EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf ·...

17
1 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015 Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS Arif Surya Wirawan 1) , Nurul Maziyyah 1) Program Studi Farmasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam pengelolaan obat karena penyimpanan yang kurang baik beresiko terhadap terjadinya obat kadaluarsa, obat yang macet atau yang dapat berakibat tidak efektifnya obat ketika dikonsumsi pasien. Kesalahan penyimpanan obat juga bisa mengakibatkan pasien mengalami keracunan obat akibat meminum obat yang sudah rusak/kadaluarsa. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi sistem penyimpanan sediaan farmasi, serta indikator-indikator penyimpanan sediaan farmasi di gudang farmasi RSUD Banyumas. Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif berupa evaluasi formatif. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa gambaran penyimpanan obat di gudang farmasi yang diperoleh dari hasil observasi dan informasi dari petugas yang terlibat dalam penyimpanan obat yang dibandingkan dengan standar SK Menkes No 1197/Menkes/SK/X/2004. Sedangkan data kuantitatif berupa perhitungan indikator penyimpanan yang meliputi Turn Over Ratio (TOR), persentase obat hampir kadaluarsa dan persentase obat mati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 68% peralatan gudang sudah tersedia, sebesar 60% sistem penataan obat sudah sesuai standar, serta sebesar 88,89% sistem penyimpanan sudah sesuai standar. Hasil perhitungan indikator penyimpanan menunjukkan nilai Turn Over Ratio (TOR) sebesar 11,26 kali dengan standar 6-7 kali, nilai persentase obat mati sebesar 0,874% dengan standar lebih kecil dari 1%, dan nilai persentase obat hampir kadaluarsa sebesar 0,248% dengan target seminimal mungkin. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem penyimpanan sediaan farmasi di gudang farmasi RSUD Banyumas belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan SK Menkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 sedangkan indikator penyimpanan sediaan farmasi di gudang farmasi RSUD Banyumas menunjukan penyimpanan yang baik dan efisien. Kata Kunci : evaluasi penyimpanan, gudang farmasi, indikator penyimpanan, RSUD Banyumas

Transcript of EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf ·...

Page 1: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

1 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG

FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

Arif Surya Wirawan1)

, Nurul Maziyyah

1)

Program Studi Farmasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang

penting dalam pengelolaan obat karena penyimpanan yang kurang baik beresiko

terhadap terjadinya obat kadaluarsa, obat yang macet atau yang dapat berakibat

tidak efektifnya obat ketika dikonsumsi pasien. Kesalahan penyimpanan obat juga

bisa mengakibatkan pasien mengalami keracunan obat akibat meminum obat yang

sudah rusak/kadaluarsa. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi sistem

penyimpanan sediaan farmasi, serta indikator-indikator penyimpanan sediaan

farmasi di gudang farmasi RSUD Banyumas.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-eksperimental yang bersifat

deskriptif berupa evaluasi formatif. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif

dan kuantitatif. Data kualitatif berupa gambaran penyimpanan obat di gudang

farmasi yang diperoleh dari hasil observasi dan informasi dari petugas yang

terlibat dalam penyimpanan obat yang dibandingkan dengan standar SK Menkes

No 1197/Menkes/SK/X/2004. Sedangkan data kuantitatif berupa perhitungan

indikator penyimpanan yang meliputi Turn Over Ratio (TOR), persentase obat

hampir kadaluarsa dan persentase obat mati.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 68% peralatan gudang

sudah tersedia, sebesar 60% sistem penataan obat sudah sesuai standar, serta

sebesar 88,89% sistem penyimpanan sudah sesuai standar. Hasil perhitungan

indikator penyimpanan menunjukkan nilai Turn Over Ratio (TOR) sebesar 11,26

kali dengan standar 6-7 kali, nilai persentase obat mati sebesar 0,874% dengan

standar lebih kecil dari 1%, dan nilai persentase obat hampir kadaluarsa sebesar

0,248% dengan target seminimal mungkin. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa sistem penyimpanan sediaan farmasi di gudang farmasi

RSUD Banyumas belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan SK Menkes

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 sedangkan indikator penyimpanan sediaan

farmasi di gudang farmasi RSUD Banyumas menunjukan penyimpanan yang baik

dan efisien.

Kata Kunci : evaluasi penyimpanan, gudang farmasi, indikator penyimpanan,

RSUD Banyumas

Page 2: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

2 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG

FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

Arif Surya Wirawan1)

, Nurul Maziyyah

1)

School of Pharmacy, Muhammadiyah Universitas of Yogyakarta

ABSTRACT

Drug storage in the hospital is important in the management of the drug

because poor storage can increase the risk of expired drugs, death stock or the

ineffectiveness of the drug when consumed by the patient. Poor drug storage can

also result in drug toxicity as a result of taking the medicine that has been

damaged or expired. This study was conducted to evaluate drug storage systems,

as well as indicators for the storage of pharmaceutical preparations in the

pharmaceutical warehouse RSUD Banyumas.

This study is included in the non-experimental research that is descriptive

form of formative evaluation. The data was collected in the form of qualitative

and quantitative data. Qualitative data in the form of a description of drug storage

system obtained from observation and information from officers involved in drug

storage compared to standard SK Menkes No. 1197 / Menkes / SK / X / 2004.

Quantitative data collected include Turn Over Ratio (TOR), the percentage of

nearly expired drugs and death stock percentage.

The result indicated that 68% warehouse equipment already available,

60% of the drug arrangement is appropriate, as well as 88.89% of the storage

system was in accordance with the standard. The result of storage indicators

showed the Turn Over Ratio (TOR) of 11.26 times with the standard of 6─7

times, percentage of death stock 0.874% with a standard less than 1%, and the

percentage of nearly expired drugs at 0.248% with a standard as minimum as

possible. Based on the result, it can be concluded that the storage system in the

pharmaceutical warehouse RSUD Banyumas was not yet in accordance with

established standards SK Menkes No. 1197 / Menkes / SK / X / 2004, while the

indicator storage showed good and efficient storage.

Keywords : storage evaluation, pharmaceutical warehouse, storage indicator,

RSUD Banyumas

Page 3: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

3 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan salah

satu sarana untuk mencapai hidup

sehat. Rumah sakit memiliki peranan

penting dalam peningkatan kesehatan

masyarakat. Beberapa fungsi yang

dimiliki rumah sakit yaitu

menyelenggarakan pelayanan medik

dan nonmedik, pelayanan dan asuhan

keperawatan, pelayanan rujukan,

pendidikan dan pelatihan, penelitian

dan pengembangan, serta

administrasi umum dan keuangan

(Siregar dan Amalia, 2004).

Guna memenuhi fungsi tersebut,

rumah sakit perlu memberi perhatian

pada tahap pengelolaan obat.

Pengelolaan obat yang baik

bertujuan agar obat yang diperlukan

selalu tersedia setiap saat diperlukan

dalam jumlah cukup dan mutu yang

terjamin, untuk mendukung

pelayanan yang bermutu (Wahyuni,

2007). Pengelolaan obat itu sendiri

mencakup perencanaan, pengadaan,

penyimpanan, pendistribusian, dan

pencatatan atau pelaporan obat (Azis

dkk., 2005).

Penyimpanan sediaan farmasi

memiliki pengaruh pada efektivitas

pengobatan serta keamanan.

Penyimpanan obat harus

diperlakukan sedemikian rupa

sehingga tidak menimbulkan bahaya.

Penyimpanan obat perlu menjadi

perhatian utama karena banyaknya

kejadian obat yang kadaluarsa, obat

yang mati serta tidak efektifnya obat

ketika dikonsumsi pasien. Kesalahan

penyimpanan obat juga bisa

mengakibatkan pasien mengalami

keracunan obat akibat salah minum

obat atau meminum obat yang sudah

rusak. Keselamatan pasien

merupakan upaya yang harus

diutamakan dalam penyediaan

pelayanan kesehatan. Pasien harus

memperoleh jaminan keselamatan

selama mendapatkan perawatan atau

pelayanan di lembaga pelayanan

kesehatan, yakni terhindar dari

berbagai kesalahan tindakan medis

(medical error) maupun kejadian

yang tidak diharapkan (adverse

event) (Koentjoro, 2007).

Dampak negatif yang

ditimbulkan akibat obat yang rusak

bukan terhadap pasien saja,

melainkan berdampak juga pada

rumah sakit itu sendiri. Terjadinya

kerusakan obat atau obat kadaluarsa

dapat menyebabkan kerugian bagi

rumah sakit tersebut, khususnya

kerugian pada pendapatan rumah

sakit. Kerusakan obat dan adannya

obat mati menyebabkan perputaran

obat di gudang berjalan tidak

maksimal. Semua kejadian tersebut

bisa diminimalkan dengan

pengelolaan sediaan farmasi yang

baik khususnya pada tahap

penyimpanan. Metode penyimpanan

sediaan farmasi telah diatur dalam

pedoman SK Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004. Menteri

kesehatan (2014) menjelaskan bahwa

untuk meminimalisir kerusakan

penyimpanan dapat dilakukan

menurut persyaratan yang ditentukan

meliputi dibedakan menurut bentuk

sediaan dan jenisnya, dibedakan

menurut suhunya, mudah tidaknya

terbakar serta tahan atau tidaknya

terhadap cahaya. Persyaratan yang

telah ditetapkan harus disertai

dengan sistem informasi yang selalu

menjamin ketersediaan perbekalan

farmasi sesuai kebutuhan.

Gudang farmasi RSUD

Banyumas merupakan salah satu

sarana tempat penyimpanan obat.

Gudang RSUD Banyumas

Page 4: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

4 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

merupakan bangunan bekas

laboratorium yang berada di bawah

unit instalasi farmasi RSUD

Banyumas, oleh karena itu gudang

farmasi RSUD Banyumas

merupakan tanggung jawab unit

instalasi RSUD Banyumas.

Pengelolaan gudang farmasi RSUD

Banyumas di bawah tanggung jawab

seorang asisten apoteker dan dibantu

oleh empat petugas gudang lainnya.

Bentuk gudang farmasi RSUD

Banyumas merupakan bentuk

gudang tertutup yang terdiri dari 7

ruangan yang memiliki atap dan

dinding. Gudang farmasi RSUD

Banyumas berfungsi sebagai tempat

penyimpanan sementara obat-obatan

dan alat kesehatan sebelum

didistribusikan ke unit-unit lain di

rumah sakit tersebut yang

membutuhkan.

Berdasarkan latar belakang

tersebut peneliti ingin mendapatkan

gambaran serta mengevaluasi

kesesuaian penyimpanan obat di

gudang Rumah Sakit Umum Daerah

Banyumas berdasarkan SK Menkes

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam

penelitian non-eksperimental berupa

evaluasi dan spesifiknya penelitian

evaluasi formatif yang lebih

menekankan pada proses

penyimpanan sediaan farmasi di

RSUD Banyumas. Data yang

dikumpulkan berupa data kualitatif

dan kuantitatif, data kualitatif

diperoleh dari observasi dan

informasi dari petugas atau staf yang

terlibat dalam penyimpanan obat

melalui wawancara. Penelitian ini

dilakukan di Gudang Farmasi Rumah

Sakit Umum Daerah Banyumas dan

dilaksanakan pada bulan Agustus

sampai bulan Desember 2014.

Populasi dan Sampel

Populasi : Populasi penelitian ini

adalah seluruh sediaan farmasi di

Gudang Farmasi Rumah Sakit

Umum Daerah Banyumas.

Sampel : Berdasarkan SK Menkes

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004

pengambilan sampel menggunakan

daftar stok obat. Sampel penelitian

ini diambil dengan teknik non-

probability sampling, spesifiknya

menggunakan teknik sampling

sistematis. Pengambilan sampel

berbeda-beda tiap indikator,

diantaranya :

a) Turn Over Ratio (TOR)

Pengambilan sampel dilakukan

secara acak menggunakan jarak

interval yang seragam dari daftar

obat tahun 2013 yang telah

diurutkan. Jumlah obat pada tahun

2013 sebanyak 1145 macam item

obat. Jarak interval didapat dari

jumlah seluruh item obat dibagi

dengan jumlah obat yang diambil

untuk jadi sampel. Jumlah obat

yang dijadikan sampel sebanyak

30 item obat, sehingga diperoleh

hasil intervalnya sebesar 38.

b) Obat hampir kadaluarsa

Pengambilan sampel obat hampir

kadaluarsa dilakukan dengan

memilih obat yang waktu

kadaluarsanya bersisa 3 bulan

dari waktu penelitian, data obat

diambil dari daftar stok obat

hampir ED. Jumlah obat yang

diambil jadi sampel sebanyak

1.535.571 obat.

c) Obat mati

Pengambilan sampel stok mati

berdasarkan data obat yang tidak

Page 5: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

5 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

keluar dari gudang farmasi lebih

dari 3 bulan selama penelitian.

Jumlah obat selama penelitian

sebanyak 1.535.571 obat.

Instrumen Penelitian

Alat : Alat yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu lembar

pengumpulan data, daftar pertanyaan

sebagai alat bantu untuk pedoman

wawancara, serta pedoman Surat

Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004

sebagai alat pembanding kesesuaian

sistem penyimpanan di gudang

Farmasi RSUD Banyumas dengan

standar. Daftar pertanyaan berisi

tentang hal-hal yang berkaitan

dengan pengelolaan obat khususnya

dalam hal penyimpanan obat yang

dilakukan rumah sakit.

Bahan : Bahan yang digunakan

dalam penelitian ini:

a. Daftar stok obat , untuk

mendapat sampel item obat

b. Dokumen penggunaan obat,

untuk mengukur indikator pada

tahap penyimpanan.

Cara Kerja

Penelitian ini dimulai dari tahap

persiapan berupa pembuatan

proposal, perijinan dan pembuatan

daftar pertanyaan sebagai bahan

tambahan atau pelengkap dalam

penelitian. Pengumpulan data

dilakukan dengan mengumpulkan

dua macam data, yaitu kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif meliputi

observasi dan wawancara dengan

personel yang terlibat dalam

penyimpanan obat. Data kuantitatif

meliputi pengambilan data/dokumen

yang diperlukan, yaitu daftar stok

obat.

Tahap analisis data dilakukan

dengan menganalisis hasil observasi

dan wawancara secara kualitatif dan

membandingkan kesesuaiannya

dengan pedoman SK Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004, sedangkan

data kuantitatif dianalisis dan diukur

dengan indikator pengelolaan obat

yang meliputi TOR, obat kadaluarsa,

dan obat macet. Tahap akhir dari

penelitian ini adalah pembuatan

laporan yang berisi hasil analisis data

kualitatif yang disajikan dalam

bentuk tekstual secara narasi,

sedangkan data kuantitatif yang

disajikan dalam bentuk tabel.

Analisis Data

Penelitian ini bersifat deskriptif,

data yang diperoleh dari hasil

observasi dan wawancara dianalasis

secara kualitatif dan selanjutnya

dibandingkan kesesuaiannya dengan

pedoman SK Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 untuk

menggambarkan penyimpanan

sediaan farmasi di gudang farmasi

RSUD Banyumas, sedangkan data

kuantitatif disajikan dalam bentuk

tabel untuk melihat secara visual

serta analisisnya menggunakan

indikator yang telah ditetapkan. Data

kuantitatif diperoleh dari penelusuran

dokumen-dokumen penyimpanan,

yang meliputi perhitungan :

1.Turn Over Ratio (TOR) : Turn

Over Ratio (TOR) menunjukan

frekuensi perputaran barang dalam

periode tertentu. Rumus mencari

TOR :

( )

2.Persentase stok mati : Mencatat

masing masing nama item obat,

kemudian dilihat data penggunaan

obat di komputer untuk tiap item

obat. Mencatat berapa obat yang

tidak digunakan dalam waktu

dekat. Dihitung berapa persen stok

Page 6: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

6 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

mati dengan membandingkan

jumlah obat yang tidak digunakan

selama tiga bulan berturut-turut (A)

dengan seluruh sampel obat (B)

(

)

3.Persentase nilai obat yang

hampir rusak atau kadaluarsa :

data ini diperoleh dengan cara

menghitung berapa nilai obat-obat

yang rusak dan atau kadaluarsa

selama penelitian (A). Nilai

tersebut dibagi dengan jumlah obat

(B). Didapatkan persentase nilai

kerugian.

(

)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.Gambaran Sistem Penyimpanan

di Gudang RSUD Banyumas

a. Perlengkapan di Gudang Farmasi RSUD Banyumas Ruangan di gudang RSUD

Banyumas terasa lembab kerena

minimalnya ventilasi udara serta

pengaturan cahaya yang masuk ke

tiap ruang penyimpanan obat. Faktor

ini dapat mempengaruhi mutu

produk dan keselamatan kerja

petugas gudang. Keselamatan kerja

petugas gudang rumah sakit juga

sangat penting, dan dalam proses

penyimpanan keselamatan kerja juga

harus terjamin disamping

terjaminnya mutu dan kualitas obat

(Febriawati, 2013). Kondisi letak

gudang yang bersebelahan dengan

sungai menyebabkan kondisi gudang

di RSUD Banyumas menjadi

lembab. Kelembaban ruangan perlu

memperhatikan ventilasinya secara

khusus, untuk rumah sakit yang

menggunakan pengatur udara (AC)

sentral harus diperhatikan cooling

tower-nya agar tidak menjadi

perindukan bakteri legionella dan

untuk AHU (Air Handling Unit)

filter udara harus dibersihkan dari

debu dan bakteri jamur. Ruangan

dengan volume 100m3 sekurang

kurangnya 1 fan dengan diameter 50

cm dengan debit udara 0,5 m3/detik

dan frekuensi pergantian udara per

jam adalah 2 ─ 12 kali (Kepmenkes,

2004).

Ruang penyimpanan sediaan

cair menggunakan pallet agar obat

tidak langsung bersentuhan dengan

lantai. Penggunaan pallet perlu

mengatur jarak dan tingginya, tinggi

alas pallet dari lantai minimal 10 cm,

jarak antar pallet dan antar dinding

tidak kurang dari 30 cm, serta tinggi

tumpukan pallet maksimal 2,5 meter.

Penggunaan pallet berfungsi untuk

menjaga sirkulasi udara dari bawah

dan perlindungan terhadap genangan

air banjir. Dinding bangunan gudang

RSUD Banyumas licin, selain itu

terdapat sudut lantai dan sudut

dinding yang tajam. Sudut yang

tajam pada dinding dan lantai

menyebabkan rentan ditemukannya

serangga-serangga perekat disetiap

sudut lantai dan dinding tersebut

(Febriawati, 2013).

Menurut Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB)

(2013), gudang penyimpanan sediaan

farmasi harus mempunyai letak tata

ruang yang baik untuk memudahkan

penerimaan, penyimpanan,

penyusunan, pemeliharaan,

pencarian, pendistribusian, serta

pengawasan material dan peralatan.

Sediaan farmasi yang melampaui

kapasitas gudang dapat

mempengaruhi pola penataan gudang

Page 7: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

7 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

serta penyusunan rak obat. Penataan

rak obat disusun hanya mengikuti

pola rak laboraturium yang dahulu

sehingga banyak obat yang tidak

tersusun rapi.

Pola gudang yang tidak teratur

rentan terjadinya ketidakteraturan

obat masuk dan keluar gudang, serta

dapat meningkatkan resiko terjadinya

obat macet dan obat ED di gudang

farmasi RSUD Banyumas.

Berdasarkan arah arus penerimaan

dan pengeluaran material dan

peralatan, tata letak gudang perlu

memiliki lorong yang ditata

berdasarkan sistem arus garis lurus,

arus huruf U dan arus huruf L

(Retno, 2014). Kemudahan dan

kebebasan bergerak akan sangat

membantu kenyamanan kerja,

kebersihan mudah dijaga, perawatan

gudang dan berbagai aktivitas tidak

mengalami hambatan (Febriawati,

2013).

Data pada tabel 1 menunjukan

bahwa 68% peralatan yang

dipersyaratkan SK Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 tersedia di

gudang RSUD Banyumas. Hasil ini

menggambarkan peralatan di gudang

farmasi RSUD Banyumas belum

semua memenuhi standar SK

Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004 karena

persentase kesesuaiannya belum

mencapai 100%. Peralatan yang

tidak memadai mengakibatkan tidak

maksimalnya penyimpanan sediaan

farmasi di gudang RSUD Banyumas

sehingga terjadi kerusakan obat yang

akan menyebabkan kerugian di

gudang RSUD Banyumas (Sheina

dkk., 2010).

Tabel 1. Kesesuaian antara peralatan

Gudang Farmasi RSUD Banyumas dengan

standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

Standar peralatan di

Gudang Rumah Sakit

(SK Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004)

ketersediaan

Ada Tidak

Peralatan untuk

penyimpanan

√ -

Peralatan untuk peracikan - √

Peralatan untuk pembuatan - √

Obat √ -

Meja √ -

Kursi √ -

Lemari / rak buku √ -

Filling cabinet √ -

Computer √ -

Alat tulis kantor √ -

Telepon √ -

Kepustakaan √ -

Lemari penyimpanan

khusus

- √

Lemari untuk narkotika - √

Lemari pendingin √ -

AC √ -

Penerangan √ -

Sarana air √ -

Ventilasi - √

Sarana pembuangan

limbah

- √

Alarm - √

Lemari/rak √ -

Pallet √ -

Kartu arsip √ -

Lemari arsip - √

b.Penataan sediaan farmasi di Gudang Farmasi RSUD Banyumas

Sistem penataan obat di

gudang farmasi RSUD Banyumas

disusun berdasarkan abjad/alfabetis

dari A-Z dengan menggunakan

metode FEFO. Metode FEFO

merupakan metode penyimpanan

obat dimana obat yang memiliki ED

(Expired Date) lebih cepat

diletakkan di depan obat yang

memiliki ED lebih lama (Permenkes,

2014). Metode FEFO ini diterapkan

Page 8: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

8 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

bertujuan untuk meminimalkan

kerusakan obat di gudang RSUD

Banyumas, dengan demikian

kerugian yang terjadi akibat

kadaluarsa obat bisa dihindari.

Menurut Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No 51 Th. 2009

tentang pekerjaan kefarmasian,

metode penyimpanan dapat

dilakukan berdasarkan kelas terapi,

bentuk sediaan, dan jenis sediaan

farmasi yang disusun secara alfabetis

dengan menerapkan prinsip First

Expired First Out (FEFO) dan First

In First Out (FIFO).

Berdasarkan hasil penelitian,

masih terdapat obat yang telah

melewati batas kadaluarsa obat di

gudang RSUD Banyumas. Obat

kadaluarsa terjadi pada obat yang

memiliki kelas terapi/khasiat yang

sama. Obat kadaluarsa dipengaruhi

oleh peresepan dokter yang

cenderung dengan satu obat yang

biasa digunakan sehingga obat lain

yang memiliki terapi/khasiat yang

sama disimpan dalam waktu yang

lama. Hal ini menyebabkan resiko

terjadinya obat expired date semakin

besar (Sheina dkk., 2010).

Menurut pernyataan salah satu

petugas gudang RSUD Banyumas,

kerusakan obat diatasi dengan cara

melakukan monitoring dan evaluasi

yang rutin. Monitoring dilakukan

dengan memeriksa kondisi

persediaan obat yang sebelumnya

telah dituliskan secara jelas batas ED

masing masing produk. RSUD

Banyumas perlu melakukan

pengendalian mutu pelayanan

kefarmasian yang meliputi

monitoring dan evaluasi guna

menjamin mutu serta kualitas obat

(Permenkes, 2014). Sediaan farmasi

yang mendekati batas kadaluarsa

obat maka penanggung jawab

gudang segera melaporkan ke kepala

instalasi pelayanan farmasi RSUD

Banyumas, dan selanjutnya

mengeluarkan obat yang telah

disimpan lama di gudang menuju

instalasi pelayanan agar obat tersebut

digunakan. Kepala instalasi

menghubungi dokter yang

bersangkutan untuk menyarankan

agar dokter menulis resep obat yang

sebelumnya tidak digunakan.

Tindakan ini dilakukan agar bisa

meminimalkan terjadinya expired

date (ED) obat yang tinggi di gudang

farmasi RSUD Banyumas.

Tabel 2. Kesesuaian antara sistem

penataan obat di Gudang RSUD Banyumas

dengan standar SK Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004.

Standart Penataan Obat di

Rumah Sakit

(SK Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004)

Kesesuain

dengan

standar

Ya Tidak

Metode FIFO - √

Metode FEFO √ -

Penggolongan

berdasarkan jenis sediaan

√ -

Penggolongan

berdasarkan

abjad/alfabetis

√ -

Penggolongan

berdasarkan kelas

terapi/khasiat

- √

Data tabel 2 menunjukan bahwa

baru 60% penataan obat yang sesuai

dengan standar SK Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004, hal ini

karena penataan obat di gudang

RSUD Banyumas belum

menggunakan sistem FIFO dan

belum berdasarkan atas khasiat/terapi

yang sama sehingga masih ada obat

macet dan obat rusak atau hampir

Page 9: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

9 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

kadaluarsa digudang RSUD

Banyumas. Keuntungan penataan

obat berdasarkan khasiat/terapi yang

sama yaitu efisien waktu dalam

pelayanan permintaan dari tiap unit,

ketepatan dalam pengambilan obat

dan meminimalisir terjadinya

kerusakan dan obat macet ketika

dokter melakukan peresepan dengan

satu obat (Sheina dkk., 2010).

c. Penyimpanan sediaan farmasi di Gudang Farmasi RSUD Banyumas

Menjamin mutu dan kualitas

obat merupakan hal yang sangat

penting, agar obat yang sampai ke

tangan pasien bisa bekerja maksimal

sesuai kegunaannya. Sediaan obat

yang dibedakan menurut jenisnya

dapat menjaga mutu dan kualitas

sediaan obat dari kontaminasi

sediaan obat lainnya. Sediaan yang

terkontaminasi dapat merusak

sediaan obat tersebut sehingga ketika

digunakan pasien sediaan obat tidak

dapat bekerja secara maksimal. Obat

suntik, obat salep dan obat tetes

mata, serta obat tablet harus

didibedakan rak penyimpanannya

agar tidak merusak kestabilan obat

satu dengan yang lainnya.

Penyimpanan obat digolongkan

berdasarkan bentuk bahan baku,

seperti bahan padat, dipisahkan dari

bahan yang cair atau bahan yang

setengah padat. Pemisahan sediaan

farmasi tersebut dilakukan untuk

menghindarkan zat-zat yang bersifat

higroskopis, demikian juga halnya

dengan bahan yang mudah terbakar.

Serum, vaksin dan obat obat yang

mudah rusak atau meleleh pada suhu

kamar disiman dalam lemari es

(Yustina dan Sulasmono, 2007).

Kendala yang ditemukan petugas

gudang farmasi RSUD Banyumas

dalam hal penyimpanan suhu dingin

yaitu sangat kurangnya alat

pendingin, sedangkan sediaan

farmasi yang penyimpanannya

membutuhkan alat pendingin sangat

banyak. Penyimpanan sediaan obat

yang tidak sesuai dapat

mengakibatkan kerusakan pada

sediaan obat sebelum masa expired

date (ED). Petugas gudang berusaha

mengatasinya dengan menggunakan

pendingin seperti es jelly. Es jelly

merupakan pendingin yang bersifat

sementara dan tidak dapat bertahan

lama, biasanya diganti dua kali

sehari. Menurut penanggung jawab

gudang bahwa dengan menggunakan

pendingin es jelly dapat menjaga

kestabilan obat yang membutuhkan

suhu dingin untuk sementara, dengan

demikian kerusakan obat dapat

diminimalisir serta mampu menjaga

mutu dan kualitas obat. Sediaan

farmasi yang membutuhkan suhu

dingin harus disimpan dalam wadah

yang tertutup rapat, terlindung dari

cahaya dan disimpan dalam lemari es

(kulkas). Ruangan obat harus sejuk,

penyimpanan obat dalam lemari

pendingin pada suhu 4 – 8 derajat

celcius dan kartu temperatur yang

terdapat dalam lemari es harus selalu

diisi (Ditjen Binfar, 2005).

Penyimpanan harus dapat menjamin

kualitas dan keamanan sediaan

farmasi sesuai dengan persyaratan

kefarmasian, oleh karena itu gudang

farmasi harus dapat memastikan

bahwa obat yang disimpan secara

benar dan diinspeksi secara periodik

(Permenkes, 2014).

Penyimpanan obat golongan

narkotika sangat tidak memadai dan

jauh dari standar yang ditetapkan,

karena hanya disimpan di atas rak

obat. Penyimpanan golongan

narkotika yang tidak ditempatkan

Page 10: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

10 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

pada tempat yang khusus tentu

mempunyai resiko kehilangan serta

penyalahgunaan obat golongan.

Penyimpanan obat narkotika dan

psikotropika sangat membutuhkan

pengamanan yang ketat agar tidak

disalahgunakan oleh oknum yang

tidak bertanggungjawab.

Penyimpanan obat narkotika dan

psikotropika harus dibuat seluruhnya

dari kayu atau bahan lain yang kuat,

mempunyai kunci yang kuat, lemari

dibagi menjadi dua masing-masing

dengan kunci yang berlainan. Bagian

pertama digunakan untuk

menyimpan morfin, petidin dan

garam-garamnya, serta persediaan

narkotika. Bagian kedua

dipergunakan untuk menyimpan

narkotika lain yang digunakan

sehari-hari (Permenkes, 1978).

Gudang farmasi RSUD Banyumas

sendiri belum memiliki penyimpanan

obat golongan narkotika secara

khusus. Penyimpanan golongan

narkotika sengaja diletakkan di atas

rak agar tidak mudah saat

mengambilnya dan itu salah satu cara

petugas gudang farmasi RSUD

Banyumas melindunginya. Cara

tersebut tidak menutup kemungkinan

rentan terjadinya kehilangan obat.

Penyimpanan obat harus dapat

menjamin keamanan sediaan

disamping menjamin mutu dan

kualitasnya. Daerah penyimpanan

harus aman, perlengkapan dan

peralatan yang digunakan untuk

penyimpanan obat harus diadakan.

Pengendalian lingkungan yang tepat

(yaitu suhu, cahaya, kelembaban,

kondisi sanitasi, ventilasi dan

pemisahan) harus dipelihara apabila

obat-obatan atau perlengkapan

lainnya disimpan di rumah sakit

(Siregar dan Amalia, 2004).

Kehilangan obat golongan narkotika

tentu akan banyak disalahgunakan

oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggung jawab. Penyalahgunaan

obat golongan narkotika dapat

menyebabkan fungsi vital organ

tubuh bekerja secara tidak normal

seperti jantung, peredaran darah,

pernafasan, dan terutama pada kerja

otak (susunan saraf pusat). Narkoba

menghasilkan perasaan tinggi dengan

mengubah susunan bio kimia

molekul pada sel otak yang disebut

neurotransmiter (BNN, 2010).

Untuk mencegah terjadinya

hal tersebut, petugas gudang farmasi

RSUD Banyumas setiap hari

melakukan monitoring terhadap obat

golongan narkotika. Monitoring

dilakukan dengan memeriksa sediaan

narkotika, selanjutnya menghitung

jumlah sediaan narkotika dan

menyesuaikannya dengan jumlah

yang ada di kartu stok barang.

Menurut salah satu petugas gudang

RSUD Banyumas, dengan cara

monitoring yang rutin bisa

meminimalkan terjadinya kehilangan

dan ini salah satu cara yang paling

efektif karena tidak memadainya

tempat penyimpanan golongan

narkotika di gudang farmasi RSUD

Banyumas.

Data tabel 3 menunjukan bahwa

88,89% penyimpanan obat sesuai

dengan standar SK Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004. Penyebab

tidak maksimalnya penyimpanan di

gudang farmasi RSUD Banyumas

terjadi karena penyimpanan obat

golongan narkotika diletakkan di rak

yang bersamaan dengan obat lainnya.

Penyimpanan obat narkotika

seharusnya disimpan di tempat

khusus yang terbuat dari bahan yang

kuat (Permenkes, 1978).

Page 11: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

11 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

Tabel 3. Kesesuaian antara

penyimpanan barang di Gudang RSUD

Banyumas dengan standar pelayanan farmasi di

rumah sakit

Standar penyimpanan

sediaan farmasi

(SK Menkes Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004)

Kesesuaian

dengan standar

Ya Tidak

Obat-obatan dipisahkan

dari bahan beracun

√ -

Obat luar dipisah dari obat

dalam

√ -

Narkotika dan

psikotropika dipisah dari

obat-obat lain dan

disimpan di lemari khusus

yang mempunyai kunci

- √

Tablet, kapsul dan oralit

disimpan dalam kemasan

kedap udara dan diletakan

di rak bagian atas

√ -

Cairan, salep dan injeksi

disimpan di rak bagian

tengah

√ -

Obat yang membutuhkan

suhu dingin disimpan

dalam kulkas

- √

Obat rusak/kadaluarsa

dipisahkan dari obat lain

yang masih baik dan

disimpan di luar gudang

√ -

Obat cairan dipsahkan dari

obat padatan

√ -

Obat dikumpulkan

menurut kelompok berat

dan besarnya

√ -

2. Evaluasi Indikator Penyimpanan

a. Turn Over Ratio (TOR) Turn Over Ratio (TOR) adalah

perhitungan yang digunakan untuk

mengetahui berapa kali perputaran

persediaan dalam satu tahun.

Penelitian ini menggunakan 30

sampel obat untuk melihat nilai

perputaran obat di gudang farmasi

RSUD Banyumas. Masing-masing

obat memiliki nilai TOR yang

berbeda, selanjutnya dihitung rata-

rata seluruh TOR sampel.

Penghitungan TOR seperti ini

dilakukan karena pendataan obat di

gudang farmasi RSUD Banyumas

dilakukan perobat. Perhitungan TOR

pada penelitian ini berdasarkan data

perputaran obat tahun 2013 untuk

mendapatkan data lengkap selama

satu tahun. TOR dapat dihitung

dengan membandingkan pembelian

obat dalam satu tahun dengan

persediaan rata-rata pada akhir tahun.

Hasil dari perhitungan peneliti,

didapatkan nilai TOR sebesar 8,66

kali menunjukkan bahwa rata-rata

persediaan di gudang farmasi RSUD

Banyumas mengalami perputaran

8,66 kali selama tahun 2013. Nilai

ini lebih tinggi bila dibandingkan

dengan standar umum yang bisa

digunakan yaitu 6 ─ 7 kali (Nugroho,

2008).

Table 4. Data Turn Over Ratio (TOR)

sediaan farmasi di Gudang RSUD Banyumas

Keterangan Kode Jumlah obat

Stok opname

per 31

desember

2012

(persediaan

awal tahun

2013)

A 91.120

Total

pembelian

tahun 2013

B 642.094

Stok opname

per 31

desember

2013

(persediaan

akhir tahun

2013)

C 63.435

Persediaan

rata-rata

tahun 2013

D = (A+C) :

2

77.277,5

Turn Over

Ratio (TOR)

( )

8,66 kali

Page 12: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

12 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

Tingginya nilai TOR mungkin

disebabkan karena perhitungan

penggunaan obat dan stok opname

dilakukan setiap bulan sehingga

dapat diketahui berapa kebutuhan

obat setiap bulan dan obat apa yang

sebaiknya dipesan. Nilai TOR yang

tinggi dapat juga dipengaruhi oleh

hubungan baik petugas instalasi

farmasi dengan dokter, karena

apabila ada stok obat yang masih

menumpuk kepala instalasi

menghubungi dokter dan meminta

dokter meresepkan obat yang

stoknya masih menumpuk.

Perputaran persediaan di gudang

farmasi RSUD Banyumas selama

periode 2013 bisa dikatakan sudah

cukup baik. Nilai TOR yang semakin

tinggi berarti pengelolaan barang

semakin efisien, namun perlu

diwaspadai bahwa nilai TOR yang

terlalu tinggi dapat berakibat

kekosongan stok. Kekosongan stok

bertolak belakang dengan pengertian

gudang penyimpanan farmasi yaitu

menjamin ketersediaan obat. Nilai

TOR yang rendah menggambarkan

bahwa masih banyak stok yang

belum terjual, akibatnya akan

menghambat aliran kas dan sangat

berpengaruh terhadap keuntungan

(Sasongko, 2013).

b.Persentase Stok Mati Stok mati adalah suatu keadaan

dimana sediaan farmasi tidak

digunakan selama tiga bulan

berturut-turut (Retno, 2014). Standar

persentase stok mati berbeda-beda

tiap rumah sakit tergantung

kebijakan rumah sakit itu sendiri,

namun persentase stok mati

sebaiknya seminimal mungkin.

Persentase stok mati yang tinggi

menunjukkan perputaran obat yang

tidak lancar karena banyak

persediaan obat yang tertahan dan

menumpuk di gudang. Banyaknya

obat yang menumpuk di gudang

tentunya akan menimbulkan

kerugian karena meningkatnya resiko

kerusakan obat dan kadaluarsa serta

perputaran persediaan yang tidak

lancar. Terjadinya kerusakan obat

dan perputaran sediaan yang tidak

lancar akan mempengaruhi

pendapatan rumah sakit itu sendiri

(Nugroho, 2008).

Perhitungan presentase stok mati

diperoleh dengan membandingkan

antara jumlah obat yang tidak

terpakai selama tiga bulan berturut-

turut dengan jumlah obat selama

penelitian. Hasil penelitian terhadap

24 item obat yang macet dengan

melihat pengeluaran item obat dari

gudang farmasi RSUD Banyumas

selama bulan agustus-oktober,

didapat persentase stok mati sebesar

0,84%.

Table 5. Data persentase stok mati di

Gudang RSUD Banyumas

Keterangan Jumlah

obat

Persentase

Jumlah stok

mati selama

penelitian

13.021

0,84%

Jumlah

seluruh obat

selama

penelitian

1.535.571

Persentase tersebut cukup

kecil bila dibandingkan dengan

penelitian Nugroho (2008) di RSUD

Yogyakarta yang presentase stok

matinya sebesar 2% dan hasil ini

sangat jauh lebih kecil dengan

penelitian Gunara (2008) di RSUD

Wates yang presentase stok matinya

sebesar 10,2%. Hasil ini menunjukan

Page 13: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

13 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

bahwa kerja sama antara dokter dan

apoteker di RSUD Banyumas sangat

baik sehingga hasil persentase stok

mati di gudang RSUD Banyumas

lebih kecil dari 1%.

Stok mati tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya peresepan yang tidak

mengacu pada formularium (standar

pengobatan), pola peresepan dokter

yang berubah atau prevalensi

penyakit yang berubah sama sekali

sehingga terdapat obat yang tidak

diresepkan oleh dokter sampai tiga

bulan berturut-turut. Untuk

mengatasi adanya stok mati tersebut

petugas gudang farmasi perlu

mengetahui mana obat yang

termasuk obat fast moving maupun

slow moving sebelum melakukan

pengadaan obat. Selain itu instalasi

farmasi dapat memberikan informasi

tertulis kepada dokter tentang obat-

obat yang mendekati stok mati agar

dokter mau meresepkan kembali obat

tersebut pada pasien. Kerjasama dan

hubungan yang baik dengan dokter

menjadi kunci rendahnya nilai

persentase obat yang mati.

c. Persentase Obat yang Hampir Rusak atau Kadaluarsa Penelitian ini menghitung obat

yang hampir expired date (ED). Obat

ED tidak ditemukan di gudang

RSUD Banyumas karena obat yang

akan ED dikembalikan ke industri

tempat pemesanan obat tersebut.

Pengembalian obat ke pihak

distributor dilakukan pada sediaan

farmasi yang memiliki waktu 3 bulan

sebelum batas ED berakhir. Faktor

tersebut yang menyebabkan tidak

ditemukannya obat ED di gudang

RSUD Banyumas. Perhitungan obat

yang hampir ED pada penelitian ini

menggunakan data obat yang

memiliki waktu 3 bulan sebelum

batas ED berakhir.

Pemeriksaan obat yang kadaluarsa

atau rusak harus dilakukan dengan

teliti dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keamanan

penggunaannya dan kepastian jumlah

fisik obat yang masa aman

penggunaannya sudah berakhir

didalam sistem penyimpanan yaitu

gudang farmasi (Retno, 2014).

Presentase nilai obat yang kadaluarsa

atau rusak masih bisa diterima jika

nilainya dibawah 1% (Mauliza, dkk.,

2013). Nilai dapat diperoleh dengan

cara membandingkan nilai obat yang

rusak selama penelitian atau

kadaluarsa dengan jumlah seluruh

obat selama penelitian. Data diambil

dari catatan obat yang kadaluarsa dan

atau rusak selama penelitian serta

laporan jumlah seluruh obat,

kemudian dihitung nilai obat yang

kadaluarsa atau rusak.

Table 6. Data persentase obat hampir

rusak atau kadaluarsa

Keterangan Jumlah

obat

Persentase

Jumlah obat

hampir rusak

atau kadaluarsa

selama

penelitian

3.817

0,24%

Jumlah seluruh

obat selama

penelitian

1.535.571

Pada hasil perhitungan didapat

nilai yang kurang dari 1% yaitu

0,24%. Nilai obat rusak atau

kadaluarsa ini mencerminkan

baiknya perencanaan dan baiknya

sistem distribusi. Rutinnya

melakukan pengamatan mutu dalam

penyimpanan obat juga merupakan

Page 14: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

14 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

salah satu faktor sehingga nilai

persentase obat yang hampir rusak di

gudang farmasi RSUD Banyumas

masuk dalam kriteria standar.

Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi, rendahnya nilai obat rusak

dan atau kadaluarsa disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu:

1) Rutinnya melakukan

monitoring dan evaluasi mutu

obat

2) Adanya hubungan baik antara

petugas instalasi farmasi dengan

dokter, jadi ketika terjadinya

perubahan pola peresepan oleh

dokter, petugas instalasi bisa

meminta dokter agar meresepkan

obat yang akan melewati batas

ED.

Penyimpanan obat jika ditinjau

dari tiga indikator, dapat dikatakan

penyimpanan obat yang dilakukan di

gudang RSUD Banyumas sudah

efisien, hal ini dapat dilihat dari hasil

perhitungan ketiga indikator yakni

Turn Over Ratio (TOR), presentasi

stok mati (death stock) dan

presentase nilai obat yang rusak dan

atau kadaluarsa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

tentang evaluasi penyimpanan

sediaan farmasi di RSUD Banyumas,

dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Sistem penyimpanan sediaan

farmasi di gudang farmasi Rumah

Sakit Umum Daerah Banyumas

belum sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan SK Menkes

Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004.

2. Indikator penyimpanan sediaan

farmasi di gudang farmasi Rumah

Sakit Umum Daerah Banyumas

sudah termasuk dalam kategori

baik dan efisien.

Saran

1. Perlu melakukan penataan ulang

lay out gudang dengan

menerapkan sistem arus garis

lurus, arus huruf L dan arus huruf

U, hal ini berguna untuk

mempermudah gerak petugas serta

menjamin keselamatan kerja

petugas gudang RSUD Banyumas.

Gudang RSUD Banyumas harus

meminimalisir adanya sudut lantai

dan tembok yang tajam agar

terhindar tidak ada tempat

berkembangnya hama atau hewan

perekat.

2. Penyimpanan obat di gudang

farmasi RSUD Banyumas

berdasarkan kelas terapi/khasiat

yang sama agar dapat

meminimalisir terjadinya obat

macet dan kadaluarsa obat.

3. Perlu diadakannya tempat

penyimpanan khusus sediaan

narkotika agar terhindar dari

kehilangan sediaan narkotika serta

penyalahgunaan sediaan

narkotika.

4. Bagi peneliti lain perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut,

menggunakan indikator

penyimpanan yang lebih lengkap

meliputi persentase kesesuaian

data stok antara barang dengan

kartu stok, Turn Over Ratio

(TOR), sistem penataan gudang,

persentase obat kadaluarsa/rusak,

dan persentase stok mati.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

15 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

Aziz, S., Herman, M. J., Mun’im, A.,

2005, Kemampuan Petugas

Menggunakan Pedoman

Evaluasi Pengelolaan dan

Pembiayaan Obat, Majalah

Ilmu Kefarmasian, 02 (02),

63-64.

Badan Narkotika Nasional Tahun

2010, Buku advokasi

Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba Bagi Petugas Lapas

dan Rutan, Jakarta.

Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Tahun 2013. Unsur

Pelaksanaan

Penanggulangan Bencana,

Gedung Graha BNPB,

Jakarta.

Ditjen Bina Farmasi Dan Alat

Kesehatan Tahun 2005

tentang Pedoman

Pengelolaan Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan,

Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Febriawati, H., 2013, Manajemen

Logistik Farmasi Rumah

Sakit, Cetakan I, Gosyen

Publishing, Yogyakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.

1197/Menkes/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan

Farmasi di Rumah Sakit,

Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.

1204/Menkes/SK/X/2004

tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan

Rumah Sakit, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

Koentjoro Tjahjono, 2007, Regulasi

Kesehatan di Indonesia,

Yogyakarta: ANDI.

Mauliza, S.R., Rosa, T.A., Utami,

D.A., Astuti W. R., & Artati,

A., 2003, Laporan Praktik

Kerja Lapangan Farmasi

Rumah Sakit di Rumah Sakit

PKU Muhammdaiyah

Yogyakarta, Program Profesi

Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta.

Nugroho Iqtiar., 2008. Evaluasi

Penyimpanan Dan

Penggunaan Obat Dirumah

Sakit Umum Kota

Yogyakarta Tahun 2006 Dan

2007, Skripsi.UGM.

Palupiningtyas Retno., 2014,

Analisis Sistem Penyimpanan

di Gudang Farmasi Rumah

Sakit Mulya Tangerang

Tahun 2014, Skripsi,

Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor

28/Menkes/per/I/1978

tentang Penyimpanan

Narkotika, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor

58 Tahun 2014 tentang

Standar Pelayanan

Kefarmasian Di Rumah Sakit,

Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Peraturan Pemerintahan Republik

Indonesia Nomor 51 Tahun

2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian, Departemen

Page 16: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

16 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY

Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Ratna Anggiasari Gunara 2008,

Evaluasi Sistem

Penyimpanan dan

Penggunaan Obat di Rumah

Sakit Umum Daerah Wates

Periode 2004-2006,Skripsi,

Fakultas Farmasi Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta.

Sasongko S. P., 2013, Analisis

Pengaruh Kualitas Pelayanan,

Harga Kompetitif,

Kelengkapan Barang, dan

Lokasi Terhadap Keputusan

Pembelian di Swalayan Alfa

Omega Baturetno, Wonogiri,

Skripsi, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Sheina B. M.R. Umam, Solikhah,

2010, Penyimpanan Obat di

Gudang Instalasi Farmasi

RSU Muhammadiyah

Yogyakarta. Fakultas

Kesehatan Masyarakat

Universitas Ahmad Dahlan,

Yogyakarta.

Siregar, C.J.P., 2004, Farmasi

Rumah Sakit Teori dan

Penerapan, EGC. Jakarta.

Siregar,C.J.P dan Amalia, L., 2004,

Farmasi Rumah sakit Teori

Dan Penerapan, Penerbit

Buku kedokteran EGC,

Jakarta, hlm, 120-138.

Wahyuni, Y., 2007, Evaluasi

Pengelolaan Obat tahun 2005

di Dinas Kesehatan Kota

Madiun, Skripsi, Fakultas

Farmasi Universitas Gajah

Mada, Yogyakarta.

Yustina Sri Hartini, Sulasmono,

2007, Ulasan Beserta Naskah

Perundang-Undangan

Terkait Apotek Termasuk

Naskah dan Ulasan

Permenkes Tentang Apotek

Rakyat, Universitas Sanata

Darma, Yogyakarta.

Page 17: EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI GUDANG FARMASI ...thesis.umy.ac.id/datapublik/t53547.pdf · Penyimpanan obat di gudang farmasi rumah sakit merupakan hal yang penting dalam

17 NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH 04 Juni 2015

Arif Surya Wirawan 20110350043 Farmasi FKIK UMY