8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
1/29
EVALUASI PELAKSANAAN PROGAM PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL
EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS NGEMPLAK I SLEMAN
(Suatu Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Case Study di Puskesmas Ngemplak,
Koroulon Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta)
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajad Sarjana Kedokteran
Oleh:
Jati Perdana Utama
09711353
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
2/29
DAFTAR ISI
Halaman Sampul …………………………………………………………………………... i
Halaman Pernyataan ………………………………………………………………………. ii
Daftar isi………………………………………………………………………………….. ivBAB I PENDAHULUAN
Latar belakang………………………………………………………………………… 1-2
Perumusan masalah……………………………………………………………………… 2
Tujuan penelitian………………………………………………………………………….. 3
Keaslian penelitian…………………………………………………………………….. 3-4
Manfaat penelitian………………………………………………………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Puskesmas……………………………………………………………………………… .5-8Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar …………………………………………… 8
Evaluasi Progra m PONED………………………………………………………………. 15
Pertanyaan Penelitian…………………………………………………………………….1 5
Kerangka konsep………………………………………………………………………… 16
Kerangka Teor i………………………………………………………………..………… 17
BAB III METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan penelitian……………………………………………………….… 18
Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………………….…... 18Populasi dan Subyek Penelitian …………………………………………………………. 18
Objek Penelitian………………………………………………………………………… 19
Metode Pengumpulan Data ……………………………………………………………… 19
Instrumen Penelitian (alat dan bahan) …………………………………………………… 21
Alur Penelitian……………………………………………………………………………21
Rencana Analisis Data …………………………………………………………………… 21
Validitas dan Realibil itas Data…………………………………………………………... 22
Etika penelit ian…………………………………………………………………………... 23
Jadwal peneliia n…………………………………………………………………………. 24
Daftar pustaka ……….…………………………………………………………………25
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
3/29
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang
pernaah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
itu juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Agustus 2015
Jati Perdana Utama
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
4/29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008 – 2012) bahwa semua
Angka kematian bayi dan balita hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012
adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per
1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus (SDKI, 2012).
Puskesmas pelaksanaan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar (PONED)
merupakan puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru
lahir dengan komplikasi, baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/mayarakat, bidan
di desa, puskesmas dan melakukan rujukan ke RS PONEK pada kasus yang tidak dapat
mampu ditangani (Depkes RI, 2009). Banyak indikator yang menunjukkan belum
optimalnya Puskesmas PONED tersebut, antara lain kasus-kasus komplikasi maternal dan
neonatal hanya sekedar lewat di puskesmas untuk mendapatkan surat rujukan ke rumah
sakit, bidan atau bidan desa banyak yang merujuk langsung ke RS (terutama ke pelayanan
swasta) tanpa melalui puskesmas termasuk puskesmas PONED, petugas atau tim
puskesmas yang sudah dilatih PONED belum mempunyai rasa percaya diri yang cukup
untuk menangani kasus-kasus yang semestinya mampu ditangani atau paling sedikit
melakukan pertolongan pertama sebelum dikirim ke RS dengan berbagai alasan (Bappenas,
2010).
Menurut Rachmawati dan Suprapto (2006) hambatan dalam pelaksanaan PONED
adalah keterbatasan sumber daya manusia, sarana dan prasarana pelayanan, kurangnya
koordinasi, pembinaan terhadap pelayanan emergensi neonatal belum memadai. Akibat
dari hambatan tersebut menyebabkan pemanfaatan puskesmas PONED belum maksimal.
Berdasarkan data yang diambil dari dinas kesehatan provinsi D.I Yogyakarta, jumlah
Puskesmas di kabupaten Sleman ada 4 puskesmas yang menjalankan program PONED
yaitu Puskesmas Minggir, Puskesmas Mlati II, Puskesmas Ngemplak I, Puskesmas
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
5/29
Kalasan.(Dinas Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta, 2013). Penelitian kali ini akan
dilaksanakan pada Puskesmas Ngemplak I.
Dengan adanya program PONED diharapkan terjadinya penurunan angka kematian
neonates maupun maternal yang diakibatkan oleh lambatnya penanganan karena jarak
tempuh yang jauh ke pelayanan kesehatan, maupun tidak terdeteksinya kehamilan beresiko
akibat tidak berjalannya program pemeriksaan kehamilan dengan benar.
Menurut data profil kesehatan Sleman 2013, Puskesmas Ngemplak 1 masuk dalam 3
terendah dalam persentase kunjungan ke 4, yaitu hanya 76,5%. Padahal untuk kunjungan
1 persentase yang didapat adalah 100%. Hal ini bisa diinterpretasikan bahwa di puskesmas
Ngemplak I masih ada ibu hamil yang tidak mendapatkan pelayanan ANC yang lengkap.
Pelaksanaan kegiatan yang belum sesuai target mungkin diakibatkan oleh masalah di
internal puskesmas Ngemplak I yang meliputi tenaga, sarana dan prasarana, sosialisasi,SOP, pencatatan laporan. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan
PONED di Puskesmas Ngemplak sudah berjalan, dan juga mengetahui hambatan apa saja
yang menyebabkan terjadinya kendala dalam menyelenggarakan program PONED.( Profil
Kesehatan Sleman, 2013)
Dengan data diatas maka lokasi penelitian yang akan diambil adalah Puskesmas
Ngemplak I kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini ditujukkan untuk melihat kinerja
pelaksanaan program PONED dan factor apa saja yang mungkin menghambat pelaksanaan
program PONED di Puskesmas tersebut.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, didapatkan rumusan masalah pada
penelitian kali ini adalah bagaimana kinerja Puskesmas Ngemplak I dalam melaksanakan
program PONED, dan apa saja kendala dalam melaksanakan program tersebut.
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
6/29
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian kali ini adalah :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian kali ini adalah melihat kinerja Puskesmas Ngemplak I
dalam melaksanakan program PONED
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya :
a. Melihat kesiapan puskesmas Ngemplak I dalam pelaksanaan program
PONED
b. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan program PONED
c. Mengetahui kinerja selama program PONED berlangsung
1.4 Keaslian Penelitian
1. Evaluasi pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
puskesmas Mamajang kota Makasar oleh Ade Surahwardy, Irwandi, Alimin Maidin
tahun 2013. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif pendekatan deskriptif ( explanatory research ) dalam penelitian ini peneliti
mendapatkan hasil bahwa puskesmas Mamajang mampu menjalankan program
PONED yang memenuhi standar SDM, sarana dan prasarana, alokasi dana,
sosialisasi, rujukan, serta pelaporan dan supervisi.
2. Evaluasi pelaksanaan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
di puskesmas Karang Malang Semarang oleh Usi Erna Desita tahun 2012.
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan
deskriptif dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa pelaksanaan program
PONED belum berjalan efektif dipengaruhi oleh kuantitas tenaga khusus PONED
belum memadai, tidak adanya alokasi dana khusus PONED dan pemberian dana
insentif, fasilitas obat yang belum memenuhi standar, belum adanya SOP yang
terpasang di dalam puskesmas, tidak adanya format pencatatan pelaporan khusus
PONED serta belum adanya supervise khusus PONED.
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
7/29
3. Evaluasi pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
puskesmas Jumpadang Baru Kota Makasar oleh M. Ichsan Mustain, Alimin
Mahidin, Rini Anggraeni pada tahun 2013. Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif dalam penelitian ini
didapatkan hasil bahwa puskesmas Jumpadang Baru telah memenuhi syarat
puskesmas mampu PONED, dan telah melaksanakan program PONED secara baik
namun belum optimal terutama pada pelayanan kasus obstetric dan neonatal. Hal
ini dikarenakan tidak semua staf puskesmas mengerti tentang SOP yang sudah
tersedia.
Dari ketiga penelitian diatas memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu dalam hal
jenis penelitian dan desain penelitian yang digunakan, yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Perbedaan penelitian kali ini dengan ketiga penelitian diatas terdapat pada lokasi
penelitian, lokasi penelitian kali ini akan dilakukan di Puskesmas Ngemplak I, Sleman
Yogyakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Bagi Puskesmas penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk perbaikan
pelaksanaan program PONED yang sudah berjalan.
2. Bagi peneliti
Bertambah pengetahuan ilmiah dan pengalaman melakukan analisa dibidang
kesehatan khususnya kesehatan masyarakat, dan juga dapat dijadikan sebagai
dasar jika ingin melakukan penelitian dan analisa yang lebih lanjut.
3. Bagi dunia pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk penelitian selanjutnya, dan juga
dapat digunakan sebagai evaluasi dalam program PONED yang sudah berjalan di
Puskesmas-puskesmas lain.
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
8/29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.Puskesmas
1.1 Definisi Puskesmas
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam buku pedoman
penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED (2013), Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Berdasarkan fungsi dan ruang lingkupnya
Puskesmas dibagi mejadi beberapa jenis, yaitu :
1.1.1 Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang letaknya stategis dan mudah diakses dari
puskesmas di sekitarnya, dapat dijangkau melalui sarana transportasi yang didirikan sesuai
dengan analisa kebutuhan kabupaten/kota, dilengkapi fasilitas rawat inap, peralatan medis
dan kesehatan serta sarana prasarana yang sesuai standar.
1.1.2 Puskesmas mampu PONED
Puskesmas mampu PONED adalah puskesmas rawat inap yang mampu
menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkst dasar
selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
1.1.3 Puskesmas Pembantu
Puskesman Pembantu adalah unit pelayanan yang sederhana dan berfungsi menunjang
dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang
lingkup wilayah yang lebih kecil.
1.1.4 Puskesmas Keliling
Puskesmas Keliling adalah unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan
kendaraan bermototr dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga
yang berasal dari puskesmas dengan fungsi dan tugas taitu memberi pelayanan kesehatan
daerah terpencil.
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
9/29
1.1.5 Bidan Desa
Bidan Desa adalah seorang bidan yang bertempat tnggal di desa tersebut dan
bertanggung jawab kepada kepala puskesmas wilayah kerjanya dengan jumlah penduduk
3000 orang.
Adapun Tugas utama bidan desa yaitu :
a) Membina PSM
b) Memberikan pelayanan
c) Menerima rujukan dari masyarakat
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian
wilayah kerja Puskesmas di tetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala
Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten /Kodya yang telah disetujui oleh Kepala wilayahDepartemen Kesehatan Propinsi (Depkes RI, 2000).
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 jiwa. Untuk
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan, puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas pembantu dan puskesmas keliling
(Depkes RI, 2000).
Selain jumlah penduduk, luas wilayah kerja puskesmas tersebut ditentukan juga oleh
faktor geografis, keadaan sarana perhubungan, dan keadaan infrastruktur. Khusus untuk
kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat
meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk
150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas pembina yang berfungsi sebagai pusat
rujukan puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.2 Fungsi Puskesmas
Fungsi Puskesmas berdasarkan Kepmenkes RI No. 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas (Kemenkes RI, 2004) terdiri dari :
1.2.1 Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
10/29
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
1.2.2 Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
1.2.3 Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di
wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan kabupaten/kota, sedangkan Puskesmas
bertanggungj awab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
Dinas Kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
1.3 Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2004).
1.4 Peran Puskesmas
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis,
dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan
dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis,
tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi
informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu
(Effendi, 2009)
1.5 Upaya Penyelenggaraan Puskesmas
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni
terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung jawab
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
11/29
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang
keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan
wajib dan upaya kesehatan pengembang (Trihono, 2005).
Jenis pelayan kesehatan disesuaikan dengan kemampuan puskesmas, namun terdapat
upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan
upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta
kemampuan puskesmas.
Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencanad. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
2. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
2.1 Definisi PONED
PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar.
PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan dokter. Petugas kesehatan
yang boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED Puskesmas
beserta penanggung jawab terlatih. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar dapat
dilayani oleh puskesmas yang mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Puskesmas mampu PONED merupakan
puskesmas yang siap 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu, yang mampu
menyelenggarakan pelayanan obstetric dan neonatal emergensi/komplikasi tingkat dasar
(Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2013)
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan pelayanan untuk
menggulangi kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri neonatus yang meliputi segi :
2.1.1 Pelayanan obstetri
Pelayanan obstetric yang dilakukan oleh puskesmas mampu PONED adalah
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
12/29
pemberian oksitosin parenteral, antibiotika perenteral dan sedative perenteral, pengeluaran
plasenta manual/kuret serta pertolongan persalinan menggunakan vakum ekstraksi/forcep
ekstraksi (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2013)
2.1.2 Pelayanan neonatus
PONED dilaksanakan di tingkat puskesmas, dan menerima rujukan dari tenaga atu
fasilitas kesehatan di tingkat desa atau masyarakat dan merujuk ke rumah sakit. PPGDON
(Pertolongan Pertama pada Kegawatdaruratan Obstetric dan Neonatal) memiliki tugas
untuk menyelamatkan kasus kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal dengan
memberikan pertolongan pertama serta mempersiapkan rujukan.PPGDON dilaksanakan
oleh tenaga atau fasilitas kesehatan di tingkat desa dan sesuia dengan kebutuhan dapat
merujuk ke puskesmas mampu PONED atau rumah sakit (Kementerian KesehatanIndonesia, 2013).
2.2 Kriteria Puskesmas PONED
Menurut Kementerian Kesehatan RI 2013 Puskesmas mampu PONED yang merupakan
bagian dari jaringan pelayanan obstetric dan neonatal di Kabupaten/ Kota sangat spesifik
daerah, namun untuk menjamin kualitas, perlu ditetapkan beberapa criteria pengembangan.
Berikut beberapa kriteria puskesmas PONED menurut Kementrian Kesehatan RI (2013):
2.2.1 Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan.
Dari beberapa puskesmas yang ada diutamakan puskesmas dengan tempat perawatan/
puskesmas dengan ruang rawat inap.
2.2.2 Puskesmas sudah berfungsi/menolong persalinan.
Puskesmas harus telah berfungsi/menolong persalinan sehingga sudah memiliki
pengalaman dalam membantu melahirkan.
2.2.3 Mempunyai fungsi sebagai sub senter rujukan
1. Puskesmas melayani sekitar 50.000 – 100.000 penduduk yang tercakup oleh
puskesmas (termasuk penduduk di luar wilayah puskesmas PONED).
2. Puskesmas harus memiliki jarak tempuh yang dekat dan mudah diakses dari lokasi
pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan puskesmas biasa ke puskesmas mampu PONED
paling lama 1 jam dengan transportasi umum setempat, mengingat waktu pertolongan
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
13/29
hanya 2 jam untuk kasus perdarahan.
2.2.4. Jumlah dan jenis tenaga kesehatan yang perlu tersedia
Sekurang-kurangnya seorang dokter dan seorang bidan terlatih GDON dan seorang
perawat terlatih PPGDON. Tenaga tersebut bertempat tinggal di sekitar lokasi puskesmas
mampu PONED.
2.2.5 Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia
Sarana kesehatan yang harus dimiliki oleh puskesmas mampu PONED sekurang-
kurangnya adalah:
1. Alat dan obat
2. Ruangan tempat menolong persalinan
Ruangan ini dapat memanfaatkan ruangan yang sehari-hari digunakan oleh pengelola
program KIA.a) Luas minimal 3 x 3 m
b) Ventilasi dan penerangan memenuhi syarat
c) Suasana aseptik bisa dilaksanakan
d) Tempat tidur minimal dua buah dan dapat dipergunakan untuk melaksanakan
tindakan.
3. Air bersih tersedia
4. Kamar mandi/ WC tersedia
5. Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu yang utama
yaitu : perdarahan, eklampsi, infeksi, partus lama, abortus, dan sebab kematian
neonatal yang utama yaitu : asfiksia, tetanus neonatorum dan hipotermia.
2.3 Penanggung jawab
Seperti yang tertuang dalam buku pedoman penyelenggaraan puskesmas mampu PONED
oleh Kementrian Kesehatan RI (2013) penanggung jawab puskesmas mampu PONED
adalah dokter.
2.4 Dukungan Pihak Terkait
Dalam pengembangan PONED harus melibatkan secara aktif pihak-pihak terkait, seperti :
a. Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
14/29
b. Rumah Sakit Kabupaten/ Kota
c. Organisasi Profesi : IBI. IDAI, POGI, IDI
d. Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
2.5 Distribusi PONED
Untuk satu wilayah kabupaten/ kota minimal ada 4 puskesmas mampu PONED, dengan
sebaran yang merata. Jangkauan pelayanan kesehatan diutamakan gawat darurat obstetric
neonatal (GDON) di seluruh kabupaten/ kota. ( Kementrian Kesehatan RI, 2013)
2.6 Kebijaksanaan PONED
Pada lokasi yang berbatasan dengan kabupaten/ kota lain, perlu dilakukan kerjasama
kedua kabupaten/ kota terebut.
2.7. Pelaksanaan PONED
2.7.1 Persiapan pelaksanaan
Dalam tahap ini ditentukan :
1) Biaya operasional PONED
2) Lokasi pelayanan emergensi di puskesmas
3) Pengaturan petugas dalam memberikan pelayanan gawat darurat obstetric neonatal.
4) Format-format
a) Rujukan
b) Pencatatan dan pelaporan (Kartu Ibu, Partograf, dll)
2.7.2. Sosialisasi
Dalam pemasaran social ini yang perlu diketahui oleh masyarakat antara lain adalah jenis
pelayanan yang diberikan dan tarif pelayanan. Pemasaran social dapat dlaksanakan antara
lain oleh petugas kesehatan dan sector terkait, dari tingkat kecamatan sampai ke desa, a.l
dukun/ kader dan satgas GSI melalui berbagai forum yang ada seperti rapat koordinasi
tingkat kecamatan/ desa, lokakarya mini dan kelompok pengajian dan lain-lainnya.
2.7.3. Alur pelayanan di puskesmas mampu PONED
Setiap kasus emergensi yang datang ke puskesmas mampu PONED harus langsung
dita ngani, setelah itu baru pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran → alur
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
15/29
pasien. Pelayanan gawat darurat obstetric dan neonatal yang diberikan harus mengikuti
prosedur tetap (protap).
2.8. Pencatatan
Dalam pelaksanaan PONED ini, diperlukan pencatatan yang akurat baik ditingkat
Kabupaten/ Kota (RS PONED) maupun di tingkat puskesmas. Format-format yang
digunakan adalah yang sudah baku seperti :
a. Pencatatan System Informasi manajemen Puskesmas (SP2PT)
b. KMS ibu hamil/ buku KIA
c. Register Kohort Ibu dan Bayi
d. Partograf
e. Format-format AMP2.8.1 Tingkat Puskesmas
a) Formulir Rujukan maternal dan Neonatal (Form R)
Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan di desa maupun bidan swasta, untuk merujuk
kasus ibu maupun neonatus.
b) Formulir Otopsi Verbal Maternal dan Neonatal (Form OM dan OP).
Form OM digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/ bersalin/nifas yang meninggal.
Sedangkan Form OP digunakan untuk otopsi verbal bayi baru lahir yang meninggal. Untuk
mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh
petugas puskesmas.
2.8.2 Tingkat Rumah Sakit
a) Formulir Maternal dan Neonatal (Form MP)
Formulir ini mencatat data dasar semua ibu bersalin/ nifas danbayi baru lahir yang masuk
ke RS. Pengisiannya dapat dilakukan oleh bidan atau perawat.
b) Formulir Medical Audit (Form MA)Form ini dipakai untuk menulis hasil/ kesimpulan
data dari audit maternal dan audit neonatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang
bertugas di bagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk
kasus anak neonatal).
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
16/29
2.9 Pelaporan
Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang dengan menggunakan format
yang terdapat pada buku pedoman AMP, yaitu :
2.9.1 Laporan dari RS Kabupaten/ Kota ke Dinkes Kabupaten/ kota (Form RS)
1) Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab
kematian) ibu dan bayi baru lahir.
2) Laporan dari puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Form Puskesmas).
3) Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas dan jumlah kasus yang
dirujuk ke RS Kabupaten/ Kota.
2.9.2. Laporan dari Dinkes kabupaten/ Kota ke tingkat propinsi/ Dinkes Propinsi.
Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan neonatal yang ditangani
oleh RS kabupaten/ Kota dan puskesmas, serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi/gangguan.
2.10. Pemantauan
Pemantauan dilakukan oleh institusi yang berada secara fungsional satu tingkat
diatasnya secara berjenjang dalam satu kesatuan system. Hasil pemantauan harus
dimanfaatkan oleh unit kesehatan masing-masing dan menjadi dasar untuk melakukan
perbaikan serta perencanaan ulang manajemen pelayanan melalui :
2.10.1. Pemanfaatan laporan.
Laporan yang diterima bermanfaat untuk melakukan penilaian kinerja dan pembinaan
2.10.2 Umpan Balik
Hasil analisa laporan dikirimkan sebagai umpan balik dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota ke RS PONEK dan Puskesmas PONED atau
disampaikan melalui pertemuan Review Program Kesehatan Ibu dan Anak secara berkala
di Kabupaten/ Kota dengan melibatkan ketiga unsur pelayanan kesehatan tersebut diatas.
Umpan balik dikirimkan kembali dengan tujuan untuk melakukan tindak lanjut terhadap
berbagai masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan PONED/ PONEK.
2.11. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan pelayanan PONEK/ PONED dilakukan secara berjenjang dan
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
17/29
dilaksanakan pada setiap semester dalam bentuk evaluasi tengah tahun dan akhir tahun.
Kegiatan evaluasi dilakuan melalui pertemuan evaluasi Kesehatan Ibu dan Anak.Hasil
evaluasi disampaikan melalui Pertemuan Pemantapan Sistem Rujukan kepada pihak yang
terkait baik lintas program maupun lintas sektoral dalam untuk dapat dilakukan
penyelesaian masalah dan rencana tindak lanjut.
Beberapa aspek yang dievaluasi antara lain :
2.11.1. Masukan (input)
1) Tenaga
Tenaga yang dimaksud meliputi dokter yang terlatih PONED, Bidan terlatih PONED,
dan perawat terlatih PONED.
2) Dana
Dana yang dipakai sebagai biaya pelayanan sesuai dengan ketentuan pelayanankesehatan di era JKN ataupun sumber dana lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.3) Sarana
Sarana yang digunakan meliputi ruang tindakan untuk melakukan tindakan obstetric
dan neonatal dengan kondisi emergensi/komplikasi tertentu yang boleh dilakukan di
Puskesmas PODED, Ruang bersalin tanpa perlu tindakan khusus, Ruang pemulihan
( Recovery room), ruang perawatan bayi baru lahir.
4) Obat dan alat
5) Format pencatatan dan pelaporan6) Prosedur Tetap PONED/ PONEK
7) Jumlah dan kualitas pengelolaan yang telah dilakukan termasuk Case Fatality Rate
2.11.2. Proses
1) Kualitas pelayanan yang diberikan
2) Kemampuan, ketrampilan dan kepatuhan tenaga pelaksana pelayanan terhadap Prosedur
Tetap PONED/ PONEK
3) Frekuensi pertemuan Audit maternal Perinatal di Kabupaten/ Kota dalam satu tahun
2.11.3. Keluaran (output)
1) Kuantitas
a) Jumlah dan jenis kasus PONED/ PONEK yang dilayani
b) Proporsi kasus terdaftar dan rujukan baru kasus PONED/ PONEK
di tingkat RS Kabupaten/ Kota
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
18/29
2) Kualitas
a) Case Fatality Rate
b) Proporsi jenis morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi
c) Response time
2.12. Evaluasi Program PONED
Menurut M. Ichsan Mustain, et al (2013), Puskesmas Jumpadan Baru di makasar
menyebutkan bahwa puskesmas Jumpadan Baru telah memenuhi standar untuk
melaksanakan program PONED. Dinilai dari jumlah tenaga medis yang telah memadai,
serta sarana dan prasarana yang telah lengkap.
Dalam penelitian M.Ichsan Mustain, et al (2013) juga menyebutkan bahwa salah satu
factor yang harus dipenuhi suatu puskesmas yang mampu PONED seoptimal mungkinadalah sarana dan prasarana yang lengkap, sehingga dapat menangani kasus persalinan
dengan baik. Sesuai dengan penelitian sebelumnya menurut Wijaya (2012) kendala
pengembangan program PONED yaitu SDM, sarana prasarana kurang, pembiayaan lama,
dan SK bentuknya surat tugas sehingga tidak ada legitimasi yang lebih jelas. Solusi
pengembangan kesepakatan yaitu pemenuhan sarana prasarana, pelatihan dan pengajuan
kebutuhan PONED ke pemerintah, pembiayaan lancer, dan pembuatan SK khusus.
2.13. Pertanyaan Penelitian
1. Berapa jumlah petugas terlatih PONED di puskesmas?
2. Apa saja yang diketahui tim PONED tentang puskesmas mampu PONED?
3. Apakah tim PONED mengetahui tentang kasus kegawatdaruratan obstetric neonatal
dan sistem rujukan?
4. Pelayanan yang diberikan oleh puskesmas terkait program PONED apa saja?
5. Sarana yang telah ada di puskesmas sebagai syarat puskesmas mampu PONED apa
saja?
6. Berapa jumlah kasus kegawat daruratan obstetric dan neonatal yang telah ditangani
oleh puskesmas?, dan berapa jumlah kasus yang dirujuk?
7. Jarak puskesmas dengan wilayah cakupan kerja?
8. Apakah ada kendala dalam pelaksanaan program PONED?, kalau iya apa saja?
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
19/29
2.14. Kerangka Konsep
EVALUASIKINERJAPONED
INPUT
1. SDM
2. DANA
3. SARANA
PELAYANAN
1. ANC
2. PENANGANANEMERGENSI / KOMPLIKASI
OUTPUT
1. Jumlah dan jenis kasusPONED yang dilayani
2. Rujukan
3. Angkakeberhasilan/kematian
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
20/29
2.15. Kerangka Teori
PONEDPenanggung
jawab : penanggung jawab puskesmas mampuPONED adalahdokter
Pelaksanaan PONED :
1. Persiapan pelaksanaan2. Sosialisasi3. Pembuatan alur
pelayanan di Puskesmasmampu PONED
Pelayanan :
1. Pelayanan Obstetri2. Pelayanan Neonatus
Dukungan Pihak Terkait :
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Rumah Sakit Kabupaten/Kota
3. Organisasi Profesi : IBI, IDAI, POGI,IDI
4. Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)
Evaluasi
kriteria :1.puskesmas memiliki sarana
pertolongan persalinan.
2. puskesmas sudah menolong persalinan3. mempunyai sub senter rujukan4. jumlah dan jenis tenaga kesehatanyang perlu tersedia dokter, bidan, dan
perawat terlatih PONED.5. Jumlah dan jenis sarana kesehatanyang perlu tersedia adalah alat, obat-obatan, tempat menolong persalinan, air
bersih, wc/kamar mandi.
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
21/29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan penelitian
Penelitian ini bersifat case study dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian
case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara
intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang
berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit social tertentu yang bersifat apa adanya
(given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat.
Penelitian case study merupakan studi mendalam mengenai unit social tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit social
tertentu.
Penelitian kualitatif sendiri dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah dimana peneliti adalah instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif atau hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi. Desain kualitatif memiliki sifat yang bebas dan luwes, tidak ada aturan pasti
dalam beberapa total sampel yang akan dijadikan subjek penelitian. Jumlah subjek
tergantung dari seberapa manfaatkah dan jumlah sumber daya manusia pada lokasi tertentu.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian di lakukan di PUSKESMAS Nglempak 1, di kabupaten Sleman,
Yogyakarta. , Penelitian dilakukan pada bulan September 2015.
3.3. Populasi dan Subyek Penelitian
Narasumber dalam penelitian ini adalah Kepala Pukesmas dan tenaga kesehatan
yang terlatih poned (dokter, bidan, perawat), serta pasien (ibu hamil atau sudah melahirkan)
yang mendapat penanganan di puskesmas Ngemplak 1 Sleman Yogyakarta. Populasi
dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan. Yang pertama karena keterbatasan
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
22/29
kemampuan dan waktu maka dipilih populasi yang tidak terlalu besar namun mendukung
kedalaman hasil penelitian. Yang kedua nara sumber dipilih secara Purposive sesuai
dengan tujuan penelitian. Yang ketiga, jumlah nara sumber sudah memadai ketika
informasi yang didapat mencapai kejenuhan data.
Penentuan narasumber dilakukan dengan metode kriteria seleksi berdasarkan
tujuan ( purposive sampling). Dengan melalui metode pemilihan tersebut maka narasumber
yang menjadi sumber data didasarkan oleh kriteria yang diinginkan peneliti.
Purposive sampling yaitu metode memilih partisipan dalam suatu penelitian
kualitatif dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang dimasukkan dalam penelitian,
di mana partisipan yang diambil dapat memberikan informasi yang credible bagi peneliti.
Populasi dalam penelitian kualitatif relatif kecil, yaitu direkomendasikan kurang dari 10
responden.
3.4. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian kali ini meliputi dari
3.4.1. INPUT
Input disini meliputi dari SDM, dana yang ada, serta sarana dan prasarana
pendukung yang terdapat di puskesmas.
3.4.2. PROSES
Proses disini meliputi pelayanan yang diberikan oleh puskesmas seperti
ANC dan penanganan kasus-kasus emergensi, serta proses kasus rujukan yang
ditangani puskesmas Ngemplak I.
3.4.3 OUTPUT
Penilaian output dilihat dari jumlah kelahiran bayi di puskesmas ntersebut,
jumlah kematian, jumlah rujukan, serta jumlah kasus yang ditangani.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh peneliti sendiri dengan cara :
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
23/29
3.5.1 Wawancara mendalam ( in depth in tervi ew )
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai. Durasi wawancara kurang lebih berkisar 10 – 15
menit, dengan batas maksimal 30 menit, batasan ini dimaksudkan agar menjaga responden
tidak merasa jenuh selama wawancara tersebut, sebab jenuhnya wawancara dapat
mempengaruhi jawaban dari responden atas pertanyaan peneliti.
3.5.2 Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-
unsur yang tampak dalam suatu gejala terhadap objek penelitian yang dapat dikalaborasi
dengan hasil pengumpulan data dengan metode yang lain.Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas yang
berlangsung dan orang yang terlibat di dalamnya, maupun makna kejadian yang dilihat dari
perspektif orang yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut (Moleong, 2010).
Observasi yang akan dilakukan adalah melihat kesiapan puskesmas terkait sarana dan
oprasarana yang ada di puskesmas yang menjadi syarat kelengkapan minimal dalam
penyelenggararaan PONED, sehingga dapat diketahui apakah sudah mencukupi atau
belum.
3.5.3 Dokumentasi
Teknik dokumentasi sebagian besar dalam bentuk tulisan atau gambar, dimana cara
ini merupakan pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang
berhubungan dengan masalah yang diteiti, sehingga dapat diperoleh data yang lengkap dan
bukan berdasarkan perkiraan.
Dokumentasi dilakukan saat observasi maupun saat wawancara mendalam. Semua
kegiatan akan didokumentasikan, sehingga setiap detail data yang diperoleh dapat
direkam dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya.
Untuk menambah kevalidan data, dilakukan juga pengambilan data dari dokumen-
dokumen penting terkait dengan jumlah kasus yang ditangani, jumlah kelahiran dan
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
24/29
jumlah kematian yang terjadi, serta jumlah rujukan yang telah dilakukan ioleh puskesmas
Ngemplak I.
3.6. Instrumen Penelitian (alat dan bahan)
Instrumen penelitian didefinisikan sebagai alat guna mengumpulkan data penelitian
(Machfoedz et al. 2009). Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri
yang dilengkapi dengan alat bantu berupa perekam suara ( tape recorder) , alat tulis,
kamera atau handycam .
Pedoman wawancara disusun oleh peneliti meliputi pertanyaan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan sejarah penyelenggaraan PONED di Puskesmas tersebut, kesiapan,
serta kendala yang dihadapi dalam penyelengarannnya.
3.7. Alur Penelitian
1. Pengajuan Judul Penelitian
2. Penyusunan Proposal Penelitian
3. Seminar Proposal
4. Pengambilan data
5. Pengolahan data
6. Penyusunan hasil dan pembahasan
7. Seminar Hasil Penelitian
3.8. Rencana Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian ini setelah data terkumpul atau dilihat
kejadiaannya secara langsung dilapangan, maka dilakukan analisis informasi berupa data
yang berhasil dikumpulkan tidak menggunakan uji statistik, melainkan menggunakan
analisis secara non statistik sesuai dengan rancangan penelitian.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis tema,
dimulai dari menganalisis dari domain ke analisis tema. Proses pengolahan data dengan
analisis tema dapat diurutkan sebagai berikut (Moleong, 2009).
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
25/29
1. Melakukan telaah seluruh data yang dikumpulkan dari wawancara mendalam,
observasi, dan penelusuran dokumen.
2. Mereduksi data dengan merangkum dan menyimpulkan sesuai data yang telah
diteliti.
3. Membuat susunan satuan informasi dengan analisa proses dan struktur data yang
diperoleh.
4. Penentuan satuan-satuan informasi dengan identifikasi selanjutnya dibuat indeks
dan diberi kode.
5. Kategorisasi (pengelompokan)
3.9 Validitas dan Realibilitas data
Untuk validitas dan realibilitas data dalam penelitian ini, maka akan dilakukan tekniktriangulasi terdiri dari:
3.9.1 Triangulasi sumber
Triangulasi sumber berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama.
3.9.2 Triangulasi data
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
Sumber A
Sumber B
Sumber C
Wawancara mendalam
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
26/29
sebenarnya peneliti sekaligus menguji kredibilitas data. Triangulasi teknik berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda dengan sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi non partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
3.10. Etika Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap responden setelah dilakukan inform consent berupa
pengisian lembar persetujuan untuk dilakukan penelitian oleh responden. Lembar
persetujuan berisi tentang penjaminan identitas narasumber dengan cara mengganti nama
narasumber hanya dengan inisial nama narasumber, dan juga perdetujuan narasumber yang
menyatakan bersedia atau sukarela dan tanpa paksaan dalam kesediaamya umtuk menjadi
narasumber.
Juga dengan prinsip confidentality yaitu kerahasiaan terhadap data-data yang diambil
dan didapat. Demi menjamin kepercayaan semua data yang sudah didapat akan disimpan
dalam laptop dan akan di compress kemudian dipassword, sehingga tidak bisa dibuka oleh
orang lain.
Wawancara mendalam(in Depth Interview)
Observasi non parsitipatifdan Dokumentasi
Sumberdata sama
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
27/29
3.11. Jadwal Penelitian
No
kegiatan
Kegiatan Bulan ke (2015)
6 7 8 9
1 Penyusunan judul v
2 Penyusunan laporan v
3 Seminar proposal v
4 Menyusun pertanyaan v
5 Pengumpulan data v
6 Analisis data v
7 Menyusun laporan akhir v
8 Seminar hasil v
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
28/29
Daftar Pustaka
- Ichsan, Mustain M, Maidin Alimin, Anggraeni Rini. Evaluasi pelaksanaan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas
Jumnpadang Baru, Kota Makasar tahun 2013.
- Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes).,2010. Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa .
No.949/MENKES/SK/VIII/2010.
- Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Pejabat Struktural Kesehatan .
No.971/Menkes/PER/XI/.2010.Jakarta.
- Erna, Desita Usi. Evaluasi pelaksanaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) di puskesmas Karang Malang Semarang. Jurnal KesehatanMasyarakat. 2012; 1 (2) : hal 126-132.
- Dewiyana, 2010. PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman . Tesis
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
- Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2013. Pelayanan Obstetri dan neonatal
Emergeensi Dasar (PONED). Kementrian Kesehatan RI , Jakarta.
- Hasibuan, M.2010. Manajemen Sumber Daya Manusia . PT. Bumi Aksara.
Jakarta.
- Kemenkes. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED.
Kementerian Kesehatan, Jakarta.
- Ade Surahwardy, Irwandi, Alimin Maidin. Evaluasi pelaksanaan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di puskesmas Mamajang kota
Makasar tahun 2013.
- Wijaya. 2012. Evaluasi Persiapan Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) Di Kabupaten Brebes Tahun Tahun 2012 . Jurnal
kesehatan Masyarakat , 1 (2) : hal 72-81.
- Dinkes Sleman. Profil Kesehatan Sleman Tahun 2013. Sleman : Dinas Kesehatan
Sleman; 2013.
8/20/2019 Evaluasi Pelaksanaan Progam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (Poned)
29/29
- Kepmenkes RI. Kebijakan Dasar Puskesmas. Nomor 128 tahun 2004. Jakarta:
Kepmenkes RI; 2004.
- Effendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek dalam
Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika.
- Trihono. 2005. Manajemen puskesmas berbasis paradigm sehat. Jakarta : sagung
Seto.
- Endang Sutisna, S. 2014. Manajemen Kesehatan : Teori dan Prsktik di
Puskesmas. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Top Related