KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi...

22
Bunga Rampai Administrasi Publik Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 73 KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi dalam Pelayanan Publik Renny Savitri Peneliti Pertama Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah Email : [email protected] PENDAHULUAN Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang tergolong tinggi dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya. Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia merupakan masalah yang mendapat perhatian besar dari pemerintah. Bahkan sebelum hal ini dimasukkan dalam target Millenium Development Goals yang disetujui oleh 191 negara anggota PBB untuk dapat dicapai di tahun 2015, angka kematian ibu dan bayi sudah dijadikan sebagai indikator penting untuk melihat derajat kesehatan masyarakat. Menurut Bappenas, dalam sektor kesehatan tantangan terbesar terletak pada target untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) 1 . Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2007 menunjukkan AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, lalu SDKI 2012 mencatat bahwa AKI mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 359/100.000 kelahiran hidup. Hal ini menjadi mengkhawatirkan karena masih jauh dari harapan MDGs untuk tahun 2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk data Angka kematian bayi 1 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Summary Report: Millennium Development Goals, Indonesia 2007, hal 8

Transcript of KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi...

Page 1: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 73

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI :

Sebuah Inovasi dalam Pelayanan Publik

Renny Savitri Peneliti Pertama Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Email : [email protected]

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian

Bayi (AKB) yang tergolong tinggi dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN

lainnya. Tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia merupakan

masalah yang mendapat perhatian besar dari pemerintah. Bahkan sebelum

hal ini dimasukkan dalam target Millenium Development Goals yang

disetujui oleh 191 negara anggota PBB untuk dapat dicapai di tahun 2015,

angka kematian ibu dan bayi sudah dijadikan sebagai indikator penting

untuk melihat derajat kesehatan masyarakat.

Menurut Bappenas, dalam sektor kesehatan tantangan terbesar

terletak pada target untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) 1 .

Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada

2007 menunjukkan AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, lalu SDKI

2012 mencatat bahwa AKI mengalami peningkatan yang cukup signifikan

menjadi 359/100.000 kelahiran hidup. Hal ini menjadi mengkhawatirkan

karena masih jauh dari harapan MDGs untuk tahun 2015 adalah

102/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan untuk data Angka kematian bayi

1 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Summary Report: Millennium

Development Goals, Indonesia 2007, hal 8

Page 2: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

74 | Lembaga Administrasi Negara, 2014

(AKB) di Indonesia walaupun masih jauh dari angka target MDGs yaitu AKB

tahun 2015 sebesar 23/1000 kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami

penurunan yaitu dari sebesar 35/ 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002)

menjadi sebesar 34/ 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007), dan terakhir

menjadi 32/ 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada grafik berikut :

Sumber : BPS, SDKI 1991-2012

Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia disebabkan

banyak hal. Beberapa kasus kematian ibu melahirkan terjadi akibat adanya

pendarahan, keracunan, infeksi, aborsi, dll. Sedangkan kematian bayi baru

lahir disebabkan karena berat bayi lahir rendah, kesulitan bernafas saat

lahir, tetanus, infeksi, masalah pemberian makanan, dll. Berbagai alasan

medis tersebut secara tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa faktor

disekitarnya misal terbatasnya tenaga kesehatan di daerah, kondisi

geografis daerah yang susah dicapai, faktor budaya yang masih tradisional,

serta faktor ekonomi dan pendidikan yang masih rendah. Berbagai latar

belakang tersebut banyak mendorong masyarakat Indonesia untuk

menggunakan jasa tenaga non medis dalam menolong persalinannya

Page 3: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 75

misalnya tenaga dukun bayi. Peranan dukun bayi ternyata masih kuat di

tengah masyarakat terutama masyarakat pedesaan. Bahkan dukun bayi

dianggap sebagai tokoh masyarakat yang disegani karena kemampuannya.

Padahal sebagaimana kita ketahui persalinan di dukun dilakukan dengan

fasilitas serta kemampuan medis dukun yang terbatas. Sehingga belum bisa

dimasukkan ke dalam kategori persalinan aman. Berikut gambaran

pemilihan penolong persalinan oleh masyarakat Indonesia menurut Ikatan

Bidan Indonesia. Dari grafik 2 tersebut dapat kita ketahui bahwa di

Indonesia tingkat persalinan di dukun masih cukup tinggi yaitu 31.5%.

Sumber : Women Research Institute, 2011

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB di

Indonesia. Berbagai upaya tersebut misalnya penempatan bidan di desa,

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku

Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA), program perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi (P4K), penyediaan fasilitas kesehatan pelayanan

obstetric neonatal emergensi dasar (PONED) di puskesmas perawatan dan

pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah

Page 4: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

76 | Lembaga Administrasi Negara, 2014

sakit, serta program jaminan persalinan (jampersal). Namun ternyata semua

program tersebut belum memperlihatkan hasil yang cukup signifikan.

Untuk itu, ada baiknya untuk mencari pendekatan lain dalam upaya

menurunkan AKI dan AKB di Indonesia. Salah satu pendekatan tersebut

adalah dengan memanfaatkan posisi dukun bayi yang masih kuat dalam

masyarakat. Dalam program ini dukun bayi diajak bermitra dengan bidan.

Sebuah penelitian prospektif di Nigeria juga memperlihatkan keberhasilan

peran dukun bayi untuk menurunkan AKI setelah 75 dukun bayi diberi

pelatihan. Angka kematian ibu di negara tersebut turun sebanyak 50% (dari

30 ibu menjadi 15 ibu yang meninggal) dalam jangka waktu 3 tahun setelah

pelatihan2.

Program kemitraan bidan dan dukun bayi ini juga mendukung

tercapainya target SPM Bidang Kesehatan dimana target nasional untuk

indikator pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan adalah 90% di tahun 2015. Menurut petunjuk teknis

SPM Bidang Kesehatan ada beberapa langkah kegiatan yang dapat

dilakukan dalam rangka mencapai target indikator ini yaitu : kemitraan

bidan-dukun, perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K),

pelayanan persalinan, penyediaan/penggantian peralatan persalinan (Bidan

KIT), pelatihan dan magang, serta supervisi, monitoring dan evaluasi.

Dengan adanya program kemitraan antara bidan dan dukun bayi maka

diharapkan dapat meningkatkan akses ibu dan anak terhadap pelayanan

kebidanan yang berkualitas.

2 Brennan 1989 dalam Brouwere, Vincent & Lerberghe, Wim 2001, Safe

Motherhood Strategies: a Review of the Evidence, Studies inf Health Services

Organization & Policy, 17, ITG Press, Belgium

Page 5: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 77

KONSEP DAN KEBIJAKAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI

Federation of International Gynaecologist and Obstetritian atau FIGO

(1991) dan World Health Organization atau WHO (1992) mendefinisikan

bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin

untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu.

Selanjutnya Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mendefinisikan bidan sebagai

“seorang perempuan yang telah lulus dari pendidikan bidan yang diakui

pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia

serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,sertifikasi dan

atau secarah sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan”

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan kebidanan di

masyarakat, bidan diberi wewenang oleh pemerintah sesuai dengan wilayah

pelayanan yang diberikan. Wewenang tersebut berdasarkan Peraturan

Menkes RI.Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek

bidan.

Sedangkan pengertian dukun bayi tradisional menurut WHO-UNFPA-

UNICEF secara bersama adalah seseorang yang membantu seorang ibu

pada saat melahirkan yang keterampilannya diperoleh melalui magang

dengan dukun bayi tradisional lainnya atau diperoleh karena keturunan.

Senada denga itu, Kusnada Adimihardja3 mendefinisikan dukun bayi adalah

seorang wanita atau pria yang menolong persalinan. Kemampuan ini

diperoleh secara turun menurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga

dekat lainnya. Cara mendapatkan keterampilan ini adalah melalui magang

dari pengalaman sendiri atau saat membantu melahirkan.

3 Rina Anggorodi, Dukun Bayi Dalam Persalinan Oleh Masyarakat Indonesia, Makara,

Kesehatan, Vol. 13, No. 1, Juni 2009: 9-14

Page 6: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

78 | Lembaga Administrasi Negara, 2014

Dukun bayi memiliki beberapa ciri-ciri khusus yang dikemukakan

Suparlan4 yaitu :

1. pada umumnya terdiri dari orang biasa,

2. pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta

huruf,

3. pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari

uang tetapi karena „panggilan‟ atau melalui mimpi-mimpi, dengan

tujuan untuk menolong sesama,

4. di samping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya

yang tetap. Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat

dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan,

5. ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut

kemampuan dari masing-masing orang yang ditolong sehingga

besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya,

6. umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan

tokoh yang berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam

masyarakat.

Dilihat dari pengertian dan ciri-ciri dukun bayi diatas diketahui bahwa

persalinan yang ditangani oleh dukun bayi belum bisa dikategorikan

kedalam persalinan yang aman. Karena persalinan yang aman adalah

persalinan yang bisa menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.

Sedangkan sebagaimana kita ketahui dukun bayi tidak memiliki

pengetahuan yang cukup tentang persalinan dan tidak memiliki fasilitas

yang lengkap untuk bisa menjamin persalinan aman. Dalam kasus

persalinan normal mungkin dukun masih bisa diandalkan, namun jika

terjadi komplikasi mungkin dukun bayi tidak akan bisa mengatasi karena

dukun bayi tidak dapat mengetahui tanda-tanda bahaya perjalanan

persalinan.

Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia yang dituangkan dalam

pedoman kemitraan bidan dan dukun, kemitraan bidan dengan dukun

adalah “suatu bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling

menguntungkan dengan prinsip keterbukaaan, kesetaraan, dan

4 ibid

Page 7: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 79

kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan

menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan

dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi

pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat

antara bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen

masyarakat yang ada”.

Adapun tujuan 5 dari program ini secara umum adalah untuk

meningkatnya akses Ibu dan bayi terhadap pelayanan kebidanan

berkualitas. Sedangkan secara khusus, program ini bertujuan untuk :

a. Meningkatkan rujukan persalinan, pelayanan antenatal, nifas dan bayi

oleh dukun ke tenaga kesehatan yang kompeten.

b. Meningkatkan alih peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra

Bidan dalam merawat Ibu Nifas dan Bayinya

c. Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan

Berikut adalah sasaran dari pelaksanaan program kemitraan bidan

dan dukun bayi ini6 :

1. Pengelola dan Penanggung Jawab Program KIA/KB, Promkes dan

Perencanaan di Propinsi, Kab/Kota dan Puskesmas.

2. Lintas Sektor terkait di setiap jenjang administrasi (disesuaikan kondisi

setempat)

3. Bidan koordinator dan bidan puskesmas

Program kemitraan bidan dan dukun bayi ini muncul berdasarkan

peraturan perundang-undangan berikut :

1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

2. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

3. Undang-undang No. 32 tentang tahun 2004 Pemerintah Daerah.

5 Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Kemitraan Bidan Dan Dukun 6 ibid

Page 8: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

80 | Lembaga Administrasi Negara, 2014

4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 900 tahun 2002 tentang Registrasi

dan Praktek Bidan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457 tahun 2003 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

6. Kepmenkes 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan

7. Kepmenkes 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan

kebidanan

Menurut pedoman kemitraan bidan dan dukun dari kementerian

kesehatan RI, dalam tata hubungan kerja masing-masing level memiliki

tugas sebagai berikut :

1. Tugas Provinsi :

Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan

Bidan – Dukun.

Mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan).

Menjamin kualitas Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan,

Partisipasi Masyarakat).

Fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun.

Penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan

Lintas Program/Lintas Sektor Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam

pelaksanaan kegiatan.

Penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan

melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas.

2. Tugas Kabupaten/Kota :

Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan

Bidan – Dukun

Mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan)

Menjamin kualitas Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan,

Partisipasi Masyarakat)

Page 9: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 81

Fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun.

Penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan

Lintas Program/Lintas Sektor Kabupaten/Kota dan Puskesmas dalam

pelaksanaan kegiatan.

Penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan

melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas.

3. Tugas Puskesmas :

Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan

Bidan – Dukun

Berkoordinasi dengan Lintas Program/Lintas Sektor Kecamatan dan

Desa/Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan.

Membangun jejaring dengan LSM, PKK, Tokoh agama, Tokoh

Masyarakat dan Swasta di Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

Membina dukun yang berada di wilayah setempat

Melaksanakan kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun.

Memfasilitasi Bidan di Desa dalam pelaksanaan kemitraan.

Memantau dan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan dengan

dukun.

Bertanggung jawab dan melaporkan kepada kepala dinas.

4. Tugas bidan di Desa/bidan pembina wilayah :

Mendata dan memetakan dukun bayi dan ibu hamil.

Berkoordinasi dengan Lintas Sektor di Desa/Kelurahan dalam

pelaksanaan kegiatan.

Membangun jejaring dengan LSM, PKK, Tokoh agama, Tokoh

Masyarakat dan Swasta di Desa/Kelurahan.

Membina dukun yang berada di wilayah setempat.

Melaksanakan kegiatan program kemitraan bidan dengan dukun.

Page 10: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

82 | Lembaga Administrasi Negara, 2014

Melakukan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan dengan

dukun.

Bertanggung jawab dan melaporkan kepada kepala Puskesmas.

Dalam program kemitraan bidan dan dukun bayi ini, bidan berperan

sebagai penolong persalinan, sedangkan dukun bayi dialihfungsikan dari

penolong persalinan menjadi mitra bidan dalam perawatan ibu dan bayi

pada aspek non medisnya. Perubahan peran dukun ini mungkin tidak

mudah dan memerlukan waktu untuk beradaptasi dalam membangun

kerjasama yang baik antara bidan dan dukun. Pembagian peran bidan dan

dukun dalam pelaksanaan kemitraan dibagi menjadi 3 periode yaitu periode

kehamilan, persalinan, dan nifas. Pembagian tugasnya adalah sebagai

berikut:

1. Periode Kehamilan

BIDAN DUKUN

1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam

hal :

a. Keadaan umum

b. Menentukan taksiran partus

c. Menentukan Keadaan janin dalam

kandungan

d. Pemeriksaan laboratorium yang

diperlukan

2. Melakukan tindakan pada ibu hamil

dalam hal:

a. Pemberian Imunisasi TT

b. Pemberian tablet Fe

c. Pemberian pengobatan/tindakan

d. apabila ada komplikasi

3. Melakukan Penyuluhan dan konseling

pada ibu hamil dan keluarga mengenai :

a. Tanda-tanda Persalinan

b. Tanda bahaya kehamilan

c. Kebersihan pribadi & lingkungan

d. Gizi

e. Perencanaan Persalinan (Bersalin di

Bidan, menyiapkan transportasi,

menggalang dalam menyiapkan

1. Memotivasi ibu hamil untuk

periksa ke Bidan

2. Mengantar ibu hamil yang tidak

mau periksa ke Bidan

3. Membantu Bidan pada saat

pemeriksaan ibu hamil

4. Melakukan penyuluhan pada ibu

hamil dan

keluarga tentang :

a. Tanda-tanda Persalinan

b. Tanda bahaya kehamilan

Kebersihan pribadi &

lingkungan

c. Kesehatan & Gizi

b. Perencanaan Persalinan

(Bersalin di Bidan,

menyiapkan transportasi,

menggalang dalam

menyiapkan biaya,

menyiapkan calon donor

darah)

5. Memotivasi ibu hamil dan

Page 11: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 83

BIDAN DUKUN

biaya, menyiapkan calon donor darah)

f. KB setelah melahirkan menggunakan

Alat Bantu Pengambilan Keputusan

(ABPK)

4. Melakukan kunjungan Rumah untuk :

a. Penyuluhan/Konseling pada keluarga

b. tentang persencanaan persalinan

c. Melihat Kondisi Rumah persiapan

d. persalinan

e. Motivasi persalinan di Bidan pada

f. waktu menjelang taksiran pertus

5. Melakukan rujukan apabila diperlukan

6. Melakukan pencatatan seperti :

a. Kartu ibu

b. Kohort ibu

c. Buku KIA

7. Melakukan Laporan :

a. Melakukan laporan cakupan ANC

keluarga tentang:

a. KB setelah melahirkan

b. Persalinan di Bidan pada

waktu menjelang taksiran

partus

6. Melakukan ritual

keagamaan/tradisional yang

sehat sesuai tradisi setempat bila

keluarga meminta

7. Melakukan motivasi pada waktu

rujukan diperlukan

8. Melaporkan ke Bidan apabila ada

ibu hamil baru

2. Periode Persalinan

BIDAN DUKUN

1. Mempersiapkan sarana prasarana

persalinan aman dan alat resusitasi

bayi baru lahir, termasuk pencegahan

infeksi

2. Memantau kemajuan persalinan sesuai

dengan partogram

3. Melakukan asuhan persalinan.

4. Melaksanakan inisiasi menyusui dini

dan pemberian ASI segera kurang dari

1 jam.

5. Injeksi Vit K1 dan salep mata antibiotik

pada bayi baru lahir

6. Melakukan perawatan bayi baru lahir

7. Melakukan tindakan PPGDON apabila

mengalami komplikasi

8. Melakukan rujukan bila diperlukan

9. Melakukan pencatatan persalinan

pada :

a. Kartu ibu/partograf

b. Kohort Ibu dan Bayi

c. Register persalinan

10. Melakukan pelaporan:

1. Mengantar calon ibu bersalin ke

Bidan

2. Mengingatkan keluarga

menyiapkan alat transport untuk

pergi ke Bidan/memanggil Bidan

3. Mempersiapkan sarana

prasarana persalinan aman

seperti :

a. Air bersih

b. Kain bersih

4. Mendampingi ibu pada saat

persalinan

5. Membantu Bidan pada saat

proses persalinan

6. Melakukan ritual

keagamaan/tradisional yang

sehat sesuai tradisi setempat

7. Membantu Bidan dalam

perawatan bayi baru lahir

8. Membantu ibu dalam inisiasi

menyusu dini kurang dari 1 jam

9. Memotivasi rujukan bila

Page 12: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

84 | Lembaga Administrasi Negara, 2014

a. Cakupan persalinan diperlukan

10. Membantu Bidan membersihkan

ibu, tempat dan alat setelah

persalinan

3. Periode Nifas

BIDAN DUKUN

1. Melakukan Kunjungan Neonatal dan

sekaligus pelayanan nifas (KN1, KN2

dan KN3)

a. Perawatan ibu nifas

b. Perawatan Neonatal

c. Pemberian Imunisasi HB 1

d. Pemberian Vit. A ibu Nifas 2 kali

e. Perawatan payudara

2. Melakukan Penyuluhan dan konseling

pada ibu dan keluarga mengenai :

a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit

ibu nifas

b. Tanda-tanda bayi sakit

c. Kebersihan pribadi & lingkungan

d. Kesehatan & Gizi

e. ASI Ekslusif

f. Perawatan tali pusat

g. KB setelah melahirkan

3. Melakukan rujukan apabila

diperlukan

4. Melakukan pencatatan pada :

a. Kohort Bayi

b. Buku KIA

5. Melakukan Laporan :

a. Cakupan KN

1. Melakukan kunjungan rumah dan

memberikan penyuluhan tentang :

a. Tanda-tanda bahaya dan

penyakit ibu nifas

b. Tanda-tanda bayi sakit

c. Kebersihan pribadi &

lingkungan

d. Kesehatan & Gizi

e. ASI Ekslusif

f. Perawatan tali pusat

g. Perawatan payudara

2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk

ber-KB setelah melahirkan

3. Melakukan ritual

keagamaan/tradisional yang sehat

sesuai tradisi setempat

4. Memotivasi rujukan bila diperlukan

5. Melaporkan ke Bidan apabila ada

calon akseptor KB baru

Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara Bidan dengan dukun

perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka.

Meskipun mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada

beberapa hal penting yang harus disepakati (dituangkan secara tertulis

dalam nota kesepakatan antara bidan – dukun) yaitu :

Mekanisme rujukan informasi ibu hamil.

Mekanisme rujukan kasus persalinan.

Page 13: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 85

Mekanisme pembagian biaya persalinan .

Jadwal pertemuan rutin bidan dengan dukun.

DINAMIKA PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI

Program kemitraan bidan dan dukun bayi adalah salah satu dari

sekian banyak program yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka

menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini dilaksanakan

dengan harapan semua persalinan dapat ditolong oleh tenaga kesehatan

yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menangani persalinan

namun dukun tetap dilibatkan dalam kegiatan non-medisnya sehingga tidak

membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Menurut data rutin program

kesehatan ibu tahun 2011, tercatat 106.349 orang dukun yang ada di

Indonesia. 72.963 orang (68.6%) dukun telah bermitra dengan bidan. Target

tahun 2015 adalah 85% dukun bermitra dengan bidan.

Beberapa daerah sangat serius merespon program kemitraan bidan

dan dukun ini. Bahkan sudah ada beberapa daerah yang membuat

peraturan daerah atau peraturan bupati/walikota untuk memperkuat

program kemitraan bidan dan dukun di daerahnya, diantaranya yaitu Kab.

Takalar, Kab. Bojonegoro, dan Kab. Sukabumi.

Kabupaten Takalar dapat dikatakan merupakan kabupaten pertama

yang melahirkan perda tentang kemitraan bidan dan dukun bayi. Padahal

dulunya Kab. Takalar belajar dari Kab. Subang mengenai kemitraan bidan

dan dukun bayi, namun ternyata Kab. Takalar bisa mengimplementasikan

ilmunya selangkah lebih maju daripada Kab. Subang. Kemitraan bidan dan

dukun di Kab. Takalar dimulai pada tahun 2007, dimana Pemda Takalar

menggandeng lembaga internasional yaitu UNICEF dalam program ini.

Sebagai proyek ujicoba, praktik ini dimulai di dua puskesmas yaitu

Page 14: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

86 | Lembaga Administrasi Negara, 2014

puskesmas Bontomarannu di Kecamatan Galesong Selatan dan Puskesmas

Galesong di Kecamatan Galesong.

Tahap awal implementasi ini adalah dengan mengundang dukun di

wilayah kedua kecamatan tersebut untuk mengikuti pelatihan yang

dilaksanakan oleh dinas kesehatan. Di Kab. Takalar terdapat 89 bidan dan

189 dukun bayi namun yang berpartisipasi dalam kegiatan awal ini baru 32

dukun bayi dan 50 bidan7. Setelah pelatihan, dilanjutkan dengan kegiatan

magang di puskesmas. Dalam kegiatan tersebut mereka menghasilkan nota

kesepakatan yang berisi tentang batasan tugas bidan dan dukun dalam

bermitra, dana insentif yang diterima dukun setiap persalinan yang

dilakukan di fasilitas kesehatan, dan sanksi. Nota kesepakatan ini dipegang

oleh pihak puskesmas dan dukun.

Menurut Rahman 8 , terdapat 2 tantangan dalam melembagakan

program kemitraan bidan dan dukun di Kab. Takalar yaitu dukungan

masyarakat dan dukungan anggaran.

“Menghadapi masyarakat pedesaan di Kabupaten Takalar yang masih

kental adat perdukunannya, adalah tantangan besar dalam praktik ini.

Hanya saja, masalah ini tertaktisi dengan pendekatan budaya yang

dilakukan oleh bikor dan pihak puskemas. Tantangan kedua adalah

dukungan anggaran dari pemerintah. Hingga saat ini, Pemda belum

menetapkan APBD untuk praktik KBD di Kabupaten Takalar. Sumber

pendanaan praktik KBD hanya diatur dalam SK Bupati Takalar No.01

Tahun 2008 tentang KBD yang menyatakan bahwa biaya yang timbul

dengan ditetapkannya keputusan ini bersumber dari bantuan dan

sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Sehingga untuk pendanaan

KBD di Kabupaten Takalar yakni pembayaran insentif atau jasa

kepada dukun diambil dari BOK dan Jampersal. Meski strategi ini

tidak menghambat program Jampersal, namun keberadaan APBD

untuk praktik KBD sangat diharapkan dalam pengembangan inovasi

ini.”

7 Kompas.com, Perda Pertama Kemitraan Dukun- Bidan, 1 Februari 2010 8 Harpiana Rahman, Kemitraan Bidan dan Dukun di Kabupaten Takalar, 2012

Page 15: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 87

Setelah melewati proses yang panjang, akhirnya Kab. Takalar berhasil

melahirkan sebuah peraturan daerah tentang kemitraan bidan dan dukun

yaitu Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Kemitraan Bidan dan

Dukun di Kabupaten Takalar. Pelaksanaan dari kebijakan ini sudah

memberikan dampak positif bagi Kab. Takalar. Rahman9 menyatakan ada 3

dampak positif yang dihasilkan dari praktek kemitraan bidan dan dukun ini,

yaitu :

1. Dampak langsung secara statistik, dimana sejak praktik KBD

diterapkan, secara statistik AKI menurun drastis. Bahkan hingga

tahun 2012 bulan Juni, Kabupaten Takalar berhasil menekan

jumlah kematian ibu dari enam kematian pada tahun 2006 atau

setara dengan 300 kematian per 100.000 kelahiran menjadi 0%

di tahun 2011.

2. Dampak Kelembagaan dengan terbitnya Perda KBD Kabupaten

Takalar

3. Dampak Lingkungan Sosial, kesetaraan peran dan manfaat

ekonomi yang layak, para dukun mulai bersemangat

mengidentifikasi ibu hamil, membawa mereka ke bidan, dan

mengajak ibu hamil menjalani pemantauan kesehatan berkala di

Puskesmas. Sementara para bidan yang mulai mendapat

kepercayaan dari masyarakat semakin percaya diri dalam

melaksanakan pemeriksaan medis dan membantu kelahiran.

Selanjutnya di Kabupaten Bojonegoro, program ini sudah dilakukan

sejak 2003 oleh dinas kesehatan Kab. Bojonegoro. Program ini diharapkan

dapat meningkatkan cakupan linakes. Namun sampai tahun 2006, program

ini belum menghasilkan cakupan linakes sesuai target yaitu 90%. Namun

setelah ada dukungan dana dekonsentrasi, pada tahun 2007, cakupan

linakesnya sudah mencapai 95%. Lalu pada tahun 2008, kucuran dana

dekonsentrasi terhenti, sehingga cakupan linakes menurun jadi 91,8%.

Akhirnya pada tahun 2010, dinas kesehatan Kab. Bojonegoro menggandeng

pihak swasta yaitu Mobil Cepu Limited (MCL) bekerja sama dengan sebuah

9 ibid

Page 16: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

88 | Lembaga Administrasi Negara, 2014

LSM bernama Jhpiego untuk mengembangkan program ini sehingga

keinginan untuk memperbaiki program ini kembali meningkat. Bahkan

program ini diperkuat dengan Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 30 Tahun

2011 Tentang Kemitraan Bidan dengan dukun Bayi di Kabupaten

Bojonegoro.

Dalam pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun di Kab. Bojonegoro

juga menghadapi tantangan. Menurut Endah dalam Tobroni10, tantangan

yang dihadapi dalam pengembangan program ini di Kab. Bojonegoro adalah

masalah adaptasi individu masyarakat, keterbatasan fasilitas, dan masih

tingginya angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

Pelaksanaan dari program kemitraan bidan dan dukun di Kab.

Bojonegoro sudah memberikan dampak positif, paling tidak dalam

meningkatkan cakupan linakes dan tidak menaikkan AKI, sedangkan untuk

AKB belum memberikan manfaat yang signifikan. Berikut gambaran

cakupan Linakes, AKB dan AKI di Kab Bojonegoro.

Tahun

Ibu Bersalin Kondisi Bayi Kondisi Ibu

Jumlah

Ditolong

Nakes

% Lahir

Hidup

AKB Lahir

Hidup

AKI Per 1000

KH

Jumlah

2008 19.917 18.283 91,80 18.617 7,36 137 18.617 19

2009 19.676 18.594 94,50 18.717 7,80 146 18.717 13

2010 19.433 18.988 97,71 19.354 9,35 181 19.354 19

2011 19.433 19.305 99,34 19.460 9,35 182 19.460 18

Sumber : Tobroni, 2012

Terakhir, daerah yang baru saja menelurkan perda tentang kemitraan

bidan dan dukun ini adalah Kab. Sukabumi. Kemitraan bidan, paraji dan

kader kesehatan di 367 Desa/Kelurahan dari 47 Kecamatan se-Kabupaten

Sukabumi ini sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 2005. Program ini

bertujuan untuk mendorong agar persalinan ditangani langsung oleh Bidan,

10 Faiq Tobroni, Kemitraan Bidan dan Dukun di Kabupaten Bojonegoro, 2012.

Page 17: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 89

Paraji dan Kader Posyandu di masing-masing desanya. Sebelum ada perda

sudah ada nota kesepakatan yang menyatakan bahwa setiap kader

posyandu mendapatkan uang lelah masing-masing sebesar Rp. 100 ribu per

bulan, sedangkan setiap persalinan Paraji mendapatkan uang lelah sebesar

Rp. 50 ribu per orang. Selain itu sebanyak 50 anak Paraji disekolahkan di

STIKES Bhakti Husada Bandung dengan biaya seluruhnya ditanggung oleh

Pemda Kabupaten Sukabumi.

Menurut Bupati Sukabumi hal yang mendasari perlunya dibentuk

Peraturan Daerah No.3 Tahun 2013 tentang kemitraan bidan, paraji dan

kader kesehatan di Kabupaten Sukabumi adalah perbandingan jumlah

paraji dan bidan di lapangan rata-rata 4 paraji 1 bidan. Sehingga

berdampak pada tahun 2012 sebanyak 25 kasus dari 76 kasus (32.89%)

kematian ibu penanganan pertama persalinan ditolong oleh paraji sehingga

menyebabkan terjadinya komplikasi perdarahan. Menurut data dari Dinas

Kesehatan Kab. Sukabumi, kasus kematian ibu 2009 sebanyak 49 orang,

2010 sebanyak 40 orang, 2011 sebanyak 70 orang, 2012 sebanyak 76,

dan 2013 sebanyak 78. Jadi trennya meningkat dalam 5 tahun terakhir ini.

Dampak dari pelaksanaan program ini belum terlihat secara signifikan.

Melihat data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, AKI Kab. Sukabumi

untuk tahun 2013 masing cendrung meningkat dari tahun sebelumnya,

namun terlihat ada sedikit kemajuan dimana AKB Kab. Sukabumi tahun

2013 menurun menjadi 419 dari 490 di tahun sebelumnya. Begitu juga dari

cakupan linakes yang meningkat menjadi 82.5% dari 80.9% di tahun

sebelumnya.

Dari pengalaman beberapa daerah tersebut dalam melaksanakan

program kemitraan bidan dan dukun ini dapat ditarik kesimpulan bahwa

program ini sudah memberikan manfaat dalam rangka menurunkan AKI dan

AKB serta meningkatkan cakupan linakes di Indonesia namun memang

Page 18: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

90 | Lembaga Administrasi Negara, 2014

belum optimal. Masih ada beberapa kendala atau masalah yang dihadapi

dalam mengimplementasikan program ini.

Permasalahan pertama terkait dengan kesadaran dari masyarakat.

Masyarakat Indonesia terutama di pedesaan sebagian besar masih

dipengaruhi oleh budaya atau kebiasaan untuk menggunakan jasa dukun

bayi dalam persalinan. Mayoritas masyarakat pedesaan masih enggan

menggunakan jasa bidan karena berbagai alasan. Diantaranya karena bidan

dianggap kurang berpengalaman dibanding dukun, lalu karena bersalin di

bidan dianggap membutuhkan biaya lebih besar daripada di dukun, dll.

Program kemitraan bidan dan dukun ini juga membutuhkan kesadaran dan

kerelaan para dukun itu sendiri untuk bermitra dengan bidan. Jadi antara

bidan dan dukun yang selama ini terkesan bersaing harus bisa saling

bekerjasama. Tingginya kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi ini

menjadi tantangan tersendiri dalam implementasi program ini.

Permasalahan kedua kurangnya dukungan kebijakan. Sebenarnya

program kemitraan bidan dan dukun adalah program nasional yang

dicanangkan oleh kemeterian kesehatan. Namun selama ini hanya baru

beberapa daerah saja yang serius melaksanakan program ini. Sedangkan

daerah lain belum merasa ini suatu program yang perlu ditindaklanjuti

namun dianggap sudah melekat dalam tugas pokok bidan. Padahal dalam

program ini dibutuhkan sinergi dari beberapa pihak jadi bukan tugas dari

bidan semata. Misalnya pemerintah daerah baik provinsi dan kab/kota, LSM,

swasta dan masyarakat.

Permasalahan selanjutnya terkait dengan kurangnya dukungan

anggaran. Sebagian besar daerah belum menetapkan alokasi anggaran

yang jelas untuk program ini. Bahkan daerah yang sudah memiliki Perda

tentang kemitraan bidan dan dukun seperti Takalar sekalipun, ternyata juga

belum menetapkan APBD untuk praktik kemitraan bidan dan dukun di

Page 19: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 91

Kabupaten Takalar. Tanpa adanya dukungan anggaran yang jelas,

keberhasilan suatu program akan agak susah dicapai.

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Program kemitraan bidan dan dukun telah terbukti dapat membantu

penurunan AKI dan AKB serta meningkatkan cakupan linakes di beberapa

daerah di Indonesia. Oleh sebab itu, ada baiknya program ini tetap berlanjut

mengingat masih kuatnya peran dukun di Indonesia. Untuk efektivitas

program kemitraan bidan dan dukun ke depan, berikut ada beberapa saran

kebijakan :

1. Meningkatkan sosialisasi

Dengan meningkatkan sosialisasi program ini ke masyarakat maka akan

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya persalinan aman

untuk mengurangi resiko kematian ibu dan bayi. Karena masih kuatnya

peran dukun di mayoritas masyarakat Indonesia terutama di pedesaan,

maka sosialisasi ini juga harus memanfaatkan dukun bayi di daerah

setempat. Bidan harus bisa melakukan pendekatan kepada para dukun

supaya bersedia bermitra dengannya. Jadi antara bidan dan dukun

bukan lagi bersaing namun bermitra dalam menangani persalinan.

Dengan memanfaatkan pendekatan budaya setempat, maka

masyarakat akan lebih tertarik dan mendengarkan sehingga sosialisasi

program akan menjadi lebih efektif.

2. Penguatan Kebijakan

Program yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan ini seharusnya

diperkuat dengan pengaturan sendiri di setiap daerah. Dengan demikian

maka program ini memiliki payung hukum yang kuat yang bisa mengikat

para aktor yang terlibat di dalamnya. Hal ini bisa menjamin

keberlangsungan program kemitraan bidan dan dukun di daerah.

Page 20: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

92 | Lembaga Administrasi Negara, 2014

3. Penguatan Anggaran

Ketidakjelasan sumber anggaran untuk program kemitraan bidan dan

dukun selama ini membuat program ini menjadi belum efektif. Oleh

sebab itu disini diperlukan komitmen dari pemerintah daerah untuk

menyediakan anggaran khusus untuk mendukung program kemitraan

bidan dan dukun ini. Menurut UU Kesehatan, alokasi anggaran

kesehatan di daerah adalah minimal 10% dari APBD. Harapannya ke

depan pemerintah daerah bisa memenuhi aturan tersebut dan di

dalamnya juga terdapat pos yang khusus disediakan untuk

menyelenggarakan program kemitraan bidan dan dukun di daerah.

4. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Bidan

Beberapa hal yang menyebabkan masyarakat lebih memilih dukun

daripada bidan diantaranya adalah karena anggapan masyarakat

tentang kurangnya pengalaman bidan dibanding dukun selain itu karena

ketiadaan bidan di daerahnya. Untuk itu ke depan, diharapkan adanya

peningkatan kualitas bidan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap bidan. Selain itu jumlah dan distribusi atau

penyebaran bidan di Indonesia juga harus diperhatikan. Penyebaran

bidan seharusnya tidak didasarkan pada jumlah penduduk saja, tapi

juga harus memperhatikan kondisi geografis, budaya, dan sarana

prasarana yang ada dalam suatu daerah.

5. Penguatan kerjasama dengan stakeholder

Program kemitraan bidan dan dukun ini bukan semata-mata tugas bidan

di daerah. Namun merupakan tanggungjawab bersama. Banyak aktor

yang terkait di dalamnya, misalnya pemerintah daerah, puskesmas,

bidan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, swasta, dll. Dengan

memperkuat kerjasama dengan para stakeholder maka tujuan dari

program kemitraan bidan dukun ini akan semakin mudah dan cepat

tercapai. Setiap stakeholder bisa memberikan “sumbangan”nya sesuai

Page 21: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

Lembaga Administrasi Negara, 2014 | 93

dengan peran, kemampuan, dan porsi masing-masing. “Sumbangan”

tersebut dapat berupa bantuan anggaran, bantuan dalam sosialisasi

program, advokasi, penyuluhan, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Summary Report: Millennium

Development Goals. Indonesia. 2007

Brouwere, Vincent & Lerberghe, Wim. Safe Motherhood Strategies: a Review

of the Evidence, Studies inf Health Services Organization & Policy.

ITG Press. Belgium. 2001

Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Factsheet, Kemitraan Bidan dan Dukun. Kementerian Kesehatan RI.

Jakarta. 2011

Noerdin, Edriana. Mencari Ujung Tombak Penurunan Angka Kematian Ibu Di

Indonesia. Women Research Institute. Jakarta. 2011

Rina Anggorodi, Dukun Bayi Dalam Persalinan Oleh Masyarakat Indonesia,

Makara, Kesehatan, Vol. 13, No. 1, Juni 2009

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Kemitraan Bidan Dan

Dukun. Jakarta

Kompas.com. Perda Pertama Kemitraan Dukun-Bidan. 1 Februari 2010

Rahman, Harpiana. Kemitraan Bidan dan Dukun di Kabupaten Takalar.

Yogyakarta. 2012

Tobroni, Faiq. Kemitraan Bidan dan Dukun di Kabupaten Bojonegoro.

Yogyakarta. 2012.

Page 22: KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi …inovasi.lan.go.id/uploads/download/1424445338... · pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) di rumah . Bunga

Bunga Rampai Administrasi Publik

94 | Lembaga Administrasi Negara, 2014