth Reg., 21, 79–102.

Hassan, A., Zewdu, T., Urge, M. and Fikru, S. 2015. Effect of nitrogen fertilizer

application on nutritive value of Cenchrus ciliaris and Panicum maximum

grown under irrigation at Gode, Somali Region. J. Nutr Food Sci, 11(5), 1–6.

https://doi.org/10.4172/2155-9600.1000S11005

Henzell, E. 1971. Recovery of nitrogen from four fertilizers applied to Rhodes

grass in small plots. Aust. J. Exp. Agr., 11(51), 420–430.

Heuzé, V. and Tran, G. 2011. Mission grass (Pennisetum polystachion). Retrieved

from http://www.feedipedia.org/node/400

Hidayat, I. 2002. Penggunaan bakteri Azospirillum sp. pada tanah podsolik

merah kuning terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas rumput Setaria

splendida stapf. dan Chloris gayana kunth. Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Hintz, H. F., Schryver, H. F. and Williams, J. 1985. Correlation cooficients

between nutrients in forages. Can. J. Anim. Sci., 65, 251–253.

Hodgson, J. 1990. Grazing management: Science into practice. Harlow: Longman

Group UK Ltd.

Hoekstra, F. A., Golovina, E. A. and Buitink, J. 2001. Mechanisms of plant

desiccation tolerance. Trends in Plant Science, 6, 431–438.

Holechek, J. L. 1982. Fertilizer Effects on Above- and Below- ground Biomass of

Four Species. Journal of Range Management, 35(1), 39–42.

Page 110: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

93

Humphreys, L. R. 1980. A Guide to Better Pastures for The Tropics and Sub-

tropics (4th ed.). Wright Stephenson and Co., Australia.

Iftikhar, A., Aslam Khan, M. and Qasim, M. 2003. Growth and Development of

Different Turfgrasses as Influenced by Nitrogen Application and Leaf

Nitrogen Contents. International Journal of Agriculture & Biology, 5(2),

175–178.

Jaleel, C. A., Manivannan, P., Lakshmanan, G. M. A., Gomathinayagam, M. and

Panneerselvam, R. 2008. Alterations in morphological parameters and

photosynthetic pigment responses of Catharanthus roseus under soil water

deficits. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces, 61(2), 298–303.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.colsurfb.2007.09.008

Jaleel, C. A., Maniyannan, P., Sankar, B., Kishorekumar, A. and Gopi, R. 2007.

Water deficit stress mitigation by calcium chloride in Catharanthus roseus:

Effects on oxidative stress, proline metabolism and indole alkaloid

accumulation. Colloids Surf. B. Biointerf, 60, 110–116.

Jawad, M. M., Al-shahwany, A. W. and Khudhair, S. H. 2015. Effect of bio-

chemical fertilizer on proline accumulation, catalase and peroxidase enzymes

activity in leaves of two wheat cultivars (Ipa99 and Rabyaa) under water

deficit stress. Iraqi Journal of Science, 56(2), 1350–1358.

Jones, R. M., Tothill, J. C. and Jones, R. J. 1984. Pastures and pasture

management in the tropics and sub-tropics. Tropical Grassland Society of

Australia.

Jupp, A. P., and Newman, E. I. 1987. Morphological and anatomical effects of

severe drought on the roots of Lolium perenne L. New Phytologist, 105, 393–

402. https://doi.org/10.1111/j.1469-8137.1987.tb00876.x

Kamel, M. S., Abdel-Raouf, M. S., EI-Din, S. A. and Abbas, T. 1983. Effects of

cutting height and frequency and nitrogen application rate on growth and

forage yield of Napier grass, Pennisetum purpureum Schum. Annals of

Agricultural Science, University of Ain Shams (Egypt), 28(607–625).

Karagić, D., Mihailović, V., Katić, S., Mikić, A., Milić, D., Vasiljević, S. and

Milošević, B. 2011. Effect of row spacing on seed yield of hairy, common

and Hungarian vetches. Romanian Agricultural Research, (28), 143–150.

Khan, A. ., McNeilly, T. and Azhar, F. 2001. Stress tolerance in crop plants. Int.

J. Agric. Biol, 3, 250–255.

Khan, R. I., Alam, M. R. and Amin, M. R. 1999. Effect of season and fertilizer on

species composition and nutritive value of native grasses. Asian-Australasian

Journal of Animal Sciences, 12(8), 1222–1227. https://doi.org/10.5713/

ajas.1999.1222

Khorshidi, J., Fakhr Tabatabaie, M., Omidbaigi, R. and Sefidkon, F. 2009. The

Page 111: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

94

Effect of Different Densities of Planting on Morphological Characters, Yield,

and Yield Components of Fennel (Foeniculum vulgare Mill cv. Soroksary).

Journal of Agricultural Science, 1(2), 66–73. https://doi.org/10.5539/

jas.v1n2p66

Kilcher, M. 1981. Plant Development, Stage of Maturity and Nutrient

Composition. Journal of Range Management, 34(5), 363–364.

Kitaba, A. and Tamir, B. 2007. Effect of harvesting stage and nutrient levels on

nutritive values of natural pasture in central highlands of Ethiopia.

Agricultura Tropica et Subtropica, 40(November 2001), 7–13. Retrieved

from http://www.projects.its.czu.cz/ats/pdf_files/vol_40_1_pdf/KITABA.pdf

Kitessa, S., Flinn, P. C. and Irish, G. G. 1999. Comparison of methods used to

predict the in vivo digestibility of feeds in ruminants. Australian Journal of

Agricultural Research, 50(5), 825–841. https://doi.org/10.1071/AR98169

Kramer, P. J. 1969. Plant and water relationships. A modern synthesis. McGraw-

Hill, New York.

Kristyowantari, R. 1992. Pengaruh interval dan tinggi pemotongan terhadap

produksi dan beberapa aspek kualitas rumput Raja. Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Kumar, D. and Nikhil, K. 2016. Effect of FYM , NPK and Algal fertilizers on the

Growth and Biomass of Vetiver Grass (Vetiveria nass, L). International

Journal of Engineering and Applied Sciences (IJEAS), 3(3), 85–89.

Kumar, G. S., Madhusudhan, K. V., Sreenivasulu, N., and Sudhakar, C. 2000.

Stress responses in two genotypes of mulberry (Morus alba L.) under NaCl

salinity. Indian Journal of Experimental Biology, 38(2), 192–195.

Kuoppala, K., Rinne, M., Nousiainen, J. and Huhtanen, P. 2008. The effect of

cutting time of grass silage in primary growth and regrowth and the

interactions between silage quality and concentrate level on milk production

of dairy cows. Livestock Science, 116(1), 171–182.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.livsci.2007.10.002

Kusuma, M. E. (2014). Respon rumput gajah (Pennisetum purpureum) terhadap

pemberian pupuk majemuk. Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 3(1), 6–11.

Kusumawati, I. N., Witariadi, N. M., Budiasa, I. K., Suranjaya, I. G. dan Roni, N.

G. K. 2016. Pengaruh jarak tanam dan dosis bio-urin terhadap pertumbuhan

dan hasil rumput Panicum maximum pada pemotongan ketiga. Dalam

Seminar Nasional V HITPI : Intensifikasi sistem produksi hijauan pakan

untuk penguatan ketahanan pangan (pp. 15–20).

Kusvuran, A., Kaplan, M. and Nazli, R. I. 2014. Effectc of mixture ratio and row

spacing in Hungarian Vetch (Vicia pannonica Crantz.) and annual Ryegrass

(Lolium multiflorum Lam.) intercropping on yield and quality under semiarid

Page 112: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

95

climate conditon. Turkish Journal of Field Crops, 19(1), 118–128.

Kuwahara, F. A., Souza, G. M., Guidorizi, K. A., Costa, C. and Meirelles, P. R. de

L. 2016. Phosphorus as a mitigator of the effects of water stress on the

growth and photosynthetic capacity of tropical C4 grasses. Acta Scientiarum.

Agronomy, 38(3), 363. https://doi.org/10.4025/actasciagron.v38i3.28454

Lee, S. 1988. Weed to watch: Pennisetum polystachion. MACA Newsletter vol 1

(2): 11-12.

Li, Y. Z., Wang, F. X. and Liu, L. H. 1999. Use and management of soil water

and nitrogen resource. I. Soil water and nitrogen conditions and root

development. Plant Nutr. Fert. Sci., 5, 206–313.

Liang, J. C. 1982. The response of Napier grass (Pennisetum purpureum) to

animal manure and chemical fertiliser. 1. ffects on dry matter yield and

quality. Journal of the Agricultural Association of China (Taiwan), 119(64–

74).

Lingga, P. and Marsono, M. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Lounglawan, P., Lounglawan, W. and Suksombat, W. 2014. Effect of cutting

interval and cutting height on yield and chemical composition of King

Napier Grass (Pennisetum Purpureum x Pennisetum Americanum). APCBEE

Procedia, 8(Caas 2013), 27–31. https://doi.org/10.1016/j.apcbee.2014.01.075

Lugiyo, L. dan Sumarto, S. 2000. Teknik budidaya Rumput Gajah cv. Hawaii

(Pennisetum purpureum). In Temu Teknis non Peneliti (pp. 120–125). Pusat

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Lyon, D. J. 2009. How Do Plant Populations Affect Yield? Press Releases from

Panhandle Research and Extension Center, 19, 1–4. Retrieved from

http://digitalcommons.unl.edu/panpressrel%5Cnhttp://digitalcommons.unl.ed

u/panpressrel/19%5Cnhttp://digitalcommons.unl.edu/panpressrel%5Cnhttp://

digitalcommons.unl.edu/panpressrel/19

Mahajan, S. dan Tuteja, N. 2005. Cold, salinity and drought stress. Archives of

Biochemistry and Biophysics, 444, 139–158. https://doi.org/10.1002/

9783527628964.ch7

Mahmood, A., Ullah, H., Shahzad, A. N., Ali, H., Ahmad, S., Zia-Ul-Haq, M.

Hasanuzzaman, M. 2013. Dry matter yield and chemical composition of

sorghum cultivars with varying planting density and sowing date. Sains

Malaysiana, 42(10), 1529–1538.

Malhi, S. dan Gill, K. 2004. Fertilizer management of forage crops in the

Canadian Great Plains. Recent Res Dev Crop 1, 1–50. Retrieved from

http://www1.foragebeef.ca/$foragebeef/frgebeef.nsf/all/frg90/$FILE/fertilliz

ermanagementofforagecropscanadiangreatplains.pdf

Page 113: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

96

Man, D., Bao, Y. X., Han, L. B. dan Zhang, X. 2011. Drought tolerance

associated with proline and hormone metabolism in two tall fescue cultivars.

HortScience, 46(7), 1027–1032.

Maralian, H. dan Ebadi, A. 2010. Influence of water deficit stress on wheat grain

yield and proline accumulation rate. African Journal of Agricultural

Research, 5(4), 286–289. Retrieved from http://www.academicjournals.org/

journal/AJAR/article-abstract/ A9B8F3837406

May, A., de Souza, V. F., Gravina, G. D. and Fernandes, P. G. 2016. Plant

population and row spacing on biomass sorghum yield performance. Ciencia

Rural, Santa Maria, 46(3), 434–439. https://doi.org/10.1590/0103-

8478cr20141133

McCue, K. F. dan Hanson, A. D. 1990. Drought and salt tolerance: towards

understanding and application. Trends in Biotechnology, 8, 358–362.

McIlroy, R. J. 1976. Pengantar budidaya padang rumput tropika ; diterjemahkan

Subadio, I., Susetyo, S. dan Soedarmadi, H. Pradnya Paramita, Jakarta.

Meier, H., and Reid, J. S. G. 1982. Reserve polysaccharides other than starch in

higher plants. In F. A. Loewus dan W. Tanner (Eds.), Encyclopedia of Plant

Physiology (pp. 418–471). Springer-Verlag, Berlin.

Mengel, K. dan Kirby, E. A. 2001. Principles of Plant Nutrition (5th ed.). Kluwer

Academic Publishiers.

Meyer, R. F., dan Boyer, J. S. 1981. Osmoregulation, solute distribution, and

growth in soybean seedlings having low water potentials. Planta, 151(5),

482–489. https://doi.org/10.1007/BF00386543

Miller, I. 2006. Management of Mission Grass (Pennisetum polystachion) Agnote.

No: F38. Biosecurity and Product Integrity, Department of Primary Industry,

Fisheries and Mines, Northern Territory Government, Darwin, Northern

Territory.

Mishra, I. N. dan Sandhya, J. 1996. Nutritive profile of some grasses of

Darbhanga. Environment and Ecology, 14(1), 93–95.

Mislevy, P., Burton, G. W. dan Busey, Y. 1990. Bahiagrass Response to Grazing

Frequency. Soil Crop Sci. Soc. Fla., 50, 58–64.

Mounika, B., Chellamuthu, V. and Sridevi, V. 2015. Plant Spacing influence on

the Relative Productivity of Bajra Napier Hybrid Grass. National Academy of

Agricural Science (NAAS), 33(2), 875–878.

Mukhtar, M. 2006. Dry matter roductivity of the dwarf and normal

Elephantgrasses as affected by the planting density and cutting frequency.

Jurnal Ilmu Ternak Dan Veteriner, 11(3), 198–205.

Page 114: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

97

Mulyani, A., Rachman, A. dan Daira, A. 2010. Penyebaran lahan masam, potensi

dan ketersediaannya untuk pengembangan pertanian. Dalam Prosiding

Simposium Nasional Pendayagunaan Tanah Masam. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Murphy, L. 1996. Effects of row spacing on dryland forage grass quality

Abstract : Montana State University.

National Research Council. 2000. Nutrient Requitments of Beef Cattle (Seventh

Re). The National Academy Press.

Navie, S. C. and Adkins, S. W. 2007. Environmental Weeds of Australia. Centre

for Biological Information and Technology, The University of Queensland,

Brisbane, Queensland. Brisbane, Queensland: Centre for Biological

Information and Technology,.

Nevens, F. and Rehuel, D. 2003. Effects of cutting or grazing grass swards on

herbage yield, nitrogen uptake and residual soil nitrate at different levels of

N fertilization. Grass and Forage Science, 58(4), 431–449.

https://doi.org/10.1111/j.1365-2494.2003.00396.x

Ningalo, R. R., Kaligis, D. A. dan Bawole, N. 2017. Pengaruh defoliasi dan level

pupuknitrogen terhadap performans rumput Brachiaria humidicola (Rendle)

Schweick cv. Tully. Jurnal Zootek, 37(1), 25–32.

Nohong, B. and N. S. 2015. Effect of water stress on growth , yield , proline and

soluble sugars contents of Signal grass and Napier grass species. American-

Eurasian Journal of Sustainable Agriculture, 9(5), 14–21.

Nonami, H. 1998. Plant water relation and control of cell elongation at low water

potentials. Journal of Plant Reseach, 111(373–382).

Noogle, G. R. dan Fritz, G. J. 1983. Introductory Plant Physiology. Prentice-Hall,

Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.

Nopriani, U., Karti, P. dan Prihantoro, I. 2014. Produktivitas Duckweed (Lemna

minor) sebagai hijauan pakan alternatif ternak pada intensitas cahaya yang

berbeda. JITV, 19(4), 272–286.

Okwori, A. I. and Magani, I. E. 2010. Influence of nitrogen sources and cutting

interval on the digestility of four (4) grass species in the southern guinea

savanna of Nigeria. Agriculture and Biology Journal of North America, 1(4),

526–533. Retrieved from http://scihub.org/ABJNA/PDF/2010/4/1-4-526-

533.pdf

Olanite, J. A., Anele, U. Y., Arigbede, O. M., Jolaosho, A. O. and Onifade, O. S.

2010. Effect of plant spacing and nitrogen fertilizer levels on the growth,

dry-matter yield and nutritive quality of Columbus grass (Sorghum almum

stapf) in southwest Nigeria. Grass and Forage Science, 65(4), 369–375.

https://doi.org/10.1111/j.1365-2494.2010.00755.x

Page 115: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

98

Onyeonagu, C. and Asiegbu, J. . 2005. Effects of cutting management and N-

fertilizer application on plant height, tiller production and percentage dry

matter in a run-down Panicum Maximum pasture. Journal of Agriculture,

Food, Environment and Extention, 4(2), 28–33.

Osório, J., Osório, M. L., Chaves, M. M. and Pereira, J. S. 1998. Water deficits

are more important in delaying growth than in changing patterns of carbon

allocation in Eucalyptus globulus. Tree Physiology, 18, 363–373.

https://doi.org/10.1093/treephys/18.6.363

Overman, A. R. and Scholtz, R. V. 2003. Dry matter production and cutting

interval for perennial grasses. Communications in Soil Science and Plant

Analysis, 34(June 2011), 225–229. https://doi.org/10.1081/CSS-120017427

Pandey, R. 2015. Mineral nutrition of plants. In B. Bahadur, M. V. Rajam, L.

Sahijram, and K. V. Krishnamurthy (Eds.), Plant Biology and Biotechnology.

Springer India. https://doi.org/10.1007/978-81-322-2286-6

Parsons, W. T. and Cuthbertson, E. G. 2001. Noxious weeds of Australia.

Collingwood, Victoria: CSIRO Publishing.

Partridge, I. J. 1986. Effect of stocking rate and superphosphate level on an

oversown fire climax grassland of mission grass (Pennisetum polystachyon)

in Fiji. Tropical Grasslands, 20(4), 166–173.

Patidar, M. and Rajora, M. P. 2009. Forage yield and quality of different

genotypes of Buffel grass (Cenchrus ciliaris) at various cutting intervals.

Annals of Arid Zone, 48(1), 51–55.

Patil, V. C., Al-Gaadi, K. A., Madugundu, R., Tola, E., Marey, S., Mulla, D. and

Upadhyaya, S. (2016). Response of Rhodes grass to variable rate application

of irrigation water and fertilizer nitrogen. Pakistan Journal of Agricultural

Sciences, 53(3), 599–607. https://doi.org/10.21162/PAKJAS/16.3491

Pebriansyah, A. 2012. Effect of drought stress and additiom Arbuscula

Mychorizal Fungi (AMF) on growth and productivity of tropical grasses

(Chloris gayana, Paspalum dilatatum, and Paspalum notatum ). Pastura,

2(1), 41–48.

Peiretti, P. G. 2009. Effects of growth stage on chemical composition, organic

matter digestibility, gross energy and fatty acid content of safflower

(Carthamus tinctorius L.). Ivestock Research for Rural Development.

Volume 22, Article #206. Retrieved July 21, 2017, from

http://www.lrrd.org/lrrd21/12/peir21206.htm.

Peng, Z., Lu, Q. and Verma, D. P. S. 1996. Reciprocal regulation of Delta(1)-

pyrroline-5-carboxylate synthetase and proline dehydrogenase genes controls

proline levels during and after osmotic stress in plants. Mol Gen Genet,

253(3), 334–41.

Page 116: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

99

Plensicar, M. and Kustori, R. 2005. Corn yield and water use as influenced by

irrigation level, N rate and planting populations. Trans. Kansan Acad.

Science, 53(4), 121–7.

Pontes, L. S., Carrère, P., Andueza, D., Louault, F. and Soussana, J. F. 2007.

Seasonal productivity and nutritive value of temperate grasses found in semi-

natural pastures in Europe: Responses to cutting frequency and N supply.

Grass and Forage Science, 62(4), 485–496. https://doi.org/10.1111/j.1365-

2494.2007.00604.x

Prado, F. E., Boero, C., Gallarodo, M. and Gonzales, J. 2000. Effect of NaCl on

germination, growth and soluble sugar content in Chenopodium quinoa

Willd. seeds. Bot Bull Acad Sin, 41, 27–34.

Prajapati, K. and Modi, H. A. 2012. The importance of potassium in plant growth

- a review. Indian Journal of Plant Sciences, 1(2–3), 177–186.

Prasetyo, B. H., Subardja, D. dan Siswanto, A. B. 200). Karakteristik, potensi, dan

teknologi Pengelolaan tanah ultisol untuk Pengembangan pertanian lahan

Kering di Indonesia. Litbang Pertanian, 23, 1–12.

Prasetyo, B. H., Suharta, N. and Subagyo, H. 200). Chemical and mineralogical

propoerties of ultisols of Sasamba area, East Kalimantan.

Priyadarshani, N. D. N., Amarasinghe, M. K. T. K., Subasinghe, S. and

Kumarasinghe, I. R. P. and H. K. M. 2013. Effect of organic and inorganic

fertilizers on biomass production, oil yield and quality Vetiver (Vetiveria

zizanioides L.). The Journal of Agricultural Sciences, 8(1), 28–35.

Purbajanti, E. D., Anwar, S. and Kusmiyati, F. 2012. Drought stress effect on

morphology characters , water use efficiency , growth and yield of guinea

and napier grasses. International Research Journal of Plant Science, 3(4),

47–53.

Purbajanti, E. D., Soetrisno, R. R., Hanudin, E. dan Budhi, S. P. S. 2011.

Produksi, kualitas, dan kecernaan in vitro tanaman rumput benggala

(Panicum maximum) pada lahan salin. Buletin Peternakan, 35(1), 30–37.

Rafiei, M. 2009. Influence of tillage and plant density on mungbean. American-

Eurasian Journal of Sustainable Agiculture, 3(4), 877–880. Retrieved from

http://www.aensiweb.net/AENSIWEB/aejsa/aejsa/2009/877-880.pdf

Riaz, A., Younis, A., Hameed, M. and Kiran, S. 2010. Morphological and

biochemical responses of turf grasses to water deficit conditions. Pakistan

Journal of Botany, 42(5), 3441–3448.

Ruggia Chiesa, A. P., Kozloski, G. V., Bonnecarrère Sanchez, L. M., Lima, L. D.,

Oliveira, L., Härter, C. J. and Cadorin, R. L. 2008. Age of regrowth as a

factor affecting the nutritive value of hay of kikuyu grass (Pennisetum

clandestinum) offered to lambs. Grass and Forage Science, 63(2), 193–201.

Page 117: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

100

https://doi.org/10.1111/j.1365-2494.2007.00624.x

Rusdy, M. 2010. Dry matter production, carbohydrtae reserve content and

nitrogen utilization in some tropical grasses as influenced by nitrogen

fertilization and age of plants. JITP, 1(1), 28–34.

Saddam, S., Bibi, A., Sadaqat, H. A. and Usman, B. F. 2014. Comparison of 10

Sorghum (Sorghum bicolor L) Genotypes under various Water stress

Regimes. The Journal of Animal & Plant Sciences, 24(6), 1811–1820.

Sajimin, Kompiang, I., Supriyati, dan Suratmin, M. 2001. Penggunaan

biofertilizer untuk peningkatan produktivitas hijauan pakan rumput gajah

(Pennisetum purpureum cv. Africa) pada lahan marjinal di Subang Jawa

Barat. Media Peternakan, 24(2), 46–50.

Salehi, A., Tasdighi, H. and Gholamhoseini, M. 2016. Evaluation of proline,

chlorophyll, soluble sugar content and uptake of nutrients in the German

chamomile (Matricaria chamomilla L.) under drought stress and organic

fertilizer treatments. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, 6(10),

886–891. https://doi.org/10.1016/j.apjtb.2016.08.009

Samaras, Y., Bressan, R. A., Csonka, L., Garcia-Rios, M. G., Paino, D. and

Rhodes, D. 1995. Proline accumulation during water deficit. In N. Smirnoff

(Ed.), Environment and plant metabolism. Flexibility and acclimation (pp.

161–187). BIOS Scientific Publishers.

Sanderson, M. A., Voigt, P. and Jones, R. M. 2014. Yield and quality of warm-

season grasses in central Texas. J. Range Management, 52(2), 145–150.

Sarief, S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV. Pustaka

Buana, Bandung.

Särkijärvi, S., Sormunen-Cristian, R., Heikkilä, T., Komppa, J., Rinne, M. and

Saastamoinen, M. 2008. Effect of grass species and time of cutting on in vivo

digestibility in horses and sheep. In M. Saastamoinen (Ed.), Nutrition of the

exercising horse : 4th European Workshop on Equine Nutrition (EWEN) (p.

26). MTT Agrifood Research Finland.

Sarwar, M., Mahr-un-Nisa, Ajmal Khan, M. and Mushtaque, M. 2006. Chemical

composition, herbage yield and nutritive value of Panicum antidotale and

Pennisetum orientale for Nili buffaloes at different clipping intervals. Asian-

Australasian Journal of Animal Sciences, 19(2), 176–180.

Sawwan, J., Shibli, R. a., Swaidat, I. and Tahat, M. 2000. Phosphorus regulates

osmotic potential and growth of African violet under in vitro‐induced water

deficit. Journal of Plant Nutrition, 23(6), 759–771. https://doi.org/10.1080/

01904160009382057

Serrano, L. J. P. and Pugnaire, F. I. 1999. Constraints by Water Stress on Plant

Growth. In M. Pessarakli (Ed.), Handbook of Plant and Crop Stress (pp.

Page 118: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

101

271–283). CRC Press.

Seseray, D. Y., Santoso, B. dan Lekitoo, N. 2013. Produksi rumput gajah

(Pennisetum purpureum) yang diberi pupuk N, P dan K dengan dosis 0 , 50

dan 100 % pada devoliasi hari ke-45. Sains Peternakan, 11(1), 49–55.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex, Jakarta.

Shwarpshakka, S. Y., Dalakon, C. and Kapang, H. 2016. Effect of cutting height

and frequency on the forage yield of signal grass (Brachiaria decumbens).

International Journal of Science and Applied Science, 1(1), 47–50.

Siddique, K. H. M., Belford, R. K. and Tennant, D. 1990. Root:shoot ratios of old

and modern, tall and semi-dwarf wheats in a mediterranean environment.

Plant and Soil, 121(1), 89–98. https://doi.org/10.1007/BF00013101

Sinaga, R. 2008. Air pada rumput gajah dan rumput raja akibat penurunan

ketersediaan air. Jurnal Biologi Sumatera, 3(1), 29–35.

Singer, J. W. 2002. Species and Nitrogen Effect on Growth Rate, Tiller Density,

and Botanical Composition in Grass Hay Production. Crop Science, 42, 208–

214. https://doi.org/10.2135/cropsci2002.2080

Singh, N. P. and Singh, R. A. 2002. Scientific Crop Production. X Press Graphics,

Delhi-28.

Sinthika, K., Sinniah, J., Sivaneson, S. and Sarmini, N. 2014. Effects of plant

spacing on yields and nutritive values of hybrid Napier grass CO-3 in dry

zone of Sri Lanka. Retrieved from http://repo.lib.jfn.ac.lk/ujrr/handle/

123456789/693

Sirait, J. 2005. Pertumbuhan dan Serapan Nitrogen Rumput pada Naungan dan

Pemupukan Berbeda. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Retrieved from http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/8951

Sirait, J., Tarigan, A. dan Simanihuruk, K. 2015. Karakteristik morfologi rumput

gajah kerdil (Pennisetum purpureum cv Mott) pada jarak tanam berbeda di

dua agroekosistem di Sumatera Utara. In Prosiding Seminar Nasional

Teknologi Peternakan dan Veteriner (pp. 643–649).

Sitompul, S. M. dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta.

Smart, A. J., Schacht, W. H. and Moser, L. E. 2001. Predicting leaf/stem ratio and

nutritive value in grazed and nongrazed big bluestem. Agronomy Journal,

93(6), 1243–1249. https://doi.org/10.2134/agronj2001.1243

Smeekens, S. 2000. Sugar-induced signal transduction in plants. Annual Review of

Plant Physiology and Molecular Biology, 51, 49–81.

Page 119: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

102

Smirnoff, N. and Cumbes, Q. J. 1989. Hydroxylradical scavenging activity of

compatible solutes. Phytochemistry, 28, 1057–1060.

Soekardi, M., Retno, M. W. dan Hikmatullah, H. 1993. Inventarisasi dan

karakterisasi lahan alang-alang. Dalam S. Sukmana, S. Suwardjo, J. Sri

Adiningsi, H. Subagyo, H. Suhardho, dan Y. Prawirasumantri (Eds.),

Pemanfaatan Lahan Alang- alang untuk Usaha Tani Berkelanjutan.

Prosiding Seminar Lahan Alang-alang (pp. 1–8). Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.

Soepraptohardjo, M. 1961. “Tanah Merah” di Indonesia. Balai Besar

Penjelidikan Pertanian, Bogor, Indonesia.

Somasegaran, P. and Hoben, H. J. (1994). Handbook for rhizobia: Methods in

Legume-Rhizobium Technology. Springer-Verlag.

Stanisavljevi, R., Markovi, J., Dini, B., Lazarevi, D., Milenkovi, J.,and An, B.

2009. Yield and chemical composition of Orchard grass harvest remains-

straw (Dactylis glomerata L.) depending on the vegetation space and

application of mineral fertilizers. Biotechnology in Animal Husbandry, 25(5–

6), 1233–1239.

Stanley, R. L. and Rhoads, F. M. 2000. Bahiagrass production, nutrient uptake,

and soil-test P and K. Proceedings - Soil and Crop Science Society of

Florida, 59, 159–163.

Stanton, D., Grombacher, A. W., Pinnisch, R., Mason, H. and Spaner, D. 2007.

Hybrid and population density affect yield and quality of silage maize in

central Alberta. Canadian Journal of Plant Science, 87(4), 867–871.

https://doi.org/10.4141/CJPS06024

Stoskopf, N. 1981. Undestanding Crop Production. Reston Publishing Company,

Inc. Virgina.

Stür, W. ., Shelton, H. and Gutteridge, R. 1994. Defoliation management of

forage tree legumes. In R. . Gutteridge and H. . Shelton (Eds.), Forage tree

legumes in tropical agriculture (p. 168=167). CAB International, UK.

Subagyo, H., Suharta, N. dan Siswanto, A. B. 2004. Tanah-tanah pertanian di

Indonesia. In A. Adimihardja, L. I. Amen, F. Agus, dan D. Djaenudin (Eds.),

Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya (pp. 21–66). Bogor:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Sudirman. 2013. Evaluasi Pakan Tropis: Dari Konsep ke Aplikasi (Metode in-

vitro Feses). Pustaka Reka Cipta, Bandung.

Susanti, S. 2007. Produksi dan kecernaan in vitro rumput gajah pada berbagai

imbangan pupuk nitrogen dan sulfur. Buana Sains, 7(2), 151–156.

Syahputra, E., Fauzi, F. dan Razali, R. 2015. Karakteristik sifat kimia sub grup

Page 120: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

103

tanah ultisol di beberapa wilayah Sumatera Utara. Jurnal Agroekoteknologi,

4(1), 1796–1803.

Taiz, L. and Zeiger, E. 2002. Plant Physiology. Sinauer Associates Inc.,

Publishers Sunderland, Massachusetts U.S.A. https://doi.org/10.1104/

pp.900074

Temu, V., Rude, B. and Baldwin, B. 2014. Nutritive value response of native

warm-season forage grasses to harvest intervals and durations in mixed

stands. Plants, 3(2), 266–283. https://doi.org/10.3390/plants3020266

Tezara, W., Mitchell, V., P., D. S. and Lawlor, D. W. 2002. Effects of water

deficit and its interaction with CO2 supply on the biochemistry and

physiology of photosynthesis in sunflower. J. Exp.Bot., 375(53), 1781–1791.

Thorvaldsson, G., Tremblay, G. F. and Tapani Kunelius, H. 2007. The effects of

growth temperature on digestibility and fibre concentration of seven

temperate grass species. Acta Agriculturae Scandinavica, Section B — Soil &

Plant Science, 57(4), 322–328. https://doi.org/10.1080/09064710600984221

Tilley, J. M. A. and Terry, R. 1963. A two-stage technique for the in vitro

digestion of forage crops. J. Brit. Grassl. Soc, 18(104–111).

Tillman, D. 1988. On the meaning of competition and the mechanisms of

competitive superiority. Functional Ecology, 1, 304–315.

Timpong-Jones, E. C., Adjorlolo, L. K. and Ayizanga, R. A. 2015. The impact of

harvest frequency on herbage yield and quality of cynodon nlemfuensis.

West African Journal of Applied Ecology, 23(2), 7–15.

Tjitrosoedirjo, S. 1990. Pennisetum polystachion (L.) Schult. Weed Info Sheet.

SEAWIC SEAMEO BIOTROP. Bogor, Indonesia.

Tomlinson, K. W. and O’Connor, T. G. 2004. Control of tiller recruitment in

bunchgrasses: Uniting physiology and ecology. Functional Ecology, 18(4),

489–496. https://doi.org/10.1111/j.0269-8463.2004.00873.x

Torales, A. T. A., Acosta, G. L., Deregibus, V. A. and Moauro, P. M. 2000.

Effects of grazing frequency on the production, nutritive value, herbage

utilisation, and structure of a Paspalum dilatatum sward. New Zealand

Journal of Agricultural Research, 43(March), 467–472.

https://doi.org/10.1080/00288233.2000.9513443

Tremmel, D. C. and Bazzaz, F. A. 1993. How Neighbor Canopy Architecture

Affects Target Plant Performance. Ecology, 74(7), 2114–2124.

https://doi.org/10.2307/1940856

Trenholm, L. E., Dudeck, A. E., Sartain, J. B. and Cisar, J. L. 1998. Bermudagrass

growth, total nonstructural carbohydrate concentration, and quality as

influenced by nitrogen and potassium. Crop Science, 38(1), 168–174.

Page 121: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

104

https://doi.org/10.2135/cropsci1998.0011183X003800010028x

Trenton, F. S. and Joseph, G. L. 2005. Corn stalk response to plant population and

the Bt–European corn borer trait. Agron J., 97, 1129–35.

Troelsen, J. E. 1969. Quality of hay and roughage. In Proc. Can. Forage Crops

Symp. (pp. 1–18).

Turner, L. R., Donaghy, D. J., Lane, P. A. and Rawnsley, R. P. 2006. Effect of

defoliation interval on water-soluble carbohydrate and nitrogen energy

reserves, regrowth of leaves and roots, and tiller number of cocksfoot

(Dactylis glomerata L.) plants. Australian Journal of Agricultural Research,

57(2), 243–249. https://doi.org/10.1071/AR05130

Twidwell, E. K., Johnson, K. D., Cherney, J. H. and Volenec, J. J. 1988. Forage

quality and digestion kinetics of Switchgrass herbage and morphological

components. Crop Science, 28, 778–782. https://doi.org/10.2135/

cropsci1988.0011183X002800050011x

Ullah, M. A., Anwar, M. and Rana, A. S. 2010. Effect of nitrogen fertilization and

harvesting intervals on the yield and forage quality of elephant grass

(Pennisetum purpureum) under mesic climate of Pothowar plateau. Pak. J.

Agri. Sci, 47(3), 231–234.

Umami N., M. P. Dewi , B. Suhartanto, C. T., Noviandi, B. Suwignyo, N. Suseno,

G. Ishigaki, R. and Akashi. 2015. Growth and productivity of Brachiaria

brizantha cv MG 5 under the effect of different dose of NPK fertilization. In

The 6th ISTAP International Seminar on Tropical Animal Production (pp.

978–979).

Valentin, K. M., Aliou, S. and Augustin, S. B. 2014. Response to fertilizer of

native grasses (Pennisetum polystachion and Setaria sphacelata) and legume

(Tephrosia pedicellata) of savannah in Sudanian Benin. Agriculture,

Forestry and Fisheries, 3(3), 142–146. https://doi.org/10.11648/

j.aff.20140303.11

Van Man, N. and Wiktorsson, H. 2003. Forage yield , nutritive value , feed intake

and digestibility of three grass species as affected by harvest frequency.

Tropical Grasslands, 37, 101–110.

van Soest, P. J. 1977. Plant Fiber and Its Role in Herbivora Nutrition. The Cornell

Veterinarian, 67(3), 307–326.

van Soest, P. J. 1994. Nutritional Ecology of the Ruminant. Cornell University

Press.

Venuto, B. C., Redfearn, D. D., Pitman, W. D. and Alison, M. W. 2004. Impact of

seeding rate on annual ryegrass performance. Grass and Forage Science,

59(1), 8–14. https://doi.org/10.1111/j.1365-2494.2004.00397.x

Page 122: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

105

Verma, K. C. 2009. Influence of cutting interval and intercropping on growth,

yield and quality of bajra napier hibryd (Pennisetum purpureum x

Pennisetum americanum). rcharya N.G. Rangan Agricultural University,

Hyderabad.

Vicente-Chandler, J. 1964. The Intensive Management of Tropical Forages in

Puerto Rico. University of Puerto Rico.

Villiers, C. J. De. 2007. The effect of Phosphorus on the growth, plant mineral

content and essential oil composition of Buchu (Agathosma betulina).

Stellenbosch University, South Africa.

Virkajärvi, P., Pakarinen, K., Hyrkäs, M., Seppänen, M. and Bélanger, G. 2012.

Tiller characteristics of timothy and tall fescue in relation to herbage mass

accumulation. Crop Science, 52(2), 970–980. https://doi.org/10.2135/

cropsci2011.01.0039

Volenec, J. J. and Nelson, C. J. 1983. Responses of tall fescue leaf meristems to N

fertilization and harvest frequency. Crop Science, 23(4), 720.

https://doi.org/10.2135/cropsci1983.0011183X002300040028x

Vučković, S., A. Simić, B. Ćupina, I. S. and Stanisavljević, R. 2003. The effect of

vegetation area size on grass seed yield. Journal of Agricultural Sciences,

48(1), 125–134.

Wang, X., Zhao, L., Yan, B., Shi, L., Liu, G. and He, Y. 2016. Morphological and

physiological responses of Heteropogon contortus to drought stress in a dry ‐ hot valley. Botanical Studies, 57(17). https://doi.org/10.1186/s40529-016-

0131-0

Wangchuk, K., Rai, K., Nirola, H., Dendup, C. and Mongar, D. 2015. Forage

growth, yield and quality responses of Napier hybrid grass cultivars to three

cutting intervals in the Himalayan foothills. Tropical Grasslands - Forrajes

Tropicales, 3(3), 142. https://doi.org/10.17138/TGFT(3)142-150

West, L. T., Beinroth, F. H., Sumner, M. E. and Kang, B. T. 1997. Ultisols:

Characteristics and Impacts on Society. In D. Sparks (Ed.), Advances in

Agronomy, Volume 63 (1st ed.). Academic Press.

Wijitphan, S., Lorwilai, P. and Arkaseang, C. 2009. Effect of cutting heights on

productivity and quality of King Grass (Pennisetum purpureum cv. King

Grass) under irrigation. Pakistan Journal of Nutrition, 8(8), 1244–1250.

Wijitphan, S., Porncha, L. and Chutipongi, A. 2009. Effects of plants spacing on

yields and nutritive values of Napier grass (Pennisetum purpureum Schum.)

under intensive management of nitrogen fertilizer and irrigation. Pakistan

Journal of Nutrition, 8(8), 1240–1243.

Wilman, D. and Asiegbu, J. 1982. The effects of variety, cutting interval and

nitrogen application on the morphology and development of stolons and

Page 123: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

106

leaves of white clover. Grass and Forage Science, 37, 15–27.

https://doi.org/doi:10.1111/j.1365-2494.1982.tb01572.x

Wilson, J. B. 1988. Shoot competition and root competition. Journal of Applied

Ecology, 25(1), 279–296. https://doi.org/10.2307/2403626

Wilson, J. R., Anderson, K. L. and Hacker, J. B. 1989. Dry matter digestibility in

vitro of leaf and stem of buffel grass (Cenchrus ciliaris) and related species

and its relation to plant morphology and anatomy. Australian Journal of

Agricultural Research, 40(2), 281–291. Retrieved from

https://doi.org/10.1071/AR9890281

Wilson, S. D. and Tilman, D. 1993. Plant competition and resource availability in

response to disturbance and fertilization. Ecology, 74(2), 599–611.

https://doi.org/10.2307/1939319

Xiong, L., Wang, R.-G., Mao, G. and Koczan, J. M. 2006. Identification of

drought tolerance determinants by genetic analysis of root response to

drought stress and abscisic Acid. Plant Physiology, 142(3), 1065–74.

https://doi.org/10.1104/pp.106.084632

Yancey, P. H., Clark, M. E., Hand, S. C., Bowlus, R. D. and Somero, G. N. 1982.

Living with water stress: evolution of osmolyte systems. Science, 217(4566),

1214–1222. Retrieved from http://science.sciencemag.org/

content/217/4566/1214.abstract

Yang, C. W. and Kao, C. 1999. Importance of ornithine-ä-aminotransferase to

proline accumulation caused by water stress in detached rice leaves. Plant

Growth Reg., 27, 189–192.

Yasin, M., Malik, M. A. and Nazir, M. S. 2003. Effects of different spatial

arrangements on forage yield, yield components and quality of Mott

Elephantgrass. Pak. J. Agri. Sci, 2(1), 52–58.

Yoshiba, Y., Kiyosue, T., Nakashima, K. and Yamaguchi-Shinozaki, K.

Shinozaki, K. 1997. Regulation of levels of proline as an osmolyte in plants

under water stress. Plant Cell Physiol., 38, 1095–1102.

Young, J. W. H., Ng, Y. F., Tan, S. N. and Chew, A. Y. L. 2010. Effect of

fertilizer application on photosynthesis and oil yield of Jatropha curcas L.

Photosynthetica, 48(2), 208–218.

Zewdu, T. 2008. Effect of plant density on morphological characteristics, yield

and chemical composition of Napier grass (Pennisetum purpureum

Schumach.). East African Journal of Sciences, 2(1), 55–61.

https://doi.org/10.4314/eajsci.v2i1.40365

Zewdu, T., Baars, R. and Yami, A. 2003. Effect of plant height at cutting and

fertilizer on growth of Napier grass (Pennisetum purpureum). Tropical

Science, 43(1), 57–61. https://doi.org/10.1002/ts.90

Page 124: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

107

Zhao, T. J., Sun, S., Liu, Y., Liu, J. M., Liu, Q., Yan, Y. Bin and Zhou, H. M.

2006. Regulating the drought-responsive element (DRE)-mediated signaling

pathway by synergic functions of trans-active and trans-inactive DRE

binding factors in Brassica napus. Journal of Biological Chemistry, 281(16),

10752–10759. https://doi.org/10.1074/jbc.M510535200

Page 125: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

108

Lampiran 1.

Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap tinggi

rumput gajah liar

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Tinggi_tan

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1118.972a 11 101.725 1.588 .166

Intercept 436700.694 1 436700.694 6817.530 .000

NPK 561.417 3 187.139 2.922 .055

KL 18.056 2 9.028 .141 .869

NPK * KL 539.500 6 89.917 1.404 .254

Error 1537.333 24 64.056

Total 439357.000 36

Corrected Total 2656.306 35

a. R Squared = .421 (Adjusted R Squared = .156)

Estimated Marginal Means

1. Dosis NPK

Dependent Variable: Tinggi_tan

Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P0 103.667 2.668 98.161 109.173

P1 110.889 2.668 105.383 116.395

P2 111.667 2.668 106.161 117.173

P3 114.333 2.668 108.827 119.839

2. Cekaman Air

Dependent Variable: Tinggi_tan

Cekaman Air Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1 110.417 2.310 105.648 115.185

W2 110.833 2.310 106.065 115.602

W3 109.167 2.310 104.398 113.935

3. Cekaman Air * Dosis NPK

Dependent Variable: Tinggi_tan

Cekaman Air Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1

P0 97.000 4.621 87.463 106.537

P1 117.000 4.621 107.463 126.537

P2 113.000 4.621 103.463 122.537

P3 114.667 4.621 105.130 124.204

W2

P0 112.333 4.621 102.796 121.870

P1 107.000 4.621 97.463 116.537

P2 110.000 4.621 100.463 119.537

P3 114.000 4.621 104.463 123.537

W3

P0 101.667 4.621 92.130 111.204

P1 108.667 4.621 99.130 118.204

P2 112.000 4.621 102.463 121.537

P3 114.333 4.621 104.796 123.870

Page 126: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

109

Post Hoc Tests

Dosis NPK

Homogeneous Subsets

Tinggi_tan

Duncana,b

Dosis NPK N Subset

1 2

P0 9 103.6667

P1 9 110.8889 110.8889

P2 9 111.6667 111.6667

P3 9 114.3333

Sig. .055 .398

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 64.056.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Cekaman Air

Homogeneous Subsets

Tinggi_tan

Duncana,b

Cekaman Air N Subset

1

W3 12 109.1667

W1 12 110.4167

W2 12 110.8333

Sig. .636

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 64.056.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = .05.

Page 127: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

110

Lampiran 2.

Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap jumlah

anakan rumput gajah liar

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Anakan

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 247.333a 11 22.485 3.401 .006

Intercept 11236.000 1 11236.000 1699.563 .000

NPK 210.444 3 70.148 10.611 .000

KL 18.167 2 9.083 1.374 .272

NPK * KL 18.722 6 3.120 .472 .822

Error 158.667 24 6.611

Total 11642.000 36

Corrected Total 406.000 35

a. R Squared = .609 (Adjusted R Squared = .430)

Estimated Marginal Means

1. Dosis NPK

Dependent Variable: Anakan

Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P0 14.111 .857 12.342 15.880

P1 17.444 .857 15.676 19.213

P2 18.222 .857 16.453 19.991

P3 20.889 .857 19.120 22.658

2. Cekaman Air

Dependent Variable: Anakan

Cekaman Air Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1 18.667 .742 17.135 20.199

W2 17.250 .742 15.718 18.782

W3 17.083 .742 15.551 18.615

3. Cekaman Air * Dosis NPK

Dependent Variable: Anakan

Cekaman Air Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1

P0 14.333 1.484 11.270 17.397

P1 18.000 1.484 14.936 21.064

P2 19.667 1.484 16.603 22.730

P3 22.667 1.484 19.603 25.730

W2

P0 14.000 1.484 10.936 17.064

P1 18.000 1.484 14.936 21.064

P2 18.000 1.484 14.936 21.064

P3 19.000 1.484 15.936 22.064

W3

P0 14.000 1.484 10.936 17.064

P1 16.333 1.484 13.270 19.397

P2 17.000 1.484 13.936 20.064

P3 21.000 1.484 17.936 24.064

Page 128: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

111

Post Hoc Tests

Dosis NPK

Homogeneous Subsets

Anakan

Duncana,b

Dosis NPK N Subset

1 2 3

P0 9 14.1111

P1 9 17.4444

P2 9 18.2222

P3 9 20.8889

Sig. 1.000 .527 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 6.611.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Cekaman Air

Homogeneous Subsets

Anakan

Duncana,b

Cekaman Air N Subset

1

W3 12 17.0833

W2 12 17.2500

W1 12 18.6667

Sig. .166

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 6.611.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = .05.

Page 129: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

112

Lampiran 3.

Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap jumlah

daun rumput gajah liar

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Jumlah Daun

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3433.222a 11 312.111 2.225 .049

Intercept 239773.444 1 239773.444 1708.938 .000

NPK 1636.556 3 545.519 3.888 .021

KL 491.056 2 245.528 1.750 .195

NPK * KL 1305.611 6 217.602 1.551 .205

Error 3367.333 24 140.306

Total 246574.000 36

Corrected Total 6800.556 35

a. R Squared = .505 (Adjusted R Squared = .278)

Estimated Marginal Means

1. Dosis NPK

Dependent Variable: Jumlah Daun

Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P0 73.778 3.948 65.629 81.927

P1 76.889 3.948 68.740 85.038

P2 84.778 3.948 76.629 92.927

P3 91.000 3.948 82.851 99.149

2. Cekaman Air

Dependent Variable: Jumlah Daun

Cekaman Air Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1 86.833 3.419 79.776 93.891

W2 79.083 3.419 72.026 86.141

W3 78.917 3.419 71.859 85.974

3. Cekaman Air * Dosis NPK

Dependent Variable: Jumlah Daun

Cekaman Air Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1

P0 77.667 6.839 63.552 91.781

P1 72.000 6.839 57.886 86.114

P2 91.667 6.839 77.552 105.781

P3 106.000 6.839 91.886 120.114

W2

P0 78.667 6.839 64.552 92.781

P1 77.000 6.839 62.886 91.114

P2 77.667 6.839 63.552 91.781

P3 83.000 6.839 68.886 97.114

W3

P0 65.000 6.839 50.886 79.114

P1 81.667 6.839 67.552 95.781

P2 85.000 6.839 70.886 99.114

P3 84.000 6.839 69.886 98.114

Page 130: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

113

Post Hoc Tests

Dosis NPK

Homogeneous Subsets

Jumlah Daun

Duncana,b

Dosis NPK N Subset

1 2

P0 9 73.7778

P1 9 76.8889

P2 9 84.7778 84.7778

P3 9 91.0000

Sig. .073 .276

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 140.306.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Cekaman Air

Homogeneous Subsets

Jumlah Daun

Duncana,b

Cekaman Air N Subset

1

W3 12 78.9167

W2 12 79.0833

W1 12 86.8333

Sig. .134

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 140.306.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = .05.

Page 131: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

114

Lampiran 4.

Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap luas

daun rumput gajah liar

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Luas Daun

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 511.035a 11 46.458 2.023 .072

Intercept 139125.270 1 139125.270 6057.814 .000

NPK 280.335 3 93.445 4.069 .018

KL 42.740 2 21.370 .930 .408

NPK * KL 187.960 6 31.327 1.364 .269

Error 551.190 24 22.966

Total 140187.495 36

Corrected Total 1062.225 35

a. R Squared = .481 (Adjusted R Squared = .243)

Estimated Marginal Means

1. Dosis NPK

Dependent Variable: Luas Daun

Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P0 58.298 1.597 55.001 61.595

P1 60.841 1.597 57.544 64.138

P2 64.073 1.597 60.776 67.370

P3 65.451 1.597 62.154 68.748

2. Cekaman Air

Dependent Variable: Luas Daun

Cekaman Air Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1 63.237 1.383 60.381 66.092

W2 62.590 1.383 59.735 65.445

W3 60.671 1.383 57.816 63.526

3. Cekaman Air * Dosis NPK

Dependent Variable: Luas Daun

Cekaman Air Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1

P0 55.827 2.767 50.116 61.537

P1 61.177 2.767 55.466 66.887

P2 66.303 2.767 60.593 72.014

P3 69.640 2.767 63.930 75.350

W2

P0 59.070 2.767 53.360 64.780

P1 62.443 2.767 56.733 68.154

P2 61.950 2.767 56.240 67.660

P3 66.897 2.767 61.186 72.607

W3

P0 59.997 2.767 54.286 65.707

P1 58.903 2.767 53.193 64.614

P2 63.967 2.767 58.256 69.677

P3 59.817 2.767 54.106 65.527

Page 132: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

115

Post Hoc Tests

Dosis NPK

Homogeneous Subsets

Luas Daun

Duncana,b

Dosis NPK N Subset

1 2

P0 9 58.2978

P1 9 60.8411 60.8411

P2 9 64.0733

P3 9 65.4511

Sig. .271 .064

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 22.966.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Cekaman Air

Homogeneous Subsets

Luas Daun

Duncana,b

Cekaman Air N Subset

1

W3 12 60.6708

W2 12 62.5900

W1 12 63.2367

Sig. .227

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 22.966.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = .05.

Page 133: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

116

Lampiran 5.

Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap bobot

segar rumput gajah liar

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat Segar

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 36088.889a 11 3280.808 2.039 .070

Intercept 2006944.444 1 2006944.444 1247.303 .000

NPK 8600.000 3 2866.667 1.782 .178

KL 15184.722 2 7592.361 4.719 .019

NPK * KL 12304.167 6 2050.694 1.274 .306

Error 38616.667 24 1609.028

Total 2081650.000 36

Corrected Total 74705.556 35

a. R Squared = .483 (Adjusted R Squared = .246)

Estimated Marginal Means

1. Grand Mean

Dependent Variable: Berat Segar

Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

236.111 6.685 222.313 249.909

2. Cekaman Air * Dosis NPK

Dependent Variable: Berat Segar

Cekaman Air Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1

P0 243.333 23.159 195.535 291.131

P1 201.667 23.159 153.869 249.465

P2 273.333 23.159 225.535 321.131

P3 306.667 23.159 258.869 354.465

W2

P0 226.667 23.159 178.869 274.465

P1 256.667 23.159 208.869 304.465

P2 243.333 23.159 195.535 291.131

P3 250.000 23.159 202.202 297.798

W3

P0 191.667 23.159 143.869 239.465

P1 213.333 23.159 165.535 261.131

P2 205.000 23.159 157.202 252.798

P3 221.667 23.159 173.869 269.465

Post Hoc Tests

Dosis NPK

Homogeneous Subsets

Berat Segar

Duncana,b

Dosis NPK N Subset

1

P0 9 220.5556

P1 9 223.8889

P2 9 240.5556

P3 9 259.4444

Sig. .070

Page 134: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

117

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 1609.028.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Cekaman Air

Homogeneous Subsets

Berat Segar

Duncana,b

Cekaman Air N Subset

1 2

W3 12 207.9167

W2 12 244.1667

W1 12 256.2500

Sig. 1.000 .468

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 1609.028.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = .05.

Page 135: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

118

Lampiran 6.

Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap bobt

kering tajuk rumput gajah liar

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: BK Tajuk

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1208.306a 11 109.846 .551 .848

Intercept 158536.694 1 158536.694 795.667 .000

NPK 663.639 3 221.213 1.110 .364

KL 31.056 2 15.528 .078 .925

NPK * KL 513.611 6 85.602 .430 .852

Error 4782.000 24 199.250

Total 164527.000 36

Corrected Total 5990.306 35

a. R Squared = .202 (Adjusted R Squared = -.164)

Estimated Marginal Means

1. Dosis NPK

Dependent Variable: BK Tajuk

Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P0 59.000 4.705 49.289 68.711

P1 68.111 4.705 58.400 77.822

P2 69.778 4.705 60.067 79.489

P3 68.556 4.705 58.845 78.267

2. Cekaman Air * Dosis NPK

Dependent Variable: BK Tajuk

Cekaman Air Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1

P0 65.333 8.150 48.513 82.153

P1 61.667 8.150 44.847 78.487

P2 72.000 8.150 55.180 88.820

P3 71.667 8.150 54.847 88.487

W2

P0 53.667 8.150 36.847 70.487

P1 71.333 8.150 54.513 88.153

P2 72.000 8.150 55.180 88.820

P3 65.333 8.150 48.513 82.153

W3

P0 58.000 8.150 41.180 74.820

P1 71.333 8.150 54.513 88.153

P2 65.333 8.150 48.513 82.153

P3 68.667 8.150 51.847 85.487

Post Hoc Tests

Dosis NPK

Homogeneous Subsets

BK Tajuk

Duncana,b

Dosis NPK N Subset

1

P0 9 59.0000

P1 9 68.1111

P3 9 68.5556

P2 9 69.7778

Sig. .151

Page 136: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

119

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 199.250.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Cekaman Air

Homogeneous Subsets

BK Tajuk

Duncana,b

Cekaman Air N Subset

1

W2 12 65.5833

W3 12 65.8333

W1 12 67.6667

Sig. .737

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 199.250.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = .05.

Page 137: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

120

Lampiran 7.

Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap bobt

kering akar rumput gajah liar

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: BK akar

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 26.653a 11 2.423 2.433 .033

Intercept 4362.382 1 4362.382 4379.719 .000

NPK 10.130 3 3.377 3.390 .034

KL 12.922 2 6.461 6.487 .006

NPK * KL 3.601 6 .600 .603 .726

Error 23.905 24 .996

Total 4412.941 36

Corrected Total 50.558 35

a. R Squared = .527 (Adjusted R Squared = .310)

Estimated Marginal Means

1. Dosis NPK

Dependent Variable: BK akar

Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P0 10.267 .333 9.580 10.953

P1 10.822 .333 10.136 11.509

P2 11.708 .333 11.021 12.394

P3 11.236 .333 10.549 11.922

2. Cekaman air

Dependent Variable: BK akar

Cekaman air Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1 10.348 .288 9.754 10.943

W2 10.878 .288 10.283 11.472

W3 11.798 .288 11.204 12.393

3. Cekaman air * Dosis NPK

Dependent Variable: BK akar

Cekaman air Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1

P0 9.490 .576 8.301 10.679

P1 9.970 .576 8.781 11.159

P2 11.353 .576 10.164 12.543

P3 10.580 .576 9.391 11.769

W2

P0 9.910 .576 8.721 11.099

P1 10.443 .576 9.254 11.633

P2 11.957 .576 10.767 13.146

P3 11.200 .576 10.011 12.389

W3

P0 11.400 .576 10.211 12.589

P1 12.053 .576 10.864 13.243

P2 11.813 .576 10.624 13.003

P3 11.927 .576 10.737 13.116

Page 138: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

121

Post Hoc Tests

Dosis NPK

Homogeneous Subsets

BK akar

Duncana,b

Dosis NPK N Subset

1 2

P0 9 10.2667

P1 9 10.8222 10.8222

P3 9 11.2356 11.2356

P2 9 11.7078

Sig. .062 .087

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .996.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Cekaman air

Homogeneous Subsets

BK akar

Duncana,b

Cekaman air N Subset

1 2

W1 12 10.3483

W2 12 10.8775

W3 12 11.7983

Sig. .206 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .996.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = .05.

Page 139: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

122

Lampiran 8.

Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap rasio

akar tajuk rumput gajah liar

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Rasio AkarTajuk

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model .009a 11 .001 .544 .854

Intercept 1.075 1 1.075 704.707 .000

NPK .001 3 .000 .216 .884

KL .004 2 .002 1.237 .308

NPK * KL .004 6 .001 .477 .819

Error .037 24 .002

Total 1.120 36

Corrected Total .046 35

a. R Squared = .200 (Adjusted R Squared = -.167)

Estimated Marginal Means

1. Dosis NPK

Dependent Variable: Rasio AkarTajuk

Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P0 .179 .013 .152 .206

P1 .164 .013 .138 .191

P2 .173 .013 .146 .200

P3 .174 .013 .148 .201

2. Cekaman Air

Dependent Variable: Rasio AkarTajuk

Cekaman Air Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1 .161 .011 .138 .184

W2 .172 .011 .148 .195

W3 .186 .011 .163 .209

3. Cekaman Air * Dosis NPK

Dependent Variable: Rasio AkarTajuk

Cekaman Air Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1

P0 .147 .023 .100 .193

P1 .167 .023 .120 .213

P2 .163 .023 .117 .210

P3 .167 .023 .120 .213

W2

P0 .190 .023 .143 .237

P1 .150 .023 .103 .197

P2 .163 .023 .117 .210

P3 .183 .023 .137 .230

W3

P0 .200 .023 .153 .247

P1 .177 .023 .130 .223

P2 .193 .023 .147 .240

P3 .173 .023 .127 .220

Page 140: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

123

Post Hoc Tests

Dosis NPK

Homogeneous Subsets

Rasio AkarTajuk

Duncana,b

Dosis NPK N Subset

1

P1 9 .1644

P2 9 .1733

P3 9 .1744

P0 9 .1789

Sig. .482

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .002.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Cekaman Air

Homogeneous Subsets

Rasio AkarTajuk

Duncana,b

Cekaman Air N Subset

1

W1 12 .1608

W2 12 .1717

W3 12 .1858

Sig. .151

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .002.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = .05.

Page 141: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

124

Lampiran 9.

Analisis ragam pengaruh NPK dan cekaman air terhadap

kandungan prolin rumput gajah liar

Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kadar Proline

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 35.244a 11 3.204 1.251 .309

Intercept 13719.046 1 13719.046 5357.677 .000

NPK 17.477 3 5.826 2.275 .106

KL 13.312 2 6.656 2.599 .095

NPK * KL 4.454 6 .742 .290 .936

Error 61.455 24 2.561

Total 13815.746 36

Corrected Total 96.699 35

a. R Squared = .364 (Adjusted R Squared = .073)

Estimated Marginal Means

1. Dosis NPK

Dependent Variable: Kadar Proline

Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

P0 20.549 .533 19.448 21.650

P1 19.624 .533 18.523 20.725

P2 19.300 .533 18.199 20.401

P3 18.613 .533 17.512 19.713

2. Cekaman Air

Dependent Variable: Kadar Proline

Cekaman Air Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1 18.682 .462 17.729 19.635

W2 19.779 .462 18.826 20.733

W3 20.103 .462 19.149 21.056

3. Cekaman Air * Dosis NPK

Dependent Variable: Kadar Proline

Cekaman Air Dosis NPK Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

W1

P0 20.326 .924 18.419 22.233

P1 18.958 .924 17.051 20.865

P2 18.343 .924 16.436 20.249

P3 17.101 .924 15.194 19.008

W2

P0 20.450 .924 18.544 22.357

P1 19.635 .924 17.728 21.541

P2 19.855 .924 17.949 21.762

P3 19.177 .924 17.271 21.084

W3

P0 20.871 .924 18.965 22.778

P1 20.279 .924 18.372 22.185

P2 19.702 .924 17.795 21.609

P3 19.559 .924 17.653 21.466

Page 142: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

125

Post Hoc Tests

Dosis NPK

Homogeneous Subsets

Kadar Proline

Duncana,b

Dosis NPK N Subset

1 2

P3 9 17.8526

P2 9 19.3000 19.3000

P1 9 19.6238 19.6238

P0 9 20.5492

Sig. .217 .130

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 2.561.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Cekaman Air

Homogeneous Subsets

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 2.561.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. Alpha = .05.

Kadar Proline

Duncana,b

Cekaman Air N Subset

1 2

W1 12 18.7619

W2 12 19.7794 19.7794

W3 12 20.1028

Sig. .106 .625

Page 143: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

126

Lampiran 9.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap tinggi rumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Tinggi tanaman

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 460678.453 1 460678.453 46748.293 .000

Error 19.709 2 9.854a

JT Hypothesis 1033.340 2 516.670 49.850 .001 Error 41.458 4 10.364b

Kel Hypothesis 19.709 2 9.854 .951 .459 Error 41.458 4 10.364b

JT * Kel Hypothesis 41.458 4 10.364 1.314 .320 Error 94.633 12 7.886c

I Hypothesis 16365.840 2 8182.920 1037.637 .000 Error 94.633 12 7.886c

JT * I Hypothesis 236.047 4 59.012 7.483 .003

Error 94.633 12 7.886c

a. MS(Kel) b. MS(JT * Kel) c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kel) Var(JT * Kel) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I Kel 9.000 3.000 1.000 JT * Kel .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak tanam

Dependent Variable: Tinggi tanaman

Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 123.656 .936 121.616 125.695 J2 129.522 .936 127.483 131.562 J3 138.689 .936 136.649 140.728

2. Kelompok

Dependent Variable: Tinggi tanaman

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kel 1 130.767 .936 128.727 132.806 Kel 2 131.589 .936 129.549 133.628 Kel 3 129.511 .936 127.472 131.551

3. Jarak tanam * Kelompok

Dependent Variable: Tinggi tanaman

Jarak tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

Kel 1 123.033 1.621 119.501 126.566

Kel 2 125.433 1.621 121.901 128.966

Kel 3 122.500 1.621 118.967 126.033

J2 Kel 1 132.033 1.621 128.501 135.566 Kel 2 128.900 1.621 125.367 132.433 Kel 3 127.633 1.621 124.101 131.166

J3

Kel 1 137.233 1.621 133.701 140.766

Kel 2 140.433 1.621 136.901 143.966

Kel 3 138.400 1.621 134.867 141.933

Page 144: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

127

4. Interval

Dependent Variable: Tinggi tanaman

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1 97.356 .936 95.316 99.395 I2 138.356 .936 136.316 140.395 I3 156.156 .936 154.116 158.195

5. Interval * Jarak tanam

Dependent Variable: Tinggi tanaman

Interval Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1

J1 93.867 1.621 90.334 97.399

J2 94.267 1.621 90.734 97.799

J3 103.933 1.621 100.401 107.466

I2 J1 131.800 1.621 128.267 135.333 J2 140.233 1.621 136.701 143.766 J3 143.033 1.621 139.501 146.566

I3

J1 145.300 1.621 141.767 148.833

J2 154.067 1.621 150.534 157.599

J3 169.100 1.621 165.567 172.633

Post Hoc Tests Jarak tanam Homogeneous Subsets

Tinggi tanaman

Duncana,b

Jarak tanam N Subset

1 2 3

J1 9 123.6556 J2 9 129.5222 J3 9 138.6889 Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 7.886. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval Homogeneous Subsets

Tinggi tanaman

Duncana,b

Interval N Subset

1 2 3

I1 9 97.3556 I2 9 138.3556 I3 9 156.1556 Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 7.886. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 145: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

128

Lampiran 9.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap jumlah anakanrumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Anakan

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 28857.751 1 28857.751 7142.353 .000

Error 8.081 2 4.040a

JT Hypothesis 3.743 2 1.871 .767 .522 Error 9.761 4 2.440b

Kel Hypothesis 8.081 2 4.040 1.656 .299 Error 9.761 4 2.440b

JT * Kel Hypothesis 9.761 4 2.440 2.508 .097 Error 11.678 12 .973c

I Hypothesis 77.479 2 38.739 39.808 .000 Error 11.678 12 .973c

JT * I Hypothesis 18.377 4 4.594 4.721 .016

Error 11.678 12 .973c

a. MS(Kel) b. MS(JT * Kel) c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kel) Var(JT * Kel) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I

JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I Kel 9.000 3.000 1.000 JT * Kel .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak tanam

Dependent Variable: Anakan

Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 32.933 .329 32.217 33.650

J2 32.978 .329 32.261 33.694 J3 32.167 .329 31.450 32.883

2. Kelompok

Dependent Variable: Anakan

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kel 1 33.456 .329 32.739 34.172 Kel 2 32.200 .329 31.484 32.916

Kel 3 32.422 .329 31.706 33.139

Page 146: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

129

3. Jarak tanam * Kelompok Dependent Variable: Anakan

Jarak tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

Kel 1 33.667 .570 32.426 34.908

Kel 2 32.000 .570 30.759 33.241

Kel 3 33.133 .570 31.892 34.374

J2 Kel 1 34.600 .570 33.359 35.841 Kel 2 32.633 .570 31.392 33.874 Kel 3 31.700 .570 30.459 32.941

J3

Kel 1 32.100 .570 30.859 33.341

Kel 2 31.967 .570 30.726 33.208

Kel 3 32.433 .570 31.192 33.674

4. Interval Dependent Variable: Anakan

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1 33.456 .329 32.739 34.172 I2 34.278 .329 33.561 34.994 I3 30.344 .329 29.628 31.061

5. Interval * Jarak tanam Dependent Variable: Anakan

Interval Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1

J1 33.867 .570 32.626 35.108

J2 34.100 .570 32.859 35.341

J3 32.400 .570 31.159 33.641

I2

J1 33.367 .570 32.126 34.608

J2 35.633 .570 34.392 36.874 J3 33.833 .570 32.592 35.074

I3

J1 31.567 .570 30.326 32.808

J2 29.200 .570 27.959 30.441

J3 30.267 .570 29.026 31.508

Post Hoc Tests Jarak tanam Homogeneous Subsets

Anakan

Duncana,b

Jarak tanam N Subset

1

J3 9 32.1667 J1 9 32.9333 J2 9 32.9778 Sig. .122

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .973. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval Homogeneous Subsets

Anakan Duncana,b

Interval N Subset

1 2

I3 9 30.3444 I1 9 33.4556 I2 9 34.2778 Sig. 1.000 .102

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .973. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 147: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

130

Lampiran 10.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval bobot segar

rumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat Segar

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 10489129.259 1 10489129.259 258.348 .004

Error 81201.661 2 40600.830a

JT Hypothesis 624577.806 2 312288.903 5.956 .063

Error 209729.787 4 52432.447b

Kelompok Hypothesis 81201.661 2 40600.830 .774 .520 Error 209729.787 4 52432.447b

JT * Kelompok Hypothesis 209729.787 4 52432.447 3.935 .029 Error 159911.878 12 13325.990c

I Hypothesis 1394038.790 2 697019.395 52.305 .000 Error 159911.878 12 13325.990c

JT * I Hypothesis 187098.698 4 46774.675 3.510 .041

Error 159911.878 12 13325.990c

a. MS(Kelompok)

b. MS(JT * Kelompok) c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kelompok) Var(JT * Kelompok) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I Kelompok 9.000 3.000 1.000

JT * Kelompok .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Kelompok

Dependent Variable: Berat Segar

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kel 1 613.127 38.479 529.287 696.966 kel 2 694.953 38.479 611.114 778.793 kel 3 561.780 38.479 477.941 645.619

2. Jarak Tanam

Dependent Variable: Berat Segar

Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 425.533 38.479 341.694 509.373 j2 648.890 38.479 565.051 732.729 j3 795.437 38.479 711.597 879.276

3. Jarak Tanam * Kelompok

Dependent Variable: Berat Segar

Jarak Tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

kel 1 412.607 66.648 267.392 557.821

kel 2 451.250 66.648 306.036 596.464

kel 3 412.743 66.648 267.529 557.958

j2 kel 1 692.747 66.648 547.532 837.961 kel 2 600.103 66.648 454.889 745.318 kel 3 653.820 66.648 508.606 799.034

j3

kel 1 734.027 66.648 588.812 879.241

kel 2 1033.507 66.648 888.292 1178.721

kel 3 618.777 66.648 473.562 763.991

Page 148: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

131

4. Interval

Dependent Variable: Berat Segar

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1 384.604 38.479 300.765 468.444 i2 556.296 38.479 472.456 640.135 i3 928.960 38.479 845.121 1012.799

5. Interval * Jarak Tanam

Dependent Variable: Berat Segar

Interval Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1

J1 252.083 66.648 106.869 397.298

j2 395.417 66.648 250.202 540.631

j3 506.313 66.648 361.099 651.528

i2 J1 436.807 66.648 291.592 582.021 j2 595.000 66.648 449.786 740.214 j3 637.080 66.648 491.866 782.294

i3

J1 587.710 66.648 442.496 732.924

j2 956.253 66.648 811.039 1101.468

j3 1242.917 66.648 1097.702 1388.131

Post Hoc Tests Jarak Tanam Homogeneous Subsets

Berat Segar

Duncana,b

Jarak Tanam N Subset

1 2 3

J1 9 425.5333 j2 9 648.8900 j3 9 795.4367 Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 13325.990.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval Homogeneous Subsets

Berat Segar

Duncana,b

Interval N Subset

1 2 3

i1 9 384.6044 i2 9 556.2956 i3 9 928.9600 Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 13325.990. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 149: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

132

Lampiran 11.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap bobot kering tajuk rumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Prod BK/rumpun

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 492534.107 1 492534.107 265.580 .004

Error 3709.123 2 1854.561a

JT Hypothesis 59235.504 2 29617.752 15.873 .013 Error 7463.814 4 1865.953b

Kelompok Hypothesis 3709.123 2 1854.561 .994 .446 Error 7463.814 4 1865.953b

JT * Kelompok Hypothesis 7463.814 4 1865.953 3.267 .050 Error 6853.738 12 571.145c

I Hypothesis 80281.901 2 40140.950 70.282 .000 Error 6853.738 12 571.145c

JT * I Hypothesis 17504.375 4 4376.094 7.662 .003

Error 6853.738 12 571.145c

a. MS(Kelompok) b. MS(JT * Kelompok)

c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kelompok) Var(JT * Kelompok) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I Kelompok 9.000 3.000 1.000 JT * Kelompok .000 3.000 1.000

I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak Tanam

Dependent Variable: Prod BK/rumpun

Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 81.011 7.966 63.654 98.368 j2 128.928 7.966 111.571 146.285 j3 195.250 7.966 177.893 212.607

2. Kelompok

Dependent Variable: Prod BK/rumpun

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kel 1 131.091 7.966 113.734 148.448 kel 2 150.986 7.966 133.629 168.342 kel 3 123.112 7.966 105.755 140.469

3. Jarak Tanam * Kelompok

Dependent Variable: Prod BK/rumpun

Jarak Tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

kel 1 80.770 13.798 50.707 110.833

kel 2 87.217 13.798 57.154 117.280

kel 3 75.047 13.798 44.984 105.110

j2 kel 1 132.033 13.798 101.970 162.096 kel 2 122.700 13.798 92.637 152.763 kel 3 132.050 13.798 101.987 162.113

j3

kel 1 180.470 13.798 150.407 210.533

kel 2 243.040 13.798 212.977 273.103

kel 3 162.240 13.798 132.177 192.303

Page 150: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

133

4. Interval

Dependent Variable: Prod BK/rumpun

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1 80.197 7.966 62.840 97.554 i2 115.567 7.966 98.210 132.924 i3 209.426 7.966 192.069 226.782

5. Interval * Jarak Tanam Dependent Variable: Prod BK/rumpun

Interval Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1

J1 42.787 13.798 12.724 72.850

j2 81.053 13.798 50.990 111.116

j3 116.750 13.798 86.687 146.813

i2 J1 82.763 13.798 52.700 112.826 j2 112.860 13.798 82.797 142.923 j3 151.077 13.798 121.014 181.140

i3

J1 117.483 13.798 87.420 147.546

j2 192.870 13.798 162.807 222.933

j3 317.923 13.798 287.860 347.986

Post Hoc Tests Jarak Tanam Homogeneous Subsets

Prod BK/rumpun

Duncana,b

Jarak Tanam N Subset

1 2 3

J1 9 81.0111 j2 9 128.9278 j3 9 195.2500 Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 571.145. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval Homogeneous Subsets

Prod BK/rumpun Duncana,b

Interval N Subset

1 2 3

i1 9 80.1967 i2 9 115.5667 i3 9 209.4256 Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 571.145. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 151: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

134

Lampiran 12.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap bobot terhadap kering per plot rumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Prod BK perPLOT

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 494.682 1 494.682 238.923 .004

Error 4.141 2 2.070a

JT Hypothesis 56.504 2 28.252 14.614 .014 Error 7.733 4 1.933b

Kelompok Hypothesis 4.141 2 2.070 1.071 .424 Error 7.733 4 1.933b

JT * Kelompok Hypothesis 7.733 4 1.933 3.239 .051 Error 7.162 12 .597c

I Hypothesis .603 2 .302 .505 .616 Error 7.162 12 .597c

JT * I Hypothesis 2.953 4 .738 1.237 .347

Error 7.162 12 .597c

a. MS(Kelompok) b. MS(JT * Kelompok)

c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kelompok) Var(JT * Kelompok) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I Kelompok 9.000 3.000 1.000

JT * Kelompok .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak Tanam

Dependent Variable: Prod BK perPLOT

Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 2.576 .258 2.014 3.137 j2 4.153 .258 3.592 4.714 j3 6.112 .258 5.551 6.673

2. Kelompok Dependent Variable: Prod BK perPLOT

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kel 1 4.213 .258 3.652 4.774 kel 2 4.790 .258 4.229 5.351 kel 3 3.838 .258 3.277 4.399

3. Jarak Tanam * Kelompok

Dependent Variable: Prod BK perPLOT

Jarak Tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

kel 1 2.550 .446 1.578 3.522

kel 2 2.750 .446 1.778 3.722

kel 3 2.427 .446 1.455 3.398

j2 kel 1 4.300 .446 3.328 5.272 kel 2 3.987 .446 3.015 4.958 kel 3 4.173 .446 3.202 5.145

j3

kel 1 5.790 .446 4.818 6.762

kel 2 7.633 .446 6.662 8.605

kel 3 4.913 .446 3.942 5.885

Page 152: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

135

4. Interval Dependent Variable: Prod BK perPLOT

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1 4.491 .258 3.930 5.052 i2 4.161 .258 3.600 4.722 i3 4.189 .258 3.628 4.750

5. Interval * Jarak Tanam

Dependent Variable: Prod BK perPLOT

Interval Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1

J1 2.397 .446 1.425 3.368

j2 4.540 .446 3.568 5.512

j3 6.537 .446 5.565 7.508

i2 J1 2.980 .446 2.008 3.952 j2 4.063 .446 3.092 5.035 j3 5.440 .446 4.468 6.412

i3

J1 2.350 .446 1.378 3.322

j2 3.857 .446 2.885 4.828

j3 6.360 .446 5.388 7.332

Post Hoc Tests Jarak Tanam Homogeneous Subsets

Prod BK perPLOT Duncana,b

Jarak Tanam N Subset

1 2 3

J1 9 2.5756 j2 9 4.1533 j3 9 6.1122 Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .597. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval

Homogeneous Subsets

Prod BK perPLOT Duncana,b

Interval N Subset

1

i2 9 4.1611 i3 9 4.1889 i1 9 4.4911 Sig. .406

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .597. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 153: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

136

Lampiran 13.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap kandungan BK rumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: BK Real (fresh)

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 11823.567 1 11823.567 3615360.137 .000

Error .007 2 .003a

JT Hypothesis 151.982 2 75.991 31.896 .003 Error 9.530 4 2.382b

Kelompok Hypothesis .007 2 .003 .001 .999 Error 9.530 4 2.382b

JT * Kelompok Hypothesis 9.530 4 2.382 .850 .521 Error 33.653 12 2.804c

I Hypothesis 19.478 2 9.739 3.473 .065 Error 33.653 12 2.804c

JT * I Hypothesis 14.572 4 3.643 1.299 .325

Error 33.653 12 2.804c

a. MS(Kelompok)

b. MS(JT * Kelompok) c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kelompok) Var(JT * Kelompok) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I

Kelompok 9.000 3.000 1.000 JT * Kelompok .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak Tanam

Dependent Variable: BK Real (fresh)

Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 18.649 .558 17.433 19.865 j2 19.931 .558 18.715 21.147 j3 24.199 .558 22.983 25.415

2. Kelompok Dependent Variable: BK Real (fresh)

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kel 1 20.923 .558 19.707 22.140 kel 2 20.947 .558 19.730 22.163 kel 3 20.909 .558 19.693 22.125

3. Jarak Tanam * Kelompok Dependent Variable: BK Real (fresh)

Jarak Tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

kel 1 19.213 .967 17.107 21.320

kel 2 18.947 .967 16.840 21.053

kel 3 17.787 .967 15.680 19.893

j2 kel 1 19.333 .967 17.227 21.440 kel 2 20.520 .967 18.413 22.627 kel 3 19.940 .967 17.833 22.047

j3

kel 1 24.223 .967 22.117 26.330

kel 2 23.373 .967 21.267 25.480

kel 3 25.000 .967 22.893 27.107

Page 154: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

137

4. Interval Dependent Variable: BK Real (fresh)

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1 20.087 .558 18.870 21.303 i2 20.602 .558 19.386 21.818 i3 22.090 .558 20.874 23.306

5. Interval * Jarak Tanam

Dependent Variable: BK Real (fresh)

Interval Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1

J1 17.060 .967 14.953 19.167

j2 20.490 .967 18.383 22.597

j3 22.710 .967 20.603 24.817

i2 J1 18.870 .967 16.763 20.977 j2 19.123 .967 17.017 21.230 j3 23.813 .967 21.707 25.920

i3

J1 20.017 .967 17.910 22.123

j2 20.180 .967 18.073 22.287

j3 26.073 .967 23.967 28.180

Post Hoc Tests Jarak Tanam Homogeneous Subsets

BK Real (fresh)

Duncana,b

Jarak Tanam N Subset

1 2

J1 9 18.6489 j2 9 19.9311 j3 9 24.1989 Sig. .130 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 2.804. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval

Homogeneous Subsets

BK Real (fresh) Duncana,b

Interval N Subset

1 2

i1 9 20.0867 i2 9 20.6022 20.6022 i3 9 22.0900 Sig. .526 .084

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 2.804. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 155: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

138

Lampiran 14.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap kandungan PK rumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Protein Kasar

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 2479.810 1 2479.810 1910.541 .001

Error 2.596 2 1.298a

JT Hypothesis 4.074 2 2.037 2.271 .219

Error 3.588 4 .897b

Kel Hypothesis 2.596 2 1.298 1.447 .337 Error 3.588 4 .897b

JT * Kel Hypothesis 3.588 4 .897 .949 .469 Error 11.342 12 .945c

I Hypothesis 21.123 2 10.561 11.174 .002 Error 11.342 12 .945c

JT * I Hypothesis 9.791 4 2.448 2.590 .090

Error 11.342 12 .945c

a. MS(Kel)

b. MS(JT * Kel) c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kel) Var(JT * Kel) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I

Kel 9.000 3.000 1.000 JT * Kel .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means 1. Jarak tanam

Dependent Variable: Protein Kasar

Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 9.080 .324 8.374 9.786 J2 10.025 .324 9.319 10.731 J3 9.646 .324 8.940 10.352

2. Kelompok Dependent Variable: Protein Kasar

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kel 1 9.153 .324 8.447 9.859 Kel 2 9.725 .324 9.019 10.431 Kel 3 9.872 .324 9.166 10.578

3. Jarak tanam * Kelompok Dependent Variable: Protein Kasar

Jarak tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

Kel 1 8.699 .561 7.476 9.922

Kel 2 9.803 .561 8.580 11.026

Kel 3 8.737 .561 7.514 9.960

J2 Kel 1 9.407 .561 8.184 10.630 Kel 2 9.918 .561 8.695 11.141 Kel 3 10.750 .561 9.527 11.973

J3

Kel 1 9.354 .561 8.131 10.577

Kel 2 9.454 .561 8.231 10.677

Kel 3 10.130 .561 8.907 11.353

Page 156: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

139

4. Interval Dependent Variable: Protein Kasar

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1 9.947 .324 9.241 10.653 I2 10.439 .324 9.733 11.145 I3 8.365 .324 7.659 9.071

5. Interval * Jarak tanam

Dependent Variable: Protein Kasar

Interval Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1

J1 10.330 .561 9.107 11.553

J2 9.720 .561 8.498 10.943

J3 9.790 .561 8.567 11.013

I2 J1 9.746 .561 8.523 10.969 J2 10.551 .561 9.328 11.774 J3 11.019 .561 9.796 12.242

I3

J1 7.164 .561 5.941 8.387

J2 9.804 .561 8.581 11.027

J3 8.128 .561 6.905 9.351

Post Hoc Tests Jarak tanam Homogeneous Subsets

Protein Kasar Duncana,b

Jarak tanam N Subset

1

J1 9 9.0797 J3 9 9.6459 J2 9 10.0251 Sig. .072

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .945. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval Homogeneous Subsets

Protein Kasar

Duncana,b

Interval N Subset

1 2

I3 9 8.3654 I1 9 9.9467 I2 9 10.4386 Sig. 1.000 .304

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .945. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 157: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

140

Lampiran 15.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap kandungan SK rumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: SeratKasar

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 37594.519 1 37594.519 103920.758 .000

Error .724 2 .362a

JT Hypothesis 5.999 2 3.000 2.027 .247 Error 5.919 4 1.480b

Kel Hypothesis .724 2 .362 .244 .794 Error 5.919 4 1.480b

JT * Kel Hypothesis 5.919 4 1.480 1.177 .369 Error 15.091 12 1.258c

I Hypothesis 18.506 2 9.253 7.358 .008 Error 15.091 12 1.258c

JT * I Hypothesis 4.989 4 1.247 .992 .449

Error 15.091 12 1.258c

a. MS(Kel) b. MS(JT * Kel)

c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kel) Var(JT * Kel) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I Kel 9.000 3.000 1.000 JT * Kel .000 3.000 1.000

I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak tanam

Dependent Variable: SeratKasar

Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 37.880 .374 37.065 38.694 J2 36.726 .374 35.911 37.540 J3 37.339 .374 36.524 38.153

2. Kelompok Dependent Variable: SeratKasar

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kel 1 37.535 .374 36.721 38.350 Kel 2 37.144 .374 36.329 37.958 Kel 3 37.265 .374 36.451 38.080

3. Jarak tanam * Kelompok

Dependent Variable: SeratKasar

Jarak tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

Kel 1 38.833 .647 37.423 40.244

Kel 2 37.379 .647 35.969 38.790

Kel 3 37.426 .647 36.016 38.837

J2 Kel 1 37.064 .647 35.654 38.475 Kel 2 36.359 .647 34.949 37.770 Kel 3 36.754 .647 35.343 38.164

J3

Kel 1 36.708 .647 35.298 38.119

Kel 2 37.692 .647 36.282 39.103

Kel 3 37.616 .647 36.205 39.027

Page 158: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

141

4. Interval Dependent Variable: SeratKasar

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1 36.147 .374 35.332 36.961 I2 37.831 .374 37.017 38.646 I3 37.966 .374 37.152 38.781

5. Interval * Jarak tanam

Dependent Variable: SeratKasar

Interval Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1

J1 37.088 .647 35.677 38.498

J2 35.066 .647 33.655 36.476

J3 36.286 .647 34.876 37.697

I2 J1 38.771 .647 37.360 40.181 J2 37.379 .647 35.969 38.790 J3 37.344 .647 35.933 38.755

I3

J1 37.781 .647 36.370 39.192

J2 37.732 .647 36.321 39.143

J3 38.386 .647 36.976 39.797

Post Hoc Tests Jarak tanam Homogeneous Subsets

SeratKasar Duncana,b

Jarak tanam N Subset

1

J2 9 36.7258 J3 9 37.3388 J1 9 37.8796 Sig. .059

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1.258. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval

Homogeneous Subsets

SeratKasar

Duncana,b

Interval N Subset

1 2

I1 9 36.1465 I2 9 37.8313 I3 9 37.9664 Sig. 1.000 .803

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1.258. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 159: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

142

Lampiran 16.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap kandungan LKrumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: LemakKasar

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 185.049 1 185.049 915.760 .001

Error .404 2 .202a

JT Hypothesis 5.128 2 2.564 6.862 .051 Error 1.495 4 .374b

Kel Hypothesis .404 2 .202 .541 .620 Error 1.495 4 .374b

JT * Kel Hypothesis 1.495 4 .374 1.526 .256 Error 2.938 12 .245c

I Hypothesis .134 2 .067 .274 .765 Error 2.938 12 .245c

JT * I Hypothesis .302 4 .076 .308 .867

Error 2.938 12 .245c

a. MS(Kel) b. MS(JT * Kel)

c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kel) Var(JT * Kel) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I Kel 9.000 3.000 1.000

JT * Kel .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak tanam

Dependent Variable: LemakKasar

Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 2.062 .165 1.703 2.421 J2 3.126 .165 2.767 3.486 J3 2.666 .165 2.306 3.025

2. Kelompok Dependent Variable: LemakKasar

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kel 1 2.791 .165 2.432 3.150 Kel 2 2.536 .165 2.177 2.896 Kel 3 2.527 .165 2.167 2.886

3. Jarak tanam * Kelompok

Dependent Variable: LemakKasar

Jarak tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

Kel 1 2.198 .286 1.576 2.820

Kel 2 1.771 .286 1.148 2.393

Kel 3 2.218 .286 1.595 2.840

J2 Kel 1 3.409 .286 2.786 4.031 Kel 2 3.384 .286 2.762 4.007 Kel 3 2.586 .286 1.963 3.208

J3

Kel 1 2.766 .286 2.143 3.388

Kel 2 2.454 .286 1.832 3.077

Kel 3 2.776 .286 2.154 3.399

Page 160: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

143

4. Interval Dependent Variable: LemakKasar

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1 2.573 .165 2.213 2.932 I2 2.564 .165 2.204 2.923 I3 2.717 .165 2.358 3.077

5. Interval * Jarak tanam

Dependent Variable: LemakKasar

Interval Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1

J1 2.110 .286 1.488 2.733

J2 2.879 .286 2.256 3.501

J3 2.729 .286 2.107 3.352

I2 J1 1.923 .286 1.300 2.545 J2 3.224 .286 2.602 3.846 J3 2.544 .286 1.922 3.167

I3

J1 2.153 .286 1.531 2.775

J2 3.276 .286 2.654 3.899

J3 2.723 .286 2.101 3.346

Post Hoc Tests Jarak tanam Homogeneous Subsets

LemakKasar

Duncana,b

Jarak tanam N Subset

1 2

J1 9 2.0620 J3 9 2.6655 J2 9 3.1263 Sig. 1.000 .072

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .245. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval

Homogeneous Subsets

LemakKasar Duncana,b

Interval N Subset

1

I2 9 2.5637 I1 9 2.5727 I3 9 2.7175 Sig. .543

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .245. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 161: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

144

Lampiran 17.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap kandungan abu rumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kadar Abu

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 4421.156 1 4421.156 913378.920 .000

Error .010 2 .005a

JT Hypothesis .483 2 .242 .098 .909 Error 9.847 4 2.462b

Kel Hypothesis .010 2 .005 .002 .998 Error 9.847 4 2.462b

JT * Kel Hypothesis 9.847 4 2.462 1.944 .168 Error 15.198 12 1.266c

I Hypothesis 4.938 2 2.469 1.950 .185 Error 15.198 12 1.266c

JT * I Hypothesis 1.731 4 .433 .342 .845

Error 15.198 12 1.266c

a. MS(Kel)

b. MS(JT * Kel) c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kel) Var(JT * Kel) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I

Kel 9.000 3.000 1.000 JT * Kel .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak tanam

Dependent Variable: Kadar Abu

Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 12.936 .375 12.119 13.753 J2 12.616 .375 11.799 13.433 J3 12.837 .375 12.020 13.654

2. Kelompok

Dependent Variable: Kadar Abu

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kel 1 12.820 .375 12.003 13.637 Kel 2 12.796 .375 11.978 13.613 Kel 3 12.774 .375 11.956 13.591

3. Jarak tanam * Kelompok

Dependent Variable: Kadar Abu

Jarak tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

Kel 1 14.068 .650 12.652 15.483

Kel 2 12.723 .650 11.307 14.138

Kel 3 12.018 .650 10.602 13.434

J2 Kel 1 12.104 .650 10.688 13.520 Kel 2 12.506 .650 11.091 13.922 Kel 3 13.238 .650 11.822 14.653

J3

Kel 1 12.288 .650 10.873 13.704

Kel 2 13.158 .650 11.742 14.574

Kel 3 13.065 .650 11.649 14.480

Page 162: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

145

4. Interval Dependent Variable: Kadar Abu

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1 13.193 .375 12.376 14.010 I2 12.994 .375 12.176 13.811 I3 12.203 .375 11.385 13.020

5. Interval * Jarak tanam

Dependent Variable: Kadar Abu

Interval Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1

J1 13.089 .650 11.674 14.505

J2 13.074 .650 11.659 14.490

J3 13.415 .650 11.999 14.831

I2 J1 13.460 .650 12.044 14.875 J2 12.957 .650 11.542 14.373 J3 12.564 .650 11.148 13.980

I3

J1 12.260 .650 10.844 13.675

J2 11.816 .650 10.401 13.232

J3 12.532 .650 11.116 13.948

Post Hoc Tests Jarak tanam Homogeneous Subsets

Kadar Abu

Duncana,b

Jarak tanam N Subset

1

J2 9 12.6160 J3 9 12.8369 J1 9 12.9361 Sig. .577

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1.266. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval Homogeneous Subsets

Kadar Abu Duncana,b

Interval N Subset

1

I3 9 12.2026 I2 9 12.9936 I1 9 13.1929 Sig. .100

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1.266. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 163: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

146

Lampiran 18.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap kandungan ADFrumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kandungan ADF

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 76692.709 1 76692.709 1070.398 .001

Error 143.298 2 71.649a

JT Hypothesis 89.914 2 44.957 2.429 .204 Error 74.047 4 18.512b

Kelompok Hypothesis 143.298 2 71.649 3.870 .116 Error 74.047 4 18.512b

JT * Kelompok Hypothesis 74.047 4 18.512 .767 .567 Error 289.769 12 24.147c

I Hypothesis 442.727 2 221.364 9.167 .004 Error 289.769 12 24.147c

JT * I Hypothesis 69.767 4 17.442 .722 .593

Error 289.769 12 24.147c

a. MS(Kelompok) b. MS(JT * Kelompok)

c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kelompok) Var(JT * Kelompok) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I Kelompok 9.000 3.000 1.000

JT * Kelompok .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak Tanam

Dependent Variable: Kandungan ADF

Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 52.943 1.638 49.374 56.512 j2 51.259 1.638 47.690 54.828 j3 55.687 1.638 52.118 59.256

2. Kelompok

Dependent Variable: Kandungan ADF

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kel 1 50.362 1.638 46.793 53.931 kel 2 55.989 1.638 52.420 59.558 kel 3 53.537 1.638 49.968 57.106

3. Jarak Tanam * Kelompok

Dependent Variable: Kandungan ADF

Jarak Tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

kel 1 48.474 2.837 42.293 54.656

kel 2 55.194 2.837 49.012 61.375

kel 3 55.160 2.837 48.979 61.342

j2 kel 1 46.908 2.837 40.726 53.089 kel 2 54.851 2.837 48.669 61.032 kel 3 52.018 2.837 45.836 58.199

j3

kel 1 55.704 2.837 49.522 61.885

kel 2 57.923 2.837 51.742 64.105

kel 3 53.433 2.837 47.252 59.615

Page 164: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

147

4. Interval Dependent Variable: Kandungan ADF

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1 48.684 1.638 45.115 52.253 i2 52.662 1.638 49.093 56.231 i3 58.542 1.638 54.973 62.111

5. Interval * Jarak Tanam

Dependent Variable: Kandungan ADF

Interval Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1

J1 47.321 2.837 41.140 53.503

j2 47.543 2.837 41.361 53.724

j3 51.189 2.837 45.007 57.370

i2 J1 55.369 2.837 49.188 61.551 j2 49.374 2.837 43.192 55.555 j3 53.242 2.837 47.061 59.424

i3

J1 56.138 2.837 49.956 62.319

j2 56.860 2.837 50.678 63.041

j3 62.629 2.837 56.448 68.811

Post Hoc Tests Jarak Tanam Homogeneous Subsets

Kandungan ADF

Duncana,b

Jarak Tanam N Subset

1

j2 9 51.2587 J1 9 52.9428 j3 9 55.6867 Sig. .093

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 24.147. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval Homogeneous Subsets

Kandungan ADF Duncana,b

Interval N Subset

1 2

i1 9 48.6844 i2 9 52.6617 i3 9 58.5422 Sig. .112 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 24.147. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 165: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

148

Lampiran 19.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap kandungan NDF rumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kandungan NDF

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 102208.062 1 102208.062 853.037 .001

Error 239.633 2 119.817a

JT Hypothesis 240.806 2 120.403 6.214 .059 Error 77.509 4 19.377b

Kelompok Hypothesis 239.633 2 119.817 6.183 .060 Error 77.509 4 19.377b

JT * Kelompok Hypothesis 77.509 4 19.377 .233 .914 Error 998.127 12 83.177c

I Hypothesis 405.830 2 202.915 2.440 .129 Error 998.127 12 83.177c

JT * I Hypothesis 108.664 4 27.166 .327 .855

Error 998.127 12 83.177c

a. MS(Kelompok)

b. MS(JT * Kelompok) c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kelompok) Var(JT * Kelompok) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I

Kelompok 9.000 3.000 1.000 JT * Kelompok .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak Tanam

Dependent Variable: Kandungan NDF

Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 62.050 3.040 55.427 68.674 j2 57.635 3.040 51.011 64.259 j3 64.894 3.040 58.270 71.517

2. Kelompok Dependent Variable: Kandungan NDF

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kel 1 57.324 3.040 50.701 63.948 kel 2 63.894 3.040 57.271 70.518 kel 3 63.360 3.040 56.736 69.984

3. Jarak Tanam * Kelompok Dependent Variable: Kandungan NDF

Jarak Tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

kel 1 58.962 5.266 47.489 70.435

kel 2 63.267 5.266 51.794 74.739

kel 3 63.922 5.266 52.449 75.394

j2 kel 1 50.423 5.266 38.950 61.896 kel 2 62.797 5.266 51.324 74.269 kel 3 59.685 5.266 48.213 71.158

j3

kel 1 62.588 5.266 51.116 74.061

kel 2 65.620 5.266 54.147 77.092

kel 3 66.473 5.266 55.001 77.946

Page 166: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

149

4. Interval

Dependent Variable: Kandungan NDF

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1 57.417 3.040 50.793 64.040 i2 60.438 3.040 53.814 67.062 i3 66.724 3.040 60.101 73.348

5. Interval * Jarak Tanam

Dependent Variable: Kandungan NDF

Interval Jarak Tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

i1

J1 60.556 5.266 49.083 72.028

j2 50.008 5.266 38.536 61.481

j3 61.686 5.266 50.213 73.159

i2 J1 60.398 5.266 48.926 71.871 j2 56.869 5.266 45.396 68.341 j3 64.046 5.266 52.574 75.519

i3

J1 65.197 5.266 53.724 76.669

j2 66.028 5.266 54.555 77.500

j3 68.949 5.266 57.476 80.421

Post Hoc Tests Jarak Tanam Homogeneous Subsets

Kandungan NDF

Duncana,b

Jarak Tanam N Subset

1

j2 9 57.6350 J1 9 62.0502 j3 9 64.8937 Sig. .134

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 83.177. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval Homogeneous Subsets

Kandungan NDF

Duncana,b

Interval N Subset

1

i1 9 57.4167 i2 9 60.4378 i3 9 66.7243 Sig. .061

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 83.177. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.

b. Alpha = .05.

Page 167: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

150

Lampiran 20.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap KCBKrumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: KCBK

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 75812.634 1 75812.634 21028.119 .000

Error 7.211 2 3.605a

JT Hypothesis 24.776 2 12.388 2.746 .178 Error 18.046 4 4.512b

Kel Hypothesis 7.211 2 3.605 .799 .511 Error 18.046 4 4.512b

JT * Kel Hypothesis 18.046 4 4.512 .747 .578 Error 72.465 12 6.039c

I Hypothesis 242.808 2 121.404 20.104 .000 Error 72.465 12 6.039c

JT * I Hypothesis 79.702 4 19.926 3.300 .048

Error 72.465 12 6.039c

a. MS(Kel) b. MS(JT * Kel)

c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kel) Var(JT * Kel) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I Kel 9.000 3.000 1.000

JT * Kel .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak tanam

Dependent Variable: KCBK

Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 52.001 .819 50.217 53.786 J2 54.286 .819 52.501 56.071 J3 52.681 .819 50.896 54.465

2. Kelompok

Dependent Variable: KCBK

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kel 1 52.623 .819 50.838 54.408 Kel 2 53.720 .819 51.935 55.505 Kel 3 52.625 .819 50.840 54.409

3. Jarak tanam * Kelompok

Dependent Variable: KCBK

Jarak tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

Kel 1 51.081 1.419 47.990 54.172

Kel 2 54.052 1.419 50.960 57.143

Kel 3 50.872 1.419 47.781 53.963

J2 Kel 1 54.968 1.419 51.877 58.059 Kel 2 53.705 1.419 50.614 56.797 Kel 3 54.185 1.419 51.094 57.276

J3

Kel 1 51.821 1.419 48.730 54.912

Kel 2 53.404 1.419 50.312 56.495

Kel 3 52.817 1.419 49.726 55.908

Page 168: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

151

4. Interval Dependent Variable: KCBK

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1 53.368 .819 51.583 55.153 I2 56.458 .819 54.673 58.243 I3 49.142 .819 47.357 50.927

5. Interval * Jarak tanam

Dependent Variable: KCBK

Interval Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1

J1 50.749 1.419 47.658 53.840

J2 57.376 1.419 54.285 60.468

J3 51.979 1.419 48.887 55.070

I2 J1 54.489 1.419 51.398 57.581 J2 57.126 1.419 54.035 60.217 J3 57.759 1.419 54.668 60.850

I3

J1 50.766 1.419 47.674 53.857

J2 48.356 1.419 45.265 51.447

J3 48.304 1.419 45.213 51.395

Post Hoc Tests Jarak tanam Homogeneous Subsets

KCBK Duncana,b

Jarak tanam N Subset

1

J1 9 52.0014 J3 9 52.6806 J2 9 54.2861 Sig. .084

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 6.039. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval

Homogeneous Subsets

KCBK Duncana,b

Interval N Subset

1 2 3

I3 9 49.1419 I1 9 53.3681 I2 9 56.4581 Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 6.039. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Page 169: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

152

Lampiran 21.

Analisis ragam pengaruh jarak tanam dan interval pemotongan

terhadap KCBOrumput gajah liar Univariate Analysis of Variance

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: KCBO

Source Type III Sum of Squares

df Mean Square F Sig.

Intercept Hypothesis 92150.633 1 92150.633 83176.597 .000

Error 2.216 2 1.108a

JT Hypothesis 113.111 2 56.556 38.794 .002 Error 5.831 4 1.458b

Kel Hypothesis 2.216 2 1.108 .760 .525 Error 5.831 4 1.458b

JT * Kel Hypothesis 5.831 4 1.458 .114 .975 Error 153.017 12 12.751c

I Hypothesis 332.663 2 166.331 13.044 .001 Error 153.017 12 12.751c

JT * I Hypothesis 110.154 4 27.539 2.160 .136

Error 153.017 12 12.751c

a. MS(Kel)

b. MS(JT * Kel) c. MS(Error)

Expected Mean Squaresa,b

Source Variance Component

Var(Kel) Var(JT * Kel) Var(Error) Quadratic Term

Intercept 9.000 3.000 1.000 Intercept, JT, I, JT * I JT .000 3.000 1.000 JT, JT * I

Kel 9.000 3.000 1.000 JT * Kel .000 3.000 1.000 I .000 .000 1.000 I, JT * I JT * I .000 .000 1.000 JT * I Error .000 .000 1.000

a. For each source, the expected mean square equals the sum of the coefficients in the cells times the variance components, plus a quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell. b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of Squares.

Estimated Marginal Means

1. Jarak tanam Dependent Variable: KCBO

Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1 57.634 1.190 55.041 60.228 J2 61.227 1.190 58.633 63.820

J3 56.402 1.190 53.808 58.995

2. Kelompok Dependent Variable: KCBO

Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kel 1 58.453 1.190 55.860 61.047 Kel 2 58.754 1.190 56.161 61.348 Kel 3 58.055 1.190 55.461 60.648

3. Jarak tanam * Kelompok Dependent Variable: KCBO

Jarak tanam Kelompok Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

J1

Kel 1 57.395 2.062 52.903 61.887

Kel 2 58.841 2.062 54.349 63.333

Kel 3 56.667 2.062 52.175 61.159

J2 Kel 1 61.520 2.062 57.028 66.012 Kel 2 60.904 2.062 56.412 65.396 Kel 3 61.256 2.062 56.764 65.748

J3

Kel 1 56.445 2.062 51.953 60.937

Kel 2 56.518 2.062 52.026 61.010

Kel 3 56.242 2.062 51.750 60.734

Page 170: EVALUASI RUMPUT GAJAH LIAR (Pennisetum polystachion DI ...repository.unja.ac.id/4213/1/Yun Alwi-Disertasi.pdf · pengembagan ilmu tanaman pakan terutama pengembangan tanaman pakan

153

4. Interval

Dependent Variable: KCBO

Interval Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1 58.635 1.190 56.042 61.228 I2 62.609 1.190 60.015 65.202 I3 54.019 1.190 51.425 56.612

5. Interval * Jarak tanam

Dependent Variable: KCBO

Interval Jarak tanam Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

I1

J1 56.864 2.062 52.372 61.356

J2 64.357 2.062 59.865 68.849

J3 54.685 2.062 50.193 59.177

I2 J1 60.877 2.062 56.385 65.369 J2 66.312 2.062 61.820 70.804 J3 60.637 2.062 56.145 65.129

I3

J1 55.162 2.062 50.670 59.654

J2 53.011 2.062 48.519 57.503

J3 53.883 2.062 49.391 58.375

Post Hoc Tests Jarak tanam Homogeneous Subsets

KCBO

Duncana,b

Jarak tanam N Subset

1 2

J3 9 56.4016 J1 9 57.6342 57.6342 J2 9 61.2265 Sig. .478 .054

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 12.751. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.

Interval Homogeneous Subsets

KCBO Duncana,b

Interval N Subset

1 2 3

I3 9 54.0187 I1 9 58.6350 I2 9 62.6086 Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 12.751. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000. b. Alpha = .05.