Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

25
Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga Menggunakan HOT-Fit Model Artikel Ilmiah Peneliti: Stella Lie (682010023) Johan J.C. Tambotoh, SE., M.T.I. Augie D. Manuputty, S.Kom., M.Cs. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Juli 2015

Transcript of Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

Page 1: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System

Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota

Salatiga Menggunakan HOT-Fit Model

Artikel Ilmiah

Peneliti:

Stella Lie (682010023)

Johan J.C. Tambotoh, SE., M.T.I.

Augie D. Manuputty, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Juli 2015

Page 2: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System

Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota

Salatiga Menggunakan HOT-Fit Model

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

Peneliti:

Stella Lie (682010023)

Johan J.C. Tambotoh, SE., M.T.I.

Augie D. Manuputty, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Juli 2015

Page 3: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...
Page 4: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...
Page 5: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...
Page 6: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...
Page 7: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...
Page 8: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...
Page 9: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

9

Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System

Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota

Salatiga Menggunakan HOT-Fit Model

Stella Lie, Johan J. C. Tambotoh, Augie D. Manuputty

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email : [email protected]; [email protected];

[email protected]

Abstract

Salatiga Regional Library and Archives Office (Persipda) is one of organization that

implements an otomation information system called Senayan Library Management System

(SLiMS) as a library activity manager system. After five years, they need to do an

evaluation to find out how this system applied and how far this system gives contributed to

organization whose use it. SLiMS are evaluated with Human-Organization-Technology

(HOT) Fit Model to find out how SLiMS works in three main elements that is Human,

Organization, and Technology, also the fit between each elements in Net-benefit. Result of

this evaluation show that in Technology element, dimensions of System Quality and

Service Quality from using SLiMS give effect to Information Quality. In Human element

evaluation of System Use show the lack of knowledge/expertise and training toward

SLiMS so it impact to User Satisfaction. While in Structure and Environtment dimension,

in Organization element, planning, strategy, and govenrment is the important factors in

supporting the succsess of system implementation.

Keywords: Evaluation, SLiMS, HOT-Fit Model, Persipda

Abstrak

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga (Persipda) merupakan salah satu

organisasi yang menerapkan otomasi sistem informasi yang disebut Senayan Library

Management System (SLiMS) sebagai sistem pengelola kegiatan perpustakaan. Setelah

lima tahun digunakan, perlu diadakan evaluasi untuk mengetahui bagaimana penerapan

sistem tersebut, serta sejauh mana sistem memberi kontribusi kepada organisasi yang

menggunakannya. SLiMS dievaluasi dengan Human-Organization-Technology (HOT) Fit

Model untuk mengetahui penerapannya melalui tiga elemen utama yaitu Human,

Organization, dan Technology, serta kesesuian antara ketiganya dalam Net-benefit. Hasil

dari evaluasi menunjukan bahwa pada elemen Teknologi, dimensi Kualitas Sistem, dan

Kualitas Layanan yang diperoleh dari penggunaan SLiMS berdampak pada Kualitas

Informasi. Pada elemen Manusia, evaluasi pada dimensi Penggunaan Sistem menunjukan

kekurangan pada faktor Keahlian/Pengetahuan dan Pelatihan mengenai SLiMS sehingga

berdampak pada dimensi Kepuasan Pengguna. Sedangkan pada dimensi Struktur dan

Lingkungan dalam elemen Organisasi, faktor Strategi, Perencanaan, dan Pemerintah

merupakan faktor yang penting dalam mendukung keberhasilan penerapan sistem.

Kata kunci: Evaluasi, SLiMS, HOT-Fit Model, Persipda

Page 10: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

10

I. PENDAHULUAN

Perkembangan sistem informasi yang begitu pesat saat ini disebabkan oleh

besarnya kebutuhan akan informasi yang akual dan dapat diandalkan untuk

mencapai tujuan organisasi. Perpustakaan merupakan sistem informasi yang di

dalamnya terdapat aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian

dan penyajian serta penyebaran informasi.[1]

Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga, selanjutnya disingkat

Persipda, memakai SLiMS sejak 2010, dan pada Maret 2013 melakukan upgrade

perangkat lunak otomasinya ke Senayan Library Management System (SLiMS)

versi Meranti. Pembaharuan SLiMS versi Meranti pada umumnya sudah

menjawab kebutuhan otomasi perpustakaan. Namun secara khusus pada beberapa

fungsi dalam SLiMS dirasa belum dapat menangani masalah yang ada pada

Persipda. Hal lain yang juga menghambat penerapan SLiMS adalah tidak ada

training mengenai SLiMS dari Persipda kepada pegawainya, walaupun

pengetahuan pustakawan mengenai teknologi tidak berada di tingkat yang sama.

Persipda juga belum paham bagaimana cara untuk mengaudit sistem agar mereka

mengetahui apakah sistem yang digunakan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai organisasi. Karena alasan tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi di

Persipda untuk melihat sejauh mana kesesuaian/kecocokan SLiMS dengan

organisasi, manusia, dan teknologi serta manfaatnya.

Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model merupakan gabungan dari

IS Success Model oleh DeLone McLean tahun 2003 dan IT-Organization Fit

Model oleh Scott Morton tahun 1991. Berdasarkan isu yang ada pada Persipda saat

ini, maka dipilihlah model kesesuaian HOT-Fit untuk mengevaluasi penerapan

SLiMS. HOT-Fit Model dipilih dengan pertimbangan bahwa ini adalah model

evaluasi sistem informasi dengan pendekatan kualitatif yang memungkinkan

diperolehnya informasi secara lebih mendalam melalui tiga elemen utama yang

dimilikinya. Elemen manusia (Human) menggambarkan sejauh mana kepuasan

pengguna dan penggunaan sistem melalui durasi akses sistem, siapa yang

menggunakan, tujuan penggunaan, penerimaan laporan, sikap menerima/menolak

sistem, harapan atau keyakinan terhadap sistem, pengetahuan, keahlian, serta

pelatihan. Elemen organisasi (Organization) menjelaskan struktur organisasi,

strategi dan perencanan, komunikasi dan manajemen, kepemimpinan, serta

lingkungan organisasi yaitu andil pemerintah, sumber keuangan, hubungan inter-

organisasi, dan komunikasi eksernal. Elemen teknologi (Technology) yang melihat

sisi kualitas sistem, kualitas informasi dan kualitas layanan. Serta Net-benefit

untuk mengetahui manfaat dari kesesuaian atau kecocokan antara ketiga komponen

human-organization-technology. [2]

II. KAJIAN PUSTAKA

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Widiatmoko, 2012 untuk mengevaluasi

implementasi Anjungan Layanan Akademik Mahasiswa (ALAM) di Universitas

Kristen Satya Wacana. Tujuannya adalah untuk mengetahui keberhasilan

implementasi dan berpengaruh positif terhadap pengguna ALAM. Penelitian ini

Page 11: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

11

mengukur tingkat kepuasan pengguna mesin ALAM dengan menggunakan HOT-

Fit Model. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

dengan menggunakan variable Human, Organization, Technology dalam

mengetahui keberhasilan implementasi ALAM UKSW, mendapatkan bukti bahwa

ketiga variabel mempunyai pengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Kepuasan Pengguna (User Satisfaction). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

faktor Manusia, Organisasi dan Teknologi memiliki pengaruh terhadap Kepuasan

Pengguna ALAM. Mahasiswa sebagai pengguna merasa puas terhadap ALAM,

dan kesimpulannya adalah implementasi ALAM berhasil.[3]

Kemudian Meriani dan Fanida, 2014 mengevaluasi sistem Aplikasi Pelayanan

Kepegawaian (SAPK), melalui HOT-Fit Model di kantor Regional II Badan

Kepegawaian Negara Surabaya. Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini

adalah proses administrasi kepegawaian yang terkesan rumit, jumlah PNS yang

dilayani begitu banyak, dan banyaknya data kepegawaian yang hilang saat

menggunakan sistem manual. Evaluasi ini dilakukan untuk melihat apakah

penerapan SAPK di Kanreg II BKN Surabaya sudah sesuai dengan tujuan atau

tidak. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan berfokus

pada “HOT-FIT Model” (teknologi, organisasi, manusia dan net benefit). Data

dikumpulkan melalui melalui observasi, dokumentasi serta wawancara terhadap

beberapa responden di Kanreg II BKN Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pada elemen teknologi, dapat dikatakan baik karena ketersediaan informasi

secara up to date dan akurat. Pada elemen manusia, hasil penelitian menunjukkan

perlu adanya peningkatan kompetensi pegawai berkaitan dengan komputer dan TI.

Sedangkan pada elemen organisasi, ada dua dimensi yang dilihat yaitu dimensi

struktur kelembagaannya dan dimensi lingkungannya, terdiri dari pendanaan dan

peraturan pemerintah yang mendukung program terkait. Pada elemen net benefit,

SAPK mampu meningkatkan produktifitas penggunanya.[4]

Evaluasi terhadap SLiMS sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Cahyono

pada tahun 2013. Cahyono menganalisis pemanfaatan SLiMS di Kantor

Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan aspek kemanfaatan dan

kemudahan dalam teori Technology Acceptance Model (TAM). Hasil dari analisis

data yang diperoleh selama penelitian ini menunjukan bahwa pemanfaatan

Senayan Library Management System (SLiMS) di Kantor Perpustakaan dan Arsip

Daerah Kota Salatiga telah memenuhi dua aspek utama dalam teori Technology

Acceptance Model (TAM). Konstruksi perceived ease of use dianggap akan

berpengaruh terhadap konstruksi perceived usefulness. Di lain pihak kedua

konstruksi tersebut (perceived ease of use dan perceived usefulness)

mempengaruhi konstrusksi behavioral intention to use yang mana behavioral

intention to use akan mempengaruhi konstruksi actual system use. Kesimpulannya

TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna terhadap suatu sistem akan

mempengaruhi sikap pengguna. SLiMS dianggap bermanfaat untuk membantu

pekerjaan di perpustakaan termasuk untuk membantu pemustaka dalam proses

penelusuran informasi. Dari penelitian ini diketahui pula bahwa pemanfaatan

SLiMS belum maksimal dan masih dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan

Page 12: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

12

visitor counter dan penggunaan fitur copy cataloging yang akan menambah

manfaat dari SLiMS.[5]

Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan pendekatan

metode deskriptif-kualitatif dengan model kesesuaian HOT-Fit. Dengan model ini,

bukan hanya presepsi pengguna terhadap SLiMS dan kegunaannya saja yang

dievaluasi seperti dengan menggunakan TAM. Penelitian ini meninjau apakah

faktor-faktor lain seperti lingkungan di dalam maupun di luar organisasi turut

berdampak pada penerapan sistem. Metode deskriptif-kualitatif digunakan agar

dapat mengambarkan bagaimana penerapan SLiMS pada Persipda saat penelitian

dilakukan, melalui elemen-elemen dan faktor-faktor dalam HOT-Fit Model.

Sistem Informasi dan Otomasi Perpustakaan

Sistem yang ada dalam perpustakan saat ini lebih dikenal dengan sebutan

sistem otomasi perpustakaan. Sistem ini menggabungkan kepentingan informasi

dengan perkembangan teknologi yang dibutuhkan setiap individu. Hal itu pula

yang mendasari terciptanya perangkat lunak di lingkungan perpustakaan. Otomasi

perpustakaan merupakan penerapan teknologi informasi untuk kepentingan

perpustakaan, mulai dari pengadaan, hingga ke jasa informasi bagi pembaca.[6]

Untuk dapat menjalankan sebuah aplikasi otomasi perpustakaan, tentu saja

membutuhkan perangkat yang harus dipersiapkan baik perangkat keras, perangkat

lunak, dan aplikasi yang lain agar perangkat lunak otomasi perpustakaan dapat

dijalankan. Semua perangkat tersebut berkaitan erat dengan perkembangan

teknologi dalam mendukung aktivitas perpustakaan. Dewasa ini, aplikasi yang

digunakan untuk mendukung otomasi perpustakaan adalah aplikasi dengan sumber

kode terbuka (open source code) seperti KOHA, Open Biblio, Emilda, Avanti

Library System, PhpMyLibrary, Otomigen-X, Igloo, Athenaeum Light, dan yang

paling popular yaitu Senayan Library Management System (SLiMS).

Model Evaluasi Human, Organization, Technology, Fit-Factors (HOT-Fit

Model)

Model evaluasi HOT-Fit merupakan sebuah kerangka evaluasi yang dapat

dipakai untuk mengevaluasi sistem informasi. Menurut Yusof, model ini

menempatkan komponen penting dalam sistem informasi, yaitu manusia (Human),

organisasi (Organization), teknologi (Technology) dan manfaat dari kesesuaian

hubungan di antaranya (Net Benefit). [2]

Dari ketiga elemen tersebut, model ini dikategorikan ke dalam dimensi-

dimensi. Terdapat tujuh dimensi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja

Senayan Library Management System (SLiMS) pada Persipda sebagai salah satu

teknologi yang menunjang berjalannya sistem informasi manajemen perpustakaan.

Tabel 2.1 berisi poin-poin dalam kerangka kerja HOT-Fit Model yang

disesuaikan dengan objek penelitian (SLiMS) dan subjek penelitian (key

informan).

Page 13: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

13

Tabel 2.1 Kerangka kerja HOT-Fit Model

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Menurut Nazir, metode deskriptif merupakan suatu metode

dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu

sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.[7]

Sedangkan penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, presepsi, pendapat,

kepercayaan orang yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif, segala

sesuatunya tidak dapat diukur dengan angka dan teori yang digunakan dalam

penelitian tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai

suatu hal menurut pandangan manusia yang telah diteliti.[8]

Pendekatan deskriptif kualitatif menjadi dasar penelitian ini karena tujuannya

adalah untuk memperjelas dan menggambarkan bagaimana evaluasi terhadap

SLiMS pada Persipda sebagai salah satu perangkat lunak yang digunakan saat ini.

Penelitian ini berfokus pada; teknologi (kualitas sistem, kualitas informasi, dan

kualitas pelayanan), manusia (penggunaan sistem dan kepuasan pengguna),

organisasi (struktur dan lingkungan), net benefit (manfaat dari kesesuaian). Lokasi

penelitian adalah pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga.

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

Analisis

Masalah

Pemilihan

Metode

Penentuan

Sempel

Pengumpulan

Data

Analisis

Data

Page 14: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

14

Sebelum melakukan pengumpulan data, observasi dilakukan di lokasi

penelitian untuk menemukan adanya masalah yang akhirnya menjadi alasan

dipilihnya Persipda sebagai tempat penelitian. Beberapa isu utama yang menarik

perhatian diantaranya yaitu rencana stategis organisasi yang belum

mengikutsertakan pengadaan tenaga TI. Selain itu, pengambilan keputusan yang

berkaitan dengan TI masih mengacu pada kebijakan dari Kantor Pemerintah Kota

Salatiga. Ini menyebabkan penanganan masalah-masalah teknis pada software dan

hardware hanya bertumpu pada pengetahuan IT dari beberapa pustakawan di

bagian pelayanan dalam Seksi Perpusakaan. Setelah mengetahui hal tersebut,

langkah selanjutnya yang diambil adalah menentukan sumber data.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh melalui pertanyaan lisan dengan menggunakan metode

wawancara. Penentuan dari subjek penelitian ini adalah berdasarkan purposive

sampling. Dengan kata lain, peneliti memilih sampel dengan tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.[9]

Dalam penentuan sampel, key

informan dipilih karena alasan pengetahuan yang memadai dan sesuai dengan

permasalahan yang akan diteliti, atau informan sebagai orang yang memiliki

jabatan tertentu, sehingga dapat membantu peneliti untuk memahami permasalahan

pada objek penelitian.

Pertanyaan wawancara disusun berdasarkan elemen, dimensi, dan faktor-faktor

dalam framework HOT-Fit Model dengan mempertimbangkan kesesuaiannya

dengan masalah yang ingin diteliti terkait SLiMS pada Persipda. Pertanyaan dibagi

dalam dua kriteria utama yaitu pertanyaan mengenai elemen human dan

technology kepada Staf Layanan Perpustakaan, dan pertanyaan mengenai elemen

organization kepada Kepala Seksi. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah: (a)

Kepala Seksi Bina Perpusakaan dan Kearsipan yaitu Rinaldi Anggoro Shakti,

S.Sos. dan Kepala Seksi Perpustakaan yaitu Heru Susanto, S.E. (b) Staf Layanan

Perpustakaan yaitu Budi Santoso, Chandra Febrianto Widodo, M. Kholid Baror A,

dan Kurnia Sholihah. Data sekunder pada penelitian ini adalah data lain yang

dipelajari lebih lanjut dari literatur-literatur yang membahas tentang SLiMS dan

perkembangan teknologi informasi pada perpustakaan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara dan observasi. Analisis data secara teknis dilakukan melalui tiga proses

diantaranya reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.[10]

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Otomasi perpustakaan adalah pemanfaatan mesin, komputer, dan peralatan

elektronik lainnya untuk memperlancar tugas-tugas perpustakaan.[11]

Kantor

Perpustakaan dan Asip Daerah Kota Salatiga mengalami perubahan nomenklatur

kantor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2009 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga, sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 2 Tahun 2010. Kantor

Page 15: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

15

Perpustakaan dan Asip Daerah Kota Salatiga yang disingkat sebagai Persipda

merupakan salah satu Perpustakaan yang ada di Salatiga selain Perpustakaan milik

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan perpustakaan perguruan tinggi

lainnya di Salatiga. Koleksi buku pada Persipda tergolong sedikit jika

dibandingkan dengan jumlah anggota yang ada sekarang. Adapun permasalahan

yang dialami Persipda dalam melayani masyarakat adalah keterbatasan staf yang

bertugas untuk menangani kegiatan operasional sehari-hari karena terus

bertambahnya jumlah anggota baru. Hal ini tentu membutuhkan perhatian lebih

dari Persipda sebagai organisasi yang melayani kebutuhan masyarakat kota

Salatiga.

Oleh sebab itu, Persipda memerlukan sebuah sistem untuk menjawab

permasalahan yang ada. Pengelolaan informasi sebagai salah satu sumber daya

strategis organisasi menjadi salah satu kunci sukses untuk mendukung tercapainya

visi dan misi suatu organisasi.[12]

Sistem yang dikembangkan dan digunakan

pertama kali oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Informasi

dan Hubungan Masyarakat ini, disebut Senayan Library Management System

(SLiMS). Aplikasi ini memiliki fitur yang cukup lengkap serta mampu

mengorganisir perpustakaan yang memiliki banyak koleksi buku dan anggota.

Penerapan SLiMS pada Kantor Persipda kini memasuki tahun kelima. Oleh

karena itu, perlu diadakan evaluasi terhadap sistem informasi yang digunakan.

Evaluasi ini akan melihat bagaimana penerapan SLiMS yang sudah digunakan,

menurut Human-Organization-Technology Fit Model yang disingkat sebagai

HOT-Fit Model.

1. Senayan Library Management System (SLiMS)

Senayan Library Management System yang lebih dikenal dengan nama

Senayan atau SLiMS adalah perangkat lunak sistem management perpustakan

berbasis web. SLiMS dilisensikan di bawah General Public Lisence (GPL) versi 3

yang menjamin kebebasan untuk mendapatkan, menggunakan, mempelajari,

mengubah, dan mendistribusikan ke pihak lain dengan syarat tidak menghilangkan

keterangan kepengarangan dan mengubah dengan lisensi lainnya. SLiMS

menggunakan teknologi Free and Open Source Software (FOSS) seperti PHP dan

MySQL. SLiMS juga merupakan aplikasi multi-platform yang bisa berjalan secara

aktif di semua sistem operasi yang bisa menjalankan bahasa pemprograman PHP

dan RDBMS MySQL. Aplikasi ini dirancang berbasis web dengan pertimbangan

cross-platfrom yang dikembangkan menggunakan PHP web scripting language

dan MySQL database server.

Pengembangan SLiMS awalnya diinisiasi oleh pengelola Perpustakaan

Depdiknas. Proyek pengembangan SLiMS dibiayai Pusat Pendidikan Informasi

dan Humas Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang kemudian

mulai dirilis ke publik pada 29 November 2007. Tetapi yang lebih banyak

mengambil peran dalam mengembangkan SLiMS sekarang ialah komunitas

pengembang SLiMS (Senayan Developer Community). SLiMS dikembangkan oleh

orang yang mempunyai pendidikan formal perpustakaan sehingga berani

Page 16: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

16

menjamin SLiMS sesuai dengan standar yang berlaku di perpustakaaan. Standar

pendeskripsian catalog dirancang berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan

aturan pengkatalogan Anglo-American Cataloging Rules umum dipakai diseluruh

dunia. Pemanfaatan SLiMS di Persipda telah berlangsung sejak tahun 2010 hingga

saat ini. Versi pertama SLiMS yang digunakan adalah versi 3.13 Seulanga dan

kemudian diperbaharui dengan versi yang sementara digunakan sekarang yaitu

versi 5 Meranti.

2. Evaluasi Senayan Library Management System (SLiMS) menggunakan

HOT-Fit Model.

A. Teknologi

Sistem Quality, yaitu untuk mengukur kualitas SLiMS sendiri, terdiri dari:

1. Ease of use yang berkaitan dengan kemudahan dalam menggunakan SLiMS.

Indikator ini dilihat dari kemudahan yang dirasakan pustakawan di Persipda dalam

menggunakan SLiMS. Menurut pengakuan narasumber, SLiMS adalah aplikasi

yang cukup mudah digunakan. Hal tersebut diungkapkan Sdr. Moh. Kholid Abadi

selaku staf Layanan Perpustakaan: “Kalau SLiMS itu mudah. Sangat mudah

digunakan, apalagi untuk pustakawan yang baru belajar itu biasanya gampang

lah istilahnya”1 Kemudahan tersebut juga dirasakan oleh narasumber lain, Sdri.

Kurnia Sholihah yang juga merupakan staf Layanan Perpustakaan. Ia

mengungkapkan bahwa SLiMS lebih mudah digunakan jika dibandingkan dengan

aplikasi-aplikasi lainnya.2

2. Availability, Reliability, and Efficiency yaitu ketersedian, keandalan dan

efisiensi SLiMS bagi penggunanya. Pustakawan membenarkan keberadaan SLiMS

di Persipda sangat membantu pekerjaan mereka. Hal ini disampaikan oleh staf

Layanan Perpustakaan lainnya yaitu Bpk. Budi Santoso dalam wawancara berikut:

“Ya, dapat diandalkan. Memang selalu tersedia setiap saat kami butuhkan, dan

juga dapat diakses selama jam kerja. Versi SLiMS yang kami gunakan juga

dirancang berbasis web, tapi databasenya yang ada disini itu di jaringan lokal

(intranet). Menurut saya kegiatan perpustakaan dalam skala kecil sampai skala

besar dapat ditanggulangi SLiMS, jadi berdampak pada efisiensi waktu yang

diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.”3

Information Quality, yaitu kualitas informasi yang dihasilkan oleh SLiMS

yang diukur dari Relevance dan Format.

1. Relevance mengevaluasi hubungan antara informasi dengan kebutuhan user.

Salah satu tujuan diaplikasikannya SLiMS di Persipda adalah untuk memperoleh

informasi yang berkualitas. Berdasarkan wawancara dengan Bpk. Budi Santoso,

beliau mengatakan bahwa penggunaan SLiMS sudah menjawab relevansi antara

informasi yang diperlukan dengan kebutuhan Persipda saat ini, karena di dalamnya

1 wawancara tanggal 17 Maret 2015

2 wawancara tanggal 11 Maret 2015

3 wawancara tanggal 10 Maret 2015

Page 17: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

17

terdapat menu-menu yang memang diperlukan oleh perpustakaan, terutama menu

pelaporan.4

2. Format terdiri dari completeness, timeliness, dan accuracy. Kelengkapan,

aktualitas, dan akurasi juga merupakan faktor-faktor dalam mengevaluasi kualitas

informasi yang dihasilkan SLiMS. Pustakawan menilai informasi yang mereka

peroleh dengan menggunakan SLiMS cukup lengkap dan akurat dari segi

ketepatan waktu dan kegunaanya. Sebagai bukti, Sdr. Moh. Kholid Abadi5

menjelaskan bahwa dengan adanya Apache dan My SQL yang langsung terinstal

saat menginstal SLiMS, memungkinkan mereka dapat melakukan pembaharuan

data kapanpun diperlukan melalui web servernya. Namun, ia juga mengatakan

bahwa walaupun sudah ada versi baru yaitu Cendana, Persipda masih

menggunakan SLiMS versi Meranti. Ini dikarenakan Persipda harus memastikan

apakah pembaharuan tersebut memang cocok, dan apakah modifikasi-

modifikasinya compatible dengan kebutuhan Persipda atau tidak.

Service Quality, yaitu kualitas keseluruhan layanan yang ditawarkan kepada

pengguna SLiMS yang mencakup beberapa indikator.

1. Assurance yang berkaitan dengan jaminan mengenai mutu atau kualitas

pelayanan yang dirasakan pustakawan dan pemustaka saat memakai SLiMS.

Berdasarkan wawancara, Sdr. Moh. Kholid Abadi6 mengatakan bahwa kualitas

servis yang diberikan SLiMS sudah cukup terjamin. Walaupun open source,

namun pengembangan SLiMS sudah banyak dilakukan. Melalui forum untuk

komunitas pengembang SLiMS di Facebook maupun website resminya, siapapun

dapat memberikan masukan atau komplen terhadap kekurangan SLiMS secara

online.

2. Follow up service atau penindaklanjutan layanan yang diberikan terkait

penggunaan SLiMS ini selalu dilakukan baik dari pihak Persipda maupun dari

pihak SLiMS Developer. Sdr. Moh. Kholid Abadi juga menambahkan bahwa ada

community meet up untuk saling bertukar informasi tentang kendala yang dialami

oleh pengguna SLiMS. Serta improvisasi yang sudah dibuat pada SLiMS adalah

SMS-Gateway. Meski belum diterapkan sekarang, melalui fitur ini anggota

dikirimkan pesan singkat dari Persipda mengenai keterlambatan pengembalian

koleksi.

3. Technical support. Dukungan teknis dari SLiMS disampaikan oleh

narasumber berikut ini: “Dia (SLiMS) bisa hampir me-manage semua pekerjaan

pustakawan. Kalau down itu dulu pernah karena harddisk kita. Tapi untuk

software-nya stabil.”7

Jadi dapat disimpulkan bahwa Kualitas Informasi yang dihasilkan bergantung

pada pada Kualitas Sistem dan Kualitas Pelayanan. Jika SLiMS mudah digunakan,

selalu tersedia, efisien dan dapat diandalkan, serta menjamin adanya

4 wawancara tanggal 10 Maret 2015

5 wawancara tanggal 17 Maret 2015 6 wawancara tanggal 17 Maret 2015

7 wawancara tanggal 17 Maret 2015

Page 18: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

18

penindaklanjutan layanan, dan dukungan teknis, maka informasi yang dihasilkan

menjadi lebih relevan, lengkap, aktual, dan akurat.

B. Manusia

Dalam elemen manusia, terdapat dua dimensi ini yaitu System Use yaitu

penggunaan SLiMS pada Persipda, dan User Satisfaction yaitu kepuasan yang

dirasakan pustakawan terhadap SLiMS. System Use dapat diketahui dengan

menganalisis beberapa faktor, yaitu:

1. Amount/Duration atau jumlah/durasi dari pemeriksaan sistem, konektifitas,

catatan akses, durasi akses, dan permintaan laporan. Berdasarkan hasil wawancara

dengan Sdr. Moh. Kholid Abadi8, peneliti menemukan bahwa pemerikaan sistem

dilakukan hanya dengan menyalin (back up) data secara berkala karena aplikasi

sudah berjalan lancar. Untuk proteksi sistem, Persipda menggunakan antivirus

AVAST untuk semua unit komputer termasuk server. Jumlah catatan akses dapat

dikatakan sangat tinggi karena SLiMS digunakan setiap saat. Bisa dikatakan,

SLiMS merupakan backbonenya Persipda. Sedangkan untuk laporan tentang

SLiMS dari bagian pelayanan kepada top manajemen, biasanya berdasarkan data

yang ada di SLiMS kemudian di-export ke dalam bentuk excel. Pernyataan

tersebut didukung oleh salah seorang staf Layanan Perpustakaan Sdr. Chandra

Febrianto Widodo dalam wawancara berikut: “Waktu konektifitas SLiMS ini

berlangsung dalam waktu yang lama ya, dari pagi biasanya mulai saat kita login

sebagai admin sampai malam saat kita mau pulang itu dia connect terus, mbak.

Jadi koneksinya memang stabil, tidak putus-putus. Makanya durasi aksesnya itu

sepanjang hari selama waktu kerja.”9

2. Use by Whom untuk mengetahui peranan Persipda dalam menggunakan SLiMS.

Dari wawancara dengan Bpk. Budi Santoso, dapat dikahui bahwa SLiMS

merupakan aplikasi yang digunakan Persipda sebagai pihak kedua, karena aplikasi

didapatkan dengan cara mengunduh pada situs resmi SLiMS. Dengan kata lain,

aplikasi tidak dirancang sendiri, namun dapat dikembangkan dan dimodifikasi

sesuai kebutuhan karena menggunakan FOSS.10

3. Purpose of Use atau tujuan dari penggunaan SLiMS diungkapkan oleh Sdr.

Chandra Febrianto11

yaitu untuk mengefektifitaskan pekerjaan pustakawan. Jumlah

personil/staf yang terbatas merupakan suatu tantangan pekerjaan karena jumlah

anggota perpustakaan terus bertambah dalam skala besar bahkan mencapai angka

ribuan setiap tahunnya. Hadirnya SLiMS di Persipda membantu pustakawan untuk

mengurangi pekerjaan secara manual. Misalnya dengan menu yang yang berfungsi

untuk meminimalisir redudansi data, manajemen data bibliografi, manajemen

masterfile untuk mengolah tipe koleksi penerbit, pengarang, supplier, inventaris

koleksi, membuat aturan peminjaman koleksi, manajemen keanggotaan,

pembuatan/pencetakan kartu anggota, pembuatan barcode, laporan dan statistik.

8 wawancara tanggal 17 Maret 2015

9 wawancara tanggal 11 Maret 2015

10 wawancara tanggal 10 Maret 2015

11 wawancara tanggal 11 Maret 2015

Page 19: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

19

4. Report Acceptance yaitu penerimaan laporan yang diperoleh dari penggunaan

SLiMS. Beberapa menu yang ada pada SLiMS dapat menghasilkan informasi

berupa laporan yang dapat diterima oleh pustakawan, seperti yang dijelaskan oleh

Bpk. Budi Santoso berikut: “Laporan itu kita dapat datanya dari SLiMS sendiri ya

misalnya melalui menu pelaporan, pustakawan memperoleh laporan mulai dari

laporan koleksi, laporan peminjaman dan pengembalian, laporan jumlah

pengunjung/anggota, laporan jumlah eksemplar, serta laporan aktivitas staf.”12

5. Attitude atau sikap dalam menggunakan SLiMS yang dilihat dari pustakawan

Persipda mencakup Voluntaries of Use, Resistance/Reluctance yaitu apakah secara

sukarela atau sebaliknya terdapat penolakan/keengganan. Dari hasil wawancara,

setiap narasumber mengaku bahwa mereka menggunakan SLiMS dengan sukarela

dan secara terbuka menerima aplikasi ini. Salah satu yang mewakilinya adalah

Sdri. Kurnia Sholihah yang mengatakan bahwa tidak pernah ia temui penolakan

ataupun keengganan dari pustakawan dalam menggunakan SLiMS. Bahkan

mereka sangat mendukung adanya pembaharuan atau improvisasi baru pada

SLiMS.13

6. Motivation, Expectation/Beliefs. Motivasi, harapan/keyakinan user dalam

menggunakan SLiMS saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Motivasi yang

timbul dari pustakawan untuk menggunakan SLiMS berangkat dari pengalaman

dan keyakinan bahwa SLiMS dapat membantu mereka menangani tugas-tugas

yang tidak dapat mereka tangani karena keterbatasan jumlah pustakawan.

Pustakawan juga mengharapkan hasil kerja yang lebih baik dengan menggunakan

SLiMS. Berikut pernyataan yang diungkapkan Sdr. Chandra Febrianto: “Kalau

pakai SLiMS, maksimal lima menit waktu yang diperlukan seorang pustakawan

untuk melayani peminjaman/pengembalian/perpanjangan buku, dan sepuluh menit

untuk pembuatan kartu anggota. Dengan begitu, pengunjung puas karena kami

dapat memberikan layanan yang prima.”14

7. Knowledge/Expertise yaitu pengetahuan/keahlian user dalam menggunakan

SLiMS. Beberapa narasumber mengatakan bahwa pengetahuan sesama

pustakawan pada berada ditingkat yang sama. Mereka dapat mengoperasikan

SLiMS untuk kegiatan pelayanan anggota dan pengolahan buku. Berikut

keterangan dari Bpk. Budi Santoso: “Keahlian itu tergantung ya. Di sini kan ada

pegawai yang memang basic-nya perpustakaaan, ada pegawai yang memang

jurusan TU, ada yang asriparis. Kalau pustakawan harus tau semuanya tentang

SLiMS, termasuk pelayanan, pengolahan, pelaporan, dan sebagainya, modifikasi

harus bisa juga. Tapi kalau untuk mereka yang non pustakawan seperti karyawan

TU atau arsiparis itu sekedar bisa menggunakan untuk

pelayanan/peminjaman/pengembalian. Semua pegawai kan diwajibkan untuk

melayani.”15

Sementara itu, salah satu narasumber mengemukakan hal yang

berbeda. Sdri. Kurnia Sholihah mengungkapkan pendapatnya mengenai keahlian

12

wawancara tanggal 10 Maret 2015 13

wawancara tanggal 11 Maret 2015 14

wawancara tanggal 11 Maret 2015 15

wawancara tanggal 10 Maret 2015

Page 20: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

20

dalam menggunakan SLiMS, serta kekurangan yang ia ketahui dalam penggunaan

SLiMS saat ini: “Sebenarnya kalau keahlian kurang begitu maksimal, karena saat

ini khusus untuk beberapa fitur SLiMS belum digunakan. Kadang juga kalau ada

yang tidak kita pahami, kita tanyakan ke teman-teman lain yang sebelumnya udah

pernah pakai. Tapi untuk kebutuhan operasional sehari-hari, secara garis besar

kita semua sudah bisa.”16

Jadi dapat dikatakan bahwa knowledge/expertise dari

setiap pustakawan tidak sepenuhnya sama. Pengetahuan/keahlian beberapa

pustakawan terhadap TI lebih baik dari pustakawan lain. Keahlian dan

pengetahuan pustakawan yang sebatas dapat mengoperasikan menu-menu SLiMS

yang berkaitan dengan kegiatan layanan perpustakaan sehari-hari sudah dianggap

cukup bagi organisasi.

8. Training. Berdasarkan data dari hasil wawancara, semua narasumber mengaku

bahwa tidak ada pelatihan khusus yang diadakan oleh Persipda kepada pustakawan

untuk menggunakan SLiMS. Bpk. Budi Santoso mengatakan bahwa sebagai

pustakawan, aplikasi seperti ini tentu sudah tidak asing.17

Sedangkan untuk fitur

yang baru ditambahkan/dimodifikasi, pustakawan yang lebih dahulu mengetahui

akan menyampaikannya secara lisan kepada pustakawan yang lain seperti yang

disampaikan Sdr. Moh. Kholid Abadi.18

Diungkapkan juga oleh Sdri. Kurnia

Sholihah bahwa pustakawan menerapkan cara learning by doing. Maksudnya yaitu

pada saat bekerja, pustakawan menggunakan software sambil mempelajarinya

sendiri.19

User Satisfaction yaitu mencakup kepuasan yang dirasakan pengguna SLiMS

(pustakawan) yang dijelaskan melalui beberapa faktor yaitu:

1. Satisfaction with specific functions dan Overall satisfaction. Untuk mengetahui

kepuasan pengguna terhadap SLiMS peneliti menanyakan kepuasaan mengenai

fungsi tertentu dan kepuasan pustakawan secara keseluruhan. Berikut ini jawaban

Sdri. Kurnia Sholihah: “Untuk fungsi-fungsi yang ada, baik secara spesifik

maupun menyeluruh sudah memuaskan menurut saya. Sudah mencakup semua

aspek yang dibutuhkan perpustakaan.”20

Hal berbeda disampaikan oleh

narasumber lain yaitu Sdr. Moh. Kholid Abadi yang merasa belum puas karena

salah satu kekurangan pada SLiMS belum menjawab kebutuhan Persipda. Ia juga

mengatakan bahwa jika ada anggota yang terlambat mengembalikan koleksi

selama lebih dari batas waktu peminjaman, maka mereka harus mengatur lagi

penundaan keanggotaan secara manual untuk menunda peminjaman berikutnya.21

2. Perceived usefulness yaitu presepsi kebermanfaatan. Faktor ini menjelaskan

tentang keyakinan yang tercipta dari pengguna terhadap sistem sehubungan dengan

manfaat yang dirasakan seperti yang diungkapkan Sdri. Kurnia Sholihah berikut

ini: “Manfaat yang dirasakan setelah menggunakan SLiMS ini cukup banyak ya,

16

wawancara tanggal 11 Maret 2015 17

wawancara tanggal 10 Maret 2015 18

wawancara tanggal 17 Maret 2015 19

wawancara tanggal 11 Maret 2015 20

wawancara tanggal 11 Maret 2015 21

wawancara tanggal 17 Maret 2015

Page 21: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

21

mbak. Bahkan sangat terlihat kalau ada masalah misalnya di proses peminjaman.

Dengan banyak dari fitur-fitur yang dia miliki, kita bisa menangani masalah buku

yang belum dikembalikan tapi ingin dipinjam anggota lain. Itu bisa kami lacak

melalui SLiMS.”22

3. Enjoyment yaitu apakah user menikmati penggunaan SLiMS. Berikut jawaban

salah satu narasumber saat ditanya apakah ia menikmati penggunaan SLiMS:

“Enjoy. Karena aplikasi ini user-friendly sekali. Menu-menu yang ada mudah

dipelajari, dan walaupun ada beberapa yang tidak sesuai atau tidak ada, itu bisa

kami tambahkan sendiri. Kami modifikasi sesuai kebutuhan kami, dan itu tidak

harus bersusah payah karena pasti dibantu lewat forumnya itu, mbak.”23

4. Software satisfaction and Decision making satisfaction yaitu kepuasan terhadap

SLiMS serta kepuasan yang mendukung pengambilan keputusan. Dari wawancara

dengan Sdr. Moh. Kholid Abadi, ia mengatakan bahwa penggunaan SLiMS juga

turut berdampak pada pengambilan keputusan pustakawan Persipda dalam

mengelola pengunjung. Jika sebelumnya mereka belum bisa membedakan yang

mana yang anggota dan mana yang bukan, maka dengan menggunakan SLiMS,

dapat diketahui identitas setiap anggota yang memasuki perpustakaan dengan cara

memindai barcode pada kartu anggota.24

Yang dapat disimpulkan dari elemen Manusia adalah faktor System Use

dan User Satisfaction saling mempengaruhi. Puas atau tidaknya pengguna sistem

bergantung pada pengalaman setelah menggunakan SLiMS.

C. Organisasi

Terdapat dua dimensi yang dievaluasi dalam elemen organisasi. Yang pertama

adalah Structure. Struktur dalam sebuah organisasi diperlukan untuk memperjelas

jalannya instruksi maupun koordinasi mulai dari pimpinan hingga ke anggota pada

tiap-tiap bagian di dalam organisasi. Kepala Seksi Bina Perpusakaan dan

Kearsipan, Bpk. Rinaldi Anggoro Shakti25

mengatakan bahwa struktur organisasi

Persipda Salatiga adalah stuktur organisasi yang didasarkan pada fungsinya

(functional organization structure). Terdiri dari Kepala Kantor, Kelompok Jabatan

Fungsional, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Perpustakaan, Seksi Arsip Daerah, dan

Seksi Bina Perpustakaan dan Kearsipan. Dalam mengelola informasi, Persipda

mempunyai beberapa bidang pekerjaan antara lain Pengadaan, Pengolahan, dan

Layanan.

Selanjutnya, dalam dimensi struktur terdapat beberapa faktor pendukung

lainnya yang dievaluasi, yaitu:

1. Planning and Strategy dalam organisasi. Dari hasil wawancara, diperoleh

informasi tentang strategi serta bagaimana organisasi melakukan perencanaan yang

berkaitan dengan pengadaan dan penggunaan SLiMS. Bpk. Rinaldi Anggoro

22

wawancara tanggal 11 Maret 2015 23

wawancara tanggal 11 Maret 2015 24

wawancara dengan 17 Maret 2015 25

wawancara dengan 24 Maret 2015

Page 22: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

22

Shakti26

menjelaskan, pengadaan SLiMS diagendakan oleh Seksi Perpustakaan

dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan perencanaan dari Sub Bagian Tata

Usaha. Setiap tahun ada pustakawan yang dikirim untuk mengikuti pelatihan

bersama komunitas pengguna SLiMS agar Persipda bisa mengikuti

perkembangannya. Meskipun begitu, tidak ada SDM khusus TI di Persipda yang

menangani SLiMS. Terealisasikannya SLiMS di Persipda adalah berkat kerjasama

dengan tenaga TI Bagian Humas Pemerintah Kota Salatiga. Perencanaan

pengadaan SLiMS juga tidak secara gamblang atau tertulis jelas namun

pengendaliannya dilakukan melalui laporan dari Seksi Perpustakaan berkaitan

dengan penggunaannya, untuk mengetahui cocok atau tidaknya sistem tersebut.

2. Communication dan Management saling berkaitan karena satu sama lainnya.

Komunikasi memegang peranan penting dalam menciptakan kelancaran proses

manajemen. Baik dari manajemen di tingkatan tertinggi hingga terendah harus

menjalin komunikasi yang baik agar tidak terjadi miss-understanding dengan para

staf di bawahnya. Dari hasil wawancara dengan Bpk. Rinaldi Anggoro Shakti

dapat diketahui bagaimana Persipda melakukan komunikasi dan manajemen dalam

berorganisasi, seperti berikut: “Komunikasi dan pengelolaan organisasi dilakukan

baik secara formal maupun informal. Informasi juga disampaikan lewat rapat

bulanan untuk semua staf, atau apel pagi dan sore. Komunikasi menjadi lebih

intens ketika ada even tertentu seperti bazaar misalnya, institusi akan mengadakan

persiapan dan gladiresik.”27

3. Leadership, Top Management Support and Mediator. Kepemimpinan, dukungan

dari jajaran manajemen tertinggi, dan peran mediator dalam organisasi sangat

diperlukan untuk proses pengambilan keputusan maupun menengahi masalah yang

ada. Penyelesaian masalah dalam organisasi di Kantor Perpustakaan dan Arsip

Daerah Kota Salatiga tergantung kompleksitas masalahnya. Hal itu diungkapkan

oleh Kepala Seksi Perpustakaan, Bpk. Heru Susanto: “Semuanya menjalankan

fungsinya, kalau ada masalah ya mulai ditangani dari kepala seksi. Jika masih

tidak dapat diatasi, masalah tersebut dibawa ke Sub Bagian Tata Usaha. Terus

kalau solusi masih belum ditemukan, masalah langsung ditengahi oleh Kepala

Kantor.”28

Dimensi yang kedua adalah Environment. Lingkungan yang dimaksud di sini

adalah lingkungan diluar Persipda Salatiga yang tidak berhubungan langsung

namun memiliki peran dalam sistem. Faktor-faktor yang dievaluasi antara lain:

1. Government. Faktor ini menjelaskan seberapa jauh peranan pemerintah

dalam pembangunan organisasi demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Bpk.

Rinaldi Anggoro Shakti29

mengatakan bahwa pemerintah berperan dalam

pembangunan gedung baru pada tahun 2012 hingga selesai pada tahun 2013

gedung ditempati. Ini termasuk pengorbanan pemerintah yang cukup besar dari

segi pembiayaan, yang belum tentu dilakukan pemerintah kabupaten kota lain. Hal

26

wawancara tanggal 24 Maret 2015 27

wawancara tanggal 24 Maret 2015 28

wawancara tanggal 24 Maret 2015 29

wawancara tanggal 24 Maret 2015

Page 23: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

23

tersebut tentu saja dapat direalisasikan karena adanya dukungan, kemauan dan niat

baik pemerintah. Selain itu perpustakaan bukanlah institusi yang dapat

memberikan income secara keuangan bagi pendapatan daerah. Namun

perpustakaan berkontribusi langsung dalam hal memberikan informasi dan

pengetahuan bagi masyarakat demi mendukung predikat kota Salatiga sebagai kota

pendidikan.

2. Financing Source. Faktor ini ingin menjelaskan bagaimana organisasi

memperoleh sumber pembiayaan sarana dan prasarana, yang salah satunya adalah

SLiMS. Sumber keuangan untuk pengadaan sarana-prasarana bergantung

sepenuhnya kepada Pemerintah Kota Salatiga. Dari hasil observasi dan

wawancara, ditemukan bahwa Persipda memberikan pelayanan sepenuhnya kepada

masyarakat tanpa memungut biaya apapun. Denda keterlambatan juga bukan

berupa uang, namun sanksi yang diberikan adalah penundaan peminjaman buku

sebanyak waktu keterlambatan. Sementara masalah pengadaan perangkat lunak

yang dipakai dalam hal ini SLiMS, Persipda mempercayakan Seksi Perpustakaan

untuk menanganinya.30

Instisuti mengirim pustakawan sebagai perwakilan yang

diberikan tugas tambahan karena kelebihanya memahami teknologi, untuk

mengikuti perkembangan aplikasi tersebut walaupun itu sebenarnya bukan

jobdesk-nya. Kemudian pemerintah juga membiayai pengadaan server baru yang

dibutuhkan kantor.

3. Faktor yang terakhir yaitu Inter-organizational relationship and External

communication. Bpk. Heru Susanto31

mengungkapkan bahwa hubungan inter-

organisasi dan komunikasi eksternal terjalin lewat komunikasi formal baik secara

langsung maupun tidak langsung misalnya dengan surat-menyurat, rapat kerja atau

dalam sebuah forum. Persipda juga malakukan kerja sama dengan institusi lain

secara lebih intens untuk mengirim personil atau data yang diperlukan saat

mangadakan event tertentu.

Berdasarkan penjelasan tiap faktor-faktor pada elemen Organisasi, dapat

disimpulkan bahwa Persipda telah berupaya melakukan yang terbaik untuk

memenuhi kebutuhan informasi dan teknologi bagi organisasi dan masyarakat.

Namun masih terdapat kekurangan pada faktor perencanaan dan strategi mengenai

penerapan, pengelolaan SLiMS.

D. Net-Benefit

Maksud dari Net-Benefit di sini adalah manfaat yang dirasakan oleh

individu, maupun organisasi yang dapat diidentifikasi dari kesesuian antara elemen

human, organization, dan technology. Hubungan yang dapat peneliti kaitkan dari

satu elemen ke elemen lainnya adalah;

Pertama, kesesuaian antara manusia dan teknologi (fit between human and

technology) yaitu adanya perbedaan yang signifikan, dirasakan oleh pustakawan

Persipda sebelum dan sesudah menggunakan SLiMS. Besar manfaat SLiMS

30

wawancara tanggal 24 Maret 2015 31

wawancara tanggal 24 Maret 2015

Page 24: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

24

menjadikannya sebagai tumpuan untuk menyelesaikan tugas-tugas di Seksi

Perpustakaan.

Kedua, kesesuaian antara manusia dengan organisasi (fit between human and

organization) dapat dilihat dari hubungan antara seluruh staf yang bekerja pada

masing-masing bidang, dengan Kepala Bagian, maupun Kepala Bagian dengan

Kepala Kantor. Ada sinergi dan kerjasama yang terjalin sehingga bermanfaat untuk

mendukung berjalannya aktivitas organisasi dalam melayani masyarakat.

Yang ketiga, kesesuaian antara teknologi dengan organisasi (fit between

technology and organization) belum begitu optimal. Penyebabnya yaitu karena

dalam mengikuti perkembangan teknologi, organisasi masih harus menyesuaikan

dengan kebijakan dan peraturan pemerintah yang ada. Ini tidak dipandang sebagai

kekurangan dalam organisasi, namun dianggap sebagai implikasi organisasi di

dalam stuktur pemerintahan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil evaluasi penerapan SLiMS pada Persipda dengan menggunakan HOT-Fit

Model menyimpulkan bahwa 1). Kualitas Informasi yang dihasilkan bergantung

pada pada Kualitas Sistem dan Kualitas Pelayanan. Jika SLiMS mudah digunakan,

selalu tersedia, efisien dan dapat diandalkan, serta menjamin adanya

penindaklanjutan layanan, dan dukungan teknis, maka informasi yang dihasilkan

menjadi lebih relevan, lengkap, aktual, dan akurat; 2). Puas atau tidaknya

pengguna sistem bergantung pada pengalaman setelah menggunakan SLiMS; 3).

Pengetahuan/keahlian setiap pusakawan tidak berada pada tingkat yang sama,

karena tidak ada pelatihan secara formal dan menyeluruh; 4). Tidak ada

perencanaan dan strategi secara tertulis yang diagendakan Persipda terkait

penerapan SLiMS; 5).Tidak ada standar serta bagian dalam organisasi yang khusus

untuk menangani pengauditan/pemeriksaan sistem untuk mengetahui apakah

sistem sudah berjalan dengan baik, dan apakah sistem telah mendukung

tercapainya visi dan misi.

Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbanyak jumlah key informan

dan menggunakan mix method agar hasil wawancara dan observasi dapat

memperkuat data yang diperoleh dari angket atau kuesioner. Model evaluasi lain

juga disarankan untuk digunakan agar memperdalam pemahaman terhadap

penerapan sistem informasi.

Page 25: Evaluasi Penerapan Senayan Library Management System pada ...

25

DAFTAR PUSTAKA

[1] LASA HS. 2005, Manajemen Perpustakaan / Lasa HS, Yogyakarta: Media

Gama

[2] Yusof, M. M. An evaluation framework for Health Information Systems:

human, organization and technology-fit factors (HOT-fit) International

Journal of Medical Informatics,

(http://www.researchgate.net/publication/5880959_An_evaluation_framew

ork_for_Health_Information_Systems_human_organization_and_technolo

gy-fit_factors_(HOTfit) /file/72e7e51628e644818f.pdf;diakses 03 Maret

2014)

[3] Widiatmoko, Wisnu Agung., Haryani, Endang., Edi, Sri Winarso Martyas.

2012. Evaluasi Implementasi Anjungan Layanan Akademik Mahasiswa

(ALAM) Universitas Kristen Satya Wacana.

(http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/2848.pdf; diakses 25

November 2014)

[4] Meirani, Ayu Kusumawati,. Fanida, Eva Hany. 2014. Evaluasi Sistem

Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) Melalui “HOT-FIT” Model di

Kantor Regional II Badan Kepegawaian Negawa Surabaya.

(ejournal.unesa.ac.id/index.php/publika/article/view/6588/baca-artikel

diakses 03 Maret 2014)

[5] Cahyono, Jefri Eko. 2013. Analisis Pemanfaatan Senayan Library

Management System (SLiMS) Di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota

Salatiga.

(fib.undip.ac.id/diglib/home/fib.undip.ac.id/files/e_book/SKRIPSI_Analisis

_pemanfaatan_SLiMS_di_KPAD_Kota_Salatiga.pdf; diakses 12 Maret

2014)

[6] Basuki, Sulistyo. 1994, Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

[7] Nazir, Mohammad. 1988, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia

[8] Basuki, Sulistyo. 2006, Metodologi Penelitian, Jakarta: Wedatama Widya

Sastra.

[9] Sugiyono. 2012. Metode Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta

[10] Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

[11] Lasa Hs. 1998. Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius

[12] Herlambang, Soendoro, dan Harianto Tanuwijaya. 2005. Sistem Informasi:

konsep, teknologi, dan manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.