EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI...

119
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI TAMAN KANAK-KANAK KETILANG UIN JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Skripsi Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) Oleh: WILA AFRIYELNI NIM.11140251000023 JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H /2018M

Transcript of EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI...

Page 1: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI TAMAN

KANAK-KANAK KETILANG UIN JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Skripsi Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

WILA AFRIYELNI

NIM.11140251000023

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H /2018M

Page 2: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI TAMAN

KANAK-KANAK KETILANG UIN JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Skripsi Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

WILA AFRIYELNI

NIM.11140251000023

Di bawah bimbingan:

Lili Sudria Wenny, M.Hum

NIDN. 2017097902

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H /2018M

Page 3: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Wila Afriyelni

NIM : 11140251000023

Program Studi : Ilmu Perpustakaan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang

merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan

merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang

lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi

dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi

baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari

menjadi tanggung jawab saya.

Page 4: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip
Page 5: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

i

ABSTRAK

Wila Afriyelni (11140251000023). Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Storytelling

Di Taman Kanak-Kanak Ketilang Uin Jakarta. Di bawah bimbingan Lili

Sudria Wenny, M.Hum. Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hiadayatullah Jakarta, 2018.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan kegiatan

storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi, wawancara, dokmentasi dan kajian pustaka. Informan dari penelitian

ini berjumlah empat yaitu Kepala Sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang dan tiga

orang guru pendidik di sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang. Hasil dari

penelitian ini adalah sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang menerapkan program

storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip mendongeng untuk

meningkatkan semangat dan konsentrasi belajar anak. Kegiatan storytelling dalam

penelitian ini terbukti berhasil memberikan pengaruh pada anak yang sebelumnya

belum mengetahui sesuatu hal, namun setelah mendengarkan storytelling mereka

mendapatkan pengetahuan lebih tentang hal-hal tertentu sesuai dengan tema atau

cerita yang disampaikan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-

hari. Anak-anak mulai muncul minat bacanya setelah mendengarkan storytelling

dan mulai rutin meminta untuk dibacakan buku cerita yang di bawa dari rumah.

Storytelling juga memberikan pengaruh pada perilaku anak yang saling

mengingatkan apabila ada temannya yang berbuat salah atau tidak baik. Dengan

program storytelling dapat dilihat bagaimana meningkatnya perilaku prososial

anak, seperti berkata jujur, mau menolong teman, berbuat baik, mau berbagi,

tumbuhnya minat membaca buku bagi anak yang sudah bisa membaca dan minat

dibacakan buku bagi yang belum bisa membaca serta bertambahnya

perbendaharaan kata pada anak.

Kata Kunci : Storytelling, Evaluasi, Taman Kanak-Kanak, Dongeng.

Page 6: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala,

karena atas rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna

melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana. Dalam pelaksanaan penelitian

skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan dari beberapa pihak yang

mendukung. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Lili Sudria Wenny, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

berkenan memberikan bimbingan dan pengarahannya, serta telah meluangkan

waktu, tenaga, dan pikirannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini.

5. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian dan memberikan data-data yang berhubungan dengan

skripsi ini.

Page 7: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

iii

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti.

7. Kedua orang tua tercinta, Bapak Darnius (almarhum) dan Ibu Nurdiana yang

selalu memberikan dukungan serta doa, finansial, dan kasih sayang kepada

peneliti hingga detik ini.

8. Terima kasih juga untuk kakakku tersayang yang telah memberikan semangat

dan dukungan sehingga peneliti berhasil menyelesaikan skripsi ini.

9. Terimakasih untuk kakak-kakak pembina Etos Syahid yang telah membantu

dalam penelitian skripsi ini, serta selalu memberikan semangat dan

motivasinya selama ini.

10. Terima kasih untuk para sahabat seperjuangan Muhammad Hussein, Dinna

Bira Ayu Aliani, Aisyah Nursyamsi, Dita Damayanti, Addizty Izdihar, Afini

Sufera , Vinda Rosalia, Arya Rangga Putra, yang telah membantu dalam

penelitian skripsi ini, serta selalu memberikan semangat dan motivasinya

selama ini.

11. Terimakasih untuk keluarga etoser UIN Syahid Syarif Hidayatullah Jakarta

dan sahabat AKASIA angkatan 2014 yang selalu memberikan dukungan dan

motivasinya selama ini.

12. Terimakasih untuk seluruh teman-teman JIP CLASS A 2014, atas

kebersamaannya selama empat tahun terakhir, yang selalu memberikan

dukungan dan motivasinya, serta tak lupa untuk teman-teman KKN

ANTHOPILA 141.

Page 8: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

iv

Sesungguhnya peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti

terbuka dan bersedia menerima kritikan dan saran yang sekiranya dapat

membangun dari pembaca untuk kebaikan pembuatan laporan penelitian

selanjutnya. Peneliti juga memohon maaf apabila ada kekeliruan atau hal yang

tidak berkenan dalam penyususnan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat

berguna bagi peneliti dan setiap pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, 17 Oktober 2018

Wila Afriyelni

Page 9: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR BAGAN ................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7

E. Definisi Istilah ................................................................................................. 8

F. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................... 11

A. Storytelling .................................................................................................. 11

1. Pengertian Storytelling ............................................................................ 11

2. Jenis-Jenis Storytelling ............................................................................. 15

3. Teknik Storytelling ................................................................................... 16

4. Metode-metode Storytelling ...................................................................... 20

5. Manfaat Storytelling .................................................................................. 24

B. Evaluasi ......................................................................................................... 27

1. Pengertian Evaluasi................................................................................... 27

2. Tujuan Evaluasi ......................................................................................... 28

3. Fungsi Evaluasi ......................................................................................... 30

4. Proses Evaluasi .......................................................................................... 31

C. Taman Kanak-Kanak .................................................................................... 33

1. Pengertian Anak dan Taman Kanak-Kanak.............................................. 33

2. Model Pembelajaran Anak di Taman Kanak-Kanak ................................ 35

Page 10: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

vii

3. Perkembangan Kognitif Anak ................................................................... 36

4. Tujuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak………………………………39

5. Prinsip Pendidikan Taman Kanak-Kanak……………………………....40

D. Penelitian Relevan………………………………………………………….41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 44

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................................. 44

B. Sumber Data ................................................................................................. 45

C. Teknik Penentuan Informan ......................................................................... 46

D. Instrumen ...................................................................................................... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 48

F. Teknik Keabsahahan Data ............................................................................ 49

G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 50

H. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 53

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ............................................................. 53

B. Hasil Penelitian ............................................................................................. 67

C. Pembahasan .................................................................................................. 78

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 81

A. Kesimpulan ................................................................................................... 81

B. Saran ............................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83

LAMPIRAN ......................................................................................................... 87

1. Daftar Pertanyaan Wawancara di Taman Kanak-Kanak Ketilang ................ 88

2. Transkip Wawancara di Taman Kanak-Kanak Ketilang ............................... 89

3. Lembar Reduksi Data .................................................................................... 92

4. Hasil Observasi .............................................................................................. 97

5. Persuratan .................................................................................................... 100

6. Foto kegiatan Storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang ................... 1003

7. Biodata Penulis .......................................................................................... 1066

Page 11: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Literatur Relevan....................................................................................42

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 52

Tabel 4.1 Daftar Nama Guru Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta .......... 60

Tabel 4.2 Daftar Inventaris Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta Tahun

Ajaran 2018/2019 ................................................................................. 66

Page 12: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Proses Analisis Data ......................................................................... 51

Page 13: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan TK Ketilang UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ............................................................................ 61

Page 14: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah sesuatu yang sudah menjadi tradisi dan terjadi secara

terus-menerus. Dengan hal tersebut maka salah satu hal terpenting untuk

mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan,

sedangkan yang menjadi faktor penting untuk efektivitas adalah faktor evaluasi

baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Evaluasi dapat memberikan

penilaian dalam rangka meningkatkan siswa lebih baik dalam belajar secara

terus-menerus, guru akan lebih termotivasi dalam meningkatkan kualitas

kegiatan belajar mengajar. Adanya dorongan terhadap guru pendidik dalam

meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan jembatan antar ligkungan

keluarga dengan masyarakat yang lebih luas seperti sekolah dasar dan

lingkungan lainnya. Sebagai salah satu bentuk pendidikan anak usia dini,

sekurang-kurangnya anak usia empat tahun sampai memasuki jenjang

pendidikan sekolah dasar. Istilah anak usia dini di indonesia ditujukan pada

anak baru lahir sampai usia enam tahun. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 14 menyatakan :1

“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak-anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

1 “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.,” n.d.

Page 15: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

2

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentuk pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut”.

Taman Kanak-Kanak merupakan bentuk pendidikan anak usia dini yang

berada pada jalur pendidikan formal, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-

undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 28 tentang sistem pendidikan Nasional :2

“Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk

Taman Kanak-Kanak, Raudhatul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat”.

Berdasarkan undang-undang tentang taman Kanak-Kanak, ada beberapa

tujuan yang hendak dicapai, dari pelaksanaan taman Kanak-Kanak, yaitu:

a. Membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

b. Mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap

perkembangan peserta didik.

c. Membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,

keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dengan cara

menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk pertumbuhan lebih lanjut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah

mulai dari siswa, pengelola sekolah, lingkungan, kualitas pembelajaran,

kurikulum dan sebagainya. Usaha peningkatan kualitas pembelajran di sekolah

2 “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional,” n.d.

Page 16: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

3

dapat diperoleh melalui proses yang baik yaitu melalui peningkatan kegiatan

belajar mengajar dan meningkatkan sistem penilaian. Demikian, sistem

penilaian yang dilakukan akan membantu guru dalam kegiatan belajar

mengajar di sekolah untuk menentukan strategi mengajar yang tepat sehingga

dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan semangat dan konsentrasi belajar.

Salah satu Program yang dilaksanakan pada anak usia dini ialah

storytelling (mendongeng). Program storytelling merupakan salah satu kegiatan

belajar mengajar yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran di sekolah

Taman Kanak-Kanak, dimana guru pendidik dapat menyampaikan materinya

dengan menggunakan teknik yang bervariasi menggunakan bantuan media

seperti; gambar, boneka, mini drama dan lain sebagainya. Storytelling juga

sebenarnya telah dikenalkan Allah kepada rasulnya dalam Al-Quran surat Hud

ayat 120 :

ا نباءااوكل

اعليكامناأ ص لانقل ابهااٱلرسل ؤمننيااٱلقافلؤادكاوجاءكافاهذهااۦماانلثبتل اللمل اا٠٢١وموعظةاوذكرى

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu ialah kisah-

kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah

datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-

orang yang beriman” (Q.S. Hud: 120).3

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa, kisah atau cerita merupakan

media pengajaran juga peringan yang dapat diambil hikmahnya untuk

meningkatkan keimanan. Setiap agama, negara dan bangsa menerapkan cerita

3 Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2005).

Page 17: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

4

sebagai media untuk mendidik anak mereka, baik itu untuk meningkatkan

pengetahuan, moral dan meningkatkan minat baca anak bangsa.

Storytelling juga dijelaskan dalam surat yusuf ayat 3 :

حسنااننلااعليكاأ ص وحينااإلكاهذاااٱلقصصانقل

رءانابمااأ نتامناقبلهااٱلقل اا٣اٱلغفلنيالمنااۦإوناكل

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan

Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami

mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui” (Q.S

Yusuf ; 3)4

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa untuk menambah pengetahuan salah

satu caranya adalah dengan storytelling, sepeti yang dijelaskan dalam ayat

tersebut bahwa dengan storytelling kita dapat mengetahui banyak hal,

memberikan petunjuk dan pengajaran bagi orang yang beriman kepada Allah.

Pelaksanaan program storytelling sebagai sarana pembelajaran yang

diharapkan dapat meningkatkan minat baca dan keaktifan anak saat mengikuti

kegiatan belajar mengajar. Guru pendidik diharapkan bisa menyampaikan

materi pembelajaran melalui program storytelling dengan memilih tema yang

sesuai dengan minat anak. Teknik bercerita harus menggunakan media yang

tepat guna mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar dalam

mengembangkan potensi dan kecerdasan anak usia dini.

Sementara itu, mungkin permasalahan yang sering dihadapi pada tingkat

taman Kanak-Kanak, ketika dalam penyampaian materinya seorang guru harus

memiliki teknik tersendiri yang akan menjadi daya tarik bagi anak-anak usia

4 Departemen Agama RI.

Page 18: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

5

dini, hal ini perlu dilakukan karena setiap anak-anak mempunyai sifat dan

karakteristik yang berbeda-beda. Seperti observasi yang telah peneliti lakukan

di sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang yang berlokasi di Jalan Ibnu Batutah,

Rt 003/006, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Sekolah Taman

Kanak-Kanak Ketilang merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan

program pembelajaran dengan melibatkan anak secara langsung, diantaranya

dengan melatih anak-anak untuk mengenal Abjad, Angka, Warna, Bentuk,

macam-macam buah, sayuran dan benda yang ada di sekitarnya. Selain

pendidikan utama, di sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang juga dilaksanakan

pembelajaran intra kulikuler yang dimulai dari Iqra’, Program Bilingual,

Renang, Komputer Kids. Selain program Intra Kulikuler, juga terdapat program

Ekstra Kulikuler seperti : Drumband, Sempoa, Menari, Melukis dan

Angklung.

Pelajaran yang disediakan untuk anak di sekolah akan di dampingi oleh

pengajar profesional dan melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri.

Sekolah Taman Kanak-kank Ketilang juga memberikan pelajaran bahasa asing

sejak dini, dimana pembelajaran tersebut secara tidak langsung akan bisa

menbentuk anak menjadi lebih mandiri dan memiliki karakter yang baik.

Sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang juga memiliki tujuan sebagai

lembaga pendidikan islam prasekolah yang unggul dan kompetitif dalam

pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan dengan mengapresiasi

potensi-potensi siswa serta perkembangan era globalisasi dan tuntutan

masyarakat. Maka adanya evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar dengan

Page 19: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

6

program storytelling, untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan

program tersebut.

Latar belakang peneliti mengangkat tema tersebut, karena storytelling

memiliki fungsi untuk memperkenalkan anak pada informasi melalui cerita

atau pesan yang disampaikan, mengasah keterampilan dan mengembangkan

imajinasi anak. dalam artikel yang ditulis oleh Gerald A. Chesin “Storytelling

and Storyreading” mengemukakan bahwa, cerita akan menjadi sangat

bermanfaat bagi anak-anak yang tidak siap untuk membaca atau yang memiliki

rendah kemampuan membaca.5 Untuk mengetahui keberhasilan dari kegiatan

belajar mengajar dengan storytelling dalam meningkatkan kualitas pendidikan

di sekolah, mengingat storytelling merupakan metode yang sesuai untuk anak

usia dini. Di sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang kegiatan belajar dengan

storytelling sudah berjalan sejak sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang berdiri

akan tetapi belum diketahui pasti tingkat kebehasilan program storytelling yang

sudah ada sejak sekolah berdiri sampai saat sekarang ini. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana “Evaluasi Pelaksanaan

Kegiatan Storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memperjelas mengenai sasaran yang ingin peneliti capai, agar

pembahasan penelitian lebih spesifik dan tidak mengarah kepada yang lebih

luas. Maka masalah yang diteliti hanya mengenai evaluasi program

5 Chesin Gerald A, “Storytelling and Storyreading,” Peabody Journal of Education Vol.43, no.

4 (January 1996): 213.

Page 20: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

7

storytelling di taman Kanak-Kanak ketilang. Selanjutnya dari latar belakang

masalah yang dipaparkan di atas, peneliti dapat merangkum perumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip pelaksanaan storytelling di Taman

Kanak-Kanak Ketilang?

2. Bagaimana efektifitas kegiatan storytelling dalam proses belajar mengajar di

Taman Kanak-Kanak Ketilang ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang

dilakukan oleh peneliti, diantaranya:

1. Mengetahui penerapan prinsip-prinsip pelaksanaan storytelling di Taman

Kanak-Kanak Ketilang

3. Mengetahui efektifitas kegiatan storytelling dalam proses belajar mengajar

di Taman Kanak-Kanak Ketilang

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas, manfaat yang hendak diperoleh dari

penelitian ini antara lain:

1. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperkaya wawasan

pengetahuan, khususnya pengetahuan dari segi kegiatan evaluasi

pelaksanaan kegiatan storytelling di Taman Kanak-Kanak yang memberikan

pengaruh bagi keberlangsungan pendidikan yang lebih baik bagi anak usia

dini.

Page 21: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

8

2. Bagi sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi

sekolah untuk mengetahui keberhasilan serta kekurangan yang harus di

kembangkan melalui program storytelling guna meningkatkan kegiatan

pembelajaran di sekolah dan melahirkan anak didik yang religius, cerdas,

berwawasan luas, moderenis, kreatif, inovatif dan berakhlakul karimah.

E. Definisi Istilah

1. Storytelling

Storytelling adalah menceritakan sebuah kisah dengan adanya dialog,

adegan dan disertai tiruan suara berupa binatang, manusia dan tokoh yang

disebut dalam cerita tersebut. Storytelling menggunakan cara

menyampaikan cerita dengan kemampuan intonasi dan menggunakan alat

bantu sehingga dapat menarik perhatian pendengar.

2. Evaluasi

Merupakan cara untuk mengontrol program pelayanan dengan cara

memeriksa apakah semua aspek sudah mencapai standar yang diharapkan,

selain itu hasil evaluasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam melakukan langkah-langkah perbaikan sekaligus untuk

merencanakan program-program yang dapat meningkatkan mutu sekolah

jauh lebih baik.

3. Taman Kanak-Kanak

Merupakan jenjang pendidikan anak usia dini (usia 6 tahun atau

dibawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Taman Kanak-Kanak (TK)

Page 22: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

9

memiliki kurikulum yang menekankan pada pemberian rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut.

F. Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini, peneliti membagi sistematika penelitian menjadi lima

bab diantaranya sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, batasan penelitian, tujuan

dan manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah, dan

sistematika penelitian.

Bab II Tinjauan Literatur

Bab ini berisi landasan teoritis terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan masalah-masalah yang hendak diteliti yaitu tentang

Evaluasi Metode Storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan

yaitu, jenis dan pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian,

sumber data, teknik penentuan informan, teknik pengumpulan data,

dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang gambaran umum dari sekolah Taman

Kanak-Kanak yang diteliti, meliputi profil lembaga, visi-misi,

Page 23: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

10

Sumber Daya Manusia (SDM), struktur organisasi, program

kegiatan belajar mengajar sekolah Taman Kanak-kank Ketilang,

sarana dan prasarana, deskripsi subjek penelitian, hasil penelitian

dan pembahasan.

Bab V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dari penyajian hasil penelitian yang

dikemukakan oleh peneliti, pada bab ini, peneliti memberikan

saran-saran yang merupakan masukan dan sumbangan peneliti.

Page 24: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

11

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Storytelling

1. Pengertian Storytelling

Storytelling terdiri atas dua kata yaitu story berarti cerita dan telling

berarti penceritaan. 6 Penggabungan dua kata storytelling berarti

penceritaan cerita atau menceritakan cerita. Storytelling merupakan usaha

yang dilakukan oleh pendongeng dalam menyampaikan isi perasaan, buah

pikiran atau sebuah cerita kepada anak-anak serta lisan. Bercerita juga

bertujuan memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan

isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui bercerita anak menyerap

pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita

yang sarat informasi atau nilai-nilai itu dihayati anak dan ditetapkan

dalam kehidupan sehari-hari.7

Disamping itu, storytelling sangat bermanfaat sekali bagi guru

karena storytelling dapat menjadi motivasi untuk mengembangkan daya

kesadaran, memperluas imajinasi anak, orangtua dan dapat menggalakkan

kegiatan storytelling pada berbagai kesempatan seperti ketika anak-

anak sedang bermain, anak menjelang tidur atau guru yang sedang

6 Aliyah S, “Kajian Teori Metode Storytelling Dengan Media Panggung Boneka Untuk

Meningkatkan Kemampuan Menyimak Dan Berbicara Anak Usia Dini: Studi Eksperimen Quasi

Di TK Negeri Pembina Kabupaten Majalengka” (Universitas Pendidikan Indonesia, 2011). 7 VISI PPTK PAUDNI, “Hubungan Pelatihan Bercerita Terhadap Kemampuan Guru Dalam

Bercerita Di Taman Kanak-Kanak,” Jurnal Ilmiah VISI PPTK PAUDNI Vol.11, no. No.1 (June

2016): 38.

Page 25: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

12

membahas tema pembelajaran menggunakan metode storytelling.

Keterlibatan anak melalui storytelling yang diceritakan akan

memberikan suasana yang segar dan menarik dan menjadi pengalaman

yang unik bagi anak.8

Storytelling sebagai sebuah seni atau seni dari sebuah keterampilan

bernarasi dari cerita-cerita dalam bentuk syair atau prosa, yang

dipertunjukkan atau dipimpin oleh satu orang di hadapan audience

secara langsung dimana cerita tersebut dapat dinarasikan dengan

cara diceritakan atau dinyanyikan, dengan atau tanpa musik,

gambar, ataupun dengan iringan lain yang mungkin dapat dipelajari

secara lisan, baik melalui sumber tercetak, ataupun melalui sumber

rekaman mekanik.9

Program storytelling atau Mendongeng merupakan kegiatan yang

tepat dalam memenuhi kebutuhan tersebut karena dalam cerita terdapat

nilai-nilai yang dapat dikembangkan. Pengalaman dan kemampuan umat

ikut diperhitungkan.10

1. Nilai Personal

Cerita itu mampu mengembangkan nilai personal apabila pesan

yang disampaikan dapat :

a) Memberikan kesenangan dan kenikmatan mengembangkan imajinasi

8Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 2004). 9Nurcahyani, Kusumastuti Dina, “Pengaruh Kegiatan Storytelling Terhadap Pertumbuhan

Minat Baca Siswa Di TK Bangun 1 Getas” (Universitas Diponegoro, 2010). 10Igrea Siswanto, Mendidik Anak Dengan Permainan Kreatif: Bermain Sambil Belajar Untuk

Mengembangkan Kecerdasan Majemuk Sejak Usia Dini (Yogyakarta: ANDI, 2008).

Page 26: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

13

b) Memberikan pengalaman yang benar-benar dapat dihayati

c) Mengembangkan pandangan ke arah perilaku manusia

d) Menyuguhkan pengalaman-pengalaman yang bersifat universal.

2. Nilai Edukatif/intelektual

Siswanto juga menyebutkan bahwa cerita mengandung

nilai edukatif, yaitu:

a) Mengembangkan kemampuan berbahasa.

b) Mengembangkan kemampuan membaca

c) Mengembangkan kepekaan terhadap cerita

d) Meningkatkan kemampuan menulis

e) Membantu perkembangan aspek sosial.

f) Membantu perkembangan aspek emosional.

g) Membantu perkembangan aspek kreativitas.

h) Membantu perkembangan aspek kognitif.

Semua orang menyukai cerita yang baik., baik dia kaya atau

miskin, berpangkat atau rakyat jelata, orang dewasa ataupun anak-anak,

semuanya menyukai cerita. Cerita merupakan alat yang ampuh untuk

menyampaikan pengajaran, pesan maupun teguran. Namun demikian,

cerita tidak terlepas dari segi inteleknya karena cerita juga berfungsi

untuk memberi informasi. Melalui cerita seseorang akan mempelajari hal-

hal, situasi dan tempat-tempat yang belum pernah dijumpai

sebelumnya.11

11Depdikbud, Pedoman Supervisi TK Jakarta (Jakarta: Depdikbud, 1992).

Page 27: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

14

Ada berbagai konsep storytelling yang dapat digunakan untuk

mengajak anak membaca. Konsep storytelling dan bermain, storytelling

sambil bermain musik, mengadakan festival storytelling dengan konsep

pementasan teater dari anak untuk anak, dan lain sebagainya.12 Dengan

banyaknya konsep yang dapat diusung, storyteller atau pencerita

dapat menampilkan cerita secara menarik dan kreatif sehingga siswa

tidak merasa bosan. Belajar sambil bermain adalah suatu hal yang

tidak pernah lepas dari seorang anak, hal inilah yang harus diingat oleh

pencerita.

Storytelling merupakan suatu proses kreatif anak-anak yang

dalam perkembangannya, senantiasa mengaktifkan bukan hanya aspek

intelektual saja tetapi juga aspek kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni,

daya berfantasi, dan imajinasi anak yang tidak hanya mengutamakan

kemampuan otak kiri tetapi juga otak kanan. Berbicara mengenai

storytelling, secara umum semua anak-anak senang mendengarkan

storytelling, baik anak balita, usia sekolah dasar, maupun yang telah

beranjak remaja bahkan orang dewasa.13

Dalam menyampaikan storytelling ada berbagai macam jenis

cerita yang dapat dipilih oleh pendongeng untuk didongengkan

kepada audience. Sebelum acara storytelling dimulai, biasanya

pendongeng telah mempersiapkan terlebih dahulu jenis cerita yang

akan disampaikan agar pada saat mendongeng nantinya dapat berjalan

12Murti Bunanta, Buku, Dongeng Dan Minat Baca (Jakarta: Murti Foundation, 2009). 13Asfandiyar, A. Y, Cara Pintar Mendongeng (Jakarta: Mizan, 2007).

Page 28: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

15

lancar.

Dalam hal ini, penulis menyebut bercerita atau storytelling sebagai

tuturan tentang kisah fiktif dan nyata. Sementara itu, mendongeng yang

merupakan bagian dari cerita adalah menuturkan cerita fiktif seperti

fabel, kisah, atau legenda. Dongeng itu intinya hanya di kekuatan

kata-kata. Dalam kasus penelitian yang dilakukan ini, jenis storytelling

yang digunakan adalah cerita yang mempunyai misi pendidikan.

Storytelling disini bukan hanya berfungsi sebagai hiburan semata

tetapi juga memiliki muatan pendidikan di dalamnya.

2. Jenis-Jenis Storytelling

Storytelling dapat digolongkan ke dalam berbagai jenis. Namun

peneliti membatasi jenis tersebut pada:14

a) Storytelling Pendidikan

Dongeng pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan

suatu misi pendidikan bagi dunia anak-anak. Misalnya, menggugah

sikap hormat kepada orang tua.

b) Fabel

Fabel adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang

digambarkan dapat bicara seperti manusia. Cerita-cerita fabel sangat

luwes digunakan untuk menyindir perilaku manusia tanpa membuat

manusia tersinggung. Misalnya; dongeng kancil, kelinci, dan kura-

kura.

14Asfandiyar, A. Y.

Page 29: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

16

3. Teknik Storytelling

Teknik Storytelling atau mendongeng, pada saat mendongeng

pendongeng dapat memilih teknik yang tepat dan menarik agar pesan

yang disampaikan oleh penulis atau pengarang cerita melalui

pendongeng dapat disampaikan. Oleh karna itu, pendongeng hendaknya

memiliki bekal sebagai pendongeng. Bekal yang harus dimiliki oleh

seorang pendongeng adalah sebagai berikut:

1) Awal Mendongeng

Ketika mengawali cerita dalam sebuah dongeng, pendongeng

diharapkan mampu mengetahui jiwa anak-anak. Melalui pertanyaan-

pertanyaan umum untuk merangsang kepekaan mereka terhadap dongeng

yang akan di sajikan. Hal ini dapat di sajikan dengan cara menanyakan

kepada anak tentang hal-hal yang akan dimunculkan dalam dongeng.

Misalnya anak di ajak menyanyikan lagu yang sesuai dengan tema yang

akan di ceritakan, menirukan suara binatang sebagai tokoh utama dalam

cerita, menanyakan tentang seting tempatnya dan tokoh ceritanya yang

kedua melalui gambar, menanyakan judulnya dan sebagainya. Dari

beberapa hal yang ditayakan oleh pendongeng tersebut akan dapat

membawa anak-anak pada dongeng yang akan disampaikannya. Di

samping itu, pikiran anak dapat terfokus pada dongeng yang akan di

perdengarkan.

2) Vokal/pengucapan/peniruan suara

Page 30: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

17

Untuk memiliki pengucapan yang baik, pendongeng hendaklah

melakukan berbagai latihan, meskipun pada dasarnya pendongeng tidak

memiliki cacat dalam pengucapan. Pendongeng yang memiliki

pengucapan yang baik, dia mampu mengartikulasikan huruf mati dan huruf

hidup dengan sempurnanya, dan di harapkan dia mampu menirukan suara

makhluk hidup lainnya dengan sempurna pula. Pendongeng mampu

menirukan suara binatang apa saja, khususnya binatang di sekitar anak.

Misalnya suara ular mendesis, kucing mengeong, suara ayam berkokok,

suara tikus mencicit, suara nenek/kakek, suara raksasa yang menyeramkan

dan sebagainya. Demikian juga dengan suara mobil, suara sepeda motor,

dan suara lain dia mampu menirukannya dia juga diharapkan mampu

membuat benda-benda mati seolah-olah menjadi hidup. Misalnya ketika

dia bercerita tentang buah-buahan atau benda-benda mati lainnya,

pendongeng mampu menghidupkan ceritanya.

3) Intonasi atau nada suara

Intonasi atau nada suara adalah keras lemahnya dan tinggi rendahnya

suara, dengan demikian seorang pendongeng hendaklah memiliki warna

suara yang mampu untuk mengubah suara tersebut dengan tidak selalu

monoton, hal tersebut bergantung dari suara yang dikehendaki dari lakon

dalam dongeng yang diceritakan.

Tinggi rendahnya suara dan nada bicara, hendaknya di sesuaikan

dengan situasi dan kondisi yang ada pada alur cerita tersebut. Pendongeng

saat membawakan cerita dimulai dengan suara yang pelan, tenang, enak

Page 31: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

18

didengar, dan secara berangsur-angsur suara tersebut dapat ditinggikan

volumenya. Ketika pendongeng sampai pada isi cerita yang diikuti adegan-

adegan yang disertai konflik, maka ia harus membawakannya dengan

suara yang menarik perhatian pendengarnya. Karena tingginya perhatian

anak pada suatu cerita tergantung pada kuat tidaknya peningkatan

(improvisasi) alur cerita pada dongeng yang diperdengarkan.

4) Penghayatan watak tokoh cerita

Penghayatan terhadap tokoh dalam dongeng, dapat dipahami melalui

ungkapan-ungkapan yang diucapkan pendongeng di hadapan anak-anak

dengan lancar. Pendongeng, dikatakan menguasai atau menghayati watak

tokoh dalam dongeng tersebut, apabila pada saat pendongeng

mengucapkan dialog-dialognya dengan lancar. Dengan demikian daya

imajinasi anak-anak semakin kuat, karena pendongeng mampu membawa

mereka ke dalam penghayatan tokoh-tokoh cerita yang diperankannya.

Pendongeng dalam mengisahkan cerita hendaknya mampu memberikan

peran yang sesuai pada setiap tokoh cerita dengan karakteristik tokoh

sebenarnya. Misalnya perwujudan gerakannya, suaranya, perangainya,

kekerasannya, kelembutannya dan sebagainya, yang semua itu tampak

pada saat dongeng tersebut diperdengarkan.

Jumlah tokoh dalam dongeng tersebut hendaknya dibatasi. Jumlah

tokoh yang terlalu banyak dapat mengurangi makna dan pesan yang

disampaikan oleh pendongeng sehingga menyebabkan cerita tidak dapat

dipahami dengan baik oleh anak. Oleh karena itu, tokoh dongeng dalam

Page 32: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

19

cerita yang diperdengarkan pendongeng, hendaklah mampu

menggambarkan tokoh hitam dan tokoh putih. Tokoh hitam tidak boleh

ditiru dan tokoh putih yang seharusnya ditiru oleh anak.

5) Ekspresi

Ekspresi yang diciptakan pendongeng akan mendukung jalannya

cerita saat dongeng diperdengarkan, selain itu, juga akan mendukung

proses pemahaman anak terhadap jalannya cerita. Ekspresi yang

dibawakan harus sesuai dengan yang dituntut oleh cerita dalam dongeng

tersebut. Ekspresi hendaklah disajikan secara reflek. Untuk itu pendongeng

haruslah banyak melakukan latihan agar dirinya tahu akan kemampuannya

dalam berekspresi.

Bentuk ekspresi ini dapat ditampakkan pada raut muka dan

perwajahan si pendongeng. Dimana ada kalanya dia harus menangis,

tertawa, tersenyum, berteriak, berbisik, bersedih, misalnya pada saat

harimau akan menerkam mangsanya, dan sebagainya dan secara tiba-tiba

dia mampu melakukan gerakan ekspresi sebaliknya.

6) Gerak dan penampilan

Mendongeng di hadapan anak, selalu bersifat menafsirkan, sehingga

tidak mungkin pendongeng membawakan cerita tanpa melakukan gerakan

dan tanpa emosi. Gerakan dan penampilan, hendaklah yang berhubungan

secara tepat dengan kata-kata yang diucapkan. Ibaratnya pendongeng

bagaikan dalang (pelaku cerita dalam perwayangan). Pendongeng

mempunyai berbagai jenis warna suara. Ia mampu menyuarakan suara dari

Page 33: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

20

semua tokoh dalam cerita tanpa ada yang sama. Warna suara tersebut

diperdengarkan dihadapan anak-anak bersamaan dengan penampilan dan

harus sesuai dengan gerakannya. Karena pendongeng tidak hanya sekedar

menyampaikan ceritanya secara lisan saja, namun juga mampu

menampilkan gerakan tokoh sesuai dengan yang diceritakannya.

7) Kemampuan komunikatif

Pendongeng yang baik adalah pendongeng yang memahami tentang

teknik mendongeng yang baik pula. Pendongeng tahu persis siapa yang

diajak mendongeng, apa yang didongengkan, apa tujuan mendongeng, di

mana dia mendongeng, alat bantu apa yang digunakan selama

mendongeng, dan bagaimana caranya mendongeng.

Mendongeng adalah sebuah seni pertunjukan dihadapan anak-anak.

Dengan demikian, kehadiran pendongeng hendaklah mempunyai

hubungan dengan anak-anak, baik hubungan mata, batin, perasaan,

maupun hubungan pikiran. Dengan demikian antara pendongeng dengan

yang diberi dongeng diharapan memiliki kemampuan komunikatif. Jadi

pendongeng dituntut untuk memiliki kontak mata, batin, perasaan secara

baik, sehingga dapatlah terwujud makna kekomunikatifan antara

pendogeng dan anak-anak. Dengan begitu, pendongeng memiliki

penguasaan terhadap anak-anak.

4. Metode-metode dalam Storytelling

Metode storytelling berarti penyampaian cerita dengan cara bertutur,

yang membedakan antar bercerita dengan metode penyampaian cerita lain

Page 34: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

21

adalah lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Storytelling

merupakan salah satu cara dalam memberikan pengalaman belajar bagi anak

usia dini dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan berpengaruh

terhadap perkembangan anak.15

Pada awalnya mendongeng atau storytelling dilakukan dengan cara

lisan, namun seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi metode

dalam mendongeng telah banyak mengalami perubahan, misalnya

storytelling dengan alat peraga boneka, dongeng dengan media elektronik

(digital story) dapat dibuat dengan aplikasi smartphone atau komputer,

sehingga kegiatan mendongeng terlihat lebih menarik, berfariasi dan

semakin interaktif. Metode storytelling dapat dilakukan dengan dua cara,

storytelling tanpa menggunakan alat peraga dan storytelling dengan

menggunakan alat peraga. Storytelling tanpa menggunakan alat peraga yaitu

kegiatan mendongeng dengan menggunakan lisan atau kegiatan

mendongeng dengan menggunakan verba, sedangkan storytelling dengan

menggunakan alat peraga ialah kegiatan bercerita yang dalam

pelaksanaannya menggunakan langsung atau tidak langsung seperti boneka,

gambar-gambar, papan flannel, atau benda-benda lainnya yang mendukung

pendongeng dalam penyampaian cerita kepada audiens.16 Sedangkan dalam

jenis-jenis metode bercerita menurut Moeslihatoen ialah sebagai berikut17:

15 Sabili Risady, Bermain, Bercerita Dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini (Jakarta: Luxima

Metro Media, 2014), hal.64-65. 16 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita

(Jakarta: Indeks, 2013), hal.88. 17Moeslihatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),

hal.158-160.

Page 35: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

22

a. Membaca langsung dari buku cerita

Pada metode ini guru atau pendongeng dapat langsung

mempraktekannya dengan membacakan langsung cerita, prosa atau puisi

yang sesuai. Hal ini memberikan penekanan pada pesan yang akan

dimengerti anak. Pesan tersebut dapat berupa perbuatan yang benar atau

salah, bagus atau tidak dan lainnya.

b. Bercerita dengan menguaikan ilustrasi gambar atau buku

Ilustrasi membantu menarik perhatian anak pada jalan cerita.

Gambar sebagai ilustrasi juga memperjelas pesan yang disampaikan oleh

guru. Agar berjalan baik, penggunaan ilustrasi memerlukan persiapan.

c. Menceritakan dongeng

Sebagai warisan budaya, dongeng digunakan dalam memberikan

pesan pada anak. Jenis dongeng dapat berupa dongeng yang telah ada

sebelumnya ataupun ciptaan pendongeng sendiri, unsur terpenting ialah

mengandung pesan yang dapat merubah anak, baik yang berkaitan

dengan moral atau minat bacanya.

d. Bercerita dengan menggukan papan flannel

Melapisi papan dengan kain flannel warna menjadi alternatif media

menempelkan tokoh-tokoh perwatakan sebuah cerita. Tokoh-tokoh cerita

dapat dibuat dari kertas dilapisi kain goso sebagai perekat pada kain

flannel.

e. Bercerita dengan menggunakan media boneka

Penggunaan media bercerita dengan menggunakan boneka harus

Page 36: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

23

mempertimbangkan factor usia dan pengalaman pendengar.

f. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan

Melalui gerakan jari-jari tangan pendongeng dapat menciptakan

jalannya cerita.

g. Dramatisasi suatu cerita

Teknik ini digunakan untuk memainkan cerita perwatakan tokoh

dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang

bersifat umum.18

Sekolah bukan satu-satunya tempat yang menerapkan storytelling,

banyak perpustakaan, taman baca, atau komunitas yang juga menerapkan

program storytelling. Sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang menjadi

salah satu sekolah yang sudah menerapkan kegiatan belajar mengajar

dengan storytelling. Storytelling dalam penyampaian dongeng beragam

seperti melalui media digital (power point, komputer), melalui media

kertas origami (seperti yang dilakukan oleh sekolah Taman Kanak-Kanak

Ketilang), mendongeng melalui media alat music, wayang dan masih

banyak lagi. Storytelling dilakukan agar anak juga semakin tertarik

dengan buku.

Pada awalnya anak hanya mendengarkan buku yang dibacakan oleh

pendongeng tetapis lambat laun anak tertarik untuk membaca buku

sendiri bagi anak yang sudah bisa membaca dan tertarik untuk dibacakan

buku bagi anak yang belum bisa membaca. Dengan demikian,

18 Sabili Risady, Bermain, Bercerita Dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini (Jakarta: Luxima

Metro Media, 2014), hal.76.

Page 37: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

24

mendongeng merupakan salah satu cara yang efektif dalam

menumbuhkan kecerdasan anak melalui minat baca.

5. Manfaat Storytelling

Berbicara mengenai storytelling sungguh banyak manfaatnya.

Tidak hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi orang yang

mendongengkannya. Manfaat dari kegiatan mendongeng ini antara lain

adalah:19

a. Mengembangkan fantasi, empati dan berbagai jenis perasaan lain.

b. Menumbuhkan minat baca.

c. Membangun kedekatan dan keharmonisan.

d. Media pembelajaran.

Adapun manfaat lain bagi anak dengan mendongeng antara lain

adalah:20

a. Mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak.

b. Mengembangkan kemampuan berbicara anak.

c. Mengembangkan daya sosialisasi anak.

d. Sarana komunikasi anak dengan orangtuanya.

e. Media terapi anak-anak bermasalah.

f. Mengembangkan spiritualitas anak.

g. Menumbuhkan motivasi atau semangat hidup.

h. Menanamkan nilai-nilai dan budi pekerti.

19A Kusmiadi, “Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi Pendidik

PAUD,” Jurnal Ilmiah VISI PTK-PN, 2008. 20 Ida Vera Shopya, “Membangun Kepribadian Anak Dengan Dongeng,” Jurnal Inovasi

Pendidikan Guru Raudatul Athfal, June 2014.

Page 38: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

25

i. Membangun kontak batin antara pendidik dengan murid.

j. Membangun watak-karakter.

k. Mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan),

sosial, dan aspek konatif (penghayatan).

Ada beberapa manfaat yang akan kita peroleh dengan bercerita,

antara lain:21

a. Sebagai saran untuk menyampaikan nasehat dan contoh suri

tauladan dari khasanah cerita-cerita islami.

b. Membentuk perilaku yang baik sesuai misi yang terkandung di

dalamnya.

c. Menyampaikan ajaran agama terutama islam, baik sejarah Islam,

Kisah Nabi dan Rasul, orang-orang sholeh dan sebagainya.

d. Sebagai sarana hiburan yang sederhana, efektif dan menarik.

Sedangkan untuk pemilihan cerita, kita bisa memilih cerita dengan

kriteria sebagai berikut:22

a) Mengandung unsur-unsur islami dan pendidikan.

b) Mengandung nasehat-nasehat dan contoh suri tauladan dan

akhlaq yang mulia.

c) Cerita tersebut tidak merusak perkembangan kepribadian anak.

d) Berikan suasana yang menarik ketika menyampaikan cerita

(gembira, sedih atau marah dan sebagainya).

21M Mubarok, Rahasia Cerdas Belajar Sambil Bermain (Surabaya: Java Pustaka Grub,

2008). 22 Nur Rahmatul A,Iswinarti, “Pengaruh Mendengarkan Dongeng Terhadap Kemampuan

Bahasa Pada Anak Prasekolah,” Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol.04, no. No.02 (Agustus

2016).

Page 39: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

26

e) Pikirlah bahan-bahan cerita seperti kisah-kisah Nabi dan Rasul, kisah

sahabat, tabi'in dan orang-orang soleh, dongeng yang berisi suri

tauladan, atau dari cerpen dan novel yang membangun kepribadian

anak.

Dalam mengetahui isi cerita, seorang penuntun perlu untuk

mempersiapkan sebuah cerita agar dirinya paham akan isi cerita

tersebut dan yang perlu dipahami pada persiapan sebuah cerita ini

adalah:23

1. Memperhatikan isi cerita dengan seksama.

2. Menguji ingatan kita bila kita sudah memiliki sebuah cerita.

3. Melakukan pergaulan membaca. Bacaan pertama akan

menimbulkan rasa ingin tahu. Bacaan kedua menimbulkan

kenikmatan dan tafsiran lain.

4. Kreatif menceritakan pada orang lain agar tidak menimbulkan

kebosanan.

5. Membuat kerangka cerita.

Sedangkan dalam pelaksanaan bercerita tersebut yang perlu

diperhatikan antara lain adalah:

a. Menghilangkan demam panggung dengan melatih diri sendiri.

b. Waktu berhadapan dengan pendengar cobalah sejenak melupakan

diri.

c. Tidaklah perlu semua diceritakan secara lengkap, ini bisa

23Nur Rahmatul A,Iswinarti.

Page 40: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

27

dengan cara mengambil bagian inti cerita yang biasanya merupakan

muatan dan isi cerita.

Seperti halnya orang dewasa, anak-anak memperoleh pelepasan

emosional melalui pengalaman fiktif yang tidak pernah mereka alami

dalam kehidupan nyata.24 Storytelling ternyata merupakan salah satu

cara yang efektif untuk mengembangkan aspek-aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan aspek konatif (penghayatan)

anak-anak.

Bercerita ditinjau dari beberapa aspek adalah sebagai berikut:25

a) Membantu pembentukan pribadi anak dan moral anak.

b) Menyalurkan kebutuhan imajinaasi dan fantasi.

c) Memacu kemampuan verbal anak.

d) Merangsang minat menulis anak.

e) Merangsang minat baca anak.

f) Membuka cakrawala pengetahuan anak.

B. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), evaluasi adalah

suatu penilaian dimana penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih

tinggi atau yang lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik itu

dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih rendah keahliannya.

24 Asfandiyar, A. Y, Cara Pintar Mendongeng. 25 Tadzkiroatun Musfiroh, “Bercerita Untuk Anak Usia Dini,” Departemen Pendidikan

Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Pendidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005.

Page 41: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

28

Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan negatif atau juga

gabungan dari keduanya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses

sistematis untuk menentukan nilai sesuatu

(ketentuan,kegiatan,keputusan,unjuk-kerja,proses,orang,objek dan

lainnya) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk

menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria,

evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria umum, dapat

pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian

membandingkan dengan kriteria tertentu.26

Pada umumnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap

pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan

digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan

pelaksanaan program ke depannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih

bersifat melihat ke depan dari pada melihat kesalahan- kesalahan dimasa

lalu, dan ditujukan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan

program. Dengan demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau

penyempurnaan di masa mendatang atas suatu program.

2. Tujuan Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang disengaja dan bertujuan.

Kegiatan evaluasi dilakukan dengan sadar dan bertujuan untuk

memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar siswa dan

26Mahirah B, “Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa),” Jurnal Idaarah Vol.1, no. 2 (Desember

2017): hal.258.

Page 42: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

29

memberikan masukan kepada guru mengenai apa yang dilakukan dalam

kegiatan pengajaran. Dengan kata lain, evaluasi yang dilakukan ini

bertujuan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran yang disampaikan

apakah sudah dikuasi oleh siswa ataukah belum. Selain itu, apakah

kegiatan pegajaran yang dilaksanakannya itu sudah sesuai dengan apa

yang diharapkan atau belum.

Menurut Sudirman N, dkk, bahwa tujuan penilaian dalam

proses pembelajaran adalah:27

1. Mengambil keputusan tentang hasil belajar.

2. Memahami siswa,

3. Memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.

Selanjutnya, mengatakan bahwa pengambilan keputusan

tentang hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar

dapat mengetahui berhasil atau tidaknya siswa dalam proses pembelajaran.

Ketidakberhasilan proses pembelajaran itu disebabkan antara lain sebagai

berikut:28

1. Kemampuan siswa yang rendah.

2. Kualitas materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak.

3. Jumlah bahan pelajaran terlalu banyak sehingga tidak sesuai

dengan waktu yang diberikan.

4. Komponen proses belajar dan mengajar yang kurang sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh guru itu sendiri.

27“Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa),” Jurnal Idaarah Vol.1, no. 2 (Desember 2017): 261. 28“Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa).”

Page 43: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

30

Di samping itu, pengambilan keputusan juga sangat diperlukan untuk

memahami siswa dan mengetahui sampai sejauh mana dapat

memberikan bantuan terhadap kekurangan siswa. Evaluasi juga

bermaksud meperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.

Dengan demikian, tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki cara,

pembelajaran, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa, serta

menempatkan siswa pada situasi pembelajaran yang lebih tepat sesuai

dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya.

3. Fungsi Evaluasi

Evaluasi memiliki tiga fungsi utama dalam analisis kebijakan,

yaitu:29

1. Evaluasi memberi informasi yang salah dan dapat dipercaya

mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan

kesempatan yang telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam

hal ini evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu

dan target tertentu telah dicapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap

nilai- nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai

diperjelas dengan mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan

target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode

analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan

29Anas Sudiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2005).

Page 44: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

31

rekomendasi. Informasi tentang tidak memadai kinerja kebijakan yang

dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan.

Fungsi evaluasi yang dipaparkan oleh pihak Departemen Agama

RI, bahwa penilaian adalah sebagai berikut:30

1. Memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk

mengajarnya, mengadakan perbaikan bagi siswa, serta menempatkan

pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat

kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

2. Menentukan nilal hasil belajar siswa antara lain

diperlukan untuk pemberian laporan pada orang tua sebagai

penentuan kenaikan kelas dan penentuan kelulusan siswa.

3. Menjadi bahan untuk menyusun laporan dalam rangka

penyem-purnaan program belajar mengajar yang sedang berjalan

(Depag RI, 1988/1989).

Berdasarkan fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan, maka dapat

kita simpulkan tentang nilai evaluasi merupakan suatu proses

yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana

keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat

dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

4. Proses Evaluasi

Suatu proses dalam program harus dimulai dari suatu

perencanaan. Oleh karena itu proses pelaksanaan suatu evaluasi harus

30 Departemen Agama RI, Pedoman Sistem Penilaian Madrasah Aliyah (Jakarta: Dirjen

Lembaga Islam Proyek Madrasah Aliyah, 1989).

Page 45: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

32

didasarkan atas rencana evaluasi program tersebut. Namun demikian,

dalam sebuah praktek tidak jarang ditemukan evaluasi terhadap suatu

program justru memunculkan ketidakjelasan fungsi evaluasi, institusi,

personal yang sebaiknya melakukan evaluasi dan biaya untuk

evaluasi.

Dalam melakukan proses evaluasi ada beberapa etika birokrasi yang

perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang erat hubungannya dengan tugas-

tugas evaluasi, antara lain:31

1. Suatu tugas atau tanggung jawab, maka pemberi tugas atau

yang menerima tugas harus jelas.

2. Pengertian dan konotasi yang sering tersirat dalam evaluasi

adalah mencari kesalahan harus dihindari.

3. Pengertian evaluasi adalah untuk membandingkan rencana

dalam pelaksanaan dengan melakukan pengukuran-pengukuran

kuantitatif totalis program secara teknik, maka dari itu hendaknya

ukuran-ukuran kualitas dan kuantitas tentang apa yang dimaksud

dengan berhasil telah dicantumkan sebelumnya dalam rencana

program secara eksplisit.

4. Tim yang melakukan evaluasi adalah pemberi saran atau nasehat

kepada manajemen, sedangkan pendayagunaan saran atau nasehat

serta pembuat keputusan atas dasar saran atau nasehat tersebut berada

di tangan manajemen program.

31Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2013).

Page 46: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

33

5. Dalam pengambilan keputusan yang telah dilakukan atas data-data

atau penemuan teknis perlu dikonsultasikan secermat mungkin karena

menyangkut banyak hal tentang masa depan proyek dalam kaitan

dengan program.

6. Hendaknya hubungan dengan proses harus didasari oleh

suasana konstruktif dan objektif serta menghindari analisa-analisa

subjektif. Dengan demikian evaluasi dapat ditetapkan sebagai salah

satu program yang sangat penting dalam siklus manejemen program.

C. Taman Kanak-Kanak

1. Pengertian Anak dan Taman Kanak-Kanak

Anak adalah generasi masa depan yang memiliki pribadi yang unik,

yang akan menjadi pemilik zaman yang akan datang. Masa Kanak-Kanak

adalah bagian yang teramat penting dalam perjalanan hidup manusia. Pada

masa tersebut anak masih sangat mudah untuk di pengaruhi begitupun

dengan lingkungan, karena anak sedang berada dimasa pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat.32

Taman Kanak-Kanak adalah salah satu lembaga pendidikan untuk

anak dalam rentang usia empat sampai enam tahun yang dapat membantu

perkembangan kemampuan dasar pada anak dan membantu untuk

mempersiapkan diri dengan kemampuan yang dimilikinya pada tingkat

32Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta, 2010).

Page 47: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

34

selanjutnya.33 Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan

kepada setiap kelompok umur dengan cara-cara yang sesuai dengan

perkembangannya. Kuncinya adalah pada permainan atau bermain.

Permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia

dini. Ia sebagai media sekaligus sebagai unsur pendidikan itu sendiri.

Dunia anak adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan

dengan atau sambil bermain yang melibatkan semua indra pada anak.34

Perkembangan anak secara alami diransang tanpa adanya paksaan, semua

yang datang dari dalam diri anak itu sendiri, maka melalui bermain tanpa

disadari anak sudah belajar banyak hal.

Beberapa pengajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) berdasarkan pada

tugas perkembangan anak yang di sesuaikan dengan tahap perkembangan

anak. Hal itu disederhanakan dalam lingkup program-program kegiatan di

Taman Kanak-Kanak yang mencakup :35

1. Program kegiatan belajar dalam rangka membentuk perilaku melalui

pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari yang meliputi

moral, agama, disiplin, emosi dan kemampuan bersosialisasi.

2. Program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan

dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi

kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta dan keterampilan serta

jasmani.

33 Uswatun Hasanah, “Pengembangan Kemempuan Fisik Motorik Melalui Permainan

Tradisional Bagi Anak Usia Dini,” Jurnal Pendidikan Anak Vol.5, no. 1 (2016). 34Ketut Sudarsana, “Membentuk Karakter Anak Sebagai Generasi Penerus Bangsa Melalui

Pendidikan Anak Usia Dini,” Purwadita Vol.1, no. 1 (March 2017): 45. 35Depdikbud, Pedoman Supervisi TK Jakarta.

Page 48: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

35

Program kegiatan di Taman Kanak-Kanak (TK) berisikan materi

pembelajaran yang dapat dicapai melalui beberapa tema yang tentunya

harus sesuai dengan lingkungan dan kondisi anak dan kegiatan-kegiatan

lainnya yang dapat menunjang kemampuan yang dikembangkan.

2. Model Pembelajaran Anak di Taman Kanak-Kanak

Pembelajaran anak usia dini hendaknya memberikan kesempatan

pada anak untuk berekspresi, menemukan hal-hal yang baru dan

menyalurkan emosi mereka. Semua itu bisa terwujud apabila dilakukan

dengan bermain. Melalui bermain anak mampu berimajinasi serta

menemukan hal yang baru.36Anak akan terlibat dalam belajar secara lebih

intensif jika ia membangun sesuatu daripada sekedar melakukan atau

menirukan sesuatu yang dibangun oleh orang lain. Dapat digambarkan

bahwa pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui bekerja,

bermain dan hidup bersama dengan lingkungannya.

Pembelajaran melalui bermain diharapkan adanya kondisi positif

ketika berlangsungnya pembelajaran, sehingga proses perolehan

pengalaman akan menjadi pengetahuan bagi anak, berlangsung lebih

kondusif dan bermakna, serta informasi tersebut lebih tahan lama tertanam

di dalam otak anak.

36Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini.

Page 49: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

36

3. Perkembangan Kognitif Anak

Perkembangan kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu

kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan

mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.37

Salah satu periode yang menjadi ciri masa usia dini yaitu The golden

age atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan

memberi penjelasan tentang periode keemasan pada masa usia dini, di

mana semua potensi anak berkembang sangat cepat.

Beberapa konsep yang disandingkan untuk masa anak usia dini

adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa peka dan masa

bermain. Anak kecil tidak mampu berfikir abstrak, karena bagi mereka

makna dan objek berbaur menjadi satu. Akibatnya, anak tidak dapat

berfikir tentang gajah tanpa melihat gajah yang sesungguhnya. Konsep

tersebut diperkuat oleh fakta yang ditemukan oleh ahli-ahli neurologi yang

menyatakan bahwa pada saat lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200

milyar sel otak siap untuk dikembangkan dan di aktualisasikan mencapai

tingkat perkembangan potensi tertinggi.38

Konsep tersebut juga didukung dengan adanya tahapan penting,

yaitu:

1. Tahap sensori –motorik (0-18 atau 24 bulan)39

37Sujiono, Yuliani, Metode Pengembangan Kognitif (Jakarta: Universitas Tebuka, 2014). 38Uno Hamzah, Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran (Jakarta:

Bumi Aksara, 2009). 39Ulfiani Rahman, “Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini,” Lentera Pendidikan Vol.12,

no. 1 (June 2009): 52.

Page 50: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

37

Dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori motorik,

inteligensi anak baru tampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai

reaksi simulasi sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah

tindakan konkrit dan bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangan.

Proses ini sebagai proses desentrasi, artinya anak dapat memandang

dirinya sendiri dan lingkungan sebagai dua entitas yang berbeda.

Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal object permanence.

Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh atau tidak ia

dengar di anggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada.

Dalam rentang 18-24 bulan barulah kemampuan object permanence

anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis.

2. Tahap pra-operasional (18 bulan-7 tahun)40

Stadium pra-operasinal dimulai dengan penguasaan bahasa yang

sistematis, permainan simbolis, imitasi (tidak langsung) serta bayangan

dalam mental. Semua proses ini menunjukkan bahwa anak sudah

mampu untuk melakukan tingkah laku simbolis. Anak sudah memiliki

penguasaan sempurna tentang object permanence.

Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap

eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda

tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat, didengar atau

disentuh lagi. Jadi, pandangan untuk eksistensi benda tersebut berbeda

dengan pandangan pada periode sensori motor, dimana tidak

40Ulfiani Rahman.

Page 51: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

38

bergantung lagi pada pengamatan belaka. Pada periode ditandai oleh

adanya egosentris serta pada periode ini memungkinkan anak untuk

mengembangkan diferred-imitation, insight learning dan kemampuan

berbahasa, dengan menggunakan kata-kata yang benar serta mampu

mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.

b. Berfikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum

mampu (secara perseptual, emosional-motivational dan

konsepsual) untuk mengambil perspektif orang lain.

c. Cara berfikir pra-operatsional sangat memusat (centralized). Bila

anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia

akan memusatkan perhatiannya hanya pada pada satu dimensi saja

dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga

mengabaikan hubungannya antara dimensi-dimensi ini.

d. Berfikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (irreversable).

Anak belum mampu untuk meniadakan usatu tindakan dengan

memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.

e. Berfikir pra-operasional adalah terarah statis. Bila situasi A beralih

ke situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A, kemudian

B. Ia tidak memperhatikan transformasi perpindahannya A ke B.

f. Berfikir pra-operasinal adalah transductive (pemikiran yang

meloncat-loncat). Tidak dapat melakukan pekerjaan secara

berurutan. Dari total perintah hanya satu/beberapa yang dapat

dilakukan.

Page 52: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

39

g. Berfikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu menempatkan

suatu objek tidak berdasarkan realita tetapi hanya yang ada dalam

pikirannya saja.

Berdasarkan pendapat dari berbagai pihak yang mempertegas bahwa

anak usia dini belum dapat berfikir secara abstrak dalam mengenal konsep

bilangan, dan memerlukan rangsangan untuk menstimulus

perkembangannya pada kemampuan kognitif tersebut. Maka dilakukan

rangsangan pembelajaran melalui permainan yang menyenangkan dan

media belajar yang serupa seperti storytelling (bercerita). Selain bermain

anak juga lebih menyukai metode belajar dengan menggunakan media.

Media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru.41

4. Tujuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Taman Kanak-Kanak memiliki tujuan sebagai berikut:

a) Menbantu pertumbuhan dan pekembangan jasmani dan

rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut.42

b) Mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan

tahap perkembangan peserta didik.43

c) Membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap,

pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan

41Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003). 42 “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.” 43 “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.”

Page 53: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

40

oleh anak didik dalam menyeseuaian diri dengan

lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan

selanjutnya.44

Sebagaimana haikatnya setiap Taman Kanak-Kanak memiliki

tujuan dan harapan yang sama secara garis besar, adapun tujuan dari

Taman Kanak-Kanak Ketilang yang peneliti jadikan sebagai tempat

penelitian, yaitu:45

a) Mewujudkan anak yang sehat, kuat, cerdas dan toleran

b) Mewujudkan anak yang sholeh sholehah dan berakhlakul karimah

c) Menjadi anak senang beribadah

d) Menjadi anak senang membantu sesama

e) Anak memiliki kebiasaan berdo’a sebelum melakukan suatu

pekerjaan

f) Anak mampu melakukan ibadah sholat 5 waktu.

5. Prinsip Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Pelaksanaan pendidikan Taman Kanak-Kanak menganut

prinsip:46

“Bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain”. Bermain

merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi anak didik.

Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk

menemukan lingkungan, orang lain dan dirinya sendidri.

44 “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 3 Nomor 27 Tahun 1990 Tentang

Pendidikan Anak Usia Dini,” n.d. 45 TK Ketilang UIN Jakarta. 46 “Surat Edaran Mandikdasmen Depdiknas Nomor 1839/C.C2/TU/2009,” n.d.

Page 54: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

41

Melalui pendekatan bermain, anak-anak dapat mengembangkan

aspek psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama,

social emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan

seni. Pada prinsipnya bermain mengandung makna yang

menyenangkan, mengasikkan, tanpa ada paksaan dari luar diri anak

dan lebih mementingkan proses mengeksplorasi potensi diri daripada

hasil akhir. Pendekatan bermain bermain sebagai metode

pembelajaran di Taman Kanak-Kanak hendaknya disesuaikan

dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik, yaitu secara

berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur

bermain lebih dominan) menjadi belajar seraya bermain (unsur

belajar mulai dominan). Dengan demikian anak didik tidak merasa

canggung menghadapi pendekatan pembelajaran pada jenjang

pendidikan selanjutnya.

D. Penelitian Relevan

Penelitian ini terinspirasi dari penelitian sebelumnya baik itu dari skripsi

ataupun jurnal, diantaranya:

Page 55: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

42

Tabel 2.1

Literatur Relevan

No Penelitian Terdahulu Perbedaan/Persamaan Hasil

1 “Evaluasi Program

Pembelajaran” Oleh

Dr. S. Eko Putro

Widoyoko, M.Pd

(Jurnal).

Penelitian terdahulu

fokus pada penilaian

program pembelajaran

yang lebih luas,

sedangkan peneliti

fokus pada salah satu

program pembelajaran

yaitu storytelling di

Taman Kanak-Kanak

Ketilang.

Penelitian dengan

evaluasi terhadap

program pembelajaran

yang bertujuan

mengetahui

keberhasilan program

pembelajaran atau

mengetahui hasil

belajar siswa.

Penilaian terhadap

implementasi program

pembelajaran berusaha

untuk menilai seberapa

tinggi tingkat kualitas

pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru.

Penilaian terhadap hasil

program pembelajaran

tidak cukup terbatas

pada hasil jangka

pendek atau output

sebaiknya juga

mencapai outcome dari

program pembelajaran.

2 “Metode Dongeng

dalam Meningkatkan

Perkembangan

Kecerdasan Moral

Anak Usia Prasekolah

oleh Latifah Nur

Ahyani (Jurnal).

Penelitian terdahulu

menggunakan metode

kuantitatif untuk

menyelesaikan

penelitiannya.

Metode penelitian yang

digunakan kualitaif

Adanya perbedaan

kecerdasan moral pada

anak saat sebelum dan

setelah dilakukan

metode dongeng.

Pentingnya metode

dongeng untuk

Page 56: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

43

deskriptif dan subjek

yang digunakan dalam

penelitian yaitu

storytelling dan siswa

Taman Kanak-Kanak.

kecerdasan moral bagi

anak prasekolah adalah

34%.

3 “Evaluasi Pelaksanaan

Kegiatan Storytelling

Di Taman Kanak-

Kanak Ketilang UIN

Jakarta” Oleh Wila

Afriyelni.

Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui

evaluasi pelaksanaan

kegiatan storytelling di

Taman Kanak-Kanak

Ketilang UIN Jakarta.

Penelitian ini dilakukan

menggunakan metode

kualitaif deskriptif.

Pelaksanaan kegiatan

storytelling dalam

penelitian ini terbukti

berhasil memberikan

pengaruh pada anak

yang sebelumnya belum

mengetahui sesuatu hal

namun, setelah

mendengarkan

storytelling mereka

mendapatkan

pengetahuan lebih

tentang cerita yang

disampaikan dengan

pesan yang dapat

diterima dan diterapkan

dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 57: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Metode

penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, sistem pemikiran, maupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah

untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang

diselidiki. 47 Penelitian deskriptif ini peneliti lakukan untuk memberikan

gambaran secara umum mengenai evaluasi program storytelling di Taman

Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah bersifat

kualitatif yaitu penelitian yang pada umumnya menjelaskan dan memberi

pemahaman dan interprestasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman

manusia (individu) dalam berbagai bentuk. 48 Pada metode penelitian yang

bersifat kualitatif cenderung bersifat deskriptif dan disampaikan secara naratif

mengenai keadaan, hubungan ataupun fenomena yang sedang peneliti teliti

secara objektif, sesuai dengan apa yang terjadi disampaikan dengan kata-kata

tidak menggukan prosedur statistik.

47 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003). 48Yati Afianti, Imami Nur R, Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Riset Keperawatan

(Jakarta: Rajawali Press, 2014), hal.5.

Page 58: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

45

B. Sumber Data

Adapun sumber data pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer ialah data yang dikumpulkan secara langsung oleh

peneliti, baik dengan menggunakan angket, wawancara, pengamatan, tes,

dokumentasi dan lain sebagainya. 49 Data primer pada penelitian ini

diperoleh langsung dari hasil pengamatan, dokumentasi dan wawancara

dari narasumber atau informan yang terlibat langsung dalam kegiatan

“Read a Story” (storytelling) yang dilaksanakan di sekolah Taman Kanak-

Kanak Ketilang UIN Jakarta. Dalam penelitian ini ada 4 informan yang

merupakan guru pendidik di sekolah Taman Kanak-Kanak ketilang UIN

Jakarta.

2. Data Sekunder

Data sekunder data primer yang diperoleh melalui hasil dari pihak lain

atau data primer yang diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul

data pimer lain-umumnya disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Data

sekunder dimaksudkan sebagai gambaran tambahan, pelengkap atau untuk

diproses lebih lanjut.50 Sedangkan data sekunder pada penelitian ini ialah

catatan dokumentasi, foto dokumentasi, jurnal, buku, dan dokumen lainnya

yang menunjang penelitian.

49 Suryani, Hendriadi, Metode Riset Kuantitatif : Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang

Manajemen Dan Ekonomi Islam (Jakarta: Predana Media Grup, 2015). 50 Tim Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Jakarta, 2009).

Page 59: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

46

C. Teknik Penentuan Informan

Dalam menentukan informan peneliti melakukan observasi langsung

ketika kegiatan berlangsung yaitu program storytelling yang dilaksanakan

di sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta. Dalam tahap awal

ditentukan satu orang informan (key Informant) yaitu Kepala Sekolah

Taman Kanak-Kanak Ketilang. Selanjutnya setelah melakukan observasi

lanjutan, peneliti menetapkan beberapa informan lainnya yang sesuai

dengan aspek yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

D. Instrumen

Instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Penelitian

harus memiliki kemampuan dalam melakukan pencatatan terhadap

data berupa tingkah laku atau penampilan sumber data, karena harus

dicatatnya secara tertulis tanpa memasukkan tafsiran, pendapat dan

pandangannya.

Instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri dengan

dibantu instrumen lain yaitu pedoman wawancara, observasi. Peneliti sebagai

instrumen utama karena hanya peneliti yang dapat bertindak sebagai alat

ada dan responsif terhadap realitas karena bersifat kompleks. Bekal

informasi awal, peneliti melakukan observasi secara mendalam melalui

wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru pendidik yang melaksanakan

kegiatan belajar mengajar dengan storytelling di kelas, serta melakukan

observasi terhadap anak-anak kelompok Kelas B.3 di Taman Kanak-Kanak

Ketilang UIN Jakarta.

Page 60: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

47

Peneliti merupakan perencana, pengumpulan data, analisis, penafsir

data, peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen

atau alat penelitian tepat karena menjadi segalanya dan keseluruhan proses

penelitian. Instrumen penelitian dimaksudkan sebagai alat pengumpul

data.51

Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup :52

1) Responsif: manusia sebagai instrumen responsif terhadap lingkungan dan

terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan. Manusia bersifat

interaktif terhadap orang dan lingkungannya.

2) Menyesuaikan diri: manusia sebagai instrumen hampir tidak terbatas dapat

menyesuaikan diri dengan keadaaan dan situasi pengumpulan data.

3) Menekankan keutuhan: manusia sebagai instrumen memanfaatkan

imajinasi dan kreativitasnya serta memandang dunia sebagai suatu

keutuhan, sebagai konteks yang berkesinambungan dimana mereka

memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang

riel, benar, dan mempunyai arti.

4) Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan : sewaktu peneliti melakukan

fungsinya sebagai pengumpul data menggunakan berbagai metode.

manusia sebagai instrumen penelitian terdapat kemampuan untuk

memperluas dan meningkatkan pengetahuan itu berdasarkan

pengalaman praktisnya.

5) Memproses data secepatnya: kemampuan manusia sebagai instrumen ialah

51 Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010). 52 Moleong Lexy J.

Page 61: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

48

memproses data secepatnya setelah diperoleh, menyusun kembali.

6) Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan

mengikhtisarkan: manusia sebagai instrumen memiliki kemampuan

menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami subjek.

7) Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim dan

ideosinkratik: manusia sebagai instrumen memiliki pula

kemampuan semula, tidak diduga terlebih dahulu atau tidak lazim terjadi.

Kemampuan demikian bermanfaat bagi ilmu pengetahuan yang baru.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif, sumber data primer adalah

guru pendidik yang melakukan tindakan dan anak yang menerima tindakan.

Sedangkan sekunder berupa data hasil wawancara, observasi,

dokumentasi serta triangulasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan tersebut.53

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara

terstruktur, yaitu wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah disusun.

53 Moleong Lexy J.

Page 62: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

49

Sebelumnya wawancara dilakukan peneliti kepada Guru kelas tentang

bagaimana metode storytelling permulaan anak usia dini.

2. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang

sesuai dengan sifat penelitian karena mengadakan pengamatan secara

langsung atau disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga menjadi

instrumen atau alat dalam penelitian sehingga peneliti harus mencari data

sendiri dengan terjun langsung atau mengamati dan mencari langsung ke

beberapa informan yang telah ditentukan sebagai sumber data.

Metode observasi peneliti memilih jenis observasi partisipatif

adalah observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada

situasi tertentu. Hal ini agar memudahkan peneliti memperoleh data atau

informasi dengan mudah dan leluasa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi penelitian ini adalah berupa foto saat kegiatan

pembelajaran oleh guru dengan program storytelling pada siswa kelompok

Kelas B.3 di Taman Kanak-Kanak Ketilang.

F. Teknik Keabsahahan Data

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber, teknik dan waktu :54

1. Triangulasi Sumber

54Moleong Lexy J.

Page 63: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

50

Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data sumber yang sama, dengan teknik yang

berbeda. Misal data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan

observasi, dokumentasi. Triangulasi teknik merupakan salah satu teknik

yang lebih diutamakan dalam penelitian ini.

3. Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih

valid sehingga lebih kredibel. Pengujian keabsahan data dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengecekkan dengan wawancara, observasi atau

teknik lain dalam waktu/situasi yang berbeda.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif deskriptif menggunakan analisis data, yaitu:

1. Teori Induksi

Peneliti harus memfokuskan perhatiannya pada data yang

dilapangan sehingga segala sesuatu tentang teori yang berhubungan

dengan penelitian menjadi tidak penting. Data akan menjadi sangat penting,

sedangkan teori akan dibangun berdasarkan temuan data di lapangan. Data

Page 64: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

51

merupakan segalanya yang dapat memecahkan semua masalah penelitian.

Posisi peneliti benar-benar bereksplorasi terhadap data, dan

apabila peneliti secara kebetulan telah memiliki pemahaman teoritis

tentang data yang akan di teliti, proses pembuatan teori itu harus

dilakukan.

2. Reduksi data

Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan

proses pengumpulan data. Diantaranya adalah melalui reduksi data,

penyajian data, dan verifikasi. Namun, ketiga tahapan tersebut berlangsung

secara simultan. Analisis data ini digambarkan seperti berikut:

Pengumpulan Penyajian

Data

Reduksi Data Simpulan:

Verifikasi

Gambar 3.1 Proses Analisis Data

Page 65: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

52

H. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah Taman Kanak-

Kanak Ketilang UIN Jakarta Jl. Ibnu Batutah, RT.003/RW.006, Pisangan,

Ciputat Timur, Tangerang Selatan tahun ajaran 2018/2019.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.

Kelompok yang dipilih sebagai subyek penelitian dari peserta didiknya

yaitu Kelompok Kelas B.3 pada Taman Kanak-Kanak (TK) Ketilang.

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

No Tahapan Juli Agustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan v v

2 Penyusunan

Instrumen

v v

3 Pelaksanaan V v v v

4 Analisis Data v v v v

5 Pelaporan v v v v

Page 66: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta

Taman Kanak-Kanak Ketilang merupakan suatu lembaga pendidikan

Anak Usia Dini yang memiliki tujuan untuk mencetak insan berilmu,

beriman dan bertaqwa. Taman Kanak-Kanak Ketilang merupakan Taman

Kanak-Kanak yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan.

Taman Kanak-Kanak Ketilang berdiri pada tanggal 01 Agustus 1963

atas prakarsa dan usaha Senat Mahasiswa tarbiyah IAIN Jakarta ( kini

bernama Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Jakarta) dengan Dharma Wanita IAIN Jakarta ( kini UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta). Sejak tahun 2006 Lembaga Pendidikan Ketilang

masuk ke dalam Yayasan Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada tanggal 17 juni 1971, Taman Kanak-Kanak Ketilang terdaftar di

Kantor Pembinaan Pendidikan Dasar, Prasekolah dan Sekolah Luar Biasa

Perwakilan Debdikbud Propinsi Jawa Barat dengan nomor pendaftaran 0397

dan diperbarui pada tanggal 01 September 1977 dengan nomor pendaftaran

716/B.PD/77.

Sejalan dengan tantangan era globalisasi serta kebijakan pemerintah

dalam bidang pendidikan, maka Lembaga Pendidikan Ketilang UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga pendidikan islam telah menjadi

Page 67: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

54

alternatif bagi pembinaan dan pembangunan yang yang menitikberatkan

pada basicsains, bahasa dan akhlakal-karimah, sehingga di harapkan mampu

mendorong dan menjadi landasan dan kelembagaan yang pada gilirannya

dapat menghilangkan dikotomi antara pengetahuan umum dan agama.

Lembaga Pendidikan Ketilang penyelenggaraan pendidikan untuk

tingkat Anak Usia Dini yaitu Kelompok Bermain (Play Group) dan Taman

Kanak-Kanak. Penyelenggaraan Penitipan Anak (Day Care) belum bisa di

wujudkan, mengingat SDM dan peminat yang masih sedikit.55

Berbagai upaya penyesuaian dan pembaharuan status dan peningkatan

mutu Taman Kanak-Kanak Ketilang masih terus dijalankan dengan

senantiasa memperhatikan aspirasi dengan berbagai Stakeholders dan

berbagai macam pertimbangan lainnya. Dengan tetap terus semangat

menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan demi mencapai tujuan mulia

Taman Kanak-Kanak Ketilang yakni dalam rangka menciptakan benih-

benih insan pengabdi, pencipta dan akademis.56

2. Kondisi Umum Lingkungan Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN

Jakarta

Setelah mengadakan observasi dan interview dengan kepala Taman

Kanak-Kanak Ketilang, maka peneliti dapat menjelaskan kondisi umum

lingkungan Taman Kanak-Kanak Ketilang berada.

Lokasi Taman Kanak-Kanak Ketilang sangat strategis yaitu

terletak di Jalan Ibnu Batutah, RT.003/RW.006, Pisangan, Ciputat Timur,

55 Kepala Sekolah, Wawancara Pribadi, Agustus 2018. 56 TK Ketilang UIN Jakarta, Buku Panduan (Jakarta: TK Ketilang UIN Jakarta, 2018).

Page 68: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

55

Tangerang Selatan. Berada dekat dengan Madrasah Pembangunan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Visi dan Misi

a. Visi

Terbentuknya generasi muslim yang religious, cerdas, berwawasan

luas, medorenis, kreatif, inovatif, adaftif dan berakhlakul karimah.

b. Misi

1) Meciptakan generasi Qurani yang cerdas, berwawasan global

2) Menanamkan kepada anak-anak sikap cinta agama dan cinta Tanah

Air

3) Menanamkan aqidah islamiah yang kuat kepada anak-anak

4) Membentuk generasi muslim yang mempunyai akhlakul karimah

5) Menjadi anak-anak yang disiplin, patuh, taat kepada orangtua dan

guru

6) Membiasakan anak-anak untuk selalu bersikap sopan, toleran dan

agamis

7) Melatih anak-anak untuk belajar shalat dan wudhu sejak dini57

4. Tujuan

Adapun tujuan dari Taman Kanak-Kanak Ketilang, yaitu:58

g) Mewujudkan anak yang sehat, kuat, cerdas dan toleran

h) Mewujudkan anak yang sholeh sholehah dan berakhlakul karimah

i) Menjadi anak senang beribadah

57 TK Ketilang UIN Jakarta. 58 TK Ketilang UIN Jakarta.

Page 69: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

56

j) Menjadi anak senang membantu sesama

k) Anak memiliki kebiasaan berdo’a sebelum melakukan suatu pekerjaan

l) Anak mampu melakukan ibadah sholat 5 waktu

5. Materi Pembelajaran Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta

Materi pendidikan Taman Kanak-Kanak Ketilang meliputi materi-

materi mengenai keimanan dan ketaqwaan, persiapan, seni musik olah

tubuh, seni alam, main peran dan balok. Pada pelaksanaannya kurikulum

tersebut dilaksanakan pada sentra-sentra. Adapun secara rincinya adalah

sebagai berikut :

a. Bidang Agama/IMTAQ

Anak dapat mengenal rukun iman dan rukun Islam serta dapat

melakukan kegiatan ibadah secara sederhana dan memiliki akhlaq

karimah dalam aktivitas sehari-hari. Indikator pencapaian dari bidang ini

adalah:

1) Aqidah, yang di dalamnya mencakup:

a) Keimanan (rukun iman, rukun Islam).

b) Pengenalan kitab suci umat Islam.

c) Pengucapan dua kalimat syahadat.

d) Pengenalan sifat-sifat Allah SWT (melalui ciptaan, lagu,

dan sebagainya).

e) Pengenalan kisah Rasul-Rasul Allah.

f) Pengenalan keluarga dan sahabat Rasulullah Muhammad SAW.

Page 70: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

57

2) Ibadah, meliputi :

a) Pengenalan gerakan-gerakan sholat dengan benar.

b) Do’a-do’a dalam sholat.

c) Wudlu yang benar.

d) Do’a-do’a harian.

e) Surat-surat pendek.

3) Akhlaq, meliputi :

a) Pengenalan tata cara berakhlaq kepada Allah SWT

b) Pengenalan tata cara berakhlaq terhadap sesama.

c) Pengenalan tata cara berakhlaq terhadap binatang dan alam.

d) Pengenalan Hadits-hadits pilihan beserta artinya.

e) Mengurus diri sendiri, disiplin dan tanggung jawab.

f) Berani dan menunjukkan rasa percaya diri.

g) Mampu membedakan perbuatan benar dan salah.

b. Bidang Persiapan

Anak mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan, memiliki

perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol yang melambangkan,

untuk persiapan membaca dan menulis. Indikator pencapaian

keberhasilan dalam bidang persiapan ini adalah:

1) Kemampuan mendengar dan membedakan bunyi suara, bunyi

bahasa, dan mengucapkannya dengan lafal yang benar.

2) Kemampuan mendengar dan memahami kata dan kalimat

sederhana serta mengkomunikasikannya.

Page 71: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

58

3) Kemampuan berkomunikasi/bicara lancar secara lisan dengan lafal

yang benar.

4) Memiliki perbendaharaan kata yang diperlukan untuk

berkomunikasi sehari-hari.

5) Kemampuan memahami bahwa ada hubungan antara bahasa

lisan dengan bahasa tulisan (pra membaca).

c. Bidang Seni dan Bahan Alam

Anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai

gagasan imajinasi dan menggunakan berbagai media dan bahan alam

yang ada di sekitarnya menjadi suatu karya seni. Indikator pencapaian

bidang ini adalah:

1) Pengenalan konsep-konsep sains sederhana.

2) Kemampuan menggambar sederhana.

3) Kemampuan mewarnai sederhana.

4) Kemampuan menciptakan sesuatu dengan berbagai media.

d. Bidang Olah Tubuh

Anak memiliki kemampuan melakukan koordinasi gerak,

keterampilan gerak dasar sederhana untuk meningkatkan kelenturan,

keseimbangan dan kelincahan. Indikator pencapaian dari bidang ini

adalah:

1) Kemampuan menyanyi dan memainkan alat musik sederhana.

2) Kemampuan menggerakkan jari tangan untuk kelenturan, kekuatan,

otot dan koordinasi.

Page 72: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

59

3) Kemampuan menggerakkan jari tangan untuk kelenturan otot

dan koordinasi.

4) Kemampuan menggerakkan badan dan kaki dalam

rangka keseimbangan, kekuatan dan koordinasi.

d. Bidang Pembangunan

Anak dapat membuat bangunan untuk mengenal dimensi ruang dan

ukuran melalui balok yang tersedia. Indikator pencapaian dari bidang ini

adalah:

1) Pengenalan konsep bentuk geometri

2) Pengenalan konsep ukuran

3) Pengenalan konsep ruang

4) Pengenalan konsep

5) Pengenalan konsep matematika sederhana.

6. Tenaga Pendidik Taman Kanak-Kanak Ketilang

Dilihat dari kualitas akademik, pendidik yang mengajar di Taman

Kanak-Kanak Ketilang hampir keseluruhannya lulusan Strata 1. Pendidik

yang mengajar di Taman Kanak-Kanak Ketilang berjumlah 16 orang,

dengan background rata-rata pendidikan. Guru pendidik rarat-rata sudah

memiliki keahlian dan bekal dalam menyampaikan materi dengan program

storytelling. Dengan demikian guru juga diberikan bekal dari kegiatan

seperti seminar, workshop, dan pelatihan mendongeng.

Berikut Tabel 4.1 merupakan daftar nama guru pendidik di Taman

Kanak-Kanak Ketilang:

Page 73: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

60

Tabel 4.1

Daftar Nama Guru Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta

No Nama Jabatan

1. Munyati, S.Pd. AUD Kepala Sekolah

2. Novi Rusfitasari Guru Kelompok Bermain

3. Wildatun Hasanah, S.Pd. AUD Guru Kelompok Bermain

4. Zubaidah, S.Pd.I Sentra IMTAQ (Kelompok A.1)

5. Nur Ika Fofiyah, S.PD.I Sentra IMTAQ (Kelompok A.1)

6. Nurjanah, S.Pd. AUD Sentra Sains (Kelompok A.2)

7. Rizky Dini Ramadhani. S. Pd.I Sentra Sains (Kelompok A.2)

8. Hj. Siti Yuniarti, S.Pd. AUD Sentra Pembangunan (Kelompok A.3)

9. Musannadah, S.Pd. AUD Sentra Pembangunan (Kelompok A.3)

10 Saripah, S.Pd. AUD Sentra Seni (Kelompok B.1)

11 Setiawati, S.Pd. AUD Sentra Seni (Kelompok B.1)

12 Hj. Prapti Rukmini, S. PD.I Sentra Persiapan (Kelompok B.2)

13 Yuni, S.Pd. AUD Sentra Persiapan (Kelompok B.2)

14 Rosna, S.Pd Sentra Olah Tubuh (Kelompok B.3)

15 Tatun Rihlatun Hasna, S.Pd.AUD Sentra Olah Tubuh (Kelompok B.3)

16 Irma Yuliasari, S.Psi Lab Komputer Kidz

Sumber: dokumentasi Taman Kanak-Kanak Ketilang

7. Keadaan Siswa

Dari keseluruhan siswa Taman Kanak-Kanak Ketilang rata-rata

mempunyai IQ standar. Jumlah siswa Taman Kanak-Kanak Ketilang

kelompok B.3 adalah 20 siswa.

Page 74: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

61

8. Stuktur Organisasi

Bagan 4.1

Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan TK Ketilang UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Sumber: dokumentasi Taman Kanak-Kanak Ketilang

9. Program Kegiatan Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Syarif

Hidayatullah

a. Intrakurikuler (Sunnatullah Exercise)

Swimming (Berenang)

Page 75: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

62

Archery for Kids (Memanah)

Riding Horse (Berkuda)

b. Ekstrakurikuler

Melukis

Menari

Sempoa

Drum Band

c. Outing Class

Kegiatan Outing Class ini dilaksanakan maksimal 3 kali dalam

setahun, guna menunjang proses pembelajaran anak-anak disekolah.

Adapun outing class yang telah dilaksanakan adalah :59

1. Cooking Class (Domino’s Pizza)

2. Kunjungan Profesi :

Pemadam Kebakaran

Superindo

Mabes Polri

Polisi Udara

Dapur McD

Kidzania, dan lainnya

d. Karyawisata

Kegiatan karyawisata dilaksanakan pada semester 2, dalam kegiatan

ini anak-anak membutuhkan pendampingan dari orangtua /wali murid.

59 TK Ketilang UIN Jakarta.

Page 76: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

63

Adapun tempat yang telah dikunjungi dalam kegiatan karya wisata Taman

Kanak-Kanak Ketilang adalah :60

Taman Safari Indonesia

Taman Mini Indonesia Indah

Ocean Dream, Sea Word

Pelita Desa

Jakarta Aquarium

Jungle dan lainnya

e. Perayaan Hari Besar Islam dan Nasional (PHBIN)

Kegiatan PHBIN ini dilaksanakan untuk memperkenalkan kepada

anak tentang hari-hari besar Islam dan Nasional serta nilai-nilai moral yang

terkandung didalamnya. Kegiatan PHBIN yang telah dilaksanakan di Taman

Kanak-Kanak Ketilang adalah :61

Peringatan Hari Raya Idul Adha

Peringatan Tahun Baru Islam (Muharam)

Peringatan Maulid Nabi

Peringatan Isra Mi’raj

Peringatan Kemerdekaan RI

Peringatan Hari Kartini

Santunan anak yatim dan dhuafa

10. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana bukan satu-satunya syarat pendidikan, akan

60 TK Ketilang UIN Jakarta. 61 TK Ketilang UIN Jakarta.

Page 77: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

64

tetapi kehadirannya merupakan salah satu penentu tercapainya tujuan

pendidikan. Masa Kanak-Kanak merupakan masa untuk berkembang, maka

sarana yang ada di Taman Kanak-Kanak juga disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak, mengingat dalam proses pembelajaran yang dilakukan

adalah bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Maka sarana

yang ada merupakan kebanyakan berupa materi dan peralatan bermain anak

yang memiliki edukatif atau pendidikan serta tidak membahayakan bagi

anak seusia mereka.

Sarana belajar yang ada di Taman Kanak-Kanak Ketilang yang

bisa dinikmati oleh anak didik meliputi:

a. Alat tulis

Alat tulis yang digunakan dalam kegiatan belajar di Taman Kanak-

Kanak Ketilang beraneka ragam, seperti pensil, krayon, penghapus,

pensil warna.

b. Buku Modul

Buku pelajaran yang meliputi buku-buku cerita, buku dongeng

bergambar, dan modul yang lain seperti kaset cerita, kaset nyanyian,

VCD, ruang baca, perpustakaan, yang dapat mengasah perkembangan

berbahasa anak

c. Alat Permainan edukatif

Alat permainan edukatif dirancang dan dibuat sesuai dengan bakat

dan minat anak didik serta tidak membahayakan, antara lain alat

musik, tape recorder, TV, ruang masak, ruang tari, panggung boneka,

Page 78: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

65

komputer, balok dan alat-alat olah raga.

d. Alat-alat bermain di luar ruangan

Adapun alat-alat permainan yang berada di luar berupa ayunan,

papan seluncur, jungkitan, dan panjat tangga besi.

e. Alat-alat bermain di dalam ruangan

Selain di luar ruangan, juga ada alat permainan yang berada di

dalam ruangan seperti peralatan masak-masakan, buah-buahan, bola dan

lego.

Sedangkan sarana yang biasa digunakan oleh guru pendidik

dalam Kegiatan belajar mengajar adalah:

a) Alat perlengkapan yang ada di dalam ruang kelas /belajar

Papan flannel, kursi belajar untuk anak didik, meja besar yang

tingginya disesuaikan dengan anak didik., karet, rak untuk buku, lemari

locker, keranjang untuk mainan, paragon, lemari besar dan kecil, dan

wastafel untuk mencuci tangan.

b) Alat perlengkapan untuk administrasi

Meliputi buku daftar hadir anak didik, buku agenda, buku induk,

buku perkembangan anak didik, buku absensi, buku satuan pelajaran,

buku perencanaan pengeluaran, dan lain-lain.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana

yang ada di Taman Kanak-Kanak Ketilang telah memadai (lengkap) dan

dapat dikatakan sudah memenuhi persyaratan sebagai Taman Kanak-

Kanak yang cukup potensial, fungsional, dan mempersiapkan anak didik

Page 79: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

66

menjadi manusia yang berbudi luhur, penuh inisiatif, dan kreatif karena

dengan tersedianya fasilitas yang lengkap anak didik dapat menjalankan

aktifitas belajar dan bermain sesuai dengan bakat dan minatnya dalam

rangka mengembangkan potensi anak, di samping itu dengan tersedianya

fasilitas bermain akan dapat mengubah semangat mereka dalam

aktivitasnya dan menumbuhkan sosialisasinya terhadap teman

sekelasnya.

Tabel 4.2

Daftar Inventaris Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta

Tahun Ajaran 2018/2019

No. Nama Barang Jumlah Kondisi (Baik/Rusak)

1. Buku Tulis 20 Baik

2. Pensil 20 Baik

3. Pensil warna 5 Baik

4. Gunting kecil 20 Baik

5. Penghapus 20 Baik

6. Penggaris anak 20 Baik

7. Penggaris Guru 2 Baik

8. Solatip 1 Baik

9. Buku gambar 20 Baik

10. Spidol white board 3 Baik

11. Spidol permanen 3 Baik

12.

Spidol snowman warna 6 Baik

13.

A

Kertas lipat kecil 5 Baik

14.

15

Kertas lipat besar 3 Baik

15.

Buku paket 20 Baik

16.

Mainan masak-masakan 1 Baik

17.

Lego 70 Baik

Page 80: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

67

18.

Buah-buahan 20 Baik

19.

Tip ex -

20 Krayon isi 24 20 Baik

Sumber: dokumentasi Taman Kanak-Kanak Ketilang

B. Hasil Penelitian

Mengacu pada tujuan penelitian, peneliti akan memaparkan hasil

penelitian yang peneliti peroleh dari hasil wawancara. Pada penelitian ini,

peneliti meneliti dua tema pokok mengenai evaluasi metode storytelling di

taman Kanak-Kanak ketilang, adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

1. Penerapan Prinsip-prinsip Pelaksanaan Storytelling di Taman Kanak-

Kanak Ketilang.

Dalam melihat bagaimana penerapan suatu program kegiatan belajar

mengajar yang dilaksanakan di sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang

untuk meningkatkan pembelajaran melalui storytelling. Yang mana dapat

dilihat dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan storytelling oleh

guru pendidik dengan merujuk pada pelaksanaan dengan prinsip-prinsip dari

storytelling di sekolah, motivasi dari pelaksanaaan program storytelling,

kesulitan dalam pelaksanaan metode storytelling yang di alami guru

pendidik dan dukungan sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan,

menurut guru pendidik di sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang.

A. Pelaksanaan Storytelling oleh Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN

Jakarta

Page 81: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

68

Storytelling merupakan cara mendidik anak tanpa

menggurui, storytelling biasanya dilakukan dengan tujuan sebagai

penghibur dan juga sarana untuk menumbuhkan dan meningkatkan

minat baca pada anak. Untuk mengetahui bagaimana sejarah

storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang bisa dilakukan

dengan baik, maka peneliti melakukan wawancara dengan guru

pendidik dan mengamati anak yang mengikuti kegiatan

storytelling.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru

pendidik, tentang sudah berapa lama sekolah menerapkan kegiatan

belajar mengajar dengan storytelling, informan menjawab;

“Sejak Taman Kanak-Kanak Ketilang berdiri, mengingat

Taman Kanak-Kanak Ketilang berdiri sebelum ilmu

tekhnologi berkembang pesat seperti sekarang ini, dimana

anak-anak sudah dapat mendengstarkan cerita melalui

media digital, maka storytelling adalah metode yang

dipandang tepat untuk menyampaikan pembelajaran

kepada anak.” (Guru)62

Dari hasil pengamatan peneliti, guru yang diwawancarai

mengenai pelaksanaan penerapan storytelling, peneliti

mendapatkan jawaban bahwa pembelajaran dengan program

storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang sudah diterapkan

sejak Taman Kanak-Kanak Ketilang berdiri. Taman Kanak-Kanak

Ketilang berdiri sebelum ilmu teknologi berkembang pesat seperti

saat sekarang, dimana anak-anak sudah dapat mendengarkan cerita

62 Guru, Wawancara pribadi, September 25, 2018.

Page 82: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

69

melalui media digital, maka storytelling adalah program yang tepat

untuk menyampaikan pembelajaran pada anak usia dini.

B. Teknik pelaksanaan storytelling oleh guru pendidik

Terdapat berbagai macam metode yang dapat dilakukan pada

kegiatan mendongeng, dengan menggunakan alat peraga dan tidak

menggunakan alat peraga. Anak usia dini menyukai berbagai macam

teknik atau metode yang ditawarkan dalam memberikan alternatif

kegiatan storytelling. Misalnya storytelling dengan menggunakan buku,

storytelling dengan peraga (boneka, origami, papan flannel), tidak

menggunakan alat peraga yaitu storytelling menggunakan ekspresi dan

berbagai macam suara.

Teknik mendongeng yang digunakan oleh guru pendidik dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu dengan menanyakan kepada

anak tentang hal-hal yang akan dimunculkan dalam dongeng. Misalnya

anak di ajak menyanyikan lagu yang sesuai dengan tema yang akan di

ceritakan, menirukan suara binatang sebagai tokoh utama dalam cerita,

menanyakan tentang seting tempatnya dan tokoh ceritanya yang kedua

melalui gambar, menanyakan judulnya dan sebagainya. Dari beberapa

hal yang ditayakan oleh pendongeng tersebut akan dapat membawa anak-

anak pada dongeng yang akan disampaikannya.

Beberapa teknik mendongeng yang digunakan guru pendidik dalam

kegiatan storytelling di sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang, yaitu

mulai dari memperhatikan vokal atau pengucapan suara dalam bercerita,

penghayatan terhadap suatu cerita, ekspresi yang diciptakan oleh

Page 83: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

70

pendongeng sesuai dengan tokoh dalam cerita, gerak dan penampilan

dalam cerita dan kemampuan komunikatif yang dimiliki dimana seorang

pendongeng memahami teknik mendongeng yang baik.

Setiap program yang diajarkan di sekolah memiliki tujuan serta

motivasi yang dapat mencapai cita-cita yang diharapkan dalam

pendidikan di sekolah, oleh karenanya peneliti juga ingin mengetahui apa

motivasi sekolah melaksanakan program kegiatan belajar mengajar

dengan storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang, Informan

menjawab;

“Meningkatkan kecerdasan verbal anak, merangsang minat baca

anak, meningkatkan perilaku prososial anak, melatih daya tangkap

dan konsentrasi anak dan mengembangkan daya imajinasi anak.”

(Guru)63

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pihak sekolah

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan storytelling agar

tercapainya motivasi dan tujuan yang dicita-citakan. Dimana pengaruh

metode storytelling dapat meningkatkan kecerdasan verbal anak,

merangsang minat baca anak, meningkatkan perilaku prososial anak,

melatih daya tangkap dan konsentrasi anak serta mengembangkan daya

imajinasi anak.

C. Pelatihan storytelling bagi guru pendidik

Melaksanakan program storytelling di Taman Kanak-Kanak berarti

guru diharapkan bisa menyampaikan materi dengan menarik, sehingga

materi yang disampaikan dapat diterima oleh anak didik dengan baik.

63Guru.

Page 84: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

71

Peneliti bertanya pada guru tentang kesulitan apakah yang di rasakan

ketika melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan

storytelling dan apakah pihak sekolah memberikan pelatihan khusus bagi

guru untuk meningkatkan teknik mengajar dengan storytelling.Dari hasil

wawancara peneliti tentang kesulitan yang dirasakan oleh guru, ialah

sebagai berikut:

“Kesulitannya terkadang dalam pemilihan dan penggunaan media

apabila kurang menarik atau tidak tepat maka anak-anak kurang

aktif mengikuti pembelajaran.” (Guru)64

Dari hasil wawancara peneliti, mengenai apakah sekolah memberikan

pelatihan khusus bagi guru pendidik dalam meningkatkan kegiatan

belajar mengajar dengan storytelling, ialah sebagai berikut:

“Ya, dengan mengikuti workshop mendongeng, bercerita dengan

alat peraga dan lai-lain.” (Guru)65

Melalui hasil wawancara di atas, bahwa kegiatan belajar mengajar

dengan storytelling harus menggunakan media yang tepat agar dapat

menarik perhatian anak ketika mendengarkan materi melalui dongeng.

Namun, hal tersebut menjadi tantangan yang harus bisa dihadapi oleh

para guru pendidik, dimana kesulitan yang dirasakan oleh guru pada saat

mengajar dengan storytelling ialah ketika pemilihan dan penggunaan

media apabila kurang menarik atau tidak tepat maka anak kurang aktif

mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, pihak sekolah memberikan

64 Guru. 65 Guru.

Page 85: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

72

pelatihan khusus bagi guru dengan mengikuti workshop mendongeng,

bercerita dengan menggunakan alat peraga, dan lain sebagainya.

Storytelling merupakan bentuk komunikasi dua arah. Komunikasi

dua arah dapat dikatakan berhasil apabila menimbulkan suatu usaha

(berupa tindakan). Dimana hal tersebut dapat dilihat ketika seorang

pendongeng dapat menyampaikan informasi dengan baik melalui media

yang menarik sehingga dapat diterima oleh anak. Begitupula dengan guru

yang mendengarkan langsung kegiatan yang diadakan guna memberikan

motivasi dan evaluasi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas

mengajar.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru pendidik mengenai

apakah sekolah mendatangkan pendongeng pada event-event tertentu

guna meningkatkan semangat anak dalam belajar dengan storytelling,

ialah sebagai berikut:

“ya pernah dalam event-event tertentu, namun sekolah juga sering

memberdayakan guru untuk menjadi narasumber atau pendongeng

dalam acara-acara tertentu.” (Guru)66

Dari hasil wawancara peneliti tentang apakah di Taman Kanak-Kanak

Ketilang semua guru diwajibkan menguasai metode mengajar dengan

Storytelling, ialah sebagai berikut:

“Storytelling adalah salah satu metode mengajar yang harus

dikuasai guru, maka alangkah lebih baik apabila semua guru

menguasainya, meskipun setiap guru memiliki kelebihan masing-

masing di setiap bidang.” (Guru)67

66 Guru. 67 Guru.

Page 86: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

73

Dalam kegiatan tertentu sekolah juga memberikan fasilitas dengan

mendatangkan pendongeng kesekolah. Menariknya sekolah juga sering

memberdayakan guru untuk menjadi pendongeng dalam acara-acara

tertentu. Storytelling adalah salah satu metode mengajar yang harus

dikuasai oleh guru, maka alangkah lebih baik apabila semua guru

menguasainya, meskipun setiap guru memiliki kelebihan masing-masing

pada setiap bidang. Oleh karenanya, semua guru pendidik di Taman

Kanak-Kanak Ketilang sudah memiliki bekal dan keahlian dalam

menguasai program storytelling dari pendidikan sebelumnya dan di

tambah dengan adanya pelatihan khusus yang diselenggarakan oleh

sekolah.

Storytelling bukan hanya untuk menyampaikan informasi pelajaran

umum saja, akan tetapi guru juga menyampaikan ajaran islam dengan

cara mendongeng pada anak-anak.

Dari hasil wawancara peneliti tentang apakah kegiatan storytelling juga

dilaksanakan untuk menyampaikan ajaran agama islam dan menanamkan

nilai-nilai keislaman pada anak, ialah sebagai berikut:

“Ya pasti, contohnya seperti kisah nabi, akhlak rasulullah dan

sahabat-sahabatnya, cerita tentang pentingnya berwudhu, sholat

dan cerita tentang ciptaan-ciptaan Allah” (Guru).68

Mendongeng juga dilakukan dalam menyampaikan ajaran islam

dan menanamkan nilai-nilai keislaman pada anak. Beberapa contoh kisah

yang disampaikan melalui cerita oleh guru pendidik kepada anak

68 Guru.

Page 87: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

74

diantaranya kisah nabi, akhlak rasulullah dan sahabat-sahabatnya. Selain

al-kisah, anak juga diajarkan tentang pentingnya berwudhu, sholat, dan

tentang ciptaan-ciptaan Allah.

Dari beberapa penjabaran mengenai pelaksanaan penerapan

storytelling, terdapat juga alasan pentingnya pelaksanaan penerapan

program tersebut dalam rangka meningkatkan proses pembelajran di

sekolah. Dari hasil wawancara peneliti tentang mengapa Taman Kanak-

Kanak Ketilang memilih program storytelling sebagai salah satu proses

kegiatan belajar mengajar disekolah, informan menjawab sebagai

berikut;

“karena metode bercerita dipandang mampu menghipnotis anak

untuk dapat mengembangkan daya Imajinasinya, meningkatkan

daya konsentrasi, meningkatkan perilaku anak dan menumbuhkan

minat baca anak.” (Guru)69

Sekolah sangat mementingkan kualitas pendidik serta penerapan

program belajar bagi siswanya agar dapat mencapai tujuan yang di cita-

citakan sekolah. Oleh karena itu metode bercerita dipandang mampu

menghipnotis anak untuk dapat mengembangkan daya imajinasinya,

meningkatkan daya konsentrasi, meningkatkan perilaku anak dan

menumbuhkan minat baca anak.

Program storytelling dianggap sesuai untuk terapkan kepada anak

usia dini, dimana dalam penyampaian dongeng tersebut guru pendidik

haruslah sudah siap dengan penguasaan cerita, media, alat peraga, dan

sebagainya sehingga pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi anak.

69 Guru.

Page 88: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

75

2. Efektifitas Kegiatan Storytelling dalam Proses Belajar Mengajar di

Taman Kanak-Kanak

Dalam melihat bagaimana suatu program dapat dianggap efektif

pelakanaannya maka dapat dilihat dari pengaruh yang di hasilkan.

Misalnya, dari kegiatan storytelling yang telah dilaksanakan di Taman

Kanak-Kanak Ketilang secara rutin telah memberikan pengaruh terhadap

anak yang menerima kegiatan storytelling tersebut.

A. Sikap anak setelah kegiatan storytelling

Storytelling berarti penyampaian cerita dengan cara

bertutur; yang membedakan antara bercerita dan metode

penyampaian cerita lain adalah lebih menonjol aspek teknis

penceritaan lainnya. 70 Masa anak dibacakan cerita adalah masa

untuk mengembangkan imajinasi anak dan mengembangkan

kemampuan yang dimiliki oleh anak. Dengan melaksanakan

program mendongeng secara rutin dan terus-menerus di sekolah

dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap sikap anak,

baik di sekolah, dirumah dan lingkungan sekitarnya. Untuk itu

peneliti ingin mengetahui bagaimana perubahan anak ketika

sebelum dan sesudah mendengarkan dongeng secara rutin dan

terus-menerus.

Dari hasil wawancara peneliti tentang hal tersebut maka

guru pendidik yang merupakan narasumber, menjelaskan:

70 Sabili Risady, Bermain, Bercerita Dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini, 2014.

Page 89: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

76

“Perbedaannya, jika sebelum storytelling mereka belum

mengetahui tentang sesuatu hal, maka setelah

dilaksanakannya storytelling mereka mendapatkan

pengetahuan tentang hal-hal tertentu sesuai dengan tema

atau cerita yang disampaikan dalam storytelling tersebut.

Lalu setelah mengetahuinya mereka mencoba untuk

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (peningkatan

perilaku.” (Guru)71

Program storytelling banyak memberikan pengaruh positif

bagi anak sehingga akan terlihat pada perubahan tingkah laku anak

tersebut. Perbedaan anak sebelum dan sesudah mendapatkan

kegiatan belajar dengan storytelling yaitu sebelum dilaksanakan

penyampaian materi dengan storytelling anak belum mengetahui

sesuatu hal, dan setelah dilaksanakannya storytelling dengan rutin

dan terus-menerus anak mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal

tertentu sesuai dengan tema dari cerita yang disampaikan dalam

storytelling tersebut. Lalu setelah mengetahuinya mereka mencoba

untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ketertarikan seseorang dapat dilihat bagaimana ia bertindak

atau bersikap; mulai dari memperhatikan, mengamati dan

mendengarkan. Kegiatan tersebut dapat dilihat adanya perubahan

pada anak setelah mendengarkan storytelling. Berdasarkan

wawancara dengan guru pendidik mengenai pengaruh yang

langsung terlihat pada anak setelah mendengarjan storytelling

secara rutin dan terus-menerus, guru menjawab sebagai berikut:

Anak-anak mulai muncul minatnya membaca buku, setiap

71 Guru, Wawancara pribadi.

Page 90: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

77

hari bergantian mereka meminta untuk dibacakan buku

cerita yang dibawanya dari rumah. Kemudian pengaruh

yang paling nampak adalah mereka saling mengingatkan

apabila ada temannya yang berbuat salah atau tidak baik.

(Guru)72

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan

storytelling sudah memberikan pengaruh yang cukup baik dalam

proses belajar anak di sekolah. Ketika mendapatkan materi melalui

storytelling pengaruh yang langsung terlihat pada anak, mereka

mulai memperlihatkan adanya ketertarikan untuk membaca buku.

Hal tersebut terlihat pada perilaku anak yang setiap harinya

bergantian meminta untuk dibacakan buku cerita yang dibawa dari

rumah. Kemudian pengaruh yang terlihat pada keseharian anak

adalah mereka saling mengingatkan apabila ada temannya yang

berbuat salah atau tidak baik.

Untuk memeperkuat hasil dari penelitian mengenai

perubahan minat belajar anak dan perubahan perilaku anak setelah

beberapa kali mendapatkan materi dari guru melalui storytelling,

peneliti mewawancarai guru pendidik yang langsung berperan

sebagai nasumber atau pendongeng dalam proses mengajar.

Berdasarkan hasil wawancara dari guru pendidik mengenai

pengaruh dari storytelling yang sudah dilaksanakan secara rutin

dan terus-menerus tersebut, ialah sebagai berikut:

“Meningkatnya perilaku prososial anak, seperti berkata

jujur, mau menolong teman, berbuat baik, mau berbagi,

72 Guru.

Page 91: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

78

tumbuhnya minat membaca buku dan bertambahnya

perbendaharaan kata anak.” (Guru)73

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan belajar

dengan stortytelling juga memberi pengaruh bagi anak dalam

meningkatkan perilaku prasosial. Perilaku prasosial yang terlihat

pada anak seperti berkata jujur, mau menolong teman, berbuat

baik, mau berbagi, tumbuhnya minat membaca buku dan

bertambahnya perbendaharaan kata pada anak. Pembendaharaan

kata pada anak yaitu, dimana anak kaya akan kosakata.

C. Pembahasan

Pada bagian ini penulis akan membahas hasil penelitian yang peneliti

peroleh mengenai evaluasi program storytelling di Taman Kanak-Kanak

Ketilang.

Berdasarkan hasil penelitian, sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang

melaksanakan penerapan program kegiatan belajar mengajar dalam

meningkatkan pembelajaran melalui storytelling. Hal ini dapat dilihat dari

pelaksanaan storytelling yang diterapkan sekolah Taman Kanak-Kanak

Ketilang. Anak sangat senang mendengarkan storytelling yang dilaksanakan di

sekolah, baik dengan metode storytelling menggunakan alat peraga atau tidak

menggunakan alat peraga. Terjadi perubahan sikap pada anak dan tindakan

berupa motivasi yang di harapkan. Harapan sekolah Taman Kanak-Kanak

Ketilang yaitu dapat meningkatkan kecerdasan verbal anak, merangsang minat

73 Guru.

Page 92: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

79

baca anak, meningkatkan perilaku prososial anak, melatih daya tangkap dan

konsentrasi anak dan mengembangkan daya imajinasi anak. Anak yang pada

awalnya terlihat biasa saja, tetapi setelah mendengarkan storytelling anak

terlihat senang, menyimak, mendengarkan bahkan anak dapat menceritakan

kembali dongeng yang diceritakan oleh guru pendidik/pendongeng kepada

teman dan anggota keluarganya.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Tubbs dan

Moss yang dikutip oleh Noorika Retno Widuri bahwa storytelling (komunikasi

dua arah) dapat dikatakan berhasil apabila menimbulkan kesenangan, terjadi

perubahan pada sikap dan tindakan. 74 Teori tersebut sesuai dengan hasil

penelitian bahwa, sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang berhasil dalam

melaksanakan storytelling.

Selain itu, melihat pelaksanaan storytelling di Taman Kanak-Kanak

Ketilang guna memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran. Terjadi

perubahan sikap pada anak dan tindakan berupa prilaku prososial anak, seperti

berkata jujur, mau menolong teman, berbuat baik, mau berbagi, tumbuhnya

minat membaca buku dan bertambahnya perbendaharaan kata anak serta

didukung juga dengan intensitas kehadiran anak dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Anak yang awalnya belum mengetahui tentang

sesuatu hal maka setelah dilaksanakan storytelling mereka mendapatkan

pengetahuan tentang hal-hal tertentu sesuai dengan tema atau cerita yang

disampaikan dalam storytelling tersebut.

74 Noorika Retno Widuri, “Peran Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak Dalam

Pembinaan Minat Baca Sejak Dini,” Media Pustakawan Vol.15, no. 3 (Desember 2008): 26.

Page 93: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

80

Berdasarkan hasil penelitian, storytelling dapat menanamkan dan

menumbuhkan minat baca pada anak. Munculnya minat membaca buku pada

anak, dilihat dari keseharian mereka yang bergantian meminta pada gurunya

untuk dibacakan buku cerita yang dibawa dari rumah masing-masing.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gerald A. Chesin

“Storytelling and Storyreading” mengemukakan bahwa cerita akan menjadi

sangat bermanfat bagi anak-anak yang tidak siap untuk membaca atau yang

memiliki rendah kemampuan membaca.75

Berdasarkan ulasan dari hasil penelitian di atas, penulis berpendapat

bahwa, dengan dilaksanakannya program storytelling di sekolah dapat

membantu menumbuhkan dan mengembangkan minat baca bagi anak. Hal ini

menunjukkan keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar melalui storytelling

untuk meningkatkan proses pembelajaran di sekolah Taman Kanak-Kanak

Ketilang UIN Jakarta.

75 Chesin Gerald A, “Storytelling and Storyreading.”

Page 94: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

81

BAB V

PENUTUP

Dari penjelasan pada bab iv diperoleh beberapa kesimpulan tentang evaluasi

program storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab iv dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan penerapan program kegiatan belajar mengajar di Taman

Kanak-Kanak Ketilang melalui storytelling. Hal ini dapat dilihat dari

pelaksanaan storytelling yang dilaksanakan oleh sekolah Taman Kanak-

Kanak Ketilang. Anak-anak sangat senang mendengarkan storytelling yang

dilaksanakan sekolah dalam kegiatan belajar mengajar baik dengan

storytelling menggunakan alat peraga ataupun tidak menggunakan alat

peraga. Anak dapat menyimak dan dapat mencerikan kembali dongeng yang

di ceritakan oleh guru pendidik/pendongeng kepada teman dan anggota

keluarganya. Terjadi perubahan sikap pada anak dalam mengikuti kegiatan

storytelling yang dilaksanakan sekolah Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN

Jakarta.

2. Kegiatan storytelling sudah efektif dan menimbulkan perubahan pada sikap

anak dan tindakan berupa prilaku prasosial anak seperti; berkata jujur, mau

menolong teman, berbuat baik, mau berbagi, tumbuhnya minat membaca

buku dan bertambahnya perbendaharaan kata anak

Page 95: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

82

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang peneliti berikan adalah

sebagai berikut:

1. Pihak sekolah sebaiknya lebih memanfaatkan tenaga pendidik guna

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan program storytelling. Pada

kegiatan-kegiatan tertentu yang dilaksanakan dengan mengundang

pendongeng dari luar, hendaknya sekolah lebih meningkatkan kualitas

pendidik dengan cara memberikan bimbingan khusus bagi guru tentang

bagaimana menggunakan teknik mendongeng yang tepat, sehingga guru

pendidik dapat terus berinovasi.

2. Pihak sekolah sebaiknya mempertahankan dan mengembangkan lagi

kegiatan belajar mengajar dengan storytelling guna mencapai tujuan dan

hasil yang signifikan, agar dapat membentuk generasi muslim yang

religious, cerdas, berwawasan luas, medorenis, kreatif, inovatif, adaftif dan

berakhlakul karimah.

3. Guru pendidik sebaiknya terus berinovasi dalam kegiatan belajar mengajar

melalui storytelling, dengan cara melaksanakan kegiatan storytelling

menggunakan media yang di gemari anak, misalnya dengan mini drama

yang melibatkan anak didik saat storytelling berlangsung.

Page 96: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

83

DAFTAR PUSTAKA

A Kusmiadi. “Strategi Pembelajaran PAUD Melalui Metode Dongeng Bagi

Pendidik PAUD.” Jurnal Ilmiah VISI PTK-PN, 2008.

Aliyah S. “Kajian Teori Metode Storytelling Dengan Media Panggung Boneka

Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Dan Berbicara Anak Usia

Dini: Studi Eksperimen Quasi Di TK Negeri Pembina Kabupaten

Majalengka.” Universitas Pendidikan Indonesia, 2011.

Anas Sudiono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada,

2005.

Aprianti Yofita Rahayu. Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan

Bercerita. 88 vols. Jakarta: Indeks, 2013.

Asfandiyar, A. Y. Cara Pintar Mendongeng. Jakarta: Mizan, 2007.

Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Chesin Gerald A. “Storytelling and Storyreading.” Peabody Journal of Education

Vol.43, no. 4 (January 1996): 213.

Departemen Agama RI. Al-Quran Dan Terjemahnya. Bandung: Syaamil Cipta

Media, 2005.

———. Pedoman Sistem Penilaian Madrasah Aliyah. Jakarta: Dirjen Lembaga

Islam Proyek Madrasah Aliyah, 1989.

Depdikbud. Pedoman Supervisi TK Jakarta. Jakarta: Depdikbud, 1992.

“Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa).” Jurnal Idaarah Vol.1, no. 2 (Desember

2017): 261.

Guru. Wawancara pribadi, September 25, 2018.

Page 97: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

84

Ida Vera Shopya. “Membangun Kepribadian Anak Dengan Dongeng.” Jurnal

Inovasi Pendidikan Guru Raudatul Athfal, June 2014.

Igrea Siswanto. Mendidik Anak Dengan Permainan Kreatif: Bermain Sambil

Belajar Untuk Mengembangkan Kecerdasan Majemuk Sejak Usia Dini.

Yogyakarta: ANDI, 2008.

Isjoni. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta, 2010.

Kepala Sekolah. Wawancara Pribadi, Agustus 2018.

Ketut Sudarsana. “Membentuk Karakter Anak Sebagai Generasi Penerus Bangsa

Melalui Pendidikan Anak Usia Dini.” Purwadita Vol.1, no. 1 (March

2017): 45.

Mahirah B. “Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa).” Jurnal Idaarah Vol.1, no. 2

(Desember 2017): hal.258.

M Mubarok. Rahasia Cerdas Belajar Sambil Bermain. Surabaya: Java Pustaka

Grub, 2008.

Moeslichatoen. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka

Cipta, 2004.

Moeslihatoen R. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. 158-160 vols.

Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Moh. Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Moleong Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2010.

Murti Bunanta. Buku, Dongeng Dan Minat Baca. Jakarta: Murti Foundation,

2009.

Noorika Retno Widuri. “Peran Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak

Dalam Pembinaan Minat Baca Sejak Dini.” Media Pustakawan Vol.15,

no. 3 (Desember 2008): 26.

Page 98: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

85

Nur Rahmatul A,Iswinarti. “Pengaruh Mendengarkan Dongeng Terhadap

Kemampuan Bahasa Pada Anak Prasekolah.” Jurnal Ilmiah Psikologi

Terapan Vol.04, no. No.02 (Agustus 2016).

Nurcahyani, Kusumastuti Dina. “Pengaruh Kegiatan Storytelling Terhadap

Pertumbuhan Minat Baca Siswa Di TK Bangun 1 Getas.” Universitas

Diponegoro, 2010.

“Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 3 Nomor 27 Tahun 1990

Tentang Pendidikan Anak Usia Dini,” n.d.

Sabili Risady. Bermain, Bercerita Dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini. hal. 64-65

vols. Jakarta: Luxima Metro Media, 2014.

———. Bermain, Bercerita Dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini. hal. 76 vols.

Jakarta: Luxima Metro Media, 2014.

Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

2013.

Sujiono, Yuliani. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Tebuka,

2014.

“Surat Edaran Mandikdasmen Depdiknas Nomor 1839/C.C2/TU/2009,” n.d.

Suryani, Hendriadi. Metode Riset Kuantitatif : Teori Dan Aplikasi Pada

Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam. Jakarta: Predana

Media Grup, 2015.

Tadzkiroatun Musfiroh. “Bercerita Untuk Anak Usia Dini.” Departemen

Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat

Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan Dan Ketenagaan Perguruan

Tinggi, 2005.

Tim Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Page 99: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

86

TK Ketilang UIN Jakarta. Buku Panduan. Jakarta: TK Ketilang UIN Jakarta,

2018.

Ulfiani Rahman. “Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini.” Lentera

Pendidikan Vol.12, no. 1 (June 2009): 52.

“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional,” n.d.

“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.,” n.d.

Uno Hamzah, Masri Kuadrat. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran.

Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Uswatun Hasanah. “Pengembangan Kemempuan Fisik Motorik Melalui

Permainan Tradisional Bagi Anak Usia Dini.” Jurnal Pendidikan Anak

Vol.5, no. 1 (2016).

VISI PPTK PAUDNI. “Hubungan Pelatihan Bercerita Terhadap Kemampuan

Guru Dalam Bercerita Di Taman Kanak-Kanak.” Jurnal Ilmiah VISI

PPTK PAUDNI Vol.11, no. No.1 (June 2016): 38.

Yati Afianti, Imami Nur R. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Riset

Keperawatan. Jakarta: Rajawali Press, 2014.

Page 100: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

87

LAMPIRAN

Page 101: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

88

Daftar Pertanyaan Wawancara di Taman Kanak-Kanak Ketilang:

Kelompok A

1. Sudah berapa lama metode storytelling di terapkan di Taman Kanak-Kanak

Ketilang?

2. Mengapa dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan storytelling di

Taman Kanak-Kanak Ketilang?

3. Apakah guru memiliki kesulitan saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dengan storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang?

4. Apakah pihak sekolah mengadakan pelatihan khusus bagi guru untuk

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan metode storytelling di

Taman Kanak-Kanak Ketilang?

5. Apakah sekolah mendatangkan pendongeng pada hari-hari tertentu seperti 17

agustusan dalam rangka meningkatkan semangat anak dalam belajar melalui

storytelling?

6. Apakah guru pendidik diwajibkan untuk menguasai metode mengajar

menggunakan storytelling?

7. Apakah metode storytelling juga dilaksanakan dalam menyampaikan dan

menanamkan nilai-nilai keislaman pada anak?

8. Apa alasan Taman Kanak-Kanak Ketilang harus menggunakan metode

mengajar dengan storytelling?

Kelompok B

1. Apa perbedaan yang diperlihatkan oleh anak sebelum dan sesudah kegiatan

belajar mengajar dengan metode storytelling?

2. Apa pengaruh yang langsung terlihat pada anak dalam kegiatan belajar

mengajar dengan metode storytelling?

3. Bagaimana dampak pada anak didik setelah beberapa kali melaksanakan

kegitan belajar mengajar dengan metode storytelling?

Page 102: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

89

Transkip Wawancara di Taman Kanak-Kanak Ketilang:

Informan : Guru Pendidik

Pendidikan : TK

Tanggal Wawancara : Selasa, 25 September 2018

Kelompok A

3. Sudah berapa lama metode storytelling di terapkan di Taman Kanak-Kanak

Ketilang?

“Sejak TK Ketilang berdiri, mengingat TK Ketilang berdiri sebelum ilmu

tekhnologi berkembang pesat seperti sekarang ini, dimana anak-anak

sudah dapat mendengarkan cerita melalui media digital, maka storytelling

adalah metode yang dipandang tepat untuk menyampaikan pembelajaran

kepada anak” (Guru).

4. Mengapa dilaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan storytelling di

Taman Kanak-Kanak Ketilang?

“Meningkatkan kecerdasan verbal anak, merangsang minat baca anak,

meningkatkan perilaku prososial anak, melatih daya tangkap dan

konsentrasi anak dan mengembangkan daya imajinasi anak” (Guru).

5. Apakah guru memiliki kesulitan saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar

dengan storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang?

“Kesulitannya terkadang dalam pemilihan dan penggunaan media apabila

kurang menarik atau tidak tepat maka anak-anak kurang aktif mengikuti

pembelajaran” (Guru).

Page 103: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

90

6. Apakah pihak sekolah mengadakan pelatihan khusus bagi guru untuk

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan metode storytelling di

Taman Kanak-Kanak Ketilang?

“Ya, dengan mengikuti workshop mendongeng, bercerita dengan alat

peraga dan lai-lain” (Guru).

7. Apakah sekolah mendatangkan pendongeng pada hari-hari tertentu seperti 17

agustusan dalam rangka meningkatkan semangat anak dalam belajar melalui

storytelling?

“ya pernah dalam event-event tertentu, namun sekolah juga sering

memberdayakan guru untuk menjadi narasumber atau pendongeng dalam

acara-acara tertentu” (Guru).

8. Apakah guru pendidik diwajibkan untuk menguasai metode mengajar

menggunakan storytelling?

“Storytelling adalah salah satu metode mengajar yang harus dikuasai

guru, maka alangkah lebih baik apabila semua guru menguasainya,

meskipun setiap guru memiliki kelebihan masing-masing di setiap bidang”

(Guru).

9. Apakah metode storytelling juga dilaksanakan dalam menyampaikan dan

menanamkan nilai-nilai keislaman pada anak?

“Ya pasti, contohnya seperti kisah nabi, akhlak rasulullah dan sahabat-

sahabatnya, cerita tentang pentingnya berwudhu, sholat dan cerita tentang

ciptaan-ciptaan Allah” (Guru).

10. Apa alasan Taman Kanak-Kanak Ketilang harus menggunakan metode

mengajar dengan storytelling?

“karena metode bercerita dipandang mampu menghipnotis anak untuk

dapat mengembangkan daya Imajinasinya, meningkatkan daya

Page 104: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

91

konsentrasi, meningkatkan perilaku anak dan menumbuhkan minat baca

anak” (Guru).

Kelompok B

1. Apa perbedaan yang diperlihatkan oleh anak sebelum dan sesudah kegiatan

belajar mengajar dengan metode storytelling?

“Perbedaannya, jika sebelum storytelling mereka belum mengetahui

tentang sesuatu hal, maka setelah dilaksanakannya metode Storytelling

mereka mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal tertentu sesuai dengan

tema atau cerita yang disampaikan dalam Storytelling tersebut. Lalu

setelah mengetahuinya mereka mencoba untuk menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari (peningkatan perilaku)” (Guru).

2. Apa pengaruh yang langsung terlihat pada anak dalam kegiatan belajar

mengajar dengan metode storytelling?

“Anak-anak mulai muncul minatnya membaca buku, setiap hari

bergantian mereka meminta untuk dibacakan buku cerita yang dibawanya

dari rumah. Kemudian pengaruh yang paling nampak adalah mereka

saling mengingatkan apabila ada temannya yang berbuat salah atau tidak

baik” (Guru).

3. Bagaimana dampak pada anak didik setelah beberapa kali melaksanakan

kegitan belajar mengajar dengan metode storytelling?

“Meningkatnya perilaku prososial anak, seperti berkata jujur, mau

menolong teman, berbuat baik, mau berbagi, tumbuhnya minat membaca

buku dan bertambahnya pembendaharaan kata anak” (Guru).

Page 105: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

92

Lembar Reduksi Data

Tema Pokok Tema Transkip Wawancara Interpretasi

1. Kesesuaian

penerapan prinsip-

prinsip storytelling di

Taman Kanak-Kanak

Ketilang

Penerapan metode storytelling di

sekolah Taman Kanak-kank

Ketilang

a. Awal mula

penerapan metode

storytelling di

sekolah

b. Motivasi

diterapkannya

“Sejak TK Ketilang berdiri,

mengingat TK Ketilang berdiri

sebelum ilmu tekhnologi berkembang

pesat seperti sekarang ini, dimana

anak-anak sudah dapat

mendengarkan cerita melalui media

digital, maka storytelling adalah

metode yang dipandang tepat untuk

menyampaikan pembelajaran kepada

anak” (Guru).

Kegiatan storytelling sudah

dilaksanakan sejak awal

berdirinya sekolah Taman

Kanak-Kanak Ketilang

UIN Jakarta, dengan

motivasi yang diharapkan

dapat tercapai melalui

program rutin mendongeng

bagi anak usia dini.

Informasi yang

disampaikan oleh guru

pendidik dapat diterima

dengan baik oleh anak

melalui kegiatan

mendongeng.

Salah satu keunggulan pada

kegiatan mendongeng

“Meningkatkan kecerdasan verbal

anak, merangsang minat baca anak,

meningkatkan perilaku prososial anak,

melatih daya tangkap dan konsentrasi

anak dan mengembangkan daya

imajinasi anak” (Guru).

“karena metode bercerita dipandang

mampu menghipnotis anak untuk dapat

Page 106: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

93

metode storytelling

di sekolah

mengembangkan daya Imajinasinya,

meningkatkan daya konsentrasi,

meningkatkan perilaku anak dan

menumbuhkan minat baca anak”

(Guru).

disekolah ini, yaitu pada

jenis dongeng pendidikan

yang menanamkan nilai

agama dan sikap hormat

pada orangtua. c. Guru pendidik dalam

melaksanakan

penerapan kegiatan

belajar mengajar

dengan storytelling

di sekolah

“Kesulitannya terkadang dalam

pemilihan dan penggunaan media

apabila kurang menarik atau tidak

tepat maka anak-anak kurang aktif

mengikuti pembelajaran” (Guru).

“Ya, dengan mengikuti workshop

mendongeng, bercerita dengan alat

peraga dan lai-lain” (Guru).

“ya pernah dalam event-event tertentu,

namun sekolah juga sering

memberdayakan guru untuk menjadi

narasumber atau pendongeng dalam

Page 107: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

94

acara-acara tertentu” (Guru).

“Storytelling adalah salah satu metode

mengajar yang harus dikuasai guru,

maka alangkah lebih baik apabila

semua guru menguasainya, meskipun

setiap guru memiliki kelebihan masing-

masing di setiap bidang” (Guru).

d. Penerapan kegiatan

belajar mengajar

agama islam melalui

storytelling

merupakan misi

pendidikan di

sekolah

“Ya pasti, contohnya seperti kisah nabi,

akhlak rasulullah dan sahabat-

sahabatnya, cerita tentang pentingnya

berwudhu, sholat dan cerita tentang

ciptaan-ciptaan Allah” (Guru).

Page 108: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

95

2. Efektifitas

storytelling dalam

menigkatkan

proses

pembelajaran di

sekolah

pengaruh dari kegiatan storytelling

pada anak didik di sekolah

“Perbedaannya, jika sebelum

storytelling mereka belum mengetahui

tentang sesuatu hal, maka setelah

dilaksanakannya metode Storytelling

mereka mendapatkan pengetahuan

tentang hal-hal tertentu sesuai dengan

tema atau cerita yang disampaikan

dalam Storytelling tersebut. Lalu

setelah mengetahuinya mereka

mencoba untuk menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari (peningkatan

perilaku)” (Guru).

“Anak-anak mulai muncul minatnya

membaca buku, setiap hari bergantian

mereka meminta untuk dibacakan

buku cerita yang dibawanya dari

rumah. Kemudian pengaruh yang

Storytelling dapat

dianggap efektif karena

menimbulkan pengaruh

yang positif terhadap anak

didik di sekolah. Melalui

kegiatan mendongeng

dapat memberikan

perubahan sikap dan

perilaku anak serta

kebiasaan dalam belajar

yang lebih baik,

contohnya, anak didik

mulai tumbuh minat

bacanya.

Page 109: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

96

paling nampak adalah mereka saling

mengingatkan apabila ada temannya

yang berbuat salah atau tidak baik”

(Guru).

“Meningkatnya perilaku prososial anak,

seperti berkata jujur, mau menolong

teman, berbuat baik, mau berbagi,

tumbuhnya minat membaca buku dan

bertambahnya pembendaharaan kata

anak” (Guru).

Page 110: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

97

Hasil Observasi

Tanggal Observasi Pengamatan Hasil Observasi

25 Juli 2018

Guru pendidik menerapkan

teknik mendongeng saat

kegiatan storytelling

berlangsung

- Guru pendidik bertanya pada

anak-anak terkait apa yang

akan di munculkan dalam

cerita

- Pendongeng sangat

memperhatikan vokal atau

pengucapan suara dalam

bercerita

- Pendongeng terlihat sangat

menghayati cerita yang

sedang disampaikan

- Ekspresi yang diciptakan

oleh pendongeng sesuai

dengan tokoh dalam cerita

yang disampaikan

- Pendongeng menyesuaikan

gerak dan penampilan dalam

cerita yang disampaikan

- Pendongeng terlihat

komunikatif atau seorang

pendongeng memahami

teknik mendongeng yang

baik.

30 Juli 2018

Anak didik mengikuti

kegiatan belajar mengajar

dikelas

- Kegiatan belajar mengajar di

Taman Kanak-Kanak

Ketilang berjalan lancar dan

terstruktur

- Ada sesi dimana guru

menyampaikan informasi

pada anak dengan

storytelling secara rutin

- Anak-anak terlihat antusias

dan mendengarkan

informasi yang di sampaikan

oleh guru

08 Agustus

2018

Kegiatan belajar mengajar

melalui storytelling dikelas

di dampingi oleh guru

pendidik

- Anak didik mendengarkan

guru saat menyampaikan

informasi dengan storytelling

- Storytelling dilaksanakan di

kelas B.3 Taman Kanak-

Page 111: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

98

Kanak Ketilang

- Anak-anak sangat antusias

dan ada beberapa anak yang

bertanya dan menanggapi

cerita yang di sampaikan

10 Setember

2018

Guru menyampaikan kisah

nabi dan rasul melalui

storytelling saat ada

kegiatan diluar sekolah

- Pendongeng menyampaikan

kisah nabi dan rasul dengan

menggunakan alat peraga

- Pendongeng juga berperan

sesuai tokoh yang ada dalam

cerita

- Kegiatan storytelling

dilaksanakan di Masjid

Fatullah

- Pendongeng menyisipkan

pesan tentang nilai-nilai

agama

- Guru pendidik Taman

Kanak-Kanak Ketilang

mampu menyampaikan

storytelling dengan baik

Anak didik tampak

antusias dalam rangka

memperingati hari besar

islam ketika mendengarkan

cerita yang disampaikan

guru pendidik

- Anak-anak sangat antusias

dan bersemangat ketika

mendengarkan storytelling

- Anak-anak terlihat berani

menirukan intruksi dari

pendongeng dan terlihat

senang mendengarkan cerita

yang di sampaikan

- Storytelling disampaikan

oleh guru pendidik sekolah

Taman Kanak-Kanak

Ketilang

Anak-anak melaksanakan

pesan yang didapat dari

kegiatan storytelling

- Terlihat perubahan perilaku

pada anak setelah

mendengerkan storytelling

secara rutin

- Anak-anak selalu berbagi

dan saling peduli satu sama

Page 112: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

99

lain

- Anak-anak ikut berdonasi

untuk korban gempa di

lombok

- Meskipun masih usia dini

anak dapat menerima pesan

dari informasi yang

disampaikan melalui

storytelling dan menerapkan

dalam kehidupan sehari-hari

Page 113: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

100

Persuratan

Page 114: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

101

Page 115: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

102

Page 116: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

103

Foto kegiatan Storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang

Page 117: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

104

Page 118: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

105

Page 119: EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN STORYTELLING DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44687/1/Fulltext.pdf · storytelling yang dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip

106

BIODATA PENULIS

Wila Afriyelni. Lahir di Sirukam, Kabupaten Solok,

Sumatera Barat 17 April 1995, Putri kedua dari dua

bersaudara pasangan Ayahanda Darnius dan Ibunda

Nurdiana. Bertempat tinggal di Jl. WR Supratman

Komplek Cempaka Hijau Blok A12, Ciputat Timur.

Menyelesaikan pendindikan dasar di SDN 06 Payung

Sekaky (tahun 2001), Kemudian melanjutkan Sekolah

Menengah Pertama di SMPN 01 Payung Sekaky (tahun

2008), dan Sekolah Menengah Atas SMAN 01 Payung Sekaky (tahun 2011).

Kemudian melanjutkan Pendidikan pada Program Studi (S1) Ilmu Perpustakaan,

Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta (2014). Pada saat kuliah penulis pernah menjadi Divisi Litbang anggota

Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan, Divisi Keputrian Lembaga

Dakwah Kampus, Divisi Ekonomi Kreatif Etos Syahid, Divisi Bundo Kanduang

dan Kewirausahaan Komunitas Mahasiswa Minang. Penulis menyelesaikan

program S1 Ilmu Perpustakaan dengan menulis skripsi berjudul “Evaluasi

Pelaksanaan Kegiatan Storytelling di Taman Kanak-Kanak Ketilang UIN Jakarta”.

Penulis pernah menjalani magang di Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta selama satu bulan pada tahun 2016, Relawan di Taman Baca

Desa Produktif tahun 2016, Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perpustakaan

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KPUPR) pada tahun 2017,

dan penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Leuwibatu selama

satu bulan pada tahun 2017.