EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEMAM TIFOID ... · i EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA...
Transcript of EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEMAM TIFOID ... · i EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA...
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEMAM TIFOID RAWAT INAP RUMAH SAKIT STELLA
MARIS MAKASSAR PADA TAHUN 2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Serlina Patattan
NIM : 128114006
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEMAM TIFOID RAWAT INAP RUMAH SAKIT STELLA
MARIS MAKASSAR PADA TAHUN 2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Serlina Patattan
NIM : 128114006
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persetujuan Pembimbing
EVALI-TASI PENGGLTNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIENDEIV1AM TIFOID RAWAT INAP RUMATT SAKIT STELLA
I\,{ARIS MAKASSAR PADA TAHUN 2016
Skripsi yang diaj ukan oleh :
Serlina Patattan
NIM:128114006
Telah disetujr,ri oleh
Pcmbimbing Lltama
o ^l ^,ti ll't Yll ,
[\[NiHgI iY'llIlv
Iv{aria Wisnu Jono*oti, M.Si., Apt. tanggal 28 September 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengesahan Skripsi Berjudul
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEMAMTIFOID RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR
PADA TAHTJN2016
Oleh:
Serlina Patattan
NIM:128114006
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji SkripsiFakultas Farmasi
Universitas Sanata DharmaPada tanggal: 31 Oktober 2017
Mengetahuiakultas Farmasi
Sanata Dharma
(Aris Widayati, M.Si., Ph.D, Apt.)
Panitia Penguji
L Dr. Rita Suhadi. M.Si.. Apt.
2. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt
ltl
f'f'' # -4
g- /-tYr\? 4-=A:\",,^" | ..\ !.i?'.i,^'rli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Halaman Persembahan
Tuhan ubalah diriku sendiri menjadi diri-Mu sendiri agar aku boleh hidup di
dalam Dikau dan untuk Dikau saja
Dan semoga melaksanakan kehendak-Mu yang suci menjadi satu-satunya
kebahagiaanku di dunia ini
(Doa Pater Mathias Wolff, SJ. Pendidri Konggregasi JMJ)
Segala perkara dapat kutanggung dalam DIA yang memberikan kekuatan
kepadaku ( Filipi 4:13)
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
-Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
-Konggregasi Jesus Maria Joseph (JMJ)
-Para Suster JMJ Provinsi Jakarta
-Orang tua, keluarga dan Teman-teman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUruANPUBLIKASI KARYA ILMIAH LINTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Serlina Patattan
Nomor Mahasiswa : 1281 14006
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEMAM
TIFOID RAWAT INPA DI RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR
PADA TAHTIN 2016
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam benhrk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
dat4 mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan Akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 3 1 Oklober 2017
Yang menyatakan
-.,lfit -r' A''llll A t1 ^ /, I
V+WJ(Serlina Fatattan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAU{NI KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa skripsi ini yang
berjudul "Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Demam Tifoid Rawat
Inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun 2016", tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustak4 sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakart4 31 Oktober 2017
VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan
Bunda Maria atas segala Rahmat cinta kasih, penyertaan dan pertolonganNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Penulisan skripsi ini
berjudul EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN
DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT STELLA MARIS
MAKASSAR TAHUN 2016.
Penulis sungguh menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak,
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Dengan tulus dan rendah hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkatNya yang luar biasa
sehingga penulis diberikan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. Selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma dan sekaligus sebagai dosen penguji atas kritik
dan saran yang membangusn selama penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. Selaku Ketua Jurusan Program Studi
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. Selaku dosen pembimbing yang
dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, dukungan, waktu, saran
selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji atas kritik dan saran
yang membangun selama penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh dosen di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah mendidik, mengarahkan dan menuntun penulis selama masa studi
dan berproses dalam bersama dalam mendalami ilmu kefarmasian.
7. Seluruh civitas akademik Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu penulis selama kuliah di Fakultas Farmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8.
9.
10.
11.
Direktur Rumah Sakit Stella Maris Makassar dr. Thomas Soharto, M. Kes
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
Pimpinan Konggregasi JMJ, Para Suster JMJ Provinsi Jakarta, dan semua
rekan Suster Komunitas Trimargo Yogyakarta yang telah mendukung dan
mendoakan penulis sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik.
Teman-teman FKK A 2012 yang telah memberikan dukungan serta semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Orang tuaku tercinta Bapak Andreas Sampe dan Ibu Mariana Sonda serta
adik-adikku yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dorongan dan
doa.
Penulis menyadari dengan kerendahan hati bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih jauh dari sempum4 oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi semua pihak. Semoga Tuhan Memberkati.
ogyakarta, 31 Oktober 2017
--Kww'UPenulis
v l
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
.
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMANPERSEMBAHAN ........................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
ABSTRAK ........................................................................................................ xiii
ABSTRACT ...................................................................................................... xiv
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 6
KESIMPULAN .................................................................................................. 15
SARAN .............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 17
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 19
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik pasien demam tifoid di Instalasi rawat inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun 2016................................................. 7
Tabel 2. Golongan dan jenis antibiotika yang diresepkan pada pasien demam tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Stella
Maris Makassar pada tahun 2016 ........................................................................... 8
Tabel 3. Distribusi aturan penggunaan antibiotika pada pasien demam tifoid Rawat Inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun 2016 ................................................................................................................ 9
Tabel 4. Distribusi lama penggunaan antibiotika pada pasien demam tifoid Rawat Inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun 2016 .............................................................................................................. 10
Tabel 5. Nilai DDD/100 patient-days untuk masing-masing antibiotika dan golongannya beserta kode ATC dan standar DDD WHO .............................................................................................................. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perbandingan jumlah rute pemakaian antibiotika pada pasien demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun 2016 .................................................................................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai DDD yang terdapat dalam ATC ............................................. 19
Lampiran 2. Lembar/ Forrm data dasar pasien .................................................... 20
Lampiran 3. Lembar/Form penggunaan antibiotika ............................................ 20
Lampiran 4. Uraian lengkap data lama rawat inap pasien demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun 2016 ............... 22
Lampiran 5. Regimen dosis harian penggunaan antibiotika pasien demam tifoid dan perhitungan nilai Defined Dayli Dose (DDD) /100 pateint-days .......................................................................................................... 23
Lampiran 6. Surat Keterangan telah menyelesaikan penelitian di Rumah Sakit Stella Maris Makassar ..................................................................... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
ABSTRAK
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Hingga saat ini demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan
di negara-negara tropis termasuk Indonesia. Antibiotik merupakan obat utama
yang digunakan untuk mengobati penyakit ini, penggunaan antibiotik yang tidak
tepat dapat menyebabkan obat tidak efektif dan merugikan pasien. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran dan mengevaluasi penggunaan antibiotika
pada pasien demam tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar tahun 2016. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental
dengan pengumpulan data secara retrospektif dan dianalisis secara deskriptif.
Pengambilan data secara puposive sampling dan didapatkan data sebanyak 120
kasus. Evaluasi dilakukan dengan cara menggunakan metode ATC/DDD sesuai
dengan ketentuan WHO 2015. Jenis antibiotika yang digunakan adalah
klorampenikol, sefadroksil, seftriakson, amoksisilin, thiampenikol, sefiksim,
sefoperason, sefotaksim, seftizoksim, meropenem, azitromisin, siprofloksasin dan
levofloksasin. Hasil evaluasi penggunaan antibiotika yang paling banyak
digunakan untuk terapi demam tifoid di Rumah Sakit Stella Maris Makassar tahun
2016 adalah golongan sefalosporin generasi ketiga yaitu seftriakson karena
seftriakson merupakan standar terapi untuk demam tifoid di Rumah Sakit
tersebut.
Kata kunci : Antibiotik, Demam Tifoid, Metode DDD, RS. Stella Maris Makssar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRACT
Typhoid fever is an infection disease caused by the bacteria Salmonella
Typhi. Until now typhoid fever remains a health problem in tropical countries
including Indonesia. Antibiotics are the main drugs used to treat this disease, an
inappropriate use of antibiotics cause the drug to be ineffective and detrimental to
the the patients. This study aims to the describe and to evaluate the use of
antibiotics in patients with typhoid fever at the inpatient installation of Stella
Maris Hospital in 2016. This is a non-experimental research with retrospective
data collection and analysed descriptively. The data were collected by purposive
sampling, the data obtained as many as 120 cases. The evaluation was done by
using the method of ATC/DDD based on the provision from WHO. The
antibiotics used are chloramphenicol, cefadroxil, ceftriaxone, amoxillin,
thiamphenicol, cefixime, cefoperazone, sefotaxime, ceftizoxime, meropenem,
azithromycin, ciprofloxacin and levofloxacin. The result of the most widely used
of antibiotics for the treatment of typhoid fever in Stella Maris Hospital was the
third generation of ceftriaxone. It is because ceftriaxone is the standard therapy for
typhoid fever in the Hospital.
Keywords: Antibiotics, Typhoid Fever, DDD Method, Stella Maris Hospital
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Demam tifoid merupakan suatu penyakit yang menyerang saluran
pencernaan dan disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Demam tifoid masih
banyak dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang, terutama yang
terletak di daerah tropis dan subtropis (Widodo, 2010). Gejala penyakit demam
tifoid biasanya berkembang 1-3 minggu setelah terpapar yang ditandai demam
tinggi, malaise, sakit kepala, sembelit atau diare, bintik-bintik kemerahan pada
dada, dan pembesaran limpa dan hati. Penyakit demam tifoid dipengaruhi oleh
tingkat higienis individu, sanitasi lingkungan, dan dapat menular melalui
konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses atau urine orang
yang terinfeksi (WHO, 2015).
Menurut data WHO (World Health Organization) memperkirakan angka
kejadian di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, sedangkan angka
kematian penyebab demam tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia.
Di Indonesia sendiri, penyakit demam tifoid bersifat endemik, menurut WHO
angka penderita demam tifoid mencapai 81% per 100.000 populasi (Depkes RI,
2013).
Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan, prevalensi demam tifoid pada tahun 2015 penderita demam tifoid
sebanyak 16.743 penderita dimana laki-laki sebanyak 7.925 dan perempuan
sebanyak 8.818 penderita dengan kasus tertinggi di kota Makassar (Profil
Kesehatan Provinsi Sulsel 2015).
Sejak tahun 1996, WHO merekomendasikan ATC (Anatomical
Theraupetic Chemical) bersama dengan unit DDD (Defined Daily Dose) sebagai
standar studi untuk penggunaan obat dan pelaporan reaksi obat (Anonim, 2010),
(WHO, 2003). Metode DDD merupakan metode evaluasi secara kuantitatif untuk
penggunaan antibiotika yang akan dilakukan dengan cara menghitung DDD per
100 patient-days, untuk dapat mengetahui jenis dan jumlah antibiotika yang
digunakan sehingga nantinya berdasarkan data pengukuran kuantitas tersebut
dapat diketahui trend penggunaan serta dapat menjadi prediksi awal terkait
dengan kerasionalan penggunaan antibiotika (Nouwen, 2009; Kemenkes RI,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
2011). DDD diasumsikan sebagai dosis pemeliharaan rata-rata perhari yang
diperkirakan untuk indikasi utama orang dewasa. DDD hanya ditetapkan untuk
obat yang mempunyai ATC (WHO, 2016).
Tingginya nilai DDD antibiotika yang tidak sesuai dengan standar WHO,
menunjukkan bahwa masih terdapat penggunaan antibiotika yang kemungkinan
tidak rasional. Semakin kecil hasil pengukuran kuantitas yang didapatkan maka
semakin selektif penggunaan antibiotika yang dilakukan. Ketidakselektifan dalam
peresepan dan penggunaan antibiotika dikhawatirkan akan menimbulkan
banyaknya peresepan dan penggunaan antibiotika yang tidak tepat indikasi
sehingga akan berpengaruh pada ketidakrasionalan penggunaan antibiotika pada
pasien (Laras, 2012). Cara perhitungan penilaian kuantitas penggunaan antibiotika
yang dinyatakan dengan merode DDD 100 patients-days adalah mengumpulkan
data semua pasien yang menerima terapi antibiotika, mengumpulkan lamanya
waktu perawatan pasien rawat inap (Total Lenght Of Stay/LOS) semua pasien,
menghitung jumlah dosis antibiotika (gram) selama dirawat kemudian
menghitung DDD patients-days dengan rumus :
DDD 100 patients-days =
(jumlah gram AB yang digunakan oleh pasien) X 100
Standar DDD WHO dalam gram (total LOS)
(Kemenkes, 2011).
Berdasarkan kenyataan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran dan mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien
demam tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar tahun
2016 dengan metode DDD (Defined Daily Dose). Penelitian ini dilakukan di
Rumah Sakit Stella Maris Makassar karena berdasarkan data yang di peroleh yang
meyatakan bahwa penyakit demam tifoid banyak terjadi di Provinsi Sulawesi
Selatan secara khusus di Makassar. Penyakit demam tifoid merupakan salah satu
penyakit tertinggi yang di rawat inap di rumah sakit dan masuk dalam sepuluh
besar penyakit yang di rawat inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian cross-sectional, dan cara
pengambilan data retrospektif. Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang
digunakan tidak diambil pada keadaan kasus selama perawatan, melainkan dari
data lembar catatan medik pasien pada periode tertentu pada masa lampau.
Subjek Penelitian
Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah semua pasien di instalasi
rawat inap yang terdiagnosa tifoid yang dibuktikan dengan kode ICD X: A01.0
yang menggunakan BPJS maupun yang menggunakan biaya sendiri dan asuransi.
Kriteria inklusi subyek penelitian adalah semua pasien rawat inap yang
terdiagnosa tifoid dan ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium yang
dinyatakan positif. Kriteria eksklusi subyek penelitian yaitu pasien rawat inap
pediatrik, data rekam medik pasien tidak lengkap dan tidak jelas terbaca.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medik yang telah
memenuhi kriteria inklusi yang sudah ditentukan. Alat atau instrumen penelitian
yang digunakan adalah lembar data pasien dan lembar penggunaan antibiotika
yang akan digunakan untuk memuat data yang akan diambil dari bahan penelitian.
Lembar data tersebut terdiri dari: nama pasien, jenis kelamin, tanggal masuk
pasien, tanggal keluar pasien, keterangan keluar pasien, nama antibiotika
yang diresepkan, dosis pemakaian antibiotika, rute penggunaan antibiotika,
bentuk sediaan antibiotika, lama penggunaan antibiotika serta penggunaan
antibiotika.
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah sakit Stella Maris Makassar Jalan Somba
Opu No. 273 Makassar. Waktu penelitian dilakukan pada Januari sampai Februari
2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Tata cara Penelitian
1. Analisis situasi
Analisis situasi dengan cara mencari dan mengumpulkan data jumlah
pasien demam tifoid pada tahun 2016 yang diperoleh melalui di instalasi rekam
medik Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada bulan Januari sampai bulan
Desember 2016.
2. Pengambilan Data
Penelusuran data lembar rekam medik di Instalasi Rekam Medik mengenai
jumlah pasien yang terdiagnosa positif menderita demam tifoid, usia pasien, jenis
kelamin pasien, data laboratorium, jenis dan golongan antibiotik yang diberikan
pada pasien dan frekuensi pemberian antibiotik.
3. Pengolahan data dan penyajian hasil
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan dievaluasi dengan
pendekatan kuantitatif. Analisis deskriptif dengan menggunakan data-data yang
telah diambil untuk menggambarkan karakteristik pasien, pola peresepan pasien
yang menerima terapi dalam bentuk persentase (%) disertai penjelasan yang
berupa uraian dan pola penyakit tifoid yang ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium.
Hasil dari analisis deskriptif dan analisis dari metode DDD yang disajikan
kedalam bentuk tabel-tabel dan diagram yang mencakup : data demografi pasien;
data pola peresepan; data kuantitas penggunaan antibiotika dengan DDD 100
patient-days pada pasien demam tifoid rawat inap selama tahun 2016.
Berikut tata cara analisis dengan menggunakan metode DDD (Kemenkes,
2011). :
a. Hitung jumlah penggunaan masing-masing jenis antibiotika dalam satuan
gram baik tunggal ataupun kombinasi untuk semua sampel.
Contoh :
Pasiien 1 : mendapat amoksisilin dosis per-tablet 500mg dengan aturan 2x
selama 4 hari. Jumlah pemakaian antibiotika pada pasien 1 adalah
[(500x2)x4]=4000mg=4g
Pasien 2 : mendapat terapi amoksisilin dosis per-tablet 250mg dengan aturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
pemakaian 3x sehari selama 5 hari. Jumlah pemakaian pada pasien 2 adalah :
[(250x3)x5]=3750mg=3,75g dan seterusnya sampai dengan pasien ke-n
dengan jumlah pemakian sebanyak n gram.
Jumlah total pemakian antibiotika amoksisilin adalah
Jumlah gram pemakiain pasien 1 + jumlah gram pemakaian pasien 2 +
.......+ jumlah gram pasien ke-n =X gram.
b. Hitung LOS total selama periode tahun 2016.
Contoh :
Pasien 1 dirawat selama 3 hari .
Pasien 2 dirawat selama 7 hari, dan seterusnya sampai dengan pasien ke-n
dirawat dengan lama rawat selama n hari.
Jumlah total LOS adalah :
Lama rawat pasien 1 + lama rawat pasien 2 +......+ lama rawat pasien ke-n
= X hari.
c. Hitung nilai DDD 100/patient-days untuk masing-masing jenis antibiotika
atau kombinasi antibiotika dengan menggunakan rumus seperti yang tertera
pada defenisi operasional. Untuk mengetahui nilai standar DDD WHO dalam
gram (per-antibiotika/per-kombinasi antibiotika) yang digunakan.
Berikut contoh salah satu perhitungan DDD /100patient-days untuk
antibiotika :
Diketahui : Total penggunaan amoksisilin =7,5 g
Total LOS =54 hari
Nilai standar DDD WHO =1
Nilai DDD 100/ patint-days 7,51
x10054
=13,89 DDD 100 /patient-days
Untuk total nilai DDD 100/patient-days per-golongan antibiotika dihitung
dengan menjumlah masing-masing total nilai DDD pada masing-masing
antibiotika dalam satu golongan.
Contoh :
Total nilai DDD 100 /patient-days antibiotika golongan penisilin :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Ampisilin = 10,30
Amoksisilin = 1,36
Diklosasilin = 2,53
Sultamisilin = 4,53
Total nilai DDD 100 patient-days antibiotika golongan penisilin adalah :
10,30 + 1,36 + 2,53 + 4,53 = 18, 72 DDD.
Karakteristik pasien yang dimaksud meliputi data demografi pasien
demam tifoid rawat inap usia diatas 15 tahun laki-laki dan perempuan. Pola
penyakit diperoleh berdasarkan diagnosa penyakit serta gejala yang ditulis oleh
dokter pada rekam medik pasien sebagai diagnosa utama. Pola peresepan meliputi
distribusi golongan dan jenis antibiotika, aturan pemakaian antibitika, lama hari
rawat inap pasien dan lama pemakaian antibiotika. Hasil analisis deskriptif
disajikan dalam bentuk tabel diagram disertai pembahasan hasil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini diperoleh data rekam medik pasien demam tifoid yang
dirawat di Rumah Sakit Stella Maris Makassar selama tahun 2016 sebanyak 230
rekam medis. Dari 230 rekam medik pasien demam tifoid tersebut 120 pasien
masuk dalam kriteria inklusi. Terdapat 110 rekam medik yang tereksklusi yang
terdiri dari 50 rekam medik pasien anak, 20 rekam medis pasien yang tidak
menerima terapi antibiotika, 15 rekam medis yang tidak jelas terbaca dan 25
rekam medis dengan penyakit penyerta. Data pada pasien yang memenuhi kriteria
inklusi kemudian disalin pada lembar form pengambilan data yang sudah
disiapkan. Hasil dan pembahasan penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu : profil pasien, pola peresepan dan evaluasi penggunaan antibiotika dengan
metode Defined Daily Dose (DDD), dan disajikan dalam bentuk gambar dan
tabel.
1. Profil Pasien
Berdasarkan Tabel I dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini pasien
perempuan lebih tinggi yang terdiagnosa demam tifoid di instalasi rawat inap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun 2016 yaitu 83 pasien (69%)
dibandingkan dengan pasien laki-laki yaitu 37 (31%). Hal ini sesuai dengan
laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes, 2011)
menjelaskan bahwa penyakit demam tifoid ditemukan lebih banyak pada
perempuan daripada laki-laki.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 108 pasien (90%) pulang
dengan status sembuh, 12 pasien (10%) pulang dengan status membaik. Hasil ini
menunjukkan bahwa outcome terapi penggunaan antibiotika pada pasien demam
tifoid di instalasi rawat inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun 2016
baik. Outcome tercapai yang baik ini dapat disebabkan karena antibiotika yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki spektrum yang luas. Antibiotika dengan
spektrum luas efektif digunakan untuk terapi empiris, karena jangkauan
aktifitasya yang luas sehingga baik untuk bakteri gram positif maupun gram
negatif, sehingga dapat memberikan outcome yang optimal (Leekha, Terrel, and
Edson, 2011; Tjay & Rahardja,2007).
Tabel I. Karakteristik Pasien Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inapa Rumah Sakit Stella Makassar pada tahun 2016
No Karakakteristik Jumlah Pasien
N= 120
Persentase (%)
N= 100%
1. Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan
37 83
31 69
2. Usia - 14-24 tahun - 25-44 tahun - 45-65 tahun - >65 tahun
49 53 15 3
41 44 12 3
3. Status pulang - Membaik - Sembuh - Meninggal
12 108 0
90 10 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Pola Peresepan
Pola peresepan antibiotika pada penelitian ini mencakup golongan dan
jenis antibiotika, rute pemberian antibiotika yang diberikan pada pasien demam
tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun
2016.
2.1 Golongan dan jenis antibiotika
Tabel II. Golongan dan jenis antibiotika yang diresepkan pada Pasien Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar tahun 2016
No Golongan dan jenis Antibiotika Frekuensi Persentase jenis (%) N=139
Persentase golongan (%)
1. Ampenikol Klorampenikol Tiampenikol
6 7
3,4 5,0
8,4
2. Penisilin Amoksisilin
9
6,5
6,5
3. Sefalosporin generasi pertama Sefadroksil
7
5,0
5,0
4. Sefalosporin generasi keiga Sefatoksim Seftriakson seftizosime Sefiksim Sefoperason
8
25 9
17 20
5,8 18,0 6,5 12,5 15,1
57,9
5 Karbapenem Meropenem
10
7,2
7,2
6 Makrolida Asitromisyn
2
1,4
1,4
7. Fluorokuinolon Siprofloksasin (parental) Siprofloksasin (oral) Levofloksasin (parental) Levofloksasin (oral)
4 3 5 6
2,9 2,2 3,5 4,3
12,9
Total 139 100 100
2.2 Rute pemberian antibiotika
Selama tahun 2016 rute penggunaan terbesar untuk 13 jenis antibiotika
yang diresepkan adalah intravena (68%) seperti tercantum pada Gambar 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Banyaknya pola peresepan antibiotika secara intravena pada penelitian
ini berkaitan dengan kondisi pasien karena pertimbangan onset yang cepat dan
bioavalabilitasnya yang lebih baik dibandingkan dengan dengan rute per oral.
Onset yang cepat dan bioavailibilitas yang baik ini akan berpengaruh pada aksi
dan efek terapetik obat yang akan lebih cepat tercapai.
Gambar 1. Perbandingan jumlah rute pemakaian antibiotika pada pasien demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar tahun 2016.
Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi terhadap rute pemakaian
antibiotika. Identifikasi terhadap rute pemakaian perlu dilakukan karena nilai
standar DDD WHO yang nantinya akan digunakan dalam perhitungan memiliki
nilai yang berbeda-beda untuk masing-masing rute pemberian. Salah satu contoh
adalah nilai standar DDD untuk siprofloksasin. Pada pemberian secara parental
siprofloksasin memiliki nilai standar sebesar 0,5, sementara pada pemberian
secara per-oral sebesar 1(satu). Adanya perbedaan nilai standar antara masing-
masing rute pemberian nantinya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai
DDD dari suatu antibiotika. Nilai DDD dikatakan tinggi apabila nilai DDD yang
didapatkan melebihi standar WHO (WHO,2013).
Tabel III. Distribusi aturan penggunaan antibiotika pada pasien demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar tahun 2016.
Aturan Pemakain Jumlah Antibiotika Persentase 1x sehari 30 21,9 2x sehari 94 68,6 3x sehari 13 9,5
Total 137 100
32%
68%
Oral Parental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Aturan penggunaan antibiotika secara tidak langsung dapat mempengaruhi
tinggi rendahnya nilai DDD dari suatu jenis antibiotika. Aturan penggunaan yang
diterapkan menentukan frekuansi penggunaan antibiotika yaang diterima oleh
pasien dalam sehari. Semakin sering antibiotika digunakan dalam sehari maka
frekuensi penggunaan antibiotika semakin tinggi. Hal ini akan meningkatkan
jumlah dosis (g) antibiotika yang diterima oleh pasien. Besarnya jumlah dosis (g)
yang digunakan akan membuat nilai DDD dari suatu jenis antibiotika akan ikut
meningkat (WHO, 2013).
Lama penggunaan antibiotika dikelompokkan berdasarkan studi literatur
yang dilakukan dimana lama pemberian antibiotika untuk sebagian besar penyakit
infeksi adalah selama 3-7 hari (Kemenkes, 2011) untuk mempermudah deskripsi
dari lama penggunaan antibiotika maka lama penggunaan antibiotika dibagi
menjadi interval dengan jarak sebesar 5 hari. Ini berdasarkan data penelitian
ditemukan di Rumah Sakit Stella Maris bahwa pasien lebih banyak di rawat inap
selama 5 hari.
Tabel IV. Distribusi lama pemakain antibiotika pada pasien demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar tahun 2016.
Lama Pemakaian (Hari) Jumlah Antibiotika Persentase (%)
1 sampai dengan 5 121 88,3 6 sampai dengan 10 14 10,2 11 sampai dengan 15 2 1,5
Total 137 100
3. Nilai DDD
Perhitungan kuantitas antibiotika diperlukan untuk mengetahui antibiotika
yang paling banyak digunakan untuk terapi demam tifoid pada pasien dewasa
yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Stella Maris Makassar tahun 2016.
Evaluasi penggunaan antibiotika dari 120 rekam medik di Rumah Sakit
Stella Maris Makassar tahun 2016 dilakukan dengan menggunakan perhitungan
Defined Daily Dose (DDD) 100 Patient-days. Dalam penelitian ini didapatkan 13
jenis antibiotika yang digunakan pada pasien demam tifoid yang di rawat di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
rumah Sakit Stella Maris Makassar tahun 2016 dengan total nilai DDD/100
patient-days sebesar 74,34. Untuk ke-13 jenis antibiotika, kode ATC serta nilai
standar DDD WHO (g) di sajikan dalam Tabel V.
Tabel V. Nilai DDD/100 patient-days untuk masing-masing antibiotika dan golongannya beserta kode ATC dan standar DDD WHO.
Golongan Nama Antibiotika Kode ATC
Nilai Standar DDD
WHO (g)
Nilai DDD
Nilai DDD/100
patient-days
Ampenikol Kloramfenikol J01BA01 3 0,4 2,25
Thiamfenikol J01BA02 1,5 0,9 5,06 β-Lactam (Penisilin) Amoxicilin J01CA01 1 1,6 10,28
Sefaloporin Generasi Pertama
Sefadroxil J01DB05 2 0,7 2,44
Sefaloporin Generasi Ketiga
Sefatoxim J01DD01 4 0,5 3,19
Seftriakson J01DD04 2 0,9 15,74
Seftizoxime J01DD07 4 0,5 3,1
Sefixim J01DD08 0,4 0,8 6,25
Cefoperazone J01DD012 4 0,5 6,11
Karbapenem Meropenem J01DH02 2 0,8 8,66
Makrolida Azithromycin J01FA10 0,3 1,6 1,85
Fluorokuinolon
Ciprofloxacin (Parental) J01MA02 0,5 0,9 3,26
Ciprofloxacin (Oral) J01MA02 1 0,9 1,15
Levofloxacin (Parental) J01MA12 0,5 0,9 3,52
Levofloxacin (Orall) J01MA12 0,5 1,8 3,33
TOTAL 74,34
Selama periode Januari – Desember 2016, tercatat bawa total Length Of
Stay (LOS) dari 120 pasien terdiagnosa demam tifoid adalah 540 hari. Total LOS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
digunakan pada penelitian ini untuk perhitungan DDD dimana total LOS akan
digunakan sebagai pembagi bersama nilai standar DDD WHO. Banyaknya
penggunaan antibiotika yang berlebihan akan mempengaruhi jumlah (g)
antibiotika yang digunakan oleh pasien dan akan berpengaruh pada tingginya nilai
DDD yang melebihi standar WHO (WHO, 2013).
Berdasarkan hasil perhitungan DDD/100 patient-days diketahui ada
beberapa antibiotika yang memiliki nilai DDD/100 patient-days lebih tinggi
daripada standar nilai DDD yang ditetapkan oleh WHO. Ketika kuantitas
penggunaan antibiotika yang dinyatakan dalam nilai DDD lebih tinggi dan tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pada standar DDD WHO hal ini
menandakan bahwa peresepan dan penggunaan antibiotika pada pasien
kemungkinan tidak selektif sehingga dikhawatirkan akan banyak ditemui
peresepan dan penggunaan antibiotika yang tidak tepat indikasi sehingga hal ini
akan berpengaruh pada kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien,
terutama kerasionalan ketepatan indikasi (Laras, 2012). Tingginya nilai DDD
dipengaruhi oleh jumlah (g) pemakaian antibiotika ditentukan oleh banyaknya
banyaknya dosis yang dipakai oleh pasien selama menjalani rawat inap. Apabila
dosis yang diberikan berlebihan maka nilai DDD akan cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai standar DDD yang telah ditetapkan (WHO, 2013).
Tingginya beberapa nilai DDD dari beberapa jenis antibiotika yang terdapat
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan terdapat pemberian
antibiotika yang berlebihan pada pasien demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit
Stella Maris Makassar pada tahun 2016.
Pada penelitian ini seperti pada Tabel V dapat diketahui bahwa antibiotik
yang paling banyak digunakan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Stella Maris
Makassar tahun 2016 untuk pasien demam tifoid adalah golongan sefalosporin
generasi ketiga yaitu seftriakson, hal ini karena sefalosporin memiliki stabilitas
yang tinggi terhadap bakteri baik bakteri gram negatif maupun bakteri gram
positif sehingga lebih efektif dalam membasmi bakteri penyebab demam tifoid
(Tjay dan Rahardja, 2007). Penggunaan seftriakson banyak digunakan di Rumah
Sakit Stella Maris karena merupakan standar terapi untuk demam tifoid di Rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Sakit tersebut. Penggunaan antibiotik seftriakson pada pasien demam tifoid dapat
menurunkan suhu badan penderita dalam waktu singkat dibanding antibiotik
kloramfenikol sehingga lebih efektif untuk dipakai. Selain itu tidak ada laporan
mengenai resistensi seftriakson dalam mengobati demam tifoid (Hammad et all.,
2011). Sampai saat ini golongan sefalosporin generasi ketiga yang terbukti efektif
untuk mengobati demam tifoid adalah seftriakson (Widodo, 2008). Seftriakson
dianggap sebagai antibiotik yang efektif dan poten untuk mengobati penyakit
demam tifoid dalam jangka waktu yang pendek. Seftrikason mempunyai sifat
menguntungkan yaitu dapat merusak struktur bakteri tanpa mengganggu sel tubuh
manusia, memiliki spektrum luas, dan resistensinya terhadap bakteri masih
terbatas (Musnelina dkk, 2004).
Golongan sefalosporin generasi ketiga lainnya yang digunakan untuk
pengobatan demam tifoid di Rumah Sakit Stella Maris Makassar tahun 2016
adalah sefotaksim, sefiksim,seftizosim, sefoperason. Sefotaksim diberikan pada
pasien demam tifoid berat yang resisten terhadap golongan quinilon (WHO,2003).
Sefotaksim dan seftriakson efektif untuk pengobatan bakteri gram negatif seperti
S. Thyiph (Gunawan, 2009). Alasan ini yang memungkinkan seftriakson dan
sefatoksim banyak digunakan digunakan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar.
Pada penelitian ini masih banyak terdapat lama penggunaan antibiotika
lebih dari satu minggu, hal ini turut mempengaruhi jumlah penggunaan antibiotika
(g) karena semakin lama maka semakin banyak pula antibiotika yang dikomsumsi
pasien sehingga menyebabkan jumlah (g) penggunaan antibiotika meningkat
sehingga turut berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai DDD yang dihasilkan.
Pada penelitian ini beberapa antibiotika yang nilai DDD-nya melebihi
standar WHO yaitu antibiotika : thiampenikol, amoxicilin, seftriakson, sefiksim,
sefoperason, meropenem, azitromisin, siprofloksasin (parental dan oral), dan
levofloksasin (parental dan oral) dimana sebagian besar pemakaian 2x sehari,
sementara amoxicilin dan thiampenikol aturan pemakainnya 3x sehari. Selain
frekuensi aturan pemakain lama penggunaan antibiotika juga turut mempengaruhi
nilai DDD yang didapatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Dalam penelitian ini juga golongan antibiotika meropenem sering
digunakan juga sebagai antibiotiak untuk demam tifoid. Meropenem merupakan
salah satu dari golongan karbapenem yang berspektrum luas. Sebagai salah satu
antibiotika yang berspektrum luas, meropenem secara luas dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi (Salehhifar et al, 2015).
Pada penelitian ini juga banyak ditemui penggunaan antibiotika golongan
fluorokuinolon antara lain siprofloksasin dan levofloksasin. Berdasarkan
perhitungan DDD/100 patient-days, golongan fluorokuinolon menempati urutan
kedua dengan nilai DDD sebesar 12,35 yang artinya penggunaan untuk
antibiotika golongan ini cukup tinggi karena semua nilai DDD/100 patient-days
lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh WHO.
Menurut Bueno et al. (2009) golongan fluorokuinolon merupakan antibiotika yang
memiliki spektrum luas serta memiliki aktivitas kuat dalam menghambat bakteri
gram-positif dan bakteri gram negatif. Antibiotika siprofloksasin juga merupakan
first-line untuk terapi bakteri salmonella thypi (Medscape). Siprofloksasin juga
memiliki tingkat keberhasilan klinis yang efektif dalam pengobatan untuk infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (Parry et al, 2007).
Penggunaaan fluorokuinolon yang meningkat kemungkinan disebabkan
karena kuman Salmonella typhi sudah resisten terhadap antibiotik lini pertama
untuk terapi demam tifoid. Menurut Grayson dkk (2010) sejak tahun 1989 sudah
terjadi resistensi terhadap antibiotik lini pertama yang tercatat hampir diseluruh
dunia. Sehingga sebagai konsekuensinya, golongan kuinolon dan sefalosporin
generasi ketiga meningkat penggunaannya. Pertimbangan khusus penggunaan
kuinolon sebagai pengobatan pertama demam tifoid adalah apabila pasien
mempunyai riwayat pernah mendapat tifoid serta memiliki predisposisi untuk
carier (Anonim, 2006).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien demam tifoid
di Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tahun 2016 dengan melihat data
rekam medik pada pasien demam tifoid dapat disimpulkan bahwa jenis antibiotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang digunakan adalah klorampenikol, sefadroksil, seftriakson, amoksisilin,
thiampenikol, sefiksim, sefoperason, sefotaksim, seftispzim, meropenem,
azitromisin, siprofloksasin dan levofloksasin. Hasil evaluasi penggunaan
antibiotika yang paling banyak digunakan untuk terapi demam tifoid di Rumah
Sakit Stella Maris Makassar tahun 2016 adalah golongan sefalosporin generasi
ketiga yaitu seftriakson karena seftriakson merupakan standar terapi untuk
demam tifoid di Rumah Sakit tersebut.
Saran
Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan maka saran yang dapat
diberikan yaitu:
1. Perlu adanya pemantauan dalam penggunaan antibiotika oleh apoteker dan
tenaga medis di Rumah Sakit yang bersangkutan untuk mendapatkan
penggunaan antibiotika yang tepat.
2. Perlu adanya peran dan pengawasan apoteker untuk mengendalikan
penggunaan antibiotika pada pasien sehingga tidak jauh melebihi standar
WHO.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Daftar Pustaka
Ali, S., 2006, Thypoid Fever, Gildeprints, Netherland, pp 25 – 43.
Anonim, 2006, Pedoman Pengendalian Demam Tifoid, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2010, Guidelines For ATC Classification and DDD assigment 2011,
World Health Organization Collaboring Centre For Drug Statistics
Methodology, Olso.
Brush, J., 2010 Thypoid Fever : Treatment and Medication http://
emedicine.medscape.com/article.2311535, diakses tanggal 1 April 2016.
Bueno, S.C. and Stull, T.L., 2009, Antibacterial Agents in Pediaatrics, Infect Dis
Clin N Am, 23 : 865-880.
Chen, K. dan Pohan, H.T., 2008, Penatalaksanaan Terkini Demam Tifoid,
http://medicineforthesoul.multiply.com/journal/item/8, diakses tanggal 10
Juni 2016.
Departemen Kesehatan RI, 2013, Profil Kesehatan Indonesia 2012,
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia-2013.pdf, diakses 10 November 2017.
Grayson, M.L., Crowe, S.M., McCharthy., J.S, dkk., 2010, Kucer’s The Use in
Antibiotic: A Clinical Review of Antibacterial, Taylor & Prancis Grpu[,
LLC, http//books.google.co.id, diakses tanggal 10 April 2017.
Gunawan, S., Setiabudi, R., Nafrialdi, Elysabeth, (Ed), 2009, Farmakologi dan
Terapi, Edisi 5, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal 585-595.
Hammad, O., Hifnawy, T., Omran, D., Anwar, M., Tantawi, E., & Girgins, N.,
2011, Ceftriaxone versus Chloramphenicol for Treatment of Acute
Typhoid Fever, Life Science Journal, 8 (2), 100-105.
Hapsari, I.S., 2015 Evaluasi Penggunaan Antibioika Pada Pasien Dewasa Demam
Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014,
Skripsi, Universitas Muhammadiyah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, pp 15, 21, 35-36.
Lacy, C.F., L.L., and Goldman , M.P.,2006, Drug Information Handbook: A
Comprehensive Resourceof All Clinicians and Healthcare Professionals,
Lexi-Comp Inc., USA, pp. 149-1089.
Laras, W. N., 2012, Kuantitas penggunaan Antibiotikadi Bangsal Bedah dan
Obstetri-Ginekologi RSUP Dr. Kariadi setelah kampanye PP-PPRA,
Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Leeser, C., & Samuel, I., 2001, Harrison’s Principles of Interna Medicine, Edisi
15, McGraw – Hill Companies, New York.
Leekha, S., Terrel, C.L., Edson., 2011, General Principlesof Antimicrobial
Therapy, Mayo Clinic Proocedings, 86 (2), 156-167.
Nouwen, JL., 2009, Controlling Antibiotic Use and Resistence, Clin. Infect. Dis,
42:776-777.
Parry, C.M., V. A., Phuong, L. T., Van Be Bay, P., Lanh., M. N., Tung, L. T., et
al, 2007, Randomized Controlled Comparison of Ofloxacin, Azthromycin,
and an Ofloxacin-Azithromycin Combination for Treatment of Multidrug-
Resistant ang Nalidixid Acid-Resistand Typhoid Fever. Antimicribial
Agents and Chemotherapy, 51 (3), 819-825.
Rahman, A., Humardewayanti, R., & Pramono, D., Faktor-faktor Risiko Yang
Berpengaruh Terhadap Kajian Demam Tifoid Pada Orang Dewasa. Berita
kedokteran Masyarakat, 25 (4), 176-175.
Roespandi, H., dan Nurhamzah, W., Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal.
167-168.
Salehifar et al., 2015 Drug Use evaluation of meropenem at a tertiary care
university hospital: A report from Northem Iran. Journal of Research in
Pharmacy Practice, pp 220-225.
Sherwal, B.L., Dhamija, R.K., Ranhawa, V.S., Jais, M., Kaintura, A., and Kumar,
M., 2004, A Comparative Study of Typhidot and WidalTest in Patiens of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Typhoid Fever, Journal Indian Academy of Clinical Medicine, Vol. 5, No
3. Pp. 244-246.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2007, Obat – obat Penting, Khasiat, Penggunaan,
dan Efek Sampingnya, Edisi VI, cetakan pertama, hal 65-83, Penerbit PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Widodo, D., 2008, Demam Tifoid, Departemen Ilmu penyakit Dalam FKUI,
Jakarta.
World Health Organization, 2003, Backround Document: The Diagnosis,
Treatment, and Prevention of Thypoid Fever,World Health Organization,
http://whqlibdoc.int/hq/2003WHO_V&B_03.07. Pdf, diakses pada tanggal
21 Maret 2016.
World Health Organization, 2013, ATC/DDD index,
http://www.whoc.no/atc_ddd_index/, diakses tanggal 25 Mei 2016.
World Health Organization, 2015, Tyhhoid Fever,
http://www.who.int/topics/typhoid_fever/en/, diakses tanggal 20 April
2016.
World Health Organization, 2016, Guadeline for ATC Drug Classification ang
DDD, Assignment 2013,
http://www.whocc.no/filearchive/publication/1_2016guadeline.pdf,
diakses tanggal 25 Mei 2016. World Health Organization, 2013,
ATC/DDD index, http://www.whoc.no/atc_ddd_index/, diakses tanggal 25
Mei 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 1. Nilai DDD yang terdapat dalam ATC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 2. Lembar/ Form data dasar pasien
No
No. RM
Nama Umur
Jenis kelamin
Tanggal masuk
Tanggal keluar
Dx penyakit
Tujuan keluar
Riwayat
Lampiran 3. Lembar data/Form penggunaan antibiotika
No Nama Antibiotika
Dosis Antibiiotika (g)
Rute Pemakaian
Aturan Pemakaian
Jumlah Pemakian (g)
Total Pemakain (g)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 4. Uraian lengkap data lama rawat inap pasien demam tifoid rawat
inap di Rumah SakitStella Maris Makassar tahun 2016
Januari Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
5 4 3 5 4 4 4 5 4 7 4 7
9 3 3 5 4 5 4 3 9 7 3 4
4 4 7 4 3 3 3 3 7 7 3 3
6 6 3 12 5 3 5 4 3 5 6
5 4 6 5 3 5 3 5 7 7 3
5 3 3 6 3 3 3 5 3 3
3 6 3 3 3 4 3 3 4
4 4 4 7 3 3 5 3 5
9 3 6 5 5 4 4 3 3
6 5 4 3 3 3 3
7 3 5 4 5 3 4
4 3 3 3 3
10 5 3 3 4
5 5
5
77 63 58 65 48 34 40 11 43 53 22 26
Total LOS 540
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 5. Regimen Dosis Harian Penggunaan Antibiotika Pasien Demam Tifoid dan Perhitungan nilai Defined Daily Dose (DDD) 100 patient-days
Pasien Regimen Antibiotika LOS Total gram antibiotika yang digunakan oleh pasien
P 1 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
5 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 2 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (9 kali pemberian)
9 hari [(9x1)x1 g = 9 gram
Meropenem (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian) [(6x1)x1 g = 6 gram
P 3 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
4 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
P 4 Amoxicilin (500 mg/tab) 3x1 (18 kali pemberian)
6 hari
[(18x1)x 500 mg = 9000 mg = 9 gram
P 5 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
5 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 6 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
5 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
Cefixime 100 mg 4 tab [(4x1)x 100 mg = 400 mg
= 0,4 gram
P 7 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (5 kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
P 8 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
4 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
P 9 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (9 kali pemberian)
9 hari [(9x1)x1 g = 9 gram
Amoxicilin (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 10 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
6 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
Cefixime 100 mg 6 tab [(6x1)x 100 mg = 600 mg
= 0,6 gram
P 11 Cefatoxime (1g/inj) 2x1 inj (12 kali pemberian)
7 hari [(12x1)x1 g = 12 gram
P 12 Levofloxacin (500 mg/tab) 1x1 (4 kali pemberian)
4 hari
[(4x1)x 500 mg = 2000 mg = 2 gram
P 13 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (10 kali pemberian)
10 hari [(10x1)x1 g = 10 gram
Amoxicilin (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
P 14 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
4 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
P 15 Cloramfenicol (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 16 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
4 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
P 17 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (9 kali pemberian)
6 hari [(9x1)x1 g = 9 gram
P 18 Ceftizoxime (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
4 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
P 19 Cefadroxil (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 20 Cefatoxime (1g/inj) 2x1 inj (10 kali pemberian)
6 hari [(10x1)x1 g = 10 gram
P 21 Cefixime (100 mg/tab) 2x2 (16 kali pemberian)
4 hari
[(16x1)x 100 mg = 1600 mg = 1,6 ggram
P 22 Amoxicilin (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 23 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
5 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 24 Cefadroxil (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 25 Ciprofloxacin (500 mg/tab) 2x1 (6kali pemberian)
3 hari
[(6x1)x 500 mg = 3000 mg = 3 gram
P 26 Cloramfenicol (500 mg/tab) 3x1 (15 kali pemberian)
5 hari
[(15x1)x 500 mg = 7500 mg = 7,5 gram
P 27 Genikol (500 mg/tab) 3x1 (15 kali pemberian)
5 hari
[(15x1)x 500 mg = 7500 mg = 7,5 gram
P 28 Ceftriaxone (1g/inj) 3x1 inj (8 kali pemberian)
5 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 29 Azithromycin (500 mg/tab) 1x1 (3 kali pemberian)
3 hari
[(3x1)x 500 mg = 1500 mg = 1,5 gram
P 30 Genicol (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 31 Ceftizoxime (1g/inj) 2x1 inj (11 kali pemberian)
7 hari [(11x1)x1 g = 11 gram
Genicol 500 mg 9 tab [(9x1)x 500 mg = 4500 mg
= 4,5 gram
P 32 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (5 kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
P 33 Cefixime (100 mg/tab) 2x1 (12 kali pemberian)
6 hari
[(12x1)x 100 mg = 1200 mg = 1,2 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
P 34 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (5kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
P 35 Cefixime (100 mg/tab) 2x1 (6 kali pemberian)
3 hari
[(6x1)x 100 mg = 600 mg =0,6 gram
P 36 Ciprofloxacin (200mg/inj) 2x1 inj (7 kali pemberian)
4 hari
[(7x1)x 200 mg = 1400 mg = 2,8gram
P 37 Meropenem (1g/inj) 2x1 inj (10 kali pemberian)
6 hari [(10x1)x1 g = 10 gram
P 38 Ciprofloxacin (200 mg/inj) 2x1 inj (7 kali pemberian)
4 hari
[(7x1)x 200 mg = 1400mg = 1,4 gram
P 39 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj ( kali pemberian)
5 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 40 Cloramfenicol (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 41 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (4 kali pemberian)
3 hari [(4x1)x1 g = 4 gram
P 42 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
5 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 43 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (4 kali pemberian)
5 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
Cefadroxil 500 mg 6 tab [(6x1)x 500 mg = 3000 mg
= 3 gram
P 44 Amoxicilin (500 mg/tab) 3x1 (15 kali pemberian)
5 hari
[(15x1)x 500 mg = 7500 mg = 7,5 gram
P 45 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
4 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
P 46 Cefriaxone (1g/inj) 2x1 inj (14 kali pemberian)
12 hari [(14x1)x1 g = 14 gram
P 47 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
5 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
Cefadroxil 500 mg 2 tab [(2x1)x 500 mg = 1000 mg
= 1 gram
P 48 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (9 kali pemberian)
6 hari [(9x1)x1 g = 9 gram
Amoxicilin (500 mg/tab) 3x1 ( kali pemberian)
[(3x1)x 500 mg = 1500 mg = 1,5 gram
P 49 Azithromycin(500 mg/tab) 1x1 (3 kali pemberian)
3 hari
[(3x1)x 500 mg = 1500 mg = 1,5 gram
P 50 Cefatoxime (1g/inj) 2x1 inj (10 kali pemberian)
7 hari [(10x1)x1 g = 10 gram
P 51 Amoxicilin (500 mg/tab) 3x1 (15 kali pemberian)
5 hari
[(15x1)x 500 mg = 7500 mg = 7,5 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
P 52 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (3 kali pemberian)
3 hari [(3x1)x1 g = 3 gram
Cefixime 100 mg tab [(3x1)x 100 mg = 300 mg
= 0,3 gram
P 53 Ceftizoxime (1g/inj) 2x1 inj (7 kali pemberian)
4 hari [(7x1)x1 g = 7 gram
P 54 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (5kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
Levofloxacin (500 mg/tab) 1x1 (4 kali pemberian)
5 hari
[(5x1)x 500 mg = 2500 mg = 2,5 gram
P 56 Meropenem (1g/inj) 2x1 inj (7 kali pemberian)
4 hari [(7x1)x1 g = 7 gram
P 57 Ceftizoxime (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
4 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 58 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (5 kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
P 59 Ceftizoxime (1g/inj) 2x1 inj (10 kali pemberian)
5 hari [(10x1)x1 g = 10 gram
P 60 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (5 kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
P 61 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (5 kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
P 62 Levofloxacin (500 mg/inj) 1x1 inj (3 kali pemberian)
3 hari [(3x1)x500 mg = 1,5 gram
P 63 Ceftizoxime (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
4 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 64 Meropenem (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
5 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 65 Klorampenikol (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 66 Cefriaxone (1g/inj) 2x1 inj (4 kali pemberian)
5 hari [(4x1)x1 g = 4 gram
Cefixime 200 mg 6 tab [(6x1)x 200 mg = 1200 mg
=1,2 gram
P 67 Amoxicilin (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 68 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (7 kali pemberian)
4 hari [(7x1)x1 g = 7 gram
P 69 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (7 kali pemberian)
4 hari [(7x1)x1 g = 7 gram
P 70 Cefixime (200 mg/tab) 2x1 (9 kali pemberian)
5 hari
[(9x1)x 200 mg = 1800 mg = 1,8 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
P 71 Cefotaxime (1g/inj) 3x1 inj (8 kali pemberian)
3 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 72 Meropenem (1g/inj) 2x1 inj (5 kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
P 73 Genicol (500 mg/tab) 3x1 (11 kali pemberian)
5 hari
[(11x1)x 500 mg =5500 mg = 5,5 gram
Ceftizoxime (1g/inj) 2x1 inj (11 kali pemberian) [(9x1)x1 g = 9 gram
P 74 Cefriaxone (1g/inj) 2x1 inj (4 kali pemberian)
3 hari [(4x1)x1 g = 4 gram
P 75 Cefotaxime (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
4 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 76 Cefixime (200 mg/tab) 2x1 (6 kali pemberian)
3 hari
[(6x1)x 200 mg = 1200 mg = 1,2 gram
P 77 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
4 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
P 78 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (4 kali pemberian)
4 hari [(4x1)x1 g = 4 gram
Cefadroxil 500 mg 2 tab [(2x1)x 500 mg = 1000 mg
= 1 gram
P 79 Ciprofloxacin (200mg/inj) 2x1 inj (7 kali pemberian)
4 hari
[(7x1)x 200 mg = 1400 mg = 2,8gram
P 80 Cefadroxil (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 81 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
5 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 82 Cloramfenicol (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 83 Amoxicilin (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
P 84 Levofloxacin (1vial/inj) 1x1 inj (3 kali pemberian)
3 hari [(3x1)x500 mg = 1,5 gram
P 85 Genicol (500 mg/tab) 3x1 (12 kali pemberian)
5 hari
[(13x1)x 500 mg = 6500 mg = 6,5 gram
P 86 Ciprofloxacin (200mg/inj) 2x1 inj (7 kali pemberian)
4 hari
[(7x1)x 200 mg = 1400 mg = 2,8gram
P 87 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (4 kali pemberian)
3 hari [(4x1)x1 g = 4 gram
P 88 Cefotaxime (1g/inj) 2x1 inj (5 kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
P 89 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
5 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
P 90 Levofloxacin (1g/inj) 1x1 inj (3 kali pemberian)
3 hari [(3x1)x500 mg = 1,5 gram
P 91 Ceftizoxime (1g/inj) 2x1 inj (4 kali pemberian)
3 hari [(4x1)x1 g = 4 gram
P 92 Cefixime (200 mg/tab) 2x1 (7 kali pemberian)
4 hari
[(7x1)x 200 mg = 1400 mg = 1,4 gram
P 93 Meropenem (1g/inj) 2x1 inj (12 kali pemberian)
9 hari [(12x1)x1 g = 12 gram
P 94 Levofloxacin (1g/inj) 1x1 inj (3 kali pemberian)
7 hari [(3x1)x500 mg = 1,5 gram
Levofloxacin (500 mg/tab) 1x1 (3 kali pemberian)
[(3x1)x 500 mg = 1500 mg = 1,5 gram
P 95 Cefotaxime (1g/inj) 2x1 inj (7 kali pemberian)
4 hari [(7x1)x1 g = 7 gram
P 96 Meropenem (1g/inj) 2x1 inj (8 kali pemberian)
5 hari [(8x1)x1 g = 8 gram
P 97 Meropenem (1g/inj) 2x1 inj (9 kali pemberian)
5 hari [(9x1)x1 g = 9 gram
P 98 Ceftizoxime (1g/inj) 2x1 inj (4 kali pemberian)
3 hari [(4x1)x1 g = 4 gram
P 99 Amoxicilin (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg =4500 mg = 4,5 gram
P 100 Ciprofloxacin (200 mg/inj) 2x1 inj (12 kali pemberian)
7 hari
[(12x1)x200 mg = 2400 mg = 2,4gram
P 101 Seftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (10 kali pemberian)
7 hari [(10x1)x1 g = 10 gram
P 102 Levofloxacin (500 mg/tab) 1x1 (4 kali pemberian)
7 hari
[(4x1)x 500 mg = 2000 mg = 1,5 gram
P 103 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (5 kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
P 104 Cefotaxime (1g/inj) 2x1 inj (9 kali pemberian)
7 hari [(9x1)x1 g = 9 gram
Cefixime 200 mg 4 Tab (4x1)x200 mg = 800 mg
= 0,8 gram
P 105 Levofloxacin (500 mg/tab) 1x1 (3 kali pemberian)
3 hari
[(3x1)x 500 mg = 1500 mg = 1,5 gram
P 106 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (7 kali pemberian)
4 hari [(7x1)x1 g = 7 gram
P 107 Genicol (500 mg/tab) 3x1 (15 kali pemberian)
5 hari
[(15x1)x 500 mg = 75000 mg = 7,5 gram
P 108 Genicol (500 mg/tab) 3x1 (9 kali pemberian)
3 hari
[(9x1)x 500 mg = 4500 mg = 4,5 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
P 109 Ciprofloxacin (500 mg/tab) 2x1 (6 kali pemberian)
3 hari
[(5x1)x 500 mg = 2500 mg = 2,5 gram
P 110 Levofloxacin (1g/inj) 1x1 inj (4 kali pemberian)
4 hari [(4x1)x 500 mg = 2 gram
P 111 Levofloxacin (1vial/inj) 1x1 inj (3 kali pemberian)
4 hari [(3x1)x500 mg = 1,5 gram
P 112 Ciprofloxacin (200 mg/inj) 2x1 inj (4 kali pemberian)
3 hari
[(4x1)x 200 mg = 800 mg = 0,8 gram
Ciprofloxacin 500 mg 2 tab [(2x1)x 500 mg = 1000 mg
= 1 gram
P 113 Cloramfenicol (500 mg/tab) 3x1 (6 kali pemberian)
3 hari
[(6x1)x 500 mg = 2000 mg = 3 gram
P 114 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
5 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
Cloramfenicol 500 mg 4 tab [(4x1)x 500 mg = 2000 mg
= 2 gram
P 115 Cloramfenicol (500 mg/tab) 3x1 (20 kali pemberian)
14 hari
[(20x1)x 500 mg = 10000 mg = 10 gram
P 116 Cefriaxone (1g/inj) 3x1 inj (8 kali pemberian)
4 hari [(9x1)x1 g =8 gram
P 117 Cefoperazone (1g/inj) 2x1 inj (5 kali pemberian)
3 hari [(5x1)x1 g = 5 gram
P 118 Cefixime (200 mg/tab) 2x1 (12 kali pemberian)
6 hari
[(12x1)x 200 mg = 2400 mg = 2,4 gram
P 119 Meropenem (1g/inj) 2x1 inj (6 kali pemberian)
3 hari [(6x1)x1 g = 6 gram
P 120 Ceftriaxone (1g/inj) 2x1 inj (4 kali pemberian)
3 hari [(4x1)x1 g = 4 gram
Total LOS (Lenght of Stay) 540 hari
DDD Kloramfenikol 100 patient – days
=jumlah gram AB kloramfenikol yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO kloramfenikol dalam gram𝑋
100total LOS
=40,5
3 𝑋
100540
= 2,50
DDD Thiamfenikol 100 patient – days
=jumlah gram AB thiamfenikol yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO thiamfenikol dalam gram𝑋
100total LOS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
=40,51,5
𝑋100540
= 5,00
DDD Amoksisilin 100 patient – days
=jumlah gram AB amoksisilin yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO amoksisilin dalam gram𝑋
100total LOS
=55,5
1𝑋
100540
= 10,28
DDD Sefadroksil 100 patient – days
=jumlah gram AB sefadroksil yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO sefadroksil dalam gram𝑋
100total LOS
=18,5
2𝑋
100540
= 1,71
DDD Sefatoksim 100 patient – days
=jumlah gram AB sefatoksim yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO sefatoksim dalam gram𝑋
100total LOS
=694𝑋
100540
= 3,19
DDD Seftriakson 100 patient – days
=jumlah gram AB seftriakson yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO seftriakson dalam gram𝑋
100total LOS
=170
2𝑋
100540
= 15,74
DDD Seftizosim 100 patient – days
=jumlah gram AB seftizosim yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO seftizosim dalam gram𝑋
100total LOS
=6724
𝑋100540
= 3,10
DDD Sefiksim 100 patient – days
=jumlah gram AB sefiksim yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO sefiksim dalam gram𝑋
100total LOS
=13,50,4
𝑋100540
= 6,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
DDD Sefoperason 100 patient – days
=jumlah gram AB sefoperasone yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO sefoperason dalam gram𝑋
100total LOS
=125
4𝑋
100540
= 5,79
DDD Meropenem 100 patient – days
=jumlah gram AB meropenem yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO meropenem dalam gram𝑋
100total LOS
=712𝑋
100540
= 6,57
DDD Azithromycin 100 patient – days
=jumlah gram AB sefiksim yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO sefiksim dalam gram𝑋
100total LOS
=3
0,3𝑋
100540
= 1,85
DDD Siprofloksasin parental 100 patient – days
=jumlah gram AB siprofloksasin (P) yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO siprofloksasin parental dalam gram𝑋
100total LOS
=11,60,5
𝑋100540
= 4,30
DDD Siprofloksasin Oral 100 patient – days
=jumlah gram AB siprofloksasin (O) yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO siprofloksasin (O) dalam gram𝑋
100total LOS
=6,51𝑋
100540
= 1,20
DDD Levofksasin Parental 100 patient – days
=jumlah gram AB levofloksasin (P) yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO levofloksasin parental dalam gram𝑋
100total LOS
=9,50,5
𝑋100540
= 3,52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
DDD Levofksasin Oral 100 patient – days
=jumlah gram AB levofloksasin (O) yang digunakan oleh pasien
Standar DDD WHO levofloksasin oral dalam gram𝑋
100total LOS
=9
0,5𝑋
100540
= 3,33
Total nilai DDD 100 patient – days untuk semua jenis antibiotika
= DDD kloramfenikol + DDD thiampenikol + DDD amoksisilin + DDD
sefadroksil + DDD sefatoksim + DDD seftizosim + DDD sefiksim + DDD
sepoferason + DDD meropenem + DDD azithromicyn + DDD siprofloksasin +
DDD levofloksasin
= 2,50 + 5,0 + 10,28 + 1,71 + 3,19 + 15,74 + 3,10 + 6,25 + 5,79 + 6,57 + 1,85 +
4,30 + 1,20 + 3,52 + 3,33 = 74,34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Biografi Penulis
Penulis bernama lengkap Serlina Patattan (Sr.
Beatrix JMJ) lahir di Tana Toraja, pada
tanggal 20 April 1987 dari pasangan Andreas
Sampe dan Mariana Sonda. Penulis
menempuh pendidikan di SD Negeri 150
Perindingan (1993-1999), SMP Negeri 6
Mengkendek (1999-2002), SMA Katolik
Makale (2002-2005). Setelah itu pada tahun
2007 masuk biara Konggregasi Jesus Maria
Joseph (JMJ) sampai sekarang. Pada tahun
2012 di utus oleh Konggregasi untuk
melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan di
Fakultas Farmasi, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu Herbal Team
Garden (HGT) terlibat dalam penyuluhan desa mitra dan juga masuk dalam
kepanitiaan dalam kegiatan HGT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI