Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

download Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

of 13

Transcript of Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    1/29

    EVALUASI PELAKSANAAN PROGAM PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL

    EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS NGEMPLAK I SLEMAN

    (Suatu Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Case Study di Puskesmas Ngemplak,

    Koroulon Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta)

    Karya Tulis Ilmiah

    Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

    Memperoleh Derajad Sarjana Kedokteran

    Oleh:

    Jati Perdana Utama

    09711353

    FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

    YOGYAKARTA

    2015

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    2/29

    DAFTAR ISI

    Halaman Sampul …………………………………………………………………………... i

    Halaman Pernyataan ………………………………………………………………………. ii

    Daftar isi………………………………………………………………………………….. ivBAB I PENDAHULUAN

    Latar belakang………………………………………………………………………… 1-2

    Perumusan masalah……………………………………………………………………… 2

    Tujuan penelitian………………………………………………………………………….. 3

    Keaslian penelitian…………………………………………………………………….. 3-4

    Manfaat penelitian………………………………………………………………………… 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Puskesmas……………………………………………………………………………… .5-8Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar …………………………………………… 8

    Evaluasi Progra m PONED………………………………………………………………. 15

    Pertanyaan Penelitian…………………………………………………………………….1 5

    Kerangka konsep………………………………………………………………………… 16

    Kerangka Teor i………………………………………………………………..………… 17

    BAB III METODE PENELITIAN

    Jenis dan Rancangan penelitian……………………………………………………….… 18

    Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………………….…... 18Populasi dan Subyek Penelitian …………………………………………………………. 18

    Objek Penelitian………………………………………………………………………… 19

    Metode Pengumpulan Data ……………………………………………………………… 19

    Instrumen Penelitian (alat dan bahan) …………………………………………………… 21

    Alur Penelitian……………………………………………………………………………21

    Rencana Analisis Data …………………………………………………………………… 21

    Validitas dan Realibil itas Data…………………………………………………………... 22

    Etika penelit ian…………………………………………………………………………... 23

    Jadwal peneliia n…………………………………………………………………………. 24

    Daftar pustaka ……….…………………………………………………………………25

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    3/29

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang

    pernaah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

    itu juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

    yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Yogyakarta, Agustus 2015

    Jati Perdana Utama

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    4/29

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008 – 2012) bahwa semua

    Angka kematian bayi dan balita hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

    tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012

    adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per

    1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (SDKI, 2012).

    Puskesmas pelaksanaan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar (PONED)

    merupakan puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru

    lahir dengan komplikasi, baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/mayarakat, bidan

    di desa, puskesmas dan melakukan rujukan ke RS PONEK pada kasus yang tidak dapat

    mampu ditangani (Depkes RI, 2009). Banyak indikator yang menunjukkan belum

    optimalnya Puskesmas PONED tersebut, antara lain kasus-kasus komplikasi maternal dan

    neonatal hanya sekedar lewat di puskesmas untuk mendapatkan surat rujukan ke rumah

    sakit, bidan atau bidan desa banyak yang merujuk langsung ke RS (terutama ke pelayanan

    swasta) tanpa melalui puskesmas termasuk puskesmas PONED, petugas atau tim

    puskesmas yang sudah dilatih PONED belum mempunyai rasa percaya diri yang cukup

    untuk menangani kasus-kasus yang semestinya mampu ditangani atau paling sedikit

    melakukan pertolongan pertama sebelum dikirim ke RS dengan berbagai alasan (Bappenas,

    2010).

    Menurut Rachmawati dan Suprapto (2006) hambatan dalam pelaksanaan PONED

    adalah keterbatasan sumber daya manusia, sarana dan prasarana pelayanan, kurangnya

    koordinasi, pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai. Akibat

    dari hambatan tersebut menyebabkan pemanfaatan puskesmas PONED belum maksimal.

    Berdasarkan data yang diambil dari dinas kesehatan provinsi D.I Yogyakarta, jumlah

    Puskesmas di kabupaten Sleman ada 4 puskesmas yang menjalankan program PONED

    yaitu Puskesmas Minggir, Puskesmas Mlati II, Puskesmas Ngemplak I, Puskesmas

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    5/29

    Kalasan.(Dinas Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta, 2013). Penelitian kali ini akan

    dilaksanakan pada Puskesmas Ngemplak I.

    Dengan adanya program PONED diharapkan terjadinya penurunan angka kematian

    neonates maupun maternal yang diakibatkan oleh lambatnya penanganan karena jarak

    tempuh yang jauh ke pelayanan kesehatan, maupun tidak terdeteksinya kehamilan beresiko

    akibat tidak berjalannya program pemeriksaan kehamilan dengan benar.

    Menurut data profil kesehatan Sleman 2013, Puskesmas Ngemplak 1 masuk dalam 3

    terendah dalam persentase kunjungan ke 4, yaitu hanya 76,5%. Padahal untuk kunjungan

    1 persentase yang didapat adalah 100%. Hal ini bisa diinterpretasikan bahwa di puskesmas

    Ngemplak I masih ada ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan ANC yang lengkap.

    Pelaksanaan kegiatan yang belum sesuai target mungkin diakibatkan oleh masalah di

    internal puskesmas Ngemplak I yang meliputi tenaga, sarana dan prasarana, sosialisasi,SOP, pencatatan laporan. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan

    PONED di Puskesmas Ngemplak sudah berjalan, dan juga mengetahui hambatan apa saja

    yang menyebabkan terjadinya kendala dalam menyelenggarakan program PONED.( Profil

    Kesehatan Sleman, 2013)

    Dengan data diatas maka lokasi penelitian yang akan diambil adalah Puskesmas

    Ngemplak I kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini ditujukkan untuk melihat kinerja

    pelaksanaan program PONED dan factor apa saja yang mungkin menghambat pelaksanaan

    program PONED di Puskesmas tersebut.

    1.2 PERUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, didapatkan rumusan masalah pada

    penelitian kali ini adalah bagaimana kinerja Puskesmas Ngemplak I dalam melaksanakan

    program PONED, dan apa saja kendala dalam melaksanakan program tersebut.

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    6/29

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian kali ini adalah :

    1. Tujuan Umum

    Tujuan umum penelitian kali ini adalah melihat kinerja Puskesmas Ngemplak I

    dalam melaksanakan program PONED

    2. Tujuan Khusus

    Tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya :

    a. Melihat kesiapan puskesmas Ngemplak I dalam pelaksanaan program

    PONED

    b. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan program PONED

    c. Mengetahui kinerja selama program PONED berlangsung

    1.4 Keaslian Penelitian

    1. Evaluasi pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di

    puskesmas Mamajang kota Makasar oleh Ade Surahwardy, Irwandi, Alimin Maidin

    tahun 2013. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    kualitatif pendekatan deskriptif ( explanatory research ) dalam penelitian ini peneliti

    mendapatkan hasil bahwa puskesmas Mamajang mampu menjalankan program

    PONED yang memenuhi standar SDM, sarana dan prasarana, alokasi dana,

    sosialisasi, rujukan, serta pelaporan dan supervisi.

    2. Evaluasi pelaksanaan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

    di puskesmas Karang Malang Semarang oleh Usi Erna Desita tahun 2012.

    Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan

    deskriptif dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa pelaksanaan program

    PONED belum berjalan efektif dipengaruhi oleh kuantitas tenaga khusus PONED

    belum memadai, tidak adanya alokasi dana khusus PONED dan pemberian dana

    insentif, fasilitas obat yang belum memenuhi standar, belum adanya SOP yang

    terpasang di dalam puskesmas, tidak adanya format pencatatan pelaporan khusus

    PONED serta belum adanya supervise khusus PONED.

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    7/29

    3. Evaluasi pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di

    puskesmas Jumpadang Baru Kota Makasar oleh M. Ichsan Mustain, Alimin

    Mahidin, Rini Anggraeni pada tahun 2013. Penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif dalam penelitian ini

    didapatkan hasil bahwa puskesmas Jumpadang Baru telah memenuhi syarat

    puskesmas mampu PONED, dan telah melaksanakan program PONED secara baik

    namun belum optimal terutama pada pelayanan kasus obstetric dan neonatal. Hal

    ini dikarenakan tidak semua staf puskesmas mengerti tentang SOP yang sudah

    tersedia.

    Dari ketiga penelitian diatas memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu dalam hal

    jenis penelitian dan desain penelitian yang digunakan, yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

    Perbedaan penelitian kali ini dengan ketiga penelitian diatas terdapat pada lokasi

    penelitian, lokasi penelitian kali ini akan dilakukan di Puskesmas Ngemplak I, Sleman

    Yogyakarta.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1. Bagi Puskesmas

    Bagi Puskesmas penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk perbaikan

    pelaksanaan program PONED yang sudah berjalan.

    2. Bagi peneliti

    Bertambah pengetahuan ilmiah dan pengalaman melakukan analisa dibidang

    kesehatan khususnya kesehatan masyarakat, dan juga dapat dijadikan sebagai

    dasar jika ingin melakukan penelitian dan analisa yang lebih lanjut.

    3. Bagi dunia pendidikan

    Dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk penelitian selanjutnya, dan juga

    dapat digunakan sebagai evaluasi dalam program PONED yang sudah berjalan di

    Puskesmas-puskesmas lain.

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    8/29

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.Puskesmas

    1.1 Definisi Puskesmas

    Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam buku pedoman

    penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED (2013), Puskesmas adalah unit pelaksana

    teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

    pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Berdasarkan fungsi dan ruang lingkupnya

    Puskesmas dibagi mejadi beberapa jenis, yaitu :

    1.1.1 Puskesmas Rawat Inap

    Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang letaknya stategis dan mudah diakses dari

    puskesmas di sekitarnya, dapat dijangkau melalui sarana transportasi yang didirikan sesuai

    dengan analisa kebutuhan kabupaten/kota, dilengkapi fasilitas rawat inap, peralatan medis

    dan kesehatan serta sarana prasarana yang sesuai standar.

    1.1.2 Puskesmas mampu PONED

    Puskesmas mampu PONED adalah puskesmas rawat inap yang mampu

    menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkst dasar

    selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.

    1.1.3 Puskesmas Pembantu

    Puskesman Pembantu adalah unit pelayanan yang sederhana dan berfungsi menunjang

    dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang

    lingkup wilayah yang lebih kecil.

    1.1.4 Puskesmas Keliling

    Puskesmas Keliling adalah unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan

    kendaraan bermototr dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga

    yang berasal dari puskesmas dengan fungsi dan tugas taitu memberi pelayanan kesehatan

    daerah terpencil.

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    9/29

    1.1.5 Bidan Desa

    Bidan Desa adalah seorang bidan yang bertempat tnggal di desa tersebut dan

    bertanggung jawab kepada kepala puskesmas wilayah kerjanya dengan jumlah penduduk

    3000 orang.

    Adapun Tugas utama bidan desa yaitu :

    a) Membina PSM

    b) Memberikan pelayanan

    c) Menerima rujukan dari masyarakat

    Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.

    Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian

    wilayah kerja Puskesmas di tetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala

    Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten /Kodya yang telah disetujui oleh Kepala wilayahDepartemen Kesehatan Propinsi (Depkes RI, 2000).

    Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 jiwa. Untuk

    perluasan jangkauan pelayanan kesehatan, puskesmas perlu ditunjang dengan unit

    pelayanan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas pembantu dan puskesmas keliling

    (Depkes RI, 2000).

    Selain jumlah penduduk, luas wilayah kerja puskesmas tersebut ditentukan juga oleh

    faktor geografis, keadaan sarana perhubungan, dan keadaan infrastruktur. Khusus untuk

    kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat

    meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk

    150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas pembina yang berfungsi sebagai pusat

    rujukan puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

    1.2 Fungsi Puskesmas

    Fungsi Puskesmas berdasarkan Kepmenkes RI No. 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan

    Dasar Puskesmas (Kemenkes RI, 2004) terdiri dari :

    1.2.1 Unit Pelaksana Teknis

    Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas

    berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan

    kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    10/29

    pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

    1.2.2 Pembangunan Kesehatan

    Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa

    Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

    setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

    1.2.3 Penanggungjawab Penyelenggaraan

    Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di

    wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan kabupaten/kota, sedangkan Puskesmas

    bertanggungj awab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh

    Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

    1.3 Tujuan Puskesmas

    Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah

    mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan

    kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di

    wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

    (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2004).

    1.4 Peran Puskesmas

    Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis,

    dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan

    kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan

    dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis,

    tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.

    Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi

    informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu

    (Effendi, 2009)

    1.5 Upaya Penyelenggaraan Puskesmas

    Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni

    terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung jawab

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    11/29

    menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang

    keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat

    pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan

    wajib dan upaya kesehatan pengembang (Trihono, 2005).

    Jenis pelayan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat

    upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan

    upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta

    kemampuan puskesmas.

    Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):

    a. Upaya promosi kesehatan

    b. Upaya kesehatan lingkungan

    c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencanad. Upaya perbaikan gizi masyarakat

    e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

    f. Upaya pengobatan

    2. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)

    2.1 Definisi PONED

    PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar.

    PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan

    yang boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas

    beserta penanggung jawab terlatih. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar dapat

    dilayani oleh puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan

    kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas mampu PONED merupakan

    puskesmas yang siap 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu, yang mampu

    menyelenggarakan pelayanan obstetric dan neonatal emergensi/komplikasi tingkat dasar

    (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2013)

    PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan untuk

    menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri neonatus yang meliputi segi :

    2.1.1 Pelayanan obstetri

    Pelayanan obstetric yang dilakukan oleh puskesmas mampu PONED adalah

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    12/29

    pemberian oksitosin parenteral, antibiotika perenteral dan sedative perenteral, pengeluaran

    plasenta manual/kuret serta pertolongan persalinan menggunakan vakum ekstraksi/forcep

    ekstraksi (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2013)

    2.1.2 Pelayanan neonatus

    PONED dilaksanakan di tingkat puskesmas, dan menerima rujukan dari tenaga atu

    fasilitas kesehatan di tingkat desa atau masyarakat dan merujuk ke rumah sakit. PPGDON

    (Pertolongan Pertama pada Kegawatdaruratan Obstetric dan Neonatal) memiliki tugas

    untuk menyelamatkan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal dengan

    memberikan pertolongan pertama serta mempersiapkan rujukan.PPGDON dilaksanakan

    oleh tenaga atau fasilitas kesehatan di tingkat desa dan sesuia dengan kebutuhan dapat

    merujuk ke puskesmas mampu PONED atau rumah sakit (Kementerian KesehatanIndonesia, 2013).

    2.2 Kriteria Puskesmas PONED

    Menurut Kementerian Kesehatan RI 2013 Puskesmas mampu PONED yang merupakan

    bagian dari jaringan pelayanan obstetric dan neonatal di Kabupaten/ Kota sangat spesifik

    daerah, namun untuk menjamin kualitas, perlu ditetapkan beberapa criteria pengembangan.

    Berikut beberapa kriteria puskesmas PONED menurut Kementrian Kesehatan RI (2013):

    2.2.1 Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan.

    Dari beberapa puskesmas yang ada diutamakan puskesmas dengan tempat perawatan/

    puskesmas dengan ruang rawat inap.

    2.2.2 Puskesmas sudah berfungsi/menolong persalinan.

    Puskesmas harus telah berfungsi/menolong persalinan sehingga sudah memiliki

    pengalaman dalam membantu melahirkan.

    2.2.3 Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan

    1. Puskesmas melayani sekitar 50.000 – 100.000 penduduk yang tercakup oleh

    puskesmas (termasuk penduduk di luar wilayah puskesmas PONED).

    2. Puskesmas harus memiliki jarak tempuh yang dekat dan mudah diakses dari lokasi

    pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan puskesmas biasa ke puskesmas mampu PONED

    paling lama 1 jam dengan transportasi umum setempat, mengingat waktu pertolongan

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    13/29

    hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.

    2.2.4. Jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang perlu tersedia

    Sekurang-kurangnya seorang dokter dan seorang bidan terlatih GDON dan seorang

    perawat terlatih PPGDON. Tenaga tersebut bertempat tinggal di sekitar lokasi puskesmas

    mampu PONED.

    2.2.5 Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia

    Sarana kesehatan yang harus dimiliki oleh puskesmas mampu PONED sekurang-

    kurangnya adalah:

    1. Alat dan obat

    2. Ruangan tempat menolong persalinan

    Ruangan ini dapat memanfaatkan ruangan yang sehari-hari digunakan oleh pengelola

    program KIA.a) Luas minimal 3 x 3 m

    b) Ventilasi dan penerangan memenuhi syarat

    c) Suasana aseptik bisa dilaksanakan

    d) Tempat tidur minimal dua buah dan dapat dipergunakan untuk melaksanakan

    tindakan.

    3. Air bersih tersedia

    4. Kamar mandi/ WC tersedia

    5. Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu yang utama

    yaitu : perdarahan, eklampsi, infeksi, partus lama, abortus, dan sebab kematian

    neonatal yang utama yaitu : asfiksia, tetanus neonatorum dan hipotermia.

    2.3 Penanggung jawab

    Seperti yang tertuang dalam buku pedoman penyelenggaraan puskesmas mampu PONED

    oleh Kementrian Kesehatan RI (2013) penanggung jawab puskesmas mampu PONED

    adalah dokter.

    2.4 Dukungan Pihak Terkait

    Dalam pengembangan PONED harus melibatkan secara aktif pihak-pihak terkait, seperti :

    a. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    14/29

    b. Rumah Sakit Kabupaten/ Kota

    c. Organisasi Profesi : IBI. IDAI, POGI, IDI

    d. Lembaga swadaya masyarakat (LSM)

    2.5 Distribusi PONED

    Untuk satu wilayah kabupaten/ kota minimal ada 4 puskesmas mampu PONED, dengan

    sebaran yang merata. Jangkauan pelayanan kesehatan diutamakan gawat darurat obstetric

    neonatal (GDON) di seluruh kabupaten/ kota. ( Kementrian Kesehatan RI, 2013)

    2.6 Kebijaksanaan PONED

    Pada lokasi yang berbatasan dengan kabupaten/ kota lain, perlu dilakukan kerjasama

    kedua kabupaten/ kota terebut.

    2.7. Pelaksanaan PONED

    2.7.1 Persiapan pelaksanaan

    Dalam tahap ini ditentukan :

    1) Biaya operasional PONED

    2) Lokasi pelayanan emergensi di puskesmas

    3) Pengaturan petugas dalam memberikan pelayanan gawat darurat obstetric neonatal.

    4) Format-format

    a) Rujukan

    b) Pencatatan dan pelaporan (Kartu Ibu, Partograf, dll)

    2.7.2. Sosialisasi

    Dalam pemasaran social ini yang perlu diketahui oleh masyarakat antara lain adalah jenis

    pelayanan yang diberikan dan tarif pelayanan. Pemasaran social dapat dlaksanakan antara

    lain oleh petugas kesehatan dan sector terkait, dari tingkat kecamatan sampai ke desa, a.l

    dukun/ kader dan satgas GSI melalui berbagai forum yang ada seperti rapat koordinasi

    tingkat kecamatan/ desa, lokakarya mini dan kelompok pengajian dan lain-lainnya.

    2.7.3. Alur pelayanan di puskesmas mampu PONED

    Setiap kasus emergensi yang datang ke puskesmas mampu PONED harus langsung

    dita ngani, setelah itu baru pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran → alur

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    15/29

    pasien. Pelayanan gawat darurat obstetric dan neonatal yang diberikan harus mengikuti

    prosedur tetap (protap).

    2.8. Pencatatan

    Dalam pelaksanaan PONED ini, diperlukan pencatatan yang akurat baik ditingkat

    Kabupaten/ Kota (RS PONED) maupun di tingkat puskesmas. Format-format yang

    digunakan adalah yang sudah baku seperti :

    a. Pencatatan System Informasi manajemen Puskesmas (SP2PT)

    b. KMS ibu hamil/ buku KIA

    c. Register Kohort Ibu dan Bayi

    d. Partograf

    e. Format-format AMP2.8.1 Tingkat Puskesmas

    a) Formulir Rujukan maternal dan Neonatal (Form R)

    Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan di desa maupun bidan swasta, untuk merujuk

    kasus ibu maupun neonatus.

    b) Formulir Otopsi Verbal Maternal dan Neonatal (Form OM dan OP).

    Form OM digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/ bersalin/nifas yang meninggal.

    Sedangkan Form OP digunakan untuk otopsi verbal bayi baru lahir yang meninggal. Untuk

    mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh

    petugas puskesmas.

    2.8.2 Tingkat Rumah Sakit

    a) Formulir Maternal dan Neonatal (Form MP)

    Formulir ini mencatat data dasar semua ibu bersalin/ nifas danbayi baru lahir yang masuk

    ke RS. Pengisiannya dapat dilakukan oleh bidan atau perawat.

    b) Formulir Medical Audit (Form MA)Form ini dipakai untuk menulis hasil/ kesimpulan

    data dari audit maternal dan audit neonatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang

    bertugas di bagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk

    kasus anak neonatal).

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    16/29

    2.9 Pelaporan

    Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang dengan menggunakan format

    yang terdapat pada buku pedoman AMP, yaitu :

    2.9.1 Laporan dari RS Kabupaten/ Kota ke Dinkes Kabupaten/ kota (Form RS)

    1) Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab

    kematian) ibu dan bayi baru lahir.

    2) Laporan dari puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Form Puskesmas).

    3) Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas dan jumlah kasus yang

    dirujuk ke RS Kabupaten/ Kota.

    2.9.2. Laporan dari Dinkes kabupaten/ Kota ke tingkat propinsi/ Dinkes Propinsi.

    Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan neonatal yang ditangani

    oleh RS kabupaten/ Kota dan puskesmas, serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi/gangguan.

    2.10. Pemantauan

    Pemantauan dilakukan oleh institusi yang berada secara fungsional satu tingkat

    diatasnya secara berjenjang dalam satu kesatuan system. Hasil pemantauan harus

    dimanfaatkan oleh unit kesehatan masing-masing dan menjadi dasar untuk melakukan

    perbaikan serta perencanaan ulang manajemen pelayanan melalui :

    2.10.1. Pemanfaatan laporan.

    Laporan yang diterima bermanfaat untuk melakukan penilaian kinerja dan pembinaan

    2.10.2 Umpan Balik

    Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam jangka waktu 3 (tiga)

    bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke RS PONEK dan Puskesmas PONED atau

    disampaikan melalui pertemuan Review Program Kesehatan Ibu dan Anak secara berkala

    di Kabupaten/ Kota dengan melibatkan ketiga unsur pelayanan kesehatan tersebut diatas.

    Umpan balik dikirimkan kembali dengan tujuan untuk melakukan tindak lanjut terhadap

    berbagai masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan PONED/ PONEK.

    2.11. Evaluasi

    Evaluasi pelaksanaan pelayanan PONEK/ PONED dilakukan secara berjenjang dan

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    17/29

    dilaksanakan pada setiap semester dalam bentuk evaluasi tengah tahun dan akhir tahun.

    Kegiatan evaluasi dilakuan melalui pertemuan evaluasi Kesehatan Ibu dan Anak.Hasil

    evaluasi disampaikan melalui Pertemuan Pemantapan Sistem Rujukan kepada pihak yang

    terkait baik lintas program maupun lintas sektoral dalam untuk dapat dilakukan

    penyelesaian masalah dan rencana tindak lanjut.

    Beberapa aspek yang dievaluasi antara lain :

    2.11.1. Masukan (input)

    1) Tenaga

    Tenaga yang dimaksud meliputi dokter yang terlatih PONED, Bidan terlatih PONED,

    dan perawat terlatih PONED.

    2) Dana

    Dana yang dipakai sebagai biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan pelayanankesehatan di era JKN ataupun sumber dana lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.3) Sarana

    Sarana yang digunakan meliputi ruang tindakan untuk melakukan tindakan obstetric

    dan neonatal dengan kondisi emergensi/komplikasi tertentu yang boleh dilakukan di

    Puskesmas PODED, Ruang bersalin tanpa perlu tindakan khusus, Ruang pemulihan

    ( Recovery room), ruang perawatan bayi baru lahir.

    4) Obat dan alat

    5) Format pencatatan dan pelaporan6) Prosedur Tetap PONED/ PONEK

    7) Jumlah dan kualitas pengelolaan yang telah dilakukan termasuk Case Fatality Rate

    2.11.2. Proses

    1) Kualitas pelayanan yang diberikan

    2) Kemampuan, ketrampilan dan kepatuhan tenaga pelaksana pelayanan terhadap Prosedur

    Tetap PONED/ PONEK

    3) Frekuensi pertemuan Audit maternal Perinatal di Kabupaten/ Kota dalam satu tahun

    2.11.3. Keluaran (output)

    1) Kuantitas

    a) Jumlah dan jenis kasus PONED/ PONEK yang dilayani

    b) Proporsi kasus terdaftar dan rujukan baru kasus PONED/ PONEK

    di tingkat RS Kabupaten/ Kota

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    18/29

    2) Kualitas

    a) Case Fatality Rate

    b) Proporsi jenis morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi

    c) Response time

    2.12. Evaluasi Program PONED

    Menurut M. Ichsan Mustain, et al (2013), Puskesmas Jumpadan Baru di makasar

    menyebutkan bahwa puskesmas Jumpadan Baru telah memenuhi standar untuk

    melaksanakan program PONED. Dinilai dari jumlah tenaga medis yang telah memadai,

    serta sarana dan prasarana yang telah lengkap.

    Dalam penelitian M.Ichsan Mustain, et al (2013) juga menyebutkan bahwa salah satu

    factor yang harus dipenuhi suatu puskesmas yang mampu PONED seoptimal mungkinadalah sarana dan prasarana yang lengkap, sehingga dapat menangani kasus persalinan

    dengan baik. Sesuai dengan penelitian sebelumnya menurut Wijaya (2012) kendala

    pengembangan program PONED yaitu SDM, sarana prasarana kurang, pembiayaan lama,

    dan SK bentuknya surat tugas sehingga tidak ada legitimasi yang lebih jelas. Solusi

    pengembangan kesepakatan yaitu pemenuhan sarana prasarana, pelatihan dan pengajuan

    kebutuhan PONED ke pemerintah, pembiayaan lancer, dan pembuatan SK khusus.

    2.13. Pertanyaan Penelitian

    1. Berapa jumlah petugas terlatih PONED di puskesmas?

    2. Apa saja yang diketahui tim PONED tentang puskesmas mampu PONED?

    3. Apakah tim PONED mengetahui tentang kasus kegawatdaruratan obstetric neonatal

    dan sistem rujukan?

    4. Pelayanan yang diberikan oleh puskesmas terkait program PONED apa saja?

    5. Sarana yang telah ada di puskesmas sebagai syarat puskesmas mampu PONED apa

    saja?

    6. Berapa jumlah kasus kegawat daruratan obstetric dan neonatal yang telah ditangani

    oleh puskesmas?, dan berapa jumlah kasus yang dirujuk?

    7. Jarak puskesmas dengan wilayah cakupan kerja?

    8. Apakah ada kendala dalam pelaksanaan program PONED?, kalau iya apa saja?

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    19/29

    2.14. Kerangka Konsep

    EVALUASIKINERJAPONED

    INPUT

    1. SDM

    2. DANA

    3. SARANA

    PELAYANAN

    1. ANC

    2. PENANGANANEMERGENSI / KOMPLIKASI

    OUTPUT

    1. Jumlah dan jenis kasusPONED yang dilayani

    2. Rujukan

    3. Angkakeberhasilan/kematian

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    20/29

    2.15. Kerangka Teori

    PONEDPenanggung

    jawab : penanggung jawab puskesmas mampuPONED adalahdokter

    Pelaksanaan PONED :

    1. Persiapan pelaksanaan2. Sosialisasi3. Pembuatan alur

    pelayanan di Puskesmasmampu PONED

    Pelayanan :

    1. Pelayanan Obstetri2. Pelayanan Neonatus

    Dukungan Pihak Terkait :

    1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

    2. Rumah Sakit Kabupaten/Kota

    3. Organisasi Profesi : IBI, IDAI, POGI,IDI

    4. Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)

    Evaluasi

    kriteria :1.puskesmas memiliki sarana

    pertolongan persalinan.

    2. puskesmas sudah menolong persalinan3. mempunyai sub senter rujukan4. jumlah dan jenis tenaga kesehatanyang perlu tersedia dokter, bidan, dan

    perawat terlatih PONED.5. Jumlah dan jenis sarana kesehatanyang perlu tersedia adalah alat, obat-obatan, tempat menolong persalinan, air

    bersih, wc/kamar mandi.

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    21/29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis dan Rancangan penelitian

    Penelitian ini bersifat case study dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian

    case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara

    intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang

    berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit social tertentu yang bersifat apa adanya

    (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat.

    Penelitian case study merupakan studi mendalam mengenai unit social tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit social

    tertentu.

    Penelitian kualitatif sendiri dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

    digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah instrument

    kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

    bersifat induktif atau hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

    generalisasi. Desain kualitatif memiliki sifat yang bebas dan luwes, tidak ada aturan pasti

    dalam beberapa total sampel yang akan dijadikan subjek penelitian. Jumlah subjek

    tergantung dari seberapa manfaatkah dan jumlah sumber daya manusia pada lokasi tertentu.

    3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian di lakukan di PUSKESMAS Nglempak 1, di kabupaten Sleman,

    Yogyakarta. , Penelitian dilakukan pada bulan September 2015.

    3.3. Populasi dan Subyek Penelitian

    Narasumber dalam penelitian ini adalah Kepala Pukesmas dan tenaga kesehatan

    yang terlatih poned (dokter, bidan, perawat), serta pasien (ibu hamil atau sudah melahirkan)

    yang mendapat penanganan di puskesmas Ngemplak 1 Sleman Yogyakarta. Populasi

    dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan. Yang pertama karena keterbatasan

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    22/29

    kemampuan dan waktu maka dipilih populasi yang tidak terlalu besar namun mendukung

    kedalaman hasil penelitian. Yang kedua nara sumber dipilih secara Purposive sesuai

    dengan tujuan penelitian. Yang ketiga, jumlah nara sumber sudah memadai ketika

    informasi yang didapat mencapai kejenuhan data.

    Penentuan narasumber dilakukan dengan metode kriteria seleksi berdasarkan

    tujuan ( purposive sampling). Dengan melalui metode pemilihan tersebut maka narasumber

    yang menjadi sumber data didasarkan oleh kriteria yang diinginkan peneliti.

    Purposive sampling yaitu metode memilih partisipan dalam suatu penelitian

    kualitatif dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang dimasukkan dalam penelitian,

    di mana partisipan yang diambil dapat memberikan informasi yang credible bagi peneliti.

    Populasi dalam penelitian kualitatif relatif kecil, yaitu direkomendasikan kurang dari 10

    responden.

    3.4. Objek Penelitian

    Yang menjadi objek penelitian kali ini meliputi dari

    3.4.1. INPUT

    Input disini meliputi dari SDM, dana yang ada, serta sarana dan prasarana

    pendukung yang terdapat di puskesmas.

    3.4.2. PROSES

    Proses disini meliputi pelayanan yang diberikan oleh puskesmas seperti

    ANC dan penanganan kasus-kasus emergensi, serta proses kasus rujukan yang

    ditangani puskesmas Ngemplak I.

    3.4.3 OUTPUT

    Penilaian output dilihat dari jumlah kelahiran bayi di puskesmas ntersebut,

    jumlah kematian, jumlah rujukan, serta jumlah kasus yang ditangani.

    3.5. Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh peneliti sendiri dengan cara :

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    23/29

    3.5.1 Wawancara mendalam ( in depth in tervi ew )

    Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

    penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

    informan atau orang yang diwawancarai. Durasi wawancara kurang lebih berkisar 10 – 15

    menit, dengan batas maksimal 30 menit, batasan ini dimaksudkan agar menjaga responden

    tidak merasa jenuh selama wawancara tersebut, sebab jenuhnya wawancara dapat

    mempengaruhi jawaban dari responden atas pertanyaan peneliti.

    3.5.2 Observasi

    Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-

    unsur yang tampak dalam suatu gejala terhadap objek penelitian yang dapat dikalaborasi

    dengan hasil pengumpulan data dengan metode yang lain.Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas yang

    berlangsung dan orang yang terlibat di dalamnya, maupun makna kejadian yang dilihat dari

    perspektif orang yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut (Moleong, 2010).

    Observasi yang akan dilakukan adalah melihat kesiapan puskesmas terkait sarana dan

    oprasarana yang ada di puskesmas yang menjadi syarat kelengkapan minimal dalam

    penyelenggararaan PONED, sehingga dapat diketahui apakah sudah mencukupi atau

    belum.

    3.5.3 Dokumentasi

    Teknik dokumentasi sebagian besar dalam bentuk tulisan atau gambar, dimana cara

    ini merupakan pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang

    berhubungan dengan masalah yang diteiti, sehingga dapat diperoleh data yang lengkap dan

    bukan berdasarkan perkiraan.

    Dokumentasi dilakukan saat observasi maupun saat wawancara mendalam. Semua

    kegiatan akan didokumentasikan, sehingga setiap detail data yang diperoleh dapat

    direkam dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya.

    Untuk menambah kevalidan data, dilakukan juga pengambilan data dari dokumen-

    dokumen penting terkait dengan jumlah kasus yang ditangani, jumlah kelahiran dan

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    24/29

    jumlah kematian yang terjadi, serta jumlah rujukan yang telah dilakukan ioleh puskesmas

    Ngemplak I.

    3.6. Instrumen Penelitian (alat dan bahan)

    Instrumen penelitian didefinisikan sebagai alat guna mengumpulkan data penelitian

    (Machfoedz et al. 2009). Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri

    yang dilengkapi dengan alat bantu berupa perekam suara ( tape recorder) , alat tulis,

    kamera atau handycam .

    Pedoman wawancara disusun oleh peneliti meliputi pertanyaan tentang hal-hal

    yang berkaitan dengan sejarah penyelenggaraan PONED di Puskesmas tersebut, kesiapan,

    serta kendala yang dihadapi dalam penyelengarannnya.

    3.7. Alur Penelitian

    1. Pengajuan Judul Penelitian

    2. Penyusunan Proposal Penelitian

    3. Seminar Proposal

    4. Pengambilan data

    5. Pengolahan data

    6. Penyusunan hasil dan pembahasan

    7. Seminar Hasil Penelitian

    3.8. Rencana Analisis Data

    Proses analisis data dalam penelitian ini setelah data terkumpul atau dilihat

    kejadiaannya secara langsung dilapangan, maka dilakukan analisis informasi berupa data

    yang berhasil dikumpulkan tidak menggunakan uji statistik, melainkan menggunakan

    analisis secara non statistik sesuai dengan rancangan penelitian.

    Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis tema,

    dimulai dari menganalisis dari domain ke analisis tema. Proses pengolahan data dengan

    analisis tema dapat diurutkan sebagai berikut (Moleong, 2009).

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    25/29

    1. Melakukan telaah seluruh data yang dikumpulkan dari wawancara mendalam,

    observasi, dan penelusuran dokumen.

    2. Mereduksi data dengan merangkum dan menyimpulkan sesuai data yang telah

    diteliti.

    3. Membuat susunan satuan informasi dengan analisa proses dan struktur data yang

    diperoleh.

    4. Penentuan satuan-satuan informasi dengan identifikasi selanjutnya dibuat indeks

    dan diberi kode.

    5. Kategorisasi (pengelompokan)

    3.9 Validitas dan Realibilitas data

    Untuk validitas dan realibilitas data dalam penelitian ini, maka akan dilakukan tekniktriangulasi terdiri dari:

    3.9.1 Triangulasi sumber

    Triangulasi sumber berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan

    teknik yang sama.

    3.9.2 Triangulasi data

    Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan

    data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

    yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

    Sumber A

    Sumber B

    Sumber C

    Wawancara mendalam

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    26/29

    sebenarnya peneliti sekaligus menguji kredibilitas data. Triangulasi teknik berarti peneliti

    menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda dengan sumber yang sama.

    Peneliti menggunakan observasi non partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi

    3.10. Etika Penelitian

    Penelitian dilakukan terhadap responden setelah dilakukan inform consent berupa

    pengisian lembar persetujuan untuk dilakukan penelitian oleh responden. Lembar

    persetujuan berisi tentang penjaminan identitas narasumber dengan cara mengganti nama

    narasumber hanya dengan inisial nama narasumber, dan juga perdetujuan narasumber yang

    menyatakan bersedia atau sukarela dan tanpa paksaan dalam kesediaamya umtuk menjadi

    narasumber.

    Juga dengan prinsip confidentality yaitu kerahasiaan terhadap data-data yang diambil

    dan didapat. Demi menjamin kepercayaan semua data yang sudah didapat akan disimpan

    dalam laptop dan akan di compress kemudian dipassword, sehingga tidak bisa dibuka oleh

    orang lain.

    Wawancara mendalam(in Depth Interview)

    Observasi non parsitipatifdan Dokumentasi

    Sumberdata sama

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    27/29

    3.11. Jadwal Penelitian

    No

    kegiatan

    Kegiatan Bulan ke (2015)

    6 7 8 9

    1 Penyusunan judul v

    2 Penyusunan laporan v

    3 Seminar proposal v

    4 Menyusun pertanyaan v

    5 Pengumpulan data v

    6 Analisis data v

    7 Menyusun laporan akhir v

    8 Seminar hasil v

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    28/29

    Daftar Pustaka

    - Ichsan, Mustain M, Maidin Alimin, Anggraeni Rini. Evaluasi pelaksanaan

    Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas

    Jumnpadang Baru, Kota Makasar tahun 2013.

    - Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes).,2010. Pedoman Penyelenggaraan

    Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa .

    No.949/MENKES/SK/VIII/2010.

    - Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Pejabat Struktural Kesehatan .

    No.971/Menkes/PER/XI/.2010.Jakarta.

    - Erna, Desita Usi. Evaluasi pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

    Dasar (PONED) di puskesmas Karang Malang Semarang. Jurnal KesehatanMasyarakat. 2012; 1 (2) : hal 126-132.

    - Dewiyana, 2010. PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman . Tesis

    Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Fakultas Kedokteran

    Universitas Airlangga.

    - Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2013. Pelayanan Obstetri dan neonatal

    Emergeensi Dasar (PONED). Kementrian Kesehatan RI , Jakarta.

    - Hasibuan, M.2010. Manajemen Sumber Daya Manusia . PT. Bumi Aksara.

    Jakarta.

    - Kemenkes. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED.

    Kementerian Kesehatan, Jakarta.

    - Ade Surahwardy, Irwandi, Alimin Maidin. Evaluasi pelaksanaan Pelayanan

    Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di puskesmas Mamajang kota

    Makasar tahun 2013.

    - Wijaya. 2012. Evaluasi Persiapan Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal

    Emergensi Dasar (PONED) Di Kabupaten Brebes Tahun Tahun 2012 . Jurnal

    kesehatan Masyarakat , 1 (2) : hal 72-81.

    - Dinkes Sleman. Profil Kesehatan Sleman Tahun 2013. Sleman : Dinas Kesehatan

    Sleman; 2013.

  • 8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)

    29/29

    - Kepmenkes RI. Kebijakan Dasar Puskesmas. Nomor 128 tahun 2004. Jakarta:

    Kepmenkes RI; 2004.

    - Effendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek dalam

    Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika.

    - Trihono. 2005. Manajemen puskesmas berbasis paradigm sehat. Jakarta : sagung

    Seto.

    - Endang Sutisna, S. 2014. Manajemen Kesehatan : Teori dan Prsktik di

    Puskesmas. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.