EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209...

20
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN COMMUNITY- ACQUIRED PNUEMONIA RAWAT INAP DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Oleh: MISS ILYANA SAMA K 100 130 209 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209...

Page 1: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN COMMUNITY-

ACQUIRED PNUEMONIA RAWAT INAP

DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2016

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi

Oleh:

MISS ILYANA SAMA

K 100 130 209

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

i

Page 3: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

ii

Page 4: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

iii

Page 5: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

1

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN COMMUNITY- ACQUIRED

PNUEMONIA RAWAT INAP

DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2016

ABSTRAK

Community-acquired pneumonia (CAP) merupakan infeksi akut pada jaringan paru atau

secara umum dikenal sebagai radang paru. Pada umumnya terapi empiris untuk penyakit

pneumonia yang digunakan adalah agen antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tepat

dan rasional memberikan dampak efektif termasuk dari segi biaya dengan peningkatan

efek terapeutik klinis, meminimalkan terjadinya resistensi dan toksisitas obat.

Penelitian ini termasuk penelitian jenis observasional (non-eksperimental), dengan

pengambilan data secara retrospektif dengan melihat data rekam medik pasien CAP dan

data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel sebanyak 47 pasien

untuk mendapatkan gambaran mengenai adanya ketepatan pemberian antibiotik pada

pasien CAP untuk analisis ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan obat, dan

ketepatan dosis. Hasil penelitian evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien CAP

adalah menggunakan antibiotik 100% tepat indikasi, 100% tepat pasien, 55,31% tepat

obat, dan 38,29% tepat dosis. Kemudian, dari evaluasi tersebut didapatkan hasil

penggunaan antibiotik yang rasional sebesar 18 pasien (38,29%).

Kata Kunci: Community-acquired Pneumonia, antibiotik, tepat indikasi, tepat pasien,

tepat obat, tepat dosis.

ABSTRACT

Community-acquired pneumonia (CAP) is an acute infection of lung tissue or commonly

known as pneumonia. In general, empirical therapy for pneumonia disease used is an

antibiotic agent. The appropriate and rational use of antibiotics provides cost-effective,

cost-effective effects with increased clinical therapeutic effects, minimizing drug

resistance and toxicity.

This study included observational (non-experimental) type research, with retrospective

data retrieval by looking at CAP patients medical record data and the data obtained

were analyzed descriptively. Sampling of 47 patients to get an idea of the accuracy of

antibiotics in patients with CAP to analysis the appropriat indication that were given,

the patient, medication and appropriate dose.The results of the evaluation of antibiotic

usage were 100% precise indication, 100% precise patient, 55,31%, precise drug, and

38,29% precise dose. Then, from this evaluation showed that 18 patients (38,29%) use

of antibiotic were rational.

Keywords:Community-acquired pneumonia, antibiotics, appropriate indications,

appropriate patient, appropriate drug, appropriate dose.

Page 6: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

2

1. PENDAHULUAN

Community-acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia komuniti merupakan salah satu

penyebab utama kejadian rawat inap di masyarakat dan kematian di seluruh dunia. Pemilihan

pengobatan CAP biasanya direkomendasikan berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit pasien.

Pengobatan CAP dikatakan baik berdasarkan dari tingkat perawatan yang dibutuhkan atau atas

dasar skor resiko prognostik (Postma, et al., 2015).

Menurut Mahalastri (2014), pneumonia dapat diartikan sebagai infeksi akut pada jaringan

paru atau secara umum dikenal sebagai radang paru. Bakteri penyebab pneumonia yaitu

Streptococcus pneumonia yang merupakan flora normal tenggorokan manusia yang sehat. Namun

apabila daya tahan tubuh menurun disebabkan oleh usia tua, gangguan kesehatan, maupun asupan

gizi, setelah menginfeksi bakteri tersebut akan memperbanyak diri. Penyebaran infeksi dapat terjadi

dengan cepat keseluruh tubuh kerana melalui pembuluh darah. Gejala klinis secara umum CAP

adalah suhu tubuh ≥38°C, batuk, sputum, peningkatan angka leukosit, pemeriksaan fisik ditemukan

adanya konsolidasi, suara napas brochial dan ronki (PDPI, 2003).

Pada pengobatan utama umumnya terapi empiris untuk penyakit pneumonia yang digunakan

adalah agen antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tepat dan rasional memberikan dampak efektif

termasuk dari segi biaya dengan peningkatan efek terapeutik klinis, meminimalkan terjadinya

resistensi dan toksisitas obat (Kementrian kesehatan RI, 2011). Sedangkan penggunaan antibiotik

yang tidak tepat dan tidak rasional memberikan berbagai permasalahan seperti ketidaksembuhan

penyakit, meningkatkan resiko efek samping obat dan resistensi terhadap antibiotik selain

berdampak pada morbiditas dan mortalitas juga memberi dampak negatif dari segi ekonomi dan

sosial yang sangat tinggi (Nurmala, et al., 2015).

Pada penelitian sebelumnya (Kamal and Cholisoh, 2015) yang menggunakan metode

purposive sampling menyebutkan bahwa dari 28 pasien dewasa yang terdiagnosis pneumonia,

ditemukan penggunaan cefixime (57,14%), cefadroxil (3,57%), levofloxacin (21,42%), ceftazidime

(7,14%), dan cefotaxime (10,71%). Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien, tepat

obat, dan tepat dosis berdasarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003, diperoleh

ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan pasien 100%, ketepatan obat 100%, ketepatan obat

sebesar 100%, dan ketepatan dosis sebesar 78,571%. Kemudian dari evaluasi tersebut didapatkan

hasil penggunaan antibiotik yang rasional sebesar 22 pasien (78,571%). Berdasarkan latar belakang

diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien

community-acquired pneumonia (CAP) rawat inap sebagai tanggung jawab farmasis dalam rangka

mempromosikan penggunaan antibiotik yang rasional dan efektif agar tidak merugikan pasien.

Page 7: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

3

2. METODE

Penelitian ini dilakukan dengan metode non eksperimental dengan pengambilan data secara

retrospektif dan data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Kriteria inklusidari penelitian yaitu Pasien rawat inap dengan diagnosis CAP dan tertera

pada rekam medis di RSUD Dr. Moewardi tahun 2016, Pasien CAP yang mendapat antibiotik

sebagai pengobatan, Pasien dewasa yang berusia ≥ 17 tahun, 4. Data rekam medis pasien CAP

yang digunakan meliputi : no rekam medis, data demografi (usia dan jenis kelamin), terapi (nama

obat, rute pemberian, dosis, frekuensi pemberian), data suhu badan awal (saat masuk) dan suhu

badan akhir (saat keluar dari RS), data pemeriksaan laboratorium (jumlah leukosit), tanggal masuk

dan keluar rumah sakit, dan kondisi pasien pulang. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini

adalah pasien yang terdiagnosa CAP dengan penyakit infeksi lain yang mendapatkan lebih dari 1

obat dan meninggal.

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

Pneumonia komuniti di Indonesia (PDPI) tahun 2003 dan buku Informatorium Obat Nasional

Indonesia (IONI) tahun 2008 sebagai acuan dalam penentuan ketepatan pemberian antibiotik.

Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu data rekam medis pasien CAP di instalasi rawat inap

di RSUD Dr. Moewardi tahun 2016.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Pasien Secara Umum

Jumlah populasi dari pasien CAP di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2016 sebanyak

1582 pasien. Dari 1582 pasien dengan diagnosis penyakit paru yang hidup sebanyak 976 rekam

medik pasien dan sampel yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak 48 pasien yang

memenuhikriteria inklusi dan kriteria eksklusi.Penolakan data sebanyak 928 rekam medik

dikarenakan data yang diambil hanya pada pasien dewasa yang berusia ≥17 tahun, data yang ada

didalam rekam medik pasien kurang lengkap seperti pasien tidak tercantum umur, berat badan,

dosis yang digunakan, tidak ada penggunaan antibiotik, dan pasien yang terdiagnosis penyakit

infeksi lain.

3.2 Karakteristik Pasien berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Data yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 47 pasien yang dikelompokkan

berdasarkan jenis kelamin dan usia. Tabel 3 menunjukkan data dari pasien yang terdiagnosis CAP

rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2016.

Page 8: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

4

Tabel 1. Distribusi jenis kelamin dan usia pasien CAP rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2016

Usia

(Depkes RI , 2009)

Jenis kelamin Jumlah pasien Persentase (%)

(N=47) Laki-laki Perempuan

17-25 tahun

26-35 tahun

36-45 tahun

46-55 tahun

56-65 tahun

>65 tahun

Jumlah

1

2

2

6

4

11

26

0

1

2

3

7

8

21

1

3

4

9

11

19

47

2,12

6,38

8,51

19,14

23,40

40,42

Berdasarkan dari Tabel 3, diketahui bahwa jumlah pasien CAP rawat inap di RSUD Dr.

Moewardi tahun 2016 usia ≥65 tahun yaitu 19 pasien (40,42%) yang merupakan jumlah pasien

dengan jumlah terbanyak dibandingkan pasien CAP yang usia 17-25 tahun dengan jumlah 1 pasien,

usia 26-35 tahun dengan jumlah 3 pasien, 46-55 tahun dengan jumlah 4 pasien, dan usia 56-65

tahun dengan jumlah 9 pasien. Hal ini dikeranakan penyakit pneumonia komunitas atau CAP

merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai dan mempunyai dampak yang

signifikan di seluruh dunia, meskipun dapat diderita oleh semua umur tetapi risiko tertinggi adalah

pada anak-anak dan usia lanjut. Pada pasien yang dirawat di rumah sakit berusia ≥65 tahun,

pneumonia adalah diagnosis terbanyak ketiga. Angka ini menjadi semakin penting mengingat

bahwa diperkirakan sebanyak 20% dari penduduk dunia akan berusia lebih dari 65 tahun di tahun

2050 (Elza Febria Sari, et al., 2016).

Berdasarkan jenis kelamin pasien laki-laki lebih banyak terjadi dibanding jenis kelamin

pasien perempuan yaitu laki-laki sebanyak 26 pasien dan perempuan sebanyak 21 pasien.

3.3 Pasien Berdasarkan Gejala

Data gejala pada pasien yang diagnosis CAP di RSUD Dr. Moewardi tahun 2016 dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Gejala pada pasien CAP rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2016

Gejala masuk rumah sakit Frekuensi Persentase (%) (N=47)

Sesak nafas 22 46,80

Lemas/Lemah 14 29,78

Demam/panas 12 25,53

Batuk 10 21,27

Nyeri dada 5 10,63

Dahak 3 6,38

Gejala pada penderita CAP yang didapatkan pemeriksaan klinis ditandai dengan sesak nafas,

batuk, demam, sputum produktif (dahak), nyeri dada, dan lamas/lemah (Elza Febria Sari, et al.,

2016).

Page 9: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

5

Jika dilihat pada Tabel 2 gejala sesak nafas merupakan yang paling banyakterjadi pada

pasien CAP. Angka terjadi sesak nafas sebanyak 22 kasus (46,80%), diikuti dengan gejala

lemas/lemah sebanyak 14 kasus (29,78%),demam 12 kasus (25,53%), batuk 10 kasus (21,27%),

nyeri dada 5 kasus (10,63), dan dahak 3 kasus (6,38%).

3.4 Karakteristik Obat Antibiotik

3.4.1 Pengobatan Dengan Antibiotik

Penggunaan antibiotik yang tepat dan rasional memberikan dampak efektif termasuk dari segi

biaya dengan peningkatan efek terapeutik klinis dan diharapkan angka terjadinya resistensi dan

toksisitas akibat antibiotik menurun(Kementrian kesehatan RI, 2011). Sedangkan penggunaan

antibiotik yang tidak tepat dan tidak rasional memberikan berbagai permasalahan seperti

ketidaksembuhan penyakit, meningkatkan resiko efek samping obat dan resistensi terhadap

antibiotik selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas juga memberi dampak negatif dari segi

ekonomi dan sosial yang sangat tinggi (Nurmala, et al., 2015).

Penelitian mengenai penggunaan antibiotik di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi

Tahun 2016 berdasarkan jenis antibiotik yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis antibiotik yang digunakan pada pasien CAP rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2016

Jenis antibiotik Bentuk

sediaan

Frekuensi Nomor pasien Persentase

(N=47)

Tunggal

Cefriaxone Parenteral 16 3,4,7,8,9,14,16,18,26,28,

29,38,40,43,44, 47

34,04

Levofloxacin Parenteral 4 1,15,19,42 8,51

Ciprofloxacin Parenteral 2 17,30 4,25

Ceftazidime Tablet 2 6,25 4,25

Azitromicin Tablet 1 32 2,12

Tripenem Parenteral 1 33 2,12

Imipenem Parenteral 1 20 2,12

Jumlah 27 57,44

Kombinasi

Cefriaxone+ Azitromicin

Cefriaxone+ Levofloxacin

Gentamicin+Meropenem

Cefriaxone+Levofloxacin+

Gentamicin

Cefriaxone+Makrolid

(Azitromicin,Eritromicim)

+Fluoroquinolon

(Levofloxacin,Ciprofloxacin)

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Parenteral

Parenteral

4

6

1

2

3

24,31,37,45

5,10,12,22,23,36

21

46,48

13,27,39

8,51

12,76

2,12

4,25

6,38

Page 10: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

6

Table 3. Lanjutan

Jenis antibiotik Bentuk

sediaan

Frekuensi

Nomor pasien

Persentase

(N=47)

Cefriaxone+Cefadroxil +

Ciprofloxacin

Cefriaxone+ Gentamicin +

Azitromicin+ Meropenem

Cefriaxone+ Gentamicin +

Azitromicin+ Levofloxacin

Jumlah

Parenteral

Parenteral

Parenteral

1

2

1

20

11

34,41

35

2,12

4,25

2,12

42,55

Berdasarkan Tabel 3, Penggunaan antibiotik rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2016

yang paling banyak digunakan adalah antibiotik dalam bentuk tunggal sebanyak 27 kasus (57,44%)

dan yang digunakan dalam bentuk kombinasi adalah sebanyak 20 kasus (42,55%).

3.5.2 Lama Rawat Inap

Berikut adalah data lengkap dari lama waktu rawat inap pasien CAP yang rawat inap di

RSUD Dr. Moewardi tahun 2016.

Tabel 4. Lama rawat inap pada pasien CAP di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2016

Lama rawat inap Jumlah Persentase (N=47)

˂3 hari 1 2,12%

3-5 hari 8 17,02%

6-10hari 19 40,42%

11-15hari 16 34,04%

˃15 hari 3 6,38%

Berdasarkan Tabel 4, Diketahui bahwa terdapat 19 pasien CAP yang lama rawat inap paling

banyak adalahwaktu 6-10 harirawat inap di RSUDDr. Moewardi tahun 2016. Rawat inap yang

paling lama yaitu 35 hari.

3.5.3 Pengobatan Obat Non Antibiotik

Penggunaan selain antibiotik pada pasien CAP rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2016

juga diberikan pengobatan tambahan untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi, menghindari

morbiditas dan mortilitas.

Tabel 5. Profil penggunaan obat non antibiotikpada pasien CAP rawat InapRSUD Dr. Moewardi Tahun 2016

Kelas terapi Nama obat Frekuensi Persentase

(N=47)

Cairan infus

Nacl

Ringer laktat

Asering

Aminofluid Inf.DS

KCL

20

14

7

4 1

1

42,55%

29,78%

14,89%

8,51% 2,12%

2,12%

Page 11: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

7

Table 5. Lanjutan

Kelas terapi Nama obat Frekuensi Persentase

(N=47)

Analgetik dan antipiretik Parasetamol

Ketorolac

Asam mefenamat

19

1

1

40,42%

2,12%

2,12%

Diuretik

Furosemid Manitol

9 1

19,14% 2,12%

Spironolakton 3 6,38%

Obat angina Isosorbide Dinitrate 1 2,12%

Antigout Allopurinol 1 2,12%

Obat konstipasi Lactulac 2 4,25%

Anti hipertensi

Candesartan

Amlodipin

Valsartan Kaptopril Ramipril

Propanolol

8

6 5 4 1 1

17,02%

12,76% 10,63% 8,51% 2,12% 2,12%

Anti emetik

Ondansetron

Metroklopramid

Domperidon

6

2

1

12,76%

4,25%

2,12%

Batuk dan dahak Codipront 1 2,12%

Mukolitik

Multivitamin

N-Acetyl Cystein

Vitamin B klomplek

Vitamin B12

Asamfolat

Vitamin K

Vitamin C

Curcuma

16

7

5

4

2

1

1

34,04%

14,89%

10,63%

8,51%

4,25%

2,12%

2,12%

Antikanker Leukogen 1 2,12%

Antikonvulsan Diazepam 2 4,25%

Antiaritmia Digoxin

Citicoline

1

1

2,12%

2,12%

Anti Diabetes

Insulin

Lantus

4

2

8,51%

4,25%

Antikolesterol Simvastatin 4 8,51%

Antidiare Loperamid 1 2,12%

Anti tukak Ranitidin 18 38,29%

Omeprazole 16 34,04%

Sucralfat 8 17,02%

Caco3 7 14,89%

Kortikosteroid Metil prednisolon 4 8,51%

Obat konstipasi Lactulac 1 2,12%

Page 12: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

8

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5, Pasien CAP rawat inap yang diberikan cairan

infus. Cairan infus yang diberikan yaitu NaCl, Asering, Ringer Laktat, DS, Aminofluid, dan KCL.

Pemasangan infus tersebut sebagai rehedrasi, koreksi kalori dan elektrolit. Analgetik-antipiretik

diberikan untuk mengatasi gejala demam pada pasien CAP (PDPI,2003). Selain itu juga digunakan

obat berbagai macam untuk mengatasi gejala simptomatis yang diderita pada pasien CAP.

3.6 Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien CAP

Kerasionalan terapi penyakit CAP yang disebabkan oleh infeksi bakteri tergantung pada

penggunaan obat secara rasional yaitu ketepatan pemilihan antibiotik dan dosis

antibiotik.Penggunaan antibiotik dianggap tepat apabila obat apabila obat yang telah diberikan

kepada pasien sesuai dengan kebutuhan, kondisi pasien serta memiliki efek terapi (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2008).Untuk mengetahui kerasionalandigunakan parameter yaitu

tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, dan tepat dosis.

3.6.1 Tepat indikasi

Tepat indikasi adalah pemberian obat apabila sesuai dengan diagnosa dan keluhan yang

diderita olehpasien. Berdasarkan hasil penelitian yaitu semua pasien terdiagnosis CAP sehingga

hasil dari ketetapan indikasi sebanyak 100%. Hal ini dikarenakan penyakit pneumonia penyebab

adalah Streptococcus pneumonia yang merupakan flora normal tenggorokan manusia yang sehat.

Namun pada umumnya terapi empiris untuk penyakit pneumonia yang digunakan adalah agen

antibiotik (PDPI, 2003).

3.6.2 Tepat Pasien

Tepat pasien adalah pemberian obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan

kondisi fisiologis dan patologis pasien yang bersangkutan. Riwayat alergi, adanya penyakit

penyerta seperti kelainan ginjal atau kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil, balita, dan

lansia sehingga tidak kontraindikasi terhadap pasien. Hal tersebut harus dipertimbangkan dalam

pemilihan obat. Hasil pada Tabel 6 Merujuk pada buku Informatorium Obat Nasional Indonesia

(IONI) tahun 2008, diperoleh data tepat pasien pada pasien CAP di instalasi rawat inap RSUD Dr.

Moewardi tahun 2016.

Page 13: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

9

Tabel 6. Persentase parameter tepat pasien penggunaan antibiotik pada pasien CAP rawat inap di RSUD Dr. Moewardi

tahun 2016

Obat yang diberikan Penyakit penyerta Ketepatan

pasien

Jumlah Persenta-

se (N=47)

Golongan Sefalosporin (Ceftriaxone,

Ceftazidime)

Acites permagua

Acute coronary syndrome

Anemia

Anxietas dan depresi

Atrial fibrillation

Atrofi muskulus lateralis

Azotemia Bronkiekstasis probable

Cardiomyopathy

Chronic Kidney Disease

Tepat

pasien

47 100%

Obat yang diberikan

Penyakit penyerta

Ketepatan

pasien

Golongan Sefalosporin (Ceftriaxone,

Ceftazidime)

Dehidrasi

Delirium Demensia Diabetes Mellitus

Dislipidemia

Dispepsia organik

Edema

Efusi pleura

Emfisema paru Epilepsi

Gagal ginjal akut

Gangguan elektrolit

Geriatri kesedaran menurun

Heart failure

Hemiperasis

Hiperbilirubin

Hipertensi

Hiperurisemia

Hipoalbumin

Hipoglikemia

Infisiensi adrenal

Kanker

Katarak

Konstipasi

Liposarcoma residif

Nodul hepar

Osteoarthritis Partial hellp syndrome

Preeclamsia

Prolapses

STEMI

Stroke

Vaskulitis

Tepat

pasien

Makrolida

(Azithromicin, Eritromicin)

Acute coronary syndrome

Anemia

Atrial fibrillation

Chronic Kidney Disease

Demensia

Delirium

Diabetes Mellitus

Gagal ginjal akut

Gangguan elektrolit

Heart Failure

Hereditary Hemorrhagic

Telangiectesia

Hipertensi

Hipoalbumin

Hipoglikemia

Osteoarthritis

Stroke

Tepat

pasien

Page 14: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

10

Gentamicin

Anemia

Anxietas dan depresi

Bronkiekstasis probable

Cardiomyopathy

Delirium

Dispepsia organik

Efusi pleura

Gangguan elektrolit

Heart Failure

Hipertensi

Hipoalbumin

Liposarcoma residif

Stroke

Tepat

pasien

Fluoroquinolon

(Levofloxacin, Ciprofloxacin)

Autoimune Hemolytic Anemia

Chronic Kidney Disease

Diabetes Mellitus

Efusi pleura

Homorrhoids

Gangguan elektrolit

Trombositopenia

Acute coronary syndrome

Anemia

Anxietas dan depresi

Azotemia

Bronkiekstasis probable

Cardiomyopathy

Delirium

Demensia

Dengue Hemorrhagic Fever

Dispepsia organik

Edema

Gangguan elektrolit

Gagal ginjal akut

Geriatri kesedaran menurun

Heart Failure

Hipertensi

Hipoalbumin

Hipoglikemia

Katarak

Liposarcoma residif

Osteoarthritis

Prolapses

Preeclamsia

Partial help syndrome

Stroke

Spondylosis cervical

Tepat

pasien

Imipenem

Anemia

Bone metastasis

Hidronefosis bilateral

Tepat

pasien

Tripenem

Chronic Kidney Disease

Heart failure

Hipoalbumin

Trombositopenia

Tepat

pasien

Meropenem

Anemia

Anxietas dan depresi

Bronkiekstasis probable

Cardiomyopathy

Gangguan elektrolit

Heart failure

Hipertensi

Hipoalbumin

Tepat

pasien

Berdasarkan hasil analisis Tabel 6, Ketepatan pemberian antibiotik pada pasien CAP di

instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun 2016 dari sebanyak 47 kasus yang tepat indikasi

diperoleh data yaitu 47 kasus (100%) yang dinyatakan tepat pasien yaitu tidak mempunyai

kontraindikasi terhadap kondisi fisiologi maupun patologi dari pasien.

Page 15: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

11

3.6.3 Tepat Obat

Tepat obat adalah ketepatan pemilihan obat yang dilakukan dalam proses pemilihan obat

dengan mempertimbangkan jenis obat sesuai dengan diagnosa penyakit berdasarkan Pedoman

Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia komuniti di Indonesia (PDPI) tahun 2003.

Dari 47 kasus yang tepat pasien, terdapat pasien yang dinyatakan tepat obat. Ketepatan obat pada

terapi CAP di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Persentase parameter tepat obat penggunaan antibiotik pada pasien CAP rawat inap di RSUD Dr. Moewardi

tahun 2016

Obat yang diberikan Ketepatan obat(*) Jumlah Persentase

(N=47)

( Obat tunggal )

Golongan Sefalosporin (Ceftriaxone, Ceftazidime)

Tepat obat

22

Floroquinolon (Levofloxacin, Ciprofloxacin)

( Obat kombunasi )

Cefriaxone+ Azitromicin

Jumlah

Tepat obat 4

26

55,31%

( Obat tunggal )

Golongan Sefalosporin (Ceftriaxone, Ceftazidime)

Tidak tepat obat 5

Makrolid (Azithromicin)

Imipenem

Tripenem

(obat kombinasi)

Gentamicin+Meropenem

Tidak tepat obat

16

Cefriaxone+Levofloxacin+ Gentamicin

Cefriaxone+Makrolid (Azitromicin,Eritromicim)+

Fluoroquinolon (Levofloxacin,Ciprofloxacin

Cefriaxone+ Levofloxacin

Cefriaxone+ Cefadroxil+Ciprofloxacin

Cefriaxone+ Gentamicin + Azitromicin+ Meropenem

Cefriaxone+ Gentamicin + Azitromicin+

Levofloxacin

Jumlah

21

44,68%

* Dasar penilaian ketepatan obat adalah menggunakan tatalaksanaan terapi PDPI tahun 2013.

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 7, dari 47 kasus tepat pasien, diperoleh data

sebanyak 26 kasus (55,31%) yang dinyatakan tepat obat karena antibiotik yang diberikan

merupakan drug of choice untuk pasien CAP dan sesuai dengan standar terapi Pedoman Diagnosis

dan Penatalaksanaan Pneumonia komuniti di Indonesia (PDPI) tahun 2003 yang merujuk pada

Tabel 1. Terapi standar yang direkomendasikan oleh Infectious Diseases Society of America

(IDSA) / American Thoracic Society (ATS) dan British Thoracic Society (BTS) yang telah

Page 16: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

12

dicantumkan dalam Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia komuniti di Indonesia

(PDPI) tahun 2003 untuk community acquired pneumonia (CAP) adalah kombinasi β-lactam

penicillin atau cephalosporin dengan macrolid. Sebagai alternatif, dapat digunakan levofloxacin

sebagai agen tunggal untuk merawat pasien CAP rawat inap (PDPI, 2003).

Yang tidak tepat obat terdapat 21 kasus (44,68%). Antibiotik yang tidak tepat obat yang

digunakan yaitu kombinasi antibiotik lebih dari 3 jenis, obat tunggal dan obat yang dikombinasi

bukan golongan yang sesuai dengan standar terapi, dan pemberian antibiotik yang tidak sesuai

dengan patogen spesifik yaitu pada kasus no. 9 bakteri penyebab adalah Acinobacter species dan

kasus no. 26 bakteri penyebab adalah Enterobacteriaceae. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan

antibiotik pada Tabel 7 tidak sesuai dengan standar terapi pada Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan Pneumonia komuniti di Indonesia (PDPI) tahun 2003 yang merujuk pada Tabel 1

dan 2 maka dikatakan tidak tepat obat.

3.6.4 Tepat Dosis

Tepat dosis adalah kesesuaian dalam pemilihan obat yang sesuai dengan pembesaran dosis,

frekuensi antibiotik, durasi pemberian antibiotik dan cara pemberian yang sesuai dengan pasien

dengan mengunakan standar yang ada pada buku standar terapi Informulatorium Obat Nasional

Indonesia (IONI) tahun 2008. Apabila dosis yang diberikan pasien kurang atau tidak sesuai dengan

standar terapi maka dapat dikatakan pengunaan obat tidak tepat dosis.

Page 17: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

13

Tabel 8. Ketepatan dosis berdasarkan besaran dosis yang diberikan pada pasien CAP rawat inap di RSUD Dr.Moewardi Tahun 2016

No Antibiotik sesuai standar

terapi

Antibiotik yang diberikan kepada pasien Nomor kasus Ketepatan dosis

Besaran

dosis

Frekuensi Durasi Rute

1 Ceftriaxone

Dosis : 2-4 gram

Frekuensi : 1 kali sehari

Rute : i.v

2g 1 kali sehari 5 hari i.v 3 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 5 hari i.v 4 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 3 hari i.v 7 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 10 hari i.v 8 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 9 hari i.v 14 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 4 hari i.v 16 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 4 hari i.v 18 Tepat dosis

625mg 2 kali sehari 5 hari i.v 24 Tidak tepat dosis (dosis kurang)

2g 1 kali sehari 6 hari i.v 28 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 9 hari i.v 29 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 8 hari i.v 31 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 8 hari i.v 37 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 19 hari i.v 38 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 8 hari i.v 40 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 5 hari i.v 42 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 6 hari i.v 43 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 5 hari i.v 44 Tepat dosis

2g 1 kali sehari 3 hari i.v 45 Tepat dosis

1g 1 kali sehari 6 hari i.v 47 Tidak tepat dosis(dosis kurang)

2 Ceftazidime

Dosis : 2g

Frekuensi : 2-3 kali sehari

Rute : i.v

1g 2 kali sehari 6 hari i.v 6 Tidak tepat dosis (dosis kurang)

1g 2 kali sehari 12 hari i.v 25 Tidak tepat dosis (dosis kurang)

3 Azitromicin

Dosis : 500 mg

Frekuensi : 1 kali sehari

Rute : p.o atau i.v

500mg 1 kali sehari 3 hari i.v 24 Tepat dosis

500mg 2 kali sehari 8 hari i.v 31 Tepat dosis

500mg 1 kali sehari 8 hari p.o 45 Tepat dosis

5 Ciprofloxacin

Dosis : 200-400 mg

Frekuensi : 2 kali sehari

Rute : p.o atau i.v

500 mg 2 kali sehari 13 hari p.o 30 Tidak tepatdosis (dosisberlebih)

200 mg 2 kali sehari 3 hari i.v 17 Tepatdosis

6 Levofloxacin

Dosis : 500 mg

Frekuensi : 2 kali sehari

Rute : i.v

750 mg 1 kali sehari 13 hari i.v 1 Tidak tepatdosis (dosisberlebih)

750 mg 1 kali sehari 4 hari i.v 15 Tidak tepatdosis (dosisberlebih)

750 mg 1 kali sehari 8 hari i.v 19 Tidak tepatdosis (dosisberlebih)

Page 18: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

14

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 8, Dapat diketahui bahwa ketepatan dosis yang

berdasarkan besaran dosis, frekuensi, rute pemberian dan durasi pemberian yang digunakan pada

pasien CAP diperoleh data sebanyak 18kasus (38,29%) yang tepat dosis. Durasi pemakaian

antibiotik pada pasien CAP adalah 7-10 hari atau lebih dan durasi pemakaian minimum adalah 5

hari (Mandell et al., 2007). Penggunaan antibiotik yang terlalu sering dan tidak sesuai penggunaan

dapat menghasilkan jenis bakteri baru sehingga dapat terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi

dan sosial yang sangat tinggi (Kementerian kesehatan RI, 2011).

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan tidak rasional berpotensimemberikan berbagai

permasalahan seperti ketidaksembuhan penyakit, dan meningkatkan resiko efek samping obat

(Nurmala, et al., 2015).

3.7 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan menggunakan teknik

pengambilan data secara retrospektif yaitu peneliti mengambil data yang sudah disediakan.

Kelemahan dari penelitian ini adalah data yang dicatat pada rekam medik pasien ada yang tidak

lengkap seperti umur pasien, berat badan pasien, durasi penggunaan antibiotik sehingga dapat

mempengaruhi hasil dari penelitian.

4. PENUTUP

Antibiotik Dari data penelitian telah didapatkan hasil evaluasi penggunaan antibiotik yang

masuk kriteria tepat indikasi sebanyak 47 pasien (100%), tepat pasien sebanyak47 pasien (100%),

tepat obat sebanyak 26 pasien (55,31%), dan tepat dosis sebesar 18 pasien (38,29%). Dari data

tersebut didapatkan data penggunaan antibiotik yang rasional sebesar 38,29%.

PERSANTUNAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang

membantu terselesaikannya penelitian ini dari awal hingga akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Drug Information Handbook 17th Edition, Lexi-comp for the American Pharmacists Association.

Departemen Kesehatan RI D.B.F.K. dan K., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan, , 86.

Page 19: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

15

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Depkes

RI, Jakarta.

Depkes RI, 2008, Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat

Bagi Tenaga Kesehatan, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen

Kesehatan, Jakarta.

Elza Febria Sari, C. Martin Rumende, Kuntjoro Harimurti, 2016, Factors Related to Diagnosis of

Community-Acquired Pneumonia in the Elderly Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan

Diagnosis Pneumonia pada Pasien Usia Lanjut, , 3 (4), 183–192.

Kamal A.M. and Cholisoh Z., 2015, Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di

RSUD Sukoharjo tahun 2014,. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kementerian kesehatan RI 2011, Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik,

Kemenkes RI, Jakarta.

Mahalastri N.N.D., 2014, Hubungan Antara Pencemaran Udara dalam Ruang dengan Kejadian

Pneumonia Balita, Jurnal Berkala Epidemiologi, 2 (3), 392–403.

Mandell L.A., Wunderink R.G., Anzueto A., Bartlett J.G., Campbell G.D., Dean N.C., Dowell S.F.,

File T.M., Musher D.M., Niederman M.S., Torres A. and Whitney C.G., 2007, Infectious

Diseases Society of America/American Thoracic Society Consensus Guidelines on the

Management of Community-Acquired Pneumonia in Adults, Clinical Infectious Diseases, 44

(Supplement 2), S27–S72. Terdapat di: https://academic.oup.com/cid/article-

lookup/doi/10.1086/511159.

Musher D.M. and Thorner A.R., 2014, Community-Acquired Pneumonia, New England Journal of

Medicine, 371 (17), 1619–1628. Terdapat di:

http://www.nejm.org/doi/abs/10.1056/NEJMra1312885.

Nurmala, Virgiandhy IGN, Adriani, Delima F, Liana, 2015, Resistensi dan Sensitivitas Bakteri

terhadap Antibiotik di RSU dr. Soedarso Pontianak tahun 2011-2013, Resistensi dan

Sensitivitas Bakteri, Vol. 3, No. 1, halaman 21-27.

PDPI, 2003, Pneumonia komuniti 1973 - 2003, Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan, 6.

Page 20: EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/59441/1/MISS ILYANA SAMA K100130209 _NASKAH PUBLIKASI.pdf · Selanjutnya dilakukan analisis tepat indikasi, tepat pasien,

16

Pilotto A, Addante F, Ferucci L, Leandro G, D’onofrio G., 2009 The multidimensional prognostik

index predicts short-and long-Term mortality in hospitalized geriatric patients with pneumonia.

J Gerontol A Biol Sci Med. 64(8):880-7.

Postma, DF, van Wekhoven CH van E.L., 2015, Antibiotic Treatment Strategies for Community-

Acquired Pneumonia in Adults, NEJM, 372;14 (April 2 2015), 1312–1323.